5 karmawibangga agus aris munandar -...

16
T 65 Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur ADEGAN-ADEGAN RELIEF MAHAKARMMAVIBHANGGA CANDI BOROBUDUR Tinjauan Terhadap Penataan Tataran Adegan dan Makna Simboliknya Oleh : Agus Aris Munandar Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Telah banyak laporan kajian dan risalah yang jelas benar, para pemahat relief disusun oleh para peneliti tentang relief Karmmavibhangga harus merelakan karyanya Karmmavibhangga di Borobudur, namun masih ditutup oleh kaki tambahan berupa susunan saja banyak hal yang dapat dijadikan sumber balok batu sekitar 13.000 meter kubik (Adi 1992: kajian menarik. Relief Karmmavibhangga 47). dipahatkan dalam 160 panil, dan terletak di Denah Candi Borobudur yang berbentuk bagian kaki Candi Borobudur yang tertutup, empat persegi sebenarnya didasarkan kepada ditemukan pertama kali pada tahun 1885 perkembangan bangunan suci Hindu. Semula (Bernet Kempers 1959: 45). Kehadiran relief bangunan suci Buddha di Jawa Tengah yang yang menempati bagian kaki candi yang ditutup tergolong tua, yaitu Candi Kalasan masih oleh kaki tambahan itu merupakan dibangun dengan denah sederhana, dalam permasalahan tersendiri. Salah satu masa pembangunan Borobudur, denah segi permasalahan yang belum dijawab secara baik empatnya telah mengalami modifikasi sehingga oleh para ahli arkeologi adalah perihal alasan pada setiap sisinya terbentuk penampil ganda ditutupnya panil-panil Karmmavibhangga. (Dumarcay 1986: 25 & 30). Pada kaki candi Dapat diduga rangkaian relief terbawah itulah tempat dipahatkannya deretan Karmmavibhangga telah dibuat dengan susah panil relief Karmmavibhangga yang kemudian payah dan penuh konsentrasi oleh para silpin banyak dijadikan bahan kajian. pemahatnya dulu, oleh suatu alasan yang belum Relief yang dipahatkan di dinding candi I Sisi Tenggara Candi Borobudur yang dibiarkan terbuka, terlihat relief Karmmavibhangga yang berada di kaki candi yang tertutup kaki tambahan

Upload: duongdiep

Post on 05-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

T

65Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur

ADEGAN-ADEGAN RELIEF MAHAKARMMAVIBHANGGA

CANDI BOROBUDURTinjauan Terhadap Penataan Tataran Adegan dan Makna Simboliknya

Oleh :Agus Aris Munandar

Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu BudayaUniversitas Indonesia

Telah banyak laporan kajian dan risalah yang j e l a s b e n a r, p a r a p e m a h a t r e l i e f

disusun oleh para peneliti tentang relief Karmmavibhangga harus merelakan karyanya

Karmmavibhangga di Borobudur, namun masih ditutup oleh kaki tambahan berupa susunan

saja banyak hal yang dapat dijadikan sumber balok batu sekitar 13.000 meter kubik (Adi 1992:

kajian menarik. Relief Karmmavibhangga 47).

dipahatkan dalam 160 panil, dan terletak di Denah Candi Borobudur yang berbentuk

bagian kaki Candi Borobudur yang tertutup, empat persegi sebenarnya didasarkan kepada

ditemukan pertama kali pada tahun 1885 perkembangan bangunan suci Hindu. Semula

(Bernet Kempers 1959: 45). Kehadiran relief bangunan suci Buddha di Jawa Tengah yang

yang menempati bagian kaki candi yang ditutup tergolong tua, yaitu Candi Kalasan masih

o leh kak i t ambahan i tu merupakan dibangun dengan denah sederhana, dalam

permasalahan tersendi r i . Sa lah satu masa pembangunan Borobudur, denah segi

permasalahan yang belum dijawab secara baik empatnya telah mengalami modifikasi sehingga

oleh para ahli arkeologi adalah perihal alasan pada setiap sisinya terbentuk penampil ganda

ditutupnya panil-panil Karmmavibhangga. (Dumarcay 1986: 25 & 30). Pada kaki candi

D a p a t d i d u g a r a n g k a i a n r e l i e f terbawah itulah tempat dipahatkannya deretan

Karmmavibhangga telah dibuat dengan susah panil relief Karmmavibhangga yang kemudian

payah dan penuh konsentrasi oleh para silpin banyak dijadikan bahan kajian.

pemahatnya dulu, oleh suatu alasan yang belum Relief yang dipahatkan di dinding candi

I

Sisi Tenggara Candi Borobudur yang dibiarkan terbuka, terlihat relief Karmmavibhangga yang

berada di kaki candi yang tertutup kaki tambahan

sebenarnya mempunyai beberapa fungsi selain pengamat masa sekarang, sementara itu acuan

memperindah bangunan. Fungsi lain itu adalah kisahnya belum dapat diketahui secara pasti

menyebarkan ajaran keagamaan melalui dan masih harus dieksplorasi lagi.

