4 - bab iii
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Kehamilan ektopik adalah semua kehamilan dimana hasil konsepsi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uterus. Kehamilan ektopik
dapat dibagi dalam beberapa golongan.1
1. Tuba Fallopii
2. Uterus (diluar endometrium kavum uterus)
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
6. Kombinasi kehamilan didalam dan diluar uterus
Berdasarkan penggolongan diatas, maka kehamilan ektopik paling sering
terjadi di Tuba ( 97% ), yang mana 55% muncul di pars ampullaris, 25% di
isthmus, dan 17 % di fimbriae. Sisa 3 % berlokasi uterus, ovarium, abdominal,
dan intraligamenter, dimana sekitar 2-2,5% muncul di kornua uterus.2
Gambar 1.1 : Lokasi terjadinya kehamilan ektopik
7
3.2. Epidemiologi
Angka kejadian kehamilan ektopik di Amerika Serikat mengalami
peningkatan lebih dari 3 kali lipat selama tahun 1970 dan 1987 dari 4,5/1000
kehamilan menjadi 16,8/1000 kehamilan. Berdasarkan data Centers for Disease
Control and Prevention insiden rate kehamilan ektopik di Amerika Serikat pada
tahun 1990-1992 diperkirakan 19,7/1000 kehamilan, pada tahun 1997-2000
mengalami peningkatan lagi menjadi 20,7/1000 kehamilan.1
Di Indonesia frekuensi kehamilan ektopik bervariasi antara 1 dalam 28
persalinan sampai 1 dalam 329 persalinan. Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta selama periode tahun 1971-1975 terdapat 1 kehamilan ektopik diantara 24
persalinan. Pada tahun 1987 terdapat 153 kasus diantara 4007 persalinan atau 1
diantara 26 persalinan.1
3.3. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, namun sebagian besar
penyebabnya masih tidak diketahui. Pada tiap kehamilan akan dimulai dengan
pembuahan didalam ampulla tuba, dan dalam perjalanan kedalam uterus telur
mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih berada di tuba, atau
nidasinya di tuba dipermudah. Resiko terjadinya kehamilan ektopik ini meningkat
dengan adanya beberapa factor, termasuk riwayat infertilitas, riwayat kehamilan
ektopik sebelumnya, operasi pada tuba, infeksi pelvis, paparan Diethylstil-bestrol
(DES), penggunaan IUD, dan fertilisasi in vitro pada penyakit tuba. Faktor-faktor
ini mungkin berbagi mekanisme umum yang dapat berupa mekanisme anatomis,
fungsional, atau keduanya. Pastinya, sangat sulit untuk menilai penyebab dari
implantasi ektopik dengan tidak adanya alat pendeteksi kelainan tuba. 3
Normalnya, seperti disebut diatas, sel telur dibuahi di tuba fallopii dan
berjalan kedalam tuba ketempat implantasi. Mekanisme apapun yang
mengganggu fungsi normal dari tuba fallopii selama proses ini meningkatkan
resiko terjadinya kehamilan ektopik. Kehamilan ovarium dapat terjadi apabila
spermatozoa memasuki folikel de Gaaf yang baru pecah dan membuahi sel telur
yang masih tinggal dalam folikel, atau apabila sel telur yang dibuahi bernidasi di
8
daerah endometriosis di ovarium. Kehamilan intraligamenter biasanya terjadi
sekunder dari kehamilan tuba atau kehamilan ovarial yang mengalami rupture dan
mudigah masuk di antara 2 lapisan ligamentum latum. Kehamilan servikal
berkaitan dengan faktor multiparitas yang beriwayat pernah mengalami abortus
atau operasi pada rahim termasuk seksio sesarea. Sedangkan kehamilan
abdominal biasanya terjadi sekunder dari kehamilan tuba, walau ada yang primer
terjadi di rongga abdomen.4
Secara ringkas dapat dipisahkan faktor-faktor pada tuba yang dapat
mendukung terjadinya kehamilan ektopik:4
1. Faktor dalam lumen tuba :
Endosalpingitis dapat menyebabkan perlengketan endosalping,
sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu;
Lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk yang dapat terjadi pada
hipoplasia uteri. Hal ini dapat disertai kelainan fungsi silia
endosalping;
Lumen tuba sempit yang diakibatkan oleh operasi plastik tuba dan
sterilisasi yang tidak sempurna.
