3 presentasi kasus mioma uteri ayu

41
i PRESENTASI KASUS MIOMA UTERI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi Di RSUD Panembahan Senopati Bantul Disusun oleh : Ayu Kusumawati 20100310216 Dokter Penguji : dr. I Nyoman Tritia Widiantara, Sp.OG SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL 2015

Upload: rheza-tuszakka

Post on 14-Dec-2015

97 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

miom

TRANSCRIPT

Page 1: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

i

PRESENTASI KASUS

MIOMA UTERI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi

Di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :

Ayu Kusumawati

20100310216

Dokter Penguji :

dr. I Nyoman Tritia Widiantara, Sp.OG

SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

2015

Page 2: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

ii

HALAMAN PENGESAHAN

MIOMA UTERI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi

Di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh:

Ayu Kusumawati

20100310216

Telah dipresentasikan dan disetujui pada:

26 Juni 2015

Mengetahui

Dosen Pembimbing

dr. I Nyoman Tritia Widiantara, Sp.OG

Page 3: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus mengenai Mioma Uteri. Tujuan

pembuatan Presentasi Kasus ini untuk memenuhi salah satu dari syarat program

pendidikan profesi sub bidang Obstetri dan Ginekologidi RSUD Panembahan

Senopati Kabupaten Bantul dan menambah pengetahuan penulis Mioma Uteri

sebagai salah satu kasus di bagian Obstetri dan Ginekologi.

Terimakasih yang sebanyak – banyaknyapenulisucapkankepada :

1. dr. Bambang Basuki, Sp.OG (K) selaku Kepala Bagian SMF Obstetri dan

Ginekologi RSUD Panembahan Senopati Bantul

2. dr. I Nyoman Tritia Widiantara, Sp.OG selaku Dosen Pembimbing di

bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Panembahan Senopati Bantul.

3. dr. Erick Yuane, Sp.OG selaku dokter spesialis yang juga ikut

membimbing koas di bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Panembahan

Senopati Bantul.

4. Semua dokter, bidan dan perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul

yang banyak membantu penulis dalam menjalankan tuga ssebagai

DokterMuda di bagian Obstetri dan Ginekologi.

5. Rekan-rekan Dokter Muda yang telah memberikan semangat, dorongan

dan bantuannya.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat

bagi yang membacanya.

Penulis,

Ayu Kusumawati

Page 4: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2

A. DEFINISI ........................................................................................... 2

B. EPIDEMIOLOGI ............................................................................... 2

C. ANATOMI ......................................................................................... 3

D. FAKTOR RESIKO ............................................................................. 5

E. ETIOLOGI ......................................................................................... 7

F. PATOFISIOLOGI .............................................................................. 7

G. KLASIFIKASI ................................................................................. 10

H. MANIFESTASI KLINIS .................................................................. 12

I. DIAGNOSIS .................................................................................... 15

J. PENATALAKSANAAN .................................................................. 16

K. KOMPLIKASI ................................................................................. 23

L. PROGNOSIS.................................................................................... 23

BAB III. LAPORAN KASUS ............................................................................ 24

BAB IV. PEMBAHASAN ................................................................................. 33

BAB IV. KESIMPULAN ................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 36

Page 5: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

1

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun

leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot rahim dan jaringan

ikat di rahim. Tumor ini pertama kali ditemukan oleh Virchow pada tahun 1854.

Mioma uteri merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh spesialis

kandungan/ginekolog.

Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%),

dengan prevalensi yang meningkat lebih dari 70% pada pemeriksaan patologi

anatomi uterus. Di Amerika Serikat, mioma uteri merupakan indikasi tersering

untuk dilakukan histerektomi. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7%

pada semua penderita ginekologi yang dirawat dan paling sering ditemukan pada

wanita umur 35- 45 tahun (kurang lebih 25%) serta jarang terjadi pada wanita 20

tahun dan pasca menopause.

Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan

penderita tidak menyadari adanya kelainan pada rahimnya. Diperkirakan hanya

20%- 50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan

menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat

penekanan massa tumor.

Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi

yang paling efektif masih belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi

mengenai etiologi mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan

mortalitas, namun morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi

karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, serta

diperkirakan dapat menyebabkan infertilitas. Adanya hubungan antara mioma dan

infertilitas ini telah dilaporkan oleh dua survei observasional. Dilaporkan sebesar 27

– 40 % wanita 2 dengan mioma uteri mengalami infertilitas. Dilihat dari

pemeriksaan laboratorium, anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal

ini disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi.

Page 6: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan

ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma,

fibriomioma atau fibroid

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang

terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan fibroid dan kolagen dan dikelilingi

oleh kapsul yang tipis. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal

dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat

jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang

dominan.

Mioma uteri belum pernah tumbuh pada wanita yang belum mengalami

menstruasi. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh.

Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum terjadinya mentruasi. Sebagian

besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi oleh karena adanya

rangsangan estrogen. Pada masa menopause mioma uteri akan mengalami

pengecilan. Mioma uteri atau juga dikenal dengan leiomioma uteri atau fibroid

adalah tumor jinak rahim yang paling sering didapatkan pada wanita. Leiomioma

berasal dari sel otot polos rahim dan pada beberapa kasus berasal dari otot polos

pembuluh darah rahim.

B. EPIDEMIOLOGI

Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%),

dengan prevalensi yang meningkat lebih dari 70% pada pemeriksaan patologi

anatomi uterus. Di Amerika Serikat, mioma uteri merupakan indikasi tersering

untuk dilakukan histerektomi. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7%

pada semua penderita ginekologi yang dirawat dan paling sering ditemukan pada

wanita umur 35- 45 tahun (kurang lebih 25%) serta jarang terjadi pada wanita 20

tahun dan pasca menopause.

Page 7: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

3

C. ANATOMI

Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng

ke arah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.

Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm,

lebar di atas 5, 25 cm, tebal 2,5 cm dan tebel dinding uterus adalah 1,25 cm.

Bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah

melahirkan anak atau belumnya. Terletak di rongga pelvis antara kandung kemih

dan rektum. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (

serviks ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri ).

Bagian-bagian uterus terdiri atas :

1. Fundus uteri, adalah bagian uterus proksimal di atas muara tuba uterina

yang mirip dengan kubah , di bagian ini tuba Falloppii masuk ke uterus.

Fundus uteri ini biasanya diperlukan untuk mengetahui usia/ lamanya

kehamilan

2. Korpus uteri, adalah bagian uterus yang utama dan terbesar. Korpus

uteri menyempit di bagian inferior dekat ostium internum dan berlanjut

sebagai serviks. Pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi utama

sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri

disebut kavum uteri ( rongga rahim ).

