4. menjadi konselor

Upload: rizka-amalia

Post on 08-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

konseling

TRANSCRIPT

KETERAMPILAN DASAR SEBAGAI KONSELOR

A. PENGANTARDalam melakukan proses konseling, seorang konselor haruslah

memenuhi beberapa kriteria tertentu, agar konselingnya menjadi efektif. Menurut Carl Rogers (1971), ada 3 karakteritik utama sebagai modalitas yang harus dimiliki seorang konselor, yaitu:a. emphaty empati.memahami klien dalam kerangka berpikir klien, sehingga konselor mampu menempatkan diri pada posisi klien dan mempersepsi seperti yang klien persepsikan.b. congruency authenticity/ genuiness.konselor haruslah memiliki keserasian antara perasaan dan tingkah-lakunya, sehingga memahami kelebihan dan kelemahan dirinya agar tidak salah dalam menilai klien.c. unconditional positive regard - penerimaan/acceptance.menerima klien sebagai individu lain yang memiliki kebutuhannya sendiri dan kemampuan mengembangkan dirinya sesuai kebutuhannya tersebut. Dalam hal ini, konselor mampu mengembangkan keadaan yang kondusif untuk pertumbuhan klien (growth) berupa: pengalaman dipahami, disayangi, dan dihargai tanpa syarat.

Secara lebih detil, Hacney dan Cormier (2001) menjelaskan karakteritik penolong yang terdiri atas:

kesadaran tentang diri (self-awareness) dan pemahaman diri

kesehatan psikologis yang baik

sensitivitas terhadap faktor-faktor terkait rasialisme, etnik, dan budaya yang diyakininya, serta yang dimiliki orang lain.

keterbukaan (open-mindedness)

objektivitas

kompetensi

dapat dipercaya (trustworthiness) interpersonal attractiveness.Pada garis besarnya, keterampilan dasar seorang konselor meliputi perilaku yang terkait menunjukkan sikap pelayanan (attending behaviour), keterampilan mendengar, keterampilan bertanya/ interviu, serta keterampilan menolong diri sendiri.B. ATTENDING BEHAVIOUR

Menurut Culley (1992), perilaku yang menunjukkan sikap melayani merupakan dasar bagi kemampuan seorang konselor dalam melakukan pengamatan (observasi) dan mendengarkan klien. Perilaku ini meliputi kemampuan mengekspresikan dengan baik secara verbal maupun non-verbal tanda-tanda bahwa konselor bersama klien, memperhatikan klien, dan berminat terhadap apa yang diceritakan klien. Perilaku non-verbal yang mempengaruhi seorang konselor dalam menunjukkan sikap melayaninya, yaitu:1. Posture

( Terbuka dan mengkomunikasika bahwa konselor siap dan mau mendengarkan klien. Posisikan diri dalam posisi yang nyaman, dapat menatap klien dengan leluasa, tegap, dan relaks.

2. Kontak mata

( Usahakan adanya kontak mata secara langsung dengan klien, meskipun itu tidak berarti klien harus berhadapan dengan konselor secara langsung. Manfaat melakukan kontakk mata: dapat memahami tanda-tanda dari apa yang dipikirkan dan dirasakan klien. 3. Ekspresi wajah

( Konselor seharusnya menampilkan ekspresi wajah seorang yang memperhatikan lawan bicaranya, calm, dan hindarilah mentertawakan klien anda.4. Cara duduk( Yakinkan bahwa sebagai konselor kita memberi jarak duduk dengan klien kita (3-5 kaki), dengan posisi kursi yang sama tinggi. Ketika melakukan konseling dengan klien berpasangan, pastikan konselor dapat melihat keduanya dengan leluasa.

Selain itu, beberapa kalimat yang bersifat melayani, juga dapat diucapkan konselor saat pertama kali berjumpa dengan klien. Contohnya:

Saya sangat berminat dengan apa yang anda ceritakan

Saya akan mencoba memahami pengalaman yang anda miliki ...

Atau dengan kalimat yang menunjukkan hasil observasi konselor terhadap klien, misal:

Hmm, suara dan intonasi bicara Anda tampak berubah. Tampaknya anda terlihat marah.

Daftar perilaku verbal dan non-verbal yang menunjukkan sikap melayani (Okun & Kantrowitz, dalam Gladding, 2009):

PERILAKU VERBAL

1. penggunaan kata-kata yang mudah dipahami

2. merefleksikan kembali apa yang dibicarakan klien3. interpretasi yang sesuai

4. menyimpulkan

5. merespon pesan yang utama dari klien

6. penggunaan: Hmm...; ya, saya paham...; ya...

