bab 2 tinjauan kebijakan serah terima aset pk pam

47
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAM SATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASET BMN PK-PAM 2.1. KEBIJAKAN UMUM Secara umum penyiapan serah terima aset BMN PK-PAM mengacu pada kebijakan pengelolaan Barang Milik Negara yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu; 1. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa menteri atau pimpinan lembaga adalah penanggung jawab pengelolaan barang milik Negara, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 9 ayat (f) menyebutkan bahwa “Menteri/Pemimpin Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga tugas antara lain : Mengelola Barang Milik/Kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya”. 2. Undang-undang No. 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang syah. Yang dimaksud dengan barang dari perolehan lainnya yang syah meliputi: PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 1 BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Upload: ade-kheiriz-zaujati

Post on 05-Aug-2015

492 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN

SERAH TERIMA ASET BMN PK-PAM

2.1. KEBIJAKAN UMUM

Secara umum penyiapan serah terima aset BMN PK-PAM mengacu pada kebijakan

pengelolaan Barang Milik Negara yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan, yaitu;

1. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa

menteri atau pimpinan lembaga adalah penanggung jawab pengelolaan barang milik

Negara, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 9 ayat (f) menyebutkan bahwa

“Menteri/Pemimpin Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang

Kementerian Negara/Lembaga tugas antara lain : Mengelola Barang Milik/Kekayaan

Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Negara/Lembaga yang

dipimpinnya”.

2. Undang-undang No. 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN

atau berasal dari perolehan lainnya yang syah. Yang dimaksud dengan barang dari

perolehan lainnya yang syah meliputi:

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;

b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undangundang;atau

d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap.

Ruang lingkup barang milik negara mengacu pada pengertian barang milik negara

berdasarkan rumusan dalam Pasal 1 angka 10 dan angka 11 Undang-Undang Nomor 1

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 1 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 2: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Atas dasar pengertian tersebut lingkup

barang milik negara disamping berasal dari pembelian atau perolehan atas beban

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari perolehan lainnya yang

sah. Barang milik negara yang berasal dari perolehan lainnya yang sah diperjelas

lingkupnya yang meliputi barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan/sejenisnya,

diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/kontrak, diperoleh berdasarkan ketentuan

undangundang dan diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap.

Pengertian terkait dengan pengelolaan barang milik Negara juga diatur dalam Undang-

undang ini adalah tentang Pengguna Barang sebagaimana dalam Pasal 1 ayat (13)

menyebutkan bahwa “pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan

penggunaan barang milik negara/daerah”. Dalam beberapa pasal tentang pengguna

barang tersebut dinyatakan sebagai berikut:

Pasal 4 ayat (2-g dan 2-h) disebutkan bahwa “Menteri/pimpinan lembaga selaku

Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang

dipimpinnya, berwenang : menggunakan barang milik negara; dan menetapkan

pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik Negara”.

Pasal 7 ayat (2-o dan 2q) disebutkan bahwa “Menteri Keuangan selaku Bendahara

Umum Negara berwenang Menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan

negara; Menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta Penghapusan

Barang Milik Negara”;

Pasal 42 ayat (1, 2 dan 3) disebutkan bahwa “Menteri Keuangan mengatur

Pengelolaan Barang Milik Negara, dan Menteri/pimpinan lembaga adalah

Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, serta

Kepala kantor dalam lingkungan kementerian negara/lembaga adalah Kuasa

Pengguna Barang dalam lingkungan kantor yang bersangkutan”;

Pasal 44 dan disebutkan bahwa “Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna

Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang

berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya”. Pasal 45 ayat (2)

“Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara dijual,

dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal Pemerintah setelah

mendapat persetujuan DPR/DPRD”.

Perihal persetujuan DPR/DPRD diatas diatur sedemikian rupa dalam Pasal 46 (1c)

yaitu “Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan

yang bernilai lebih dari Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)”.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 2 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 3: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

3. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah No. 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara /Daerah.

Peraturan Pemerintah ini adalah sebagai peraturan pelaksanaan Undang-undang

No.17 Tahun 2003 dan Undang-undang No.1 Tahun 2004 terkait dengan Pengelolaan

Barang Milik Negara. Beberapa definisi/pengertian tentang pengelolaan barang milik

Negara diatur dalam Pasal 1 ayat (3, 4 dan 5) sebagai berikut :

Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab

menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan barang milik

negara/daerah.

Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik

negara/daerah.

Kuasa pengguna barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk

oleh pengguna barang untuk menggunakan barang yang berada dalam

penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

Pengelolaan barang/asset milik Negara dalam pengertian yang dimaksud dalam Pasal

1 Ayat (1) dan Ayat (2) PP No.6/2006 adalah tidak sekedar administratif semata, tetapi

lebih jauh penanganannya diarahkan pada peningkatan efisiensi, efektifitas dan dapat

memberikan nilai tambah.

Beberapa ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini antara lain sebagai

berikut :

Lingkup Pengelolaan

Pengelolaan BMN/D menurut Pasal 3 ayat (2) PP NO. 6 TAHUN 2006 meliputi:

1. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

2. pengadaan;

3. penggunaan;

4. pemanfaatan;

5. pengamanan dan pemeliharaan;

6. penilaian;

7. penghapusan;

8. pemindahtanganan;

9. penatausahaan;

10. pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 3 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 4: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

Gambar 2.1. Lingkup Pengelolaan BMN

Siklus Pengelolaan

Siklus pengelolaan barang milik Negara dapat dilihat dalam gambar 2.2. berikut ini;

Gambar 2.2. Siklus Penglolaan BMN

Pemindahtanganan

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 4 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 5: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

Terkait dengan kegiatan serah terima asset BMN PK-PAM, dalam PP ini mengatur

ketentuan tentang pememindahtangan sebagaimana diatur dalam bab X Pasal 45

tentang bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagai tindak lanjut atas penghapusan

barang milik negara/daerah meliputi:

a. penjualan;

b. tukar Menukar;

c. hibah;

d. penyertaan modal pemerintah pusat/daerah.

Hibah

Hibah adalah pengalihan kepemilikan BMN dari Pemerintah Pusat kepada

Pemerintah Daerah atau kepada pihak lain tanpa memperoleh penggantian. (Pasal

1 PP 6 Thaun 2006). Ketentuan lain tentang hibah diatur dalam bagian keempat,

Pasal 58 sebagai berikut :

(1) Hibah barang milik negara/daerah dilakukan dengan pertimbangan untuk

kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan, dan penyelenggaraan

pemerintahan negara/daerah.

(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

a. bukan merupakan barang rahasia negara;

b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak;

c. tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dan

penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.

4. Keputusan Presiden No.17 Tahun 2007 dan telah diubah dengan Keputusan

Presiden No.13 Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim Penertiban Barang Milik

Negara

Keputusan Presiden ini diterbitkan dalam rangka menindaklanjuti amanat pengelolaan

barang milik Negara dimana dalam Kepres 17 Tahun 2007 dengan masa kerja tim

selama 17 (tujuh belas) bulan terhitung sejak tanggal 1 Agustus 2007 sampai dengan

31 Desember 2008 dan diperpanjang dengan Keppres 13 Tahun 2009 dengan Masa

kerja Tim ditetapkan selama 32 (tiga puluh dua) bulan terhitung sejak tanggal 1

Agustus 2007 sampai dengan 31 Maret 2010.