Page 8: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

4

3. Serviks uteri, serviks menonjol ke dalam vagina melalui dinding

anteriornya,dan bermuara ke dalamnya berupa ostium eksternum. Serviks

uteri terdiri dari :

Pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio

Pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di

atas vagina

Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikal berbentuk

sebagai saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. saluran ini dilapisi oleh kelenjar-

kelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai

reseptakulum reminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri

internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum. Secara histologis,

dinding uterus terdiri atas :

1. Endometrium ( selaput lendir ) di korpus uteri

Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan

dengan banyak pembuluh darah. Endometrium terdiri atas epitel selapis

silindris, banyak kelenjar tubuler bersekresi lendir. Dua pertiga bagian

atas kanal servikal dilapisi selaput lendir dan sepertiga bawah dilapisi

epitel berlapis gepeng, menyatu dengan epitel vagina. Endometrium

melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus

haid. Endometrium merupakan bagian dalam dari korpus uteri yang

membatasi cavum uteri. Pada endometrium terdapat lubang-lubang kecil

yang merupakan muara-muara dari saluran-saluran kelenjar uterus yang

dapat menghasilkan secret alkalis yang membasahi cavum uteri. Epitel

endometrium berbentuk seperti silindris.

2. Myometrium / Otot-otot polos

Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler dan di

sebelah luar berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat

lapisan otot oblik, berbentuk anyaman, lapisan ini paling kuat dan

menjepit pembuluh-pembuluh darah yang berada di sana. Myometrium

merupakan bagian yang paling tebal. Terdiri dari otot polos yang disusun

sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya keluar saat persalinan.

Page 9: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

5

Di antara serabut-serabut otot terdapat pembuluh-pembuluh darah,

pembuluh lympa dan urat saraf. Otot uterus terdiri dari 3 bagian :

Lapisan luar, yaitu lapisan seperti kap melengkung melalui fundus

menuju ke arah ligamen

Lapisan dalam, merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi

sebagai sfingter dan terletak pada ostium internum tubae dan

orificium uteri internum

Lapisan tengah, terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan

anyaman serabut otot yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh

darah. Jadi, dinding uterus terutama dibentuk oleh lapisan tengah ini.

3. Perimetrium , yakni lapisan serosa / terdiri atas peritoneum viserale yang

meliputi dinding uterus bagian luar. Ke anterior peritoneum menutupi

fundus dan korpus, kemudian membalik ke atas permukaan kandung

kemih. Lipatan peritoneum ini membentuk kantung vesikouterina. Ke

posterior, peritoneum menutupi fundus, korpus dan serviks, kemudian

melipat pada rektum dan membentuk kantung rekto-uterina. Ke lateral,

hanya fundus yang ditutupi karena peritoneum membentuk lipatan ganda

dengan tuba uterina pada batas atas yang bebas. Lipatan ganda ini adalah

ligamentum latum yang melekatkan uterus pada sisi pelvis.

D. FAKTOR RESIKO

Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya mioma uteri,

meliputi :

1. Usia

Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu

mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun.

Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan. Pada usia

sebelum menarche kadar estrogen rendah dan meningkat pada usia reproduksi,

serta akan turun pada usia menopause.

2. Riwayat keluarga

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri

mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan

Page 10: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

6

dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma

yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma mempunyai 2 kali lipat

kekuatan ekpresi dari VEGF-α (a myoma-related growth factor)

3. Obesitas

Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin

berhubungan dengan konversi hormone androgen menjadi estrogen oleh

enzim aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah

estrogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan

peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.

4. Paritas

Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinan untuk terjadinya

perkembangan mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah

hamil atau satu kali hamil. Hal ini ditunjukkan dengan presentase kejadian

sekitar 60%

5. Kehamilan

Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah

dilakukan ditemukan sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapat

mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan

dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Kedua keadaan ini ada

kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri. Kehamilan dapat

juga mengurangi resiko mioma karena pada kehamilan hormon progesteron

lebih dominan.

6. Menarke dini

Menarke dini (<10 tahun) meningkatkan resiko terjadinya mioma uteri

dibandingkan dengan yang mengalami terlambat menarke pada usia (>16

tahun). Statistik menunukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor

keturunan, keadaan gizi, kesehatan umum yang membaik dan berkurangnya

penyakit menahun. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa peningkatan

pertumbuhan mioma uteri merupakan respon dari stimulus estrogen. Paparan

estrogen yang semakin lama akan menjadi resiko relative terjadinya mioma

uteri.

7. Ras

Page 11: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

7

Suatu penelitian menemukan bahwa wanita Afrika-Amerika mempunyai

resiko 2,9 kali lebih besar dibandingkan wanita kaukasia, dan resiko ini tidak

berhubungan dengan faktor resiko lain.

8. Gizi

Beberapa penelitian telah mengungkapkan hubungan antara gizi dengan

petumbuhan mioma uteri. Satu penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumi

daging akan meningkatkan kejadian mioma, sedangkan mengkonumsi sayuran

hijau akan menurunkan tingkat kejadian mioma. Namun hal ini masih belum

bisa diinterpretasikan karena peneliti tidak mengukur kadar asupan kalori dan

lemak yang dikonsumsi.

E. ETIOLOGI

Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori

yang berpendapat:

1. Teori Stimulasi

Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :

a) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil

b) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche

c) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause

d) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma

uteri

2. Teori Cellnest atau genitoblas

Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat

pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.

F. PATOFISIOLOGI

Etiologi yang pasti terjadinya mioma uterus hingga kini belum diketahui.

Namun, bila melihat mioma uterus banyak ditemukan pada usia reproduksi dan

kejadiannya rendah pada usia menopause, maka estrogen paling banyak diduga

sebagai penyebab timbulnya mioma uterus. Di dalam jaringan mioma itu sendiri

dijumpai penurunan yang signifikan konversi estradiol menjadi estron dan terlihat

adanya peningkatan aktivitas enzim aromatase, yang mengubah androgen menjadi

Page 12: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

8

estron. Selanjutnya, oleh enzim 17 b- hidroksisteroid dehidrogenase tipe 1, estron

diubah menjadi estradiol. Dengan enzim 17 b- hidroksisteroid dehidrogenase tipe

2, estradiol diubah kembali menjadi estron. Estradiol merupakan estrogen dengan

aktivitas biologis yang kuat dan estron merupakan estrogen dengan aktivitas

biologis yang lemah. Peningkatan aktivitas enzim aromatase dan enzim 17 b-

hidroksisteroid tipe 1 menyebabkan mioma uterus bertambah besar dan defisiensi

enzim 17 b- hidroksisteroid tipe 2 juga menyebabkan terjadinya pertumbuhan

mioma uterus.

