5 indikator pertumbuhan ekonomi.pdf

13
Modul ke 5 Perekonomian Indonesia Asfia Murni 1 INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA Sebagai tolok ukur kemajuan pembangunan ekonomi suatu Negara digunakan beberapa indikato-indikator antara lain : Pertumbuhan Ekonomi, Struktur Ekonomi, Pola Konsumsi dan Tabungan Masyarakat, Tingkat Inflasi, Neraca Pembayaran Luar negeri dan Penerimaan Negara, 1. Pertumbuhan Ekonomi Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah perkembangan GNP atau GDP yang terjadi dalam suatu negara. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik gunakanlah: 1) data GNP bukan GDP Alasannya adalah: GDP dihitung berdasarkan batas wilayah geografis, misalnya produk dihasilkan oleh semua perusahan yang berada di bumi Indonesia termasuk perusahaan asing. Sedangkan GNP dihitung berdasarkan produk yang dihasilkan benar-benar oleh faktor produksi milik bangsa, termasuk produk bangsa indonesia yang dihasilkan di luar negeri, 2) Data GNP riil bukan GNP nominal. Alasanya adalah dalam GNP nominal masih diperhitungkan kenaikan/penurunan harga, sedangkan GNP riil yang diperhitungkan benar-benar hanya perubahan jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu negara. Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi maka rumus berikut ini: ( ) % 100 1 1 , 1 × = t t t t t GNP GNP GNP LPE

Upload: hadi-fahmi-wijaya

Post on 24-Sep-2015

151 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    1

    INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN

    EKONOMI INDONESIA

    Sebagai tolok ukur kemajuan pembangunan ekonomi suatu Negara digunakan

    beberapa indikato-indikator antara lain : Pertumbuhan Ekonomi, Struktur

    Ekonomi, Pola Konsumsi dan Tabungan Masyarakat, Tingkat Inflasi, Neraca

    Pembayaran Luar negeri dan Penerimaan Negara,

    1. Pertumbuhan Ekonomi

    Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi

    Indonesia adalah perkembangan GNP atau GDP yang terjadi dalam suatu negara.

    Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik gunakanlah:

    1) data GNP bukan GDP Alasannya adalah: GDP dihitung berdasarkan batas

    wilayah geografis, misalnya produk dihasilkan oleh semua perusahan yang

    berada di bumi Indonesia termasuk perusahaan asing. Sedangkan GNP

    dihitung berdasarkan produk yang dihasilkan benar-benar oleh faktor

    produksi milik bangsa, termasuk produk bangsa indonesia yang dihasilkan di

    luar negeri,

    2) Data GNP riil bukan GNP nominal. Alasanya adalah dalam GNP nominal

    masih diperhitungkan kenaikan/penurunan harga, sedangkan GNP riil yang

    diperhitungkan benar-benar hanya perubahan jumlah produk yang dihasilkan

    dalam suatu negara.

    Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi maka rumus berikut ini:

    ( ) %1001

    1

    ,1

    =

    t

    tt

    tt

    GNP

    GNPGNPLPE

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    2

    Perhitungan pertumbuhan ekonomi lebih terfokus pada tingkat pertumbuhan ekonomi

    pertahun.

    Selanjutnya untuk melihat pertumbuhan ekonom dapat dilihat dari:

    1) data pertumbuhan ekonomi perkapita. Indikator ini merupakan bagian

    kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan tingkat

    kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Walaupun demikian, beberapa ahli

    menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan

    nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan

    kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.

    Melalui indikator GDP perkapita ini Bank Dunia (2003) mengklasifikasikan negara

    menjadi tiga golongan, yaitu :

    1. Negara berpenghasilan rendah (low-income economies)

    Negara-negara ini memiliki GDP perkapita Kurang atau sama dengan US$ 745

    pada tahun 2001.

    2. Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies)

    Kelompok Negara ini memiliki GDP perkapita lebih dari US$ 745 namun kurang

    dari US$ 8.626 pada tahun 2001. kelompok Negara ini dibagi menjadi:

    a. Negara berpenghasilan menengah papan bawah (lower-middle-income

    economies) dengan GDP perkapita antara US$ 746 sampai US$2.975.

    b. Negara berpenghasilan menengah papan atas (upper-middle-income

    economies) dengan GDP perkapita antara US$2.976 sampai US$ 9.025.

    3. Negara berpenghasilan tinggi (high- income economies)

    Negara di dalam kelompok ini mempunyai GDP perkapita sebesar US$ 9.206 atau

    lebih pada tahun 2001.

