pahlawan tanpa tanda jasa

37
Nama : Letnan Jenderal Anumerta S. Parman Lahir : Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918 Agama : Islam Pendidikan Umum Terakhir : Sekolah Tinggi Kedokteran (tidak tamat) Pendidikan Lain : Kenpei Kasya Butai Pendidikan Tentara : Military Police School, Amerika Serikat. Pengalaman Pekerjaan : Jawatan Kenpeitai Karier Militer: - Tahun 1964, Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) - Tahun 1959, Atase Militer RI di London - Staf di Kementerian Pertahanan - Maret tahun 1950, Kepala Staf G

Upload: edo-apladi

Post on 05-Dec-2014

141 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nama : Letnan Jenderal Anumerta S. Parman

Lahir :   Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918

Agama :  Islam

Pendidikan Umum Terakhir :  Sekolah Tinggi Kedokteran (tidak tamat)

Pendidikan Lain :  Kenpei Kasya Butai

Pendidikan Tentara :  Military Police School, Amerika Serikat.

Pengalaman Pekerjaan : Jawatan Kenpeitai

Karier Militer:

- Tahun 1964, Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad)

- Tahun 1959, Atase Militer RI di London

- Staf di Kementerian Pertahanan

- Maret tahun 1950, Kepala Staf G

- Desember tahun 1949 Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya.

- Tahun 1945, Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta

- Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

Tanda Penghormatan:  Pahlawan Revolusi

Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965

Dimakamkan:  Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta

Page 2: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nama : Kapten Peiere Andreas Tendean

Lahir : Jakarta, 21 Februari 1939

Agama : protestan

Pendidikan Umum :

- SD di Magelang

- SMP B

- SMA B

pendidikan Militer : ATEKAD

Karier Militer :

- ikut dalam operasi Sapta Marga di Sumatera Utara. Beliau dilantik

sebagai Letda Czi tahun 1962

- Danton Yon Zipur 2/Dam II Bukit Barisan

- Pendidikan Intelijen tahun 1963

- pernah menyusup ke Malaysia masa Dwikora sewaktu bertugas di

DIPIAD

- 965 diangkat sebagai Ajudan Menko Hankam/Kasab Jenderal TNI

A.H. Nasution ketika pangkatnya masih Letda, kemudian naik

menjadi Lettu.

Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi

Meninggal: Jakarta, 1 Oktober 1965

Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta

Page 3: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nama : Letnan Jenderal Anumerta SupraptoLahir : Purwokerto, 20 Juni 1920Agama : Islam.Pendidikan Umum :- MULO (setingkat SLTP)- AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta, tamat tahun 1941- Kursus Pusat Latihan Pemuda- Latihan Keibodan, Seinendan, dan Syuisyintai

Pendidikan Tentara : Koninklijke Militaire Akademie di Bandung, tapi tidak sampai tamat.Pengalaman Pekerjaan : Kantor Pendidikan Masyarakat

Karier Militer :- Deputy II Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), Jakarta- Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk Wilayah Sumatera, Medan- Staf Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta- Staf Angkatan Darat, Jakarta- Kepala Staf Tentara & Teritorium (T&T) IV/Diponegoro, Semarang- Ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman- Anggota Tentara Keamanan Rakyat di PurwokertoTanda Penghormatan : Pahlawan RevolusiMeningga l: Jakarta, 1 Oktober 1965Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta

Page 4: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nama : Jenderal TNI Anumerta Achmad YaniLahir : Jenar, Purworejo, 19 Juni 1922Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan KalibataAgama : IslamAyah : Sarjo bin SuharyoIbu : Murtini

Pendidikan Formal:- HIS (setingkat S D) Bogor, tamat tahun 1935- MULO (setingkat S M P) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938- AMS (setingkat S M U) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940Pendidikan Militer:- Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang- Pendidikan Heiho di Magelang- Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor- Command and General Staf College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA, tahun 1955- Spesial Warfare Course di Inggris, tahun 1956