Pada mioma uterus ditemukan kadar reseptor estrogen yang lebih tinggi

dibandingkan di dalam miometrium normal. Apakah estrogen secara langsung

memicu pertumbuhan mioma uterus, atau memakai mediator masih menimbulkan

silang pendapat. Akan tetapi, telah ditemukan banyak sekali mediator di dalam

mioma uterus, seperti estrogen growth factor,insulin growth factor-1 (IGF-

1), connexin-43-gap-junction protein, dan marker proliferasi. Pada mioma

uterus, estrogen growth factor receptor banyak ditemukan. Estrogen growth

factor ini memicu pertumbuhan mioma uterus. Pemberian terapi GnRH agonis

menurunkan konsentrasi estrogen growth factor pada mioma uterus. Pada mioma

uterus juga terdapat peningkatan ekspresi dari insulin growth factor II (IGF-II)

dan penurunan ekspresi dari insulin growth factor binding protein-3 (IGFBP-3).

Selain itu, pada mioma uterus terjadi pertumbuhan vaskularisasi abnormal yang

ditandai dengan adanya dilatasi pleksus venosus akibat peningkatan eskpresi

dari basic fibroblast growth factor dan vascular endothelial growth factor.

Selain terdapat peningkatan hormon dan reseptor estrogen, pada mioma

uterus juga didapatkan peningkatan reseptor progesteron. Pada sel miometrium

normal dan mioma uterus, puncak aktivitas mitosis terjadi selama fase luteal dan

aktivitas mitosis meningkat dengan pemberian agen progesteron dosis tinggi.

Proto-onkogen bcl-2 memproduksi protein yang berfungsi mencegah proses

apoptosis dan memicu replikasi sel. Proto-onkogen bcl-2 ini produksinya dipicu

oleh hormon progesteron. Pemberian preparat antiprogestin, mifepristone (RU

486) akan menimbulkan atrofi pada mioma uterus.

Etiologi lain yang ikut berperan pada kejadian mioma uteri adalah adanya

growth factor. Growth factors, protein atau polipeptida diproduksi secara lokal

Page 13: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

9

oleh sel otot polos dan fibroblas mengontrol proliferasi sel dan muncul untuk

menstimulasi pertumbuhan mioma, terutama dengan meningkatkan matriks

ekstraselular. Beberapa growth factor yang telah diidentifikasi terkait dengan

mioma adalah Transforming Growth Factor-b (TGF-b), basic Fibroblast Growth

Factor (bFGF), Epidermal Growth Factor (EGF), Platelet Derived Growth

Factor (PDGF), Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), Insulin-Like

Growth Factor (IGF), dan prolaktin. Growth factors mempengaruhi sel dengan

cara yang kompleks, dan respon terhadap kombinasi growth factors mungkin

berbeda dari respon growth factor yang tunggal.

Sebagian besar growth factor diekspresikan pada mioma sekaligus

meningkatkan proliferasi otot polos (TGFb, bFGF), meningkatkan sintesis DNA

(EGF, PDGF), menstimulasi sintesis matriks ekstraselular (TGF-b), menginisiasi

mitogenesis (TGF-b, EGF, IGF, prolaktin), atau menginisiasi angiogenesis

(BFGF, VEGF). Sangat mungkin jika growth factor lain yang terkait dengan

mioma akan ditemukan, dan itu masih harus dilihat faktor mana yang akan

menjadi penting.

Awal mula pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-

sel miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan perubahan pada kromosom, baik

secara parsial maupun secara keseluruhan. Aberasi kromosom ditemukan pada 23-

50% dari mioma uterus yang diperiksa dan yang terbanyak (35,6%) ditemukan

pada kromosom 7 (del (7) (q 21)/ q21 q23). Keberhasilan pengobatan

medikamentosa mioma uterus sangat tergantung apakah telah terjadi perubahan

pada kromosom atau tidak. Mioma submukosa mempunyai abnormalitas sitogenik

yang lebih rendah dibandingkan dengan mioma intramural dan mioma subserosa.

Analisis sitogenetik dari hasil pembelahan mioma uteri telah menghasilkan

penemuan yang baru. Diperkirakan 40% mioma uteri memiliki abnormalitas

kromosom non random. Abnormalitas ini dapat dibagi menjadi 6 subgrup

sitogenik yang utama termasuk translokasi antara kromosom 12 dan 14, trisomi

12, penyusunan kembali lengan pendek kromosom 6 dan lengan panjang

kromosom 10 dan delesi kromosom 3 dan 7. Penting untuk diketahui mayoritas

mioma uteri memiliki kromosom yang normal

Page 14: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

10

G. KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasinya, kejadian mioma uteri dapat diklasifikasikan

menjadi 3 yaitu

Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina dan menyebabkan

infeksi

Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus

urinarius

Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim dan seringkali tanpa gejala

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari servik uteri (1-3%) dan

selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut

arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:

a) Mioma Submukosa

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini

dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan

gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum

memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil

sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa

Page 15: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

11

umumnya dapat diketahui dengan tindakan kuretase, dengan adanya benjolan

waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan

histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering

mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma

submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai

tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan

nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami

infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus penderita akan mengalami

anemia dan sepsis karena proses di atas.

b) Mioma Intramural

Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan

tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang

mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,

maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan

konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus,

dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke

atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

c) Mioma Subserosa

Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada

permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di

antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.

d) Mioma Intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke

ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus

sehingga disebut wondering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu

macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke

dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan

sabit. Apabila mioma dibelah maka akan tampak bahwa mioma terdiri dari

berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun sebagai kumparan (whorle

like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang

terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini

Page 16: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

12

H. MANIFESTASI KLINIS

Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi,

arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50%

saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh

apapun. Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari

mioma uteri. Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita

ditemukan 44% gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma

submukosa, sekitar 65% wanita dengan mioma mengeluh dismenore, nyeri perut

bagian bawah, serta nyeri pinggang. Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan

mioma, maka kandung kemih, ureter, dan usus dapat terganggu, dimana peneliti

melaporkan keluhan disuri (14%), keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai

penyebab infertilitas hanya dijumpai pada 2-10% kasus. Infertilitas terjadi sebagai

akibat obstruksi mekanis tuba falopii. Abortus spontan dapat terjadi bila mioma

uteri menghalangi pembesaran uterus, dimana menyebabkan kontraksi uterus yang

abnormal, dan mencegah terlepas atau tertahannya uterus di dalam panggul

a) Massa di Perut Bawah

Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut bagian

bawah.