Adapun Tim Penertiban Barang Milik Negara, yang selanjutnya dalam Keputusan

Presiden ini disebut Tim, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut:

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 5 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 6: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

a. Ketua merangkap anggota : Menteri Keuangan;

b. Wakil Ketua merangkap anggota : Menteri Sekretaris Negara;

c. Anggota : 1. Jaksa Agung;

2. Menteri Pertahanan;

3. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;

4. Menteri Pekerjaan Umum;

5. Sekretaris Kabinet;

6. Panglima Tentara Nasional Indonesia;

7. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;

8. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;

9. Kepala Badan Pertanahan Nasional.”

Dalam Keputusan Presiden tersebut juga diatur tentang mekanisme kerja sebagai

berikut :

1. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim dibantu oleh Satuan Tugas yang keanggotaan,

susunan organisasi, tugas dan tata kerjanya ditetapkan oleh Menteri Keuangan

selaku Ketua Tim.

2. Untuk melaksanakan tugas sertifikasi, Kepala Badan Pertanahan Nasional

mengkoordinasikan Kementerian/Lembaga dalam menyusun langkah-langkah

sertifikasi tanah atas nama Pemerintah Republik Indonesia sesuai peraturan

perundang-undangan.

5. Peraturan Menteri Keuangan No. 109 /PMK.06/2009 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Inventarisasi, Penilaian, dan Pelaporan Dalam Rangka Penertiban

Barang Milik Negara.

Dalam rangka melaksanakan Keputusan Presiden, Kementerian Keuangan

Menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 109/PMK.06/2009 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Inventarisasi, Penilaian, dan Pelaporan Dalam Rangka Penertiban

Barang Milik negara, antara lain memuat :

1. Objek Penertiban

2. Subjek Pelaksana Penertiban

3. Ruang Lingkup Penertiban, meliputi ;

- Inventarisasi;

- Penilaian;

- Pengolahan data dan penyusunan laporan;

- Tindak lanjut hasil penertiban; dan

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 6 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 7: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

- Monitoring dan evaluasi.

6. Peraturan Menteri Keuangan No.271/KMK.06/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Tindak Lanjut Hasil Penertiban Barang Milik Negara Pada Kementrian

Negara/Lembaga.

Tindak lanjut hasil penertiban barang milik Negara ini dilaksanakan oleh kementerian/

lembaga pada :

a. Barang Yang Tidak Ditemukan.

b. BMN Dalam Kondisi Rusak Berat Namun Masih Tercatat Dalam Daftar BMN

c. BMN Berupa Tanah Yang Berada Dalam Penguasaan Kementerian

Negara/Lembaga Namun Belum Bersertipikat Atas Nama Kementerian

Negara/Lembaga

d. BMN Berupa Tanah Yang Berada Dalam Penguasaan Kementerian

Negara/Lembaga Namun Tidak Didukung Dengan Dokumen Kepemilikan.

e. BMN Dikuasai Oleh Pihak Lain

f. BMN Dalam Sengketa

g. BMN Dimanfaatkan Pihak Lain Dengan Kompensasi Tetapi Tidak Sesuai Ketentuan

h. BMN Dimanfaatkan Oleh Pihak Lain Tanpa Kompensasi

i. Gedung Berdiri Di Atas Tanah Pihak Lain Atas Dasar Kontrak Dan Masa Kontrak

Telah Habis.

j. Gedung Sudah Dibongkar Tanpa Terlebih Dahulu Mendapat Persetujuan Menteri

Keuangan

2.2. KEBIJAKAN TEKNIS SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Kebijakan teknis serah terima asset BMN PK-PAM adalah ketentuan aturan yang mengatur

secara langsung bagaimana proses serah terima asset BMN PK-PAM dilaksanakan.

Ketentuan tersebut diatur secara khusus dalam ketentuan peraturan Menteri Keuangan

dan Menteri Pekerjaan Umum, sebagai berikut :

1. Peraturan Menteri Kuangan No. 96 / PMK.06 / 2007

Peraturan ini mengatur tentang Pemindahtanganan Barang milik Negara dan

merupakan pengalihan Barang Milik Negara sebagai tindak lanjut dari penghapusan

dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal

pemerintah. Dalam hal penyiapan serah terima asset BMN PK-PAM yang sedang

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 7 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 8: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

berjalan saat ini, ketentuan tentang hibah diatur dalam lampiran IX Peraturan ini

tentang tata cara pelaksanaan hibah barang milik Negara sebagai berikut :

a. Definisi

Hibah adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara dari Pemerintah Pusat

kepada Pemerintah Daerah atau kepada pihak lain tanpa memperoleh penggantian.

b. Pertimbangan

Hibah Barang Milik Negara dilakukan untuk:

a). kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan;

b). penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

c. Subyek Pelaksanaan Hibah dan Obyek Hibah.

a) Pihak yang dapat melaksanakan hibah Barang Milik Negara adalah:

(1) Pengelola Barang, untuk tanah dan/atau bangunan;

(2) Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk:

tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan

untuk dihibahkan sebagaimana tercantum dalam dokumen

penganggaran;

tanah dan/atau bangunan yang diperoleh dari dana dekonsentrasi dan

tugas pembantuan;

sebagian tanah yang berada pada Pengguna Barang;

selain tanah dan/atau bangunan.

b) Pihak yang dapat menerima hibah adalah:

(1) Lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan organisasi kemanusiaan yang

mendapatkan pernyataan tertulis dari instansi teknis yang kompeten bahwa

lembaga yang bersangkutan adalah sebagai lembaga termaksud.

(2) Pemerintah Daerah.

d. Ketentuan dalam Pelaksanaan Hibah.

a) Persyaratan Barang Milik Negara untuk dapat dihibahkan:

(1) Barang Milik Negara yang dari awal perencanaan pengadaannya

dimaksudkan untuk dihibahkan sebagaimana tercantum dalam dokumen

penganggaran.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 8 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 9: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

(2) Bukan merupakan barang rahasia negara, bukan merupakan barang yang

menguasai hajat hidup orang banyak, dan tidak digunakan lagi dalam

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang, serta tidak

digunakan lagi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

(3) Barang Milik Negara berasal dari hasil perolehan lain yang sah, dalam hal

ini berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum

tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan, ditentukan

untuk dihibahkan.

(4) Sebagian tanah pada pengguna dapat dihibahkan sepanjang dipergunakan

untuk pembangunan fasilitas umum yang tidak mendapatkan penggantian

kerugian sesuai ketentuan perundang-undangan, fasilitas sosial dan

keagamaan.

b) Besaran nilai Barang Milik Negara yang dihibahkan:

(1) Nilai Barang Milik Negara hasil dari pelaksanaan kegiatan anggaran, yang

dari awal pengadaannya telah direncanakan untuk dihibahkan, didasarkan

pada realisasi pelaksanaan kegiatan anggaran yang bersangkutan.

(2) Nilai Barang Milik Negara selain butir 1) didasarkan pada hasil penilaian

yang berpedoman pada Pasal 11, Pasal 12 dan Pasal 13 Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 96/PMK-06/2007.

c) Hibah atas Barang Milik Negara, yang sejak perencanaan pengadaannya

dimaksudkan untuk dihibahkan, tidak memerlukan persetujuan DPR dan

pelaksanaannya dilakukan setelah terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawas

fungsional.

d) Barang Milik Negara yang dihibahkan harus digunakan sebagaimana fungsinya

pada saat dihibahkan, atau tidak diperbolehkan untuk dimanfaatkan oleh

dan/atau dipindahtangankan kepada pihak lain.

e. Tata Cara Pelaksanaan Hibah

a) Tata cara hibah atas tanah dan/atau bangunan yang dari sejak perencanaan

pengadaannya dimaksudkan untuk dihibahkan sebagaimana tercantum dalam

dokumen penganggaran.

(1) Pengguna Barang membentuk Tim Internal untuk melakukan persiapan

pengusulan hibah tanah dan/atau bangunan dengan tugas:

(a) Menyiapkan dokumen anggaran beserta kelengkapannya;

(b) Melakukan penelitian data administratif, yaitu:

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 9 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 10: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

data tanah, antara lain status dan bukti kepemilikan, lokasi tanah, luas,

nilai tanah;

data bangunan, antara lain tahun pembangunan, konstruksi, luas dan

status kepemilikan serta nilai bangunan.

