4.1 gaya dan - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1824/5/bab iv.pdf · bab iv analisis 4.1 gaya dan genre...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
77
BAB IV
ANALISIS
4.1 Gaya dan Genre
Berdasarkan dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, baik dari hasil studi
pustaka mengenai desain untuk anak, psikologi perkembangan anak, maupun hasil
survei di lapangan maka gaya gambar yang digunakan oleh Penulis cenderung ke
arah penyederhanaan atau simplicity. Karakter maupun setting background
(environment) merupakan hasil dari penyederhanaan yang nantinya akan dibuat
versi digitalnya dengan menggunakan desain yang berbasis vektor. Namun,
apabila dilihat dari gaya gambar yang popular saat ini, gaya gambar yang Penulis
pakai bisa digolongkan pada gaya gambar Chibi ataupun SD (Super Deformed).
Diadaptasi dari dongeng klasik yang berjudul “Penebang Kayu yang Jujur”
karya Leo Tolstoy tentunya untuk genre dari digital story telling ini lebih ke arah
Adventure - Fantasy namun disesuaikan dengan target market dari digital story
telling yang adalah anak-anak usia 3-6 tahun tentunya isi ceritanya sendiri dibuat
lebih mudah dimengerti oleh anak-anak. Isi dari digital story telling ini akan
dibuat singkat, tetapi tetap memiliki makna dan musik yang mengalun sebagai
salah satu unsur yang mendukung anak agar rileks dan diharapkan dapat tidur
seusai menikmati digital story telling ini.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
78
4.2 Elemen- elemen Utama dalam Proses Perancangan
4.2.1 Alur cerita
Alur cerita dari digital story telling ini tentunya mengikuti dari cerita dongeng
“Penebang Kayu yang Jujur”, alur yang digunakan merupakan alur maju. Secara
garis besar, cerita yang akan ditampilkan bermula dari seorang penebang kayu
yang miskin sedang berjalan di hutan untuk berkerja. Seusai bekerja, ia pun
beristirahat di tepi danau, namun tanpa sengaja ia menjatuhkan kapaknya di danau
tersebut. Penebang kayu tersebut merasa sedih dan ia pun menangis, namun tiba-
tiba seorang peri datang dan menolong penebang kayu tersebut dalam mencari
kapaknya yang hilang tersebut. Dan di sinilah kejujuran dari seorang penebang
kayu ini diuji oleh peri danau tersebut.
Durasi dari keseluruhan cerita ini adalah 300 detik atau 5 menit, mengingat
konsep awal pembuatan dari digital story telling ini adalah sebagai sarana
pengantar tidur untuk anak, maka cerita dongeng tersebut harus dikemas secara
singkat, ringan, dan dibuat mengalun baik dengan visual, maupun dari segi musik
agar anak-anak bisa rileks dan tertidur setelah menikmati digital story telling ini.
Alur tentunya akan dibuat lebih lambat, pergerakannya akan dibuat sederhana,
dan akan lebih banyak dimasukkan irama musik yang mendayu-dayu.
4.2.2 Karakter
Dalam perancangan digital story telling yang berjudul Penebang Kayu yang Jujur
ini, Penulis merancang 2 karakter, yang pertama laki-laki yaitu berperan sebagai
penebang kayu, yang kedua karakter perempuan sebagai peri danau yang nantinya
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
79
akan menolong sang penebang kayu tersebut. Kedua karakter tersebut masing-
masing dirancang berdasarkan fisiologi, sosiologi, psikologi, dan juga disesuaikan
dengan desain yang baik untuk anak.