7. memanggil klien dengan namanya atau anda

8. memberi informasi yang sesuai untuk klien

9. menjawab pertanyaan yang disampaikan klien kepada konselor

10.menggunakan humor untuk meredakan ketegangan klien

11.tidak menghakimi dan penuh respek

12.menunjukkan pemahaman yang besar pada pernyataan klien

PERILAKU NON-VERBAL

1. penggunaan intonasi suara yang sesuai

2. memelihara kontak mata

3. gerakan kepala yang sesuai

4. ekspresi wajah yang sesuai

5. membiasakan tersenyum

6. membiasakan adanya gerakan tangan

7. kedekatan fisik terhadap klien

8. kecepatan bicara yang sedang-sedang saja

9. posisi badan yang mengarah pada klien

10.santai, posture terbuka

11.suara nyaman

12.menyentuh klien hanya bila diperlukan dan sewajarnya.C. BASIC LISTENING SKILLS

Culley (1992) juga menjelaskan bahwa seorang konselor harus memiliki keterampilan mendengar dengan baik. Yang dapat ditangkap dari keterampilan ini adalah pengalaman yang terjadi pada klien, perilaku klien (apa yang dikatakannya dan apa yang dilakukannya), perasaan klien (apa yang dirasakan klien mengenai perilakunya dan pengalamannya), serta isi pikirannya (apa yang diyakini, dipahami, dirasakan ketika bertindak, keyakinan orang-orang di sekitarnya menurut klien).

Selain terampil mendengarkan apa yang diungkapkan klien, seorang konselor juga harus mampu mendengarkan dan merasakan reaksi-reaksi yang muncul pada dirinya sendiri sepanjang sesi konseling. Konselor juga berpikir, merasakan, dan berintuisi sepanjang sesi. Konselor dapat saja merasa terganggu dengan cara bicara dan perilaku klien. Seharusnya konselor juga waspada terhadap hal tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi (bahkan dapat menjadi bias) selama proses mendengarkan: budaya

nilai

isu yang ada pada kehidupan pribadi konselor

terlalu sibuk menyiapkan jawaban dari yang diceritakan klien

mencari konfirmasi/ pembenaran dari hipotesa konselor dan mengabaikan informasi klien yang lain

menjadi defensif ketika klien mencoba mengkoreksi.

D. BASIC INTERVIEWING SKILLS

Keterampilan yang dibutuhkan konselor untuk mewawancara klien dan menggali informasi dari klien. Menurut Culley (1992) dapat dibagi menjadi:

1. keterampilan merefleksi informasi dari klien

( merupakan keterampilan yang memungkinkan seorang konselor untuk mengkomunikasikan seberapa jauh pemahaman konselor

dalam perspektif klien. Bisa dalam bentuk: mengulang kata/ kalimat dari klien, paraphrasing (memahami pesan inti dari klien), menyimpulkan (paraphrasing yang lebih kompleks dan panjang

tanpa memasukkan hipotesa konselor).2. keterampilan menggali data (probing)

( dapat berupa keterampilan konselor dalam bertanya

(questioning), kemampuan mempersuasi klien, membuat hipotesa,

dan membuat pernyataan. Membuat pernyataan dapat dilakukan

konselor untuk memperhalus pertanyaan yang dirasa cukup sensitif

bagi klien. misal:

saya membayangkan kira-kira yang dipikirkan pasangan anda

mengenai hal ini. (untuk mengganti: apa yang pasangan anda

pikirkan ?) 3. konfrontasi informasi dari klien ( dilakukan apabila klien mengungkapkan sesuatu yang berbeda

tentang 1 hal/ tanpa klien sadari telah mengatakan sesuatu yang

membuat orang lain merasa terganggu. Tujuan konfrontasi: untuk crosscheck data dan meningkatkan kesadaran klien. Konfrontasi

baru dapat dilakukan sepanjang hubungan klien-konselor telah

terjalin cukup baik. E. SELF ATTENDING SKILLS

Ada beberapa keterampilan yang sifatnya membantu konselor

sendiri sepanjang proses konseling:1. Self-disclosure

2. Pemahaman diri

3. Meningkatkan kesehatan mental konselor

4. Sensitifitas pada masalah budaya dan hal terkait

5. Keterbukaan

6. Objektif

7. Kompetensi

8. Pengetahuan yang luas

9. Dapat dipercaya

10.Ketertarikan interpersonal ( kesamaan cara pandang.PAGE 4