351.077 ind p - kemkes.go.id

101

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 351.077 Ind p - kemkes.go.id
Page 2: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 1

PEDOMAN INDIKATOR

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RPJMN DAN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN

TAHUN 2020-2024

KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2020

351.077

Ind

p

Page 3: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 1

PEDOMAN INDIKATOR

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RPJMN DAN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN

TAHUN 2020-2024

KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2020

351.077

Ind

p

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 2

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

351.077 Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal p Kesehatan Masyarakat Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat Dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2020 ISBN 978-623=301-002-3 1. Judul I. MINISTRY OF HEALTH PLANNING II. HEALTH POLICY III. GOVERNMENT PROGRAMS IV. PUBLIC HEALTH

Page 4: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 3

KATA SAMBUTAN

Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. RPJMN 2020-2024 telah mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dimana Target-target dari 17 SDGs beserta indikatornya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda pembangunan Indonesia ke depan.

Pada agenda ke 3 Pembangunan Nasional; meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing; sektor kesehatan harus fokus untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. Strategi yang digunakan untuk mencapai hal tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu, anak, dan KB dan kesehatan reproduksi, percepatan perbaikan gizi, peningkatan pengendalian penyakit, pembudayaan perilaku hidup sehat melalui gerakan masyarakat hidup sehat, serta penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan. Kegiatan pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti dengan indikator-indikator pendukung. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang tengah disusun juga memuat indikator yang selaras dan mendukung indikator RPJMN 2020-2024.

Indikator merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukan atau mengindikasikan keberhasilan suatu program dan datanya didapatkan melalui pencatatan dan pelaporan. Setiap indikator yang dilaporkan kepada pusat perlu dimonitor capaiannnya.

Saya harap dengan adanya pedoman indikator RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 ini, pelaksanaan pencatatan dan pelaporan program kesehatan masyarakat dapat berjalan lancar, sesuai dengan definisi operasional dan formula yang telah ditetapkan serta datanya dilaporkan secara rutin sesuai ketentuan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah menyusun buku pedoman ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh pemegang program kesehatan masyarakat di Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya.

Jakarta, 14 September 2020 Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Ttd dr. Kirana Pritasari, MQIH

Page 5: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 3

KATA SAMBUTAN

Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. RPJMN 2020-2024 telah mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dimana Target-target dari 17 SDGs beserta indikatornya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda pembangunan Indonesia ke depan.

Pada agenda ke 3 Pembangunan Nasional; meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing; sektor kesehatan harus fokus untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. Strategi yang digunakan untuk mencapai hal tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu, anak, dan KB dan kesehatan reproduksi, percepatan perbaikan gizi, peningkatan pengendalian penyakit, pembudayaan perilaku hidup sehat melalui gerakan masyarakat hidup sehat, serta penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan. Kegiatan pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti dengan indikator-indikator pendukung. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang tengah disusun juga memuat indikator yang selaras dan mendukung indikator RPJMN 2020-2024.

Indikator merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukan atau mengindikasikan keberhasilan suatu program dan datanya didapatkan melalui pencatatan dan pelaporan. Setiap indikator yang dilaporkan kepada pusat perlu dimonitor capaiannnya.

Saya harap dengan adanya pedoman indikator RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 ini, pelaksanaan pencatatan dan pelaporan program kesehatan masyarakat dapat berjalan lancar, sesuai dengan definisi operasional dan formula yang telah ditetapkan serta datanya dilaporkan secara rutin sesuai ketentuan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah menyusun buku pedoman ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh pemegang program kesehatan masyarakat di Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya.

Jakarta, 14 September 2020 Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Ttd dr. Kirana Pritasari, MQIH

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 4

KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 tentang Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasioal Tahun 2020-2024 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, maka Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menyusun Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020-2024. Pedoman ini memberikan informasi secara detail tentang indikator dan target yang seharusnya dicapai dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 sehingga mudah dipahami oleh daerah dan mengurangi kesalahan pencatatan pelaporan program kesehatan masyarakat. Pedoman ini memuat informasi tentang indikator, cara perhitungan, definisi operasional, pelaksana kegiatan, tempat pelaksaaan, waktu pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan, serta waktu pelaporan. Peningkatan kualitas pedoman indikator ini menjadi perhatian kami, masukan dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pedoman di tahun yang akan datang. Semoga pedoman ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan program di masa mendatang.

Jakarta, 14 September 2020

Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat, Ttd

drg. Kartini Rustandi, M. Kes

Page 6: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 5

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ............................................................................................ 3 KATA PENGANTAR .......................................................................................... 4 DAFTAR ISI ..................................................................................................... 5 DAFTAR TABEL ............................................................................................... 9 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 ......... 10 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 .......................... 13 BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 13 1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 13 1.2. Tujuan ................................................................................................... 14 1.3. Sasaran .................................................................................................. 14 1.4. Dasar Hukum ......................................................................................... 14

BAB 2 INDIKATOR DAN TARGET PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RPJMN DAN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 ........................................................................................... 15 2.1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada RPJMN

Tahun 2020-2024 .................................................................................. 15 2.2. Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Renstra

Tahun 2020-2024 ................................................................................. 19 2.2.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat ................................. 19 2.2.2. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga .................. 19 2.2.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat ........................ 20 2.2.4. Indikator Kinerja Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga ..................... 20 2.2.5. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan ............................... 20 2.2.6. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan

Pemberdayaan Masyarakat ................................................................... 21 2.2.7. Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kesehatan Masyarakat ............................................................ 21

BAB 3 INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT PADA RPJMN TAHUN 2020-2024 ..................................................................... 22 3.1. Angka Kematian Ibu (AKI) ..................................................................... 22 3.2. Angka Kematian Bayi (AKB) .................................................................. 22

Page 7: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 5

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ............................................................................................ 3 KATA PENGANTAR .......................................................................................... 4 DAFTAR ISI ..................................................................................................... 5 DAFTAR TABEL ............................................................................................... 9 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 ......... 10 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 .......................... 13 BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 13 1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 13 1.2. Tujuan ................................................................................................... 14 1.3. Sasaran .................................................................................................. 14 1.4. Dasar Hukum ......................................................................................... 14

BAB 2 INDIKATOR DAN TARGET PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RPJMN DAN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 ........................................................................................... 15 2.1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada RPJMN

Tahun 2020-2024 .................................................................................. 15 2.2. Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Renstra

Tahun 2020-2024 ................................................................................. 19 2.2.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat ................................. 19 2.2.2. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga .................. 19 2.2.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat ........................ 20 2.2.4. Indikator Kinerja Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga ..................... 20 2.2.5. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan ............................... 20 2.2.6. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan

Pemberdayaan Masyarakat ................................................................... 21 2.2.7. Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kesehatan Masyarakat ............................................................ 21

BAB 3 INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT PADA RPJMN TAHUN 2020-2024 ..................................................................... 22 3.1. Angka Kematian Ibu (AKI) ..................................................................... 22 3.2. Angka Kematian Bayi (AKB) .................................................................. 22

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 6

3.3. Angka Kematian Neonatal (AKN) ........................................................... 23 3.4. Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada Balita ................ 23 3.5. Prevalensi Wasting (Kurus dan Sangat Kurus) pada Balita .................... 24 3.6. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan ....................... 25 3.7. Cakupan Kunjungan Antenatal ............................................................. 27 3.8. Cakupan Kunjungan Neonatal .............................................................. 28 3.9. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan 3.10. Pelayanan Kesehatan Usia Reproduksi ................................................. 29 3.11. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif ....... 32 3.12. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) ................................ 33 3.13. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi .......... 34 3.14. Persentase Balita yang Dipantau Pertumbuhan

dan Perkembangannya ......................................................................... 36 3.15. Jumlah Balita yang Mendapatkan Suplementasi Gizi Mikro .................. 37 3.16. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) ................................................... 38 3.17. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan

(SBS) .................................................................................................... 39 3.18. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa

Kualitas Air Minumnya sesuai Standar ................................................. 41 3.19. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ........................................................ 42 3.20. Jumlah Pedoman/Regulasi/Rekomendasi Kebijakan

Penerapan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ....................................... 44 3.21. Persentase Kabupaten/Kota dengan Minimal 80% Posyandu Aktif ........ 45 3.22. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan

Pembinaan Posyandu Aktif ................................................................... 47 3.23. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja ............ 48 3.24. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia ......................................................... 50 3.25. Jumlah Fasyankes yang Memiliki Pengelolaan Limbah Medis

sesuai Standar ...................................................................................... 51 3.26. Jumlah Tenaga Kesehatan yang Dilatih Kegawatdaruratan

Maternal dan Neonatal ......................................................................... 53 BAB 4 INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT PADA RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 ............................. 55 4.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat ................................. 55 4.1.1. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) ................................ 55 4.1.2. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan ....................... 56 4.1.3. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ........................................................ 57

Page 8: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 7

4.1.4. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) .................................................................................................... 59

4.2. Indikator Kinerja Kegiatan Gizi Masyarakat .......................................... 61 4.2.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi .......... 61 4.2.2. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita ...... 63 4.2.3. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif ....... 64 4.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga .................. 65 4.3.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir ..................................... 65 4.3.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan Balita ................................................................... 68 4.3.3. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan Usia Anak Usia Sekolah dan Remaja ................... 69 4.3.4. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan Usia Reproduksi ................................................. 72 4.3.5. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia ......................................................... 75 4.4. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan .............................. 77 4.4.1. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) ................................................... 77 4.4.2. Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop Buang Air Besar

Sembarangan (SBS) .............................................................................. 78 4.4.3. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas

Air Minumnya sesuai Standar ............................................................... 80 4.4.4. Jumlah Fasyankes yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis

sesuai Standar ..................................................................................... 81 4.4.5. Persentase Tempat dan Fasilitas umum (TFU)

yang Dilakukan Pengawasan sesuai Standar ........................................ 83 4.4.6. Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP)

yang Memenuhi Syarat sesuai Standar .................................................. 85 4.5. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan

dan Pemberdayaan Masyarakat ............................................................ 86 4.5.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ........................................................ 86 4.5.2. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan

Pembinaan Posyandu Aktif ................................................................... 88 4.6. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Kerja

dan Olahraga ........................................................................................ 90 4.6.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja ............ 90 4.6.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga ...... 91 4.7. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

pada Program Kesehatan Masyarakat ................................................... 92

Page 9: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 7

4.1.4. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) .................................................................................................... 59

4.2. Indikator Kinerja Kegiatan Gizi Masyarakat .......................................... 61 4.2.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi .......... 61 4.2.2. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita ...... 63 4.2.3. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif ....... 64 4.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga .................. 65 4.3.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir ..................................... 65 4.3.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan Balita ................................................................... 68 4.3.3. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan Usia Anak Usia Sekolah dan Remaja ................... 69 4.3.4. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan Usia Reproduksi ................................................. 72 4.3.5. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia ......................................................... 75 4.4. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan .............................. 77 4.4.1. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) ................................................... 77 4.4.2. Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop Buang Air Besar

Sembarangan (SBS) .............................................................................. 78 4.4.3. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas

Air Minumnya sesuai Standar ............................................................... 80 4.4.4. Jumlah Fasyankes yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis

sesuai Standar ..................................................................................... 81 4.4.5. Persentase Tempat dan Fasilitas umum (TFU)

yang Dilakukan Pengawasan sesuai Standar ........................................ 83 4.4.6. Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP)

yang Memenuhi Syarat sesuai Standar .................................................. 85 4.5. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan

dan Pemberdayaan Masyarakat ............................................................ 86 4.5.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ........................................................ 86 4.5.2. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan

Pembinaan Posyandu Aktif ................................................................... 88 4.6. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Kerja

dan Olahraga ........................................................................................ 90 4.6.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja ............ 90 4.6.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga ...... 91 4.7. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

pada Program Kesehatan Masyarakat ................................................... 92

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 8

4.7.1. Nilai Reformasi Birokrasi pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat ......................................................................... 92

4.7.2. Persentase Kinerja RKA-K/L pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat .......................................................................... 93

BAB 5 PENCATATAN DAN PELAPORAN ........................................................... 95 5.1. Pendahuluan ........................................................................................ 95 5.2. Pencatatan ........................................................................................... 95 5.3. Pelaporan ............................................................................................. 95

BAB 6 PENUTUP ............................................................................................... 97 BAB 7 TIM PENYUSUN .................................................................................... 98

Page 10: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 9

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh cara penghitungan indikator pelayanan kesehatan usia reproduksi ................................................. 31

Tabel 2. Contoh cara penghitungan indikator pelayanan kesehatan usia reproduksi ................................................. 74

Page 11: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 9

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh cara penghitungan indikator pelayanan kesehatan usia reproduksi ................................................. 31

Tabel 2. Contoh cara penghitungan indikator pelayanan kesehatan usia reproduksi ................................................. 74

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 10

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT NOMOR: HK.02.02/I/836/2020

TENTANG

PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN

RENCANA STRATEGI KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, telah disusun indikator program kesehatan masyarakat tahun 2020-2024;

b. bahwa agar indikator program kesehatan masyarakat tahun 2020-2024 sebagaimana dimaksud dalam huruf a dapat dipahami oleh seluruh penanggung jawab program Kesehatan Masyarakat baik pusat maupun daerah, maka perlu disusun Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasionl dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat tentang Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024;

Mengingat : 1. Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6178);

Page 12: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 11

3. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);

4. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2020 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 174;

5. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10)

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024.

KESATU : Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini.

KEDUA : Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU sebagai panduan bagi penanggung jawab program kesehatan masyarakat tingkat pusat, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan evaluasi, pencatatan dan pelaporan program kesehatan masyarakat.

Page 13: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 11

3. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);

4. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2020 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 174;

5. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10)

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024.

KESATU : Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini.

KEDUA : Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU sebagai panduan bagi penanggung jawab program kesehatan masyarakat tingkat pusat, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan evaluasi, pencatatan dan pelaporan program kesehatan masyarakat.

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 12

KETIGA : Pelaksanaan Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 dicatat dalam aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan Masyarakat dan dilaporkan secara berjenjang.

KEEMPAT : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 September 2020 DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT, Ttd

KIRANA PRITASARI

Page 14: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 13

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT NOMOR HK.02.02/I/836/2020 TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah

2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Pembangunan Indonesia tahun 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya saing, sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter. Dalam Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020 tentang RPJMN, disebutkan arah dan kebijakan strategi RPJMN 2020-2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi yang dijabarkan dalam Program Prioritas (PP), Kegiatan Prioritas (KP), Proyek Prioritas (PP) dan Proyek K/L. Masing-masing memiliki indikator dan target tahun 2020-2024.

Secara bersamaan, Kementerian Kesehatan menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, dimana Direktorat Jenderal Kesehatan Mayarakat mengusulkan 4 (empat) Indikator Kinerja Program (IKP) dan 20 (dua puluh) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Tiap indikator RPJMN dan Renstra 2020-2024 perlu dijelaskan secara rinci, mulai dari definisi operasional, cara perhitungan, mekanisme pencatatan dan pelaporan serta petugas yang ditunjuk untuk melaporkan indikator tersebut.

Page 15: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 13

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT NOMOR HK.02.02/I/836/2020 TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah

2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Pembangunan Indonesia tahun 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya saing, sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter. Dalam Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020 tentang RPJMN, disebutkan arah dan kebijakan strategi RPJMN 2020-2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi yang dijabarkan dalam Program Prioritas (PP), Kegiatan Prioritas (KP), Proyek Prioritas (PP) dan Proyek K/L. Masing-masing memiliki indikator dan target tahun 2020-2024.

Secara bersamaan, Kementerian Kesehatan menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, dimana Direktorat Jenderal Kesehatan Mayarakat mengusulkan 4 (empat) Indikator Kinerja Program (IKP) dan 20 (dua puluh) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Tiap indikator RPJMN dan Renstra 2020-2024 perlu dijelaskan secara rinci, mulai dari definisi operasional, cara perhitungan, mekanisme pencatatan dan pelaporan serta petugas yang ditunjuk untuk melaporkan indikator tersebut.

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 14

Oleh sebab itu, untuk memudahkan dan menyamakan persepsi antara pengelola program kesehatan masyarakat tingkat pusat dan daerah dalam memahami indikator tersebut, maka Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menyusun buku Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesehatan Masyarakat menurut RPJMN dan Renstra tahun 2020-2024.

1.2. Tujuan

Memberikan panduan bagi penanggung jawab program kesehatan masyarakat tingkat pusat dan daerah dalam melakukan pencatatan dan pelaporan indikator program kesehatan masyarakat pada RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024.

1.3. Sasaran

Penanggung jawab program kesehatan masyarakat di dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan Puskesmas.

1.4. Dasar Hukum

1) Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

2) Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standard Pelayanan Minimal

4) Peraturan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024

5) Peraturan Presiden RI Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan

6) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 656 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Kesehatan

7) Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional No.5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024

8) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standard Pelayanan Minimal Kesehatan Bidang Kesehatan

Page 16: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 15

Page 17: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 15

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 16

BAB 2 INDIKATOR DAN TARGET

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RPJMN DAN RENSTRA TAHUN 2020-2024

2.1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada RPJMN 2020-2024

PP/KP/PRO-P/ PROYEK KL

INDIKATOR RPJMN 2020-2024

TARGET 2020 2021 2022 2023 2024

PP: Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

Angka kematian ibu (AKI) (per 100.000 kelahiran hidup)

230 217 205 194 183

Angka kematian bayi (AKB) (per 1000 kelahiran hidup)

20.6 19.5 18.6 17.6 16

Angka kematian neonatal (per 1.000 kelahiran hidup)

12.9 12.2 11.6 11 10

Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita (persen)

24.1 21.1 18.4 16 14

Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita (persen)

8.1 7.8 7.5 7.3 7

KP: Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga bencana (KB), dan kesehatan reproduksi Pro P: Penurunan Kematian Ibu dan Bayi

Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan

87 89 91 93 95

Cakupan kunjungan antenatal (persen)

80 85 90 92 95

Cakupan kunjungan neonatal (persen)

86 88 90 92 95

Page 18: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 17

PP/KP/PRO-P/ PROYEK KL

INDIKATOR RPJMN 2020-2024

TARGET 2020 2021 2022 2023 2024

Pelatihan tenaga kesehatan dalam kegawatdaruratan maternal dan neonatal

Jumlah tenaga kesehatan yang dilatih kegawatdaruratan maternal dan neonatal

960 960 960 960 960

Pro-P: Peningkatan KB dan Kesehatan Reproduksi

Pelayanan kesehatan usia reproduksi

Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

120 200 320 470 514

KP: Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat

Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif

40 45 50 55 60

Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

16 14.5 13 11.5 10

Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita

8.1 7.8 7.5 7.3 7

Pro-P: Penurunan Stunting

Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi

51 70 90 100 100

Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil

Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

16 14.5 13 11.5 10

Pemantauan tumbuh kembang balita

Persentase balita yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya

60 70 75 80 85

Suplementasi gizi mikro pada balita

Jumlah balita yang mendapatkan suplementasi gizi mikro

90.000 140.000 190.000 240.000 290.000

Page 19: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 17

PP/KP/PRO-P/ PROYEK KL

INDIKATOR RPJMN 2020-2024

TARGET 2020 2021 2022 2023 2024

Pelatihan tenaga kesehatan dalam kegawatdaruratan maternal dan neonatal

Jumlah tenaga kesehatan yang dilatih kegawatdaruratan maternal dan neonatal

960 960 960 960 960

Pro-P: Peningkatan KB dan Kesehatan Reproduksi

Pelayanan kesehatan usia reproduksi

Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

120 200 320 470 514

KP: Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat

Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif

40 45 50 55 60

Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

16 14.5 13 11.5 10

Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita

8.1 7.8 7.5 7.3 7

Pro-P: Penurunan Stunting

Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi

51 70 90 100 100

Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil

Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

16 14.5 13 11.5 10

Pemantauan tumbuh kembang balita

Persentase balita yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya

60 70 75 80 85

Suplementasi gizi mikro pada balita

Jumlah balita yang mendapatkan suplementasi gizi mikro

90.000 140.000 190.000 240.000 290.000

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 18

PP/KP/PRO-P/ PROYEK KL

INDIKATOR RPJMN 2020-2024

TARGET 2020 2021 2022 2023 2024

Pelaksanaan surveilans dan intervensi gizi berkualitas di kabupaten/kota

Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi

51 70 90 100 100

KP: Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)

Jumlah kabupaten/kota sehat

110 220 280 380 420

Pro-P: Pengembangan Lingkungan Sehat

Persentase desa/kelurahan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

40 50 60 70 90

Jumlah kabupaten/kota sehat

110 220 280 380 420

Pembinaan pelaksanaan kabupaten/kota sehat

Jumlah kabupaten/kota sehat

110 220 280 380 420

Pembinaan pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Persentase desa/kelurahan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

40 50 60 70 90

Pengawasan kualitas air minum

Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar

60 64

68 72 76

Pro-P: Penguatan Promosi Germas

Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas

30 35 40 45 50

Persentase kabupaten/kota dengan minimal 80% Posyandu Aktif

25 35 50 60 70

Page 20: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 19

PP/KP/PRO-P/ PROYEK KL

INDIKATOR RPJMN 2020-2024

TARGET 2020 2021 2022 2023 2024

Pembinaan kabupaten/kota dalam menerapkan kebijakan Germas

Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas

30 35 40 45 50

Pelaksanaan kesehatan kerja di tempat kerja

Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja

308 334 360 385 411

Penyusunan pedoman/regulasi/ rekomendasi kebijakan penerapan Germas

Jumlah pedoman/regulasi/ rekomendasi kebijakan penerapan Germas

3 6 9 12 15

Pembinaan Posyandu aktif

Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif

51 70 90 100 100

ProP: Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

Pelayanan kesehatan lansia

Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia

45 50 55 60 65

ProP: Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah B3 Medis dan Limbah B3 Terpadu

Pengelolaan limbah medis

Jumlah Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar

2.600 3.000 4.850 6.250 8.800

Page 21: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 19

PP/KP/PRO-P/ PROYEK KL

INDIKATOR RPJMN 2020-2024

TARGET 2020 2021 2022 2023 2024

Pembinaan kabupaten/kota dalam menerapkan kebijakan Germas

Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas

30 35 40 45 50

Pelaksanaan kesehatan kerja di tempat kerja

Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja

308 334 360 385 411

Penyusunan pedoman/regulasi/ rekomendasi kebijakan penerapan Germas

Jumlah pedoman/regulasi/ rekomendasi kebijakan penerapan Germas

3 6 9 12 15

Pembinaan Posyandu aktif

Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif

51 70 90 100 100

ProP: Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

Pelayanan kesehatan lansia

Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia

45 50 55 60 65

ProP: Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah B3 Medis dan Limbah B3 Terpadu

Pengelolaan limbah medis

Jumlah Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar

2.600 3.000 4.850 6.250 8.800

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 20

2.1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Renstra 2020-2024 2.1.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat

No Indikator Target 2020 2021 2022 2023 2024

1 Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)

87 89 91 93 95

2 Persentase desa/ kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

40 50 60 70 90

3 Persentase Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK)

16 14.5 13 11.5 10

4

Persentase kabupaten/ kota yang menerapkan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas)

30 35 40 45 50

2.1.2. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga

No Indikator Target 2020 2021 2022 2023 2024

1 Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

120 200 320 470 514

2 Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita

120 200

320

470

514

3 Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja

125 150

200

275

350

4 Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

120 200

320

470

514

5 Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia

45 50 55 60 65

Page 22: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 21

2.1.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Persentase kabupaten/kota yang

melaksanakan surveilans gizi 51 70 90 100 100

2 Persentase Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk pada balita

10 20 30 45 60

3 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif

40 45 50 55 60

2.1.4. Indikator Kinerja Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga

No Indikator Target 2020 2021 2022 2023 2024

1 Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja

308 334 360 385 411

2 Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga

308 334 360 385 411

2.1.5. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan

No Indikator Target 2020 2021 2022 2023 2024

1 Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

40 50 60 70 90

2 Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420 3 Persentase sarana air minum yang

diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar

60 64 68 72 76

4 Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar

2.600 3.000 4.850 6.250 8.800

5 Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar

38 44 50 56 62

6 Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar

55 60 65 70 75

Page 23: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 21

2.1.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Persentase kabupaten/kota yang

melaksanakan surveilans gizi 51 70 90 100 100

2 Persentase Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk pada balita

10 20 30 45 60

3 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif

40 45 50 55 60

2.1.4. Indikator Kinerja Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga

No Indikator Target 2020 2021 2022 2023 2024

1 Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja

308 334 360 385 411

2 Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga

308 334 360 385 411

2.1.5. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan

No Indikator Target 2020 2021 2022 2023 2024

1 Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

40 50 60 70 90

2 Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420 3 Persentase sarana air minum yang

diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar

60 64 68 72 76

4 Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar

2.600 3.000 4.850 6.250 8.800

5 Persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar

38 44 50 56 62

6 Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar

55 60 65 70 75

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 22

2.1.6. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024

1 Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat

30 35 40 45 50

2 Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif

51 70 90 100 100

2.1.7. Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya pada Program Kesehatan Masyarakat No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024

1 Nilai reformasi birokrasi pada program pembinaan kesehatan masyarakat

56.5 57.5 58.5 59.5 60

2 Persentase kinerja RKAKL pada program pembinaan kesehatan masyarakat

80 82,5 85 87,5 90

Page 24: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 23

BAB 3 INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

PADA RPJMN TAHUN 2020-2024

3.1. Angka Kematian Ibu (AKI) 3.1.1. Definisi Operasional

Kematian ibu adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk kehamilan ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola), dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental.

