34803523 journal of hazop

47
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan kebutuhan listrik dikemudian hari yang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5% per tahun hingga tahun 2020 (Muchlis, 2003). Sebagai contohnya, kebutuhan listrik di Jawa-Bali hingga 2006 lalu tercatat mencapai 18.658 MW per tahun. Kedepannya diperkirakan akan terus meningkat sebanyak 6,2 persen pertahun. Berarti paling tidak diperlukan daya tambahan sebanyak 1.156,7 MW pertahunnya. Mengingat bahwa rasio elektrifikasi, yaitu perbandingan antara jumlah rakyat Indonesia yang telah mendapatkan pasokan energi listrik terhadap jumlah rakyat seluruh rakyat indonesia baru mencapai angka sekitar 57%, maka masalah pengembangan energi listrik merupakan masalah yang dihadapi bangsa indonesia (Marsudi, 2005). Untuk menutupi kebutuhan listrik nasional yang masih kurang tersebut maka PLN selaku perusahaan nasional yang menyediakan pasokan listrik dalam negeri telah membangun dan juga

Upload: aida-safiera

Post on 29-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aaaaaaaaaaaaaaa

TRANSCRIPT

Page 1: 34803523 Journal of HAZOP

1

BAB I

PENDAHULU

AN

1.1. Latar Belakang

Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus

meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan

ekonomi nasional. Peningkatan kebutuhan listrik dikemudian

hari yang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5% per

tahun hingga tahun 2020 (Muchlis,

2003). Sebagai contohnya, kebutuhan listrik di Jawa-Bali hingga

2006 lalu tercatat mencapai 18.658 MW per tahun.

Kedepannya diperkirakan akan terus meningkat sebanyak

6,2 persen pertahun. Berarti paling tidak diperlukan daya

tambahan sebanyak 1.156,7

MW pertahunnya. Mengingat bahwa rasio elektrifikasi, yaitu

perbandingan antara jumlah rakyat Indonesia yang telah

mendapatkan pasokan energi listrik terhadap jumlah rakyat

seluruh rakyat indonesia baru mencapai angka sekitar 57%,

maka masalah pengembangan energi listrik merupakan

masalah yang dihadapi bangsa indonesia (Marsudi, 2005).

Untuk menutupi kebutuhan listrik nasional yang

masih kurang tersebut maka PLN selaku perusahaan

nasional yang menyediakan pasokan listrik dalam negeri

telah membangun dan juga berencana membangun

beberapa pembangkit listrik baik yang menggunakan tenaga

uap maupun gas. Fakta terbaru PLN telah meresmikan PLTU

di daerah Banten yang berkapasitas ± 150 MW pada akhir

tahun 2009 (Jawa Pos, 2009).

Sejalan dengan perkembangan pembangunan

beberapa pembangkit listrik di Indonesia tentunya aspek

keselamatan dan kesehatan kerja tidak boleh

Page 2: 34803523 Journal of HAZOP

2

dikesampingkan terutama terkait dengan bahaya-bahaya

yang ada pada proses operasi pembangkitan listrik itu

sendiri. Bahaya sebenarnya bisa dideteksi dengan cara

pengidentifikasian pada lokasi-lokasi atau beberapa

komponen maupun bagian dari pembangkit misalnya pada

bagian turbin, ketel

Page 3: 34803523 Journal of HAZOP

3

uap, superhiter, ekonomiser, atau pada generatornya.

Banyak sekali metode-metode yang sudah tersedia untuk

memudahkan proses identifikasi bahaya, antara lain HAZOPS

(Hazard and Operability Study), FMEA (Failure Modes and

Effect Analysis), FTA (Fault Tree Analysis), ETA (Event Tree

Analysis), dan lain-lain, masing-masing metode mempunyai

kelebihan dan kekurangan, tinggal bagaimana

pengidentifikasi mengoptimalkannya.

HAZOPS merupakan metode identifikasi bahaya yang

menawarkan keuntungan besar untuk meningkatkan

keselamatan, keandalan, dan pengoperasian dari suatu

industri proses dengan mengenali dan mengeliminasi

masalah potensial pada tahap desain suatu pabrik. Metode

ini juga bisa digunakan pada tahap yang lain, tidak hanya

pada tahap desain saja (Perry, 1999).

