4 hasil dan pembahas

61
55 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Guna memperoleh produk akhir yang baik, semua kegiatan dalam perkebunan kelapa sawit harus tersusun dan terencana dengan baik. Terlebih lagi perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu jenis usaha jangka panjang, dimana kelapa sawit yang ditanam saat ini baru akan memberikan hasil beberapa tahun kemudian dan setiap satu kesalahan dapat berakibat fatal dalam jangka panjang nantinya. Adapun kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit yang dilaksanakan di PT. Bina Pratama Sakato Jaya, Solok Selatan II, Sei. Jujuhan Estate dalam rangka kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) adalah sebagai berikut: 4.1.1. Persiapan Lahan Tanaman kelapa sawit dapat ditanam pada daerah-daerah hutan primer, hutan sekunder dan juga bekas dari areal tanaman pekebunan lainnya. Yang sangat perlu diperhatikan adalah cara mengelola dan mengatur lahan tersebut sehingga sesuai dengan syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit. Kegiatan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan lahan yang sesuai tersebut adalah:

Upload: robby-alfero

Post on 17-Dec-2015

78 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

4 Hasil Dan Pembahas

TRANSCRIPT

  • 55

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

    Guna memperoleh produk akhir yang baik, semua kegiatan dalam

    perkebunan kelapa sawit harus tersusun dan terencana dengan baik. Terlebih lagi

    perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu jenis usaha jangka panjang, dimana

    kelapa sawit yang ditanam saat ini baru akan memberikan hasil beberapa tahun

    kemudian dan setiap satu kesalahan dapat berakibat fatal dalam jangka panjang

    nantinya.

    Adapun kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit yang dilaksanakan di PT.

    Bina Pratama Sakato Jaya, Solok Selatan II, Sei. Jujuhan Estate dalam rangka

    kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) adalah sebagai berikut:

    4.1.1. Persiapan Lahan

    Tanaman kelapa sawit dapat ditanam pada daerah-daerah hutan primer,

    hutan sekunder dan juga bekas dari areal tanaman pekebunan lainnya. Yang sangat

    perlu diperhatikan adalah cara mengelola dan mengatur lahan tersebut sehingga

    sesuai dengan syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit.

    Kegiatan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan lahan yang sesuai

    tersebut adalah:

  • 56

    luasan yang akan ditanami kelapa sawit, jenis dan kondisi vegetasi, topografi dan

    jenis tanah. Hasil survei areal digunakan sebagai dasar untuk penataan kebun dan

    penentuan sistem konservasi tanah, sistem jaringan jalan, blok tanaman, kantor,

    dan lain-lain. Hasil survei juga berguna sebagai dasar untuk menyusun rencana

    kerja, sistem kerja, kebutuhan alat dan kebutuhan dana. Jenis survei yang

    dilakukan adalah survei awal bertujuan untuk menentukan batas-batas areal, survei

    dasar yang bertujuan untuk memeriksa kondisi didalam areal, dan survei lanjutan

    yang bertujuan untuk memeriksa kondisi areal lebih rinci. Setelah itu hasil survey

    tersebut dipetakan.

    B. Pembersihan lahan (land clearing)

    Kegiatan yang dilakukan dalam land clearing adalah:

    - Babat dan imas yaitu membabat dan menebang semak dan pohon

    berdiameter

  • 57

    Gambar 9. Contoh pembersihan lahan ( kegiatan imas) di PT. BPSJ SS II

    - Tumbang yaitu menebang pohon berdiameter >10 cm secara manual atau

    mekanis. Alat yang digunakan adalah chainsaw, kampak, dan bulldozer.

    Kegiatan penumbangan dilakukan dengan sistem borongan yang

    membutuhkan tenaga kerja 8-12 JKT/ha.

    Gambar 10. Contoh hasil penumbangan pohon di PT. BPSJ SS II

    - Perun yaitu memotong cabang-cabang pohon untuk memudahkan

    perumpukan. Alat yang digunakan adalah chainsaw dan kampak. Norma

    tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan perun adalah 10-15 HK/ha.

    - Cincang yaitu memotong pohon-pohon yang telah tumbang untuk

    memudahkan perumpukan. Alat yang digunakan adalah chainsaw dan

  • 58

    kampak. Norma tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan cincang ini adalah

    20-30 HK/ha.

    - Rumpuk yaitu mengumpulkan kayu-kayu, beserta cabang dan ranting yang

    telah ditumbang menjadi jalur tumpukan yang rapi dan teratur. Alat yang

    digunakan adalah bulldozer, kabel baja, dan lain-lain. Norma tenaga yang

    dibutuhkan dalam kegiatan merumpuk jika dilakukan secara manual adalah

    8-12 HK/ha.

    Dalam pembersihan lahan di PT. BPSJ SS II sudah baik, namun perlu

    memperhatikan jenis tanah dan topografi lahan. Pada areal yang topografi yang

    sangat miring dihindarkan pemakaian alat berat dan juga untuk daerah yang

    kemiringannya sangat curam hendaknya digunakan sebagai areal konservasi.

    C. Pemancangan

    Berdasarkan jenisnya, pancang yang digunakan saat melakukan

    pemancangan di PT BPSJ SS II adalah :

    - Pancang induk yaitu pancang yang dibuat dan ditancapkan pada interval 100 x

    100 m, tinggi pancang yang digunakan adalah 4 meter dan berwarna kuning.

    - Pancang kepala yaitu pancang yang dibuat dan ditancapkan antar pancang

    induk dimana jarak antar pancang kepala sama dengan jarak tanam yang

    digunakan. Pancang kepala tingginya 2.5 meter dan berwarna merah.

    - Pancang isi yaitu pancang yang ditancapkan pada setiap titik tanam diantara

    pancang kepala. Tinggi pancang isi 1,5 meter dan warnanya putih.

  • 59

    Alat yang digunakan saat melakukan kegiatan pemancangan adalah teodolit,

    kompas, water pass, pita ukur, kawat, pancang, cat dan lain-lain. Norma tenaga

    yang dibutuhkan dalam kegiatan pemancangan adalah 3-4 HK/ha.

    Pemancangan adalah penandaan titik tanam dengan jarak dan pola barisan

    yang teratur, dengan tujuan untuk memberikan akses yang sama dan cukup akan

    sinar matahari untuk setiap pokok tanaman sehingga dapat menghasilkan

    pertumbuhan yang optimal dan produksi yang maksimal. Pada areal datar sampai

    kemiringan 20 pola pemancangan yang digunakan adalah pola segitiga sama sisi.

    Sedangkan pada areal yang sangat miring (20-40) adalah berdasarkan garis

    kontur dan pola pemancangan yang digunakan adalah pola segitiga tak sama sisi.

    Dalam melakukan kegiatan pemancangan hendaknya lebih diperhatikan

    ukuran jarak tanam yang digunakan dan kelurusan barisan pancang. Gunanya

    adalah untuk menghindari penebangan pohon sawit yang telah ditanam jika jarak

    antar pancang terlalu dekat.

    Gambar 11. Hasil pemancangan di PT. BPSJ SS II

  • 60

    D. Pembuatan teras

    Teras yang dibuat di PT. BPSJ SS II adalah teras tapak kuda dan teras

    kontur. Tuhuan dilakukan pembuatan teras adalah untuk menjaga dan mengurangi

    terjadinya kerusakan tanah sebagai akibat dari proses erosi yang dapat mengikis

    permukaan tanah. Berdasarkan bentuk teras yang dibuat ada 2 yaitu teras tapak

    kuda (Individual terace) dan teras kontur (Countour terace).

    a. Teras tapak kuda

    Pembuatan teras tapak kuda dilakukan dengan cara menggali tanah yang

    telah dipancang menggunakan cangkul, kemudian tanah digali dan ditimbun kearah

    bibir teras. Tujuan dari pembuatan teras tapak kuda adalah:

    - Untuk memberikan tempat tanam yang sesuai dan sarana yang memadai

    bagi kegiatan pemeliharaan, pemupukan, dan panen di daerah yang

    bergelombang

    - Untuk menekan terjadinya erosi tanah dan kehilangan hara

    - Untuk mengurangi aliran permukaan (run off) akibat air hujan

    - Untuk meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah

    Teras tapak kuda umumnya dibuat pada areal yang memiliki kemiringan 15

    20. Satu teras tapak kuda dipakai untuk satu tanaman pokok dengan ukuran lebar

    4 m dan panjang 4 m.

    b. Teras kontur (teras bersambung)

    Pembuatan teras kontur dilakukan secara mekanis menggunakan buldozer.

    Lebar teras dibuat 4 meter dengan kemiringan 15-20 mengarah kedalam bukit.

  • 61

    Tujuan pembuatan teras sambung adalah:

    - Untuk menciptakan tempat tanam atau jalan setapak yang datar sehingga

    memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan, pemupukan dan panen di

    daerah berbukit.

    - Untuk mengurangi laju aliran permukaan (run off).

    - Untuk meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah.

    Teras kontur dibuat pada lahan-lahan yang mempunyai kemiringan 20-35,

    pancang dibuat atau terletak segaris dengan arah kemiringan bukit

    (berkesinambungan).

    Gambar 12. Bentuk teras kontur di PT. BPSJ SS II

    Pembuatan teras pada areal yang akan ditanam agar lebih memperhatikan

    jenis teras yang akan digunakan dengan topografi wilayah tersebut. Selain itu pada

    areal dengan kemiringan > 40, jangan dilakukan pembuatan teras dan menanam

  • 62

    sawit karena teras yang dibuat akan mudah runtuh dan longsor, areal sulit dipelihara

    atau dikontrol, dan lain-lain.

    4.1.2. Persiapan Bahan Tanam ( Pembibitan )

    A. Persiapan lahan pembibitan

    Tujuan dari persiapan lahan pembibitan adalah untuk memberikan tempat

    tumbuh yang sesuai bagi bibit kelapa sawit dan memudahkan dalam kegiatan

    pemeliharaan bibit. Kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan lahan

    pembibitan di PT. BPSJ SS II adalah sebagai berikut :

    1. Pembuatan lokasi

    Syarat lokasi pembibitan adalah dekat dengan sumber air dengan jumlah air

    yang tersedia cukup banyak, drainasenya baik, mudah dijangkau, dan lokasi

    pembibitan sedapat mungkin dibuat diareal datar dan bersih. Lokasi pembibitan

    yang telah direncanakan dibersihkan dari pohon, semak, atau gulma lunak lainnya.

    Kemudian areal tersebut didatarkan sesuai dengan luasan yang telah ditetapkan.

    Setelah itu dilakukan pembuatan saluran drainase sesuai dengan desain yang telah

    ditentukan. Lahan yang disiapkan adalah lahan yang digunakan untuk pembibitan di

    Pre Nursery dan Main Nursery. Lokasi pembibitan di PT. BPSJ sudah memenuhi

    semua persyaratan tersebut.

    2. Pembuatan kolam penampung air dan pemasangan pipa

    Ukuran kolam penampung air di PT. BPSJ SS II adalah 6 meter 8 meter.

    Setelah selesai membuat kolam penampung air, maka dari kolam tersebut di pasang

  • 63

    pipa penghisap dengan diameter 4, panjang pipa 7 meter dimana kedalaman pipa

    masuk kedalam kolam penghisap adalah 3 meter. Kemudian dari pipa penghisap

    tersebut dihubungkan dengan pipa primer yang berdiameter 3, dimana panjang 1

    pipa primer adalah 6 meter. Pipa primer ini berada pada tepi petakan ( jalan ).

