3.kuliah farmakologi mata

51
Dr. ANDI IRAWAN ASFAR, Sp.FK

Upload: rahayu-asmarani

Post on 26-Dec-2015

230 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Dr. ANDI IRAWAN ASFAR, Sp.FK

Page 2: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Pendahuluan

Bentuk dan kerja obat mata disesuaikan dan dibuat khusus dengan konsentrasi obat yang rendah.

Obat-obatan mata anestetika (topical dan injeksi local), midriatika & sikloplegika, obat glaukoma, antiinflamasi (NSAID & kortikosteroid topical), antiinfeksi (antibiotic, anti jamur, anti virus), Pewarna Diagnostik, Agen pengganti air mata & agen pelumas, dan Agen pengering kornea.

Sediaan u/ topikal << ESO namun efek maksimal sesuai dengan indikasi.

Page 3: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Anestetika Topikal

Prosedur diagnostic & terapeutikProparacaine Hydrochloride (Ophtaine). Sediaan : larutan 0,5 %. Sediaan kombinasi

dengan fluorescein (fluoracaine). Dosis : 1 tetes. Mulai dan lama kerja : 20 detik dan 10-15 menit.

Tetracaine Hydrochloride (Pontocaine). Derivat dari PABA. Dimetabolisme secara lambat

& potensi toksik. Sediaan : larutan 0,5 %, dan salep 0,5 %. Dosis : 1 tetes. Mulai dan lama kerja : 1 menit dan 15-20 menit.

Benoxinate Hydrochloride Sediaan : larutan 0,4 %. Dosis : 1 tetes. Mulai

dan lama kerja : 1-2 menit dan 10-15 menit.

Page 4: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Anestetika lokal untuk injeksi

Lidocaine Hydrochloride (xylocaine)Farmakodinamik lebih cepat, lebih kuat, lebih lama >> prokain aminoetilamide & gol. amida. tanpa vasokonstriktor, kec. absorbsi & toksisitas >,

masa kerja <. Sediaan : larutan 1 % dengan / tanpa epinefrin (1:50.000 – 1:200.000). Dosis : 15-20 cc pada operasi katarak, dosis maksimal yang aman 4,5 mg/kgbb tanpa epinefrin & 7 mg/kgbb dg epinefrin.

Farmakokinetik cepat diserap & melewati sawar darah otak.

metabolisme di hepar, dealkilasi enzim oksidase fungsi ganda monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid ekskresikan urine metabolit akhir (4 hidroksi-2-6 dimetil-anilin).

Page 5: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Procaine Hydrochloride (novocaine) Dosis : 50 cc larutan 1 %, max aman 10 mg/kgbb. Lama

kerja : 45-60 menit.Mepivacaine Hydrochloride (carbocaine) Dosis : infiltrasi & blok saraf sampai 20 cc lar.1%, 2%.

Max aman 7 mg/kgbb. Lama kerja : 2 jam. Bupivacaine Hydrochloride (marcaine, sensorcaine) 1,4

Dosis : larutan 0,75 %. Max aman dewasa 250 mg dg epinefrin, 200 mg tanpa epinefrin. Mulai & lama kerja : mulai bekerja lebih lambat daripada lidocaine, & lama kerja panjang 6-10 jam.

Etidocaine Hydrochloride (duranest) 1

Dosis max aman 4 mg/kgbb tanpa epinefrin & 5,5 mg/kgbb dg epinefrin.

Anestetika lokal untuk injeksi

Page 6: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Glaukoma sudut terbuka beta bloker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol,

levobunolol atau metipranolol) pilocarpine untuk memperkecil pupil dan

meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior.

epinephrine, dipivephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan).

sinar laser untuk membuat lubang iris/pembedahan untuk memotong sebagian iris (iridotomi).