2. Faktor pada dinding tuba :
Endometriosis tuba, dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi
dalam tuba;
Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan
telur yang dibuahi ditempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba :
Perlekatan peritubal dengan distorsiatau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur;
Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
9
4. Faktor lain :
Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovum kanan ke tuba kiri- atau
sebaliknya- dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke
uterus. Pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan
implantasi premature
Fertilisasi in vitro.
Diantara faktor-faktor tersebut diatas, salpingitis akut merupakan
penyebab utama. Sequele morfologik berpengaruh pada setengah dari episode
awal kehamilan ektopik. Tempat keluar ovum pada ovulasi di ovarium juga
disinyalir mempunyai peran dalam kehamilan ektopik. Ovulasi yang berasal dari
arah kontralateral dari ovarium telah dianggap sebagai penyebab dari
terlambatnya transport blastokist, dan oleh Breen, dilaporkan bahwa ovulasi dari
arah kontralateral ditemukan pada sepertiga dari gestasi tuba yang diobati dengan
laparatomi. Bagaimanapun juga, Saito dkk. mengamati bahwa bagian dari tuba
dimana terjadi implantasi pada wanita dengan kehamilan ektopik adalah sama
pada apakah korpus luteum berada di ipsilateral atau kontralateral. Jika
transmigrasi adalah salah satu faktor, hipotesis dari mereka adalah ada banyak
insiden terjadinya kehamilan di distal tuba dengan ovulasi dari kontralateral
ovarium.3
Penyebab lain yang lebih fisiologik adalah ketidakseimbangan hormonal,
yang mana peningkatan kadar estrogen atau progesterone yang beredar dapat
merusak kontraktilitas normal tuba. Kenaikan rata-rata kehamilan ektopik
dilaporkan terjadi pada wanita yang digambarkan secara fisiologis dan
farmakologis mempunyai kadar progestin yang meningakat. Secara iatrogenik,
dapat terjadi peningkatan estrogen dan progesterone setelah induksi ovulasi baik
itu dengan clomiphene citrate atau human menopausal gonadotrophins, dan
dilaporkan terjadi kenaikan angka kehamilan ektopik pada wanita dengan
perlakuan seperti itu. Kemungkinan penyebab lainnya adalah perkembangan
embrionik yang abnormal. Stratford memeriksa 44 konseptus dari gestasi ektopik
dengan mikrodiseksi dan potongan histologik dan menemukan sekitar duapertiga
10
abnormal dan setengahnya mempunyai binormalitas struktural umum. Kelainan
abnormal-abnormal ini dapat mengganggu transport normal di tuba.1
Bahwa kehamilan yang mucul yang dikarenakan kegagalan beberapa
metode kontrasepsi mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menjadi
ektopik dibandingkan pada wanita yang hamil karena tidak memakai alat
kontrasepsi. Wanita yang menjadi hamil sewaktu memakai IUD Copper T380
atau kontrasepsi oral progestin saja, mempunyai kemungkinan 5% lebih tinggi
untuk mengalami kehamilan ektopik. Wanita yang menjadi hamil selama
memakai progesterone-releasing IUD bahkan lebih tinggi, sekitar 25%, bahkan
bila dibandingkan dengan wanita yang tidak memakai alat kontrasepsi sama
sekali, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih besar dua lipat. Hal ini
disebabkan progesterone menghambat kontraksi tuba. Walaupun pada banyak
laporan yang mengatakan bahwa riwayat aborsi yang diinduksi meningkatkan
resiko terjadinya kehamilan ektopik. menunjukkan metode statistik yang
digunakan untuk mengontrol efek dari faktor-faktor resiko, riwayat dari satu
aborsi yang diinduksi tidak meningkatkan secara bermakna kemungkinan terjadi
kehamilan ektopik. Efek itu baru akan nyata bila sudah dua atau lebih aborsi.1
3.4. Patofisiologi
Kebanyakan dari kehamilan ektopik berlokasi di tuba fallopii. Tempat
yang paling umum terjadi adalah pada pars ampullaris, sekitar 80 %. Kemudian
berturut-turut adalah isthmus (12%), fimbriae (5%), dan bagian kornu dan daerah
intersisial tuba (2%), dan seperti yang disebut pada bagian diatas, kehamilan
ektopik non tuba sangat jarang. Kehamilan pada daerah intersisial sering
berhubungan dengan kesakitan yang berat, karena baru mengeluarkan gejala yang
muncul lebih lama dari tipe yang lain, dan sulit di diagnosis, dan biasanya
menghasilkan perdarahan yang sangat banyak bila terjadi rupture.3
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya
sama dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau
interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya
11
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan diresorbsi. Pada nidasi secara
interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi
tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan
desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak tampak, dengan
mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk dalam lapisan otot-otot
tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin
selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya
dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum
gravidatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, dan endometrium dapat
pula berubah menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada
endometrium yang disebut fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan
intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tidak teratur. Sitoplasma
sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan mitosis.