    Perkembangan PDB dan PDB per kapita di Indonesia dari tahun 2001 s/d 2013

    dapat dilihat pada tanel berikut ini.

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    3

    Tabel 5.1 Perkembangan PDB dan PDB per kapita 2001-2014 (US$)

    Tahun PDB

    PDB per kapita

    2015 n/a n/a

    2014 n/a n/a

    2013 868,35 miliar 3.475,25

    2012 876,72 miliar 3.551,42

    2011 845,93 miliar 3.469,75

    2010 709,19 miliar 2.946,66

    2009 539,58 miliar 2.272,04

    2008 510,24 miliar 2.178,27

    2007 432,22 miliar 1.871,29

    2006 364,57 miliar 1.601.03

    2005 285,87 miliar 1.273,47

    2004 256,84 miliar 1.160,61

    2003 232,77 miliar 1.076,22

    2002 195,66 miliar 909,89

    2001 160,45 miliar 756,93

    Sumber: (http://id.wikipedia.org/wiki/Produk_domestik_bruto)

    Berdasarkan indikator GDP perkapita tersebut dapat dikatakan Indonesia

    termasuk Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies) dalam

    posisi menengah bawah (lower-middle-income economies), karena GDP perkapita

    Indonesia pada tahun 2001 sebesar US$ 756,93 dan tahun 2002 sebesar US$

    909,89. Sedangkan di tahun 2012 dan 2013 tetap berpenghasilan menengah, tapi

    meningkat pada posisi menengah atas (upper-middle-income economies)

    2. Pola Konsumsi dan Tabungan Masyarakat.

    Kemajuan pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diamati melalui pola konsumsi dan

    tabungan masyarakat.

    Secara teori pola konsumsi (C) dan pola tabungan (S) masyarakat dalam suatu

    negara tergantung pada pendapatan nasional (PN). Pola konsumsi dalam model matematik

    C = a + b Y, sedangkan model matematik pola tabungan S = - a + (1 + b) Y. Variabel a

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    4

    merupakan pengeluaran konsumsi untuk kebutuhan pokok seperti pangan, bariabel b

    adalah MPC (marginal propensity to consume), sedangkan (1-b) adalah MPS (marginal

    propensity to saving).

    Publikasi Bank Dunia telah pemaparkan 48% pengeluaran konsumsi rumah tangga

    Indonesia tersita untuk pangan. Presentase ini jauh lebih tinggi di bandingkan dengan

    negara tetangga seperti malasya yang hanya 23%, dan rumah tangga di jepang hanya

    membelanjakan 17% dari pengeluarannya untuk pangan. (Priyono., Ekonomi Makro.,

    2014)

    Selanjutnya hubungan antara PN dengan MPC dan MPS, memperlihatkan: a) Bagi

    negara maju pertumbuhan PN tinggi, maka nilai MPCnya akan semakin kecil, dan MPSnya

    semakin besar. b) Bagi negara yang belum maju pertumbuhan PN rendah, maka nilai MPC

    negara tersebut semakin besar dan MPSnya semakin kecil.

    Mengapa di Negara berkembang atau sedang berkembang konsumsi tinggi namun

    pendapatan rendah atau bisa dikatakan MPC > MPS, sedang di Negara maju, mereka

    memilki pendapatan yang tinggi namun konsumsinya rendah MPS > MPC

    Pada negara maju yang terjadi adalah di mana masyarakatnya dapat dikatakan

    workaholic atau dalam bahasa sehari-harinya adalah pecinta kerja. Selain itu penghasilan

    yang mereka dapatkan, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan

    hanya sebagian kecil penghasilan yang mereka dapat, sudah mampu memenuhi

    kebutuhan-kebutuhannya. Jika dibandingkan dengan keadaan negara berkembang,

    penghasilan yang mereka peroleh semuanya mereka alokasikan untuk mencukupi

    kebutuhan hidupnya. Bahkan penghasilan yang mereka peroleh masih belum mampu

    mencukupi semua kebutuhan.

    Selain itu di negara maju pemerataan penghasilan penduduk cenderung lebih baik.

    Di sana tidak ada orang yang sangat miskin dan terlantar, karena mereka menjadi

    tanggungan negara dan pemerintah. Jadi tidak ada kesenjangan yang begitu kentara.