Gambar 4.1 Gambar Karakter Digital Story Telling Penebang Kayu yang Jujur
a. Karakter Penebang Kayu
Gambar 4.2 Gambar Karakter Penebang Kayu
Berdasarkan fisiologi, karakter Penebang Kayu ini berjenis kelamin laki-
laki, masih tergolong dalam usia muda yaitu antara 27-35 tahun. Secara
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
80
fisik, badan dibuat agak lebih tegap mengingat pekerjaannya sebagai
penebang kayu. Warna kulitnya putih namun dibuat sedikit lebih gelap
karena ia berkerja di bawah terik matahari secara terus menerus, warna
rambutnya cokelat tua, sedangkan untuk warna matanya hitam pekat. Dari
segi penampilan, diadaptasi dari cara berpakaian para lelaki Timur Tengah
pada zaman kuno, karena ini merupakan sebuah dongeng klasik karya luar
negeri, dan juga mengingat pekerjaannya sebagi penebang kayu yang selalu
bekerja di luar, maka diberikan lah pelindung kepala, semacam topi atau
sorban untuk mengurangi panasnya terik. Juga sepatu boot yang selalu ia
kenakan, karena medan hutan merupakan medan yang cukup keras dan
berbatu, sehingga dibutuhkanlah pelindung kaki.
Berdasarkan sosiologi, karakter Penebang kayu ini merupakan sosok
pekerja keras dan juga jujur. Ia melakukan usaha terbaiknya membanting
tulang demi menghidupi keluarganya. Secara ekonomi, tergolong menengah
ke bawah, karena pekerjaan hanya sebagai penebang kayu, dan kapak yang
digunakannya pun merupakan kapak tua yang sudah butut.
Berdasarkan sisi psikologis, karakter ini cenderung bersifat melankolis,
ia sangat peduli dan memikirkan tentang nasib keluarganya, tentang
makanan, dan juga tentang kebutuhan hidup. Di dalam cerita ini, karakter
ini cukup tergolong emosional, dapat dilihat pada saat kapaknya terjatuh,
dia mulai menangis karena bingung harus melakukan apa.
Dilihat dari sisi desain untuk anak, karakter penebang kayu ini
menggunakan proporsi SD (Super Deformed) di mana perbandingan
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
81
proporsi antara kepala dengan badan 1 : 0.5. Bentuk anatomi baik mata,
tangan, kaki, maupun rambut dibuat dengan proses penyederhanaan dari
bentuk asli. Warna yang digunakan pun menggunakan warna-warna yang
cerah serta menggunakan warna-warna yang solid.
Dari bentuk awal karakter, Penulis mulai mengembangkan karakter ini
ke dalam berbagai macam ekspresi, yaitu sebagai berikut :
- Ekspresi Gembira
Gambar 4.3 Ekspresi Gembira Penebang Kayu
Ekspresi gembira dari penebang kayu ini akan ditunjukan pada saat
adegan peri danau menemukan kapak tua miliknya.
- Ekspresi Panik
Gambar 4.4 Ekspresi Panik Penebang Kayu
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
82
Ekspresi panik dari Penebang Kayu ini ditampilkan pada saat dia tahu
bahwa kapaknya terjatuh ke dalam danau.
- Ekspresi Sedih/Menangis
Gambar 4.5 Ekspresi Sedih Penebang Kayu
Sesaat setelah kapaknya terjatuh, Penebang Kayu pun berlutut dan
menangis.
- Ekspresi Bingung
Gambar 4.6 Ekspresi Bingung Penebang Kayu
Peri danau tiba-tiba muncul di hadapan Penebang Kayu, Penebang
Kayu pun sempat bingung ketika melihat keajaiban tersebut.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
83
b. Peri Danau
Gambar 4.7 Gambar Karakter Peri Danau
Berdasarkan fisiologi, karakter Peri Danau ini berjenis kelamin perempuan,
masih tergolong dalam usia muda yaitu antara 20-24 tahun. Secara fisik,
badan dibuat agak lebih kecil atau lebih pendek dibandingkan dengan
karakter Penebang Kayu. Kulitnya putih porselen, menggambarkan bahwa
dia seorang peri yang memiliki fisik yang indah, warna rambutnya cokelat,
sedangkan untuk warna matanya cokelat tua. Dari segi penampilan,
layaknya seorang peri atau malaikat pada umumnya, Peri Danau ini
memakai mahkota di kepalanya untuk menandakan kekuasaannya. Tak lupa
juga ditambahkan lingkaran di atas kepalanya yang menandakan dia
makhluk ajaib. Selain itu, terdapat dua sayap yang lebar yang ia gunakan
untuk terbang. Dari segi baju, merupakan sebuah baju dress polos berwarna
biru muda ditambah pemanis berupa hiasan pita di tengah-tengahnya untuk
menojolkan kepolosan serta kebaikan hati dari Peri Danau tersebut.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
84
Berdasarkan sosiologi, karakter Peri Danau ini merupakan sosok yang
baik hati dan suka menolong. Hal ini ditunjukkan dari bantuannya kepada
Penebang Kayu yang menangis karena kehilangan kapak kesayangannya.
