4 - bab iii

24
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Definisi Kehamilan ektopik adalah semua kehamilan dimana hasil konsepsi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uterus. Kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan. 1 1. Tuba Fallopii 2. Uterus (diluar endometrium kavum uterus) 3. Ovarium 4. Intraligamenter 5. Abdominal 6. Kombinasi kehamilan didalam dan diluar uterus Berdasarkan penggolongan diatas, maka kehamilan ektopik paling sering terjadi di Tuba ( 97% ), yang mana 55% muncul di pars ampullaris, 25% di isthmus, dan 17 % di fimbriae. Sisa 3 % berlokasi uterus, ovarium, abdominal, dan intraligamenter, dimana sekitar 2-2,5% muncul di kornua uterus. 2 7

Upload: suciii

Post on 01-Feb-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: 4 - BAB III

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi

Kehamilan ektopik adalah semua kehamilan dimana hasil konsepsi

berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uterus. Kehamilan ektopik

dapat dibagi dalam beberapa golongan.1

1. Tuba Fallopii

2. Uterus (diluar endometrium kavum uterus)

3. Ovarium

4. Intraligamenter

5. Abdominal

6. Kombinasi kehamilan didalam dan diluar uterus

Berdasarkan penggolongan diatas, maka kehamilan ektopik paling sering

terjadi di Tuba ( 97% ), yang mana 55% muncul di pars ampullaris, 25% di

isthmus, dan 17 % di fimbriae. Sisa 3 % berlokasi uterus, ovarium, abdominal,

dan intraligamenter, dimana sekitar 2-2,5% muncul di kornua uterus.2

Gambar 1.1 : Lokasi terjadinya kehamilan ektopik

7

Page 2: 4 - BAB III

3.2. Epidemiologi

Angka kejadian kehamilan ektopik di Amerika Serikat mengalami

peningkatan lebih dari 3 kali lipat selama tahun 1970 dan 1987 dari 4,5/1000

kehamilan menjadi 16,8/1000 kehamilan. Berdasarkan data Centers for Disease

Control and Prevention insiden rate kehamilan ektopik di Amerika Serikat pada

tahun 1990-1992 diperkirakan 19,7/1000 kehamilan, pada tahun 1997-2000

mengalami peningkatan lagi menjadi 20,7/1000 kehamilan.1

Di Indonesia frekuensi kehamilan ektopik bervariasi antara 1 dalam 28

persalinan sampai 1 dalam 329 persalinan. Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta selama periode tahun 1971-1975 terdapat 1 kehamilan ektopik diantara 24

persalinan. Pada tahun 1987 terdapat 153 kasus diantara 4007 persalinan atau 1

diantara 26 persalinan.1

3.3. Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, namun sebagian besar

penyebabnya masih tidak diketahui. Pada tiap kehamilan akan dimulai dengan

pembuahan didalam ampulla tuba, dan dalam perjalanan kedalam uterus telur

mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih berada di tuba, atau

nidasinya di tuba dipermudah. Resiko terjadinya kehamilan ektopik ini meningkat

dengan adanya beberapa factor, termasuk riwayat infertilitas, riwayat kehamilan

ektopik sebelumnya, operasi pada tuba, infeksi pelvis, paparan Diethylstil-bestrol

(DES), penggunaan IUD, dan fertilisasi in vitro pada penyakit tuba. Faktor-faktor

ini mungkin berbagi mekanisme umum yang dapat berupa mekanisme anatomis,

fungsional, atau keduanya. Pastinya, sangat sulit untuk menilai penyebab dari

implantasi ektopik dengan tidak adanya alat pendeteksi kelainan tuba. 3

Normalnya, seperti disebut diatas, sel telur dibuahi di tuba fallopii dan

berjalan kedalam tuba ketempat implantasi. Mekanisme apapun yang

mengganggu fungsi normal dari tuba fallopii selama proses ini meningkatkan

resiko terjadinya kehamilan ektopik. Kehamilan ovarium dapat terjadi apabila

spermatozoa memasuki folikel de Gaaf yang baru pecah dan membuahi sel telur

yang masih tinggal dalam folikel, atau apabila sel telur yang dibuahi bernidasi di