Perubahan ini hanya terjadi pada sebagian kehamilan ektopik.4
Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan
ektopik dalam tuba. Karena tuba bukan merupakan tempat yang baik untuk
pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin dapat tumbuh secara utuh
seperti di uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan
antara 6 minggu sampai 10 minggu. Kemungkinan itu antara lain:1
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati
karena vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total.
Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya saja
yang terlambat untuk beberapa hari.
2. Abortus tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh
darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat
12
melepaskan mudigah dari koriales pada dinding tersebut bersama-sama
dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian
atau seluruhnya, tergantung dari derajat perdarahan yang timbul. Bila
pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam
lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah kearah ostium tuba
abdominale. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung pada implantasi
telur yang dibuahi. Abortus tuba lebih umum terjadi pada kehamilan tuba
pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi koriales
kea rah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars isthmika.
Perbedaan ini disebabkan karena lumen pars amoullaris lebih luas,
sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi
dibandingkan dengan bagian isthmus dengan lumen sempit.
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus,
perdarahan akan terus berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah, sampai
berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan akan keluar melalui fimbriae
dan masuk rongga abdomen dan terkumpul secara khas di kavum Douglas
dan akan membentuk hematokel retrouterina. Bila fimbriae tertutup, tuba
fallopii dapat membesar karena darah dan membentuk hematosalping.
3. Ruptur tuba
Penyusupan, dan perluasan hasil konsepsi dapat mengakibatkan
rupture pada saluran lahir pada beberapa tempat. Sebelum metode
pengukuran kadar korionik gonadotropin tersedia, banyak kasus kehamilan
tuba berakhir pada trimester pertama oleh rupture intraperitoneal. Pada
kejadian ini lebih sering terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus dan
biasanya muncul pada kehamilan muda, sedangkan bila berimplantasi di
pars intersisialis, maka muncul pada kehamilan yang lebih lanjut. Ruptur
dapat terjadi secara spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus atau
pemeriksaan vagina.
Ruptur sekunder dapat terjadi bila terjadi abortus dalam tuba dan
ostium tuba tertutup. Dalam hal ini dinding tuba yang sudah menipis
13
karena invasi dari trofoblas, akan pecah karena tekanan darah dalam tuba.
Kadang-kadang ruptur terjadi diarah ligamentum latum dan terbentuk
hematoma intraligamenter. Jika janin hidup terus, terdapat kehamilan
intraligamenter. Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar
dari tuba, tetapi bila robekan kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi
dikeluarkan dari tuba. Bila pasien tidak mati dan meninggal karena
perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang diderita dan
tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorbsi
kembali, namun bila besar, kelak dapat diubah menjadi litopedion. Bila
janin yang dikeluarkan tidak mati dengan masih diselubungi oleh kantong
amnion dan dengan plasenta yang utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam
rongga abdomen sehingga terjadi kehamilan abdominal sekunder
3.4. Gambaran Klinik
Pada wanita dengan faktor resiko untuk kehamilan ektopik, dengan
penggunaan tes hormonal awal dan sonografi vagina, sekarang dimungkinkan
untuk menegakkan diagnosis dari kehamilan ektopik sebelum keluar gejala.
Namun, bila umur gestasi sudah meningkat dan perdarahan intraperitoneal muncul
karena keluarnya dari dari fimbriae atau ruptur, maka dapat timbul gejala. Bila
memang terjadi kehamilan ektopik namun belum muncul gejala, maka kita sebut
kehamilan ektopik belum terganggu.1
Gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik adalah trias nyeri
abdomen, amenore, dan perdarahan pervaginam. Gambaran tersebut menjadi
sangat penting dalam memikirkan diagnosis pada pasien yang datang dengan
kehamilan di trimester pertama. Namun sayangnya, hanya 50% pasien dengan
kehamilan ektopik ini yang menampilkan gejala-gejala tersebut secara khas.
