3_analisa pengukuran efektivitas pbj

10
ANALISA PENGUKURAN EFEKTIVITAS LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA SECARA ELEKTRONIK PADA INSTANSI PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA BARAT Ni Putu Nurwita Pratami Wijaya [email protected] Institut Manajemen Telkom ABSTRAK Kegiatan pemerintah merupakan kegiatan yang banyak mendapat perhatian karena menggunakan APBN dan APBD yang berasal dari uang rakyat. Kegiatan pemerintah yang paling banyak mendapat sorotan adalah pengadaan barang dan jasa pemerintah, karena biasanya banyak kasus KKN terkandung di dalamnya dan diatur dalam Keppres No.80 Tahun 2003. Pemerintah mengeluarkan suatu sistem untuk mengurangi penyimpangan yang terjadi yaitu melalui Pengadaan Barang dan Jasa secara Elektronik (e-procurement). Menanggapi keputusan tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berdasarkan Pergub No.35 Tahun 2008 melaksanakan pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik pada Instansi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Kata Kunci: E-procurement , LPSE, Pemerintah Provinsi Jabar. onic ABSTRAK Government activity is an activity with many attention from people because it is using APBN and APBD that comes from public money. The most of government activity under the spotlight is procurement of goods and service, cause usually many cases of corruption cantained in it and regulated by Keppres No.80 year 2003. The government issued a system to reduce the deviations that occur through the procurement of goods and service for electronic (e-procurement). Government of West Java Province on Pergub No.35 of 2008 carries out electronic procurement of goods and service. Objectivity of this research is measure the effectiveness of procurement services electronically in West Java Province. Keywords: E-procurement, LPSE, Government of West Java Province Pendahuluan Pada hakikatnya pengadaan barang dan jasa merupakan upaya pihak pengguna untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang diinginkannya, dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu, dan kesepakatan lainnya (Adriana Sutedi,2008:3). Setiap pengadaan barang dan jasa baik pemerintah ataupun swasta memiliki prosedur yang dilandasi pada norma dan etika. Salah satu perilaku yang melanggar norma dan etika pada pengadaan barang dan jasa adalah korupsi pada pengadaan barang dan jasa. Berbagai praktek korupsi yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa dan modus pembocoran yang biasanya dilakukan adalah markup (nilai proyek digelembungkan) serta spesifikasi barang diturunkan tanpa mengoreksi nilai proyek. Ada juga yang sampai nekat dengan

Upload: itha-sardi

Post on 30-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

3_analisa Pengukuran Efektivitas PBJ

TRANSCRIPT

ANALISA PENGUKURAN EFEKTIVITAS LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA SECARA ELEKTRONIK PADA INSTANSI PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA BARAT

Ni Putu Nurwita Pratami [email protected] Manajemen Telkom

ABSTRAK

Kegiatan pemerintah merupakan kegiatan yang banyak mendapat perhatian karena menggunakan APBN dan APBD yang berasal dari uang rakyat. Kegiatan pemerintah yang paling banyak mendapat sorotan adalah pengadaan barang dan jasa pemerintah, karena biasanya banyak kasus KKN terkandung di dalamnya dan diatur dalam Keppres No.80 Tahun 2003. Pemerintah mengeluarkan suatu sistem untuk mengurangi penyimpangan yang terjadi yaitu melalui Pengadaan Barang dan Jasa secara Elektronik (e-procurement). Menanggapi keputusan tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berdasarkan Pergub No.35 Tahun 2008 melaksanakan pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik pada Instansi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

Kata Kunci: E-procurement , LPSE, Pemerintah Provinsi Jabar.onic ABSTRAK

Government activity is an activity with many attention from people because it is using APBN and APBD that comes from public money. The most of government activity under the spotlight is procurement of goods and service, cause usually many cases of corruption cantained in it and regulated by Keppres No.80 year 2003.The government issued a system to reduce the deviations that occur through the procurement of goods and service for electronic (e-procurement). Government of West Java Province on Pergub No.35 of 2008 carries out electronic procurement of goods and service. Objectivity of this research is measure the effectiveness of procurement services electronically in West Java Province.