Berdasarkan sisi psikologis, karakter ini cenderung bersifat sanguinis,
dilihat dari cara Peri Danau ini memberikan ujian kepada Penebang Kayu
mengenai kapak mana yang sebenarnya memang merupakan milik
Penebang Kayu.
Dilihat dari sisi desain untuk anak, karakter penebang kayu ini
menggunakan proporsi SD (Super Deformed) di mana perbandingan
proporsi antara kepala dengan badan 1 : 0.5. Bentuk anatomi baik mata,
tangan, kaki, maupun rambut dibuat dengan proses penyederhanaan dari
bentuk asli. Warna yang digunakan pun menggunakan warna-warna yang
cerah serta menggunakan warna-warna yang solid.
Dari bentuk awal karakter, Penulis mulai mengembangkan karakter ini
ke dalam berbagai macam ekspresi, yaitu sebagai berikut :
- Ekspresi Gembira
Gambar 4.8 Ekspresi Gembira Peri Danau
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
85
Ekspresi gembira dari Peri Danau ini ditunjukan pada saat ia berhasil
menemukan kapak tua milik Penebang Kayu.
- Ekspresi Bingung
Gambar 4.9 Ekspresi Bingung Peri Danau
Peri Danau muncul membawa kapak dengan bingung, karena dia tidak
tahu kapak mana yang sebenarnya milik Penebang Kayu.
- Ekspresi Kecewa
Gambar 4.5 Ekspresi Kecewa Penebang Kayu
Ekspresi ini muncul pada saat Peri Danau salah membawakan kapak-
kapak untuk Penebang Kayu.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
86
- Ekspresi Tenang
Gambar 4.6 Ekspresi Tenang Penebang Kayu
Peri danau pertama kali muncul ke permuakaan dengan menggunakan
ekspresi tenang dan anggun.
4.2.3 Setting dan Environment
Setting dan environment yang digunakan pada digital story telling ini yaitu secara
keseluruhan ada sedikitnya 3 setting yang berbeda. Yang pertama ada danau,
hutan kayu, dan hutan tropis. Masih menggunakan gaya yang sama yaitu vektor
dengan pemilihan tone warna yang cerah dan menyesuaikan dengan gaya
karakter, masing-masing setting dan environment akan dijelaskan lebih lanjut,
yaitu sebagai berikut :
a. Danau
Pada setting danau ini, aka nada banyak adegan yang berlangsung di sini,
diantaranya ada adegan di mana Penebang Kayu beristirahat, kemudian
kapaknya terjatuh, dan yang tak kalah penting yaitu kemunculan sang Peri
Danau untuk membantu Penebang Kayu dalam mencari kapak tuanya.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
87
Unsur-unsur yang terdapat dalam setting ini tentunya, pohon, rumput, air,
dan unsur-unsur pendukung seperti batu-batu dan bunga.
