40005063-anak-cmv.doc

20
LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SITOMEGALO VIRUS (CMV) A. DEFINISI Citomegalovyrus (CMV) adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan tubuh lemah. Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai virus paradoks karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Pada awal infeksi, CMV aktif menggandakan diri. Sebagai respon, system kekebalan tubuh akan berusaha mengatasi kondisi tersebut, sehingga setelah beberapa waktu virus akan menetap dalam cairan tubuh penderita seperti darah, air liur, urin, sperma, lendir vagina, ASI, dan sebagainya. Penularan CMV dapat terjadi karena kontak langsung dengan sumber infeksi tersebut, dan bukan melalui makanan, minuman atau dengan perantaraan binatang. Cytomegalovirus juga jarang ditemukan pada trasfusi darah. B. KLASIFIKASI

Upload: nur-annisa-fitri

Post on 30-Sep-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SITOMEGALO VIRUS (CMV)

A. DEFINISI

Citomegalovyrus (CMV) adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan tubuh lemah. Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai virus paradoks karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya.

Pada awal infeksi, CMV aktif menggandakan diri. Sebagai respon, system kekebalan tubuh akan berusaha mengatasi kondisi tersebut, sehingga setelah beberapa waktu virus akan menetap dalam cairan tubuh penderita seperti darah, air liur, urin, sperma, lendir vagina, ASI, dan sebagainya. Penularan CMV dapat terjadi karena kontak langsung dengan sumber infeksi tersebut, dan bukan melalui makanan, minuman atau dengan perantaraan binatang. Cytomegalovirus juga jarang ditemukan pada trasfusi darah.B. KLASIFIKASI

CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan hamper semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:

1. CMV nefritis( ginjal).

2. CMV hepatitis( hati).

3. CMV myocarditis( jantung).

4. CMV pneumonitis( paru-paru).

5. CMV retinitis( mata).

6. CMV gastritis( lambung).

7. CMV colitis( usus).

8. CMV encephalitis( otak).

C. ETIOLOGI

Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi yang lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi sito megalik.

2. Akut-didapat: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip dengan mononucleosis( malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam petekia, gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada anak-anak yang masih kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.

3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ. Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang kadang-kadang fatal. Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan reaktivasi virus.

D. PATOFISIOLOGI

Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di amerika utara. CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah enyakit ini.

Ada 3 jenis CMV:

1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi yang lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi sito megalik.

2. Akut-didapat: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip dengan mononucleosis( malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam petekia, gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada anak-anak yang masih kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.

3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ. Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang kadang-kadang fatal. Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan reaktivasi virus.

E. MANIFESTASI KLINIS

Pada periode bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi sitomegalovirus biasanya bersifat asimtomatik. Awitan infeksi yang didapat secara congenital dapat terjadi segera setelah lahir atau sampai berusia 12 minggu.

Tidak ada indicator yang dapat diramalkan, tetapi sering dijumpai gejala-gejala berikut ini:

1. Petekia dan ekimosis.

2. Hepatosplenomegali.

3. Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.

4. Mikrosefali dengan kalsifikasi periventrikular.

5. Retardasi pertumbuhan intrauterine.

6. Prematuritas.

7. Ukuran kecil menurut usia kehamilan.

Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:

1. Purpura.

2. Hilang pendengaran.

3. Korioretinitis; buta.

4. Demam.

5. Pneumonia.

6. Takipnea dan dispnea.

7. Kerusakan otak.

E. KOMPLIKASI

1. Kehilangan pendengaran yang bervariasi.

2. IQ rendah.

3. Gangguan penglihatan.

4. Mikrosefali.

5. Gangguan sensorineural.F. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK

1. Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.

2. Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk melihat vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya iklusi intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi congenital harus dilakukan dalam 3 minggu pertama dari kehidupan).

3. Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-laia( toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes[TORCH])-digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.

4. Uji serologis

a. Titer antibody IgG dan IgM( IgM yang meningkat mengindikasikan pajanan terhadap virus; IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan infeksi yang didapat pada masa prenatal; IgG maternital negative dan IgG neonatal positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat pascanatal.

b. Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)

5. Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan maksud mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.

G. PENATALAKSANAAN

Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala(misalnya: penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan). Ada bukti bahwa globulin imun-CMV yang diberikan melalui IV bersama obat gansiklovir dapat mengurangi beratnya infeksi pada individu dengan system imun yang buruk (mekanisme imunologiknya kurang/terganggu). Vaksin CMV hidup sedang diuji coba pada pasien transplantasi ginjal. Kemoterap ember sedikit harapan, tetapi toksisitas dan imunosupresi akibat dari pengobatan ini meningkatkan kekhawatiran jika digunakan pada bayi baru lahir. Dalam penatalaksanaannya tidak diperlukan tindakan kewaspadaan khusus, tetapi perawat harus tetap memakai sarung tangan, melakukan teknik mencuci tangan yang baik dan menggunakan tidakan kewaspadaan umum.

H. PATHWAY KEPERAWATAN

Sumber: 1.Cecily Betz, 2002.

2.Nanda, 2002.ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CMV

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Riwayat Kesehatan

Hal-hal yang perlu ditanyakan/yang bias ditemukan:

a.Adanya riwayat tranfusi. b.Adanya riwayat transplantasi organ.

c.Ibu pasien penderita infeksi CMV.

d.Suami/istri penderita CMV

2. Pemeriksaan fisik

a.TTV : Suhu( demam), pernapasan( takipnea, dispnea), tekanan darah, nadi.

b.Kulit : Petekia dan ekimosis, lesi berwarna ungu disebabkan oleh eritripoiesis kulit.

c.Penurunan berat badan.

