5 hasil dan pembahasan v... · panjang tanpa kantong dengan banyak cincin di ... dan barus, 1989)....

32
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Unit Penangkapan Ikan yang digunakan 5.1.1 Unit penangkapan purse seine di Muncar Pukat cincin adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang tanpa kantong dengan banyak cincin di bagian bawahnya yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga berbentuk seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan ikan, dan tali kerut yang berfungsi untuk membuat jaring yang semula tidak berkantong akan berbentuk kantong pada akhir penangkapan (Subani dan Barus, 1989). Purse seine di daerah Muncar merupakan alat tangkap yang paling produktif dalam penangkapan ikan Lemuru. Pada prinsipnya pukat cincin ini terdiri dari bagian jaring yang terdiri dari jaring utama berbahan nilon, jaring sayap yang berbahan nilon dan jaring kantong. Srampatan (selvedge) yang dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring, bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali, srampatan (selvedge) dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang sama. Tali temali yang terdiri dari tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah, tali kolor, dan tali selambar. Bahan pembentuk untuk tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah, tali pemberat dan tali selambar adalah PE. Pemberat terbuat dari timah hitam dipasang pada tali pemberat. Sedangkan cincin terbuat dari besi, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya satu meter dengan jarak tiga meter setiap cincin, bahan cincin terbuat dari kuningan (Subani dan Barus, 1989). Metode pengoperasian purse seine di daerah Muncar yaitu dengan menggunakan dua kapal, dengan ukuran 10-30 GT, jenis kapal yang digunakan adalah perahu motor tempel yang dinamakan ‘’ Perahu Golekan ‘’. Perahu ini bentuknya unik, bisa dikatakan unik karena bagian haluan kapal berbentuk moncong dan terdapat hiasan-hiasan. Perahu ini menyediakan tempat khusus untuk fishing master , yaitu tempat duduk yang diletakkan pada sebuah batang kayu dengan posisi di tengah-tengah kapal. Sedangkan untuk jumlah anak buah kapal sekali trip yaitu antara 40-50 orang. Jumlah mesin yang digunakan pada

Upload: vandang

Post on 06-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Unit Penangkapan Ikan yang digunakan 5.1.1 Unit penangkapan purse seine di Muncar

Pukat cincin adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi

panjang tanpa kantong dengan banyak cincin di bagian bawahnya yang digunakan

untuk menangkap gerombolan ikan permukaan dengan cara melingkari

gerombolan ikan hingga berbentuk seperti mangkuk pada akhir proses

penangkapan ikan, dan tali kerut yang berfungsi untuk membuat jaring yang

semula tidak berkantong akan berbentuk kantong pada akhir penangkapan (Subani

dan Barus, 1989). Purse seine di daerah Muncar merupakan alat tangkap yang

paling produktif dalam penangkapan ikan Lemuru.

Pada prinsipnya pukat cincin ini terdiri dari bagian jaring yang terdiri dari

jaring utama berbahan nilon, jaring sayap yang berbahan nilon dan jaring kantong.

Srampatan (selvedge) yang dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya

untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan

jaring, bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali, srampatan (selvedge)

dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata

yang sama. Tali temali yang terdiri dari tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah,

tali kolor, dan tali selambar. Bahan pembentuk untuk tali pelampung, tali ris atas,

tali ris bawah, tali pemberat dan tali selambar adalah PE. Pemberat terbuat dari

timah hitam dipasang pada tali pemberat. Sedangkan cincin terbuat dari besi,

digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya satu meter

dengan jarak tiga meter setiap cincin, bahan cincin terbuat dari kuningan (Subani

dan Barus, 1989).

Metode pengoperasian purse seine di daerah Muncar yaitu dengan

menggunakan dua kapal, dengan ukuran 10-30 GT, jenis kapal yang digunakan

adalah perahu motor tempel yang dinamakan ‘’ Perahu Golekan ‘’. Perahu ini

bentuknya unik, bisa dikatakan unik karena bagian haluan kapal berbentuk

moncong dan terdapat hiasan-hiasan. Perahu ini menyediakan tempat khusus

untuk fishing master , yaitu tempat duduk yang diletakkan pada sebuah batang

kayu dengan posisi di tengah-tengah kapal. Sedangkan untuk jumlah anak buah

kapal sekali trip yaitu antara 40-50 orang. Jumlah mesin yang digunakan pada

38  

kapal purse seine di daerah Muncar yaitu 8 mesin yang diletakkan pada bagian

kiri dan kanan kapal.

5.1.2 Unit penangkapan payang di Muncar

Payang adalah pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri dari

bagian kantong (bag), badan/perut (body or belly), dan kaki/sayap (leg /wing).

Payang diklasifikasikan kedalam jenis pukat kantong lingkar (Bag Seine Net)

(Subani dan Barus, 1989). Bagian kantong umumnya terdiri bagian-bagian kecil

yang tiap bagian mempunyai nama-nama sendiri dan berbeda untuk tiap daerah.

Besar mata mulai dari ujung kantong hingga ujung kaki berbeda-beda,mulai dari 1

cm sampai ± 40 cm.

Bagian atas mulut jaring pada payang lebih menonjol ke belakang dari

pada bagian bawah mulut karena pada umumnya payang dioperasiakan untuk

menangkap jenis ikan pelagik yang biasa hidup di bagian atas permukaan air.

Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat, sedangkan

bagian atas pada jarak tertentu diberi pelampung. Pelampung yang berukuran

paling besar ditempatkan dibagian tengah dari mulut jaring. Pada kedua ujung

kaki/sayap disambung dengan tali panjang yang disebut “tali selambar” (tali

hela/tali tarik) yang berfungsi menarik jaring ke kapal. (Subani dan Barus, 1989).

Kapal yang dipergunakan untuk pengoperasian payang yaitu ‘’Perahu

Golekan’’ dengan ukuran 2-5 GT. Payang dioperasikan setiap hari, dengan lama

setiap tripnya 24 jam. Tetapi nelayan Muncar melakukan penangkapan hanya 24

kali dalam sebulan. Hal ini dikarenakan karena sisa waktu yang tidak

dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan digunakan untuk persiapan dan

perbaikan alat tangkap. Anak buah kapal yang ikut dalam sekali trip berjumlah 2-

6 orang. Mesin yang digunakan pada kapal yang digunakan dalam pengoperasian

payang berjumlah 2 buah, terletak disisi kanan dan kiri kapal, dan tidak ada

tempat khusus untuk fishing master seperti pada kapal purse seine.

5.1.3 Unit penangkapan bagan di Muncar

Bagan tancap (stationery lift net) adalah alat penangkapan ikan yang sekali

dipasang berlaku selama musim penangkapan serta kedudukannya tidak dapat

39  

berpindah-pindah (Subani dan Barus, 1989). Bagan tancap diklasifikasikan ke

dalam kelompok alat tangkap jaring angkat atau lift net.

Bagan tancap merupakan bangunan panggung yang berbentuk bujur

sangkar, terbuat dari bambu dengan dimensi di atas permukaan air 5,5m x 5,5m

dan di bawah permukaan air 6 m x 6 m. Pada umumnya bambu yang digunakan

adalah bambu betung dan bambu apus dengan diameter 4-14 cm dan panjang

antara 12-15 m. Bagan ini bersifat menetap karena memilki tiang penyangga yang

menancap di dasar perairan. Jaring atau waring yang digunakan berbentuk segi

bujur sangkar dengan ukuran 5 x 5 m2. Bahan jaring terbuat dari polyamide

monofilament yang berwarna hitam, ukuran mata jaring kira-kira 0,4 cm dan tidak

bersimpul. Setiap sudut bagian bawah jaring diberi pemberat batu yang dimasukan

ke dalam sebuah rajutan yang beratnya kurang lebih 10 kg. Jaring atau waring ini

diturunkan pada kedalaman 10 m dengan menggunakan tali yang di pasang antara

bingkai jaring dan roller (Subani dan Barus, 1989).

