4. bab iii - digilib.uns.ac.id/potensi...1 sultan hamengku buwono i mengembangkan sarana perdagangan...

25
BAB III PENGEMBANGAAN OBYEK WISATA MALIOBORO A. Perkembangaan Malioboro Malioboro yang menjadi salah satu simbol bagi kota Yogyakarta telah mengalami banyak perubahan. Melihat malioboro sekarang menunjukkan kemajuan yang ada di Malioboro dari segi fisik sudah banyak perubahan. Namun perubahan tersebut tidak mengurangi suasana pada waktu lampau yang pernah ada, misalnya keteduhan sepanjang jalan kawasan malioboro. Meskipun malioboro menjadi tempat berdagang pada masa lampau maupun sekarang, tetapi ada suasana lain yang tidak bisa ditemui ditempat lain, setidakya ada sentuhan kultural. Malioboro pada tahun 1936 menunjukan perubahan pada masa lampau dan sekarang, dan ini artinya Malioboro dan sekitarnya telah mengalami banyak perubahan. Apalagi jika melihat Malioboro tahun 1949 pada saat Republik Indonesia belum lama merdeka, Malioboro telah mengalami perubahan, padahal hanya selisih 13 tahun. Malioboro pada masa lampau setidaknya bisa membuka ingatan masa silam menyangkut Malioboro dan menaruhnya pada realitas malioboro masa sekarang (http://jadul.blogspot.com/2008/06/malioboro-jogja-1936.html). Jalan Malioboro membentang sebagai sumbu imajiner yang menghubungkan antara Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi, jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri

Upload: doanthuan

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

BAB III

PENGEMBANGAAN OBYEK WISATA MALIOBORO

A. Perkembangaan Malioboro

Malioboro yang menjadi salah satu simbol bagi kota Yogyakarta telah

mengalami banyak perubahan. Melihat malioboro sekarang menunjukkan

kemajuan yang ada di Malioboro dari segi fisik sudah banyak perubahan.

Namun perubahan tersebut tidak mengurangi suasana pada waktu lampau

yang pernah ada, misalnya keteduhan sepanjang jalan kawasan malioboro.

Meskipun malioboro menjadi tempat berdagang pada masa lampau maupun

sekarang, tetapi ada suasana lain yang tidak bisa ditemui ditempat lain,

setidakya ada sentuhan kultural. Malioboro pada tahun 1936 menunjukan

perubahan pada masa lampau dan sekarang, dan ini artinya Malioboro dan

sekitarnya telah mengalami banyak perubahan. Apalagi jika melihat

Malioboro tahun 1949 pada saat Republik Indonesia belum lama merdeka,

Malioboro telah mengalami perubahan, padahal hanya selisih 13 tahun.

Malioboro pada masa lampau setidaknya bisa membuka ingatan masa silam

menyangkut Malioboro dan menaruhnya pada realitas malioboro masa

sekarang (http://jadul.blogspot.com/2008/06/malioboro-jogja-1936.html).

Jalan Malioboro membentang sebagai sumbu imajiner yang

menghubungkan antara Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung

Merapi, jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri

Page 2: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

1

Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui

sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

tempat itu masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan

menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang terkenal. Malioboro merupakan

sejarah, serpihan kenangan masa lampau kita ketika mengenang kota

Yogyakarta. Sebuah jalan pada kota ini adalah suatu kumpulan kenangan yang

tergabung secara kolektif bagi penghuninya. Malioboro bukan saja hanya

menyimpan kisah para sastrawan di kota Yogyakarta era 1970-an yang dengan

hatinya memupuk sastrawan-sastrawan seperti Linus Suryadi, Korie Layun

Rampan, Emha Ainun Nadjib dan masih banyak yang lainnya. Tata kota

dalam kebudayaan Jawa bukan saja berarti fungsi tapi juga bermakna berbagai

macam struktur pola pikir orang Jawa yaitu kekuasaan, harmoni dan kepekaan

terhadap alam.

Jalan lurus Malioboro merupakan gambaran bagaimana seorang raja

Jawa yang memiliki hubungan horisontal kepada rakyatnya. Malioboro

sebagai tempat berbisnis bagi kelompok Tionghoa yang dimasa lalu memiliki

sejarah hubungan naik turun dengan kekuasaan Kesultanan Yogyakarta. Di

Kotagede, kaum Tionghoa tidak diperbolehkan berdagang karena memang

sudah ada mayoritas pebisnis pribumi seperti kelompok Kalang dan kelompok

pedagang santri (Muslim) yang melingkar dalam organisasi Muhammadiyah.

Di tengah kota kelompok Tionghoa ini menjadikan Malioboro sebagai daerah

modal untuk mengembangkan bisnisnya

( http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism- of-interest/malioboro/ ).

Page 3: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

2

B. Daya Tarik Obyek Wisata Malioboro

Dalam pengelolaan kepariwisataan secara umum, Obyek dan Daya

Tarik Wisata (ODTW) memberikan makna penting bagi kesinambungan suatu

kawasan wisata, disamping sarana dan prasarana pendukung, serta

publikasinya. Kejelian didalam melihat potensi wisata sangatlah penting agar

tercipta keragaman ODTW di suatu kawasan, serta mengemasnya menjadi

ODTW yang unggul, dan menarik untuk dikunjungi wisatawan. Penanganan

ODTW memerlukan keseriusan pihak pengelola kawasan wisata, baik didalam

menggali potensi ODTW yang ada maupun upaya pengelolaannya. Dalam

pengelolaan ODTW, maka pemahaman sifat atau karakteristik ODTW sangat

diperlukan guna mencari bentuk pengelolaan yang tepat. Didalam penyusunan

RIPPOW (Rencana Induk Pembangunan Pariwisata dan Objek Wisata) juga

diperlukan di dalam pengelolaan kepariwisataan secara berkelanjutan, agar

dicapai fungsi manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan.