8

Page 3: 4 - BAB III

daerah endometriosis di ovarium. Kehamilan intraligamenter biasanya terjadi

sekunder dari kehamilan tuba atau kehamilan ovarial yang mengalami rupture dan

mudigah masuk di antara 2 lapisan ligamentum latum. Kehamilan servikal

berkaitan dengan faktor multiparitas yang beriwayat pernah mengalami abortus

atau operasi pada rahim termasuk seksio sesarea. Sedangkan kehamilan

abdominal biasanya terjadi sekunder dari kehamilan tuba, walau ada yang primer

terjadi di rongga abdomen.4

Secara ringkas dapat dipisahkan faktor-faktor pada tuba yang dapat

mendukung terjadinya kehamilan ektopik:4

1. Faktor dalam lumen tuba :

Endosalpingitis dapat menyebabkan perlengketan endosalping,

sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu;

Lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk yang dapat terjadi pada

hipoplasia uteri. Hal ini dapat disertai kelainan fungsi silia

endosalping;

Lumen tuba sempit yang diakibatkan oleh operasi plastik tuba dan

sterilisasi yang tidak sempurna.

2. Faktor pada dinding tuba :

Endometriosis tuba, dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi

dalam tuba;

Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan

telur yang dibuahi ditempat itu.

3. Faktor diluar dinding tuba :

Perlekatan peritubal dengan distorsiatau lekukan tuba dapat

menghambat perjalanan telur;

Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.

9

Page 4: 4 - BAB III

4. Faktor lain :

Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovum kanan ke tuba kiri- atau

sebaliknya- dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke

uterus. Pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan

implantasi premature

Fertilisasi in vitro.

Diantara faktor-faktor tersebut diatas, salpingitis akut merupakan

penyebab utama. Sequele morfologik berpengaruh pada setengah dari episode

awal kehamilan ektopik. Tempat keluar ovum pada ovulasi di ovarium juga

disinyalir mempunyai peran dalam kehamilan ektopik. Ovulasi yang berasal dari

arah kontralateral dari ovarium telah dianggap sebagai penyebab dari

terlambatnya transport blastokist, dan oleh Breen, dilaporkan bahwa ovulasi dari

arah kontralateral ditemukan pada sepertiga dari gestasi tuba yang diobati dengan