Keywords:E-procurement,LPSE, Government ofWest JavaProvince

Pendahuluan

Pada hakikatnya pengadaan barang dan jasa merupakan upaya pihak pengguna untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang diinginkannya, dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu, dan kesepakatan lainnya (Adriana Sutedi,2008:3). Setiap pengadaan barang dan jasa baik pemerintah ataupun swasta memiliki prosedur yang dilandasi pada norma dan etika. Salah satu perilaku yang melanggar norma dan etika pada pengadaan barang dan jasa adalah korupsi pada pengadaan barang dan jasa. Berbagai praktek korupsi yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa dan modus pembocoran yang biasanya dilakukan adalah markup (nilai proyek digelembungkan) serta spesifikasi barang diturunkan tanpa mengoreksi nilai proyek. Ada juga yang sampai nekat dengan melakukan tender yang fiktif. Begitu besar jumlah kebocoran akibat praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang masih berlangsung hingga saat ini. Dalam mengatur setiap proses pengadaan barang dan jasa pemerintah termasuk mengatur setiap individu yang terlibat didalamnya, pemerintah mengeluarkan Keppres No. 80 Tahun 2003. Peraturan tersebut mengatur tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Tujuan dari dikeluarkannya peraturan tersebut adalah untuk mengurangi segala bentuk penyimpangan yang terjadi dan meningkatkan efisiensi pengadaan barang dan jasa pemerintah. Walaupun telah dikeluarkan Keppres untuk mengatur pengadaan barang dan jasa pemerintah, tetap saja jumlah korupsi dalam pengadaan tidak dapat dikurangi jumlahnya. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 sebagai revisi dari Keppres No.80 Tahun 2003. Menindaklanjuti Perpres tersebut, pemerintah bersamaan dengan LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah) membuat suatu sistem baru untuk melaksanakan pengadaan barang dan jasa pemerintah yaitu Pengadaan Barang dan jasa secara elektronik (e-procurement). Adapun LPSE (Layanan Pengadaan secara Elektronik) sebagai pihak yang menjadi mediator antara penyedia barang dan jasa (vendor) dan pihak pengguna (instansi pemerintah), serta sebagai pengelola sistem e-procurement.Penerapan pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik (e-procurement) ini disosialisasikan di seluruh daerah di Indonesia pada tahun 2009. Pemerintah mewajibkan seluruh Instansi Pemerintahan di Indonesia menggunakan e-procurement tahun 2011 tanpa terkecuali untuk proses pengadaan barang dan jasa. Berkaitan dengan hal tersebut, Provinsi Jawa Barat yang juga merupakan provinsi besar di Indonesia, menindaklanjuti kebijakan tersebut demi pembangunan Jawa Barat. Melalui Pergub Jabar Nomor 35 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang/Jasa secara Elektronik, bahwa pada dasarnya tujuan melaksanakan barang/jasa secara elektronik ini adalah dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, persaingan sehat, dan akuntabilitas dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Penerapan pengadaan barang dan jasa secara elektronik merupakan suatu bentuk penerapan e-government di lingkungan pemerintah, dimana menurut Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan e-government sebagai berikut: Mengarahkan seluruh aparat pemerintahan untuk penggunaan IT (seperti WAN, internet, mobile computing) yang mempunyai kemampuan untuk mengubah hubungan dengan masyarakat, bisnis, dan pihak yang terkait dengan pemerintahan. Disamping itu penerapan e-procurement ini juga dapat dikatakan sebagai bentuk implementasi GCG (Good Corporate Governance). Pemerintah mulai menggunakan GCG demi terciptanya perubahan menuju pemerintahan yang baik dan bersih (good governance). Pelaksanaan pemerintahan yang baik ini juga sebagai salah satu upaya untuk menghapuskan berbagai bentuk praktek inefisiensi, korupsi, kolusi, nepotisme dan penyimpangan lainnya. Dukungan teknologi informasi dapat meningkatkan kapabilitas lembaga-lembaga pemerintahan dalam memberikan kontribusi bagi penciptaan nilai tambah, serta menghindari tindak KKN. Oleh karena itu, e-procurement yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan adalah salah satu aplikasi yang merupakan implementasi dari lembaga tersebut dalam mengimplementasikan GCG. Permasalahan yang terjadi apakah penerapan pengadaan barang dan jasa secara elektronik sudah sesuai dengan tujuan pembuatannnya yaitu untuk menekan segala bentuk penyimpangan dan peningkatan efisiensi serta trasnparansi dalam proses pengadaan barang dan jasa. Dengan studi kasus pada pemerintah Provinsi Jawa Barat, melalui penelitian ini selain untuk melihat efektivitas penerapan pengadaan barang dan jasa secara elektronik, bisa dilihat juga faktor pembentuk efektivitas pengadaan barang dan jasa secara elektronik. Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengukur efektivitas suatu sistem, apakah sudah sesuai dengan tujuan atau belum. Jika hasilnya ternyata tidak sesuai, mengindikasikan bahwa penerapan sistem e-procurement ini sia-sia karena tidak sesuai dengan tujuan yang dicapai. Sehingga melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat secara langsung bagi Instansi Pemerintah khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai bahan evaluasi atas penerapan pengadaan barang dan jasa secara elektronik.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi (Sekaran, 2006:158). Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan wawancara dan juga menggunakan kuesioner. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Instansi Pemerintahan Provinsi jawa Barat yang terletak di Bandung sejumlah 42 Instansi. Penelitian ini menggunakan teknik sampling nonprobability sampling. Pada sampling nonprobability, data tidak dapat digeneralisasikan karena pada pengambilan sampel tidak semua elemen populasi berhak menjadi sampel. Namun, suatu waktu peneliti kurang mempedulikan generalisasi tetapi lebih mengutamakan untuk memperoleh informasi pendahuluan secara cepat dan murah. Teknik nonprobability yang digunakan adalah purposive sampling. Tipe yang digunakan adalah judgement sampling. Judgement Sampling merupakan pemilihan elemen populasi berdasarkan pertimbangan - pertimbangan peneliti (Simamora, 2004:200), berdasarkan criteria peneliti sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 15 instansi. Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Dalam menganalisa data peneliti menggunakan Metode Deskriptif Statistik dan Metode Analisis Faktor.