3.1.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, abortus, dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 100.000 kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

3.1.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data

Data dapat didapatkan dari Sensus Penduduk (SP) yang dilakukan 10 tahun sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali (diantara 2 Sensus Penduduk).

3.2. Angka Kematian Bayi (AKB) 3.2.1. Definisi Operasional

Kematian bayi adalah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

3.2.2. Rumus Penghitungan Indikator

Angka Kematian Bayi adalah jumlah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 1.000 kelahiran hidup di wilayah tersebut dan pada kurun waktu yang sama dibagi 1.000 kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

3.2.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data

Data dapat didapatkan dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan 5 tahun sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali.

Page 25: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 23

BAB 3 INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

PADA RPJMN TAHUN 2020-2024

3.1. Angka Kematian Ibu (AKI) 3.1.1. Definisi Operasional

Kematian ibu adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk kehamilan ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola), dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental.

3.1.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, abortus, dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 100.000 kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

3.1.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data

Data dapat didapatkan dari Sensus Penduduk (SP) yang dilakukan 10 tahun sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali (diantara 2 Sensus Penduduk).

3.2. Angka Kematian Bayi (AKB) 3.2.1. Definisi Operasional

Kematian bayi adalah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

3.2.2. Rumus Penghitungan Indikator

Angka Kematian Bayi adalah jumlah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 1.000 kelahiran hidup di wilayah tersebut dan pada kurun waktu yang sama dibagi 1.000 kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

3.2.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data

Data dapat didapatkan dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan 5 tahun sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali.

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 24

3.3. Angka Kematian Neonatal (AKN) 3.3.1. Definisi Operasional

Kematian Neonatal adalah kematian bayi lahir hidup pada masa 0-28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

3.3.2. Rumus Penghitungan Indikator

Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi lahir hidup yang terjadi pada masa 0-28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 1.000 kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

3.3.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data

Data bisa didapatkan dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan 5 tahun sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali.

3.4. Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada Balita 3.4.1. Definisi Operasional

Balita stunting (pendek dan sangat pendek) adalah anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) memiliki Z-score kurang dari -2SD. Standar prosedur : Pedoman Pemantauan Pertumbuhan Standar sarana/fasilitas : antropometri kit, aplikasi ePPGBM Standar tenaga : mampu melakukan pemantauan pertumbuhan

3.4.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah balita stunting (pendek dan sangat pendek) dibagi jumlah balita yang diukur indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) dikali 100%

3.4.3. Pelaksana Kegiatan

Dilaksanakan oleh tenaga pelaksana gizi atau kader yang mampu melakukan pengukuran panjang/tinggi badan

3.4.4. Tempat Pelaksaaan

Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini

3.4.5. Waktu Pelaksanaan

Pemantauan pertumbuhan setiap bulan

Page 26: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 25

3.4.6. Pencatatan dan Pelaporan 1) Pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan setiap

bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas, baik di Posyandu maupun fasilitas pendidikan anak usia dini

2) Hasil pengukuran dicatat/dientri ke dalam ePPGBM untuk mengetahui kategori status gizinya berdasarkan indeks PB/U atau TB/U

3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

3.4.7. Sumber Data 1) Pemantauan pertumbuhan di bulan Februari dan Agustus 2) Survei Status Gizi Indonesia

3.4.8. Waktu Pelaporan

Setiap tahun

3.4.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar

Antropometri Anak 2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan 3) Panduan Pemantauan Pertumbuhan bagi Kader Posyandu 4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi 5) Panduan Sistem Informasi Gizi

3.5. Prevalensi Wasting (Kurus dan Sangat Kurus) pada Balita 3.5.1. Definisi Operasional

Anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan Z-score kurang dari -2SD. Menurut Permenkes Nomor 2 Tahun 2020, balita wasting (kurus dan sangat kurus) adalah balita gizi kurang dan gizi buruk. Standar prosedur : pedoman pemantauan pertumbuhan Standar sarana/fasilitas : antropometri kit, aplikasi ePPGBM Standar tenaga : mampu melakukan pemantauan pertumbuhan 3.5.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah alita memiliki indeks BB/PB-TB <-2SD dibagi seluruh jumlah balita yang diukur indeks BB/PB-TB dikali 100%

3.5.3. Pelaksana Kegiatan

Tenaga pelaksana gizi atau kader yang mampu melakukan pengukuran dan penimbangan

Page 27: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 25

3.4.6. Pencatatan dan Pelaporan 1) Pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan setiap

bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas, baik di Posyandu maupun fasilitas pendidikan anak usia dini

2) Hasil pengukuran dicatat/dientri ke dalam ePPGBM untuk mengetahui kategori status gizinya berdasarkan indeks PB/U atau TB/U

3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

3.4.7. Sumber Data 1) Pemantauan pertumbuhan di bulan Februari dan Agustus 2) Survei Status Gizi Indonesia

3.4.8. Waktu Pelaporan

Setiap tahun

3.4.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar

Antropometri Anak 2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan 3) Panduan Pemantauan Pertumbuhan bagi Kader Posyandu 4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi 5) Panduan Sistem Informasi Gizi

3.5. Prevalensi Wasting (Kurus dan Sangat Kurus) pada Balita 3.5.1. Definisi Operasional

Anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan Z-score kurang dari -2SD. Menurut Permenkes Nomor 2 Tahun 2020, balita wasting (kurus dan sangat kurus) adalah balita gizi kurang dan gizi buruk. Standar prosedur : pedoman pemantauan pertumbuhan Standar sarana/fasilitas : antropometri kit, aplikasi ePPGBM Standar tenaga : mampu melakukan pemantauan pertumbuhan 3.5.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah alita memiliki indeks BB/PB-TB <-2SD dibagi seluruh jumlah balita yang diukur indeks BB/PB-TB dikali 100%

3.5.3. Pelaksana Kegiatan

Tenaga pelaksana gizi atau kader yang mampu melakukan pengukuran dan penimbangan

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 26

3.5.4. Tempat Pelaksanaan Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak

usia dini 3.5.5. Waktu Pelaksanaan

Pemantauan pertumbuhan setiap bulan 3.5.6. Pencatatan dan Pelaporan

1) Penimbangan dan pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan setiap bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas, baik di Posyandu maupun fasilitas pendidikan anak usia dini

2) Hasil penimbangan dan pengukuran dicatat/dientri ke dalam ePPGBM untuk mengetahui kategori status gizinya berdasarkan indeks BB/TB

3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

3.5.7. Sumber Data 1) Pemantauan Pertumbuhan di bulan Februari dan Agustus 2) Survei Status Gizi Indonesia

3.5.8. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap tahun

3.5.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar

Antropometri Anak 2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan 3) Panduan Pemantauan Pertumbuhan bagi Kader Posyandu 4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi 5) Panduan Sistem Informasi Gizi

3.6. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 3.6.1. Definisi Operasional

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.

3.6.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu dibagi jumlah sasaran ibu bersalin yang ada di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu, dikali 100%.

Page 28: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 27

3.6.3. Pelaksana Kegiatan Dokter/dokter spesialis kandungan atau bidan atau perawat dengan

ketentuan tenaga penolong minimal dua orang terdiri dari: a. Dokter dan bidan, atau b. Dokter dan perawat, atau c. 2 orang bidan, atau d. Bidan dan perawat

3.6.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, klinik, rumah sakit, praktek mandiri bidan)

3.6.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan dilaksanakan setiap ada ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan

3.6.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin dalam kohort ibu dan melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.6.7. Waktu Pelaporan

Setiap bulan

3.6.8. Sumber Data Laporan rutin

3.6.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN) 2) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dasar dan Rujukan 3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan

Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

5) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Page 29: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 27

3.6.3. Pelaksana Kegiatan Dokter/dokter spesialis kandungan atau bidan atau perawat dengan

ketentuan tenaga penolong minimal dua orang terdiri dari: a. Dokter dan bidan, atau b. Dokter dan perawat, atau c. 2 orang bidan, atau d. Bidan dan perawat

3.6.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, klinik, rumah sakit, praktek mandiri bidan)

3.6.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan dilaksanakan setiap ada ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan

3.6.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin dalam kohort ibu dan melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.6.7. Waktu Pelaporan

Setiap bulan

3.6.8. Sumber Data Laporan rutin

3.6.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN) 2) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dasar dan Rujukan 3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan

Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

5) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 28

3.7. Cakupan Kunjungan Antenatal (Persen) 3.7.1. Definisi Operasional

Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4x dengan distribusi waktu 1x pada trimester 1, 1x pada trimester ke 2, 2x pada trimester ke 3 di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Pelayanan antenatal 4 kali dilakukan sesuai standar kualitas melalui 10 T yaitu: 1) pengukuran berat badan dan tinggi badan; 2) pengukuran tekanan darah; 3) pengukuran lingkar lengan atas (LiLA); 4) pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri); 5) penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin; 6) pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi; 7) pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet; 8) tes laboratorium; 9) tata laksana/penanganan kasus; dan

10) temu wicara (konseling) 3.7.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4x dengan distribusi waktu 1x pada trimester 1, 1x pada trimester ke 2, 2x pada trimester ke 3 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah sasaran seluruh ibu hamil yang ada di wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama dikali 100%.

3.7.3. Pelaksana Kegiatan

Dokter umum/dokter spesialis kandungan atau bidan atau dilakukan oleh tim yang melibatkan perawat

3.7.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di Polindes, Poskesdes, fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, klinik, rumah sakit, tempat praktek mandiri bidan)

3.7.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan minimal 4 kali dengan ketentuan: a. Satu kali pada trimester pertama b. Satu kali pada trimester kedua c. Dua kali pada trimester ketiga

Page 30: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 29

3.7.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil ke dalam kohort ibu

dan buku KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.7.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap bulan

3.7.8. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu 2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan

Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

3.8. Cakupan Kunjungan Neonatal (Persen) 3.8.1. Definisi Operasional

Cakupan bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada usia 3 – 7 hari, dan 1 kali pada usia 8 – 28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Pelayanan neonatal esensial setelah lahir (6 jam-28 hari), meliputi: a. konseling perawatan bayi baru lahir dan asi ekslusif b. memeriksa kesehatan dengan pendekatan MTBM c. Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasyankes atau belum nedapatkan

injeksi vitamin K1 d. Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia <24 jam yang lahir tidak ditolong

oleh tenaga kesehatan e. Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi

3.8.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada usia 3 – 7 hari, dan 1 kali pada usia 8 – 28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh sasaran bayi baru lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali 100%. Sasaran bayi baru lahir = sasaran kelahiran hidup.

Page 31: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 29

3.7.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil ke dalam kohort ibu

dan buku KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.7.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap bulan

3.7.8. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu 2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan

Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

3.8. Cakupan Kunjungan Neonatal (Persen) 3.8.1. Definisi Operasional

Cakupan bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada usia 3 – 7 hari, dan 1 kali pada usia 8 – 28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Pelayanan neonatal esensial setelah lahir (6 jam-28 hari), meliputi: a. konseling perawatan bayi baru lahir dan asi ekslusif b. memeriksa kesehatan dengan pendekatan MTBM c. Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasyankes atau belum nedapatkan

injeksi vitamin K1 d. Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia <24 jam yang lahir tidak ditolong

oleh tenaga kesehatan e. Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi

3.8.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada usia 3 – 7 hari, dan 1 kali pada usia 8 – 28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh sasaran bayi baru lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali 100%. Sasaran bayi baru lahir = sasaran kelahiran hidup.

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 30

3.8.3. Pelaksana Kegiatan Dokter/dokter spesialis anak atau bidan atau perawat

3.8.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di Polindes, Poskesdes, fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, klinik, rumah sakit, tempat praktek mandiri bidan)

3.8.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan minimal 3 kali dengan ketentuan: a. Satu kali pada usia 6 – 48 jam b. Satu kali pada usia 3 – 7 hari c. Satu kali pada 8 – 28 hari 3.8.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas yang melayani mencatat pelayanan kunjungan neonatal ke dalam kohort bayi dan melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.8.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap bulan

3.8.8. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya

Kesehatan Anak 2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pelayanan

Kesehatan Neonatal Esensial 3) Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial

3.9. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

Usia Reproduksi 3.9.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi adalah: 1) Minimal 50% Puskesmas di wilayah kerja memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi calon pengantin (kespro catin) Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin) adalah: a. Puskesmas yang memberikan pelayanan :

• konseling/komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi calon pengantin dan

Page 32: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 31

• skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal pemeriksaan status gizi meliputi: (pemeriksaan berat badan, tinggi badan, penentuan indeks masa tubuh, pemeriksaan Lingkar Lengan Atas/LiLA) dan tanda anemia (pemeriksaan konjungtiva dan pemeriksaan Hb)

b. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau perawat dan atau petugas gizi)

2) Seluruh Puskesmas di wilayah kerja mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan Puskesmas yang mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan dengan metoda cara modern (AKDR/pil/suntik/kondom/MAL/implan/ vasektomi) dilakukan dalam kurun waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan. KB Pasca Persalinan (KB PP) adalah pelayanan KB yang diberikan kepada pasangan usia subur setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari, dengan tujuan untuk menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan). Mempunyai minimal 2 (dua) orang tenaga kesehatan yang kompeten yaitu : a. dokter dan atau b. bidan yang sudah mendapatkan pelatihan Contraceptive Technolgy Update

(CTU)/pelatihan keluarga berencana (KB)/orientasi KB Pasca Persalinan (KBPP)

3.9.2. Rumus Penghitungan Indikator

Rumus perhitungan definisi operasional: 1) Jumlah Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon

pengantin (kespro catin) dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya minimal 50% maka memenuhi kriteria

2) Jumlah Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya mencapai 100% (seluruh) maka memenuhi kriteria

Rumus perhitungan indikator: Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi Contoh kasus : Di Provinsi “G” terdapat 4 Kabupaten/Kota. Kemudian telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi. Rekapitulasi hasil pelayanan kesehatan reproduksi di Provinsi “G” pada akhir tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 33: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 31

• skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal pemeriksaan status gizi meliputi: (pemeriksaan berat badan, tinggi badan, penentuan indeks masa tubuh, pemeriksaan Lingkar Lengan Atas/LiLA) dan tanda anemia (pemeriksaan konjungtiva dan pemeriksaan Hb)

b. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau perawat dan atau petugas gizi)

2) Seluruh Puskesmas di wilayah kerja mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan Puskesmas yang mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan dengan metoda cara modern (AKDR/pil/suntik/kondom/MAL/implan/ vasektomi) dilakukan dalam kurun waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan. KB Pasca Persalinan (KB PP) adalah pelayanan KB yang diberikan kepada pasangan usia subur setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari, dengan tujuan untuk menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan). Mempunyai minimal 2 (dua) orang tenaga kesehatan yang kompeten yaitu : a. dokter dan atau b. bidan yang sudah mendapatkan pelatihan Contraceptive Technolgy Update

(CTU)/pelatihan keluarga berencana (KB)/orientasi KB Pasca Persalinan (KBPP)

3.9.2. Rumus Penghitungan Indikator

Rumus perhitungan definisi operasional: 1) Jumlah Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon

pengantin (kespro catin) dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya minimal 50% maka memenuhi kriteria

2) Jumlah Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya mencapai 100% (seluruh) maka memenuhi kriteria

Rumus perhitungan indikator: Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi Contoh kasus : Di Provinsi “G” terdapat 4 Kabupaten/Kota. Kemudian telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi. Rekapitulasi hasil pelayanan kesehatan reproduksi di Provinsi “G” pada akhir tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 32

Tabel 1. Contoh cara penghitungan indikator pelayanan kesehatan reproduksi

Kabupaten/ Kota

Jumlah Puskes

mas

Puskesmas yang memberikan pelayanan

kespro catin

Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan

KBPP Keterangan

(a) (b) (c) (d) (e) 1. Kabupaten A 4 2 (50%) 2 (50%) Tidak (karena

Pusk mampu dan memberikan pelayanan KBPP belum 100%)

Puskemas A Memberikan pelayanan kespro catin, meliputi

konseling/KIE dan skrining kesehatan

ya Memberikan pelayanan KB PP 20

orang Mempunyai 1 orang petugas kompeten

tidak

Puskesmas B Memberikan pelayanan kespro catin, meliputi skrining kesehatan,

tetapi tidak melakukan konseling/KIE

tidak Memberikan pelayanan KB PP 30

orang Mempunyai 2 orang petugas kompeten

ya

Puskesmas C Tidak memberikan pelayanan kespro catin, meliputi konseling/KIA dan skrining kesehatan

tidak Memberikan pelayanan KB PP 50

orang Mempunyai 4 orang petugas kompeten

ya

Puskesmas D Memberikan pelayanan kespro catin, meliputi

konseling/KIA dan skrining kesehatan

ya Tidak melakukan pelayanan KB PP

Mempunyai 2 orang petugas kompeten

tidak

2. Kota B 5 3 (60%) 5 (100%) Ya (sesuai kriteria)

3. Kabupaten C 8 3 (37,5%) 8 (100%) Tidak (Pusk yang

memberikan pelayanan

kespro catin (< 50%)

4.Kabupaten D 6 4 (67%) 6 (100%) Ya (sesuai kriteria)

Hasil rekapitulasi selama setahun, jumlah kabupaten di Provinsi G yang telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi sebanyak 2 kabupaten/kota.

3.9.3. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan adalah pengelola program kesehatan reproduksi/keluarga berencana dinas kesehatan kabupaten/kota, pengelola program kesehatan reproduksi di Puskesmas, pengelola program keluarga berencana di Puskesmas.

Page 34: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 33

3.9.4. Tempat Pelaksanaan Puskesmas

3.9.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun

3.9.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas melakukan pelayanan dan mencatatkan dalam kohort kesehatan

usia reproduksi dan melaporkan melalui laporan program/Sistem Informasi Puskesmas (SIP) yang selanjutnya dikirim ke kabupaten/kota untuk dimasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

3.9.7. Sumber Data

Laporan rutin

3.9.8. Waktu Pelaporan Dilaporkan setiap bulan

3.9.9. Pedoman Pelaksanaan a. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil b. Pedoman Pelayanan KB Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan/Pedoman

Pelayanan KB

3.10. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif 3.10.1. Definisi Operasional

Bayi umur 0 sampai 5 bulan 29 hari yang hanya diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral. Standar prosedur : Pedoman PMBA Standar sarana/fasilitas : buku KIA Standar tenaga : kemampuan pengetahuan dan keterampilan PMBA

3.10.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif dibagi seluruh bayi usia kurang dari 6 bulan dikali 100%

3.10.3. Pelaksana Kegiatan

Tenaga pelaksana gizi dan bidan

3.10.4. Tempat Pelaksanaan Posyandu

Page 35: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 33

3.9.4. Tempat Pelaksanaan Puskesmas

3.9.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun

3.9.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas melakukan pelayanan dan mencatatkan dalam kohort kesehatan

usia reproduksi dan melaporkan melalui laporan program/Sistem Informasi Puskesmas (SIP) yang selanjutnya dikirim ke kabupaten/kota untuk dimasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

3.9.7. Sumber Data

Laporan rutin

3.9.8. Waktu Pelaporan Dilaporkan setiap bulan

3.9.9. Pedoman Pelaksanaan a. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil b. Pedoman Pelayanan KB Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan/Pedoman

Pelayanan KB

3.10. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif 3.10.1. Definisi Operasional

Bayi umur 0 sampai 5 bulan 29 hari yang hanya diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral. Standar prosedur : Pedoman PMBA Standar sarana/fasilitas : buku KIA Standar tenaga : kemampuan pengetahuan dan keterampilan PMBA

3.10.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif dibagi seluruh bayi usia kurang dari 6 bulan dikali 100%

3.10.3. Pelaksana Kegiatan

Tenaga pelaksana gizi dan bidan

3.10.4. Tempat Pelaksanaan Posyandu

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 34

3.10.5. Waktu Pelaksanaan Dilaporkan setiap Bulan

3.10.6. Pencatatan dan Pelaporan

1) Mencatat hasil recall 24 jam ASI Eksklusif setiap bulan 2) Menentukan jumlah bayi yang masih ASI Eksklusif 3) Rekapitulasi hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan Februari dan Agustus

3.10.7. Sumber Data Laporan Rutin

3.10.8. Waktu Pelaporan

Setiap bulan Februari dan Agustus

3.10.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI 2) Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak 3) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi 4) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

3.11. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) 3.11.1. Definisi Operasional

Ibu hamil dengan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) yang ditandai dengan ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm. Standar prosedur : Pedoman ANC Terpadu Standar sarana/fasilitas : pita LiLA atau metline LiLA (bagian dari

Antropometri Kit) Standar tenaga : mampu melakukan pengukuran LiLA

3.11.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah ibu hamil KEK dibagi jumlah ibu hamil yang periksa LiLA dikali 100%

3.11.3. Pelaksana Kegiatan

Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mampu melakukan pengukuran LiLA

3.11.4. Tempat Pelaksanaan

Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan

Page 36: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 35

3.11.5. Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan LiLA dilaksanakan pada saat pemeriksaan kehamilan (K1, K2,

K3 atau K4)

3.11.6. Pencatatan dan Pelaporan 1) Hasil pengukuran LiLA pada saat pemeriksaan kehamilan dicatat kedalam

kohort ibu dan dientry kedalam aplikasi ePPGBM. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan

2) Ibu hamil yang menderita KEK hanya dihitung 1 (satu) kali selama periode kehamilannya

3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan 3.11.7. Sumber Data

Laporan Rutin atau Survei Status Gizi Indonesia 3.11.8. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap bulan

3.11.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil

Tahun 2015 2) Buku KIA 3) Pedoman ANC Terpadu 4) Petunjuk Teknis Surveilans Gizi 5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

3.12. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi 3.12.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah kabupaten/kota yang minimal 70% dari jumlah Puskesmas melakukan kegiatan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta diseminasi informasi: a) Pengumpulan data adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota

melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta data pengukuran melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap bulan mencapai minimal 60% sasaran ibu hamil dan balita

b) Pengolahan dan analisis data adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada seluruh balita gizi buruk

c) Diseminasi informasi adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil surveilans gizi dan di-upload kedalam sistem setiap triwulan

Page 37: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 35

3.11.5. Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan LiLA dilaksanakan pada saat pemeriksaan kehamilan (K1, K2,

K3 atau K4)

3.11.6. Pencatatan dan Pelaporan 1) Hasil pengukuran LiLA pada saat pemeriksaan kehamilan dicatat kedalam

kohort ibu dan dientry kedalam aplikasi ePPGBM. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan

2) Ibu hamil yang menderita KEK hanya dihitung 1 (satu) kali selama periode kehamilannya

3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan 3.11.7. Sumber Data

Laporan Rutin atau Survei Status Gizi Indonesia 3.11.8. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap bulan

3.11.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil

Tahun 2015 2) Buku KIA 3) Pedoman ANC Terpadu 4) Petunjuk Teknis Surveilans Gizi 5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

3.12. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi 3.12.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah kabupaten/kota yang minimal 70% dari jumlah Puskesmas melakukan kegiatan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta diseminasi informasi: a) Pengumpulan data adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota

melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta data pengukuran melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap bulan mencapai minimal 60% sasaran ibu hamil dan balita

b) Pengolahan dan analisis data adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada seluruh balita gizi buruk

c) Diseminasi informasi adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil surveilans gizi dan di-upload kedalam sistem setiap triwulan

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 36

Standar prosedur : Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans GIzi Standar sarana/fasilitas : alat antropometri, aplikasi ePPGBM Standar tenaga : a) Mampu melakukan pemantauan pertumbuhan (keterampilan penggunaan alat,

penggunaan aplikasi) b) Mampu melakukan analisis dan diseminasi hasil surveilans gizi

3.12.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dibagi seluruh kabupaten/kota dikali 100%

3.12.3. Pelaksana Kegiatan

Dilaksanakan oleh tenaga gizi atau bidan

3.12.4. Tempat Pelaksanaan Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu atau fasilitas pelayanan

kesehatan

3.12.5. Waktu Pelaksanaan Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan sehingga entry data dan

analisis dapat dilakukan setiap bulan. Namun untuk upload rencana kegiatan dilakukan setiap triwulan.