b) Perdarahan Abnormal

Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan

menstruasi, menoragia atau menstruasi yang lebih sering. Tidak ditemukan

bukti yang menyatakan perdarahan ini berhubungan dengan peningkatan luas

permukaan endometrium atau karena meningkatnya insidens disfungsi

ovulasi. Teori yang menjelaskan perdarahan yang disebabkan mioma uteri

menyatakan perdarahan diakibatkan oleh hambatan pasokan darah

endometrium, tekanan, dan bendungan pembuluh darah di area tumor

(terutama vena) atau ulserasi endometrium di atas tumor. Growth factor yang

merangsang stimulasi angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler dan yang

memiliki reseptor pada mioma uteri dapat menyebabkan perdarahan uterus

abnormal dan menjadi target terapi potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya

angiogenik inhibitory factor atau vasoconstricting factor dan reseptornya pada

mioma uteri dapat juga menyebabkan perdarahan uterus yang abnormal.

Page 17: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

13

Dismenorea dapat disebabkan oleh efek tekanan, kompresi, termasuk hipoksia

lokal miometrium.

Beberapa faktor-faktor lain yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain

adalah:

Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya

Atrofi endometrium di atas mioma submukosum

Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang

diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh

darah yang melaluinya dengan baik

c) Nyeri Perut

Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini timbul

karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai dengan

nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang

akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis

dapat menyebabkan dismenorrhoe. Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena

torsi mioma uteri yang bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan

rasa nek dan muntah-muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat

disebabkan karena tekanan pada urat syaraf yaitu pleksus uterovaginalis,

menjalar ke pinggang dan tungkai bawah.

d) Pressure Effects ( Efek Tekanan )

Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada organ-

organ di sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak biasa dan sulit

untuk dihubungkan langsung dengan mioma. Penekanan pada kandung

kencing, polakisuria dan dysuria. Bila uretra tertekan bisa menimbulkan

retensio urinae. Bila berlarut-larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis.

Tekanan pada rektum tidak begitu besar, kadang-kadang menyebabkan

konstipasi atau nyeri saat defekasi

e) Penurunan Kesuburan dan Abortus

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan masih

belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri

mengalami infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang

mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma

Page 18: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

14

submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga

uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat

menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implasntasi embrio dapat

terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium

dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor. Apabila penyebab lain

infertilitas sudah disingkirkan dan mioma merupakan penyebab infertilitas

tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

Selain itu terdapat beberapa perubahan sekunder yang terjadi mioma uteri,

diantaranya :

1) Atrofi

Tanda-tanda dan gejala berkurang dan menghilang karena ukuran mioma uteri

berkurang saat menopause atau setelah kehamilan.

2) Degenerasi Hialin

Perubahan ini sering terutama pada penderita usia lanjut disebabkan karena

kurangnya suplai darah. Jaringan fibrous berubah menjadi hialin dan serabut

otot menhilang. Mioma kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat

meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah

memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

3) Degenerasi Kistik

Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma

menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi

agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe

sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak tumor ini

sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

4) Degenerasi Membatu ( Calsireus Degeneration )

Terutama terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam

sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka

mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

5) Degenerasi Merah

Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: Diperkirakan

karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskulerisasi. Pada

pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna

Page 19: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

15

merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah

tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,

sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada

perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium

atau mioma bertangkai.

6) Degenerasi Lemak

Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin. Pada mioma yang

sudah lama dapat terbentuk degenerasi lemak. Di permukaan irisannya

berwarna kuning homogen dan serabut ototnya berisi titik lemak dan dapat

ditunjukkan dengan pengecatan khusus untuk lemak.

I. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,

faktor risiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Biasanya teraba

massa menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah panjang

serta adanya riwayat pervaginam terutama pada wanita usia 40-an. Kadang

juga dikeluhkan perdarahan kontak

2. Pemeriksaan Fisik

Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus.

Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus

oleh satu atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan

bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus

3. Pemeriksaan penunjang

a) Temuan Laboratorium

Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan

perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-

kadang mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus

menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan

penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang

menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi

pembentukan eritropoietin ginjal.

Page 20: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

16

b) Imaging

Pemeriksaan dengan USG ( Ultrasonografi ) transabdominal dan

transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri.

Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang

kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui

ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan

gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur

maupun pembesaran uterus.

Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa,

jika mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat

diangkat.

MRI (Magnetic Resonance Imaging) sangat akurat dalam

menggambarkan jumlah, ukuran, dan likasi mioma tetapi jarang

diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas

tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat

mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas,

termasuk mioma.

J. PENATALAKSANAAN

Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran

tumor dan terbagi atas:

a. Konservatif

Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,

tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari

kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada

tangkai, perlu diambil tindakan operasi.

b. Medikamentosa

Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan

mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi

medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti

sementara dari operatif. Preparat yang selalu digunakan untuk terapi

medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin Realising Hormon

Page 21: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

17

Agonis), progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin,

antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan amantadine.

1) Analog GnRH .

Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien dengan

mioma uteri yang diberikan analog GnRH leuprorelin asetat selama 6

bulan, ditemukan pengurangan volume uterus rata-rata 67 %, pada 90

wanita didapatkan pengecilan volume uterus sebesar 20 %, dan pada 35

wanita ditemukan pengurangan volume mioma sebanyak 80 %.

Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan

dimana cara kerjanya menekan produksi estrogen dengan sangat kuat,

sehingga kadarnya dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia

menopause. Setiap mioma uteri memberikan hasil yang berbeda-beda

terhadap pemberian analog GnRH.

Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri

yang paling responsif terhadap pemberian analog GnRH. Sedangkan

mioma subserosa tidak responsif dengan pemberian analog GnRH ini.

Keuntungan pemberian pengobatan medikamentosa dengan analog

GnRH adalah.

1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri

2. Mengurangi anemia akibat pendarahan

3. Mengurangi pendarahan pada saat operasi

4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan

mioma

5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal

6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi

2) Progesteron

Peneliti Lipschutz tahun 1939, melaporkan perkembangan mioma

uteri dapat dihambat atau dihilangkan dengan pemberian progesteron.

Dimana progesteron yang diproduksi oleh tubuh dapat berinteraksi secara

sinergis dengan estrogen, tetapi mempunyai aksi antagonis.