Obyek wisata Malioboro terletak di Jalan Malioboro, Daerah Istimewa

Yogyakarta dan hanya sekitar 800 meter dari Keraton Yogyakarta. Jalan

Malioboro membentang dari hotel Garuda sampai ke Ketandan, memasuki

kawasan ini wisatawan tidak dipungut biaya. Tempat yang setiap hari ramai

oleh pengunjung tersebut harus dibangun secara sinergis khususnya dalam hal

sadar wisata sehingga kawasan ini tidak mengalami kejenuhan minat di

kalangan wisatawan dengan memperbanyak atraksi wisata dan sense of

tourism yang kontinue, maka Malioboro akan tetap dikenang dan dikunjungi

Page 4: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

3

banyak wisatawan. Dinas Pariwisata propinsi DIY akan terus menggelar

Festival di Malioboro untuk menarik wisatawan yang berkunjung. Festival di

Malioboro ini tidak hanya untuk mengangkat citra pariwisata Yogyakarta,

tetapi juga kesempatan untuk membangun sinergitas antar pelaku pariwisata

di Yogyakarta. Karena Malioboro kini milik banyak orang termasuk

masyarakat luar Jogja yang memiliki ikatan emosional dengan Malioboro di

masa lalu. Malioboro yang indah, tertib, nyaman sekaligus ramah lingkungan.

Tidak hanya parade wisata dan budaya, festival lain juga telah digelar seperti

pameran kuliner dan atraksi musik yang menghibur. Moh. Halim selaku

penanggung jawab acara dalam rapat awal di aula dinas pariwisata jalan

Malioboro no. 56 pada tanggal 15 April 2009 berharap kegiatan festival

seperti ini akan memberi gairah baru suguhan pariwisata yang mendidik,

menghibur sekaligus nyaman untuk dinikmati bagi semua masyarakat.

Sebagai ikon pariwisata, kawasan Malioboro sangat layak untuk diangkat

dalam sebuah festival yang lebih besar ( http://www.mediaindonesia.com ).

Berbagai atraksi seni budaya, festival dan pameran yang telah

dilaksanakan di Malioboro untuk menarik wisatawan antara lain:

1. Pentas kesenian reguler

Mulai tanggal 19 April 2008 yang lalu diselenggarakan pentas seni reguler

yang menampilkan potensi kesenian di wilayah maupun komunitas yang

ada di Kota Yogyakarta. Pentas ini dimulai pada pukul 19.00 sampai 21.00

WIB dengan mengambil beberapa titik di sepanjang Malioboro. Sebagai

Page 5: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

4

penampilan awal dilaksanakan di bangunan eks LIBI Taman Abu Bakar

Ali dan depan Benteng Vredeburg.

2. Pentas Seni Reguler

Dinas Parsenibud kembali menggelar pentas seni reguler di Kawasan

Malioboro pada malam minggu, 26 April 2008. Kesenian yang

ditampilkan adalah kesenian berbasis religi dari Kelurahan Gowongan.

3. Pameran Seni Rupa Rai Gedhek

Pameran ini dibuka pada tanggal 23 Juni hingga 3 Juli 2009 di Bentara

Budaya Yogyakarta (BBY). Pada pameran ini, para perupa menampilkan

karyanya baik berupa lukisan, instalasi, maupun patung. Bentara Budaya

Yogyakarta mengadakan pameran seni rupa dengan melibatkan sekitar 30

perupa dari Yogyakarta dan Jakarta. Dalam pameran bertema ”Rai

Gedheg” ini, para perupa menyoroti fenomena munculnya orang- orang

yang kehilangan rasa malu.

4. Pawai seni dan budaya HUT LPK Tari Natya Lakshita

Tanggal 14 Maret 2009, di kawasan Malioboro dilangsungkan

pawai/karnaval seni dan budaya. Karnaval ini salah satu bentuk atraksi

wisata yang semakin gencar diadakan di Yogyakarta, khususnya di

kawasan Jalan Malioboro. Untuk pawai kali ini, kegiatan diselenggarakan

dalam rangka HUT LPK Tari Natya Lakshita Pawai ini dimulai dari

kawasan Lapangan Parkir Abu Bakar Ali sebelah ujung utara Jalan

Malioboro dan berakhir di Monumen Satu Maret.

Page 6: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

5

5. Pekan budaya Tionghoa Yogyakarta

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta yang dilaksanakan mulai tanggal 5

sampai 9 Februari 2009 bertempat di Ketandan, Malioboro Yogyakarta.

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta disamping sebagai perayaan

datangnya tahun baru Imlek juga bertujuan untuk melestarikan dan

memperkenalkan budaya etnis Tionghoa terutama yang ada di Yogyakarta.

6. Jogja Kuliner Expo 2008

Pemerintah Kota Yogyakarta menggelar Festival Makanan Tradisional ke-

9 tahun 2008 yang dikemas dalam event bertajuk Jogja Kuliner Expo

2008. Gelaran yang menampilkan Seminar Boga (21/8/2008 di Hotel

Garuda), Bazar & Bursa Makanan di halaman Plaza SO 1 Maret (22-

24/8/2008 jam 09.00-21.00 WIB), Senam Massal (24/8/2008 jam 06.00

WIB) di jalan Malioboro sampai A. Yani, dan Festival Makanan

(24/8/2008 jam 07.00-17.00 WIB) di Benteng Vredeburg. Event ini digelar

untuk mengangkat makanan khas yang bisa ditemui di Jogja.

