5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

16
5 PAHLAWAN YANG SANGAT BERJASA BAGI INDONESIA 1. Ir. SOEKARNO Ir. Soekarno yang bernama lahir Koesno Sosrodiharjo ini lahir pada 6 Juni 1901 di Blitar dari pasangan Raden Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, diberi nama kecil, Koesno. Ir. Soekarno , 44 tahun kemudian, menguak fajar kemerdekaan Indonesia setelah lebih dari tiga setengah abad ditindas oleh penjajah-penjajah asing. Soekarno hidup jauh dari orang tuanya di Blitar sejak duduk di bangku sekolah rakyat, indekos di Surabaya sampai tamat HBS (Hoogere Burger School). Ia tinggal di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Jiwa nasionalismenya membara lantaran sering menguping diskusi-diskusi politik di rumah induk semangnya yang kemudian menjadi ayah mertuanya dengan menikahi Siti Oetari (1921).Soekarno pindah ke Bandung, melanjutkan pendidikan tinggi di THS (Technische Hooge-School), Sekolah Teknik Tinggi yang kemudian hari menjadi ITB, meraih gelar insinyur, 25 Mei 1926. Semasa kuliah di Bandung, Soekarno, menemukan jodoh yang lain, menikah dengan Inggit Ganarsih (1923).Soekarno muda, lebih akrab dipanggil Bung Karno mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia), 4 Juni 1927. Tujuannya, mendirikan negara Indonesia Merdeka. Akibatnya, Bung Karno ditangkap, diadili dan dijatuhi hukuman penjara oleh pemerintah Hindia Belanda. Ia Ir. SOEKARNO 6 Juni 1901 – 21 Juni 1970

Upload: yasirecin-yasir

Post on 16-Jul-2015

190 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

5 PAHLAWAN YANG SANGAT BERJASA BAGI INDONESIA

1. Ir. SOEKARNO

Ir. Soekarno yang bernama lahir Koesno Sosrodiharjo ini lahir pada 6 Juni 1901

di Blitar dari pasangan Raden Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, diberi

nama kecil, Koesno. Ir. Soekarno , 44 tahun kemudian, menguak fajar kemerdekaan

Indonesia setelah lebih dari tiga setengah abad ditindas oleh penjajah-penjajah asing.

Soekarno hidup jauh dari orang tuanya di Blitar sejak duduk di bangku sekolah rakyat,

indekos di Surabaya sampai tamat HBS (Hoogere Burger School). Ia tinggal di rumah

Haji Oemar Said Tjokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam.

Jiwa nasionalismenya membara lantaran sering menguping diskusi-diskusi

politik di rumah induk semangnya yang kemudian menjadi ayah mertuanya dengan

menikahi Siti Oetari (1921).Soekarno pindah ke Bandung, melanjutkan pendidikan

tinggi di THS (Technische Hooge-School), Sekolah Teknik Tinggi yang kemudian hari

menjadi ITB, meraih gelar insinyur, 25 Mei 1926. Semasa kuliah di Bandung,

Soekarno, menemukan jodoh yang lain, menikah dengan Inggit Ganarsih

(1923).Soekarno muda, lebih akrab dipanggil Bung Karno mendirikan PNI (Partai

Nasional Indonesia), 4 Juni 1927.

Tujuannya, mendirikan negara Indonesia Merdeka. Akibatnya, Bung Karno

ditangkap, diadili dan dijatuhi hukuman penjara oleh pemerintah Hindia Belanda. Ia

Ir. SOEKARNO 6 Juni 1901 – 21 Juni 1970

Page 2: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

dijeboloskan ke penjara Sukamiskin, Bandung, 29 Desember 1949. Di dalam pidato

pembelaannya yang berjudul, Indonesia Menggugat, Bung Karno berapi-api

menelanjangi kebobrokan penjajah Belanda. Bebas tahun 1931, Bung Karno kemudian

memimpin Partindo. Tahun 1933, Belanda menangkapnya kembali, dibuang ke Ende,

Flores. Dari Ende, dibuang ke Bengkulu selama empat tahun.

