4. analisa data dan pembahasan 4.1. pendahuluan · beton site mix (sm) dan beton ready mixed (rm)....

80
Universitas Kristen Petra 19 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan Penyebaran kuisioner dilakukan kurang lebih sekitar 2 bulan pada 27 proyek di Surabaya, yaitu 13 proyek gedung dan 14 proyek perumahan (Lampiran 5). Penyebaran kuisioner dilakukan dengan mendatangi proyek yang sedang dikerjakan. Penyebaran kuisioner dilakukan dalam 2 tahap. Pertama pembagian kuisioner dilakukan pada 20 proyek, yaitu 13 proyek gedung dan 7 proyek perumahan, dimana masing-masing proyek disebarkan 5 kuisioner. Dari tahap pertama yang terkumpul 6 kuisioner Beton Site Mix (RM) dan 27 kuisioner B eton Ready mixed (RM). Tahap kedua dilakukan untuk menambah jumlah data kuisioner pada tahap pertama dengan cara penyebaran kembali kuisioner ke beberapa proyek yang baru dengan menitik berat beratkan pada proyek perumahan. Pembagian kuisioner untuk masing-masing proyek sebanyak 2 buah yang disesuaikan dengan jumlah pelaksana di lapangan. Pada tahap ini kuisioner dibagikan ke 7 proyek perumahan dengan pengembalian sebanyak 8 kuisioner Beton Site Mix (SM). Total kuisioner yang disebarkan adalah 114 kuisioner yang terdiri dari 49 kuisioner Beton Site Mix (SM) untuk proyek perumahan, dan 65 kuisioner Beton Ready mixed (RM) untuk proyek gedung. Dari 114 kuisioner yang disebarkan, tercatat yang kembali hanya 41 kuisioner (35,96 %), yang terdiri dari 14 kuisioner SM (28,57 %) dan 27 kuisioner RM (41,54 %). Pengambilan data juga dilakukan dengan melakukan observasi atau pengamatan lapangan guna menunjang data dari kuisioner, berupa pengambilan foto dan peninjauan langsung di lapangan dimana objek pengamatan disesuaikan dengan pertanyaan pada kuisioner (Lampiran 3 & 4). Observasi lapangan dilakukan pada 4 proyek yang terdiri dari 2 proyek Beton Ready mixed (RM) dan 2 proyek Beton Site Mix (SM).

Upload: others

Post on 11-Dec-2020

8 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

19

4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Pendahuluan

Penyebaran kuisioner dilakukan kurang lebih sekitar 2 bulan pada 27

proyek di Surabaya, yaitu 13 proyek gedung dan 14 proyek perumahan (Lampiran

5). Penyebaran kuisioner dilakukan dengan mendatangi proyek yang sedang

dikerjakan. Penyebaran kuisioner dilakukan dalam 2 tahap. Pertama pembagian

kuisioner dilakukan pada 20 proyek, yaitu 13 proyek gedung dan 7 proyek

perumahan, dimana masing-masing proyek disebarkan 5 kuisioner. Dari tahap

pertama yang terkumpul 6 kuisioner Beton Site Mix (RM) dan 27 kuisioner B eton

Ready mixed (RM). Tahap kedua dilakukan untuk menambah jumlah data

kuisioner pada tahap pertama dengan cara penyebaran kembali kuisioner ke

beberapa proyek yang baru dengan menitik berat beratkan pada proyek

perumahan. Pembagian kuisioner untuk masing-masing proyek sebanyak 2 buah

yang disesuaikan dengan jumlah pelaksana di lapangan. Pada tahap ini kuisioner

dibagikan ke 7 proyek perumahan dengan pengembalian sebanyak 8 kuisioner

Beton Site Mix (SM).

Total kuisioner yang disebarkan adalah 114 kuisioner yang terdiri dari 49

kuisioner Beton Site Mix (SM) untuk proyek perumahan, dan 65 kuisioner Beton

Ready mixed (RM) untuk proyek gedung. Dari 114 kuisioner yang disebarkan,

tercatat yang kembali hanya 41 kuisioner (35,96 %), yang terdiri dari 14 kuisioner

SM (28,57 %) dan 27 kuisioner RM (41,54 %).

Pengambilan data juga dilakukan dengan melakukan observasi atau

pengamatan lapangan guna menunjang data dari kuisioner, berupa pengambilan

foto dan peninjauan langsung di lapangan dimana objek pengamatan disesuaikan

dengan pertanyaan pada kuisioner (Lampiran 3 & 4). Observasi lapangan

dilakukan pada 4 proyek yang terdiri dari 2 proyek Beton Ready mixed (RM) dan

2 proyek Beton Site Mix (SM).

Page 2: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

20

4.2. Analisis Data

Analisa data dibagi atas empat bagian, yaitu data responden, jenis dan

kuantitas sisa material, penyebab terjadinya sisa material, dan penanganan sisa

material, dimana masing-masing bagian terbagi lagi atas dua bagian, yaitu untuk

Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM).

4.2.1. Data Responden

Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri dari data

responden untuk beton Site Mix (SM) dan responden untuk beton Ready mixed

(RM).

a) Data Responden Kuisioner Beton Site Mix (SM).

Dapat dilihat pada Tabel 4.1 sampai Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 sampai

Gambar 4.3 berikut ini.

Tabel 4.1. Persentase Jabatan Responden Kuisioner SM

Tabel 4.2. Persentase Pendidikan Terakhir Responden Kuisioner SM

Tabel 4.3. Persentase Lama Pengalaman Kerja Responden Kuisioner SM

No Jumlah Responden Persentase (%)1 0 0.002 1 7.143 0 0.004 1 7.145 Lainnya : 1. Mandor 9 64.29

2. Pelaksana 3 21.4314 100.00Total

SupervisorSite EngineerSite manajerManajer ProyekJabatan

No Jumlah Responden Persentase (%)1 0 0.002 4 28.573 3 21.434 Lainnya : SMK 7 50.00

14 100.00Total

D3S1S2Pendidikan Terakhir

No Jumlah Responden Persentase (%)1 0 0.002 6 42.863 8 57.14

14 100.00Total> 10 tahun5 - 10 tahun<5 tahunLama Pengalaman Kerja

Page 3: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

21

Pada Tabel 4.1 sampai Tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah responden

terbanyak adalah responden dengan jabatan mandor dan pelaksana, pendidikan

terakhir adalah S1 dan memiliki pengalaman kerja lebih dari 10 tahun. Dengan

demikian, diharapkan data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dan

mewakili kondisi yang sebenarnya dilapangan.

b) Data Responden Kuisioner Beton Ready mixed (RM)

Sedangkan data responden untuk beton Ready mixed (RM), dapat dilihat pada

Tabel 4.4 sampai Tabel 4.6

Tabel 4.4. Persentase Jabatan Responden Kuisioner RM

Tabel 4.5. Persentase Pendidikan Terakhir Responden Kuisioner RM

Tabel 4.6. Persentase Lama Pengalaman Kerja Responden Kuisioner RM

Dari data responden di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden

terbanyak adalah responden dengan jabatan Site Engineer , pendidikan

No Jumlah Responden Persentase1 2 7.412 4 14.813 10 37.044 6 22.225 Lainnya : Safety Officer 1 3.70

Quantity Surveyor 1 3.70Drafter 3 11.11

Total 27 100.00

JabatanManajer ProyekSite manajerSite EngineerSupervisor

No Jumlah Responden Persentase1 0 0.002 15 55.563 7 25.934 Lainnya : STM 4 14.814 Akademi 1 3.70

Total 27 100.00

Pendidikan TerakhirS2S1D3

No Jumlah Responden Persentase1 6 22.222 9 33.333 12 44.44

27 100.00Total> 10 tahun5 - 10 tahun<5 tahunLama Pengalaman Kerja

Page 4: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

22

terakhir adalah S1, memiliki pengalaman kerja lebih dari 10 tahun, sehingga

data hasil dari kuisioner dianggap dapat dipertanggung jawabkan, karena

responden yang mengisinya dianggap berkompeten.

4.2.2. Jenis dan Kuantitas Sisa Material

a) Jenis dan Kuantitas Sisa Material Beton Site Mix (SM)

Berdasarkan hasil analisa kuisioner, didapati persentase kuantitas sisa material

terhadap sampah yang dibuang (salvage) untuk kuisioner Beton Site Mix (SM)

adalah seperti pada Tabel 4.7. Pemilhan persentase yang terbesar didasarkan

pada jumlah responden terbanyak.

Tabel 4.7. Persentase Kuantitas Sisa Material Beton Site Mix (SM)

Dari Tabel 4.7, dapat dilihat persentase kuantitas sisa material beton site

mix (SM) terhadap sampah yang dibuang (salvage) adalah :

• Semen ; presentase kuantitas sisa material sebesar 0-5 % dengan jumlah

responden yang memilih 14 orang.

• Pasir ; presentase kuantitas sisa material sebesar 0-5 % dengan jumlah

responden yang memilih 9 orang.

• Agregat ; presentase kuantitas sisa material sebesar 0-5 % dengan

jumlah responden yang memilih 14 orang.

• Besi beton ; presentase kuantitas sisa material sebesar 0-5 % dengan

jumlah responden yang memilih 13 orang.

• Kawat beton ; presentase kuantitas sisa material sebesar 0-5 % dengan

jumlah responden yang memilih 14 orang.

0-5 % 6-10 % 11- 15 % 16-20 % 21-25 % >25 %

1 Semen 14 0 0 0 0 0 14

2 Pasir 9 5 0 0 0 0 14

3 Agregat 14 0 0 0 0 0 14

4 Besi Beton 13 1 0 0 0 0 14

5 Kawat Beton (bendrat) 14 0 0 0 0 0 14

6 Kayu Bekisting 1 9 3 1 0 0 14

7 Plywood 2 10 1 1 0 0 14

8 Campuran Beton 14 0 0 0 0 0 14

No Jenis Material SisaPersentase Kuantitas Sisa Material*

Total

Page 5: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

23

• Kayu bekisting ; presentase kuantitas sisa material sebesar 6-10 %

dengan jumlah responden yang memilih adalah 9 orang.

• Plywood ; presentase kuantitas sisa material sebesar 6-10 % dengan

jumlah responden yang memilih adalah 10 orang.

• Campuran beton ; presentase kuantitas sisa material sebesar 0-5 %

dengan jumlah responden yang memilih 14 orang.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa jenis material dengan kuantitas sisa

material terbesar menurut pengalaman responden adalah kayu bekisting (6-10

%) dan plywood (6-10 %).

b) Jenis dan Kuantitas Sisa Material Beton Ready mixed (RM)

Berdasarkan hasil analisa kuisioner, didapati persentase kuantitas sisa material

untuk kuisioner Beton Ready mixed (RM) adalah seperti pada Tabel 4.8.

Pemilihan persentase yang terbesar didasarkan pada jumlah responden

terbanyak.

Tabel 4.8. Persentase Kuantitas Sisa Material Beton Ready mixed (RM)

Dari Tabel 4.8, dapat dilihat persentase kuantitas sisa material beton ready

mixed (RM) terhadap sampah yang dibuang (salvage) adalah :

• Beton ready mixed ; presentase kuantitas sisa material sebesar 0-5 %

dengan jumlah responden yang memilih sebesar 26 orang.

• Besi beton ; presentase kuantitas sisa material sebesar 0-5 % dengan

jumlah responden yang memilih sebesar 25 orang.

0-5 % 6-10 % 11- 15 % 16-20 % 21-25 % >25 %

1 Beton Ready Mix 26 1 0 0 0 0 27

2 Besi Beton 25 2 0 0 0 0 27

3 Kawat Beton (bendrat) 25 2 0 0 0 0 274 Kayu Bekisting 9 17 1 0 0 0 275 Plywood 16 10 1 0 0 0 27

No Jenis Material SisaPersentase Kuantitas Sisa Material*

Total

Page 6: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

24

• Kawat beton ; presentase kuantitas sisa material sebesar 0-5 % dengan

jumlah responden yang memilih sebesar 25 orang.

• Kayu bekisting ; presentase kuantitas sisa material sebesar 6-10 %

dengan jumlah responden yang memilih sebesar 17 orang.

• Plywood ; presentase kuantitas sisa material sebesar 6-10 % dengan

jumlah responden yang memilih sebesar 10 orang.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa jenis material dengan kuantitas sisa

material terbesar menurut pengalaman responden adalah kayu bekisting (6-10

%) dan plywood (6-10%). Untuk pemilihan plywood didasarkan pada

pertimbangan perbedaan yang tidak terlalu besar antara jumlah responden

yang memilih persentase kuantitas sisa material antara 0-5 % (16org) dan

jumlah responden yang memilih 6-10% (10 org), berbeda dengan beton ready

mixed misalnya, dimana responden memilih 0-5% (26 org) dibandingan

dengan presentase sisa material 6-10% (1org). Dari hasil

pengamatan/observasi lapangan didapatkan juga bahwa sisa material terbesar

adalah dari kayu dan plywood .

Dari data pengolahan kuisioner diatas, maka solusi yang dapat diambil

oleh kontraktor adalah :

A. Bekisting baja/metal, yakni bekisting yang dibuat dari bahan baja/metal

sebagai pengganti plywood dan kayu. Keunggulan sistem ini adalah tahan

lama dan fleksibel terhadapa perkembangan teknologi ramah lingkungan,

efisisensi waktu pelaksanaan, jaminan keamanan dan jaminan kualitas

serta efisiensi biaya (Wikantarti, 2002). Namun dari segi pengadaan

material, harga material bekisting baja lebih mahal dari bekisting cara

tradisional, tetapi dengan ketahanan yang tinggi, bekisting baja dapat

digunakan berulang-ulang. Pada perhitungan analisa biaya bekisting baja

akan lebih ekonomis pada pemakaian berulang-ulang dengan biaya upah

kecil (Maulina, UI)

B. Penggunaan beton precast, yakni proses produksi elemen struktur yaitu

beton dilakukan pada suatu tempat/lokasi yang berbeda dengan tempat

lokasi dimana elemen tersebut akan digunakan. Keunggulan sistem ini

Page 7: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

25

adalah durasi proyek menjadi lebih singkat dengan sedikit pekerja dan

pada pelaksanaan konstruksi tidak terpengaruh oleh cuaca, selain itu

kualitas beton lebih terjamin karena proses pembuatan beton dapat

dikontrol di pabrik. Kelemahan sistem ini adalah adanya tambahan biaya

untuk transportasi, dimensinya umumnya sama karena diproduksi masal

dipabrik, membutuhkan alat berat untuk pemindahan dan pelaksanaan

pemasangan di proyek. Serta membutuhkan teknik penyambungan yang

cukup rumit dan relatif mahal. (Angelia, 2010)

4.2.3. Penyebab Sisa Material

Penelitian tentang penyebab sisa material, terdiri atas 2 bagian, yakni

penyebab sisa material pada beton Site Mix (SM) dan penyebab sisa

material pada beton Ready mixed (RM).

a) Penyebab Sisa Material Beton Site Mix (SM).