(c) Melakukan penelitian fisik atas tanah dan/atau bangunan yang akan

dihibahkan untuk mencocokan data administratif yang ada.

(d) Menyiapkan laporan hasil penelitian data administratif dan fisik kepada

Pengguna Barang.

(2) Pengguna Barang mengajukan permintaan persetujuan hibah tanah

dan/atau bangunan kepada Pengelola Barang dengan disertai:

(a) Dokumen penganggaran yang menunjukan bahwa barang yang

diusulkan sejak perencanaan pengadaannya dimaksudkan untuk

dihibahkan;

(b) Calon penerima hibah;

(c) Rincian peruntukan, jenis/spesifikasi, status dan bukti kepemilikan dan

lokasi;

(d) Hasil audit aparat pengawas fungsional;

(e) Hal lain yang dianggap perlu.

(3) Pengelola Barang melakukan penelitian atas kebenaran dokumen

penganggaran dan data administratif sebagimana tersebut pada huruf a

butir 2). Apabila diperlukan, Pengelola Barang dapat melakukan penelitian

fisik atas tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan.

(4) Berdasakan penelitian diatas, Pengelola Barang menentukan disetujui atau

tidaknya usulan hibah.

(5) Dalam hal usulan hibah tidak disetujui, Pengelola Barang memberitahukan

kepada pihak yang mengusulkan hibah, disertai dengan alasannya.

(6) Dalam hal usulan hibah disetujui, Pengelola Barang menetapkan surat

persetujuan pelaksanaan hibah yang sekurang-kurangnya memuat:

(a) penerima hibah;

(b) obyek hibah yaitu mengenai rincian tanah dan/atau bangunan;

(c) nilai tanah dan/atau bangunan;

(d) peruntukkan tanah dan/atau bangunan;

(e) kewajiban Pengguna Barang untuk menghapus tanah dan/atau

bangunan yang dihibahkan dari Daftar Barang Pengguna; dan

(f) kewajiban Pengguna Barang untuk melaporkan pelaksanaan hibah

kepada Pengelola Barang.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 10 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 11: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

(7) Dalam hal hibah tanah dan/atau bangunan tersebut nilainya di atas

Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih

dahulu mengajukan permohonan persetujuan hibah kepada Presiden.

(8) Berdasarkan persetujuan hibah sebagaimana tersebut dalam butir 6),

Pengguna Barang melakukan serah terima atas tanah dan/atau bangunan

yang akan dihibahkan dengan penerima hibah, yang dituangkan dalam

berita acara serah terima barang dan naskah hibah.

(9) Berdasarkan berita acara serah terima barang tersebut, Pengguna Barang

dan/atau Kuasa Pengguna Barang melaksanakan penghapusan dari Daftar

Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna dengan

menerbitkan keputusan penghapusan dan melaporkan kepada Pengelola

Barang paling lama 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya keputusan

penghapusan.

(10) Tembusan keputusan penghapusan barang dan berita acara serah terima

disampaikan kepada Pengelola Barang paling lama 1 (satu) bulan setelah

serah terima.

(11) Berdasarkan tembusan dokumen tersebut huruf 10), Pengelola Barang

menghapuskan barang dimaksud dari Daftar Barang Milik Negara dengan

menerbitkan keputusan penghapusan barang.

b) Tata cara hibah Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan

(1) Pengguna Barang membentuk Tim Internal untuk melakukan persiapan

pengusulan hibah Barang Milik Negara dengan tugas:

(a) Melakukan penelitian data administratif Barang Milik Negara selain

tanah dan bangunan yang akan dihibahkan, yaitu tentang tahun

perolehan, spesifikasi/identitas teknis, bukti kepemilikan dan nilai

perolehan;

(b) Melakukan penelitian fisik atas Barang Milik Negara selain tanah

dan/atau bangunan yang akan dihibahkan untuk dicocokan dengan

data administratif yang ada;

(c) Menyampaikan laporan hasil penelitian data administratif dan fisik

kepada Pengguna barang.

(2) Pengguna Barang mengajukan permintaan persetujuan kepada Pengelola

Barang untuk menghibahkan Barang Milik Negara dimaksud, dengan

disertai:

(a) Alasan untuk menghibahkan;

(b) Calon penerima hibah;

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 11 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 12: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

(c) Data Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang akan

dihibahkan, yaitu tahun perolehan, spesifikasi/identitas teknis, bukti

kepemilikan dan nilai perolehan.

(3) Pengelola Barang melakukan penelitian kelayakan hibah dan data

administrasi. Apabila diperlukan, Pengelola Barang dapat melakukan

penelitian fisik.

(4) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud angka 3), Pengelola

Barang menentukan disetujui atau tidaknya permohonan tersebut.

(5) Dalam hal usulan hibah tidak disetujui, Pengelola Barang memberitahukan

kepada Pengguna Barang yang mengusulkan hibah, disertai dengan

alasannya.

(6) Dalam hal usulan hibah disetujui, Pengelola Barang menetapkan surat

persetujuan pelaksanaan hibah yang sekurang-kurangnya memuat:

(a) Barang Milik Negara yang dihibahkan;

(b) Pihak yang menerima hibah;

(c) Peruntukkan Barang Milik Negara yang dihibahkan;

(d) Kewajiban Pengguna Barang menetapkan jenis, jumlah dan nilai

Barang Milik Negara yang akan dihibahkan.

(7) Dalam hal nilai perolehan Barang Milik Negara selain tanah dan/bangunan

tersebut di atas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), Pengelola

Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan kepada

Presiden atau DPR sesuai batas kewenangannya.

(8) Berdasarkan persetujuan hibah sebagaimana tersebut dalam butir 6),

Pengguna Barang melakukan serah terima Barang Milik Negara yang

dihibahkan dengan penerima hibah, yang dituangkan dalam berita acara

serah terima barang dan naskah hibah.

(9) Berdasarkan berita acara serah terima tersebut, Pengguna Barang

menerbitkan keputusan Penghapusan.

(10) Berdasarkan keputusan penghapusan, Pengguna Barang dan/atau Kuasa

Pengguna Barang menghapuskan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau

Kuasa Pengguna, dan melaporkan penghapusan tersebut kepada

Pengelola Barang paling lambat 1 (satu) bulan sejak serah terima disertai

tembusan berita acara, naska hibah dan keputusan penghapusan.

(11) Berdasarkan laporan tersebut butir 10), Pengelola Barang menghapuskan

Barang Milik Negara dari Daftar Barang Milik Negara.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 12 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 13: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

2. Permenpu Nomor 02/PRT/M/2009 tentang Tatacara Penggunaan, Pemanfaatan,

Penghapusan dan Pemindahtanganan BMN

Berikut ini dijelaskan diagram proses dan tata cara penggunaan, pemanfaatan,

penghapusan, dan pemindahtanganan barang milik Negara.