Dengan adanya metode identifikasi bahaya yang

sudah tersedia terutama metode HAZOPS, diharapkan tiap

proses operasi pada industri kelistrikan nasional terutama

PLTU yang sudah dibangun maupun yang akan dibangun

dapat berjalan sebagaimana mestinya, safe-operated, dan

aman bagi lingkungan agar kebutuhan listrik nasional dapat

terpenuhi sehingga masyarakat Indonesia menjadi makmur

dan sejahtera.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah-masalah yang dirumuskan dalam makalah ini antara lain :

1. Bagaimana menentukan proses identifikasi bahaya

pada steam turbine menggunakan metode HAZOPS.

2. Bagaimana menentukan rekomendasi pada steam

turbine berdasarkan metode HAZOPS.

Page 4: 34803523 Journal of HAZOP

4

1.3. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Menentukan proses identifikasi bahaya pada steam turbine

dengan metode HAZOPS.

2. Menentukan rekomendasi berdasarkan metode HAZOPS.

1.4. Manfaat Makalah

Manfaat yang didapat dari pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Mengetahui proses operasi PLTU melalui Laboratorium Pesawat

Uap PPNS-ITS.

2. Menumbuhkembangkan pengetahuan tentang identifikasi

bahaya pada proses operasi.

1.5. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam makalah ini antara lain :

1. Tidak ada pembahasan mengenai faktor kesalahan manusia.

Page 5: 34803523 Journal of HAZOP

5

BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

PLTU merupakan salah satu dari jenis pembangkit

listrik yang ada di Indonesia. Pembangkit jenis ini

menggunakan bahan baku air dalam pengoperasiannya

meskipun uap adalah tenaga yang memutar turbin yang

kemudian dihubungkan dengan generator untuk

menghasilkan energi listrik.

Gambar 2.1. Siklus PLTU secara lengkap

(sumber : h tt p : // t apa k pa k u l ang i t . wordp r e ss .c o m )

Secara sederhana bagaimana siklus PLTU itu bisa

dilihat ketika proses memasak air. Mula-mula air ditampung

dalam tempat memasak dan kemudian diberi panas dari

sumbu api yang menyala dibawahnya. Akibat pembakaran

menimbulkan air terus mengalami kenaikan suhu sampai

pada batas titik didihnya. Karena pembakaran terus

berlanjut maka air yang dimasak melampaui titik didihnya

Page 6: 34803523 Journal of HAZOP

6

sampai timbul uap panas. Uap inilah yang digunakan untuk

memutar turbin dan generator yang nantinya akan

menghasilkan energi listrik.

Page 7: 34803523 Journal of HAZOP

7

Air yang digunakan dalam siklus PLTU ini

disebut Air Demin (Demineralized), yakni air yang

mempunyai kadar conductivity (kemampuan untuk

menghantarkan listrik) sebesar 0.2 us (mikro siemen).

Sebagai perbandingan air mineral yang kita minum sehari-

hari mempunyai kadar conductivity sekitar 100–200 us.

Untuk mendapatkan air demin ini, setiap unit PLTU biasanya

dilengkapi dengan Desalination Plant dan

Demineralization Plant yang berfungsi untuk memproduksi

air demin ini.

2.1.1. Siklus PLTU

Siklus PLTU ini adalah siklus tertutup (closed

cycle) yang idealnya tidak memerlukan lagi air jika

memang kondisinya sudah mencukupi. Tetapi

kenyataannya masih diperlukan banyak air penambah

setiap hari. Hal ini mengindikasikan banyak sekali

kebocoran di pipa-pipa saluran air maupun uap di

dalam sebuah PLTU.

Untuk menjaga siklus tetap berjalan, maka

untuk menutupi kekurangan air dalam siklus akibat

kebocoran, hotwell selalu ditambah air sesuai

kebutuhannya dari air yang berasal dari

demineralized tank.

Secara sederhana siklus PLTU digambarkan

sebagai berikut :

Page 8: 34803523 Journal of HAZOP

8

Gambar 2.2. Siklus PLTU secara sederhana

(sumber : h tt p : / / t apa k pa k u l an g i t . wordp r e ss .c o m )

Page 9: 34803523 Journal of HAZOP

9

Gambar diatas tersebut bisa dijelaskan dalam

penjabaran dibawah ini :

1. Pertama-tama air demin ini berada disebuah

tempat bernama Hotwell.

2. Dari Hotwell, air mengalir menuju

Condensate Pump untuk kemudian dipompakan

menuju LP Heater (Low Pressure Heater) yang

pungsinya untuk menghangatkan tahap pertama.

Lokasi hotwell dan condensate pump terletak di

lantai paling dasar dari pembangkit atau biasa

disebut Ground Floor. Selanjutnya air mengalir

masuk ke Deaerator.