penggambaran visual, sehingga diharapkan Dalam hal relief cerita Karmmavibhangga

dapat dengan mudah dimengerti oleh para di Candi Borobudur, A.J. Bernet Kempers

pengamatnya, lalu penggambaran relief p e r n a h m e n y a t a k a n b a h w a r e l i e f

tersebut juga berfungsi untuk “mengabadikan” Karmmavibhangga tidak sepenuhnya secara

cerita keagamaan, karena dalam bentuk media tepat mengikuti uraian text Karmmavibhangga.

batu, adegan yang mengandung cerita dapat Jika terdapat beberapa panil yang dapat

lebih lama bertahan daripada hanya diuraikan dikembalikan kepada text, maka sangat

dalam bentuk media lontar karya sastra. Sampai mungkin yang menjadi acuannya adalah kisah

sekarang masih banyak relief cerita yang masih Karmmavibhangga versi Sansekerta dan versi

bertahan di dinding candi-candi di Jawa Timur, Cina yang paling awal. Sebagian besar panil

walaupun acuan ceritanya belum dapat lainnya tidak mengacu kepada sesuatu text yang

diketahui. Hal itu menunjukkan bahwa cerita telah dikenal, mungkin mengacu pada sumber

yang divisualisasikan dalam bentuk relief lebih lain yang masih belum dapat diungkap (Bernet

awet dan masih dapat diamati langsung oleh Kempers 1975: 90).

Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa

para pemahatnya dahulu mempunyai acuan lain

dalam menggambarkan adegan-adegan di kaki

Candi Borobudur yang tertutup tersebut.

Mungkin saja acuan itu merupakan cerita

keagamaan pula, tetapi dapat pula gambaran

kehidupan sehari-hari yang dikenal dalam masa

itu, tetapi mungkin hanya merupakan rekaan

pemahat saja, namun tetap dalam kerangka

ajaran kebuddhaan. Oleh karena itu sangat

terbuka untuk diadakan kajian dan interpretasi

terhadap adegan-adegan relief tersebut.

66 Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur

Sisi Tenggara Candi Borobudur yang dibiarkan terbuka yang memperlihatkan kaki aslinya

II

Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur

Jika saja pendapat Bernet Kempers yang yang dijadikan acuan pemahatan, oleh karena

telah dikemukakan itu benar, maka banyak panil itu panil-panil yang dilengkapi dengan inskripsi

y a n g d i p a h a t k a n d a l a m r a n g k a i a n singkat mungkin dapat diasumsikan bahwa

Karmmavibhangga dibuat dengan tidak a d e g a n n y a m e n g a c u k e p a d a t e x t

mengacu kepada naskah yang sama. Mengenai Karmmavibhangga. Panil-panil itu antara lain

adegan relief yang tidak dikenali acuannya adalah:

tersebut, terdapat 3 kemungkinan yang Panil 21 inskripsi berbunyi: “virupa” [cacat,

berkenaan dengannya sebagai berikut: berwajah buruk]

a. Mengacu kepada kehidupan sehari-hari Panil 43 inskripsi berbunyi: “maheçakyah”

masyarakat Jawa kuno yang hidup sezaman [orang Sakya yang mulia]

dengan masa Candi Borobudur didirikan. Panil 121 inskripsi berbunyi:

b. Mengacu kepada cerita keagamaan lain di a . “ a b h i d y a ” [ s u a s a n a y a n g t i d a k

luar Karmmavibhangga yang masih belum menyenangkan]

dikenali hingga sekarang. b.“vyapada” [keinginan buruk]

c. Te t a p m e n g a c u k e p a d a k i s a h Panil 122 inskripsi berbunyi: “mittyadŗsti”

Karmmavibhangga hanya saja yang [perbuatan palsu]

merupakan versi Jawa Kuno, sebagaimana Panil 123 inskripsi berbunyi: “kusala”

umum dikenal bahwa pujangga-pujangga [perbuatan yang bermanfaat]

Jawa Kuno juga akh i rnya mampu Panil 124 inskripsi berbunyi:

menggubah cer i ta sendi r i dengan a.“caityavandana” [memuliakan caitya]

mengembangkan kisah-kisah baku yang

mulanya berasal dari India.

P a d a b e b e r a p a p a n i l r e l i e f

Karmmavibhangga terdapat inskripsi singkat,

para ahli berpendapat bahwa inskripsi singkat

itu dipergunakan sebagai petunjuk para silpin

untuk memahatkan adegan yang sesuai dengan

bunyi inskripsinya (Soekmono 1981, Miksic

1996: 67, Joesoef 2004: 100). Kata-kata singkat

tersebut diambil dari kitab Karmmavibhangga

67

Relief Karmmavibhangga Panil 43

b.”suwarnawarna” [nama tokoh cerita] “kuśaladharmmabhajana” [abu tokoh suci]

Panil 125 inskripsi berbunyi: Panil 139 inskripsi berbunyi: “bhogi” [pemilik

a.“susvara” [suara merdu] tanah]

b.”mahojaskasamavadhana” [kelompok Panil 140 inskripsi berbunyi: “svarga”

orang berpengaruh] Panil 141 inskripsi berbunyi: “pataka”