Terapi Glaukoma

Page 7: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Glaukoma sudut tertutup gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan

menghentikan serangan glaukoma. inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide). Tetes mata pilocarpine mengontrol tekanan intraokuler beta blocker. Pada kasus yang berat manitol IV Terapi laserGlaukoma sekunder Terapi glaukoma sekunder tergantung kepada

penyebabnya. Penyebab peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan pupil. Kadang pembedahan.

Glaukoma kongenitalis pembedahan.

Terapi Glaukoma

Page 8: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Terapi Glaukoma

1. Agonis kolinergik (parasimpatomimetik) Mekanisme kerja : Obat miotika bekerja langsung

sebagai obat parasimpatomimetik yang menyebabkan terjadinya kontriksi pupil, menstimulasi otot siliaris, dan meningkatkan aliran humor aquous sehingga menurunkan tekanan intraokuler.

glaukoma sudut terbuka yang menambah fasilitas pengeluaran cairan mata, selain daripada glaukoma sudut sempit untuk membuka sudut bilik mata.

larutan pilokarpin, dan karbakol.

Page 9: 3.Kuliah Farmakologi Mata

2. Inhibitor β adrenergik 2 bekerja dengan menghambat stimulasi

simpatis sehingga menurunkan produksi cairan mata, & penurunan tekanan bola mata. tidak mengakibatkan gang. Akomodasi

Terapi Glaukoma

Obat Selektivitas resp. β

Onset (menit)

Efek max (jam)

Durasi(jam)

BSO Dosis

Betaksolol β 1 ≤ 30 2 12 Larutan 0,5%Suspensi 0,25%

2x1 tts/hr

Levobunolol β1, β2 < 60 2-6 ≤ 24 Larutan 0,25 & 0,5 % 2x1 tts/hr

Metilpranolol β1, β2 ≤ 30 2 24 Larutan 0,3 % 2x1 tts/hr

Timolol β1, β2 ≤ 30 1-2 ≤ 24 Larutan 0,25 & 0,5 % 2x1 tts/hr

Page 10: 3.Kuliah Farmakologi Mata

3. Inhibitor karbonik anhidrase menghambat enzim karbonik anhidrase

secara non kompetitif sehingga mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60 %, akibatnya dapat menurunkan tekanan bola mata.

Acetazolamide (Diamox), Methazolamide (neptazane), dan Dichlorphenamide (daranide)

Terapi Glaukoma

Page 11: 3.Kuliah Farmakologi Mata

4. Agonis Prostaglandin menurunkan tekanan intraokuler dg >>

aliran humor aquous. Latanoprost Indikasi : glaucoma sudut lebar, hipertensi

okuler yang tidak responsif dengan obat lain.

Terapi Glaukoma

Page 12: 3.Kuliah Farmakologi Mata

5. Obat hiperosmotik u/ mengurangi tekanan intraokuler dg

mengatur tekanan osmotik cairan mata & meningkatkan tekanan osmotic plasma plasma menjadi hipertonik terhadap humor aquous dan air dari cairan bola mata akan berdifusi ke dalam plasma.

Mannitol (osmitrol) (Glyrol, osmoglyn) Isosorbide (ismotic) Urea (Ureaphil)

Terapi Glaukoma

Page 13: 3.Kuliah Farmakologi Mata

6. Antikolinesterase bekerja dengan menghambat kerja dari

enzim asetilkolinesterase dg cr berikatan dg enzim tersebut sebagai substrat.

Fisostigmin salisilat Echothiophate iodide (phosfoline

iodide) Isoflurophate (Floropryl) Demecarium bromide (Humorsol)

Terapi Glaukoma

Page 14: 3.Kuliah Farmakologi Mata

7. Obat-obat adrenergik (simpatomimetik)

Epinefrin bekerja pada semua reseptor adrenergic α1, β1, α2, dan β2.

merangsang sekresi air mata. midriasis akibat perangsangan simpatis,

menurunkan tekanan intraokuler glaucoma sudut lebar.