Hasil sketsa yang telah Penulis buat yaitu :
Gambar 4.7 Sketsa Danau
Dari hasil sketsa di atas, Penulis telah megubah hasil tersebut ke
dalam bentuk digital dengan menggunakan Adobe Illustrator.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
88
Hasil bentuk digital dari sketsa yang telah Penulis buat yaitu :
Gambar 4.8 Hasil Digital Danau Versi 1
Kemudian, setelah selesai dengan proses digitalnya, Penulis mulai
melakukan compositing / menempatkan karakter pada setting dan
environment yang telah tersedia.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
89
Hasil compositing yang telah Penulis buat yaitu :
Gambar 4.9 Hasil Compositing Penebang Kayu dengan Setting Danau Versi 1
Pada setting danau ini dibuat 2 versi di mana kamera diambil dari
belakang Penebang Kayu dan versi lainnya menampilkan bagian depan
dari Penebang Kayu. Gambar setting di atas merupakan setting danau yang
menampilkan bagian belakang dari Penebang kayu., sedangkan gambar di
bawah ini merupakan hasil digital dari versi kedua setting danau di mana
akan menampilkan bagian depan dari Penebang Kayu.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
90
Gambar 4.10 Hasil Digital Danau Versi 2
Kemudian, setelah selesai dengan proses digitalnya, Penulis mulai
melakukan compositing / menempatkan karakter pada setting dan
environment yang telah tersedia.
Gambar 4.11 Hasil Compositing Penebang Kayu dengan Setting Danau Versi 2
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
91
b. Hutan kayu
Pada setting hutan kayu ini, terdapat adegan di mana Penebang kayu
melakukan pekerjaannya, yaitu menebang- nebang pohon menjadi
bongkahan-bongkahan kayu. Setting di sini akan ditampilkan dengan
nuansa yang tidak sehijau hutan tropis ataupun danau, cenderung agak
gersang dengan banyak pohon-pohon yang telah ditebang serta
bongkahan-bongkahan kayu hasi tebangan dari Penebang Kayu itu sendiri.
Unsur-unsur environment yang terdapat di sini yaitu rumput, pohon, pohon
yang telah ditebang, serta bongkahan-bongkahan kayu, ornamen yang
mendukung di sini yaitu batu-batu.
Hasil sketsa yang telah Penulis buat yaitu :
Gambar 4.12 Sketsa Hutan Kayu
Dari hasil sketsa di atas, Penulis telah megubah hasil tersebut ke
dalam bentuk digital dengan menggunakan Adobe Illustrator.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
92
Gambar 4.13 Hasil Digital Hutan Kayu
Kemudian, setelah selesai dengan proses digitalnya, Penulis mulai
melakukan compositing / menempatkan karakter pada setting dan
environment yang telah tersedia.
Hasil compositing yang telah Penulis buat yaitu :
Gambar 4.14 Hasil Compositing Hutan Kayu dan Penebang Kayu
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
93
c. Hutan tropis
Pada setting hutan tropis ini, akan ditampilkan adegan awal yaitu di mana
Penebang kayu berjalan menyusuri sepanjang hutan ini menuju ke hutan
kayu untuk bekerja. Setting ini juga lah yang merupakan setting penutup
pada saat Penebang Kayu akan berjalan pulang. Unsur-unsur yang
terkandung dalam hutan tropis ini tentunya pohong, beberapa jenis
rumput, dan jenis tanaman sebagai ornamen pendukung.
Hasil sketsa yang Penulis buat :
Gambar 4.15 Sketsa Hutan Tropis
Dari hasil sketsa di atas, Penulis telah megubah hasil tersebut ke
dalam bentuk digital dengan menggunakan Adobe Illustrator.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
94
Hasil bentuk digital dari sketsa yang telah Penulis buat yaitu :
Gambar 4.16 Hasil Digital Hutan Tropis Versi 1
Kemudian, setelah selesai dengan proses digitalnya, Penulis mulai
melakukan compositing / menempatkan karakter pada setting dan
environment yang telah tersedia.