3.12.6. Pencatatan dan Pelaporan

1) Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat dilakukan pelayanan kesehatan balita.

2) Entri data sasaran dibandingkan dengan jumlah seluruh sasaran yang ada

3) Upload rencana kegiatan berdasarkan data yang ada 4) Menghitung jumlah Puskesmas yang melakukan surveilans 5) Entri data konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada

seluruh balita gizi buruk 6) Menghitung persentase kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi

dengan membagi jumlah kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi terhadap jumlah seluruh kabupaten/kota yang ada

7) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

3.12.7. Waktu Pelaporan Setiap bulan

Page 38: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 37

3.12.8. Sumber Data Laporan rutin

3.12.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan 2) Buku pegangan Kader 3) Buku KIA 4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi 5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

3.13. Persentase Balita yang dipantau Pertumbuhan dan Perkembangannya 3.13.1. Definisi Operasional

Balita (0-59 bulan) yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya yaitu balita yang ditimbang sedikitnya 8 kali dalam satu tahun, diukur panjang badan atau tinggi badannya sedikitnya 2 kali dalam satu tahun dan dipantau perkembangannya (motorik kasar, motorik halus, bicara-bahasa, sosialisasi kemandirian) sedikitnya 2 kali dalam satu tahun. Pemantauan perkembangan menggunakan ceklis Buku KIA atau KPSP (kartu pra skrining perkembangan) atau instrument baku lainnya. 3.13.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah balita yang di pantau pertumbuhan dan perkembangannya dibagi jumlah seluruh balita di wilayah Puskesmas dikali 100% 3.13.3. Pelaksana Kegiatan

1) Dokter/Bidan/Perawat/Ahli Gizi/Promkes 2) Kader/Guru PAUD

3.13.4. Tempat Pelaksanaan Dilaksanakan di Puskesmas/Fasyankes/Posyandu/BKB/Paud/TK/RA/

Panti/LKSA

3.13.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

3.13.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas yang memberikan pelayanan pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan balita mencatatkan hasil pelayanan pada Buku KIA dan pencatatan di Puskesmas/Fasyankes/Posyandu/BKB/Paud/TK/RA/Panti/LKSA. Hasil pelayanan di wilayah kerja Puskesmas direkap dalam register kohort bayi dan balita. Selanjutnya, Puskesmas melaporkan ke pengelola Sistem Informasi

Page 39: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 37

3.12.8. Sumber Data Laporan rutin

3.12.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan 2) Buku pegangan Kader 3) Buku KIA 4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi 5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

3.13. Persentase Balita yang dipantau Pertumbuhan dan Perkembangannya 3.13.1. Definisi Operasional

Balita (0-59 bulan) yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya yaitu balita yang ditimbang sedikitnya 8 kali dalam satu tahun, diukur panjang badan atau tinggi badannya sedikitnya 2 kali dalam satu tahun dan dipantau perkembangannya (motorik kasar, motorik halus, bicara-bahasa, sosialisasi kemandirian) sedikitnya 2 kali dalam satu tahun. Pemantauan perkembangan menggunakan ceklis Buku KIA atau KPSP (kartu pra skrining perkembangan) atau instrument baku lainnya. 3.13.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah balita yang di pantau pertumbuhan dan perkembangannya dibagi jumlah seluruh balita di wilayah Puskesmas dikali 100% 3.13.3. Pelaksana Kegiatan

1) Dokter/Bidan/Perawat/Ahli Gizi/Promkes 2) Kader/Guru PAUD

3.13.4. Tempat Pelaksanaan Dilaksanakan di Puskesmas/Fasyankes/Posyandu/BKB/Paud/TK/RA/

Panti/LKSA

3.13.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

3.13.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas yang memberikan pelayanan pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan balita mencatatkan hasil pelayanan pada Buku KIA dan pencatatan di Puskesmas/Fasyankes/Posyandu/BKB/Paud/TK/RA/Panti/LKSA. Hasil pelayanan di wilayah kerja Puskesmas direkap dalam register kohort bayi dan balita. Selanjutnya, Puskesmas melaporkan ke pengelola Sistem Informasi

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 38

Puskesmas (SIP) dan dinas kesehatan kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.13.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap bulan

3.13.8. Sumber Data Laporan rutin

3.13.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Buku KIA 2) Pedoman Pelaksanaan SDIDTK Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar 3) Permenkes Standar Antropometri

3.14. Jumlah Balita yang Mendapatkan Suplementasi Gizi Mikro 3.14.1. Definisi Operasional

Balita usia 6 - 59 bulan dengan kategori berat badan kurang (BB/U<-2SD) yang mendapat taburia. Standar prosedur : Pedoman Manajemen Pemberian Taburia Standar sarana/fasilitas : taburia, alat antropometri, aplikasi ePPGBM Standar tenaga : mampu melakukan pemantauan pertumbuhan

3.14.2. Rumus Perhitungan Indikator Jumlah balita yang mendapat suplementasi taburia di kabupaten/kota lokus stunting 3.14.3. Pelaksana Kegiatan

Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan atau kader

3.14.4. Tempat Pelaksaaan Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak

usia dini

3.14.5. Waktu Pelaksanaan Taburia diberikan kepada balita yang ditemukan dengan berat badan kurang

dari hasil pemantauan pertumbuhan setiap bulan

3.14.6. Pencatatan dan Pelaporan 1) Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat dilakukan

pelayanan kesehatan balita (taburia didistribusikan)

Page 40: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 39

2) Menghitung jumlah balita menerima taburia dan jumlah sachet yang diterima

3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan 4) Rekapitulasi sasaran yang menerima taburia sampai 4 bulan

3.14.7. Sumber Data Laporan rutin

3.14.8. Waktu Pelaporan Setiap bulan

3.14.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar

Antropometri Anak 2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan 3) Panduan Manajemen Pemberian Taburia 4) Panduan Praktis bagi Kader tentang Taburia

3.15. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) 3.15.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan 4 tatanan yaitu pemukiman, sarana dan prasarana umum, masyarakat sehat yang mandiri dan ketahanan pangan, kawasan pendidikan dan kawasan pasar, memiliki SK Tim Pembina KKS, memiliki SK forum dan rencana kerja dan mempunyai laporan hasil verifikasi oleh tim pembina tingkat provinsi. 3.15.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang telah memenuhi kriteria penyelenggaraan kabupaten/kota Sehat. Contoh perhitungan: Dalam satu tahun (1 Januari s/d 31 Desember pada tahun yang sama) terdapat 100 kabupaten/kota yang telah memenuhi kriteria berdasarkan laporan yang disampaikan melalui aplikasi, maka capaian program kabupaten/kota yang menyelenggarakan kabupaten/kota sehat pada tahun tersebut sebanyak 100 kabupaten/kota.

3.15.3. Pelaksana Kegiatan

1) Penanggung jawab di tingkat kabupaten/kota adalah Ketua Tim Pembina KKS dan Ketua Forum KKS

2) Penanggung jawab di tingkat Kecamatan adalah Ketua Forum Komunikasi KKS

3) Penanggung jawab di tingkat desa/kelurahan adalah Ketua POKJA KKS

Page 41: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 39

2) Menghitung jumlah balita menerima taburia dan jumlah sachet yang diterima

3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan 4) Rekapitulasi sasaran yang menerima taburia sampai 4 bulan

3.14.7. Sumber Data Laporan rutin

3.14.8. Waktu Pelaporan Setiap bulan

3.14.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar

Antropometri Anak 2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan 3) Panduan Manajemen Pemberian Taburia 4) Panduan Praktis bagi Kader tentang Taburia

3.15. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) 3.15.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan 4 tatanan yaitu pemukiman, sarana dan prasarana umum, masyarakat sehat yang mandiri dan ketahanan pangan, kawasan pendidikan dan kawasan pasar, memiliki SK Tim Pembina KKS, memiliki SK forum dan rencana kerja dan mempunyai laporan hasil verifikasi oleh tim pembina tingkat provinsi. 3.15.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang telah memenuhi kriteria penyelenggaraan kabupaten/kota Sehat. Contoh perhitungan: Dalam satu tahun (1 Januari s/d 31 Desember pada tahun yang sama) terdapat 100 kabupaten/kota yang telah memenuhi kriteria berdasarkan laporan yang disampaikan melalui aplikasi, maka capaian program kabupaten/kota yang menyelenggarakan kabupaten/kota sehat pada tahun tersebut sebanyak 100 kabupaten/kota.

3.15.3. Pelaksana Kegiatan

1) Penanggung jawab di tingkat kabupaten/kota adalah Ketua Tim Pembina KKS dan Ketua Forum KKS

2) Penanggung jawab di tingkat Kecamatan adalah Ketua Forum Komunikasi KKS

3) Penanggung jawab di tingkat desa/kelurahan adalah Ketua POKJA KKS

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 40

3.15.4. Tempat Pelaksaaan Kabupaten/kota 3.15.5. Waktu Pelaksanaan

Dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

3.15.6. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh petugas bagian data dan informasi

Sekretariat KKS melalui aplikasi.

3.15.7. Sumber Data Laporan rutin

3.15.8. Waktu Pelaporan Dilaporkan setiap bulan 3.15.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Peraturan Menteri Bersama Nomor 34 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat dan Nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 (Sedang Proses Revisi menjadi Perpres)

2) Peraturan Presiden tentang Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses) 3) Petunjuk Teknis Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)

3.16. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) 3.16.1. Definisi Operasional

Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek buang air besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi. Verifikasi adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di masyarakat dalam menerapkan pilar-pilar STBM.

Kriteria desa/kelurahan SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah: 1) Semua masyarakat telah buang air besar hanya di jamban yang aman dan layak

dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang aman dan layak 2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar 3) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai

100% Kepala Keluarga (KK) mempunyai jamban layak dan aman

3.16.2. Rumus Perhitungan Indikator Jumlah desa/kelurahan yang sudah terverifikasi SBS dibagi jumlah seluruh

desa/kelurahan dikali 100%. Jumlah desa/kelurahan di Indonesia: 80.930.

Page 42: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 41

3.16.3. Pelaksana Kegiatan Pelaku verifikasi atau yang disebut dengan tim verifikasi disesuaikan dengan

kebutuhan pada tingkatan mana verifikasi dilakukan. 1) Dusun/RW

a) Sanitarian Puskesmas b) PKK desa/kelurahan c) Staf/aparat desa/kelurahan d) Tim dari dusun lain dalam satu desa e) Tim STBM desa/kelurahan

2) Desa/kelurahan a) Sanitarian Puskesmas b) Promkes Puskesmas c) UPTD kecamatan d) PKK kecamatan e) Tim dari desa/kelurahan lain dalam 1 (satu) kecamatan f) Tim STBM kecamatan

3) Kecamatan a) Dinas kesehatan kabupaten/kota b) Pokja sanitasi/AMPL c) PKK kabupaten d) Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan (Forum Kabupaten Kota Sehat,

jika ada) e) Tim dari kecamatan lain f) Tim STBM kabupaten

4) Kabupaten/kota a) Dinas kesehatan provinsi b) Tim STBM provinsi c) Pokja Sanitasi/AMPL provinsi d) Perwakilan dari kabupaten lain e) Dinas di provinsi yang terkait dengan sarana air minum dan sanitasi f) Tim STBM provinsi

5) Provinsi a) Tim STBM nasional b) Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan c) Perwakilan dari provinsi lain d) Mitra/swasta

3.16.4. Tempat Pelaksaaan

Desa/kelurahan

Page 43: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 41

3.16.3. Pelaksana Kegiatan Pelaku verifikasi atau yang disebut dengan tim verifikasi disesuaikan dengan

kebutuhan pada tingkatan mana verifikasi dilakukan. 1) Dusun/RW

a) Sanitarian Puskesmas b) PKK desa/kelurahan c) Staf/aparat desa/kelurahan d) Tim dari dusun lain dalam satu desa e) Tim STBM desa/kelurahan

2) Desa/kelurahan a) Sanitarian Puskesmas b) Promkes Puskesmas c) UPTD kecamatan d) PKK kecamatan e) Tim dari desa/kelurahan lain dalam 1 (satu) kecamatan f) Tim STBM kecamatan

3) Kecamatan a) Dinas kesehatan kabupaten/kota b) Pokja sanitasi/AMPL c) PKK kabupaten d) Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan (Forum Kabupaten Kota Sehat,

jika ada) e) Tim dari kecamatan lain f) Tim STBM kabupaten

4) Kabupaten/kota a) Dinas kesehatan provinsi b) Tim STBM provinsi c) Pokja Sanitasi/AMPL provinsi d) Perwakilan dari kabupaten lain e) Dinas di provinsi yang terkait dengan sarana air minum dan sanitasi f) Tim STBM provinsi

5) Provinsi a) Tim STBM nasional b) Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan c) Perwakilan dari provinsi lain d) Mitra/swasta

3.16.4. Tempat Pelaksaaan

Desa/kelurahan

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 42

3.16.5. Waktu Pelaksanaan Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

3.16.6. Pencatatan dan Pelaporan Tim verifikasi melakukan verifikasi langsung ke rumah tangga. Setelah

selesai verifikasi maka berita acara verifikasi di input dalam e-monev STBM.

3.16.7. Sumber Data Laporan rutin

3.16.8. Waktu Pelaporan Setiap bulan

3.16.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM 2) Pedoman Pemicuan 5 Pilar STBM 3) Pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM 4) SNI 2398:2017 (Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Pengolahan

Lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter, kolam sanita) 5) Pedoman Wirausaha Sanitasi 6) Pedoman Pengelolalaan Teknologi Tepat Guna Sanitasi dan Air Minum

3.17. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas Air

Minumnya sesuai Standar 3.17.1. Definisi Operasional

Sarana air minum yang dilakukan tinjauan dokumen RPAM (Rencana Pengamanan Air Minum), inspeksi kesehatan lingkungan dan diperiksa kualitas air minumnya oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.

Maksud dari diawasi/diperiksa adalah Petugas kesehatan lingkungan melakukan pengawasan eksternal melalui review dokumen RPAM, observasi lapangan (IKL), dan uji kualitas air (laboratorium atau alat yang terkalibrasi). Hasil pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM.

Total sarana air minum yang masuk cakupan pengawasan adalah 81.921 sarana, dengan rincian sebagai berikut: a) PDAM pemerintah: 411 PDAM (sumber: Data Perpamsi) b) PDAM swasta: 17 PDAM c) KPSPAM Pamsimas: 24.833 sarana (sumber: Data KPSPAM Pamsimas) d) KPSPAM non Pamsimas: 6.898 sarana e) Depot air minum: 49.713 depot (sumber: E-monev HSP) f) Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP): 49

Page 44: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 43

3.17.2. Rumus Perhitungan Indikator Jumlah sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya

dalam satu tahun dibagi dengan jumlah sarana air minum di kali 100%

3.17.3. Pelaksana Kegiatan Dinas kesehatan kabupaten/kota, sanitarian, KKP

3.17.4. Tempat Pelaksaaan Sarana air minum dan penyelenggara air minum

3.17.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

3.17.6. Pencatatan dan Pelaporan Hasil pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM

3.17.7. Waktu Pelaporan Satu kali setahun

3.17.8. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air

Minum 2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736 Tahun 2010 tentang Tata

Laksana Pengawasan Kualitas Air

3.18. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

3.18.1. Definisi Operasional Kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup

Sehat (Germas) dengan kriteria: 1) Memiliki kebijakan Germas sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun

2017 (melaksanakan 5 kluster Germas) dan/atau kebijakan berwawasan kesehatan adalah kabupaten/kota telah memiliki atau menerbitkan kebijakan Germas dan/atau kebijakan berwawasan kesehatan. Kebijakan Germas ditetapkan oleh pemerintah daerah (bupati/walikota) mencakup 5 klaster Germas yaitu: a) Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik b) Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat c) Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi d) Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit e) Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan

Page 45: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 43

3.17.2. Rumus Perhitungan Indikator Jumlah sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya

dalam satu tahun dibagi dengan jumlah sarana air minum di kali 100%

3.17.3. Pelaksana Kegiatan Dinas kesehatan kabupaten/kota, sanitarian, KKP

3.17.4. Tempat Pelaksaaan Sarana air minum dan penyelenggara air minum

3.17.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

3.17.6. Pencatatan dan Pelaporan Hasil pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM

3.17.7. Waktu Pelaporan Satu kali setahun

3.17.8. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air

Minum 2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736 Tahun 2010 tentang Tata

Laksana Pengawasan Kualitas Air

3.18. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

3.18.1. Definisi Operasional Kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup

Sehat (Germas) dengan kriteria: 1) Memiliki kebijakan Germas sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun

2017 (melaksanakan 5 kluster Germas) dan/atau kebijakan berwawasan kesehatan adalah kabupaten/kota telah memiliki atau menerbitkan kebijakan Germas dan/atau kebijakan berwawasan kesehatan. Kebijakan Germas ditetapkan oleh pemerintah daerah (bupati/walikota) mencakup 5 klaster Germas yaitu: a) Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik b) Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat c) Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi d) Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit e) Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 44

Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh bupati/walikota/Kepala OPD berupa peraturan/surat keputusan/instruksi/surat edaran yang mendukung salah satu klaster Germas. Contoh: a) Kebijakan Germas

• Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 45 Tahun 2018 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

• Peraturan Bupati Bantul Nomor: 35 Tahun 2018 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

b) Kebijakan Berwawasan Kesehatan • Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 10 Tahun 2019 tentang Kawasan

Tanpa Rokok • Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 9 Tahun 2014 tentang Ruang

Terbuka Hijau Kota Banjarmasin • Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kawasan

Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day) 2) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung 5 kluster Germas

minimal 3 kali setahun dengan melibatkan lintas sektor, pendidikan (sekolah), Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan atau mitra potensial adalah kegiatan yang mengajak masyarakat untuk melakukan 5 (lima) Klaster Germas dan melibatkan unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll) dan dilakukan minimal 3 (tiga) kali setahun.

3.18.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas dibagi jumlah total kabupaten/kota, dikali 100%

3.18.3. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll), yang dimotori oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan Bappeda.