Di sanalah ia menikahi Fatwamati (1943) yang memberinya lima orang anak;

Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rahmawati, Sukmawati dan Guruh

Soekarnoputri.Soekarno adalah seorang cendekiawan yang meninggalkan ratusan karya

tulis dan beberapa naskah drama yang mungkin hanya pernah dipentaskan di Ende,

Flores. Kumpulan tulisannya sudah diterbitkan dengan judul Dibawah Bendera

Revolusi, dua jilid. Dari buku setebal kira-kira 630 halaman tersebut, tulisan

pertamanya (1926), berjudul, Nasionalisme, Islamisme, dan Marxism, bagian paling

menarik untuk memahami gelora muda Bung Karno.Tahun 1942, tentara pendudukan

Belanda di Indonesia menyerah pada Jepang. Penindasan yang dilakukan tentara

pendudukan selama tiga tahun jauh lebih kejam.

Di balik itu, Jepang sendiri sudah mengimingi kemerdekaan bagi Indonesia.

Penyerahan diri Jepang setelah dua kota utamanya, Nagasaki dan Hiroshima, dibom

atom oleh tentara Sekutu, tanggal 6 Agustus 1945, membuka cakrawala baru bagi para

pejuang Indonesia. Mereka, tidak perlu menunggu, tetapi merebut kemerdekaan dari

Jepang.Setelah persiapan yang cukup panjang, dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Drs

Muhammad Hatta, mereka memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanggal 17

Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur No. 52 (sekarang Jln. Proklamasi), Jakarta.

Page 3: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

2. Dr. MOCH. HATTA

Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatra Barat. Ia menempuh

pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan kemudian pada tahun 1913-1916

melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Saat usia 13

tahun, sebenarnya beliau telah lulus ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia

(kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu,

mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke

MULO di Padang, baru kemudian pada tahun 1919 beliau pergi ke Batavia untuk studi

di HBS. Beliau menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921,

Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di

Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini

menjadi Erasmus Universiteit).

Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.Saat masih di sekolah

menengah di Padang, Bung Hatta telah aktif di organisasi, antara lain sebagai bendahara

pada organisasi Jong Sumatranen Bond cabang Padang.Pada tangal 27 November 1956,

Bung Hatta memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam

Ilmu Hukum dari Universitas Gadjah Mada di Yoyakarta. Pidato pengukuhannya

berjudul “Lampau dan Datang”.Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karir sebagai

aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond Cabang Padang.

Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-

Dr. (H.C.) Drs. H. MOHAMMAD HATTA 12 Agustus 1902 – 14 Maret 1980

Page 4: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi

idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. Pada usia 17 tahun, Hatta lulus dari sekolah

tingkat menengah (MULO).

Lantas berangkat ke Batavia untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang

Prins Hendrik School. Di Batavia, ia juga aktif di Jong Sumatranen Bond Pusat, juga

sebagai Bendahara.Hatta mulai menetap di Belanda semenjak September 1921. Ia

segera bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Saat itu, telah

tersedia iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging

yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer

pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische

Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda

pada 1913 sebagai eksterniran akibat kritik mereka lewat tulisan di koran De Express.

Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karir sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara

Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang Padang.

Di kota ini Hatta mulai menimbun pengetahuan perihal perkembangan

masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran

terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran

Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja.

Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-

ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi

idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. “Aku kagum melihat cara Abdul Moeis

berpidato, aku asyik mendengarkan suaranya yang merdu setengah parau, terpesona

oleh ayun katanya.

