(394316168) pkmp 12 unair karin induksi kombinasi ekstrak

35
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM : INDUKSI KOMBINASI EKSTRAK CURCUMA XANTHORRHIZA DAN KETOCONAZOLE TERHADAP EKSPRESI TLR-2 CANDIDA ALBICANS PADA PASIEN HIV/AIDS BIDANG KEGIATAN: PKM-P Diusulkan oleh : Ananta Ayu Wulansari Ketua 021411131070/2014 Secondini Hillary S Anggota 021411131066/2014 Raissa Tryantakarina N Anggota 021411131031/2014 Fanny Nuradiyah Anggota 021411131011/2014 Nur Lailiyah Hamimah Anggota 021411131001/2014 Tiara Pravita F Anggota 021411131054/2014 Denis Sherly A Anggota 021411133044/2014 Santri K. Jelita Anggota 021411131042/2014 Intan Safira Anggota 021411131112/2014 Rifatul Jannah Anggota 021411131118/2014 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 201 4

Upload: intan-safira

Post on 01-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

pkm

TRANSCRIPT

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM :

INDUKSI KOMBINASI EKSTRAK CURCUMA XANTHORRHIZA DAN KETOCONAZOLE TERHADAP EKSPRESI TLR-2 CANDIDA ALBICANS PADA PASIEN HIV/AIDS

BIDANG KEGIATAN: PKM-P

Diusulkan oleh :

Ananta Ayu WulansariKetua021411131070/2014Secondini Hillary SAnggota021411131066/2014Raissa Tryantakarina NAnggota021411131031/2014Fanny NuradiyahAnggota021411131011/2014Nur Lailiyah HamimahAnggota021411131001/2014Tiara Pravita FAnggota021411131054/2014Denis Sherly AAnggota021411133044/2014Santri K. JelitaAnggota021411131042/2014Intan SafiraAnggota021411131112/2014Rifatul JannahAnggota021411131118/2014

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA2014PENGESAHAN PKM-KEWIRAUSAHAAN1. Judul Kegiatan : Induksi Kombinasi Ekstrak Curcuma Xanthorrhiza dan Ketoconazole Terhadap Ekspresi TLR-2 Candida Albicans Pada Pasien HIV/AIDS2. Bidang Kegiatan: PKM-Penelitian3. Ketua Pelaksana Kegiatana. Nama Lengkap: Ananta Ayu Wulansarib. NIM: 021411131070c. Jurusan: S1-Pendidikan Dokter Gigid. Universitas: Airlanggae. Alamat Rumah dan Telp/HP: Jalan Pancawarna 7.4/3 Kota Baru Driyorejo, Gresik / 083854475557f. Alamat Email: [email protected]. Anggota Pelaksana Kegiatan: 9 orang5. Dosen Pendampinga. Nama Lengkap dan Gelar: Otty Ratna Wahyuni,drg.,M.Kesb. NIDN: 0023105905c. Alamat Rumah/Telepon: Juanda Harapan Permai H-34 Sidoarjo / 0813303702826. Biaya Kegiatan Totala. Dikti: Rp 7.060.000,00b. Sumber Lain: -7. Jangka Waktu Pelaksanaan: 4 bulan

Surabaya, 20 November 2014Menyetujui

Wakil Dekan IFakultas Kedokteran Gigi Universitas AirlanggaKetua Pelaksana Kegiatan

Dr.R.Darmawan Setijanto,drg.,M.Kes

Ananta Ayu Wulansari

NIP.196110051988031003NIM. 021411131070

Direktur KemahasiswaanUniversitas AirlanggaDosen Pendamping

Drs.Eko Supeno,M.SiNIP.196504031989111001

Otty Ratna Wahyuni,drg.,M.KesNIDN.0023105905

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR iv

A. JUDUL PROGRAM 1B. LATAR BELAKANG 1C. RUMUSAN MASALAH 2D. TUJUAN 2E. LUARAN YANG DIHARAPKAN 2F. KEGUNAAN 2G. TINJAUAN PUSTAKA 31. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) 31.1 Taksonomi dan tata nama 31.2 Morfologi temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) 31.3 Kandungan temulawak 31.3.1 Essential oil 31.3.2 Tannin 41.3.3 Curcumol 41.3.4 Curcumin 41.3.5 Xanthorrhizol 52. Anticandidal agents (Ketoconazole) 53. Candida albicans 54. HIV/AIDS dan oral candidiasis 65. Toll Like Receptors (TLR) 6