    Setelah pipa primer dipasang maka dipasang pipa skunder yang berdiameter 2,5.

    Pipa skunder ini berhubungan langsung dengan pipa primer. Panjang pipa skunder

    ini adalah 4 meter. Setelah pipa skunder terpasang, maka dipasang saluran tertier.

    Jarak antar saluran tertier adalah 8 meter dimana saluran tertier ini menghubungkan

    2 bedengan. Diujung saluran tertier dipasangkan pipa kecil yang ujungnya di

    pipihkan yang bertujuan untuk mengatur air yang keluar. Cost dalam pemasangan

    pipa adalah Rp. 10.000,00/ 1 batang pipa.

    Pembuatan kolam penampung air dan pemasangan pipa bertujuan untuk

    memberikan fasilitas dan memperlancar kegiatan dalam penyiraman bibit. Kolam

    penampung air hendaknya lebih diperhatikan kebersihannya. Gulma dan sampah

    yang terdapat didalam kolam dibuang keluar.

    B. Penyediaan benih

    Benih yang akan digunakan haruslah jelas, sebab benih yang ditanam akan

    menentukan berhasil atau tidaknya suatu usaha budidaya karena akan berpengaruh

    terhadap produksi yang dihasilkan nantinya. Dalam penyediaan benih PT.BPSJ SS II

    memesan benih dari jenis tenera ( hasil persilangan dari dura dan pisifera ) yang

    didatangkan dari Marihat Research Station (MRS) dan PT. Socfindo Sumatera Utara

    dalam bentuk kecambah.

  • 64

    C. Pembibitan di Pre Nursery

    Pembibitan di Pre Nursery dilakukan dengan tujuan memudahkan

    pemeliharaan bibit dan memberikan waktu panjang dalam mempersiapkan

    pembibitan utama (Main Nursery). Kegiatan yang dilakukan di pembibitan Pre

    Nursery adalah :

    a. Pembuatan bedengan

    Bedengan di Pre Nursery dibuat berbentuk persegi panjang dengan panjang

    10 meter dan lebar 1,2 meter dengan memanjang utara-selatan. Kemudian pinggir

    bedengan diberi dinding dengan papan setebal 2 cm, lebar 15 cm, dan setiap jarak

    100 cm papan diapit dengan sepasang patok kecil yang ditancapkan ketanah sampai

    tingginya sama dengan papan (jarak antar bedengan adalah 50 cm). Cost

    pembuatan bedengan 1 HK adalah 4 bedengan. Sedangkan alat dan bahan yang

    digunakan saat pembuatan bedengan adalah cangkul, palu, meteran, papan, paku,

    dan kayu patok. Satu bedengan berisi 1200 polybag.

    Tujuan pembuatan bedengan adalah untuk sebagai tempat menyusun

    polybag kecil, mengelompokkan bibit sesuai jenisnya, menyangga tegaknya polybag

    kecil, dan memudahkan dalam pemeliharaan. Sedangkan tujuan pembuatan

    bedengan dengan lebar 1,2 meter adalah untuk untuk memudahkan dalam

    menjangkau bibit saat melakukan perawatan. Dan pemberian jarak antar bedengan

    50 cm adalah sebagai tempat berjalan bagi pekerja.

    Secara teori pemberian naungan bertujuan agar dapat melindungi bibit dari

    sinar matahari secara langsung. Jika jumlah sinar matahari yang diterima tanaman

  • 65

    dengan intensitas yang tinggi dapat mengakibatkan rusaknya jaringan tanaman

    sehingga tanaman dapat layu atau kering. Selain itu naungan juga berfungsi

    melindungi bibit dari terpaan air hujan secara langsung. Namun pembibitan Pre

    Nursery di PT. BPSJ SS II tidak dibuatkan naungan. Ini dilakukan karena

    pertimbangan biaya yang dikeluarkan tinggi, dan berdasarkan beberapa kegiatan

    pembibitan yang dilakukan, tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit.

    b. Pengisian polybag

    Sebelum melakukan pengisian polybag, terlebih dahulu tanah yang

    digunakan untuk mengisi polybag diambil dan diangkut dengan truk lalu ditumpuk

    didekat bedengan. Tanah yang sudah ditumpuk, kemudian dilansir/ diangkut dengan

    gerobak sorong kedalam setiap bedengan. Polyabag diisi sampai penuh namun

    disisakan 2 cm dibawah bibir polybag. Polybag yang telah diisi, kemudian disusun

    rapi polybag didalam bedengan. Setelah polybag tersusun dengan rapi didalam

    bedengan lalu diberikan pupuk rock phosphate kedalam polybag dengan dosis 10

    gram/ polybag yang berguna untuk menambahkan unsur hara kedalam tanah yang

    ada dalam polybag . Kemudian polybag tersebut disemprotkan larutan insektisida

    dan disiram . Pengisian polybag di Pre Nursery harus disiapkan 4 minggu sebelum

    kecambah ditanam.

    Alat dan bahan yang digunakan saat melakukan kegiatan pengisisan polybag

    adalah cangkul, gerobak, truk, tanah, polybag, dan pupuk Rock Phospate. Norma

    tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan pengisisan polibag di Pre Nursery

    adalah 1000 polybag/ HK dan pemberian pupuk adalah 30.000 plybag/ HK.

  • 66

    Pengisian polybag yaitu mengisi polybag kecil dengan tanah yang sesuai dan

    menyusunnya didalam bedengan, yang bertujuan untuk menciptakan media dan

    tempat tanam yang sesuai bagi tanaman. Tanah yang digunakan untuk mengisi

    polybag di PT. BPSJ SS II adalah tanah yang gembur, bebas dari hama dan penyakit

    dan diusahakan tanah tersebut berasal dari tanah topsoil.

    Ukuran polybag yang digunakan di pembibitan Pre Nursery adalah 18 cm x

    22 cm. Sehingga untuk mencari kebutuhan media (tanah dan pupuk) yang

    digunakan adalah sebagai berikut:

    Diketahui : Panjang = 22 cm

    Lebar = 18 cm

    Ditanya : Kebutuhan media tanam untuk di Pre Nursery ?

    Jawab : R = 18 cm/ = 18 cm/ 3,14 = 5,73 cm

    Tinggi polybag = 22 cm - 5,73 cm - 2cm = 14,27 cm

    Luas lingkaran = r = 3,14 x (5,73cm) = 103,1 cm

    v.1 polybag = luas alas(lingkaran) x tinggi

    = 103,1 cm x 14,27 cm

    = 1471,24 cm/ polybag

    a) Kebutuhan tanah untuk 5000 polybag

    = 5000 polybag x 1471,24 cm/ polybag

    = 7.356.200 cm

    = 7,3562 m

    1 m= 700 kg

    = 7,3562 m x 700 kg/ m

  • 67

    = 5.149,4 kg

    = 5,1494 ton

    b) Kebutuhan pupuk Rock Phospat untuk 5000 polybag

    = 5000 polybag x 10 gram/ polybag

    = 50.000 gram = 50 kg

    c. Penanaman kecambah

    Setelah kecambah datang, dilakukan seleksi terhadap kecambah tersebut,

    dimana kecambah yang rusak dibuang atau dipisahkan(max kecambah afkir 2%)

    dengan cara merendam didalam air. Kecambah yang mengapung dibuang,

    sedangkan kecambah yang tenggelam di ambil untuk dijadikan sebagai bahan

    tanam.

    Setelah kecambah tersebut diseleksi maka kecambah dilangsir. Kemudian

    dilakukan penanaman pada permukaan tanah polybag tepatnya dibagian tengah

    polybag yang dibuat lubang . Lalu kecambah ditanam dengan plumula diatas dan

    radikula dibawah. Radikula (calon akar) ditandai dengan bentuknya yang tumpul,

    kasar, dan warnanya kecoklatan. Sedangkan plumula (calon batang) ditandai

    dengan bentuknya yang seperti tombak, halus dan berwarna putih. Kecambah yang

    ditanam dikubur 2 cm dari permukaan tanah polybag. Setelah selesai melakukan

    penanaman dilakukan penyiraman.

    Alat dan bahan yang digunakan saat melakukan kegiatan penanaman

    kecambah adalah ember, tugal, kecambah, dan air. Sedangkan norma tenaga yang

    digunakan saat melakukan penanaman kecambah 1 HK adalah 2.000 kecambah.

  • 68

    Penanaman kecambah pada Pre Nursery di PT. BPSJ SS II bertujuan untuk

    menyiapkan bibit yang tahan/ mudah beradaptasi, dan memudahkan dalam

    melakukan perawatan. Penanaman kecambah lebih baik dilakukan pada pagi hari

    dan sore hari. Dengan tujuan agar pertumbuhan kecambah tidak terganggu atau

    stress jika langsung terkena sinar matahari dengan intensitas yang tinggi pada siang

    hari.

    d. Pemeliharaan bibit di Pre Nursery

    Penyiraman bibit kecil (bibit di Pre Nursery)

    Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang air dimana ujungya diberi

    pipa yang dipipih kan sehingga air yang keluar berbentuk embun. Bibit disiram

    sampai basah namun tidak sampai tergenang. Norma tenaga yang digunakan saat

    melakukan kegiatan penyiraman adalah 13.500 bibit/ HK.

    Penyiraman yaitu memberikan suplai air kebibit kecil sesuai dengan

    kebutuhannya dengan aturan dan cara tertentu. Penyiraman bertujuan untuk

    memenuhi kebutuhan air tanaman sehingga tanaman tidak akan mengalami

    kekurangan air. Kegiatan penyiraman hendaknya dilakukan pada pagi hari dan sore

    hari. Karena jika dilakukan pada siang hari maka dapat merusak jaringan pada

    tanaman.

    Pengendalian gulma ( penyiangan bibit kecil )

    Dalam melakukan penyiangan gulma ini, gulma yang terdapat antara polybag

    dan didalam polybag dibersihkan dengan cara dicabut. Sedangkan gulma yang

    berada pada antar bedengan dibersihkan dengan cara disiangi dengan

  • 69

    menggunakan cangkul atau garu. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan

    kegiatan pengendalian gulma adalah 10 bedengan untuk 1 HK.

    Penyiangan yaitu membersihkan gulma yang terdapat didalam polybag kecil

    dan disela-sela polybag. Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan kompetisi

    terhadap bibit dalam mendapatkan hara, air, dan cahaya.

    Pengendalian hama dan penyakit

    Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah kecambah berumur 4

    minggu yaitu dengan melakukan penyemprotan guna menanggulangi hama dan

    penyakit. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan campuran larutan

    fungisida, insektisida, dan pupuk daun. Larutan tersebut disemprotkan secara

    merata pada bibit di Pre Nursery dengan menggunakan knapsack sprayer.

    Penyemprotan ini dilakukan 31 minggu. Norma tenaga yang digunakan saat

    melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit adalah penyemprotan 50.000

    polybag untuk 1 HK. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Dithane 2 gr/ liter

    air, Decis 2 ml/ liter air, dan Bayfolan 2 ml/ liter air.

    Pengendalian hama dan penyakit yaitu kegiatan menekan kehidupan

    organisme pengganggu bibit dari golongan serangga, jamur, dan virus. Tujuan

    dilakukan pengendalian hama penyakit adalah untuk mengendalikan kehidupan

    organisme pengganggu bibit dari golongan serangga, jamur, dan virus. Sehingga

    dapat mencegah kerusakan bibit dari serangan hama dan penyakit. Hama yang

    sering menyerang sadalah kumbang malam ( Apogonia sp dan Adoretus sp),

    belalang (Valangan nigricornis) dan penyakit yang menyerang adalah penyakit

    bercak daun yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis.

