4. pengolahan dan analisis data supplier pengecekan ... · berita acara serah terima barang berita...
TRANSCRIPT
10 Universitas Kristen Petra
4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4.1. Gambaran Umum Logistik Barang Non-Elektronik Saat Ini
Logistik untuk barang-barang non-elektronik yang ada di Universitas
Kristen Petra dapat dibagi menjadi dua, yaitu logistik untuk barang stok dan
barang non-stok. Logistik barang non-elektronik non-stok dimulai dari proses
pengadaan barang, pendistribusian, pemeliharaan dan disposisi. Sedangkan,
barang yang distok ada proses penyimpanan sebelum pendistribusian.
Alur informasi dalam proses logistik yang ada di Universitas Kristen
Petra menggunakan form dan database. Dalam setiap proses menggunakan form
sebagai bentuk tertulis transaksi yang berlangsung. Berikut ini adalah gambaran
umum alur informasi logistik barang non-elektronik:
Sistem
Logistik Supplier
Unit Akademik/
Unit Pendukung
Unit Perbekalan
dan Pengadaan
Form Permintaan Barang
Form Permintaan Barang
Purchase Order
Purchase Order
Surat Jalan
Laporan Penerimaan Barang
Berita Acara Serah Terima Barang
Berita Acara Serah Terima Barang
UPPK
Laporan kerusakan
Laporan Kerusakan
Form Kendali Operasional
Pengecekan inventaris
Pengecekan mebel
Data inventaris
Pelaporan pemindahan inventaris
Gambar 4.1. Aliran Informasi Secara Umum Logistik Barang Non-Elektronik
Logistik barang non-elektronik di Universitas Kristen Petra yang
menggunakan form dan database adalah pada proses pengadaan, distribusi,
pemeliharaan, dan disposisi. Berikut ini adalah gambaran jelas alur informasi
yang digunakan dalam setiap aktivitas logistik yang ada:
11 Universitas Kristen Petra
Unit Perbekalan
dan Pengadaan
Supplier
UPPK
1. Proses
Pengadaan
3. Proses
Pemeliharaan
2. Proses
Distribusi
4. Proses
Disposisi
Purchase Order
Surat Jalan
Unit Akademik/
Unit Pendukung
Form Permintaan Barang
Form Permintaan Barang
Purchase Order
Berita Acara Serah Terima Barang
Berita Acara Serah Terima Barang
Data inventaris
Pengecekan inventaris
Pelaporan Pemindahan Barang Inventaris
Penyerahan
Barang
Pelaporan Kerusakan
Pengecekan mebel
Form Kendali Operasional
Pelaporan Kerusakan
Gambar 4.2. Aliran Informasi tiap Proses Barang Non-elektronik
Penjelasan detail aliran informasi dan barang non-elektronik akan
dijelaskan lebih lanjut pada sub bab selanjutnya.
4.1.1. Proses Pengadaan Barang Non-Elektronik
Unit yang mengelola pengadaan barang non-elektronik ada 2, yaitu Unit
Perbekalan dan Pengadaan serta Perpustakaan. Barang non-elektronik yang
dikelola oleh Unit Perbekalan dan Pengadaan adalah mebel, Alat Tulis
Kantor/ATK (Lampiran 1), dan perlengkapan gedung. Sedangkan, yang dikelola
perpustakaan adalah berbagai jenis koleksi media, diantaranya buku, jurnal,
majalah, koran, laporan-laporan tugas akhir, laporan kerja praktek, dan compact
disc (CD).
4.1.1.1. Proses Pengadaan Barang Non-Elektronik oleh Unit Perbekalan dan
Pengadaan
Pengadaan barang non-elektronik yang dikelola oleh Unit Perbekalan
dan Pengadaan dibedakan 2, yaitu rutin dan tidak rutin. Barang non-elektronik
rutin adalah barang yang membutuhkan dana kecil dan tidak tercatat sebagai
12 Universitas Kristen Petra
inventaris, termasuk di dalamnya adalah barang stok, contohnya ATK. Barang
tidak rutin adalah barang yang membutuhkan dana besar dan tercatat sebagai
inventaris, contohnya mebel.
Proses pengadaan barang non-elektronik rutin dimulai dari permintaan
barang dari unit pengguna. Permintaan barang dilakukan dengan mengisi form
permintaan barang melalui website Unit Perbekalan dan Pengadaan. Form
permintaan barang tersebut dicetak dan ditandatangani kepala unit pengguna,
kemudian dikirimkan ke bagian pembelian di Unit Perbekalan dan Pengadaan.
Bagian pembelian melakukan penawaran kepada beberapa supplier dan memilih
satu supplier yang dapat memberikan penawaran harga paling murah. Unit
Perbekalan dan Pengadaan memberikan Purchase Order (PO) kepada supplier.
Tiga hari kemudian supplier mengirimkan barang ke Unit Perbekalan dan
Pengadaan dengan menyertakan surat jalan. Unit Perbekalan dan Pengadaan
mengecek spesifikasi dan jumlah barang. Spesifikasi dan jumlah barang jika
sudah sesuai, Unit Perbekalan akan memberikan laporan penerimaan barang.
Setelah itu, Unit Perbekalan dan Pengadaan dibantu oleh supplier akan
mengirimkan barang ke unit dengan menyertakan berita acara serah terima
barang.
Proses pengadaan barang non-elektronik tidak rutin dimulai dengan unit-
unit mengajukan barang apa yang dibutuhkan kepada tim tender pada waktu tahun
anggaran. Tim tender memilih salah satu supplier yang dapat memberikan harga
termurah. Berkas hasil tender diberikan kepada Unit Perbekalan dan Pengadaan.
Unit Perbekalan dan Pengadaan memberikan PO kepada supplier yang telah
dipilih. Proses selanjutnya sama dengan pengadaan barang non-elektronik rutin.
Form yang digunakan dalam proses pengadaan barang non-elektronik terdapat
pada Lampiran 2. SOP pengadaan barang non-elektronik secara terperinci
disajikan pada Lampiran 3.
4.1.1.2. Proses Pengadaan Barang Non-Elektronik oleh Perpustakaan
Proses pengadaan koleksi media di Universitas Kristen Petra dilakukan
oleh bagian pengadaan perpustakaan. Pengadaan koleksi bisa dilakukan dengan
cara membeli, sumbangan, wajib serah, titipan dari dosen dan juga tukar-menukar.
13 Universitas Kristen Petra
Koleksi yang dibeli oleh perpustakaan biasanya didasarkan masukan dari dosen
atau penawaran yang diajukan oleh penerbit.
Penerbit memberikan daftar koleksi baru kepada perpustakaan. Bagian
pengadaan akan memilih koleksi yang akan dibeli. Daftar koleksi yang dibeli
diberikan kepada penerbit beserta dengan PO. Penerbit mengirimkan koleksi dan
bagian pengadaan akan melakukan pengecekan. Bagian pengadaan memasukkan
identitas dari koleksi dalam database inventory. Mahasiswa Paruh Waktu (MPW)
mmberikan stempel pada koleksi tersebut. Bagian pengadaan melakukan
pengecekan ulang dan memberikan nomer induk. Setelah proses tersebut selesai,
bagian pengadaan menyerahkan koleksi tersebut kepada bagian pengolahan.
Bagian pengolahan mengisi form identitas koleksi untuk digital iSPEKTRA dan
melakukan proses akhir, yaitu pemberian label dan penyampulan. Koleksi yang
sudah selesai diberikan kepada bagian sirkulasi, dimana untuk buku biasanya akan
diletakkan dalam rak pameran terlebih dahulu sebelum diletakkan pada rak buku.
Pengadaan koleksi usulan dosen berawal dari dosen mengisi form
pengajuan pembelian koleksi. Bagian pengadaan mengkonfirmasi kepada penerbit
atau toko buku apakah buku tersebut ada. Jika ada, maka bagian pengadaan
membuat PO kepada penerbit. Proses selanjutnya sama dengan pengadaan koleksi
dari penawaran penerbit. SOP pengadaan koleksi oleh perpustakaan tersaji pada
Lampiran 4 dan Lampiran 5. Form pengajuan koleksi terlampir pada Lampiran 6.