Jabatan terakhir : Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) sejak tahun 1962Bintang Kehormatan:- Bintang RI Kelas II- Bintang Sakti- Bintang Gerilya- Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II- Satyalancana Kesetyaan VII, XVI- Satyalancana G:O.M. I dan VI- Satyalancana Sapta Marga (PRRI)- Satyalancana Irian Barat (Trikora)- Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958) dan lain-lainTanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi

Page 5: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nama : Letnan Jenderal Anumerta M.T. HaryonoLahir :  Srabaya, 20 Januari 1924Agama : IslamPendidikan Umum:- ELS (setingkat Sekolah Dasar)- HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum)- Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan Jepang)

Karier Militer:- Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad)- Direktur Intendans Angkatan Darat- Atase Militer RI di Negara Belanda (tahun 1950)- Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar (KMB)- Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda- Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata- Sekretaris Dewan Pertahanan Negara- Bekerja di Kantor Penghubung- Masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

Tanda Penghormatan : Pahlawan RevolusiMeninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta

Page 6: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nama : Mayor Jenderal Anumerta Donald Isac PanjaitanLahir : Balige, Tapanuli, 9 Juni 1925Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan KalibataAgama : KristenPendidikan Formal:- Sekolah Dasar- Sekolah Menengah Pertama- Sekolah Menengah AtasPendidkan Militer : Latihan GyugunPendidikan Lain:- Kursus Militer Atase (Milat), tahun 1956- Associated Command and General Staff College, di Amerika Serikat

Karier Militer:- Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), tahun 1962- Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat- Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) II/Sriwijaya di Palembang- Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan- Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).- Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera- Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, tahun 1948- Komandan Batalyon Tentara Keamanan Rakyat (TKR)- Anggota Gyugun Pekanbaru, Riau

Prestasi :- Salah seorang pembentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)- Membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk PKITanda Kehormatan : Pahlawan Revolusi

Page 7: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nama : Mayjen TNI Anumerta Sutoyo SiswomiharjoLahir : Kebumen, 23 Agustus 1922Gugur : Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965

Agama : IslamTanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi

Pendidikan:- HIS di Semarang- AMS tahun 1942 di Semarang- Balai Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta.

Karir:- Pegawai Menengah/III di Kabupaten Purworejo- Kepala Organisasi Resimen II PT (Polisi Tentara) Purworejo dengan pangkat Kapten (1946)- Kepala Staf CPMD Yogyakarta (1948-1949)- Komandan Batalyon I CPM (1950)- Danyon V CPM (1951)- Kepala Staf MBPM (1954)- Pamen diperbantukan SUAD I dengan pangkat Letkol (1955-1956)- Asisten ATMIL di London (1956)- Pendidikan Kursus “C” Seskoad (1960)- 1961 naik pangkat menjadi Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD dan tahun 1964 naik pangkat menjadi Brigjen

Page 8: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat,

Indonesia 1772 - wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak,

Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), adalah salah seorang ulama,

pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam

peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri di tahun 1803-1837.

Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan

SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. "Tuanku

Imam Bonjol" adalah sebuah gelaran yang diberikan kepada guru-guru agama di

Sumatra. Nama asli Imam Bonjol adalah Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin

Page 9: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Pangeran Diponegoro

(lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Sulawesi

Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan

nasional Republik Indonesia. Makamnya berada di Makassar.

Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram

di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari

seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang

garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran

Diponegoro bernama kecil Raden Mas Ontowiryo.

Page 10: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Ir.SOEKARNO

Ir. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno) (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 –

meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden

Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia memainkan

peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia

(bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.

Page 11: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Moh.Hatta

Dr.(H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung Hatta, lahir di

Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret

1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden

Indonesia yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956,

karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta dikenal sebagai Bapak

Koperasi Indonesia. Bandar udara internasional Jakarta menggunakan namanya

sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang proklamator

kemerdekaan Indonesia.