  • 70

    Pemupukan bibit kecil

    Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur 4 minggu. Pupuk yang

    digunakan terlebih dahulu dilarutkan dengan air di dalam ember. Setelah larut, lalu

    disiramkan ke tanah polybag dengan menggunakan gembor atau takaran sampai

    merata. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan pemupukan di

    pembibitan Pre Nursery adalah memupuk 25.000 pokok bibit untuk satu HK. Jenis

    pupuk yang diberikan di pembibitan Pre Nursery adalah:

    Tabel 8. Jenis pupuk yang diberikan di pembibitan Pre Nursery

    Umur Urea / ZA (2x) NPK 12-12-17-2 Air

    4 minggu 250 gram - 200 ml

    5 minggu 300 gram - 200 ml

    6 minggu 100 gram 500 gram 200 ml

    7 minggu 100 gram 800 gram 200 ml

    8 minggu 100 gram 800 gram 200 ml

    9 minggu 100 gram 800 gram 200 ml

    10 minggu 200 gram 1000 gram 200 ml

    11 minggu 200 gram 1000 gram 200 ml

    12 minggu 200 gram 1000 gram 200 ml

    Pemupukan bibit kecil yaitu penambahan unsur hara untuk kebutuhan bibit

    kecil dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan bibit akan hara sehingga dapat

    mendukung pertumbuhan bibit yang optimal. Setelah melakukan pemupukan

  • 71

    dilakukan penyraman teerhadap bibit atay kecambah. Dengan tujuan agar mencuci

    pupuk yang lengket pada daun.

    e. Seleksi bibit

    Penyeleksian bibit dilakukan saat bibit berumur 3 bulan. Dimana bibit yang

    kerdil atau pertumbuhannya abnormal dibuang. Jumlah bibit yang afkir maksimal

    12%. Bibit yang telah berumur 3 bulan, pertumbuhannya baik dan telah

    mempunyai daun 3-4 helai.

    Kegiatan penyeleksian bibit merupakan kegiatan mengamati pertumbuhan

    bibit dan menyisihkan bibit yang abnormal. Tujuan penyeleksian bibit adalah untuk

    menyingkirkan bibit yang abnormal dari pembibitan awal.

    D. Pembibitan di Main Nursery

    Tujuan dilakukan pembibitan di Main Nursery adalah untuk menghasilkan

    perkembangan tanaman yang optimal, menyiapkan tanaman yang siap ditransfer ke

    lapangan dan memudahkan dalam perawatan. Sehingga nantinya diharapkan

    memiliki potensi produksi yang maksimal. Kegiatan yang dilakukan di pembibitan

    Main Nursery adalah :

    a. Pengisian polybag

    Tanah tersebut digemburkan dengan menggunakan cangkul, lalu akar-akaran

    dan sampah di pisahkan dan dibuang. Kemudian polybag diisi sampai setengah dan

    dipadatkan lalu di isi sampai penuh kira-kira sampai 2 cm dari tepi polybag. Ukuran

    polybag yang digunakan adalah 35 cm x 45 cm. Norma tenaga yang digunakan saat

    melakukan pengisisan polybag adalah 400 polybag untuk satu HK.

  • 72

    Untuk mencari kebutuhan tanah yang dibutuhkan untuk mengisi polybag

    sebanyak 5000 polybag adalah sebagai berikut:

    Diketahui : Panjang = 45 cm

    Lebar = 35 cm

    Ditanya : Jumlah tanah yang dibutuhkan dalam mengisi polybag di Main

    Nursery ?

    Jawab : R = 35 cm/ = 35 cm/ 3,14 = 11,15 cm

    Tinggi polybag = 45 cm 11,15 cm - 2cm = 31,85 cm

    Luas lingkaran = r = 3,14 x (11,15) = 390,37 cm

    v.1 polybag = luas alas(lingkaran) x tinggi

    = 390,37 cm x 31,85cm

    = 12.433,28 cm/ polybag

    Kebutuhan tanah untuk 5000 polybag :

    = 5000 polybag x 12.433,28 cm/ polybag

    = 62.166.400 cm

    = 62,1664 m

    1 m= 700 kg

    = 62,1664 m x 700 kg/ m

    = 43.516,48 kg

    = 43,51648 ton = 43,52 ton

    Tujuan pengisian polybag adalah untuk menyediakan media tumbuh yang

    sesuai bagi bibit asal Pre Nursery. Tanah yang digunakan untuk mengisi polybag di

    Main Nursery adalah tanah yang gembur agar akar lebih mudah berkembang.

  • 73

    b. Penyusunan polybag

    Polybag yang telah siap diisi, disusun dengan menggunakan bantuan kawat

    yang telah disiapkan yang berguna sebagai pengatur/ patokan jarak antar polybag.

    Kawat tersebut dibentangkan dengan arah utara-selatan dan timur barat sesuai

    panjang lahan (T-B= 70 cm dan U-S = 60 cm). Polybag tersebut disusun tepat pada

    tanda putih yang ada dikawat, peletakan poybag diseragamkan pada arah selatan.

    Kemudian penarikan kawat dan penyusunan polybag selanjutnya dilakukan

    baris demi baris, dimana setiap pergeseran baris kawat juga digeser searah barisan

    sejauh 35 cm. Kawat yang digeser adalah kawat yang membentang dari arah timur-

    barat. Penyusunan polybag di Main Nursery dengan menggunakan sistim mata lima.

    Setelah polybag siap disusun dilakukan pemberian pupuk Rock Phospat dengan

    dosis per polybag = 30 gram. Norma tenaga yang digunakan dalam pengisian

    polybag adalah 600 polybag untuk 1 HK, dan pemberian pupuk Rock Phospate

    adalah 5000 polybag untuk 1 HK.

    Penyusunan polybag yaitu menyusun polybag yang sudah diisi tanah dengan

    jarak yang sama dan barisan teratur. Tujuan penyusunan polybag dengan jarak 70

    cm arah T-B agar semua bibit memperoleh kesempatan yang sama dalam

    mendapatkan sinar matahari. Sedangkan jarak 60 cm arah U-S adalah untuk

    mengoptimalkan penggunaan lahan. Tujuan penyusunan polybag adalah

    c. Penanaman bibit di Main Nursery

    Bibit yang telah berumur 3 bulan di prenursery telah siap ditanam atau

    dipindahkan ke Main Nursery. Bibit ditanam ke polybag yang telah tersedia dengan

  • 74

    cara tanah pada polybag di Main Nursery dibuat lobang dengan menggunakan bor

    tanam dengan kedalaman 20 cm. Kemudian polybag dilepas dengan hati-hati,

    dimana tanah masih utuh melekat pada bibit. Setelah itu bibit ditanam persis lurus

    ditengah-tengah. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan

    penanaman bibit di Main Nursery adalah 800 batang bibit untuk 1 HK.

    Tujuan penanaman di main nursery adalah untuk memberikan media tumbuh

    yang cukup bagi bibit yang sudah mulai besar dan menempatkan bibit secara teratur

    sesuai kelompok persilangannya. Kegiatan penanaman dilakukan pada pagi atau

    sore hari dengan tujuan untuk menghindari stres bibit setelah ditanam di Main

    Nursery.

    d. Pemeliharaan bibit

    Penyiraman.

    Bibit disiram sampai lembab atau basah dengan menggunakan selang. Dimana

    air yang keluar dari selang tersebut dalam bentuk butiran-butiran yang kecil agar

    tidak merusak kondisi tanah dalam polybag. Norma tenaga yang digunakan dalam

    melakukan kegiatan penyiraman adalah 500 batang untuk 1 HK.

    Kegiatan penyiraman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman

    sehingga tanaman tidak akan mengalami kekurangan air. Dalam melakukan kegiatan

    penanaman, air yang digunakan tidak boleh dalam kondisi yang deras dengan

    butiran-butiran yang besar. Kerena dapat merusak kondisi tanah dalam polybag dan

    juga dapat merusak kondisi bibit.

  • 75

    Pengendalian gulma / penyiangan

    Pengendalian gulma di Main Nursery dilakukan dengan dua cara yaitu secara

    manual dan chemis. Secara manual dilakukan saat melakukan pengendalian gulma

    dalam polybag. Pengendalian secara chemis dilakukan untuk mengendalikan gulma

    yang terdapat diantara polybag. Untuk mengedalikan gulma ini digunakan herbisida

    dengan bahan aktif parakuat (Gramoxone) dengan dosis yang digunakan adalah 30

    cc/ 15 liter air. Larutan herbisida tersebut disemprotkan dengan menggunakan

    knapsack sprayer. Nozel yang digunakan adalah nozel kancing (nozel kipas). Jarak

    nozel dari tanah saat melakukan kegiatan penyemprotan adalah 20 cm.

    Tujuan pengendalian gulma yaitu untuk menghindari atau menghilangkan

    kompetisi terhadap bibit dalam mengambil unsur hara, air dan cahaya. Pengendalian

    gulma secara chemis lebih cepat dan hemat dalam penggunaan tenaga kerja

    sehingga sangat cocok digunakan untuk luasan yang besar di bandingkan secara

    manual. Namun penggunaan secara terus-menerus sangat berbahaya bagi tanah

    dan dapat mengganggu organisme tanah.

    Pemberian mulsa

    Mulsa yang digunakan adalah mulsa fiber. Mulsa yang telah disiapkan

    dimasukkan dalam karung, lalu diangkut menggunakan gerobak dorong. Kemudian

    mulsa tersebut ditumpuk secara selang seling dalam barisan bibit di Main Nursery.

    Sebelum mulsa diletakkan dipermukaan polybag, jika ada gulma maka dicabut

    terlebih dahulu kemudian mulsa baru ditaburkan secara merata dengan ketebalan 2-

    3 cm. Dosis pemberian mulsa adalah 250 gram/ polybag. Norma tenaga yang

  • 76

    digunakan saat pemberian mulsa adalah 600 polybag yang harus diisi mulsa untuk 1

    HK.

    Pemberian mulsa pada polybag di Main Nursery sangatlah bermanfaat. Selain

    dapat melindungi tanah dari percikan air secara langsung, juga dapat berfungsi

    untuk mengendalikan gulma, menambah unsur hara, menjaga kelembaban tanah

    dalam polybag.

    Pengendalian hama dan penyakit

    Hama yang menyerang bibit di Main Nursery adalah kumbang malam (

    Apogonia sp dan Adoretus sp), belalang (Valangan nigricornis), Setora nitans, dan

    Spider mith. Sedangkan penyakit yang biasa menyerang adalah bercak daun, dan

    penyakit akar (Apogonia sp).

    Dalam melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit insektisida yang

    digunakan adalah Decis 45 WP dengan dosis 30 cc/ 15 liter air, dan fungisida yang

    digunakan adalah Dithane M 45 dengan dosis 30 cc/ 15 liter air. Selain insektisida

    dan fungisida yang digunakan, juga ditambahkan pupuk daun (Bayfolan) dengan

    dosis 30cc/ 15 liter air.

    Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara menyemprotkan

    campuran larutan insektisida, fungisida, dan pupuk daun kepada bibit di Main

    Nursery secara merata. Norma tenaga yang dikeluarkan saat melakukan kegiatan

    pengendalian hama dn penyakit adalah menyemprot 10.000 bibit untuk 1 HK.