Analisa data mengenai penyebab sisa material untuk beton site mix, adalah

seperti pada Tabel 4.9 sampai dengan Tabel 4.24 dimana nilai rata -rata

penyebab sisa materialnya diurutkan berdasarkan sumber penyebabnya.

Page 8: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

26

1) Semen.

Tabel 4.9. Rata-rata Penyebab Sisa Material Semen

Kemudian, rata-rata penyebab sisa material semen diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan dikelompokan

berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.10 di bawah ini.

Tabel 4.10. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material semen

SumberUrutan

Peringkat Penyebab Sisa Material Semen Mean

Desain 3 Perubahan Desain 2.438 Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan, dsb 2.074 Kesalahan penanganan pada saat pemindahan dari/ke gudang 2.436 Kerusakan akibat transportasi ke lokasi proyek 2.219 Material tidak dikemas dengan baik 2.071 Cuaca yang buruk 3.072 Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja 2.645 Kerusakan akibat pemindahan material di area proyek 2.29

10 Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi 2.0711 Sisa material karena proses pemakaian 2.07

Lain-lain 7 Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa 2.14

Pengadaan Material

Pelaksanaan

Sisa

Page 9: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

27

Dari Tabel 4.10, dapat dilihat bahwa faktor penyebab terjadinya sisa material

semen yaitu :

A. Desain :

• Perubahan Desain (mean = 2.43).

Perubahan desain dapat berasal dari pihak owner maupun pihak

perencana. Perubahan desain dari pihak owner, dapat terjadi karena

perubahan denah maupun perubahan fungsi/penggunaannya.

Sedangkan perubahan desain dari pihak perencana, dapat terjadi karena

perencanaan yang kurang sempurna, sehingga perlu membongkar

bagian pekerjaan yang sudah dibuat dan diganti dengan bagian yang

sesuai dengan perubahan rencana dimaksud (Intan, 2005). Dalam hal

ini, bagian struktur yang sudah selesai dikerjakan harus dibongkar lagi,

sehingga menimbulkan sisa material semen dalam bentuk cor-coran

beton. Misalnya perubahan dari owner yang menginginkan ruangan

dengan kesan yang luas tanpa kolom, maka kontraktor akan

membongkar kolom dan menimbulkan sisa material dalam bentuk cor-

coran beton.

B. Pengadaan Material :

• Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan, dsb (mean = 2.07).

Kesalahan pemesanan, kelebihan, dan kekurangan dapat disebabkan

karena kontraktor tidak teliti dalam mengestimasi volume pemakaian

semen. Kesalahan pemesanan dalam hal ini kelebihan pemesanan

menyebabkan semen akan ditimbun dalam waktu yang lama dan

memungkinkan terjadinya kerusakan pada semen yang paling bawah.

Kerusakan juga dapat terjadi jika semen tidak dilindungi dari cuaca

akibat tidak tersedianya ruangan di gudang penyimpanan karena

kelebihan material semen sehingga material semen ditimbun diluar

gudang.

C. Penanganan Material :

• Kesalahan penanganan pada saat pemindahan dari/ke gudang (mean =

2.43).

Page 10: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

28

Penanganan yang tidak tepat dalam proses pemindahan material semen

dari/ke gudang dapat menyebabkan kerusakan pada kemasan semen itu

sendiri sehingga jatuh, tercecer, dan bercampur dengan tanah.

• Kerusakan akibat transportasi ke area proyek (mean = 2.21).

Kesalahan penumpukan baik tata letak tumpukan maupun batas

maksimal tumpukan pada saat transportasi menyebabkan kerusakan

pada kemasan semen. Ini menyebabkan semen akan tercecer selama

transportasi maupun pada saat dipindahkan dari truk pengangkut ke

area proyek.

• Material tidak dikemas dengan baik (mean = 2.07).Material semen

yang tidak dikemas dengan baik dapat mengakibatkan semen tercecer,

baik pada saat transportasi, maupun pemindahan dari/ke gudang.

D. Pelaksanaan :

• Cuaca yang buruk (mean =3.07).

Cuaca yang buruk dalam hal ini hujan, dapat menyebabkan semen

yang berada di luar gudang basah dan jika tidak segera dipakai, akan

mengeras dan rusak dan jika tidak dipakai lagi akan menjadi sisa

material.

• Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja (mean = 2.64).

Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja dapat berupa

kecerobahan pada saat pemindahan material yang menyebabkan

kerusakan pada kemasan semen sehingga semen tercecer dan

bercampur dengan tanah. Kecerobahan ini dapat disebabkan pula

karena kurangnya perhatian dan pengalaman kerja.

• Kerusakan akibat pemindahan material di area proyek (mean = 2.29).

Kerusakan akibat pemindahan material di area proyek dapat

disebabkan karena kesalahan pekerja atau peralatan. Misalnya, untuk

pengangkutan semen dari lantai dasar ke lantai diatasnya

menggunakan alat tower crane. Karena kesalahan pengepakan pada

saat pengangkutan itu menyebabkan ikatan kemasan semen rusak dan

tercecer, bahkan terlepas dan jatuh sehingga menjadi sisa material di

lapangan.

Page 11: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

29

E. Sisa :

• Sisa material karena proses pemakaian (mean = 2.07).

Sisa material karena proses pemakaian berupa sisa cor-coran

pembongkaran struktur karena adanya perubahan ataupun kesalahan

pengecoran.

F. Lain-lain :

• Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa (mean =

2.14).

Manajemen yang buruk terhadap masalah sisa material menjadi salah

satu penyebab yang bisa memberikan dampak yang buruk bagi

lingkungan. Kontraktor dalam hal ini tidak merencanakan secara jelas

penanganan yang seharusnya dilakukan terhadap sisa material yang

ditimbulkan. Manajemen ini berupa estimasi sisa material dan

penanganan sisa material berupa penggunaan ulang ataupun

bekerjasama dengan pihak ketiga untuk daur ulang serta pengembalian

material kepada supplier jika terjadi kelebihan pada akhir proyek.

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan oleh

kontraktor berupa kerjasama dengan konsultan yang berpengalaman sehingga

dapat meminimalisir terjadinya perubahan desain. Kontraktor juga harus

mampu membuat estimasi kebutuhan material termasuk kebutuhan per

minggu agar disesuaikan dengan jadwal pengiriman material tersebut.

Pengawasan dan perbaikan teknik kerja dilapangan juga harus tetap

ditingkatkan, ini dapat berupa pengontrolan material yakni jumlah, tempat

penyimpanan dan tata letak timbunan material, maupun pengawasan terhadap

pekerja yakni cara kerja, penanganan material.

Page 12: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

30

2) Pasir.

Tabel 4.11. Rata-rata Penyebab Sisa Material Pasir

Kemudian, rata -rata penyebab sisa material pasir diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan dikelompokan

berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.12. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material Pasir

SumberUrutan

Peringkat Penyebab Sisa Material Pasir Mean

Desain 6 Perubahan Desain 2.294 Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan, dsb 2.367 Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil 2.291 Cuaca yang buruk 3.002 Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja 2.713 Kerusakan akibat pemindahan material di area proyek 2.435 Sisa material karena proses pemakaian 2.369 Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi 2.14

Lain-lain 10 Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa 2.14

Pengadaan Material

Pelaksanaan

Sisa

Page 13: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

31

Dari Tabel 4.12 terlihat bahwa faktor penyebab terjadinya sisa material pasir,

yaitu :

A. Desain :

• Perubahan Desain (mean = 2.29). Perubahan desain dapat dapat

berasal dari pihak owner maupun pihak perencana. Perubahan desain

dari pihak owner, dapat terjadi karena perubahan denah maupun

perubahan fungsi/penggunaannya. Sedangkan perubahan desain dari

pihak perencana, dapat terjadi karena perencanaan yang kurang

sempurna, sehingga perlu membongkar bagian pekerjaan yang sudah

dibuat dan diganti dengan bagian yang sesuai dengan perubahan

rencana dimaksud (Intan, 2005). Dalam hal ini, bagian struktur yang

sudah selesai dikerjakan harus dibongkar lagi, sehingga menimbulkan

sisa material pasir dalam bentuk cor-coran beton. Misalnya perubahan

dari owner yang menginginkan ruangan dengan kesan yang luas tanpa

kolom, maka kontraktor akan membongkar kolom dan menimbulkan

sisa material dalam bentuk cor-coran beton.

B. Pengadaan Material :

• Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan, dsb (mean = 2.36).

Kesalahan pemesanan, kelebihan, dan kekurangan dapat disebabkan

karena kontraktor tidak teliti dalam mengestimasi volume kebutuhan

pasir. Kesalahan pemesanan dalam hal ini berupa kelebihan pemesanan

material menyebabkan penumpukan material dilpangan dalam jumlah

yang besar sehingga menghalangi akses masuk transportasi proyek

maupun pekerja. Kelebihan material juga mengakibatkan kontraktor

menumpuk material diluar area proyek sehingga tercecer akibat

terlindas transportasi maupun tergerus air hujan.

• Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil (mean = 2.29).

Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil yakni minimal 1

truk dengan volume sekitar 6.2 m3 , sehingga kebutuhan yang kurang

dari volume tersebut akan mengakibatkan terjadinya sisa material di

lapangan.

Page 14: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

32

C. Pelaksanaan

• Cuaca yang buruk (mean = 3.00). Cuaca yang buruk (hujan, luapan

lumpur karena banjir dll) dapat mengakibatkan volume pasir yang

diletakkan di area terbuka akan terbawa air hujan, berceceran dan

bercampur dengan tanah ataupun lumpur . Pasir tidak dapat digunakan

jika bercampur dengan tanah atau lempung sehingga menjadi sisa

material. (Budiadi, 2008).

• Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja (mean = 2.71).

Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja dapat berupa

kesalahan pena nganan pada saat pemindahan material sehingga

tercecer dan bercampur dengan tanah ataupun material lain (Gambar

4.1). Kesalahan pekerja juga dapat berupa kesalahan pengukuran

volume campuran sehingga menyebabkan kelebihan volume campuran

beton yang menyebabkan sisa material pasir dalam bentuk campuran

beton. (Budiadi, 2008)

• Kerusakan akibat pemindahan material di area proyek (mean = 2.43).

Kerusakan akibat pemindahan material di area proyek seperti pasir

yang tercecer saat diangkut ke tempat pencampuran yang disebabkan

karena alat yang dipakai untuk mengangkut pasir sudah tidak layak

pakai/bocor ataupun karena pasir terisi dalam keadaan terlalu penuh.

D. Sisa :

• Sisa material karena proses pemakaian (mean = 2.36). Sisa material

karena proses pemakaian pasir berupa sisa material dalam bentuk

campuran beton yang tidak terpakai lagi dan mengeras.

• Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi (mean = 2.14). Sisa

pemakaian material tidak dapat dipakai lagi berupa sisa material pasir

akibat tumpukan langsung di tanah pada lokasi proyek sehingga

material pasir bagian bawah tumpukan bercampur dengan tanah dan

tidak dapat dipakai sebagai campuran beton.

E. Lain-lain :

• Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa (mean =

2.14). Manajemen yang buruk terhadap masalah sisa material menjadi

Page 15: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

33

salah satu penyebab yang bisa memberikan dampak yang buruk bagi

lingkungan. Kontraktor dalam hal ini tidak merencanakan secara jelas

penanganan yang seharusnya dilakukan terhadap sisa material pasir

yang ditimbulkan. Manajemen material secara keseluruhan berupa

persiapan daftar estimasi kebutuhan material, transportasi & peralatan

(murah dan terbaik), jaminan pengiriman material yang tepat waktu,

jaminan kualitas & pengendalian untuk pemenuhan spesifikasi yang

diminta serta estimasi sisa material dan rencana penanganan sisa

material pasir, jika ada, berupa rencana penggunaan ulang (Budiadi,

2008)

Gambar 4.1. Sisa material pasir yang tercampur dengan tanah dan

pecahan batu bata

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan oleh

kontraktor berupa kerjasama dengan konsultan yang berpengalaman sehingga

dapat meminimalisir terjadinya perubahan desain. Kontraktor juga harus

mengontrol pengadaan material berupa jumlah maupun jadwal pengirimannya

dengan tujuan untuk menjaga agar tidak terjadi kelebihan material serta

penumpukan material yang baik agar tidak mudah terbawa oleh hujan maupun

tercecer karena berada dipinggiran selokan. Pasir juga dapat dipakai ulang

untuk pekerjaan lain, misalnya urugan.

Page 16: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

34

3) Agregat.

Tabel 4.13. Rata-Rata Penyebab Sisa Material Agregat

Kemudian, rata-rata penyebab sisa material agregat diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan dikelompokan

berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.14 di bawah ini.

Tabel 4.14. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material Agregat

SumberUrutan

Peringkat Penyebab Sisa Material Agregat Mean

Desain 3 Perubahan Desain 2.364 Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan, dsb 2.365 Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil 2.291 Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja 2.438 Kerusakan akibat pemindahan material di area proyek 2.072 Sisa material karena proses pemakaian 2.436 Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi 2.14

Lain-lain 7 Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa 2.14

Pelaksanaan

Sisa

Pengadaan Material

Page 17: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

35

Dari Tabel 4.14 terlihat bahwa penyebab utama terjadinya sisa material

agregat, adalah :

A. Desain :

• Perubahan desain (mean = 2.36). Perubahan desain dapat dapat berasal

dari pihak owner maupun pihak perencana. Perubahan desain dari

pihak owner, dapat terjadi karena perubahan denah maupun perubahan

fungsi/penggunaannya. Sedangkan perubahan desain dari pihak

perencana, dapat terjadi karena perencanaan yang kurang sempurna,

sehingga perlu membongkar bagian pekerjaan yang sudah dibuat dan

diganti dengan bagian yang sesuai dengan perubahan rencana

dimaksud (Intan, 2005). Dalam hal ini, bagian struktur yang sudah

selesai dikerjakan harus dibongkar lagi, sehingga menimbulkan sisa

material agregat dalam bentuk cor-coran beton. Misalnya perubahan

dari owner yang menginginkan ruangan dengan kesan yang luas tanpa

kolom, maka kontraktor akan membongkar kolom dan menimbulkan

sisa material dalam bentuk cor-coran beton.