2.METODE PELAKSANAAN 6 a.Metode penelitian 6 b.Lokasi penelitian dan waktu penelitian 6 c.Sample dan besar sample 7 d.Variable 7 e.Definisi operasional 7 f.Bahan dan alat penelitian 7 g.Prosedur pelaksanaan 8 h.Pengukuran hasil 9 i.Analisis data 9 j.Alur penelitian 103. JADWAL KEGIATAN 134. RANCANGAN BIAYA 135. DAFTAR PUSTAKA 146. LAMPIRAN 16

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur senyawa tannin4

Gambar 2 : Struktur senyawa xanthorrhizol5

Gambar 3 : Alur penelitian9

A. JUDUL PROGRAMInduksi Kombinasi Ekstrak Curcuma xanthorrhiza dan Ketoconazole terhadapEkspresi TLR-2 Candida albicans pada Pasien HIV/AIDS.

B. LATAR BELAKANGCandida albicans merupakan flora oportunistik yang dalam keadaan patogendapat menyebabkan life-threatening mucosal dan infeksi sistemik pada pasien immunocompromised. Pada individu yang sehat, patogenitas spesies Candida rendah. Berbeda dengan individu dengan imunitas yang menurun atau adanya perubahan flora mikroorganisme rongga mulut. Pada host tersebut, terjadi overgrowth, sehingga menyebabkan oropharyngeal candidiasis (thrush) atau denture stomatitis (Hise, 2009). Oropharyngeal candidiasis (OPC) merupakan infeksi fungi oportunistik yang paling sering ditemukan pada pasien Human Immunodeficiency Virus (HIV). (Goupil, 2009)Perawatan untuk kondisi pasien tersebut dapat menggunakan antifungal topikalseperti amphotericin B (AmB), fluconazole, flucytosine, nystatin, dan ketoconazole. Antifungal topikal tersebut telah teruji melalui metodologi microdilusi oleh Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) dan hasilnya berupa nilai Minimal Inhibitory Concentration (MIC). (Brito, 2010)Indonesia tengah menghadapi peningkatan jumlah pasien HIV/AIDS yakni 2682 pada 2004 dan meningkat hingga 16.110 kasus hingga pada akhir 2008. Pasien HIV teridentifikasi pada stadium akhir dalam jumlah sel CD4 yang rendah (median CD4:47/mm3; range 11-276). Kasus tersebut mengindikasikan pertahanan terhadap tes HIVcenderung tinggi atau fasilitas tes yang kurang memadai. (Alisjahbana, 2009)AIDS yang disebabkan oleh retroviral virus menunjukkan afinitas CD4, limfosit Thelper yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Sel T helper 17 (TH17) berperan penting dalam penyakit autoimun (Zou, 2011). Sel Th17 dan produksi interleukin-17 (IL-17) berperan dalam pertahanan mukosa host terhadap candidiasis. Pada keadaan sel Th17 rendah dan sitokin menunjukkan pathogen candidiasis, dan ditemukan bahwa jumlah perhitungan CD4 rendah, maka dapat disimpulkan penderita mengalami sindroma low-CD4, beberapa penyakit imunodefisiensi yang jarang ditemukan, atau pada pasien acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Berkurangnya diferensiasi CD4 menjadi sel Th17 dapat mempengaruhi pertahanan mukosa host terhadap candida (Glocker, 2009). HIV menginvasi limfosit2 yang rentan dan membuatnya nonfungsional sehingga mengganggu sejumlah besar fungsi imunologi yang penting. Gangguan tersebut dapat mengakibatkan infeksi oportunistik dan menyebabkan terjadinya berbagai neoplasma.Pasien dengan klinis AIDS dan tidak diobati memiliki rata-rata usia 6.4 bulan. Penggunaan obat-obatan dan manajemen infeksi oportunistik yang cepat dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup hingga 3.8 tahun (Sonis, 1995).Antifungal terbukti efektif dapat mengurangi pertumbuhan dan kolonisasiCandida sp. Ketoconazole merupakan obat-obatan pertama dari golongan azole yang dapat mencapai level darah yang terapeutik apabila digunakan peroral. Ketoconazole umumnya digunakan pada perawatan pasien immunocompromised, namun memiliki efek samping nausea dan hepatotoksik (Brito, 2010). Pada golongan azole lainnya, seperti fluconazole, itraconazole, dan voriconazole juga didapatkan efek samping serupa.Efek antifungal dari essential oil dari berbagai jenis tanaman dan telah terbukti memiliki aktivitas antifungi. Curcuma xanthorrhiza Roxb., lebih dikenal sebagai tanaman dari Jawa yang digunakan sejak dahulu di negara-negara Asia sebagai makanan dan obat-obatan tradisional. Xanthorrhizol, yang diisolasi Curcuma xanthorrhiza, telah dibuktikan memiliki aktivitas antikariogenik terhadap Streptococcus mutans dan memiliki aktivitas antifungal terhadap C. albicans, C. glabarata, C, guiliermondii, C. krusei, C. parapsilosis dan C. tropicalis (Rukayadi, 2006).Rukayadi, dkk. telah membuktikan bahwa kandungan xanthorrhizol dapatmenghambat dan membunuh C. albicans (Rukayadi, 2006) Xanthorrhizol potensial sebagai senyawa natural untuk infeksi jamur. (Dipiro, 2011)Pemberian obat akan mempengaruhi sistem imun tubuh. Pada pasien HIV/AIDS, dimana pasien mengalami immunodeficiency tentu tidak terlepas dari aktivitas Toll-Like Receptors yang berfungsi mengaktifkan respon sel imun dan sebagai detektor invasi mikroba pathogen. TLR menginisiasi jalur sinyal transduksi yang memicu ekspresi g en. (Takeda, 2005)Kombinasi ketoconazole dan ekstrak Curcuma xanthorrhiza diharapkan dapatmenjadi langkah yang diharapkan dapat mengatasi candidiasis dan mampu meningkatkan efek terapeutik dari ketoconazole.

