5-margana, eksergi jan 2012 , pembuatan alat pengontrol teknan dengan pemrograman plc
DESCRIPTION
Pembuatan Alat Pengontrol Teknan Dengan Pemrograman PLCTRANSCRIPT
Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No. 1 Januari 2012; 25- 29
25
ALAT PENGONTROL TEKANAN MENGGUNAKAN
PLC TIPE CPM 1A 10 I/O
Margana
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang
ABSTRAK
Kemajuan teknologi telah mengarah pada automasi industri. Tujuan pengendalian adalah mendapatkan
hasil kerja sistem seperti yang diharapkan, dengan meminimalkan atau bahkan menghilangkan error .
Kontroler adalah suatu mekanisme yang berfungsi untuk mengatur kinerja suatu sistem agar sistem
tersebut berjalan atau bekerja sebagaimana fungsinya sehingga tujuan dapat tercapai sesuai yang diharapkan, sebagai contoh adalaht katup pengaman pada boiler. Salah satu jenis kontroller yang dapat
diaplikasikan untuk mengontrol bukaan safety valve boiler adalah kontroller on-off yang dapat
diprogram menggunakan PLC (Programmable Logic Control) merek OMRON tipe CPM 1A 10 I/O.
Safety valve dapat disetting pada tekanan 0,6-0,9 bar menggunakan potensiometer 1KΩ. Alat ini
menggunakan motor DC sebagai media penerjemah sinyal elektrik dari kontroller menjadi suatu gerakan
mekanis untuk membuka katup jika tekanan lebih dan akan menutup kembali setelah tekanan turun pada
level aman. Dari hasil pengujian diperoleh waktu rata-rata tercepat untuk pembuangan uap hingga
mencapai setting aman adalah pada tekanan 0,6 bar dengan putaran motor selama 45 detik yaitu selama
3 detik sedangkan waktu rata-rata terlama adalah 158,33 detik pada tekanan setting 0,9 bar dan putaran
motor 50 detik.
Kata kunci : Kontroller, Tekanan, PLC, Katup
1. PENDAHULUAN
Perkembangan sistem kendali dalam
dunia industri semakin mengarah pada
automasi industri. Tujuan dari automasi
industri sendiri tidak hanya untuk
meningkatkan produktivitas dan mengurangi
biaya, tetapi juga pada kualitas produksi dan
fleksibilitas. Dengan kemajuan teknologi
yang berkembang dengan cepat di segala
bidang, dapat diciptakan peralatan
elektronika yang memiliki kecepatan tinggi,
berdimensi kecil, dan memiliki keandalan
yang tinggi.
Tujuan pengendalian adalah
mendapatkan hasil kerja sistem seperti yang
diharapkan, dengan meminimalkan atau
bahkan menghilangkan error. Ada beberapa
metode konvensional yang digunakan dalam
proses pengendalian, salah satunya adalah
kontroller On-Off. Pada kontroller on-off,
aktuator hanya mempunyai dua keadaan
tetap, yang dalam beberapa hal benar-benar
merupakan posisi “on” dan “off. Respon
sistem yang dihasilkan kontroller on-off
lambat tetapi bisa menjamin kestabilan
sistem. Kontroller on-off ini relatif murah
dan sederhana, oleh karena itu kontroller ini
banyak digunakan dalam industri maupun di
rumah-rumah.
Sistem kontrol tekanan yang terdapat
pada pembangkit tenaga biasanya digunakan
untuk mengontrol tekanan pada sistem
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
mengoptimalkan kerja dari sistem dan untuk
melindungi komponen pembangkit
bertekanan lebih sehingga dapat terhindar
dari kerusakan yang fatal. Pada sistem
pembangkit tenaga uap, khususnya pada
mesin pembangkit uap (boiler) terdapat
berbagai bagian yang menggunakan sistem
kontrol otomatis, antara lain safety valve.
Pada boiler, safety valve biasanya dibuat
bertingkat untuk mengantisipasi bila salah
satu safety valve tidak bekerja. Pembuatan
safety valve bertingkat biasanya berdasarkan
nilai tekanan yang berbeda untuk tiap safety
valve. Untuk mengontrol mekanisme bukaan
safety valve perlu dibuat sebuah kontroller.
Kontroller konvensional yang digunakan
dapat berupa kontroller On-off . Ketika
tekanan di dalam boiler melebihi tekanan
aman maka kontroller akan bekerja untuk
membuka katup sehingga uap akan keluar
dan tekanan boiler turun. Saat mencapai nilai
Alat Pengontrol Tekanan Menggunakan Plc Tipe Cpm 1a 10 I/O (Margana)
26
tekanan aman maka, katup akan menutup
kembali. Apabila safety valve tersebut tidak
bekerja atau rusak maka fungsinya dapat
langsung digantikan oleh safety valve pada
tingkat selanjutnya sehingga tekanan di
boiler masih dapat diatur pada nilai tekanan
yang aman. Dengan menggunakan kontroller
on-off pada safety valve boiler, maka kerja
sistem diharapkan menjadi lebih baik dan
aman dari tekanan berlebih.