B. Pengadaan Material :

• Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan, dsb (mean = 2.36).

Kesalahan pemesanan, kelebihan, dan kekurangan dapat disebabkan

karena kontraktor tidak teliti dalam mengestimasi volume pemakaian

agregat. Dalam hal ini kesalahan berupa kelebihan pemesanan material

yang menyebabkan penumpukan material di lapangan dalam jumlah

yang besar sehingga menghalangi akses masuk ke area proyek yang

mengakibatkan tercecer material akibat dilindasi kendaraan proyek

atau pekerja.

• Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil (mean = 2.29).

Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil minimal 1 truk

dengan volume sekitar 6.2 m3 , sehingga kebutuhan yang kurang dari

volume tersebut akan mengakibatkan terjadinya sisa material di

lapangan.

Page 18: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

36

C. Pelaksanaan :

• Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja (mean = 2.43).

Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja dapat berupa

kesalahan pengangkutan, seperti penggunaan peralatan yang tidak

menunjang (bocor/rusak), sehingga agregat tercecer dan dibiarkan

begitu saja ataupun rusak dilindas kendaraan proyek.

• Kerusakan akibat pemindahan material di area proyek (mean = 2.07).

Kerusakan material berupa tercecernya material agregat pada saat

diangkut disebabkan karena alat pengangkut yang tidak layak dipakai

lagi (bocor) ataupun karena kecerobohan pekerja.

D. Sisa :

• Sisa material karena proses pemakaian (mean = 2.43). Sisa material

karena proses pemakaian agregat berupa sisa material dalam bentuk

campuran beton yang tidak terpakai lagi dan mengeras.

• Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi (mean = 2.14). Sisa

pemakaian material tidak dapat dipakai lagi berupa sisa material

agregat akibat tumpukan langsung di tanah pada lokasi proyek

sehingga material agregat bagian bawah tumpukan bercampur dengan

tanah dan tidak dapat dipakai sebagai campuran beton.

E. Lain-lain :

• Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa (mean =

2.14). Manajemen yang buruk terhadap masalah sisa material menjadi

salah satu penyebab yang bisa memberikan dampak yang buruk bagi

lingkungan. Kontraktor dalam hal ini tidak merencanakan secara jelas

penanganan yang seharusnya dilakukan terhadap material dan sisa

material agregat yang ditimbulkan. Manajemen material secara

keseluruhan berupa persiapan daftar estimasi kebutuhan material,

transportasi & peralatan (murah dan terbaik), jaminan pengiriman

material yang tepat waktu, jaminan kualitas & pengendalian untuk

pemenuhan spesifikasi yang diminta serta estimasi sisa material dan

rencana penanganan sisa material agregat, berupa rencana penggunaan

ulang (Budiadi, 2008). Hal ini disebabkan juga karena agregat

Page 19: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

37

merupakan sumber daya alam yang mudah diperoleh ekonomis

sehingga kontraktor tidak merasa penting untuk memperhatikan

manajemen material agregat.

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan oleh

kontraktor berupa kerjasama dengan Konsultan yang berpengalaman sehingga

dapat meminimalisir terjadinya perubahan desain. Kontraktor juga harus

mengontrol pengadaan material berupa jumlah pengadaan material maupun

jadwal pengirimannya. Tindakan ini berfungsi untuk menjaga agar tidak

terjadi kelebihan material dan pengalihan pengguanaan (reuse), misalnya

untuk urugan.

4) Besi Beton.

Tabel 4.15. Rata -Rata Penyebab Sisa Material Besi Beton

Page 20: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

38

Kemudian, rata-rata penyebab sisa material besi beton diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan dikelompokan

berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.16 di bawah ini.

Tabel 4.16. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material besi beton

Dari Tabel 4.16 terlihat bahwa penyebab utama terjadinya sisa material besi

beton, adalah :

A. Desain :

• Perubahan desain (mean = 2.57). Perubahan desain dapat berasal dari

pihak owner maupun pihak perencana. Perubahan desain dari pihak

owner, dapat terjadi karena perubahan denah maupun perubahan

fungsi/penggunaannya. Sedangkan perubahan desain dari pihak

perencana, dapat terjadi karena perencanaan yang kurang sempurna,

sehingga perlu membongkar bagian pekerjaan yang sudah dibuat dan

diganti dengan bagian yang sesuai dengan perubahan rencana

dimaksud (Intan, 2005). Dalam hal ini, bagian struktur yang sudah

selesai dikerjakan harus dibongkar lagi, sehingga menimbulkan sisa

material agregat dalam bentuk cor-coran beton dan besi tulangan.

Misalnya perubahan dari owner yang menginginkan ruangan dengan

kesan yang luas tanpa kolom, maka kontraktor akan membongkar

kolom dan menimbulkan sisa material dalam bentuk cor-coran beton

dan besi tulangan.

• Informasi gambar kurang jelas (mean = 2.29). Informasi gambar yang

kurang jelas dapat berakibat kontraktor salah dalam pelaksanaan

pekerjaan pembesian, seperti kesalahan pemotongan ataupun kesalahan

SumberUrutan

Peringkat Penyebab Sisa Material Besi Beton Mean

2 Perubahan Desain 2.575 Informasi gambar kurang jelas 2.296 Pendetailan gambar yang rumit 2.29

Pelaksanaan 3 Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja 2.571 Sisa material karena proses pemakaian 2.644 Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi 2.368 Kesalahan pada saat pemakaian/pengolahan materaial 2.21

Lain-lain 9 Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa 2.21

Desain

Sisa

Page 21: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

39

penggunaan tipe dan ukuran besi, sehingga perlu diganti dan

menyebabkan terjadinya sisa material di la pangan.

• Pendetailan gambar yang rumit (mean = 2.29). Pendetailan gambar

yang rumit dapat mengakibatkan kesulitan dalam membaca gambar

maupun pelaksanaan. Hal ini juga berkaitan dengan informasi yang

tidak tersampaikan lewat gambar (gambar kurang jelas) yang

mengakibatkan kontraktor salah dalam pelaksanaan pekerjaan

pembesian, seperti kesalahan pemotongan ataupun kesalahan

penggunaan tipe dan ukuran besi, sehingga perlu diganti dan

menyebabkan terjadinya sisa material di lapangan.

B. Pelaksanaan :

• Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja (mean = 2.57).

Minimnya tingkat pendidikan pekerja serta kurangnya pengalaman

kerja dalam bidang konstruksi, menyebabkan pekerja sering

melakukan kesalahan serta kecerobohan di lapangan (Intan, 2005).

Misalnya, pekerja yang salah melakukan pemotongan besi beton,

sehingga menyebabkan besi beton tersebut tidak dapat digunakan lagi,

ataupun penggunaan ukuran/tipe besi beton yang tidak sesuai.

C. Sisa :

• Sisa material karena proses pemakaian (mean = 2.64). Sisa material

karena proses pemakaian berupa sisa material besi beton akibat

pekerjaan pemotongan.

• Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi (mean = 2.36). Sisa

pemakaian material tidak dapat dipakai lagi berupa sisa cor-coran

beton bertulang akibat pembongkaran struktur bangunan.

• Kesalahan pada saat pemakaian/pengolahan material (mean = 2.21).

Kesalahan pada saat pemakaian/pengolahan material berupa kesalahan

pelaksanaan yang menimbulkan sisa material seperti akibat kesalahan

pemotongan ataupun kesalahan pengecoran yaitu penggunaan

tipe/ukuran besi beton yang tidak sesuai dengan gambar sehingga perlu

dibongkar.

Page 22: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

40

D. Lain-lain :

• Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa (mean =

2.21). Manajemen yang buruk terhadap masalah sisa material menjadi

salah satu penyebab yang bisa memberikan dampak yang buruk bagi

lingkungan. Kontraktor dalam hal ini tidak merencanakan secara jelas

penanganan yang seharusnya dilakukan terhadap material dan sisa

material besi beton yang ditimbulkan. Manajemen material secara

keseluruhan berupa persiapan daftar estimasi kebutuhan material,

transportasi & peralatan (murah dan terbaik), jaminan pengiriman

material yang tepat waktu, jaminan kualitas & pengendalian untuk

pemenuhan spesifikasi yang diminta serta estimasi sisa material dan

rencana penanganan sisa material besi beton, berupa rencana

penggunaan ulang ataupun kerja sama dengan pihak pendaur ulang

(Budiadi, 2008).

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan oleh

kontraktor berupa membuat estimasi pemesanan sesuai dengan kebutuhan,

termasuk estimasi sisa pemakaian material dan managemen sisa material yang

dihasilkan, berupa rencana penggunaan ulang maupun kerjasama dengan

pihak ketiga untuk daur ulang material. Selain itu, kerjasama dengan

konsultan yang berpengalaman juga sangat berpengaruh dalam penyajian

detail gambar kerja. Kontraktor juga diharapkan menggunakan tenaga kerja

yang ahli dan terampil agar meminimalisir terjadinya sisa material akibat

kesalahan pemotongan, kesalahan membaca gambar dll.

Page 23: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

41

5) Kawat Beton.

Tabel 4.17. Rata-Rata Penyebab Sisa Material Kawat Beton

Kemudian, rata-rata penyebab sisa material kawat beton diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan dikelompokan

berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.16 di bawah ini.

Tabel 4.18. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material kawat beton

Dari Tabel 4.18 terlihat bahwa penyebab utama terjadinya sisa material kawat

beton, adalah :

SumberUrutan

Peringkat Penyebab Sisa Material Kawat Beton Mean

Desain 1 Perubahan Desain 2.29Pelaksanaan 4 Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja 2.14

2 Sisa material karena proses pemakaian 2.295 Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi 2.14

Lain-lain 3 Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa 2.29

Sisa

Page 24: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

42

A. Desain :

• Perubahan desain (mean = 2.29). Perubahan desain dapat berasal dari

pihak owner maupun pihak perencana. Perubahan desain dari pihak

owner, dapat terjadi karena perubahan denah maupun perubahan

fungsi/penggunaannya. Sedangkan perubahan desain dari pihak

perencana, dapat terjadi karena perencanaan yang kurang sempurna,

sehingga perlu membongkar bagian pekerjaan yang sudah dibuat dan

diganti dengan bagian yang sesuai dengan perubahan rencana

dimaksud (Intan, 2005). Dalam hal ini, bagian struktur yang sudah

selesai dikerjakan harus dibongkar lagi, sehingga menimbulkan sisa

material kawat beton dalam bentuk cor-coran beton. Misalnya

perubahan dari owner yang menginginkan ruangan dengan kesan yang

luas tanpa kolom, maka kontraktor akan membongkar kolom dan

menimbulkan sisa material dalam bentuk cor-coran beton.

B. Pelaksanaan :

• Kesalahan/kecerebohan yang dibuat oleh pekerja (mean = 2.14).

Kesalahan/kecerbohan yang dibuat oleh pekerja berupa kecerobohan

pekerja dalam penggunakan kawat beton. Hal ini disebabkan karena

ukuran kawat beton yang relatif kecil sehingga tidak diperhatikan oleh

pekerja. Sisa material akibat kecerobohan pekerja dapat dilihat da ri

tercecernya kawat beton di lapangan setelah pekerjaan pembesian.

Karena ukuran kawat beton yang kecil menyebabkan material ini

mudah rusak/putus ketika berka rat akibat cuaca yang buruk (hujan).

C. Sisa :

• Sisa material karena proses pemakaian (mean = 2.29). Sisa material

karena proses pemakaian biasanya berupa sisa kawat beton yang secara

tidak sengaja dibiarkan/dibuang begitu saja setelah pekerjaan tulangan,

karena bentuknya yang kecil.

• Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi (mean = 2.14). Sisa

pemakaian material kawat beton umumnya tidak dapat digunakan lagi

karena bentuk dan ukuran kawat beton yang tipis, sehingga tidak bisa

digunakan untuk pekerjaan lainnya lagi.

Page 25: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

43

D. Lain-lain :

• Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa. Misalnya,

sisa material kawat beton yang dibiarkan begitu saja di lapangan tanpa

ada penanganan yang tepat oleh kontraktor (Gambar 4.2)

Gambar 4.2. Sisa material Kawat beton

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan oleh

kontraktor berupa peningkatan pengawasan terhadap cara kerja pekerja di

lapangan termasuk menggunakan pekerja yang bertanggung jawab agar

memaksimalkan penggunaan material.

Page 26: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

44

6) Kayu Bekisting.

Tabel 4.19. Rata-Rata Penyebab Sisa Material Kayu Bekistin g

Kemudian, rata-rata penyebab sisa material kayu bekisting diurutkan

lagi berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan dikelompokan

berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.20 di bawah ini.

Tabel 4.20. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material kayu bekisting

Dari Tabel 4.20 terlihat bahwa penyebab utama terjadinya sisa material kayu

bekisting, adalah :

SumberUrutan

Peringkat Penyebab Sisa Material Kayu Bekisting Mean

5 Perubahan Desain 2.368 Informasi gambar kurang jelas 2.07

Pengadaan Material 9 Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan, dsb 2.071 Cuaca yang buruk 2.863 Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja 2.432 Sisa material karena proses pemakaian 2.574 Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi 2.437 Kesalahan pada saat pemakaian/pengolahan materaial 2.21

Lain-lain 6 Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa 2.36

Pelaksanaan

Sisa

Desain

Page 27: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

45

A. Desain :

• Perubahan desain (mean = 2.36).

Perubahan desain dapat berasal dari pihak owner maupun pihak

perencana. Perubahan desain dari pihak owner, dapat terjadi karena

perubahan denah maupun perubahan fungsi/penggunaannya.