Gambar 2.3. Proses Hibah/Alih Status

Untuk melaksanakan hibah/alih status BMN PK-PAM(*), terdapat kelengkapan

dokumen yang dipersyaratkan secara tegas, dan jika salah satu dokumen tersebut

tidak dipenuhi, maka prosesh hibah/alih status tidak dapat dilaksanakan. Kelengkapan

dokumen tersebut adalah sebagai berikut:

1. DIP/DIPA atau Dokumen sejenis;

2. Kontrak termasuk amandemennya;

3. Surat Kesepahaman (Memorandum of Understading/MOU);

4. Sertifikat Tanah atau Surat Pernyataan Tanah tidak bersengketa;

5. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk bangunan yang dipersyaratkan;

6. Gambar / as built drawing;

7. Berita Acara Opname Fisik;

8. Hasil Audit status terakhir;

9. STNK / BPKB (khusus untuk Kendaraan Bermotor);

10. Surat Pernyataan dari Calon Penerima Hibah/Alih Status tentang kesediaan

menerima hibah/alih status.(*) salah satu dokumen tersebut tidak lengkap,

maka hibah/alih status tidak akan dapat terproses

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 13 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 14: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

Ketentuan tentang proses hibah/alih status sebagaimana dalam diagram diatas diatur

juga dalam peraturan ini yaitu pasal 37 ayat (1 dan 2), yang berbunyi

1) Hibah Barang Milik Negara dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan

sosial, keagamaan, kemanusiaan, dan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

a. Bukan merupakan barang rahasia negara;

b. Bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak;

c. Tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dalam

penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.

Prosedur dan tata cara hibah diatur sedemikian rupa sebagai berikut :

Prosedur dan tata cara hibah pada pengguna barang diatur dalam Pasal 38 sebagai

berikut :

Prosedur dan tata cara hibah dengan batasan nilai sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 28 ayat (1) sebagai berikut:

a. Permohonan hibah kepada Pengguna Barang;

b. Pengguna Barang memerintahkan Pengguna Barang Eselon I untuk menerbitkan

rekomendasi teknis;

c. Pengguna Barang melakukan penelitian dan penaksiran dengan membentuk Tim

internal;

d. Pengguna Barang mengajukan usulan persetujuan hibah kepada Menteri Keuangan

dengan memperhatikan hasil penelitian dan penaksiran Tim Internal.

e. Dengan persetujuan dari Menteri Keuangan, Pengguna Barang cq Sekretaris

Jenderal yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Kepala Pusat Pengelolaan Barang

Milik Negara melakukan serah terima antara Pengguna Barang dengan penerima

hibah yang dituangkan dalam suatu berita acara serah terima yang sekurang-

kurangnya memuat tentang para pihak, obyek hibah, menerbitkan keputusan

penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan jenis dan nilai barang yang

dihibahkan;

f. Berdasarkan berita acara serah terima tersebut, Pengguna Barang melaksanakan

penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dengan menerbitkan keputusan

penghapusan untuk selanjutnya dilakukan penata usahaan.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 14 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 15: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

Prosedur dan tata cara hibah pada pengguna barang Eselon I diatur dalam Pasal 39

sebagai berikut :

Prosedur dan tata cara hibah dengan batasan nilai sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 28 ayat (2) sebagai berikut:

a. Permohonan hibah kepada Pengguna Barang;

b. Pengguna Barang memerintahkan Pengguna Barang Eselon I untuk menerbitkan

rekomendasi teknis dan melakukan penelitian dan penaksiran dengan membentuk

Tim Internal yang hasilnya disampaikan kepada Pengguna Barang Eselon I;

c. Pengguna Barang Eselon I mengajukan usulan persetujuan hibah kepada Kepala

Kanwil DJKN setempat dengan memperhatikan hasil penelitian dari Tim Internal;

d. Dengan persetujuan dari Kepala Kanwil DJKN, Pengguna Barang Eselon I

melakukan serah terima antara Pengguna Barang Eselon I dengan penerima hibah

yang dituangkan dalam suatu berita acara serah terima yang sekurang-kurangnya

memuat tentang para pihak, obyek hibah, jenis dan nilai barang yang dihibahkan;

e. Berdasarkan berita acara serah terima tersebut, Pengguna Barang Eselon I

melaksanakan penghapusan dari Daftar Barang Pengguna Eselon I dengan

menerbitkan keputusan penghapusan untuk selanjutnya dilakukan penata usahaan.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 15 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 16: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

Sedangkan prosedur dan tata cara hibah pada pengguna barang sampai dengan Rp.

1.000.000.000 diatur dalam Pasal 40 sebagai berikut :

Prosedur dan tata cara hibah dengan batasan nilai sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 28 ayat (3) sebagai berikut:

a. Permohonan hibah kepada Pengguna Barang;

b. Pengguna Barang memerintahkan Pengguna Barang Eselon I untuk menerbitkan

rekomendasi teknis;

c. Berdasarkan persetujuan Pengguna Barang, Pengguna Barang Eselon I

memerintahkan Kuasa Pengguna Barang untuk melakukan penelitian dan

penaksiran dengan membentuk Tim Internal yang hasilnya disampaikan kepada

Kuasa Pengguna Barang;

d. Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan persetujuan hibah kepada Kepala

KPKN/L setempat dengan memperhatikan hasil penelitian dan penaksiran Tim

Internal.

e. Dengan persetujuan dari Kepala KPKN/L, kuasa Pengguna Barang melakukan

serah terima antara kuasa Pengguna Barang dengan penerima hibah yang

dituangkan dalam suatu berita acara serah terima yang sekurang-kurangnya

memuat tentang para pihak, obyek hibah, jenis dan nilai barang yang dihibahkan;

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 16 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 17: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

f. Berdasarkan berita acara serah terima tersebut, Kuasa Pengguna Barang

melaksanakan penghapusan dari Daftar Barang kuasa Pengguna dengan

menerbitkan keputusan penghapusan untuk selanjutnya dilakukan penata

usahaan.

2.3. PERATURAN TERKAIT SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Yang dimaksud dengan peraturan terkait serah terima asset BMN PK-PAM adalah

ketentuan yang mengatur tentang suatu kondisi yang dihadapi dalam proses serah terima

asset BMN PK-PAM, selain yang diatur dalam ketentuan peraturan Permenkeu dan

Permenpu dalam kebijakan teknis hibah.

Dalam Penyiapan Serah Terima Aset BMN PK-PAM di lapangan dimungkinkan terjadi

sesuatu yang tidak diatur dalam kebijakan teknis secara langsung, oleh karenanya

dibutuhkan suatu aturan/kebijakan terkait yang bisa dijadikan dasar pengambilan

kebijakan. antara lain:

1. Kebijakan terkait Pemekaran Daerah Dengan Adanya Kebijakan Otonomi Daerah

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 17 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 18: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

Untuk serah terima Aset-BMN pada wilayah pemekaran, sesuai PP No. 38/2007

Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemprov, Pemkab dan

Pemkot, antara lain disebutkan:

Pasal 4 ayat (1)

Eksernalitas adalah kriteria pembagian urusan pemerintahan dengan

memperhatikan dampak yang timbul sebagai akibat dari penyelenggaraan suatu

urusan pemerintahan.

Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan pemerintahan

tersebut menjadi kewenangan Pemda Kabupaten/Kota.

Apabila dampaknya bersifat lintas Kabupaten/Kota dan/atau regional maka urusan

pemerintahan propinsi, dan apabila dampaknya bersifat lintas Provinsi dan/atau

nasional maka urusan itu menjadi kewenangan Pemerintah.

2. Bencana Alam Yang Berdampak Pada Aset - BMN Yang Hilang

Adanya bencana Alam yang berkemungkinan pada Aset-BMN yang hilang, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Aset-BMN tersebut dapat dihapuskan berdasarkan PP 6/2006 jo PP 38/2008

tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 6/2006 tentang pengelolaan

BMN/D. Pasal 44, ayat (1) penghapusan BMN/D dengan tindak lanjut pemusnahan

dilakukan apabila BMN/D yang dimaksud :

a. Tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan /atau tidak dapat

dipindahtangankan, atau

b. Alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

2) PP 6/2006 penghapusan Barang Milik Negara/Daerah meliputi pasal 4

a. Penghapusan dari daftar barang pengguna dan/atau kuasa pengguna

b. Penghapusan dari daftar BMN/D

Pasal 42

1) Penghapusan BMN/D sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 (a) dilakukan dalam

hal BMN/D dimaksud sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna barang dan

/atau kuasa pengguna barang.