laparatomi. Bagaimanapun juga, Saito dkk. mengamati bahwa bagian dari tuba

dimana terjadi implantasi pada wanita dengan kehamilan ektopik adalah sama

pada apakah korpus luteum berada di ipsilateral atau kontralateral. Jika

transmigrasi adalah salah satu faktor, hipotesis dari mereka adalah ada banyak

insiden terjadinya kehamilan di distal tuba dengan ovulasi dari kontralateral

ovarium.3

Penyebab lain yang lebih fisiologik adalah ketidakseimbangan hormonal,

yang mana peningkatan kadar estrogen atau progesterone yang beredar dapat

merusak kontraktilitas normal tuba. Kenaikan rata-rata kehamilan ektopik

dilaporkan terjadi pada wanita yang digambarkan secara fisiologis dan

farmakologis mempunyai kadar progestin yang meningakat. Secara iatrogenik,

dapat terjadi peningkatan estrogen dan progesterone setelah induksi ovulasi baik

itu dengan clomiphene citrate atau human menopausal gonadotrophins, dan

dilaporkan terjadi kenaikan angka kehamilan ektopik pada wanita dengan

perlakuan seperti itu. Kemungkinan penyebab lainnya adalah perkembangan

embrionik yang abnormal. Stratford memeriksa 44 konseptus dari gestasi ektopik

dengan mikrodiseksi dan potongan histologik dan menemukan sekitar duapertiga

10

Page 5: 4 - BAB III

abnormal dan setengahnya mempunyai binormalitas struktural umum. Kelainan

abnormal-abnormal ini dapat mengganggu transport normal di tuba.1

Bahwa kehamilan yang mucul yang dikarenakan kegagalan beberapa

metode kontrasepsi mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menjadi

ektopik dibandingkan pada wanita yang hamil karena tidak memakai alat

kontrasepsi. Wanita yang menjadi hamil sewaktu memakai IUD Copper T380

atau kontrasepsi oral progestin saja, mempunyai kemungkinan 5% lebih tinggi

untuk mengalami kehamilan ektopik. Wanita yang menjadi hamil selama

memakai progesterone-releasing IUD bahkan lebih tinggi, sekitar 25%, bahkan

bila dibandingkan dengan wanita yang tidak memakai alat kontrasepsi sama

sekali, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih besar dua lipat. Hal ini

disebabkan progesterone menghambat kontraksi tuba. Walaupun pada banyak

laporan yang mengatakan bahwa riwayat aborsi yang diinduksi meningkatkan

resiko terjadinya kehamilan ektopik. menunjukkan metode statistik yang

digunakan untuk mengontrol efek dari faktor-faktor resiko, riwayat dari satu

aborsi yang diinduksi tidak meningkatkan secara bermakna kemungkinan terjadi

kehamilan ektopik. Efek itu baru akan nyata bila sudah dua atau lebih aborsi.1

3.4. Patofisiologi

Kebanyakan dari kehamilan ektopik berlokasi di tuba fallopii. Tempat

yang paling umum terjadi adalah pada pars ampullaris, sekitar 80 %. Kemudian

berturut-turut adalah isthmus (12%), fimbriae (5%), dan bagian kornu dan daerah

intersisial tuba (2%), dan seperti yang disebut pada bagian diatas, kehamilan

ektopik non tuba sangat jarang. Kehamilan pada daerah intersisial sering

berhubungan dengan kesakitan yang berat, karena baru mengeluarkan gejala yang

muncul lebih lama dari tipe yang lain, dan sulit di diagnosis, dan biasanya

menghasilkan perdarahan yang sangat banyak bila terjadi rupture.3

Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya

sama dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau

interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot

endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya

11

Page 6: 4 - BAB III

vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan diresorbsi. Pada nidasi secara

interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi

tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang

menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan

desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak tampak, dengan

mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk dalam lapisan otot-otot

tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin

selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya

dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum

gravidatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, dan endometrium dapat

pula berubah menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada

endometrium yang disebut fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan

intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tidak teratur. Sitoplasma

sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan mitosis.

Perubahan ini hanya terjadi pada sebagian kehamilan ektopik.4

Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan

ektopik dalam tuba. Karena tuba bukan merupakan tempat yang baik untuk

pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin dapat tumbuh secara utuh

seperti di uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan

antara 6 minggu sampai 10 minggu. Kemungkinan itu antara lain:1

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati

karena vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total.

Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya saja

yang terlambat untuk beberapa hari.

2. Abortus tuba

Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh

darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat

12

Page 7: 4 - BAB III

melepaskan mudigah dari koriales pada dinding tersebut bersama-sama

dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian

atau seluruhnya, tergantung dari derajat perdarahan yang timbul. Bila

pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam

lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah kearah ostium tuba

abdominale. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung pada implantasi

telur yang dibuahi. Abortus tuba lebih umum terjadi pada kehamilan tuba

pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi koriales

kea rah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars isthmika.

Perbedaan ini disebabkan karena lumen pars amoullaris lebih luas,

sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi

dibandingkan dengan bagian isthmus dengan lumen sempit.

Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus,

perdarahan akan terus berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah, sampai

berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan akan keluar melalui fimbriae

dan masuk rongga abdomen dan terkumpul secara khas di kavum Douglas

dan akan membentuk hematokel retrouterina. Bila fimbriae tertutup, tuba

fallopii dapat membesar karena darah dan membentuk hematosalping.