5.2 Produktivitas

5.2.1 Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru

1) Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per trip

Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per trip merupakan

kemampuan unit penangkapan ikan lemuru untuk menghasilkan ikan lemuru

setiap trip, artinya jumlah hasil tangkapan lemuru yang dihasilkan oleh setiap kali

kapal perikanan yang mengoperasikan alat tangkap tertentu. Ikan lemuru yang

dihasilkan ditangkap dari tiga alat tangkap yaitu alat tangkap purse seine, payang,

dan bagan. Perhitungan yang dicari yaitu penentuan produktivitas paling tinggi

dan paling rendah pada setiap alat tangkap, serta mengetahui sebab penurunan

serta kenaikan dari produktivitas lemuru yang terdapat di daerah

muncar.Perhitungan ini diharapkan dapat mengetahui efektifitas dan efisiensi unit

penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai muncar. Perkembangan

produktivitas unit penangkapan lemuru dapat dilihat pada Gambar 5, 6, dan 7,

sedangkan data perhitungan yang digunakan dalam pembuatan grafik dapat dilihat

di Lampiran 1.

40  

Gambar 5 Perkembangan produktivitas unit penangkapan purse seine per trip di

PPP Muncar tahun 2006-2010. Grafik diatas menjelaskan bahwa produktivitas unit penangkapan ikan

dengan menggunakan alat tangkap purse seine pada tahun 2006-2010 mengalami

penurunan. produktivitas paling tinggi terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar

1.197,19 kg/unit/hari, ini berarti semua armada purse seine yang ada di Muncar

setiap harinya menangkap 1.197,19 kg ikan lemuru. Sedangkan produktivitas

paling rendah terdapat pada tahun 2010 yaitu sebesar 435,64 kg/unit/hari. Rata-

rata produktivitas purse seine yaitu 781,28 kg/unit/hari. Penurunan produktivitas

unit penangkapan ikan disebabkan karena adanya penambahan unit penangkapan

purse seine setiap tahunnya di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Hal ini

menyebabkan penurunan yang sangat signifikan produktivitas lemuru di daerah

Muncar. Penambahan alat tangkap purse seine di Muncar diiringi dengan

bertambahnya jumlah nelayan di Muncar. Faktor ini juga salah satu yang

mempengaruhi menurunnya stok ikan lemuru di Muncar. Penurunan ini

menyebabkan kegiatan yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai muncar

terganggu. Penurunan kesehjahteraan nelayan lemuru terjadi saat penurunan stok

lemuru. Penurunan kesehjahteraan khususnya pada nelayan lemuru yang tidak

memiliki armada penangkapan ikan, yaitu nelayan buruh.

1159,71 1197,19

576,72

537,16

435,64

0

500

1000

1500

2000

2006 2007 2008 2009 2010

Prod

uktiv

itas(

kg/u

nit/h

ari)

Tahun

41  

Gambar 6 Perkembangan produktivitas unit penangkapan payang per trip di PPP

Muncar tahun 2006-2010.

Produktivitas unit penangkapan payang di Muncar dari tahun 2006-2010

mengalami fluktuasi. Terjadi pengurangan dan penambahan produktivitas disetiap

tahunnya, tetapi secara umum produktivitas unit penangkapan ikan lemuru dengan

alat tangkap payang pada tahun 2006-2010 mengalami kenaikan. Kenaikan ini

diakibatkan adanya penurunan unit penangkapan payang yang terdapat di

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, sehingga menyebabkan produktivitas setiap

unit penangkapan jumlahnya meningkat. Produktivitas paling tinggi terdapat pada

tahun 2009 yaitu sebesar 108,54 kg/unit/hari. Itu berarti setiap kali penangkapan,

setiap armada payang yang terdapat di Muncar dapat menangkap 108,54 kg ikan

lemuru. Sedangkan produktivitas paling rendah terdapat pada tahun 2007 yaitu

sebesar 42,98 kg/unit/hari. Rata-rata produktivitas payang per trip yaitu 87,27

kg/unit/hari. Jika dilihat pada grafik, terjadi penurunan produktivitas lemuru yang

sangat drastis dari tahun 2006-2007. Penurunan ini dikarenakan karena adanya

cuaca dan musim yang buruk sehingga terjadi penurunan jumlah stok ikan yang

ada di selat Bali, sehingga kapal-kapal payang yang rata-rata berukuran kecil tidak

bisa menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh, padahal adanya keadaan

ini harusnya kapal-kapal yang mengoperasikan alat tangkap payang mencari

88,15

42,98

101,37

108,54

95,34

0

30

60

90

120

150

2006 2007 2008 2009 2010

Prod

uktiv

itas (

kg/u

nit/h

ari)

Tahun

42  

daerah penangkapan ikan lemuru lebih jauh, tetapi karena ukuran kapal-kapal

payang relatif kecil maka nelayan tidak dapat melaut, karena adanya hal tersebut

sehingga berpengaruh terhadap produktivitas ikan lemuru di daerah Muncar.

Gambar 7 Perkembangan produktivitas unit penangkapan bagan per trip di PPP

Muncar tahun 2006-2010.

Grafik diatas menjelaskan bahwa produktivitas penangkapan lemuru oleh

alat tangkap bagan per trip di Muncar mengalami fluktuasi. Terjadi peningkatan

dan penurunan produktivitas disetiap tahunnya, tetapi secara umum produktivitas

unit penangkapan ikan lemuru dengan menggunakan alat tangkap bagan per trip

mengalami penurunan. Produktivitas lemuru paling tinggi terdapat pada tahun

2006 yaitu sebesar 28,37 kg/unit/hari, sedangkan produktivitas paling rendah

terdapat pada tahun 2010 yaitu sebesar 4,78 kg/unit/hari. Rata-rata produktivitas

bagan per trip yaitu sebesar 10,93 kg/unit/hari. Penurunan produktivitas lemuru

ini disebabkan karena adanya cuaca buruk yang terjadi di daerah Muncar, hal ini

berpengaruh terhadap ketersediaan stok ikan lemuru yang terdapat di Muncar.

Keadaan ini memaksa nelayan bagan tidak melaut, kerena nelayan bagan tidak

mempunyai kapal yang dapat menjangkau daerah penangkapan ikan lemuru yang

lebih jauh, sehingga produktivitas unit penangkapan bagan mengalami penurunan.

28,37

7,02

6,91 7,59

4,780

10

20

30

2006 2007 2008 2009 2010

Prod

uktiv

itas (

kg/u

nit/h

ari)

Tahun

43  

2) Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per tahun

Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per tahun adalah hasil

tangkapan yang dapat dihasilkan oleh setiap armada penangkapan untuk

menangkap ikan lemuru per tahun. Produktivitas yang dihitung adalah

produktivitas unit penangkapan ikan lemuru dari tahun 2006 sampai 2010.

Perkembangan produktivitas lemuru di PPP Muncar dapat dilihat pada Gambar 8,

9, dan 10, sedangkan data perhitungan yang digunakan dalam pembuatan grafik

dapat dilihat di Lampiran 2.

Gambar 8 Perkembangan produktivitas unit penangkapan purse seine per tahun di

PPP Muncar tahun 2006-2010.

Grafik diatas menjelaskan bahwa produktivitas purse seine per tahun di

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar mengalami penurunan dari tahun 2007-2008.

Penurunan ini disebabkan karena adanya penambahan jumlah armada purse seine

yang terdapat di daerah Muncar. Produktivitas paling tinggi terdapat pada tahun

2007 yaitu sebesar 287.325,44 kg/unit/tahun, artinya bahwa setiap tahunnya

masing-masing unit armada penangkapan purse seine di Muncar dapat

menghasilkan 287.325,44 kg ikan lemuru. Sedangkan produktivitas paling rendah

terdapat pada tahun 2010 yaitu sebesar 104.553,91 kg/unit/tahun. Rata-rata

produktivitas purse seine per tahun yaitu sebesar 187.508,19 kg/unit/tahun.