Tahun 1946 Goodman melaporkan terapi injeksi progesteron 10

mg dalam 3 kali seminggu atau 10 mg sehari selama 2 – 6 minggu, terjadi

Page 22: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

18

regresi dari mioma uteri, setelah pemberian terapi. Segaloff tahun 1949,

mengevaluasi 6 pasien dengan perawatan 30 sampai 189 hari, dimana 3

pasien diberi 20 mg progesteron intramuskuler tiap hari, dan 3 pasian lagi

diberi 200 mg tablet. Pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran mioma

uteri.

Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri

pada pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone

25 mg per hari selama 21 hari. Pada pemberian 2 mg norethindrone tiap

hari selama 30 hari tidak mempengaruhi perubahan ukuran volume mioma

uteri. Perkiraan ukuran mioma uteri sebelum dan sesudah terapi tidak

dilakukan dan efektifitasnya dimulai berdasarkan temuan histologis.

Terapi progesteron mungkin ada berhasil dalam pengobatan mioma uteri,

hal ini belum terbukti saat ini.

3) Danazol

Danazol merupakan progestogen sintetik yang berasal dari

testoteron, dan pertama kali digunakan untuk pengobatan endometrosis.

Prof. Maheux tahun 1983 pada pertemuan tahunan perkumpulan fertilitas

Amerika, mempresentasikan hasil studinya di Universitas Yale, 8 pasien

mioma uteri diterapi 800 mg danazol setiap hari, selama 6 bulan. Dosis

substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus

sebesar 20 – 25 %, dimana diperoleh fakta bahwa damazol memiliki

substansi androgenic.

Tamaya, dan rekan-rekan tahun 1979, melaporkan reseptor

androgen pada mioma terjadi peningkatan aktivitas 5 - reduktase

dibandingkan dengan miometrium dan endometrium normal. Yamamoto

tahun 1984, dimana mioma uteri, memiliki suatu aktifitas aromatase yang

tinggi dan dapat membentuk estrogen dari androgen.

4) Gestrinon.

Gestrinon adalah suatu trienic 19- nonsteroid sintetik, juga dikenal

sebagai R 2323 yang terbukti efektif dalam pengobatan endometrosis.

Coutinho tahun 1986 melaporkan, 97 wanita, kelompok A (n = 34)

menerima 5 mg gestrinon peroral 2 kali seminggu, kelompok B (n = 36)

Page 23: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

19

2,5 mg gestrinon peroral 2 kali seminggu, dan kelompok C (n = 27)

menerima 2,5 mg gestrinon pervaginan 3 kali seminggu.

Data masing-masing pasien di evakuasi setelah 4 bulan pengobatan

dengan gesterinon, didapatkan volume uterus berkurang 18 % pada

kelompok A, 27% pada kelompok B, tetapi pada kelompok C meningkat 5

%. Setelah masa pengobatan selama 4 bulan berakhir, 95 % pasien

mengalami amenorce. Coutinho, menyarankan penggunaan gesterinon

sebagai terapi preoperatif untuk mengontrol perdarahan menstruasi yang

banyak berhubungan dengan mioma uteri.

5) Tamoksifen

Tamoksifen merupakan turunan trifeniletilen mempunyai khasiat

estrogenik maupun antiestrogenik. Dan dikenal sebagai “selective estrogen

receptor modulator” (SERM) dan banyak digunakan untuk pengobatan

kanker payudara stadium lanjut. Karena khasiat sebagai estrogenik

maupun antiestrogenik. Beberapa peneliti melaporkan, pemberian

tamoksifen 20 mg tablet perhari untuk 6 wanita premenopause dengan

mioma uteri selama 3 bulan dimana, volumae mioma tidak berubah.

Kerja tamoksifen pada mioma uteri, dimana konsentrasi reseptor

estradiol total secara signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena

peningkatan kadar progesteron bila diberikan secara berkelanjutan.

6) Goserelin

Goserelin merupakan GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya

terhadap jaringan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada

cukup lama. Dan pada pemberian goserelin dapat mengurangi setengah

ukuran mioma uteri dan dapat menghilangkan gejala menorargia dan

nyeri pelvis. Pada wanita premenopause dengan mioma uteri, pengobatan

jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan histerektomi terutama

pada saat menjelang menopause. Pemberian goserelin 400 mikrogram 3

kali sehari semprot hidung sama efektifnya dengan pemberian 500

mikrogram sehari sekali dengan cara injeksi subkutan.

Untuk pengobatan mioma uteri, dimana kadar estradiol kurang

signifikan disupresi selama pemberian goserelin dan pasien sedikit

Page 24: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

20

mengeluh efek samping berupa keringat dingin. Pembereian dosis yang

sesuai, agar dapat menstimulasi estrogen tanpa tumbuh mioma kembali

atau berulangnya peredaran abnormal sulit diterima. Peneliti mengevaluasi

efek pengobatan dengan formulasi depot bulanan goserelin dikombinasi

dengan HRT (estrogen konjugasi 0.3 mg ) dan medroksiprogesteron asetat

5 mg pada pasien mioma uteri, parameter yang diteliti adalah volume

mioma uteri, keluhan pasien, corak perdarahan, kandungan mineral tulang

dan fraksi kolesterol.

Dapat disimpulkan dari hasil penelitian, dimana pemberian

goserelin dikombinasi dengan HRT dilaporkan mioma uteri berkurang,

dengan keluhan berupa keringat dingin dan pola perdarahan spotting, bila

pengobatan dihentikan. Dimana kandungan mineral tulang berkurang bila

pemberian pengobatan selama 6 bulan pertama. Tiga bulan setelah

pengobatan perlu dilakukan observasi, dan konsentrasi HDL kolesterol

meningkat selama pengobatan, sedangkan plasma trigliserida konsentrasi

menetap selama pemberian terapi. 2,3

7) Antiprostaglandin

Penghambat pembentukan prostaglandin dapat mengurangi

perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan menoragia, dan hal ini

beralasan untuk diterima atau mungkin efektif untuk menoragia yang

diinduksi oleh mioma uteri.

Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian naproxen 500

– 1000 mg setiap hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada

menoragia yang diinduksi mioma, meskipun hal ini mengurangi

perdarahan menstruasi 35,7 % wanita dengan menoragia idiopatik. Studi

ini didasarkan hanya penilaian secara simptomatik, sedangkan ukuran

mioma tidak diukur.3

8) Agen-agen lain ( Gossypol dan Amantadin )

Gossypol

Meiling pada tahun 1980, melaporkan penggunaan gossypol pada 30

wanita dengan perdarahan menopause fungsional, mioma uteri dan

Page 25: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

21

endometrosis. Kadar ekstrogen menurun pada 70 kasus endometrium,

menunjukkan tingginya kejadian atrofi endometrium.