Page 12: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Abdul Harris Nasution

Jenderal Besar TNI Purn. Abdul Harris Nasution (lahir di Kotanopan, Sumatera

Utara, 3 Desember 1918 – meninggal di Jakarta, 6 September 2000 pada umur

81 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang merupakan salah

satu tokoh yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September,

namun yang menjadi korban adalah putrinya Ade Irma Suryani Nasution.

Page 13: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Makassar.

Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.

Page 14: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien, Lampadang, Kerajaan

Aceh, 1848 – Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908; dimakamkan di

Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia

dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh.

Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya

Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di

Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak

Dhien sangat marah dan bersumpah hendak menghancurkan Belanda.

Page 15: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

SUTOMO

Sutomo (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920 – meninggal di

Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun) lebih dikenal

dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah pahlawan yang

terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk

melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir

dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai

Hari Pahlawan.

Page 16: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

JENDRAL GATOT SUBROTO

Jenderal Gatot Soebroto (lahir di Banyumas, Jawa Tengah, 10 Oktober 1907 – meninggal di Jakarta, 11 Juni 1962 pada umur 54 tahun) adalah tokoh perjuangan militer Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan juga pahlawan nasional Indonesa. Ia dimakamkan di Ungaran, kabupaten Semarang. Pada tahun 1962, Soebroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut SK Presiden RI No.222 tanggal 18 Juni 1962. Ia juga merupakan ayah angkat dari Bob Hasan, seorang pengusaha ternama dan mantan menteri Indonesia pada era Soeharto.

Page 17: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

ABDUL HALIM PERDANAKUSUMA

Abdul Halim Perdanakusuma (Halim Perdana Kusuma) seorang

pahlawan Indonesia. Pria kelahiran Sampang, 18 November 1922, ini

gugur di Malaysia, 14 Desember 1947 dalam usia 25 tahun saat

menjalankan tugas semasa perang Indonesia-Belanda di Sumatera. Ia

ditugaskan membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan

pesawat terbang dari Thailand.

Page 18: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

KI HAJAR DEWANTARA

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun; selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah.

Page 19: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

PATTIMURA

Kapitan Pattimura (lahir di Negeri Haria, Porto, Pulau Saparua, Maluku, 8 Juni

1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34

tahun), atau dikenal dengan nama Thomas Matulessy atau Thomas Matulessia,

adalah Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putra Frans Matulessia dengan

Fransina Silahoi. Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah

berkarir dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris.Kata "Maluku"

berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang berarti Tanah Raja-Raja.

Page 20: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Mahmud Badaruddin II

Sultan Mahmud Badaruddin II (l: Palembang, 1767, w: Ternate, 26 November 1862) adalah pemimpin kesultanan Palembang-Darussalam (1803-1819), setelah masa pemerintahan ayahnya, Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803)

Dalam masa pemerintahannya, ia beberapa kali memimpin pertempuran melawan Inggris dan Belanda, di antaranya yang disebut Perang Menteng. Pada tangga 14 Juli 1821, ketika Belanda berhasil menguasai Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarga ditangkap dan diasingkan ke Ternate.

Namanya kini diabadikan sebagai nama bandara internasional di Palembang, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dan Mata uang rupiah pecahan 10.000-an yang dikeluarkan oleh bamk Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2005. Penggunaan gambar SMB II di uang kertas ini sempat menjadi kasus pelanggaran hak cipta, diduga gambar tersebut digunakan tanpa izin pelukisnya, namun kemudian terungkap bahwa gambar ini telah menjadi hak milik panitia penyelenggara lomba lukis wajah SMB II

Page 21: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

I Gusti Ngurah Rai

Brigjen TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai (lahir di Desa Carangsari, Kabupaten Badung, Bali, 30 Januari 1917 – meninggal di Marga, Tabanan, Bali, 20 November 1946 pada umur 29 tahun) adalah seorang pahlawan Indonesia dari Kabupaten Badung, Bali.