4.1.2. Proses Pendistribusian Barang Non-elektronik
Barang non-elektronik yang didistribusikan ke unit-unit dibedakan
menjadi 2 yaitu stok dan non-stok. Pendistribusian barang non-elektronik yang
distok dilakukan oleh gudang ATK dan UPPK. Sedangkan, non-stok dikelola oleh
Unit Perbekalan dan Pengadaan.
4.1.2.1. Proses Pendistribusian Barang Non-Elektronik Stok
Proses pendistribusian ATK dimulai dari permintaan yang dilakukan
oleh unit-unit yang ada. Permintaan yang dilakukan oleh unit dilakukan melalui
website khusus yang disediakan oleh gudang ATK. Form permintaan barang
tersebut kemudian harus dicetak dan ditandatangani oleh kepala unit. Petugas unit
14 Universitas Kristen Petra
kemudian memberikan form permintaan kepada petugas gudang ATK. Petugas di
gudang ATK menyiapkan barang-barang yang diminta tersebut dan juga
menandatangani form tersebut. Petugas unit perlu mengecek jumlah barang yang
diminta dan jika sudah sesuai petugas membawa barang tersebut. Gambaran
proses pendistribusian ATK disajikan dalam Lampiran 10.
Barang-barang non-elektronik yang dikelola oleh UPPK proses
pendistribusiannya juga hampir sama dengan pendistribusian dari ATK.
Permintaan barang-barang non-elektronik yang dikelola oleh UPPK dimulai dari
adanya pelaporan kerusakan barang-barang non-elektronik yang ada. Jadi,
nantinya teknisi atau rekanan yang melakukan perbaikan akan melakukan
permintaan spare part kepada gudang UPPK. Permintaan barang-barang dari unit
dilakukan dengan pengisian bon barang yang kemudian bon barang tersebut
diberikan kepada UPPK. Pihak UPPK akan mengambil barang sesuai permintaan
dan juga mencatat pada kartu stok barang mereka. Contoh bon barang yang
digunakan ada pada Lampiran 11. SOP proses pendistribusian barang oleh UPPK
disajikan dalam Lampiran 12.
4.1.2.2. Proses Pendistribusian Barang Non-Elektronik Non-Stok
Proses pendistribusian barang non-stok ke unit dilakukan oleh Unit
Perbekalan dan Pengadaan, dengan bantuan dari supplier jika barang ukurannya
besar. Barang yang ukurannya kecil, Unit Perbekalan dan Pengadaan akan
mengirimkan sendiri ke unit setelah menerima barang dari supplier.
Barang-barang yang termasuk barang inventaris kampus maka perlu
adanya pencatatan terlebih dahulu sebelum didistribusikan. Sebelum
mendistribusikan maka Unit Perbekalan dan Pengadaan bagian inventaris
memberikan kode barang dalam bentuk barcode di setiap jenis barang. Selain
memberikan kode barang, bagian inventaris juga mencatat dalam database yang
ada. Pencatatan tersebut meliputi kode barang dan ruangan barang tersebut
diletakkan.
15 Universitas Kristen Petra
4.1.3. Proses Penyimpanan Barang Non-elektronik
Proses penyimpanan barang-barang non-elektronik dilakukan untuk
barang-barang stok. Penyimpanan barang non-elektronik stok dilakukan oleh 3
(tiga) unit, yaitu gudang ATK, gudang UPPK dan perpustakaan.
Penyimpanan barang non-elektronik oleh gudang UPPK dikelola oleh 1
(satu) orang petugas gudang. Petugas gudang bertanggungjawab dalam
penyimpanan dan perawatan. Kontrol terhadap barang-barang yang ada di gudang
UPPK dilakukan dengan mencatat setiap keluar masuknya barang dalam kartu
stok. Contoh kartu stok yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 7. Stok
opnam dilakukan setiap tiga bulan sekali oleh petugas gudang UPPK.
Penyimpanan barang-barang ATK dikelola oleh 1 (satu) orang petugas
gudang ATK. Petugas gudang selalu mencatat keluar masuknya barang dalam
kartu stok. Contoh dari kartu stok yang digunakan tersaji pada Lampiran 8.
Banyaknya barang yang ada di gudang ATK, memerlukan kontrol dengan baik
agar tidak terjadi kehilangan. Oleh karena itu, petugas gudang setiap bulannya
melakukan proses stok opnam. Penataan barang-barang yang ada di gudang ATK
dapat dilihat pada lampiran 9.
Penyimpanan untuk koleksi media dilakukan di perpustakaan, Pusat
Konseling, ILC, S2, SDF, Laboratorium Pasar Modal. Penyimpanan buku-buku di
perpustakaan dipusatkan pada lantai 6 dan 7, penyimpanan CD dipusatkan di
lantai 5, penyimpanan laporan tugas akhir, majalah, dan jurnal dipusatkan pada
lantai 8, penyimpanan laporan kerja praktek dan koran dipusatkan pada lantai 6.
4.1.4. Pemeliharaan Barang Non-elektronik
Barang non-elektronik non-stok yang dipelihara hanya barang-barang
yang tercatat sebagai inventaris kampus, yaitu barang-barang mebel. Administrasi
dari pemeliharaan dilakukan dengan pencatatan keberadaan barang dan stok
opnam. Bagian inventaris mencatat setiap barang yang tercatat sebagai inventaris
dalam database. Pada barang tersebut diberikan barcode untuk mempermudah
bagian inventaris memantau keberadaan barang. Setiap terjadi pemindahan barang
unit harus menginformasikan kepada bagian inventaris untuk memperbaharui data
inventaris. Stok opnam dilakukan oleh bagian inventaris setiap tahun, dan proses
16 Universitas Kristen Petra
stok opnam biasanya memakan waktu 3-4 bulan. SOP stok opnam barang
inventaris terlampir pada Lampiran 13.
Pemeliharaan mebel selama ini dilakukan oleh petugas UPPK pada
setiap liburan semester. Pemeliharaan mebel dilakukan dengan mengecek kondisi
barang dan juga membersihkannya. Selain pada mebel, juga dilakukan
pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sekali setahun. Pemeliharaan
APAR dilakukan dengan melakukan pengecekan meliputi, tanggal berlaku dan
indikasi tekanan. Apabila indikasi tekanan dari APAR rendah maka dilakukan
pengisian yang diserahkan kepada pihak rekanan.
Pemeliharaan koleksi media dilakukan oleh petugas perpustakaan
dengan proses stok opnam. Proses stok opnam di perpustakaan dilakukan dalam
beberapa tahap, tahap pertama adalah semua buku yang ada di masukkan di dalam
program sehingga dapat diketahui buku-buku yang sebenarnya dalam database
ada tetapi dalam kenyataan buku tersebut tidak ada. Tahap berikutnya
perpustakaan akan mencetak daftar buku-buku yang tidak ada. Tahap ketiga
petugas akan mengecek langsung ke lapangan untuk mencari buku tersebut.
Tahap keempat jika buku-buku tersebut tidak ditemukan maka akan diputihkan.
Penyimpanan koleksi media tidak hanya di perpustakaan saja tetapi ada di
beberapa unit lain seperti di pusat konseling. Koleksi media yang ada di unit-unit
tersebut juga melakukan proses stok opnam yang sama dengan perpustakaan.
4.1.5. Proses Disposisi Barang Non-Elektronik
Proses penanganan terhadap barang non-elektronik yang rusak atau
sudah tidak dipakai lagi sebagian besar dikelola oleh UPPK. Koleksi media
ditangani oleh perpustakaan.
4.1.5.1. Proses Disposisi Barang Non-Elektronik yang Dikelola oleh UPPK
Proses disposisi oleh UPPK meliputi barang rusak dan barang habis
masa pakai. Barang rusak dapat diketahui dari 2 cara, yaitu dari stok
opnam/pengecekan dan hasil pelaporan dari pengguna. Sebelum melakukan
disposisi petugas UPPK melakukan pengecekan terhadap kerusakan barang
tersebut, apakah masih bisa diperbaiki atau tidak. Jika masih bisa diperbaiki,
17 Universitas Kristen Petra
petugas membedakan lagi apakah kerusakan tersebut dapat diperbaiki sendiri oleh
teknisi atau tidak. Apabila tidak bisa, maka diberikan kepada rekanan. UPPK
membuat Form Kendali Operasional (FKO) dan menyerahkan kepada pihak
rekanan. Pihak rekanan memperbaiki dan menyerahkan barang yang telah
diperbaiki kepada UPPK. UPPK mengembalikan barang tersebut kepada unit
yang meminta perbaikan barang. Unit terkait harus menandatangani FKO jika
telah menerima barang yang telah diperbaiki. Namun, jika barang tidak bisa
diperbaiki maka akan diberikan barang pengganti yang ada di gudang. Pihak
UPPK juga melaporkan kepada bagian inventaris adanya pemindahan barang dari
gudang ke unit dengan menggunakan form mutasi. Proses secara detail terlampir
dalam Lampiran 14. FKO dan form mutasi terdapat pada Lampiran 15.