    Pola hidup dan pola fikir masyarakat di negara maju cenderung berbeda dengan

    negara berkembang. Mereka cenderung mengalokasikan pendapatan atau penghasilan

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    5

    yang mereka dapatkan selain untuk konsumsi, juga dialokasikan ke tabungan, investasi

    atau yang lainnya. Berbeda dengan masyarakat di negara berkembang yang mindset-nya

    masih berkutat pada konsumsi semata.

    Di negara berkembang termasuk Indenesia tingkat konsumsi yang tinggi,

    menandakan negara tersebut makmur dan masyarakatnya berpendapatan tinggi. Namun

    kenyataannya di negara berkembang justru tidak demikian. Dengan konsumsi yang tinggi,

    namun tidak dibarengi dengan pendapatan yang tinggi pula.

    3. Struktur Ekonomi

    Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai penataan kegiatan ekonomi melalui

    ketentuan-ketentuan (aturan) yang dirancang untuk pelaksanaan kegiatan ekonomo

    sesuai dengan kondisi lingkungan alam dan sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan

    masyarakat suatu negara.

    Struktur ekonomi mencerminkan jenis/bentuk kegiatan yang dilakukan

    masyarakat dan jenis/bentuk produksi yang dihasilkan, serta jenis/bentuk barang yang

    dipasarkan baik untuk perdagangan domestik maupun perdagangan internasional.

    Struktur ekonomi Negara dapat dibedakan yaitu Negara Agraris dan Negara

    Industri. Dikatakan Negara Agraris jika kegiatan sebagioan besar penduduk begerak

    disektor pertanian dan produksi nasional didominasi oleh hasil barang pertanian. Dan

    dikatakan Negara Industri apabila sebagian besar kegiatan ekonomi penduduknya

    bergerak di di sektor industri dan produksi nasional didominasi oleh hasil barang

    industri.

    Sektor ekonomi sesungguhnya ada tiga yaitu: a) .Pertanian : yaitu kegiatan yang

    termasuk didalamnya bidang pertanian, perburuan, perikanan, dan kehutanan.

    b) Industri ; yaitu kegiatan yang termasuk didalamnya bidang pertambangan, industri

    pengolahan, industri tenaga (air & listrik), perhubungan serta pengangkutan. Dan

    c) Jasa-jasa : yaitu kegiatan yang termasuk didalamnya bidang perdagangan, keuangan,

    jasa perseorangan, dan jasa-jasa lainnya.

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    6

    Disuatu negara struktur ekonomi dapat berubah, adapun faktor yang

    menyebabkan perubahan strktur ekonomi tersebut dapat disebabkan oleh:

    1. Ditinjau dari sudut kegiatan konsumsi sangat tergantung pada tingginya

    pendapatan, makin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan makin sedikit proporsi

    pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian, karena masyarakat

    cenderung melakukan tindakan konsumsi praktis mengarah pada barang-barang

    industri yang mudah digunakan, sehingga proporsi pendapatan untuk membeli

    produksi industri menjadi bertambah besar.

    2. Ditinjau dari sudut kegiatan produksi. Perubahan teknologi yang terjadi dalam

    proses pembangunan akan menimbulkan perubahan struktur produksi yang bersifat

    compulsory dan inducive, artinya mengajak dan mengharuskan masyarakat untuk

    mengikutinya, terutama dalam melakukan kegiatan produksi, setiap pelaku produksi

    akan beralih menggunakan teknologi yang lebih canggih sebagai upaya untuk

    meningkatkan produktivitas secara efisien.

    3. Ditinjau dari sudut kegiatan pasar. Perubahan struktur ekonomi sangat dipengruhi

    oleh perkebangan pasar baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran.

    Dari sisi permintaan, Dilihat dari Elastisitas permintaan barang-barang pertanian

    bersifat inelastis, (karena barang pertanian mudah busuk dan tidak tahan lama).

    Akibatnya; perubahan harga barang pertanian akan berpengaruh rendah terhadap

    permintaan, sehingga pendapatan petani cenderung rendah dan sangat tidak stabil.

    Ini akan sangat berpengaruh pada pilihan masyarakat untuk bekerja di sektor

    industri.

    Sedangkan dari sisi penawaran, Hasil produksi barang pertanian sangat dibatasi

    olen waktu masa panen, sehingga ketersediaan barang-barang pertanian di pasar

    sangat sulit mengikuti permintaan pasar, Akibatnya terjadi transformasi struktur

    produksi yang berdampak bergesernya keuntungan komparatif dari sektor pertanian

    ke sektor industri.