278.330,47287.325,45

138.412,74128.918,42

104.553,91

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

2006 2007 2008 2009 2010

Prod

uktiv

itas (

kg/u

nit/t

ahun

)

Tahun

44  

Produktivitas payang per tahun di Muncar mengalami kenaikan dan

penurunan. Akan tetapi secara rata-rata, produktivitas payang per tahun di Muncar

mengalami kenaikan. Rata-rata produktivitas payang per tahun yaitu 27.230,53

kg/unit/tahun. Produktivitas paling tinggi pada unit penangkapan payang terdapat

pada tahun 2009 yaitu sebesar 33.864,33 kg/unit/tahun, ini berarti pada tahun

2009, masing-masing armada payang menghasilkan 33.864,33 kg ikan lemuru.

Sedangkan produktivitas terendah payang terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar

13.410,49 kg/unit/tahun.. Kenaikan produktivitas pada tahun 2007-2008 terjadi

karena berkurangnya jumlah unit payang yang terdapat di Muncar, sehingga akan

mengakibatkan kenaikan produktivitas setiap unit penangkapan payang di

Muncar. Perkembangan produktivitas payang per tahun dapat dilihat pada Gambar

9.

Gambar 9 Perkembangan produktivitas unit penangkapan payang per tahun di

PPP Muncar tahun 2006-2010.

Perkembangan produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per tahun

dengan menggunakan alat tangkap bagan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar

pada tahun 2006-2010 mengalami penurunan. Produktivitas paling tinggi terdapat

pada tahun 2006 yaitu sebesar 8851,11 kg/unit/tahun, sedangkan produktivitas

unit penagkapan ikan lemuru dengan alat tangkap bagan paling rendah terjadi

pada tahun 2007 yaitu sebesar 1094,86 kg/unit/tahun. Rata-rata produktivitas

27.501,69

13.410,79

31.628,34

33.864,33

29.747,52

0

9000

18000

27000

36000

2006 2007 2008 2009 2010

Prod

uktiv

itas (

kg/u

nit/t

ahun

)

Tahun

45  

bagan per tahun yaitu sebesar 3193,33 kg/unit/tahun. Penurunan produktivitas

unit penangkapan ikan lemuru dengan menggunakan alat tangkap bagan per tahun

diakibatkan karena adanya habisnya stok sumber daya ikan karena pada tahun

sebelumnya alat tangkap bagan yang beroperasi lebih besar jumlahnya, sehingga

sumberdaya ikan yang terdapat di perairan Muncar berkurang. Perkembangan

produktivitas unit penangkapan bagan per tahun di Pelabuhan Perikanan Pantai

Muncar dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Perkembangan produktivitas unit penangkapan bagan per tahun di

PPP Muncar tahun 2006-2010.

5.2.2 Produktivitas nelayan lemuru

Produktivitas nelayan lemuru merupakan hasil tangkapan lemuru yang

didapatkan oleh nelayan lemuru dalam satuan waktu. Nilai produktivitas nelayan

lemuru dihitung dari data primer dan sekunder yang telah didapatkan dari pihak

pelabuhan. Data primer yang diambil adalah banyaknya trip yang dilakukan oleh

nelayan lemuru. Sedangkan untuk data sekunder berupa data hasil tangkapan

lemuru. Penghitungan produktivitas ini didasarkan pada jenis nelayan di

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Jenis nelayan tersebut dibagi menjadi tiga

yaitu nelayan yang mengoperasikan alat tangkap purse seine, payang, dan bagan.

Perkembangan produktivitas nelayan lemuru pada tahun 2006-2010 dapat dilihat

8.851,11

1.094,86

2.157,69 2.371,07

1.491,920

3000

6000

9000

2006 2007 2008 2009 2010

Prod

uktiv

itas (

kg/u

nit/t

ahun

)

Tahun

46  

pada Gambar 11, sedangkan data perhitungan yang digunakan dalam pembuatan

grafik dapat dilihat di Lampiran 4.

Gambar 11. Perkembangan produktivitas nelayan lemuru per trip di PPP Muncar

tahun 2006-2010.

Tabel diatas menjelaskan bahwa produktivitas nelayan lemuru pada

setiap alat tangkap mengalami peningkatan dan penurunan. Pada alat tangkap

purse seine, produktivitas paling tinggi terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar

17,74 kg/orang/hari. Produktivitas nelayan lemuru yang mengoperasikan payang

juga mengalami fluktuasi, produktivitas tertinggi terdapat pada tahun 2009 yaitu

sebesar 18,81 kg/orang/hari. Sedangkan untuk alat tangkap bagan produktivitas

tertinggi terdapat pada tahun 2006 yaitu sebesar 12,29 kg/orang/hari.

Produktivitas rata-rata nelayan lemuru yang paling tinggi dari tahun 2006-2010

yaitu pada nelayan lemuru yang mengoperasikan alat tangkap payang dengan nilai

produksi 15,12 kg/orang/hari. Dengan produktivitas yang mencapai angka

tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pendapatan nelayan payang di Pelabuhan

Perikanan Pantai Muncar lebih tinggi dari pada nelayan purse seine dan bagan.

Jika dibandingkan dengan unit penangkapan purse seine yang hasil tangkapannya

lebih banyak, tetapi untuk produktivitas paling tinggi justru terdapat pada nelayan

payang, hal ini diakibatkan karena dalam satu pengoperasian alat tangkap purse

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

2006 2007 2008 2009 2010

Prod

uktiv

itas (

kg/u

nit/h

ari)

Tahun

Purse seine

Payang

Bagan

47  

seine , jumlah ABK purse seine lebih banyak dari pada ABK unit penangkapan

payang yang dalam satu kali penangkapan hanya berkisar antara 4-5 orang.

Penyebab lain yaitu rata-rata pemilik unit penangkapan payang mengoperasikan

sendiri alat tangkapnya sedangkan untuk alat tangkap purse seine , rata-rata

nelayan yang bekerja adalah nelayan buruh sehingga pendapatan nelayan purse

seine lebih rendah dari pada nelayan payang.

Kesejahteraan nelayan lemuru yang mengoperasikan alat tangkap purse

seine di Muncar dapat dikatakan belum sejahtera. Dengan sistem bagi hasil yang

adil oleh anak buah kapal dengan pemilik kapal membuat nelayan pemilik sangat

diuntungkan. Untuk sistem bagi hasil di Muncar rata-rata menganut sistem bagi

hasil 50:50 dimana 50 % di ambil oleh nelayan pemilik sedangkan 50 % siasanya

dibagi sebanyak anak buah kapal. Sama halnya dengan nelayan payang dan bagan

yang hasil tangkapan mereka tidak banyak perlu lagi adanya kebijakan dari pihak

pelabuhan. Hal ini karena kesejahteraan nelayan payang dan bagan masih rendah.

Dan bisa dikatakan ada yang dibawah garis kemiskinan. Kesejahteraan bisa

dikatakan menjadi pemilik kapal dengan perusahaan pengolah ikan. Hal ini karena

nelayan buruh tidak dapat mengatur harga. Harga justru diatur oleh pihak

pengolah.

Produktivitas nelayan pada penelitian ini dihitung dari volume produksi.

Jika dibandingkan dengan nilai produksi jelas berbeda. Nilai produksi didasarkan

pada ekoniomisnya hasil tangkapan yang dapat ditangkap. Di Pelabuhan

Perikanan Pantai Muncar, ikan lemuru merupakan ekonomis penting dan

merupakan produk unggulan pertama. Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas

berdasarkan nilai produksi. Nilai produktivitas bisa dikatakan tinggi apabila ikan

hasil tangkapannya juga bernilai tinggi. Jadi dapat dikatakan unit penangkapan

yang menangkap ikan lemuru adalah unit penangkapan yang bernilai produksi

tinggi. Unit penangkapan tersebut adalah purse seine, payang dengan bagan.