Barang-barang non-elektronik khususnya mebel biasanya mempunyai
masa pakai, setiap 3 (tiga) tahun akan diganti dengan mebel yang baru. Setelah
dilakukan penggantian, maka mebel lama akan diajukan kepada yayasan untuk
dihapuskan. Proses pengajuan kepada yayasan biasanya membutuhkan waktu
lama oleh karena itu mebel-mebel tersebut disimpan sementara di gudang UPPK.
4.1.5.2. Proses Disposisi Barang Non-Elektronik yang Dikelola oleh
Perpustakaan
Proses disposisi di perpustakaan meliputi penanganan kerusakan koleksi
dan proses penanganan terhadap koleksi yang sudah mengalami penurunan daya
guna.
Koleksi rusak biasanya ditemukan oleh bagian sirkulasi. MPW bagian
sirkulasi akan melakukan update data pada iSPEKTRA dan memberikan
keterangan koleksi menjadi “under maintenance”. MPW bagian sirkulasi
mencetak daftar koleksi yang rusak dan menyerahkannya pada bagian
pengolahan. Bagian pengolahan yang memperbaiki koleksi yang rusak tersebut.
Setelah itu, melakukan entry data untuk memberi tanda “done” dan kemudian
mengirimkannya ke bagian sirkulasi. Proses perbaikan koleksi rusak ini dilakukan
setiap hari Sabtu dengan menggunakan jam lembur.
Perpustakaan melakukan penyiangan terhadap buku yang telah
mengalami penurunan daya guna. Proses penyiangan buku dilakukan oleh
18 Universitas Kristen Petra
perpustakaan dengan bantuan dari dosen-dosen. Dosen yang diutus oleh jurusan
menyeleksi buku yang tidak digunakan lagi. Setelah dilakukan seleksi, maka buku
dimasukkan ke dalam gudang. Proses selanjutnya adalah perpustakaan
mengajukan proses penghapusan barang kepada yayasan. Perpustakaan harus
menunggu keputusan dari yayasan untuk proses penanganan selanjutnya. SOP
penyiangan buku terlampir pada Lampiran 16.
Koran-koran yang sudah tidak dipakai juga dilakukan penanganan oleh
perpustakaan. Koran-koran yang ada akan dikumpulkan oleh perpustakaan selama
3 bulan. Setelah terkumpul selama 3 bulan, koran tersebut akan dijual. Uang hasil
penjualan diberikan kepada yayasan.
4.2. Analisa Kelemahan dan Usulan Proses Logistik Barang Non-Elektronik
Setelah mengetahui sistem logistik barang non-elektronik yang saat ini
ada di Universitas Kristen Petra, proses selanjutnya adalah melakukan identifikasi
kelemahan berdasarkan waste yang terjadi dalam setiap proses logistik yang ada
dan usulan untuk mengurangi waste tersebut.
4.2.1. Analisa Kelemahan dan Usulan Proses Pengadaan Barang Non-
Elektronik
Kelemahan dan waste yang terjadi dalam proses pengadaan barang non-
elektronik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Analisa Pengadaan Barang Non-Elektronik
Waste Kelemahan
Unit
Perbekalan
dan
Pengadaan
Waiting Selama ini unit pengguna masih terjadi
harus menunggu pengadaan barang sampai
5 hari jika spesifikasi tidak lengkap.
Informasi
spesifikasi barang
yang diminta oleh
unit pengguna
tidak lengkap
padahal dalam
website
permintaan barang
telah disediakan kolom spesifikasi
barang.
Excess Motion
Jika spesifikasi barang tidak lengkap maka
dilakukan konfirmasi kepada unit
pengguna. Konfirmasi dilakukan satu atau
dua kali melalui telepon. Proses konfirmasi
membutuhkan waktu paling lama 2 hari
karena harus mencari ketua unit.
19 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1. Analisa Pengadaan Barang Non-Elektronik (sambungan)
Waste Kelemahan
Unit
Perbekalan
dan
Pengadaan
Defect Kesalahan dalam pengadaan barang non-
elektronik pada tahun 2009 untuk mebel
terjadi sebanyak 3 buah. Kesalahan tersebut
yaitu tidak sesuai antara apa yang
diinginkan unit dengan barang yang
diberikan dari supplier.
Informasi
spesifikasi barang
yang diminta oleh
unit pengguna
tidak lengkap
padahal dalam
website
permintaan barang
telah disediakan
kolom spesifikasi
barang.
Incorrect processing Permintaan barang yang dilakukan oleh
unit pengguna dilakukan melalui website
dan website antara unit pengguna dan Unit
Perbekalan dan Pengadaan sebenarnya
telah terhubung. Namun, unit pengguna
harus mencetak form tersebut sehingga
terjadi pemborosan dalam penggunaan
kertas.
Pencetakan form
dilakukan sebagai
bentuk konfirmasi
dari ketua unit
untuk menghindari
terjadinya
permintaan barang
yang tidak
dibutuhkan atau
jumlahnya
berlebihan.
Gudang
ATK
Waiting Proses pengadaan barang stok yang ada di
gudang ATK membutuhkan waktu paling
lama empat hari. Seharusnya pengadaan
barang ATK dapat dilakukan dalam waktu
satu hari karena jumlahnya banyak di
pasaran dan mudah didapatkan.
Kebijakan
pembayaran hanya
dilakukan pada
hari Selasa dan
Jumat, tetapi
permintaan barang
dapat dilakukan
sewaktu-waktu.
Supplier yang
mengirimkan
barang memilih
mengirimkan
barang pada waktu
pembayaran.
Excess/Less Inventory Penyimpanan barang stok di gudang ATK
masih terjadi kelebihan barang sehingga
gudang yang disediakan tidak menampung.
Masih terjadi juga kekurangan barang
sehingga unit pengguna tidak bisa langsung
mendapatkan barang.
Jumlah barang
yang disimpan di
gudang ATK
berdasarkan
perkiraan saja
tanpa perhitungan
yang tepat.
20 Universitas Kristen Petra
Unit Perbekalan dan Pengadaan merasa kesulitan dalam pengadaan
barang non-elektronik karena spesifikasi barang yang diberikan unit tidak lengkap
atau spesifikasi dari barang tidak diberikan. Pada website yang sekarang ada jika
unit tidak mengisi spesifikasi barang unit masih dapat tetap melakukan proses
selanjutnya, yaitu pencetakan form. Oleh karena itu, website permintaan barang
perlu diperbaiki dengan memberikan peringatan apabila spesifikasi barang tidak
diisi. Usulan yang diberikan jika kolom spesifikasi tidak diisi oleh unit maka tidak
dapat melakukan proses selanjutnya. Jadi, ketika bagian pembelian menerima
permintaan dapat langsung melakukan penawaran kepada supplier.
Pada website sebelumnya juga tidak diinformasikan spesifikasi apa yang
harus diberikan dari barang yang diminta. Hanya disediakan satu kolom
spesifikasi untuk segala jenis barang. Jadi, perlu adanya informasi mengenai
spesifikasi apa saja yang dibutuhkan untuk barang yang diminta oleh unit.
Program sederhananya dapat dilihat pada Lampiran 17. Apabila usulan ini
dilaksanakan, maka dapat memastikan spesifikasi barang yang diminta, sehingga
dapat mencegah terjadinya kesalahan pengadaan dan mempercepat proses
pengadaan.