3. Di deaerator air akan mengalami proses

pelepasan ion- ion mineral yang masih tersisa di

air dan tidak diperlukan seperti Oksigen dan

lainnya. Bisa pula dikatakan deaerator

memiliki pungsi untuk menghilangkan

buble/balon yang biasa terdapat pada

permukaan air. Agar proses pelepasan ini

berlangsung sempurna, suhu air harus memenuhi

suhu yang disyaratkan. Oleh karena itulah

selama perjalanan menuju Deaerator, air

mengalamai beberapa proses pemanasan oleh

peralatan yang disebut LP Heater. Letak deaerator

berada di lantai atas (tetapi bukan yang paling

atas). Sebagai ilustrasi di PLTU Muara Karang unit

4, deaerator terletak di lantai 5 dari 7 lantai yang

ada.

4. Dari deaerator, air turun kembali ke Ground Floor.

Sesampainya di Ground Floor, air langsung

dipompakan oleh Boiler Feed Pump/BFP (Pompa

air pengisi) menuju Boiler atau tempat “memasak”

Page 10: 34803523 Journal of HAZOP

10

air. Bisa dibayangkan Boiler ini seperti drum,

tetapi drum berukuran raksasa. Air yang

dipompakan ini adalah air yang bertekanan tinggi,

karena itu syarat agar uap yang dihasilkan juga

bertekanan tinggi. Karena itulah konstruksi

PLTU

Page 11: 34803523 Journal of HAZOP

11

membuat deaerator berada di lantai atas dan BFP

berada di lantai dasar. Karena dengan

meluncurnya air dari ketinggian membuat air

menjadi bertekanan tinggi.

5. Sebelum masuk ke Boiler untuk “direbus”, lagi-

lagi air mengalami beberapa proses pemanasan di

HP Heater (High Pressure Heater). Setelah itu

barulah air masuk boiler yang letaknya berada

dilantai atas.

6. Didalam Boiler inilah terjadi proses memasak air

untuk menghasilkan uap. Proses ini memerlukan

api yang pada umumnya menggunakan batubara

sebagai bahan dasar pembakaran dengan dibantu

oleh udara dari FD Fan (Force Draft Fan) dan

pelumas yang berasal dari Fuel Oil tank.

7. Bahan bakar dipompakan kedalam boiler melalui

Fuel oil Pump. Bahan bakar PLTU bermacam-

macam. Ada yang menggunakan minyak, minyak

dan gas atau istilahnya dual firing dan batubara.

8. Sedangkan udara diproduksi oleh Force Draft

Fan (FD Fan). FD Fan mengambil udara luar untuk

membantu proses pembakaran di boiler.

Dalam perjalananya menuju boiler, udara tersebut

dinaikkan suhunya oleh air heater (pemanas

udara) agar proses pembakaran bisa terjadi di

boiler.

9. Kembali ke siklus air. Setelah terjadi pembakaran,

air mulai berubah wujud menjadi uap. Namun uap

hasil pembakaran ini belum layak untuk memutar

turbin, karena masih berupa uap jenuh atau uap

yang masih mengandung kadar air. Kadar air ini

berbahaya bagi turbin, karena dengan putaran

Page 12: 34803523 Journal of HAZOP

12

hingga 3000 rpm, setitik air sanggup untuk

membuat sudu-sudu turbin menjadi terkikis.

Page 13: 34803523 Journal of HAZOP

13

10. Untuk menghilangkan kadar air itu, uap jenuh

tersebut di keringkan di super heater sehingga uap

yang dihasilkan menjadi uap kering. Uap kering ini

yang digunakan untuk memutar turbin.

11. Ketika Turbin berhasil berputar berputar maka

secara otomastis generator akan berputar, karena

antara turbin dan generator berada pada satu

poros. Generator inilah yang menghasilkan energi

listrik.

12. Pada generator terdapat medan magnet raksasa.

Perputaran generator menghasilkan beda potensial

pada magnet tersebut. Beda potensial inilah cikal

bakal energi listrik.

13. Energi listrik itu dikirimkan ke trafo untuk

dirubah tegangannya dan kemudian disalurkan

melalui saluran transmisi PLN.

14. Uap kering yang digunakan untuk memutar

turbin akan turun kembali ke lantai dasar. Uap

tersebut mengalami proses kondensasi didalam

kondensor sehingga pada akhirnya berubah wujud

kembali menjadi air dan masuk kedalam hotwell.