Pasien yang lain mungkin muncul gejala-gejala yang umumnya terjadi pada masa
kehamilan awal termasuk mual, lelah, nyeri abdomen ringan, nyeri bahu, dan
riwayat disparenu baru-baru ini. Sedangkan gejala dan tanda kehamilan ektopik
terganggu, seperti tersebut diatas, dapat berbeda-beda, dari yang khas sampai
tidak khas sehingga sukar untuk mendiagnosisnya.
14
Pada pemeriksaan fisik harus difokuskan pada tanda vital dan pemeriksaan
abdomen dan pelvik. Hipotensi dan takikardi yang dapat terjadi akibat perdarahan
banyak akibat ruptur tuba tidak dapat memperkirakan adanya kehamilan ektopik
walau tanda itu menunjukkan perlunya resusitasi segera, bahkan faktanya kedua
hal tersebut lebih khas pada komplikasi kehamilan intrauterin. Lebih jauh lagi,
tanda vital yang normal tidak dapat menyingkirkan adanya kehamilan ektopik.
Pada pemeriksaan dalam, dapat teraba kavum douglas yang menonjol dan terdapat
nyeri gerakan serviks. Adanya tanda-tanda peritoneal, nyeri gerakan serviks, dan
nyeri lateral atau bilateral abdomen atau nyeri pelvik meningkatkan kecurigaan
akan kehamilan ektopik dan merupakan temuan yang bermakna. Disisi yang lain,
ketidakadaan tanda dan gejala ini tidak menyingkirkan kehamilan ektopik.
Terabanya massa adneksa juga tidak dapat memperkirakan kehamilan ektopik
secara tepat. Dalam penelitian ini massa adneksa hanya muncul kurang dari 10%
pada pasien yang di diagnosis dengan kehamilan ektopik. Satu yang harus diingat
juga adalah pemeriksaan pelvik benar-benar normal pada kira-kira 10% pasien
dengan kehamilan ektopik. Kesimpulannya, beberapa riwayat dan penemuan
pemeriksaan fisik menngkatkan kecurigaan terhadap kehamilan ektopik. Untuk
itu, bagaimanapun juga, tidak ada kombinasi penemuan yang boleh dianggap oleh
seorang dokter di ruang gawat darurat yang menyimpulkan adanya kehamilan
ektopik berdasarkan penemuan klinik saja.4
3.5. Diagnosis
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik yang belum
terganggu sangat besar, sehingga pasien harus mengalami rupture atau abortus
dahulu sehingga menimbulkan gejala. Dalam menegakkan diagnosis, dengan
anamnesis yang teliti dapat dipikirkan kemungkinan adanya kehamilan ektopik,
namun untuk menegakkan diagnosis pasti harus dibantu dengan pemeriksaan fisik
yang cermat dan dibantu dengan alat bantu diagnostik. Sekarang ini, peran alat
bantu diagnostik sangatlah penting, dan sudah merupakan sesuatu yang harus
dilakukan,apabila memang tersedia, untuk menentukan diagnosis.1
15
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan terlambat haid untuk beberapa
waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Terdapat
nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, dan kadang-kadang tenesmus. Perdarahan
pervaginam dapat terjadi, dan biasanya terjadi setelah muncul keluhan nyeri perut
bagian bawah, berapa jumlah perdarahannya, warna dari darahnya, apakah
mengalir seperti air atau hanya seperti tetesan saja, dan apakah keluar gumpalan-
gumpalan. Ditanyakan juga riwayat kehamilan sebelumnya, bila sudah pernah
hamil, riwayat menstruasinya.1
Pada pemeriksaan umum, penderita dapat tampak pucat dan kesakitan. Pada
perdarahan dalam rongga perut aktif dapat ditemukan tanda-tanda syok dan pasien
merasakan nyeri perut yang mendadak. Pada jenis yang tidak mendadak, mungkin
hanya terlihat perut bagian bawah yang sedikit menggembung dan nyeri tekan.1
3.6. Klasifikasi Berdasarkan Diagnosis
1. Kehamilan ektopik belum terganggu1
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui,karena biasanya
penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas.
Amenorea atau gangguan haid dilaporkan oleh 75%-95% penderita.
Tanda-kehamilan muda seperti nausea hanya dilaporkan oleh 10%-
25% kasus.