7. Jogja Java carnaval

Jogja Java carnaval diadakan pada tanggal 25 Oktober 2008, merupakan

event yang menampilkan night carnaval dengan mengambil lokasi di

Malioboro. Event ini diharapkan dapat diikuti oleh masyarakat

internasional khususnya negara yang memiliki hubungan kerjasama

dengan Kota Yogyakarta.

Page 7: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

6

8. Yogyakarta Gamelan Festival 2009

Event tahunan Yoyakarta Gamelan Festival yang ke 14 di gelar pada

tanggal 16, 17 dan 18 juli 2009. Tempat penyelenggaraan event ini di

Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta kawasan Malioboro.

9. Festival Kesenian Yogyakarta 2008

Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) diadakan selama bulan Juni sampai

dengan Agustus 2008 untuk yang ke-20 kalinya. Acara ini merupakan

rangkaian berbagai atraksi kesenian, bukan hanya kesenian yang dimiliki

oleh Yogyakarta, namun juga kota-kota lain, bahkan termasuk dari negara

lain. Festival Kesenian Yogyakarta diadakan dari tanggal 7 Juni sampai 7

Agustus 2008.

10. Festival Kesenian Yogyakarta 2009

http://www.flickr.com/photos/yanrf/3610141966/Festival Kesenian

Yogyakarta 2009 (FKY XXI 2009) diselenggarakan mulai tanggal 7

hingga 30 Juni 2009. Disemarakkan dengan Pasar Seni di Benteng

Vredeburg dan dimeriahkan beragam acara seni budaya lainnya.

11. Gebyar Budaya Nusantara

Gebyar Budaya Nusantara menyuguhkan berbagai kesenian dari seluruh

nusantara berlangsung selama 5 hari mulai tanggal 29 Oktober 2008

sampai tanggal 2 November 2008. Kegiatan dilaksanakan di Plasa

Monument SO 1 Maret Jl. A. Yani Yogyakarta yang menampilkan

kesenian daerah dari seluruh pelosok nusantara seperti daerah Bangka,

DKI Jakarta, Madura, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Riau,

Page 8: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

7

Sulawesi tengah, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Sumatra Selatan, Jawa

Barat, Bali, NTT, Nangro Aceh Darussalam, Papua dan lain-lain yang

dimulai pukul 19.00 WIB. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pemerintah

Kota Yogyakarta bekerjasama dengan Ikatan Pelajar dan Mahasiswa

Daerah yang sedang belajar di Yogyakarta.

Dengan adanya penampilan atraksi wisata secara terus menerus dengan

rutin diharapkan Kota Yogyakarta semakin banyak dikunjungi wisatawan

yang nantinya akan memperpanjang lama tinggal wisatawan di Kota

Yogyakarta (http://pariwisata.jogja.go.id/index/extra.arsip/32/2/42).

Ujung jalan Malioboro yang satu terhubung dengan jalan Mangkubumi

dan dibatasi oleh stasiun kereta api Tugu dan ujung satunya lagi terhubung

dengan jalan Ahmad Yani. Dalam areal kawasan Malioboro dan sekitarnya

banyak lokasi lain yang dapat dikunjungi misalnya Keraton Jogjakarta, Pasar

Beringhardjo, Benteng Vredeburg, Gedong Senisono, Museum Sono Budoyo

dan lainnya. Saat ini Malioboro bisa dikatakan sebagai jantung keramaian kota

Jogja, karena banyaknya pedagang dan pengunjung. Kawasan yang sangat

ramai baik di dua sisi jalan yang berkoridor maupun pada jalan kendaraan

walaupun satu arah dari jalan Mangkubumi akan tetapi berbagai jenis

kendaraan melaju dan memenuhi di jalan tersebut serta tidak mengherankan

kalau terjadi kemacetan. Dari kendaraan tradisional seperti becak,

dokar/andong/delman, sepeda, gerobak maupun kendaraan bermesin seperti

mobil, taxi, bis kota, angkutan umum, sepeda motor dan lainnya.

Page 9: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

8

Kawasan Malioboro juga sebagai salah satu kawasan wisata belanja

andalan kota Yogyakarta. Kawasan Malioboro meliputi jalan Sosrowijayan,

jalan Ahmad Yani, jalan Perwakilan sampai jalan Kepatihan yang didukung

oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tidak

ketinggalan para pedagang kaki limanya. Di obyek ini juga disemarakkan

dengan nama barang merk terkenal dan ada juga nama-nama barang lokal.

Barang yang diperdagangkan dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan

barang elektronika, mebel dan lain-lain. Disini juga menyediakan aneka

kerajinan, misalnya kerajinan bambu, gantungan kunci, lampu hias, hiasan

rotan, wayang, ayaman, blangkon (topi khas Jawa/Jogja), kerajinan perak,

gerabah, kain batik, kerajinan kayu, kulit, tas dan lain sebagainya. Terdapat

pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe

melati. Untuk menelusuri jalan Malioboro tersebut bisa dengan berjalan kaki

dari ujung ke ujung pada dua sisi jalan, atau dengan menggunakan

dokar/delman/andong dan becak khas Jogja.