Produktivitas total nelayan lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai

Muncar pada kurun waktu 2006-2010 secara rata-rata mengalami penurunan.

Penurunan ini diakibatkan beberapa faktor. Faktor-faktor ini berasal dari

lingkungan yang terdapat di wilayah banyuwangi secara umumnya, karena faktor

tersebut maka produktivitas penangkapan lemuru setiap tahunnya mengalami

48  

penurunan. Nilai produktivitas nelayan lemuru di PPP Muncar dapat dilihat pada

Tabel 15.

Tabel 15 Produktivitas total nelayan lemuru di PPP Muncar tahun 2006-2010

Tahun Total Hasil Tangkapan (kg)

Jumlah nelayan total (orang)

Produktivitas (kg/orang/tahun)

2006 51.336.512 11.685 4393,42007 54.089.139 12.762 4238,32008 27.833.004 12.257 2270,82009 28.446.134 13.330 2133,92010 17.717.764 13.360 1326,2

rata-rata 35.884.511 12.679 2830,3

Produktivitas total nelayan lemuru tertinggi terdapat pada tahun 2006 yaitu

sebesar 4.393,36 kg/orang/tahun, sedangkan produktivitas terendah terdapat pada

tahun 2010 yaitu sebesar 1.326,17 kg/orang/tahun. Produktivitas rata-rata nelayan

lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar sebesar 2.830,27 kg/orang/tahun.

Penurunan produktivitas di Muncar setiap tahunnya disebabkan oleh peningkatan

jumlah nelayan setiap tahunnya. Penambahan nelayan di PPP muncar dikarenakan

kenaikan jumlah unit penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar,

khususnya peningkatan unit penangkapan purse seine.

Gambar dibawah menjelaskan bahwa terjadi kenaikan dan penurunan

jumlah hasil tangkapan purse seine yang terdapat di daerah Muncar. Kenaikan

paling tinggi terdapat pada bulan Februari 2007 yaitu sebesar 27.557.889 kg/hari.

Kenaikan ini dapat diakibatkan karena musim penangkapan, meliputi arus laut

yang mendukung, ketersediaan makanan yang banyak, dan lain-lain. Faktor-faktor

tersebut yang mangakibatkan hasil tangkapan pada bulan ini sangat tinggi. Alat

tangkap purse seine di buat contoh disini karena alat tangkap ini jumlahnya paling

produktif dalam manghasilkan ikan lemuru. Grafik penurunan dan kenaikan

produksi ikan lemuru per bulan dari tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar

12.

49  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 12. Penurunan dan kenaikan produksi ikan lemuru per bulan dari tahun 2006-2010

50  

5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas penangkapan ikan lemuru

Produktivitas penangkapan ikan dipengaruhi beberapa faktor. Jika faktor-

faktor tersebut maksimal maka produktivitas ikan lemuru yang ada juga akan

tinggi, begitu pula sebaliknya, jika faktor-faktor tersebut tidak optimal maka

produktivitas lemuru juga akan tidak maksimal. Agar dapat mengetahui factor-

faktor tersebut maksimal ataupun tidak, maka harus dilakukan perhitungan.

Perhitungan dilakukan untuk mengetahui seberapa optimal faktor-faktor yang

sudah ada dalam mendukung peningkatan produktivitas lemuru. Alat tangkap

lemuru yang akan dianalisis yaitu purse seine , hal ini disebabkan karena purse

seine merupakan alat tangkap lemuru yang jumlahnya paling banyak di daerah

Muncar, sehingga harus dianalisis agar dapat mengetahui faktor-faktor produksi

yang belum maksimal, disamping paling banyak alat tangkap ini adalah alat

tangkap yang paling produktif menghasilkan ikan lemuru. Analisis yang

dipergunakan yaitu analisis regresi linier. Hasil analisis regresi linier terlampir

pada lampiran. Dari perhitungan yang telah dilakukan didaptkan persamaan linier

sebagai berikut :

Y = -8,61 + 0,046 X1 + 0,9 X2 + 0,303 X3 – 0,141 X4 + 0,172 X5 + 0,051 X6

dimana :

Y : hasil tangkapan per trip (kg)

X1 : pengalaman melaut nelayan (tahun)

X2 : jumlah anak buah kapal per trip (orang)

X3 : ukuran kapal (GT)

X4 : lama operasi penangkapan ikan per trip (hari)

X5 : banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip)

X6 : biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp)

Disamping menghasilkan persamaan diatas, perhitungan yang telah

dilakukan menghasilkan analisis regresi statistik. Analisis tersebut dapat

digunakan sebagai acuan untuk melihat keterwakilan dari faktor produktivitas

dalam menjelaskan faktor produktivitas ikan lemuru secara linier. Hasil analisis

regresi statistik dapat dilihat pada Tabel 16.

51  

Tabel 16 Hasil analisis regresi statistik faktor produktivitas dan produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar.

Regression Statistics Multiple R 0,90R Square 0,81Adjusted R Square 0,76Standard Error 0,55Observations 30

Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar

0,81 dan bernilai positif. Hal ini berarti nilai yang didapatkan baik dan korelasi

antara variabel X dengan variabel Y tinggi. Dapat dikatakan baik karena nilai

koefisien determinasi mendekati 1. Selain itu nilai determinasi 0,81 berarti 81 %

faktor produktivitas yang ada dapat mewakili produktivitas unit penangkapan

purse seine di Muncar secara linier. Sementara itu untuk melihat pengaruh faktor

produktivitas terhadap faktor unit penangkapan purse seine dapat dilihat dengan

menggunakan uji-F dan uji-t. Uji-F dicari untuk digunakan untuk melihat

pengaruh faktor produktivitas dengan produktivitas unit penangkapan purse seine

secara bersamaan. Hasil analisis uji-F faktor produktivitas dengan produktivitas

unit penangkapan purse seine dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) faktor produktivitas dan produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar.

Dimana : Df : degree of freedom (derajat bebas) SS : sum of square (jumlah kuadrat) MS : mid of square (kuadrat tengah) α : 0,05 Perhitungan yang telah dilakukan menghasilkan nilai Fhitung sebesar 17,052

dan Ftabel sebesar 2,57. Hal ini menunjukkan Fhitung > Ftabel sehingga Ho ditolak

dengan selang kepercayaan 95 %. Berdasarkan uji-F dapat dikatakan bahwa

Varian df SS MS F hitung F tabel

Regression 6 31.33171941 5.221953234 17,052 2,57

Residual 23 7.043280593 0.306229591

Total 29 38.375

52  

produktivitas lemuru dapat dipengaruhi oleh pengalaman melaut nelayan (tahun),

jumlah anak buah kapal per trip (orang), ukuran kapal (GT), lama operasi

penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan ikan per bulan

(trip), biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp). Semua faktor

tersebut dapat mempengaruhi produktivitas lemuru dari purse seine. Jika dilihat

dari koefisien determinasi (R2), faktor-faktor diatas mempengaruhi produktivitas

lemuru sebesar 81 % sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak

diperhitungkan. Faktor-faktor tersebut misalnya musim penangkapan dan cuaca

pada saat melakukan penangkapan ikan lemuru.

Uji selanjutnya yaitu uji-t, pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh

masing-masing faktor terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di daerah

Muncar. Faktor-faktor yang diuji adalah pengalaman melaut nelayan (tahun),

jumlah anak buah kapal per trip (orang), ukuran kapal (GT), lama operasi

penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan ikan per bulan

(trip), biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp) berpengaruh

signifikan terhadap produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar. Uji-t

dapat yang berkaitan dengan pengaruh masing-masing faktor terhadap

produktivitas lemuru. Hasil iji-t untuk pengaruh masing-masing faktor dapat

dilhat pada Tabel 18.