Pada 65.5 % didapatkan pengurangan volume mioma yang terbatas.

Perhatian utama dengan agen ini ada kemungkinan efek-efek samping.

Pada uji klinik, dilaporkan kelelahan dan hipokalemi irreversibel dan efek

permanen secara langsung pada gonad atau kontrasepsi pria.

Amantadin

Amantadin telah dibuktikan oleh FDA untuk pengobatan parkinson, dan

reaksi ekstra piramidal yang diinduksi obat. Dan menyebabkan pelepasan

dopamin endogen dan mengaktivasi neuron dopaminergik dan

noradrenergik.

Luisi dan luisi, melaporkan selama 10 tahun pengalamannya mengobati

mioma simptomatik dengan amantadin. Keseluruhan dengan 160 pasien

menerima amantadin ( 200 mg perhari ) untuk 20 hari dalam sebulan

selama 6 bulan. Setelah 6 bulan pengobatan, pertumbuhan mioma

dihambat, dimana konsistensinya berkurang secara bertahap dan gejalanya

berkurang. Mekanisme kerjanya tidak jelas, diduga bahwa pengurangan

ukuran tumor berhubungan dengan penurunan aliran darah. Amantadin

mungkin berguna untuk pengobatan mioma uteri, kemanjuran tidak

ditunjukkan secara tepat dengan efek samping gagal jantung kongestif,

gagal ginjal dan hipotensi ortostatik.

c. Operatif

Intervensi operatif atau pembedahan pada mioma uteri adalah

Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia

Nyeri pelvis yang hebat

Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena

mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)

Gangguan buang air kecil (retensi urine)

Pertumbuhan mioma setelah menopause

Infertilitas

Meningkatnya pertumbuhan mioma

Page 26: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

22

Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri

uterus.

1) Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan

uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma mioma

submukosa pada mioma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Suatu

studi mendukung miomektomi dapat dilakukan pada wanita yang masih

ingin bereproduksi tetapi belum ada analisa yang pasti tentang teori ini

tetapi penatalaksanaan ini paling sering disarankan kepada wanita yang

belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan.

2) Histerektomi, adalah tindakan operatif yang bertujuan untuk pengangkatan

uterus, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya

(total) berikut serviks uteri. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan

alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi

dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada

penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah

bergejala.

Kriteria menurut Amreican College of Obstetricians Gynecologist

(ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut:

Terdapatnya 1 sampai 3 mioma simptomatik atau yang dapat teraba

dari luar dan dikeluhkan oleh pasien

Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan

bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan

anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis

Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat

dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang

kronis dan penekanan pada vescia urinaria mengakibatkan frekuensi

miksi yang sering

3) Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah

injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang

nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan

nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan

Page 27: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

23

mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya

yang cepat (Swine, 2009).

d. Radiasi dengan radioterapi

Radioterapi dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi pada

beberapa kasus.

Penatalaksanaan mioma uteri selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah

tirah baring, analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan

konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur. Namun, pada torsi akut atau

perdarahan intra abdomen memerlukan interfensi pembedahan. Seksio sesarea

merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan

letak janin, inersia uteri atau obstrukksi mekanik.

K. KOMPLIKASI

a) Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan ditemukan hanya 0,32-

0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma

uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi

uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma

uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam

menopause.

b) Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami, timbul gangguan sirkulasi

akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom

abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.

L. PROGNOSIS

Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif.

Myomectomi yang extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau

menembus endometrium, maka diharuskan SC (Sectio caesaria) pada persalinan

berikutnya. Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah miomektomi terjadi

pada 15-40% pasien dan 2/3nya memerlukan tindakan lebih lanjut.

Page 28: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

24

BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

No. CM : 345033

Nama : Ny.MJ

Umur : 37 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Iroyudan RT 2 Guwosari Pajangan Bantul

Tanggal datang : 18 Mei 2015 dari Poli Obsgyn

B. ANAMNESIS

a) Keluhan Utama

Terdapat benjolan di perut bagian bawah

b) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dari poli pada tanggal 18 Mei 2015 dengan keluhan terdapat

benjolan di perut bagian bawah sejak ± 7 tahun yang lalu, dirasakan

semakin hari semakin membesar dan terasa “mbesesek”. Bila benjolan

ditekan akan terasa sakit. Pasien merasa sering cepat lelah. Pasien juga

mengaku kalau malam suka tidak bisa menahan pipis (ngompol). Siklus

menstruasi normal, nyeri saat menstruasi (+) terjadi setiap hari pertama

dan kedua menstruasi, dan volume darah menstruasi cukup. Keputihan (-

).BAB dan BAK normal. Nafsu makan baik. Pasien sudah 10 tahun

menikah dan belum dikaruniani seorang anak.

c) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit serupa : disangkal

Tekanan darah tinggi : disangkal

Kencing manis : disangkal

Asma : disangkal

Jantung : disangkal

Page 29: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

25

d) Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit serupa : nenek dan bulik pasien pernah menderita

penyakit serupa

Tekanan darah tinggi : disangkal

Kencing manis : disangkal

Asma : disangkal

Jantung : disangkal

e) Riwayat Obstetri Ginekologi

a. Riwayat Haid

Menarche : 11 tahun

Lama haid : 7 hari

Siklus haid : 28 hari

Nyeri haid : +

Leukorhea : -

HPMT : 7 Mei 2015

b. Riwayat perkawinan

Menikah satu kali dengan suami yang sekarang selama 10 tahun

c. Riwayat KB

Pasien tidak menggunakana alat kontrasepsi

d. Riwayat kehamilan

Pasien belum pernah hamil

e. Riwayat ANC

Pasien belum melakukan ANC

f. Riwayat Psikososial

Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik

g. Riwayat Gaya Hidup

Merokok : disangkal

Obat : disangkal

Minuman keras : disangkal

Jamu : pernah mengkonsumsi

C. PEMERIKSAAN FISIK

Page 30: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

26

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign : TD = 120/80 mmHg

N = 80 x/menit,

RR = 20 x/menit

T= 36,5° C

a) Status Generalisata

Kepala : Mesochepal, Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-)

Telinga : secret (-), perdarahan (-)

Hidung : secret (-), perdarahan (-)

Mulut : sianosis(-), lidah kotor (-), lidah tremor (-)

Leher : JVP meningkat (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),

pembesaran getah bening (-)

Thorax : Simetris, tidak ada ketinggalan gerak

Jantung : S1 dan S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru : Suara dasar vesikuler, ronki (-), wheezing (-)

Abdomen :