Panil 126 inkripsi berbunyi: [bendera]

a.”gosthi” [berbicara sopan] Panil 142 inskripsi berbunyi: “adhyabhogi”

b.”svargga” [surga] [pemilik tanah yang kaya]

Panil 127 inskripsi berbunyi: Panil 147 inskripsi berbunyi: “svargga”

a.“chatradana” [persembahan payung] P a n i l 149 inskripsi berbunyi: “svargga”

b.”vinayadharmakayacitta” [menghormati Panil 150 inskripsi berbunyi: “chatradana”

kitab Vinaya] [memberikan payung]

P a n i l 1 2 8 i n s k r i p s i b e r b u n y i : Panil 151 inskripsi berbunyi: “svargga”

“maheçakhyasamavadhana” [orang mulia Panil 152 inskripsi berbunyi:

Sakya dengan para pengiringnya] a . “ d h a r m a j a vada” [membahas agama]

Panil 129 inskripsi berbunyi: “cakravartti” b.“svargga”

[penguasa dunia] Panil 153 inskripsi berbunyi: “svargga”

Panil 133 inskripsi berbunyi: “śabdaśravana” Panil 154 inskripsi berbunyi:

[mendengarkan petuah/ajaran] a.”vasodana” [memberikan perhiasan]

Panil 135 inskripsi berbunyi: b.”bhogi” [pemilik tanah, kepala kampung]

a.“vastradana” [mempersembahkan baju] c.”gosthi” [berbicara sopan]

b.”prasadita” [membawa kemakmuran] Panil 157 inskripsi berbunyi: “anjali” [sikap

P a n i l 1 3 8 i n s k r i p s i b e r b u n y i : tangan menghormat, mudra]

Demikian beberapa kata sansekerta yang

dipahatkan dalam bentuk inskripsi pada bingkai

atas sejumlah panil relief Karmmavibhangga.

Berdasarkan tinjauan palaeografi terhadap

prasasti-prasasti pendek tersebut, dapat

diketahui bahwa kronologi pemahatan huruf-

huruf itu berasal dari tahun sekitar 800 M.

Kronologi itu pula yang kiranya dapat diterapkan

68 Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur

Contoh inskripsi pada panil relief Karmmavibhangga No.154a yang berbunyi: “vasodana”

Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur

kepada masa pembangunan Candi Borobudur, tetap dalam kerangka konsepsi ajaran agama

artinya Candi Borobudur dibangun pada sekitar Buddha Mahayana. Hal itu dapat diketahui

tahun 800-an (Bernet Kempers & Soekmono berkat adanya adegan-adegan yang

1974: 30—31). m e n g g a m b a r k a n s e s e o r a n g s e d a n g

Inskr ips i - inskr ips i yang berhas i l berceramah --pastinya ceramah keagamaan--

ditemukan terdapat pada sekitar 35 panil relief, yang sedang dihadap oleh banyak orang

isinya mengungkapkan perihal suasana yang sebagai pendengarnya. Juga terdapat adegan-

baik ataupun yang tidak baik. Jika text adegan yang dilengkapi dengan pohon

Karmmawibhangga dijadikan acuan, maka Kalpataru yang di bawahnya terdapat Kinnara

sekitar 35 panil yang menuju kepada text menunjukkan suasana di dunia supernatural.

tersebut, sisanya 125 panil mungkin mengacu Jadi pada adegan-adegan i tu nafas

kepada referensi lain. Menilik begitu banyaknya keagamaannya masih tetap terasa.

panil relief yang tidak dapat “dikembalikan”

kepada text Karmmavibhangga, maka sangat III

mungkin terdapat sumber lain yang menjadi

acuannya. Sumber lain itu antara lain Candi Borobudur sebagai bangunan suci

mengisahkan kehidupan sehari-hari dalam tentu banyak dikunjungi oleh para peziarah

masyarakat Jawa Kuno, oleh karena itu banyak pada masanya. Mereka melakukan perjalanan

adegan yang menggambarkan aktivitas sehari- mengelilingi bangunan candi sejak bagian kaki,

hari masyarakat. lalu berangsur-angsur menaiki tingkat demi

A.J.Bernet Kempers juga pernah tingkat menuju ke stupa induk di puncak

menyatakan bahwa hanya sekitar 23 panil saja Borobudur. Per ja lananan pradaks ina

yang mengikuti naskah Karmmavibhangga, menganankan bangunan candi itu dimulai dari

sedangkan sisanya sejumlah 137 panil tidak sisi timur relief, karena relief-relief naratif bermula

d a p a t d i s e s u a i k a n d e n g a n n a s k a h dari sisi timur menuju selatan, barat, utara, dan

Karmmavibhangga versi manapun, artinya berakhir di sisi timur pula.

terdapat kebebasan seniman untuk menyusun Perjalanan keliling Borobudur yang

dan menggambarkan relief-relief (Rangkuti dilakukan para peziarah masa silam mungkin

1992: 81). Dalam hal ini bukan berarti suatu sama dengan yang dilaksanakan oleh umat

kebebasan yang benar-benar bebas, melainkan Buddha India kuno di Stupa Sāñci. Stupa kuno di