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    7

    Peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan transformasi struktural

    dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan

    peningkatan per kapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap

    pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan

    tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan

    diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di lain pihak , kontribusi

    sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan semakin menurun.

    4. Tingkat Inflasi

    Peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi diluar negeri sering merupakan penyebab

    Inflasi di Indonesia. Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan

    terus menerus atau penurunan nilai mata uang.

    Penyebab Inflasi dapat dilihat: a) berasal dari dalam Negeri (Domestic Inflation)

    yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik

    di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan

    masyarakat. b) Inflasi dapat juga berasal dari luar negeri (Imported Inflation) yaitu

    inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di

    negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan).

    Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem perekonomian terbuka

    (open economy system). Selanjutnya inflasi ada yang bersifat cost push inflation yaitu

    inflasi terjai karena dorongan biaya produksi dan ada yang bersifat demand full

    inflation yaitu inflasi terjadi karena dorongan permintaan.

    Meskipun demikian inflasi dalam suatu negara tidak hanya desebabkan oleh satu

    nacam penyebab saja. Karena pelaku ekonomi tidak dapat melakukan kegiatan ekonomi

    secara indipenden tanpa ada hubungan dengan pihak lain. Misalnya; imported inflation

    seringkali diikuti oleh cost push inflation, domestic inflation diikuti dengan demand pull

    inflation, dan sebagainya.

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    8

    Di Indonesia kejadian inflasi sering dipengaruhi oleh dampak ekonomi global.

    Seperti Krisis Ekonomi Global. Pada tahun 1998 Indonesia benar benar merasakan

    dahsyatnya goncangan krisis financial yang merembet pada kepercayaan. Setelah itu

    Ekonomi Indonesia mulai bergerak dan bangkit kembali, namun pada tahun 2004

    perlahan kondisi Ekonomi Indonesia mulai merasakan tekanan kembali yang merupakan

    imbas dari kenaikan harga minyak dunia dengan diumumkannya kenaikan harga BBM oleh

    Menteri Koordinator Abu Rizal Bakri pada tanggal 1 Maret 2004. Kemudian kenaikan

    BBM kembali terjadi tepatnya pada tanggal 21 Juni 2013 lalu. Dan baru baru ini

    kenaikan BBM yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo.

    Untuk melihat perkembangan inflasi dapat menggunaka empat Indikator yaitu

    perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB),

    Deflator PDB migas dan Nonmigas.

    Perkembangan infalsi di Indonesia; pada tahun 2012 laju inflasi sebesar 4,30 %,

    tahun 2013 meningkat 8,38 % dan tahun 2014 sebesar 8,36 %.

    Jumlah uang beredar dapat mempengaruhi terjadinya inflasi. Secara

    umum, bank sentral mencatat adanya peningkatan dalam jumlah uang beredar M1 dan

    M2 menjadi IDR 836,51 triliun dan IDR 3.364,12 triliun pada April 2013. Jika

    dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, M1 dan M2 meningkat

    masing-masing sebesar 16% dan 15%.

    Semakin banyak jumlah uang yang beredar maka nilai tukar Rupiah cenderung

    akan melemah dan harga-harga akan meningkat. Pertumbuhan jumlah uang beredar yang

    tinggi sering kali juga menjadi penyebab tingginya inflasi karena meningkatnya jumlah

    uang beredar akan menaikkan permintaan yang pada akhirnya jika tidak diikuti oleh

    pertumbuhan di sektor riil akan menyebabkan naiknya harga.

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    9

    5. Neraca Pembayaran Internasional.

    Neraca Pembayaran Internasional (NPI) merupakan laporan keuangan tentang nilai

    transaksi ekonomi suatu negara dengan negara-negara lain dalam bentuk ekspor-impor

    dan aliran keluar masuk dana/modal yang pencatatannya dilakukan secara sistimatis

    dalam suatu periode tertentu.(biasanya satu tahun, atau bisa juga pertriwulan)

    NPI juga merupakan catatan yang mencerminkan kondisi/perkembangan valuta

    asing atau cadangan devisa suatu negara. Dalam penyusunannya NPI mempunyai prinsip

    yang sama dengan akuntansi pada umumnya. NPI mencatat transaksi plus dan transaksi

    minus. Kegiatan eksport akan tercatat sebagai kredit (transaksi plus), sedangkan Impor

    tercatat sebagai debet (transaksi minus). Suatu transaksi plus/kredit terjadi bila

    transaksi itu dapat menghasilkan tambahan valuta asing bagi suatu Negara. Sebaliknya

    transaksi minus/debit terjadi bila ada pengurangan cadangan valuta asing suatu Negara.