Sistem Pengadaan Barang dan Jasa secara Elektronik

Secara garis besar sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik pada instansi pemerintah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:1) Pendaftaran Penyedia Barang dan Jasa.Untuk dapat mengikuti proses pengadaan barang / jasa secara elektronik, penyedia barang / jasa (vendor) mendaftar secara online pada website LPSE kemudian mengikuti proses verifikasi dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan oleh LPSE. Proses pendaftaran ini dimaksudkan untuk mendapatkan user id dan password ketika penyedia barang/jasa (vendor) akan mengikuti pengadaan barang/jasa secara elektronik. 2) Persiapan PengadaanUntuk membuat paket pekerjaan pada SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik), PPK/Panitia Pengadaan terlebih dahulu meminta pengelola LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) sebagai Admin Agency untuk membentuk kepanitiaan paket pekerjaan pada SPSE danUser IDdanPasswordbagi PPK/Panitia Pengadaan paket pekerjaan tersebut.3) Pelaksanaan PengadaanJenis pelaksanaan pengadaan dapat dibedakan menjadi: E-lelangumum Pasca kualifikasi dengan 1 (satu) file. E-lelangumum Pasca kualifikasi dengan 2 (dua) file. E-lelangumum Pra kualifikasi dengan 2 (dua) file.Pada bisnis proses diatas terlihat bahwa proses pengadaan barang dan jasa secara elektronik dibagi menjadi dua yaitu pascakualifikasi dan prakualifikasi. Proses Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa sebelum memasukkan penawaran. Proses Pascakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa setelah memasukkan penawaran (Marbun,2010:7). Kedua proses pada pengadaan secara elektronik tersebut sama dengan pengadaan konvensional. Perbedaannya, jika pada pengadaan konvensional seluruh proses yang terjadi dilakukan secara manual langsung di lapangan. Sedangkan pada pengadaan secara elektronik adalah semua bisnis proses dilaksanakan dengan menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE), sehingga seluruh pihak yang terlibat hanya menjalankan sistem tersebut. Berbagai penyimpangan yang sering terjadi pada proses pengadaan konvensional dikarenakan proses dilakukan hanya antara pihak penyedia barang/jasa (vendor) dan pengguna barang/jasa (instansi). Jika pada pengadaan barang/jasa secara elektronik semua proses terekam dalam sistem, disamping itu melalui proses pengadaan secara elektronik pihak penyedia dan pengguna tidak bertemu secara fisik sehingga sangat susah untuk dapat melakukan persekongkolan ataupun penyimpangan yang mengarah pada KKN.Pada pengadaan barang/jasa secara konvesional, setiap prosesnya dimulai dari awal penyerahan dokumen ke panitia pengadaan hingga proses tersebut berakhir memungkinkan untuk terjadinya berbagai bentuk penyimpangan. Baik dilakukan sendiri ataupun persekongkolan yang melibatkan banyak pihak. Sedangkan, pada pengadaan barang/jasa secara elektronik dari proses pendaftaran hingga pengumuman pemenang pihak penyedia dan pengguna hanya berkomunikasi melalui sistem tersebut. Penyedia barang/jasa dan pengguna hanya bertemu ketika pengumuman pemenang sudah ada untuk pelaksanaan proyek. Untuk itu sangat susah dan bahkan tidak bisa untuk melakukan tindak penyimpang (KKN).Penerapan e-procurement ini,memiliki kelebihan dan kekurangan yang dirasakan oleh pihak pengguna (Instansi) dan pihak penyedia (vendor). Pihak pengguna barang/jasa (Instansi) menyatakan bahwa kelebihan yang dirasakan dengan adanya e-procurement ini diantaranya: (1) karena tidak bertemu secara fisik, sehingga segala bentuk persekongkolan susah untuk dilakukan, (2) dapat membuka peluang bagi vendor/rekanan untuk dapat bersaing secara fair, (3) dengan adanya persaingan antar vendor, membuat harga yang ditawarkan menjadi sangat kompetitif dan tentunya bisa menjadi keuntungan bagi pihak penyelenggara (instansi). Sedangkan kekurangan yang dirasakan tidak lebih hanya sebatas kendala teknis. Sedangkan bagi pihak penyedia baranga/jasa (vendor) kelebihan yang dirasakan adalah pihak penyedia merasakan bahwa dengan melalui e-procurement ini ada banyak peluang terbuka, karena persaingan dilakukan secara fair. Untuk kekurangan yang dirasakan yaitu (1) akan menjadi susah, jika vendor tidak mengerti penggunaan sistem tersebut, (2) vendor tidak memiliki pilihan, sehingga harus menggunakan sistem tersebut, (3) kesulitan mengakses.

Faktor-Faktor Pembentuk Efektivitas Pengadaan Barang dan Jasa secara Elektronik Instansi Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Faktor-faktor yang membentuk efektivitas didapat dengan menggunakan metode analisa faktor. Perhitungan yang dilakukan pada 24 item pengukuran dengan 15 sampel dan hasilnya terdapat lima faktor yang membentuk efektivitas pengadaan barang/jasa secara elektronik. Faktor tersebut didapat dengan melakukan pengukuran terhadap setiap item pernyataan kuesioner atau yang merupakan variabel pengukuran. Jumlah Item pernyataan yang terdapat pada kuesioner berjumlah 24, kemudian pernyataan-pernyataan tersebut akan dikelompokkan untuk mendapatkan konstruk (faktor pembentuk). Masing-masing variabel pengukuran yang memiliki muatan faktor (loading factor) diatas 0,5 dan merupakan nilai yang paling besar dari variabel pengukuran tersebut akan masuk menjadi konstruk. Bagi variabel yang nilai terbesarnya dibawah 0,5 dinyatakan tidak valid dan harus dibuang. Kemudian konstruk yang telah terbentuk dari variabel-varibel pengukuran diberikan nama sesuai dengan item yang membentuknya.