    Pengendalian hama penyakit yaitu upaya untuk mengendalikan populasi dan

    serangan organisme pengganggu bibit dengan menggunakan berbagai cara agar

    tetap berada dibawah ambang ekonomis. Tujuan pengendalian hama dan penyakit

  • 77

    adalah untuk melindungi bibit dari kerusakan dan kematian akibat serangan hama

    penyakit. Dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit pekerja harus

    memakai alat pelindung agar tidak mengancam kesehatan dan juga alat yang

    digunakan harus selalu dalam keadaan baik dan dilakukan kalibrasi dan pembersihan

    setiap selesai atau sebelum memakai alat tersebut.

    Pemupukan

    Pemupukan dilakukan pada saat bibit telah berumur dua minggu setelah bibit

    di tanam di Maen Nusery. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK, urea, dan

    kieserit. Pupuk diberikan dengan cara ditebar melingkar di sekeliling bibit 2 cm

    dari bibit. Dosis pemberian pupuk dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 9. Jenis pupuk yang diberikan di pembibitan Main Nursery

    Umur Urea / ZA NPK Kieserite

    16 minggu 5 gr / pk - -

    18 minggu 7 gr / pk - -

    20 minggu - 5 gr / pk -

    22 minggu - 7 gr / pk -

    24 minggu - 10 gr / pk -

    26 minggu - 10 gr / pk -

    28 minggu - 15 gr / pk -

    30 minggu - - 5 gr / pk

    34 minggu - 15 gr / pk -

    36 minggu - 15 gr / pk -

    38 minggu - 20 gr / pk -

  • 78

    40 minggu - - 10 gr / pk

    42 minggu - 20 gr / pk -

    44 minggu - 20 gr / pk -

    46 minggu - 25 gr / pk -

    48 minggu - 25 gr / pk -

    50 minggu - - 30 gr / pk

    51 minggu - 30 gr / pk -

    52 minggu - 30 gr / pk -

    Pemupukan yaitu menambahkan unsur hara melalui bahan pupuk ke tanah

    polybag besar sesuai dengan kebutuhan bibit. Pemupukan dilakukan dengan tujuan

    untuk menjamin kecukupan hara bagi pertumbuhan bibit yang baik dan

    menghindarkan bibit dari mengalami gejala defisiensi hara. Dalam melakukan

    pemupukan, pupuk yang ditebar tidak boleh dalam keadaan menggumpal.

    e. Seleksi bibit

    Kegiatan seleksi bibit bertujuan untuk memisahkan bibit yang baik dengan

    bibit yang terganggu pertumbuhannya, sehingga bibit yang baik (normal) dapat

    dipindahkan kelapangan dan bibit yang pertumbuhannya terganggu akan diberikan

    perawatan yang lebih intensif (khusus) sehingga pertumbuhannya menjadi normal

    kembali dan akhirnya bisa ditanam dilapangan. Selain itu juga memisahkan bibit

    jantan dengan bibit betina.

  • 79

    E. Penanaman

    Sebelum melakukan penanaman terlebih dahulu direncanakan permintaan

    bibit dan transportasi dalam mengangkut bibit tersebut dari pembibitan Main

    Nursery menuju kelokasi penanaman. Selain itu, 1 minggu sebelum tanam dilakukan

    kegiatan pemancangan dan pembuatan lobang tanam dengan diameter 50 cm

    dimana pancang terletak ditengahnya. Lobang digali dengan cangkul dengan

    kedalaman 60 cm(seukuran polybag di Main Nursery). Saat melakukan

    penggalian, tanah topsoil dengan subsoil dipisah peletakannya. Setelah selessai

    membuat lubang tanam, maka ditaburkan pupuk NPK yang dicampurkan dengan

    pupuk RP kedalam lubang tersebut. Saat melakukan penanaman terlebih dahulu

    bibit direbahkan, lalu dasar polybag disayat dan dilepas. Kemudian bibit dimasukkan

    kedalam lobang dengan posisi tegak lurus dan tepat ditengah-tengah lobang.

    Setelah itu lobang ditimbun dengan menggunakan tanah topsoil. Setelah selesai

    lakukan pemagaran bibit untuk menghindari dari serangan babi. Pemagaran

    dilakukan dengan cara menancapkan kayu di sekitar bibit dimana bentuk

    pemasangannya berbentuk segitiga dimana kayu dijadikan untuk penyangga.

    Kemudian dipasangkan kawat setinggi 1 meter mengelilingi bibit. Norma tenaga

    yang di keluarkan untuk melakukan kegiatan pembuatan lubang tanam adalah 30

    lobang untuk 1 HK, melangsir, menanam, dan memagar bibit adalah 20 batang

    untuk 1 HK.

  • 80

    Penanaman sawit adalah menanam bibit kelapa sawit yang telah berumur 9-

    15 bulan pada titik tanam yang telah dipancang pada areal bukaan baru atau areal

    konversi dan tanam ulang. Tujuan penanaman bibit adalah untuk menempatkan

    bibit kelapa sawit yang sehat pada tempat tanam yang sesuai sehingga nantinya

    dapat tumbuh dengan normal. Penanaman dilakukan pada saat musim hujan.

    F. Pemeliharaan Tanaman

    Adapun kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman menghasilkan

    (TM) adalah sebagai berikut :

    a. Pengendalian gulma

    Pada tanaman menghasilkan pengendalian gulma dilakukan pada daerah

    piringan dan daerah gawangan.

    Gambar 12. Bibit yang telah siap ditanam yang di pagari dengan menggunakan

    kawat dan pelepah sawit di PT. BPSJ SS II.

  • 81

    Pengendalian gulma didaerah piringan ( rawat piringan )

    Kegiatan rawat piringan dilakukan secara manual yaitu dengan cara

    membabat dengan menggunakan parang atau menggaru dengan menggunakan

    cangkul atau garu. Secara khemis yaitu dengan menyemprot gulma dengan larutan

    herbisida sistemik dengan bahan aktif yang sesuai dengan golongan gulma. Selain

    itu dapat juga memadukan kedua cara tersebut, yaitu secara manual dan khemis,

    dimana gulama dipiringan terlebih dahulu dibabat, setelah dua minggu dilakukan

    penyemprotan. Gulma yang ada di piringan kerapatannya tidak boleh lebih dari 50

    %. Waktu penyemprotan gulma yang tepat adalah pada saat cuaca cerah dan gulma

    masih berumur muda dan sedang tumbuh aktif. Rawat piringan pada TBM dan TM

    I-II dilarang secara kimiawi/semprot, karena dapat berisiko merusak daun dan titik

    tumbuh tanaman.Sedangkan ukuran lebar pembersihan piringan & rotasinya adalah:

    - TBM I : 150 cm dari pokok (12 kali/thn).

    - TBM II : 200 cm dari pokok (8 kali/thn).

    - TBM III : 250 cm dari pokok (6 kali/thn).

    - TM I-II : 250 cm dari pokok (6 kali/thn).

    Norma tenaga pada saat malakukan babat piringan adalah pada Tabel beriku:

    Tabel 10. Norma tenaga babat piringan.

    Umur kelapa sawit Rotasi / tahun Tenaga

    TBM I (0-12 bulan) 12 kali 2 HK / ha

    TBM II (12-24 bulan) 8 kali 3 HK / ha

    TBM III (24-36 bulan) 6 kali 4 HK / ha

  • 82

    Norma tenaga pada saat malakukan garu piringan adalah pada Tabel 10:

    Tabel 11. Norma tenaga garuk piringan.

    Umur kelapa sawit Rotasi / tahun Tenaga

    TM I-II (3-5 tahun) 3 kali 1 HK / ha

    TM III-IV (5-7 tahun) 2 kali 1 HK / ha

    TM > V (> 7 tahun) 1 kali 1 HK / ha

    Piringan adalah bundaran yang mengelilingi pangkal batang kelapa sawit

    yang harus bersih menurut ukuran tertentu sesuai dengan umur tanaman.

    Pengendalian gulma pada daerah piringan bertujuan untuk :

    - Mendukung dan memacu pertumbuhan kelapa sawit dengan mengurangi

    kompetisi dari gulma terhadap air, hara, dan cahaya matahari.

    - Memudahkan operasi pemeliharaan dan pemanenan yang efektif.

    - Menciptakan piringan yang bersih bagi pengumpulan buah / brondolan.

    Piringan mulai disemprot saat tanaman mulai memasuki TM III. Alat semprot

    yang digunakan pada areal datar berbeda dengan areal berbukit. Pada areal datar

    dengan menggunakan CKS (Conventional knapsack Sprayer) contohnya alpha 16,

    solo spraying. Sedangkan pada areal berbukit dengan menggunakan CDA contohnya

    Herbi-4. Herbisida yang digunakan saat musim panas bebeda dengan saat musim

    hujan. Musim panas digunakan campuran herbisida sistemik (glifosat 2 lt/ha + metil

    metsulfuron 75 gr/ha). Sedangkan musim hujan digunakan herbisida kontak

    (paraquat 2 lt/ha). Norma tenaga yang digunakan saat menyemprot piringan adalah

    pada Tabel 11 :

  • 83

    Tabel 12. Norma tenaga semprot piringan.

    Umur kelapa sawit Rotasi / tahun Tenaga

    TM III-IV (5-7 tahun) 4 kali 2-3 ha / HK

    TM > V (> 7 tahun) 3 kali 2-3 ha / HK

    b. Pruning

    Pada tanaman sawit, kegiatan pruning dilakukan setelah tanaman memasuki

    usia TM III. Pelepah yang dipotong adalah pelepah yang melebihi dari jumlah

    pelepah optimum, pelepah yang menghalangi akses kegiatan pemanenan, pelepah

    gantung dan lain-lain. Ketentuan yang harus diperhatikan saat melakukan kegiatan

    pruning dapat dilihat pada tabel 12 :

    Tabel 13. Ketentuan umum pelaksanaan pruning

    Umur tanaman Jumlah pelepah yang

    harus dipertahankan

    Jumlah songgo

    < 7 tahun ( TM III-IV) 56 pelepah Songgo 3

    7-12 tahun ( TM V- X) 48 pelepah Songgo 2

    >12 tahun (TM XI dst) 40 pelepah Songgo 1

    Pada tanaman muda (TM III-IV) pelaksanaan pruning dilakukan dengan

    menggunakan alat dodos dimana seluruh pelepah yang berada di bawah songgo 3

    dipruning. Sedangkan pada saat tanaman memasuki TM V maka digunakan egrek

    dan pelepah yang dipruning adalah pelepah yang berada dibawah songgo 2 atau 1 .

    Alat yang digunakan saat melakukan pruning dapat dilihat pada gambar :

  • 84

    Gambar 14. Alat yang digunakan saat melakukan kegiatan pruning.

    Pelepah yang telah dipruning kemudian dilakukan pemotongan menjadi dua

    atau tiga bagian, lalu disusun rapi di gawangan antar barisan dan gawangan antar

    pokok. Pada areal berteras, pelepah disusun disepanjang bibir teras dimana lebar

    susunan 1 meter dari bibir teras. Kondisi tanaman sebelum dan sesudah di pruning

    dapat dilihat pada gambar 15, sedangkan pelaksanaan pruning dapat dilihat pada

    gambar 15.

    Gambar 15. Kondisi tanaman sebelum pruning (kiri) dan sesudah di pruning

    (kanan) di PT BPSJ SS II

    Pruning yaitu kegiatan pemotongan pelepah tanaman kelapa sawit yang

    melebihi jumlah pelepah optimum. Tujuannya yaitu untuk mempertahankan jumlah

  • 85

    pelepah optimum dan indeks luas daun optimum guna memaksimalkan cahaya yang

    masuk.

    Pruning yang dilakukan yaitu pruning rutin dan pruning pemeliharaan.