Tabel 18 Hasil uji-t pengaruh masing-masing faktor terhadap produktivitas lemuru

Faktor produksi Koefisien regresi t hitung T (0,1, 23)

X1 0,06 1,97 1,71

X2 0,09 2,93

X3 0,30 1,38

X4 -0,14 -0,69

X5 0,17 0,80

X6 0,05 0,22

53  

dimana :

Y : hasil tangkapan per trip (kg)

X1 : pengalaman melaut nelayan (tahun)

X2 : jumlah anak buah kapal per trip (orang)

X3 : ukuran kapal (GT)

X4 : lama operasi penangkapan ikan per trip (hari)

X5 : banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip)

X6 : biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp)

Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu

ukuran kapal (GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi

penangkapan ikan per bulan (trip), serta biaya perbekalan operasi penangkapan

ikan per trip (Rp) pada selang kepercayaan 90 % nilainya lebih kecil dari t tabel.

Hal ini bahwa nilai t hitung ≤ t tabel sehingga dapat disimpulkan terima H0 . Terima

H0 berarti ukuran kapal (GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari),

banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip), serta biaya perbekalan operasi

penangkapan ikan per trip (Rp) tidak berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Sedangkan untuk

pengalaman laut nelayan (tahun) dan jumlah anak buah kapal per trip (orang)

secara berurutan nilainya 1,97 dan 2,93. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung ≥ t tabel

sehingga dapat dikatakan bahwa kedua faktor tersebut berpengaruh signifikan

terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di daerah Muncar.

Uji-t menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 90 %, ukuran kapal

(GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan

ikan per bulan (trip), serta biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip

(Rp) tidak berbeda nyata sedangkan untuk pengalaman laut nelayan (tahun) dan

jumlah anak buah kapal per trip (orang) berpengaruh nyata terhadap produktivitas

lemuru yang terdapat didaerah Muncar.

Pengalaman melaut pada tabel uji-t mempunyai koefisien regresi 0,06

dengan nilai positif. Bisa diartikan bahwa pengalaman melaut mempunyai

pengaruh terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di Muncar. Jika

pengalaman melaut nelayan lemuru bertambah satu tahun, maka terdapat

54  

penambahan produktivitas lemuru pada alat tangkap purse seine sebesar 0,06

kilogram. Pada uji-t dapat dilihat dijabarkan bahwa pengalaman melaut

berpengaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru karena t hitung > t tabel.

Pengalaman melaut nelayan di Muncar sangat berpangaruh terhadap produktivitas

lemuru di daerah Muncar. Semakin lama pengalaman melaut nelayan lemuru,

maka semakin banyak pula hasil tangkapan lemuru yang didapatkan. Pengalaman

melaut sangat mempengaruhi penentuan daerah penangkapan lemuru yang

terdapat di perairan Muncar. Nelayan yang berpengalaman akan lebih bisa

menentukan daerah penangkapan yang potensial, disamping itu nelayan yang

mempunyai jam terbang yang tinggi akan dapat mengoperasikan alat tangkap

dengan baik sehingga akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan mereka.

Jumlah anak buah kapal yang banyak akan dapat mempercepat proses

penangkapan ikan lemuru, dengan anak buah kapal yang banyak maka pembagian

tugas dikapal menjadi lebih jelas dan setiap pekerjaan akan lebih cepat

diselesaikan. Dengan mesin kapal yang banyak pada setiap kapal purse seine,

penambahan anak buah kapal sangat diperlukan, jika anak buah kapal sedikit

maka proses melingkari gerombolan ikan lemuru juga akan berlangsung lama, hal

ini diakibatkan mesin tidak secara optimal dioperasikan, sebaliknya jika anak

buah kapal banyak maka setiap mesin yang ada dapat dimanfaatkan secara

optimal dan akan berpengaruh juga terhadap produktivitas nelayan lemuru yang

ada di Muncar. Pada uji-t dapat kita lihat bahwa thitung > t tabel , ini berarti jumlah

anak buah kapal berpengaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru yang

terdapat di daerah Muncar. Pengaruh ini diakibatkan karena pengoperasian alat

tangkap purse seine relatif sulit sehingga membutuhkan tenaga kerja atau anak

buah kapal yang banyak juga.

Bertambahnya kapasitas kapal akan mengakibatkan penambahan jumlah

hasil tangkapan lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Dengan ukuran kapal

yang besar, maka kapasitas penyimpanan juga akan besar, disamping itu dengan

ukuran kapal yang besar maka dapat menjangkau daerah penangkapan yang lebih

jauh, sehingga dapat menangkap ikan lemuru yang lebih banyak dibandingkan

dengan kapal yang mempunyai kapasitas yang lebih kecil. Tetapi pada khasus di

daerah Muncar, sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil

55  

bahwa thitung < t tabel , hal ini berarti kapasitas kapal tidak berpengaruh signifikan

terhadap produktivitas lemuru yang terdapat didaerah Muncar. Penyebabnya yaitu

kapal-kapal yang terdapat didaerah Muncar banyak kapal-kapal berjenis motor

tempel dengan kapasitas yang tidak begitu besar, sehingga tidak dapat

menjangkau daerah yang lebih jauh unutk menangkap ikan serta menyimpan

jumlah ikan yang tidak begitu besar.

Lama operasi penangkapan ikan tidak berpangaruh signifikan terhadap

produktivitas lemuru yang terdapat di daerah Muncar, hal ini dikarenakan t hitung <

t tabel , artinya bahwa kualitas hasil tangkapan akan semakin tidak baik jika terlalu

lama disimpan dalam kapal. Dengan jumlah es yang tetap dan ditambahnya lama

operasi penangkapan ikan lemuru akan membuat kualitas ikan lemuru turun.

Dengan memperhatikan lama operasi yang benar maka kualitas ikan juga akan

baik, sehingga juga akan berpengaruh terhadap produktivitas lemuru di Muncar.

Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa thitung < t tabel , ini

berarti bahwa jumlah trip tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas

lemuru yang terdapat didaerah Muncar. Jika dilakukan penambahan trip pada

setiap bulannya maka akan menambah jumlah hasil tangkapan lemuru. Tetapi

disini perlu dikaji juga dari segi lingkungan, jika dilakukan penangkapan secara

terus menerus maka akan dapat menyebabkan habisnya sumberdaya lemuru yang

terdapat di perairan tersebut.

5.4 Peran Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar

Peran suatu pelabuhan sangat penting bagi penunjang aktivitas perikanan

lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Dukungan suatu pelabuhan perikanan

dalam aktivitas penangkapan ikan lemuru dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu

dukungan dalam aktivitas pra produksi dan aktivitas produksi. Aktivitas pra

produksi adalah kegiatan yang berhubungan dengan persiapan penangkapan ikan

lemuru, dalam hal ini pelabuhan menyediakan fasilitas yang berhubungan dengan

aktivitas pra produksi. Fasilitas pra produksi diantaranya fasilitas perbekalan dan

fasilitas perbaikan alat tangkap. Sedangkan aktivitas yang lain adalah aktivitas

produksi. Dalam hal ini pelabuhan harus menyediakan fasilitas yang berhubungan

dengan kegiatan penangkapan ikan lemuru, seperti fasilitas yang berhubungan

56  

dengan informasi daerah penangkapan ikan lemuru serta fasilitas yang

berhubungan dengan peningkatan skill nelayan lemuru yang terdapat di daerah

Muncar.

5.4.1 Fasilitas Pra Produksi

Fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan pra produksi diantaranya

fasilitas perbekalan dan fasilitas perbaikan alat tangkap. Fasilitas perbekalan

meliputi fasilitas penyediaan air, penyediaan bahan bakar minyak, penyediaan

kebutuhan melaut, dan penyediaan es.