Untuk penelitian ini item pernyataan kuesioner yang merupakan variabel pengukuran, merujuk pada Keppres No. 80 Th.2003 yang merupakan dasar hukum pengadaan barang/jasa pemerintah. Sehingga konstruk yang telah terbentuk merupakan faktor-faktor pembentuk efektivitas pengadaan barang/jasa secara elektronik. Dari hasil diatas didapat bahwa kelima faktor/konstruk yang telah terbentuk tersebut adalah Akuntabel, Sasaran, Keamanan Data, Adil/tidak diskriminatif, Transparan. Pengertian masing-masing faktor tersebut adalah:1) Akuntabel merupakan tercapainya sasaran sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.2) Sasaran merupakan suatu faktor yang menjelaskan objektivitas atau target dari penyelenggaraan pengadaan barang/jasa secara elektronik sehingga menjadi tepat guna.3) Keamanan data merupakan suatu pengukuran khusus untuk pengadaan barang dan jasa secara elektronik, yang menjadi adanya keamanan dalam transaksi elektronik.4) Adil dan tidak diskriminatif merupakan adanya perlakuan yang sama bagi calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun.5) Transparan berarti ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka untuk umum.

Berikutnya setelah kelima konstruk terbentuk sebagai faktor-faktor pembentuk efektivitas pengadaan barang/jasa secara elektronik, kemudian dicari nilai loading factor terbesar. Fungsinya adalah untuk mengetahui faktor paling dominan sebagai pembentuk efektivitas pengadaan barang/jasa secara elektronik. Berdasarkan hasil analisa faktor tersebut didapatkan hasil bahwa dalam membentuk efektivitas pengadaan barang/jasa secara elektronik, faktor yang paling berperan adalah Sasaran dengan nilai factor loading 0,827. Hubungan tersebut dapat dijelaskan melalui gambar berikut:

SasaranAkuntabelKeamanan DataAdil / Tidak DiskriminatifTransparanEfektivitas Pengadaan Barang/Jasa secara Elektronik0,7740,8270,6770,6840,708

Gambar 1 - Faktor Pembentuk Efektivitas Pengadaan Barang/Jasa secara Elektronik

Efektivitas Penerapan Pengadaan Barang dan Jasa secara Elektronik pada Instansi Pemprov Jabar

Penerapan pengadaan barang/jasa secara elektronik pada Instansi Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah dimulai sejak tahun 2009. Pelaksanaannya mencapai 100% dicapai pada tahun 2010. Berdasarkan Pergub No.35 Tahun 2008, bahwa tujuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik atau istilahnya e-procurement adalah untuk meningkatkan efisiensi dan menekan jumlah KKN yang terjadi di Instansi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

Dalam penelitian ini akan diukur efektivitas pelaksanaan pengadaan barang dan jasa secara elektronik pada Instansi Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dengan sampel berjumlah 15 instansi yang terdiri dari 11 Dinas ; 2 Badan ; 2 Biro. Pengukuran dilakukan pada 24 variabel pengukuran dengan 5 konstruk/faktor pembentuk. Perhitungan deskriptif statistik dilakukan dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Perhitungan deskriptif statistik yang bertujuan untuk mengukur efektivitas, dijelaskan melalui metode analisa menggunakan garis kontinu.