Disamping gangguan haid,keluhan yang paling sering disampaikan
ialah nyeri diperut bawah yang tidak khas,walaupun kehamilan ektopik
belum mengalami rupture. Kadang-kadang teraba tumor disamping
uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Keadaan ini pun masih
harus dipastikan dengan alat bantu diagnostik yang lain,seperti
Ultrasonografi dan Laparoskopi.
Bagaimana pun juga,mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan
berakhir
dengan abortus atau rupture yang disertai perdarahan dalam rongga
perut yang apabila terlambat diatasi akan membahayakan jiwa
penderita,maka pada setiap wanita dengan gangguan haid dan lebih-
16
lebih setelah diperiksa dicurigai akan adanya kehamilan ektopik ,harus
ditangani dengan sungguh-sungguh dengan menggunakan alat bantu
diagnostic yang ada,sampai diperoleh kepastian diagnostic kehamilan
ektopik.
2. Kehamilan ektopik terganggu1
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak(akut)
biasanya tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang
terlambat untuk beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid
disertai nyeri perut bagian bawah dan penesmus. Dapat terjadi
perdarahan pervaginam.
Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan,pucat,dan pada
pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dalam
rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan servik yang
nyeri bila digerakkan dan kavum douglas yang menonjol dan nyeri
raba.
Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu
jenis apitik atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas,tanda dan
gejala kehamilan muda tidak jelas,demikian pula nyeri perut tidak
nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat
terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu
berlangsung lambat. Dalam keadaan demikian,alat bantu diagnostik
amat diperlukan untuk memastikan diagnosis
3. Kehamilan ektopik lanjut
Yaitu kehamilan ektopik diman janin dapat tumbuh terus karena
mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang
meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya ligamentum
latum, uterus, dasar panggul ,dan sebagainya.
Pada pemeriksaan dalam mungkin ditemukan tanda-tanda
kehamilan muda. Perabaan serviks dan gerakkannya menyebabkan nyeri.
17
Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-
kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar
ditentukan. Kavum Douglas juga teraba menonjol dan nyeri raba yang
menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Kadang terdapat suhu yang
naik, sehingga menyulitkan perbedaan dengan infeksi pelvik.
Pemeriksaan laboratorium biasanya menggunakan beta-human
chorionic gonadotropin (β-hCG) untuk mendiagnosis kehamilan, dan
untuk membantu menentukan potensi pasien mengalami kehamilan
ektopik. β-hCG diproduksi oleh trofoblas dan dapat dideteksi dalam serum
pada kira-kira 1 minggu sebelum haid berikutnya. Jika serum β-hCG
negative, kemunkinan besar tidak terjadi kehamilan. Hanya ada sedikit
sekali kasus yang dilaporkan pasien dengan tes serum β-hCG negative
dengan kehamilan ektopik. Dinamika normal kenaikan kadar β-hCG dua
kali lipat kira-kira setiap 1,4 sampai 2,1 hari sampai mencapai puncaknya
100.000 mIU/ml. kenaikan ini akan melambat bila sudah mencapai nilai
puncaknya, dan pada saat itu sudah harus dilakukan diagnosis dengan
USG. Pemeriksaan tunggal tes β-hCG kuantitatif ini berguna untuk
mendiagnosis kehamilan, namun tidak dapat membedakan antara
kehamilan ektopik atau kehamilan intrauterine. Pemeriksaan laboratorium
umum lainnya adalah pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui kadar
hemoglobin yang dapat rendah bila terjadi perdarahan yang sudah lama.
Juga dinilai kadar leukosit untuk membedakan apakah terjadi infeksi yang
bisa disebabkan oleh kehamilan ektopik ini atau dugaan adanya infeksi
pelvik. Pada infeksi pelvik biasanya lebih tinggi hingga dapat lebih dari
20.000.
3.7. Diagnosis Banding
1. Salpingitis
Terjadi pembengkakan dan pembesaran tuba bilateral, demam tinggi dan
tes kehamilan negatif. Dapat ditemukan getah serviks yang purulen.
2. Abortus (imminens atau inkomplitus)
18
Gejala klinik yang dominan adalah perdarahan, umumnya terjadi sebelum
ada nyeri perut. Perdarahan berwarna merah, bukan coklat tua seperti pada
kehamilan ektopik. Nyeri perut umumnya bersifat kolik dan kejang
(kram). Uterus membesar dan lembek, terdapat dilatasi serviks. Hasil
konsepsi dapat dikenali dari pemeriksaan vagina.