69

Beberapa Relief Karmmavibhangga yang dilengkapi dengan pohon Kalpataru dan

Kinnara

70 Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur

India utara itu dilengkapi dengan 4 pintu yang pertama (Dharmacakrapravarttana), dan

gerbang (torana), masing-masing gerbang pintu utara lambang masuk ke Nirwana

tersebut sebenarnya melambangkan tahapan (Parinirvana) (Coomaraswamy 1985: 30—31,

hidup Siddharta Gautama. Pintu timur adalah Anom 2000: 27). Agaknya antara Candi

lambang kelahiran (Buddhajati), pintu selatan Borobudur dan Stupa Sāñci, terdapat

melambangkan pencapaian pencerahan kese ja ja ran da lam ha l makna yang

(Sambhodi), pintu barat pengajaran (khotbah) dikandungnya, dengan demikian perjalanan

mengelilingi Candi Borobudur sama dengan

perjalanan mengelilingi Stupa Sāñci. Perjalanan

itu dapat dianggap sebagai simbol dari

penghayatan kehidupan Siddharta Gautama

tahap demi tahap sejak Ia dilahirkan sehingga

meninggal dan memasuki Nirwana.

Apabila tahapan hidup Siddharta

diterapkan Candi Borobudur, maka antara

tangga timur dan tangga selatan (sektor I: area

tenggara) dapat dianggap sebagai simbol dari

tahap kehidupan Buddhajati. Area antara

tangga selatan dan tangga barat (sektor II: area

barat daya) dianggap simbol kehidupan

Siddharta ket ika berupaya mencapai

pencerahan (Sambhodi); antara tangga sisi

barat dan tangga utara (sektor III: area barat

laut), dapat dianggap simbol pengajaran

(khotbah) Siddharta yang pertama kali

(Dharmacakrapravarttana), dan antara tangga

utara dan timur (sektor IV: area timur laut) adalah

simbol Parinirvana. Untuk lebih jelas dapat

dilihat dalam bagan Candi Borobudur

disamping :

Dharmacakrapravarttana

Sambhodi Buddhajati

Parinirvana

III

III IV

U

Bagan tahapan hidup Siddharta Gautama pada Candi Borobudur

Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur

Kiranya dapat dimengerti sekarang mempunyai panil-panil dari No.41—80, banyak

mengapa jumlah relief Karmmavibhangga menggambarkan adegan dengan tema

adalah 160 panil, jumlah tersebut dibagi dalam 4 Sambhodi, seperti adanya beberapa orang

sektor, maka masing-masing-masing sektor atau sekelompok orang yang mendatangi

berjumlah 40 panil relief. Dengan demikian berbagai guru di hutan atau di lingkungan

deretan panil relief yang dipahatkan antara pedesaan, pertunjukan kesenian jalanan, atau

tangga timur-selatan sebenarnya adalah simbol para pengamen, penari yang sedang

Buddhajati, relief-relief yang dipahatkan antara mempertunjukkan kemahirannya, menjaga padi

tangga selatan dan barat adalah simbol dari di sawah yang diserang hama tikus, bermacam-

Sambhodi, panil-panil relief antara tangga barat macam adegan persembahan, dan lainnya lagi.

d a n u t a r a a d a l a h s i m b o l t a h a p Di sektor III panil-panil No. 81—120

Dharmacakrapravarttana, dan akhirnya panil- menggambarkan berbagai adegan yang

panil relief antara tangga utara dan timur merupakan inti ajaran Buddha, atau ajaran yang

melambangkan tahap Parinirvana. disampaikan pada waktu Siddharta Gautama

Ternyata memang benar adanya, panil- berkhotbah pertama kali di taman Kijang di

panil relief awal di sektor I dari panil No.1—40 Benares. Adegan yang divisualisasikan di sektor

menggambarkan bermacam adegan yang ini (area barat laut) diawali dengan rombongan-

berhubungan dengan kelahiran, awal rombongan orang yang sedang mendengarkan

kehidupan, menolong orang melahirkan (Panil ceramah seorang guru, pendeta, atau mungkin

No.3), jadi bukan abortus provocatus seperti dewa (Panil No.81—85), adegan-adegan

pendapat Bernet Kempers (1975: 236), penyiksaan di neraka (Panil No.86--94, 109-

kehidupan yang penuh penderitaan, figur-figur 110), perselisihan, persembahan ke berbagai

anak kecil dan remaja, bangsawan dikelilingi kalangan, diskusi-diskusi, dua adegan di dunia

dayang-dayang, minum-(minuman keras?), dewa-dewa (No.101 & 102), bertapa (No.105),

menggoda perempuan, mengganggu nenek orang-orang sedang menutup mulutnya

yang menggendong anak kecil (Panil No.25), seakan-akan menjaga ucapannya (No.119), dan

tukang kayu pembuat bangunan (Panil No.30), lainnya lagi.

dan lagi yang intinya menggambarkan keadaan Panil-panil No. 120—160 mengandung

berbagai kegiatan dalam masyarakat baik yang t e m a P a r i n i r v a n a , b a n y a k y a n g

bersifat positif ataupun negatif. Sektor II menggambarkan adegan kaum bangsawan dan