2) penghapusan dengan diterbitkan surat keputusan

a. sudah mendapat persetujuan dari pengelola

b. sudah mendapat persetujuan dari Gubernur/Bupati/Walikota

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 18 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 19: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

3. Keterbatasan Dokumen Pendukung

Dokumen pendukung yang menjadi persyaratan dalam proses serah terima Aset-BMN,

dalam kenyataannya, sangat sulit dipenuhi. Hal ini terjadi karena antara lain :

a. Perubahan kabinet dan perubahan nomenklatur, sehingga setiap ada perubahan

tersebut mengakibatkan terjadinya mutasi Aset-BMN

b. Untuk periode tahun 1995 sampai dengan tahun 2004, terdapat kesulitan dalam

menertibkan penata usahaan barang. Ini disebabkan karena sebelum

diberlakukannya Sistem Informasi Management Akuntansi Aset-BMN (SIMAK

BMN), sistem informasi manajemen akuntansi dan barang tersebut belum

terintegrasi dan mengalami beberapa perubahan. Sebagai contoh, di provinsi Jawa

Timur Laporan Inventarisasi Barang Tahunan (LIT) dikelola tahun 1998 s.d. 2002

sedangkan Simak BMN baru mulai tahun 2006 setara dengan KIB (Kartu

Inventarisasi Barang pada sistem IKMN)

4. Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Pengembangan kawasan perkotaan baik Pemerintah kabupaten/kota menjadi acuan

dalam pengembangan tata ruang dan rencana pembangunan prasarana dan sarana.

Undang-undang No. 26/2007 Tentang Tata Ruang mengatur bahwa penataan ruang

adalah upaya untuk mewujudkan struktur pola tata ruang, dimana struktur ruang adalah

pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana pendukung kegiatan sosial

ekonomi masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, pembangunan bidang Cipta Karya

mempunyai dimensi ruang dan merupakan instrumen untuk mewujudkan struktur ruang

dan pola ruang.

Lingkup pembangunan bidang Cipta Karya meliputi pembangunan dengan komponen

sektor-sektor jalan kota, pengendalian banjir, air minium, penyehatan lingkungan,

pengembangan pemukiman dan penataan ruang. Oleh karena itu RPIJM bidang Cipta

Karya harus didasarkan pada penataan ruang sesuai undang-undang No. 26/2007,

yang menjadi acuan untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan.

RPIJM kabupaten/kota sebagai frame work pembangunan kabupaten/kota, untuk

sektor air minum mencakup antara lain :

- Investasi air minum harus dalam kerangka/frame work RPIJM kabupaten/kota;

- MOU antara Pemda dan Kementerian PU diperlukan agar Pemda ada sharing

pembiayaan dan bertanggung jawab pemanfaatan infrastruktur yang telah selesai

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 19 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 20: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

dibangun dengan menyediakan kelembagaan SDM dan biaya operasi dan

pemeliharaan

Dengan demikian skema investasi seperti tersebut akan lebih berhasil dan Pemda ikut

memiliki Aset tersebut.

5. Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum

Mengacu kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 08 / 2000 Tentang Pedoman

Akuntansi PDAM, maka Kebijakan Akuntansi untuk Aktiva Tetap di Laporan Keuangan

PDAM menyatakan bahwa Aktiva Tetap, dicatat sesuai dengan harga perolehan,

penyusutan sesuai dengan undang-undang Perpajakan No. 10 Tahun 1994 dan surat

Keputusan Menteri Keuangan No. 82/KMK. 04/1994. Aktiva tetap yang berwujud

barang dinyatakan berdasarkan persentasepenyusutan dari nilai perolehan, aktiva tetap

lainnya dengan persentase penyusutan dibagi dalam kelompok-kelompok.

Berkaitan dengan serah terima Aset-BMN sebagai penyertaan modal Pemerintah

Pusat, jenis Aset-BMN sebagai aktiva, pengukuran nilainya sesuai dengan harga

perolehan atau harta perolehan yang di estimasikan.

Menyangkut pengukuran nilai Konsultan dalam inventarisasi dan identifikasi Aset-BMN

hanya sebatas pada harga perolehan atau harga perolehan yang di estimasikan.

Sedangkan perhitungan penyusutan dilakukan oleh Tim Internal Kementerian yang

kemudian dijadikan dasar peraturan daerah oleh Pemda Kabupaten/Kota dalam

penyertaan modal Pemda kepada PDAM.

6. Penyerahan Proyek Selesai (Kepmen PU No. 128/KPTS/1995 Tentang Penetapan

Proyek Selesai)

Berkaitan dengan proses penetapan status Aset BMN yang dibangun oleh Satker PK

PAM di Propinsi dapat diuraikan seperti di bawah ini.

A. Penetapan Status Aset-BMN SPAM

Proses pelaksanaan penyerahan proyek Selesai adalah berikut :

1) Kepala Bagian Proyek membuat Laporan umum proyek selesai kepada Kepala

Proyek.

2) Kepala Bagian Proyek membuat usulan penyerahan proyek selesai kepada

Kepala Proyek.

3) Kepala Proyek menyampaikan usulan penyerahan proyek selesai kepada

Atlas (Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum).

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 20 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 21: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

4) Direktur Jenderal Cipta Karya memberikan persetujuan usulan penyerahan

proyek selesai dari Kepala Proyek.

B. Penetapan Status Proyek Selesai Sementara.

Proses penetapan status Proyek Selesai sementara adalah sebagai berikut :

1) Direktur Jenderal Cipta Karya mengusulkan penetapan proyek selesai kepada

Menteri Pekerjaan Umum

2) Menteri Pekerjaan Umum menetapkan status proyek selesai sementara,

ditindak lanjuti dengan :

a) Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Sementara Proyek Selesai dari

Menteri Pekerjaan Umum kepada Kepala Daerah sambil menunggu proses

penetapan status tetap oleh Menteri Keuangan;

b) Surat Perintah Alih Kepengurusan Barang dari Pengurus Lama (Pimpro)

dengan Pengurus Baru (Biro Perlengkapan);

c) Berita Acara Serah Terima Barang Inventaris dari pengurus Lama (Pimpro)

kepada Pengurus Baru (Biro Perlengkapan).

C. Penetapan Status Tetap Aset-BMN Proyek Selesai

Proses penetapan status Proyek Tetap Aset-BMN Proyek Selesai adalah sebagai

berikut:

1) Permohonan audit terhadap Aset-BMN Proyek selesai dari Direktur Jenderal

Cipta Karya kepada Badan PengawasKeuangan danPembangunan (BPKP).

2) Usulan Status Aset-BMN Proyek selesai dari Menteri Pekerjaan Umum kepada

Menteri Keuangan.

3) Persetujuan/penetapanstatus tetap Aset-BMN selesai oleh Menteri Keuangan.

4) Penerbitan surat Keputusan penghapusan dan penyerahan hibah Kekayaan

Milik Negara oleh Menteri Pekerjaan Umum berdasarkan penetapan status

tetap dari Menteri Keuangan.

5) Penyerahan Aset-BMNKeciptakaryaan dari Eselon I (Direktur Jenderal Cipta

Karya) Departemen Pekerjaan Umum kepada Bupati/Walikota.

Berdasarkan Permen PU No. 02/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang

Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum; Penyerahan Proyek

Selesai Sementara (PPS) tidak diatur dalam Permen PU tersebut.

Dalam penetapan Kepala Satker PKPAM di provinsi sesuai Petunjuk Operasi

Pelaksanaan Kegiatan (POK) ditetapkan bahwa kegiatan yang telah selesai dan

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 21 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 22: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

berfungsi baik sebagian maupun seluruhnya harus diserahkan pengelolaannya

kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Sehingga Berita Acara Serah Terima

Pengelolaan Sementara (BAST-PS) merupakan langkah terobosan agar Aset-BMN

yang telah selesai dibangun agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, serta

pembiayaan Operasi dan Pemeliharaannya dapat dibebankan ke APBD.