1. Fasilitas perbekalan Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar

Produktivitas ikan lemuru yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai

Muncar dapat bertahan dengan baik apabila didukung oleh penyediaan sarana

perbekalan yang memadai oleh pihak pelabuhan perikanan dan dapat digunakan

dengan baik oleh semua pengguna pelabuhan. Sarana perbekalan di Pelabuhan

Perikanan Pantai Muncar diantaranya fasilitas penyediaan air bersih, fasilitas

penyediaan es, fasilitas penyediaan bahan bakar minyak, serta fasilitas penyediaan

kebutuhan konsumsi.

1) Fasilitas penyediaan air

Pengadaan sarana air sudah ada di Pelabuhan Pantai Muncar sejak tahun

1994. Tetapi terdapat penambahan unit setiap tahunnya. Pada tahun 1997

dilakukan penambahan unit penyediaan air sebanyak 6 buah. Sumber air di

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar berasal dari PDAM. Nelayan dapat

mendapatkan air seharga Rp. 1000,- per becak dari mushola pelabuhan. Keadaan

unit penyedia air bersih di PPP Muncar saat ini tidak berfungsi dengan baik. Hal

ini dikarenakan tempat untuk menampung air rusak. Kerusakan ini diakibatkan

hampir tidak adanya pasokan air yang disalurkan ke tangki air tersebut, sehingga

semakin lama alat menjadi rusak. Kekurangan air inilah yang menyebabkan

nelayan lemuru susah untuk mencuci hasil tangkapan mereka, sehingga hasil

tangkapan lemuru yang habis didaratkan kotor. Hal ini mengakibatkan mutu dari

ikan lemuru menjadi turun, dampaknya berujung pada harga ikan lemuru.

Walaupun pihak perusahaan sudah menetapkan harga ikan lemuru, tetapi jika

57  

mutu dari ikan tersebut turun maka pihak perusahaan dapat menurunkan harga

ikan lemuru tersebut bahkan pihak perusahaan tidak mau untuk membeli ikan

yang sudah ada.

Gambar 13 Fasilitas penyediaan air di PPP Muncar

Unit Pelaksana Teknis yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar

pada dasarnya sudah melakukan koordinasi dengan instansi luar yaitu Perusahaan

Daerah Air Minun (PDAM), tetapi karena fasilitas penampungan air yang terdapat

di pelabuhan rusak maka air yang disalurkan dari PDAM tidak dapat masuk lagi,

akibatnya tidak tersedia air untuk nelayan. Keadaan diatas menandakan bahwa

pelayanan penyediaan fasilitas air bersih yang ada di PPP Muncar pengelolaannya

kurang baik.

2) Fasilitas penyediaan es

Kebutuhan es sangat berpengaruh terhadap mutu dari ikan lemuru yang

ditangkap. Nelayan yang berada di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar

mendapatkan es dari pihak KUD dan swasta. Dari pihak KUD es didapatkan dari

58  

KUD Mina yang jaraknya sekitar 200 meter dari pelabuhan. Sedangkan untuk es

dari pihak swasta didapatkan dari pabrik es yang terdapat diluar kecamatan

Muncar. Nelayan kecil dapat mendapatkan es dari pengecer. Pengecer es tersebut

berjualan diarea pelabuhan. Untuk es yang berasal dari pihak KUD dijual dengan

harga 6500/balok sedangkan es yang bersal dari pihak swasta dijual dengan harga

7000/balok.

Fasilitas penyediaan es di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar hendaknya

dekat dengan pelabuhan. Hal ini bertujuan untuk menghemat biaya transportasi

sehingga harga es lebih murah. Jika dilihat pada fakta diatas, hanya terdapat satu

KUD yang menjual es. Hal ini sangat merugikan nelayan apabila pada waktu itu

musim ikan lemuru sangat banyak. Pihak KUD tidak bisa menyediakan es dengan

jumlah yang banyak. Apabila ikan yang tersedia banyak, maka secara otomatis

nelayan memerlukan es yang banyak untuk mengawetkannya. Pelabuhan

hendaknya bekerja sama dengan pihak swasta dalam penyediaan es agar lebih

mudah dan murah. Saat ini pihak pelabuhan belum melakukan kegiatan kerjasama

kepada pihak swasta mengenai penyediaan es, sehingga pada saat musim puncak,

nelayan harus membeli es yang berasal dari pihak swasta yang harganya lebih

mahal. Hal ini berimbas pada nelayan-nelayan dengan armada penangkapan kecil

seperti payang dan bagan. Pada saat musim puncak, nelayan ini sangat susah

mendapatkan es, hal ini disebabkan karena es yang berasal dari KUD sudah habis

terjual karena dibeli oleh nelayan-nelayan besar. Dampaknya adalah harga es

menjadi lebih mahal karena mereka harus membeli dari pihak luar. Tentu saja

keadaan ini sangat tidak menguntungkan nelayan-nelayan kecil. Untuk itu perlu

adanya peran serta dari pihak pelabuhan tentang penyediaan es, misalnya dengan

membatasi pembelian nelayan-nelayan besar di KUD sehingga nelayan-nelayan

lemuru dengan armada penangkapan yang kecil dapat membeli es dengan harga

yang murah.

Pelabuhan hendaknya melakukan pengaturan dan penertiban kegiatan pada

setiap fasilitas yang ada, masalah penyediaan es harusnya adalah masalah penting

yang dapat diselesaikan oleh pihak pelabuhan. Pelabuhan kurang mengatur

jalannya proses pembelian es sehingga pada musim puncak ketersediaan es

kurang. Koordinasi yang dilakukan pelabuhan dengan pihak luar harusnya lebih

59  

ditingkatkan, masalah yang ada yaitu perusahaan es yang ada letaknya jauh dari

pelabuhan, sehingga nelayan-nelayan kecil akan kesulitan dalam mendapatkan es.

Dalam segi fasilitas penyediaan es, pelabuhan masih kurang, hal ini dibuktikan

dengan adanya kekurangan es pada saat musim puncak, sehingga dapat dikatakan

bahwa pengelolaan pelabuhan pada penyediaan fasilitas ini kurang baik.

3) Penyediaan BBM

Bahan bakar minyak merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi produktivitas ikan lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Pada

saat BBM harganya naik, maka bisa berimbas pada menurunnya produktivitas

ikan lemuru dan sebaliknya.

Pelabuhan perikanan pantai Muncar menyediakan fasilitas pengisian bahan

bakar. Bahan bakar yang disediakan adalah solar. Harga solar yaitu Rp. 4.500/liter

jika pembeliaannya tunai, tetapi jika pembeliannya hutang maka harga satu liter

solar menjadi Rp. 5000. Penyediaan BBM yang dilakukan oleh pihak pelabuhan

Muncar saat ini tidak dapat mencukupi kebutuhan nelayan yang terdapat disana.

Kapasitas unit penyediaan BBM di Muncar yaitu 50 ton sedangkan kebutuhan

melaut nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar per harinya yaitu 500-600

ton. Hal ini sangat tidak menguntungkan nelayan. Dampak bagi nelayan besar

mungkin tidak terasa tetapi dampaknya bagi nelayan kecil sangatlah terasa. jika

stok BBM di PPP Muncar telah habis, maka nelayan disana membeli BBM di

pom bensin yang terletak lumayan jauh dari pelabuhan. Hal ini sangat tidak

menguntungkan nelayan kecil, karena mereka harus mengeluarkan biaya

transportasi lagi untuk menuju ke tempat penjualan solar yang terdapat diluar

pelabuhan perikanan. Masalah seperti ini harusnya disikapi oleh pihak pelabuhan

karena keadaan seperti ini lebih berpihak kepada nelayan besar sehingga nelayan

kecil yang tidak mempunyai modal yang besar tidak dapat bersaing, bahkan selalu

mengalami kerugian.