Panil 65 (menjaga padi di sawah)

Panil 105 (bertapa)

Panil 159 (raja besar)

71

Panil 25

para pengiringnya (No.142, 146, 148, 151, 154) dalam adegan-adegan latar depan, latar

raja sedang melakukan perjalanan (No.150), tengah dan latar belakang.

raja di istananya (No.128,129,132,153,154) raja 02. Semua adegan digambarkan dengan

besar (cakravartti) (No.159) kehidupan di tampilan latar depan semua, sehingga

Kahyangan dan dunia dewa-dewa (No.143, 147, berada dalam ruang depan yang paling

149, 155, 160). Tema Parinirvana tersebut dekat dengan pengamat.

dipahatkan dalam panil-panil relief di sektor IV 03. Adegan-adegan relief digambarkan dalam

area timur laut kaki Candi Borobudur. Hal yang tataran (stage) yang berbeda, umumnya

menarik adalah adanya kenyataan bahwa dalam terdiri dari 3 tataran, yaitu (a) tataran paling

sistem Astadikpalaka Veda kuno, arah timur laut rendah (tanah), (b) tataran agak tinggi

adalah arah terbaik, di arah tersebut dewa yang (tanah yang lebih tinggi menyerupai batur,

m e n j a g a n y a a d a l a h I s a n a . D a l a m dan (c) tataran tertinggi berupa panggung,

perkembangan agama Hindu-Trimurti masa rumah panggung atau bentuk lainnya yang

kemudian, Isana adalah epithet lain bagi Siva digambarkan berkolong.

Mahadeva. Dengan demikian agaknya telah ada Selanjutnya kajian ini membicarakan

kesejajaran antara konsep arah terbaik dan perihal peringkat tataran yang terdapat dalam

dikeramatkan antara ajaran Veda dan Buddha, satu panil. Tataran yang dimaksudkan dalam

yaitu arah timur laut. telaah ini adalah alas atau media tempat duduk

Berdasarkan pengamatan terhadap atau berdirinya figur-figur dalam relief, baik figur

penggambaran relief Karmmavibhangga dapat manusia, hewan, ataupun kelompok dewata.

diketahui adanya beberapa ciri penggambaran Misalnya yang terlihat pada panil relief No.1,

khusus, selain ciri yang telah umum dikenal digambarkan bermacam orang sedang

seperti, (a) penggambaran figur tokoh naturalis, mengerjakan sesuatu seakan-akan hendak

(b) berbentuk relief tinggi, (c) wajah tokoh memperlihatkan bermacam mata pencaharian

menghadap ke pengamat, dan (d) terdapat hidup yang dikenal pada waktu i tu.

bidang yang dibiarkan kosong pada panil. Ciri Digambarkan pada panil tersebut adanya orang

khusus itu antara lain: mencari ikan, pedagang, pemain musik, kuli

01. Tidak terdapat penggambaran adegan pengangkut barang, pemburu, dan ada pula

secara perspektif, dengan demikian tidak orang yang berdiri menunjuk-nunjuk mungkin

terdapat efek perspektif yang tercermin seorang mandor dan lainnya lagi. Seluruh

72 Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur

Beberapa relief yang belum selesai dan masih kosong. Atas : Relief Karmmavibhangga panil

no. 114, Tengah : Relief Karmmavibhangga panil no. 135, Bawah : Relief

Karmmavibhangga panil no. 120

2

1

Tataran 1

Tataran 2

1

adegan itu digambarkan dalam satu tataran Dalam adegan di Panil 3 digambarkan 3

saja, yaitu tataran paling rendah di tanah atau air. adegan menolong orang yang melahirkan,

Pada panil tidak diperlihatkan adanya tataran bukan adegan abortus provocatus. Panil ini

lain yang lebih tinggi dari permukaan tanah. belum digarap dengan sempurna, terlihat di

Panil relief No.1: bagian tepi panil sisi kanan, digambarkan

orang-orang sedang menolong perempuan

yang melahirkan. Hanya dua tataran saja yang

digambarkan, yaitu adanya pria dan wanita-

wanita yang berdiri di permukaan tanah (di luar

rumah), dan perempuan-perempuan yang

menolong melahirkan serta perempuan yang

Pa n i l s e l a n j u t n y a a d a l a h N o . 2 sedang ditolongnya digambarkan di tataran ke-

digambarkan 2 tataran, yaitu adanya pria-pria 2, mungkin bale-bale, penggarapan relief belum

yang sedang duduk di tanah, mengolah ikan, di selesai.