Terapi Glaukoma

Page 15: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Midriatika dan Sikloplegika

Melebarkan pupil untuk pemeriksaan fundus okuli Peradangan intraokuler (uveitis) digunakan menekan

peradangan, melepaskan sinekia, mengatasi nyeri, dan fotofobia.

Melemahkan daya akomodasi dengan melumpuhkan otot-otot akomodasi pada pemeriksaan kelainan refraksi pada anak-anak.

Melebarkan pupil selama pembedahan lensa (operasi katarak) dimana diperlukan pupil yang tetap melebar.

Midriatika (simpatomimetika) bekerja pada otot iris dan berfungsi melebarkan pupil. Obat

midriatika tanpa efek sikloplegika : fenilefrin. Epinefrin memiliki efek midriatika ringan, bekerja mengurangi produksi cairan mata dan meningkatkan fasilitas pengeluaran cairan mata.

Page 16: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Sikloplegika (parasimpatolitik) 1,3

anti muskarinik memblok asetilkolin sehingga menghambat

m.konstriktor pupilae dan m. ciliaris lensa mata.

bekerja pada iris dan otot badan silier dengan melumpuhkan otot sfingter iris sehingga terjadi dilatasi pupil, & paralisis otot silier

atropin sulfat, homatropine hidrokloride, scopolamine hidrobromide, cyclopentolate hidrokloride, dan tropikamide

Midriatika dan Sikloplegika

Page 17: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Larutan Pewarna Diagnostik

Sodium Fluorescein u/ deteksi defek epitel kornea, pada

tonometri aplanasi, & pemasangan lensa kontak.

Dosis 1 tetes. Sediaan larutan 2%, kertas strip steril, larutan

10% steril IV u/ angiografi fluorescein.

Rose Bengal keratokonjunctivitis sicca, secret mukosa,

dan epitel kornea yang mati Sediaan larutan 1 %, kertas strip steril. Dosis 1 tetes.

Page 18: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Agen pengganti air mata & agen pelumas

Metilselulosa, alkohol polivinil, dan gelatin

u/ formula air mata buatan, pelumas optalmik, larutan lensa kontak, larutan lensa genioskopik, & terapi keratokonjunctivitis sicca.

Page 19: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Agen pengering kornea

Larutan dan salep pengering edema kornea dengan menciptakan gradient osmotic.

larutan gliserin anhidrat (Ophtalgan), natrium klorida hipertonik 2 %, salep & larutan 5 % (absorbanac, Ak-NaCl, hypersal).

Dosis : 1 tetes / 0,5-1 cm salep, ulang per 3-4 jam.

Page 20: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Antiinflamasi

Page 21: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Nafazolin Merupakan agen simpatomimetik dengan

aktivitas alfa adrenergik yang lebih menonjol. Bekerja sebagai vasokonstriktor

ESO: Iritasi lokal, Rebound congestion, Efek sistemik Pemberian pada mata dapat melepaskan granula pigmen dari iris, terutama pemberian dengan dosis tinggi pada lansia, Hipertensi dapat diikuti dengan rebound hypotension.

Obat Anti-Inflamasi non-steroid

Page 22: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Penggunaan: Kongesti nasal Larutan yang mengandung 0,1% nafazolin

hidroklorida dapat diteteskan ke mata sebagai dekongestan konjunktiva sebagai terapi konjungtivitis.

Nafazolin dapat digunakan sebagai vasokonstriktor dengan anastesi lokal.

Interaksi obat: MAOI menyebabkan krisis hipertensi

Page 23: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Antazolin

Farmakodinamik: antihistamin Penggunaan: Digunakan secara topikal

untuk terapi konjungtivitis alergik dalam bentuk hidroklorida, fosfat, atau sulfat. iritasi mata, infeksi atau inflamasi mata.