Sampai saat itu aku belum pernah mendengarkan pidato yang begitu hebat

menarik perhatian dan membakar semangat,” aku Hatta dalam Memoir-nya. Itulah

Abdul Moeis: pengarang roman Salah Asuhan; aktivis partai Sarekat Islam; anggota

Volksraad; dan pegiat dalam majalah Hindia Sarekat, koran Kaoem Moeda, Neratja,

Hindia Baroe, serta Utusan Melayu dan Peroebahan. Pada usia 17 tahun, Hatta lulus dari

sekolah tingkat menengah (MULO). Lantas ia bertolak ke Batavia untuk melanjutkan

studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Di sini, Hatta mulai aktif

menulis. Karangannya dimuat dalam majalah Jong Sumatera, “Namaku Hindania!”

begitulah judulnya. Berkisah perihal janda cantik dan kaya yang terbujuk kawin lagi.

Page 5: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

Setelah ditinggal mati suaminya, Brahmana dari Hindustan, datanglah musafir dari

Barat bernama Wolandia, yang kemudian meminangnya. “Tapi Wolandia terlalu miskin

sehingga lebih mencintai hartaku daripada diriku dan menyia-nyiakan anak-anakku,”

rutuk Hatta lewat Hindania.

Pemuda Hatta makin tajam pemikirannya karena diasah dengan beragam bacaan,

pengalaman sebagai Bendahara JSB Pusat, perbincangan dengan tokoh-tokoh

pergerakan asal Minangkabau yang mukim di Batavia, serta diskusi dengan temannya

sesama anggota JSB: Bahder Djohan. Saban Sabtu, ia dan Bahder Djohan punya

kebiasaan keliling kota. Selama berkeliling kota, mereka bertukar pikiran tentang

berbagai hal mengenai tanah air. Pokok soal yang kerap pula mereka perbincangkan

ialah perihal memajukan bahasa Melayu. Untuk itu, menurut Bahder Djohan perlu

diadakan suatu majalah. Majalah dalam rencana Bahder Djohan itupun sudah ia beri

nama Malaya. Antara mereka berdua sempat ada pembagian pekerjaan. Bahder Djohan

akan mengutamakan perhatiannya pada persiapan redaksi majalah, sedangkan Hatta

pada soal organisasi dan pembiayaan penerbitan.

Namun, “Karena berbagai hal cita-cita kami itu tak dapat diteruskan,” kenang

Hatta lagi dalam Memoir-nya. Selama menjabat Bendahara JSB Pusat, Hatta menjalin

kerjasama dengan percetakan surat kabar Neratja. Hubungan itu terus berlanjut meski

Hatta berada di Rotterdam, ia dipercaya sebagai koresponden. Suatu ketika pada medio

tahun 1922, terjadi peristiwa yang mengemparkan Eropa, Turki yang dipandang sebagai

kerajaan yang sedang runtuh (the sick man of Europe) memukul mundur tentara Yunani

yang dijagokan oleh Inggris. Rentetan peristiwa itu Hatta pantau lalu ia tulis menjadi

serial tulisan untuk Neratja di Batavia.

Serial tulisan Hatta itu menyedot perhatian khalayak pembaca, bahkan banyak

surat kabar di tanah air yang mengutip tulisan-tulisan Hatta. Hatta mulai menetap di

Belanda semenjak September 1921. Ia segera bergabung dalam Perhimpunan Hindia

(Indische Vereeniging). Saat itu, telah tersedia iklim pergerakan di Indische

Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari

ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische

Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat,

Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada 1913 sebagai eksterniran

akibat kritik mereka lewat tulisan di koran De Expres.

Page 6: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

Kondisi itu tercipta, tak lepas karena Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar

Dewantara) menginisiasi penerbitan majalah Hindia Poetra oleh Indische Vereeniging

mulai 1916. Hindia Poetra bersemboyan “Ma’moerlah Tanah Hindia! Kekallah Anak-

Rakjatnya!” berisi informasi bagi para pelajar asal tanah air perihal kondisi di

Nusantara, tak ketinggalan pula tersisip kritik terhadap sikap kolonial Belanda. Di

Indische Vereeniging, pergerakan putra Minangkabau ini tak lagi tersekat oleh ikatan

kedaerahan. Sebab Indische Vereeniging berisi aktivis dari beragam latar belakang asal

daerah. Lagipula, nama Indische –meski masih bermasalah– sudah mencerminkan

kesatuan wilayah, yakni gugusan kepulauan di Nusantara yang secara politis diikat oleh

sistem kolonialisme belanda.