    Pruning rutin dilakukan sambil panen, dimana pelepah yang dipotong adalah

    pelepah yang menghalangi panen. Sedangkan pruning pemeliharaan dilakukan pada

    bulan produksi sedang atau rendah (2 kali setahun). Norma tenaga yang digunakan

    saat kegiatan pruning yaitu pada saat pruning ringan untuk 1 HK areal yang harus

    di pruning yaitu 1,5 ha. Sedangkan pada saat pruning berat untuk 1 HK areal yang

    harus di pruning yaitu 0,5 ha.

    c. Pemupukan

    Cara pengaplikasian pupuk pada TM yaitu dengan sistem tabur rata pada

    daerah tumpukan pelepah, kecuali aplikasi pupuk Boron yang dilakukan di pangkal

    pokok tanaman atau pada ketiak pelepah tanaman. Dosis standar aplikasi

    pemupukan pada tanah mineral untuk tanaman sudah menghasilkan dapat dilihat

    pada tabel 14:

    Tabel 14. Dosis standar aplikasi pemupukan pada tanah mineral untuk TM

    Umur

    (tahun)

    Dosis pupuk (kg/pk/tahun)

    Urea SP-3 MOP Kies

    3- 8 2,00 1,50 1,50 1,00

    9-13 2,75 2,25 2,25 1,50

    14-20 2,50 2,00 2,00 1,50

    21-25 1,75 1,25 1,25 1,00

  • 86

    Pupuk yang digunakan di PT. BPSJ SS II, adalah pupuk NPK Granular dengan

    dosis 4,5 kg per pokok tanaman, pupuk RP sebanyak 1,5 kg per pokok tanaman,

    Kieserite dengan dosis 1,5 kg per pokok tanaman, pupuk Borate dengan dosis 100

    gram per pokok tanaman, dan janjang kosong sebanyak 300 kg per petakan antara

    pokok tanaman.

    Norma tenaga yang digunakan dalam aplikasi pupuk yaitu :

    NPK yaitu untuk 1 HK harus mengaplikasikan 15 zak dengan berat 1 zak

    adalah 50 kg.

    RP yaitu untuk 1 HK harus mengaplikasikan 11 zak dengan berat 1 zak

    adalah 50 kg.

    Kieserite yaitu untuk 1 HK harus mengaplikasikan 11 zak dengan berat 1 zak

    adalah 50 kg.

    Borate yaitu untuk 1 HK harus mengaplikasikan 1 zak dengan berat 1 zak

    adalah 50 kg.

    Dalam pengaplikasian pupuk ini, setelah pupuk dimuat di gudang lalu di

    angkut menuju tempat lokasi yang akan dipupuk. Pupuk tersebut dilangsir,

    dimasukkan kedalam ember. Kemudian pupuk di tebarkan sesuai dengan jenis

    pupuk yang diaplikasikan.

    Pemupukan adalah kegiatan pemberian hara tambahan untuk tanaman

    dalam bentuk bahan pupuk , baik bahan organik maupun bahan anorganik. Tujuan

    dilakukan pemupukan adalah :

    Untuk menyediakan kebutuhan hara tambahan bagi tanaman sehingga

    tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan berproduksi secara maksimal.

  • 87

    Untuk mengganti hara yang diambil tanaman berupa TBSdan pelepah tunasan.

    Untuk meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

    Efisiensi dan efektivitas pemupukan ditentukan oleh beberapa faktor :

    a. Faktor pada tanaman berupa indeks luas daun, dan masa perakaran aktif.

    b. Faktor cuaca berupa lama dan intensitas penyinaran dan suhu udara.

    c. Faktor tanah berupa kandungan hara tanah, kelembaban tanah, keasaman

    tanah, struktur dan tekstur tanah, mikroorganisme dan bahan organik, juga

    sarana konservasi.

    d. Faktor pada aplikasi pupuk berupa ketepatan jenis, ketepatan dosis, ketepatan

    cara, dan ketepatan waktu.

    Sedangkan dalam aplikasi janjang kosong (jankos), jangkos dilangsir dengan

    menggunakan gerobak dan disusun berbentuk persegi panjang. Penyusunan jangkos

    dilakukan di atas pelepah. Jarak petakan jangkos dari pokok adalah 1,5 meter.

    Aplikasi jangkos dapat dilihat pada gambar 16.

    Gambar 16. Aplikasi janjang kosong di PT. BPSJ SS II

  • 88

    d. Monitoring atau sensus ulat api

    Ulat pemakan daun kelapa sawit merupakan hama yang lazim dijumpai pada

    tanaman kelapa sawit. Ulat yang paling banyak menyerang saat melaksanakan PKPM

    di PT. BPSJ SS II adalah ulat api. Ulat ini memakan jaringan daun tanaman sehingga

    dapat menganggu proses fotosintesis tanaman. Tujuan pengendalian ulat api ini

    adalah agar dapat mengendalikan tingkat populasi hama ulat api tersebut, sehingga

    secara ekonomis tidak merugikan terhadap produksi tanaman.

    Sensus ulat api dilakukan secara rutin setiap bulan pada setiap blok. Kriteria

    serangan ulat api adalah sebagai berikut :

    Tabel 15. Kriteria kelas serangan ulat api

    Jenis ulat api

    TBM TM

    Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat

    (ekor/pelepah)

    Setora nitens < 3 3-5 >5 10

    SSeettootthhoosseeaa aassiiggnnaa 5 10

    Thosea bisura 10 20

    Ploneta diducta 10 20

    Darna trima 25 50

    Pelaksanaan sensus ulat api dilakukan dengan cara menentukan pokok pusat

    sensus dimana dalam satu hektar memiliki satu pokok poko pusat sensus. Jarak titik

    pokok pusat sensus adalah selang 12 baris. Pokok contoh diambil dari pokok

    tanaman yang mengelilingi pokok pusat yakni satu lingkaran pertama (= 6 pokok),

  • 89

    dan satu lingkaran kedua (= 12 pokok). Dari setiap pokok contoh, diambil pelepah

    yang telah ditentukan dan dilihat apakah ada gejala serangan ulat api. Jika terdapat

    ulat api, maka dilakukan perhitungan dan pengutipan. Jika populasinya sangat

    banyak maka akan direncanakan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Jenis ulat

    api yang ditemukan saat praktek adalah :

    Gambar 17. Thosea asigna (kiri) dan Setora nitens (kanan).

    Sensus ulat api dilakukan bertujuan untuk melacak peningkatan populasi

    hama sedini mungkin, sehingga pengendalian hanya perlu dilakukan pada areal

    sempit dan kerusakan ke tanaman dapat di perkecil. Dan juga mengendalikan

    tingkat populasi hama ulat sehingga secara ekonomis tidak merugikan terhadap

    produksi tanaman.

    G. Sensus buah hitam

    Saat praktek kegiatan sensus buah hitam dilakukan dengan cara menghitung

    seluruh buah sawit yang masih berwarna hitam (tidak termasuk bunga) pada setiap

    pohon sampel. Penetapan pohon sampel dilakukan dengan system kelipatan tiga.

    Setelah selesai maka dijumlahkan dan dirata-ratakan.

    Sensus buah hitam bertujuan untuk menaksir jumlah produksi untuk 3-4

    bulan kedepan, menjaga kestabilan pabrik, kesiapan pemanen, pengadaan

    transportasi dan sebagai bisnis perusahaan dimana taksiran CPO yang akan

  • 90

    dihasilkan telah dipesan oleh perusahaan lain. Taksasi produsi dilakukan 1 x 4 bulan

    ,dengan jumlah sampel 5 % dari luas areal.

    Dalam pelaksanaan kegiatan sensus buah hitam tenaga kerja harus

    memperhatikan dan mengamati dengan cermat keadaan tanaman dan jumlah buah

    pada tanaman tersebut. Sehingga hasil yang didapat lebih akurat.

    H. Panen

    Kriteria tandan buah yang boleh dipanen adalah apabila terdapat 1 brondolan

    per tandan untuk areal berbukit dan 5 brondolan per tandan untuk areal datar.

    Seluruh tandan yang masak dipanen kemudian tangkai tandan dipotong mepet ke

    buah dengan bentuk huruf V, dan brondolan yang jatuh dikutip dimasukkan kedalam

    karung kemudian dilangsir dan disusun di TPH dimana dalam 1 baris terdapat 5 TBS

    yang telah dipanen dan brondolan di tempatkan disamping susunan TBS. Rotasi

    panen adalah 7- 12 hari. Sistem yang digunakan adalah sistem borongan dimana

    pengupahannya Rp. 40.000,00 per ton. Satu tenaga borongan memanen 7 ancak. 1

    ancak luasnya 1,5 ha. Alat yang digunakan dalam kegiatan panen adalah kampak,

    garu, egrek, karung, dan lain-lain.

    Panen TBS adalah rangkaian kegiatan pengutipan hasil tandan buah segar

    kelapa sawit yang dimulai dari pengamatan tandan buah segar kelapa sawit.

    Kegiatan ini dimulai dari pengamatan tandan masak, pemotongan tandan masak,

    pemotongan dan penyusunan pelepah, pengutipan brondolan, sampai dengan

    pelangsiran dan pengumpulan TBS dan brondolan ke TPH. Tujuan panen TBS

    adalah:

  • 91

    - Untuk mengutip semua buah yang ada di pokok pada tingkat kemasakan

    rata-rata yang optimum, sehingga diperoleh jumlah minyak dan inti

    maksimum, dengan kualitas minyak yang optimum.

    - Untuk mencegah semua kemungkinan kehilangan minyak dan inti di

    lapangan, baik melalui panen buah belum masak maupun uah tinggal atau

    tak dilangsir ke TPH

    Dalam melaksanakan kegiatan panen, harus memperhatikan kondisi buah

    yang akan di panen. Jika buah yang di panen adalah buah yang belum masak atau

    masih termasuk buah hitam, maka nantinya akan berpengaruh pada mutu dan

    jumlah CPO yang di hasilkan.

    4.2. Pengolahan Hasil Tanaman Kelapa Sawit

    PT. BPSJ. SS. II, melaksanakan pengolahan kelapa sawit untuk menghasilkan

    CPO ( Crude Palm Oil ) dan kernel ( Palm Kernel ) serta hasil sampingan berupa

    janjang kosong, cangkang ( shell ), dan serabut ( fiber ). Adapun tahap- tahap yang

    dilakukan dalam pengolahan hasil tanaman kelapa sawit di PT. BPSJ. SS II adalah :

    4.2.1. Penimbangan TBS

    Sebelum TBS diolah, terlebih dahulu dilakukan penimbangan di stasiun

    penimbangan. Tujuan penimbangan yaitu untuk mengetahui jumlah TBS yang

    masuk ke pabrik, memperkirakan CPO dan PK yang dihasilkan, laporan kepada

    pengirim TBS dan laporan kepada manajemen. Alat yang digunakan dalam

    penimbangan TBS adalah timbangan dengan sistem komputer.

  • 92

    4.2.2. Stasiun Penerimaan Buah

    TBS yang sudah ditimbang kemudian dibongkar di loading pengumpul buah

    untuk dilakukan sortasi. Sortasi buah dilakukan dengan memisahkan buah yang

    normal dengan buah hitam ( mentah ), buah busuk, jangkos, atau benda lainnya.

    Buah hitam terlebih dahulu diperam selama 3 hari. Loading pengumpul buah dapat

    dilihat pada gambar 18.