Di siang hari kawasan Malioboro sangat ramai pengunjung baik warga

sekitar maupun wisatawan luar daerah, terlebih lagi bila musim liburan

sekolah tiba atau pada hari libur nasional yang cukup panjang. Jalan

Malioboro dari ujung ke ujung hanya berjarak tidak lebih dari satu kilometer ,

dan pada dua sisinya banyak toko, kantor, rumah makan dan mall serta pusat

perbelanjaan. Menariknya lagi banyak sekali pedagang kaki lima yang berjajar

dibawah koridor jalan yang memayungi dari terik panas matahari maupun

Page 10: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

9

hujan. Keramian ini dimulai sejak pagi hingga pukul sembilan malam (

Wawancara dengan Wahyudi, 3 Juni 2009 ).

Malioboro memang sengaja dibangun di jantung kota Yogyakarta oleh

pemerintah Kolonial Hindia-Belanda di awal abad ke-19 sebagai pusat

aktivitas perekonomian dan pemerintahan. Kawasan ini secara simbolis juga

berfungsi untuk menandingi dominasi kekuasaan Sultan Mataram melalui

kemegahan keratonnya. Untuk tujuan tersebut, didirikanlah Benteng

Vredeburg pada tahun 1765 yang kini menjadi museum dan arena wisata

publik, Istana Karisidenan Kolonial, gedung Agung di tahun 1832 M, Pasar

Beringharjo, Hotel Garuda (tempat menginap dan berkumpul para elite

kolonial ketika itu) dan kawasan pertokoan (perekonomian) Malioboro itu

sendiri. Posisi semua bangunan tersebut berada di depan (utara) alun-alun

yang menjadi halaman keraton. Bangunan-bangunan bersejarah peninggalan

kolonial yang terletak di kawasan Malioboro tersebut menjadi saksi perjalanan

kota yang disebut kota pelajar ini dari masa ke masa. Kawasan ini

direncanakan akan menjadi sebuah kawasan pedestrian agar mengurangi

kemacetan kendaraan bermotor dan polusi udara dalam kota (Wawancara

dengan Wahyudi, 3 Juni 2009).

Sebagai kawasan wisata, Malioboro menyajikan berbagai variasi

aktivitas berbelanja. Mulai dari cara-cara berbelanja tradisional khas

Malioboro, hingga bentuk-bentuk aktivitas belanja modern. Beragam cara

berbelanja khas Malioboro salah satunya ialah proses tawar-menawar berbagai

cenderamata yang dijajakan oleh pedagang kaki lima yang berjajar di

Page 11: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

10

sepanjang trotoar di kawasan ini. Seringkali para pedagang menawarkan

souvenir maupun barang dagangan lainnya dengan harga yang tinggi.

Misalnya dengan harga Rp 50.000, tawaran seperti ini harus disusul dengan

proses tawar-menawar dari wisatawan. Sehingga, harga dapat turun drastis

hingga pedagang melepasnya dengan harga Rp 10.000 saja. Hal ini juga dapat

wisatawan lakukan ketika mengunjungi Pasar Tradisional Beringharjo yang

masih satu area dengan Malioboro. Inilah keunikan dari tradisi wisata belanja

di Malioboro (Wawancara dengan Anisa, 3 Juni 2009).

Di toko-toko sekitar kawasan Malioboro wisatawan juga dapat

membeli barang-barang yang diinginkan tanpa ada proses tawar-menawar. Di

sini terlihat bahwa Malioboro juga hadir sebagai kawasan perbelanjaan

modern. Malioboro dekat dengan obyek wisata yang lain seperti obyek-obyek

wisata sejarah yang berada di sekitar Malioboro di antaranya adalah Keraton

Yogyakarta dan alun-alunnya, Masjid Agung, Benteng Vredeburg, Museum

Sonobudoyo, dan Kampung Kauman. Untuk wisata arsitektur peninggalan

kolonial di Yogyakarta yang masih dapat disaksikan seperti Gedung Societet

(sekarang menjadi Taman Budaya), Hotel Inna Garuda, Bank Indonesia, dan

Bank BNI‘46. Kemudian dua obyek wisata belanja tradisional yang dekat

kawasan ini yaitu Pasar Ngasem dan Pasar Beringharjo. Selain itu, bagi

wisatawan yang gemar membaca, kawasan ini juga menyediakan perpustakaan

umum milik Pemerintah Provinsi DIY.

Selain berbagai keragaman suasana di Malioboro, wisatawan juga

dapat menyaksikan kekhasan lain Malioboro berupa puluhan becak dan

Page 12: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

11

andong wisata khas Yogyakarta yang diparkir paralel di sebelah kanan jalan di

jalur lambat kawasan ini yang siap mengantar wisatawan berkeliling

Malioboro dan sekitarnya. Di sebelah kiri jalan, wisatawan dapat melihat

ratusan sepeda motor diparkir berjajar di sepanjang trotoar Malioboro yang

menjadi tanda bahwa Malioboro adalah kawasan ramai pengunjung. Saat

pusat perbelanjaan telah mulai tutup, namun denyut kehidupan kawasan

Malioboro tidak pernah berhenti karena sudah siap digantikan oleh warung-

warung lesehan yang menggelar dagangannya. Ketika malam hari tiba,

Malioboro menyuguhkan kepada wisatawan nuansa makan malam dengan

berbagai pilihan menu di warung-warung lesehan khas Yogyakarta yang

berjejer rapi di tepi jalan Malioboro.