Dari sanalah mereka semua berasal. Hatta mengawali karir pergerakannya di

Indische Vereeniging pada 1922, lagi-lagi, sebagai Bendahara. Penunjukkan itu

berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian pengurus Indische

Vereeniging. Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen Kartawisastra.

Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi mereka di masa mendatang,

sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische Vereeniging

menjadi Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama Nederland Indie

menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa yang sarat bermuatan politik. Dalam

forum itu pula, salah seorang anggota Indonesische Vereeniging mengatakan bahwa

dari sekarang kita mulai membangun Indonesia dan meniadakan Hindia atau Nederland

Indie. Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan

Kolonialisme di Belanda, dan di sinilah ia bersahabat dengan nasionalis India,

Jawaharlal Nehru.

Aktivitasnya dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah

Belanda. Hatta akhirnya dibebaskan, setelah melakukan pidato pembelaannya yang

terkenal: Indonesia Free. Pada tahun 1932 Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung

dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan meningkatkan

kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Belanda kembali

menangkap Hatta, bersama Soetan Sjahrir, ketua Club Pendidikan Nasional Indonesia

pada bulan Februari 1934. Hatta diasingkan ke Digul dan kemudian ke Banda selama 6

tahun. Pada tahun 1945, Hatta secara aklamasi diangkat sebagai wakil presiden pertama

RI, bersama Bung Karno yang menjadi presiden RI.

Page 7: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

3. KI HAJAR DEWANTARA

Pendiri Taman Siswa ini adalah Bapak Pendidikan Nasional. Lahir di

Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari

Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang

memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk

berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). Ia meninggal dunia di

Yogyakarta tanggal 28 April 1959 dan dimakamkan di sana. Terlahir dengan nama

Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton

Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut

hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara.

Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan

namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara

fisik maupun hatinya. Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan

pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS

(Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter

Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai

wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express,

Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara.

Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat

komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat

antikolonial bagi pembacanya. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif

dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi

Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada

waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

KI HAJAR DEWANTARA 2 Mei 1889 – 26 April 1959

Page 8: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto

Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran

nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai

Indonesia merdeka.Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh

status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda.

Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg

berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal

11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat

membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang

pemerintah kolonial Belanda.Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan

hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November

1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus

Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda.

Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang

bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis

dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als

Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar

Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan

Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr.

Douwes Dekker itu antara lain berbunyi: “Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak

akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah

merampas kemerdekaannya.

Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas

untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran

untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita

garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang

Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama

ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan

yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun”. Akibat karangannya itu,

pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman

tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah

Page 9: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk

bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka. Douwes Dekker dan Cipto

Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun

menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi.

Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi

dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman

internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang

ke pulau Banda. Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di

sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya

mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari

pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah

pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil

memperoleh Europeesche Akte.

Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan

perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih

kemerdekaan. Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya,

ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs

Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini

sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka

mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.Tidak

sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa.

Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan

Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan

memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut. Di tengah

keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga

tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan

dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui

tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi

bangsa Indonesia.

Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan

pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga

Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di

Page 10: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Setelah zaman

kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan,

Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja

diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan

Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi

juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan

Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.

Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari

Universitas Gajah Mada pada tahun 1957. Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor

Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan

dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan

Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat

perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-

karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan

berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah

penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik,

budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi

atas bantuan Badan Arsip Nasional.

Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu

memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku,

budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus

didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.