Meskipun telah ada model aplikasi sistem
kontrol pada safety valve boiler, yang
berfungsi untuk menjaga tekanan di dalam
boiler agar tidak melebihi tekanan aman,
tetapi masih menggunakan sistem kontrol
konvensional. Terdapat alternatif pengontrol
lain yang umumnya digunakan yakni
Programmable Logic Control (PLC). PLC
mempunyai keunggulan untuk menggantikan
kontrol relay yang tidak fleksibel.
Keuntungan penggunaan PLC relatif
terhadap kontrol untuk pengontrol mesin atau
proses lain diantaranya adalah bersifat
software, artinya fungsi kontrol dapat diubah
dengan mengganti program PLC.
2. METODE
Diagram Alir dan Diagram Blok
Gambar 1 Diagram alir
Gambar 2. Diagram Blok Alat Pengontrol
Tekanan Dengan Pemrograman PLC
Gambar 3 Instalasi Boiler
Keterangan : 1. Boiler 2. Kotak Panel Kontrol
3. Sensor Tekanan 4. Heater Elektrik 5. Motor DC (M) 6. Power Suplai Sensor5VDC
(PS3)
7. Manometer 8. Globe Valve (K2)
9. Katup Pembuangan Uap (K4)
10. Gate Valve (K3)
Pemrograman PLC
Sebelum melakukan pemilihan kontroler
terlebih dahulu kita harus mengetahui prinsip
kerja sistem kontrol yang akan diterapkan
pada plant. Prinsip kerja kontrol ini adalah
kontroller on-off . Fungsi kontrol on-off pada
plant yang akan digunakan adalah untuk
membuka dan menutup safety valve
berdasarkan tekanan dalam plant yang
terbaca oleh sensor tekanan yang akan
mengirimkan sinyal masukkan berupa
tegangan DC untuk dikirim ke kontroler.
Dimana ketika tekanan di dalam boiler
melebihi tekanan aman maka tegangan input
akan melebihi tegangan setting sehingga
Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No. 1 Januari 2012; 25- 29
27
kontroler akan bekerja untuk membuka katup
sehingga uap berlebih akan keluar dan
tekanan boiler turun. Saat mencapai nilai di
bawah tekanan aman, maka katup akan
menutup kembali. Safety valve ini biasanya
dibuat bertingkat untuk mengantisipasi bila
salah satu safety valve tidak bekerja atau
rusak.
Berdasarkan prinsip kerja kontroler yang
akan dibuat, kita dapat menggunakan
kontroler berupa kombinasi relai atau
menggunakan Programmable Logic Control
(PLC).
Jenis PLC yang digunakan untuk alat
pengontrol ini adalah mini PLC 10 I/O
dengan input DC sesuai dengan jenis
tegangan keluaran dari sensor. Kontroler ini
akan digunakan untuk mengontrol 6 input
dan 4 output sesuai dengan I/O yang tersedia
pada PLC. Input yang dikontrol terdiri dari 1
NO, 2 NC, dan 3 sinyal tegangan dari
keluaran sensor tekanan. Output yang
dikontrol terdiri dari 2 lampu tanda dan 2
relai untuk mengaktifkan motor DC dengan
arah putaran yang berbeda.
Gambar 4 Diagram Ladder
Gambar 5 Rangkaian masukan PLC
Gambar 6 Instalasi Pada PLC
Gambar 7 Instalasi Pengujian
Keterangan :
P = Tekanan di dalam ketel (Kg/Cm2=Bar)
V5 = Tegangan output sensor (Volt)
M = Motor DC
Penentuan setting tekanan
Untuk menentukan setting tekanan aman
pada boiler, dapat dilakukan dengan
menggunakan potensiometer. Tekanan yang
telah dikonversikan menjadi tegangan oleh
sensor-tranduser kemudian dihubungkan
dengan kaki berubah dari potensiometer
Alat Pengontrol Tekanan Menggunakan Plc Tipe Cpm 1a 10 I/O (Margana)
28
untuk membatasi arus yang akan
mengaktifkan kaki basis dari transistor.
Setelah transistor aktif maka relai akan aktif
dan memberikan input “on” ke alamat input
PLC yang sesuai dengan transistor yang
aktif.