Sedangkan perubahan desain dari pihak perencana, dapat terjadi karena

perencanaan yang kurang sempurna, sehingga perlu membongkar

bagian pekerjaan yang sudah dibuat dan diganti dengan bagian yang

sesuai dengan perubahan rencana dimaksud (Intan, 2005). Perubahan

desain menyebabkan perubahan ukuran bekisting dimana terjadi

pemotongan ukuran bekisting sehingga menimbulkan sisa material

dalam bentuk sisa potongan/serpihan kayu.

• Informasi gambar kurang jelas (mean = 2.07).

Informasi gambar yang kurang jelas dapat berakibat kontraktor salah

dalam melakukan pengadaan maupun pelaksanaan pekerjaan bekisting,

sehingga perlu diganti dan hal ini dapat menyebabkan sisa material di

lapangan.

B. Pengadaan Material :

• Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan, dsb (mean = 2.07).

Kesalahan pemesanan dapat berupa kelebihan pemesanan material

kayu bekisting sehingga menyebabkan penimbunan di lapangan dalam

jangka waktu lama sehingga jika tanpa perlindungan material terhadap

cuaca maka material kayu bekisting dapat menjadi rusak (lapuk) ketika

digunakan.

C. Pelaksanaan :

• Cuaca yang buruk (mean = 2.86) dapat menyebabkan kayu bekisting

menjadi rusak, terutama bila diletakkan di area terbuka dan tanpa

perlindungan yang menyebabkan kayu bekisting mudah rusak ketika

digunakan sehingga mengurangi jumlah keberulangan penggunaan

kayu bekisting dan menjadi sisa material.

Page 28: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

46

• Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja (mean = 2.43).

Saat melakukan pekerjaan bekisting, pekerja membongkar bekisting

secara sembarangan sehingga menyebabka n rusaknya kayu bekisting

dalam bentuk serpihan kayu/potongan kayu bekisting.

D. Sisa :

• Sisa material karena proses pemakaian (mean = 2.57).

Material kayu bekisting memiliki keterbatasan jumlah keberulangan

pemakaian, dimana material kayu akan mengalami kerusakan setelah

empat sampai lima kali pemakaian, yang diakibatkan karena pelepasan

bekisting ketika beton telah mengering, serta kerusakan permukaan

kayu yang diakibatkan oleh ditanamnya paku untuk menyatukan

bagian-bagian bekisting. Kedua jenis kerusakan inilah yang paling

berpengaruh dalam keberulangan pemakaian material bekisting.

Sehingga kayu bekisting tersebut tidak dapat dipergunakan lagi dan

dibuang (Baharudin, 2008), seperti pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4

• Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi (mean = 2.43).

Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi berupa potongan-

potongan atau serpihan kayu akibat pemotongan material kayu untuk

keperluan pembuatan bekisting.

• Kesalahan pada saat pemakaian/pengolahan material (mean = 2.21).

Kesalaha n dalam pemakaian/pengolahan material bisa menyebabkan

terjadinya sisa material di lapangan, misalnya kesalahan ukuran

bekisting sehingga perlu dilakukannya pemotongan bekisting.

E. Lain-lain :

• Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa (mean =

2.36).

Manajemen yang buruk terhadap masalah sisa material menjadi salah

satu penyebab yang bisa memberikan dampak yang buruk bagi

lingkungan. Kontraktor dalam hal ini tidak merencanakan secara jelas

penanganan yang seharusnya dilakukan terhadap materia l dan sisa

material kayu bekisting yang ditimbulkan. Manajemen material secara

keseluruhan berupa persiapan daftar estimasi kebutuhan material,

Page 29: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

47

transportasi & peralatan (murah dan terbaik), jaminan pengiriman

material yang tepat waktu, jaminan kualitas & pengendalian untuk

pemenuhan spesifikasi yang diminta serta estimasi sisa material dan

rencana penanganan sisa material kayu bekisting, berupa rencana

penggunaan ulang ataupun kerjasama dengan pihak pendaur ulang

(Budiadi, 2008).

Gambar 4.3. Sisa material Kayu Bekisting karena proses pemakaian

Gambar 4.4. Sisa material Kayu Bekisting karena proses pemakaian

Page 30: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

48

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan oleh

kontraktor berupa estimasi jumlah material yang diperlukan agar disesuaikan

dengan kebutuhan termasuk mengatur jadwal pengiriman dan pengadaan

material. Ini berkaitan pula dengan ketersediaa nnya tempat material yang baik

yakni bebas dari gangguan cuaca. Selain itu penggunaan tenaga kerja yang

berpengalaman akan membantu kontraktor dalam meminimalisir sisa material

yang terjadi akibat kesalahan ataupun kecerobahan pekerja, termasuk

meningkatkan pula pengontrolan dan pengawasan di lapangan.

7) Plywood .

Tabel 4.21. Rata-Rata Penyebab Sisa Material Plywood

Kemudian, rata-rata penyebab sisa material plywood diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan dikelompokan

berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.22 di bawah ini.

Page 31: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

49

Tabel 4.22. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material plywood

Dari Tabel 4.22 terlihat bahwa penyebab utama terjadinya sisa material

plywood, adalah :

A. Desain :

• Perubahan Desain (mean = 2.36). Perubahan desain dapat berasal dari

pihak owner maupun pihak perencana. Perubahan desain dari pihak

owner, dapat terjadi karena perubahan denah maupun perubahan

fungsi/penggunaannya. Sedangkan perubahan desain dari pihak

perencana, dapat terjadi karena perencanaan yang kurang sempurna,

sehingga perlu membongkar bagian pekerjaan yang sudah dibuat dan

diganti dengan bagian yang sesuai dengan perubahan rencana

dimaksud (Intan, 2005). Perubahan desain menyebabkan perubahan

ukuran bekisting dimana terjadi pemotongan ukuran bekisting

sehingga menimbulkan sisa material dalam be ntuk sisa

potongan/serpihan plywood

B. Pelaksanaan :

• Cuaca yang buruk (mean = 2.79) dapat menyebabkan plywood menjadi

rusak, terutama bila diletakkan di area terbuka dan tanpa perlindungan

yang menyebabkan plywood mudah rusak ketika digunakan sehingga

mengurangi jumlah keberulangan penggunaan plywood sebagai

material penyusun bekisting dan menjadi sisa material.

• Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja (mean = 2.36). Saat

melakukan pekerjaan bekisting, pekerja membongkar bekisting secara

sembarangan sehingga menyebabkan rusaknya plywood dalam be ntuk

serpihan/potongan plywood.

SumberUrutan

PeringkatPenyebab Sisa Material Plywood Mean

Desain 3 Perubahan Desain 2.361 Cuaca yang buruk 2.794 Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja 2.362 Sisa material karena proses pemakaian 2.645 Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi 2.367 Kesalahan pada saat pemakaian/pengolahan materaial 2.21

Lain-lain 6 Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa 2.36

Pelaksanaan

Sisa

Page 32: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

50

C. Sisa :

• Sisa material karena proses pemakaian (mean = 2.64). Material

plywood memiliki keterbatasan jumlah keberulangan pemakaian,

dimana material plywood akan mengalami kerusakan setelah lima

sampai delapan kali pemakaian, yang diakibatkan karena pelepasan

bekisting ketika beton telah mengering, serta kerusakan permukaan

plywood yang diakibatkan oleh ditanamnya paku untuk menyatukan

bagian-bagian bekisting. Kedua jenis kerusakan inilah yang paling

berpengaruh dalam keberulangan pemakaian material bekisting.

Sehingga material plywood tersebut tidak dapat dipergunakan lagi dan

dibuang (Baharudin, 2008), seperti pada Gambar 4.5

Gambar 4.5. Sisa Material Plywood karena proses pemakaian

• Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi (mean = 2.36). Sisa

pemakaian material tidak dapat dipakai lagi berupa potongan-potongan

atau serpihan plywood akibat proses pemotongan untuk keperluan

pembuatan bekisting.

• Kesalahan pada saat pemakaian/pengolahan material (mean = 2.21).

Kesalahan dalam pemakaian/pengolahan material bisa menyebabkan

Page 33: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

51

terjadinya sisa material di lapangan, misalnya kesalahan ukuran

bekisting sehingga perlu dilakukannya pemotongan bekisting.

D. Lain-lain :

• Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa (mean =

2.36). Manajemen yang buruk terhadap masalah sisa material menjadi

salah satu penyebab yang bisa memberikan dampak yang buruk bagi

lingkungan. Kontraktor dalam hal ini tidak merencanakan secara jelas

penanganan yang seharusnya dilakukan terhadap material dan sisa

material plywood yang ditimbulkan. Manajemen material secara

keseluruhan berupa persiapan daftar estimasi kebutuhan material,

transportasi & peralatan (murah dan terbaik), jaminan pengiriman

material yang tepat waktu, jaminan kualitas & pengendalian untuk

pemenuhan spesifikasi yang diminta serta estimasi sisa material dan

rencana penanganan sisa material plywood, berupa rencana

penggunaan ulang, dll (Budiadi, 2008).

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan oleh

kontraktor berupa estimasi jumlah material yang diperlukan agar disesuaikan

dengan kebutuhan, termasuk mengatur jadwal pengiriman dan pengadaan

material. Ini berkaitan pula dengan ketersediaa nnya tempat material yang baik

yakni bebas dari gangguan cuaca. Selain itu penggunaan tenaga kerja yang

berpengalaman akan membantu kontraktor dalam meminimalisir sisa material

yang terjadi akibat kesalahan ataupun kecerobahan pekerja, termasuk

meningkatkan pula pengontrolan dan pengawasan di lapangan.

Page 34: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

52

8) Campuran Beton.

Tabel 4.23. Rata -Rata Penyebab Sisa Material Campuran Beton

Kemudian, rata-rata penyebab sisa material campuran beton diurutkan

lagi berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan dikelompokan

berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.24 di bawah ini.

Tabel 4.24. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material campuran beton

Dari Tabel 4.24 terlihat bahwa penyebab utama terjadinya sisa material

campuran beton, adalah :

SumberUrutan

Peringkat Penyebab Sisa Material Campuran Beton Mean

Desain 2 Perubahan Desain 2.501 Cuaca yang buruk 2.713 Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja 2.505 Kerusakan akibat pemindahan material di area proyek 2.294 Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi 2.507 Kesalahan pada saat pemakaian/pengolahan materaial 2.14

Lain-lain 6 Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa 2.21

Pelaksanaan

Sisa

Page 35: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

53

A. Desain :

• Perubahan desain (mean = 2.50). Perubahan desain mengakibatkan

perubahan pula pada volume struktur, dan dapat menimbulkan sisa

material. Campuran beton yang dibuat tidak disesuaikan dengan

perubahan desain sehingga terjadi perbedaan volume. Misalnya,

volume beton kolom 5m3, namun terjadi perubahan desain yang

menyebabkan volume beton berkurang menjadi 4.6m3, sehingga 0.4m3

beton yang sudah tercampur jika tidak digunakan lagi akan mengeras

dan dibuang.

B. Pelaksanaan :

• Cuaca yang buruk (mean = 2.71). Cuaca yang buruk/hujan dapat

mengakibatkan penghentian sementara pekerjaan pengecoran di

lapangan, terutama di area terbuka mengakibatkan campuran beton

mengeras, sehingga menjadi sisa material (Gambar 4.6).

Gambar 4.6. Sisa material Campuran Beton yang sudah mengeras

• Kesalahan.kecerobohan yang dibuat oleh pekerja (mean = 2.50).

Pekerja salah melakukan perbandingan campuran sehingga campuran

yang tersebut tidak dapat digunakan lagi dan harus dibuang. Hal ini

menyebabkan terjadinya sisa material di lapangan

Page 36: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

54

• Kerusakan akibat pemindahan material di area proyek (mean = 2.29).

Misalnya campuran beton yang tumpah atau tercecer, sehingga

tercampur dengan tanah dan mengeras, mengakibatkan terjadinya sisa

material di lapangan.

C. Sisa :

• Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi (mean = 2.50). Sisa

pemakaian material campuran beton yang sudah dipakai tidak bisa

digunakan lagi, karena sudah mengeras. Sehingga menimbulkan sisa

material di lapangan.

• Kesalahan pada saat pemakaian/pengolahan material (mean = 2.14).

Kesalahan dalam melakukan pencampuran, misalnya salah

perbandingan semen, pasir, agregat, dan air. Sehingga harus

melakukan pencampuran ulang, yang menyebabkan campuran beton

sebelumnya menjadi tidak terpakai lagi dan menjadi sisa material di

lapangan.

D. Lain-lain :

• Kurangnya perencanaan manajemen terhadap material sisa (mean =

2.21). Misalnya, sisa material campuran beton yang dibiarkan begitu

saja di lapangan tanpa ada penanganan yang tepat oleh kontraktor

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan oleh

kontraktor berupa estimasi jumlah dan perbandingan material campuran agar

tidak terjadi kesalahan dalam hal kualitas maupun volume campuran. Selain

itu, dapat dilakukan pula dengan pengontrolan dan pengawasan pekerjaan

yang baik oleh kontraktor.

b) Penyebab Sisa Material Beton Ready mixed (RM)

Analisa data mengenai penyebab sisa material untuk beton ready mixed,

adalah seperti pada Tabel 4. 25 sampai dengan Tabel 4. 34, dimana nilai rata-

rata penyebab sisa materialnya diurutkan dari nilai terbesar sampai terkecil.

Page 37: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

55

1) Beton Ready mixed

Tabel 4.25. Rata-rata penyebab sisa material Beton Ready mixed

Kemudian, rata -rata penyebab sisa material beton ready mixed

diurutkan lagi berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan

dikelompokan berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.26 di bawah ini.

Tabel 4.26. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material Beton Ready

mixed

Dari Tabel 4.26 terlihat bahwa faktor penyebab terjadinya sisa material beton

ready mixed adalah :

A. Pengadaan Material :

• Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil (mean = 2.04).

Beton ready mixed yang dipesan umumnya mempunyai persyaratan

Sumber Urutan Peringkat

Penyebab Sisa Material Beton Ready Mix Mean

Pengadaan Material 2 Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil 2.04Pelaksanaan 1 Cuaca yang buruk 2.15

Page 38: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

56

pesanan minimum. Misalnya, pesanan minimum dari pihak supplier

adalah 4 m3, padahal kebutuhan untuk pengecoran di lapangan

hanyalah 3.8 m3 saja, sehingga terjadi sisa material sebesar 0.2 m3

(Gambar 4.7).