3.18.4. Tempat Pelaksanaan

Kabupaten/kota

Page 46: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 45

3.18.5. Waktu Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

3.18.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas kabupaten/kota melakukan input data kebijakan dan pelaksaaan kegiatan penggerakan masyarakat ke dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

3.18.7. Sumber Data

Laporan rutin

3.18.8. Waktu Pelaporan Dilaporkan setiap 3 (tiga) bulan

3.18.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

2) Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

3.19. Jumlah Pedoman/Regulasi/Rekomendasi Kebijakan Penerapan Gerakan

Masyarakat Hidup Sehat 3.19.1. Definisi Operasional

Pedoman/regulasi/rekomendasi Germas bidang kesehatan yang diadopsi oleh Kementerian/Lembaga sebagai acuan Kementerian/Lembaga dalam menerbitkan kebijakan Germas sesuai tugas dan fungsinya (Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017)

3.19.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah dokumen pedoman/regulasi/rekomendasi Germas bidang yang di yang diadopsi Kementerian/Lembaga dalam menerbitkan kebijakan Germas sesuai tugas dan fungsinya

3.19.3. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur Kementerian/Lembaga, lintas program di Kementerian Kesehatan yang dimotori oleh Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

3.19.4. Tempat Pelaksanaan

Pemerintah Pusat

Page 47: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 45

3.18.5. Waktu Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

3.18.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas kabupaten/kota melakukan input data kebijakan dan pelaksaaan kegiatan penggerakan masyarakat ke dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

3.18.7. Sumber Data

Laporan rutin

3.18.8. Waktu Pelaporan Dilaporkan setiap 3 (tiga) bulan

3.18.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

2) Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

3.19. Jumlah Pedoman/Regulasi/Rekomendasi Kebijakan Penerapan Gerakan

Masyarakat Hidup Sehat 3.19.1. Definisi Operasional

Pedoman/regulasi/rekomendasi Germas bidang kesehatan yang diadopsi oleh Kementerian/Lembaga sebagai acuan Kementerian/Lembaga dalam menerbitkan kebijakan Germas sesuai tugas dan fungsinya (Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017)

3.19.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah dokumen pedoman/regulasi/rekomendasi Germas bidang yang di yang diadopsi Kementerian/Lembaga dalam menerbitkan kebijakan Germas sesuai tugas dan fungsinya

3.19.3. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur Kementerian/Lembaga, lintas program di Kementerian Kesehatan yang dimotori oleh Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

3.19.4. Tempat Pelaksanaan

Pemerintah Pusat

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 46

3.19.5. Waktu Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

3.19.6. Pencatatan dan Pelaporan

Hasil monitoring dan evaluasi ke Kementerian/Lembaga

3.19.7. Sumber Data Data monitoring dan evaluasi ke Kementerian/Lembaga

3.19.8. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap 3 (tiga) Bulanan

3.19.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Gerakan Masyarakat

Hidup Sehat 2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Upaya

Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit 3) Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 11 Tahun 2017 tentang

Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat 4) Pedoman Pelaksanaan Pencapaian Indikator Kegiatan Promosi Kesehatan

dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2020 – 2024

3.20. Persentase Kabupaten/Kota dengan Minimal 80% Posyandu Aktif 3.20.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang memiliki Posyandu aktif minimal 80% dengan kriteria: 1) Melakukan kegiatan rutin posyandu minimal 10 kali/tahun

Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10 kali/tahun adalah Posyandu melakukan kegiatan hari buka Posyandu minimal 10 kali/tahun dalam bulan berbeda

2) Memiliki minimal 5 orang kader Memiliki minimal 5 orang kader adalah memiliki kader sekurang-kurangnya 5 orang yang disahkan dengan surat keputusan Kepala Desa/Kelurahan

3) Cakupan minimal 50% sasaran Posyandu mendapatkan layanan KIA, Gizi, Imunisasi dan KB Cakupan minimal 50% sasaran Posyandu mendapatkan layanan KIA, Gizi, Imunisasi dan KB adalah sekurang-kurangnya 50% sasaran Posyandu mendapatkan layanan KIA, Gizi, Imunisasi dan KB di Posyandu atau fasilitas kesehatan

Page 48: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 47

4) Memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan perkembangan Memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan Perkembangan adalah setiap posyandu memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berupa alat timbang berat badan dan tinggi badan serta alat ukur perkembangan

5) Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan adalah Posyandu melakukan sekurang-kurangnya 1 kegiatan pengembangan seperti kesehatan remaja, kesehatan usia kerja, kesehatan lanjut usia, TOGA, penanggulangan penyakit atau kegiatan tambahan kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan masyarakat

3.20.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang memiliki sekurang-kurangnya 80% Posyandu aktif dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota dikali 100%

3.20.3. Pelaksana Kegiatan

Dilaksanakan oleh pengelola promkes, pemangku kepentingan terkait dan kader

3.20.4. Tempat Pelaksaaan

Dilaksanakan di Posyandu dan Puskesmas/Fasyankes

3.20.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan setiap hari buka Posyandu dan setiap ada sasaran

Posyandu yang mendapatkan pelayanan KIA, Gizi, KB dan imunisasi di Puskesmas/Fasyankes 3.20.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas Puskesmas mengambil pencatatan rutin kader Posyandu yang telah diisi oleh kader untuk dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Kabupaten/kota melakukan rekapitulasi dan memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.20.7. Sumber Data

Pencatatan rutin kader Posyandu dan pelaporan rutin Puskesmas

3.20.8. Waktu Pelaporan Pencatatan kader diambil setiap Bulan oleh petugas Puskesmas dilaporkan

setiap bulan ke petugas kabupaten/kota. Menurut Permendagri Nomor 54 Tahun 2007, pelaporan dari kabupaten/kota ke provinsi, minimal 4 (empat) bulan sekali

Page 49: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 47

4) Memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan perkembangan Memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan Perkembangan adalah setiap posyandu memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berupa alat timbang berat badan dan tinggi badan serta alat ukur perkembangan

5) Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan adalah Posyandu melakukan sekurang-kurangnya 1 kegiatan pengembangan seperti kesehatan remaja, kesehatan usia kerja, kesehatan lanjut usia, TOGA, penanggulangan penyakit atau kegiatan tambahan kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan masyarakat

3.20.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang memiliki sekurang-kurangnya 80% Posyandu aktif dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota dikali 100%

3.20.3. Pelaksana Kegiatan

Dilaksanakan oleh pengelola promkes, pemangku kepentingan terkait dan kader

3.20.4. Tempat Pelaksaaan

Dilaksanakan di Posyandu dan Puskesmas/Fasyankes

3.20.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan setiap hari buka Posyandu dan setiap ada sasaran

Posyandu yang mendapatkan pelayanan KIA, Gizi, KB dan imunisasi di Puskesmas/Fasyankes 3.20.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas Puskesmas mengambil pencatatan rutin kader Posyandu yang telah diisi oleh kader untuk dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Kabupaten/kota melakukan rekapitulasi dan memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.20.7. Sumber Data

Pencatatan rutin kader Posyandu dan pelaporan rutin Puskesmas

3.20.8. Waktu Pelaporan Pencatatan kader diambil setiap Bulan oleh petugas Puskesmas dilaporkan

setiap bulan ke petugas kabupaten/kota. Menurut Permendagri Nomor 54 Tahun 2007, pelaporan dari kabupaten/kota ke provinsi, minimal 4 (empat) bulan sekali

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 48

dan pelaporan dari provinsi ke pusat, minimal 6 (enam) bulan sekali disampaikan kepada Direktur Jenderal Pemerintah Desa, Kementerian Dalam Negeri.

3.20.9. Pedoman Pelaksanaan

Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu

3.21. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif 3.21.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan Posyandu Aktif dengan kriteria: 1) Memiliki Pokjanal yang disahkan melalui keputusan bupati/walikota

Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor terkait pengembangan Posyandu tingkat kabupaten/kota

2) Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun Mengadakan pertemuan rutin setiap tahun minimal 2 kali untuk membahas perencanaan dan evaluasi pelaporan kegiatan

3) Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader yang berasal desa/kelurahan di wilayah kabupaten/kota

4) Memiliki sistim pelaporan kegiatan Posyandu Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan kegiatan Posyandu sehingga tersedia laporan posyandu seperti SIP online dan atau Si Cakep

5) Posyandu aktif minimal 50% a) Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10x/tahun b) Memiliki minimal 5 orang kader c) Melakukan pelayanan kegiatan KIA, Gizi, imunisasi, KB dengan cakupan

minimal 50% d) Memiliki alat pemantauan pertumbuhan e) Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan (remaja, usia kerja, Lansia,

TOGA, Penanggulangan penyakit) 3.21.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pembinaan Posyandu aktif sesuai kriteria dibagi total kabupaten/kota dikali 100%

3.21.3. Pelaksana Kegiatan

Dilaksanakan oleh pengelola program promkes, pemangku kepentingan terkait dan kader

Page 50: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 49

3.21.4. Tempat Pelaksaaan Dilaksanakan di kabupaten/kota, Puskesmas/Fasyankes dan Posyandu

3.21.5. Waktu Pelaksanaan

Pembinaan dilaksanakan sepanjang tahun sesuai penjadwalan yang disepakati oleh kabupaten/kota

3.21.6. Pencatatan dan Pelaporan

Pengelola promkes kabupaten/kota, pemangku kepentingan terkait dan kader sesuai kewenangan masing-masing melalui system pelaporan yang ada di kabupaten/kota

3.21.7. Sumber Data

Laporan rutin puskesmas dan posyandu serta laporan Pokjanal kabupaten/kota 3.21.8. Waktu Pelaporan

Pencatatan kader diambil setiap Bulan oleh petugas Puskesmas dilaporkan setiap bulan ke petugas kabupaten/kota. Menurut Permendagri Nomor 54 Tahun 2007, pelaporan dari kabupaten/kota ke provinsi, minimal 4 (empat) bulan sekali dan pelaporan dari provinsi ke pusat, minimal 6 (enam) bulan sekali disampaikan kepada Direktur Jenderal Pemerintah Desa, Kementerian Dalam Negeri.

3.21.9. Pedoman Pelaksanaan

Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu

3.22. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja 3.22.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja, adalah: 1) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan kerja.

Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja adalah Puskesmas yang melaksanakan: a) Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor risiko/penggunaan

APD/pengukuran kebugaran jasmani bagi petugas) b) Deteksi dini PM/PTM/PAK pada pekerja Puskesmas c) Pembentukan/pembinaan PoS UKK

2) Tersedianya Surat Keputusan (SK) atau Surat Edaran (SE) yang mendukung pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja. Adanya SK/SE serta pedoman/petunjuk teknis yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang mendukung pelaksanaan program kesehatan di tempat kerja

3) Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal

Page 51: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 49

3.21.4. Tempat Pelaksaaan Dilaksanakan di kabupaten/kota, Puskesmas/Fasyankes dan Posyandu

3.21.5. Waktu Pelaksanaan

Pembinaan dilaksanakan sepanjang tahun sesuai penjadwalan yang disepakati oleh kabupaten/kota

3.21.6. Pencatatan dan Pelaporan

Pengelola promkes kabupaten/kota, pemangku kepentingan terkait dan kader sesuai kewenangan masing-masing melalui system pelaporan yang ada di kabupaten/kota

3.21.7. Sumber Data

Laporan rutin puskesmas dan posyandu serta laporan Pokjanal kabupaten/kota 3.21.8. Waktu Pelaporan

Pencatatan kader diambil setiap Bulan oleh petugas Puskesmas dilaporkan setiap bulan ke petugas kabupaten/kota. Menurut Permendagri Nomor 54 Tahun 2007, pelaporan dari kabupaten/kota ke provinsi, minimal 4 (empat) bulan sekali dan pelaporan dari provinsi ke pusat, minimal 6 (enam) bulan sekali disampaikan kepada Direktur Jenderal Pemerintah Desa, Kementerian Dalam Negeri.

3.21.9. Pedoman Pelaksanaan

Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu

3.22. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja 3.22.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja, adalah: 1) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan kerja.

Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja adalah Puskesmas yang melaksanakan: a) Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor risiko/penggunaan

APD/pengukuran kebugaran jasmani bagi petugas) b) Deteksi dini PM/PTM/PAK pada pekerja Puskesmas c) Pembentukan/pembinaan PoS UKK

2) Tersedianya Surat Keputusan (SK) atau Surat Edaran (SE) yang mendukung pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja. Adanya SK/SE serta pedoman/petunjuk teknis yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang mendukung pelaksanaan program kesehatan di tempat kerja

3) Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 50

Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan pembinaan kesahatan kerja dengan melakukan kegiatan advokasi sosialisasi, koordinasi dan pelaksanaan program kesehatan kerja seperti: a) GP2SP, atau b) K3 Perkantoran, atau c) K3 Fasyankes

3.22.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja dalam kurun waktu 1 tahun

3.22.3. Pelaksana Kegiatan

1) Tingkat Puskesmas adalah pengelola kesehatan kerja dan atau tim kesehatan kerja atau petugas lain di Puskesmas

2) Tingkat dinas kesehatan adalah pengelola kesehatan kerja dan atau tim kesehatan kerja atau petugas lain di dinas kesehatan

3.22.4. Tempat Pelaksaaan Di dalam gedung Puskesmas, dinas kesehatan, dan tempat kerja di wilayah

kerja Puskesmas (Pos UKK dan perkantoran di tingkat kecamatan) dan dinas kesehatan (OPD, perusahaan dan Fasyankes tingkat kabupaten/kota)

3.22.5. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu sesuai dengan perencanaan kegiatan

3.22.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatatkan dalam buku bantu dan memasukan dalam aplikasi Sistem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga (SITKO)

3.22.7. Waktu Pelaporan

Setiap tiga bulan sekali

3.22.8. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Implementasi GP2SP 2) Pedoman Implentasi Pos UKK 3) Pedoman K3 Fasyankes 4) Pedoman K3 RS 5) Pedoman K3 Perkantoran

Page 52: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 51

3.23. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

3.23.1. Definisi Operasional Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia

adalah meliputi: 1) Seluruh Puskesmas membina Posyandu Lansia di 50% desa di wilayah kerjanya

adalah seluruh Puskesmas melaksanakan pembinaan pada Posyandu Lansia sedikitnya di 50% desa di wilayah kerjanya sehingga Posyandu Lansia buka minimal 4 kali dalam satu tahun pada setiap desa tersebut

2) Minimal 50% Puskesmas yang ada di kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun Lansia yaitu: a) Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas, terdapat petugas pelayanan

yang terlatih atau memahami pelayanan kesehatan Lansia dan geriatri b) Memberikan prioritas pelayanan kepada Lansia, minimal dengan

mendahulukan Lansia di loket, Poliklinik, laboratorium dan apotik c) Mengkondisikan sarana yang ada semaksimal mungkinsehingga aman dan

mudah diakses oleh Lansia d) Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup

3) Kabupaten/kota mengembangkan Program Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi Lansia, adalah kabupaten/kota telah mulai melaksanakan Program PJP bagi Lansia di minimal 10% Puskesmas dalam bentuk kegiatan orientasi Program PJP bagi Lansia dan panduan praktis bagi caregiver informal

3.23.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia (Lansia) dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota di kali 100% dalam kurun waktu 1 tahun

3.23.3. Pelaksana Kegiatan

Kabupaten/kota (penanggung jawab program kesehatan Lansia dinas kesehatan kabupaten/kota, petugas kesehatan atau tim yang terlatih/memahami pelayanan kesehatan Lansia di Puskesmas, dan kader Posyandu Lansia)

3.23.4. Tempat Pelaksanaan

Puskesmas dan Posyandu Lansia di wilayah kabupaten/kota

3.23.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

Page 53: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 51

3.23. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

3.23.1. Definisi Operasional Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia

adalah meliputi: 1) Seluruh Puskesmas membina Posyandu Lansia di 50% desa di wilayah kerjanya

adalah seluruh Puskesmas melaksanakan pembinaan pada Posyandu Lansia sedikitnya di 50% desa di wilayah kerjanya sehingga Posyandu Lansia buka minimal 4 kali dalam satu tahun pada setiap desa tersebut

2) Minimal 50% Puskesmas yang ada di kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun Lansia yaitu: a) Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas, terdapat petugas pelayanan

yang terlatih atau memahami pelayanan kesehatan Lansia dan geriatri b) Memberikan prioritas pelayanan kepada Lansia, minimal dengan

mendahulukan Lansia di loket, Poliklinik, laboratorium dan apotik c) Mengkondisikan sarana yang ada semaksimal mungkinsehingga aman dan

mudah diakses oleh Lansia d) Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup

3) Kabupaten/kota mengembangkan Program Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi Lansia, adalah kabupaten/kota telah mulai melaksanakan Program PJP bagi Lansia di minimal 10% Puskesmas dalam bentuk kegiatan orientasi Program PJP bagi Lansia dan panduan praktis bagi caregiver informal

3.23.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia (Lansia) dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota di kali 100% dalam kurun waktu 1 tahun

3.23.3. Pelaksana Kegiatan

Kabupaten/kota (penanggung jawab program kesehatan Lansia dinas kesehatan kabupaten/kota, petugas kesehatan atau tim yang terlatih/memahami pelayanan kesehatan Lansia di Puskesmas, dan kader Posyandu Lansia)

3.23.4. Tempat Pelaksanaan

Puskesmas dan Posyandu Lansia di wilayah kabupaten/kota

3.23.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 52

3.23.6. Pencatatan dan Pelaporan Data yang dilaporkan merupakan penggabungan kegiatan di dalam dan di

luar gedung Puskesmas (Posyandu Lansia, kunjungan rumah, kunjungan ke panti, dll). Petugas yang melayani, mencatatkan hasil ke dalam form kohort pelayanan kesehatan Lansia dan form pencatatan pelaporan tingkat Puskesmas, termasuk mengkompilasi hasil kegiatan di Posyandu Lansia. Hasil pencatatan Puskesmas dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

Untuk laporan pelaksanaan capaian indikator kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia, pencatatan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota untuk selanjutnya disampaikan kepada dinas kesehatan provinsi. Dinas kesehatan provinsi kemudian melakukan verifikasi dan validasi data, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas) sebagai laporan di tingkat pusat.

3.23.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap bulan

3.23.8. Sumber Data Laporan rutin

3.23.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Buku Kesehatan Lanjut Usia dan Petunjuk Teknis Pengisian Buku Kesehatan Lansia

2) Petunjuk Teknis Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G) 3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas 4) Pedoman untuk Puskesmas dalam Pemberdayaan Lanjut Usia 5) Pedoman untuk Puskesmas dalam Penyelenggaraan Kegiatan Kesehatan

Lanjut Usia di Posyandu Lansia 6) Buku untuk Kader seri Kesehatan Lanjut Usia 7) Pedoman untuk Puskesmas dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut

Usia 8) Panduan Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi

Lanjut Usia 3.24. Jumlah Fasyankes yang Memiliki Pengelolaan Limbah Medis sesuai

Standar 3.24.1. Definisi Operasional

Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar adalah Fasyankes (rumah sakit dan Puskesmas) yang telah melakukan pemilahan, pewadahan, pengangkutan yang memenuhi syarat penyimpanan sementara B3 di

Page 54: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 53

tempat penyimpanan B3 (TPSB3) yang berizin serta telah melakukan pengolahan secara mandiri sesuai persyaratan atau berizin dan atau bekerjasama dengan pihak pengelola limbah B3 yang berizin.

Standar prosedur pelaksanan pengelolaan limbah medis yang dilaksanakan sesuai standar mengacu ke Peraturan Menteri KLHK Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, serta mempunyai tenaga yang memahami pengelolaan limbah medis di Fasyankes.

3.24.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kumulatif Fasyankes (RS dan Puskesmas) yang telah melaksanakan pengelolaan limbah medis sesuai standar Jumlah Rumah Sakit : 2.900 unit Jumlah Puskesmas : 9.993 unit

3.24.3. Pelaksana Kegiatan

Penanggung jawab kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya di Fasyankes

3.24.4. Tempat Pelaksanaan

Rumah sakit dan Puskesmas

3.24.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan pengawasan pengelolaan limbah medis dilakukan

setiap hari

3.24.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas yang bertanggung jawab melaksanakan pengelolaan limbah medis

di Fasyankes melaksanakan pencatatan dan pelaporan melalui E-Monev Limbah Medis di Fasyankes (aplikasi daring) dan kabupaten/kota serta mengkoordinir pelaporan dari Fasyankes serta provinsi melakukan approve aplikasi E-Monev Limbah Medis bagi Fasyankes yang akan melakukan pelaporan. 3.24.7. Waktu Pelaporan

Setiap tiga bulan sekali

3.24.8. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri KLHK Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara

Pengelolaan Limbah Bahan berbahaya dan Beracun di Fasyankes

Page 55: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 53

tempat penyimpanan B3 (TPSB3) yang berizin serta telah melakukan pengolahan secara mandiri sesuai persyaratan atau berizin dan atau bekerjasama dengan pihak pengelola limbah B3 yang berizin.

Standar prosedur pelaksanan pengelolaan limbah medis yang dilaksanakan sesuai standar mengacu ke Peraturan Menteri KLHK Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, serta mempunyai tenaga yang memahami pengelolaan limbah medis di Fasyankes.

3.24.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kumulatif Fasyankes (RS dan Puskesmas) yang telah melaksanakan pengelolaan limbah medis sesuai standar Jumlah Rumah Sakit : 2.900 unit Jumlah Puskesmas : 9.993 unit

3.24.3. Pelaksana Kegiatan

Penanggung jawab kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya di Fasyankes

3.24.4. Tempat Pelaksanaan

Rumah sakit dan Puskesmas

3.24.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan pengawasan pengelolaan limbah medis dilakukan

setiap hari

3.24.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas yang bertanggung jawab melaksanakan pengelolaan limbah medis

di Fasyankes melaksanakan pencatatan dan pelaporan melalui E-Monev Limbah Medis di Fasyankes (aplikasi daring) dan kabupaten/kota serta mengkoordinir pelaporan dari Fasyankes serta provinsi melakukan approve aplikasi E-Monev Limbah Medis bagi Fasyankes yang akan melakukan pelaporan. 3.24.7. Waktu Pelaporan

Setiap tiga bulan sekali

3.24.8. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri KLHK Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara

Pengelolaan Limbah Bahan berbahaya dan Beracun di Fasyankes

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 54

2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas

4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi

5) E-monev Limbah Fasyankes

3.25. Jumlah Tenaga Kesehatan yang Dilatih Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

3.25.1. Definisi Operasional Jumlah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat yang

telah dilatih Pelatihan bagi Pelatih (Training of Trainer/TOT) maupun pelatihan kegawatdaruratan maternal dan neonatal dengan kurikulum yang telah mendapatkan pengesahan oleh PPSDM Kesehatan.

3.25.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah seluruh dokter, bidan dan perawat yang dilatih TOT dan pelatihan kegawatdaruratan maternal neonatal dalam kurun waktu 1 tahun

3.25.3. Pelaksana Kegiatan

TOT dan pelatihan penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal diselenggarakan oleh institusi pelatihan yang terakreditasi BBPK/Bapelkes/ institusi lain sesuai tujuan pelatihan

3.25.4. Tempat Pelaksanaan

TOT dan pelatihan penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal diselenggarakan di institusi pelatihan bidang kesehatan yang terakreditasi (BPPK/Bapelkes)/ instansi lain yang memiliki sarana dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan/tujuan pelatihan

3.25.5. Waktu Pelaksanaan

TOT dan pelatihan dilaksanakan selama 14 hari 3.25.6. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan melalui SIAKPEL (Sistem Akreditasi Pelatihan) PPSDM Kesehatan dan pencatatan Direktorat Kesehatan Keluarga. Pelaporan dilaporkan dalam Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

Page 56: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 55

3.25.7. Waktu Pelaporan Tiga bulan sekali

3.25.8. Pedoman Pelaksanaan

1) Kurikulum Pelatihan bagi Pelatih Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di FKTP

2) Modul Pelatihan Bagi Pelatih Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di FKTP

3) Lembar Penugasan Pelatihan bagi Pelatih Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di FKTP

4) Kurikulum Pelatihan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di FKTP

5) Modul Pelatihan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di FKTP

6) Lembar Penugasan Pelatihan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di FKTP

Page 57: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 55

3.25.7. Waktu Pelaporan Tiga bulan sekali

3.25.8. Pedoman Pelaksanaan

1) Kurikulum Pelatihan bagi Pelatih Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di FKTP

2) Modul Pelatihan Bagi Pelatih Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di FKTP

3) Lembar Penugasan Pelatihan bagi Pelatih Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di FKTP

4) Kurikulum Pelatihan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di FKTP

5) Modul Pelatihan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di FKTP

6) Lembar Penugasan Pelatihan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di FKTP

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 56

BAB 4 INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

PADA RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024

4.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat 4.1.1. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) 4.1.1.1. Definisi Operasional

Ibu hamil dengan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) yang ditandai dengan ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm Standar prosedur : Pedoman ANC Terpadu Standar sarana/fasilitas : pita LiLA atau metline LiLA (bagian dari

Antropometri Kit) Standar tenaga : mampu melakukan pengukuran LILA

4.1.1.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah ibu hamil KEK dibagi jumlah ibu hamil yang periksa LiLA dikali 100%

4.1.1.3. Pelaksana Kegiatan

Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mampu melakukan pengukuran LiLA

4.1.1.4. Tempat Pelaksanaan

Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan

4.1.1.5. Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan LiLA dilaksanakan pada saat pemeriksaan kehamilan (K1, K2,

K3, atau K4)

4.1.1.6. Pencatatan dan Pelaporan 1) Hasil pengukuran LiLA pada saat pemeriksaan kehamilan dicatat ke

dalam kohort ibu dan dientri kedalam aplikasi ePPGBM. Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan

2) Ibu hamil yang menderita KEK hanya dihitung 1 (satu) kali 3) Rekapitulasi dilaporkan setiap bulan

4.1.1.7. Sumber Data

Laporan rutin atau Survei Status Gizi Indonesia (Balitbangkes)

Page 58: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 57

4.1.1.8. Waktu Pelaporan Dilaporkan setiap bulan

4.1.1.9. Pedoman Rujukan

1) Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil Tahun 2015

2) Buku KIA 3) Pedoman ANC Terpadu 4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi 5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

4.1.2. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 4.1.2.1. Definisi Operasional

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu

4.1.2.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu dibagi jumlah sasaran ibu bersalin yang ada di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu, dikali 100%

4.1.2.3. Pelaksana Kegiatan

Dokter/dokter spesialis kandungan atau bidan atau perawat dengan ketentuan tenaga penolong minimal dua orang terdiri dari: a) Dokter dan bidan, atau b) Dokter dan perawat, atau c) 2 orang bidan, atau d) Bidan dan perawat

4.1.2.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, klinik, rumah sakit, tempat praktek mandiri bidan)

4.1.2.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan dilaksanakan setiap ada ibu bersalin ke Fasyankes

4.1.2.6. Pencatatan dan pelaporan Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin

dalam kohort ibu dan buku KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem

Page 59: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 57

4.1.1.8. Waktu Pelaporan Dilaporkan setiap bulan

4.1.1.9. Pedoman Rujukan

1) Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil Tahun 2015

2) Buku KIA 3) Pedoman ANC Terpadu 4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi 5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

4.1.2. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 4.1.2.1. Definisi Operasional

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu

4.1.2.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu dibagi jumlah sasaran ibu bersalin yang ada di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu, dikali 100%

4.1.2.3. Pelaksana Kegiatan

Dokter/dokter spesialis kandungan atau bidan atau perawat dengan ketentuan tenaga penolong minimal dua orang terdiri dari: a) Dokter dan bidan, atau b) Dokter dan perawat, atau c) 2 orang bidan, atau d) Bidan dan perawat

4.1.2.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, klinik, rumah sakit, tempat praktek mandiri bidan)

4.1.2.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan dilaksanakan setiap ada ibu bersalin ke Fasyankes

4.1.2.6. Pencatatan dan pelaporan Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin

dalam kohort ibu dan buku KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 58

Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

4.1.2.7. Waktu Pelaporan

Setiap bulan

4.1.2.8. Sumber data Laporan rutin

4.1.2.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN) 2) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dasar dan Rujukan 3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan

Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

5) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan

4.1.3. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan

Masyarakat Hidup Sehat 4.1.3.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dengan kriteria: 1) Memiliki kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat dan atau kebijakan

berwawasan kesehatan yaitu kabupaten/kota telah memiliki atau menerbitkan kebijakan Germas dan atau kebijakan berwawasan kesehatan. Kebijakan Germas ditetapkan oleh pemerintah daerah (bupati/walikota) mencakup 5 klaster Germas yaitu: a) Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik b) Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat c) Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi d) Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit e) Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh bupati/walikota/kepala OPD berupa peraturan/surat keputusan/instruksi/surat edaran yang mendukung salah satu klaster Germas.