C. RUMUSAN MASALAH1. Apakah pemberian kombinasi ketoconazole dan ekstrak temulawak (Curcumaxanthorrhiza) dapat menghambat pertumbuhan C. albicans pada pasien HIV/AIDS2. Bagaimana ekspresi gen oleh TLR-2 pada penggunaan kombinasi ini?

D. TUJUAN1. Menguji pengaruh kombinasi ekstrak temulawak ketoconazole pada pertumbuhankoloni C. albicans2. Mencari konsentrasi optimal dalam kombinasi ekstrak temulawak ketoconazoledalam menghambat pertumbuhan koloni C. albicans.3. Membuktikan bahwa dengan mengkombinasikan ekstrak temulawak ketoconazoledapat menurunkan pertumbuhan koloni C. albicans dibandingkan pemberian ketoconazole tunggal4. Menganalisa ekspresi gen oleh TLR-2 pada penggunaan kombinasi ekstrak temulawak-ketoconazole.

E. LUARAN YANG DIHARAPKANHasil penelitian ini dapat dipublikasikan di jurnal ilmiah.

F. KEGUNAAN1. Memberikan pengembangan dalam kegunaan tanaman herbal ekstrak temulawakuntuk menurunkan C. albicans2. Meningkatkan efek terapeutik pengobatan oral candidiasis pada pasien HIV/AIDSdengan menggunakan kombinasi ketoconazole dan ekstrak temulawak.G. TINJAUAN PUSTAKA1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan salah satu jenis herbal yang termasuk dalam famili Zingiberaceae. (Sylviana H, 2009). Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Temulawak umumnya ditemukan di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, namun juga dapat ditemukan di Cina, India, Jepang Korea, Amerika, dan beberapa negara Eropa. Akar Curcuma xanthorrhiza Roxb. telah diketahui memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri seperti Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, dan Salmonella.

1.1 Taksonomi dan tata namaMenurut ilmu botani (tumbuh-tumbuhan), temulawak diklasifikasikan ke dalamgolongan sebagai berikut (Wijayakusuma, 2007): Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)Kelas : Monocotylodenae (Biji berkeping satu) Ordo : ZingiberalesFamili : ZingiberaceaeGenus : CurcumaSpesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb.

1.2 Morfologi temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)Tanaman berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 84cm dan lebar 10 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 80cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 23cm dan lebar 4 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 2cm dan lebar 1cm.

1.3 Kandungan temulawakBerdasarkan tes uji klinis, komposisi kimia temulawak terdiri dari: essential oil (1.05%), tannin (6.91%), curcumol (1.36%), curcumin (1.82%), dan xanthorrhizol (2,64%).1.3.1 Essential Oil (minyak atsiri)Essential oil merupakan produk dari uap maupun air dari bagian-bagian tanaman (daun, batang, biji, buah, akar, dan sebagainya). Essential oil atau yang lebih dikenal dengan minyak atsiri ini mengandung ratusan senyawa kimia sehingga membuat minyak ini memiliki aroma khusus. (Douglas, 2005)Essential oil memiliki komponen dan sifat antimikroba yang beragam. Aktivitas antimikrobanya berasal dari kandungan oxygenated terpenoids, phenolic terpenes, phenylpropanoids dan alkohol. (Bassole, 2012)