Kuesioner menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 4. Perhitungan dengan menggunakan garis kontinu dilalukan untuk mendapatkan masing-masing rentang nilai setiap pernyataan. Hasil pengukuran efektivitas dapat dijabarkan sebagai berikut: Kriteria Sangat Tidak Efektif dengan rentang skor 15-26,25 Kriteria Tidak Efektif dengan rentang skor 26,25-37,5 Kriteria Efektif dengan rentang skor 37,5-48,75 Kriteria Sangat Efektif dengan rentang skor 48,75-60

Berdasarkan rentang tersebut, maka nilai maksimalnya 60 dan nilai minimalnya 15 dengan rentang masing-masing kriteria sebesar 11,25 (perhitungan pada lampiran). Efektivitas pengadaan barang/jasa secara elektronik pada Instansi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dapat dijelaskan melalui gambar garis kontinu berikut:

1526,2537,548,7560Sangat Tidak EfektifTidak Efektif EfektifSangat EfektifAkuntabel 49,4Sasaran 49,167Keamanan Data 50,33Adil/Tdk diskriminatif 51,4Transparan 47,25

Gambar 2-Garis Kontinu Efektivitas Pengadaan Barang/jasa secara Elektronik

Efektivitas merupakan kesesuaian antara output yang dihasilkan dengan tujuan awal yang ingin dicapai. Berdasarkan pengukuran secara deskriptif statistik dengan menggunakan garis kontinu didapatkan hasil bahwa pengadaan barang/jasa secara elektronik pada Instansi Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah berjalan dengan sangat efektif. Dimana tujuan penyelenggaraan barang/jasa secara elektronik adalah untuk memerangi tindak KKN dan meingkatkan efisiensi. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada faktor-faktor yang membentuk efektivitas, didapatkan bahwa empat faktor berjalan dengan sangat efektif dan satu faktor berjalan secara efektif. Secara keseluruhan penyelenggaraan pengadaan barang/jasa secara elektronik telah berjalan sangat efektif dengan nilai 49,52. Hal ini diperkuat dengan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan responden dalam wawancara, yang menyatakan bahwa pelaksanaan e-procurement ini sangat efektif dalam mengurangi tindak KKN.

Dengan pengukuran statistik yang dilakukan dan juga penyataan dari pakarnya sendiri, dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Instansi Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah efektif dalam meningkatkan efisiensi dan mengurangi tindak KKN. Nilai efisiensi yang dicapai Pemerintah Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan dapat dijabarkan pada data berikut:

Efesiensi Pengadaan Secara ElektronikTerhitung Sampai 23 November 2010

Total Paket1571 Paket

Total Paket Selesai1388 Paket

PaguRp 2.449.032.612.907,60

Pagu SelesaiRp 2.208.977.327.572,60

PenawaranRp 1.908.032.534.964,06

EfisiensiRp 300.944.792.608,54

% Efisiensi13,62 %

Tabel 1- Efisiensi Pengadaan Secara Elektronik

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa dari pelaksanaan pengadaan secara elektronik pada seluruh Instansi Pemerintah Provinsi Jawa Barat didapatkan hasil bahwa efisiensi yang terjadi sejumlah 13,62%. Hal ini menunjukkan bahwa sesuai dengan output yang diinginkan bahwa melalui pengadaan barang/jasa secara elektronik sudah dapat meningkatkan efisiensi anggaran. Sehingga melalui keseluruhan hasil pengukuran diantaranya melalui wawancara pakar, pengukuran deskripsi statistik pada seluruh variabel pengukuran, dan data sekunder dari LPSE menyatakan bahwa pengadaan barang/jasa secara elektronik ini telah berlangsung dengan sangat efektif sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:a. Pengadaan barang dan jasa merupakan upaya pihak pengguna untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang diinginkannya, dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu, dan kesepakatan lainnya. Namun pada prakteknya pada instansi pemerintah telah banyak terjadi praktek KKN dalam pengadaan, termasuk Instansi Pemerintah Provinsi Jawa Barat.b. Untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi tindak KKN dalam pelaksanaan barang/jasa pemerintah, maka dibuat pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-procurement) pada Instansi Pemerintah. Dengan menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) yang dikelola oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).c. Melalui Pergub No.35 Tahun 2008, seluruh Instansi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat wajib mengikuti pengadaan secara elektronik. Dalam rangka implementasi e-government, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi KKN yang dimulai tahun 2009 dan saat ini pelaksanaannya sudah mencapai 100%. Namun pelaksanaannya masih belum maksimal, dibuktikan dengan keluhan beberapa pakar yang sebagian besar bermasalah pada bagian teknis.d. Berdasarkan pengukuran terhadap variabel pengukuran maka didapatkan konstruk/faktor pembentuk pengadaan barang/jasa secara elektronik dengan loading faktornya yaitu: Akuntabel: factor loading 0,774 ; Sasaran: factor loading 0,827 ;Keamanan Data: factor loading 0,677; Adil/Tidak Diskriminatif: factor loading 0,684 ; Transparan: factor loading 0,708. Dengan faktor paling dominan pembentuk efektivitas dalam pengadaan barang/jasa adalah sasaran.e. Dengan pengukuran statistik yang dilakukan dan juga pernyataan dari pakar langsung serta perolehan data sekunder, dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Instansi Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah berjalan dengan sangat efektif. Melalui perhitungan garis kontinu didapatkan hasil kriteria sangat efektif dengan skor 49,52 dan nilai efisiensi yang diperoleh sebesar 13,62%.