Permintaan barang non-elektronik dari unit dilakukan melalui website,
tetapi unit masih harus mencetak form permintaan sebagai bentuk konfirmasi dari
kepala unit. Bentuk persetujuan dari kepala unit sebenarnya dapat dibuat tanpa
harus mencetak form permintaan. Usulan yang diberikan setelah unit memasukkan
data permintaan barang maka form permintaan barang tersebut akan secara
otomatis masuk ke account kepala unit. Kepala unit tinggal menyetujui dan form
tersebut akan secara otomatis langsung masuk ke bagian pembelian. Bagian
pembelian setelah menerima form perlu mengkonfirmasi kepada unit bahwa form
permintaan barang telah diterima. Konfirmasi tersebut juga dilakukan melalui
website, maka account di unit akan menerima pesan bahwa permintaan telah
diterima oleh bagian pembelian. Secara sederhana bentuk program dapat
digambarkan pada Lampiran 17. SOP pengadaan barang non-elektronik yang baru
terdapat pada Lampiran 18.
Pengiriman barang non-elektronik khususnya ATK dari supplier selama
ini membutuhkan waktu kurang lebih 3 hari. Hal ini terjadi karena adanya
21 Universitas Kristen Petra
kebijakan dari bagian keuangan bahwa pembayaran hanya dilakukan pada hari
Selasa dan Jumat, sedangkan permintaan ATK dapat dilakukan sewaktu-waktu.
Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan untuk permintaan ATK dilakukan pada
hari Senin dan Kamis. Hal ini dengan tujuan barang yang dipesan keesokan
harinya dapat langsung dikirimkan oleh supplier. Dengan adanya usulan ini maka
lamanya proses pengadaan barang ATK dapat dipersingkat menjadi 1 (satu) hari.
Proses pengadaan barang ATK dilakukan oleh kepala gudang ATK
tanpa perhitungan, jadi jumlah barang yang dipesan hanya berdasarkan perkiraan.
Perlu adanya patokan perhitungan jumlah yang harus dipesan agar jumlah barang
yang ada di gudang tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Perhitungan safety
stock dan jumlah pemesanan dilakukan untuk ATK yang termasuk dalam
golongan A berdasarkan perhitungan ABC. Perhitungan ABC dapat dilihat pada
Lampiran 32. Perhitungan safety stock menggunakan tingkat kepercayaan 95%.
Berikut ini adalah perhitungan dari safety stock barang yang ada dalam klasifikasi
A dengan menggunakan sistem periodic review:
Tabel 4.2. Perhitungan Safety Stock dan Level Maksimum Barang ATK
Kode
Barang Nama Barang Satuan
Safety
Stock
Level
Maksimum
A.02.01.01 Kertas HVS A4 70 gram putih SIDU Rim 53 128
A.02.01.04 Kertas HVS Folio 70 gram putih
SIDU Rim 39 79
A.02.04.01 Kertas CD Folio Bulky Rapido Rim 97 123
A.02.02.15 Continuous Form 9.5 X 11" 3 PLY
NCR Buah 6 7
A.06.04.23 Cartridge PG 40 (Black) untuk
PIXMA iP 1800, 1880 Buah 5 7
A.06.04.24 Cartridge CL 41 (Colour) untuk
PIXMA iP 1800, 1880 Boks 5 6
A.06.04.13 Cartridge BC-03 (Black) Buah 6 8
A.06.04.19 Cartridge PIXMA iP 3300 Black
(PG 5 BK) Buah 4 6
A.03.01.04 Spidol White Board hitam MERK
SNOWMAN Buah 136 176
A.03.01.01 Spidol OHP Buah 31 39
A.06.04.21 Cartridge PIXMA iP 1880 black
(PG 830) Set 6 7
A.07.01.01 Ordner Folio Geger Lebar MERK
TEKA Buah 37 50
22 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2. Perhitungan Safety Stock dan Level Maksimum Barang ATK
(sambungan)
Kode
Barang Nama Barang Satuan
Safety
Stock
Level
Maksimum
A.03.01.02 Spidol White Board biru MERK
SNOWMAN Buah 116 147
A.06.04.11 Refill BC-03 (Black) Rainbow Buah 7 11
A.06.04.04 Cartridge EPSON LQ 2170, 2180,
FX 2170, 2180 Rol 6 7
A.09.09.01 Selotip 1 X 72 Y MERK PANFIX Buah 12 19
A.04.03.02 TIP-EX PENTEL BIRU Buah 11 16
A.08.01.02 Amplop putih 80 gram Buah 21 27
A.09.11.03 Lem UHU STICK Buah 30 41
A.07.01.05 Spring File MERK DAIA TYPE AF
350 Buah 85 97
A.07.01.06 Ordner TEBAL BAMBI Boks 21 27
A.12.03.03 Mika Film (TRANSPARAN OHP) Buah 823 1072
A.02.02.17 Continuous Form 14 7/8 X 11 3
PLY NCR Boks 1 1
A.09.16.01 Transparan FOTOCOPY
"YASHICA" Boks 543 637
A.02.02.16 Continuous Form 9,5 X 11/2 3 PLY
NCR
Lemba
r 1 2
A.02.02.09 Continuous Form 14 7/8 X 11 1
PLY POLOS Boks 2 2
A.02.02.01 Continuous Form 9,5 X 11 1 PLY
POLOS Rim 2 3
A.02.02.19 Continuous Form 14 7/8 X 11 2 ply
NCR Buah 1 1
A.02.01.12 Kertas HVS 70 gram hijau ISI 500
LEMBAR Dos 4 5
A.10.01.06 Diskette HD 3.5 Boks 89 109
A.02.01.13 Kertas HVS 70 gram kuning ISI 500
LEMBAR Boks 3 4
A.06.04.25 Cartridge PIXMA ip 3300 Colour
Magenta (CL 8 M) Rol 2 3
A.06.04.10 Refill EPSON LQ 2170, LQ 2180
MERK ORIGINAL Buah 6 8
Perhitungan tersebut berdasarkan data permintaan ATK tahun 2009
(Lampiran 19). Selain membuat perhitungan tersebut juga dibuat kartu stok dalam
komputer dengan menggunakan program excel. Kartu stok dalam bentuk excel
tersebut mempermudah kepala gudang untuk mengetahui jumlah barang yang
23 Universitas Kristen Petra
harus dipesan. Program tersebut nantinya perlu dicek setiap akhir minggu (hari
Jumat), jumlah pemesanan adalah level maksimum dikurangi jumlah barang yang
ada ketika dilakukan pengecekan.
Perhitungan safety stock dan level maksimum perlu di update setiap satu
tahun sekali (awal tahun anggaran) oleh petugas gudang ATK. Untuk
mempermudah perhitungan tersebut juga telah disediakan program excel, dimana
dalam program petugas gudang ATK tinggal memasukkan data-data yang
diperlukan. Instruksi kerja untuk perhitungan telah terlampir pada Lampiran 20.
Kartu stok yang diusulkan terdapat pada Lampiran 21. Dengan adanya usulan
tersebut, maka petugas gudang tinggal mengecek data yang ada pada komputer
untuk mengetahui jumlah barang yang ada, selain itu dengan mudah dapat
mengetahui jumlah barang yang harus dipesan. Perhitungan yang dilakukan dapat
membantu agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan barang sehingga dapat
menghemat ruang dan juga menghemat biaya.
4.2.2. Analisa Kelemahan dan Usulan Pendistribusian Barang Non-
Elektronik
Dalam proses pendistribusian barang non-elektronik sudah cukup baik
karena proses pendistribusiannya hanya di dalam Universitas Kristen Petra
sendiri.
4.2.3. Analisa Kelemahan dan Usulan Penyimpanan Barang Non-Elektronik
Penyimpanan barang non-elektronik yang dikelola oleh gudang ATK
dan perpustakaan ada beberapa kelemahannya, sebagai berikut:
Tabel 4.3. Analisa Penyimpanan Barang Non-Elektronik
Waste Kelemahan
Gudang
ATK
Waiting Jumlah barang di gudang ATK ada 176
jenis dan tidak semua peletakannya
petugas gudang hafal. Selain itu, jika
petugas gudang tidak masuk maka
petugas yang menggantikan di gudang
ATK kesulitan untuk mencari barang-
barang yang diminta.
Tidak adanya
penamaan barang
yang ada di gudang
ATK jadi petugas
kesulitan mencari
barang yang diminta
oleh unit.
24 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3. Analisa Penyimpanan Barang Non-Elektronik (sambungan)
Waste Kelemahan
Gudang ATK Excess Motion Petugas gudang melakukan
gerakan-gerakan yang
berlebihan, jika barang
seharusnya dapat dijangkau
dalam 1 meter tetapi petugas
gudang harus menjangkau
dalam 2 meter.