Perhatian: glaukoma sudut sempit (karena efek antimuskariniknya)

Page 24: 3.Kuliah Farmakologi Mata

ESO: Efek sedatif Gangguan psikomotor, sakit kepala, konvulsi,

berkeringat, mialgia, tremor, paraestesia, efek ekstrapiramidal, gangguan tidur, depresi, tinnitus

Efek antimuskarinik (mulut kering, sekresi traktus respiratorius yang menebal, pandangan kabur, retensi atau kesulitan dalam urinasi, konstipasi, meningkatkan refluks gaster)

Gangguan pada GIT nausea, vomiting, diare, atau nyeri ulu hati

Palpitasi, aritmia, hipotensi Reaksi hipersensitifitas (ruam kulit, bronkospasme,

angioedema, anafilaksis) Kelainan darah

Page 25: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Na-Diklofenak

Derivat Asam Fenilasetat Farmakokinetik: Absorbsi onset aksi 30 menit,

kadar puncak plasma 2-3 jam, dan durasi aksi 8 jam. Distribusi terikat pada protein plasma sebesar 99%, distribusi luas. Metabolisme di hepar. Ekskresi melalui urine. T1/2 1,2-2 jam.

Indikasi: pengobatan inflamasi mata setelah operasi katarak.

Kontraindikasi: hipersensitif, penderita pemakai lensa kontak, penderita asma, urtikaria, rinitis akut, Hipersensitif,

Perhatian: Porfiria, Ulkus peptikum, Laktasi, Gangguan fungsi hepar & ginjal

Page 26: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Efek samping: (Lokal) Rasa perih dan panas, kenaikan tekanan intraokuler, jarang terjadi gatal, mata merah, keratitis punctata, midriasis, gangguan penglihatan. (sistemik) Sakit kepala, kram abdomen, mual, muntah, konstipasi, diare, rash, edema perifer atau retensi cairan, overdosis ARF, ulkus peptikum, perdarahan GI, jaundice, nefrotoksik (hematuria, dysuria, proteinuria).

Dosis: Dewasa, 3 kali sehari 1 tetes segera setelah operasi, kemudian 3-5 kali sehari 1 tetes jika diperlukan (sediaan tetes mata 5 ml)

Page 27: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Antiinflamasi steroid

Steroid memberikan efek baik pada peradangan karena:

Mengurangi permeabilitas pembuluh darah

Mengurangi gejala radang Mengurangi pembentukan jaringan parut

Page 28: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Efek samping dari pemakaian steroid

Menurunkan daya reaksi jaringan Mengaktifkan proliferasi bakteri Menyembunyikan gejala penyakit lain Menambah aktif kolagenase yang membuat

kerusakan yang lebih parah dari tukak Pada penggunaan lama dapat menimbulkan

penyulit glaukoma sudut terbuka, dan katarak Mengakibatkan midriasis pupil dan ptosis

kelopak mata Mengaktifkan atau memperparah infeksi herpes

simpleks dan infeksi virus Menambah kemungkinan infeksi jamur Memperberat radang akibat infeksi bakteri

Page 29: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Betamethasone

Indikasi: alergi kronik dan akut berat, inflamasi pada mata dan adneksanya yang responsif terhadap steroid.

Kontraindikasi: hipersensitif, kondisi-kondisi bakteri, virus, jamur, tuberkulosis atau purulen pada mata, glaukoma, atau herpetik keratitis.

Efek samping: reaksi hipersensitif, peningkatan tekanan intraokuler sampai pada kerusakan saraf mata, penglihatan kabur dan lapang pandang terganggu, penggunaan jangka lama dapat mengakibatkan pembentukan katarak subkapsular posterior.

Dosis: awal 1-2 tetes setiap jam pada siang hari dan setiap 2 jam pada malam hari. Jika ada perbaikan kemudian tappering off 1 tetes tiap 4 jam, selanjutnya 1 tetes 3-4 kali sehari (yang digunakan untuk sediaan obat mata adalah Betamethasone dihydrogenphosphat dinatrium dengan dosis 1 mg/mL atau 0,1 % pada sediaan tetes mata 5 ml).