Inspeksi : perut bagian bawah terlihat cembung, linea (-), striae (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstermitas :

Superior : edema (-/-), akral hangat

Inferior : edema (-/-), akral hangat, varises (-/-)

b) Status Obstetri dan Ginekologi

Inspeksi : perut bagian bawah terlihat cembung

Palpasi : teraba benjolan ±3 jari dibawah umbilicus, keras,

nyeri tekan (+), batas tak jelas, 10x10 cm

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : tidak dilakukan

Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 31: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

27

a) Pemeriksaan Laboratorium (18 / 5 / 2015)

Hb : 14,1

AL : 6,52

AT : 243

HMT : 45,3

Gol. darah : O

PPT : 14,5

APTT : 32,6

Control PTT : 13,9

Control APTT : 30,7

Protein total : 7,46

Albumin : 4,71

Globulin : 2,75

GDS : 102

Ureum : 19

Kreatinin : 0,71

SGOT : 17

SGPT : 11

Natrium : 139,3

Kalium : 4,34

Chloride : 106,3

b) USG (18 / 5 / 2015)

Kesan: Tampak mioma uteri dengan diameter 11 x 15 cm

c) USG Transvaginal (9 / 4 / 2015)

Uterus dengan endometrial line tervisualisasi. Massa mioma uteri di

fundus sampai corpus posterior, dominan subserosa sampai intramural

Kesimpulan : Mioma uteri subserosa

Page 32: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

28

E. DIAGNOSIS

Mioma Uteri pada P0A0

F. PENATALAKSANAAN

Pro miomektomi s/d TAH

G. EVALUASI

FOLLOW UP BANGSAL

18/5/2015

S :

Pasien baru dari poli obsgyn Pasien datang dari poli pada

tanggal 18 Mei 2015 dengan keluhan terdapat benjolan di

perut bagian bawah sejak ± 7 tahun yang lalu, dirasakan

semakin hari semakin membesar dan terasa “mbesesek”. Bila

benjolan ditekan akan terasa sakit. Pasien merasa sering cepat

lelah. Siklus menstruasi normal, nyeri saat menstruasi (+)

Page 33: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

29

terjadi setiap hari pertama dan kedua menstruasi, volume

darah menstruasi cukup. Keputihan (-). Saat BAB dan BAK

normal. Nafsu makan baik.

O :

TD 120/80 mmHg

N 80 x/menit

RR 20 x/menit

T 36,5o C

Inspeksi : perut bagian bawah terlihat cembung

Palpasi : teraba benjolan ±3 jari dibawah umbilicus,

keras, nyeri tekan (+), batas tak jelas, 10x10 cm

A :

Mioma Uteri pada P0A0

P :

Pro miomektomi s/d TAH

19/5/2015

10.15

Telah dilakukan miomektomi a/i mioma uteri multiple

A :

Post miomektomi a/i mioma uteri multiple P0A0 H0

P :

Awasi KU dan VS

Makan minum bertahap

Mobilisasi bertahap

Cek Hb 6 jam post operasi

Inj. Cefotaxim 1 gr / 12 jam / IV

Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam / IV

20/5/2015

06.00

Hb post op = 11

S :

Nyeri pada luka bekas operasi (+), minum (+), mobilisasi (+)

O :

TD 110/70 mmHg

N 82 x/menit

RR 20 x/menit

T 36,5o C

Page 34: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

30

Mata : CA -/-

Abdomen : luka bekas operasi baik

A :

Post miomektomi a/i mioma uteri multiple P0A0 H1

P :

Inj. Cefotaxim 1 gr / 12 jam / IV

Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam / IV

Mobilisasi bertahap

Diet TKTP

21/5/2015

06.00

S :

Nyeri pada luka bekas operasi (+), makan (+), minum (+),

mobilisasi (+)

O :

TD 110/70 mmHg

N 82 x/menit

RR 20 x/menit

T 36,5o C

Mata : CA -/-

Abdomen : luka bekas operasi baik

A :

Post miomektomi a/i mioma uteri multiple P0A0 H2

P :

Inj. Cefotaxim 1 gr / 12 jam / IV

Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam / IV

Mobilisasi bertahap

Diet TKTP

22/5/2015

06.00

S :

Nyeri pada luka bekas operasi (+) , makan (+), minum (+),

mobilisasi (+)

O :

TD 120/70 mmHg

N 80 x/menit

Page 35: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

31

RR 22 x/menit

T 36,5o C

Mata : CA -/-

Abdomen : luka bekas operasi baik

A :

Post miomektomi a/i mioma uteri multiple P0A0 H3

P :

Cefadroxil 500 mg / 12 jam / oral

Asam Mefenamat 500 mg / 8 jam / oral

BLPL

H. LAPORAN TINDAKAN OPERASI

Tanggal : 19 Mei 2015

Operator : dr I Nyoman Tritia W, Sp. OG

Pukul : 09.00 – 10.15

Diagnosis pra bedah : mioma uteri

Diagnosis pasca bedah : mioma uteri multiple

Tindakan : miomektomi

Laporan tindakan operasi :

Prosedur operasi rutin. Desinfeksi medan operasi. Pasang duk steril. Insisi

linea mediana sepanjang ± 10 cm. Identifikasi organ, tampak uterus

membesar seukuran kepala bayi. Teraba mioma pada beberapa tempat

yaitu pada anterior dan posterior corpus. Berbagai ukuran dari <5 mm

hingga 12x10x8 cm intramural. Diputuskan dilakukan miomektomi atas

indikasi mioma multiple ± 8 buah. Ligasi perdarahan dan uterus dijahit 2

lapis satu per satu. Identifkasi perdarahan, luka operasi dijahit kulit

subkutan. Operasi selesai. Perdarahan ±700cc.

Instruksi pasca operasi :

Awasi KU dan VS

Makan minum bertahap

Mobilisasi bertahap

Cek Hb 6 jam post operasi

Page 36: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

32

Inj. Cefotaxim 1 gr / 12 jam / IV

Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam / IV

Jaringan Mioma Uteri

I. HASIL HISPATOLOGI

Bahan : jaringan uterus

Diagnosa klinis : mioma uteri

Maskroskopis :

5 buah jaringan, terbesar diameter 12 cm, terkecil diameter 1 cm berkapsul

putih kecoklatan pada pembelahan penampang putih bergaris melingkar-

lingkar satu kupe

Mikroskopis :

sediaan menunjukkan jaringan tumor tersusun berkas-berkas saling

memotong, sel-sel fusiform dengan kedua ujung tumpul relatif monomorf.