3. Appendisitis
Daerah yang lunak terletak lebih tinggi dan terlokalisir di fossa iliaka
kanan. Bisa ditemukan pembengkakkan bila ada abses apendiks, namun
tidak terletak dalam di pelvis seperti pada pembengkakan tuba. Demam
lebih tinggi dan pasien terlihat sakit berat. Tes kehamilan menunjukkan
hasil negatif.
4. Torsio kista ovarium
Teraba massa yang terpisah dari uterus, sedangkan kehamilan tuba
umumnya terasa menempel pada uterus. Perut lunak dan mungkin terdapat
demam akibat perdarahan intraperitoneal. Tanda dan gejala kehamilan
mungkin tidak ditemukan namun ada riwayat serangan nyeri berulang
yang menghilang dengan sendirinya.
5. Ruptur korpus luteum
Sangat sulit dibedakan dengan kehamilan tuba, namun ruptur korpus
luteum sangat jarang ditemukan.
3.8. Tatalaksana
Pasien dengan hemodinamika baik, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
darah untuk persedian transfusi. Laparotomi dilakukan sesegera mungkin dan
mengeluarkan tuba yang rusak.
Tatalaksana kehamilan ektopik ditataksana dengan dua cara yaitu dengan
pembedahan dan medikamentosa.
1. Pembedahan
a. Salpingektomi
19
Jika tuba mengalami kerusakan hebat atau tuba kontralateral baik. Jika
komplikasi terjadi di pars interstisial mungkin dapat dilakukan reseksi
kornu uterus.
b. Salpingotomi
Jika hasil konsepsi masih berada di tuba, masih memungkinkan untuk
mempertahankan tuba dengan mengeluarkan produk konsepsi dan
melakukan rekonstruksi tuba. Hal ini terutama dilakukan bila tuba
kontralateral rusak atau tidak ada. Sekitar 6% kasus membutuhkan
pembedahan ulang atau pengobatan bila jaringan trofoblas masih
tertinggal.
Kesempatan hamil intruterine untuk kedua tindakan tersebut
menunjukkan angka yang sama., walaupun resiko kehamilan ektopik
berulang lebih besar pada tindakan salpingotomi. Salpingotomi
merupakan pilihan terutama bila tuba ruptur, mengurangi perdarahan,
dan operasi lebih singkat. Kedua tindakan tersebut dapat dilakukan
dengan laparotomi atau laparoskopi. Keuntunngan laparoskopi adalah
penyenbuhan lebih cepat, perlengketan yang terbentuk lebih minimal,n
dan merupakan pilihan bila kondisi pasien masih baik.
2. Medikamentosa
Terapi medikamentosa untuk kehamilan ektopik dengan pemberian
metotreksat, baik secara sistemik maupun dengan injeksi ke kehamilan
ektopik melalui laparoskopi atau dengan bantuan USG.
Syarat pemberina meotreksat adalah:
- Tidak ada kehamilan intrauterine
- Belum terjadi ruptur
- Ukuran masa adneksa ≤4 cm
- Kadar beta-hCG ≤10.000 mIU/ml
Metotreksat menghambat produksi hCG oleh trofoblas, dan selanjutnya
akan menurunkan produksi progesteron oleh korpus luteum. Efek samping
yang dapat terjadi adalah distress abdomen, demam, dizzines,
20
imunosupresan, lekopenia, malaise, nausea, stomatitis ulceratif,
fotosensitif, dan fatiq.
3.9. Prognosis
Kematian ibu karena kehamilan ektopik terganggu cenderung menurun
dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Namun bila pertolongan
terlambat, maka angka kematian akan meningkat. Sedangkan janin pada
kehamilan ektopik biasanya akan mati dan tidak dapat dipertahankan karena tidak
berada pada tempat dimana ia seharusnya tumbuh.
Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat
bilateral. Sebagian wanita dapat menjadi steril setelah mengalami kehamilan
ektopik atau dapat mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0-14,6 %. Dengan kemajuan
terapi yang ada sekarang, kemungkinan ibu untuk dapat hamil kembali membesar,
namun ini harus didukung kemampuan untuk menegakkan diagnosis dini
sehingga dapat diintervensi secepatnya.2
21