    Gambar 18. Loading pengumpul buah / TBS

    Buah yang telah lolos seleksi lalu dimasukkan kedalam loading ramp. Loading

    ramp terdiri dari kisi-kisi baja, sehingga pada saat TBS melewatinya, maka kotoran

    akan jatuh. Loading ramp mempunyai kapasitas 60 ton TBS dan terdiri dari 12 pintu

    yang digerakkan dengan motor hidrolik.

    Loading ramp merupakan tempat penampung sementara TBS yang baru

    diterima dari kebun sebelum dilakukan proses perebusan. Loading ramp mempunyai

    kemiringan 450 dan memiliki kisi-kisi yang berguna untuk menyaring kotoran yang

    terikut bersama buah. Di PT. BPSJ SS II pintu loading ramp terbuka secara otomatis

    yang di atur oleh mesin pengontrol. Kemudian buah tersebut di kirim melalui FFB

  • 93

    Horizontal Conveyor menuju lori. Kapasitas satu lori adalah 30 ton TBS. Untuk lebih

    jelas dapat dilihat pada gambar 19.

    a. Pintu loading ramp terbuka

    b. Buah di transfer menuju ke lori

    c. Buah masuk ke dalam lori

    d. Alat pengontrol motor

    Gambar 19. Proses pengiriman buah dari loading ramp menuju ke lori.

    4.2.3. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)

    Setelah lori terisi penuh, kemudian lori ditransfer menuju stasiun perebusan

    (sterilizer) dengan dikontrol oleh mesin pengontrol secara otomatis. Kemudian lori

    masuk kedalam stasiun perebusan. Pada stasiun sterilizer dilakukan perebusan

    dengan menggunakan uap panas dengan suhu 135 C. Proses perebusan terdiri dari

  • 94

    3 puncak dengan lamanya perebusan adalah 95 menit. Puncak pertama dengan

    tekanan 1,2 - 1,7 bar selama 15 menit yang berfungsi untuk pembuangan udara.

    Puncak kedua dengan tekanan 2 - 2,5 bar selama 15 menit yang berfungsi untuk

    pembuangan air. Puncak ketiga dengan tekanan 2,8 3 bar selama 65 menit yang

    berfungsi untuk pematangan buah.

    Perebusan bertujuan untuk melunakkan daging buah, mehkan cangkang

    darmudahkan pemisahan brondolan dengan tandan, memudahkan memisahkan

    cangkang dengan inti, dan menghentikan aktifnya enzim lipase penyebab kenaikan

    ALB. PT. BPSJ SS II memiliki 3 unit sterilizer yang berkapasitas 2 lori per unit atau

    17,5 ton TBS/ unit. Pengontrolan perebusan dilakukan dengan menggunakan mesin

    pengontrol. Bentuk lori dan sterilizer dapat dilihat pada gambar 20.

    Gambar 20. Lori sedang memasuki Sterilizer (kiri), dan mesin pengontrol sterilizer (kanan)

    4.2.4. Stasiun perontokan (Thresing station)

    Lori yang telah keluar dari sterilizer dikirim kebagian pemipilan dan tandan

    buah sawit yang ada didalamnya dituangkan ke bak penampung. Buah tersebut

    dikirim ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hosting crane atau transfer

  • 95

    carriage. Pada thresher atau alat pemipil ini terjadi proses pemisahan brondolan

    dengan janjangan. Proses pemipilan ini dapat terjadi akibat tromol berputar pada

    sumbu mendatar yang membawa tandan buah ikut berputar sehingga membanting-

    banting tandan buah tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya.

    Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga

    membentuk kisi-kisi yang menyebabkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan

    yang keluar dari pemipil dan ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim

    ke bagian digesting dan pressing. Sementara, tandan kosong yang keluar dari

    bagian belakang pemipil ditampung oleh elevator. Kemudian, hasil tersebut dikirim

    ke hopper untuk dijadikan pupuk janjang kosong.

    Gambar 21. Transfer carriage (kiri) dan alat pemipil atau thresher (kanan)

    4.2.5. Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser)

    Brondolan yang telah dipipil dari stasiun pemipilan masuk kebagian

    pengadukan/pencacahan atau digester. Pada alat digester ini brondolan tersebut

    dilumatkan dan diaduk dengan kecepatan putaran berkisar 25-26 rpm. Brondolan

    yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester sudah

  • 96

    berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan (screw

    press) yang berada persis di bagian bawah digester.

    Minyak dapat terpisah dari ampas akibat adanya putaran screw yang

    mendesak bubur buah keatas, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh

    sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang

    disebut press cage, dimana pada permukaannya terdapat lubang-lubang kecil.

    Sehingga minyak dari bubur buah yang didesak ini akan keluar melalui lubang-

    lubang press cage tersebut, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding

    cone dan press cage. Minyak selanjutnya disaring di vibrating screen sebelum

    masuk ke stasiun klarifikasi.

    Gambar 22. Minyak disaring di vibrating screen

    4.2.6. Stasiun klarifikasi atau pemurnian ( Clarification station )

    Kotoran yang tersaring di vibrating screen (berupa serabut kasar) dialirkan ke

    tangki penampung minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang terkumpul di

    crude oil tank (COT) dipanaskan hingga mencapai temperatur 95-1000C sehingga

  • 97

    minyak, air, dan sludge terpisah saat pengendapan di COT. Minyak yang telah

    terpisah disalurkan ke tangki pengendapan (contious settling tank/clarifer tank).

    Di clarifer tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena

    proses pengendapan. Minyak dari clarifer tank selanjutnya dikirim ke oil tank,

    sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang

    masih mengandung minyak.

    Minyak yang terdapat di oil tank, kemudian dimurnikan di oil purifier. Dari oil

    purifier minyak diteruskan menuju vakum drier tank untuk membuang uap dan

    mengurangi kadar air. Minyak yang masuk atau terhisap ke dalam vacuum drier

    akan keluar melalui nozzle, sehingga minyak tersebut dapat tersebar dan uap air

    yang terkandung diminyak terhisap ke atas oleh clean oil pump dan minyak yang

    telah murni akan mengalir ke bawah kemudian di pompa ke storage tank.

    4.2.7. Stasiun pengolahan inti (palm kernel station)

    Pemisahan biji dengan serabut dilakukan dengan cara pneumatis yaitu

    dengan menggunakan tarikan atau gumpalan hisapan udara pada sebuah kolom

    pemisah. Ampas yang berasal dari presser akan masuk ke cake breaker conveyor.

    Pada cake breaker conveyor terjadi pemecahan gumpalan ampas tersebut. Setelah

    itu hasil pemisahan dijatuhkan dari bagian samping atas kolom pemisah, dimana

    pada bagian tengah atas, diberi hisapan udara yang berasal dari depericarper fan.

    Pemisahan biji dengan fiber terjadi akibat adanya perbedaan berat antara dua

    kejenis bahan. Fiber akan tertarik ke atas, sedangkan biji akan jatuh ke bawah. Biji

    yang jatuh ke bawah langsung memasuki nut polishing drum (tromol pembersih biji)

  • 98

    untuk membersihkan sisa-sisa serabut yang masih menempel pada biji. Selanjutnya

    biji yang telah bersih ditampung dan dikeringkan di nut silo.

    Gambar 23. Biji yang telah dipisahkan dari fiber

    Biji yang telah bersih ditampung di nut silo dan dibiarkan beberapa lama

    untuk menjalani proses pengeringan dan penguapan kandungan air sehingga

    hubungan inti dan cangkang akan lekang. Disamping penguapan, biji dalam nut silo

    juga mengalami proses fermentasi sehingga serabut yang masih menempel pada biji

    akan mengalami pelapukan. Setelah itu, biji dimasukkan ke alat pemecah biji (

    Ripple mill) sehingga kernel dapat terlepas atau terpisah dari shellnya. Biji atau nut

    masuk pada ripple mill melalui celah-celah rotor ball yang berputar. Kemudian nut

    atau biji akan terhimpit pada celah tersebut berkali-kali sehingga akan dapat

    membuat biji tersebut pecah. Hasil pemecahan nut ini berupa Inti bulat (Whole

    Kernel), Inti pecah (Broken Kernel), Cangkang (Shell), Cangkang yang masih

    melekat pada inti pecah (Partly), Abu pecahan kernel dan shell (Dust).

    Hasil pemecahan dari ripple mill dikirim menuju winnower dengan

    menggunakan Cracked mixture conveyor. Winnower cyclone berfungsi untuk

  • 99

    memisahkan fraksi ringan, sedang, dan berat dengan hisapan angin dari blower.

    Shell yang masih menempel pada broken kernel dipisahkan dengan memanfaatkan

    hisapan angin dari blower. Shell pada fraksi ringan akan terhisap dan dialirkan ke

    boiler sebagai bahan bakar. Broken kernel dan sebagian shell lain yang beratnya

    hampir sama serta sulit dipisahkan dengan hisapan angin dan masuk ke dalam

    larutan claybath untuk pemisahan selanjutnya. Broken kernel dan sebagian shell lain

    masuk ke claybath. Claybath merupakan campuran air dengan tanah liat dengan

    perbandingan sedemikian rupa. Tujuannya adalah agar broken kernel yang memiliki

    berat jenis < 1,135 kg/m3 akan terapung, sedangkan broken kernel > 1,135 kg/m3

    akan tenggelam, lalu dipisahkan. Kemudian broken kernel masuk ke belting yang

    terbuka untuk dihantarkan menuju kernel drier. Kernel drier adalah alat pemanas

    yang digunakan untuk mengurangi kandungan air pada kernel agar diperoleh

    produksi yang sesuai standart pemasaran dengan cara menghembuskan udara

    panas pada beberapa tahapan. Di PT. BPSJ SS II Sei. Jujuhan Estate memiliki kernel

    drier dengan kapasitas 8,7 ton per jam dan standart kadar air untuk pemasaran

    adalah < 7 %. Kernel yang telah siap dipasarkan terlebih dahulu disimpan di kernel

    bulking silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan kernel sebelum diangkut dengan

    mobil.

    4.2.8. Stasiun boiler (Boiler station)

    Stasiun boiler merupakan alat yang mengkonversi energi panas sehingga air

    menjadi stem (uap panas) yang dialirkan ke berbagai stasiun-stasiun penggolahan

    lainnya dan mengerakan turbin (pembangkit tenaga listrik). Untuk mendapatkan

  • 100

    hasil pembakaran yang sempurna boiler dibantu oleh angin (Fan). Adapun jenis fan

    yang digunakan adalah sebagai berikut :

    1) FFF (Fuel feeder fan) yaitu melempar bahan bakar dari dumper agar

    langsung ke dapur boiler.

    2) FDF (Fuel draft fan) berfungsi untuk mengangkat bahan baker dari bawah

    dapur boiler.

    3) IDF (Inducad draugt fan) yaitu menghisap sisa-sisa pembakaran

    4) SAF (Scondary air fan) yaitu mengaduk bahan baker yang ada dalam dapur

    boiler sehingga bahan baker memutar.

    Proses pengolahan kernel kadang dapat terganggu karena adanya batu-batu

    kecil yang masuk kedalam alat pengolahan kernel, sehingga dapat menyebabkan

    alat-alat pengolahan mudah rusak. Untuk mengatasi hal ini kegiatan sortasi buah

    lebih ditingkatkan lagi. Dalam pengolahan kernel ini cara pengoperasian alat juga

    harus benar-benar diperhatikan untuk menghindari tersumbatnya salah satu bagian

    alat.