Page 11: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

4. Raden Ajeng Kartini

Door Duistermis tox Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang, itulah judul buku dari

kumpulan surat-surat Raden Ajeng Kartini yang terkenal. Surat-surat yang dituliskan

kepada sahabat-sahabatnya di negeri Belanda itu kemudian menjadi bukti betapa

besarnya keinginan dari seorang Kartini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi

yang sudah membudaya pada zamannya. Buku itu menjadi pedorong semangat para

wanita Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya. Perjuangan Kartini tidaklah

hanya tertulis di atas kertas tapi dibuktikan dengan mendirikan sekolah gratis untuk

anak gadis di Jepara dan Rembang.

Upaya dari puteri seorang Bupati Jepara ini telah membuka penglihatan

kaumnya di berbagai daerah lainnya. Sejak itu sekolah-sekolah wanita lahir dan

bertumbuh di berbagai pelosok negeri. Wanita Indonesia pun telah lahir menjadi

manusia seutuhnya. Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita

negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan

untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan

menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya.

Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak

mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu

diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan

iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan

tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu. Pada saat itu, Raden Ajeng

RADEN AJENG KARTINI 21 April tahun 1879 – 17 September 1904

Page 12: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

Kartini yang lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879, ini sebenarnya

sangat menginginkan bisa memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, namun

sebagaimana kebiasaan saat itu dia pun tidak diizinkan oleh orang tuanya. Dia hanya

sempat memperoleh pendidikan sampai E.L.S. (Europese Lagere School) atau tingkat

sekolah dasar. Setamat E.L.S, Kartini pun dipingit sebagaimana kebiasaan atau adat-

istiadat yang berlaku di tempat kelahirannya dimana setelah seorang wanita

menamatkan sekolah di tingkat sekolah dasar, gadis tersebut harus menjalani masa

pingitan sampai tiba saatnya untuk menikah.

Merasakan hambatan demikian, Kartini remaja yang banyak bergaul dengan

orang-orang terpelajar serta gemar membaca buku khususnya buku-buku mengenai

kemajuan wanita seperti karya-karya Multatuli “Max Havelaar” dan karya tokoh-tokoh

pejuang wanita di Eropa, mulai menyadari betapa tertinggalnya wanita sebangsanya bila

dibandingkan dengan wanita bangsa lain terutama wanita Eropa. Dia merasakan sendiri

bagaimana ia hanya diperbolehkan sekolah sampai tingkat sekolah dasar saja padahal

dirinya adalah anak seorang Bupati.

Hatinya merasa sedih melihat kaumnya dari anak keluarga biasa yang tidak

pernah disekolahkan sama sekali. Sejak saat itu, dia pun berkeinginan dan bertekad

untuk memajukan wanita bangsanya, Indonesia. Dan langkah untuk memajukan itu

menurutnya bisa dicapai melalui pendidikan. Untuk merealisasikan cita-citanya itu, dia

mengawalinya dengan mendirikan sekolah untuk anak gadis di daerah kelahirannya,

Jepara. Di sekolah tersebut diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak, dan

sebagainya. Semuanya itu diberikannya tanpa memungut bayaran alias cuma-cuma.

Bahkan demi cita-cita mulianya itu, dia sendiri berencana mengikuti Sekolah Guru di

Negeri Belanda dengan maksud agar dirinya bisa menjadi seorang pendidik yang lebih

baik. Beasiswa dari Pemerintah Belanda pun telah berhasil diperolehnya, namun

keinginan tersebut kembali tidak tercapai karena larangan orangtuanya.

Guna mencegah kepergiannya tersebut, orangtuanya pun memaksanya menikah

pada saat itu dengan Raden Adipati Joyodiningrat, seorang Bupati di Rembang.

Berbagai rintangan tidak menyurutkan semangatnya, bahkan pernikahan sekalipun.

Setelah menikah, dia masih mendirikan sekolah di Rembang di samping sekolah di

Jepara yang sudah didirikannya sebelum menikah. Apa yang dilakukannya dengan

sekolah itu kemudian diikuti oleh wanita-wanita lainnya dengan mendirikan ‘Sekolah

Page 13: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

Kartini’ di tempat masing-masing seperti di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang,

Madiun, dan Cirebon.

