3. studi kasus
TRANSCRIPT
BAB III
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
Pada hakikatnya, nilai – nilai yang terkandung di dalam Pancasila adalah baik. Nilai – nilai
tersebut mencerminkan usaha untuk mewujudkan suatu persatuan dalam kehidupan bangsa
Indonesia yang heterogen. Pancasila mengajarkan masyarakat agar tidak melupakan nilai –
nilai ke-Tuhan-an dalam kehidupan sehari – hari. Masyarakat diharapkan mampu menjadi
manusia yang bertenggang rasa dan mampu bersimpati terhadap sesama. Masyarakat harus
mengutamakan musyawarah dalam mencapai kesepakatan demi mewujudkan keadilan sosial
dalam hidup sehari – hari.
Dalam kenyataannya, begitu banyak pelanggaran terhadap nilai – nilai Pancasila sepanjang
sejarah kehidupan Bangsa Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari beberapa isu publik yang
muncul di Indonesia. Penyimpangan nilai – nilai Pancasila ini dapat terlihat mulai dari
perilaku masyarakat umum sampai para petinggi negara. Pandangan hidup dan pola pikir
bangsa Indonesia bahkan kerap tidak sesuai dengan nilai Pancasila.
Dari hasil penelusuran kelompok kami, terdapat beberapa permasalahan yang muncul terkait
dengan penerapan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari.
Pelanggaran terhadap sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa
terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini menyatakan bangsa
indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga
memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati
kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat
beragama.
Bukti pelanggaran dari sila pertama Pancasila
a. Konflik Poso
Serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah yang melibatkan kelompok
Muslim dan Kristen. Kerusuhan ini dibagi menjadi tiga bagian. Kerusuhan Poso I (25 – 29
Desember 1998), Poso II ( 17-21 April 2000), dan Poso III (16 Mei – 15 Juni 2000). Pada 20
Desember 2001, Keputusan Malino ditandatangani antara kedua belah pihak yang bertikai
dan diinisiasi oleh Jusuf Kalla dan Susilo Bambang Yudhoyono. Kejadian ini melibatkan
bentrok antar kelompok umat beragama. Kelompok – kelompok tersebut tidak dapat saling
bertoleransi dan menganggap kelompok mereka superior terhadap kelompok lainnya.
Bentrokan muncul tidak hanya muncul dalam bentuk teror, tetapi telah mencapai pertikaian
fisik seperti melempari, memukuli dan menyerang umat beragama lain yang sedang
beribadah. Akibatnya, timbul reaksi pembalasan dari kelompok yang diserang. Perilaku ini
terus berlanjut hingga menelan korban jiwa.
Kejadian ini melanggar Sila pertama Pancasila, bulir 3, mengembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa; bulir 4, membina kerukunan hidup di antara
sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; dan bulir 6,
mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
Pelanggaran terhadap sila kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku
sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
Bukti dari pelanggaran sila kedua Pancasila
a. Tragedi kemanusiaan Trisakti
Dua belas tahun lalu atau 12 Mei 1998, situasi Indonesia khususnya Ibu Kota Jakarta sedang
genting. Demonstrasi mahasiswa untuk menuntut reformasi dan pengunduran diri Presiden
Soeharto kian membesar tiap hari. Dan kita tahu, aksi itu akhirnya melibatkan rakyat dari
berbagai lapisan.
Salah satu momentum penting yang menjadi titik balik perjuangan mahasiswa adalah
peristiwa yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti, Elang Mulia Lesmana,
Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendrawan Sie.
Mereka ditembak aparat keamanan saat melakukan aksi damai dan mimbar bebas di kampus
A Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa Grogol, Jakarta Barat. Aksi yang diikuti sekira 6.000
mahasiswa, dosen, dan civitas akademika lainnya itu berlangsung sejak pukul 10.30 WIB.
Tewasnya keempat mahasiwa tersebut tidak mematikan semangat rekan-rekan mereka. Justru
sebaliknya, kejadian itu menimbulkan aksi solidaritas di seluruh kampus di Indonesia.
Apalagi, pemakaman mereka disiarkan secara dramatis oleh televisi. Keempat mahasiswa itu
menjadi martir dan diberi gelar pahlawan reformasi.
Puncak dari perjuangan itu adalah ketika Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden pada
Kamis, 21 Mei 2008.
Kejadian ini melanggar Sila kedua Pancasila, bulir 1, mengakui dan memperlakukan manusia
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa; bulir 5,
mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain; bulir 6, menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan.
b. Tragedi Kemanusiaan etnis Tionghoa (13-15 Mei 1998 )
Sebelas tahun sudah tragedi (13-15) Mei 1998 berlalu. Tragedi kemanusiaan ini menyisakan
banyak keprihatinan dan tanya bagi banyak orang, khususnya bagi para keluarga korban yang
harus kehilangan keluarga dengan cara paksa, perempuan yang menjadi korban pemerkosaan
dan etnis Tionghoa yang dijadikan korban kekejaman para pihak yang tidak
bertanggungjawab.