7. Peraturan Menteri Keuangan (PMK No. 171/PMK.05/2007 tentang Sistem

Akuntansi dan Laporan keuangan Pemerintah Pusat

Peraturan ini memuat ketentuan Pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

dalam menyelenggarakan Akuntansi Instansi atas transaksi pendapatan, belanja, dan

posisi aset/utang pada tingkat Satuan Kerja, Wilayah, Eselon-I, Kantor Pusat

Kementerian Negara/Lembaga, dan Satuan Kerja Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan,

serta Koordinator Wilayah Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan termasuk transaksi

Badan Layanan Umum dan BAPP.

Peraturan Menteri Keuangan ini berlaku untuk seluruh unit organisasi pada Pemerintah

Pusat dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan

Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan yang dananya bersumber dari APBN serta

pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Tidak termasuk dalam ruang

lingkup Peraturan Menteri Keuangan ini adalah:

a. Pemerintah Daerah (yang sumber dananya berasal dari APBD);

b. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari:

1) Perusahaan Perseroan; dan

2) Perusahaan Umum.

Ketentuan yang terkait langsung dengan penyiapan serah terima asset wilayah II

adalah ketentuan yang mengatur tentang Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi

Barang Milik Negara sebagaimana diatur dalam pasal pasal sebagai berikut :

Pasal 34

(1) SIMAK-BMN merupakan subsistem dari SAI.

(2) Untuk melaksanakan SIMAK-MBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Kementerian Negara/Lembaga membentuk Unit Akuntansi Barang sebagai berikut :

a. UAPB;

b. UAPPB-E1;

c. UAPPB-W; dan

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 22 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 23: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

d. UAKPB

Pasal 35

(1) UAKPB melakukan proses akuntansi atas DS BMN untuk menghasilkan Daftar

Barang Kuasa Pengguna (DBKP), Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran

(LBKPS), Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT), Jurnal Transaksi

BMN, dan daftar/laporan manajerial lainnya termasuk yang dananya bersumber dari

Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

(2) Jurnal Transaksi BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada

petugas akuntansi SAK setiap bulan dalam bentuk ADK untuk penyusunan Neraca.

(3) Dalam rangka meyakini keandalan nilai BMN dalam Neraca dengan laporan BMN,

UAKPB melakukan rekonsiliasi internal dengan UAKPA.

(4) LBKPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai Catatan atas Laporan BMN

beserta ADK transaksi BMN disampaikan kepada UAPPB-W/UAPPB-E1 dan

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) setiap semester.

(5) LBKPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai Laporan Kondisi Barang dan

Catatan atas Laporan BMN disampaikan kepada UAPPB-W/UAPPB-E1 dan

KPKNL setiap tahun.

(6) UAKPB melakukan rekonsiliasi laporan BMN dengan KPKNL setiap semester.

(7) KPKNL melakukan rekonsiliasi dengan KPPN di wilayah kerjanya untuk menguji

kesesuaian laporan BMN dengan Neraca setiap semester.

(8) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, Laporan BMN sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) beserta Catatan atas Laporan BMN merupakan bahan

penyusunan Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan serta lampiran Laporan

Keuangan tingkat UAKPA.

Pasal 36

(1) UAPPB-W menyusun Daftar Barang Pembantu Pengguna Wailayah (DBPP-W),

Laporan Barang Pembantu Pengguna Wilayah Semesteran (LBPP-WS), Laporan

Barang Pembantu Pengguna-Wilayah Tahunan (LBPP-WT), dan daftar/laporan

manajerial lainnya tingkat wilayah berdasarkan hasil penggabungan Laporan BMN

seluruh UAKPB di wilayah kerjanya.

(2) Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara menerima dan memproses Laporan

BMN dari seluruh KPKNL di wilayah kerjanya.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 23 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 24: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

(3) UAPPB-W melakukan rekonsiliasi laporan BMN dengan Kanwil Direktorat Jenderal

Kekayaan Negara setiap semester.

(4) Dalam rangka meyakini keandalan Laporan BMN dan laporan keuangan tingkat

wilayah Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan negara melakukan rekonsiliasi

dengan Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

(5) Dalam rangka meyakini keandalan Laporan BMN dan laporan keuangan tingkat

wilayah, UAPPB-W melakukan rekonsiliasi internal dengan UAPPA-W.

(6) Laporan BMN tingkat wilayah LBPP-WS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disertai Catatan atas Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada UAPPBE1

dan Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara di wilayahnya masingmasing

setiap semester.

(7) LBPP-WT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserta Laporan Kondisi Barang

dan Catatan atas Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada UAPPB-E1 dan

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara di wilayahnya masingmasing

setiap tahun.

(8) Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara menyampaikan LBPPB-WS beserta

ADK kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara setiap

semester/tahun.

(9) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, Laporan BMN sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) beserta Catatan atas laporan BMN merupakan bahan

penyusunan Neraca adan Catatan atas Laporan Keuangan serta lampiran Laporan

Keuangan tingkat UAPPA-W.

Pasal 37

(1) UAPPB-E1 menyusun Daftar Barang Pembantu Pengguna Eselon I (DBPP-E1),

Laporan Barang Pembantu Pengguna Eselon I Semesteran (LBPP-E1S), Laporan

Barang Pembantu Pengguna Eselon I Tahunan (LBPP-E1T), dan daftar/laporan

manajerial lainnya tingkat Eselon I berdasarkan hasil penggabungan Laporan BMN

seluruhUAPPB-W di wilayah kerjanya, termasuk UAPPB-W Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan serta UAKPB yang langsung berada dibawahnya.

(2) UAPPB-E1 dapat melakukan rekonsiliasi Laporan BMN dengan Direktorat Jenderal

Kekayaan Negara setiap semester.

(3) Dalam rangka menyakini keandalan laporan BMN dan Laporan Keuangan tingkat

Eselon I, UAPPB-E1 melakukan rekonsiliasi internal dengan UAPPA-E1.

(4) LBPP-E1S sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan Catatan atas

Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada UAPB setiap semester.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 24 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 25: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

(5) LBPP-E1T sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan Laporan Kondisi

Barang dan Catatan atas Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada UAPB

setiap semester setiap tahun.

(6) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, Laporan BMN sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan Catatan atas laporan BMN merupakan bahan

penyusunan Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan serta lampiran Laporan

Keuangan tingkat UAPPA-E1.

Pasal 38

(1) UAPB menyusun Daftar Pengguna Barang (DPB), Laporan Barang Pengguna

Semesteran (LBPS), laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT), dan

daftar/laporan manajerial lainnya tingkat Kementerian Negara/Lembaga

berdasarkan hasil penggabungan Laporan BMN dari seluruh UAPPB-E1 di wilayah

kerjanya.

(2) UAPB melakukan Rekonsiliasi Laporan BMN dengan Direktorat Jenderal Kekayaan

Negara setiap semester.

(3) Dalam rangka Rekonsiliasi Laporan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara menerima dan memroses Laporan BMN

yang diterima dari seluruh Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara setiap

semester/tahun.

(4) Dalam rangka meyakini keandalan laporan BMN dan laporan keuangan, APB

melakukan rekonsiliasi internal dengan UAPA.

(5) LBPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan Catatan atas Laporan

BMN beserta ADK disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal

Kekayaan Negara setiap semester.

(6) LBPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan Laporan Kondisi

Barang dan Catatan atas Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada Menteri

Keuangan c.q. Direktur Jenderal Kekayaan Negara setiap tahun.

(7) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, Laporan BMN sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan Catatan atas Laporan BMN merupakan bahan

penyusunan Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan serta lampiran Laporan

Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.