Page 60: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 59

Contoh: a) Kebijakan Germas

• Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 45 Tahun 2018 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

• Peraturan Bupati Bantul Nomor 35 Tahun 2018 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

b) Kebijakan Berwawasan Kesehatan • Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 10 tahun 2019 tentang Kawasan Tanpa

Rokok • Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 9 Tahun 2014 tentang Ruang

Terbuka Hijau Kota Banjarmasin • Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 11 tahun 2015 tentang Kawasan

Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day) 2) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung Germas minimal 3

kali setahun dengan melibatkan lintas sektor, pendidikan (sekolah), Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan atau mitra potensial adalah kegiatan yang mengajak masyarakat untuk melakukan 5 (lima) Klaster Germas dan melibatkan unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, Pos UKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll).

4.1.3.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas dibagi jumlah total kabupaten/kota, dikali 100%

4.1.3.3. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, Pos UKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll), yang dimotori oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan Bappeda

4.1.3.4. Tempat Pelaksaaan

Kabupaten/kota

4.1.3.5. Waktu Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

Page 61: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 59

Contoh: a) Kebijakan Germas

• Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 45 Tahun 2018 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

• Peraturan Bupati Bantul Nomor 35 Tahun 2018 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

b) Kebijakan Berwawasan Kesehatan • Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 10 tahun 2019 tentang Kawasan Tanpa

Rokok • Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 9 Tahun 2014 tentang Ruang

Terbuka Hijau Kota Banjarmasin • Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 11 tahun 2015 tentang Kawasan

Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day) 2) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung Germas minimal 3

kali setahun dengan melibatkan lintas sektor, pendidikan (sekolah), Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan atau mitra potensial adalah kegiatan yang mengajak masyarakat untuk melakukan 5 (lima) Klaster Germas dan melibatkan unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, Pos UKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll).

4.1.3.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas dibagi jumlah total kabupaten/kota, dikali 100%

4.1.3.3. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, Pos UKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll), yang dimotori oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan Bappeda

4.1.3.4. Tempat Pelaksaaan

Kabupaten/kota

4.1.3.5. Waktu Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 60

4.1.3.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas kabupaten/kota melakukan input data kebijakan dan pelaksaaan

kegiatan penggerakan masyarakat ke dalam sistem aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

4.1.3.7. Sumber Data

Laporan Rutin

4.1.3.8. Waktu Pelaporan Dilaporkan setiap 3 (tiga) bulan

4.1.3.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat

Hidup Sehat 2) Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 11 Tahun 2017 tentang

Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

4.1.4. Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

4.1.4.1. Definisi Operasional Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek

buang air besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi. Verifikasi adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di

masyarakat dalam menerapkan pilar-pilar STBM. Kriteria desa/kelurahan dengan SBS adalah:

1) Semua masyarakat telah buang air besar hanya di jamban yang aman dan layak dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang aman dan layak

2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar 3) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai

100% KK mempunyai jamban layak dan aman

4.1.4.2. Rumus Perhitungan Indikator Jumlah desa/kelurahan yang telah terverifikasi SBS dibagi jumlah seluruh

desa/kelurahan dikali 100%. Jumlah desa/kelurahan di Indonesia: 80.930.

4.1.4.3. Pelaksana Kegiatan Pelaku verifikasi atau yang disebut dengan tim verifikasi disesuaikan

dengan kebutuhan pada tingkatan mana verifikasi dilakukan. 1) Dusun/RW

a) Sanitarian Puskesmas b) PKK desa/kelurahan

Page 62: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 61

c) Staff/aparat desa/kelurahan d) Tim dari dusun lain dalam satu desa e) Tim STBM desa

2) Desa/Kelurahan a) Sanitarian Puskesmas b) Promkes Puskesmas c) UPTD kecamatan d) PKK kecamatan e) Tim dari desa/kelurahan lain dalam 1 (satu) kecamatan f) Tim STBM kecamatan

3) Kecamatan a) Dinas kesehatan kabupaten/kota b) Pokja sanitasi/AMPL c) PKK kabupaten d) Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan (Forum Kabupaten Kota Sehat,

jika ada) e) Tim dari kecamatan lain f) Tim STBM kabupaten

4) Kabupaten/Kota a) Dinas kesehatan provinsi b) Tim STBM provinsi c) Pokja Snitasi/AMPL provinsi d) Perwakilan dari kabupaten lain e) Dinas di provinsi yang terkait dengan sarana air minum dan sanitasi f) Tim STBM provinsi

5) Provinsi a) Tim STBM nasional b) Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan c) Perwakilan dari provinsi lain d) Mitra/swasta

4.1.4.4. Tempat Pelaksaaan Desa/kelurahan 4.1.4.5. Waktu Pelaksanaan

Sepanjang tahun monitoring dengan indikator perubahan adalah sampai dengan kepala keluarga (KK) sudah berubah perilaku tidak membuang air besar sembarangan dengan informasi ketersediaan akses sanitasinya

Page 63: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 61

c) Staff/aparat desa/kelurahan d) Tim dari dusun lain dalam satu desa e) Tim STBM desa

2) Desa/Kelurahan a) Sanitarian Puskesmas b) Promkes Puskesmas c) UPTD kecamatan d) PKK kecamatan e) Tim dari desa/kelurahan lain dalam 1 (satu) kecamatan f) Tim STBM kecamatan

3) Kecamatan a) Dinas kesehatan kabupaten/kota b) Pokja sanitasi/AMPL c) PKK kabupaten d) Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan (Forum Kabupaten Kota Sehat,

jika ada) e) Tim dari kecamatan lain f) Tim STBM kabupaten

4) Kabupaten/Kota a) Dinas kesehatan provinsi b) Tim STBM provinsi c) Pokja Snitasi/AMPL provinsi d) Perwakilan dari kabupaten lain e) Dinas di provinsi yang terkait dengan sarana air minum dan sanitasi f) Tim STBM provinsi

5) Provinsi a) Tim STBM nasional b) Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan c) Perwakilan dari provinsi lain d) Mitra/swasta

4.1.4.4. Tempat Pelaksaaan Desa/kelurahan 4.1.4.5. Waktu Pelaksanaan

Sepanjang tahun monitoring dengan indikator perubahan adalah sampai dengan kepala keluarga (KK) sudah berubah perilaku tidak membuang air besar sembarangan dengan informasi ketersediaan akses sanitasinya

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 62

4.1.4.6. Pencatatan dan Pelaporan Tim verifikasi melakukan verifikasi langsung ke rumah tangga. Setelah

selesai verifikasi maka berita acara verifikasi di input dalam e-monev STBM. 4.1.4.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

4.1.4.8. Sumber Data Laporan rutin

4.1.4.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM 2) Pedoman Pemicuan 5 Pilar STBM 3) Pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM 4) SNI 2398:2017 (Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan

Pengolahan Lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter, kolam sanita)

5) Pedoman Wirausaha Sanitasi 6) Pedoman Pengelolalaan Teknologi Tepat Guna Sanitasi dan Air Minum

4.2. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat 4.2.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi 4.2.1.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah kabupaten/kota yang minimal 70% dari jumlah Puskesmas melakukan kegiatan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta diseminasi informasi: d) Pengumpulan data adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota

melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta data pengukuran melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap bulan mencapai minimal 60% sasaran ibu hamil dan balita

e) Pengolahan dan analisis data adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada seluruh balita gizi buruk

f) Diseminasi informasi adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil surveilans gizi dan di-upload kedalam sistem setiap triwulan

Standar prosedur : Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans GIzi Standar sarana/fasilitas : alat antropometri, aplikasi ePPGBM Standar tenaga : 1) Mampu melakukan pemantauan pertumbuhan (keterampilan penggunaan alat,

penggunaan aplikasi)

Page 64: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 63

2) Mampu melakukan analisis dan diseminasi hasil surveilans gizi 4.2.1.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dibagi seluruh kabupaten/kota dikali 100% 4.2.1.3. Pelaksana Kegiatan

Dilaksanakan oleh tenaga gizi atau bidan 4.2.1.4. Tempat Pelaksanaan

Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan 4.2.1.5. Waktu Pelaksanaan

Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan sehingga entry data dan analisis dapat dilakukan setiap bulan, namun untuk upload rencana kegiatan dilakukan setiap triwulan

4.2.1.6. Pencatatan dan Pelaporan

1) Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat dilakukan pelayanan kesehatan balita

2) Entri data sasaran dibandingkan dengan jumlah seluruh sasaran yang ada

3) Upload rencana kegiatan berdasarkan data yang ada 4) Menghitung jumlah puskesmas yang melakukan surveilans 5) Entri data konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada

seluruh balita gizi buruk 6) Menghitung persentase kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi

dengan membagi jumlah kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi terhadap jumlah seluruh kabupaten/kota yang ada

7) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

4.2.1.7. Waktu Pelaporan Setiap bulan

4.2.1.8. Sumber Data

Laporan rutin

4.2.1.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan 2) Buku pegangan Kader

Page 65: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 63

2) Mampu melakukan analisis dan diseminasi hasil surveilans gizi 4.2.1.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dibagi seluruh kabupaten/kota dikali 100% 4.2.1.3. Pelaksana Kegiatan

Dilaksanakan oleh tenaga gizi atau bidan 4.2.1.4. Tempat Pelaksanaan

Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan 4.2.1.5. Waktu Pelaksanaan

Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan sehingga entry data dan analisis dapat dilakukan setiap bulan, namun untuk upload rencana kegiatan dilakukan setiap triwulan

4.2.1.6. Pencatatan dan Pelaporan

1) Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat dilakukan pelayanan kesehatan balita

2) Entri data sasaran dibandingkan dengan jumlah seluruh sasaran yang ada

3) Upload rencana kegiatan berdasarkan data yang ada 4) Menghitung jumlah puskesmas yang melakukan surveilans 5) Entri data konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada

seluruh balita gizi buruk 6) Menghitung persentase kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi

dengan membagi jumlah kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi terhadap jumlah seluruh kabupaten/kota yang ada

7) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

4.2.1.7. Waktu Pelaporan Setiap bulan

4.2.1.8. Sumber Data

Laporan rutin

4.2.1.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan 2) Buku pegangan Kader

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 64

3) Buku KIA 4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi 5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

4.2.2. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita 4.2.2.1. Definisi Operasional

Puskesmas mampu melakukan tatalaksana gizi buruk pada balita adalah Puskesmas dengan kriteria: 1) Mempunyai tim asuhan gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat, dan

tenaga gizi 2) Memiliki Standar Prosedur Operasional tatalaksana gizi buruk pada balita Standar prosedur : SPO tatalaksana gizi buruk, Pedoman Pencegahan

dan Tatalaksana Balita Gizi Buruk Standar sarana/fasilitas : alat antropometri, aplikasi ePPGBM Standar tenaga : tim asuhan gizi terlatih

4.2.2.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk dibagi jumlah seluruh Puskesmas dikali 100%

4.2.2.3. Pelaksana Kegiatan

Pelaksanaan dilakukan oleh tim asuhan gizi di Puskesmas dengan supervisi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota

4.2.2.4. Tempat Pelaksanaan

Puskesmas

4.2.2.5. Waktu Pelaksanaan Tatalaksana gizi buruk dilakukan setiap waktu

4.2.2.6. Pencatatan dan Pelaporan

1) Entri data tenaga kesehatan (dokter, tenaga gizi atau bidan/perawat) yang telah mengikuti pelatihan tatalaksana gizi buruk disertai upload sertifikat pelatihan

2) Upload SOP tatalaksana gizi buruk yang dimiliki puskesmas 3) Menghitung jumlah puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk dengan

membagi jumlah puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk dengan jumlah puskesmas yang ada

4) Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ada tenaga yang telah terlatih tatalaksana gizi buruk

5) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

Page 66: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 65

4.2.2.7. Waktu Pelaporan Setiap bulan

4.2.2.8. Sumber Data

Laporan rutin

4.2.2.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita 2) Modul Pelatihan Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita 3) Buku Saku Gizi Buruk Layanan Rawat Jalan 4) Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi 5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

4.2.3. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif 4.2.3.1. Definisi Operasional

Bayi umur 0 sampai 5 bulan 29 hari yang hanya diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral. Standar prosedur : Pedoman PMBA Standar sarana/fasilitas : buku KIA Standar tenaga : kemampuan pengetahuan dan keterampilan PMBA

4.2.3.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif dibagi seluruh bayi usia kurang dari 6 bulan dikali 100%

4.2.3.3. Pelaksana Kegiatan

Tenaga pelaksana gizi dan bidan

4.2.3.4. Tempat Pelaksanaan Posyandu

4.2.3.5. Waktu Pelaksanaan

Dilaporkan setiap bulan

4.2.3.6. Pencatatan dan Pelaporan 1) Mencatat hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan 2) Menentukan jumlah bayi yang masih ASI Eksklusif 3) Rekapitulasi hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan Februari dan Agustus

4.2.3.7. Waktu Pelaporan

Setiap bulan Februari dan Agustus

Page 67: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 65

4.2.2.7. Waktu Pelaporan Setiap bulan

4.2.2.8. Sumber Data

Laporan rutin

4.2.2.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita 2) Modul Pelatihan Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita 3) Buku Saku Gizi Buruk Layanan Rawat Jalan 4) Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi 5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

4.2.3. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif 4.2.3.1. Definisi Operasional

Bayi umur 0 sampai 5 bulan 29 hari yang hanya diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral. Standar prosedur : Pedoman PMBA Standar sarana/fasilitas : buku KIA Standar tenaga : kemampuan pengetahuan dan keterampilan PMBA

4.2.3.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif dibagi seluruh bayi usia kurang dari 6 bulan dikali 100%

4.2.3.3. Pelaksana Kegiatan

Tenaga pelaksana gizi dan bidan

4.2.3.4. Tempat Pelaksanaan Posyandu

4.2.3.5. Waktu Pelaksanaan

Dilaporkan setiap bulan

4.2.3.6. Pencatatan dan Pelaporan 1) Mencatat hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan 2) Menentukan jumlah bayi yang masih ASI Eksklusif 3) Rekapitulasi hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan Februari dan Agustus

4.2.3.7. Waktu Pelaporan

Setiap bulan Februari dan Agustus

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 66

4.2.3.8. Sumber Data Laporan Rutin

4.2.3.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI 2) Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak 3) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi 4) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

4.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga 4.3.1. Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Ibu

dan Bayi Baru Lahir 4.3.1.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir dengan kriteria sebagai berikut: 1) Seluruh Puskesmas menyelenggarakan kelas ibu hamil minimal di 50%

desa/kelurahan Cakupan Puskesmas yang minimal 50% desa/kelurahan di wilayah kerjanya melaksanakan kelas ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun. Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil Dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular seksual dan akte kelahiran.

2) Cakupan K4 minimal 85% Minimal 85% ibu hamil di suatu kabupaten/kota mendapatkan pelayanan antenatal sebanyak 4 kali selama periode kehamilan (K4) dengan ketentuan satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dua kali pada trimester ketiga. Pelayanan antenatal4 kali dilakukan sesuai standar kualitas melalui 10 T antara lain : a) pengukuran berat badan dan tinggi badan; b) pengukuran tekanan darah; c) pengukuran lingkar lengan atas (LiLA); d) pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri); e) penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin; f) pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi; g) pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet; h) tes laboratorium; i) tata laksana/penanganan kasus; dan

Page 68: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 67

j) temu wicara (konseling) 3) Seluruh Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan

kegawatdaruratan maternal dan neonatal Puskemas dengan tempat tidur (Puskesmas Rawat Inap) yang memiliki fasilitas dan tim (dokter, bidan, perawat) yang mampu melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar yang siap 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.

4) Kabupaten/kota memiliki minimal 1 rumah sakit mampu melakukan penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal Rumah sakit yang memiliki fasilitas dan kemampuan penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal bagi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir yang siap 24 jam sehari dan 7 hari seminggu

5) Dinas kesehatan kabupaten/kota menyelenggarakan AMP minimal 1 kali setiap 3 bulan Kab/kota yang melaksanakan pengkajian kasus kematian ibu, kematian neonatal dan lahir mati minimal setiap 3 bulan sekali

4.3.1.2. Rumus Penghitungan Indikator

Rumus perhitungan definisi operasional yaitu: 1) Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kelas ibu hamil di minimal 50%

desa/kelurahan di wilayahnya pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh Puskesmas yang ada di wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama x 100. Jika hasilnya 100% maka memenuhi kriteria.

2) Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sebanyak 4x sesuai standar di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi Jumlah seluruh ibu hamil yang ada di wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama x 100. Jika cakupan minimal 85% maka memenuhi kriteria.

3) Jumlah puskesmas dengan tempat tidur (Puskesmas Rawat Inap) mampu memberikan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh Puskesmas dengan tempat tidur (Puskesmas Rawat Inap) pada kurun waktu yang sama x 100. Jika hasilnya 100%, maka memenuhi kriteria

4) Apabila Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 rumah sakit mampu melakukan penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan prasarana penunjang yang memadai untuk memberikan pelayanan pertolongan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal komprehensif dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, masuk dihitung memenuhi kriteria

Page 69: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 67

j) temu wicara (konseling) 3) Seluruh Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan

kegawatdaruratan maternal dan neonatal Puskemas dengan tempat tidur (Puskesmas Rawat Inap) yang memiliki fasilitas dan tim (dokter, bidan, perawat) yang mampu melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar yang siap 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.

4) Kabupaten/kota memiliki minimal 1 rumah sakit mampu melakukan penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal Rumah sakit yang memiliki fasilitas dan kemampuan penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal bagi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir yang siap 24 jam sehari dan 7 hari seminggu

5) Dinas kesehatan kabupaten/kota menyelenggarakan AMP minimal 1 kali setiap 3 bulan Kab/kota yang melaksanakan pengkajian kasus kematian ibu, kematian neonatal dan lahir mati minimal setiap 3 bulan sekali

4.3.1.2. Rumus Penghitungan Indikator

Rumus perhitungan definisi operasional yaitu: 1) Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kelas ibu hamil di minimal 50%

desa/kelurahan di wilayahnya pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh Puskesmas yang ada di wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama x 100. Jika hasilnya 100% maka memenuhi kriteria.

2) Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sebanyak 4x sesuai standar di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi Jumlah seluruh ibu hamil yang ada di wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama x 100. Jika cakupan minimal 85% maka memenuhi kriteria.