Ratusan manusia menjadi korban, dengan amat mengenaskan mereka terpanggang kobaran
api di dalam Yogya Plaza, Kleder, Jakarta Timur. Tragedi ini tidak hanya terjadi di Jakarta,
namun terjadi juga di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Tragedi ini merupakan rentetan
kejadian yang memilukan, dimana sehari sebelumnya (12 Mei 1998) empat mahasiswa
Universitas Trisakti menjadi korban penembakan oleh aparat TNI pada saat menggelar aksi
menuntut Reformasi. Kejadian 11 tahun silam tersebut adalah sejarah kelam bangsa ini.
Namun sampai dengan saat ini tak juga ada pertanggungjawaban pemerintah atas terjadinya
tragedi Mei 1998.
Kejadian ini melanggar Sila kedua Pancasila, bulir 1, mengakui dan memperlakukan manusia
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa; bulir 2,
engakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya; bulir 5, mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap
orang lain; bulir 6, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
3. Pelanggaran terhadap sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat
untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan
Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang
dimiliki bangsa indonesia..
Bukti pelanggaran sila ketiga Pancasila
1) Gerakan Aceh Merdeka
GAM pertama kali di deklarasi pada 4 Desember 1976. Gerakan ini mengusung nasionalisme
Aceh secara jelas. Nasionalisme yang dibangun sebagai pembeda dengan nasionalisme
Indonesia yang sebelumnya telah ada
2) Organisasi Papua Merdeka (OPM)
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah gerakan nasionalis yang didirikan
tahun 1965 yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua bagian barat dari
pemerintahan Indonesia. Sebelum era reformasi, provinsi yang sekarang terdiri atas
Papua dan Papua Barat ini dipanggil dengan nama Irian Jaya.
OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian
Indonesia yang lain maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke
dalam NKRI sejak tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara Belanda dengan
Indonesia dimana pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini
dikuasainya kepada bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia. Perjanjian tersebut
oleh OPM dianggap sebagai penyerahan dari tangan satu penjajah kepada yang lain.
3) Lepasnya Timor Timur dari NKRI
Republik Demokratik Timor Leste (juga disebut Timor Lorosa’e), yang sebelum
merdeka bernama Timor Timur, adalah sebuah negara kecil di sebelah utara Australia
dan bagian timur pulau Timor. Selain itu wilayah negara ini juga meliputi pulau
Kambing atau Atauro, Jaco, dan enklave Oecussi-Ambeno di Timor Barat.
Sebagai sebuah negara sempalan Indonesia, Timor Leste secara resmi merdeka pada
tanggal 20 Mei 2002. Sebelumnya bernama Provinsi Timor Timur, ketika menjadi
anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis “Timor Leste”
sebagai nama resmi negara mereka.
Kejadian – kejadian diatas melanggar Sila ketiga Pancasila, butir 1, mampu
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan; butir
2, sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan; butir 3, mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa; butir 4,
mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia
4. Pelanggaran terhadap sila keempat Pancasila yaitu Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan.
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-
lembaga perwakilan.
Bukti adanya pelanggaran terhadap sila keempat pancasila
Perilaku memalukan para wakil rakyat kita yang harusnya berjuang untuk
rakyat.
Sering kali para wakil rakyat menunjukan perilaku yang mencemaskan rakyat ketika
menyelesaikan suatu masalah untuk kepentingan rakyat. Perilaku ini seperti perang
mulut sampai adu jotos di tengah rapat, tidak hadir dalam rapat pembentukan undang-
undang ataupun rapat tahunan dan banyak yang tidur ditengah rapat.
Kejadian – kejadian diatas melanggar Sila keempat Pancasila yakni bulir 2. tidak
boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. ; bulir 5. menghormati dan
menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah. ; bulir 6,
dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah. ; bulir 7, didalam musyawarah diutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. ; bulir 9, keputusan yang diambil
harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama; bulir 10,
memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
5. Pelanggaran terhadap sila kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi
Seluruh rakyat Indonesia
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar
sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur
secara lahiriah atapun batiniah.
Bukti pelanggaran terhadap sila kelima Pancasila :
1) Kemiskinan
Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan
alamnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin.
2) Ketimpangan dalam pendidikan
Banyak anak usia sekolah harus putus sekolah karena biaya, mereka harus bekerja dan
banyak yang menjadi anak jalanan.
3) Ketimpangan dalam pelayanan kesehatan
Keadilan dalam kesehatan masih belum dirasakan oleh masyarakat miskin Indonesia.