2.1.2. Turbin Uap (Steam Turbine)

Turbin uap adalah alat mekanik yang

mengekstrak energi panas dari uap bertekanan, dan

mengkonversinya menjadi gerakan berputar. Turbin

uap hampir mengganti keberadaan piston mesin uap

reciprocating karena mempunyai efisiensi termal lebih

besar dan rasio daya-berat yang lebih tinggi. Karena

turbin menghasilkan gerakan berputar, maka cocok

untuk menggerakkan generator listrik dan sekitar 80%

pembangkitan listrik di dunia menggunakan turbin

uap. Turbin uap adalah bentuk dari mesin panas yang

Page 14: 34803523 Journal of HAZOP

14

menurunkan banyak dari perkembangannya dalam

efisiensi termodinamika melalui penggunaan tahap

berlapis dalam

Page 15: 34803523 Journal of HAZOP

15

ekspansi uap, yang dihasilkan dalam pendekatan

pada proses reversible yang ideal.

Gambar 2.3. Rotor dari sebuah turbin uap yang

digunakan dalam PLTU

(sumber : h tt p : // en . w iki p e d i a . org / w i k i / S t ea m _t u r b i ne )

2.2. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko

2.2.1. Identifikasi Bahaya

Bahaya terdapat dimana-mana, namun

sayangnya bahaya tidak selalu bahaya tersebut dapat

teridentifikasi bahkan sampai kecelakaan terjadi.

Sangat menjadi proses yang penting untuk

mengidentifikasi dan mengurangi risiko dengan baik

dalam perkembangan sebuah kecelakaan.

Bahaya dan risiko berkaitan erat dan

merupakan hal yang akan menyebabkan suatu

kecelakaan bisa terjadi. Risiko dapat dianalisa atau

dievaluasi dengan cara risk assessment (penilaian

risiko). Penilaian risiko terdiri dari penentuan kejadian

yang dapat menghasilkan sebuah kecelakaan,

probabilitas dari kejadian, dan konsekuensi/akibat dari

kejadian. Konsekuensi disini dapat berupa cedera

manusia atau hilangnya nyawa manusia, rusaknya

Page 16: 34803523 Journal of HAZOP

16

lingkungan, atau kerugian pada produksi dan

peralatan.

Page 17: 34803523 Journal of HAZOP

101

Identifikasi bahaya dan penilaian risiko

biasanya digabung dalam suatu ungkapan tertentu

yang disebut evaluasi bahaya. Penilaian risiko

biasanya disebut sebagai analisis bahaya. Prosedur

penilaian risiko yang menentukan probabilitas

biasanya sering disebut Probabilistic Risk Assesment

(PRA), sedangkan prosedur untuk menentukan

probabilitas dan konsekuensi disebut Quantitative Risk

Analysis (QRA).

Gambar 2.4. Prosedur identifikasi bahaya dan Penilaian risiko

(sumber : Crowl dan Louvar, 2001)

Pada gambar 2.3. dijelaskan prosedur normal

dalam penggunaan identifikasi bahaya dan penilaian

risiko. Setelah tersedia deskripsi proses, bahaya

Page 18: 34803523 Journal of HAZOP

111

teridentifikasi. Berbagai macam scenario yang

bisa menyebabkan kecelakaan

Page 19: 34803523 Journal of HAZOP

121

ditentukan. Hal ini diikuti bersama-sama dengan

probabilitas dan konsekuensi dari kecelakaan.

Informasi ini dikumpulkan pada tahap penilaian akhir.

Jika risiko diterima, kemudian studi selesai dan

proses dapat dioperasikan. Namun jika risiko tidak

diterima, suatu sistem harus dimodifikasi/diperbaiki

dan prosedur dimulai ulang.

Studi identifikasi bahaya dan penilaian risiko

dapat diterapkan pada tiap tahap selama desain awal

atau pada operasi yang sudah berlangsung dari suatu

proses. Jika studi diterapkan pada tahap desain awal,

maka harus diselesaikan secepatnya. Hal ini

memudahkan modifikasi dapat digabungkan secara

mudah ke dalam tahap desain akhir.

Ada banyak metode yang tersedia dalam

identifikasi bahaya dan penilaian risiko. Metode

yang tepat membutuhkan pengalaman untuk

menerapkannya. Metode identifikasi bahaya antara

lain :

1. Process hazard checklist : metode ini terdiri dari

urutan item-item dan masalah yang memungkinkan

dalam suatu proses yang harus diperiksa.