3) Jumlah puskesmas dengan tempat tidur (Puskesmas Rawat Inap) mampu memberikan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh Puskesmas dengan tempat tidur (Puskesmas Rawat Inap) pada kurun waktu yang sama x 100. Jika hasilnya 100%, maka memenuhi kriteria

4) Apabila Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 rumah sakit mampu melakukan penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan prasarana penunjang yang memadai untuk memberikan pelayanan pertolongan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal komprehensif dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, masuk dihitung memenuhi kriteria

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 68

5) Apabila dinas kesehatan kabupaten/kota menyelenggarakan kajian Audit Maternal Perinatal minimal 1 kali setiap 3 bulan, masuk dihitung memenuhi kriteria

Rumus perhitungan indikator yaitu cakupan kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir = jumlah kabupaten/kota yang memenuhi 5 kriteria pada definisi operasional. 4.3.1.3. Pelaksana Kegiatan

Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas, praktik mandiri bidan, jejaring dan jaringannya, klinik dan rumah sakit (dokter, bidan, perawat), dan kader kesehatan

4.3.1.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di Puskesmas, praktik mandiri bidan, klinik dan rumah sakit dan di masyarakat/desa (pelaksanaan kelas bumil) serta dinas kesehatan kabupaten/kota (pelaksanaan AMP-SR)

4.3.1.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku

4.3.1.6. Pencatatan dan pelaporan Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan bersalin dalam

kohort ibu, dan buku KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

4.3.1.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap bulan

4.3.1.8. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar

Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas 3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan

Kesehatan Masa SebelumHamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

4) Pedoman Audit Maternal Perinatal tahun 2015 5) Pedoman penyelenggaraan Puskesmas PONED

Page 70: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 69

6) Pedoman penyelenggaraan PONEK 24 Jam Rumah Sakit tahun 2012

4.3.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Balita

4.3.2.1. Definisi Operasional Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita

memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Seluruh Puskesmas melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya 50%

desa/kelurahan yaitu tenaga kesehatan mendampingi kelompok ibu/keluarga yang memiliki anak usia balita untuk mendiskusikan materi kesehatan anak dalam buku KIA

2) Seluruh Puskesmas melaksanakan pendekatan MTBS yaitu menggunakan algoritma MTBS (formulir pencatatan MTBS) untuk melayani kunjungan bayi muda dan balita sakit

3) Seluruh Puskesmas melaksanakan SDIDTK yaitu menindaklanjuti rujukan balita dengan kemungkinan gangguan perkembangan sebagaimana Pedoman Pelaksanaan SDIDTK di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar (Stimulasi/ Intervensi/Rujukan)

4.3.2.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang seluruh Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya di 50% desa/kelurahan, dan melaksanakan pendekatan MTBS pada kunjungan balita sakit, dan melaksanakan SDIDTK untuk menindaklanjuti rujukan balita dengan kemungkinan gangguan perkembangan. 4.3.2.3. Pelaksana Kegiatan

Dokter/bidan/perawat/ahli gizi/tenaga promkes yang telah mengikuti pelatihan/orientasi/kalakarya MTBS dan SDIDTK

4.3.2.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di Puskesmas/Fasyankes/Posyandu/BKB/Paud/TK/RA/ Panti/LKSA

4.3.2.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

4.3.2.6. Pencatatan dan pelaporan Petugas yang melayani mencatatkan hasil pelayanan pada Buku KIA dan

pencatatan di Puskesmas/Fasyankes. Pencatatan hasil pelayanan di Puskesmas meliputi catatan individual berupa formulir MTBS dan formulir DDTK, serta catatan

Page 71: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 69

6) Pedoman penyelenggaraan PONEK 24 Jam Rumah Sakit tahun 2012

4.3.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Balita

4.3.2.1. Definisi Operasional Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita

memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Seluruh Puskesmas melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya 50%

desa/kelurahan yaitu tenaga kesehatan mendampingi kelompok ibu/keluarga yang memiliki anak usia balita untuk mendiskusikan materi kesehatan anak dalam buku KIA

2) Seluruh Puskesmas melaksanakan pendekatan MTBS yaitu menggunakan algoritma MTBS (formulir pencatatan MTBS) untuk melayani kunjungan bayi muda dan balita sakit

3) Seluruh Puskesmas melaksanakan SDIDTK yaitu menindaklanjuti rujukan balita dengan kemungkinan gangguan perkembangan sebagaimana Pedoman Pelaksanaan SDIDTK di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar (Stimulasi/ Intervensi/Rujukan)

4.3.2.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang seluruh Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya di 50% desa/kelurahan, dan melaksanakan pendekatan MTBS pada kunjungan balita sakit, dan melaksanakan SDIDTK untuk menindaklanjuti rujukan balita dengan kemungkinan gangguan perkembangan. 4.3.2.3. Pelaksana Kegiatan

Dokter/bidan/perawat/ahli gizi/tenaga promkes yang telah mengikuti pelatihan/orientasi/kalakarya MTBS dan SDIDTK

4.3.2.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di Puskesmas/Fasyankes/Posyandu/BKB/Paud/TK/RA/ Panti/LKSA

4.3.2.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

4.3.2.6. Pencatatan dan pelaporan Petugas yang melayani mencatatkan hasil pelayanan pada Buku KIA dan

pencatatan di Puskesmas/Fasyankes. Pencatatan hasil pelayanan di Puskesmas meliputi catatan individual berupa formulir MTBS dan formulir DDTK, serta catatan

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 70

kegiatan Puskesmas/Fasyankes/ Posyandu/BKB/Paud/TK/RA/Panti/LKSA. Hasil pelayanan di wilayah kerja Puskesmas direkap dalam register kohort bayi dan balita. Selanjutnya, Puskesmas melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP) dan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk dimasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

4.3.2.7. Sumber Data

Laporan rutin

4.3.2.8. Waktu Pelaporan Setiap bulan

4.3.2.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Buku KIA 2) Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit 3) Pedoman Pelaksanaan SDIDTK Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar 4) Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu

4.3.3. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan

Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 4.3.3.1. Definisi Operasional

Kriteria kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia sekolah dan remaja adalah: 1) Minimal 40% Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

(PKPR) a) Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

adalah Puskesmas yang menyelenggarakan layanan konseling bagi anak usia sekolah dan remaja (6 – 18 tahun), dan membina minimal 1 (satu) posyandu remaja di wilayah kerja Puskesmas

b) Layanan konseling merupakan sesi diskusi antara anak usia sekolah dan remaja dengan tenaga kesehatan secara individu atau kelompok untuk memahami masalah kesehatan remaja yang sedang dialami

c) Pembinaan Posyandu remaja yang dimaksud adalah menghadirkan petugas di Posyandu remaja untuk melakukan pendampingan kader remaja dalam penyelenggaraan Posyandu remaja

d) Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan bagi remaja (10 - 18 tahun).

Page 72: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 71

e) Penyelenggaraan Posyandu remaja meliputi 3 hal yaitu pemberian KIE, pelayanan kesehatan, dan layanan konseling. • Pemberian KIE yang diberikan antara lain terkait kesehatan reproduksi,

pendidikan keterampilan hidup sehat, gizi, pencegahan kekerasan, pencegahan PTM dan PM dalam bentuk penyuluhan, permainan, dan metode interaktif lainnya.

• Pelayanan kesehatan yang dilakukan antara lain skrining kesehatan (contoh: pemeriksaan tanda vital, pengukuran status gizi/antropometri, skrining anemia, dll), pemberian tablet tambah darah pada remaja putri, layanan rujukannya, dll.

• Layanan konseling merupakan sesi diskusi antara remaja dengan tenaga kesehatan/ kader remaja secara individu atau kelompok untuk memahami masalah kesehatan remaja yang sedang dialami

2) Setiap Puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) melalui kegiatan UKS/M yang ada di wilayah kerja Puskesmas a) Pembinaan sekolah/madrasah yang dimaksud adalah melakukan fasilitasi

kegiatan UKS/M yang diimplementasikan dalam sekolah/madrasah meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat

b) Kegiatan pendidikan kesehatan antara lain: literasi kesehatan (contoh: membaca dan mendiskusikan materi kesehatan menggunakan buku rapor kesehatanku atau buku kesehatan lainnya) , pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (contoh: cuci tangan dan gosok gigi bersama), pendidikan gizi (contoh: sarapan bersama), dan optimalisasi aktivitas fisik (contoh: peregangan diantara jam pelajaran)

c) Kegiatan pelayanan kesehatan antara lain: penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala (100% peserta didik), pemberian tablet tambah darah (remaja putri tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA), pemberian obat cacing, dan imunisasi (bagi tingkat SD/MI)

d) Kegiatan pembinaan lingkungan sehat antara lain: pembinaan sanitasi sekolah (contoh: kebersihan toilet, lingkungan sekolah, saluran air), pembinaan kantin (contoh: kebersihan kantin, keamanan pangan, dan menu bergizi), pengelolaan sampah (contoh: pemilahan sampah)

e) Kabupaten/kota menentukan proporsi setiap jenjang pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) yang dibina setiap Puskesmas

f) Jika dalam satu wilayah kerja Puskesmas tidak terdapat 1 (satu) jenjang pendidikan atau lebih maka pembinaan yang dilakukan hanya jenjang pendidikan yang ada di wilayah puskesmas dengan total minimal 20% sekolah/madrasah

Page 73: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 71

e) Penyelenggaraan Posyandu remaja meliputi 3 hal yaitu pemberian KIE, pelayanan kesehatan, dan layanan konseling. • Pemberian KIE yang diberikan antara lain terkait kesehatan reproduksi,

pendidikan keterampilan hidup sehat, gizi, pencegahan kekerasan, pencegahan PTM dan PM dalam bentuk penyuluhan, permainan, dan metode interaktif lainnya.

• Pelayanan kesehatan yang dilakukan antara lain skrining kesehatan (contoh: pemeriksaan tanda vital, pengukuran status gizi/antropometri, skrining anemia, dll), pemberian tablet tambah darah pada remaja putri, layanan rujukannya, dll.

• Layanan konseling merupakan sesi diskusi antara remaja dengan tenaga kesehatan/ kader remaja secara individu atau kelompok untuk memahami masalah kesehatan remaja yang sedang dialami

2) Setiap Puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) melalui kegiatan UKS/M yang ada di wilayah kerja Puskesmas a) Pembinaan sekolah/madrasah yang dimaksud adalah melakukan fasilitasi

kegiatan UKS/M yang diimplementasikan dalam sekolah/madrasah meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat

b) Kegiatan pendidikan kesehatan antara lain: literasi kesehatan (contoh: membaca dan mendiskusikan materi kesehatan menggunakan buku rapor kesehatanku atau buku kesehatan lainnya) , pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (contoh: cuci tangan dan gosok gigi bersama), pendidikan gizi (contoh: sarapan bersama), dan optimalisasi aktivitas fisik (contoh: peregangan diantara jam pelajaran)

c) Kegiatan pelayanan kesehatan antara lain: penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala (100% peserta didik), pemberian tablet tambah darah (remaja putri tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA), pemberian obat cacing, dan imunisasi (bagi tingkat SD/MI)

d) Kegiatan pembinaan lingkungan sehat antara lain: pembinaan sanitasi sekolah (contoh: kebersihan toilet, lingkungan sekolah, saluran air), pembinaan kantin (contoh: kebersihan kantin, keamanan pangan, dan menu bergizi), pengelolaan sampah (contoh: pemilahan sampah)

e) Kabupaten/kota menentukan proporsi setiap jenjang pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) yang dibina setiap Puskesmas

f) Jika dalam satu wilayah kerja Puskesmas tidak terdapat 1 (satu) jenjang pendidikan atau lebih maka pembinaan yang dilakukan hanya jenjang pendidikan yang ada di wilayah puskesmas dengan total minimal 20% sekolah/madrasah

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 72

4.3.3.2. Rumus Penghitungan Indikator Cara perhitungan kriteria indikator yaitu:

1) Jumlah Puskesmas yang mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dibagi 40% Jumlah seluruh Puskesmas di kab/kota dalam kurun waktu 1 tahun dikali 100

2) Jumlah Puskesmas yang membina minimal 20% sekolah/madrasah yang ada di wilayah Puskesmas dalam 1 tahun dibagi jumlah seluruh Puskesmas di kabupaten/kota dalam kurun waktu 1 tahun dikali 100

Rumus perhitungan indikator yaitu jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja sesuai seluruh kriteria dalam kurun waktu 1 tahun

4.3.3.3. Pelaksana Kegiatan

1) Pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota (dinas kesehatan kabupaten/kota),

2) Tenaga kesehatan di Puskesmas (dokter/perawat/tenaga gizi/promkes/ kesling, dll)

4.3.3.4. Tempat Pelaksanaan

1) Puskesmas di wilayah kabupaten/kota 2) Sekolah/madrasah tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di

wilayah kabupaten/kota 3) Posyandu remaja di wilayah kabupaten/kota

4.3.3.5. Waktu Pelaksanaan

1) Puskesmas mampu laksana PKPR Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja di Puskesmas dan posyandu remaja dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun yaitu pada saat remaja berkunjung ke Puskesmas dan pelaksanaan posyandu remaja

2) Puskesmas membina sekolah/madrasah Pembinaan sekolah/madrasah dilakukan dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun ajaran baru

4.3.3.6. Pencatatan dan Pelaporan 1) Puskesmas mampu laksana PKPR :

a) Hasil layanan konseling anak usia sekolah dan remaja di Puskesmas dicatat pada formulir pasien remaja. Selanjutnya hasil layanan konseling dilaporkan dalam register PKPR.

b) Hasil pembinaan posyandu remaja dicatat pada formulir remaja/buku kesehatan rapor kesehatanku (bagi yang bersekolah)/formulir lainnya.

Page 74: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 73

Selanjutnya hasil pembinaan posyandu dilaporkan dalam laporan bulanan PKPR.

2) Pembinaan kegiatan di sekolah/madrasah a) Hasil pembinaan sekolah/madrasah dicatat dalam laporan kegiatan

sesuai dengan jenis kegiatannya b) Pembinaan kegiatan pendidikan kesehatan: laporan kegiatan c) Pembinaan kegiatan pelayanan kesehatan: buku rapor kesehatanku

atau formulir penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dan formulir pelayanan lainnya

d) Pembinaan kegiatan pembinaan lingkungan sehat: laporan kegiatan/buku rapor kesehatan lingkungan/buku kantin sehat/formulir lainnya

e) Hasil pencatatan kegiatan pembinaan kegiatan sekolah/madrasah dilaporkan dalam bentuk laporan kegiatan dan rekapitulasi penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala. Pelaporan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala disampaikan secara berjenjang sampai dengan tingkat pusat.

4.3.3.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan 6 bulan sekali (per enam bulan)

4.3.3.8. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) 2) Pedoman Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Remaja 3) Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (SN

PKPR) 4) Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala 5) Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu Remaja 6) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Model Sekolah/Madrasah Sehat 7) Buku Pegangan Kader Posyandu Remaja 8) Buku KIE Kader Kesehatan Remaja 9) Buku Pemantauan Kesehatan Remaja 10) Buku Rapor Kesehatanku

4.3.4. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan

Kesehatan Usia Reproduksi 4.3.4.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi adalah:

Page 75: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 73

Selanjutnya hasil pembinaan posyandu dilaporkan dalam laporan bulanan PKPR.

2) Pembinaan kegiatan di sekolah/madrasah a) Hasil pembinaan sekolah/madrasah dicatat dalam laporan kegiatan

sesuai dengan jenis kegiatannya b) Pembinaan kegiatan pendidikan kesehatan: laporan kegiatan c) Pembinaan kegiatan pelayanan kesehatan: buku rapor kesehatanku

atau formulir penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dan formulir pelayanan lainnya

d) Pembinaan kegiatan pembinaan lingkungan sehat: laporan kegiatan/buku rapor kesehatan lingkungan/buku kantin sehat/formulir lainnya

e) Hasil pencatatan kegiatan pembinaan kegiatan sekolah/madrasah dilaporkan dalam bentuk laporan kegiatan dan rekapitulasi penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala. Pelaporan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala disampaikan secara berjenjang sampai dengan tingkat pusat.

4.3.3.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan 6 bulan sekali (per enam bulan)

4.3.3.8. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) 2) Pedoman Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Remaja 3) Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (SN

PKPR) 4) Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala 5) Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu Remaja 6) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Model Sekolah/Madrasah Sehat 7) Buku Pegangan Kader Posyandu Remaja 8) Buku KIE Kader Kesehatan Remaja 9) Buku Pemantauan Kesehatan Remaja 10) Buku Rapor Kesehatanku

4.3.4. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan

Kesehatan Usia Reproduksi 4.3.4.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi adalah:

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 74

1) Minimal 50% Puskesmas di wilayah kerja memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin) a) Puskesmas memberikan pelayanan :

• konseling / komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi calon pengantin dan

• skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal pemeriksaan status gizi meliputi : (pemeriksaan berat badan, tinggi badan, penentuan IMT, pemeriksaan LiLA) dan tanda anemia (pemeriksaan konjungtiva dan pemeriksaan Hb)

b) Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau perawat dan atau petugas gizi).

2) Seluruh Puskesmas di wilayah kerja mampu dan melakukan pelayanan KB Pasca Persalinan Puskesmas yang mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan dengan metoda cara modern (AKDR/pil/suntik/kondom/MAL/implan/ vasektomi) dilakukan dalam kurun waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan. KB Pasca Persalinan (KB PP) adalah pelayanan KB yang diberikan kepada PUS setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari, dengan tujuan untuk menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan). Mempunyai minimal 2 (dua) orang tenaga kesehatan yang kompeten yaitu : • dokter dan atau • bidan yang sudah mendapatkan pelatihan Contraceptive Technolgy Update

(CTU)/pelatihan keluarga berencana (KB)/orientasi KB Pasca Persalinan (KBPP)

4.3.4.2. Rumus Penghitungan Indikator Rumus perhitungan kriteria:

1) Jumlah puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin) dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya minimal 50% maka memenuhi kriteria

2) Jumlah Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya mencapai 100% (seluruh) maka memenuhi kriteria.

Rumus perhitungan indikator yaitu jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi. Contoh kasus : Di Provinsi “G” terdapat 4 Kabupaten/Kota. Kemudian telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi. Rekapitulasi hasil pelayanan kesehatan reproduksi di Provinsi “G” pada akhir tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 76: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 75

Tabel 2. Contoh cara penghitungan indikator pelayanan kesehatan reproduksi

Kabupaten/ Kota

Jumlah Puskesmas

Puskesmas yang memberikan pelayanan

kespro catin

Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan

KBPP Keterangan

(a) (b) (c) (d) (e) 1. Kabupaten A 4 2 (50%) 2 (50%) Tidak (karena

Pusk mampu dan memberikan pelayanan KBPP belum 100%)

Puskemas A Memberikan pelayanan kespro

catin, meliputi konseling/KIE dan skrining kesehatan

ya Memberikan pelayanan KB PP 20 orang

Mempunyai 1 orang petugas kompeten

tidak

Puskesmas B Memberikan pelayanan kespro

catin, meliputi skrining kesehatan,

tetapi tidak melakukan

konseling/KIE

tidak Memberikan pelayanan KB PP 30 orang

Mempunyai 2 orang petugas kompeten

ya

Puskesmas C Tidak memberikan pelayanan kespro

catin, meliputi konseling/KIA dan skrining kesehatan

tidak Memberikan pelayanan KB PP 50 orang

Mempunyai 4 orang petugas kompeten

ya

Puskesmas D Memberikan pelayanan kespro

catin, meliputi konseling/KIA dan skrining kesehatan

ya Tidak melakukan pelayanan KB PP

Mempunyai 2 orang petugas kompeten

tidak

2. Kota B 5 3 (60%) 5 (100%) Ya (sesuai kriteria)

3. Kabupaten C 8 3 (37,5%) 8 (100%) Tidak (Pusk yang

memberikan pelayanan

kespro catin (< 50%)

4. Kabupaten D

6 4 (67%) 6 (100%) Ya (sesuai kriteria)

Hasil rekapitulasi selama setahun, jumlah kabupaten di Provinsi G yang telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi sebanyak 2 kabupaten/kota.

4.3.4.3. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan adalah pengelola program kesehatan reproduksi/keluarga berencana dinas kesehatan kabupaten/kota, pengelola

Page 77: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 75

Tabel 2. Contoh cara penghitungan indikator pelayanan kesehatan reproduksi

Kabupaten/ Kota

Jumlah Puskesmas

Puskesmas yang memberikan pelayanan

kespro catin

Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan

KBPP Keterangan

(a) (b) (c) (d) (e) 1. Kabupaten A 4 2 (50%) 2 (50%) Tidak (karena

Pusk mampu dan memberikan pelayanan KBPP belum 100%)

Puskemas A Memberikan pelayanan kespro

catin, meliputi konseling/KIE dan skrining kesehatan

ya Memberikan pelayanan KB PP 20 orang

Mempunyai 1 orang petugas kompeten

tidak

Puskesmas B Memberikan pelayanan kespro

catin, meliputi skrining kesehatan,

tetapi tidak melakukan

konseling/KIE

tidak Memberikan pelayanan KB PP 30 orang

Mempunyai 2 orang petugas kompeten

ya

Puskesmas C Tidak memberikan pelayanan kespro

catin, meliputi konseling/KIA dan skrining kesehatan

tidak Memberikan pelayanan KB PP 50 orang

Mempunyai 4 orang petugas kompeten

ya

Puskesmas D Memberikan pelayanan kespro

catin, meliputi konseling/KIA dan skrining kesehatan

ya Tidak melakukan pelayanan KB PP

Mempunyai 2 orang petugas kompeten

tidak

2. Kota B 5 3 (60%) 5 (100%) Ya (sesuai kriteria)

3. Kabupaten C 8 3 (37,5%) 8 (100%) Tidak (Pusk yang

memberikan pelayanan

kespro catin (< 50%)

4. Kabupaten D

6 4 (67%) 6 (100%) Ya (sesuai kriteria)

Hasil rekapitulasi selama setahun, jumlah kabupaten di Provinsi G yang telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi sebanyak 2 kabupaten/kota.

4.3.4.3. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan adalah pengelola program kesehatan reproduksi/keluarga berencana dinas kesehatan kabupaten/kota, pengelola

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 76

program kesehatan reproduksi Puskesmas, pengelola program keluarga berencana Puskesmas

4.3.4.4. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun

4.3.4.5. Tempat Pelaksanaan Puskesmas

4.3.4.6. Pencatatan dan pelaporan

Petugas melakukan pelayanan dan mencatatkan dalam kohort kesehatan usia reproduksi dan melaporkan melalui laporan program/Sistem Informasi Puskesmas (SIP) yang selanjutnya dikirim ke kabupaten/kota untuk dimasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

4.3.4.7. Sumber Data

Laporan rutin

4.3.4.8. Waktu Pelaporan Dilaporkan setiap bulan

4.3.4.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil 2) Pedoman Pelayanan KB Pasca Persalinan di Fasilitas

Kesehatan/Pedoman Pelayanan KB

4.3.5. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

4.3.5.1. Definisi Operasional Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia

meliputi: 1) Seluruh Puskesmas membina Posyandu Lansia di 50% desa di wilayah kerjanya,

adalah seluruh Puskesmas melaksanakan pembinaan pada Posyandu Lansia sedikitnya di 50% desa di wilayah kerjanya sehingga Posyandu Lansia buka minimal 4 kali dalam satu tahun pada setiap desa tersebut

2) Minimal 50% Puskesmas yang ada di kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun Lansia yaitu: a) Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas, terdapat petugas pelayanan

yang terlatih atau memahami pelayanan kesehatan Lansia dan geriatri b) Memberikan prioritas pelayanan kepada Lansia, minimal dengan

mendahulukan Lansia di loket, poliklinik, laboratorium dan apotik

Page 78: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 77

c) Mengkondisikan sarana yang ada semaksimal mungkin, sehingga aman dan mudah diakses oleh Lansia

d) Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup 3) Kabupaten/kota mengembangkan Program Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi

Lansia, adalah kabupaten/kota telah mulai melaksanakan Program PJP bagi Lansia di minimal 10% Puskesmas dalam bentuk kegiatan orientasi Program PJP bagi Lansia dan panduan praktis bagi caregiver informal

4.3.5.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota di kali 100% dalam kurun waktu 1 tahun

4.3.5.3. Pelaksana Kegiatan

Kabupaten/kota (penanggung jawab program kesehatan Lansia dinas kesehatan kabupaten/kota, petugas kesehatan atau tim yang terlatih/memahami pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas, dan kader posyandu Lansia)

4.3.5.4. Tempat Pelaksanaan

Puskesmas dan Posyandu Lansia di wilayah kabupaten/kota

4.3.5.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

4.3.5.6. Pencatatan dan Pelaporan Data yang dilaporkan merupakan penggabungan kegiatan di dalam dan di

luar gedung puskesmas (Posyandu Lansia, kunjungan rumah, kunjungan ke panti, dll). Petugas yang melayani, mencatatkan hasil ke dalam form kohort pelayanan kesehatan Lansia dan form pencatatan pelaporan tingkat Puskesmas, termasuk mengkompilasi hasil kegiatan di Posyandu Lansia. Hasil pencatatan Puskesmas dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

Untuk laporan pelaksanaan capaian indikator kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia, pencatatan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota untuk selanjutnya disampaikan kepada dinas kesehatan provinsi. Dinas Kesehatan Provinsi kemudian melakukan verifikasi dan validasi data, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas) sebagai laporan di tingkat pusat.