Cara menentukan setting tekanan untuk
katup membuka adalah dengan metode trial-
error. Langkah awalnya menghubungkan
rangkaian input PLC dengan power suplai
yang bisa diatur nilai tegangannya sesuai
dengan range tegangan yang keluar dari
sensor. Kemudian mengatur nilai tegangan
power suplai yang mewakili tekanan sesuai
dengan data spesifikasi sensor (misalnya
0,68 volt yang mewakili 0,6 bar). Setelah itu,
memutar nilai potensiometer hingga relai
bekerja. Nilai tahanan potensiometer saat
relai mulai bekerja inilah yang menjadi
setting point tekanan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Hasil Pengujian dan Analisa Pengujian
Tabel 1 Data Pengujian Rangkaian Masukkan PLC
Tekanan pada
Manome
ter P (P1)
Tegang an
Sensor
(V5)
Tahanan
(VR1)
(Ohm)
Tahanan
(VR2)
(Ohm)
Tahanan
(VR3)
(Ohm)
0,6 bar 0,68 v 10 10 10
0,7 bar 0,72 v 266 266 266
0,8 bar 0,76 v 515 515 515
0,9 bar 0,80 v 888 888 888
Tabel .2 Data Pengujian Rangkaian Catu
Daya Motor Dengan Multimeter Digital
Peng ukur
an
Vinput (V1)
Voutput tanpa
beban
(V2)
Voutput setelah
berbeban
(V3)
Putaran Motor
(n, rpm)
1 205 v 12,93 v 5,98 v 47,2
2 205 v 12,94 v 5,71 v 47,6
3 205 v 12,92 v 5,71 v 47,2
4 205 v 12,91 v 5,98 v 47,9
5 205 v 12,91 v 5,86 v 47,6
Gambar 8 Grafik Karakteristik Sensor
Gambar 9 Grafik Pengujian Waktu
Penurunan Tekanan Pada 0,8 bar
Gambar 10 Grafik Respon Sistem Untuk
Setting Tekanan 0,8 bar
Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No. 1 Januari 2012; 25- 29
29
4. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengujian pada alat
pengontrol tekanan dengan pemrograman
PLC, serta pengambilan data dan
pembahasannya maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Sensor mengkonversikan nilai tekanan
menjadi tegangan dengan penambahan
0,04 volt setiap kenaikan tekanan sebesar
0,1 bar.
Nilai tegangan hasil konversi tekanan oleh
sensor merupakan tegangan yang dibagi
menggunakan potensiometer untuk dapat
mengaktikan transistor dan relai yang
memberi masukkan ke PLC.
b. Bukaan katup pembuangan uap dapat
diatur oleh lama waktu putaran motor DC
yang dapat disetting nilainya dengan
menggunakan timer pada PLC.
c. Lama waktu putaran motor atau besarnya
bukaan katup mempengaruhi lama waktu
pembuangan uap hingga mencapai setting
aman.
d. Kontroler dapat bekerja dengan baik pada
setting tekanan 0,6 ;0,7 ;0,8 ;0,9 bar.
Waktu rata-rata tercepat untuk
pembuangan uap hingga mencapai setting
aman adalah pada tekanan 0,6 bar dengan
putaran motor selama 45 detik yaitu
selama 3 detik sedangkan waktu rata-rata
terlama adalah 158,33 detik pada tekanan
setting 0,9 bar dan putaran motor 50 detik.
Saran
Untuk meningkatkan daya guna dan
pengembangan lebih lanjut dari alat ini, ada
beberapa saran yang diharapkan dapat
digunakan sebagai petunjuk, antara lain
sebagai berikut :
a. Agar proses pendidihan air lebih cepat
akan lebih baik jika rangkaian listrik pada
electric heater dirubah berdasarkan
spesifikasi alat yang sebenarnya yaitu
2000W/3Ø, karena dalam pengujian yang
telah dilakukan hanya menggunakan
rangkaian listrik 1Ø sehingga daya yang
dikeluarkan kurang maksimal hanya
sekitar 1300W.
b. Nilai range setting tekanan dapat
diperbesar menggunakan potensiometer
dengan nilai yang lebih besar dari 1KΏ
yang digunakan pada alat ini atau dengan
menambahkan rangkaian pengurang pada
rangkaian masukkan dari sensor.
c. Agar jumlah alamat output lebih memadai
dapat menggunakan PLC yang memiliki
jumlah output lebih banyak.
Daftar Pustaka
___________1997. CPM1 Training
Manual. OMRON Indonesia Rep.
Office.
Kusumahadi W Danang, 2010. Pembuatan
Alat Pengontrol Tekanan Dengan
Pemrograman PLC , Politeknik
Negeri Semarang
Katsuhiko,Ogata.1997.Teknik Kontrol
Automatik. Jakarta:Erlangga.
Petruzella, Frank D. 1996. Elektronik
Industri. Yogyakarta: ANDI.
Setiawan, Iwan. 2006. Programmable Logic
Controller (PLC) Dan Teknik
Perancangan Sistem Kontrol.
Yogyakarta: ANDI.