1.3.2 TanninTannin atau tannoid merupakan senyawa polyphenolic yang mengikat danmengendapkan protein serta beberapa senyawa organik lainnya seperti asam amino dan alkaloid. Tannin diperoleh melalui phytochemical analysis dengan menggunakan ekstrak methanol. Adanya tannin dalam ekstrak temulawak diindikasikan dengan adanya endapan kuning yang terbentuk. (Masih, 2012)

Gambar 1: Struktur senyawa tannin (Sobkowsi, 2008)

1.3.3 CurcumolCurcumaxanthorrhiza mempunyai senyawa bioaktif yang umum digunakan dalam dunia medis, salah satunya adalah curcumol. Curcumol telah digunakan dalam perawatan kanker serviks (Itokawa et al., 2008). Curcumol telah digunakan dalam pengobatan China dan diketahui memiliki efek antitumor, namun tidak banyak diketahui mekanismenya secara molecular. Penelitian terkini menunjukkan mekanisme molecular curcumol terhadap kematian sel dalam paru-paru pasien adenocarcinoma (ASTC-a-1). Melalui flow cytometry (FCM) teknik diketahui bahwacurcumol memicu kematian sel secara apoptosis. (Zhang W, 2011)

1.3.4 CurcuminCurcumin adalah senyawa carotenoid yang diisolasi dari akar tanaman Curcuma sp. Senyawa ini memiliki aktivitas anti-inflamasi, anti-infeksi dan anti- kanker. Curcuma sp. merupakan tanaman herbal yang umum terdapat di Asia Selatan dan telah digunakan secara luas karena memiliki efek terapetik yang beragam. Curcumin saat ini telah diketahui memiliki aktivitas biological terutama anti-inflamasi(Crohns disease, arthritis, dan beberapa gangguan sistem kardiovaskuler) seta anti- kanker (antimetatastic-anticariogenic). (Paila, 2008)Curcumin telah diketahui memiliki sifat antimikroba. Dengan isolasi menggunakan ekstrak dari golongan alkohol, kandungan curcumin dapat menghambataktivitas Streptococcus sp. (Parthasarathy, 2008). Senyawa ini juga diketahui memiliki aktivitas anti-candida apabila dikombinasikan dengan golongan azoles atau polyenes karena dapat mereaktif oksigen untuk memicu apoptosis. (Gruyter, 2011)

1.3.5 XanthorrhizolXanthorrhizol dapat memicu denaturasi protein pada dinding sel Candida yangberfungsi sebagai pengeluaran protein. Dinding sel akan mengerut dan mati. (Cendana,2010). Xanthorrhizol berpotensi sebagai antibakteri terhadap Actinomyces viscosusdan Porphyromonas gingivalis yang merupakan penyebab periodontitis dan Streptococcus mutans yang merupakan penyebab utama karies gigi. Curcuma xanthorrhiza juga berperan terhadap Candida albicans dan Lactobacillus sp. (Quirin,2007)

Gambar 2: Struktur senyawa xanthorrhizol

2. Anticandidal Agents (Ketoconazole)Ketoconazole merupakan turunan imidazole sintetik dengan struktur mirip miconazoledan chlotrimazole. Obat ini bersifat lipofilik dan larut pada air dengan pH asam. Ketoconazole aktif sebagai antifungi baik sistemik maupun non sistemik (Munaf, 2008). Ketoconazole bekerja dengan menghambat cytochrome P450 sehingga akan menghambat sintesa ergosterol yang merupakan komponen vital jamur, sehingga terjadi kerusakan membrane sel jamur (Herawati, 2008)

3. Candida albicansC. albicans adalah jamur berbentuk bulat, agak lonjong, dan berwarna putih. Spesies inimerupakan keluarga Cryptococcaceae (Gandahusada, 2006). C. albicans merupakan spesies paling pathogen dan paling banyak ditemukan di permukaan mukosa dan sering menyebabkan infeksi di rongga mulut (Casadeval, 2002).Diagnosa C. albicans dapat ditegakkan apabila koloni Candida membentuk germ-tubesbila dibiakkan pada serum darah, membentuk chlamydospores pada media agar, bereaksidengan fermentasi gula, dan bereaksi pada pembentukan antigen-antibodi kompleks (Winasa,1995)

4. HIV/AIDS dan Oral CandidiasisHuman Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih (CD4) sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia sehingga renta terhadap penyakit. Oral candidiasis merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh keberadaan Candida yang sering dijumpai dalam perjalanan infeksi HIV akibat kondisi immunocompromised. Oral candidiasis merupakan komplikasi rongga mulut yang paling tinggi angka kejadiannya. (Greenspan, 2005).