2. Hazard surveys : metode ini dapat menjadi inventaris yang

sederhana dari bahan-bahan yang berbahaya, atau

dapat sedetail index-index Dow. Index-index Dow

adalah sistem rangking, lebih seperti form pajak

yang menyediakan penalty-penalti untuk bahaya-

bahaya dan kredit untuk peralatan dan prosedur

keselamatan.

3. Hazard and operability study (HAZOP) :

metode ini menggunakan pendekatan

membiarkan pikiran bebas dalam lingkungan

Page 20: 34803523 Journal of HAZOP

131

yang terkendali. Berbagai macam kejadian

dianjurkan pada komponen peralatan khusus

dengan peserta menentukan bagaimana kejadian

dapat berlangsung dan dapat menimbulkan risiko.

Page 21: 34803523 Journal of HAZOP

141

4. Safety review : metode yang efektif tapi sedikit

formal daripada studi HAZOP. Hasil dari metode ini

tergantung pada pengalaman dan sinergi dari

grup yang mereview

suatu proses.

Gambar 2.5. Dow Fire and Explosion Index sebagai

salah satu contoh metode identifikasi bahaya

(sumber : Crowl & Louvar, 2001)

2.2.2. Penilaian Risiko

The Standards Australia/New Zealand (AS/NZS 4360:

2004) memaparkan bahwa resiko adalah suatu

Page 22: 34803523 Journal of HAZOP

151

kemungkinan dari suatu kejadian yang tidak diinginkan

yang akan mempengaruhi suatu aktivitas atau obyek.

Page 23: 34803523 Journal of HAZOP

131

Resiko tersebut akan diukur dalam terminologi

consequences (konsekuensi) dan likelihood

(kemungkinan/probabilitas). Dijelaskan juga bahwa

resiko adalah pemaparan tentang kemungkinan dari

suatu hal seperti kerugian atau keuntungan secara

finansial, kerusakan fisik, kecelakaan atau

keterlambatan, sebagai konsekuensi dari suatu

aktivitas. Dibawah ini ada beberapa contoh resiko

yang dapat terjadi dalam suatu perusahaan :

Kegagalan dalam meraih kesempatan

Kerusakan dari peralatan atau mesin-mesin produksi

Kebakaran dan kecelakaan kerja

Kerusakan dari peralatan kantor atau sistem komputer

Pelanggaran terhadap keamanan

Resiko merupakan kombinasi dari Likelihood

dan Consequence. Likelihood merupakan

kemungkinan dalam suatu periode waktu dari suatu

resiko tersebut akan muncul. Biasanya digunakan data

historis untuk menentukan untuk mengestimasi

kemungkinan tersebut. Perhitungan kemungkinan atau

peluang yang sering digunakan adalah frekuensi.

Consequence adalah suatu akibat dari suatu

kejadian yang biasanya diekspresikan sebagai

kerugian dari suatu kejadian atau suatu resiko.

Sehingga Consequence biasanya diekspresikan

dengan biaya kerugian yang dialami dalam suatu

periode waktu dari suatu kejadian atau suatu resiko.

Oleh karena itu perhitungan resiko dilakukan dengan

mengkalikan nilai Likelihood dengan Consequence.

Risks = Likelihood x Consequences

dimana :

Page 24: 34803523 Journal of HAZOP

141

- Consequence = konsekuensi untuk suatu resiko (Contoh:Rp)

- Likelihood = frekuensi kegagalan

untuk suatu resiko (Contoh:/th)

Page 25: 34803523 Journal of HAZOP

151

Sehingga nilai dari suatu resiko berupa kerugian

biaya yang dialami per tahun.

Tabel 2.1. Kategori Akibat (Consequences)

Tingkat

(Rating)

Definisi Akibat (Definition ofConsequences).

HH-High High Kematian atau luka berat (Loss of life orserious injury)

H- High Kehilangan jam kerja, stop produksi (7 hariatau lebih), emisi berlebihan atau kerusakan berat pada peralatan.

M- Medium Kasus kecelakaan, stop produksi (1-7 hari),emisi yang cukup besar atau kerusakan sedang pada peralatan.

L- Low Stop produksi (kurang dari 1 hari), tidak adaemisi yang berarti, atau kerusakan ringan pada peralatan.

Sumber : Pertamina,2003

Tabel 2.2. Kategori Probabilitas (Probability)

Tingkat(Rating)

Definisi Probabilitas (Definition ofProbability).

HH-High High Kasus telah pernah terjadi atau sangatmungkin terjadi sepanjang umur fasilitas /

H- High Kasus sangat mungkin terjadi sepanjangumur fasilitas / pabrik.

M- Medium Kasus dapat terjadi sepanjang umurfasilitas/pabrik.