3. Ruptur tuba

Penyusupan, dan perluasan hasil konsepsi dapat mengakibatkan

rupture pada saluran lahir pada beberapa tempat. Sebelum metode

pengukuran kadar korionik gonadotropin tersedia, banyak kasus kehamilan

tuba berakhir pada trimester pertama oleh rupture intraperitoneal. Pada

kejadian ini lebih sering terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus dan

biasanya muncul pada kehamilan muda, sedangkan bila berimplantasi di

pars intersisialis, maka muncul pada kehamilan yang lebih lanjut. Ruptur

dapat terjadi secara spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus atau

pemeriksaan vagina.

Ruptur sekunder dapat terjadi bila terjadi abortus dalam tuba dan

ostium tuba tertutup. Dalam hal ini dinding tuba yang sudah menipis

13

Page 8: 4 - BAB III

karena invasi dari trofoblas, akan pecah karena tekanan darah dalam tuba.

Kadang-kadang ruptur terjadi diarah ligamentum latum dan terbentuk

hematoma intraligamenter. Jika janin hidup terus, terdapat kehamilan

intraligamenter. Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar

dari tuba, tetapi bila robekan kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi

dikeluarkan dari tuba. Bila pasien tidak mati dan meninggal karena

perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang diderita dan

tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorbsi

kembali, namun bila besar, kelak dapat diubah menjadi litopedion. Bila

janin yang dikeluarkan tidak mati dengan masih diselubungi oleh kantong

amnion dan dengan plasenta yang utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam

rongga abdomen sehingga terjadi kehamilan abdominal sekunder

3.4. Gambaran Klinik

Pada wanita dengan faktor resiko untuk kehamilan ektopik, dengan

penggunaan tes hormonal awal dan sonografi vagina, sekarang dimungkinkan

untuk menegakkan diagnosis dari kehamilan ektopik sebelum keluar gejala.

Namun, bila umur gestasi sudah meningkat dan perdarahan intraperitoneal muncul

karena keluarnya dari dari fimbriae atau ruptur, maka dapat timbul gejala. Bila

memang terjadi kehamilan ektopik namun belum muncul gejala, maka kita sebut

kehamilan ektopik belum terganggu.1

Gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik adalah trias nyeri

abdomen, amenore, dan perdarahan pervaginam. Gambaran tersebut menjadi

sangat penting dalam memikirkan diagnosis pada pasien yang datang dengan

kehamilan di trimester pertama. Namun sayangnya, hanya 50% pasien dengan

kehamilan ektopik ini yang menampilkan gejala-gejala tersebut secara khas.

Pasien yang lain mungkin muncul gejala-gejala yang umumnya terjadi pada masa

kehamilan awal termasuk mual, lelah, nyeri abdomen ringan, nyeri bahu, dan

riwayat disparenu baru-baru ini. Sedangkan gejala dan tanda kehamilan ektopik

terganggu, seperti tersebut diatas, dapat berbeda-beda, dari yang khas sampai

tidak khas sehingga sukar untuk mendiagnosisnya.

14

Page 9: 4 - BAB III

Pada pemeriksaan fisik harus difokuskan pada tanda vital dan pemeriksaan

abdomen dan pelvik. Hipotensi dan takikardi yang dapat terjadi akibat perdarahan

banyak akibat ruptur tuba tidak dapat memperkirakan adanya kehamilan ektopik

walau tanda itu menunjukkan perlunya resusitasi segera, bahkan faktanya kedua

hal tersebut lebih khas pada komplikasi kehamilan intrauterin. Lebih jauh lagi,

tanda vital yang normal tidak dapat menyingkirkan adanya kehamilan ektopik.

Pada pemeriksaan dalam, dapat teraba kavum douglas yang menonjol dan terdapat

nyeri gerakan serviks. Adanya tanda-tanda peritoneal, nyeri gerakan serviks, dan

nyeri lateral atau bilateral abdomen atau nyeri pelvik meningkatkan kecurigaan

akan kehamilan ektopik dan merupakan temuan yang bermakna. Disisi yang lain,

ketidakadaan tanda dan gejala ini tidak menyingkirkan kehamilan ektopik.