    Jika NPI mengalami surplus artinya perekonomia boleh dikatakan dalam keadaan

    baik dan dapat berkembang, sebaliknya jika mengalami defisit perkembangan ekonomi

    dalam negeri akan mengalami kesulitan.

    Peranan Neraca Pembayaran di Indonesia sangat penting dalam pengelolaan

    ekonomi makro Indonesia. NPI merupakan: a) barometer dalam mengukur kemampuan

    perekonomian nasional dalam menopang transaksi-transaksi internsional, terutama yang

    berhubungan dengan kewajiban pemabayaran utang dan transaksi ekspor dan impor. b)

    salah satu indikator untuk melihat pengaruh sentimen para pelaku pasar dalam

    mendorong perbaikan ekonomi di dalam negeri dan pembentukan produk domestik bruto.

    Tujuan Neraca Pembayaran adalah: a) Memberikan informasi kepada pemerintah

    mengenai posisi negara di perdagangan internasional. b) Memberikan informasi kepada

    pemerintah mengenai posisi pembayaran internasional, c) Merupakan alat untuk

    mengukur berapa besar utang dan piutang negara terhadap luar negeri, d) Merupakan

    alat untuk mengukur struktur dan komposisi transaksi ekonomi suatu negara dengan

    dunia internasional, e) Mengukur keadaan perekonomian dan posisi keuangan

    internasional suatu Negara, d) Memberikan bantuan dan sistem pembayarannya, f)

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    10

    Memberikan bantuan kepada pemerintah dalam mentapkan kebijakan moneter dan fiskal,

    g) Memberikan keterangan kepada pemerintah di dalam menetapkan berbagai kewajiban

    perekonomian nasional seperti ekspor impor, lalu lintas moneter serta produksi, dan h)

    Membantu pemerintah dalam mengambil keputusan dalam bidang politik perdagangan dan

    urusan pembayarannya.

    Fungsi Neraca Pembayaran mempunyai fungsi, yaitu: a) Alat pembukuan anggaran

    dan alat pembayaran luar negeri, b) Alat untuk menjalankan pengaruh transaksi luar

    negeri terhadap pendapatan nasional, c) Alat untuk mengukur keadaan perekonomian

    suatu Negara, d) Alat untuk menetapkan kebijakan mon eter dan fiskal, dan e) Untuk

    mengetahui transaksi luar negeri terhadap pendapatan nasional.

    Transakasi Neraca Pembayaran meliputi: a) Transaksi Barang, b) Transaksi Jasa,

    c) Transaksi Modal, d) Transaksi Unilateral/Hadiah (Grant), e) Investasi Jangka

    Panjang (Long Term Investment), f) Investasi Jangka Pendek (Short Term Investment),

    g) Transaksi Pemindahan Emas (Gold Movement), h) Transaksi Pengangkutan Mata Uang

    (Currency Shipment)

    Di dalam neraca pembayaran terdapat Neraca Perdagangan (Balance Of Trade),

    yang memperlihatkan selisih bersih antara nilai ekspor suatu negara dan impor barang

    dagangan, ekspor yang tercantum di sisi aset dan impor pada sisi kewajiban. Neraca

    perdagangan adalah positif (surplus) jika ekspor melebihi impor, dan negatif (defisit)

    jika impor melebihi ekspor.

    Kondisi Neraca Perdagangan dari tahun 2003 s/d 2013 terlihat seperti pada

    tabel berikut ini.

    Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2003 2013

    TAHUN EKSPOR IMPOR DEFISIT/SURPLUS

    2003 61.058.246.995 32.550.684.286 28.507.562.709

    2004 71.584.608.796 46.524.531.358 25.060.077.438

    2005 85.659.952.615 57.700.882.616 27.959.069.999

    2006 100.798.624.280 61.065.465.536 39.733.158.744

    2007 114.100.890.751 74.473.430.118 39.627.460.633

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    11

    2008 137.020.424.402 129.197.306.224 7.823.118.178

    2009 116.510.026.081 96.829.244.981 19.680.781.100

    2010 157.779.103.470 135.663.284.048 22.115.819.422

    2011 203.496.620.060 177.435.555.736 26.061.064.324

    2012 190.031.845.244 191.691.001.109 -1.659.155.865

    2013* 91.068.762.794 94.410.645.297 -3.341.882.503

    Berdasarkan angka-angka tabel terlihat dari 2003 s/d 2008 Neraca perdagangan

    mengalami surplus, padatahun 2009 nilai ekspor dan impor mengalami menurunan tapi

    tetap dalam leadaan surplus. Sedangkan 2012 s/d 2013 mengalami defisit.