5. Toll-Like ReceptorsKarakter fungsional TLR adalah sebagai innate immunity yang dapat mendeteksi invasi mikroba pathogen. Untuk mengenali komponen mikroba, TLR menginisiasi jalur sinyal transduksi yang merupakan pemicu ekspresi gen. Produk gen trersebut mengontrol respon innate imunity dan menginstruksikan kekebalan antigen spesifik (Takeda, 2005).TLR bertanggung jawab terhadap pengenalan Pathogen-Associated Molecular Patterns (PAMPs) yang diekspresikan dalam spektrum besar dari agen infektif. TLR mengaktifkan jalur NF-kB yang meregulasi ekspresi sitokin. Melalui aktivasi NF-kB menimbulkan respon innate immunity dan imun adaptif oleh produksi sitokin inflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, TNF alpha, IL-12, chemokin, dan menginduksi molekul kostimulator seperti CD80, CD86, dan CD40. MyD88 mengikat FADD dan memicu apoptosis melalui kaskade Caspase. Dengan demikian, aktivasi jalur apoptosis melalui TLR berkontribusi dalam mekanisme pertahanan yang dimanfaatkan oleh innate immunity. (Anonymous, 2012)Candidiasis umumnya menjadi gejala berat dari infeksi pada host yang immunocompromised. Tingkat kematian pada pasien candidiasis dipengaruhi oleh bioavailabilitas obat antifungal. Dalam patologi, fungal dapat dikenali oleh sel-sel imun dan memicu pertahanan tubuh. TLR-2 memiliki peranan penting dalam pengenalan Candida albicans. Dalam sel-sel darah, sinyal TLR-2 menunjukkan kontribusi untuk memproduksi sitokin proinflammatory (Netea, 2012).

H. METODE PENELITIANa. Jenis penelitian :Penelitian yang akan dilaksanakan adalah eksperimental laboratories.

b. Lokasi penelitian dan waktu penelitianPenelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi, Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi, Laboratorium Biologi Fakultas Sains danTeknologi, dan Institute Tropical Disease Universitas Airlangga. Studi ini memerlukan waktu 4 bulan.

c. Sampel dan besar sampleSampel penelitian menggunakan stok C. albicans dari mukosa penderita dengan diagnosa pasti HIV/AIDS di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan belum mendapatkan terapi ARV.Perhitungan besar sampel dilakukan dengan rumus Lopes 1998. Rumus besar sampel adalah :

r = 2t2 . s2d2

Keterangan :r = jumlah replikasit = : 0,05/2 pada derajat bebas 4 = 2,57s = simpangan baku populasi = 0,18d = nilai kesalahan absolut yang dapat ditolerir dengan signifikansi 95% adalah 0,4

Hasil perhitungan jumlah sampel adalah minimal 3 untuk setiap kelompok perlakuan.

d. Variabel1. Variabel bebas : konsentrasi ketoconazole dan temulawak2. Variabel terikat : kolonisasi C. albicans dan ekspresi TLR-23. Variabel terkendali : kultur Candida albicans dan metode laboratorium

e. Definisi operasional :1. Variabel kultur C. albicans dari pasien HIV/AIDS non ARV ditanam dan dibiakkan2. Konsentrasi ketoconazole mula-mula adalah 4 mg/mL dilakukan penipisan serial sebanyak 7 kali hingga 0.0625 mg/mL.3. Variabel kolonisasi C. albicans adalah jumlah koloni C. albicans pada media merupakan hasil dari penanaman proses pengenceran serial.

f.Bahan dan alat penelitianBahan1. Kultur C. albicans pasien HIV/AIDS

5. Ketoconazole

non ARV2. Sabouraud Dextrose Agar (SDA)6. Dimethyl sulfoxide (DMSO)7. Aquadest

3. Sabouraud Dextrose Broth (SDB)4. Ekstrak temulawak (Curcuma8. Methanol9. Monoclonal antibody anti-TLR2

xanthorrhiza)10. Reagen pengecatan imunohistokimia

Alat1. Dispossable syringe2. Inkubator3. Autoclave4. Pipet5. Mikropipet6. Tabung reaksi7. Neraca analitik8. Sonikator9. Brander dan spiritus

10. Oase11. Rak tabung reaksi12. Spreader13. Eppendorf14. Refrigerator15. Freeze dryer16. Gelas ukur17. Mikroskop cahaya18. Inkubator CO2g. Prosedur pelaksanaan1. Tahap persiapana. Mempersiapkan temulawak yang matang, dipotong, dikeringkan, dan diparut sebelum melakukan pembuatan ekstrak.b. Mempersiapkan serbuk ketoconazole.c. Pengambilan stok C. albicans di Institute Tropical Disease (ITD).d. Pembuatan media Sabouraud Dextrose Broth dan Sabouraud Dextrose Agar. e. Pemeriksaan imunohistokimia di ITD