Untuk bermalam di sekitar Malioboro juga sangat mudah mendapatkan

penginapan dari hotel tipe melati hingga hotel berbintang lima. Mulai dari

hotel berbintang lima dengan harga sewa kamar per malamnya mencapai

ratusan ribu bahkan jutaan hingga motel-motel atau homestay yang harga sewa

tiap kamarnya hanya berkisar Rp 20.000 per malam. Bagi yang berminat

menginap, wisatawan dapat mencarinya di sekitar Jalan Mangkubumi, Jalan

Dagen, Jalan Sosrowijayan, Jalan Malioboro, Jalan Suryatmajan, dan Jalan

Mataram. Atau mencari penginapan di bagian barat kawasan ini, yakni Jalan

Ngasem yang terletak di dekat Pasar Burung Ngasem dan daerah Wijilan yang

letaknya tidak jauh dari obyek Malioboro. Para wisatawan dapat menikmati

hari-hari liburannya di kota Jogja hingga larut malam. Mereka juga dapat

menikmati hidangan di warung lesehan di sepanjang jalan Malioboro,

Page 13: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

12

makanan yang disediakan dan ditawarkan dari jenis makanan mulai dari

angkringan (warung berbentuk gerobak yang menyediakan makanan lokal)

yang letaknya di utara Stasiun Tugu dan sepanjang jalan Malioboro, masakan-

masakan khas Yogyakarta seperti gudeg, nasi goreng, lalapan, ayam goreng

dan sebagainya yang disajikan dengan suasana lesehan. Berbagai masakan

Cina, sampai fastfood atau masakan-masakan Barat seperti steak, beef

lasagna, dan lain-lain dalam restoran atau cafe-cafe yang ada di sekitar

Malioboro.

Saat menikmati hidangan yang disajikan, wisatawan akan dihibur oleh

musik dari pedagang dan pengamen jalanan yang cukup banyak mulai dari

yang hanya sekedar membawa gitar maupun yang membawa peralatan musik

lengkap. Ada sebuah perhatian khusus bagi wisatawan yang ingin menikmati

warung lesehan yaitu dengan menanyakan terlebih dahulu harga makanan

yang ingin dipesan sebelum ada sebuah tagihan yang kurang berkenan dihati,

sampai-sampai hal ini menjadi perhatian khusus dari pemerintah daerah yaitu

dengan menggantung papan di kawasan Malioboro yang bertuliskan

“Mintalah daftar harga sebelum anda memesan”. Carilah warung makan yang

dianggap wajar dalam memberi harga dari sebuah hidangan makan dan

minuman yang disajikan, memang perbuatan menaikan tarif yang tidak wajar

ini sangat menurunkan citra warung lesehan yang ada di kawasan Malioboro.

Fasilitas yang menunjang di kawasan ini tak hanya berupa akomodasi

dan tempat makan saja, melainkan juga pos informasi bagi wisatawan, polisi

pariwisata, tempat ibadah, kios-kios money changer, ATM, kios telepon,

Page 14: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

13

warung internet, tempat parkir yang luas sampai Stasiun Kereta Api Tugu.

Jika wisatawan ingin membeli oleh-oleh untuk sanak keluarga di rumah,

cukup berkunjung di sekitar Jalan Mataram atau di sebelah barat Malioboro

yang menyediakan berbagai macam makanan khas Jogja, seperti bakpia,

geplak, yangko, dan puluhan jenis keripik.

Malioboro menjadi kawasan andalan pariwisata di Yogyakarta,

wisatawan memiliki banyak pilihan transportasi yang sesuai untuk sampai di

Malioboro. Wisatawan dapat menggunakan bus kota (menggunakan jalur 4)

dan bus Transjogja (trayek 3A atau 3B). Semua jenis bus ini dapat ditemui di

terminal pusat Giwangan atau halte-halte yang ada di seputar Jogja. Tarif bus

kota saat ini Rp 2.000, sedangkan untuk bus Transjogja sebesar Rp 3.000

(April 2008). Ada pula taksi yang bisa dijadikan pilihan lain bagi wisatawan,

baik pesan via telephon dari penginapan maupun mencari di jalan sekitar

Yogyakarta. Jika ingin menikmati suasana Kota Yogyakarta, maka bisa dipilih

andong wisata maupun becak untuk berkeliling menikmati indahnya

Malioboro.

Potensi obyek wisata Malioboro dilihat dari pendekatan 4A antara lain:

1. Atraksi

Atraksi yang menjadi daya tarik wisata dapat digolongkan menjadi:

Daya tarik alam, Daya tarik budaya, dan Daya tarik buatan manusia. Atraksi

alam adalah berupa panorama keindahan alam yang menakjubkan seperti

gunung, lembah, sungai, air terjun, danau, waduk, pantai. Atraksi budaya

Page 15: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

14

berupa hasil olah budi manusia seperti kesenian, peninggalan sejarah dan

adat istiadat masyarakat. Sedangkan atraksi atau daya tarik buatan adalah

daya tarik yang diciptakan oleh manusia. Atraksi wisata yang ada di obyek

wisata Malioboro adalah Festival kesenian seperti pementasan seni budaya,

Festival Kesenian Yogyakarta 2009, Pentas Seni Reguler, tari jathilan, reog

dan lainnya. Selain itu, pentas gamelan juga dijadwalkan tampil di areal

parkir Abubakar Ali dan acara musik tradisional yang diadakan di halaman

Dinas Pariwisata Propinsi Yogyakarta pada waktu tertentu.