    4.2.9. Pengolahan limbah pabrik

    Penanganan limbah dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan, karena

    limbah dapat merusak lingkungan sekitar. Limbah dari penggolahan kelapa sawit

    secara garis besar ada 2 macam yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah padat

    berupa tandan kosong, fiber dan shell. Sementara limbah cair adalah air bekas-

    bekas pemakaian dibeberapa stasiun dan air bekas pencucian alat-alat seperti

    stasiun klarifikasi dan stasiun rebusan (air kondensat).

  • 101

    Di PT. BPSJ.SS-II penanganan limbah hasil penggolahan FFB (fresh frit

    bunch) di PKS PT.BPSJ SS II Sei. Jujuhan Estate yaitu limbah padat (fiber and shell)

    dari stasiun penggolahan kernel digunakan sebagai bakan bakar di stasiun boiler,

    sedangkan janjangan kosong (empty bunch) dan limbah cair (sludge) diaplikasikan

    ke Lapangan.

    4.2.10. Analisa laboratorium kelapa sawit

    Laborotarium berfungsi sebagai pusat pengendalian terhadap proses dan

    kualitas yang dihasilkan selama dan setelah proses produksi berlangsung. Hasil-

    hasil analisis laborotarium digunakan sebagai salah satu bagian pengawasan dan

    perbaikan dalam peningkatan proses dan produk yang dihasilkan. Produk yang

    dihasilkan tersebut harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Standar

    mutu yang ditetapkan oleh pihak PT. BPSJ. SS-II, Sei. Jujuhan Estate untuk setiap

    komoditi berbeda.

    a) CPO

    - Kadar asam lemak bebas (%) : < 3,5 %

    - Kadar Air (%) : < 0,1

    - Kadar Kotoran : < 0,01

    - DOBI ( %) : 2,4

    b) Inti Sawit

    - Kadar air (%) : < 7

    - Kadar Kotoran (%) : < 6

    - Inti Pecah (%) : < 25

    - Inti Berubah Warna : < 40

  • 102

    Berdasarkan hasil kegiatan analisa laborotarium kelapa sawit di PT. BPSJ.SS-

    II. yang berada di PKS Palm Oil Mill Sei. Jujuhan Estate dalam rangka mencari

    pengalaman praktek kerja mahasiswa dapat di uraikan sebagai berikut :

    a) Analisa kadar free fatty acid (FFA oil desfatch determination)

    Analisa kadar free fatty acid (FFA) bertujuan untuk mengetahui kadar asam

    yang terdapat pada CPO yang dihasilkan oleh pabrik yang nantinya asam tersebut

    dapat menyebabkan CPO menjadi beku atau basi.

    Untuk mengetahui kadar FFA dilakukan dengan cara :

    - Siapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian kadar Free

    Fatty Acid (FFA) minyak kelapa sawit.

    - Timbang erlemeyer dengan memakai timbangan metalik (Analytikal

    balance).

    - Masukan CPO sebanyak 5 garam kedalam erlemeyer.

    - Tambahkan 50 ml pelarut yang telah dinetralkan dan indikator PP

    sebanyak 0,5 ml.

    - Panaskan diatas hot plate hingga temperatur 40 C

    - Titrasi dengan NaOH 0,01 N memakai Burette Digital sampai sample

    berubah warna orange kemerahan.

    - Rumus perhitungan FFA adalah:

    % FFA =Vol NaOH x Normalitas NaOH x Normalitas NaOHx 100 % Berat sampel

    = 3,96 ml x 25,6 x 0,1217 x 100 % = 2,36 %

    5,2225 gram

  • 103

    b) Analisa kadar air minyak sawit (VM oil despatch determination)

    Analisis kadar air minyak sawit bertujuan untuk mengetahui kadar air yang

    terdapat dalam CPO yang dihasilkan oleh pabrik, sehingga kualitas dan kuantitas

    CPO menjadi lebih baik. Prosedur kegiatan perhitungan kadar air adalah :

    - Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam analisa kadar air

    minyak sawit (CPO).

    - Timbang gelas piala kosong dengan hasilnya = 36,0824 gram.

    - Masukkan sampel CPO sebanyak 5,0193 gram.

    - Panaskan diatas hot plate 2 menit.

    - Dinginkan sebentar lalu ditimbang.

    Hasil perhitungan analisa kadar air minyak sawit adalah :

    = berat awal berat akhir x 100 % berat awal

    = (berat awal gelas piala+ CPO)-(berat akhir gelas piala+ CPO) x 100% Berat CPO awal

    = (36,0824 gram + 5,0193 gram) 41,0934 gram x 100 % 5,0193 gram = 0,0083 gram x 100 % = 0,17 %

    5,0193 gram

    c) Analisa kadar kotoran minyak sawit (Dirt oil despatch determination)

    Analisis kotoran minyak sawit bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

    kotoran yang terikut pada CPO yang dihasilkan oleh pabrik dan mengetahui kualitas

    CPO tersebut. Untuk menghitung kadar kotoran yang terdapat dalam minyak

    dilakukan dengan cara :

  • 104

    - Basahi (semprot) kertas saring ukuran 25 mm dengan N. Xexana

    memakai botol semprot

    - Masukan sample kedalam oven dengan suhu 105 oC selama kurang lebih

    20 menit.

    - Keluarkan kertas saring, lalu masukan kedalam desikator selama 20

    menit

    - Keluarkan kertas saring dari dalam desicator dan timbang

    - Timbang breker glass, lalu masukan CPO sebanyak 20, 4387 gram

    - Larutkan sample dengan N. Hexana

    - Hidupkan pompa vacuum, naikan perlahan-lahan sample dalam gronek

    crubble dan bilas sampai bersih

    - Sewaktu penyaringan selalu disemprotkan dengan N. Hexena hingga

    kertas saring bersih oleh minyak.

    - Keluarkan kertas saring dari gronek crubble dan masukan kedalam oven

    dengan suhu 105 oC selama 20 menit.

    - Keluarkan kertas saring dari oven dan masukan kedalam desicator selama

    20 menit, keluarkan kertas saring dari desicator dan timbang.

    Perhitungan :

    = (Berat kertas saring + kotoran) (Berat kertas saring) x 100 % Berat sample

    Hasil perhitungan analisa kadar kotoran minyak sawit adalah :

    % Kotoran = (Berat kertas saring + kotoran) (Berat kertas saring) x 100 % Berat sample

    = 21,8862 gram 21,8808 gram x 100 % = 0,027 % 20,4387 gram

  • 105

    4.3. Manajemen Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit

    Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai produktifitas yang tinggi dan

    mempunyai mutu yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang

    mempengaruhi dan merupakan faktor terpenting adala manajemen perusahaan.

    Manajemen perusahaan sangat penting karena faktor inilah yang berperan sebagai

    pengendali dalam proses usahayang dilakukan guna mencapai tujuan yang

    diinginkan.

    Dalam sebuah perusahaan lebih cenderung menginginkan input turun dan

    output yang meningkat. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan manajemen yang

    tinggi dalam pengelolaan perkebunan. Salah satu teknik untuk melaksanakannya

    adalah dengan merekomendasikan dan mengidentifikasikan fungsi-fungsi dasar

    manajemen dalam perusahaan. Unsur-unsur dasar yang terdapat dalam manajemen

    perusahaan meliputi planning, organizing, actuating, dan controling.

    Berikut ini unsur-unsur dasar manajemen yang dilaksanakan di PT. BPSJ SS

    II adalah sebagai berikut:

    4.3.1. Perencanaan

    Perencanaan sangat perlu disusun sebelum melaksanakan suatu kegiatan.

    Sebab dengan adanya perencanaan, pedoman dalam melaksanakan suatu kegiatan

    telah ada. Pada PT. BPSJ. SS II dalam menyusun perencanaan melibatkan seluruh

    aparat kebun. Pada tingkat divisi melibatkan Asisten, Mandor I dan para Mandor

    lainnya. Perencanaan ini berupa perencanaan sarana dan prasarana, penggunaan

    alat dan bahan yang mendukung produksi yang semuanya berdasarkan atas

  • 106

    ketetapan oleh pihak-pihak perusahaan yang tertuang pada SOP (Standart

    Operating Procedure). Perencanaan pada PT. BPSJ SS II Sei. Jujuhan Estate dapat

    dibagi menjadi :

    1. Rencana kerja tahunan (Budget)

    Budget adalah suatu bentuk perkiraan dalam bentuk finansial tentang

    anggaran setahun. Budget ini meliputi nomor heading, jenis pekerjaan, volume

    pekerjaan, kebutuhan tenaga kerja untuk setahun, kebutuhan alat dan bahan serta

    penggunaan sarana dan prasarana yang diperlukan selama satu tahun.

    Penyusunan rancana kerja tahunan (Budget) ini dibuat oleh Asisten lapangan yang

    mengajukan rencana kerja tahunan kepada divisi manager (DM) dan diteruskan

    kepada estate manager (EM). Setelah usulan rencana kerja tahunan diterima dan

    sudah disetujui oleh EM kemudian diserahkan kepada Administratur (ADM), maka

    rencana kerja tersebut diturunkan ke kebun dalam bentuk budget yang selanjutnya

    diturunkan ke masing-masing afdeling.

    2. Rencana kerja semester

    Rencana kerja semester ini dibuat oleh masingmasing EM yang dibuat

    dalam 6 bulan sekali berdasarkan rencana kerja tahunan.

    3. Rencana kerja triwulan

    Rencana kerja ini dibuat oleh DM masing masing yang dikerjakan 3 bulan

    sekali.

  • 107

    4. Rencana kerja bulanan (RKB)

    Rencana kerja bulanan merupakan penjabaran dari rencana kerja tahunan

    (Budget) yang terdiri dari nomor perkiraan, uraian pekerjaan, blok, luasan

    (Ha/meter), tenaga kerja laki-laki dan perempuan yang dibutuhkan.

    Rencana kerja bulanan ini di buat berdasarkan rencana kerja tahunan, dan

    ringkasan kerja tahunan, yang dibuat oleh asisten afdeling pada bulan sebelum

    pelaksanaan.

    5. Rencana kerja harian (RKH)

    Rencana kerja harian ini merupakan penjabaran dari rencana kerja bulanan

    yang berisikan nomor perkiraan, jenis pekerjaan, blok, karyawan (lakilaki dan

    perempuan ), tenaga pemborong dan taksiran produksi hari ini.

    Rencana kerja harian ini dibuat oleh masing-masing mandor sesuai tugasnya

    masing-masing sehari sebelum pelaksanaan dan setelah selesai dibahas dan

    dilaporkan pada mandor 1 dan asisten divisi saat antri pagi yang didengarkan oleh

    mandor-mandor lain.

    4.3.2. Organisasi Perusahaan

    Suatu perusahaan dalam mencapai tujuan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    salah satu faktor yang menentukan kesuksesan dalam mencapai tujuan perusahaan

    adalah organisasi yang tersusun dengan baik dan teratur. Struktur organisasi yang

    baik dengan garis-garis koordinasi yang jelas akan memberikan kemudahan dan

    kelancaran dalam melaksanakan kegiatan disuatu perusahaan.

  • 108

    Dengan garis-garis koordinasi yang jelas maka semua tugas dan tanggung

    jawab yang diberikan oleh perusahaan akan dapat dijalankan dengan baik dan tidak

    akan terjadi tumpang tindih aktifitas di perusahaan, selain itu juga akan terjadi

    hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan sehingga tujuan yang

    diinginkan akan dapat tercapai.