2. Tahap penelitiana. Pengambilan stok C. albicansPengambilan C. albicans dari rongga mulut pasien suspect HIV/AIDS yang kemudian disimpan di ITD dalam refrigerator -800C.b. Tahap pembuatan ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza).Temulawak diperoleh dengan cara ekstrak menggunakan methanol. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) ditimbang dan dilarutkan dengan methanol, kemudian dilakukan sonikasi sehingga menghasilkan partikel yang lebih kecil. Metode ini dilakukan dan diulang sebanyak 3 kali kemudian dilakukan evaporasi untuk menghilangkan sisa methanol. Pembuatan ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza) akan dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.c. Tahap pembuatan ketoconazoleSerbuk ketoconazole yang ditimbang sebesar 4 mg dan dilarutkan dalam 0.2 mLdimethylsulfoxide (DMSO) dan 10 mL aquadest untuk menghasilkan konsentrasi100%.d. Prosedur kerjaPengenceran serial ketoconazole :Ketoconazole dibagi dalam 9 tabung. Tabung pertama berisi 10 mL ketoconazoledengan konsentrasi 100%, tabung ke 2 hingga ke 7 diisi dengan media SDB. Pengenceran serial dilakukan mulai dari tabung pertama hingga ke 7. Setiap tabung berisi 5 mL dan konsentrasi beragam, mulai 100%-1.5625% (4 mg/mL 0.0625 mg/mL). 0,1 inoculum standard McFarland diisolasi di setiap tabung.Tabung ke 8 dan 9 merupakan control positif dan negatif. Tabung diinkubasi dalam incubator selama 24 jam 370C.

Pengenceran serial ekstrak Curcuma xanthorrhiza:Ekstrak temulawak dibagi menjadi 6 konsentrasi yang berbeda, 100%, 90%, 80%,70%, 60%, 50% (2.5mL-1.25mL) masing-masing dimasukkan ke dalam tabungsebanyak 2.5 mL setiap tabung. Tabung ke 2-6 diisi dengan media SDB dan 0.1 inokulum. Tabung ke 7 dan 8 digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. Tabung diinkubasi 370 24 jam.

Pemeriksaan inhibisi pada kombinasi ekstrak temulawak-ketoconazole: Ekstrak temulawak dibagi dalam 5 tabung dengan konsentrasi yang berbeda. 2,5 mL ekstrak untuk setiap tabung. Hasil Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dikombinasikan dengan ekstrak. 5 mL media SDB dan 0,1 inokulum ditanamdalam media tersebut. 2 tabung lain sebagai kontrol positif dan negatif. Tabung diinkubasi selama 24 jam 370C kemudian ditanam kembali dalam SDA, diinkubasi dan dilakukan perhitungan jumlah koloni.

Pemeriksaan imunohistokimiaPemeriksaan imunohistokimia dilakukan untuk mengetahui aktivitas TLR-2 dan terhadap ekspresi gen setelah penggunaan kombinasi ekstrak temulawak-ketoconazole. Pada pemeriksaan ini dilakukan pengamatan terhadap 5 lapang pandang dengan pembesaran 400x.

h. Pengukuran hasilPengukuran hasil dilakukan dengan perhitungan jumlah koloni dari penanaman.

i. Analisis dataData yang diperoleh dari hasil penelitian dikelompokkan, lalu ditabulasikan, dan dianalisisdengan menggunakan Independent Sample Test dengan taraf kemaknaan 5%. Uji ini dilakukan untuk membandingkan efektivitas penggunaan ketoconazole tunggal, ekstrak temulawak tunggal, dan kombinasi keduanya.j. Alur penelitian-Ketoconazole tunggal

Larutkan 4 mg ketoconazole dengan 0,2 ml DMSO dalam eppendorf

Siapkan 9 tabung reaksi

Beri label 1-9Tabung 1: 10 ml aquadest sterilTabung 2-10: 5 ml Sabouraud Dextrose Broth (SDB)

Pengenceran serial

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Masukkan 0,1 inokulum pada tabung 1-9

Inkubasi selama 24 jam 370C

Lakukan cross check dengan menanam ulang pada media SDA

Inkubasi selama 24 jam 370C

Hitung koloni

Siapkan 8 tabung reaksi

Beri label 1-9Tabung 1: 10 ml ekstrak temulawak 100%Tabung 2-8: 5 ml Sabouraud Dextrose Broth (SDB)