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas atau disebut juga keterjangkauan obyek merupakan

jarak tempuh dan waktu yang diperlukan untuk mencapai obyek. Malioboro

yang letaknya sangat strategis yaitu di pusat kota Yogyakarta, sehingga

obyek wisata ini mudah dijangkau, sarana yang diperlukan wisatawan

mudah ditemukan, misalnya ada transportasi darat seperti bus, kereta api

Pramex, sepeda motor. Ada transportasi udara seperti pesawat terbang dari

kota masing-masing kemudian turun di bandara Adisucipto Jogja yang

selanjutnya naik transportasi lokal untuk menuju Malioboro. Transportasi

lokal disediakan bus Trans Jogja, angkuta, becak, andong untuk menuju ke

Malioboro. Jalan yang dilewatipun sudah sangat baik dan nyaman. Jarak

obyek ini dari kota Solo sekitar 80 km, dengan waktu tempuh 2 jam dari

pusat kota Solo. Dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor, bus

dan kereta api Pramex jurusan Jogja. Jika dari Semarang dapat

menggunakan transportasi bus jurusan Jogja. Kemudian dari arah barat juga

Page 16: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

15

dapat menggunakan transportasi bus. Untuk wisatawan dari luar kota dapat

menggunakan transportasi bus maupun pesawat terbang yang nanti turun di

bandara Adisucipto Jogja kemudian selanjutnya naik transportasi lokal

untuk menuju Malioboro.

3. Amenitas

Di obyek wisata Malioboro juga tersedia fasilitas-fasilitas seperti:

penginapan, restoran, tempat hiburan, transportasi lokal, fasilitas perbankan,

fasilitas kesehatan, tourist information center, Dispampar (polisi pariwisata),

toilet umum, tempat parkir dan sebagainya. Beberapa hotel di kawasan

Malioboro yaitu: Hotel Garuda, Hotel Istana Batik Yogyakarta di Jl. Pasar

Kembang No. 29 Yogyakarta, Hotel Grage Yogyakarta di Jl. Sosrowijayan

No. 242 Yogyakarta, hotel Melia Purosani, Hotel Ibis Malioboro, Hotel

Mataram Yogyakarta, Hotel Grage Yogyakarta, dan FM Cafe & Resto di Jl.

Sosrowijayan No. 10 Yogyakarta. Tanggapan dan tingkah laku masyarakat

sekitar Malioboro yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai

pedagang tersebut sangat ramah dan menyenangkan sehingga akan membuat

wisatawan merasa senang, betah dan ingin kembali mengunjunginya.

4. Aktifitas

Di Malioboro aktifitas yang dapat dilakukan adalah belanja, belajar

melukis, belajar membatik, memahat, bersepeda santai pada waktu pagi dan

sore hari, aktifitas wisatawan beberapa diantaranya dapat dilakukan dengan

cara membeli paket wisata. Selain itu, pengunjung yang datang biasanya

hanya untuk bersantai menikmati pemandangan dan keramaian Malioboro.

Page 17: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

16

C. Potensi Yang Dapat Dikembangkan di Malioboro

Sebagai Daya Tarik Wisata

Kawasan Malioboro yang setiap hari sangat ramai aktivitas masyarakat

harus memiliki hubungan sinergis antar para pelaku wisata di kawasan itu

khususnya konsep sadar wisata. Agar wisatawan tidak jenuh saat berkunjung

ke kawasan Malioboro, perlu diperbanyak atraksi wisata dan membangun

rasa cinta pariwisata secara kontinue, sehingga Malioboro akan tetap dikenang

dan dikunjungi banyak wisatawan.

Dinas Pariwisata DIY menggelar Festival Malioboro 2009 yang

tujuannya tidak saja mengangkat citra pariwisata kota Yogyakarta, tetapi juga

kesempatan menjalin hubungan yang sinergis antar para pelaku pariwisata di

daerah ini. Malioboro milik masyarakat, termasuk masyarakat di luar

Yogyakarta. Mereka bahkan memiliki ikatan emosi dengan Malioboro di

masa lalu. Karena itu dalam festival yang akan ditonjolkan adalah suasana

yang indah, tertib, nyaman sekaligus ramah lingkungan kepada wisatawan.

Festival ini diharapkan mampu memberikan gairah baru di bidang pariwisata

terutama pariwisata yang mendidik, menghibur sekaligus nyaman untuk

dinikmati semua kalangan masyarakat. Festival Malioboro akan

diselenggarakan setiap hari Sabtu. Ini sebagai salah satu kegiatan untuk

memperkenalkan kegiatan wisata di Yogyakarta khususnya seputar seni dan

budaya di kawasan Malioboro setiap akhir pekan pada sore hari. Kegiatan ini

akan berkoordinasi dengan instansi terkait termasuk Dinas Pariwisata Kota

Page 18: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

17

Yogyakarta. Dalam festival tersebut akan digelar parade wisata dan budaya,

pameran kuliner, serta pentas musik yang menghibur masyarakat. Sejumlah

seniman asal Yogyakarta akan dihadirkan untuk memeriahkan festival

tersebut.

Kawasan Malioboro akan diperkaya dengan berbagai pementasan seni

budaya untuk menambah daya tarik bagi wisatawan mancanegara dan

nusantara yang berkunjung ke kota Yogyakarta. Panggung hiburan dibangun

di empat titik di kawasan Malioboro untuk pementasan seni budaya seperti tari

jathilan, reog dan lainnya setiap akhir pekan atau pada hari-hari tertentu.

Selain itu, pentas gamelan dijadwalkan tampil di areal parkir Abubakar Ali.

Berbagai atraksi seni budaya akan disuguhkan pada waktu-waktu tertentu

untuk wisatawan mancanegara. Pentas seni reguler juga akan diselenggarakan

secara berkelanjutan yang menampilkan potensi kesenian di wilayah maupun

komunitas yang ada di Kota Yogyakarta. Pentas ini mengambil beberapa titik

di sepanjang Malioboro. Sebagai penampilan awal, dilaksanakan di bangunan

eks LIBI Taman Abu Bakar Ali dan depan Benteng Vredeburg.

