3(1)

Upload: medino

Post on 09-Mar-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hh

TRANSCRIPT

Suntikan pertama dilakukan pada regio premolar pertama (Gambar 1C), jauh dari daerah kerja untuk menghindari suntikan infiltrasi di sekitar daerah hidung yang sangat sakit. Kemudian setelah sekitar 5 menit, ketika daerah tersebut telah teranestesi sebagian, suntikan kedua dilakukan di apeks gigi yang akan diekstraksi (Gambar 1D), dengan gerakan yang lembut dan sedikit demi sedikit dan inklinasi jarum suntik 45o terhadap apeks gigi kaninus sulung. Dilakukan pula injeksi pada tepi mukosa bukal (Gambar 1E) dan palatal (Gambar 1F). Setelah dilakukan anestesi, gigi diekstraksi sesuai dengan tahap berikut: insisi intra-sulkus (Gambar 1G), dislokasi dan ekstraksi gigi (Gambar 1H), dan terakhir yaitu penjahitan luka (Gambar 1I).Kasus 2

Pasien wanita 13 tahun dengan celah bibir dan palatum bilateral penuh yang datang ke klinik Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Prostodonti, dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sao Paulo, setelah mendapat rujukan dari spesialis ortodonti untuk dilakukan ekstraksi sisa akar pada tepi celah alveolar kanan dan premaksila, dan gigi kaninus sulung serta gigi supernumerer pada rahang atas kiri. Semua gigi memiliki dukungan tulang yang kurang ataupun malformasi akar. (Gambar 2A).

Anestesi yang dilakukan untuk gigi yang terletak pada tepi celah sisi kanan, pertama-tama diberikan gel anestesi topikal dengan benzocaine 20% (Benzotop, DFL) pada tepi bawah vestibulum, pada regio kanan dan regio premaksila. Suntikan pertama menggunakan lidocaine 2% dengan epinefrin 1:100.000 (Alphacaine, DFL) dilakukan pada regio premolar, menghindari suntikan pada daerah dekat hidung yang sangat sakit (Gambar 2B). Suntikan kedua dilakukan pada rahang atas kanan dekat dengan aspek bukal celah palatal, pada suntikan ketiga, gigi yang terletak pada tepi kanan premaksila dianestesi, dengan sudut jarum 45o terhadap apeks gigi (Gambar 2C). Infiltrasi pada sepanjang mukosa aspek bukal (Gambar 2D) dan palatal (Gambar 2E) rahang atas kanan dan regio premolar (Gambar 2F dan 2G) dilakukan untuk mendapatkan efek anestesi lokal dan hemostasis yang lebih baik selama prosedur pembedahan.

Pada sisi kiri, teknik anestesi yang digunakan hampir sama dengan prosedur pada sisi kanan celah palatal, contohnya infiltrasi pertama dilakukan jauh dari lokasi celah (Gambar 2H), infiltrasi kedua dan ketiga dilakukan pada lokasi celah dengan inklinasi jarum 45o terhadap apeks gigi (Gambar 2I), serta pada mukosa bukal (Gambar 2J) dan palatal (Gambar 2K). Setelah dilakukan anestesi, selanjutnya yaitu ekstraksi gigi yang dilakukan dengan prosedur konvensional (Gambar 2L, 2M, dan 2N).