Terabanya massa adneksa juga tidak dapat memperkirakan kehamilan ektopik

secara tepat. Dalam penelitian ini massa adneksa hanya muncul kurang dari 10%

pada pasien yang di diagnosis dengan kehamilan ektopik. Satu yang harus diingat

juga adalah pemeriksaan pelvik benar-benar normal pada kira-kira 10% pasien

dengan kehamilan ektopik. Kesimpulannya, beberapa riwayat dan penemuan

pemeriksaan fisik menngkatkan kecurigaan terhadap kehamilan ektopik. Untuk

itu, bagaimanapun juga, tidak ada kombinasi penemuan yang boleh dianggap oleh

seorang dokter di ruang gawat darurat yang menyimpulkan adanya kehamilan

ektopik berdasarkan penemuan klinik saja.4

3.5. Diagnosis

Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik yang belum

terganggu sangat besar, sehingga pasien harus mengalami rupture atau abortus

dahulu sehingga menimbulkan gejala. Dalam menegakkan diagnosis, dengan

anamnesis yang teliti dapat dipikirkan kemungkinan adanya kehamilan ektopik,

namun untuk menegakkan diagnosis pasti harus dibantu dengan pemeriksaan fisik

yang cermat dan dibantu dengan alat bantu diagnostik. Sekarang ini, peran alat

bantu diagnostik sangatlah penting, dan sudah merupakan sesuatu yang harus

dilakukan,apabila memang tersedia, untuk menentukan diagnosis.1

15

Page 10: 4 - BAB III

Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan terlambat haid untuk beberapa

waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Terdapat

nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, dan kadang-kadang tenesmus. Perdarahan

pervaginam dapat terjadi, dan biasanya terjadi setelah muncul keluhan nyeri perut

bagian bawah, berapa jumlah perdarahannya, warna dari darahnya, apakah

mengalir seperti air atau hanya seperti tetesan saja, dan apakah keluar gumpalan-

gumpalan. Ditanyakan juga riwayat kehamilan sebelumnya, bila sudah pernah

hamil, riwayat menstruasinya.1

Pada pemeriksaan umum, penderita dapat tampak pucat dan kesakitan. Pada

perdarahan dalam rongga perut aktif dapat ditemukan tanda-tanda syok dan pasien

merasakan nyeri perut yang mendadak. Pada jenis yang tidak mendadak, mungkin

hanya terlihat perut bagian bawah yang sedikit menggembung dan nyeri tekan.1

3.6. Klasifikasi Berdasarkan Diagnosis

1. Kehamilan ektopik belum terganggu1

Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui,karena biasanya

penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas.

Amenorea atau gangguan haid dilaporkan oleh 75%-95% penderita.

Tanda-kehamilan muda seperti nausea hanya dilaporkan oleh 10%-

25% kasus.

Disamping gangguan haid,keluhan yang paling sering disampaikan

ialah nyeri diperut bawah yang tidak khas,walaupun kehamilan ektopik

belum mengalami rupture. Kadang-kadang teraba tumor disamping

uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Keadaan ini pun masih

harus dipastikan dengan alat bantu diagnostik yang lain,seperti

Ultrasonografi dan Laparoskopi.

Bagaimana pun juga,mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan

berakhir

dengan abortus atau rupture yang disertai perdarahan dalam rongga

perut yang apabila terlambat diatasi akan membahayakan jiwa

penderita,maka pada setiap wanita dengan gangguan haid dan lebih-

16

Page 11: 4 - BAB III

lebih setelah diperiksa dicurigai akan adanya kehamilan ektopik ,harus

ditangani dengan sungguh-sungguh dengan menggunakan alat bantu

diagnostic yang ada,sampai diperoleh kepastian diagnostic kehamilan

ektopik.