Upaya menata Malioboro dengan kemasan seni budaya itu merupakan

langkah konkret pemerintah kota dalam mendukung pelaksanaan Visit

Indonesia Year (VIY) 2008 yang lalu dan menjadikan Yogyakarta sebagai

kota pariwisata berbasis budaya. Dengan penataan ini diharapkan Malioboro

tidak hanya dikenal dengan tempat lesehan, pusat cenderamata dan wisata

belanja, tetapi juga menjadi pusat atraksi seni budaya di kota Yogyakarta.

Page 19: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

18

Suguhan atraksi seni budaya ini tidak hanya akan ditampilkan di kawasan

Malioboro tetapi juga di objek wisata potensial lainnya di kota Yogyakarta.

Setiap objek wisata akan ditata sedemikian rupa terutama tempat untuk

mementaskan kegiatan seni budaya. Dinas Parsenibud kota Yogyakarta akan

menyusun berbagai kegiatan wisata untuk menarik wisatawan nusantara dan

mancanegara. Misalnya untuk menarik wisatawan mancanegara akan

dikembangkan kegiatan wisata minat khusus dan wisata budaya seperti

membatik, membuat wayang kulit (menyungging) serta atraksi budaya lain

yang selama ini sudah menjadi tradisi masyarakat ( Wawancara dengan Bisri

Romli, 4 agustus 2009 ).

D. Usaha Pengembangan Malioboro Sebagai Salah Satu

Aset Wisata di Kota Yogyakarta

1. Pembenahan kawasan Malioboro

Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Yogyakarta berencana lebih

mengembangkan sekaligus membenahi wisata malam yang berada di

sepanjang jalan Malioboro, perencanaan membuat dan menata area parkir

umum agar mampu menampung lebih banyak wisatawan dan tertata dengan

rapi, penambahan toilet umum, penataan kios-kios, pengarahan dan

pembinaan bahasa inggris kepada para tukang becak, peningkatan sadar

wisata dan sapta pesona kepada para pelaku pariwisata. Pengembangan

Malioboro sebagai kawasan pedestrian (pejalan kaki) mulai diseriusi

Page 20: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

19

kembali. Pemkot Yogyakarta bersama Pemprop DIY, Kraton Yogyakarta,

serta PT Kereta Api (KA) merealisasi rencana pengembangan kawasan

pedestrian tersebut. Untuk mendukung kawasan pedestrian, maka diperlukan

daya tampung parkir yang cukup besar. Rencana ke depan, kawasan parkir

tersebut dialihkan tempatnya, yakni akan dibangun di bawah Stasiun Tugu

Yogyakarta karena kawasan parkir untuk menampung para pejalan kaki

yang akan masuk ke Malioboro, rencananya dibangun di bawah Stasiun

Tugu. Diharapkan pada tahun ini atau setidaknya tahun depan sudah ada

perkembangan yang bisa dilihat dari rencana pembangunan kawasan

pedestrian tersebut.

Khusus untuk Stasiun Tugu, salah satu alternatifnya akan dijadikan

kawasan multi fungsi yang nantinya ada semacam pusat belanja,

perkantoran, penghubung transportasi antarmoda, pusat parkir dan

sebagainya tanpa harus mengganggu keberadaan bangunan fisik yang secara

heritage harus dilindungi dan dilestarikan. Rencana Pemkot Yogyakarta

menjadikan Malioboro sebagai kawasan pedestrian akan dilakukan secara

bertahap dan disesuaikan dengan keinginan masyarakat sekitarnya. Tahap

awal dimulai dari kawasan sekitarnya, seperti jalan Abubakar Ali yang akan

dipasang paving block. Pemkot Yogyakarta tidak ingin memaksakan

program tersebut dengan melakukan perubahan drastis, tetapi dilakukan

secara bertahap agar masyarakat memahami rencana menjadikan kawasan

Malioboro sebagai kawasan pedestrian.Setelah kawasan jalan Abubakar Ali

Page 21: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

20

selesai ditata, akan dilanjutkan ke jalan Ahmad Yani dan sekitar kawasan

Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta.

Selain pembangunan parkir, penataan Malioboro juga terus

dilakukan. Seperti para PKL maupun pedagang lesehan Malioboro. PKL

harus berizin, juga diwajibkan mematuhi aturan-aturan yang ada. Misalnya

masalah tarif jual makanan di lesehan, PKL sudah diminta memasang tarif di

papan secara jelas, sehingga pembeli mendapatkan kepastian harga dan tidak

ada lagi wisatawan yang mengeluh karena dithuthuk harganya (harga

dinaikkan). Kalau tidak mau mematuhi, para pedagang akan ditertibkan,

bahkan sanksi terberatnya tidak boleh berjualan di Malioboro.

Kebijakan ini diambil karena jika ada pedagang yang curang di

Malioboro, tentu akan memperburuk wisata di Malioboro. Wisata malam di

Malioboro juga akan dibenahi, termasuk wisata kuliner yaitu lesehan dan

pentas-pentas seni yang diadakan di sudut-sudut Malioboro. Keseriusan

pemerintah kota menata Malioboro sehingga dapat lebih dikembangkan

sebagai kawasan wisata malam yang menarik, dengan menata lampu-lampu

jalan. Penataan lampu jalan tersebut akan membuat wajah Malioboro

menjadi lain dan lebih menyenangkan ketika malam hari. Selain membenahi

wisata malam, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya juga terus

menginformasikan berbagai kalender acara, seperti rencana kegiatan di

Taman Sari atau Keraton Yogyakarta, FKY dan lain sebagainya (

Wawancara dengan Bisri Romli, 4 agustus 2009 ).