Barang yang sering
diminta oleh unit
(golongan A)
peletakannya di gudang
pada rak yang jauh.
Selain itu, rak paling
dekat dengan pintu ada 3
kotak yang kosong.
Perpustakaan
Defect
Pada proses stok opnam
ditemukan minimal ada 10
koleksi media hilang di unit-
unit yang menyimpan koleksi
media, selain di perpustakaan.
Perpustakaan tidak bisa
mengontrol koleksi media
yang ada di unit-unit.
Incorrect Processing
Banyak mahasiswa yang tidak
tahu buku baru yang ada di
perputakaan sehingga utilitas
dari buku baru di perpustakaan
menjadi rendah.
Pencarian buku dilakukan
melalui online catalouge
tetapi promosi terhadap
buku baru dilakukan
dengan meletakkan buku
di rak pameran lantai 6.
Buku baru ketika dicari
pada online catalogue
justru muncul di paling
akhir.
Penyimpanan ATK kelemahannya tidak ada penamaan barang, padahal
ATK yang ada di gudang jumlahnya mencapai 176 jenis. Oleh karena itu,
diperlukan penamaan dari barang-barang yang ada.
Gambar 4.3. Penamaan Rak ATK
Label kode barang
25 Universitas Kristen Petra
Penamaan barang pada rak yang ada akan sangat membantu petugas
untuk mencari barang-barang yang mereka cari. Apabila petugas gudang tidak
masuk atau digantikan oleh orang lain maka orang tersebut akan dengan mudah
mencari barang-barang yang dibutuhkan. Dengan adanya penamaan, akan
mempercepat waktu untuk menyediakan barang-barang yang dibutuhkan unit,
tempat dari barang sifatnya permanen dan menghindari terjadinya duplikasi stok.
Selain itu, pada penyimpanan ATK yang sekarang penempatannya tidak
berdasarkan klasifikasi kecepatan barang. Barang yang sering diminta oleh unit
seharusnya diletakkan pada rak paling mudah untuk dijangkau. Berikut ini adalah
barang-barang yang sering diminta dan peletakannya saat ini di gudang ATK:
Tabel 4.4. Daftar Barang ATK yang Sering Diminta
Kode
Barang Nama Barang Letak
A.02.01.01 Kertas HVS A4 70 gram putih SIDU Rak 8
A.02.01.04 Kertas HVS folio 70 gram putih SIDU Rak 8
A.02.04.01 Kertas CD folio bulky RAPIDO Rak 8
A.02.07.01 Kertas sampul KRAFT Rak 8
A.03.01.01 Spidol OHP (Sign Pen Permanent)SNOWMAN Rak 2
A.03.01.02 Spidol white board biru SNOWMAN Rak 2
A.03.01.03 Spidol white board hijau SNOWMAN Rak 2
A.03.01.04 Spidol white board hitam SNOWMAN Rak 2
A.03.01.05 Spidol white board merah SNOWMAN Rak 2
A.03.01.14 Spidol kecil hitam SNOWMAN Rak 2
A.04.03.02 Tip-ex PENTEL biru Rak 2
A.06.04.11 Refill BC-03 (Black) Rak 3
A.07.01.01 Ordner folio geger lebar TEKA Rak 6
A.07.01.05 Spring file DAIA tipe AF 350 Rak 6
A.07.01.06 Ordner tebal BAMBI Rak 6
A.07.04.02 Stopmap folio kertas Rak 6
A.08.01.02 Amplop putih 80 gram Rak 3
A.09.02.02 Isi staples no.10-1m MAX Rak 1
A.09.05.01 Paperclip no.3 Rak 1
A.09.06.01 Binder clip tipe 200 KENKO Rak 6
A.09.06.02 Binder clip tipe 155 KENKO Rak 6
A.09.06.03 Binder clip tipe 107 KENKO Rak 6
A.09.09.01 Selotip 1 X 72 Y PANFIX Rak 2
A.09.11.03 Lem UHU stick Rak 2
26 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4. Daftar Barang ATK yang Sering Diminta (sambungan)
Kode
Barang Nama Barang Letak
A.09.16.01 Transparan fotocopy "YASHICA" Rak 6
A.09.17.01 Baterai besar (1.5V) ABC (size D) Rak 2
A.09.17.03 Baterai kecil 1.5V ABC (size AA) Rak 2
A.09.17.05 Baterai kecil alkaline ABC (size AA) Rak 2
A.09.17.06 Baterai alkaline ABC AAA Rak 2
A.10.01.06 Diskette HD 3.5 (kecil) Rak 2
A.10.01.07 CD-R (Blank) Rak 2
A.10.01.08 DVD-R (Blank) Rak 2
A.12.03.03 Mika film (transparan OHP) Rak 6
Rak yang letaknya paling dekat dengan pintu gudang adalah rak 8 dan
rak 1. Dari daftar di atas dapat dilihat bahwa banyak barang yang diletakkan di
rak yang letaknya agak jauh dari pintu. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan
ulang untuk barang yang ada di rak 1 karena rak ini yang tempatnya paling
berdekatan dengan pintu. Usulan yang diberikan untuk penataan barang-barang
tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 4.4. Gambar Rak 1 Gudang ATK
Spidol whiteboard hitam dan biru diletakkan dalam satu kotak, satu
kotak pada rak mampu menampung 60 kotak spidol. Spidol whiteboard merah
Keadaan Sekarang Usulan
27 Universitas Kristen Petra
dan hijau juga diletakkan dalam satu kotak. Spidol OHP juga diletakkan di rak
bagian atas karena bagian atas rak sejajar dengan pandangan mata sehingga
mempermudah pencariannya. Lem UHU, selotip, isi staples, dan paperclip
diletakkan pada bagian kedua karena beratnya yang cukup ringan sehingga
diletakkan rak yang lebih atas. Baterai diletakkan pada rak bagian ketiga karena
beratnya cukup berat, sedangkan mika transparan dan transparansi fotocopy
diletakkan paling bawah karena ukurannya sesuai dengan barang tersebut.
Peletakan barang tersebut akan membantu pengambilan barang menjadi
lebih cepat. Selain itu, dapat mengurangi gerakan yang dilakukan oleh petugas
gudang. Instruksi kerja penyimpanan barang non-elektronik terlampir pada
Lampiran 22.
Penyimpanan barang non-elektronik untuk koleksi media dipusatkan di
perpustakaan. Penyimpanan koleksi media tidak hanya dilakukan di perpustakaan
saja, tetapi juga di unit lain, contohnya Pusat Konseling. Koleksi yang disimpan di
unit lain sebenarnya tidak diperbolehkan dipinjam, tetapi selama ini koleksi
tersebut dipinjamkan. Hal ini menyebabkan perpustakaan tidak bisa memantau
keberadaan koleksi yang ada di unit-unit. Jadi, perlu adanya sistem informasi
dalam bentuk database yang terhubung antara perpustakaan dan unit-unit lain
yang menyimpan koleksi media. Database yang bisa terhubung ini perpustakaan
dapat memantau keberadaan koleksi media di unit-unit.
Penyimpanan koleksi media di perpustakaan terdapat kelemahan, yaitu
kurangnya promosi terhadap buku baru. Oleh karena itu, perlu adanya promosi
yang dilakukan oleh perpustakaan sehingga pengguna dapat mengetahui buku-
buku baru yang ada di perpustakaan. Promosi buku tersebut dilakukan pada online
catalog yang disediakan oleh perpustakaan. Online Catalog ini merupakan media
yang dikunjungi oleh pengguna untuk mencari buku atau koleksi lainnya di
perpustakaan. Pada online catalog yang sekarang ada di perpustakaan informasi
yang bisa didapatkan hanya library collections, digital collections, dan juga online
journal. Oleh karena itu, diusulkan untuk menambah informasi mengenai buku
baru pada online catalog tersebut. Adanya promosi mengenai buku baru
diharapkan buku-buku yang ada di perpustakaan dapat dimanfaatkan dengan baik
juga oleh pengguna.