Pasal 39

(1) Dalam rangka mendukung keandalan Laporan BMN, setiap Unit Akuntansi Barang

melakukan inventarisasi atas BMN yang dikuasainya.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 25 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 26: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

(2) Inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

sekurangkurangnya sekali dalam lima tahun kecuali untuk Persediaan dan

Konstruksi dalam Pengerjaan dilaksanakan setiap tahun.

(3) Unit Akuntansi Barang menyampaikan hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan (2) kepada Pengelola Barang selambat-lambatnya tiga bulan

setelah selesainya akhir inventarisasi.

(4) Pengelola Barang melakukan inventarisasi atas tanah dan bangunan yang

dikuasainya sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun.

Pasal 40

Dalam rangka menjaga kesinambungan penyusunan dan keandalan laporan

BMN/neraca, setiap organisasi SIMAK-BMN secara berjenjang berwenang melakukan

pembinaan dan monitoring pelaksanaan SIMAK-BMN di wilayah kerjanya.

Pasal 41

(1) Pelaksanaan SIMAK-BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan

Pasal 35 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam

Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini.

(2) Laporan BMN dibuat sesuai dengan bentuk dan format sebagaimana ditetapkan

dalam, Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini.

8. Peraturan Menteri Keuangan (PMK No. 84/PMK.02/2011) Tentang Standar Biaya

Tahun Anggaran 2012 Untuk Pengelola Keuangan SAI dan SIMAK BMN Terkait

Anggaran Untuk Pengelolaan BMN

Standar biaya adalah satuan biaya yang ditetapkan sebagai acuan penghitungan

kebutuhan anggaran dalam rencana kerja dan anggaran kementerian Negara/lembaga,

baik berupa standar biaya masukan maupun standar biaya keluaran.

Standar biaya masukan adalah satuan biaya berupa harga satuan, tariff, dan indeks

yang digunakan untuk menyusun biaya komponen masukan kegiatan, sedangkan

standar biaya keluaran adalah besaran biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan

sebuah keluaran yang merupakan akumulasi biaya komponen masukan kegiatan.

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/PRT/M/2008 Tentang Pelaksanaan

Kegiatan Departemen PU yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan

Dilaksanakan Sendiri Terkait Struktur Organisasi Satker

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 26 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 27: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

Pasal 1 ayat (7)

Bidang Pekerjaan Umum adalah kegiatan yang meliputi subbidang Sumber Daya Air,

Bina Marga, Perkotaan Perdesaan, Air Minum, Air limbah, Persampahan, Drainase,

Permukiman, Bangunan Gedung dan Lingkungan, serta Jasa Konstruksi.

Pasal 1 ayat (8)

Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah organisasi/lembaga pada

Pemerintah yang bertanggung jawab kepada Menteri yang menyelenggarakan kegiatan

yang dibiayai dari Dana APBN Departemen Pekerjaan Umum.

Pasal 3

(1) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Departemen Pekerjaan Umum

meliputi kegiatan subbidang Sumber Daya Air, Bina Marga, Perkotaan Perdesaan,

Air Minum, Air limbah, Persampahan, Drainase, Permukiman, Bangunan Gedung

dan Lingkungan, Jasa Konstruksi, serta kegiatan penataan ruang di lingkungan

Departemen Pekerjaan Umum.

(2) Kegiatan urusan pemerintahan sebagaimana disebut pada ayat (1) dilaksanakan

melalui

(3) Satuan Kerja yang terdiri dari:

a. Satuan Kerja Pusat melaksanakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan

umum diPusat.

b. Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis Pusat melaksanakan urusan pemerintahan

bidang pekerjaan umum kewenangan Pemerintah yang dilaksanakan sendiri

dan berada di daerah.

c. Satuan Kerja Sementara/Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT)

melaksanakan urusan pemerintahan bidang Pekerjaan Umum kewenangan

Pemerintah yang tidak dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pusat, Satuan Kerja Unit

Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka

pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Pasal 7

(1) Menteri menetapkan pejabat inti Satuan Kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan

Umum.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 27 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 28: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

(2) Pejabat inti pada Satuan Kerja harus memenuhi persyaratan sebagaimana

tercantum dalam lampiran 1.b, 2.b, dan 3.b yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini.

(3) Pejabat Inti Satuan Kerja bidang pekerjaan umum terdiri dari:

a. Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang/Kepala Satuan Kerja,

b. Pejabat Pemungut Penerimaan Negara,

d. Pejabat Pembuat Komitmen,

e. Pejabat yang Melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran,

f. Bendahara Penerimaan,

g. Bendahara Pengeluaran,

(4) Atasan langsung Kepala Satker atas nama pejabat Eselon I menetapkan pembantu

pejabat inti Satker.

10. Peraturan Menteri PU no. 22/PRT/M/2006 tentang Pengamanan dan Perkuatan Hak

Atas Tanah Departemen PU terkait Pengamanan Arsip Aset

Pengertian

Tanah adalah bagian dari Barang Milik Negara Departemen berupa lahan yang

diatasnya telah atau belum dibangun Prasarana dan Sarana Pekerjaan Umum (PSPU)

dan telah atau belum dicatat dalam Inventarisasi Barang Departemen.

Pengamanan hak adalah kegiatan untuk melengkapi legalitas BMN dan tanah

khususnya dengan dokumen administrasi yang membuktikan bahwa tanah tersebut

secara hukum sah dikuasai Departemen.

Dokumen administrasi adalah dokumen yang diterbitkan oleh yang berwenang yang

berkaitan dengan keberadaan tanah seperti sertifikat hak, akta jual beli, akta notaris

keputusan panitia pengadaan tanah, berita acara ganti rugi, berita acara pelepasan hak

tanah, daftar/kwitansi pembayaran ganti rugi, perjanjian jual beli, perjanjian tukar

menukar, perjanjian sewa menyewa, perjanjian pinjam meminjam, keputusan

penyerahan hak pengelolaan, IMB dan dokumen lain yang terkait.

Perkuatan hak adalah proses peningkatan status hukum pengusaan tanah milik

Departemen agar memiliki hak yang lebih kuat.

Pasal 3

(1) Pengamanan fisik sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 Ayat (3) meliputi:

a. Tanah yang berasal dari :

1) Hak penguasaan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 28 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 29: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

8 Tahun 1953;

2) Pembebasan tanah/pengadaan tanah melalui Panitia Pembebasan

Tanah/Pengadaan Tanah;

3) Perjanjian jual beli;

4) Hibah;

5) Tukar menukar;

6) Bekas sungai;

7) Perolehan lain yang sah;

8) Peristiwa hukum.

b. Tanah dengan kondisi :

1) Tanah/lahan yang diperuntukan/berfungsi sebagai sempadan sungai,

danau, ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan;

2) Diatasnya telah berdiri Prasarana dan Sarana Pekerjaan Umum (PSPU);

3) Diatasnya belum berdiri PSPU;

4) Dalam status pemanfaatan oleh pihak lain;

5) Digunakan sebagai fasilitas sosial, pendidikan dan fasilitas umum di

komplek perumahan pegawai/karyawan.

c. Tanah dengan status bukti kepemilikan :

1) Telah bersertifikat;

2) Belum bersertifikat :

a) Dokumen perolehannya lengkap;

b) Dokumen perolehannya tidak lengkap;

c) Dokumen perolehannya tidak ditemukan.

(2) Pengamanan fisik dilakukan sebagai berikut :

a. Memasang tanda-tanda yang dapat menunjukkan letak atau keberadaan dan

status tanah

b. Tanda-tanda sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat berupa:

1) Pembangunan pagar pembatas (tembok, besi, kawat berduri, tanaman)

2) Pemasangan patok penanda batas tanah (patok beton, patok besi, batu,

tanaman)

3) Pemasangan papan pengumuman

4) Pemasangan prasasti (batu kali, batu marmer, keramik)

(3) Tata cara pengamanan fisik sebagaimana dimaksud pada huruf b adalah sebagai

berikut:

a. Pembangunan Pagar.