Gambar 4.7. Sisa Material Beton Ready mixed

B. Pelaksanaan :

• Cuaca yang buruk (mean = 2.15) dapat menyebabkan keterlambatan

pengecoran dimana beton yang ada pada truck mixer dapat mengeras.

Hal ini juga diakibatkan tidak tersedianya bahan additive dilapangan

untuk memperlambat setting time campuran beton. Sehingga campuran

beton menjadi mengeras dan rusak.

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan oleh kontraktor

berupa estimasi pemesanan material agar sesuai dengan kebutuhan termasuk

rencana penggunaan kelebihan material jika ada .

Page 39: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

57

2) Besi Beton

Tabel 4.27. Rata-rata penyebab sisa material besi beton

Kemudian, rata-rata penyebab sisa material besi beton diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan dikelompokan

berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.28 di bawah ini.

Tabel 4.28. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material besi beton

Dari Tabel 4.28 terlihat bahwa faktor penyebab terjadinya sisa material besi

beton adalah :

Sumber Urutan Peringkat Penyebab Sisa Material Besi Beton Mean

Desain 2 Perubahan Desain 2.15Pelaksanaan 1 Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja 2.22

Sisa 3 Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi 2.04

Page 40: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

58

A. Desain :

• Perubahan desain (mean = 2.15). Perubahan desain dapat berasal dari

pihak owner maupun pihak perencana. Perubahan desain dari pihak

owner, dapat terjadi karena perubahan denah maupun perubahan

fungsi/penggunaannya. Sedangkan perubahan desain dari pihak

perencana, dapat terjadi karena perencanaan yang kurang sempurna,

sehingga perlu membongkar bagian pekerjaan yang sudah dibuat dan

diganti dengan bagian yang sesuai dengan perubahan rencana

dimaksud (Intan, 2005). Misalnya perubahan dari owner yang

menginginkan ruangan dengan kesan yang luas tanpa kolom, maka

kontraktor akan membongkar kolom dan menimbulkan sisa mater ial

dalam bentuk cor-coran beton dan besi tulangan.

B. Pelaksanaan :

• Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja (mean = 2.22).

Minimnya tingkat pendidikan pekerja serta kurangnya pengalaman

kerja dalam bidang konstruksi, menyebabkan pekerja sering

melakukan kesalahan serta kecerobohan di lapangan (Intan, 2005).

Misalnya, kesalahan pemotongan besi tulangan ataupun penggunaan

ukuran/tipe besi beton yang tidak sesuai.

C. Sisa :

• Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi (mean = 2.04). Sisa

pemakaian material tidak dapat dipakai lagi berupa sisa-sisa cor-coran

beton bertulang akibat pembongkaran struktur bangunan. Hal ini dapat

dilihat pada Gambar 4.8..

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan berupa

kerjasama dengan konsultan yang berpengalaman sehingga dapat

meminimalisir terjadinya perubahan desain, termasuk dalam penyajian gambar

kerja yang jelas. Kontakt or juga diharuskan membuat estimasi kebutuhan

material termasuk jadwal pengiriman mapun rencana pengunaan ulang

ataupun rencana pemisahan sisa material untuk daur ulang. .

Page 41: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

59

Gambar 4.8 Sisa Material Besi Beton

3) Kawat Beton

Tabel 4.29. Rata-rata penyebab sisa material kawat beton

Page 42: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

60

Kemudian, rata-rata penyebab sisa material kawat beton diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan dikelompokan

berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.30 di bawah ini.

Tabel 4.30. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material kawat beton

Dari Tabel 4.30 terlihat bahwa faktor penyebab terjadinya sisa material kawat

beton adalah :

A. Desain :

• Perubahan Desain (mean = 2.11). Perubahan desain dapat berasal dari

pihak owner maupun pihak perencana. Perubahan desain dari pihak

owner, dapat terjadi karena perubahan denah maupun perubahan

fungsi/penggunaannya. Sedangkan perubahan desain dari pihak

perencana, dapat terjadi karena perencanaan yang kurang sempurna,

sehingga perlu membongkar bagian pekerjaan yang sudah dibuat dan

diganti dengan bagian yang sesuai dengan perubahan rencana

dimaksud (Intan, 2005). Dalam hal ini, bagian struktur yang sudah

selesai dikerjakan harus dibongkar lagi, sehingga menimbulkan sisa

material kawat beton dalam bentuk cor-coran beton. Misalnya

perubahan dari owner yang menginginkan ruangan dengan kesan yang

luas tanpa kolom, maka kontraktor akan membongkar kolom dan

menimbulkan sisa material dalam bentuk cor-coran beton.

B. Sisa :

• Sisa material karena proses pemakaian (mean = 2.15). Sisa material

karena proses pemakaian biasanya berupa sisa kawat beton yang secara

tidak sengaja dibiarkan/dibuang begitu saja setelah pekerjaan tulangan,

karena bentuknya yang kecil (Gambar 4.9).

SumberUrutan

PeringkatPenyebab Sisa Material Kawat Beton Mean

Desain 2 Perubahan Desain 2.11Sisa 1 Sisa material karena proses pemakaian 2.15

Page 43: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

61

Gambar 4.9 Sisa material Kawat Beton

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan oleh

kontraktor berupa estimasi kebutuhan agar tidak terjadi kelebihan material,

termasuk pengawasan terhadap penggunaanya oleh pekerja di lapangan agar

tidak tercecer, dll.

4) Kayu Bekisting.

Tabel 4.31. Rata-rata penyebab sisa material kayu bekisting

Page 44: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

62

Kemudian, rata-rata penyebab sisa material kayu bekisting diurutkan

lagi berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan dikelompokan

berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.32 di bawah ini.

Tabel 4.32. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material kayu bekisting

Dari Tabel 4.32 terlihat bahwa faktor penyebab terjadinya sisa material kayu

bekisting adalah :

A. Desain :

• Perubahan desain (mean = 2.30). Perubahan desain dapat berasal dari

pihak owner maupun pihak perencana. Perubahan desain dari pihak

owner, dapat terjadi karena perubahan denah maupun perubahan

fungsi/penggunaannya. Sedangkan perubahan desain dari pihak

perencana, dapat terjadi karena perencanaan yang kurang sempurna,

sehingga perlu membongkar bagian pekerjaan yang sudah dibuat dan

diganti dengan bagian yang sesuai dengan perubahan rencana

dimaksud (Intan, 2005). Perubahan desain menyebabkan perubahan

ukuran bekisting dimana terjadi pemotongan ukuran bekisting

sehingga menimbulkan sisa material dalam bentuk sisa

potongan/serpihan kayu.

B. Pelaksanaan :

• Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja (mean = 2.19). Saat

melakukan pekerjaan bekisting, pekerja membongkar bekisting secara

sembarangan sehingga menyebabka n rusaknya kayu bekisting dalam

bentuk serpihan kayu/potongan kayu bekisitng.

• Cuaca yang buruk (mean = 2.19) dapat menyebabkan kayu bekisting

menjadi rusak, terutama bila diletakkan di area terbuka dan tanpa

SumberUrutan

Peringkat Penyebab Sisa Material Kayu Bekisting Mean

Desain 2 Perubahan Desain 2.304 Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja 2.195 Cuaca yang buruk 2.196 Kerusakan akaibat pemindahan material di dalam area proyek 2.041 Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi 2.333 Sisa material karena proses pemakaian 2.22

Pelaksanaan

Sisa

Page 45: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

63

perlindungan yang menyebabkan kayu bekisting mudah rusak ketika

digunakan sehingga mengurangi jumlah keberulangan penggunaan

kayu bekisting dan menjadi sisa material.

C. Sisa :

• Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi (mean = 2.33).

Material kayu bekisting memiliki keterbatasan jumlah keberulangan

pemakaian, dimana material kayu akan mengalami kerusakan setelah

empat sampai lima kali pemakaian, yang diakibatkan karena pelepasan

bekisting ketika beton telah mengering, serta kerusakan permukaan

kayu yang diakibatkan oleh ditanamnya paku untuk menyatukan

bagian-bagian bekisting. Kedua jenis kerusakan inilah yang paling

berpengaruh dalam keberulangan pemakaian material bekisting.

Sehingga kayu bekisting tersebut tidak dapat dipergunakan lagi dan

dibuang (Baharudin, 2008)

• Sisa material karena proses pemakaian (mean = 2,22). Sisa pemakaian

material tidak dapat dipakai lagi berupa potongan-potongan atau

serpihan kayu akibat pemotongan material kayu untuk keperluan

pembuatan bekisting.

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan oleh

kontraktor berupa estimasi jumlah material yang diperlukan agar disesuaikan

dengan kebutuhan termasuk mengatur jadwal pengiriman dan pengadaan. Hal

ini berkaitan pula dengan ketersediaannya tempat material yang baik, berupa

bebas dari gangguan cuaca. Selain itu penggunaan tenaga kerja yang

berpengalaman akan membantu kontraktor dalam meminimalisir sisa material

yang terjadi akibat kesalahan ataupun kecerobahan pekerja, termasuk

meningkatkan pula pengontrolan dan pengawasan di lapangan.

Page 46: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

64

5) Plywood .

Tabel 4.33. Rata -rata penyebab sisa material plywood

Kemudian, rata-rata penyebab sisa material plywood diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya (mean > 2.00), dan dikelompokan

berdasarkan sumbernya, seperti pada Tabel 4.34 di bawah ini.

Tabel 4.34. Urutan Peringkat Rata-rata penyebab sisa material plywood

Dari Tabel 4.34 terlihat bahwa faktor penyebab terjadinya sisa material

plywood adalah :

SumberUrutan

PeringkatPenyebab Sisa Material Plywood Mean

Desain 5 Perubahan Desain 2.152 Cuaca yang buruk 2.264 Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja 2.196 Kerusakan akaibat pemindahan material di dalam area proyek 2.041 Sisa material karena proses pemakaian 2.303 Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi 2.267 Kesalahan pada saat pemakaian/pengolahan materaial 2.04

Pelaksanaan

Sisa

Page 47: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

65

A. Desain :

• Perubahan desain (mean = 2.15). Perubahan desain dapat berasal dari

pihak owner maupun pihak perencana. Perubahan desain dari pihak

owner, dapat terjadi karena perubahan denah maupun perubahan

fungsi/penggunaannya. Sedangkan perubahan desain dari pihak

perencana, dapat terjadi karena perencanaan yang kurang sempurna,

sehingga perlu membongkar bagian pekerjaan yang sudah dibuat dan

diganti dengan bagian yang sesuai dengan perubahan rencana

dimaksud (Intan, 2005). Perubahan desain menyebabkan perubahan

ukuran bekisting dimana terjadi pemotongan ukuran bekisting

sehingga menimbulkan sisa material dalam bentuk sisa

potongan/serpihan kayu dan plywood .

B. Pelaksanaan :

• Cuaca yang buruk (mean = 2.26). Cuaca yang buruk (hujan) dapat

menyebabkan plywood menjadi rusak, terutama bila diletakkan di area

terbuka dan tanpa perlindungan yang menyebabkan plywood mudah

rusak ketika digunakan sehingga mengurangi jumlah keberulangan

penggunaan plywood sebagai material penyusun bekisting dan menjadi

sisa material.

• Kesalahan/kecerobohan yang dibuat oleh pekerja (mean = 2,19). Saat

melakukan pekerjaan bekisting, pekerja membongkar bekisting secara

sembarangan sehingga menyebabkan rusaknya plywood dalam bentuk

serpihan/potongan plywood.

• Kerusakan akibat pemindahan material di dalam area proyek (mean =

2,04). Misalnya, saat memindahkan material plywood, pekerja

menumpuk material terlalu banyak di dalam alat pemindahan, sehingga

plywood jatuh dan patah, dan tidak dapat digunakan lagi. Hal ini

menyebabkan terjadinya sisa material di lapangan.

C. Sisa :

• Sisa material karena proses pemakaian (mean = 2.30). Material

plywood memiliki keterbatasan jumlah keberulangan pemakaian,

dimana material plywood akan mengalami kerusakan setelah lima

Page 48: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

66

sampai delapan kali pemakaian, yang diakibatkan karena pelepasan

bekisting ketika beton telah mengering, serta kerusakan permukaan

plywood yang diakibatkan oleh ditanamnya paku untuk menyatukan

bagian-bagian bekisting. Kedua jenis kerusakan inilah yang paling

berpengaruh dalam keberulangan pemakaian material bekisting.

Sehingga material plywood tersebut tidak dapat dipergunakan lagi dan

dibuang (Baharudin, 2008), hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Sisa Material Bekisting Berupa Kayu dan Plywood

• Sisa pemakaian material tidak dapat dipakai lagi (mean = 2.26). Sisa

pemakaian material tidak dapat dipakai lagi berupa potongan-potongan

atau serpihan plywood akibat pemotongan plywood untuk keperluan

pembuatan bekisting.

• Kesalahan pada saat pemakaian/pengolahan material(mean = 2,04).

Kesalahan dalam pemakaian/pengolahan material bisa menyebabkan

terjadinya sisa material di lapangan, misalnya salah memakai

ukuran/jenis plywood.

Dari penyebab diatas, penanganan yang dapat dilakukan oleh

kontraktor berupa estimasi jumlah material yang diperlukan agar disesuaikan

Page 49: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

67

dengan kebutuhan termasuk mengatur jadwal pengiriman dan pengadaan. Hal

ini berkaitan pula dengan ketersediaannya tempat penyimpanan material yang

baik yakni bebas dari gangguan cuaca. Selain itu penggunaan tenaga kerja

yang berpengalaman akan membantu kontraktor dalam meminimalisir sisa

material yang terjadi akibat kesalahan ataupun kecerobahan pekerja, termasuk

meningkatkan pula pengontrolan dan pengawasan di lapangan.

4.2.4. Penanganan Sisa Material

Penelitian tentang penanganan sisa material, terdiri atas 2 bagian, yakni

penanganan sisa material pada beton Site Mix (SM) dan sisa material pada

beton Ready mixed (RM).

A. Penanganan Sisa Material Beton Site Mix (SM)

Analisa data mengenai penanganan sisa material untuk beton site mix,

adalah seperti pada Tabel 4. 36 sampai dengan Tabel 4. 50 dimana nilai

rata-rata penyebab sisa materialnya diurutkan berdasarkan sumber

penyebabnya.