4.3.5.7. Sumber Data

Laporan rutin

Page 79: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 77

c) Mengkondisikan sarana yang ada semaksimal mungkin, sehingga aman dan mudah diakses oleh Lansia

d) Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup 3) Kabupaten/kota mengembangkan Program Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi

Lansia, adalah kabupaten/kota telah mulai melaksanakan Program PJP bagi Lansia di minimal 10% Puskesmas dalam bentuk kegiatan orientasi Program PJP bagi Lansia dan panduan praktis bagi caregiver informal

4.3.5.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota di kali 100% dalam kurun waktu 1 tahun

4.3.5.3. Pelaksana Kegiatan

Kabupaten/kota (penanggung jawab program kesehatan Lansia dinas kesehatan kabupaten/kota, petugas kesehatan atau tim yang terlatih/memahami pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas, dan kader posyandu Lansia)

4.3.5.4. Tempat Pelaksanaan

Puskesmas dan Posyandu Lansia di wilayah kabupaten/kota

4.3.5.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

4.3.5.6. Pencatatan dan Pelaporan Data yang dilaporkan merupakan penggabungan kegiatan di dalam dan di

luar gedung puskesmas (Posyandu Lansia, kunjungan rumah, kunjungan ke panti, dll). Petugas yang melayani, mencatatkan hasil ke dalam form kohort pelayanan kesehatan Lansia dan form pencatatan pelaporan tingkat Puskesmas, termasuk mengkompilasi hasil kegiatan di Posyandu Lansia. Hasil pencatatan Puskesmas dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

Untuk laporan pelaksanaan capaian indikator kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia, pencatatan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota untuk selanjutnya disampaikan kepada dinas kesehatan provinsi. Dinas Kesehatan Provinsi kemudian melakukan verifikasi dan validasi data, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas) sebagai laporan di tingkat pusat.

4.3.5.7. Sumber Data

Laporan rutin

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 78

4.3.5.8. Waktu Pelaporan Dilaporkan setiap bulan

4.3.5.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Buku Kesehatan Lanjut Usia dan Petunjuk Teknis Pengisian Buku Kesehatan Lansia

2) Petunjuk Teknis Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G) 3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas 4) Pedoman untuk Puskesmas dalam Pemberdayaan Lanjut Usia 5) Pedoman untuk Puskesmas dalam Penyelenggaraan Kegiatan Kesehatan

Lanjut Usia di Posyandu Lansia 6) Buku untuk Kader seri Kesehatan Lanjut Usia 7) Pedoman untuk Puskesmas dalam Perawatan Jangka Panjang bagi

Lanjut Usia 8) Panduan Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi

Lanjut Usia

4.4. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan 4.4.1. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) 4.4.1.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan 4 tatanan yaitu pemukiman, sarana dan prasarana umum, masyarakat sehat yang mandiri dan ketahanan pangan, kawasan pendidikan dan kawasan pasar, memiliki SK Tim Pembina, Memiliki SK forum dan rencana kerja dan mempunyai laporan hasil verifikasi oleh tim pembina tingkat provinsi.

4.4.1.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang telah memenuhi kriteria penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. Contoh perhitungan: Dalam satu tahun (1 Januari s/d 31 Desember pada tahun yang sama) terdapat 100 kabupaten/kota yang telah memenuhi kriteria berdasarkan laporan yang disampaikan melalui aplikasi, maka capaian program kabupaten/kota yang menyelenggarakan Kabupaten/Kota Sehat pada tahun tersebut sebanyak 100 kabupaten/kota. 4.4.1.3. Pelaksana Kegiatan

1) Penanggung jawab di tingkat kabupaten/kota adalah Ketua Tim Pembina KKS dan Ketua Forum KKS

Page 80: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 79

2) Penanggung jawab di tingkat kecamatan adalah Ketua Forum Komunikasi KKS

3) Penanggung jawab di tingkat desa/kelurahan adalah Ketua POKJA KKS

4.4.1.4. Tempat Pelaksaaan Kabupaten/kota

4.4.1.5. Waktu Pelaksanaan

Dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

4.4.1.6. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh petugas bagian data dan

informasi Sekretariat KKS melalui aplikasi.

4.4.1.7. Sumber Data Laporan rutin

4.4.1.8. Waktu Pelaporan Setiap bulan

4.4.1.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Peraturan Menteri Bersama Nomor 34 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat dan Nomor: 1138/Menkes/ PB/VIII/2005 (Sedang Proses Revisi menjadi Perpres)

2) Peraturan Presiden tentang Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses) 3) Petunjuk Teknis Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)

4.4.2. Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop Buang Air Besar Sembarangan

(SBS) 4.4.2.1. Definisi Operasional

Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek buang air besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi. Verifikasi adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di masyarakat dalam menerapkan pilar-pilar STBM.

Kriteria Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) adalah: 1) Semua masyarakat telah buang air besar hanya di jamban yang aman dan layak

dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang aman dan layak 2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar 3) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai

100% KK mempunyai jamban layak dan aman

Page 81: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 79

2) Penanggung jawab di tingkat kecamatan adalah Ketua Forum Komunikasi KKS

3) Penanggung jawab di tingkat desa/kelurahan adalah Ketua POKJA KKS

4.4.1.4. Tempat Pelaksaaan Kabupaten/kota

4.4.1.5. Waktu Pelaksanaan

Dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

4.4.1.6. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh petugas bagian data dan

informasi Sekretariat KKS melalui aplikasi.

4.4.1.7. Sumber Data Laporan rutin

4.4.1.8. Waktu Pelaporan Setiap bulan

4.4.1.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Peraturan Menteri Bersama Nomor 34 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat dan Nomor: 1138/Menkes/ PB/VIII/2005 (Sedang Proses Revisi menjadi Perpres)

2) Peraturan Presiden tentang Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses) 3) Petunjuk Teknis Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)

4.4.2. Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop Buang Air Besar Sembarangan

(SBS) 4.4.2.1. Definisi Operasional

Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek buang air besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi. Verifikasi adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di masyarakat dalam menerapkan pilar-pilar STBM.

Kriteria Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) adalah: 1) Semua masyarakat telah buang air besar hanya di jamban yang aman dan layak

dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang aman dan layak 2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar 3) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai

100% KK mempunyai jamban layak dan aman

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 80

4.4.2.2. Rumus Perhitungan Indikator Jumlah desa/kelurahan yang telah terverifikasi SBS dibagi jumlah seluruh

desa/kelurahan dikali 100%. Jumlah desa/kelurahan di Indonesia: 80.930.

4.4.2.3. Pelaksana Kegiatan Pelaku verifikasi atau yang disebut dengan tim verifikasi disesuaikan

dengan kebutuhan pada tingkatan mana verifikasi dilakukan. 1) Dusun/RW

a) Sanitarian Puskesmas b) PKK desa/kelurahan c) Staff/aparat desa/kelurahan d) Tim dari dusun lain dalam satu desa e) Tim STBM desa

2) Desa/Kelurahan a) Sanitarian Puskesmas b) Promkes Puskesmas c) UPTD kecamatan d) PKK kecamatan e) Tim dari desa/kelurahan lain dalam 1 (satu) kecamatan f) Tim STBM kecamatan

3) Kecamatan a) Dinas kesehatan kabupaten/kota b) Pokja sanitasi/AMPL c) PKK kabupaten d) Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan (Forum Kabupaten Kota Sehat,

jika ada) e) Tim dari kecamatan lain f) Tim STBM kabupaten

4) Kabupaten/Kota a) Dinas kesehatan provinsi b) Tim STBM provinsi c) Pokja sanitasi/AMPL provinsi d) Perwakilan dari kabupaten lain e) Dinas di provinsi yang terkait dengan sarana air minum dan sanitasi f) Tim STBM provinsi

5) Provinsi a) Tim STBM Nasional b) Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan c) Perwakilan dari provinsi lain d) Mitra/swasta

Page 82: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 81

4.4.2.4. Tempat Pelaksaaan Desa/kelurahan 4.4.2.5. Waktu Pelaksanaan

Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

4.4.2.6. Pencatatan dan Pelaporan Tim verifikasi melakukan verifikasi langsung ke rumah tangga. Setelah

selesai verifikasi maka berita acara verifikasi di input dalam e-monev STBM.

4.4.2.7. Sumber Data Laporan rutin

4.4.2.8. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

4.4.2.9. Pedoman Pelaporan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM 2) Pedoman Pemicuan 5 Pilar STBM 3) Pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM 4) SNI 2398:2017 (Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan

Pengolahan Lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter, kolam sanita)

5) Pedoman Wirausaha Sanitasi 6) Pedoman Pengelolalaan Teknologi Tepat Guna Sanitasi dan Air Minum

4.4.3. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas Air Minumnya sesuai Standar

4.4.3.1. Definisi Operasional Sarana air minum yang dilakukan tinjauan dokumen RPAM (Rencana

Pengamanan Air Minum), inspeksi kesehatan lingkungan dan diperiksa kualitas air minumnya oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.

Maksud dari diawasi/diperiksa adalah petugas kesehatan lingkungan melakukan pengawasan eksternal melalui review dokumen RPAM, observasi lapangan (IKL), dan uji kualitas air (laboratorium atau alat yang terkalibrasi). Hasil pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM.

Total sarana air minum yang masuk cakupan pengawasan adalah 81.921 sarana, dengan rincian sebagai berikut: a) PDAM pemerintah: 411 PDAM (sumber: data Perpamsi) b) PDAM swasta: 17 PDAM c) KPSPAM Pamsimas: 24.833 sarana (sumber: data KPSPAM Pamsimas)

Page 83: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 81

4.4.2.4. Tempat Pelaksaaan Desa/kelurahan 4.4.2.5. Waktu Pelaksanaan

Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

4.4.2.6. Pencatatan dan Pelaporan Tim verifikasi melakukan verifikasi langsung ke rumah tangga. Setelah

selesai verifikasi maka berita acara verifikasi di input dalam e-monev STBM.

4.4.2.7. Sumber Data Laporan rutin

4.4.2.8. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

4.4.2.9. Pedoman Pelaporan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM 2) Pedoman Pemicuan 5 Pilar STBM 3) Pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM 4) SNI 2398:2017 (Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan

Pengolahan Lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter, kolam sanita)

5) Pedoman Wirausaha Sanitasi 6) Pedoman Pengelolalaan Teknologi Tepat Guna Sanitasi dan Air Minum

4.4.3. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas Air Minumnya sesuai Standar

4.4.3.1. Definisi Operasional Sarana air minum yang dilakukan tinjauan dokumen RPAM (Rencana

Pengamanan Air Minum), inspeksi kesehatan lingkungan dan diperiksa kualitas air minumnya oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.

Maksud dari diawasi/diperiksa adalah petugas kesehatan lingkungan melakukan pengawasan eksternal melalui review dokumen RPAM, observasi lapangan (IKL), dan uji kualitas air (laboratorium atau alat yang terkalibrasi). Hasil pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM.

Total sarana air minum yang masuk cakupan pengawasan adalah 81.921 sarana, dengan rincian sebagai berikut: a) PDAM pemerintah: 411 PDAM (sumber: data Perpamsi) b) PDAM swasta: 17 PDAM c) KPSPAM Pamsimas: 24.833 sarana (sumber: data KPSPAM Pamsimas)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 82

d) KPSPAM non Pamsimas: 6.898 sarana e) Depot air minum: 49.713 Depot (sumber: Emonev HSP) f) Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP): 49

4.4.3.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya dibagi seluruh sarana air minum di kali 100%

4.4.3.3. Pelaksana Kegiatan

Dinas kesehatan kabupaten/kota, sanitarian, KKP

4.4.3.4. Tempat Pelaksaaan Sarana air minum dan penyelenggara air minum

4.4.3.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

4.4.3.6. Pencatatan dan Pelaporan Hasil pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM

4.4.3.7. Waktu Pelaporan

Satu tahun sekali

4.4.3.8. Sumber data Laporan rutin

4.4.3.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air Minum

2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air

4.4.4. Jumlah Fasyankes yang Memiliki Pengelolaan Limbah Medis sesuai

Standar 4.4.4.1. Definisi Operasional

Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar adalah Fasyankes (rumah sakit dan Puskesmas) yang telah melakukan pemilahan, pewadahan, pengangkutan yang memenuhi syarat, penyimpanan sementara B3 di tempat penyimpanan B3 (TPSB3) yang berizin serta telah melakukan pengolahan secara mandiri sesuai persyaratan atau berizin dan atau bekerjasama dengan pihak pengelola limbah B3 yang berizin.

Page 84: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 83

Standar prosedur pelaksanan pengelolaan limbah medis yang dilaksanakan sesuai standar mengacu ke Peraturan Menteri KLHK Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan mempunyai tenaga yang memahami pengelolaan limbah medis di Fasyankes.

4.4.4.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kumulatif Fasyankes (RS dan Puskesmas) yang telah melaksanakan pengelolaan limbah medis sesuai standar. Jumlah Rumah Sakit : 2.900 unit Jumlah Puskesmas : 9.993 unit

4.4.4.3. Pelaksana Kegiatan

Penanggung jawab kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya di Fasyankes 4.4.4.4. Tempat Pelaksanaan

Rumah sakit dan Puskesmas

4.4.4.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan pengawasan pengelolaan limbah medis dilakukan

setiap hari

4.4.4.6. Pencatatan dan pelaporan Petugas yang bertanggungjawab melaksanakan pengelolaan limbah medis

di Fasyankes melaksanakan pencatatan dan pelaporan melalui E-monev Limbah Medis di Fasyankes (aplikasi daring) dan kabupaten/kota serta mengkoordinir pelaporan dari Fasyankes serta provinsi melakukan approve aplikasi E-monev limbah medis bagi Fasyankes yang akan melakukan pelaporan.

4.4.4.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap tiga bulan sekali

4.4.4.8. Sumber Data Laporan rutin

4.4.4.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Peraturan Menteri KLHK Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Fasyankes

Page 85: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 83

Standar prosedur pelaksanan pengelolaan limbah medis yang dilaksanakan sesuai standar mengacu ke Peraturan Menteri KLHK Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan mempunyai tenaga yang memahami pengelolaan limbah medis di Fasyankes.

4.4.4.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kumulatif Fasyankes (RS dan Puskesmas) yang telah melaksanakan pengelolaan limbah medis sesuai standar. Jumlah Rumah Sakit : 2.900 unit Jumlah Puskesmas : 9.993 unit

4.4.4.3. Pelaksana Kegiatan

Penanggung jawab kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya di Fasyankes 4.4.4.4. Tempat Pelaksanaan

Rumah sakit dan Puskesmas

4.4.4.5. Waktu Pelaksanaan Pelayanan dilaksanakan pengawasan pengelolaan limbah medis dilakukan

setiap hari

4.4.4.6. Pencatatan dan pelaporan Petugas yang bertanggungjawab melaksanakan pengelolaan limbah medis

di Fasyankes melaksanakan pencatatan dan pelaporan melalui E-monev Limbah Medis di Fasyankes (aplikasi daring) dan kabupaten/kota serta mengkoordinir pelaporan dari Fasyankes serta provinsi melakukan approve aplikasi E-monev limbah medis bagi Fasyankes yang akan melakukan pelaporan.

4.4.4.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap tiga bulan sekali

4.4.4.8. Sumber Data Laporan rutin

4.4.4.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Peraturan Menteri KLHK Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Fasyankes

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 84

2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas

4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi

5) E-monev Limbah Fasyankes 4.4.5. Persentase Tempat dan Fasilitas umum (TFU) yang Dilakukan

Pengawasan sesuai Standar 4.4.5.1. Definisi Operasional

Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar adalah tempat dan fasilitas umum (pasar, sekolah, Puskesmas) yang dilakukan pengawasan oleh kabupaten/kota dengan cara melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) minimal 1 kali dalam kurun waktu setahun.

TFU adalah lokasi, sarana, dan prasarana antara lain: fasilitas kesehatan; fasilitas pendidikan; tempat ibadah; hotel; rumah makan dan usaha lain yang sejenis; sarana olahraga; sarana transportasi darat, laut, udara, dan kereta api; stasiun dan terminal; pasar dan pusat perbelanjaan; pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat negara; dan tempat dan fasilitas umum lainnya. TFU yang dimaksud dalam hal ini prioritas terdiri sekolah (SD/MI dan SMP/MTs), Puskesmas dan pasar yang terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Perdagangan, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Agama.

Pengawasan sesuai standar yang dimaksud adalah kunjungan untuk mengetahui faktor risiko kesehatan lingkungan dengan IKL melalui pengamatan fisik media lingkungan dengan menggunakan instrumen IKL, pengukuran media lingkungan dan analisis risiko kesehatan lingkungan serta rekomendasi perbaikan.

Sekolah yang dimaksud adalah sekolah yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta yang terdiri dari SD dan SMP/sederajat yang terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama.

Puskesmas yang dimaksud adalah yang berada di wilayah kerjanya. Pasar adalah pasar rakyat yang telah dilakukan revitalisasi dan terdaftar

di Kementerian Perdagangan.

4.4.5.2. Rumus Perhitungan Indikator Jumlah TFU yang dilaporkan hasil pengawasannya oleh kabupaten/kota

berdasarkan inspeksi kesehatan lingkungan minimal 1 kali dalam setahun dibagi jumlah TFU dikali 100 %.

Page 86: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 85

a) Jumlah Sekolah (SD/MI dan SMP/MTs) : 230.729 b) Jumlah Puskesmas : 10.060 c) Jumlah Pasar : 1.578

4.4.5.3. Pelaksana Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan kabupaten dan Puskesmas (sanitarian atau tenaga lain yang terlatih)

4.4.5.4. Tempat Pelaksaaan

Sekolah, Puskesmas dan Pasar

4.4.5.5. Waktu Pelaksanaan Pembinaan dan pengawasan minimal dilaksanakan satu kali dalam

setahun.

4.4.5.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas melakukan pencatatan dan melaporkan melalui pelaporan manual

dan aplikasi (E-monev: E-SATU)

4.4.5.7. Waktu Pelaporan Hasil pembinaan dan pengawasan dilaporkan setiap triwulan

4.4.5.8. Sumber data

Laporan rutin

4.4.5.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 519 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Pasar Sehat 2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas 3) Petunjuk Teknis Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pasar, Sekolah dan

Puskesmas 4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas 5) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Puskesmas 6) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429 Tahun 2006 tentang

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah

Page 87: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 85

a) Jumlah Sekolah (SD/MI dan SMP/MTs) : 230.729 b) Jumlah Puskesmas : 10.060 c) Jumlah Pasar : 1.578

4.4.5.3. Pelaksana Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan kabupaten dan Puskesmas (sanitarian atau tenaga lain yang terlatih)

4.4.5.4. Tempat Pelaksaaan

Sekolah, Puskesmas dan Pasar

4.4.5.5. Waktu Pelaksanaan Pembinaan dan pengawasan minimal dilaksanakan satu kali dalam

setahun.

4.4.5.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas melakukan pencatatan dan melaporkan melalui pelaporan manual

dan aplikasi (E-monev: E-SATU)

4.4.5.7. Waktu Pelaporan Hasil pembinaan dan pengawasan dilaporkan setiap triwulan

4.4.5.8. Sumber data

Laporan rutin

4.4.5.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 519 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Pasar Sehat 2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas 3) Petunjuk Teknis Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pasar, Sekolah dan

Puskesmas 4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas 5) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Puskesmas 6) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429 Tahun 2006 tentang

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 86

4.4.6. Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang Memenuhi Syarat sesuai Standar

4.4.6.1. Definisi Operasional Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi syarat kesehatan adalah

TPP yang dilaksanakan pengawasan melalui inspeksi kesehatan lingkungan (IKL) dan memenuhi syarat sesuai standar. TPP: rumah makan/restoran/jasaboga/ sentra pangan jajanan, depot air minum. Standar prosedur : Permenkes, Pedoman, Juknis, Modul Standar sarana/fasilitas : Permenkes, Pedoman, Juknis, Modul Standar tenaga : sanitarian Puskesmas

4.4.6.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah TPP yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai standar dalam kurun waktu 1 tahun dibanding jumlah TPP terdaftar dikali 100%. Jumlah TPP yang terdaftar di Kab/kota berdasarkan E Monev TPM 143.950.

4.4.6.3. Pelaksana Kegiatan

1) Sanitarian Puskesmas dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) melaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan di TPP (rumah makan/restoran, jasaboga, kantin, depot, sentra makanan jajanan/makanan jajanan)

2) Dinas kesehatan kabupaten/kota dan KKP melaksanakan kegiatan investigasi KLB keracunan pangan, pemberian sertifikat laik higiene sanitasi untuk jasaboga, rumah makan/restoran, gerakan stikerisasi higiene sanitasi bagi kantin dan makanan jajanan, melaksanakan pelatihan higiene sanitasi pangan, implementasi pilar 3 STBM, melaksanakan lomba kantin dan terminal

4.4.6.4. Tempat Pelaksanaan

Rumah makan/restoran, jasaboga, depot air minum, kantin, sentra makanan jajanan/makanan jajanan

4.4.6.5. Waktu Pelaksanaan

Pembinaan dan pengawasan minimal dilaksanakan minimal setahun dua kali

4.4.6.6. Pencatatan dan Pelaporan

Sanitarian melaksanakan pencatatan dan pelaporan dengan menginput data ke dalam E-Monev HSP dan Germas PAS

Page 88: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 87

4.4.6.7. Sumber Data Laporan rutin

4.4.6.8. Waktu Pelaporan

Setiap selesai melakukan inspeksi kesehatan lingkungan

4.4.6.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene

Sanitasi Jasaboga 2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1098 Tahun 2003 tentang

Penyelenggaraan Higiene Sanitasi Rumah Makan/Restoran 3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 942 Tahun 2003 tentang Higiene

Sanitasi Makanan Jajanan 4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene

Sanitasi Depot Air Minum 5) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2011 tentang KLB

Keracunan Pangan 6) Pedoman Higiene Sanitasi Depot Air Minum 7) Modul Pelatihan Keamanan Pangan 8) Modul Pelatihan Investigasi Keracunan Pangan

4.5. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat 4.5.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan

Masyarakat Hidup Sehat 4.5.1.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dengan kriteria: 1) Memiliki kebijakan Germas sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun

2017 (melaksanakan 5 kluster Germas) dan/atau kebijakan berwawasan kesehatan adalah kabupaten/kota telah memiliki atau menerbitkan kebijakan Germas dan/atau kebijakan berwawasan kesehatan. Kebijakan Germas ditetapkan oleh pemerintah daerah (bupati/walikota) mencakup 5 klaster Germas yaitu: a) Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik b) Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat c) Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi d) Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit e) Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan

Page 89: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 87

4.4.6.7. Sumber Data Laporan rutin

4.4.6.8. Waktu Pelaporan

Setiap selesai melakukan inspeksi kesehatan lingkungan

4.4.6.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene

Sanitasi Jasaboga 2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1098 Tahun 2003 tentang

Penyelenggaraan Higiene Sanitasi Rumah Makan/Restoran 3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 942 Tahun 2003 tentang Higiene

Sanitasi Makanan Jajanan 4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene

Sanitasi Depot Air Minum 5) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2011 tentang KLB

Keracunan Pangan 6) Pedoman Higiene Sanitasi Depot Air Minum 7) Modul Pelatihan Keamanan Pangan 8) Modul Pelatihan Investigasi Keracunan Pangan

4.5. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat 4.5.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan

Masyarakat Hidup Sehat 4.5.1.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dengan kriteria: 1) Memiliki kebijakan Germas sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun

2017 (melaksanakan 5 kluster Germas) dan/atau kebijakan berwawasan kesehatan adalah kabupaten/kota telah memiliki atau menerbitkan kebijakan Germas dan/atau kebijakan berwawasan kesehatan. Kebijakan Germas ditetapkan oleh pemerintah daerah (bupati/walikota) mencakup 5 klaster Germas yaitu: a) Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik b) Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat c) Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi d) Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit e) Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 88

Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh bupati/walikota/Kepala OPD berupa peraturan/surat keputusan/instruksi/surat edaran yang mendukung salah satu klaster Germas. Contoh kebijakan: a) Kebijakan Germas

• Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 45 Tahun 2018 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

• Peraturan Bupati Bantul Nomor 35 Tahun 2018 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

b) Kebijakan Berwawasan Kesehatan • Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 10 Tahun 2019 tentang Kawasan

Tanpa Rokok • Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 9 Tahun 2014 tentang Ruang

Terbuka Hijau Kota Banjarmasin • Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kawasan

Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day) 2) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung Germas minimal 3

kali setahun dengan melibatkan lintas sektor, pendidikan (sekolah), Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan atau mitra potensial adalah kegiatan yang mengajak masyarakat untuk melakukan 5 (lima) klaster Germas dan melibatkan unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, Pos UKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll) dan dilakukan minimal 3 (tiga) kali setahun.