    Melihat sistem manajemen yang diterapkan di PT. BPSJ SS II, Sei, Jujuhan

    Estate serta sistem organisasinya dapat disimpulkan bahwa sistem organisasi yang

    diterapkan di kebun sudah baik, hal ini sudah terbukti terhadap pelaksanaan dari

    segala kegiatan berjalan dengan lancar dan terorganisir serta koordinasi satu sama

    lainnya juga cukup baik. Semua peraturan dan intruksi yang dibuat di kebun

    dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan penuh kedisiplinan sehingga jarang di

    jumpai jenis kegiatan yang menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan.

    Struktur organisasi perusahaan dibuat dengan tujuan memberikan gambaran

    tentang jalur-jalur perintah dan koordinasi serta birokrasi di perusahaan, dan terlihat

    jabatan yang menjalankan perintah.

    Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam

    struktur organisasi dapat dijelaskan pada uraian di bawah ini :

    1. Senior Estate Manager (SEM)

    Tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab :

    - Mengkoordinir, memonitor, dan mengevaluasi penggunaan pupuk serta

    persediaan pupuk diwilayahnya

    - Pelaksanaan system penilaian staf diwilayahnya

    - Bertanggung jawab kepada direksi

  • 109

    - Menyetujui rencana bulanan dari estate manager

    - Menyusun usulan budged

    - Mengawasi dan terjun langsung pada semua pekerjaan personil organisasi

    - Mengambil keputusan untuk tingkat kebun dan pabrik

    2. Estate Manager (EM)

    Tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab :

    - Membuat planning atau rencana kerja dan kebutuhan keuangan yang

    dibutuhkan oleh perusahaan

    - Melakukan pengontrolan terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh

    bawahan

    3. Divisi Manager (DM)

    Divisi manager ini mempunyai tanggung jawab kepada pimpinan kebun dan

    mempunyai tanggung jawab penuh kepada afdeling-afdeling yang dipimpinnya.

    Tugas dan tanggung jawab divisi manager :

    - Menyetujui anggaran belanja yang dibuat asisten afdeling dan mengajukan

    kepada pimpinan kebun

    - Mengontrol semua kegiatan budidaya yang ada pada masing-masing afdeling

    - Bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan yang ada pada divisinya

    - Membantu pimpinan kebun dalam melaksanakan tugas dan bertanggung

    jawab penuh pada pimpinan kebun

    4. Asisten Afdeling

    Asisten Afdeling bertanggung jawab kepada pimpinan melalui divisi manager.

    Tugas dari divisi manager adalah :

  • 110

    - Membuat rencana kerja bulanan dan mengajukan kepada pimpinan kebun

    melalui divisi manager

    - Menontrol semua kegiatan yang ada di afdeling

    - Membuat laporan hasil kerja yang disertai laporan kerja harian afdeling

    - Bertanggung jawab kepada divisi manager

    5. Pengawas Afdeling

    Pengawas afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap

    kesuksesan dalam kelancaran semua kegiatan yang ada di afdeling. Tugas dan

    wewenang pengawas afdeling adalah :

    - Mengawasi semua kegiatan pemeliharaan yang ada di afdeling

    - Mengatur rotasi panen dan melaporkannya kepada asisten afdeling

    - Mengawasi dan mengatur anggota panen

    - Mengumpulkan absesi pekerja

    - Membantu asisten afdeling dalam membuat dan menyusun aggaran

    - Bertanggung jawab kepada asisten afdeling

    6. Supervisor pemupukan

    Supervisor pemupukan merupakan orang yang bertanggung jawab kepada

    kelancaran dan kesuksesan kegiatan pemupukan di afdelingnya, mengatur rotasi

    pupuk, menilai hasil kerja pemupukan, dan membuat laporan pemupukan.

    Supervisor pemupukan ini bertanggung jawab langsung kepada pimpinan kebun

    7. Supervisor Hama Penyakit

    Terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian dan

    pemanotoring hama dan penyakit yang dilakukan setiap afdeling, mengatur rotasi

  • 111

    pengamatan dan pengendalian terhadap hama dan penyakit dan dapat menegur

    asisten kalau pengendalian tidak sesuai target yang diharapkan

    8. Mandor

    Mandor terdiri dari 2, yaitu mandor harian dan mandor panen yang

    bertanggung jawab terhadap asisten afdeling. Adapun tugas dari mandor harian

    mengatur dan mengontrol kerja harian serta absensi pekerja sedangkan mandor

    panen yang mengatur dan mengawasi anggota panen, bertanggung jawab terhadap

    jumlah hasil dan kualitas TBS ke TPH serta membantu administrasi panen dan

    secara rutin melaporkan setiap harinya kepada asisten afdeling.

    9. Kepala Kantor (KTU)

    Kepala kantor merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap

    kegiatan administrasi di perkebunan. Adapun tugas dan tanggung jawab kepala

    kantor adalah sebagai berikut:

    - Mengawasi seluruh kegiatan kerani-kerani afdeling dalam pembuatan daftar

    gaji karyawan.

    - Mengontrol setiap daftar gaji ditiap afdeling sebelum di setujui oleh pimpinan

    kebun pada setiap akhir bulan.

    - Bertanggung jawab langsung kepada pimpinan kebun.

    10. Personalia.

    Bagian personalia bertugas dalam penerimaan dan pengeluaran tenaga kerja

    serta mengurus asuransi kecelakaan diri dalam hal ini asuransi yang digunakan

    adalah jamsostek. Bagian personalia inibertanggung jawab penuh terhadap

    pimpinan kebun.

  • 112

    11. Kepala Gudang

    Kepala gudang adalah orang yang bertanggung jawab terhadap semua

    barang-barang inventaris yang di miliki perusahaan sedangkan tugasnya adalah

    sebagai berikut: mencatat keluar masuknya barang-barang inventaris perusahaan

    dan bertanggung jawab kepada kepala kantor (KTU).

    12. Kepala Bengkel

    Kepala bengkel bertanggung jawab terhadap semua kendaraan dan alat-alat

    mesin yang dimiliki perusahaan, sedangkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

    berikut:

    - Melaksanakan perbaikan terhadap alat mesin dan kendaraan yang rusak

    berikut servcenya.

    - Mengatur penggunaan alat-alat berat dan alat mesin dalam penggunaanya

    disetiap afdeling.

    - Bertanggung jawab kepada pimpinan kebun.

    4.3.3. Penggerakan ( Actuating )

    Pelaksanaan kegiatan dikebun merupakan tanggung jawab manajer yang

    pelaksanaannya dilimpahkan kepada asisten kepala dan dibantu oleh asisten divisi.

    Dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan field asisten divisi berpedoman terhadap

    budget dan dibantu oleh mandor I dalam menginstruksikan kepada mandor

    lapangan.

    Mandor lapangan mengawasi serta mengarahkan tenaga kerja dalam

    pelaksanaan kerja di lapangan, namun pekerjaan tersebut dibimbing oleh asisten

    divisi dan dikontrol oleh asisten kepala dan Manajer.

  • 113

    Pada perusahaan perkebunan pada umumnya sebelum melakukan kegiatan

    (pekerja, mandor dan asisten) terlebih dahulu berkumpul di kantor divisi.

    Pelaksanaan kegiatan di lapangan dimulai pada pukul 06.30 WIB.

    Pada saat apel pagi dilakukan pengabsenan dan pemberian pengarahan oleh

    asisten divisi pada mandor tentang apa yang akan dikerjakan di lapangan nantinya.

    Di lapangan pekerja mendapat pengarahan dari mandor dan mandor membuat

    laporan kerja harian yang diserahkan pada waktu selesai jam kerja.

    Untuk mendorong, memacu dan meningkatkan mutu kerja dan karyawan

    dalam mengerjakan pekerjaan di lapangan perlu adanya suatu motivasi. Gunanya

    motivasi adalah agar karyawan bermotivasi dalam melaksanakan tugas dan

    tanggung jawabnya, perusahaan dengan diwakili Estate memberikan imbalan dan

    penyediaan fasilitas. Imbalan dan penyediaan fasilitas yang dimaksud adalah :

    1. Gaji

    Gaji pokok untuk karyawan harian diberikan sesuai dengan jumlah hari kerja.

    Sedangkan untuk karyawan tetap diberikan gaji pokok per bulan dengan ditambah

    jatah beras.

    2. Premi / upah lembur

    Premi diberikan kepada pekerja atau karyawan yang bekerja pada kegiatan

    potong buah dan transportasi serta karyawan pabrik. Premi diberikan bila karyawan

    dapat melebihi norma prestasi yang ditetapkan untuk karyawan potong buah atau

    transport. Sedangkan untuk karyawan pabrik premi dihitung berdasarkan kelebihan

    jam kerja (7 jam / hari).

    Perhitungan premi / upah lembur ditetapkan sebagai berikut :

  • 114

    a. Hari biasa

    - Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayarkan upah lembur sebesar satu

    setengah kali (1,5) upah per jam

    - Untuk setiap jam kerja lembur selebihnya dibayar upah lembur sebesar dua

    kali (2) upah per jam.

    b. Hari minggu

    - Kerja dalam batas 7 jam dibayar upah lembur sebesar 2 kali upah per jam

    - Kerja selanjutnya 7 jam dibayar upah lembur sebesar 3 kali upah per jam

    c. Hari libur resmi (1 januari, 17 agustus dan idul fitri)

    - Kerja dalam batas 7 jam dibayar upah lembur sebesar 3 kali upah per jam

    - Kerja selanjutnya 7 jam dibayar upah lembur sebesar 4 kali upah per jam

    3. Tunjangan dan bonus

    Tunjangan yang diberikan di kebun kepada karyawan berupa Tunjangan Hari

    Raya (THR) dan bonus. THR diberikan oleh perusahaan menjelang hari raya Idul

    Fitri sebesar satu bulan gaji. Sedangkan bonus diberikan berdasarkan

    pendapatan/keuntungan dari perusahaan

    4. Cuti

    Cuti diberikan pada karyawan apabila mendapat kemalangan, hamil,

    melahirkan, cuti tahunan dan perpanjangan, yang mana cuti tahunan adalah cuti

    yang diberikan kepada karyawan yang telah bekerja selama satu tahun. Sedangkan

    cuti normal yang diberikan perusahaan 12 hari/tahunnya.

  • 115

    5. Fasilitas

    Fasilitas yang diberikan berupa air, rumah, listrik, mesjid, penitipan, klinik,

    bus untuk transportasi anak sekolah dan sarana olah raga.

    4.3.4. Pengawasan dan Evaluasi

    Pelaksanaan kegiatan pengawasan di PT. BPSJ SS II melibatkan semua

    tingkat staf yang terkait, mulai dari asisten divisi sampai pada dewan direksi.

    Pengawasan dilakukan terhadap semua kegiatan yang sedang berlangsung baik di

    lapangan maupun di pabrik. Pengawasan ini berpedoman kepada rencana-rencana

    yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Evaluasi dilakukan secara administratif yang dituangkan dalam laporan.

    Laporan ini terdiri dari laporan harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Dalam

    laporan ini dituangkan bagaimana akibat dari kesalahan dan penyimpangan yang

    ada selama rencana dijalankan. Disamping itu diterangkan juga tentang

    kebijaksanaan yang telah diambil dalam menanggulangi.

    Disamping laporan bulanan ini manajer juga membuat laporan belanja atau

    tata buku bulanan. Manajemen perkebunan memiliki tujuan tertentu yang telah

    ditetapkan dalam program kerja jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan

    tersebut dijabarkan dalam bentuk sasaran yang dibagi berdasarkan waktu kerja

    misalnya harian, mingguan, bulanan dan tahunan.

    4.3.5. Struktur Organisasi

    Struktur organisasi PT. BPSJ SS II dapat dilihat pada lampiran 1.