Pagar tembok atau pagar kawat berduri setinggi 1,5 m atau pagar tanaman

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 29 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 30: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

hidup;

b. Pemasangan Patok Beton.

Patok beton dengan ukuran dan tanda-tanda sebagai berikut:

1) Tinggi minimal 0,50 meter dari permukaan tanah;

2) Kedalaman minimal 1,10 meter dari permukaan tanah;

3) Jarak antara satu patok dan lainnya 100 meter dan/atau disesuaikan dengan

kondisi setempat;

4) Diberi tanda kepemilikan dan lambang Pekerjaan Umum dan tahun

perolehan.

c. Pemasangan papan nama

Pada pengamanan fisik dengan “Papan Nama” ditentukan sebagai berikut:

1) Dibuat dari pelat besi ukuran lebar 81 cm, panjang 122 cm:

2) Diberi tulisan dengan Judul “Tanah Negara”

3) Rencana penggunaan.

4) Diberi gambar lambang Departemen.

5) Dilengkapi dengan tulisan “Dilarang Masuk/Memanfaatkan” tanah dimaksud

dengan huruf besar warna merah, dan mencantumkan “ancaman

pidana”nya yaitu dengan menggunakan:

a) Pasal 167 ayat (1) KUHP dihukum 9 bulan penjara;

b) Pasal 389 KUHP dihukum 2 tahun 8 bulan penjara;

c) Pasal 551 KUHP dihukum denda;

6) Pada kiri bawah bertuliskan nama Departemen dan Kuasa Pengguna

Barang.

7) Papan nama tersebut didirikan setinggi 162 cm dari permukaan tanah

dengan tiang pipa sebesar ( ∅ 2 “) yang ditanam cor beton dengan

kedalaman + 60 cm dari permukaan tanah.

(4) Pengamanan fisik juga dapat dilakukan dengan merubah status fisik dari tanah

yang bersangkutan baik dalam bentuk galian maupun dalam pembuatan tanggul

yang dapat mencerminkan sebagai usaha pengamanan.

Pasal 7

(1) Perkuatan Hak merupakan proses peningkatan status hukum penguasaan tanah

milik Departemen agar memiliki hak yang lebih kuat.

(2) Pelaksanaan proses perkuatan hak untuk masing-masing dokumen hak yang

dimiliki dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan syarat-syarat yang ditetapkan

oleh instansi yang berwenang dan/atau sesuai dengan peraturan

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 30 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 31: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

perundangundangan yang berlaku.

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum, antara lain menetapkan:

Pasal 540

Direktorat Jenderal Cipta Karya terdiri atas:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Bina Program;

c. Direktorat Pengembangan Permukiman;

d. Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan;

e. Direktorat Pengembangan Air Minum;

f. Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman;

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 632

Direktorat Pengembangan Air Munum mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi

di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum.

Pasal 633

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 632, Direktorat

Pengembangan Air Minum menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air

minum;

b. pembinaan teknik, pengawasan teknik, dan fasilitasi pengembangan sistem

penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan

sosial;

c. pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;

d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pembinaan kelembagaan

dan peran serta masyarakatdi bidang air minum;

e. pelaksanaan tata usaha direktorat.

Pasal 634

Direktorat Pengembangan Air Minum terdiri atas:

a. Sub Direktorat Perencanaan Teknis;

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 31 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 32: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

b. Sub Direktorat Investasi;

c. Sub Direktorat Wilayah II;

d. Sub Direktorat Wilayah III;

e. Sub Direktorat Pengaturan dan Pembinaan Kelembagaan;

f. Sub Bagian Tata Usaha; dan

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 643

Sub Direktorat Wilayah II mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan

pengawasan teknik serta fasilitasi pengembangan sistem pengembangan air minum

termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial di wilayah pulau

Sumatera dan Jawa.

Pasal 644

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 643, Subdirektorat

Wilayah II menyelenggarakan fungsi:

a. pembinaan teknik rekayasa dan rancang bangun pengembangan sistem

penyediaan air minum di wilayah Pulau Sumatera dan Jawa;

b. pembinaan teknik, pengawasan teknik, dan fasilitasi pengembangan sistem

penyediaan air minum di wilayah Pulau Sumatera dan Jawa;

c. pembinaan teknik, pengawasan teknik, dan fasilitasi pendayagunaan sumber air

baku untuk air minum di wilayah Pulau Sumatera dan Jawa;

d. fasilitasi perbaikan prasarana dan sarana air minum akibat bencana alam dan

kerusuhan sosial di wilayah Pulau Sumatera dan Jawa;

e. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program pengembangan sistem

penyediaan air minum di wilayah Pulau Sumatera dan Jawa; dan

f. fasilitasi serah terima pengelolaan sementara dan serah terima aset hasil

pembangunan sistem penyediaan air minum di wilayah Pulau Sumatera dan Jawa.

Pasal 645

Sub Direktorat Wilayah II terdiri atas:

a. Seksi Wilayah II A;

b. Seksi Wilayah II B.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 32 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 33: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

Pasal 646

1. Seksi Wilayah II A mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pembinaan

teknik dan pengawasan teknik, pengolahan data, rekayasa dan rancang bangun,

fasilitasi perbaikan kerusakan prasarana dan sarana air minum akibat bencana

alam dan kerusuhan sosial, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

program, fasilitasi serah terima pengelolaan sementara dan serah terima aset hasil

pembangunan sistem penyediaan air minum di wilayah Sumatera.

2. Seksi Wilayah II B mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pembinaan

teknik dan pengawasan teknik, pengolahan data, rekayasa dan rancang bangun,

fasilitasi perbaikan kerusakan prasarana dan sarana air minum akibat bencana

alam dan kerusuhan sosial, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

program, fasilitasi serah terima pengelolaan sementara dan serah terima aset hasil

pembangunan sistem penyediaan air minum di wilayah Jawa.

Pasal 992

Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara mempunyai tugas melaksanakan

perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengendalian dan penatausahaan serta

pemindahtanganan dan pemanfaatan barang milik negara dan kekayaan negara pada

tingkat Kementerian Pekerjaan Umum.

Pasal 993

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 992, Pusat

Pengelolaan Barang Milik Negara menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana dan program pengelolaan barang milik negara;

b. pembinaan, pengawasan dan pengendalian barang milik negara;

c. pembinaan pelaksanaan penyusunan pelaporan barang milik negara;

d. pengembangan sistem dan produk pengaturan barang milik negara;

e. penatausahaan barang milik negara pada tingkat Kementerian;

f. pembinaan pemindahtanganan, pemanfaatan dan penghapusan barang milik

negara dan kekayaan negara;

g. penghimpunan dan pengamanan dokumen kepemilikan dan pemrosesan barang

milik negara;

h. pemantauan dan evaluasi penatausahaan, pemindahtanganan, pemanfaatan dan

penggunaan barang milik negara;

i. pelaksanaan koordinasi inventarisasi dan penajaman hasil revaluasi barang milik

negara;

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 33 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM

Page 34: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Serah Terima Aset PK PAM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAPORAN AKHIRDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PENYIAPAN SERAH TERIMA ASSET PK-PAMSATUAN KERJA DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM W I L A Y A H I I

j. koordinasi pelaksanaan sertifikasi dan perkuatan hak;

k. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat.

12. Keputusan Menteri PU No. 436/KPTS/M/2012 Tentang Pengangkatan Pejabat Unit

Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Terkait Struktur Organisasi Satker.

PT. PATRIA REKSA CONSULINDO 2 - 34 BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN SERAH TERIMA ASSET BMN PK-PAM