Peraturan-peraturan serta kebijakan-kebijakan harus dilakukan dan

diterapkan oleh pihak pelabuhan digunakan untuk melindungi nelayan-nelayan

kecil. Peraturan ini berupa pembatasan pembelian bahan bakar minyak di PPP

Muncar oleh nelayan-nelayan besar, sehingga nelayan-nelayan kecil tidak akan

60  

kehabisan stok bahan bakar minyak. Dengan adanya kebijakan seperti ini maka

akan sedikit membantu nelayan kecil dalam penydiaan bahan bakar minyak,

mereka tidak akan lagi membeli bahan bahan minyak dari luar pelabuhan

melainkan dari dalam pelabuhan sendiri. Dalam khasus ini pihak pelabuhan harus

bekerja lebih keras untuk mengatur nelayan-nelayan besar agar tidak selalu

merugikan nelayan-nelayan kecil yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai

Muncar. Pihak pelabuhan harus bersikap lebih tegas dalam menentukan

kebijakan-kebijakan kedepannya agar nasib nelayan kecil dapat lebih baik.

Gambar 14 Fasilitas pengisian bahan bakar minyak di PPP Muncar

4) Penyediaan kebutuhan konsumsi

Nelayan di daerah Muncar kebanyakan menangkap dengan sistem satu

hari melaut, jadi pengisian bahan-bahan perbekalan tidak terlalu rumit dan

dipusingkan oleh nelayan di daerah Muncar. Perbekalan seperti makanan dibawa

oleh nelayan yang akan melaut, jika mereka melaut dalam waktu satu hari maka

biasanya nelayan Muncar membawa dua bungkus makanan. Untuk pembelian

makanan ini biasanya dibeli di toko-toko yang terdapat didalam area pelabuhan.

Toko-toko ini menjual berbagai keperluan nelayan seperti makanan, rokok, dan

lain-lain. Pengisian perbekalan yang lain seperti es, solar telah dijelaskan pada

penjelasan diatas.

61  

Fasilitas perbekalan yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Muncar

menurut nelayan lemuru dirasakan kurang membantu, hal ini terlihat pada hasil

kuisioner yang telah ditujukan kepada nelayan lemuru (Gambar 14) menunjukan

bahwa sebanyak 39 % nelayan lemuru telah terbantu dengan fasilitas perbekalan

yang terdapat di PPP Muncar sedangkan sisanya yaitu 61 % nelayan lemuru

merasa kurang terbantu.

Gambar 15 Pendapat nelayan lemuru terhadap fasilitas perbekalan di

PPP Muncar.

Gambar diatas menjelaskan bahwa banyak sekali nelayan lemuru yang

kurang terbantu dengan adanya fasilitas perbekalan yang terdapat di PPP Muncar.

Hal ini terlihat bahwa hanya 39 % nelayan lemuru yang merasa terbantu dan

sisanya merasa kurang terbantu. Situasi ini memunculkan pernyataan bahwa

adanya hal tersebut dikarenakan belum optimalnya pengelolaan yang dilakukan

pihak PPP Muncar terhadap fasilitas perbekalan. Hal ini memperlihatkan bahwa

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar belum cukup berperan dalam mendukung

aktivitas penangkapan ikan lemuru yang terdapat di Muncar. Peran suatu

pelabuhan bisa dikatakan telah berperan dengan baik apabila penyediaan,

pemanfaatan serta pengelolaannyanya telah optimal ( Simanjuntak, 2005 diacu

dalam Tanjung, 2010 ).

kurang membantu

61%

membantu39%

62  

Belum optimalnya peran PPP Muncar dalam penyediaan faslilitas

perbekalan dapat di lihat dari adanya faslitas perbekalan yang kurang berfungsi

secara optimal. Faslitas air bersih yang sekiranya dapat membantu nelayan dalam

membersihkan hasil tangkapannya ternyata rusak. Sehingga nelayan tidak bisa

mencuci hasil tangkapan mereka, hal ini berakibat pada mutu hasil tangkapan

mereka. Fasilitas yang lainnya yaitu fasilitas penyediaan es, kurangnya

penyediaan es yang ada di PPP Muncar menyebabkan nelayan-nelayan lemuru

kecil kesulitan dalam mencari es. Es yang harusnya mereka dapatkan dengan

mudah ternyata sudah habis oleh nelayan-nelayan yang besar. Sedangkan untuk

fasilitas penyediaan bahan bakar juga belum berfungsi dengan maksimal.

Kapasitas yang ada di PPP Muncar tidak dapat mencukupi kebutuhan nelayan

lemuru yang terdapat didaerah Muncar, sehingga nelayan-nelayan di Muncar

harus membeli bahan bakar minyak diluar pelabuhan yang jelas harganya lebih

mahal, karena harus menambahkan biaya transportasi.

2. Fasilitas yang berhubungan dengan perbaikan unit penangkapan ikan lemuru

1) Fasilitas perbaikan kapal

Nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar biasanya memperbaiki

kapal di kolam pelabuhan, hal ini mengakibatkan adanya pendangkalan pada

kolam pelabuhan, sehingga kapal-kapal pengangkut ikan lemuru yang akan

mendaratkan ikan lemuru ke dermaga pelabuhan berhenti sekitar 150 meter dari

tempat pendaratannya. Pendaratan ikan lemuru ini dilakukan di laut dan diangkut

oleh buruh angkut dari kapal pengangkut menuju tempat pendaratan ikan. Mesin

kapal yang rusak diperbaiki di bengkel perbaikan mesin, tetapi saat ini keadaan

bengkel perbaikan sangatlah tidak memadai, bahkan bengkel perbaikan mesin

tidak setiap hari dibuka, sehingga nelayan-nelayan yang akan memperbaiki mesin

harus menunggu sampai bengkel dibuka disamping itu bengkel tidak mempunyai

alat-alat perbaikan mesin yang lengkap, sehingga nelayan-nelayan lemuru yang

tidak cukup modal hanya bisa membiarkan mesin kapal mereka rusak tanpa ada

perbaikan. Hal ini sangat merugikan nelayan lemuru yang terdapat di Pelabuhan

63  

Perikanan Pantai Muncar, mereka mengalami kerugian karena tidak dapat melaut

dikarenakan mesin yang akan dibuat mencari ikan rusak.

Gambar 16 Fasilitas perbengkelan di PPP Muncar

2) Perbaikan alat tangkap

Perbaikan alat tangkap yang terdapat di PPP Muncar biasanya sering

dilakukan di kantor UPT dan TPI yang terdapat di pelabuhan tersebut. Alat

tangkap yang sering diperbaiki adalah alat tangkap purse seine. System perbaikan

alat tangkap yaitu bersifat gotong royong, dimana jika terdapat alat tangkap yang

rusak dari salah satu nelayan lemuru, maka nelayan yang lain wajib membantu

dalam perbaikan alat tangkap tersebut. Tetapi masih terdapat banyak kekurangan

dalam perbaikan alat tangkap di PPP Muncar. PPP Muncar sendiri tidak memiliki

tempat khusus untuk memperbaiki alat tangkap yang rusak, hal ini sangat

merugikan nelayan lemuru apabila alat tangkap yang mereka miliki rusak, para

nelayan tidak mempunyai lahan untuk memperbaikinya. Disamping itu jika alat

tangkap yang rusak lebih dari satu maka nelayan lemuru akan mengeluarkan biaya

lebih banyak untuk memperbaiki alat tersebut karena harus memindahkan alat

tangkap tersebut keluar pelabuhan. Hal ini harusnya diperhatikan oeh pihak

pelabuhan, agar nelayan-nelayan yang akan melakukan perbaikan alat tangkap

64  

tidak menggunakan gedung TPI. Pelabuhan seharusnya menyediakan tempat

khusus untuk aktivitas perbaikan alat tangkap.

Gambar 17 Fasilitas perbaikan alat tangkap

5.4.2 Fasilitas Produksi

Fasilitas produksi adalah fasilitas untuk penunjang kegiatan penangkapan

ikan lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Fasilitas ini meliputi fasilitas yang

berhungan dengan informasi daerah penangkapan ikan lemuru serta fasilitas yang

berhungan dengan peningkatan skill menangkap ikan lemuru seperti balai

pertemuan, program penyuluhan dari pelabuhan, atapun sosialisasi yang dilakukan

oleh pihak pelabuhan kepada nelayan-nelayan lemuru yang terdapat di daerah

Muncar.