Pengenceran serial

1 2 3 4 5 6 7 8

Masukkan 0,1 inokulum pada tabung 1-8

Inkubasi selama 24 jam 370C

Lakukan cross check dengan menanam ulang pada media SDA

Inkubasi selama 24 jam 370C

-Ekstrak Temulawak Tunggal

Hitung koloni

Siapkan 9 tabung reaksi

Beri label 1-9Tabung 1: 10 ml ekstrak temulawakTabung 2-7: 5 ml Sabouraud Dextrose Broth (SDB)

Pengenceran serial

1 2 3 4 5 6 7

Masukkan ketoconazole sebesar MIC yang ditemukan dari perhitungan ketoconazole tunggal pada masing-masing tabung

Masukkan 0,1 inokulum pada tabung 1-9

Lakukan replikasi sebanyak 3 kali

Inkubasi selama 24 jam 370C

Lakukan cross check dengan menanam ulang pada media SDA

Inkubasi selama 24 jam 370C

-Kombinasi Ekstrak Temulawak - Ketoconazole

Hitung koloni

Gambar 3 : Alur penelitian

I. JADWAL KEGIATAN

NoKegiatanBulan ke-1Bulan ke-2Bulan ke-3Bulan ke-4

Minggu ke-Minggu ke-Minggu ke-Minggu ke-

1234123412341

1Persiapan:

Pengambilan sampel

Pembuatan ekstrak temulawak

Pembuatan media SDA danSDB

Penimbangan serbukketoconazole

2Penelitian:

Percobaaan denganketoconazole tunggal

Percobaan dengan ekstraktemulawak

Replantasi dan hitung koloni

Penelitian dan pengamatandengan kombinasi ekstrak-ketoconazole

Pemeriksaan imunohistokimia

3Analisis akhir dan evaluasi

J. RANCANGAN BIAYA

imunohistokimia

2Peralatan penunjang

a. aquadest200.000200.000

b. sewa laboratorium400.000400.000

c. stryrofoam dan dry ice100.000100.000

3Perjalanan

a. Transportasi500.000500.000

JUMLAHRp 12.225.000

K. DAFTAR PUSTAKA

1. Alisjahbana B, Susanto H, Roesli R, Yusuf H, et al. Prevention, control and treatment of HIV-AIDS among injecting drug use in Bandung, Indonesia. Acta Med Indones-Indones J Intern Med 2009 July; 41:65-692. Anonymous. 2012. Toll-Like Receptors: Bridging Innate and Adaptive Immune Responses. Available from: http://www.ebioscience.com/knowledge-center/area-of- biology/innate-immunity/toll-like-receptors.htm3. Anonymous. 2012. Xanthorrhizol Antibacterial and Anti-inflammatory. Available from:http://www.enzolifesciences.com/ALX-350-263/xanthorrhizol/4. Bassole, Imael HN dan Juliani, HR. 2012. Essential Oils in Combination and TheirAntimicrobial Properties. Molecules 17; 3989-4006 available from:www.m.dpi.com/journal/molecules5. Brito GNB, Inocncio AC, Queorge AOC, Koga-Ito CY. In vitro antifungal susceptibility of Candida spp. oral isolates from HIV positive patients and control individuals. Braz Oral Res. 2010 Jan-Feb; 25(1):28-336. Cendana IR. Inhibiton Effect of Temulawak Extract (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)towards The Growth of Candida Albicans (Experimental Laboratory Research). SkripsiFakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 20107. DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, et al. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach8th Edition. 2011. USA: Appleton & Lange8. Douglas M, Heyes J, Smallfield B, Mazaud F, Jenane C. 2005. Herbs, Spices, and Essential Oils (Post-harvest Operations in Developing Countries). Available from: www.unido.org9. Glocker E, Hennings A, Nabavi M, Schffer AA, Woellner C, et al. A homogzygousCARD9 mutation in family with susceptibility to fungal infection. N Engl J Med 2009Oct;361:1727-173510. Goupil M, Trudelle EB, Dugas V, Racicot-Bergeron C, et al. Macrophage-mediated responses to Candida albicans in mice expressing the human immunodeficiency virus type 1 transgene. Infection and Immunity 2009 Sept; vol 77. no. 9: 4136-414911. Gruyter, de Walter. 2010. Synergistic Anticandidal Activity of Pure PolyphenolCurcumin I in Combination with Azoles and Polyenes Generates Reactive OxygenSpecies Leading to Apoptosis. J Bio Chem pp 1112. Hise AG, Tomalka J, Ganesan S, Patel K, et al. An essential role for the NLRP3 inflammasome in host defense against the human fungal pathogen Candida albicans. Cell Host and Microbe 2009;5:487-49713. Itokawa H, Shi Q, Akiyama T, Morris-Natschke S, Lee KH. 2008. Review: RecentAdvances in The Investigation of Curcuminoids. J BioMed Centr pp 1-1314. Masih NG, Singh BS. 2012. Phytochemical Screening od Some Plants Used in HerbalBased Cosmetic Preparation. Dalam buku Chemistry of Phytopotentials: Health, Energy, and Environmental Perspectives pp 111-112 oleh Srivastave MM, Khemani LD, Srivastava S.15. Michael Sobkowski. 2008. Tannic Acid. Available from:

http://commons.wikimedia.org/wiki/Image:Tannic_acid_(looizuur).png16. Netea MG, Sutmuller R, Hermann C, Van der Graaf CAA, et al. 2012. Toll-Like Receptor2 Suppresses Immunity against Candida albicans through Induction of IL-10 andRegulatory T Cells. J Immunol 2004; 172:3712-371817. Paila, Hari Srinivas Kalyan. 2008. Molecular Modeling Studies of Curcumin Analogs asAnti-Angiogenic Agents. Proquest18. Parthasarathy VA, Hempakam B, Zachariah TJ. 2008. Chemistry of Spices. India: CABI19. Quirin KW. 2007. Herbal Extracts in Support of Natural Cosmetics Preservation. C Science Tech. Available from: www. cosmeticsciencetechnology.com/companies/articles/1131.pdf20. Rukayadi Y, Yong D, Hwang JK. In vitro anticandidal activity of xanthorrhizol isolatedfrom Curcuma xanthorrhiza Roxb. J Antimicrobial Chemotherapy 2006 Apr: 57; 1231-123421. Sonis ST, Fazio RC, and Fang L. 1995. Principle and Practice of Oral Medicine. USA: W.B. Saunders Company.22. Sylviana Husein, Adolf Parhusip, Elisa Friska Romasi. 2009. Study on AntibacterialActivity from Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Rhizomes AgainstPathogenics Cell Destruction. J Applied and Industrial Biotechnology in Tropical Region vol. 2 no. 1 April 200923. Takeda K, Akira S. 2005. Toll-like Receptors in Innate Immunity. Int Immunol. 2005 Jan;17(1):1-1424. Wijayakusuma, Hembing. 2007. Penyembuhan dengan Temulawak. Jakarta: SaranaPustaka Prima25. Zhang W, Wang Z, Chen T. 2011. Curcumol Induces Apoptosis via Caspases- Independent Mitochondrial Pathway in Human Lung Adenocarcinoma ATC-a-1 Cells. Med Oncol. 2011 Mar; 28(1): 307-14.26. Zou W, Restifo NP. Th17 cells in tumour immunity and immunotherapy. Nature Review

immunology 2011 July; 10:284-256L. LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUPI. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama : Ananta Ayu Wb. NIM : 021411131070c. Tempat/tgl.Lahir : Surabaya, 30 Maret 1996d. Alamat : Jl. Gunung Anyar Asri B/17 Surabayae. No. Telp : 08563107641f. Jabatan sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UniversitasAirlangga semester 1 g. Waktu untuk kegiatan PKM: 8 jam / minggu

Ketua Pelaksana

II. Anggota Pelaksana

Ananta Ayu Wulansari

1. a. Nama : Dewina Marsha Larasati b. NIM : 021011042c. Tempat/tgl.Lahir : Surabaya, 14 Maret 1992d. Alamat : Jl. Manyar Rejo IV Surabaya e. No. Telp : 081331906314f. Jabatan sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UniversitasAirlangga semester 5g. Waktu untuk kegiatan PKM: 8 jam / minggu

Anggota Pelaksana

2. a. Nama : Ardhiyan Rahmadi b. NIM : 021011166

Dewina Marsha Larasatic. Tempat/tgl.Lahir : Surabaya, 15 November 1991d. Alamat : Jl. Rungkut Asri Timur II/10 Surabayae. No. Telp : 085645277992f. Jabatan sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UniversitasAirlangga semester 5 g. Waktu untuk kegiatan PKM: 8 jam / minggu

Anggota Pelaksana

Ardhiyan Rahmadi

III. Biodata Dosen Pembimbing

a. b.Nama Lengkap dan GelarGol. Pangkat dan NIDN: Dr. A. Retno Pudji Rahayu, drg., M.Kes: Pembina (IVa) / 0014115906

c.Jabatan Fungsional: Lektor

d.e.Jabatan StrukturalFakultas / Program Studi: -: Kedokteran Gigi

f.Bidang Keahlian: Patologi Mulut Imunologi

Dr. A. Retno Pudji Rahayu, drg., M.KesNIDN. 0014115906