2. Kehamilan ektopik terganggu1

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak(akut)

biasanya tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang

terlambat untuk beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid

disertai nyeri perut bagian bawah dan penesmus. Dapat terjadi

perdarahan pervaginam.

Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan,pucat,dan pada

pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dalam

rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan servik yang

nyeri bila digerakkan dan kavum douglas yang menonjol dan nyeri

raba.

Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu

jenis apitik atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas,tanda dan

gejala kehamilan muda tidak jelas,demikian pula nyeri perut tidak

nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat

terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu

berlangsung lambat. Dalam keadaan demikian,alat bantu diagnostik

amat diperlukan untuk memastikan diagnosis

3. Kehamilan ektopik lanjut

Yaitu kehamilan ektopik diman janin dapat tumbuh terus karena

mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang

meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya ligamentum

latum, uterus, dasar panggul ,dan sebagainya.

Pada pemeriksaan dalam mungkin ditemukan tanda-tanda

kehamilan muda. Perabaan serviks dan gerakkannya menyebabkan nyeri.

17

Page 12: 4 - BAB III

Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-

kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar

ditentukan. Kavum Douglas juga teraba menonjol dan nyeri raba yang

menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Kadang terdapat suhu yang

naik, sehingga menyulitkan perbedaan dengan infeksi pelvik.

Pemeriksaan laboratorium biasanya menggunakan beta-human

chorionic gonadotropin (β-hCG) untuk mendiagnosis kehamilan, dan

untuk membantu menentukan potensi pasien mengalami kehamilan

ektopik. β-hCG diproduksi oleh trofoblas dan dapat dideteksi dalam serum

pada kira-kira 1 minggu sebelum haid berikutnya. Jika serum β-hCG

negative, kemunkinan besar tidak terjadi kehamilan. Hanya ada sedikit

sekali kasus yang dilaporkan pasien dengan tes serum β-hCG negative

dengan kehamilan ektopik. Dinamika normal kenaikan kadar β-hCG dua

kali lipat kira-kira setiap 1,4 sampai 2,1 hari sampai mencapai puncaknya

100.000 mIU/ml. kenaikan ini akan melambat bila sudah mencapai nilai

puncaknya, dan pada saat itu sudah harus dilakukan diagnosis dengan

USG. Pemeriksaan tunggal tes β-hCG kuantitatif ini berguna untuk

mendiagnosis kehamilan, namun tidak dapat membedakan antara

kehamilan ektopik atau kehamilan intrauterine. Pemeriksaan laboratorium

umum lainnya adalah pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui kadar

hemoglobin yang dapat rendah bila terjadi perdarahan yang sudah lama.

Juga dinilai kadar leukosit untuk membedakan apakah terjadi infeksi yang

bisa disebabkan oleh kehamilan ektopik ini atau dugaan adanya infeksi

pelvik. Pada infeksi pelvik biasanya lebih tinggi hingga dapat lebih dari

20.000.

3.7. Diagnosis Banding

1. Salpingitis

Terjadi pembengkakan dan pembesaran tuba bilateral, demam tinggi dan

tes kehamilan negatif. Dapat ditemukan getah serviks yang purulen.

2. Abortus (imminens atau inkomplitus)

18

Page 13: 4 - BAB III

Gejala klinik yang dominan adalah perdarahan, umumnya terjadi sebelum

ada nyeri perut. Perdarahan berwarna merah, bukan coklat tua seperti pada

kehamilan ektopik. Nyeri perut umumnya bersifat kolik dan kejang

(kram). Uterus membesar dan lembek, terdapat dilatasi serviks. Hasil

konsepsi dapat dikenali dari pemeriksaan vagina.

3. Appendisitis

Daerah yang lunak terletak lebih tinggi dan terlokalisir di fossa iliaka

kanan. Bisa ditemukan pembengkakkan bila ada abses apendiks, namun

tidak terletak dalam di pelvis seperti pada pembengkakan tuba. Demam

lebih tinggi dan pasien terlihat sakit berat. Tes kehamilan menunjukkan

hasil negatif.