Saran

a. Pemerintah Provinsi Jawa Barat menduduki posisi teratas dalam pelaksanaan e-procurement di Indonesia, dengan pelaksanaannya yang mencapai 100%. Namun ada baiknya agar pelaksanaanya menjadi merata. Walaupun semua instansi sudah mengikuti pengadaan barang/jasa secara elektronik tetapi tidak dilakukan secara berkelanjutan, kesannya setiap instansi melaksanakannya hanya untuk formalitas. Dibutuhkan pemantauan yang dilakukan secara berkala, sehingga pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara elektronik ini bisa dilakukan merata dan berkelanjutan pada seluruh Instansi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat.b. Dalam pelaksanaan e-procurement ini membutuhkan kesiapan semua pihak, mulai dari pemerintah, rekanan, dan juga masyarakat sebagai saksi. Sehingga jika pemerintah menerapkan suatu sistem yang baru ada baiknya dipublikasikan ke semua kalangan, karena semua lapisan masyarakat membutuhkan informasi. Semua akan terintegrasi dengan baik, jika pemerintah mampu membimbing semua warganya, sehingga tidak ada penafsiran berbeda di berbagai pihak yang mampu menghambat berjalannya suatu keputusan baru.c. Pelaksanaan e-procurement ini sangat membutuhkan kesigapan dalam perolehan informasi dan juga keterbaharuan informasi. Fasilitas yang menunjang sangat diperlukan dalam proses ini. Untuk itu pemerintah perlu merespon secara cepat setiap permasalahan teknis yang terjadi dan juga melakukan maintenance pada sistem secara berkala.d. Pada penelitian ini didapatkan hasil, bahwa faktor pembentuk efektivitas dengan nilai factor loading tertinggi yaitu faktor Sasaran. Hendaknya untuk kedepannya, faktor pembentuk lainnya dapat dievaluasi kembali sehingga semua faktor dapat dimaksimalkan dalam penerapan pengadaan barang/jasa secara elektronik.e. Penelitian ini dibuat untuk mengukur efektivitas, dan hasilnya sudah didapatkan beberapa faktor pembentuk efektivitas. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, mungkin jika ada pembaca yang ingin mengembangkan penelitian ini dapat mengembangkannya pada faktor-faktor pembentuk efektivitas, karena masih banyak yang perlu diketahui untuk dikembangkan.

Daftar Pustaka

Marbun, Rocky. (2010). Tanya Jawab Seputar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta : Visi Media.

Sutedi, Adrian. (2009). Aspek-Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya. Jakarta : Sinar Grafika.

Sekaran, Uma. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat

Simamora, Bilson. (2004). Riset Pemasaran (Falsafah, Teori, Aplikasi)

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV Alfabeta.

Suprayitno, et.al. (2004). Komitmen Menegakkan Good Corporate Governance. Jakarta : The Indonesian Institute for Corporate Governance.

Transparency International. (2007). Buku Panduan Mencegah Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa. Jakarta : Transparency International Indonesia