Sepanjang hidupnya, Kartini sangat senang berteman. Dia mempunyai banyak

teman baik di dalam negeri maupun di Eropa khususnya dari negeri Belanda, bangsa

yang sedang menjajah Indonesia saat itu. Kepada para sahabatnya, dia sering

mencurahkan isi hatinya tentang keinginannya memajukan wanita negerinya. Kepada

teman-temannya yang orang Belanda dia sering menulis surat yang mengungkapkan

cita-citanya tersebut, tentang adanya persamaan hak kaum wanita dan pria. Setelah

meninggalnya Kartini, surat-surat tersebut kemudian dikumpulkan dan diterbitkan

menjadi sebuah buku yang dalam bahasa Belanda berjudul Door Duisternis tot Licht

(Habis Gelap Terbitlah Terang).

Apa yang terdapat dalam buku itu sangat berpengaruh besar dalam mendorong

kemajuan wanita Indonesia karena isi tulisan tersebut telah menjadi sumber motivasi

perjuangan bagi kaum wanita Indonesia di kemudian hari. Apa yang sudah dilakukan

RA Kartini sangatlah besar pengaruhnya kepada kebangkitan bangsa ini. Mungkin akan

lebih besar dan lebih banyak lagi yang akan dilakukannya seandainya Allah

memberikan usia yang panjang kepadanya. Namun Allah menghendaki lain, ia

meninggal dunia di usia muda, usia 25 tahun, yakni pada tanggal 17 September 1904,

ketika melahirkan putra pertamanya.

Mengingat besarnya jasa Kartini pada bangsa ini maka atas nama negara,

pemerintahan Presiden Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia mengeluarkan

Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 yang

menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan

hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar

yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. Belakangan ini, penetapan tanggal

kelahiran Kartini sebagai hari besar agak diperdebatkan. Dengan berbagai argumentasi,

masing-masing pihak memberikan pendapat masing-masing. Masyarakat yang tidak

begitu menyetujui, ada yang hanya tidak merayakan Hari Kartini namun merayakannya

sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember. Alasan mereka adalah agar tidak

pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya.

Namun yang lebih ekstrim mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang

lebih hebat daripada RA Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu

Page 14: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata

melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya. Sedangkan mereka yang pro malah

mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat

derajat kaum wanita Indonesia saja melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide

dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya.

Cara pikirnya sudah dalam skop nasional. Sekalipun Sumpah Pemuda belum

dicetuskan waktu itu, tapi pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya

atau tanah Jawa saja. Kartini sudah mencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga

nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda 1928. Terlepas

dari pro kontra tersebut, dalam sejarah bangsa ini kita banyak mengenal nama-nama

pahlawan wanita kita seperti Cut Nya’ Dhien, Cut Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi

Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan

lainnya. Mereka berjuang di daerah, pada waktu, dan dengan cara yang berbeda. Ada

yang berjuang di Aceh, Jawa, Maluku, Menado dan lainnya.

Ada yang berjuang pada zaman penjajahan Belanda, pada zaman penjajahan

Jepang, atau setelah kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan mengangkat senjata, ada

yang melalui pendidikan, ada yang melalui organisasi maupun cara lainnya. Mereka

semua adalah pejuang-pejuang bangsa, pahlawan-pahlawan bangsa yang patut kita

hormati dan teladani. Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil

tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide

besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari

kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan

yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi wanita

sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa

yang disebut persamaan hak tersebut.

Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak

dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan. Itu semua adalah

sisa-sisa dari kebiasaan lama yang oleh sebagian orang baik oleh pria yang tidak rela

melepaskan sifat otoriternya maupun oleh sebagian wanita itu sendiri yang belum berani

melawan kebiasaan lama. Namun kesadaran telah lama ditanamkan kartini, sekarang

adalah masa pembinaan.