28 Universitas Kristen Petra
4.2.4. Analisa Kelemahan dan Usulan Pemeliharaan Barang Non-elektronik
Pemeliharaan barang non-elektronik kelemahannya pada administrasi
pemeliharaan, yaitu proses stok opnam. Berikut ini adalah analisanya:
Tabel 4.5. Analisa Pemeliharaan Barang Non-Elektronik
Waste Kelemahan
Defect Pada proses stok opnam barang non-
elektronik ditemukan barang-barang yang
hilang dan peletakannya tidak sesuai dengan
pencatatan yang ada. Hampir 40% barang
yang ada peletakannya tidak sesuai.
Tidak adanya pelaporan jika
terjadi pemindahan barang oleh
unit-unit pengguna. Pada
proses stok opnam perlu
mencari barang-barang yang
tidak sesuai dengan pencatatan.
Waiting
Proses stok opnam membutuhkan waktu tiga
sampai empat bulan sehingga ada pekerjaan-
pekerjaan yang harus ditunda oleh bagian
inventaris.
Selama ini, Unit Perbekalan dan Pengadaan banyak menemukan barang-
barang non-elektronik yang letaknya tidak sesuai dengan pencatatan pada saat
stok opnam. Hal ini terjadi karena pemindahan inventaris non-elektronik
dilakukan oleh unit-unit tanpa melakukan pemberitahuan. Hal ini juga
menyebabkan barang inventaris hilang karena tidak ditemukan pemindahan pada
ruangan mana. Jadi, untuk menghindari pemindahan inventaris kampus dari satu
ruang ke ruang lainnya tanpa pemberitahuan dan menghindari kehilangan
inventaris maka dapat dilakukan beberapa solusi berikut:
Setiap unit bertanggungjawab sendiri atas inventaris yang ada pada unit
tersebut. Jadi, setiap 6 bulan (liburan semester), unit melakukan stok opnam
sendiri terhadap barang non-elektronik. Bagian inventaris melakukan stok
opnam setiap 1 tahun sekali. Unit Perbekalan dan Pengadaan akan
memberikan form stok opnam yang harus diisi oleh setiap unit yang ada.
Adanya stok opnam tiap 6 bulan ini maka setiap unit diharapkan lebih
bertanggungjawab terhadap barang inventaris yang ada dan mempermudah
pengecekan jika ada barang yang dipindahkan. Usulan ini untuk membentuk
rasa memiliki oleh unit-unit pengguna. Rasa memiliki tersebut diharapkan
membuat unit lebih bertanggung jawab dengan barang-barang yang ada di
unit. Setiap pemindahan barang juga dilaporkan atau dicatat pada form yang
29 Universitas Kristen Petra
ada. Bentuk form stok opnam yang dapat diberikan kepada unit-unit sesuai
dengan masukan dari bagian inventaris adalah sebagai berikut:
PENGECEKAN INVENTARIS BULAN ……………
Unit :
Tanggal Pengecekan :
BARANG INVENTARIS
Nama Barang Jumlah Kode Barang Ada
Tidak
Keterangan
Pemeriksa
Pejabat IC
Gambar 4.5. Form Pengecekan Inventaris
Selain melakukan pengecekan inventaris, di setiap ruangan perlu diberikan
kertas untuk pencatatan pemindahan inventaris. Jadi, setiap ada pemindahan
inventaris unit perlu melakukan pencatatan pada lembaran tersebut atau
melaporkan langsung ke bagian inventaris. Berikut ini adalah contoh lembaran
yang dapat digunakan:
PEMINDAHAN INVENTARIS
No Tanggal Nama Barang Kode Barang Keterangan
Gambar 4.6. Form Pemindahan Inventaris
Pengecekan terhadap inventaris yang ada di kelas-kelas merupakan
tanggungjawab dari UPPK. Namun, jika UPPK setiap bulannya harus
mengecek kode-kode kursi yang ada di kelas-kelas akan kesulitan, karena
jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu, untuk mempermudah pengecekan,
selain mencantumkan kode barang juga mencantumkan tanda kode ruangan
pada kursi tersebut. Sehingga, dalam proses stok opnam tiap bulannya petugas
UPPK tinggal mengecek jumlah dan melihat apakah kursi dalam satu ruang
tersebut memiliki kode ruangan yang sama. Usulan ini juga untuk membentuk
budaya dari pekerja melakukan pengecekan barang yang ada tidak hanya
30 Universitas Kristen Petra
sekedar menggunakan saja. Berikut ini adalah form inventaris untuk barang-
barang non-elektronik inventaris yang ada di kelas-kelas:
PENGECEKAN INVENTARIS BULAN………
Ruang :
Nama barang Jumlah Keterangan
Pemeriksa
Pejabat IC
Gambar 4.7. Form Pengecekan Inventaris Kelas
Prosedur kerja tambahan untuk pengecekan inventaris disajikan pada
Lampiran 23. Instruksi kerja stok opnam yang dilakukan oleh unit-unit
terdapat pada Lampiran 24.
4.2.5. Analisa Kelemahan dan Usulan Disposisi Barang Non-Elektronik
Dari segala aktivitas logistik yang ada proses disposisi barang non-
elektronik yang berdasarkan hasil analisa memiliki kelemahan terbanyak.
4.2.5.1. Analisa Kelemahan Disposisi dan Usulan yang Dikelola oleh UPPK
Berikut ini adalah analisa kelemahan dalam proses disposisi barang non-
elektronik yang dikelola oleh UPPK:
Tabel 4.6. Analisa Disposisi yang Dikelola UPPK
Waste Kelemahan
Excess Inventory Ada 278 kursi dan 10 meja yang
menumpuk di gudang UPPK untuk
menunggu dihapuskan. Koleksi
media ada 7.000 koleksi yang
menumpuk di gudang perpustakaan
untuk menunggu dihapuskan.
Keputusan dari yayasan untuk
penghapusan tidak ada ketentuan waktu
sehingga sangat lama. Penghapusan
mebel sudah menunggu keputusan
yayasan selama 2 tahun.
Excess Inventory Kursi-kursi yang rusak biasanya
langsung dihapuskan dan membeli
yang baru. Beberapa bagian dari
kursi tersebut sebenarnya masih
bisa dilakukan kanibal.
Petugas UPPK tidak bisa melakukan
kanibal karena tidak adanya pencatatan
barang-barang rusak. Petugas UPPK
kesulitan untuk melakukan kanibal.
Selain itu, ada kode beberapa barang
yang hilang sehingga tidak bisa
dilakukan kanibal. Hilangnya kode
barang tersebut dikarenakan peletakan
barang rusak tersebut di luar gudang.
31 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.6. Analisa Disposisi yang Dikelola UPPK (sambungan)
Waste Kelemahan
Defect Perbaikan mebel dilakukan dengan
memindahkan barang dari ruangan ke
belakang ruang UPPK. Setelah perbaikan
selesai dilakukan petugas UPPK
mengembalikan mebel tersebut, tetapi tidak
memperhatikan kode barang. Hal ini
menyebabkan pada proses stok opnam
banyak ditemukan barang yang tidak sesuai
dengan pencatatan.
Perbaikan mebel dilakukan
dengan menggunakan form
kendali operasional yang di
dalamnya tidak mencantumkan
kode barang. Jadi, petugas
UPPK hanya memperhatikan
jumlah saja tanpa
memperhatikan kode barang.
Mebel yang sudah tidak bisa dipakai banyak sekali menumpuk di
gudang bahkan sampai gudang tidak memuat. Selama ini pihak yayasan belum
menanggapi pelaporan penghapusan yang sudah diajukan. Gudang yang ada
sekarang sudah tidak menampung mebel-mebel tersebut sehingga mebel tersebut
tidak diletakkan dalam gudang. Hal ini menyebabkan jumlah yang ada di
pencatatan dan di kenyataan tidak sama karena tidak bisa dikontrol dengan baik.
Oleh karena itu, perlu adanya tenggang waktu yang jelas untuk yayasan
menentukan keputusan proses disposisi barang tersebut. Paling lama dalam jangka
waktu dua tahun yayasan harus memberikan keputusan disposisi barang tersebut.
Dipilih dua tahun karena berdasarkan pengalaman yang ada dalam bahwa tiap
tahunnya untuk mebel terjadi penambahan sekitar 100 buah, sedangkan untuk
koleksi media sekitar 1000 koleksi. Selain itu, tempat yang ada sekarang untuk
mebel hanya mampu menampung sekitar 200 sampai 250 buah saja.