Tidak didapatkan tanda ganas

Kesimpulan : massa uterus leiomioma

Page 37: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

33

BAB IV

PEMBAHASAN

Telah diuraikan di atas kasus seorang wanita 37 tahun datang ke poli dengan

keluhan benjolan di perut bagian bawah sejak 7 tahun yang lalu, benjolan dirasakan

semakin hari semakin membesar dan terasa “mbesesek”. Bila benjolan ditekan akan

terasa sakit. Pasien merasa sering cepat lelah. Tidak didapatkan kelainan pada siklus

menstruasi seperti siklus menstruasi normal (28 hari), nyeri saat menstruasi (+) terjadi

setiap hari pertama dan kedua menstruasi, dan volume darah menstruasi cukup.

Keputihan (-).

Informasi tambahan yang didapatkan adalah pasien mengaku sudah 10 tahun

menikah dan belum dikaruniani keturunan.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan ± 3 jari di bawah umbilicus,

teraba keras, batas tak jelas dengan diameter ± 10 x 10 cm dan nyeri tekan (+). Tidak

ditemukan perdarahan pada jalan lahir. Pada kasus ini, pemeriksaan dalam tidak

dilakukan.

Kemudian dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang, yang pertama adalah

pemeriksaan laboratorium. Hasilnya didapatkan dalam batas normal.

Dilanjutkan dengan pemeriksaan USG transabdominal dan transvaginal

didapat kesan massa mioma uteri di bagiann fundus dan corpus yang bersifat

subserosa.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang

dilakukan maka dapat ditegakkan diagnosis mioma uteri pada P0A0 dengan riwayat

infertile 10 tahun pada kasus ini.

Untuk penatalaksanaan, dilakukan miomektomi. Selama operasi berlangsung,

ternyata ditemukan mioma dengan jumlah lebih satu (diameter terkecil <5 mm hingga

ukuran terbesar 12x10x8 cm intramural).

Penulis setuju dengan penatalaksaan yang dilakukan pada kasus ini, yaitu

hanya mengangkat sarang mioma saja tanpa mengangkat uterus. Hal ini mengingat

riwayat infertile 10 tahun yang diderita pasien dan pasien sendiri masih berharap

untuk bisa memiliki keturunan.

Page 38: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

34

Hasil histopatologis juga menunjukkan massa uterus leiomioma dan tidak

ditemukan tanda-tanda keganasan. Sehingga diagnosis akhir yang dapat ditegakkan

adalah Mioma Uteri Multiple pada P0A0 dengan riwayat infertile 10 tahun pada kasus

ini.

Untuk instruksi post operasi, pemberian antibiotik dan anti nyeri untuk pasien

ini, dimana setelah pasien stabil obat injeksi dapat dihentikan dan diganti dengan obat

oral.

Page 39: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

35

BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus dengan Mioma Uteri Multiple pada P0A0

dengan riwayat infertile 10 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan yang dilakukan

diseusaikan dengan ukuran mioma, jenis mioma dan keadaan ibu.

Secara umum, penegakkan diagnosis maupun penatalaksanaan pada pasien

ini sudah tepat dan sesuai dengan teori.

Page 40: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

36

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC, pp:

94-97.

Bailliere. 2006. The epidemiology of uterin leiomyomas. 12: 169-176.

Bath RA, Kumar P. 2006. Experience with uterine leiomyoma at a teaching

referral hospital in India. Journal of Gynecologic Surgery 22: 143-150.

Baziad A. 2003. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta: Media Aesculapius, pp: 151-

157.

Cunningham, FG. 1995. Mioma uteri Obstetri William Edisi 18. Jakarta : EGC,

pp: 447-451.

Derek LJ. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta: Hipokrates,

pp: 263-266.

Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH agonis sebelum histerektomi. Mioma:

Farmacia 3:38-41.

Fradhan P, Acharya N, Kharel B. 2006. Uterine myoma: a profile of nepalese

women. NJ Obstet Gynaecol 1(2) : 47-50.

Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 2. Jakarta: EGC.

Goodwin SC, Spies TB. 2009. Uterin fibroid embolization. 361: 690-697.

Guyton AC. 2002. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.

Gross K, Morton C. 2001. Genetic and development of fibroid. 44: 355-349.

Hafiz R, Ali M, Ahmad M. 2003. Fibroids as a causative factor in menorrhagia

and its management. http://www. pmrc.org.pk/fibroid.htm. [Di akses : 20

Nopember 2007].

Hart MD, McKay D. 2000. Fibroids in Gynecology Ilustrated. London : Churchill

Livingstone.

Joedosapoetro MS. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka, pp: 38-41.

Jung JK, Ko MS, Jung BW. 1998. A clinical analysis of uterine myoma.

Koren J Obstet Gynecol. Leone FP, Lanzani C, Ferrazzi E. 2003. Use of strict

sonohysterographic methods for preoperative assessment of submucous

myomas. Fertility and Sterility 79(4) : 998-1002.

Manuaba B.G. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi

Edisi Kedua. Jakarta: EGC, pp: 309-312.

Page 41: 3 Presentasi Kasus Mioma Uteri Ayu

37

Marshall LM, Spiegelman D, Goldman MB. 1998. Sebuah studi prospektif faktor

reproduksi dan penggunaan kontrasepsi oral dalam kaitannya dengan risiko

leiomyoma rahim. 70: 432 – 439,

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta. Parker WH. 2007. Etiology, syptomatology and diagnosis of uterin

myomas. 87: 725-733.

Pradhan P, Acharya N, Kharel T, Manjin M. 2006. Myoma rahim sebuah profil

para wanita. 2: 47-50.

Ran Ok L, Gyung Il P, Jong Chul K. 2007. Clinic statistical observation of

uterine. Korean Medical Database.

Scott JR, Disala PJ, Hammond CB. 2002. Danforth Buku Saku Obstetric dan

ginekologi. Jakarta: Widya Medika, pp: 484-487.

Stewart AA, Faur AV, Wise LA. 2002. Predictors of subsequent surgery for uterin

leiomiomata after abdominal myomectomi. 99: 426-432

Stewart E. 2001. Fibroid rahim. 357: 293-298.

Swine, Smith. 2009. Uterine fibroids. http://www.emedicinehealth.com/uterine_

fibroids/article_em.htmFibroids%20overview. [Diakses tanggal 1 Mei

2009].

Thomason, Philip. 2008. Leiomyoma uterus (fibroid).http://emedicine.medscape

com/article/405676-overview. [Diakses tanggal 15 Maret 2009].

Verala J, Luo X, Xu J, William RS. 2003. Gen expression profile of leiomyoma.

10: 161-171.

Wiknjosastro H et al.,. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka, pp: 338-384.