dekatnya seseorang sedang menjaga tungku Panil Relief No.3:

menyala dengan wadah di atasnya, dan ada

pula sekelompok pria sedang duduk-duduk

berbincang di bale-bale yang berkolong, di

dekatnya terdapat keluarga yang duduk dalam

rumah panggung menunggu seorang anak

yang tidur terlentang mungkin sakit. Pada panil Pada Panil relief No.6 digambarkan

ini digambarkan adanya 2 tataran, yaitu tanah adanya 3 tataran, yaitu tataran terendah (tanah)

dan bale-bale/rumah panggung. tempat duduk 2 pria di kolong bale dan tempat

Panil Relief No.2: berdiri 2 perempuan yang berpakaian raya, di

dekat mereka terdapat tataran ke-3 (tataran

tertinggi dalam adegan Panil No.6) berupa bale-

bale beratap berhias makara, di sana duduk pria

dan perempuan berpakaian raya. Lalu tataran

ke-2 berupa batur tanah yang ditinggikan

sebagai tempat duduk sekelompok pria di tepi

panil sisi kiri. Mereka seakan-akan sedang

mendengarkan petuah dari seseorang pria

Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur 73

11

3

2

Tataran 3

Tataran 1

Tataran 2

bersanggul berpakaian raya yang duduk di Penggambaran menarik terdapat pada

batur balok batu yang agak sejajar dengan bale- panil relief No.105, adegan pada panil itu

bale berhias (tataran ke-3). memperlihatkan adanya 4 orang pertapa pria

Panil Relief No.6: duduk bersila dengan sikap tangan dhyana.

Mungkin yang dimaksudkan adalah 1 orang

saja, jadi pertapa yang sama, namun

digambarkan dalam kala waktu yang berbeda.

Semuanya digambarkan duduk pada lapik yang

terkesan empuk. Tataran yang digambarkan

Panil No.54 digambarkan adanya 3 tersebut sama, mungkin yang dimaksudkan

tataran, yaitu tanah tempat para pria duduk tataran ke-2 atau ke-3, sebab si pertapa tidak

membawa nampan, bahkan ada pula yang duduk langsung di tanah. Di bawah lapiknya

bersujud di depan tokoh perempuan yang digambarkan terdapat binatang berkaki empat,

berdiri, dan ada beberapa yang berdiri sambil dan di sekitar tubuh pertapa tersebut terdapat

membawa payung. Tataran ke-2 adalah batur gambaran bermacam pohonan besar kecil.

tanah yang lebih tinggi tempat seseorang yang Panil Relief No.105:

berpakaian raya duduk, di hadapannya duduk di

tanah seseorang sedang menghadap sambil

menyembah. Lalu tataran ke-3 berupa bale-bale

berkaki dengan hiasan ukiran terletak di

permukaan batur tanah. Di bale-bale itu duduk

sekelompok orang yang berpakaian raya.

Panil Relief No.54: Panil relief dengan 4 tataran juga dijumpai

dalam rangkaian relief Karmmavibhangga,

terletak pada sektor IV di area timur laut, panil

relief itu bernomor 132 dan 159. Pada panil

No.159 digambarkan adegan raja besar beserta

para pengiringnya lengkap dengan hewan

penanda kebesaran raja, yaitu Gajah dan Kuda.

Tataran pertama adalah permukaan tanah,

digambarkan tempat orang-orang pria sedang

duduk-duduk, dan terdapat pula 2 orang

74 Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur

21 1 132

4

Tataran 2

Tataran 3

Tataran 1

Tataran 4

perempuan yang sedang berdiri di samping menunjukkan bahwa raja dan seluruh

kanan-kiri raja. Tataran ke-2 adalah batur dari kerajaannya berada dalam napas Buddhisme.

tanah yang ditinggikan kemudian dilengkapi Panil Relief No.159:

dengan lapik sebagai tempat duduk 2 orang

perempuan di sisi kanan-kiri raja. Tataran ke-3

terletak di tengah, lebih tinggi dari tataran

kedua, berupa batur luas tempat duduk 3

perempuan dan seorang pria bermahkota

(raja), kaki raja digambarkan terjulur ke bagian

bawah lapik tataran ke-3. Satu tataran lagi

adalah bentuk lapik padma yang melayang di

udara di bagian kanan sang raja, di permukaan Adegan relief yang mengenal adanya 4

padmasana itu terdapat roda atau cakra yang tataran memang hanya 2 panil saja selebihnya

digambarkan berdiri, simbol dari agama kebanyakan terdiri dari 3 tataran. Dijumpai pula

Buddha. Pada panil relief No.132, tataran ke-4 adegan relief yang hanya menggambarkan 1

yang berupa bunga padma melayang di udara atau 2 tataran, namun dalam jumlah terbatas.

berjumlah dua, dengan dua benda yang Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jumlah

berbeda berada di permukaannya, satu yang umum diikuti dalam penggambaran

roda/cakra dan yang lainnya ditempati bentuk adegan pada relief Karmmavibangga adalah 3

stupa. Telah diketahui secara umum bahwa tataran. Pani l Rel ief No.112 berikut

kedua benda te r sebu t sebena rnya s e b a g a i m a n a u m u m n y a p a n i l

berhubungan dengan agama Buddha, sebab Karmmavibhangga terdiri juga atas 3 tataran,

cakra adalah simbol dharma atau ajaran yaitu tanah tempat duduk beberapa orang, ada

Buddha, adapun stupa adalah simbol agama yang duduk di bawah pohon dan ada pula

Buddha secara umum. Kedua panil No.132 dan yang duduk di kolong bale-bale berhias,

