5 hasil dan pembahasan 5.1 hasil 5.1.1 deskripsi unit … · unit penangkapan ikan merupakan satu...
TRANSCRIPT
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Deskripsi unit penangkapan cantrang
Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknik dalam suatu operasi
penangkapan ikan yang terdiri atas alat tangkap, kapal, dan nelayan. Unit
penangkapan cantrang terdiri atas alat tangkap cantrang, kapal motor, dan nelayan
cantrang.
1) Alat tangkap cantrang
Alat tangkap cantrang yang berbasis di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat termasuk unit penangkapan cantrang
berukuran besar karena ukuran kapal yang digunakan berukuran 15-29 GT. Trip
penangkapan yang dilakukan oleh nelayan cantrang di PPI Blanakan antara 7-15
hari dengan daerah penangkapan sekitar Laut Jawa, Perairan Sumatera, dan
Perairan Kalimantan. Alat tangkap cantrang terdiri atas tiga bagian utama yaitu
sayap, badan, dan kantong. Selain itu alat tangkap ini dilengkapi dengan tali ris
atas, tali ris bawah, pemberat, dan pelampung. Penjelasan lebih rinci mengenai
bagian-bagian cantrang yang terdapat di PPI Blanakan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Sayap/kaki (wings)
Bagian sayap jaring terdiri atas dua bagian yaitu sayap atas dan sayap bawah
yang memiliki ukuran dan bahan material yang sama. Bagian sayap terbuat dari
bahan polyetilen multifilament dengan diameter benang jaring 18 mm. Ukuran
mata jaring (meshsize) pada bagian sayap adalah 7-8 inch dengan panjang 20-50
meter. Bagian sayap berfungsi untuk menghalau ikan dan menggiring ikan menuju
badan jaring.
(2) Badan jaring (body)
Badan jaring merupakan bagian cantrang yang terdapat di antara mulut dan
kantong. Bagian badan jaring terbuat dari bahan PE multifilament. Ukuran mata
jaring (meshsize) dari bagian depan badan sampai bagian badan sebelum kantong
semakin kecil yaitu, dari 6 inch sampai 2 inch. Panjang bagian badan adalah 30-40
35
meter. Bagian badan berfungsi untuk menggiring hasil tangkapan menuju bagian
kantong.
(3) Kantong (cod end)
Bagian kantong merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat
berkumpulnya hasil tangkapan. Bagian kantong jaring terbuat dari bahan PE
multifilament dengan diameter benang jaring 21 mm. Ukuran mata jaring
(meshsize) kantong adalah 0,5 – 1 inch dengan panjang kantong 5-8 meter. Pada
bagian ujung kantong diikat dengan simpul cod end agar memudahkan nelayan
mengeluarkan hasil tangkapan.
(4) Tali selambar
Tali selambar merupakan bagian yang terpenting dari alat tangkap cantrang.
Tali selambar berfungsi untuk menghubungkan alat tangkap cantrang dengan
perahu/kapal. Tali ini dikaitkan pada gardan dan ditarik menggunakan gardan.
Bahan material tali selambar adalah polyamide multifilament yang berdiameter
28-30 mm. Panjang total tali selambar pada salah satu sisi sayap kurang lebih
1000 meter. Bentuk tali selambar yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Tali selambar.
(5) Tali ris atas
Tali ris atas terbuat dari bahan plastik dengan diameter 18 mm. bahan ini
digunakan karena merupakan bahan yang mudah terapung di air sehingga bagian
mulut jaring dapat terbuka secara sempurna Panjang tali ris atas adalah 60 meter.
Gambar tali ris atas dapat dilihat pada Gambar 6.
36
Gambar 6 Tali ris atas.
(6) Tali ris bawah
Tali ris bawah terbuat dari bahan yang sama dengan tali selambar, yaitu
polyamide dengan diameter benang 30 mm. Panjang tali ris bawah sama dengan
panjang tali ris atas yaitu 60 meter.
(7) Pelampung (float)
Pelampung pada cantrang terdiri dari tiga jenis, yaitu pelampung tanda,
pelampung besar, dan pelampung kecil. Pelampung tanda terbuat dari bahan
gabus dan diberi tiang bendera. Untuk pelampung kecil terbuat dari bahan karet
berbentuk elips berwarna putih terletak di sepanjang tali ris atas. Pelampung
besar terbuat dari bahan plastik berbentuk bulat berjumlah 3 buah yang diletakkan
pada bagian tengah tali ris atas. Gambar pelampung besar dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7 Pelampung besar.
37
(8) Pemberat (sinker)
Pemberat pada cantrang terbuat dari timah hitam sebanyak 40 buah dengan
masing-masing berat 200 gram yang diletakkan di sepanjang tali ris bawah. Selain
itu terdapat batu yang digunakan sebagai pemberat yang terletak di bagian
kantong dengan berat 10 kg. Peletakkan pemberat di bagian kantong bertujuan
agar kantong tetap berada di dasar perairan untuk memudahkan ikan target masuk
ke dalamnya. Selain pemberat yang terletak pada tali ris bawah dan bagian
kantong, terdapat juga pemberat pada bagian mulut terbuat dari batu sebanyak 4
buah dengan masing-masing berat 8 kg.
(9) Alat bantu
Alat bantu operasi penangkapan pada alat tangkap cantrang adalah gardan
dengan mesin berkekuatan 20-23 PK yang digunakan untuk menarik tali selambar
ke arah kapal pada saat hauling dalam operasi penangkapan ikan.
Gambar 8 Jaring cantrang di PPI Blanakan Subang.
Bagian-bagian jaring cantrang terdiri atas sayap, badan, kantong, tali ris, tali
selambar dan gardan sebagai alat bantu penangkapan pada saat hauling.
Spesifikasi alat tangkap cantrang disajikan pada Tabel 7.
38
Tabel 7 Spesifikasi alat tangkap cantrang di PPI Blanakan
Komponen Alat Tangkap Keterangan
Sayap Bahan : PE multifilament Mesh size : 7-8 inch Diameter benang jaring : 18 mm Panjang : 20-50 meter
Badan Bahan : PE multifilament Mesh size : 6 inch mengecil sampai 2 inch ke arah kantong Diameter benang jaring : 18 mm Panjang : 30-40 meter
Kantong Bahan : PE multifilament Mesh size : 0,5 - 1 inch Diameter benang jaring : 21 mm Panjang : 5-8 meter
Tali Selambar Bahan : PA (polyamide multifilament) Panjang : 1000 meter Diameter: 28-30 mm
Tali Ris Atas Bahan : Plastik Panjang : 60 meter Diameter : 18 mm
Tali Ris Bawah Bahan : Polyamide (PA) Panjang : 60 meter Diameter : 30 mm
Pemberat Bahan: 1. Timah hitam sebanyak 40 buah dengan masing-
masing berat 200 gram yang diletakkan di sepanjang tali ris bawah.
2. Batu (pemberat pada bagian kantong dengan berat 10 kg dan pada bagian mulut sebanyak 4 buah dengan berat 8 kg)
Pelampung 1. Pelampung tanda: terbuat dari gabus 2. Pelampung besar: terbuat dari bahan plastik
diletakkan pada bagian tengah tali ris atas berjumlah 3 buah
3. Pelampung kecil: terbuat dari karet terletak di sepanjang tali ris atas
Alat Bantu Gardan dengan mesin berkekuatan 20-23 PK
2) Kapal cantrang
Kapal yang digunakan untuk alat tangkap cantrang yang ada di PPI
Blanakan merupakan jenis kapal motor yang berukuran 15-29 GT. Jenis tenaga
penggerak yang digunakan menggunakan mesin inboard 80-200 PK bermerk
39
Mitsubishi berbahan bakar solar. Selain mesin utama, cantrang juga dilengkapi
dengan mesin bantu untuk menggerakkan gardan berkekuatan 20-23 PK bermerk
dongfeng. Untuk menyimpan hasil tangkapan agar tetap segar, kapal dilengkapi
dengan palka berinsulasi sebanyak 3-6 lubang berukuran panjang 1,5 meter, lebar
1 meter, dan dalam 1,5 meter. Kapal cantrang terbuat dari kayu jati (Tectona
grandis), berukuran panjang 11-16 meter, lebar 4-5 meter, dan dalam 1,6-3 meter.
Kapal cantrang yang terdapat di PPI Blanakan sebagian besar didatangkan dari
Brebes, Tegal, Indramayu, dan Batang. Gambar salah satu kapal yang terdapat di
PPI Blanakan dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Kapal cantrang di PPI Blanakan.
40
Gambar 10 Konstruksi kapal cantrang di PPI Blanakan.
3) Nelayan cantrang
Nelayan memiliki peranan penting dalam operasi penangkapan ikan.
Kemampuan dan keahlian dalam operasi penangkapan merupakan salah satu
faktor utama keberhasilan penangkapan ikan. Jumlah nelayan atau anak buah
kapal (ABK) cantrang berjumlah 11-19 orang tergantung dari ukuran kapal
cantrang yang digunakan. Semakin besar ukuran kapal dan alat tangkap, semakin
banyak pula jumlah ABK dalam kapal tersebut. Setiap ABK memiliki tugas
masing-masing, seperti juru mudi atau fishing master, motoris atau juru mesin,
juru masak. Juru mudi biasanya bertindak sebagai fishing master yang memiliki
tugas memimpin trip penangkapan, mengemudikan kapal, menentukan tempat
atau daerah penangkapan ikan. Juru mudi biasanya memiliki kekerabatan yang
erat dengan pemilik kapal atau orang kepercayaan pemilik kapal. Pemilik kapal
sebagian besar adalah berasal dari Indramayu dan Brebes. Motoris atau juru mesin
memiliki tugas merawat mesin selama operasi, baik itu mesin utama maupun
41
mesin tambahan. Juru masak atau koki memiliki tugas menyiapkan makanan
untuk ABK lain selama dalam trip. ABK yang lain bertugas langsung dalam
pengoperasian cantrang yaitu melakukan setting, hauling, menarik tali selambar,
sortir hasil tangkapan, dan memperbaiki alat tangkap.
4) Metode pengoperasian cantrang
Operasi penangkapan ikan dengan menggunakan cantrang di PPI Blanakan,
Kabupaten Subang dilakukan dengan pola trip mingguan karena ukuran kapal
yang digunakan oleh nelayan cantrang merupakan ukuran kapal besar yaitu, 15-29
GT sehingga mampu menampung perbekalan dan hasil tangkapan yang banyak.
Kapal trip mingguan biasanya berangkat dari fishing base pada pagi hari yaitu
sekitar pukul 08.00-10.00 WIB dan tiba di fishing ground pada malam harinya
atau keesokan harinya tergantung dari jarak dari fishing base ke fishing ground.
Pada umumnya setiap hari dilakukan setting sebanyak 10-12 kali, sehingga satu
kali trip setting dapat dilakukan sebanyak 100-120 kali. Rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk satu kali hauling adalah 1 jam atau 60 menit.
Metode pengoperasian cantrang terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap setting atau pemasangan dan penurunan alat tangkap, dan tahap
hauling atau pengangkatan jaring. Pada tahap persiapan, ABK mempersiapkan
perbekalan melaut, jaring, tali selambar, dan pelampung tanda. Tahap setting
dilakukan setelah sampai di fishing ground dan setelah kapten kapal atau fishing
master telah memerintahkan kepada ABK untuk mempersiapkan jaring. Tahap
setting dimulai ketika fishing master memerintahkan ABK untuk menurunkan
pelampung tanda yang berbendera ke laut dan kapal melingkar searah jarum jam
sambil diikuti oleh penurunan tali selambar dan sayap jaring bagian kanan.
Gerakan kapal membentuk setengah lingkaran dengan memposisikan kantong
jaring tepat berada di tengah perputaran kapal. Setelah itu menurunkan badan
jaring, kemudian tali selambar dan sayap jaring sebelah kiri diturunkan, diakhiri
dengan bagian kantong. Setelah seluruh bagian jaring diturunkan kapal bergerak
menuju pelampung tanda dengan melanjutkan penurunan tali selambar bagian
kiri. Setelah kapal berhasil sampai di pelampung tanda, kemudian ABK
mengangkat pelampung tanda tersebut dan tali selambar dikaitkan pada gardan.
42
Pada pengoperasian cantrang, penentuan arah arus dan angin merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan. Kesalahan dalam
memperhitungkan arus dapat menyebabkan jaring terbelit dan tidak terpasang
secara sempurna.
Ketika tahap hauling, ABK menghidupkan mesin gardan untuk menarik tali
selambar dan mesin kapal tetap hidup namun tidak dalam keadaan maksimum.
Setelah seluruh tali selambar berhasil ditarik oleh mesin gardan, kemudian
dilakukan penarikan jaring ke atas kapal oleh ABK secara manual sambil
merapikan jaring untuk memudahkan operasi selanjutnya.
Hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong dengan membuka tali pada bagian
ujung kantong. Hasil tangkapan kemudian disortir menurut jenis dan ukuran ikan
kemudian disimpan ke dalam palka. Untuk hasil tangkapan yang bernilai
ekonomis tinggi, dipisahkan dengan menggunakan kantong plastik terlebih dahulu
agar pada saat dijual harga ikan tetap tinggi.
5) Hasil tangkapan dan daerah penangkapan ikan
Hasil tangkapan alat tangkap cantrang adalah sumberdaya ikan damersal.
Hasil tangkapan alat tangkap cantrang diantaranya ialah pepetek (Leiognathus
sp.), biji nangka (Upeneus sulphureus), kapasan (Gerres kapas), kurisi (Upeneus
vittatus), swanggi (Priacanthus tayenus), kakap merah (Lutjanus spp.), kerapu
(Cephalopholis sp.), ikan sebelah (Psettodes erumei), buntal (Tetradon sp.), kwee
(Caranx sp.), pari (Aetobatus spp.), cumi-cumi (Loligo spp.), ikan lidah
(Cynoglosus lingua), sotong (Sepiella maindroni) , dan beloso (Synodus sp.).
Ikan yang dominan tertangkap antara lain pepetek (Leiognathus sp.), biji
nangka (Upeneus sulphureus) atau kuniran (bahasa lokal), kurisi (Upeneus
vittatus), dan kapasan (Gerres kapas). Ikan pepetek (Leiognathus sp.) merupakan
ikan yang paling dominan dan biasanya apabila terlalu banyak dibuang kembali
oleh nelayan karena memiliki nilai ekonomis yang rendah.
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) nelayan cantrang PPI Blanakan
cukup jauh sehinnga trip operasi penangkapan dilakukan 7-15 hari. Berdasarkan
hasil wawancara, daerah yang biasa dikunjungi oleh nelayan cantrang PPI
Blanakan diantaranya adalah Perairan Sumatera dengan jarak tempuh lebih dari
43
100 mil dan waktu tempuh lebih dari 30 jam dari PPI Blanakan, Perairan
Kalimantan dengan jarak tempuh lebih dari 150 mil dengan waktu lebih dari 45
jam dari PPI Blanakan, Perairan Jakarta dengan waktu tempuh 12 jam, dan sekitar
Laut Utara Jawa seperti, Indramayu, Cirebon, dan Karawang.
5.1.2 Struktur biaya unit penangkapan cantrang
1) Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal
kegiatan. Biaya investasi usaha perikanan cantrang meliputi pembelian kapal, alat
tangkap, mesin,serta perlengkapan lain.
Persentase terbesar untuk investasi adalah untuk pembelian kapal yaitu
sebesar 63,83% - 86,21% dengan nilai Rp 120.000.000 – Rp 215.000.000. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, nelayan cantrang PPI Blanakan membeli kapal
dari daerah Brebes, Tegal, Indramayu, dan Batang karena harga yang murah
dengan kualitas yang baik. Nilai investasi mesin utama lebih besar daripada alat
tangkap cantrang. Nilai investasi mesin utama sebesar Rp 15.000.000 – Rp
37.000.000 dan untuk alat tangkap sebesar Rp 5.000.000 – Rp 18.000.000. Total
biaya investasi usaha perikanan cantrang adalah sebesar Rp 188.000.000 – Rp
275.100.000 (Lampiran 4). Pada Tabel 8 akan disajikan biaya investasi cantrang
per kapal dan untuk lebih jelas rincian biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran
4.
Tabel 8 Investasi usaha perikanan cantrang per kapal Nama Kapal Ukuran kapal (GT) Nilai investasi (Rp)
KM Alung Jaya 15 206.700.000KM Ade dan Mas 18 263.500.000KM Bhakti Jaya 23 217.600.000KM Malinda 24 232.000.000KM Fajar Asih 26 275.100.000KM Selat Mandiri 29 188.000.000Sumber: Data primer diolah, 2010
2) Biaya operasional
Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik kapal, baik kapal itu
beroperasi maupun tidak beroperasi. Komponen biaya tetap usaha perikanan
44
cantrang meliputi biaya penyusutan kapal, penyusutan mesin, penyusutan alat
tangkap, pemeliharaan kapal, pemeliharaan mesin, pemeliharaan alat tangkap, dan
SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan). Rincian biaya tetap usaha perikanan cantrang
disajikan pada Lampiran 5.
Tabel 9 Total biaya operasional unit usaha cantrang PPI Blanakan per tahun Nama Kapal Biaya tetap (Rp) Biaya variabel (Rp) Biaya total (Rp)
KM Alung Jaya 50.483.300 458.397.000 508.880.333KM Ade dan Mas 57.112.500 595.800.000 652.912.500KM Bhakti Jaya 61.720.000 796.500.000 858.220.000KM Malinda 43.066.700 618.660.000 661.726.667KM Fajar Asih 60.487.500 590.346.000 650.833.500KM Selat Mandiri 57.900.000 759.313.500 817.213.500Sumber: Data primer diolah, 2010
Biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap tahun oleh pemilik usaha
perikanan cantrang berkisar antara Rp 43.066.700 – Rp 61.720.000.00. Biaya
pemeliharaan terbesar adalah biaya pemeliharaan mesin dengan nilai Rp
12.000.000 – Rp 24.000.000 dengan kontribusi sebesar 27,86% - 42,02% dari
total biaya tetap yang harus dikeluarkan. Biaya penyusutan terbesar adalah biaya
penyusutan kapal yaitu berkisar antara Rp 6.000.000 – Rp 10.750.000 dengan
umur teknis 20 tahun.
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan setiap kali akan melakukan
trip penangkapan ikan dan besarnya biaya dapat berubah-ubah (tidak tetap). Biaya
variabel usaha perikanan cantrang meliputi konsumsi ABK, solar, oli, air tawar, es
balok, retribusi, dan bagi hasil. Besarnya biaya variabel rata-rata yang harus
dikeluarkan adalah Rp 636.502.750 per tahun dengan kisaran Rp 458.397.000 –
Rp 796.500.000. Rincian komponen biaya variabel usaha perikanan cantrang
dapat dilihat pada Lampiran 6. Solar merupakan komponen biaya variabel yang
sangat penting dan berpengaruh terhadap kegiatan operasional penangkapan ikan
karena merupakan biaya variabel terbesar yang harus dikeluarkan oleh pemilik
kapal yaitu Rp 129.600.000 – Rp 378.000.000 dengan kontribusi rata-rata 42,42%
dari total biaya variabel tiap tahun.
45
5.1.3 Penerimaan unit usaha cantrang
Penerimaan pemilik usaha cantrang diperoleh dari penjualan hasil
tangkapan. Penjualan hasil tangkapan di Blanakan dilakukan melalui lelang
murni, tidak melalui tengkulak. Penerimaan pemilik usaha cantrang dipengaruhi
oleh dua musim, yaitu musim puncak (banyak ikan) dan musim paceklik (sedikit
ikan). Musim puncak terjadi pada bulan Agustus-Maret sedangkan musim
peceklik terjadi pada bulan April-Juli. Total penerimaan yang diperoleh pemilik
usaha cantrang berkisar Rp 605.340.000 – Rp 967.200.000. Pada musim puncak
jumlah trip sebanyak 16 trip, sedangkan musim paceklik jumlah trip sebanyak 8
trip. Total penerimaan rata-rata usaha yang diperoleh oleh pemilik usaha cantrang
sebesar Rp 800.820.000 per tahun sebelum dikurangi total biaya variabel dan
biaya tetap. Peneriman yang diperoleh oleh pemilik usaha cantrang disajikan pada
Tabel 10.
Tabel 10 Penerimaan usaha unit perikanan cantrang
Nama Kapal Musim Puncak (Rp)
Musim Paceklik (Rp)
Total Penerimaan
KM Alung Jaya 396.960.000 208.380.000 605.340.000KM Ade dan Mas 471.200.000 268.000.000 739.200.000KM Bhakti Jaya 615.200.000 352.000.000 967.200.000KM Malinda 540.000.000 235.200.000 775.200.000KM Fajar Asih 547.200.000 223.440.000 770.640.000KM Selat Mandiri 662.400.000 284.940.000 947.340.000Sumber: Data primer diolah, 2010
Penerimaan pada tabel di atas diperoleh dari penjualan ikan melalui
pelelangan. Ikan-ikan yang dominan dan selalu tertangkap di setiap trip, yaitu
pepetek (Leiognathus sp.), biji nangka (Upeneus sulphureus) atau kuniran (bahasa
lokal), kurisi (Upeneus vittatus), kapasan (Gerres kapas), cumi-cumi (Loligo
spp.), dan sotong (Sepiella maindroni). Ikan lain yang dimaksud (pada Lampiran
7) antara lain adalah swanggi (Priacanthus tayenus), kakap merah (Lutjanus spp.),
kerapu (Cephalopholis sp.), ikan sebelah (Psettodes erumei), buntal (Tetradon
sp.), kwee (Caranx sp.), pari (Aetobatus spp.), ikan lidah (Cynoglosus lingua),
sotong (Sepiella maindroni) , beloso (Synodus sp.), dan berbagai macam udang.
46
Ikan atau udang tersebut jumlahnya tidak banyak dan belum tentu tertangkap di
setiap trip. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
Berdasarkan penerimaan tersebut dapat diketahui bahwa pendapatan atau
keuntungan bersih (π) per tahun yang diperoleh oleh pemilik usaha cantrang
setelah dikurangi total biaya (Total Cost) berkisar antara Rp 86.287.500 – Rp
130.126.500 dengan pendapatan rata-rata Rp 109.322.250 per tahun. Pada Tabel
11 akan disajikan pendapatan bersih usaha perikanan cantrang berdasarkan ukuran
kapal.
Pendapatan atau keuntungan bersih yang diperoleh setiap kapal berbeda-
beda. Perbedaan itu dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya ukuran kapal
yang berbeda, keahlian fishing master untuk menentukan DPI, keahlian para ABK
untuk mengoperasikan alat, teknologi alat yang digunakan.
Tabel 11 Pendapatan bersih usaha perikanan cantrang berdasarkan ukuran kapal Nama Kapal Ukuran Kapal (GT) Keuntungan (Rp)
KM Alung Jaya 15 96.459.700KM Ade dan Mas 18 86.287.500KM Bhakti Jaya 23 109.780.000KM Malinda 24 113.473.300KM Fajar Asih 26 119.806.500KM Selat Mandiri 29 130.126.500
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Gambar 11 Grafik hubungan ukuran kapal cantrang dengan keuntungan.
47
5.1.4 Analisis kriteria investasi
Analisis kriteria investasi unit usaha perikanan cantrang meliputi Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP),
analisis imbangan penerimaan dan biaya (revenue – cost ratio). Tabel 12
menyajikan tabel kriteria investasi usaha penangkapan ikan dengan cantrang di
PPI Blanakan.
Tabel 12 Nilai kriteria investasi usaha penangkapan cantrang di PPI Blanakan
Sumber: Data primer diolah, 2010
Berdasarkan perhitungan, Net Present Value (Lampiran 8) pada tingkat
suku bunga (discount rate) 20% berkisar antara Rp 769.249.600 – Rp
3.457.411.500 dan nilai NPV rata- rata sebesar Rp 1.931.196.200. KM Selat
Mandiri memiliki nilai IRR terbesar yaitu 73% dan nilai IRR terkecil dimiliki oleh
KM Ade dan Mas. Waktu pengembalian investasi atau payback period paling
lama terjadi pada KM Ade dan Mas yaitu 3,05 tahun sedangkan KM selat mandiri
memiliki payback period paling cepat yaitu 1,44 tahun. Nilai NPV pada discount
rate 20% berdasarkan ukuran kapal dapat dilihat pada Gambar 12.
Nama Kapal Discount Rate (20%)
NPV IRR PP R/C
KM Alung Jaya (15 GT) 769.249.600 40% 2,14 1,19
KM Ade dan Mas (18 GT) 2.521.800.600 29% 3,05 1,13
KM Bhakti Jaya (23 GT) 1.229.534.900 45% 2,00 1,13
KM Malinda (24 GT) 1.389.241.900 47% 1,99 1,17
KM Fajar Asih (26 GT) 3.457.411.500 42% 2,30 1,18
KM Selat Mandiri (29 GT) 2.219.938.400 73% 1,44 1,16
48
Gambar 12 Nilai Net Present Value (NPV) berdasarkan ukuran kapal cantrang.
Gambar 12 menunjukkan bahwa ukuran kapal tidak berpengaruh terhadap
NPV. Kapal berukuran 26 GT memiliki nilai NPV paling tinggi dibandingkan
dengan nilai NPV kapal lain. Nilai NPV terendah terjadi pada kapal yang
berukuran 15 GT yang merupakan ukuran kapal terkecil.
5.1.5 Analisis sensitivitas usaha perikanan cantrang
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan
yang berubah-ubah terhadap hasil suayu kelayakan. Keadaan yang berubah
tersebut dapat berupa perubahan harga. Kenaikan harga input seperti solar atau
pun penurunan harga output seperti hasil tangkapan dapat mempengaruhi
kelayakan suatu usaha. Dalam hal ini akan dilihat seberapa besar sensitivitas suatu
usaha apabila terjadi kenaikan input, yaitu solar. Solar merupakan input terbesar
yang dibutuhkan (42,42%).
Pada perhitungan sensitivitas usaha cantrang dengan discount rate 20%
(Lampiran 9), nilai sensitivitas usaha perikanan cantrang berkisar 58% - 148,85%
dengan sensitivitas rata-rata 88,22%. Hal itu berarti bahwa usaha tersebut masih
layak dijalankan apabila kenaikan harga solar maksimal 88,22%. Apabila
kenaikan harga solar melebihi nilai sensitivitas maka usaha tersebut tidak dapat
lagi mendapatkan keuntungan.
Nilai sensitivitas pada tiap-tiap kapal dapat berbeda-beda. Pada Tabel 13
akan disajikan nilai sensitivitas (discount rate 20%) berdasarkan ukuran kapal.
49
Sementara itu nilai sensitivitas berdasarkan ukuran kapal juga dapat dilihat dalam
bentuk diagram agar lebih jelas dan dapat dilihat pada Gambar 13.
Tabel 13 Nilai sensitivitas berdasarkan ukuran kapal
Nama kapal Ukuran kapal (GT) Sensitivitas (%) KM alung Jaya 15 148,85KM Ade dan Mas 18 66,57KM Bhakti Jaya 23 58,00KM Malinda 24 75,04KM Fajar Asih 26 100,74KM Selat Mandiri 29 80,09
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Gambar 13 Nilai sensitivitas berdasarkan ukuran kapal cantrang.
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai sensitivitas terkecil
terjadi pada kapal cantrang berukuran 23 GT yaitu 58% yang berarti bahwa kapal
tersebut lebih sensitif terhadap perubahan harga solar. Ukuran kapal 15 GT
memiliki nilai sensitivitas terbesar yaitu 148,85%. Untuk melihat hubungan antara
ukuran kapal dengan sensitivitas dapat dilihat pada Gambar 14.
50
Gambar 14 Grafik hubungan ukuran kapal cantrang dengan sensitivitas.
Berdasarkan grafik hubungan tersebut, diketahui bahwa derajat hubungan atau R2
sebesar 0,221 dengan nilai korelasi 0,4701. Hal ini berarti bahwa hubungan
ukuran kapal dengan sensitivitas tidak erat.
5.1.6 Pengaruh struktur biaya terhadap trip
Biaya penangkapan merupakan salah satu komponen penting dalam
kegiatan operasional penangkapan ikan. Seringkali biaya menjadi pembatas para
nelayan atau pemilik kapal untuk melakukan penangkapan ikan (trip), karena akan
berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diperoleh berupa keuntungan atau
dapat juga menimbulkan kerugian. Solar merupakan komponen biaya terbesar
yang harus dikeluarkan (42,42%). Solar dapat mempengaruhi kegiatan
penangkapan ikan. Harga solar sering mengalami perubahan, baik itu kenaikan
harga ataupun penurunan harga. Untuk lebih jelasnya perubahan harga solar pada
tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada Tabel 14.
51
Tabel 14 Perkembangan harga solar tahun 2005-2009 Tahun Harga Solar (Rp)
2005 Januari – Februari 1.650 Maret – September 2.100 Oktober – Desember 4.300 2006 4.300 2007 4.300 2008 Januari – April 4.300 Mei – Desember 5.500 2009 4.500
Sumber: Pertamina, 2010
Tahun 2005, harga solar mengalami kenaikan harga sebanyak dua kali,
kenaikan harga solar pertama yaitu dari Rp 1.650 menjadi Rp 2.100, sedangkan
kenaikan harga solar kedua yaitu dari Rp 2.100 menjadi Rp 4.300. Kenaikan harga
solar yang kedua ini mencapai 100%. Pada tahun 2006 dan 2007, harga solar
stabil, tidak mengalami kenaikan dan penurunan harga solar. Tahun 2008, harga
solar kembali mengalami peningkatan yaitu dari harga Rp 4.300 menjadi Rp
5.500. Tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan sebanyak Rp 1.000. pada
tahun 2009, harga solar kembali stabil, artinya tidak ada perubahan. Berikut akan
disajikan tabel jumlah trip cantrang di PPI Blanakan pada tahun 2005 dan 2008.
Tabel 15 Jumlah trip dan harga solar tahun 2005 Tahun 2005 Harga Solar (Rp) Jumlah Trip
Januari 1.650 220Februari 1.650 217Maret 2.100 213April 2.100 184Mei 2.100 178Juni 2.100 182Juli 2.100 187Agustus 2.100 208September 2.100 214Oktober 4.300 146November 4.300 134Desember 4.300 141Jumlah 2224Sumber: KUD Inti Mina Fajar sidik dan Pertamina,2009
52
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hubungan antara harga solar
dengan jumlah trip dengan menggunkan regresi sederhana yang akan disajikan
pada Gambar 15.
Gambar 15 Grafik Hubungan harga solar dengan trip tahun 2005.
Grafik di atas dapat menunjukkan persamaan regresi Y = -0,026X + 254,2 + ε
dengan R2 = 0,831 dan nilai korelasi sebesar 0,9116. Berdasarkan perhitungan
dapat diketahui bahwa standar error persamaan tersebut adalah sebesar 13,3363.
Hubungan antara harga solar dengan jumlah trip juga dapat dilihat pada Gambar
16.
Gambar 16 Diagram harga solar dan jumlah trip tahun 2005.
53
Perubahan harga solar pun terjadi pada tahun 2008, yaitu pada bulan
Januari-April harga tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu Rp
4.300. Namun pada bulan Mei-Desember, harga solar naik menjadi Rp 5.500.
Pada Tabel 16 akan disajikan perubahan harga solar beserta jumlah trip tahun
2008.
Tabel 16 Jumlah trip dan harga solar tahun 2008
Tahun 2008 Harga Solar (Rp) Jumlah Trip Januari 4.300 103Feb 4.300 129Mar 4.300 159Apr 4.300 146Mei 5.500 134Jun 5.500 142Jul 5.500 137Ags 5.500 171Sep 5.500 151Okt 5.500 128Nov 5.500 165Des 5.500 174 Jumlah 1739
Sumber: KUD Inti Mina Fajar Sidik dan Pertamina,2009
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hubungan antara harga solar
dengan jumlah trip cantrang dengan menggunkan regresi sederhana yang akan
disajikan pada Gambar 17.
Gambar 17 Grafik hubungan harga solar dengan trip tahun 2008.
54
Grafik hubungan di atas menunjukkan nilai persamaan regresi Y= 0,013X + 76,91
+ ε dengan R2 sebesar 0,146 dimana variabel X adalah harga solar dan variabel Y
adalah jumlah trip cantrang. Standar error dari persamaan tersebut adalah sebesar
19,9255. Nilai korelasi dari persamaan regresi tersebut adalah 0,831. Trip
cantrang pada harga solar mengalami peningkatan pada awalnya mengalami
penurunan yang tidak signifikan dan dapat kembali stabil. Hubungan antara harga
solar dengan jumlah trip pada tahun 2008 juga dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Diagram harga solar dan jumlah trip tahun 2008.
Diagram diatas menunjukkan bahwa jumlah trip cantrang sangat
berfluktuatif dan tidak tergantung terhadap harga solar, namun hanya pada
awalnya saja mengalami penurunan yang tidak signifikan. Jumlah trip cantrang
pada tahun tersebut dapat dipengaruhi oleh musim, yaitu musim puncak dan
paceklik, trip terbanyak terjadi pada bulan November dan bulan Desember dimana
bulan tersebut adalah bulan musim puncak bagi nelayan cantrang. Namun trip
terendah terjadi pada bulan Januari, dimana bulan tersebut merupakan musim
puncak bagi nelayan cantrang. Hal ini terjadi karena pada bulan tersebut cuaca
tidak mendukung aktifitas penangkapan ikan, yaitu merupakan musim barat
sehingga angin dan gelombang sedang tinggi.
Sementara itu, untuk mengetahui pengaruh harga solar dari tahun 2005 –
2009, maka dibuat persamaan regresi dengan jumlah trip cantrang per tahun dan
harga solar per tahun. Lebih jelasnya akan disajikan pada Tabel 17.
55
Tabel 17 Jumlah trip cantrang dan harga solar tahun 2005 – 2009
Tahun Harga solar (Rp) Trip cantrang 2005 2.100 2.2242006 4.300 1.7502007 4.300 1.7422008 5.500 1.7392009 4.500 1.715
Sumber: KUD Inti Mina Fajar Sidik dan Pertamina, 2009
Tahun 2005, jumlah trip cantrang sebanyak 2.224, namun pada saat terjadi
kenaikan solar sebesar 100% (dari Rp 2.100 menjadi Rp 4.300) mengalami
penurunan kukup drastis sekitar 50%, sehingga jumlah trip cantrang sebanyak
1.750. Hal ini sangat dirasakan oleh nelayan karena penerimaan tidak dapat
menutupi biaya total yang meningkat secara drastis dan membuat pemilik usaha
mengalami kerugian sehingga tidak melakukan trip. Grafik hubungan dan
persamaan regresi serta keeratan hubungan harga solar dengan kegiatan
operasional penangkapan ikan (trip) tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada Gambar
19.
Gambar 19 Grafik hubungan harga solar dengan jumlah trip cantrang tahun 2005
– 2009.
Grafik di atas menunjukkan persamaan regresi Y = 2499 – 0,16X + ε
dengan R2 sebesar 0,839 dimana variabel X adalah harga solar merupakan
variabel bebas, sedangkan variabel Y adalah trip cantrang yang merupakan
variabel tak bebas. Nilai korelasi dari persamaan regresi tersebut adalah sebesar
0,916. Nilai a pada persamaan tersebut adalah 2.499, nilai b adalah -0,16,
56
sedangkan standar error sebesar 101,0957. Hubungan antara harga solar dengan
jumlah trip pada tahun 2005 – 2009 juga dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Diagram harga solar dan jumlah trip tahun 2005 – 2009
Diagram di atas menunjukkan bahwa jumlah trip pada tahun 2005
merupakan jumlah trip terbanyak dibandingkan tahun-tahun berikutnya. Tahun
2006 – 2009 jumlah trip cukup stabil. Namun, pada saat penurunan harga solar
dari Rp 5.500 menjadi Rp 4.500 tidak menyebabkan kenaikan jumlah trip, tetapi
mengalami penurunan trip. Hal ini disebabkan karena penurunan armada unit
usaha cantrang di PPI Blanakan.
5.2 Pembahasan
Analisis usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan merupakan suatu
perhitungan keuangan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu usaha
yang sudah berjalan dan untuk mengetahui kelanjutan usaha tersebut di waktu
yang akan datang sehingga pemilik usaha dapat membuat suatu perhitungan dan
merencanakan langkah untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan
usahanya. Biaya penangkapan ikan terdiri dari biaya investasi, biaya tetap (fix
cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya investasi merupakan biaya yang
umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan. Menurut Nurmalina et al (2009), biaya
investasi selain dikeluarkan di awal tahun bisnis, juga dapat dikeluarkan pada
beberapa tahun setelah bisnis berjalan, missal untuk mengganti komponen atau
peralatan investasi yang umurnya sudah habis namun operasional bisnisnya masih
57
berjalan. Dalam hal ini, pembelian jaring cantrang lebih banyak dilakukan karena
umur teknisnya hanya 3 tahun.
Biaya investasi setiap kapal berbeda-beda. Berdasarkan Tabel 8 dapat
diketahui bahwa ukuran kapal tidak mempengaruhi nilai investasi usaha
penangkapan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barani (2005) bahwa biaya
investasi sangat bergantung pada jenis alat tangkap dan kapal yang akan
digunakan serta umur ekonomis sarana tersebut. Hal ini juga dapat dipengaruhi
oleh tahun pembelian barang-barang investasi berbeda dikarenakan adanya
pengaruh waktu terhadap nilai uang (time value of money). Menurut Nurmalina et
al (2009), nilai uang berubah dengan berjalannya waktu ada beberapa alasan,
yakni inflasi, konsumsi, dan produktivitas. Biaya investasi usaha perikanan
cantrang berkisar antara Rp 188.000.000 – Rp 275.100.000 dengan kontribusi
terbesar dalah untuk pembelian kapal (63,83% - 86,21%). Jumlah investasi
tersebut cukup besar sehingga nelayan atau orang yang akan berinvestasi dalam
dunia perikanan tangkap harus benar-benar memahami usaha penangkapan
cantrang agar tidak menimbulkan kerugian.
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa biaya tetap terbesar yang
dikeluarkan adalah pemeliharaan mesin sebesar Rp 12.000.000.00 – Rp
24.000.000.00 (Lampiran 5), karena pemeliharaan mesin penting agar operasi
penangkapan ikan berjalan dengan lancar, selain itu juga setelah melakukan trip
biasanya mesin mengalami kerusakan. Biaya penyusutan kapal, mesin, dan alat
tangkap merupakan pengeluaran yang tidak nyata karena pengeluaran ini hanya
merupakan penilaian yang tidak pasti, yang dilakukan disini hanya merupakan
taksiran kasar.
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa biaya variabel terbesar
yang harus dikeluarkan adalah biaya untuk pembelian solar yang memberikan
kontribusi rata-rata sebesar 42,42% dari total biaya variabel (Lampiran 6).
Besarnya pemakaian solar tergantung dari daerah penangkapan ikan (fishing
ground) yang dituju serta lama trip yang dilakukan. Selain itu, dalam
pengoperasian cantrang, kapal bergerak aktif mengelilingi suatu area perairan
sehingga pemakaian solar lebih besar dibandingkan pengoperasian alat tangkap
dengan kapal pasif. Solar yang dibutuhkan untuk setipa kali trip dilakukan adalah
58
800 – 3.500 liter. Bagi hasil dan retribusi termasuk biaya variabel karena besarnya
ditentukan oleh hasil tangkapan yang didapatkan berbeda-beda setiap trip
sehingga penerimaan yang diperoleh oleh pemilik kapal pun berbeda-beda.
Menurut Mulyadi (2005), upah/gaji awak nelayan yang umumnya bersifat bagi
hasil merupakan pengeluaran nyata yang tidak kontan karena dibayar sesudah
hasil tangkapan dijual. Besarnya bagi hasil nelayan cantrang PPI Blanakan adalah
50% untuk pemilik kapal dan 50% untuk nelayan buruh setelah hasil lelang
dikurangi biaya perbekalan melaut. Setiap ABK menerima upah yang berbeda
sesuai dengan posisi ABK. Pembagian dengan system ini merupakan kesepakatan
antara nelayan pemilik dengan nelayan buruh atau ABK. Jumlah pendapatan
pemilik usaha cukup menguntungkan. Nahkoda atau juru mudi mendapat bagian
paling besar diantara ABK yang lain, yaitu dua bagian karena memiliki tugas yang
lebih berat daripada ABK yang lain. Besarnya retribusi adalah 5% seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Keuntungan nelayan pemilik kapal cantrang didapatkan dari selisih antara
total revenue (TR) dengan total cost (TC). Besarnya keuntungan berkisar antara
Rp 86.287.500 – Rp 130.126.500. Penelitian yang dilakukan oleh Rodiana (2006)
juga menyebutkan bahwa keuntungan yang diperoleh nelayan cantrang rata-rata
sebesar Rp 115.317.446 per tahun. Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa
semakin besar ukuran kapal cantrang, maka akan semakin besar pendapatan yang
diperoleh. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan kapal untuk menampung
hasil tangkapan lebih besar untuk kapal yang berukuran lebih besar. Namun tidak
semua seperti itu, dalam tabel di atas pendapatan kapal cantrang berukuran 15 GT
lebih dari 18 GT. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu keahlian
fishing master dalam menentukan DPI berbeda-beda, kemampuan
mengoperasikan alat, dan lain-lain. Suhery (2010) menjelaskan bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan penangkapan ikan dengan alat tangkap
cantrang karena adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi kekuatan dan ketahanan jaring dan tali selambar, kemampuan fishing
master dalam membaca dan menentukan posisi penangkapan serta kinerja ABK,
kemampuan olah gerak kapal dalam proses setting dan ketahanan kapal selama
proses penarikan tali selambar. Faktor eksternal meliputi sumberdaya ikan, cuaca
59
dan musim, arus, dan substrat perairan karena cantrang beroperasi di dasar
perairan.
Ukuran kapal dan keuntungan memiliki hubungan yang erat (Gambar 11).
Hal ini ditunjukkan dengan nilai R2 sebesar 0,854 dan nilai korelasi sebesar
0,9241. Produktivitas kapal ikan ditetapkan dengan mempertimbangkan ukuran
tonase kapal, jenis bahan kapal, kekuatan mesin kapal, jenis alat tangkap yang
digunakan, jumlah trip operasi penangkapan per tahun, kemampuan tangkap rata-
rata per trip, dan wilayah penangkapan ikan. Semakin tinggi produktivitas kapal
ikan, maka makin tinggi pula keuntungan yang akan diperoleh oleh kapal tersebut
(Anonim, 2008).
Berdasarkan perhitungan analisis kriteria investasi yaitu dari nilai Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), dan
R/C, maka usaha penangkapan ikan dengan cantrang memenuhi kriteria kelayakan
investasi dan usaha sehingga usaha penangkapan cantrang di PPI Blanakan layak
untuk dijalankan dan menguntungkan. Nilai kriteria investasi berhubungan dengan
penerimaan, biaya operasional, dan biaya investasi setiap kapal cantrang sehingga
nilai kriteria investasi setiap kapal cantrang akan berbeda-beda. Ukuran kapal
tidak mempengaruhi nilai kriteria investasi usaha penangkapan cantrang karena
penerimaan, biaya operasional, dan biaya investasi setiap kapal pun tidak
konsisten terhadap ukuran kapal.
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang penting dalam usaha
perikanan guna mengatasi dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah
terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah untuk
memprediksi hasil analisis kelayakan usaha apabila terjadi perubahan di dalam
perhitungan biaya (Nurmalina, et al., 2009). Dalam kegiatan penangkapan ikan
dengan cantrang, faktor yang sering berubah adalah BBM (solar). Nilai
sensitivitas dihitung dengan cara meningkatkan harga input (solar) dari harga
yang berlaku tahun 2009 dalam satuan persen. Nilai sensitivitas diperoleh dari
nilai NPV positif terkecil dan usaha masih mendapatkan keuntungan setelah
dilakukan kenaikan harga solar. Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai
sensitivitas tertinggi sebesar 148,85%, artinya bahwa armada yang memiliki nilai
sensitivitas tersebut tidak sensitif terhadap kenaikan harga solar, yaitu KM Alung
60
Jaya. Hal itu disebabkan karena kebutuhan terhadap solar KM Alung Jaya lebih
kecil dibandingkan dengan armada lain. KM Alung Jaya memiliki waktu trip yang
lebih pendek dibandingkan dengan armada lain, yaitu 7 hari. Armada tersebut
masih bisa menjalankan usahanya dengan baik sampai perubahan harga solar
maksimum 148,85%, yaitu Rp 11.198 dari harga yaitu Rp 4.500.00. Nilai
sensitivitas terkecil sebesar 58% yang dimiliki oleh KM Bhakti Jaya.
Selanjutnya, untuk mengatasi pengaruh perubahan solar terhadap jumlah
trip, telah dilakukan analisis regresi antara jumlah trip dan perubahan harga solar.
Hasil analisis ini menunjukkan hubungan yang negatif. Hal ini disebabkan apabila
harga solar mengalami kenaikan dengan jumlah hasil tangkapan yang sama akan
menambah beban biaya operasional sehingga para nelayan mengurangi kegiatan
penangkapan ikan (trip). Berdasarkan persamaan regresi sederhana tersebut dapat
diketahui nilai R2 yaitu 0,839 hal ini berarti bahwa 83,9% diantara keragaman
dalam nilai-nilai Y dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan X. Nilai
korelasi (r) diperoleh sebesar 0,916 yang artinya bahwa hubungan antara harga
solar dengan jumlah trip cantrang sangat erat. Hal ini disebabkan karena solar
merupakan komponen biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh nelayan pemilik
usaha cantrang. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) cantrang memiliki
jarak yang cukup jauh dari Blanakan, bahkan sampai ke luar Pulau Jawa (Perairan
Sumatera dan Perairan Kalimantan) sehingga solar merupakan komponen biaya
yang sangat penting untuk mencapai tempat tujuan, selain itu dalam operasi
penangkapan pun kapal bergerak aktif sehingga membutuhkan solar lebih banyak.
Berdasarkan uji t, keputusan yang diperoleh adalah tolak H0 yang berarti
bahwa harga solar dapat mempengaruhi kegiatan penangkapan ikan dengan
cantrang. Hal ini sesuai dengan kriteria yang dinyatakan oleh Walpole (1995)
yaitu jika r ≥ 0,7 dan r ≤ - 0,6 berarti korelasi erat dan jika -0,6 < r < 0,7 berarti
bahwa korelasi tidak erat dan t hitung berada pada wilayah kritis sehingga tolak
H0. Berdasarkan wawancara, banyak kapal cantrang yang berbasis di Blanakan
pada saat kenaikan harga solar, tidak mendaratkan ikan di Blanakan dikarenakan
jarak yang agak jauh sehinnga para nelayan menghemat bahan bakar. Para
nelayan mendaratkan ikannya ke TPI yang lebih dekat dari fishing ground yang
mereka datangi atau kembali ke daerah asal mereka seperti, Indramayu.