Data yang didapatkan dari UPPK sebenarnya dari 278 kursi yang
diusulkan untuk dihapuskan itu tidak semuanya dalam kondisi yang tidak bisa
diperbaiki. Apabila kursi-kursi tersebut dimanfaatkan dengan melakukan sistem
kanibal, maka bisa memberikan nilai tambah bagi barang tersebut. Selama ini di
UPPK tidak dilakukan kanibal dikarenakan tidak adanya pendataan dan kode
barang banyak yang hilang sehingga mereka kesulitan. Jadi, sebenarnya perlu
adanya pendataan barang rusak. Ketika ada pelaporan barang rusak khususnya
mebel maka rekanan yang ada mendata mana bagian dari kursi yang sudah tidak
bisa diperbaiki, mana bagian yang masih baik. Setelah itu, dari data-data tersebut
maka pihak UPPK dapat melakukan penyusunan strategi kanibal yang akan
32 Universitas Kristen Petra
dilakukan. Setelah itu pihak rekanan akan melakukan kanibal terhadap mebel-
mebel tersebut. Berikut ini contoh form yang dapat digunakan oleh pihak UPPK
sehingga mempermudah pendataan:
FORM PENDATAAN BARANG RUSAK
Tanggal :
Petugas :
Nama Barang:
Kode Barang Kode Bagian yang rusak Kode Bagian yang tidak rusak
Keterangan kode :
Kursi 1. Sandaran
2. Kaki kursi
3. Meja kecil
4. Roda kursi
Gambar 4.8. Form Pendataan Barang Rusak
Berikut ini contoh form yang dapat digunakan oleh pihak UPPK
sehingga mempermudah pendataan:
FORM PENDATAAN KANIBAL
No Kode Barang kanibal Strategi Kanibal
1
20410 2,3
22042 1
23864 4
Keterangan:
Kode barang kanibal didapatkan dari kode barang form pendataan barang rusak.
Strategi kanibal merupakan kode bagian yang akan dikanibal pada barang tersebut.
Gambar 4.9. Form Kanibal Mebel
Form strategi kanibal ini perlu diberikan kepada bagian inventaris untuk
melakukan penghapusan kode barang tersebut. Proses kanibal ini sangat
bermanfaat apalagi mengingat tingkat kerusakan dari mebel yang ada cukup
tinggi. Dengan proses kanibal ini maka dapat melakukan pemanfaatan dari
barang-barang yang rusak. SOP baru untuk perbaikan barang rusak dapat dilihat
pada Lampiran 25. Instruksi kerja untuk pendataan barang kanibal pada Lampiran
26.
33 Universitas Kristen Petra
Proses perbaikan mebel selalu dilakukan dengan memindahkan mebel ke
belakang kantor UPPK. Pemindahan ini tidak pernah dilaporkan kepada pihak
inventaris, selain itu proses perbaikan tidak mempedulikan kode barang sehingga
setelah selesai diperbaiki barang-barang tersebut diletakkan pada ruangan tanpa
memperhatikan apakah kode barangnya sudah sesuai. Hal ini dikarenakan dalam
FKO yang digunakan tidak mencantumkan kode barang jadi petugas tidak
mengetahui dimana barang tersebut seharusnya diletakkan. Oleh karena itu, perlu
adanya revisi dari FKO yang ada. Berikut ini adalah FKO yang diusulkan:
FORM KENDALI OPERASIONAL
Nomor :
Tanggal:
Nama Unit Ruang Nama Barang Kode Barang Keluhan
Pelaksana
Perkiraan Tanggal Penyelesaian
Akar Masalah
Tindakan Korektif yang Diajukan
Tindakan Pencegahan yang Diajukan
VERIFIKASI
Tindakan efektif? Ya Tidak
Alasan:
No FKO baru (jika barang masih belum berfungsi):
Tanggal:
Tanda Tangan:
Pemohon Koordinator Pelaksana Koordinator Teknisi Pelaksana
(----------) (----------------------------) (-------------------------) (------------)
Gambar 4.10. Gambar FKO Usulan
Pencantuman kode barang dapat menghindari terjadinya kesalahan
peletakan barang-barang yang telah selesai diperbaiki. Hal ini juga nantinya
berdampak pada saat pengecekan inventaris akan lebih cepat karena barang-
barang telah ada pada tempat yang tercatat dalam data inventaris. Perkiraan
tanggal penyelesaikan juga membantu unit mengetahui kapan barang yang
34 Universitas Kristen Petra
diperbaiki bisa selesai dan juga rekanan dapat mengerjakannya sesuai dengan
waktu yang dijanjikan. Hal ini menyebabkan proses perbaikan diharapkan
menjadi lebih cepat.
Kerusakan mebel di UK Petra jumlahnya sangat banyak, setiap hari
selalu ada kerusakan mebel, baik itu kursi, meja, lemari dan papan. Data
kerusakan terlampir pada Lampiran 27 .Oleh karena itu, bagian pelayanan perlu
melakukan analisa terhadap kerusakan mebel setiap tahun. Setiap tahun,
dilakukan rekapitulasi jumlah kerusakan mebel tersebut. Setelah mengetahui
kerusakan pada bagian apa yang jumlahnya besar. Dari data tersebut dapat
dijadikan acuan oleh bagian pelayanan apabila melakukan pengecekan mebel
setiap liburan semester. Jadi, pada saat pengecekan bagian-bagian yang perlu
diperhatikan pada saat pengecekan adalah bagian yang sering terjadi kerusakan.
Instruksi kerja untuk analisa kerusakan mebel dapat dilihat pada Lampiran 28.
4.2.5.2. Analisa Kelemahan dan Usulan Disposisi yang Dikelola oleh
Perpustakaan
Berikut adalah analisa kelemahan proses disposisi koleksi media yang
dikelola oleh perpustakaan:
Tabel 4.7. Analisa Disposisi yang Dikelola Perpustakaan
Waste Penyebab
Incorrect Processing Penyiangan buku dilakukan dengan meminta
bantuan dari dosen. Hal ini menyebabkan
proses penyiangan tidak dapat dilakukan
dengan teratur sehingga buku-buku yang
sudah lama dan utilitasnya rendah masih
disimpan di rak di perpustakaan.
Penambahan buku sendiri tiap tahunnya
mencapai 2.000 judul.
Penyiangan buku tidak
dilakukan dengan teratur
karena harus menunggu
bantuan dari dosen terlebih
dahulu.
Setiap tahun penambahan buku yang ada di perpustakaan bisa mencapai
2.000 judul. Apabila rak buku sudah tidak cukup maka perpustakaan akan
menambah lagi rak buku. Perpustakaan memiliki kebijakan bahwa perbandingan
koleksi yang ada dengan jumlah mahasiswa adalah 1:17. Jumlah koleksi media
yang sekarang ada 148.645 koleksi. Sistem penyiangan perlu dirubah agar
perpustakaan dapat melakukan proses penyiangan ini secara rutin. Bagian
35 Universitas Kristen Petra
sirkulasi setiap tahunnya membuat pendataan dari buku-buku untuk tiap-tiap
jurusan. Data tersebut kemudian diserahkan kepada ketua jurusan dari tiap-tiap
jurusan. Sistem baru ini dosen tidak perlu datang ke perpustakaan untuk
melakukan penyiangan tersebut secara langsung. Untuk melakukan penghematan
kertas, maka pelaporan daftar buku yang diusulkan dihapus dilakukan
menggunakan email. Bagian sirkulasi akan mengirimkan email dalam bentuk
excel kepada ketua jurusan. Nantinya ketua jurusan dapat memberikan warna
merah kepada buku-buku yang disetujui untuk dihapuskan. Sistem penyiangan
buku yang baru ini untuk membentuk budaya dari pekerja lebih proaktif. Form
yang dapat diberikan kepada dosen-dosen perlu adanya informasi seperti sebagai
berikut:
DAFTAR BUKU YANG DIUSULKAN UNTUK DIHAPUS
Jurusan :
Judul Buku Tahun
Terbit
Pengarang Subjects Buku Jumlah
Peminjaman
Gambar 4.11. Form Daftar Buku yang Diusulkan Dihapus
Prosedur baru untuk proses penyiangan buku ini lebih menghemat waktu
daripada prosedur sebelumnya. Dengan prosedur yang lebih sederhana ini
diharapkan proses penyiangan dapat dilakukan dengan teratur sehingga buku-
buku yang ada di perpustakaan bermanfaat. Selain itu, juga dapat melakukan
penghematan tempat di perpustakaan sehingga pihak perpustakaan tidak perlu
menambahkan rak buku. SOP penyiangan buku yang diusulkan terdapat pada
Lampiran 29.