Hasil compositing yang telah Penulis buat yaitu :
Gambar 4.17 Hasil Compositing Penebang Kayu dan Hutan Tropis
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
95
Setting hutan tropis ini ditampilkan dalam 2 scene yang berbeda,
sebagai awal dan akhir. Pada saat awal, suasana pagi yang cerah,
sedangkan untuk yang versi kedua ditampilkan suasana sore yang
cenderung memiliki warna langit yang lebih gelap. Berikut merupakan
hasil digital dari setting hutan tropis versi kedua.
Gambar 4.18 Hasil Digital Hutan Tropis Versi 2
Kemudian, setelah selesai dengan proses digitalnya, Penulis mulai
melakukan compositing / menempatkan karakter pada setting dan
environment yang telah tersedia.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
96
Hasil compositing yang telah Penulis buat yaitu :
Gambar 4.19 Hasil Compositing Penebang Kayu dan Hutan Tropis Versi 2
4.2.4 Kata dan Balon Kata
Fungsi kata dalam digital story telling Penebang Kayu yang Jujur ini adalah
sebagai alat narasi dan juga digunakan untuk penulisan judul dan button. Fungsi
kata sebagai narasi di sini yaitu untuk membantu keadaan pada gambar, serta
sebagai instruksi dan petunjuk dalam mengikuti alur cerita. Balon kata terdiri dari
bidang kotak berwarna cokelat yang memiliki tekstur seperti kayu. Balon kata ini
akan muncul pada cover depan dan setiap scene sebagai latar belakang dari text
narasi. Jenis huruf yang digunakan yaitu sans serif, dengan memiliki karakter khas
komik. Untuk font judul dan button menggunakan font Anime Ace 2.0 BB,
sedangkan untuk narasinya menggunakan font Apple Casual. Untuk font Anime
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
97
Ace 2.0 BB dapat diunduh secara gratis pada www.dafont.com, sedangkan untuk
Apple Casual merupakan font standard yang terdapat pada sistem OS Macintosh.
Gambar 4.20 Kata dan Balon Kata
4.2.5 Button
Pada digital story telling ini terdapat beberapa fungsi button, yaitu button Start
untuk memulai digital story telling ini, button Exit untuk keluar, button Next
untuk melanjutkan ke adegan/scene selanjutnya, button Replay untuk memutar
kembali scene tersebut, serta button Sound on dan Sound off untuk memunculkan
suara narasi dan menghilangkannya. Button-button tersebut masing-masing
memiliki roll over dan juga sound effect sebagai pendukung dan pelengkapnya.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
98
Gambar 4.21 Button dan Rollover
4.2.6 Sound
Sound di dalam digital story telling ini merupakan salah faktor yang penting untuk
membantu mempertegas maksud dari cerita dan juga sebagai salah satu alat untuk
merelaksasikan anak sebelum tidur. Sound dibagi menjadi 3 yaitu background
song, suara narasi, dan sound effect. Untuk background song sendiri digunakan
lagu-lagu instrumental klasik dari Mozart, lagu ini akan berganti-ganti di setiap
scene, namun tetap dengan tema klasik yang menenangkan. Untuk suara narasi, di
sini Penulis memberikan alternatif pada para pengguna untuk menampilkannya
atau menghilangkannya dengan dibantu oleh button Sound On dan Sound Off.
Untuk sound effect sendiri, disesuaikan dengan kegiatan yang sedang berlangsung
pada suatu adegan agar lebih menambah kesan real dan mempertegas alur cerita,
misalnya pada saat adegan Penebang Kayu sedang berjalan, terdengarlah suara
langkah kaki sebagai pendukungnya.