Page 22: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

21

2. Sarana transportasi di obyek Malioboro

Selain pengembangan tersebut, juga dilakukan mempercantik

tampilan sarana transportasi tradisional seperti becak dan andong. Usaha

mempercantik tampilan sarana angkutan tradisional itu akan melibatkan

sejumlah industri pariwisata di Yogyakarta, khususnya hotel, restoran dan

kafe yang ada di Malioboro dan tempat wisata lainnya di Yogyakarta. Pihak

hotel dan restoran berinisiatif memberikan warna-warni pada becak agar

tampilan becak lebih menarik bagi wisatawan. Pihak hotel, retoran dan kafe

boleh memasang logonya di badan becak tersebut. Dibutuhkan kerja sama

yang baik dari masing-masing pihak dan sudah mendapat persetujuan

sejumlah industri pariwisata di Yogyakarta. Begitu juga bagi pengemudi

becak dan penarik andong, busananya harus diatur dengan rapi.

Pihak industri wisata juga diberi kesempatan untuk menyiapkan

busana khusus bagi para penarik becak dan andong. Kemudian, pihak

industri wisata harus memasang logo-logo usaha kepariwisataannya di

busana yang dikenakan para penarik becak atau penarik andong. Mereka

para penarik andong dan becak harus diberi tips jika datang ke hotel

membawa tamu hotel untuk menginap. Ini kerja sama yang baik, dan bahkan

kerja sama seperti ini telah diterapkan sejumlah industri cendera mata atau

kuliner di Yogyakarta. Jadi, jika ada penarik becak atau andong membawa

tamu ke lokasi jualan kaos khas Yogyakarta seperti Dagadu, atau kue-kue

khas Yogya lainya seperti bapia pathok dan lain-lain pasti pengelola industri

cendera mata dan kaus khas Yogyakarta itu akan memberi oleh-oleh khusus

Page 23: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

22

untuk penarik becak dan andong ( Wawancara dengan Wahyudi, 3 Juni 2009

).

Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Yogyakarta bekerjasama

dengan JTTC ( Jogja Tourism Training Center UGM ) pada tahun 2008

mengadakan pembekalan pariwisata bagi 1000 tukang becak. Kegiatan

pembekalan dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 di Aula Kelurahan

Sosromenduran selama 7 hari dan diikuti oleh 350 orang pengemudi becak,

sedangkan pada bulan Nopember 2008 dilaksanakan selama 13 hari

bertempat di Museum Sonobudoyo Yogyakarta dan diikuti 650 orang

pengemudi becak. Pembekalan ini bertujuan untuk memberikan tambahan

wawasan tentang bagaimana seharusnya seorang pengemudi becak dalam

melayani wisatawan, baik etika, penampilan diri, cara memberikan

informasi maupun berkomunikasi. Dengan dilaksanakannya pembekalan

pariwisata, para pengemudi becak diharapkan dapat bersikap lebih ramah

kepada wisatawan, mengetahui obyek-obyek wisata, tempat-tempat

penjualan cinderamata dan informasi publik lainnya. Disamping itu juga

dapat bersikap profesional, jujur, toleran dan berpenampilan menarik,

sehingga wisatawan mendapatkan rasa aman, nyaman dan merasa

terlindungi.

Para pengemudi becak juga akan mendapatkan fasilitas berupa

sebuah ID Card, Rompi dan sertifikat pelatihan. Disamping itu, pengemudi

becak dapat benar-benar memahami Obyek dan Daya Tarik Wisata yang ada

di Yogyakarta, serta memahami Sapta Pesona Pariwisata. Pembekalan

Page 24: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

23

merupakan upaya Pemerintah untuk lebih memberdayakan pengemudi becak

dan menghilangkan kesan yang kurang baik terhadap pengemudi becak

yang selama ini ada di masyarakat maupun wisatawan ( Wawancara dengan

Bisri Romli, 4 agustus 2009 )

3. Bidang seni dan budaya

Pariwisata di kota Yogyakarta menjadi lokomotif perekonomian karena

menyumbang 38 persen dari total Pendapatan Asli Daerah (PAD), di antaranya

dari pajak restoran atau hotel. Karena menjadi lokomotif ekonomi, pemerintah

kota berharap agar seluruh elemen pariwisata di Yogyakarta dapat memberikan

pelayanan yang baik kepada wisatawan yang berkunjung. Pada 2008 yang lalu,

Dinas Pariwisata Seni dan Budaya kota Yogyakarta menargetkan jumlah

wisatawan yang berkunjung 1.450.000 wisatawan. Hingga akhir September,

sudah tercatat satu juta wisatawan, ditambah 100.000 wisatawan selama 10 hari

libur Lebaran pada Oktober tahun yang lalu. Diharapkan untuk tahun ini agar

lebih meningkat dengan adanya berbagai atraksi wisata pendukung, baik atraksi

seni budaya reguler, kuliner, maupun festival budaya yang lain. Kondisi wilayah

di kota Yogyakarta yang sempit bila dibandingkan kabupaten lain di Provinsi

DIY membuat pemerintah kota harus memutar otak untuk memaksimalkan

potensi yang sudah ada karena peluang untuk menambah tempat wisata sangat

kecil. Yang bisa dilakukan sekarang adalah mengintensifkan tempat wisata yang

ada.

Page 25: 4. BAB III - digilib.uns.ac.id/Potensi...1 Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun,

24