Page 30: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Deksametason11

Indikasi: pengobatan inflamasi okular yang responsif terhadap steroid, inflamasi konjungtiva palpebral dan bulbar, kornea, segmen anterior bola mata, konjungtivitis.

Kontraindikasi: hipersensitif, kondisi-kondisi bakteri, virus, jamur, tuberkulosis atau purulen pada mata, glaukoma, atau herpetik keratitis.

Efek samping: reaksi hipersensitif, peningkatan tekanan intraokuler sampai pada kerusakan saraf mata, penglihatan kabur dan lapang pandang terganggu, penggunaan jangka lama dapat mengakibatkan pembentukan katarak subkapsular posterior.

Dosis: awal 1-2 tetes setiap jam pada siang hari dan setiap 2 jam pada malam hari. Jika ada perbaikan kemudian tappering off 1 tetes tiap 4 jam, selanjutnya 1 tetes 3-4 kali sehari (sediaan tetes mata dan salep mata 0,1%).

Page 31: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Obat pada Konjungtivitis alergika Kromolin sodium11

Farmakodinamik: mekanisme kerjanya masih belum diketahui secara pasti, tapi dipercaya bahwa obat ini bekerja sebagai pencegah reaksi alergi dengan cara mencegah pelepasan mediator inflamasi dari sel mast yang tersensitisasi melalui stabilisasi membran sel mast.

Farmakokinetik: diabsorbsi secara buruk di Git dengan bioavailabilitas hanya 1% dan hanya sekitar 0,03% dosis oftalmik yang diabsorbsi pada pemberian topikal. T ½ sekitar 20-60 menit setelah pemberian IV dan sekitar 80 menit pada pemberian oral maupun topikal.

Page 32: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Indikasi: konjungtivitis alergi akut dan kronis, termasuk hay fever dan keratokonjungtivitis vernalis (musiman). Efek profilaksis terhadap konjungtivitis alergika.

Kontraindikasi: Hipersensitif, anak usia < 4 tahun Perhatian: selama pemakaian jangan menggunakan

lensa kontak, hati-hati pada wanita hamil dan menyusui, gangguan ginjal dan liver.

Efek samping: rasa perih dan terbakar sementara, pruritus, eritema, dan kemosis.

Dosis: 1-2 tetes 4-6x/hari (sediaan tetes mata 2-4%), 2-3 kali sehari (sediaan salep mata 4%).

Page 33: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Eritromisin

Farmakodinamik: Makrolid yang berikatan reversible pada ribosom bakteri,, menghambat sintesa protein bakteri, bersifat bakteriostatik

Farmakokinetik: diabsorbsi bervariasi tergantung dosis yang digunakan, berikatan dengan protein plasma sekitar 70-90%, didistribusikan luas ke seluruh tubuh. Metabolisme di Hepar dan eliminasi terutama di feses melalui empedu. T ½ 1,4-2 jam

Indikasi: Infeksi mata seperti konjungtivitis, blefaritis, blefaro-konjungtivitis, ulkus kornea. Efektif untuk bakteri gram positif, neiseria, spiroketa, dan hemofilus.

Kontraindikasi: Hipersensitif, Gangguan fungsi hepar, kerusakan fungsi ginjal, myasthenia gravis, kehamilan dan laktasi

Efek samping: Kram perut, tromboflebitis, kulit kering urtikaria (topical),kadang-kadang mual, muntah

Page 34: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Gentamisin

Farmakodinamik: Golongan aminoglikosida yang secara ireversibel berikatan pada protein ribosom bakteri sehingga bersifat bakterisidal. Efektif untuk kokus gram positif, basil gram negatif, dan pseudomonas. Terutama pada basil gram negatif yang aerobik

Indikasi: Infeksi mata seperti konjungtivitis, blefaritis, blefaro-konjungtivitis, ulkus kornea

Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: Nyeri hebat dan iritasi pada

tempat injeksi IM, phlebitis, tromboplebitis pada penggunaan IV, demam, urtikaria, nefrotoksik, ototoksik

Dosis: 1-2 tetes 3-4 kali sehari (sediaan: tetes mata 3%/5 ml, salep mata)

Page 35: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Kloramfenikol

Farmakodinamik: Derivat dihidroklorasetik yang menginhibisi sintesis protein bakteri dengan berikatan pada reseptor ribosomal bakteri

Indikasi: Infeksi mata seperti trakoma, blefaritis, keratitis, konjungtivitis. efektif untuk kuman gram positif dan negatif, klamidia, dan riketsia.

Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: rasa terbakar, nyeri, kemerahan,

gatal, ruam kulit, bengkak, atau tanda-tanda iritasi lain. Mual, muntah, diare, reaksi hipersensitivitas, pada mata pandangan kabur.

Dosis: salep mata 3-4 kali sehari, pengobatan diteruskan sampai 48 jam setelah mata normal kembali, 2-3 tetes 4-6 kali sehari untuk sediaan tetes mata 0,5%

Page 36: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Polimiksin

Farmakodinamik: Merubah permeabilitas membran sel mikroorganisme sehingga bersifat bakterisidal.

Indikasi: konjungtivitis bakterialis, konjungtivitis traumatik, blefaritis, meibomiatis. efektif terhadap pseudomonas, bakteri gram negatif kecuali proteus dan neiseria.

Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: Nyeri Dilatasi ringan dan iritasi Interaksi obat: Anastetik, muscle relaxan dapat

meningkatkan relaksasi otot skeletal Dosis: 3 kali sehari 2 tetes, salep mata 3-6 kali

sehari

Page 37: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Tetrasiklin

Farmakodinamik: Tetracycline menginhibisi sintesis protein bakteri dengan berikatan pada ribosom dan bersifat bakteriostatik.

Indikasi: infeksi superfisial akibat bakteri gram positif dan negatif, klamidia, protozoa, virus, riketsia dan mikoplasma

Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: reaksi alergi seperti

urtikaria, edema palpebra, fotosensitif Dosis: 3-4 kali sehari (salep mata 1%)

Page 38: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Siprofloksasin

Farmakodinamik: Flouroquinolon yang menginhibisi enzim DNA gyrase pada bakteri, mempengruhi replikasi sel bakteri sehingga bersifat bakterisidal.

Indikasi: tukak kornea yang disebabkan P.aeruginosa, S.marcescens, Stap.aureus, Stap.epidermidis, Strep.pneumoniae, Strep.viridan, konjungtivitis akibat Stap.aureus, Stap.epidermidis, Strep.pneumoniae.

Page 39: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: reaksi alergi seperti urtikaria,

edema palpebra, fotosensitif Dosis: Tukak kornea 2 tetes tiap 15 menit

untuk 6 jam pertama, selanjutnya 2 tetes tiap 30 menit untuk hari pertama, 2 tetes tiap jam pada hari ke-2, 2 tetes tiap 4 jam pada hari 3-14, dapat terus dilanjutkan jika reepitelialisasi kornea tidak terjadi. Konjungtivitis bakterial 1-2 tetes tiap 2 jam selama 2 hari dan 1-2 tetes tiap 4 jam untuk 5 hari berikutnya (sediaan tetes mata 3 mg/ml)

Page 40: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Kombinasi antibiotika dengan antibiotika antara lain3: Neomisin sulfat + polimiksin Kloramfenikol + polimiksin Neomisin sulfat + polimiksin +

gramisidin Neomisin + basitrasin Polimiksin + gramisidin Teramisin + polimiksin

Page 41: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Kombinasi antibiotika dengan steroid Gentamycin Sulfat (sebagai antiseptik) dan

Betamethasone dihydrogenphosphat dinatrium (sebagai kortikosteroid).