1) Semen

Tabel 4.35. Rata-rata Penanganan Sisa Material Semen

Page 50: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

68

Kemudian, rata-rata penanganan sisa material pasir diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai cara

penanganannya, seperti pada Tabel 4.36 di bawah ini.

Tabel 4.36. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material semen

Dari Tabel 4.36, hasil analisa rata-rata penanganan yang diambil untuk

mengurangi sisa material semen adalah :

a) Penanganan berupa reduce yaitu :

• Membuat tempat penyimpanan/penumpukan material semen yang

memenuhi syarat (mean = 3.93).

Hal ini dapat berupa gudang dengan lantai kerja beton agar semen

terlindung dari cuaca buruk, seperti hujan & lembab yang dapat

merusak semen.

• Pengaturan letak tumpukan material semen di tempat penyimpanan

(mean = 3.79) .

Misalnya, memberi alas berupa kayu agar semen tidak basah ataupun

lembab karena bersentuhan langsung dengan tanah dan rusak akibat

cuaca (Gambar 4.11).

• Mengontrol jumlah material semen yang dikirim ke lapangan (mean =

3.71).

Hal ini bertujuan supaya tidak menimbun material semen dalam

jumlah banyak sehingga menyebabkan kerusakan karena kondisi cuaca

yang buruk (hujan) dan lembab di lapangan. Pengontrolan inipun dapat

dilakukan dengan sistem FIFO (First In First Out), yaitu menggunakan

semen yang dikirim lebih awal, sehingga semen tidak mengeras karena

terlalu lama disimpan. (Budiadi,2008).

Cara Penanganan

Urutan Peringkat

Penanganan Sisa Material Semen Mean

1 Tempat penyimpanan material yang tahan terhadap cuaca 3.932 Pengaturan letak tumpukan material di tempat penyimpanan 3.793 Kontrol ketepatan jumlah material yang dikirim ke proyek 3.714 Pengaturan jadwal pengiriman material 3.576 Komunikasi dalam rapat untuk usaha mengurangi sisa material 2.64

REUSE 5 Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa material 3.57SALVAGE 7 Pengaturan jadwal pembuangan sisa material 2.64

REDUCE

Page 51: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

69

• Mengatur jadwal pengiriman material semen ke lapangan sesuai

dengan kebutuhan (mean = 3.57).

Hal ini berupa pembuatan jadwal pengadaan material semen, sehingga

dapat disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

• Selain itu, komunikasi dalam rapat juga membantu mengurangi sisa

material di lapangan karena adanya jalur informasi yang baik dalam

setiap elemen organisasi proyek (mean = 2.64). Misalnya,

penyampaian informasi tentang volume kebutuhan di lapangan,

pengadaan material, dan lain-lain.

Gambar 4.11. Penanganan Semen Dengan Menggunakan Alas Kayu

b) Penanganan berupa reuse yaitu, membuat rencana perlindungan,

penyimpanan dan pemindahan sisa material semen (mean = 3.57).

Hal ini berupa pengaturan lokasi penyimpanan dan penanganan sisa

material semen yang kemasannya sudah dibuka dan terpakai sebagian

sehingga bisa digunakan lagi untuk pekerjaan lainnya, atau sisa material

dalam bentuk campuran beton yang mengeras, yang bisa digunakan

sebagai urugan.

Page 52: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

70

c) Penanganan berupa salvage yaitu membuat jadwal untuk membuang sisa

material semen yang tidak dapat digunakan lagi (mean = 2.63). Biasanya

dilakukan bersamaan dengan pembuangan sampah konstruksi lainnya.

2) Pasir

Tabel 4.37. Rata -rata Penanganan Sisa Material Pasir

Kemudian, rata-rata penanganan sisa material pasir diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai cara

penanganannya, seperti pada Tabel 4.38 di bawah ini.

Tabel 4.38. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material pasir

Cara Penanganan

Urutan Peringkat Penanganan Sisa Material Pasir Mean

1 Pengaturan jadwal pengiriman material 3.712 Kontrol ketepatan jumlah material yang dikirim ke proyek 3.573 Pengaturan letak tumpukan material di tempat penyimpanan 3.144 Penggunaan kembali sisa material di lapangan. 2.93

REUSE 5 Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa material 2.86

REDUCE

Page 53: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

71

Dari Tabel 4.38, hasil analisa rata-rata penanganan yang diambil untuk

mengurangi sisa material pasir yaitu :

a) Penanganan berupa reduce yaitu

• Mengatur jadwal pengiriman material pasir ke lapangan sesuai dengan

kebutuhan (mean = 3.71).

Hal ini bertujuan supaya tidak menimbun pasir dalam jumlah yang

banyak sehingga menyebabkan pasir tercecer, bercampur dengan tanah

maupun dilindas kendaraan.

• Mengontrol jumlah material pasir yang dikirim ke lapangan (mean =

3.57).

Tindakan ini bertujuan agar jumlah material pasir tidak melebihi

jumlah yang dibutuhkan sehingga menimbulkan sisa material di

lapangan pada akhir proyek.

• Mengatur letak tumpukan material di tempat penyimpanan, dengan

tujuan untuk mencegah penimbunan pasir dalam jumlah yang banyak

melebihi kapasitas tempat yang yang tersedia di lapangan (mean =

3.14).

• Penggunaan kembali sisa material pasir berupa menggunakan pasir

yang sudah bercampur dengan tanah sebagai urugan setelah pondasi

dikerjakan (mean = 2.93).

b) Penanganan berupa reuse yaitu membuat rencana perlindungan,

penyimpanan dan pemindahan sisa material pasir (mean = 2.86).

Hal ini dapat berupa pengaturan lokasi timbunan pasir agar mempermudah

penggunaan kembali sisa material pasir ketika dibutuhkan, misalnya untuk

urugan.

Page 54: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

72

3) Agregat

Tabel 4.39. Rata-rata Penanganan Sisa Material Agregat

Kemudian, rata-rata penanganan sisa material agregat diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai cara

penanganannya, seperti pada Tabel 4.40 di bawah ini.

Tabel 4.40. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material agregat

Dari Tabel 4.40, hasil analisa rata-rata penanganan yang diambil untuk

mengurangi sisa material agregat yaitu :

a) Penanganan berupa reduce yaitu :

• Mengatur jadwal pengiriman material agregat ke lapangan sesuai

dengan kebutuhan (mean = 3.64).

Cara Penanganan

Urutan Peringkat Penanganan Sisa Material Agregat Mean

1 Pengaturan jadwal pengiriman material 3.642 Kontrol ketepatan jumlah material yang dikirim ke proyek 3.503 Pengaturan letak tumpukan material di tempat penyimpanan 3.145 Penggunaan kembali sisa material di lapangan. 2.79

REUSE 4 Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa material 2.86SALVAGE 6 Pengaturan jadwal pembuangan sisa material 2.57

REDUCE

Page 55: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

73

Hal ini bertujuan agar tidak menimbun agregat dalam jumlah yang

banyak sehingga menyebabkan agregat tercecer akibat dilindas

kendaraan proyek ataupun pekerja.

• Mengontrol ketepatan jumlah material agregat yang dikirim ke

lapangan (mean = 3.50).

Tindakan ini bertujuan agar material agregat tidak melebihi jumlah

yang dibutuhkan sehingga menimbulkan sisa material pada akhir

proyek di lapangan.

• Kontraktor juga menyediakan tempat khusus untuk lokasi penimbunan

material agregat (mean = 3.14).

Letak tempat penimbunan dipilih sedemikian rupa sehingga tidak

menghalangi akses masuk dan keluar kendaraan maupun pekerja ke

area proyek.

• Penggunaan kembali sisa material di lapangan (mean = 2.79).

Tindakan ini berupa rencana penggunaan kembali sisa material agregat

yang akan ditimbulkan, misalnya penggunaan kembali untuk pekerjaan

pemadatan tanah atau urugan.

b) Penanganan berupa Reuse yaitu membuat rencana perlindungan,

penyimpanan dan pemindahan sisa material agregat (mean = 2.86).

Hal ini dapat berupa pengaturan lokasi timbunan sisa material agregat agar

mempermudah penggunaan kembali ketika dibutuhkan.

c) Penanganan berupa Salvage yaitu membuat jadwal untuk membuang sisa

material agregat yang tidak dipergunakan lagi (mean = 2.57).

Page 56: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

74

4) Besi Beton

Tabel 4.41. Rata-rata Penanganan Sisa Material Besi Beton

Kemudian, rata-rata penanganan sisa material besi beton diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai cara

penanganannya, seperti pada Tabel 4.42 di bawah ini.

Tabel 4.42. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material besi beton

Dari Tabel 4.42, hasil analisa rata-rata penanganan yang diambil untuk

mengurangi sisa material besi beton adalah :

a) Penanganan berupa reduce yaitu :

• Mengatur jadwal pengiriman material besi beton ke lapangan sesuai

dengan kebutuhan (mean = 3.71). Tindakan ini bertujuan agar tidak

Cara Penanganan

Urutan Peringkat Penanganan Sisa Material Besi Beton Mean

1 Pengaturan jadwal pengiriman material 3.712 Kontrol ketepatan jumlah material yang dikirim ke proyek 3.433 Pengaturan letak tumpukan material di tempat penyimpanan 3.435 Penyediaan area pemotongan material 3.146 Tempat penyimpanan material yang tahan terhadap cuaca 2.937 Komunikasi dalam rapat untuk usaha mengurangi sisa material 2.71

REUSE 4 Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa material 3.21SALVAGE 8 Pengaturan jadwal pembuangan sisa material 2.64

REDUCE

Page 57: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

75

terjadi penumpukan material dalam jumlah besar di lokasi proyek

sehingga menyulitkan kontraktor untuk melakukan pengontrolan dan

perencanaan perlindungan material terhadap kerusakan akibat cuaca.

• kontrol ketepatan jumlah besi beton yang dikirim ke proyek (mean =

3.43). Tindakan ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan pengiriman

material di lapangan yang akan mempengaruhi aktifitas proyek

lainnya. Misalnya pekerjaan pengecoran yang terhambat karena

adanya tulangan yang belum terpasang. Tindakan ini juga berpengaruh

terhadap tata letak tumpukan dan tempat penyimpanan besi beton

(mean = 3.43) dengan tujuan untuk mengurangi resiko kerusakan besi

beton berupa karat (Gambar 4.12 ) dan akibat gangguan cuaca yang

buruk (mean = 2.93).

Gambar 4.12. Besi beton yang diberi perlindungan

• Penyediaan area pemotongan besi beton (mean = 3.14) dilakukan

berupa penyediaan area khusus untuk pekerjaan pembesian, terutama

pemotongan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam

pelaksanaan dan pengontrolan pekerjaan pembesian sehingga

meminimalisir kemungkinan terjadi kesalahan pemotongan tulangan.

Page 58: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

76

• Selain itu komunikasi dalam rapat menjadi salah satu cara untuk

mengurangi sisa material besi beton (mean = 2.71). Hal ini bertujuan

agar tidak terjadi kesalahan pemesanan maupun kesalahan pekerjaan

pembesian yang dapat menimbulkan sisa material di lapangan.

b) Penanganan berupa reuse yaitu, membuat rencana perlindungan,

penyimpanan dan pemindahan sisa material besi beton (mean = 3.21). Hal

ini dapat berupa pengaturan lokasi & pendataan material serta

perlindungan atau penyimpanan sisa material besi beton agar

mempermudah penggunaan kembali ketika dibutuhkan. Misalnya,

penggunaan ulang untuk angker dan lain-lain.

c) Penanganan berupa salvage yaitu membuat jadwal untuk membuang sisa

material besi beton yang tidak dipergunakan lagi atau yang rusak karena

karat (mean = 2.64).

5) Kawat Beton

Tabel 4.43. Rata-rata Penanganan Sisa Material Kawat Beton

Page 59: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

77

Kemudian, rata-rata penanganan sisa material kawat beton diurutkan

lagi berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai cara

penanganannya, seperti pada Tabel 4.44 di bawah ini.

Tabel 4.44. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material kawat beton

Dari Tabel 4.44 hasil analisa rata-rata penanganan yang diambil untuk

mengurangi sisa material kawat beton adalah :

a) Penanganan berupa reduce yaitu :

• Mengatur jadwal pengiriman material kawat beton ke lapangan sesuai

dengan kebutuhan (mean = 3.36) termasuk mengontrol ketepatan

jumlah material kawat beton agar sesuai dengan kebutuhan (mean =

3.21)

• Mengatur tempat penyimpanan material kawat beton yang tahan

terhadap cuaca yang buruk (mean = 2.93) sehingga kawat beton

berkarat dan mudah putus.

b) Penanganan berupa reuse yaitu, membuat rencana perlindungan,

penyimpanan dan pemindahan sisa material kawat beton, untuk

mempermudah penggunaan kembali ketika dibutuhkan (mean = 2.86).

c) Penanganan berupa Salvage yaitu membuat jadwal untuk membuang sisa

material kawat beton yang tidak dipergunakan lagi akibat rusak atau putus

(mean = 2.64). Biasanya jadwal pembuangan material ini dilakukan

bersama-sama dengan sisa material la in, seperti kayu, plywood, dan lain-

lain.

Cara Penanganan

Urutan Peringkat Penanganan Sisa Material Kawat Beton Mean

1 Pengaturan jadwal pengiriman material 3.362 Kontrol ketepatan jumlah material yang dikirim ke proyek 3.213 Tempat penyimpanan material yang tahan terhadap cuaca 2.93

REUSE 4 Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa material 2.86SALVAGE 5 Pengaturan jadwal pembuangan sisa material 2.64

REDUCE

Page 60: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

78

6) Kayu Bekisting.

Tabel 4.45. Rata -rata Penanganan Sisa Material Kayu Bekisting

Kemudian, rata-rata penanganan sisa material kayu bekisting diurutkan

lagi berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai cara

penanganannya, seperti pada Tabel 4.46 di bawah ini.