159 sebenarnya menggambarkan adegan di digambarkan pula ada dua orang berjanggut

istana kerajaan dengan raja besar penguasa yang sedang berdiri di tanah. Tataran kedua

dunia, duduk di tengah adegan, dengan adalah alas duduk yang berupa peti sedang

adanya kedua simbol Buddha yang diduduki seseorang berjanggut menghadap ke

digambarkan dalam tataran ke-4, maka samping. Adapun tataran ke-3 terdapat di

Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur 75

bagian tepi panil yang berupa bale atau pun untuk melengkapi penggambaran tiap adegan.

pondok panggung, di bale dan pondok tersebut Beberapa hal yang dapat dikemukakan setelah

diduduki masing-masing oleh sepasang pria- melakukan tinjauan terhadap perbedaan tataran

wanita yang sedang berinteraksi dengan orang- relief antara lain sebagai berikut:

orang yang berada di hadapan mereka dalam 01. Tataran paling rendah atau tanah (pertama)

tataran yang lebih rendah. Di bagian tengah dipergunakan untuk figur-figur orang

panil terdapat bale-bale rendah berkolong, jika kebanyakan atau untuk tataran bagi

diperhatikan ketinggiannya sama dengan kotak suasana yang umum dalam kegiatan

kayu tataran ke-2, namun tokoh-tokoh yang sehari-hari, seperti menari, berjalan,

duduk di bale tengah itu mempunyai alas duduk bermain musik, mengganggu orang,

tinggi yang terkesan empuk seperti bantal atau menjaga kebun, berburu hewan, dan lain-

guling yang besar, dengan demikian posisi lain.

ketinggian duduk tokoh-tokoh di bale tengah 02. Tataran menengah (ke-2) berbentuk tanah

sebenarnya sama dan sejajar dengan yang ditinggikan dari danah sekitarnya,

ketinggian pondok berkolong tataran ke-3. batur masif yang terkesan dari balok batu,

Panil Relief No.112 kotak kayu, dan bentuk lainnya. Tataran ini

dipergunakan sebagai tempat berdiri atau

duduk tokoh-tokoh dar i kalangan

menengah seperti orang tua, perempuan

pada umumnya, kepala desa, kaum

agamawan di desa, pejabat di bawah raja,

dan lain-lain.

IV 03. Tataran ke-3 berbentuk bale atau panggung

yang dihias atau batur masif yang dihias

Adanya perbedaan penggambaran dan dilengkapi bantal dan guling yang

tataran dalam adegan relief Karmmavibhangga terkesan empuk. Tataran tersebut

di kaki Candi Borobudur, pada dasarnya digunakan untuk duduk-duduk mereka

memang disengaja oleh para pemahatnya yang berpakaian indah, berbusana lengkap

dahulu. Perbedaan tataran tersebut terasa kain dengan l ipatan, mengenakan

cukup menyolok dan dibuat secara konsisten mahkota, gelang, kalung, sangat mungkin

76 Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur

mereka dari kalangan kaum bangsawan, kahyangan yang digambarkan melayang di

keluarga raja, penguasa di wilayah tertentu, udara sebagaimana yang dipahatkan

serta raja agung cakravarttin. dalam rangkaian relief Lalitavistara.

Demikianlah semua adegan yang 02. F i g u r p e r e m p u a n s a n g a t j a r a n g

d i p a h a t k a n d a l a m p a n i l - p a n i l digambarkan duduk di permukaan tanah

Karmmavibhangga Candi Borobudur hampir atau yang bersimpuh, beberapa panil yang

semuanya menggambarkan adegan sehari-hari menggambarkan perempuan sedang

di alam manusia. Dalam penggambaran duduk atau bersimpuh antara lain pada

aktivitas tokoh-tokohnya adegan-adegan itu panil relief No.28, 68, 100,129, 132, dan 154,

terbagi dalam 3 tataran yang berbeda. Adegan umumnya perempuan kaum perempuan

yang menggambarkan alam supernatural bangsawan yang duduk di lingkungan

terlihat dalam suasana di surga dan neraka. istana atau suasana di surgawi.

Adegan di surgawi ditandai dengan adanya 03. Be lum mengena l e fek perspekt i f

penggambaran pohon Kalpataru yang di sebagaimana yang dikenal dalam

bawahnya terdapat sepasang Kinnara, dan penggambaran relief-relief candi Jawa

tokoh-tokoh yang berpakaian lengkap mungkin Timur. Misalnya pada panil No.147, terdapat

menggambarkan dewa-dewa karena di bagian penggambaran kolam penuh dengan

belakang kepalanya terdapat lingkaran bunga teratai di dekat bangunan candi.

sirascakra. Dalam pada itu adegan di neraka Kolam itu digambarkan vertikal, sehingga

ditandai dengan suasana penyiksaan seperti tidak mengesankan kolam, kolam itu harus

orang-orang yang sedang direbus, berjalan di dipandang dari atas secara vertikal, jadi

permukaan yang penuh pedang tajam, lidahnya tidak ada penggambaran secara perspektif.