Tobramycin (sebagai antiseptik) dan Dexamethasone (sebagai kortikosteroid).

Polymixin B Sulfat, Neomycin (sebagai antiseptik) dan Dexamethasone (sebagai kortikosteroid).

Chloramphemicol, Polymixin B Sulfat (sebagai antiseptik) dan Dexamethasone Na Phosphate (sebagai kortikosteroid).

Oxytetracycline (sebagai antiseptik) dan Hydrocortisone (sebagai kortikosteroid).

Page 42: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Natamisin (pimafulin),

Farmakodinamik: merupakan antibiotik antifungal polyene yang diproduksi oleh Streptomyces natalensis

Farmakokinetik: diabsorbsi secara buruk melalui GIT, sama sekali tidak diabsorbsi melalui kulitataupun membran mukosa pada pemberian topikal. Pada pemberian okular, natamisin mencapai konsentrasi terapeutik dalam stroma kornea tetapi tidak pada cairan intraokular. Absorbsi sistemik pada pemberian topikal tidak biasa terjadi.

Indikasi: pengobatan lokal kandidiasis dan keratitits fungi, blefaritis, konjungtivitis, atau keratitis akibat fungi yang suseptibel, termasuk Fusarium solani. efektif untuk kandidia dan fusarium aspergilus, penicillium, cephalosporium.

Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: iritasi, gangguan GIT, serangan akut porfiria

pada pasien porfiria Sediaan suspensi 5% dan salep mata 1%

Page 43: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Nistatin (mycostatin)

Farmakodinamik: merupakan antibiotik antifungal polyene yang mempengaruhi permeabilitas membran sel fungi yang sensitif dengan mengikat sterol, terutama ergosterol.

Farmakokinetik: Absorbsi melalui GIT sangat buruk, dan sama sekali tidak diabsorbsi melalui kulit atau membran mukosa pada pemberian topikal.

Indikasi: digunakan sebagai profilaksis dan terapi kandidiasis.

Kontraindikasi: hipersensitif Efek samping: Nausea, vomiting, diare, iritasi,

sensitisasi, ruam kulit, urtikaria.

Page 44: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Amfoterisin (fungisidal)

Farmakodinamik: merupakan antibiotik antifungal polyene yang mempengaruhi permeabilitas membran sel fungi yang sensitif dengan mengikat sterol, terutama ergosterol.

Farmakokinetik: sedikit atau bahkan sama sekali tidak diabsorbsi melalui GIT. Berikatan secara kuat dengan protein plasma dan didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh tapi hanya sedikit yang dapat mencapai cairan serebrospinal. T ½ 24 jam. Diekskresikan berbentuk utuh dalam jumlah yang sedikit dan secara lambat melalui urin

Indikasi: Fungisidum untuk pengobatan infeksi mikotik pada mata dan adneksa mata, efektif untuk aspergilus, histoplasma, blastomyces, coccidiodes

Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: iritasi pada mata Dosis: 2-3 kali sehari 1 tetes (tetes mata 5 ml dan salep

mata 3,5 gr)

Page 45: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Anti viral

Obat yang sering dipakai adalah iodouksiridin/IDU (cendirid), vidarabin, adenosin arabinosa (ARA A), trifluorotimidin (TFT) dan asiklovir. Vidarabin sama dengan IDU, akan tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep. Trifluorotimidin (TFT) sama dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam. Asiklovir bersifat selektif terhadap sintesis DNA virus. Dalam bentuk salep 3% yang diberikan setiap 4 jam, sama efektifnya dengan antivirus yang lain tetapi dengan efek samping yang minimal3.

Page 46: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Idoksuridin (tetes atau salep)

Farmakodinamik: mengikuti fosforilasi intraseluler menjadi trifosfat, idoksuridin bergabung dengan DNA virus yaitu pada timidin sehingga menghambat replikasi virus.