4. Torsio kista ovarium

Teraba massa yang terpisah dari uterus, sedangkan kehamilan tuba

umumnya terasa menempel pada uterus. Perut lunak dan mungkin terdapat

demam akibat perdarahan intraperitoneal. Tanda dan gejala kehamilan

mungkin tidak ditemukan namun ada riwayat serangan nyeri berulang

yang menghilang dengan sendirinya.

5. Ruptur korpus luteum

Sangat sulit dibedakan dengan kehamilan tuba, namun ruptur korpus

luteum sangat jarang ditemukan.

3.8. Tatalaksana

Pasien dengan hemodinamika baik, sebaiknya dilakukan pemeriksaan

darah untuk persedian transfusi. Laparotomi dilakukan sesegera mungkin dan

mengeluarkan tuba yang rusak.

Tatalaksana kehamilan ektopik ditataksana dengan dua cara yaitu dengan

pembedahan dan medikamentosa.

1. Pembedahan

a. Salpingektomi

19

Page 14: 4 - BAB III

Jika tuba mengalami kerusakan hebat atau tuba kontralateral baik. Jika

komplikasi terjadi di pars interstisial mungkin dapat dilakukan reseksi

kornu uterus.

b. Salpingotomi

Jika hasil konsepsi masih berada di tuba, masih memungkinkan untuk

mempertahankan tuba dengan mengeluarkan produk konsepsi dan

melakukan rekonstruksi tuba. Hal ini terutama dilakukan bila tuba

kontralateral rusak atau tidak ada. Sekitar 6% kasus membutuhkan

pembedahan ulang atau pengobatan bila jaringan trofoblas masih

tertinggal.

Kesempatan hamil intruterine untuk kedua tindakan tersebut

menunjukkan angka yang sama., walaupun resiko kehamilan ektopik

berulang lebih besar pada tindakan salpingotomi. Salpingotomi

merupakan pilihan terutama bila tuba ruptur, mengurangi perdarahan,

dan operasi lebih singkat. Kedua tindakan tersebut dapat dilakukan

dengan laparotomi atau laparoskopi. Keuntunngan laparoskopi adalah

penyenbuhan lebih cepat, perlengketan yang terbentuk lebih minimal,n

dan merupakan pilihan bila kondisi pasien masih baik.

2. Medikamentosa

Terapi medikamentosa untuk kehamilan ektopik dengan pemberian

metotreksat, baik secara sistemik maupun dengan injeksi ke kehamilan

ektopik melalui laparoskopi atau dengan bantuan USG.

Syarat pemberina meotreksat adalah:

- Tidak ada kehamilan intrauterine

- Belum terjadi ruptur

- Ukuran masa adneksa ≤4 cm

- Kadar beta-hCG ≤10.000 mIU/ml

Metotreksat menghambat produksi hCG oleh trofoblas, dan selanjutnya

akan menurunkan produksi progesteron oleh korpus luteum. Efek samping

yang dapat terjadi adalah distress abdomen, demam, dizzines,

20

Page 15: 4 - BAB III

imunosupresan, lekopenia, malaise, nausea, stomatitis ulceratif,

fotosensitif, dan fatiq.

3.9. Prognosis

Kematian ibu karena kehamilan ektopik terganggu cenderung menurun

dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Namun bila pertolongan

terlambat, maka angka kematian akan meningkat. Sedangkan janin pada

kehamilan ektopik biasanya akan mati dan tidak dapat dipertahankan karena tidak

berada pada tempat dimana ia seharusnya tumbuh.

Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat

bilateral. Sebagian wanita dapat menjadi steril setelah mengalami kehamilan

ektopik atau dapat mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka

kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0-14,6 %. Dengan kemajuan

terapi yang ada sekarang, kemungkinan ibu untuk dapat hamil kembali membesar,

namun ini harus didukung kemampuan untuk menegakkan diagnosis dini

sehingga dapat diintervensi secepatnya.2

21