4.3 Penerapan Multimedia dan Interaktivitas
Digital Story Telling Penebang Kayu yang Jujur ini merupakan linear media
design yang di dalamnya terdapat animasi, button, dan juga sound (baik
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
99
background song, sound effect, maupun narasi). Dalam menggabungkan elemen-
elemen tersebut maka digunakanlah media pemrograman Adobe Flash. Dalam
perancangannya, digital story telling ini dibuat secara sketsa manual-tradition
yang kemudian dipindah secara digita dengan menggunakan scanner, kemudian
dengan menggunakan program Adobe Illustrator dibuat ke dalam bentuk
vectornya, baru masuk ke dalam proses animasi dengan menggunakan Adobe
Flash. Ukuran yang digunakan yaitu 800 x 600 pixel. Untuk button sendiri
digunakan untuk mengawali adegan, melanjutkan, maupun mengakhiri program,
serta menampilkan ataupun menghilangkan suara narasi. Background song akan
dimainkan di setiap adegan yang ada, sedangkan untuk sound effect akan muncul
sebagai pendukung dari adegan yang sedang berlangsung. Untuk sound effect
dapat diunduh di www.sounddogs.com. Kata dan balon kata ditampilkan di setiap
adegan secara berurutan untuk mendukung aur cerita.
Suara di dalam digital story telling ini memegang peranan yang sangat
penting. Untuk background song sendiri digunakan lagu-lagu instrumental klasik
dari Mozart, lagu-lagu ini ditampilkan guna memberikan kenyamanan dan
ketenangan kepada anak sebelum tidur. Untuk suara narasi, di sini diperdengarkan
bersamaan dengan munculnya efek visual secara grafis dalam bentuk kata dan
balon kata. Namun, Penulis memberikan alternatif pada para pengguna untuk
menampilkannya atau menghilangkannya dengan dibantu oleh button Sound On
dan Sound Off. Untuk sound effect sendiri, akan disesuaikan dengan adegan yang
sedang berlangsung agar menimbulkan perasaan real kepada anak. Munculnya
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
100
efek suara sound ini diperdengarkan bersamaan dengan munculnya efek visual
secara grafis.
Dari segi narativitas, pada cover akan ditampilakan button Start dan Exit.
Button Start memiliki link ke scene 1, sedangkan button exit untuk mengakhiri
dari digital story telling ini. Sedagkan pada scene 1 awal akan ditampilkan button
Sound On dan Sound Off. Button Sound On di sini memiliki link untuk
menampilkan suara narasi, sedangkan button Sound Off untuk kembali
menghilangkan suara narasi tersebut. Pada bagian akhir Scene 1 akan muncul lagi
2 button yaitu button Replay dan button Next. Button Replay di sini berisi link
untuk mengulang kembali adegan pada scene 1 dari awal, sedangkan button Next
mengandung link untuk melanjutkan ke scene 2, begitu pula pada scene-scene
berikutnya akan muncul 4 button di atas (Sound On, Sound Off, Next, Replay)
sampai kepada scene terakhir setelah pembacaan moral selesai akan fade to black
dan stop (tidak kembali mengulang ke cover). Penulis sengaja untuk mengakhiri
digital story telling ini dengan fade to black dan stop agar anak tidak meminta
untuk kembali memutar digital story telling tersebut dan diharapkan segera tidur
usai menikmati digital story telling tersebut.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
101
Gambar 4.22 Cover Penebang Kayu yang Jujur
Interaksi dari digital story telling ini dirancang dengan menggunakan 5
elemen dasar yaitu konsistensi, intuitif, imersi, kebebasan dan juga physic (hukum
alam) . Dalam hal konsistensi, Penulis membuat kesamaan baik fungsi tombol
maupun peletakannya yang muncul dalam setiap scene baik tombol Sound On dan
Sound Off maupun tombol Next dan Replay seperti yang tampak pada gambar
4.23 di bawah ini.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
102
Gambar 4.23 Konsistensi Button
Imersi diterapkan pada saat terjadi perubahan sudut pandang antar tokoh.
Hal ini seakan-akan membawa anak-anak untuk lebih merasakan cerita dari
Penebang Kayu yang Jujur, juga menonjolkan ekspresi masing-masing tokohnya.