Beliau memiliki pasukan yang bernama "Ciung Wenara" melakukan pertempuran terakhir yang dikenal dengan nama Puputan Margarana. (Puputan, dalam bahasa bali, berarti "habis-habisan", sedangkan Margarana berarti "Pertempuran di Marga"; Marga adalah sebuah desa ibukota kecamatan di pelosok Kabupaten Tabanan, Bali).

Bersama 1.372 anggotanya pejuang MBO (Markas Besar Oemoem) Dewan Perjoeangan Republik Indonesia Sunda Kecil (DPRI SK) dibuatkan nisan di Kompleks Monumen de Kleine Sunda Eilanden, Candi Marga, Tabanan. Detil perjuangan I Gusti Ngurah Rai dan resimen CW dapat disimak dari beberapa buku, seperti "Bergerilya Bersama Ngurah Rai" (Denpasar: BP, 1994) kesaksian salah seorang staf MBO DPRI SK, I Gusti Bagus Meraku Tirtayasa peraih "Anugrah Jurnalistik Harkitnas 1993", buku "Orang-orang di Sekitar Pak Rai: Cerita Para Sahabat Pahlawan Nasional Brigjen TNI (anumerta) I Gusti Ngurah Rai" (Denpasar: Upada Sastra, 1995), atau buku "Puputan Margarana Tanggal 20 Nopember 1946" yang disusun oleh Wayan Djegug A Giri (Denpasar: YKP, 1990).

Pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Mahaputra dan kenaikan pangkat menjadi Brigjen TNI (anumerta). Namanya kemudian diabadikan dalam nama bandar udara di Bali, Bandara Ngurah Rai.

Page 22: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

RASUNA SAID

Hajjah Rangkayo Rasuna Said (lahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat,

14 September 1910 – meninggal di Jakarta, 2 November 1965 pada umur 55

tahun) adalah salah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan juga

merupakan pahlawan nasional Indonesia. Seperti Kartini, ia juga

memperjuangkan adanya persamaan hak antara pria dan wanita. Ia

dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Page 23: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Mohammad Husni Thamrin

Mohammad Husni Thamrin (lahir di Sawah Besar, Jakarta, 16 Februari 1894 – meninggal di Jakarta, 11 Januari 1941 pada umur 46 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ayahnya adalah seorang Belanda dengan ibu orang Betawi. Sejak kecil ia dirawat oleh pamannya dari pihak ibu karena ayahnya meninggal, sehingga ia tidak menyandang nama Belanda.

Ia dikenal sebagai salah tokoh Betawi (dari organisasi Kaoem Betawi) yang pertama kali menjadi anggota Dewan Rakyat di Hindia Belanda (Volksraad), mewakili kelompok Inlanders. Sejak 1935 ia menjadi anggota Volksraad melalui Parindra.

Kematiannya penuh dengan intrik politik yang kontroversial. Tiga hari sebelum kematiannya, ia ditahan tanpa alasan jelas. Menurut laporan resmi, ia dinyatakan bunuh diri namun ada dugaan ia dibunuh oleh petugas penjara. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet, Jakarta. Di saat pemakamannya, lebih dari 10000 pelayat mengantarnya yang kemudian berdemonstrasi menuntuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan dari Belanda.

Namanya diabadikan sebagai salah satu jalan protokol di Jakarta dan proyek perbaikan kampung besar-besaran di Jakarta pada tahun 1970-an ("Proyek MHT").

Page 24: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Sultan Agung dari Mataram

Nama : Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo / Raden Mas Jatmika

Tempat tanggal lahir : Kutagede, 1593 Wafat : tahun 1645 Kerta (Plered, Bantul)Asal : Kesultanan Mataram, 1645Kedudukan : Sultan ke-tiga Kesultanan Mataram yang memerintah

pada tahun 1613-1645. Nama ibu : Ratu Mas Adi Dyah BanawatiNama Ayah : Prabu Hanyakrawati( Sultan Ke-2 Mataram)

Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.