3. Pemeriksaan Penunjang

a.Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.

b.Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk melihat vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya iklusi intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi congenital harus dilakukan dalam 3 minggu pertama dari kehidupan).

c.Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-laia( toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes[TORCH])-digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.

d.Uji serologis

1) Titer antibody IgG dan IgM( IgM yang meningkat mengindikasikan pajanan terhadap virus; IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan infeksi yang didapat pada masa prenatal; IgG maternital negative dan IgG neonatal positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat pascanatal.

2) Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)

e.Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan maksud mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan NANDA( 2002), maka didapatkan diagnose keperawatan CMV sebagai berikut:1. Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis penyakit.

2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan memasukkan zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis: mual dan muntah.

4. Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.

5. Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan paparan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Berdasarkan Marion Johnson,dkk( 2000) dan Joanne C. McCloskey, dkk( 1996), maka didapatkan intervensi keperawatan CMV sebagai berikut:1. Dx I : Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis penyakit.

NOC : Pengendalian infeksi

Kriteria hasil: a. Memonitor faktor resiko lingkungan dan perilaku seseorang.5

b. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko.5

c. Terbebas dari tanda/ gejala infeksi.5

Skala : 1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Selalu

NIC : Kontrol Infeksi

a. Pertahankan lingkungan aseptis selama pemasangan alat.

b. Tingkatkan intake nutrisi.

c. Berikan terapi antibiotic bila perlu.

d. Pertahankan teknik isolasi.

e. Batasi pengunjung bila perlu.

2. Dx II: Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas.

NOC : Respiratory Status : Ventilation

Kriteria hasil: a. Ekspansi dada simetris 5

b. Napas pendek tidak ada 5

c. Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas 5

Skala : 1. Tidak pernah menunjukkan

2. Jarang menunjukkan

3. Kadang menunjukkan

4. Sering menunjukkan

5. Selalu menunjukkan

NIC : Respiratory Monitoring

a.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

b.Lakukan fisioterapi dada jika perlu.

c.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tabahan.

d.Monitoring respirasi dan status oksigen.

e.Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.

3. DxIII: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmamuan memasukkan zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis : mual dan muntah.

NOC : Nutrirional Status

Kriteria hasil: a.Makanan oral dan nutrisi parenteral5

b.Asupan cairan oral atau IV5

Skala : 1. Tidak adekuat

2. Ringan

3. Sedang

4. Kuat

5. Adekuat total

NIC : Nutririon Management

a. Kaji adanya alergi makanan.

b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

c. Berikan substansi gula.

d. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).

e. Monitor jumlah nutrisi tentang kebutuhan kalori.

4. DxIV: Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.

NOC : Thermoregulation

Kriteria hasil: a. Suhu tubuh dalam rentang normal5

b. Nadi dan RR dalam rentang normal5

Skala : 1. Tidak pernah menunjukkan

2. Jarang menunjukkan

3. Kadang menunjukkan

4. Sering menunjukkan

5. Selalu menunjukkan

NIC : Fever Treatment

a. Monitor suhu sesering mungkin.

b. Monitor tekanan darah, nadi, dan RR.

c. Monitor intake dan output.

d. Berikan antipiretik.

e. Kolaboras pemberian cairan intravena.

5. Dx V: Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan paparan.

NOC : Knowledge : Disease Process

Kriteria Hasil : a.Mendeskripsikan proses penyakit5

b.Mendeskripsikan factor penyebab5

c.Mendeskripsikan factor resiko5

d.Mendeskripsikan tanda dan gejala5Skala : 1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Selalu

NIC : Teaching : Disease process

a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien( keluarga) tentang proses penyakit yang spesifik.

b. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.

c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang benar.

d. Sediakan bagi keluarga atau informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat.

e. Sediakan informasi pada pasien( keluarga) tentang kondisi dengan cara yang tepat.D. EVALUASI KEPERAWATAN

1.Dx I : Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis penyakit.

Kriteria hasil: a.Memonitor faktor resiko lingkungan dan perilaku seseorang. 5

b.Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko. 5

c.Terbebas dari tanda/ gejala infeksi. 5 2.Dx II: Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas.

Kriteria hasil: a.Ekspansi dada simetris 5

b.Napas pendek tidak ada 5

c.Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas 5

3.DxIII: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmamuan memasukkan zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis : mual dan muntah.

Kriteria hasil: a.Makanan oral dan nutrisi parenteral5

b.Asupan cairan oral atau IV5

4.DxIV: Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.

Kriteria hasil: a.Suhu tubuh dalam rentang normal5

b.Nadi dan RR dalam rentang normal5

5.Dx V: Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan paparan.

Kriteria hasil : a.Mendeskripsikan proses penyakit5

b.Mendeskripsikan factor penyebab5

c.Mendeskripsikan factor resiko5

d.Mendeskripsikan tanda dan gejala 5

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L.2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC

Gordon Et All. 2002. NANDA Nursing Diagnoses Definition and Classification (NIC),

Second Edition. USA: Mosby

Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes

Classification (NOC), Second Edition. USA: Mosby

McCloskey, Joanne C. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention

Classification (NIC), Second Edition. USA: Mosbyhttp://www. Spiritia.or.id

http://www. Roche. Com

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

SITOMEGALO VIRUS(CMV)

Disusun oleh:

Bangkit Aji Sahertian

P10220206003

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO

2008

Kongenital

Tranfusi

Tranplantasi organ

Penurunan sistem imun

CMV

Infeksi pada sistem cerna( lambung/ usus)

Mual dan muntah

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Demam

Hipertermi

Infeksi pada paru-paru

Suplai oksigen tidak adekuat

Sesak dan batuk

Pola nafas tidak efektif

Penurunan energi dalam bernapas

Resiko tinggi infeksi

Kurang pengetahuan