Tabel 4.46. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material kayu

bekisting

Dari Tabel 4.45, hasil analisa rata-rata penanganan yang diambil untuk

mengurangi sisa material kayu bekisting adalah :

Cara Penanganan

Urutan Peringkat Penanganan Sisa Material Kayu Bekisting Mean

1 Pengaturan jadwal pengiriman material 3.572 Kontrol ketepatan jumlah material yang dikirim ke proyek 3.503 Pengaturan letak tumpukan material di tempat penyimpanan 3.215 Penyediaan area pemotongan material 3.006 Penggunaan kembali sisa material di lapangan. 2.938 Tempat penyimpanan material yang tahan terhadap cuaca 2.869 Komunikasi dalam rapat untuk usaha mengurangi sisa material 2.64

REUSE 7 Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa material 2.93SALVAGE 4 Pengaturan jadwal pembuangan sisa material 3.21

REDUCE

Page 61: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

79

a) Penanganan berupa reduce yaitu :

• Mengatur jadwal pengiriman material kayu bekisting ke lapangan

sesuai dengan kebutuhan (mean = 3.57) dan disesuaikan dengan

kapasitas area penyimpanan dalam gudang (Gambar 4.13)

Gambar 4.13. Material kayu bekisting yang disimpan di gudang

• Kontrol ketepatan jumlah material kayu bekisting yang dikirim ke

lapangan (mean = 3.50).

Tindakan ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahaan pengiriman

material oleh supplier baik jumlah maupun kualitas kayu bekisting

yang buruk dan tidak sesuai pemesanan. Pembelian material kayu

disesuaikan juga dengan sistem pembelian kayu di pasaran (per 6

buah)

• Mengatur tempat penyimpanan material kayu bekisting yang tahan

terhadap cuaca, terutama hujan (mean = 2.86).

Tindakan ini bertujuan melindungi material terhadap kerusakan akibat

cuaca yang buruk yang mengakibatkan kayu bekisting mudah lapuk

dan rusak.

• Pengaturan tata letak tumpukan material di tempat lapangan (mean =

3.21).

Page 62: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

80

Hal ini bertujuan melindungi material kayu bekisting dari kerusakan

seperti genangan air atau lembab akibat bersentuhan langsung dengan

tanah dan mempermudah pengontrolan material dan sisa material.

• Penyediaan area pemotongan material kayu bekisting (mean = 3.00)

dengan tujuan untuk mempermudah pembuatan bekisting di lapangan.

Tindakan ini juga berkaitan dengan pengontrolan pekerjaan bekisting

agar tidak menimbulkan sisa material.

• Penggunaan kembali sisa material kayu bekisting di lapangan (mean =

2.93), dapat dilakukan dengan cara memisahkan sisa material kayu

bekisting sehingga mempermudah penggunaan kembali untuk proyek

yang sama maupun proyek yang berbeda. Selain itu penataan site juga

menunjang proses pemisahan material karena mempermudah

pengontrolan dan manajemen sisa material. (Greenwood, 2008).

• Selain itu komunikasi dalam rapat menjadi salah satu cara untuk

mengurangi material sisa kayu bekisting (mean = 2.64).

Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan pemesanan seperti

kelebihan material.

b) Penanganan berupa reuse yaitu, membuat rencana perlindungan,

penyimpanan, dan pemindahan sisa material kayu bekisting, untuk

mempermudah penggunaan kembali ketika dibutuhkan (mean = 2.93).

c) Penanganan berupa Salvage yaitu membuat jadwal untuk membuang sisa

material kayu bekisting yang tidak dipergunakan lagi (mean = 3.21).

Page 63: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

81

7) Plywood .

Tabel 4.47. Rata-rata Penanganan Sisa Material Plywood

Kemudian, rata-rata penanganan sisa material plywood diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai cara

penanganannya, seperti pada Tabel 4.48 di bawah ini.

Tabel 4.48. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material plywood

Dari Tabel 4.48, hasil analisa rata-rata penanganan yang diambil untuk

mengurangi sisa material plywood adalah :

Cara Penanganan

Urutan Peringkat Penanganan Sisa Material Plywood Mean

1 Pengaturan jadwal pengiriman material 3.572 Kontrol ketepatan jumlah material yang dikirim ke proyek 3.503 Pengaturan letak tumpukan material di tempat penyimpanan 3.216 Penyediaan area pemotongan material 3.007 Penggunaan kembali sisa material di lapangan. 2.938 Tempat penyimpanan material yang tahan terhadap cuaca 2.86

REUSE 4 Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa material 3.14SALVAGE 5 Pengaturan jadwal pembuangan sisa material 3.07

REDUCE

Page 64: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

82

a) Penanganan berupa reduce yaitu :

• Mengatur jadwal pengiriman material plywood ke lapangan sesuai

dengan kebutuhan (mean = 3.57) ) dan disesuaikan dengan kapasitas

area penyimpanan dalam gudang

• Kontrol ketepatan jumlah material plywood yang dikirim ke lapangan

(mean = 3.50). Tindakan ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahaan

pengiriman material oleh supplier baik jumlah maupun kualitas

plywood yang buruk dan tidak sesuai pemesanan.

• Penyediaan tempat penyimpanan yang tahan terhadap cuaca yang

buruk (mean = 2.86) termasuk pengaturan tata letak tumpukan

material di tempat penyimpanan (mean = 3.21). Tindakan ini bertujuan

melindungi material terhadap kerusakan akibat cuaca yang buruk yang

mengakibatkan plywood mudah lapuk dan rusak.

• Penyediaan area pemotongan material plywood (mean = 3.00) dengan

tujuan untuk mempermudah pembuatan bekisting di lapangan.

Tindakan ini juga berkaitan dengan pengontrolan pekerjaan bekisting

agar tidak menimbulkan sisa material.

• Penggunaan kembali sisa material plywood (mean = 2.93), dapat

dilakukan dengan cara memisahkan sisa material sehingga

mempermudah penggunaan kembali untuk proyek yang sama maupun

proyek yang berbeda. Selain itu penataan site juga menunjang proses

pemisahan material karena mempermudah pengontrolan dan

manajemen sisa material. (Gree dwood, 2008).

b) Penanganan berupa reuse yaitu membuat rencana perlindungan,

penyimpanan dan pemindahan material plywood , untuk mempermudah

penggunaan kembali ketika dibutuhkan (mean = 3.14).

c) Penanganan berupa Salvage yaitu membuat jadwal untuk membuang sisa

material plywood yang tidak dipergunakan lagi akibat pembongkaran

bekisting yang mengakibatkan kerusakan dan sisa-sisa material plywood

yang tidak dipakai lagi (mean =3.07)

Page 65: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

83

8) Campuran Beton.

Tabel 4.49. Rata-rata Penanganan Sisa Material Campuran Beton

Kemudian, rata -rata penanganan sisa material campuran beton

diurutkan lagi berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai

cara penanganannya, seperti pada Tabel 4.50 di bawah ini.

Tabel 4.50. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material campuran

beton

Dari Tabel 4.50, hasil analisa rata-rata penanganan yang diambil untuk

mengurangi sisa campuran beton adalah :

a) Penanganan berupa reduce yaitu :

• Mengatur waktu pengecoran (mean = 3.29) dilakukan agar campuran

beton tidak mengeras akibat tidak langsung digunakan.

Urutan Peringkat

Cara Penanganan

Penanganan Sisa Material Campuran Beton Mean

1 REDUCE Pengaturan waktu penegcoran 3,292 REDUCE Kontrol jumlah dan volume campuran beton 3,004 REDUCE Pengaturan tempat pengadukan campuran 2,795 REUSE Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa 2,643 SALVAGE Pengaturan jadwal pembuangan sisa material 2,86

Page 66: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

84

• Mengontrol jumlah dan volume dari campuran beton yang akan

digunakan agar tidak menimbulkan sisa campuran beton pada akhir

pengecoran (mean = 3.00) yang diakibatkan karena kelebihan volume

campuran beton.

• Pengaturan tempat pengadukan campuran beton (mean = 2.79) dengan

tujuan mengurangi terjadinya sisa material campuran beton akibat

proses pemindahan campuran beton ke tempat pengecoran.

b) Penanganan berupa Reuse berupa rencana perlindungan, penyimpanan dan

pemindahan sisa material (mean =2.64) yang dilakukan dengan cara

memisahkan sisa material campuran beton yang sudah mengeras sehingga

dapat digunakan lagi sebagai bahan ur ugan.

c) Penanganan berupa Salvage yaitu membuat jadwal untuk membuang sisa

campuran beton yang tidak dipergunakan lagi (mean = 2.86).

Sisa dalam bentuk campuran beton yang sudah mengeras yang ditampung

di area proyek kemudian dibuang ke TPA.

B) Penanganan Sisa Material Beton Ready mixed (RM)

Analisa data mengenai penanganan sisa material untuk beton ready mixed,

adalah seperti pada Tabel 4. 51 sampai dengan Tabel 4. 60, dimana nilai rata-

rata penyebab sisa materialnya diurutkan dari nilai terbesar sampai terkecil.

Page 67: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

85

1) Beton Ready mixed.

Tabel 4.51. Rata -rata Penanganan Sisa Material Beton Ready mixed

Kemudian, rata-rata penanganan sisa material beton ready mixed

diurutkan lagi berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai

cara penanganannya, seperti pada Tabel 4.52 di bawah ini.

Tabel 4.52. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material beton ready

mixed

Dari Tabel 4.52, hasil analisa rata-rata penanganan yang diambil untuk

mengurangi sisa material Beton Ready mixed adalah :

Cara Penanganan

Urutan Peringkat Penanganan Sisa Material Beton Ready Mix Mean

1 Kontrol ketepatan jumlah material yang dikirim ke proyek 3.672 Pengaturan jadwal pengiriman material 3.563 Komunikasi dalam rapat untuk usaha mengurangi sisa material 3.114 Estimasi tipe dan kuantitas sisa material yang akan dihasilkan 2.937 Penggunaan kembali sisa material di lapangan. 2.566 Membuat catatan sisa material yang dapat digunakan kembali 2.748 Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa material 2.78

SALVAGE 5 Pengaturan jadwal pembuangan sisa material 2.93

REDUCE

REUSE

Page 68: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

86

a) Penanganan berupa reduce yaitu :

• Mengontrol ketepatan jumlah beton ready mixed yang dikirim ke

lapangan agar sesuai dengan pesanan dan kebutuhan (mean = 3.67).

Hal ini dilakukan karena beton ready mixed tidak dapat dipesan dalam

jumlah kecil dan tidak memungkinkan dilakukannya perubahan secara

mendadak sehingga jika terjadi kelebihan beton ready mixed akan

menimbulkan sisa material di lapangan (Budiadi,2008)

• Mengatur jadwal pengiriman material beton ready mixed ke lapangan

sesuai dengan kebutuhan (mean = 3.56). Tindakan ini dilakukan agar

tidak terjadi antrian truck mixer yang mengakibatkan terlampauinya

setting time beton sehingga menyebabkan campuran beton mengeras

dan rusak.

• Selain itu komunikasi dalam rapat menjadi salah satu cara untuk

mengurangi sisa material berupa kelebihan mapun kekurangan material

(mean = 3.11). Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan

pemesanan, misalnya kesalahan pemesanan mutu beton ready mixed.

• Estimasi tipe dan kuantitas sisa material yang akan dihasilkan (mean =

2.93) dimana kontraktor membuat perhitungan yang jelas tentang

jumlah material yang dipesan. Hal ini berupa estimasi kebutuhan

jumlah volume beton ready mixed sesuai gambar kerja dan jumlah

pemesanan minimum dari supplier sehingga kontraktor dapat

memperkirakan jumlah sisa material yang nantinya ditimbulkan.

• Penggunaan kembali sisa material di lapangan (mean = 2,56). Dalam

hal ini sisa material dalam bentuk campuran beton yang sudah

mengeras. Rencana penggunaan ulang sisa material sebagai bahan

urugan atau pemadatan tanah.

b). Penanganan berupa reuse yaitu membuat catatan sisa material yang dapat

digunakan kembali (mean = 2,74). Hal ini berkaitan juga dengan membuat

rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan campuran beton

ready mixed (mean = 2.78). Tindakan yang dilakukan berupa pemindahan

dan penggunaan kembali campuran beton ready mixed yang sudah

mengeras, misalnya untuk pemadatan tanah (urugan).

Page 69: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

87

c). Penanganan berupa Salvage yaitu membuat jadwal untuk membuang sisa

campuran beton yang tidak dipergunakan lagi (mean = 2.93). Sisa material

dalam bentuk campuran beton yang sudah mengeras ditampung di area

proyek kemudian dibuang ke TPA.

2) Besi Beton.

Tabel 4.53. Rata-rata Penanganan Sisa Material Besi Beton

Kemudian, rata-rata penanganan sisa material besi beton diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai cara

penanganannya, seperti pada Tabel 4.54 di bawah ini.

Page 70: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

88

Tabel 4.54. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material besi beton

Dari Tabel 4.54, hasil analisa rata-rata penanganan yang diambil untuk

mengurangi sisa material besi beton adalah :

a) Penanganan berupa reduce yaitu :

• Menyediakan area pemotongan material besi beton (mean = 3.89). Hal

ini dilakukan agar mempermudah pekerjaan pembesian sehingga dapat

mengurangi sisa material akibat kesalahan pembesian (Gambar 4.14).

Gambar 4.14. Penyediaan area pemotongan besi beton

Cara Penanganan

Urutan Peringkat Penanganan Sisa Material Besi Beton Mean

1 Penyediaan area pemotongan material 3.892 Kontrol ketepatan jumlah material yang dikirim ke proyek 3.783 Pengaturan jadwal pengiriman material 3.704 Pengaturan letak tumpukan material di tempat penyimpanan 3.565 Komunikasi dalam rapat untuk usaha mengurangi sisa material 3.378 Tempat penyimpanan material yang tahan terhadap cuaca 3.229 Penggunaan kembali sisa material di lapangan. 3.19

12 Estimasi tipe dan kuantitas sisa material yang akan dihasilkan 3.006 Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa material 3.37

11 Identifikasi sisa material yang dapat dipisah tanpa kerusakan 3.1910 Membuat catatan sisa material yang dapat digunakan kembali 3.1913 Identifikasi sisa material yang bernilai jual kembali yang tinggi 2.9614 Pemisahan sisa material yang dapat didaur ulang 2.9316 Catatan sisa material yang dapat didaur ulang 2.707 Pengaturan jadwal pembuangan sisa material 3.26

15 Membuat catatan sisa material yang menjadi sampah 2.78

REDUCE

REUSE

SALVAGE

RECYCLE

Page 71: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

89

• Mengatur jadwal pengiriman material besi beton ke lapangan sesuai

dengan kebutuhan (mean = 3.70), termasuk pengontrolan jumlah

material besi beton yang dikirim (mean = 3.78) . Hal ini juga berkaitan

dengan tempat penyimpanan material besi beton (mean = 3.22) dan

tata letak tumpukan material (Gambar 4.15) di tempat penyimpanan

(mean = 3.56). Tindakan ini bertujuan untuk melindungi besi beton

dari kerusakan akibat cuaca yang buruk (Budiadi, 2008)

Gambar 4.15. Rencana Perlindungan Besi Beton Terhadap Hujan

• Selain itu komunikasi dalam rapat menjadi salah satu cara untuk

mengurangi sisa material besi beton (mean = 3.37).

Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan pemesanan maupun

kesalahan pekerjaan pembesian yang dapat menimbulkan sisa material

di lapangan.

• Penggunaan kembali sisa material besi beton di lapangan (mean =

3.19).

Hal ini dapat dilakukan dengan cara memisahkan sisa material besi

beton sehingga mempermudah penggunaan kembali untuk pekerjaan

lainnya. Selain itu penataan site juga menunjang proses pemisahan

Page 72: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

90

material karena mempermudah pengontrolan dan manajemen sisa

material. (Greenwood, 2008).

• Kontraktor membuat perhitungan yang jelas tentang jumlah material

besi beton yang diperlukan. Tindakan ini berupa estimasi tipe dan

kuantitas sisa material besi beton sesuai gambar kerja (mean = 3.00)

b) Penanganan berupa reuse yaitu :

• Membuat rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa

material besi beton.

Hal ini dapat berupa pengaturan lokasi & pendataan material agar

mempermudah penggunaan kembali sisa material besi beton ketika

dibutuhkan (mean = 3.37) (Budiadi,2008).

• Membuat catatan sisa material yang dapat digunakan kembali (mean =

3.19) termasuk mengidentifikasi sisa material besi beton yang dapat

dipisah tanpa kerusakan (mean = 3.19).

c) Penanganan berupa recycle yaitu identifikasi sisa material yang masih

bernilai tinggi (mean = 2.96) dan membuat catatan (mean = 2.70) serta

melakukan pemisahan terhadap sisa material besi beton yang dapat didaur

ulang (mean = 2.93). Biasanya pemisahan sisa material dilakukan juga

dengan mempertimbangkan penataan site yang benar sehingga menunjang

proses pemisahan material & sisa material serta mempermudah

pengontrolan dan manajemen sisa material. (Greenwood, 2008).

d) Penanganan berupa salvage yaitu membuat catatan sisa material yang akan

dibuang (mean = 2.78) serta pengaturan jadwal pembuangan sisa material

besi beton yang tidak dipergunakan lagi berupa sisa potongan besi beton

(mean = 3.26).

Page 73: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

91

3) Kawat Beton.

Tabel 4.55. Rata-rata Penanganan Sisa Material Kawat Beton

Kemudian, rata-rata penanganan sisa material kawat beton diurutkan

lagi berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai cara

penanganannya, seperti pada Tabel 4.56 di bawah ini.

Tabel 4.56. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material kawat beton

Dari Tabel 4.56, hasil analisa rata-rata penanganan yang diambil untuk

mengurangi sisa material kawat beton adalah :

a) Penanganan berupa reduce yaitu mengontrol jumlah material kawat beton

yang dikirim ke lapangan agar sesuai kebutuhan (mean = 3.44) dan

Cara Penanganan

Urutan Peringkat Penanganan Sisa Material Kawat Beton Mean

1 Kontrol ketepatan jumlah material yang dikirim ke proyek 3.442 Pengaturan jadwal pengiriman material 3.374 Tempat penyimpanan material yang tahan terhadap cuaca 2.93

REUSE 3 Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa material 3.008 Catatan sisa material yang dapat didaur ulang 2.529 Identifikasi sisa material yang bernilai jual kembali yang tinggi 2.52

SALVAGE 6 Pengaturan jadwal pembuangan sisa material 2.56

RECYCLE

REDUCE

Page 74: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

92

disimpan pada tempat yang terlindung dari cuaca yang bur uk (mean =

2.93). Hal ini dilakukan agar kawat beton tidak rusak karena karatan.

b) Penanganan berupa reuse yaitu, membuat rencana perlindungan,

pemyimpanan dan pemindahan sisa material kawat beton (mean = 3.00).

Ini bertujuan untuk mempermudah penggunaan ke mbali jika dibutuhkan.

c) Penanganan berupa recycle yaitu identifikasi sisa material yang masih

bernilai jual kembali yang tinggi (mean = 2.52) dan membuat catatan sisa

material sisa material kawat beton yang dapat didaur ulang (mean = 2.52).

d) Penanganan berupa Salvage yaitu membuat jadwal untuk membuang sisa

material kawat beton yang tidak dipergunakan lagi akibat rusak atau putus

(mean = 2.56).

4) Kayu Bekisting.

Tabel 4.57. Rata -rata Penanganan Sisa Material Kayu Bekisting

Kemudian, rata-rata penanganan sisa material kayu bekisting diurutkan

lagi berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai cara

penanganannya, seperti pada Tabel 4.58 di bawah ini.

Page 75: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

93

Tabel 4.58. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material kayu

bekisting.

Dari Tabel 4.58, hasil analisa rata-rata penanganan yang diambil untuk

mengurangi sisa material kayu bekisting adalah :

a) Penanganan berupa reduce yaitu :

• Mengatur jadwal pengiriman material kayu bekisting ke lapangan

sesuai dengan kebutuhan (mean = 3.44) dan disesuaikan dengan

kapasitas area penyimpanan dalam gudang , termasuk mengontrol

ketepatan jumlah material kayu bekisting yang dikirim ke lapangan

(mean = 3.59).

• Mengatur tempat penyimpanan material kayu bekisting yang tahan

terhadap cuaca, terutama hujan (mean = 3.19) termasuk tata letak

tumpukan material di tempat penyimpanan (mean = 3.56)

• Penyediaan area pemotongan material kayu bekisting (mean = 3.63)

dengan tujuan untuk mempermudah pembuatan bekisting di lapangan.

• Penggunaan kembali sisa material kayu bekisting di lapangan (mean =

3.04)

Hal ini dapat dilakukan dengan cara memisahkan sisa material kayu

bekisting sehingga mempermudah penggunaan kembali untuk proyek

yang sama maupun proyek yang berbeda. Selain itu penataan site juga

Cara Penanganan

Urutan Peringkat Penanganan Sisa Material Kayu Bekisting Mean

1 Penyediaan area pemotongan material 3.632 Kontrol ketepatan jumlah material yang dikirim ke proyek 3.593 Pengaturan letak tumpukan material di tempat penyimpanan 3.564 Pengaturan jadwal pengiriman material 3.447 Komunikasi dalam rapat untuk usaha mengurangi sisa material 3.229 Tempat penyimpanan material yang tahan terhadap cuaca 3.19

10 Estimasi tipe dan kuantitas sisa material yang akan dihasilkan 3.1512 Penggunaan kembali sisa material di lapangan. 3.045 Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa material 3.416 Membuat catatan sisa material yang dapat digunakan kembali 3.268 Identifikasi sisa material yang dapat dipisah tanpa kerusakan 3.22

13 Catatan sisa material yang dapat didaur ulang 2.9614 Pemisahan sisa material yang dapat didaur ulang 2.9315 Identifikasi sisa material yang bernilai jual kembali yang tinggi 2.7411 Pengaturan jadwal pembuangan sisa material 3.1116 Membuat catatan sisa material yang menjadi sampah 2.74

RECYCLE

SALVAGE

REDUCE

REUSE

Page 76: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

94

menunjang proses pemisahan material karena mempermudah

pengontrolan dan manajemen sisa material. (Greenwood, 2008).

• Selain itu komunikasi dalam rapat menjadi salah satu cara untuk

mengurangi material sisa kayu bekisting (mean = 3.22).

Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan pemesanan seperti

kelebihan material.

• Kontraktor membuat perhitungan yang jelas tentang jumlah material

kayu bekisting yang diperlukan.

Tindakan ini berupa estimasi tipe dan kuantitas sisa material kayu

bekisting sesuai gambar kerja (mean = 3.15)

b) Penanganan berupa reuse yaitu :

• Membuat rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa

material kayu bekisting (mean = 3.41).

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mempermudah penggunaan

kembali sisa material kayu bekisting ketika dibutuhkan (Gambar 4.16

dan 4.17). Biasanya dilakukan dengan mempertimbangkan penataan

site yang benar sehingga menunjang proses pemisahan material dengan

mempermudah pengontrolan dan manajemen sisa material.

(Greenwood, 2008).

• Membuat catatan sisa material kayu yang masih bisa digunakan lagi

pada proyek yang sama (mean = 3.26), termasuk mengidentifikasi sisa

material yang dapat dipisah tanpa kerusakan (mean = 3.22)

c) Penanganan berupa Recycle yaitu mengidentifikasikan sisa material kayu

bekisting yang bernilai jual tinggi (mean = 2.74) serta membuat catatan

(mean = 2.96) dan pemisahan material kayu bekisting yang dapat didaur

ulang (mean = 2.93).

d) Penanganan berupa Salvage yaitu membuat catatan sisa material yang

menjadi sampah (mean = 2.74) serta mengatur jadwal untuk membuang

sisa material kayu bekisting yang tidak dipergunakan lagi (mean = 3.11).

Page 77: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

95

Gambar 4.16. Perlindungan Terhadap Material Kayu & Plywood

Berupa Gudang

Gambar 4.17. Perlindungan Terhadap Bekisting Berupa Penggunaan

Terpal Untuk Melindungi Dari Hujan

Page 78: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

96

5) Plywood .

Tabel 4.59. Rata-rata Penanganan Sisa Material Plywood

Kemudian, rata-rata penanganan sisa material plywood diurutkan lagi

berdasarkan peringkat terbesarnya dan dikelompokan sesuai cara

penanganannya, seperti pada Tabel 4.60 di bawah ini.

Tabel 4.60. Urutan Peringkat Rata-rata penanganan sisa material plywood

Cara Penanganan

Urutan Peringkat Penanganan Sisa Material Plywood Mean

1 Kontrol ketepatan jumlah material yang dikirim ke proyek 3.742 Penyediaan area pemotongan material 3.593 Pengaturan letak tumpukan material di tempat penyimpanan 3.484 Pengaturan jadwal pengiriman material 3.446 Tempat penyimpanan material yang tahan terhadap cuaca 3.307 Komunikasi dalam rapat untuk usaha mengurangi sisa material 3.229 Estimasi tipe dan kuantitas sisa material yang akan dihasilkan 3.11

13 Penggunaan kembali sisa material di lapangan. 2.895 Rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa material 3.338 Identifikasi sisa material yang dapat dipisah tanpa kerusakan 3.19

11 Membuat catatan sisa material yang dapat digunakan kembali 3.0712 Pemisahan sisa material yang dapat didaur ulang 2.9614 Catatan sisa material yang dapat didaur ulang 2.8510 Pengaturan jadwal pembuangan sisa material 3.1115 Membuat catatan sisa material yang menjadi sampah 2.78

SALVAGE

REDUCE

REUSE

RECYCLE

Page 79: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

97

Dari Tabel 4.60, hasil analisa rata-rata penanga nan yang diambil untuk

mengurangi sisa material plywood adalah :

a) Penanganan berupa reduce yaitu :

• Mengatur jadwal pengiriman material plywood ke lapangan sesuai

dengan kebutuhan (mean = 3.44) dan disesuaikan dengan kapasitas

area penyimpanan dalam gudang , termasuk mengontrol ketepatan

jumlah material plywood yang dikirim ke lapangan (mean = 3.74).

• Mengatur tempat penyimpanan material plywood yang tahan terhadap

cuaca, terutama hujan (mean = 3.30) termasuk tata letak tumpukan

material di tempat penyimpanan (mean = 3.48). Hal ini dapat dilihat

pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18. Perlindungan Terhadap Bekisting Berupa Penggunaan

Terpal Untuk Melindungi Dari Hujan

• Penyediaan area pemotongan material plywood (mean = 3.59) dengan

tujuan untuk mempermudah pembuatan bekisting di lapangan.

• Penggunaan kembali sisa material plywood di lapangan (mean = 2.89),

dapat dilakukan dengan cara memisahkan sisa material plywood

sehingga mempermudah penggunaan kembali untuk proyek yang sama

maupun proyek yang berbeda. Selain itu penataan site juga menunjang

Page 80: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan · Beton Site Mix (SM) dan Beton Ready mixed (RM). 4.2.1. Data Responden Adapun data responden yang didapat dari hasil kuisioner terdiri

Universitas Kristen Petra

98

proses pemisahan material karena mempermudah pengontrolan dan

manajemen sisa material. (Greenwood, 2008).

• Selain itu komunikasi dalam rapat menjadi salah satu cara untuk

mengurangi material sisa plywood (mean = 3.22). Hal ini bertujuan

agar tidak terjadi kesalahan pemesanan seperti kelebihan material.

• Kontraktor membuat perhitungan yang jelas tentang jumlah material

plywood yang diperlukan. Tindakan ini berupa estimasi tipe dan

kuantitas sisa material plywood sesuai gambar kerja (mean = 3.11)

b) Penanganan berupa reuse yaitu :

• Membuat rencana perlindungan, penyimpanan dan pemindahan sisa

material plywood, untuk mempermudah penggunaan kembali ketika

dibutuhkan (mean = 3.33).

• Membuat catatan sisa material plywood (mean = 3.07) dan

mengidentifikasi sisa material plywood yang masih bisa digunakan lagi

(mean = 3.19). Biasanya dilakukan pemisahan sisa material dengan

mempertimbangan penataan site yang benar sehingga menunjang

proses pemisahan material dengan mempermudah pengontrolan dan

manajemen sisa material. (Greenwood, 2008).

c) Penanganan berupa Recycle yaitu membuat catatan (mean = 2.85) dan

pemisahan material plywood agar dapat didaur ulang (mean = 2.96).

d) Penanganan berupa Salvage yaitu membuat catatan sisa material yang

menjadi sampah (mean = 2.78) dan mengatur jadwal untuk membuang

sisa material plywood yang tidak dipergunakan lagi (mean = 3.11).