L- Low Kasus hampir tidak mungkin terjadisepanjang umur fasilitas / pabrik.

Sumber : Pertamina,2003

Page 26: 34803523 Journal of HAZOP

161

CO

NS

EQ

UEN

CES

HH 5 6 7 7

H 4 4 5 6M 1 2 3 3L 1 1 1 2

L M H HHPROBABILITY

Gambar 2.6. Matrix Risiko

(Sumber : Pertamina,2003)

2.3. HAZOPS (Hazard and Operability Study)

Studi HAZOP adalah sebuah prosedur formal untuk

mengidentifikasi bahaya-bahaya pada fasilitas pemrosesan

kimia. Prosedur ini efektif dalam mengidentifikasi bahaya-

bahaya dan diterima dengan baik oleh industri kimia.

Ide dasar dalam studi ini adalah membiarkan pikiran

bebas (brainstorming) untuk menentukan dan

mempertimbangkan hal-hal yang memungkinkan kegagalan-

kegagalan dalam proses dan operasi dapat terjadi.

Yang dibutuhkan dalam melakukan studi HAZOP

antara lain informasi detail dalam proses. Informasi-

informasi ini termasuk Process Flow Diagrams (PFDs),

Process and Instrumentation Diagrams (P&IDs), spesifikasi

peralatan, konstruksi material, serta keseimbangan massa

dan energi.

Prosedur HAZOP menggunakan tahap-tahap untuk

menyelesaikan analisis, sebagai berikut :

1. Mulai dengan flowsheet yang detail. Pecah flowsheet ke

dalam beberapa jumlah unit proses, jadi area reaktor

mungkin bisa satu unit, dan tangki penyimpanan adalah

yang lainnya. Pilih unit mana yang akan dilakukan studi.

2. Pilih studi node (vessel, line, operating instruction).

3. Jelaskan desain dari studi node-nya. Sebagai contoh,

vessel V-1 didesain untuk menyimpan ketersediaan

benzene dan menyediakannya untuk reaktor.

Page 27: 34803523 Journal of HAZOP

171

4. Ambil parameter proses : flow, level, temperature,

pressure, concentration, pH, viscosity, keadaan

(padat, cair, gas), agitasi, volume, reaksi, sampel,

komponen, start, stop, stability, power, inert.

5. Terapkan guideword ke parameter proses untuk

menyarankan penyimpangan yang memungkinkan.

Daftar dari guideword tersedia di tabel 2.1. beberapa

guideword dari kombinasi parameter proses tidak berarti,

seperti tertera pada tabel 2.2. dan 2.3 untuk lines dan

vessel proses.

6. Jika penyimpangan dapat dipakai, tentukan kemungkinan

penyebab-penyebab dan catat sistem pengaman yang

ada.

7. Evaluasi konsekuensi dari penyimpangan (jika ada).

8. Berikan saran (apa? oleh siapa? kapan?).

9. Catat semua informasi.

10. Ulangi tahap 5 ke tahap 9 sampai semua

guideword yang digunakan diaplikasikan pada

parameter yang dipilih.

11. Ulangi tahap 4 ke tahap 10 sampai semua parameter

proses dipertimbangkan pada studi node yang diberikan.

12. Ulangi tahap 2 ke tahap 11 sampai studi node

dipertimbangkan pada bagian yang diberikan dan

lanjutkan pada bagian lain di flowsheet.

Tabel 2.3. Guideword yang digunakan dalam prosedur

Page 28: 34803523 Journal of HAZOP

181

HAZOP

Page 29: 34803523 Journal of HAZOP

191

Sumber : Crowl & Louvar, 2001

Tabel 2.4. Guideword valid dan kombinasi parameter

proses untuk line proses (tanda x menunjukkan kombinasi

valid)

Sumber : Crowl & Louvar, 2001

Tabel 2.5. Guideword valid dan kombinasi parameter

proses untuk vessel proses (tanda x menunjukkan

Page 30: 34803523 Journal of HAZOP

202

kombinasi valid)

Page 31: 34803523 Journal of HAZOP

212

Sumber : Crowl & Louvar, 2001

Bagian penting dari HAZOP adalah organisasi yang

dibutuhkan untuk mencatat dan menggunakan hasilnya.

Banyak metode untuk menyelesaikan hal ini dan

kebanyakan perusahaan memodifikasi pendekatan mereka

untuk mencocokkan cara mereka dalam melakukan sesuatu.