    Defisit pada tahun 2012 disebabkan oleh sektor migas sebesar 5,5 miliyar USD

    sedangkan sektor non migas menyumbang surplus sebesar 3,9 milyar USD. Sehingga

    pada tahun 2012 mengalami defisit untuk pertama kalinya dalam 50 tahun terakhir

    sebesar 1,6 milyar USD.

    Neraca perdagangan pada tahun 2013 tidak jauh berbeda dengan tahun 2012,

    pada tahun 2013 (data sementara yang ditunnjukkan bulan Januari hingga Juni) masih

    mengalami defisit, penyebabnya sama seperti tahun 2012, tingginya impor migas

    menyumbang defisit pada neraca perdagangan.

    Dengan defisitnya neraca perdagangan pada tahun 2012 dan tahun 2013

    menunjukkan bahwa Indonesia belum siap untuk menghadapi pasar persaingan bebas

    ASEAN. Ketidaksiapan ini dapat kita lihat dari rendahnya kualitas produk yang

    dihasilkan oleh Indonesia. Sehingga produk tersebut belum mampu bersaing dengan

    produk dari luar.

    Salah satu upaya untuk meningkatkan surplus perdagangan adalah melalui

    kebijakan expansi ekpor dan substitusi impor, artinya mencari dan mengupayakan

    perluasan ekspor dalam bentuk jenis produk yang baru, kemudian

    membatasi/menyetopimpor untuk produk-produk yang dapat dihasilkan egara dan digan

    tikan dengan produk yang benar-benar tidak dapat dihasilkan di dalam negeri tersebut.

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    12

    6. Indeks Kualitas Hidup

    Indeks kualitas hidup (IKH) atau Physical Qualty of life Index (PQLI) digunakan

    untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks makroekonomi

    tidak dapat memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat dalam mengukur

    keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus,

    tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial.

    Indeks kulaitas hidup dihitung berdasarkan kepada : a) angka rata-rata harapan

    hidup pada umur satu tahun, b) angka kematian bayi, dan c) angka melek huruf.

    Dalam indeks kualitas hidup, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi

    sekaligus dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan

    lingkungan keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan

    diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh

    akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan kesejahteraan

    masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status

    pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang

    paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, disamping

    pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.

    7. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)

    The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat indicator

    pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indicator yang telah ada. Ide

    dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas

    sumber daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada

    pengembangan sumberdaya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan

    sebagai sebuah proses yang bertujuan mengembangkan pilihan-pilihan yang dapat

    dilakukan oleh manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas

    sumberdaya manusia akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang

    menentukan jalan hidup manusia secara bebas.

  • Modul ke 5

    Perekonomian Indonesia

    Asfia Murni

    13

    Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam kehidupan

    manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat

    dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap paling

    menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat, perolehan dan

    pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan

    yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengag mengkombinasikan tiga komponen,

    yaitu:

    1. Rata-rata harapan hidup pada saat lahir,

    2. Rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU,

    3. Pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity.

    Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang

    dapat dirangkum dalam peningkatan knowledge, attitude dan skills, disamping derajat

    kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.

    Sumber bacaan

    1. Suharsono Sagir. Kapita Selekta Ekonomi Indonesia., Kencana Media Group, edisi 1 2009.

    2. Asfia Murni., Ekonomika Makro ., Rafika Aditama, Bandung edisi tiga 2013

    3. https://depiyanii.wordpress.com/2011/11/26/indikator-pertumbuhan-ekonomi-indonesia.

    4. http://id.wikipedia.org/wiki/Produk_domestik_bruto.

    5. http://www.slideshare.net/BagusCahyoJayaP/perekonomian-indonesia-perubahan-struktur-ekonomi.

    6. http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/10/21/neraca-perdagangan-indonesia-defisit-598066.html

    7. http://ppmkp.bppsdmp.deptan.go.id/index.php/artikel/kepemimpinan-dan-

    manajemen/75-indikator-keberhasilan-pembangunan