4.5.1.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas dibagi jumlah total kabupaten/kota, dikali 100%

4.5.1.3. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, Pos UKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll), yang dimotori oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan Bappeda

4.5.1.4. Tempat Pelaksanaan

Kabupaten/kota

Page 90: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 89

4.5.1.5. Waktu Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

4.5.1.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas kabupaten/kota melakukan input data kebijakan dan pelaksaaan

kegiatan penggerakan masyarakat ke dalam sistem aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

4.5.1.7. Sumber Data

Laporan Rutin

4.5.1.8. Waktu Pelaporan Dilaporkan setiap tiga bulan

4.5.1.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat

Hidup Sehat 2) Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 11 Tahun 2017 tentang

Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

4.5.2. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif 4.5.2.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan Posyandu aktif dengan kriteria: 1) Memiliki Pokjanal yang disahkan melalui keputusan bupati/walikota

Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor terkait pengembangan Posyandu tingkat kabupaten/kota

2) Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun Mengadakan pertemuan rutin setiap tahun minimal 2 kali untuk membahas perencanaan dan evaluasi pelaporan kegiatan

3) Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader yang berasal desa/kelurahan di wilayah kabupaten/Kota

4) Memiliki sistim pelaporan kegiatan Posyandu Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan kegiatan Posyandu sehingga tersedia laporan posyandu seperti SIP online dan atau Si Cakep

5) Posyandu aktif minimal 50% a) Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10x/tahun b) Memiliki minimal 5 orang kader

Page 91: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 89

4.5.1.5. Waktu Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

4.5.1.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas kabupaten/kota melakukan input data kebijakan dan pelaksaaan

kegiatan penggerakan masyarakat ke dalam sistem aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

4.5.1.7. Sumber Data

Laporan Rutin

4.5.1.8. Waktu Pelaporan Dilaporkan setiap tiga bulan

4.5.1.9. Pedoman Pelaksanaan 1) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat

Hidup Sehat 2) Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 11 Tahun 2017 tentang

Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

4.5.2. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif 4.5.2.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan Posyandu aktif dengan kriteria: 1) Memiliki Pokjanal yang disahkan melalui keputusan bupati/walikota

Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor terkait pengembangan Posyandu tingkat kabupaten/kota

2) Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun Mengadakan pertemuan rutin setiap tahun minimal 2 kali untuk membahas perencanaan dan evaluasi pelaporan kegiatan

3) Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader yang berasal desa/kelurahan di wilayah kabupaten/Kota

4) Memiliki sistim pelaporan kegiatan Posyandu Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan kegiatan Posyandu sehingga tersedia laporan posyandu seperti SIP online dan atau Si Cakep

5) Posyandu aktif minimal 50% a) Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10x/tahun b) Memiliki minimal 5 orang kader

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 90

c) Melakukan pelayanan kegiatan KIA, gizi, imunisasi, KB dengan cakupan minimal 50%

d) Memiliki alat pemantauan pertumbuhan e) Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan (remaja, usia kerja, lansia,

TOGA, penanggulangan penyakit)

4.5.2.2. Rumus Perhitungan Indikator Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pembinaan Posyandu aktif dibagi

total kabupaten/kota dikali 100%

4.5.2.3. Pelaksana Kegiatan Dilaksanakan oleh pengelola program promkes, pemangku kepentingan

terkait dan kader

4.5.2.4. Tempat Pelaksaaan Dilaksanakan di kabupaten/kota, Puskesmas/Fasyankes dan Posyandu

4.5.2.5. Waktu Pelaksanaan

Pembinaan dilaksanakan sepanjang tahun sesuai penjadwalan yang disepakati oleh kabupaten/kota 4.5.2.6. Pencatatan dan Pelaporan

Pengelola promkes kabupaten/kota, pemangku kepentingan terkait dan kader sesuai kewenangan masing-masing melalui sistem pelaporan yang ada di kabupaten/kota

4.5.2.7. Sumber Data

Laporan rutin Puskesmas dan Posyandu serta laporan Pokjanal kabupaten/kota

4.5.2.8. Waktu Pelaporan

Pencatatan kader diambil setiap bulan oleh petugas Puskesmas dilaporkan setiap bulan ke petugas kabupaten/kota. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2007 pelaporan dari kabupaten/kota ke provinsi, minimal 4 (empat) bulan sekali dan pelaporan dari provinsi ke pusat, minimal 6 (enam) bulan sekali disampaikan kepada Direktur Jenderal Pemerintah Desa, Kementerian Dalam Negeri

4.5.2.9. Pedoman Pelaksanaan

Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu

Page 92: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 91

4.6. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olah Raga 4.6.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja 4.6.1.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja, adalah: 1) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan kerja

Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja adalah Puskesmas yang melaksanakan: a) Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor risiko/ penggunaan

APD/ pengukuran kebugaran jasmani bagi petugas) b) Deteksi dini PM/ PTM/PAK pada pekerja puskesmas c) Pembentukan/pembinaan Pos UKK

2) Tersedianya surat keputusan (SK) atau surat edaran (SE) yang mendukung pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja Adanya SK/SE, pedoman/Juknis yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang mendukung pelaksanaan program kesehatan di tempat kerja

3) Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan pembinaan kesahatan kerja dengan melakukan kegiatan advokasi sosialisasi, koordinasi dan pelaksanaan program kesehatan kerja seperti GP2SP, atau K3 Perkantoran, atau K3 Fasyankes

4.6.1.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja dalam kurun waktu 1 tahun

4.6.1.3. Pelaksana Kegiatan

1) Tingkat Puskesmas adalah pengelola kesehatan kerja dan atau tim kesehatan kerja atau petugas lain di Puskesmas

2) Tingkat dinas kesehatan adalah pengelola kesehatan kerja dan atau tim kesehatan kerja atau petugas lain di dinas kesehatan

4.6.1.4. Tempat Pelaksaaan

Dalam gedung Puskesmas, dinas kesehatan, dan tempat kerja di wilayah kerja Puskesmas (Pos UKK dan perkantoran di tingkat kecamatan) dan dinas kesehatan (OPD, perusahaan dan Fasyankes tingkat kabupaten/kota)

4.6.1.5. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu sesuai dengan perencanaan kegiatan

Page 93: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 91

4.6. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olah Raga 4.6.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja 4.6.1.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja, adalah: 1) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan kerja

Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja adalah Puskesmas yang melaksanakan: a) Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor risiko/ penggunaan

APD/ pengukuran kebugaran jasmani bagi petugas) b) Deteksi dini PM/ PTM/PAK pada pekerja puskesmas c) Pembentukan/pembinaan Pos UKK

2) Tersedianya surat keputusan (SK) atau surat edaran (SE) yang mendukung pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja Adanya SK/SE, pedoman/Juknis yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang mendukung pelaksanaan program kesehatan di tempat kerja

3) Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan pembinaan kesahatan kerja dengan melakukan kegiatan advokasi sosialisasi, koordinasi dan pelaksanaan program kesehatan kerja seperti GP2SP, atau K3 Perkantoran, atau K3 Fasyankes

4.6.1.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja dalam kurun waktu 1 tahun

4.6.1.3. Pelaksana Kegiatan

1) Tingkat Puskesmas adalah pengelola kesehatan kerja dan atau tim kesehatan kerja atau petugas lain di Puskesmas

2) Tingkat dinas kesehatan adalah pengelola kesehatan kerja dan atau tim kesehatan kerja atau petugas lain di dinas kesehatan

4.6.1.4. Tempat Pelaksaaan

Dalam gedung Puskesmas, dinas kesehatan, dan tempat kerja di wilayah kerja Puskesmas (Pos UKK dan perkantoran di tingkat kecamatan) dan dinas kesehatan (OPD, perusahaan dan Fasyankes tingkat kabupaten/kota)

4.6.1.5. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu sesuai dengan perencanaan kegiatan

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 92

4.6.1.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatatkan dalam buku bantu dan

memasukan dalam aplikasi Sistem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga (SITKO)

4.6.1.7. Waktu Pelaporan

Setiap bulan

4.6.1.8. Pedoman Pelaksanaan 1) Pedoman Implementasi GP2SP 2) Pedoman Implentasi Pos UKK 3) Pedoman K3 Fasyankes 4) Pedoman K3 Rumah Sakit 5) Pedoman K3 Perkantoran

4.6.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga 4.6.2.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga adalah kab/kota yang minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan olahraga yaitu melaksanakan kegiatan: 1) Pengukuran kebugaran ASN/anak sekolah/jamaah haji 2) Pembinaan kelompok olahraga pada masyarakat Ibu hamil, Lansia, kelompok

olahraga masyarakat 3) Pengukuran kebugaran jasmani pekerja tingkat kabupaten/kota

4.6.2.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga

4.6.2.3. Pelaksana Kegiatan

1) Tingkat Puskesmas: dilaksanakan oleh pengelola kesehatan olahraga atau tim kesehatan olahraga atau petugas lain yang ditunjuk di Puskesmas

2) Tingkat dinas kesehatan: dilaksanakan oleh pengelola kesehatan olahraga atau tim kesehatan olahraga atau petugas lain yang ditunjuk di dinas kesehatan

4.6.2.4. Tempat Pelaksaaan

Dinas kesehatan, Puskesmas dan tempat kerja diwilayah kerja Puskesmas

Page 94: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 93

4.6.2.5. Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu sesuai dengan perencanaan

kegiatan

4.6.2.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatat dalam buku bantu dan

memasukan dalam aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Kerja dan Olahraga (SITKO)

4.6.2.7. Waktu Pelaporan Setiap bulan

4.6.2.8. Sumber Data Laporan rutin

4.6.2.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani Jamaah Haji 2) Pedoman Pembinaaan Kesehatan Olahraga Anak Sekolah

4.7. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada

Program Kesehatan Masyarakat 4.7.1. Nilai Reformasi Birokrasi pada Program Pembinaan Kesehatan

Masyarakat 4.7.1.1. Definisi Operasional

Hasil penilaian mandiri terkait pelaksanaan 8 (delapan) area perubahan pada reformasi birokrasi di internal Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

4.7.1.2. Rumus Perhitungan Indikator

Hasil PMPRB lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dibagi nilai maksimal unit eselon I dikali 100% ((N/36,30) x 100%)

4.7.1.3. Pelaksana Kegiatan

Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan

4.7.1.4. Tempat Pelaksaaan

Kementerian Kesehatan

4.7.1.5. Waktu Pelaksanaan Satu tahun

Page 95: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 93

4.6.2.5. Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu sesuai dengan perencanaan

kegiatan

4.6.2.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatat dalam buku bantu dan

memasukan dalam aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Kerja dan Olahraga (SITKO)

4.6.2.7. Waktu Pelaporan Setiap bulan

4.6.2.8. Sumber Data Laporan rutin

4.6.2.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani Jamaah Haji 2) Pedoman Pembinaaan Kesehatan Olahraga Anak Sekolah

4.7. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada

Program Kesehatan Masyarakat 4.7.1. Nilai Reformasi Birokrasi pada Program Pembinaan Kesehatan

Masyarakat 4.7.1.1. Definisi Operasional

Hasil penilaian mandiri terkait pelaksanaan 8 (delapan) area perubahan pada reformasi birokrasi di internal Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

4.7.1.2. Rumus Perhitungan Indikator

Hasil PMPRB lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dibagi nilai maksimal unit eselon I dikali 100% ((N/36,30) x 100%)

4.7.1.3. Pelaksana Kegiatan

Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan

4.7.1.4. Tempat Pelaksaaan

Kementerian Kesehatan

4.7.1.5. Waktu Pelaksanaan Satu tahun

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 94

4.7.1.6. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan komponen penilaian reformasi

birokrasi

4.7.1.7. Sumber Data Hasil penilaian Reformasi Birokrasi Lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan

Masyarakat

4.7.1.8. Waktu Pelaporan Setiap triwulan

4.7.1.9. Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman

Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah

4.7.2. Persentase Kinerja RKA-K/L pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

4.7.2.1. Definisi Operasional Persentase kinerja RKA-K/L Program pembinaan Kesehatan Masyarakat

yang efektif dan efisien adalah hasil penilaian kinerja RKA-K/L menggunakan tools aplikasi SMART DJA Kementerian Keuangan

4.7.2.2. Rumus Perhitungan Indikator

Menggunakan hasil penilaian kinerja dari SMART DJA Kementerian Keuangan untuk masing masing satuan kerja

4.7.2.3. Pelaksana Kegiatan

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

4.7.2.4. Tempat Pelaksaaan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

4.7.2.5. Waktu Pelaksanaan

Satu tahun

4.7.2.6. Pencatatan dan Pelaporan Petugas penanggungjawab laporan masing-masing satker lingkup Eselon

II Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat melakukan input realisasi kegiatan dan keuangan ke dalam sistem aplikasi SMART DJA Kementerian Keuangan

Page 96: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 95

4.7.2.7. Sumber Data SMART DJA Kementerian Keuangan

4.7.2.8. Waktu Pelaporan

Setiap bulan

Page 97: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 95

4.7.2.7. Sumber Data SMART DJA Kementerian Keuangan

4.7.2.8. Waktu Pelaporan

Setiap bulan

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 96

BAB 5 PENCATATAN DAN PELAPORAN

5.1. Pendahuluan

Aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas), berfungsi untuk melakukan pengumpulan, pengolahan dan penyajian laporan data terkait Indikator program kesehatan masyarakt terkait Rencana Strategis dan RPJMN di lingkungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menjadi lebih memudahkan, up to date dan informatif bagi pengambil keputusan. Selain itu, hasil dari kegiatan ini dapat dimanfaatkan oleh pengelola program di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, Puskesmas, petugas kesehatan lingkup program kesehatan masyarakat, dan masyarakat secara umum.

Aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan Masyarakat dapat diakses melalui alamat www.komdatkesmas.kemkes.go.id. Aplikasi ini dikembangkan dengan menggabungkan aplikasi -aplikasi yang saat ini sudah digunakan antara lain: 1) Program Gizi menggunakan aplikasi sigizi terpadu untuk program gizi dengan

alamat www.sigiziterpadu,kemkes.go.id 2) Program Kesehatan Keluarga menggunakan aplikasi komunikasi data program

kesehatan masyarakat dengan alamat www.komdatkesmas.kemkes.go.id 3) Program Kesehatan Lingkungan menggunakan aplikasi program kesehatan

lingkungan dengan alamat www.kesling.kesmas.kemkes.go.id 4) Program Kesehatan Kerja dan Olahraga menggunakan aplikasi program

kesehatan kerja dan olahraga dengan alamat www.sitko-kesjaor.id 5) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat menggunakan

aplikasi program kesehatan masyarakat dengan alamat www.komdatkesmas.kemkes.go.id

5.2. Pencatatan

Pencatatan menggunakan aplikasi Komdat Kesmas dilakukan setiap bulan pada tanggal 1 sampai dengan 10 bulan berikutnya (dinas kesehatan kabupaten/kota) sedangkan untuk melakukan verifikasi atau persetujuan data pada tanggal 10 s/d 15 bulan berikutnya (dinas kesehatan provinsi dan pengelola program tingkat pusat). 5.3. Pelaporan

Hasil pencatatan dalam aplikasi Komdat Kesmas secara berjenjang sebagai berikut: 1) Dinas kesehatan kabupaten/kota melaporkan hasil pencatatan capaian bulanan

per triwulan maksimal tanggal 10, kepada dinas kesehatan provinsi

Page 98: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 97

2) Dinas kesehatan provinsi melaporkan rekapan hasil pencatatan capaian bulanan setiap kabupaten/kota per triwulan maksimal tanggal 15, kepada Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan ditembuskan ke pengelola program di tingkat pusat

3) Laporan hasil capaian triwulan yang ditanda tangani minimal oleh kepala bidang kesehatan masyarakat diunggah melalui aplikasi Komdat Kesmas

Selanjutnya, dalam pemakaian aplikasi Komdat Kesmas lebih detail akan dijelaskan melalui manual aplikasi.

Page 99: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 97

2) Dinas kesehatan provinsi melaporkan rekapan hasil pencatatan capaian bulanan setiap kabupaten/kota per triwulan maksimal tanggal 15, kepada Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan ditembuskan ke pengelola program di tingkat pusat

3) Laporan hasil capaian triwulan yang ditanda tangani minimal oleh kepala bidang kesehatan masyarakat diunggah melalui aplikasi Komdat Kesmas

Selanjutnya, dalam pemakaian aplikasi Komdat Kesmas lebih detail akan dijelaskan melalui manual aplikasi.

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 98

BAB 6 PENUTUP

Pedoman indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam RPJMN dan

Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 merupakan salah satu dokumen acuan bagi pengelola dan pelaksana program Kesmas baik di tingkat pusat dan daerah. Dalam pelaksanaan indikator Kesehatan Masyarakat, dibutuhkan pencatatan dan pelaporan program kesehatan masyarakat secara baik, benar dan rutin sesuai dengan ketentuan. Pencatatan dan pelaporan merupakan bukti pelaksanaan program kesehatan masyarakat yang merupakan tanggung jawab tidak hanya puskesmas dan dinas kesehatan tetapi juga Kementerian Kesehatan.

Oleh karena itu, kami harapkan seluruh pengelola program kesmas di tingkat pusat dan daerah dapat memanfaatkan pedoman ini, sebagai acuan dalam mempelajari, mencermati memahami dan melaksanakan indikator yang dijadikan tolak ukur keberhasilan program dan kegitan Kesehatan Masyarakat Tahun 2020-2024.

DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT, Ttd

KIRANA PRITASARI

Page 100: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 99

BAB 7 TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab : Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat dr. Kirana Pritasari, MQIH Pengarah : Sesditjen Kesehatan Masyarakat (drg. Kartini Rustandi, M.Kes); Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M.Kes); Direktur Kesehatan Lingkungan (dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO); Direktur Kesehatan Keluarga (dr. Erna Mulati, MSc.CMFM); Direktur Gizi Masyarakat (Dr. RR Dhian Probhoyekti, SKM, MA); Plt. Direktur Kesehatan Kerja dan Olah Raga (drg. Kartini Rustandi, M.Kes). Penulis : dr. Mayang Sari, MARS; dr. Victorino, MKM; dr. Irwan Panca Wariaseno, MKM; Azmi Salim Latuconsina, SE; Retno Astuti, SKM. Kontributor : dr. Nida Rohmawati, MPH; dr. Ni Made Diah Permata Laksmi D, MKM; drg. Wara Pertiwi O, MA; dr. Lovely Daisy, MKM; N. Nurlina Supartini, SKp, MPH; Iwan Halwani, SKM, MSi; dr. Nita Mardiah, MKM; dr. Inti Mudjiati, MKM; Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS; Ely Setyawati, SKM, MKM; Dra. Cucu Cakrawati Kosim, MKes; Tutut Indra Wahyuni, SKM, MKes; Jelsi Natalia Marampa, SKM, MKKK; dr. Rusmiyati, MQIH; R. Giri Wurjandaru, SKM, M.Kes; Tasripin, SKM, MKM; drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH; Dra. Herawati, MA; Sakri Sabaatmaja, SKM, MSi; drg. Marlina Br Ginting Manik, MKes; Bambang Purwanto, SKM, MKM; R. Bimo Satrio Rahardjo, SH, MKes, MH; dr. Wisnu Trianggono, MPH; Yunimar Usman, SKM, MPH; Achmad Prihatna, SH, SKM, MKM; Riza Afriani Margaresa, SKM, MPH; dr. Feby Anggraini, MKK; Donal Simanjuntak, SKM, MKM; Dra. Pimanih, MKes; Dakhlan Choeron, SKM, MKM; dr. Mularsih Restianingrum, MKM; dr. Ario Baskoro, MSc (IHM); dr. Wira Hartiti, M.Epid; Danti Kamalia Sari, SH, MH; Bagus Satrio Utomo, SKom. Desain Cover : Vira Novianti, A.Md., MI

Page 101: 351.077 Ind p - kemkes.go.id

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 99

BAB 7 TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab : Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat dr. Kirana Pritasari, MQIH Pengarah : Sesditjen Kesehatan Masyarakat (drg. Kartini Rustandi, M.Kes); Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M.Kes); Direktur Kesehatan Lingkungan (dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO); Direktur Kesehatan Keluarga (dr. Erna Mulati, MSc.CMFM); Direktur Gizi Masyarakat (Dr. RR Dhian Probhoyekti, SKM, MA); Plt. Direktur Kesehatan Kerja dan Olah Raga (drg. Kartini Rustandi, M.Kes). Penulis : dr. Mayang Sari, MARS; dr. Victorino, MKM; dr. Irwan Panca Wariaseno, MKM; Azmi Salim Latuconsina, SE; Retno Astuti, SKM. Kontributor : dr. Nida Rohmawati, MPH; dr. Ni Made Diah Permata Laksmi D, MKM; drg. Wara Pertiwi O, MA; dr. Lovely Daisy, MKM; N. Nurlina Supartini, SKp, MPH; Iwan Halwani, SKM, MSi; dr. Nita Mardiah, MKM; dr. Inti Mudjiati, MKM; Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS; Ely Setyawati, SKM, MKM; Dra. Cucu Cakrawati Kosim, MKes; Tutut Indra Wahyuni, SKM, MKes; Jelsi Natalia Marampa, SKM, MKKK; dr. Rusmiyati, MQIH; R. Giri Wurjandaru, SKM, M.Kes; Tasripin, SKM, MKM; drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH; Dra. Herawati, MA; Sakri Sabaatmaja, SKM, MSi; drg. Marlina Br Ginting Manik, MKes; Bambang Purwanto, SKM, MKM; R. Bimo Satrio Rahardjo, SH, MKes, MH; dr. Wisnu Trianggono, MPH; Yunimar Usman, SKM, MPH; Achmad Prihatna, SH, SKM, MKM; Riza Afriani Margaresa, SKM, MPH; dr. Feby Anggraini, MKK; Donal Simanjuntak, SKM, MKM; Dra. Pimanih, MKes; Dakhlan Choeron, SKM, MKM; dr. Mularsih Restianingrum, MKM; dr. Ario Baskoro, MSc (IHM); dr. Wira Hartiti, M.Epid; Danti Kamalia Sari, SH, MH; Bagus Satrio Utomo, SKom. Desain Cover : Vira Novianti, A.Md., MI