Gambar 4.23 merupakan contoh dari perubahan sudut pandang yang terdapat pada
digital story telling Penebang Kayu yang Jujur.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
103
Gambar 4.24 Perubahan Sudut Pandang
Sisi intuitif di sini diperlihatkan dalam bentuk tombol dan juga jalan cerita
yang dibimbing oleh teks narasi dalam balon kata pada setiap scene, di sini para
pengguna dapat memilih untuk mengaktifkan suara narasi atau tidak yang
sekaligus memberikan kebebasan bagi pengguna untuk sekedar mengarahkan atau
berlaku sebagai narator. Physic ditunjukkan dalam penggambaran adegan di tiap
gerakan animasi, misalkan seperti animasi berjalan, menangis, dll yang
disesuaikan dnegan pengalaman nyata pembaca.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
104
4.4 Penerapan Alur Interaktif
Alur interaktif yang digunakan dalam digital story telling Penebang Kayu yang
Jujur adalah alur maju (progresi). Alur maju merupakan sebuah alur yang
memiliki klimaks di akhir cerita, memiliki cerita yang berurutan sesuai dengan
urutan awal kejadian dari awal sampai akhir cerita, biasa disebut juga alur
kognitif. Tahapannya yaitu sebagai berikut : Awal – Permasalahan – Klimaks –
Antiklimas – Akhir.
Pada bagian awal, diceritakan mengenai seorang Penebang Kayu miskin
yang sedang berjalan menyusuri hutan untuk menuju ke hutan kayu tempatnya
bekerja. Cerita awal ini diceritakan pada scene 1 dan 2. Seusai bekerja, sang
Penebang Kayu memutuskan untuk beristirahat sejenak di tepi danau, namun
ketika ia terbangun tanpa sengaja kapaknya terjatuh dalam danau. Bagian ini
merupakan bagian permasalahan yang terdapat pada scene 3. Penebang Kayu pun
amat bersedih, ia pun berlutut di tepi danau memohon agar kapaknya bisa
kembali. Tiba-tiba muncullah seorang Peri dari dalam danau tersebut dan
menawarkan bantuan kepada Penebang Kayu. Adegan ini terdapat pada scene 4
dan 5. Setelah Penebang kayu menceritakan masalah kapaknya kepada sang Peri,
Peri pun masuk ke dalam danau untuk mencari kapak milik Penebang Kayu.
Adegan ini terdapat pada scene 6. Adegan selanjutnya yaitu pertama-tama Peri
keluar dengan membawa kapak emas, ia pun menanyakan apakah kapak emas itu
milik Penebang Kayu, Penebang Kayu pun menolak, kemudian yang kedua Peri
muncul kembali dengan membawa Kapak Perak dan menanyakannya lagi kepada
Penebang Kayu apakah Kapak Perak itu miliknya, karena merasa kedua kapak itu
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
105
terlalu bagus dan memang bukan miliknya maka Penebang Kayu pun menolak.
Klimaksnya terjadi pada saat sang Peri berhasil menemukan kapak tua milik
Penebang Kayu tersebut, Penebang Kayu itu pun tentunya sangat bersuka ria
mengetahui kapaknya ditemukan. Cerita ini terdapat pada scene 7 dan 8. Anti
klimaks terjadi pada saat sang Peri terharu melihat kejujuran dari Penebang Kayu
tersebut hingga akhirnya ia pun menghadiahkan Penebang Kayu ketiga kapak itu
sekaligus. Cerita ini tergambar pada scene 9. Sedangkan bagian penutup dari
cerita terdapat pada scene 10, di mana di sana digambarkan sosok Penebang Kayu
dengan membawa ketiga kapaknya sedang perjalanan menuju ke rumahnya.