1. Fasilitas yang berhubungan dengan informasi daerah penangkapan ikan lemuru

Informasi tentang daerah penangkapan ikan lemuru yang terdapat di

daerah Muncar dilakukan sendiri oleh nelayan-nelayan lemuru yang ada di

Muncar. Metode penyampaian informasi hanya dari mulut ke mulut ataupun

melihat kapal-kapal dengan hasil tangkapan paling banyak. nelayan-nelayan di

Muncar akan menanyakan kepada fishing master kapal tersebut terkait dengan

65  

daerah penangkapan. Hal tersebut sangat menyulitkan nelayan-nelayan dengan

pengalaman melaut rendah. Nelayan – nelayan tersebut akan lebih bergantung

dengan nelayan – nelayan senior yang sudah berpengalaman dalam menentukan

daerah penangkapan ikan lemuru. Melihat khasus seperti ini harusnya pihak

pelabuhan dapat menyediakan fasilitas yang berhungan dengan informasi daerah

penangkapan, tapi kenyataannya, Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar belum

dapat menyediakan fasilitas tersebut. Jika fasilitas ini disediakan oleh pelabuhan,

maka nelayan-nelayan dengan pengalaman melaut yang rendah dapat mengetahui

daerah penangkapan ikan lemuru dengan cepat. Waktu yang dibutuhkan nelayan

juga akan lebih efektif dan efisien dalam melakukan penangkapan ikan lemuru di

perairan Muncar, dengan waktu yang efisien dan efektif maka hasil tangkapan

ikan lemuru juga akan meningkat, dan secara otomatis akan meningkatkan

produktivitas nelayan lemuru di daerah Muncar.

2. Fasilitas yang berhubungan dengan peningkatan skill nelayan

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar salah satu pelabuhan dengan fasilitas

yang cukup lengkap. Hal ini pula yang mendasari PPP Muncar dijadikan sebagai

pelabuhan yang berbasis minapolitan. Salah satu fasilitas yang terdapat di PPP

Muncar yaitu fasilitas yang digunakan untuk peningkatan skill nelayan lemuru.

Skill penangkapan tersebut meliputi skill dalam pembuatan alat tangkap, skill

dalam perbaikan unit penangkapan ikan serta skill dalam pengoperasian suatu alat

tangkap. PPP Muncar menyediakan fasilitas balai pertemuan nelayan yang

fungsinya untuk tempat berkumpulnya nelayan-nelayan. Tempat ini juga

berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman antara nelayan – nelayan lemuru

senior dengan nelayan-nelayan lemuru junior, dengan adanya fasilitas ini, nelayan

akan terbantu dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan

operasi penangkapan ikan lemuru.

Peningkatan skill nelayan lemuru tidak hanya dalam balai pertemuan saja,

akan tetapi pelabuhan juga melakukan peningkatan skill nelayan dengan

mengadakan pelatihan-pelatihan tentang teknik-teknik penangkapan ikan lemuru

ataupun dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang musim penangkapan

ikan lemuru. Penyuluhan ini dilakukan oleh pihak pelabuhan dengan bekerjasama

dengan Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi. Program yang

66  

dilakukan oleh pelabuhan ini diharapkan dapat meningkatkan skill nelayan lemuru

dalam mengoperasikan alat tangkap, dengan adanya hal tersebut maka hasil

tangkapan lemuru yang mereka tangkap juga akan semakin banyak.

5.4.3 Ketersediaan dan Pemenuhan Fasilitas di PPP Muncar

Tabel 19 Ketersediaan dan Pemenuhan Fasilitas di PPP Muncar

No Fasilitas Unit Ketersediaan Pemenuhan Kekurangan

(%)

Fasilitas Pra

produksi

1. Bengkel 1 tersedia kurang terpenuhi 50

2. Tangki BBM 1 tersedia kurang terpenuhi 50

3. Gedung keranjang 10 tersedia kurang terpenuhi 50

4. Menara air 1 tersedia kurang terpenuhi 50

5. Gedung peralatan 1 tersedia kurang terpenuhi 30

6. Rumah genzet 1 tersedia kurang terpenuhi 30

7. Rumah pompa 2 tersedia kurang terpenuhi 30

8. Eks pabrik es 1 tersedia kurang terpenuhi 50

9. KUD Mino 1 tersedia kurang terpenuhi 50

10. Slipway 3 tersedia terpenuhi 0

11. Rumah BBM 1 tersedia kurang terpenuhi 50

Fasilitas

produksi

1.

Informasi daerah

penangkapan ikan

lemuru

- Tidak tersedia tidak terpenuhi 100

2. Penyuluhan dari

PPP Muncar tersedia terpenuhi 0

3. Balai pertemuan 1 tersedia terpenuhi 0

Tabel diatas menjelaskan ketersediaan dan pemenuhan fasilitas yang

terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Beberapa fasilitas sudah

67  

terpenuhi tetapi terdapat beberapa fasilitas yang harus dibangun lagi atapun

diperbaiki. Kekurangan fasilitas ini akan mempengaruhi kinerja dari para nelayan,

hal ini akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi dari nelayan lemuru yang

terdapat didaerah Muncar.

Gedung tempat keranjang di pelabuhan saat ini jumlahnya kurang, hal ini

diakibatkan karena jumlah keranjang yang ada sangat banyak, sedangkan tempat

penyimpanannya kurang. Keadaan ini membuat nelayan-nelayan yang ada

menyimpan keranjang mereka di rumah masing-masing, hal ini sangat merugikan

nelayan karena dengan menyimpan dirumah, maka akan membuat biaya tambahan

untuk mengangkut keranjang-keranjang mereka ke pelabuhan. Dengan adanya

penambahan jumlah gedung tempat keranjang maka kinerja nelayan menjadi

efektif .

Fasilitas-fasilitas yang lain sudah dijelaskan pada subbab sebelummnya.,

seperti menara air, fasiltas yang menyediaakan bahan bakar , maupun failitas

perbaikan alat tangkap maupun kapal dari ketersediannya, pelabuhan

menyediakan fasilitas-fasilitas tersebut, tetapit pada segi pemenuhannya ,

pelabuhan dapat mencukupi karena jumlahnya kurang. Fasilitas yang

berhubungan dengan penginformasian daerah penangkapan ikan lemuru yang

terdapat di Pelabuhan Perikanan pantai Muncar harusnya dibangun. Fasilitas ini

sangat berfungsi agar para nelayan yang akan melakukan kegiatan penangkapan

ikan lemuru tidak akan susah lagi untuk mencari daerah penangkapan ikan

lemuru, disamping itu dengan adanya fasilitas ini waktu yang dibutuhkan nelayan

lemuru akan lebih efisien dan efektif.

Hasil dari uji-t dari faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas

lemuru di daerah Muncar menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh dalam

penangkapan ikan lemuru yaitu pengalaman melaut nelayan dan jumlah anak buah

kapal. Adanya hal tersebut harusnya diperhatikan oleh pihak pelabuhan agar dapat

dijadikan suatu acuan untuk menentukan program-program dari pelabuhan untuk

meningkatkan skill para nelayan lemuru yang terdapat di daerah Muncar agar skill

dari para nelayan lemuru semakin baik dalam menangkap ikan lemuru.

68  

Dari kedaan tersebut dapat kita simpulkan bahwa sesuai dengan

ketersediaan fasilitas, Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar sudah menyediakan

semua fasilitas yang berhubungan dengan penangkapan ikan lemuru, tetapi

pemenuhan dari fasilitas tersebut tidak 100 % terpenuhi. Hal ini mengakibatkan

kurang efektifnya kinerja dari nelayan lemuru, sehingga produktivitas yang ada

cenderung menurun.