Indikasi: keratitis yang diakibatkan virus herpes simpleks dan virus DNA yang peka, varisella zoster, CMV.

Kontraindikasi: Hipersensitif, pengguna obat-obat topikal mata yang mengandung kortikosteroid dan asam borat.

Perhatian: ulkus yang dalam hingga mencapai lapisan stroma kornea

Efek samping: iritasi, nyeri, seperti terbakar, oedem, konjungtivitis, perih dan inflamasi pada kelopak mata atau mata, fotofobia, pruritus, dan yang jarang adalah oklusi dari duktus lakrimalis. Defek punctata pada kornea dengan pemberian berlebihan.

Dosis: 1 tetes setiap jam

Page 47: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Cuci tangan anda seluruhnya dengan sabun dan air. Gunakan cermin atau minta tolong orang lain untuk

meneteskan obat mata. Buka tutup botol. Pastikan ujung penetes tidak patah atau

retak dan cairan jernih tidak berkabut. Hindari menyentuh ujung penetes pada mata anda dan

benda lainnya. Pegang botol menghadap ke bawah sepanjang waktu

penetesan untuk menghindari cairan kembali ke botol dan mengkontaminasi sisa cairan yang ada.

Tengadahkan kepala anda ke belakang. Jepit botol diantara jempol dan jari telunjuk, letakkan ujung

penetes sedekat mungkin ke kelopak mata tanpa menyentuhnya.

Cara penggunaan obat tetes mata

Page 48: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Letakkan sisa jari tangan yang memegang botol ke pipi atau hidung anda.

Dengan jari telunjuk dari tangan lainnya, tarik ke bawah kelopak mata bawah agar membentuk kantong.

Teteskan sejumlah yang diresepkan dokter pada kantung kelopak mata bawah . Meletakkan penetes pada permukaan bola mata dapat mengakibatkan pedih di mata.

Tutup mata anda dan tekan kelopak bawah mata anda dengan jari secara perlahan selama 2-3 menit untuk menjaga obat tetap di mata. Jangan berkedip.

Tutup dan putar hingga kencang segera mungkin. Jangan usap atau basuh obat tersebut.

Bersihkan sisa cairan yang ada di pipi anda dengan tisu yang bersih. Cuci tangan anda kembali.

Page 49: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Cara penggunaan salep mata Cuci tangan anda dengan air dan sabun. Gunakan cermin atau minta bantuan orang lain untuk memakai salep. Hindari menyentuh ujung tube ke mata atau tempat lainnya. Salep

harus dijaga tetap bersih. Tengadahkan kepala ke belakang secara perlahan. Pegang tube dengan jempol dan jari telunjuk tangan, letakkan tube

sedekat mungkin dengan kelopak mata tanpa menyentuhnya. Letakkan sisa jari tangan yang memegang botol ke pipi atau hidung

anda. Dengan jari telunjuk dari tangan lainnya, tarik ke bawah kelopak mata

bawah agar membentuk kantong. Letakkan sejumlah kecil salep ke dalam kantung kelopak mata dan

mata. ½ inci salep biasanya cukup kecuali bila dinyatakan lain dari petunjuk dokter.

Dengan perlahan tutup mata anda dan diamkan terpejam selama 1-2 menit agar obat diabsorbsi/diserap.

Tutup dan kencangkan tutup tube segera mungkin. Bersihkan sisa salep dengan tisu bersih.

Page 50: 3.Kuliah Farmakologi Mata

Obat-obatan yang digunakan pada terapi di bagian mata adalah obat anestetika (topical dan injeksi local), midriatika & sikloplegika, obat glaukoma, antiinflamasi (NSAID & kortikosteroid topical), antiinfeksi (antibiotic, anti jamur, anti virus), Larutan Pewarna Diagnostik, Agen pengganti air mata & agen pelumas, serta Agen pengering kornea.

KESIMPULAN

Page 51: 3.Kuliah Farmakologi Mata

TERIMA KASIH