Page 15: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

5. Wage Rudolf Supratman

Tingginya jiwa kebangsaan dari Wage Rudolf Supratman menuntun dirinya

membuahkan karya bernilai tinggi yang di kemudian hari telah menjadi pembangkit

semangat perjuangan pergerakan nasional. Semangat kebangsaan, rasa persatuan dan

kehendak untuk merdeka dalam jiwanya dituangkan dalam lagu gubahannya Indonesia

Raya. Lagu yang kemudian menjadi lagu kebangsaan negeri ini. Penolakan jiwanya

terhadap penjajahan, pernah juga dituliskannya dalam bukunya yang berjudul Perawan

Desa. Namun sayang, Pahlawan nasional yang lahir 9 Maret 1903 ini sudah meninggal

pada tanggal 17 Agustus 1938, sebelum mendengar lagu gubahannya dikumandangkan

pada hari kemerdekaan negeri yang dicintainya.

Supratman tepatnya lahir di Jatinegara, Jakarta, tanggal 9 Maret 1903.

Menamatkan sekolah dasarnya di Jakarta, kemudian melanjutkan ke Normaal School

Ujungpandang. Setelah menyelesaikan pendidikan, ia masih tetap tinggal di

Ujungpandang dan sempat bekerja sebagai guru Sekolah Dasar kemudian ke sebuah

perusahaan dagang. Kebolehannya bermain musik biola serta menggubah lagu

diperolehnya dari kakaknya semasa menjalani pendidikan dan bekerja di Ujungpandang

ini. Dari Ujungpandang, ia kemudian pindah ke Bandung menekuni profesi sebagai

seorang wartawan.

WAGE RUDOLF SUPRATMAN 9 Maret 1903 – 17 Agustus 1938

Page 16: 5 pahlawan yang sangat berjasa bagi indonesia

Profesi itu terus ditekuninya hingga ia akhirnya mudik ke kota kelahirannya,

Jakarta. Ia sebenarnya merupakan putra dari seorang Tentara Hindia Belanda (KNIL),

tapi tidak dengan begitu ia menjadi antek Belanda yang tidak mempunyai jiwa

kebangsaan Indonesia. Malah sebaliknya, jiwa kebangsaannya sangat tinggi. Jiwa

kebangsaan itu semakin mengental pada dirinya terutama setelah banyak bertemu

dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional sejak ia menekuni profesi kewartawanan. Rasa

tidak senangnya terhadap penjajahan Belanda pernah dituangkannya dalam bukunya

yang berjudul Perawan Desa.

Buku yang mengandung nilai-nilai nasionalitas dan menyinggung pemerintahan

Belanda itu akhirnya oleh pemerintah Belanda, disita dan dilarang beredar. Kilas balik

dari lahirnya lagu Indonesia Raya sendiri adalah berawal dari ketika suatu kali

terbacanya sebuah karangan dalam Majalah Timbul. Penulis karangan tersebut

menentang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Supratman

yang sudah semakin kental jiwa kebangsaannya merasa tertantang. Sejak itu, ia mulai

menggubah lagu. Dan pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya. Ketika Kongres

Pemuda, yakni kongres yang melahirkan Sumpah Pemuda dilangsungkan di Jakarta

bulan Oktober tahun 1928, secara instrumentalia Supratman memperdengarkan lagu

ciptaannya itu pada malam penutupan acara tanggal 28 Oktober 1928 tersebut. Disitulah

saat pertama lagu tersebut dikumandangkan di depan umum.

Lagu yang sangat menggugah jiwa patriotisme itupun dengan cepat terkenal di

kalangan pergerakan nasional. Sehingga sejak itu apabila partai-partai politik

mengadakan kongres, lagu Indonesia Raya, lagu yang menjadi semacam perwujudan

rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka itu selalu dinyanyikan. Dan ketika

Indonesia sudah memperoleh kemerdekaan, para pejuang-pejuang kemerdekaan

menjadikan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan. Dan, Wage Rudolf

Supratman yang meninggal dan dimakamkan di Surabaya tanggal 17 Agustus 1938,

dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional atas segala jasa-jasanya untuk nusa dan bangsa

tercinta ini.