Page 25: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

KH Ahmad Dahlan (1868-1923)

Ahmad Dahlan (bernama kecil Muhammad Darwisy), adalah pelopor dan bapak

pembaharuan Islam. Kyai Haji kelahiran Yogyakarta, 1 Agustus 1868, inilah yang

mendirikan organisasi Muhammadiyah pada 18 November 1912. Pahlawan

Nasional Indonesia ini wafat pada usia 54 tahun di Yogyakarta, 23 Februari 1923.

Page 26: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Cut Nyak Meutia (1870-1910)

Wanita kelahiran Perlak, Aceh, tahun 1870, ini adalah seorang Pahlawan Kemerdekaan

Nasional yang hingga titik darah penghabisan tetap memegang prinsip tak akan mau

tunduk kepada kolonial.Sebelum Cut Nyak Meutia lahir, pasukan Belanda sudah

menduduki daerah Aceh yang digelari serambi Mekkah tersebut. Perlakuan Belanda yang

semena-mena dengan berbagai pemaksaan dan penyiksaan akhirnya menimbulkan

perlawanan dari rakyat. Tiga tahun sebelum perang Aceh-Belanda meletus, ketika itulah

Cut Nyak Meutia dilahirkan. Suasana perang pada saat kelahiran dan perkembangannya

itu, di kemudian hari sangat memengaruhi perjalanan hidupnya.

Page 27: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Mohammad Natsir (1908-1993)

Perjuangkan Islam Dasar Negara

Mohammad Natsir, politisi Islam handal yang teguh pada prinsip dan cita-citanya.

Pria kelahiran Alahan Panjang, Sumatera Barat, 17 Juli 1908, ini sesudah Pemilu 1955

memimpin Partai Masyumi, yang merupakan gabungan partai-partai Islam di

Konstituante, yang secara sungguh-sungguh memperjuangkan Islam sebagai dasar

negara.

Page 28: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

KH Wahid Hasjim (1914-1953)Menteri Agama Tiga Kabinet

Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim adalah pahlawan nasional, salah seorang anggota

BPUPKI dan perumus Pancasila. Putera KH. M. Hasyim Asy’ari, pendiri NU, ini lahir di

Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 dan wafat di Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953

pada usia 38 tahun. Ayahanda Abdurrahman Wahid ini menjabat Menteri Agama tiga

kabinet (Kabinet Hatta, Kabinet Natsir dan Kabinet Sukiman).

Mantan Ketua Tanfidiyyah PBNU (1948) dan Pemimpin dan pengasuh kedua

Pesantren Tebuireng (1947 – 1950) ini, merupakan reformis dunia pendidikan

pesantren dan pendidikan Islam Indonesia. Ia dikenal juga sebagai pendiri IAIN

(sekarang UIN).

Page 29: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

RA KARTINI

Raden Ajeng Kartini lahir pada tahun 1879 di kota Rembang. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).

Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.

Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.Pada tanggal 17 september 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Page 30: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

JENDRAL SUDIRMAN

Nama:Jenderal SudirmanLahir:Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916Meninggal:Magelang, 29 Januari 1950Agama:IslamPendidikan Fomal:- Sekolah Taman Siswa- HIK Muhammadiyah, Solo (tidak tamat)Pendidikan Tentara:Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor

Pengalaman Pekerjaan:Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap

Pengalaman Organisasi:Kepanduan Hizbul Wathan

Jabatan di Militer:- Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal- Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel- Komandan Batalyon di Kroya

Tanda Penghormatan:Pahlawan Pembela Kemerdekaan

Meninggal:Magelang, 29 Januari 1950Dimakamkan:Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta

Page 31: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa