45725767-hipertensi-pada-lansia

29
 PENGERTIAN Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001) Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. KLASIFIKASI Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 ) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain ETIOLOGI Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan   perubahan pada : Elastisitas dinding aorta menurun Katub jantung menebal dan menjadi kaku Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ) Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah : Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ) Kegemukan atau makan berlebihan Stress

Upload: yohannes-kurniawan

Post on 19-Jul-2015

273 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 1/29

PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)

Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan

sebagai hipertensi.

KLASIFIKASIHipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )

Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan

diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanansistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu

:Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

ETIOLOGI

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan

pada :Elastisitas dinding aorta menurun

Katub jantung menebal dan menjadi kaku

Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahunkemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan

volumenya.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasiMeningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian

telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktortersebut adalah sebagai berikut :

Faktor keturunanDari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk 

mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )Kegemukan atau makan berlebihan

Stress

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 2/29

Merokok 

Minum alcoholMinum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :

GinjalGlomerulonefritis

PielonefritisNekrosis tubular akut

Tumor

VascularAterosklerosis

Hiperplasia

Trombosis

AneurismaEmboli kolestrol

VaskulitisKelainan endokrinDMHipertiroidisme

Hipotiroidisme

Saraf Stroke

Ensepalitis

SGB

Obat – obatanKontrasepsi oral

Kortikosteroid

PATOFISIOLOGI / PATHWAY

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat

vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yangberlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuronpreganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitivterhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons

rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitasvasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 3/29

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air olehtubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional padasystem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia

lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat danpenurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan

arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

TANDA DAN GEJALATanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,

selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterialtidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

Gejala yang lazimSering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan

kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan

pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,

Kesadaran menurun.

PEMERIKSAAN PENUNJANGHemoglobin / hematokrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat

mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal

Glukosa

Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatankatekolamin ( meningkatkan hipertensi )Kalium serum

Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek 

samping terapi diuretik.

Kalsium serumPeningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

Kolesterol dan trigliserid serum

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 4/29

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak 

ateromatosa ( efek kardiovaskuler )Pemeriksaan tiroid

Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

Kadar aldosteron urin/serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )Urinalisa

Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.

Asam uratHiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

Steroid urin

Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalismeIVP

Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter

Foto dada

Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung

CT scanUntuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

EKGDapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

PENATALAKSANAAN

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi

kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah

140/90 mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan

suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

DietDiet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuhPenurunan berat badan

Penurunan asupan etanol

Menghentikan merokok 

Latihan Fisik 

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi

adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-

lain

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 5/29

Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut

nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit beradadalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

Tehnik Biofeedback 

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda

mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepaladan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

Tehnik relaksasiRelaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau

kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh

menjadi rileks

Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakithipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah

komplikasi lebih lanjut.

Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga

mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONALCOMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD

PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis

kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama denganmemperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

Step 2Alternatif yang bisa diberikan :

Dosis obat pertama dinaikkan

Diganti jenis lain dari obat pilihan pertamaDitambah obat ke – 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa

blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 6/29

Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh

Obat ke-2 digantiDitambah obat ke-3 jenis lain

Step 4 : Alternatif pemberian obatnya

Ditambah obat ke-3 dan ke-4Re-evaluasi dan konsultasi

Follow Up untuk mempertahankan terapiUntuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik 

antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan

kesehatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai

berikut :

Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnyaBicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya

Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikanuntuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitasYakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar

apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat

tensimeterPenderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu

Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukurtekanan darahnya di rumah

Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari

Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk 

mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal

Usahakan biaya terapi seminimal mungkinUntuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.

Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekalipengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

PENGKAJIAN

Aktivitas / istirahatGejala :

Kelemahan

LetihNapas pendek 

Gaya hidup monoton

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 7/29

Tanda :

Frekuensi jantung meningkatPerubahan irama jantung

Takipnea

Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakitserebrovaskuler

Tanda :

Kenaikan TDNadi : denyutan jelas

Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia

Bunyi jantung : murmurDistensi vena jugularis

Ekstermitas

Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat

Integritas EgoGejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stressmultiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )Tanda :

Letupan suasana hati

Gelisah

Penyempitan kontinue perhatian

Tangisan yang meledak otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )

Peningkatan pola bicara

Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )

Makanan / CairanGejala :

Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol

MualMuntah

Riwayat penggunaan diuretic

Tanda :

BB normal atau obesitas

EdemaKongesti vena

Peningkatan JVP

glikosuriaNeurosensori

Gejala :

Keluhan pusing / pening, sakit kepalaEpisode kebas

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 8/29

Kelemahan pada satu sisi tubuh

Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )

Episode epistaksis

Tanda :Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

Perubahan retinal optic

Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala :nyeri hilang timbul pada tungkai sakit kepala oksipital berat nyeri abdomen

Pernapasan

Gejala :

Dispnea yang berkaitan dengan aktivitasTakipnea

OrtopneaDispnea nocturnal proksimalBatuk dengan atau tanpa sputum

Riwayat merokok 

Tanda :

Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan

Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )Sianosis

Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalanTanda : Episode parestesia unilateral transien

Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala :

Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakitserebrovaskuler, ginjal

Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain

Penggunaan obat / alcohol

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemiamiokard, hipertropi ventricular

Tujuan :

Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 9/29

Kriteria hasil :

Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TDMempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima

Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Intervensi :Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat

Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan periferAuskultasi tonus jantung dan bunyi napas

Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler

Catat edema umumBerikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.

Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi

Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempattidur.

Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihanPantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darahBerikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasiKolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

Diuretik Tiazid misalnya klorotiazid ( Diuril ), hidroklorotiazid ( esidrix, hidrodiuril ),

bendroflumentiazid ( Naturetin )

Diuretic Loop misalnya Furosemid ( Lasix ), asam etakrinic ( Edecrin ), Bumetanic ( Burmex )

Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton ( aldactone ), triamterene ( Dyrenium ),amilioride ( midamor )

Inhibitor simpatis misalnya propanolol ( inderal ), metoprolol ( lopressor ), Atenolol ( tenormin ),

nadolol ( Corgard ), metildopa ( aldomet ), reserpine ( Serpasil ), klonidin ( catapres )Vasodilator misalnya minoksidil ( loniten ), hidralasin ( apresolin ), bloker saluran kalsium (

nivedipin, verapamil )

Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin ( hytrin )

Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel ( hyloree ), quanetidin ( Ismelin ), reserpin (Serpasil )

Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya klonidin ( catapres ), guanabenz (

wytension ), metildopa ( aldomet )Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin ( apresolin ), minoksidil, loniten

Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya diazoksid ( hyperstat ), nitroprusid (

nipride, nitropess )

Bloker ganglion misalnya guanetidin ( ismelin ), trimetapan ( arfonad ), ACE inhibitor (captopril, captoten )

Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebralTujuan :

Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x

24 jamKriteria hasil :

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 10/29

Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala

Pasien tampak nyamanTTV dalam batas normal

Intervensi :

Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit peneranganMinimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan

Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhanHindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin

Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada

dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dandistraksi

Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya

mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk 

Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam,valium )

Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya tahananpembuluh darah

Tujuan :

Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan tindakankeperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD

dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium

dalam batas normal.

Haluaran urin 30 ml/ menitTanda-tanda vital stabil

Intervensi :Pertahankan tirah baring

Tinggikan kepala tempat tidur

Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia

Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan

Amati adanya hipotensi mendadak 

Ukur masukan dan pengeluaran

Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai programPantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output

Tujuan :

Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 11/29

Kriteria hasil :

Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hariMenunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas

Intervensi :

Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.Berikan bantuan sesuai kebutuhan

Instruksikan pasien tentang penghematan energyKaji respon pasien terhadap aktifitas

Monitor adanya diaforesis, pusing

Observasi TTV tiap 4 jamBerikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak 

terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore

Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepalaTujuan :

Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamKriteria hasil :Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari

Tampak dapat istirahat dengan cukup

TTV dalam batas normal

Intervensi :

Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyamanBeri kesempatan klien untuk istirahat / tidur

Evaluasi tingkat stress

Monitor keluhan nyeri kepala

Lengkapi jadwal tidur secara teraturBerikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat

Lakukan masase punggung

Putarkan musik yang lembutKolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik.Tujuan :

Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :

Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuanDapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

Intervensi :

Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diriBeri pasien waktu untuk mengerjakan tugas

Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas keberhasilannya

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 12/29

Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita

klien

Tujuan:

Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24

Jam

Kriteria hasil :

Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang

Ekspresi wajah rilek 

TTV dalam batas normal

Intervensi :

Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuanmenyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan

Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang,

penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalahBantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk 

mengatasinya

Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam

rencana pengobatanDorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup

Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal

Observasi TTV tiap 4 jamDengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya

Berikan support mental pada klien

Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

Tujuan :

Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan ekperawatanselama 1 x 24 jam

Kriteria hasil:

Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi

Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program

Intervensi :

Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedurJelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stressDiskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau

efek toksik 

Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokterDiskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala,

pusing, pingsan, mual dan muntah.

Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 13/29

Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat

Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai programJelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang

diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol

Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien

I.1. DefinisiHipertensi atau tekanan darah tinggi adalah naiknya tekanan pada pembuluh darah arteri.

Hipertensi terutama diakibatkan oleh dua faktor utama, yang dapat hadir secara independen atau

bersama-sama, yaitu : (Silbernagl S dan Lang F, 2000).1. Daya pompa jantung dengan kekuatan yang besar.

2. Pembuluh darah kecil (arteriol) menyempit, sehingga aliran darah memerlukan tekanan yang

besar untuk melawan dinding pembuluh darah tersebut.

Beberapa ahli kardiovaskular mengkategorikan hipertensi sebagai berikut :Hipertensi primer atau esensial atau pula hipertensi idiopatik adalah hipertensi yang tidak 

diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini merupakan 90% kasus hipertensi yang banyak terjadi

di masyarakat. Hipertensi ini merupakan proses kompleks dari beberapa organ utama dan sistem,

meliputi jantung, pembuluh darah, saraf, hormon dan ginjal (Guibert R dan Franco ED, 1999).Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan darah yang diakibatkan oleh suatu sebab. Hipertensi

 jenis ini terjadi pada 5% kasus yang terjadi di masyarakat. Selain itu ada beberapa jenis

hipertensi dengan ciri khas khusus. Isolated Systolic Hypertension adalah hipertensi yang terjadiketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas normal.Keadaan ini berhubungan dengan arteriosclerosis (pengerasan dinding arteri). Pregnancy Induced

Hypertension adalah kondisi naiknya tekanan darah yang terjadi selama kehamilan, dimana

naiknya tekanan darah sistolik dan diastolik lebih dari 15 mmHg (Guibert R dan Franco ED,1999).

Selain itu terdapat kondisi yang dinamakan White Coat Hypertension. Bentuk hipertensi ini

adalah meningkatnya tekanan darah yang terjadi selama kunjungan ke dokter, namun tidak dirumah. Hipertensi ini merupakan faktor pada kira-kira 20% pasien dengan hipertensi ringan

(Guibert R dan Franco ED, 1999).

I.2. EpidemiologiHipertensi esensial mulai terjadi seiring bertambahnya umur. Pada populasi umum, pria lebih

banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (39% pria dan 31% wanita). Prevalensi

hipertensi primer pada wanita sebesar 22%-39% yang dimulai dari umur 50 sampai lebih dari 80tahun, sedangkan pada wanita berumur kurang dari 85 tahun prevalensinya sebesar 22% dan

meningkat sampai 52% pada wanita berumur lebih dari 85 tahun (Trenkwalder P et al, 2004).

Dari 25% pria dan 18% wanita penderita hipertensi, tidak menyadari bahwa mereka mengidaphipertensi. Bagi mereka yang menyadari, 82%nya menjalani pengobatan terhadap penyakitnya.

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 14/29

Sedangkan dari semua penderita hipertensi, hanya 46% yang mempunyai hipertensi terkontrol.

Untuk kedua jenis kelamin, perbandingan hipertensi terkontrol menurun seiring bertambahnyaumur, sedangkan perbandingan hipertensi yang tidak terkontrol yang menjalani pengobatan

bertambah seiring bertambahnya umur. Untuk pria, perbandingan penderita yang sadar menderita

hipertensi (diobati atau tidak diobati) juga menurun seiring bertambahnya umur (Trenkwalder P

et al, 2004).

I.3. EtiologiFaktor genetik dianggap penting sebagai sebab timbulnya hipertensi. Anggapan ini didukung

oleh banyak penelitian pada hewan percobaan dan tentunya pada manusia itu sendiri. Faktor

genetik tampaknya bersifat mulifaktorial akibat defek pada beberapa gen yang berperan padapengaturan tekanan darah (Fauci AS et al, 1998).

Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling berperan dalam perjalanan munculnya penyakit

hipertensi. Faktor ini meliputi intake garam yang berlebihan, obesitas, pekerjaan, alkoholisme,

stresor psikogenik dan tempat tinggal. Semakin banyak seseorang terpapar faktor-faktor tersebutmaka semakin besar kemungkinan seseorang menderita hipertensi, juga seiring bertambahnya

umur seseorang (Fauci AS et al, 1998).Dari faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, tidak ada satupun yang ditetapkan sebagaipenyebab langsung hipertensi esensial. Lain halnya dengan hipertensi sekunder, yang saat initelah banyak ditemukan penyebabnya secara langsung, beberapa di antaranya adalah : (Fauci AS

et al, 1998)

1. Sleep-apnea2. Drug-induced atau drug-related hypertension

3. Penyakit ginjal kronik 

4. Aldosteronisme primer

5. Penyakit renovaskular6. Terapi steroid jangka lama dan sindrom Cushing

7. Feokromositoma8. Koarktasio aorta9. Penyakit thyroid atau parathyroid

I.4. PatofisiologiTekanan darah diatur dalam batas-batas tertentu untuk perfusi jaringan yang cukup tanpa

menyebabkan kerusakan pada sistem vaskular, terutama intima arterial. Tekanan darah arterial

langsung seimbang dengan hasil curah jantung dan resistensi vakular perifer. Pada orang normaldan hipertensi, curah jantung dan resistensi perifer diatur oleh mekanisme pengatur yang saling

tumpang tindih : barorefleks disalurkan melalui sistem saraf simpatik dan sistem renin-

angiotensin-aldosteron. (Mycek MJ et, 1995)

Barorefleks mencakup sistem saraf simpatis yang diperlukan untuk pengaturan tekanan darahyang cepat dari waktu ke waktu. Turunnya tekanan darah menyebabkan neuron-neuron yang

sensitif terhadap tekanan (baroreseptor pada arkus aorta dan sinus karotid) akan mengirimkan

impuls yang lebih lemah kepada pusat-pusat kardiovaskular dalam sambungan sumsum. Ini akanmenimbulkan peningkatan respon refleks pusat simpatik dan penurunan pusat parasimpatik 

terhadap jantung dan pembuluh, yang akan mengakibatkan vasokontriksi dan meningkatkan isi

sekuncup jantung. Perubahan ini akan menurunkan kenaikan tekanan darah kompensasi (Mycek MJ et, 1995).

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 15/29

Ginjal mengatur tekanan darah jangka panjang dengan mengubah volume darah. Baroreseptor

pada ginjal menyebabkan penurunan tekanan darah (dan stimulasi reseptor β-adrenergik simpatik) dengan cara mengeluarkan enzim renin. Peptidase ini akan mengubah angiotensinogen

menjadi angiotensin I yang selanjutnya dikonversi menjadi angiotensin II. Angiotensin II adalah

vasokonstriktor yang sangat poten dalam sirkulasi, menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Lebih lanjut, angiotensin II ini memicu sekresi aldosteron sehingga reabsorpsi natrium ginjal danvolume darah meningkat, yang seterusnya juga akan meningkatkan tekanan darah (Mycek MJ et,

1995).

Pada hipertensi esensial, sensitivitas terhadap garam ternyata meningkatkan insidensi hipertensipada keluarga yang sering mengkonsumsi NaCl dalam jumlah banyak. Namun hubungan antara

sensitivitas garam dan hipertensi primer belum sepenuhnya diketahui. Diduga responsifitas

terhadap katekolamin meningkat pada orang yang sensitif terhadap NaCl. Ini terjadi pada strespsikologik yang pada satu sisi menimbulkan stimulasi terhadap jantung secara langsung, dan

pada sisi lain menyebabkan reabsorpsi renal secara tidak langsung sehingga menyebabkan

retensi cairan dan natrium, suatu keadaan yang disebut hipertensi hiperdinamik. Meningkatnya

tekanan darah menyebabkan pressure diuresis, dengan adanya peningkatan ekskresi natrium

untuk menjaga keseimbangan natrium. Mekanisme ini terjadi pula pada orang sehat, namunpeningkatan tekanan darah yang diperlukan untuk mengekskresi natrium dalam jumlah besar

lebih rendah. Pada hipertensi primer, NaCl-dependent increase in blood pressure lebih tinggi darinormal. Diet rendah natrium menurunkan insiden hipertensi pada kasus ini (Silbernagl S dan

Lang F, 2000).

Dalam waktu yang lama, hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung adalahkeadaan patofisiologik di mana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah

untuk metabolisme jaringan. Hipertensi merupakan faktor yang meningkatkan tekanan ventrikel

selama sistolik, yang selanjutnya akan meningktan beban akhir jantung (after load). Pada awal,

terjadi mekanisme kompensasi jantung berupa hipertrofi ventrikel untuk melawan tahanantersebut. Bila hal ini berlangsung cukup lama, maka akan terdapat titik akhir di mana jantung

sudah tidak dapat melawan beban akhir jantung, dan terjadilah gagal jantung (decompesatiocordis) (Silbernagl S dan Lang F, 2000).

Hipertensi juga merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner. Peningkatan tekanan darahsistemik meningkatkan tekanan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri. Seperti

diketahui, hal ini akan dikompensasi dengan adanya hipertrofi ventrikel kiri. Akan tetapi

kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung akhirnya akan terlampaui dan terjadidilatasi jantung dan payah jantung. Jantung semakin terancam oleh adanya proses aterosklerosis

pembuluh darah koroner. Bila proses aterosklerosis berlanjut maka suplai oksigen miokardium

berkurang. Kebutuhan miokardium akan oksigen yang meningkat akibat hipertrofi ventrikel danpeningkatan beban kerja jantung, akhirnya menyebabkan angina atau infark miokardium.

Aterosklerosis yang terjadi diduga karena tekanan darah yang selalu tinggi akibat hipertensi

merusak tunika media pembuluh darah koroner, dan hal menyebabkan pembuluh darah menjadikaku. Hipertensi juga merusak sel endotel pembuluh darah yang selanjut dapat menyebabkantrombus. Trombus dapat menyebabkan aliran darah ke miokardium terhambat (Silbernagl S dan

Lang F, 2000).

Beberapa kelainan patologik yang terjadi pada ginjal dapat menyebabkan hipertensi. Hal inidiakibatkan oleh iskemia jaringan ginjal yang didahului sebelumnya oleh berkurangnya aliran

perfusi ke ginjal. Hal ini menyebabkan dikeluarkannya renin yang selanjutnya mengaktivasi

angiotensin II dan aldosteron. Angiotensin II menyebabkan vasokontriksi sedangkan aldosteron

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 16/29

menyebabkan retensi cairan. Keduanya menyebabkan peningkatan tekanan darah (Silbernagl S

dan Lang F, 2000).

I.5. Manifestasi Klinis

Tekanan sistolik adalah gaya yang mempengaruhi dinding arteri sesaat jantung berkontraksi

untuk memompakan darah. Tekanan sistolik yang sering tinggi di atas normal dapatmenyebabkan hipertensi sistolik. Tekanan sistolik yang tinggi (hipertensi sistolik) diketahui

merupakan faktor resiko yang besar untuk terkena komplikasi penyakit jantung, ginjal dansirkulasi atau bahkan kematian, terutama pada pasien umur pertengahan dan orang tua. Semakin

besar jarak antara tekanan sistolik dan diastolik, maka semakin besar bahayanya (Kannel WB et

al, 2001).Sebenarnya, meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya

kejadian stroke dan myocard infark bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal

(isolated systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang

paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, ia menempati 87% kasus pada orangyang berumur 50 sampai 59 tahun (Kannel WB et al, 2001).

Tekanan diastolik adalah gaya yang dikeluarkan pada saat jantung terisi oleh darah balik.Tekanan diastolik yang tinggi atau disebut hipertensi diastolik adalah prediktor kuat terhadapkejadian serangan jantung dan stroke pada dewasa muda (Kannel WB et al, 2001).

I.6. DiagnosisTekanan darah dapat diperiksa secara sederhana dengan metode auskultasi yang tentunya harus

dilakukan secara benar dengan menggunakan instrumen yang telah dikalibrasi dan validitasnya

terjamin. Pasien sebaiknya dalam posisi duduk istirahat selama sedikitnya 5 menit, dengan kaki

di atas lantai dan lengan yang sejajar dengan letak jantung. Pengukuran dengan posisi berdiridapat dilakukan secara periodik, terutama pada pasien dengan resiko hipotensi postural.

Pergunakan ukuran manset yang tepat untuk menjamin akurasi pengukuran (manset paling tidak 

melingkari 80% keliling lengan atas). Pengukuran harus dilakukan minimal dua kali. Tekanandarah sistolik adalah titik dimana suara pertama dapat terdengar (fase 1) dan tekanan darah

diastolik adalah titik sebelum suara tidak terdengar lagi (fase 5). Diagnosis hipertensi dapat

ditegakkan berdasarkan pengukuran tekanan darah yang didapat dengan melihat kategori

penyakit hipertensi di bawah ini (JNC, 1997).

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Joint National Committe on Prevention, Detection,Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure VII

Kategori Tekanan Darah

Normal Sistolik Kurang dari 120 mmHg

Diastolik Kurang dari 80 mmHg

Pre-Hipertensi Sistolik 120 − 139 mmHg Diastolik 88 − 89 mmHg

Hipertensi ringan (derajat 1) Sistolik 140 − 159 mmHg 

Diastolik 90 − 99 mmHg Hipertensi sedang (derajat 2) Sistolik Lebih dari 160 mmHg dan/atau

Diastolik Lebih dari 100 mmHg

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 17/29

Pada pemeriksaan tekanan darah dapat ditentukan pula tekanan nadi (Pulse Pressure). Tekanan

nadi adalah selisih antara tekanan sistolik dan diastolik. Tampaknya ini merupakan indikatorkekakuan dan adanya inflamasi pada dinding pembuluh darah. Semakin besar perbedaan antara

tekanan sistolik dan diastolik, maka semakin kaku dan rusaklah pembuluh darah. Walaupun

belum secara luas digunakan oleh para dokter untuk menentukan pengobatan, bukti

menunjukkan bahwa ia merupakan prediktor kuat adanya masalah pada jantung, terutama padalansia. Beberapa penelitian melaporkan bahwa setiap kenaikan tekanan nadi sebesar 10 mmHg,

maka resiko terjadinya stroke meningkat sampai 11%, penyakit kardiovaskular 10% dan

mortalitas sampai 16% (pada dewasa muda resikonya bahkan lebih besar lagi) (JNC, 1997).Evaluasi pasien yang sebelumnya diketahui menderita hipertensi mempunyai 3 macam penilaian.

(1) menilai gaya hidup dan mengidentifikasi faktor resiko kardiovaskular atau gangguan yang

secara bersama ada, yang dapat mempengaruhi prognosis pengobatan. (2) untuk mencari sebabhipertensi yang dapat diidentifikasi. (3) menilai ada atau tidak kerusakan target organ (target

organ damage) dan penyakit serebrovaskular (JNC, 1997).

Pemeriksaan fisik lain meliputi pemeriksaan fundus optik, indeks massa tubuh, adanya bising

pada arteri karotis, abdominal dan femoral; palpasi kelenjar thyroid, pemeriksaan jantung-paru

dan ginjal, edema pada ekstremitas bagian bawah dan penilaian neurologis (JNC, 1997).Tes laboratorium rutin dianjurkan untuk dilaksanakan sebelum memulai pengobatan, yang

meliputi pemeriksaan EKG, urinalisis, glukosa darah dan hematokrit, kalium serum, kreatinindan kalsium; dan profil lipid (setelah 9-12 jam berpuasa) yang meliputi HDL, LDL dan

trigliserida. Tes lain meliputi pengukuran ekskresi albumin urin, rasio albumin/kreatinin (Neaton

JD dan Wentworth D, 2002).

I.7. Penatalaksanaan

Tujuan terapi antihipertensi adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas penyakit

kardiovaskular dan ginjal. Karena sebagian besar pasien dengan hipertensi, terutama yangberumur sedikitnya 50 tahun, mendapatkan tekanan darah diastolik yang normal bila tekanan

sisitolik normal dapat diwujudkan, maka tujuan utama terapi hipertensi adalah mempertahankantekanan sistolik dalam batas normal. Mempertahankan tekanan darah sistolik dan diastolik kurang dari 140/90 mmHg berhubungan dengan menurunnya komplikasi penyakit

kardiovaskular. Pada pasien dengan hipertensi yang disertai diabetes dan penyakit ginjal, target

tekanan darahnya adalah 130/80 mmHg (Applegate WB, 2002).

Adopsis gaya hidup sehat oleh semua individu penting dalam pencegahan meningkatnya tekanan

darah dan bagian yang tidak terpisahkan dari terapi pasien dengan hipertensi (Applegate WB,2002). Terdapat banyak pilihan terapi non-farmakologis dalam menangani hipertensi pada lansia,

terutama bagi mereka dengan peningkatan tekanan darah yang ringan. Bukti saat ini

menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup cukup efektif dalam menangani hipertensi ringan

pada lansia. Beberapa cara berikut membantu menurunkan tekanan darah pada lansia :mengurangi berat badan yang berlebihan, mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi

alkohol, mengurangi intake garam pada makanan, dan melakukan olah raga ringan secara teratur.

Cara lain yang secara independen mengurangi resiko penyakit arteri terutama adalah berhentimerokok. Pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang (tekanan diastolik 90-105 mmHg

dan atau sistolik 160-180mmHg) terapi non-farmakologi dapat dicoba selama 3 sampai 6 bulan

sebelum mempertimbangkan pemberian terapi farmakologis. Pada hipertensi berat, perubahangaya hidup dan terapi farmakologi harus dijalani secara bersama-sama. Pola makan makanan

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 18/29

tinggi kalium dan kalsium serta rendah natrium juga merupakan metode terapi non-farmakologis

pada lansia penderita hipertensi ringan (Coope J dan Warrender TS,1996; JNC, 1997)

Tabel 3. Aplikasi Modifikasi Gaya Hidup Pada Pasien Hipertensi (JNC, 1997)

Modifikasi Gaya Hidup Dalam Penanganan Hipertensi

Modifikasi Anjuran Penurunan Tekanan Sistolik Penurunan berat badan Pertahankan berat badan normal (BMI 18.5-2.49) 5-20 mmHg/10 kg

hilang beratPola Makan cara DASH Konsumsi makanan kaya serta seperti buah-buahan, sayuran dan produk 

makanan rendah lemak , lemak jenuh dan lemak total 8-14 mmHg

Pengurangan jumlah natrium dalam makanan Kurangi intake natrium dalam makanan sampaitidak lebih dari 100 mEq/L (2,4 gram natrium atau 6 gram natrium klorida) 2-8 mmHg

Aktivitas fisik Lakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, seperti berjalan kaki (sedikitnya 30

menit per hari) 4-9 mmHg

Saat ini, pemberian terapi farmakologis menunjukkan penurunan morbiditas dan mortalitas pada

lansia penderita hipertensi. Berdasarkan penelitian terbaru pada obat-obat antihipertensi yangtersedia sekarang ini (angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor), angiotensin-receptor blocker (ARBs), calcium channel blocker, diuretik tipe Tiazid, beta-blocker), semua

menurunkan komplikasi penyakit hipertensi (Hansson L et al,1998).

Diuretik tiazid merupakan terapi dasar antihipertensi pada sebagian besar penelitian. Padapenelitian-penelitian tersebut, termasuk Antihypertensive And Lipid Lowering Treatment To

Prevent Heart Attack Trial, diuretik lebih baik dalam mencegah komplikasi kardiovaskular

akibat penyakit hipertensi. Pengecualian datang dari Australian National Blood Pressure trial,

yang melaporkan hasil yang sedikit lebih baik pada pria kulit putih yang memulai terapihipertensi dengan ACE inhibitor dari pada mereka yang memulai dengan diuretik (Curb JD et al

1999).

Diuretik menambah keampuhan obat-obat hipertensi, berguna untuk mengontrol tekanan darahdan lebih terjangkau dari pada obat-obat antihipertensi lain. Diuretik seharusnya dipakai sebagai

pengobatan awal terapi hipertensi untuk semua pasien, baik secara sendiri maupun kombinasi

dengan 1 dari golongan obat antihipertensi lain (ACE inhibitor, ARBs, β-Blocker, CCB), karena

memberikan manfaat pada beberapa penelitian. Namun jika obat ini tidak ditoleransi secara baik atau merupakan kontraindikasi, sedangkan obat dari golongan lain tidak, maka pemberian obat

dari golongan lain tersebut harus dilakukan (Curb JD et al 1999).

Sebagian besar pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat-obat antihipertensi lain untuk mencapai target tekanan darah yang diingini. Tambahan obat kedua dari golongan lain

seharusnya dimulai jika penggunaan obat tunggal pada dosis yang adekuat gagal mencapai target

tekanan darah yang diingini. Bila tekanan darah di atas 20/10 mmHg dari target, pertimbangkan

untuk memulai terapi dengan dua obat, baik pada sebagai resep yang terpisah maupun pada dosiskombinasi tetap. Pemberian obat antihipertensi dengan dua obat dapat mencapai target tekanan

darah yang diingini dalam waktu yang singkat, namun mesti diperhatikan adanya hipotensi

ortostatik, seperti pada pasien diabetes mellitus, disfungsi otonom, dan beberapa kelompok usiatua (SHEP, 2001).

Tabel 4.Macam-macam Obat Antihipertensi Oral dan Cara Pemberiannya, (JNC, 1997)Obat-Obat Antihipertensi Oral

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 19/29

golongan Obat Dosis Lazim Frekuensi per hari

Diuretik Tiazid Klorotiazide 125-500 1Klortalidon 12.5-25 1

Hidroklorotiazide 12.5-50 1

Politiazide 2-4 1

Indapamide 12.5-2.5 1Metolazone 0.5-1 1

Loop diuretik Bumetanide 0.5-2 2

Furosemide 20-80 2Torsemide 0.5-10 1

Kalium sparing diuretic Amiloride 5-10 1-2

Triamterene 50-100 1-2Aldosterone-receptor blocker Eplerenon 50-100 1-2

Spironolactone 25-50 1-2

β-Blocker Atenolol 25-100 1

Betaxolol 5-20 1

Bisoprolol 2.5-10 1Metoprolol 50-100 1-2

Nadolol 40-120 1Propanolol 40-160 2

Timolol 20-40 2

β-Blocker dengan aktivitas simpato-mimetik intrinsik Acebutolol 200-800 2Penbutolol 10-40 1

Pindolol 10-40 2

Kombinasi α dan β blocker Carvedilol 12.5-50 2

Labetalol 200-800 2ACE inhibitor Benazepril 10-40 1-2

Captopril 25-100 2Enalapril 2.5-40 1-2

Fosinopril 10-40 1Lisinopril 10-40 1

Antagonis Angiotensin II Losartan 25-100 1-2

Candesartan 8-32 1Eprosartan 400-800 1-2

Irbesartan 150-300 1

Olmesartan 20-40 1

Calcium channel blocker − non dihidropiridin Diltiazem extended release 180-420 1

Verapamil immediate release 80-320 2

Verapamil long acting 120-360 1-2Calcium channel blocker − dihidropiridin Amlodipine 2.5-10 1Felodipine 2.5-20 1

Isradipine 2.5-10 2

Nicardipine sustained release 60-120 2Nifedipine long-acting 30-60 1

α1 Blocker Doxazosin 1-16 1

Prazosin 2-20 2-3

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 20/29

Terazosin 1-20 1-2

α2 agonis sentral dan obat lain yang bekerja sentral Clonidine 0.1-0.8 2Metildopa 250-1000 1

Reserpin 0.05-0.25 1

Guanfacine 0.5-2 1

Vasodilator langsung Hidralazine 25-100 2Minoxidil 2.5-80 1-2

Sekali terapi obat antihipertensi diberikan, maka pasien harus datang kembali untuk dilakukan

follow up dan perencanaan pengobatan kembali. Follow up dilakukan setiap bulan sampai targettekanan darah yang diingini tercapai. Pasien hipertensi derajat 2 atau pasien dengan komplikasi

memerlukan lebih banyak kunjungan ke dokter untuk menilai keberhasilan pengobatan (Moser

M et al, 2000).Kadar kalium dan kreatinin serum harus dimonitor satu sampai dua kali per tahun. Setelah target

tekanan darah yang diingini tercapai dan stabil, kunjungan follow up dapat dilakukan dalam

interval 3-6 bulan. Kondisi komorbid seperti gagal jantung dan penyakit yang memerlukan tes

laboratorium seperti diabetes mellitus, mempengaruhi frekuensi kunjungan. Faktor resiko

kardiovaskular lain harus ditangani sesuai dengan tujuan terapi penyakit tersebut. Pasien jugaharus sering dianjurkan untuk berhenti merokok. Terapi aspirin dosis rendah dapat dilakukan

hanya ketika tekanan darah terkontrol, karena resiko terjadinya stroke hemoragik meningkatpada pasien dengan hipertensi tidak terkontrol (Marques et al, 1997).

Pasien lansia penderita hipertensi dan kondisi komorbid tertentu memerlukan perhatian dan

follow up oleh dokter. Pada tabel di bawah ini menggambarkan indikasi yang memberatkan yangmemerlukan obat-obat antihipertensi untuk kondisi resiko tinggi. Pemilihan obat untuk kondisi

ini berdasarkan data yang didapatkan dari beberapa penelitian terbaru. Kombinasi beberapa obat

mungkin diperlukan. Pertimbangan lain yang mesti dipikirkan adalah meliputi obat-obat yang

sudah pernah digunakan, tolerabilitas dan target tekanan darah yang diingini. Pada beberapakasus, konsultasi kepada ahli diindikasikan (Holzgreve H dan Middeke M, 2003).

Tabel 5. Anjuran Obat Pada Hipertensi yang Disertai Kondisi yang MemberatkanAnjuran pemberian obat pada lansia penderita hipertensi yang disertai kondisi komorbid dengan

indikasi yang memberatkan

Pertimbangan lain dalam pemilihan obat-obat antihipertensi antara lain adanya efek yang baik dan buruk yang menyertai kondisi komorbid. Tiazid berguna untuk memperlambat

demineralisasi pada osteoporosis. β-blocker berguna pada penatalaksanaan takiaritmia

arteri/fibrilasi, migraine, tirotoksikosis (jangka pendek), tremor esensial, atau hipertensi

perioperatif. Calcium channel blocker berguna pada sindrom Raynaud dan aritmia tertentu, danprostatisme (Gutzwiller F, 1999).

Diuretik tiazid harus diperhatikan pada pasien yang mempunyai riwayat gout atau hiponatremia

signifikan. β-blocker biasanya dihindari pada pasien yang memiliki riwayat asma, penyakitsaluran pernafasan reaktif atau blok jantung derajat dua atau tiga (Curb JD et al 1999). ACEinhibitor dan ARBs tidak diberikan pada wanita yang diduga hamil dan merupakan

kontraindikasi bagi wanita yang hamil; ACE inhibitor tidak diberikan pada individu yang

mempunyai riwayat angioedema. Antagonis aldosteron dan kalium sparing diuretik dapatmenyebabkan hiperkalemia dan biasanya dihindari pada pasien dengan kadar kalium lebih dari

5.0 mEq/L (Dahlof B et al 2001).

Penurunan tekanan sistolik lebih dari 10 mmHg pada posisi berdiri yang disertai rasa pusing dan

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 21/29

cemas disebut hipotensi postural dan banyak terjadi pada penderita lansia dengan hipertensi

sistolik, diabetes dan mereka yang sedang menggunakan diuretik, venodilator (seperti nitrat, αblocker) dan beberapa obat psikotropika. Tekanan darah pada pasien ini harus dimonitor pada

posisi terlentang. Perhatian meliputi penghindaran deplesi volume dan titrasi dosis obat

antihipertensi yang terlalu cepat (Trenkwalder P et al, 2004).

Dokter harus cukup tanggap bila target tekanan darah yang diingini tidak pernah tercapai bahkanwalaupun pasien telah mendapatkan 3 regimen obat antihipertensi yang meliputi diuretik.

Kondisi tersebut bisa disebut sebagai hipertensi resisten. Setelah menyingkirkan penyebab

hipertensi sekunder, dokter dapat menggali secara hati-hati sebab lain kegagalan terapi (JNC,1997).

Tabel 6. Penyebab Hipertensi Resisten, (JNC, 1997)

Penyebab Hipertensi Resisten pada LansiaKesalahan pengukuran tekanan darah

Volume overload dan pseudotolerance

Intake natrium berlebih

Retensi cairan akibat penyakit ginjal

Terapi diuretik tidak adekuatDrug-induced atau sebab lain

Dosis yang tidak adekuatKombinasi yang tidak tepat

Obat-obat anti-inflamasi non-steroid (AINS); inhibitor siklo-oksigenase 2

Kokain, amfetamin,Simpatomimetik (dekongestan, anorektik)

Kontrasepsi oral

Steroid adrenal

Siklosporin dan takrolimusEritropoetin

LicoriceKondisi yang bersamaan terjadi

ObesitasIntake alkohol berlebih

I.8. Komplikasi

Pasien hipertensi biasanya meninggal dunia lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan

telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi

adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatanper organ sistem, dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu antara

lain : (Hoeymans N et al, 1999)

Tabel 7. Komplikasi Hipertensi, (Hoeymans N et al, 1999)Komplikasi Hipertensi Esensial yang Tidak TerkontrolJantung

Myocard infark 

Angina pectorisGagal jantung kongestif 

Sistem Saraf Pusat

Stroke

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 22/29

Hipertensive encephalopathy

GinjalPenyakit ginjal kronik 

Mata

Hipertensive retinopathy

Pembuluh Darah PeriferPeripheral vascular disease

I.9. Prognosis

Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, hiperkolesterole-mia, intoleransi

glukosa dan berat badan, semuanya mempengaruhi prognosis dari penyakit hipertensi esensialpada lansia. Semakin muda seseorang terdiagnosis hipertensi pertama kali, maka semakin buruk 

perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani (Fauci AS et al, 1998).

Di Amerika serikat, ras kulit hitam mempunyai angka morbiditas dan mortalitas empat kali lebih

besar dari pada ras kulit putih. Prevalensi hipertensi pada wanita pre-menopause tampaknyalebih sedikit dari pada laki-laki dan wanita yang telah menopause. Adanya faktor resiko

independen (seperti hiperkolesterolemia, intoleransi glukosa dan kebiasaan merokok) yangmempercepat proses aterosklerosis meningkatkan angka mortalitas hipertensi dengan tidak memperhatikan usia, ras dan jenis kelamin (Fauci AS et al, 1998).Tabel 8. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Prognosis Pasien Hipertensi

Faktor Resiko yang Mempengaruhi Prognosis Hipertensi

Faktor Resiko UtamaHipertensi

Perokok 

Obesitas (indeks massa tubuh > 30)

Kurang aktivitasDislipidemia

Diabetes mellitusMikroalbuminuria atau GFR < 60 mL/menitUsia (>55 tahun untuk pria; >65 tahun untuk wanita)

Riwayat keluarga mengidap penyakit kardiovaskular premature (pria <55 tahun atau wanita 65

tahun)Kerusakan Target Organ

Jantung

Hipertrofi ventrikel kiri

Angina atau myocard infark Gagal jantung

Otak 

Stroke atau TIAPenyakit ginjal kronik Penyakit arteri perifer

Retinopati

DAFTAR PUSTAKA

Applegate WB (2002). High blood pressure treatment in the elderly. Clinics in GeriatricMedicine, 8: 103-117.

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 23/29

Coope J, Warrender TS (1996). Randomised trial of treatment of hypertension in elderly patients

in primary care. BMJ; 293: 1145-1151.

ena , terutama lansia wanita mudah terjadi ostoporosis akibat menopause. Contoh makanan yang

tingggi kalsium adalah susu, ikan yang dimakan dengan tulangnya, sayuran hijau, kedelai dan

rumput laut.Lansia hendaknya minum 6-8 gelas sehari mengingat fungsi ginjal menurun dan melancarkan

BAB.Lansia hendaknya mengurangi natrium dengan cara membatasi garam dapur.

6. Serat

Serat tidak dapat dicerna, maka serat tidak mengandung gizi tetapi tetap dibutuhkan untuk mencegah sembelit, wasir, kanker usus, penyakit jantung dan kegemukan bila kekurangan serat.

Serat ada 2 jenis:

a. Larut dalam air yang berfungsi mengikat kolesterol

b. Tdak larut dalam air yang berfungsi melancarkan BAB.

B. Petunjuk Penggunaan Garam untuk Penderita hipertensiUntuk penderita hipertensi terdapat 3 diet:a. Diet rendah garam 1 : untuk penderita hipertensi berat dianjurkan untuk tidak menambahkangaram dapur dalam makanan.

b. Diet rendah garam II: Ditujukan untuk penderita hipertensi sedang (100-114 mmHg). Garam

dianjurkan ¼ sendok the garam dapur.c. Diet rendah garam III: Ditujukan untuk penderita hipertensi ringan (diastole kurang dari 100

mmHg), garam dapur dianjurkan ½ sendok teh.

C. TIPS Pemberian Makanan Bagi lansia Dengan Hipertensia. Hendaknya lansia makan dengan porsi kecil tapi sering

b. Makanlah makanan yang mudah dicernac. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, goring-gorengan dll.d. Makan makanan yang lembek untuk lansia yang kondisi giginya kurang baik.

Coolest Site 

ni.. 

Fktor hpertnsi pd lansia

Angka kejadian hipertensi pada lansia di Indonesia dari hasil survey kesehatan rumah tangga tahun 1995di Jakarta, menunjukkan tekanan darah tinggi cukup tinggi yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga

(Astawan, 2008). Di poli geriatri RSU Dr. Soetomo pada tahun 2005 jumlah kasus hipertensi pada lansia

sebanyak 55,9% (Darmawangsa, 2007).

Dilihat dari beberapa faktor dominan penyebab hipertensi, faktor kelebihan berat badan dapat

meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit hipertensi. Semakin besar massa tubuh, maka

semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan kejaringan tubuh. Berarti

volume darah yang beredar melalui pembuluh darah meningkat, sehingga akan memberi tekanan lebih

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 24/29

besar ke dinding arteri. Selain itu, kelebihan berat badan dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung

dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Faktor keturunan menunjukkan, jika kedua orang tua

kita menderita hipertensi, kemungkinan kita terkena penyakit ini sebesar 60 %. Penelitian ini

menunjukkan ada faktor gen keturunan yang berperan. Dari faktor penambahan usia ditemukan adanya

perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Faktor kebiasaan minum kopi di dapatkan

dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi

meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg. Dari faktor kebiasaan merokok terdapat zat kimia dalam

tembakau yang dapat merusak dinding arteri sehingga lebih rentan terhadap penumpukan plak. Zat

nikotin dalam tembakau dapat membuat kerja jantung lebih keras karena terjadi penyempitan

pembuluh darah sementara yang dapat meningkatkan tekanan darah (Yulianti, 2006: 20).

Dari faktor konsumsi garam berlebih, terdapat kadar natrium klorida yang tinggi. Natrium klorida

merupakan 2 komponen mineral yang sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan cairan, elektrolit,

asam basa, transmisi syaraf, serta kontraksi otot. Di dalam tubuh natrium klorida yang tinggi akan

mengikat komponen – komponen cairan, dan harus dicairkan sebelum tubuh dapat menanganinya.

Selain itu, natrium klorida yang berkadar tinggi akan ditimbun oleh ginjal. Untuk pengeluarannya ginjal

harus bekerja sangat berat, dan kemungkinan ginjal kehilangan kemampuannya untuk berfungsi secara

normal. Hal ini membuat seseorang menderita hipertensi. Dari faktor kurang tidur dapat memicu

masalah darah tinggi. Hal ini terjadi tekanan darah secara alami akan turun selama tidur. Dari faktorkurangnya serat, dapat berisiko terjadinya penyakit hipertensi, karena makanan berserat dapat

menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Tubuh yang kekurangan serat akibatnya kolesterol akan

tinggi yang dapat membentuk plak dalam arteri dan menyempit, akhirnya dapat meningkatkan darah

menjadi tinggi

Gizi pada lansia hipertensi

A.  Kandungan Gizi Yang Diperlukan Lansia

1. Karbohidrat

Fungsi karbohidrat adalah penyedia energi. Pada lansia konsumsi gula dibatasi

karena:

a. Gula tidak mengandung gizi kecuali zat tenaga. Sedangkan pada lansiakonsumsi zat zat gizi lain seperti vitamin, protein dan mineral diutamakan untuk

mencegah proses penurunan fungsi tubuh.

b. Gula cepat diserap (absorpsi) sehingga mengakibatkan perubahan kadar gula

darah dan memungkinkan terjadinya obesitas (kegemukan) dan diabetes.

Makanan yang boleh: Beras, kentang, singkong, terigu, gula yang diolah tanpa

garam seperti macaroni, mie, biscuit dll.

Makanan yang tidak boleh: Roti, biscuit dan kue yang dimasak dengan garam

dapur.

2. Protein

Fungsi dari protein sebagai zat pembangun dari sel tubuh.Pada lansia sebaiknya memilih daging unggas-unggasan daripada daging sapi atau

kambing dan hendaknya tidak makan lebih dari 2 potong daging pada sehari.

Makanan yang boleh: daging, ikan telur dan susu, semua kacang-kacangan dan

sayuran.

Makanan yang tidak boleh: ikan asin, keju, kornet, ebi, telur asam, pindang,

dendeng, udang, kacang tanah dan sayuran yang dimasak/ diawetkan dengan

garam dapur.

3. Lemak

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 25/29

Lemak berfungsi sebagai pelarut vitamin A,D,E dan K, membentuk tekstur

makanan dan memberi rasa kenyang yang lama. Lemak juga berfungsi sebagai

cadangan energi.

Pada lansia lemak sebaiknya dibatasi , mengingat:

a. Berkurangnya aktifitas tubuh sehingga kebutuhan energi juga menurun.

b. Berkurangnya produksi enzim mengakibatkan pencernaan lemak tidak

sempurna, s3ehingga membebani usus dan lambung yang akan mengakibatkan

gangguan pada usus.

c. Lemak dengan kandungan asam lemak jenuh yang tinggi memicu penyakit

 jantung dan pembuluh darah.

d. Kelebihan lemak akan disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk

timbunan lemak yang menyebabkan kegemukan.

e. cenderung mengakibatkan kanker usus.

f. Makanan yang boleh: minyak margarine dan mentega tanpa garam.

g. Makanan yang tidak boleh: margarine dan mentega biasa

4. Vitamin

Fungsi dari vitamin yaitu untuk mempercepat metbolisme, mempertahankanfungsi jaringan tubuh dan mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan

 jaringan.

Pada lansia vitamin sangat penting, terutama vitamin B1 agar tubuh selalu bugar.

Contoh makanan: beras merah

Makanan yang boleh: semua buah yang tidak diawtkan garam/ soda, air putih.

Makanan yang tidak boleh: durian, buah-buahan yang diawtkan oleh garam dan

soda, kopi dan coklat.

5. Mineral dan Air

Fungsi dari mineral yaitu pembentukan jaringan tubuh, memeliharakeseimbangan asam basa dll.

Pada lansia, kalsium sangat penting karena , terutama lansia wanita mudah

terjadi ostoporosis akibat menopause. Contoh makanan yang tingggi kalsium

adalah susu, ikan yang dimakan dengan tulangnya, sayuran hijau, kedelai dan

rumput laut.

Lansia hendaknya minum 6-8 gelas sehari mengingat fungsi ginjal menurun dan

melancarkan BAB.

Lansia hendaknya mengurangi natrium dengan cara membatasi garam dapur.

6. Serat

Serat tidak dapat dicerna, maka serat tidak mengandung gizi tetapi tetap

dibutuhkan untuk mencegah sembelit, wasir, kanker usus, penyakit jantung dan

kegemukan bila kekurangan serat.

Serat ada 2 jenis:

a. Larut dalam air yang berfungsi mengikat kolesterol

b. Tdak larut dalam air yang berfungsi melancarkan BAB.

B. Petunjuk Penggunaan Garam untuk Penderita hipertensi

Untuk penderita hipertensi terdapat 3 diet:

a. Diet rendah garam 1 : untuk penderita hipertensi berat dianjurkan untuk tidak

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 26/29

menambahkan garam dapur dalam makanan.

b. Diet rendah garam II: Ditujukan untuk penderita hipertensi sedang (100-114

mmHg). Garam dianjurkan ¼ sendok the garam dapur.

c. Diet rendah garam III: Ditujukan untuk penderita hipertensi ringan (diastole

kurang dari 100 mmHg), garam dapur dianjurkan ½ sendok teh.

C. TIPS Pemberian Makanan Bagi lansia Dengan Hipertensi

a. Hendaknya lansia makan dengan porsi kecil tapi sering

b. Makanlah makanan yang mudah dicerna

c. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, goring-gorengan dll.

d. Makan makanan yang lembek untuk lansia yang kondisi giginya kropos

D. 

Hipertensi pada lansia 

Kontrol Ketat

Cegah Komplikasi RACIKAN UTAMA - Edisi Juni 2007 (Vol.6 No.11)

Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi setelah berusia 75 tahun. Kontrol tekanandarah yang ketat pada pasien diabetes berhubungan dengan pencegahan terjadinya

hipertensi yang tak terkendali.

Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan

menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanandarah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi

nefrologi ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

mengungkapkan bahwa pada orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri atau bagian dari penuaan.

Jenis yang demikian lebih sulit untuk diobati dibanding hipertensi esensial atau pada

pasien yang lebih muda. Obat-obat antihipertensi terbaru yang bekerja pada sistem renin-

angiotensin-aldosteron, misalnya Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitor danangiotensin-receptor blocker memiliki potensi perbaikan kardiovaskular pada orang tua

akibat penurunan tekanan darah efektif.

Isolated systolic blood pressureSeperti telah disebutkan, para lansia ternyata lebih sering mengalami hipertensi sistolik 

dan pengobatan hipertensi sampai saat ini masih banyak yang terfokus pada tekanan

diastolik <90 mmHg tanpa memikirkan angka sistoliknya, sehingga banyak lansia yang

tidak terdeteksi menderita hipertensi sistolik. Penelitian juga menyebutkan bahwamenurunnya tekanan sistolik dapat menyebabkan penurunan curah jantung, risiko infark 

miokard, serta penyakit kardiovaskular lainnya. Tekanan sistolik juga menjadi prediktor

yang lebih sensitif dibanding tekanan diastolik.Hipertensi juga menjadi faktor utama terjadinya penyakit jantung koroner, yang terutama

menyerang di atas usia 75 tahun. Sebagai konsekuensinya, kontrol tekanan darah

merupakan kunci utama menjaga kesehatan kardiovaskular. Dokter juga harus melakukan

edukasi terus-menerus untuk menghindari terjadinya hipertensi sistolik. Tidak ada standar

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 27/29

tertentu untuk menentukan kategori umur yang dikatakan tua, namun pengertian lanjut

usia (lansia) ialah manusia di atas usia 60 tahun. Berdasarkan Global Risk Assesment

Scoring Chart dari penelitian Framingham, berat badan seiring usia juga akanmeningkatkan risiko terjadinya PJK setiap kenaikan lima tahun.

Isolated systolic hypertension (ISH) didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik di atas

sama dengan 140 mmHg pada tekanan diastolik kurang dari sama dengan 90 mmHg.Keadaan ini terjadi karena hilangnya elastisitas arteri atau akibat penuaan. Dalam keadaan

ini aorta menjadi kaku dan akhirnya menyebabkan meningkatnya tekanan sistolik dan

penurunan volume aorta, yang pada akhirnya akan menurunkan volume dan tekanan

diastolik. Pada orang-orang tua, pengukuran tekanan sistolik yang meningkat ini lebihsignifikan karena dapat menunjukkan terjadinya kekakuan arteri besar, terutama aorta,

efeknya bisa membuat kerusakan jantung, ginjal, serta otak.

Manajemen danpencegahan

Beberapa penelitian, misalnya dari Syst-Eur 1 dan 2 dan penelitian lain di Jepang dan

Australia menunjukkan bahwa tata laksana hipertensi sistolik yang optimal ialahpenggunaan diuretik, penyekat beta, dan Angiotensin-receptor blockers (ARB). Bekerja di

sistem renin-angiotensin-aldosteron, ARB akan meningkatkan volume sirkulasi dan

merangsang sintesis kolagen akibat peningkatan jumlah sel otot polos pada pembuluhdarah.

Valsartan dan Losartan telah terbukti mampu menurunkan tekanan sistolik pembuluh

darah, mencegah akumulasi kolagen aorta, menurunkan kekakuan arteri karotis, sertamenurunkan tekanan dinding pembuluh darah pada diet rendah garam. ARB yang

dikombinasi dengan diuretik juga telah terbukti memiliki efek yang sangat baik,

menyerupai pemberian Ca blocker. Pada orang tua, sering ditemui gangguan pada sistem

kardiovaskular berupa gagal jantung, sehingga pengobatannya harus fokus untuk proteksi

kardiovaskular secara umum, tidak sekadar menurunkan tekanan darah.Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi setelah berusia 75 tahun. Kontrol tekanan

darah yang ketat pada pasien diabetes berhubungan dengan pencegahan terjadinya

hipertensi yang tak terkendali dan beberapa penyakit lainnya, misalnya diabetes mellitus,serangan stroke, infark miokard, dan penyakit vaskular perifer. Hal ini dapat dicapai

dengan menjaga tekanan darah di angka kurang dari 150/85 mmHg (kontrol ketat) atau

kurang dari 180/105 mmHg (kontrol tidak terlalu ketat). Kontrol ketat dilakukan padapasien yang memiliki risiko besar untuk memiliki komplikasi penyakit lainnya, misalnya

retinopati diabetik, pengurangan kemampuan penglihatan, atau diabetes yang berat.

Perspektif terkini

Penelitian dari The Heart Outcomes Prevention Evaluatin (HOPE) menyatakan bahwaagen antihipertensi memang terbukti dapat mencegah pula penyakit kardiovaskular lainya.

Sementara penelitian dari The Irbesartan Diabetic Nephropathy Trial (IDNT) menyatakanbahwa agen antihipertensi, khususnya Angiotensin II Antagonist Losartan (RENAAL)

dapat menurunkan endpoint pasien dengan Non Insulin-dependent Diabetes Mellitus.

ARB ini dinyatakan renoprotektif, lebih baik daripada ACE-inhibitor. Penelitian tentangagen antihipertensi dengan mekanisme RAAS ini (ARB) monoterapi memang banyak 

dilakukan dan terbukti bersifat renokardioprotektif dengan mekanisme perbaikan fungsi

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 28/29

endotel, dibanding ACE-inhibitor dan Calcium channel blocker.

Seperti guidelines antihipertensi (lihat tabel) yang tercantum berikut, penatalaksanaan

hipertensi terutama ditujukan pada pasien lanjut usia dengan target tekanan darah kurangdari 140/90 mmHg. Guidelines yang banyak dipakai untuk tata laksana hipertensi pada

lansia diambil dari JNC 7 dan ESH/ESC 2003. Pedoman ini mengadopsi pendekatan tepat

sasaran untuk lansia guna menurunkan risiko penyakit jantung koroner seiring denganbertambahnya usia.

Tujuan utama penatalaksanaan hipertensi pada lansia, kelompok usia yang rentan

penyakit jantung koroner, sebenarnya juga tidak hanya menurunkan tekanan darah

semata. ARB dan ACE-inhibitor digunakan secara bersama-sama, keduanya bekerjadalam sistem renin angiotensin aldosteron. ARB memblok konjugasi, sedangkan ACE-

inhibitor bekerja menghambat kerja enzim, sehingga gabungan keduanya ialah penurunan

tekanan darah dengan efek yang juga renokardioprotektif.

Selain itu, efek proteksi vaskular dari ARB juga berlaku untuk mengurangi kemungkinanterjadiya stroke. Terdapat konsensus bahwa tekanan darah pada lansia harus di bawah

angka 140/90 mmHg untuk kategori usia 60-79 tahun. Tercapainya tujuan ini akan

tergantung tidak hanya berdasarkan efikasi obat antihipertensi, tapi dari segitolerabilitasnya juga, sehingga mempengaruhi keberhasilan dari seluruh tata laksana.

Terapi seperti ini tergolong aman dan efektif, namun tetap saja terapi yang terbaik 

kemungkinan ialah mencegah hipertensi sebelum usia senja guna mengurangi risikopenyakit jantung koroner sejak dini.

Pendekatan untuk lansiaPara dokter harus benar-benar yakin bahwa data pengukuran yang didapat ialah valid,

mengingat batas-batas penentuan kriteria seputar hipertensi sangat berhubungan dengan

angka. Tekanan darah di bawah 140 mmHg sistolik (jika memang benar sebesar ini) akan

auh mengurangi risiko stroke, gagal jantung, dan kejadian kardiovaskular lain pada

lansia, terutama yang berusia di atas 80 tahun. Meskipun tidak ada makna pentinglainnya, namun angka di bawah 140 ini akan sangat mempengaruhi jenis pengobatan dan

edukasi ke pasien.

Selain itu, dalam rangka menurunkan tekanan darah, sebisa mungkin perlu diperhitungkanberbagai efek samping yang kemungkinan akan sangat mengganggu pasien, terutama

diuretik. Pemberian diuretik harus dimulai dari level rendah, misalnya Hydrochlorotiazide

(HCT) 12.5 mg atau yang setara dengannya. Jika angka ini dinilai kurang efektif, tidak langsung menambah dosisnya, tapi dikombinasikan dengan pemberian dosis rendah CCB,

beta blocker, ACE-inhibitor, atau ARB. Pada beberapa keadaan penggunaan obat selain

diuretik sebagai terapi inisial sah-sah saja dilakukan, asalkan sesuai indikasi.

Kemungkinan hanya sekitar 40% pasien pada kelompok lansia yang akan mengalami

penurunan tekanan darah sampai di bawah 140 mmHg setelah penggunaan antihipertensiARB, sisanya, sebagian besar akan gagal. Karenanya, diperlukan manajemen titrasi dosis

naik perlahan-lahan ditambah kombinasi obat lainnya. Selain itu penggunaan diuretik boros kalium juga akan menyebabkan hipokalemia jika tidak diberikan secara hati-hati.

Kontrol kadar kalium hingga tidak boleh di bawah 3.5 mg/dl harus dilakukan, termasuk 

saat kontrol rawat jalan.Jika ternyata dalam terapi, gejala-gejala hipertensi tetap muncul, atau bahkan terjadi

penyakit-penyakit kardiovaskular lainnya, penggunaan obat harus tetap dilanjutkan tanpa

5/16/2018 45725767-hipertensi-pada-lansia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/45725767-hipertensi-pada-lansia-55ab595719abe 29/29

mengurangi dosis yang sedang diberikan. Kemungkinan gejala ini akan mereda setelah

beberapa minggu atau lebih. Bisa saja terapi terus digiatkan, dosisnya ditambah, namun

metode agresif seperti ini juga akan menambah efek samping, sehingga beberapa ahlitidak terlalu suka melakukannya.

(farid)

Seperti tercetak di Majalah Farmacia Edisi Juni 2007 , Halaman: 14 (9617 hits)