Selanjutnya, diisi denggan pesan moral dan juga ucapan selamat tidur kepada
anak-anak dan layar pun fade to black menandakan berakhirnya digital story
telling tersebut.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
106
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
107
Gambar 4.25 Gambaran Alur Interaktif Penebang Kayu yang Jujur
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
108
4.5 Keunggulan Digital Story Telling
Digital story telling atau dongeng versi digital ini memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dongeng-dongeng cetak antara lain :
1. Digital story telling lebih menghemat ruangan atau space.
Karena bersifat digital, tentunya digital story telling ini tidak memakan ruang
yang besar seperti halnya buku dongeng cetak akan membutuhkan ruangan yang
lebih ketika jumlahnya bertambah. Digital story telling ini disimpan dalam bentuk
digital, di mana penggunaannya ditujukan pada pengguna tablet PC. Banyaknya
data yang dapat disimpan tentunya tergantung pada kapasistas memori dari tablet
PC tersebut.
2. Sebagai salah satu aktivitas pengantar tidur anak
Digital story telling ini dibuat dengan konsep sebagai pengantar tidur bagi anak,
hal ini dapat dilihat baik secara visual grafisnya maupun dari lagu-lagu instrumen
yang dipilih. Transisinya pun sengaja dibuat dengan teknik fade in - fade out
dengan perlahan agar lebih mendukung tempo alunan dari cerita itu sendiri. Pada
bagian akhir, layar akan berakhir dengan teknik fade to black. Hal ini sengaja
dilakukan agar fokus anak tidak teralihkan dengan visual-visual lainnya dan bisa
segera tidur.
3. Berbentuk linear media design
Digital story telling ini tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan buku
dongeng cetak biasa karena di dalamnya dapat mengandung suara, gerakan
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
109
animasi, dan juga pembacaan narasi sehingga anak akan lebih berminat dan
mampu memahami isi cerita yang ingin disampaikan dengan baik. Sengaja dibuat
dalam bentuk linear media design, agar peran anak di sini hanya menonton saja,
tanpa memainkannya, sehingga anak bisa lebih rileks dan cepat tidur.
4. Proses pembuatan lebih cepat dan efisien
Proses pembuatan digital story telling cenderung lebih cepat dibandingkan dengan
dongeng cetak, dapat dilihat dari proses awal sketsa awal hingga tahap
pendistribusian yang tentunya tidak melalui proses percetakan dan proses
pedistribusiannya pun cenderung lebih mudah dan tidak membutuhkan banyak
biaya.
5. Proses pendistribusiannya lebih luas dan cepat
Melihat dari bentuknya yang digital dan melihat dair perkembangan teknologi
yang cukup pesat, pada proses pendistrisibusiannya pun dapat memanfaatkan
media internet yang tentunya memiliki jangkauan yang luas. Cukup dengan
memberikan screen shoot atau teaser pada sejumlah blog atau dengan cara upload
ke media jejaring sosial dapat dijadikan sebagai media pendistrisibusian yang
efektif dan hemat biaya.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013
110
4.6 Eksekusi Hasil Karya
Beberapa kemungkinan eksekusi yang telah dipikirkan oleh Penulis terhadap
karya antara lain :
1. Merilis teaser via YouTube dan menyebarkan link melalui jejaring
sosial seperti Facebook, Twitter, Kaskus, blog, forum dan media
online lainnya. Digital story telling dijual dalam bentuk digital di
store online seperti Google Play, iStore, Android Market, dll.
2. Membuat sebuah blog ataupun sebuah situs resmi untuk pengenalan
lebih lanjut mengenai digital story telling yang telah dibuat, serta
bagaiman cara membelinya.
Resiko pembajakan merupakan resiko terbesar yang kelak dihadapi para
pekerja industri kreatif, termasuk dalam perancangan digital story telling ini.
Namun hal itu tidak terus menghambat kreatifitas para pekerja seni untuk terus
berkaya. Salah satu cara untuk mengatasinya misalkan dengan memberikan suatu
bonus menarik bagi mereka yang mendownloadnya secara resmi seperti misalnya
booklet, artbook, merchandise, poster, wallpaper untuk tablet PC mereka ataupun
themes yang unik.
Perancangan Digital..., Cecilia Samsudin, FSD UMN, 2013