Tabel 2.3 menyajikan form HAZOP. Kolom pertama

disebut “Item”, digunakan untuk meyediakan

pengidentifikasi dalam setiap kasus yang dipertimbangkan.

Sistem penomoran yang digunakan adalah kombinasi

nomor-huruf. Jadi tanda “1A” akan menunjukkan studi node

pertama dan guideword pertama. Kolom kedua

mendaftar studi node yang dipertimbangkan. Kolom ketiga

mendaftar parameter proses, dan kolom keempat mendaftar

penyimpangan atau guideword. Tiga kolom selanjutnya

adalah bagian terpenting dari analisis. Kolom pertama

mendaftar penyebab yang memungkinkan. Penyebab

tersebut ditentukan oleh grup dan berdasarkan kombinasi

penyimpangan khusus-guideword. Kolom selanjutnya

mendaftar konsekuensi yang memungkinkan dari

penyimpangan yang terjadi. Kolom terakhir menunjukkan

tanggapan yang dibutuhkan untuk mencegah bahaya

dari kecelakaan yang ada. Catatan bahwa item-item yang

terdaftar dalam tiga kolom tersebut dinomori secara urut.

Page 32: 34803523 Journal of HAZOP

222

Beberapa kolom

Page 33: 34803523 Journal of HAZOP

232

terakhir digunakan untuk melacak tanggung jawab

pekerjaan dan penyempurnaan pekerjaan.

Tabel 2.3. form HAZOP untuk pencatatan data

Sumber : Crowl & Louvar, 2001

Page 34: 34803523 Journal of HAZOP

242

BAB III

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN ANALISA

Page 35: 34803523 Journal of HAZOP

202

3.1. Identifikasi Bahaya (HAZOP)

Gambar 3.1. Proses operasi pada steam turbine PPNS-ITS

Keterangan :

P1 = Nozle inlet pressure T1 = Condenser temperature

P2 = Steam line pressure T2 = Turbin exhaust temperature

P3 = Condenser pressure T3 = Cooling water outlet

temperature P4 = Gland shield pressure T4 = Condenser

steam inlet temperature P5 = Turbine exhaust pressureT5 =

Cooling water inlet temperature

T6 = Nozzle inlet temperature

T7 = Steam line temperature

Page 36: 34803523 Journal of HAZOP

HAZOP STUDYFacility : Steam Turbine

Node Parameter Guide word Deviation Causes Consequences Safe Guards Recomendations

FeedPipe

Suhu Lebih Temperatur lebih tinggi

Automatic burnercontrol pada superheater gagal

Merusak feed pipe

Alarm,operator

- Operator harus cek periodic- Install alarm

Kurang Temperatur Lebih Rendah

Automatic burner control pada superheater berhasil

Merusak feed pipe

Alarm,operator - Operator harus cek periodic- Install alarm

Tekanan LebihTekanan Lebih Tinggi

Automatic burnercontrol pada superheater gagal

Merusak feedPipe

PressureSafety Valve

Pasang PSV pada superheated steam line

Komposisi Lebih Komposisi Lebih Tinggi(wet steam)

Pemanasan pada superheaterKurang

Korosi pada feed pipe

Automatic controlburner

Inspeksi, perawatan rutin

21

Page 37: 34803523 Journal of HAZOP

Bladeturbine

Composition

More MoreComposition(wet steam)

Pemanasan pada superheaterKurang

Cracking pada blade

Automatic burnercontrol,mai ntenance

M H 3 - Pasang panel set otomatistemperatur& otomatis burner

Pressure More MorePressure

Pemanasanberlebih pada superheater

Merusak blade(poros)

Alarm,PSV L L 1 Pasang panelset otomatis temperatur & otomatis burner

Nozzleinlet

Pressure More MorePressure

- Pemanasan berlebih padasuperheater

- Main steam valve dibuka langsungPenuh

Merusak nozzle inlet

Alarm,PSV,S OP

M L 1 - Perbaiki nozzle

- Bila perlu, ganti nozzle

- Control burner

22

Page 38: 34803523 Journal of HAZOP

232

3.2. Analisa Data

Dalam identifikasi bahaya diatas yang menggunakan

metode HAZOP dapat dihasilkan beberapa scenario risiko-

risiko atau bahaya yang muncul, antara lain :

1. Jika feed pipe memiliki temperature berlebih dari

yang ditetapkan maka akan menyebabkan feed pipe

rusak/failure, temperature berlebih ini bisa disebabkan

oleh superheater overheating akibat automatic burner

control pada komponen ini gagal bekerja.