Perpustakaan seharusnya melakukan analisa terhadap kerusakan-
kerusakan yang ada. Setiap 6 bulan sekali bagian sirkulasi melakukan rekapitulasi
kerusakan yang ada. Kerusakan-kerusakan yang paling sering terjadi perlu
dianalisa lebih lanjut. Pihak perpustakaan perlu memikirkan tindakan-tindakan
pencegahan untuk kerusakan tersebut. Misalnya kerusakan buku yang paling
banyak adalah sampul buku. Bagian sirkulasi perlu mencari tahu penyebab
kerusakan tersebut, misalnya karena pengguna tidak berhati-hati. Maka, tindakan
36 Universitas Kristen Petra
preventive yang dapat dilakukan adalah menempelkan tulisan pada beberapa rak
“Jagalah keutuhan dari buku”. Dengan adanya tindakan preventive tersebut maka
paling tidak kerusakan dari buku dapat dikurangi. Instruksi kerja untuk analisa
kerusakan buku tersaji pada Lampiran 30.
4.2.5.3. Analisa Kelemahan dan Usulan Disposisi Barang Non-elektronik
yang belum dikelola
Berikut ini adalah analisa disposisi barang non-elektronik yang selama
ini belum dikelola:
Tabel 4.8. Analisa Disposisi Barang Non-Elektronik yang belum Dikelola
Waste Penyebab
Excess Inventory Barang-barang yang tidak dipakai tergeletak di beberapa
tempat. Dari fakta, dijumpai untuk di gedung P banyak
meja-meja resepsionis yang sebenarnya sudah tidak
dipakai tetapi dibiarkan tergeletak di selasar-selasar.
Selain itu, di beberapa kelas juga di jumpai papan tulis
yang sebenarnya sudah tidak dipakai tetapi dibiarkan ada
di dalam kelas, contohnya di ruang P628.
Pihak UPPK
mengakui bahwa
masih belum ada
prosedur yang
menangani
barang-barang
yang layak pakai
tetapi sudah tidak
digunakan lagi.
Incorrect Processing Penggunaan ATK seperti kertas di Universitas Kristen
Petra sangat banyak. Dari data permintaan ATK dari
gudang ATK dapat dihitung setiap bulannya kurang lebih
ada sekitar 250 rim kertas digunakan oleh unit-unit.
Pembuangan sampah kertas ini masih belum diatur dengan
baik.
Selama ini masih
belum ada sistem
yang mengelola
sampah kertas
dan juga tidak
ada tempat
sampah untuk
kertas.
Incorrect Processing Barang non-elektronik lainnya adalah maket atau karya
dari mahasiswa jurusan desain. Selama ini, di tiap jurusan
desain sebenarnya mempunyai kebijakan untuk
mengembalikan maket atau karya dari mahasiswa, namun
banyak mahasiswa yang tidak mengambil. Hal ini
menyebabkan di gedung P pada lantai jurusan desain
banyak sekali maket atau karya yang berceceran.
Selama ini tidak
ada prosedur
untuk
mengumpulkan
maket-maket
tersebut dan tidak
ada
pengelolaannya.
Incorrect Processing
Spidol whiteboard adalah salah satu ATK yang banyak
digunakan oleh dosen-dosen untuk mengajar di kelas.
Penggunaan spidol whiteboard dalam 1 tahun untuk
berbagai jenis warna yang tercatat dalam gudang ATK
adalah sebanyak 3240 buah spidol. Bahan-bahan yang
digunakan untuk spidol ini kebanyakan adalah plastik.
Unit tidak mau
mengisi spidol
dan lebih
memilih untuk
meminta spidol
baru daripada
mengisi ulang.
37 Universitas Kristen Petra
Prosedur untuk menangani barang-barang yang tidak dipakai sangat
diperlukan. Pada saat proses pengecekan inventaris bulanan, unit juga perlu
melaporkan kepada Unit Perbekalan dan Pengadaan apabila ada barang yang tidak
digunakan. Unit Perbekalan dan Pengadaan dapat menginformasikan melalui
website kepada unit-unit bahwa ada barang yang tidak digunakan. Jika ada unit
yang membutuhkan dapat langsung menghubungi Unit Perbekalan dan
Pengadaan. Namun jika dalam jangka waktu 2 bulan tidak ada unit yang
memerlukan maka mengajukan penghapusan kepada pihak yayasan. Berikut ada
form yang dapat digunakan untuk mendata barang-barang yang tidak dipakai:
Gambar 4.12. Form Barang Tidak Dipakai
Berikut adalah form yang digunakan mendata barang yang akan digunakan:
FORM PERMOHONAN PENGGUNAAN BARANG
Unit
Tanggal
Nama Barang Kode Barang Asal Tempat Tujuan Tempat
Kepala IC, Petugas UPPK, Bagian Inventaris,
Gambar 4.13. Form Permohonan Penggunaan Barang
Pendataan barang-barang yang tidak dipakai ini digunakan untuk
menghindari barang-barang yang statusnya tidak jelas. Jadi, nantinya semua
barang-barang yang ada benar-benar barang yang dibutuhkan dan dapat
dimanfaatkan dengan optimal.
BARANG YANG TIDAK DIPAKAI
Tanggal :
Petugas :
Nama Barang Kode Barang Jumlah Barang Asal Tempat Kondisi
Petugas, Inventaris,
38 Universitas Kristen Petra
Selama ini, masih belum ada sistem di yang mengatur tentang
pengelolaan dari kertas ini, padahal jika dikelola lebih lanjut lagi kertas tersebut
bisa memberikan nilai tambah. Oleh karena itu, di setiap ruangan unit-unit yang
ada, perlu diberikan satu tempat sampah khusus untuk kertas. Dimana setiap satu
bulan sekali petugas lapangan UPPK harus mengambil kertas-kertas bekas
tersebut dan dikumpulkan menjadi satu. Kertas yang sifatnya dokumen rahasia
maka perlu dihancurkan terlebih dahulu. Ada beberapa unit di UK Petra yang
sudah memiliki kertas penghancur kertas sendiri, yaitu Biro Keuangan, Biro
Kemahasiswaan, Rektorat dan yayasan. Jadi apabila ada unit-unit yang
mempunyai dokumen rahasia harus dihancurkan dengan menggunakan mesin
penghancur kertas terlebih dahulu. Setelah setiap bulan dikumpulkan oleh petugas
UPPK, maka pihak universitas juga perlu melakukan kerjasama dengan
perusahaan-perusahaan yang memang melakukan pengolahan terhadap kertas-
kertas bekas. Jadi setiap bulannya semua kertas-kertas tersebut dapat dibeli oleh
perusahaan-perusahaan tersebut.
Sama dengan halnya kertas, maket dan karya dari mahasiswa jurusan
desain ini jika mau dikelola lebih baik lagi maka akan dapat memberikan nilai
tambah. Selama ini dari pihak Universitas tidak mempunyai sistem khusus untuk
menangani hal tersebut. Petugas lapangan UPPK seharusnya setiap minggu
melakukan pengecekan pada ruang-ruang yang digunakan oleh jurusan desain,
apabila ada tugas-tugas yang memang sudah tidak dipakai diambil dan kemudian
dijual secara loakan. Dengan melakukan sistem tersebut maka tidak ada tugas-
tugas mahasiswa yang berceceran. Selain itu, dapat memberikan nilai tambah
dengan menjualnya.
Spidol white board sebenarnya ketika isinya sudah habis bisa diisi ulang
dengan menggunakan botol tinta yang tersedia. Namun, kebanyakan unit tidak
mau mengisinya dan memilih untuk menggunakan spidol baru karena lebih
praktis. Selain itu, kebanyakan spidol dibawa oleh dosen di kelas dan ditinggalkan
di kelas. Jadi, sebaiknya spidol disediakan di dalam map absensi sehingga ketika
mengembalikan map absensi spidol ada dalam map tersebut. Usulan yang
diberikan adalah permintaan spidol white board baru dilakukan dengan
memberikan spidol white board lama yang memang sudah tidak bisa diisi ulang.