4) Kasus suap daging import
Dalam kasus dugaan korupsi kuota impor daging sapi, KPK menetapkan Fathanah sebagai tersangka. Beliau dijadikan tersangka bersama mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq serta Juard dan Arya. Tim jaksa KPK sebelumnya mendakwa Juard dan Arya memberikan hadiah atau janji berupa uang Rp
1,3 miliar kepada Luthfi yang menjabat anggota DPR sekaligus Presiden PKS. Pemberian uang itu dilakukan melalui Fathanah. Menurut surat dakwaan, uang Rp 1,3 miliar tersebut diberikan agar Luthfi menggunakan kedudukannya di partai untuk memengaruhi pejabat Kementerian Pertanian (Kementan) agar memberikan rekomendasi penambahan kuota impor daging sapi tahun 2013 untuk PT Indoguna Utama dan perusahaan lain yang masih tergabung dalam grup PT Indoguna.
5) Kemewahan hidup Ratu Atut
Heboh foto Ratu Atut sebagai Perempuan Berdandan Rp 1 Miliar di media sosial
dikomentari beragam oleh banyak orang. Ada yang tercengang dengan mahalnya
barang-barang yang dikenakan Atut, ada yang membandingkan kemewahan Ratu Atut
sebagai Gubernur Banten dengan kondisi miskin masyarakat Banten.
Di media sosial ada yang mengunggah ilustrasi Ratu Atut sebagai Perempuan
Berdandan Rp 1 Miliar. Di gambar tersebut dirinci harga barang-barang yang
dikenakan Atut dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Di gambar itu Atut membawa dompet Louis Vuitton seharga 78 Juta Rupiah. Jam
tangan yang dikenakan Ratu Atut dari Sincere Watch seharga 295 Juta Rupiah. Tas
Hermes yang sering dibawa Atut seharga 435 Juta rupiah.
Dari gambar- gambar diatas, terlihat dengan jelas adanya kesenjangan sosial antara
masyarakat kurang mampu dengan mereka yang berkuasa. Masyarakat yang kurang
mampu harus bersusah payah hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk bertahan
hidup, sedangkan mereka yang berkuasa dengan mudahnya mendapatkan dan
menghambur – hamburkan uang mereka. Hal ini jelas melanggar Sila kelima
Pancasila bulir 2, sikap adil terhadap sesama; bulir 4, menghormati hak orang lain;
bulir 6, tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain; bulir 7, menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah; bulir 8, tidak menggunakan hak milik untuk
bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Merujuk pada keadilan yang berasaskan kesetaraan, maka selayaknya mereka yang
kurang mampu mendapatkan bantuan yang lebih, terutama dalam memenuhi
kebutuhan dasar. Akan tetapi, kenyataannya banyak uang yang seharusnya digunakan
untuk membangun kesejahteraan rakyat malah digelapkan oleh para penguasa.
Salah satu kebijakan nasional yang sejalan dengan semangat melestarikan Pancasila di
kalangan mahasiswa adalah Pasal 35 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi yang menyatakan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat
mata kuliah Agama, Pancasila, Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia.
Makna penting dari kajian historis Pancasila ini ialah untuk menjaga eksistensi Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu seluruh komponen bangsa harus secara aktif
menghayati dan melaksanakan Pancasila baik sebagai Dasar Negara maupun sebagai
Pandangan Hidup Bangsa, dengan berpedoman kepada nilai-nilai Pancasila dan Pembukaan
UUD 1945 dan secara konsisten menaati ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal UUD 1945.
Dengan seolah-olah “dikesampingkannya” Pancasila pada saat ini, pada awalnya memang
tidak nampak suatu dampak negatif yang berarti, namun semakin hari dampaknya makin
terasa dan berdampak sangat fatal terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Dalam kehidupan sosial, masyarakat kehilangan kendali atas dirinya, akibatnya terjadi
konflik-konflik horisontal dan vertikal secara masif dan pada akhirnya melemahkan sendi-
sendi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Dalam bidang budaya, kesadaran
masyarakat atas keluhuran budaya bangsa Indonesia mulai luntur, yang pada akhirnya terjadi
disorientasi kepribadian bangsa yang diikuti dengan rusaknya moral generasi muda.
Dalam bidang ekonomi, terjadi ketimpangan-ketimpangan di berbagai sektor diperparah lagi
dengan cengkeraman modal asing dalam perekonomian Indonesia.
Dalam bidang politik, terjadi disorientasi politik kebangsaan, seluruh aktivitas politik seolah-
olah hanya tertuju pada kepentingan kelompok dan golongan. Lebih dari itu, aktivitas politik
hanya sekedar merupakan libido dominandi atas hasrat untuk berkuasa, bukannya sebagai
suatu aktivitas memperjuangkan kepentingan nasional yang pada akhirnya menimbulkan
carut marut kehidupan bernegara seperti dewasa ini.