Direkomendasikan untuk operator mengecek secara

periodik ataupun dipasang alarm agar bisa

mengingatkan bahwa ada masalah pada feed pipe.

2. Feed pipe yang dimasuki tekanan berlebih akan

berbahaya karena dapat merusak bagian tersebut.

Tekanan berlebih ini dihasilkan dari superheater yang

terlalu dipanasi sehingga overpressure tidak

terhindarkan. Overpressure ini kemungkinan disebabkan

oleh automatic burner control yang gagal bekerja ketika

overpressure terjadi. Direkomendasikan untuk

memasang PSV (pressure safety valve) agar

overpressure dapat diantisipasi.

3. Komposisi yang kurang juga menjadi penyebab yang

berbahaya terhadap feed pipe dalam artian uap yang

dihasilkan oleh superheater masih basah. Uap ini akan

menyebabkan korosi pada feed pipe dalam proses

pengoperasian pesawat uap. Safeguard pada bagian ini

antara lain adanya automatic burner control pada

superheater, namun direkomendasikan untuk melakukan

inspeksi dan perawatan periodik agar keandalan dari alat

ini tetap terjaga.

4. Pada bagian blade turbin akan terjadi korosi yang

kemudian akan menyebabkan cracking yang disebabkan

Page 39: 34803523 Journal of HAZOP

242

karena uap masih basah yang dihasilkan dari pemanasan

pada superheater kurang. Hal ini bisa ditanggulangi

dengan automatic burner control dan juga dengan

perawatan yang teratur.

Page 40: 34803523 Journal of HAZOP

252

5. Poros dari blade turbin bisa saja akan rusak jika

tekanan berlebih terjadi. Hal ini dihasilkan dari

pemanasan berlebih pada bagian superheater.

Direkomendasikan untuk memasang automatic burner

control pada superheater dan juga melakukan perawatan

rutin.

6. Nozzle inlet juga menjadi perhatian agar sistem

pesawat uap bisa berjalan lancar. Ini disebabkan karena

nozzle inlet merupakan jalan masuk uap dari superheater

untuk menggerakkan turbin uap. Nozzle inlet akan terjadi

kerusakan jika main steam valve dibuka penuh

secara tiba-tiba dan tekanan akan langsung masuk

sepenuhnya dan sekencangnya. Hal ini akan lebih buruk

lagi jika superheater mengalami pemanasan berlebih

yang disebabkan kemungkinan oleh burner yang rusak.

Hal ini bisa ditangani jika operator membuka pelan-

pelan uap yang keluar dari main steam valve, memasang

automatic burner control, dan apabila telah rusak

terpaksa pesawat uap di-shut down dan penggantian

nozzle harus dilakukan.

Page 41: 34803523 Journal of HAZOP

262

BAB IV

PENUTU

P

4.1. Kesimpulan

Dari analisa data dan identifikasi yang telah dilakukan

pada bagian sebelumnya, maka didapat beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Feed pipe untuk saluran uap ke turbin uap akan

rusak jika temperature yang masuk didalam saluran ini

berlebih, tekanan yang berlebih, maupun komposisi

kurang yang dalam artian uapnya masih basah. Hal ini

bisa ditanggulangi dengan pemasangan PSV (pressure

safety valve), alarm, automatic burner control, sampai

melakukan inspeksi dan perawatan secara periodik.

2. Blade turbin akan mengalami cracking (retak) jika

uap dari superheater masih basah. Hal ini masih bisa

ditangani dengan pemasangan automatic burner control

dan juga dengan perawatan.

3. Poros turbin akan rusak jika tekanan yang masuk pada

turbin berlebihan. Hal ini dapat ditangani dengan

instalasi automatic burner control dan juga dengan

perawatan rutin.

4. Nozzle inlet akan mengalami kerusakan jika

tekanan yang masuk besar secara tiba-tiba. Hal ini

dapat ditanggulangi dengan cara operator membuka

pelan-pelan uap yang keluar dari main steam valve,

memasang automatic burner control, dan yang rusak

diganti.

Page 42: 34803523 Journal of HAZOP

272

4.2. Saran

Saran yang diberikan agar identifikasi bahaya mendapatkan

hasil yang baik antara lain :

1. Melihat sistem lebih kompleks agar hasil yang

didapat lebih detail lagi.

2. Penentuan scenario agar lebih komprehensif

dengan memperhatikan dan juga mengoptimalkan

pemakaian guidewords yang ada.

3. Melihat sistem pesawat uap yang dijadikan objek studi

secara langsung agar mengetahui kondisi lapangan yang

sebenarnya sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan

kondisi lapangan.