ditusuk tombak, orang-orang yang dilemparkan Kajian ini masih merupakan tinjauan awal

ke dalam bangunan yang terbakar api, orang- untuk telaah lanjutan tentang aktivitas sehari-

orang yang dibacok dengan pedang, orang hari masyarakat Jawa Kuno dalam zaman

diinjak-injak gajah, dan lain-lain. Borobudur yang digambarkan dalam bentuk

Beberapa pemahaman lainnya yang diperoleh relief. Adegan sehari-hari yang dapat

dari penggambaran relief Karmmavibhangga diidentifikasikan sekarang, didasarkan kepada

adalah: kenyataan masih adanya kegiatan seperti yang

01. Tidak ada penggambaran makhluk digambarkan dalam relief pada kehidupan

Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur

Panil No.147

Panil No. 100

Panil No. 89

77

keseharian masyarakat Jawa dewasa ini. Bernet Kempers, A.J. 1959. Ancient Indonesian Art. Amsterdam : C.P.J.van der Peet.Adegan yang dapat diidentifikasikan itu ternyata

hanya sedikit saja, masih banyak adegan relief Coomaraswamy, Ananda K. 1985. History of Indian and Indonesian Art. New York : yang justru belum dapat diartikan, hal itulah Dover Publications Inc.

yang menjadi bahan kajian tentang relief

Karmmavibangga di masa mendatang. Dumarcay, J. 1983. Borobudur. Oxford in Asia Paperbacks. Kuala Lumpur : Oxford University Press.

DAFTAR PUSTAKA

Joesoef, Daoed. 2004. Borobudur. Jakarta : ----------------. 1975. Ageless Borobudur : Buddhist Penerbit Buku Kompas.

Mystery in Stone Decay and Restoration, Mendut and Pawon, Folklife in Ancient Magetsari, Noerhadi. 2000. Candi Borobudur Java. Arnhem : Prins Bernhardfonds. Ditinjau dari Sudut Buddhologi, dalam

Simposium Sehari Rahasia di Balik ----------------. 1986. The Temples of Java. Oxford : Keagungan Borobudur. Jakarta :

Oxford University Press. Dhammasena Trisakti, hlm. 31—47.

----------------. 1988. The Reliefs and The Buddhist Miksic, John. 1996. Borobudur : Golden Tales of Texts, dalam Achadiati Ikram (ed), Bunga the Buddhas. Hongkong : Periplus Rampai Bahasa, Sastra, dan Budaya. Editions.Jakarta : Intermasa, hlm. 277—302.

Munandar, Agus Aris. 1987. Sumber Acuan yang Adi, Siswoyo. 1992. Isi dari Tiga Lapis Dunia [The Belum Jelas, dalam Karmawibhangga

Content of the World's Three Levels], Candi Borobudur : Gambaran Masyarakat dalam Rahasia di Kaki Borobudur [The Jawa Abad ke-9. Katalogus Pameran di Hidden Foot of Borobudur]. Jakarta : Bentara Budaya Jakarta, tanggal 6—13 Katalis, hlm. 39—50. Juli.

Anom, I.G.N. 2000. Candi Borobudur Sekilas Rangkuti, Nurhadi. 1992. Jawa dan India Pintas, dalam Simposium Sehari Rahasia Bertemu di Batu Candi [Java and India di Balik Keagungan Borobudur. Jakarta : Meet at the Temple Stones], dalam Rahasia Dhammasena Trisakti, hlm. 23—30. di Kaki Borobudur [The Hidden Foot of

Borobudur]. Jakarta : Katalis, hlm. Bernet Kempers, A.J. & R. Soekmono. 1974. 81—112.

Candi Mendut, Pawon, dan Borobudur. Seri Peninggalan Purbakala II. Bandung- Soekmono, R. 1981. Candi Borobudur: Pusaka Jakarta : Ganaco N.V. Budaya Umat Manusia. Jakarta: Pustaka

Jaya.

78 Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur

Relief Karmmavibhangga yang dibuka untuk didokumentasikan (akhir abad 19)

BIODATA PENULIS

Prof. Dr. Agus Aris Munandar M.Hum, lahir di

Indramayu kota kabupaten di utara Jawa Barat pada tanggal 13

Juli 1959. Setelah lulus SMA pada tahun 1978 melanjutkan

kuliah di Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945,

Jakarta. Hanya setahun berkuliah di sana, pada tahun 1979

mendaftarkan diri sebagai mahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas

Sastra Universitas Indonesia (FSUI). Setelah kuliah 1 tahun di

Jurusan Sejarah FSUI, lalu pindah jurusan Arkeologi hingga

lulus tahun 1984, menjadi Sarjana Sastra Universitas Indonesia

bidang Arkeologi Indonesia Tahun 1990 lulus pendidikan S2

pada Program Studi Arkeologi, Fakultas Pascasarjana

Universitas dan tahun 1999 lulus pendidikan S3 pada program

Studi Arkeologi, Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dengan judicium

cum claude. Disertasi yang disusun berjudul "Pelebahan:

Upaya Pemberian Makna pada Puri-puri Balai Abad ke-14--19

M".

Adegan-adegan Relief Mahakarmmavibhangga Candi Borobudur 79

Relief Karmmavibhangga panil no. 22