260113-naskah akademik rancangan undang-undang tentang hukum acara pidana

Upload: joyo-gemblung

Post on 04-Jun-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    1/29

    NASKAH AKADEMIK

    RANCANGAN UNDANG-UNDANG

    NOMOR...TAHUN...

    TENTANG

    HUKUM ACARA PIDANA

    2012

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    2/29

    2

    PENGANTAR

    Sebelum suatu RUU apalagi yang sangat penting menemukan masa depan

    kehidupan hukum suatu bangsa berupa kodifikasi seperti KUHAP, perlu diadakan

    suatu diskusi yang menyeluruh baik nasional maupun internasional mengenaiRancangan. Tim Rancangan melakukan studi banding ke berbagai negara seperti

    Belanda, Perancis, Italia, dan Amerika Serikat. Beberapa pakar hukum pidana asing

    pun memberikan komentarnya mengenai Rancangan seperti Prof. Nico Kijzer dan

    Prof. Dr. Scahffmeisterdari Belanda, Prof. Dr. Iur. Stephen C. Thamandan Mr.

    Robert Strang dari Amerika Serikat, beberapa jaksa, hakim, polisi dan pejabat

    perundang-undangan Kementerian Kehakiman dari Perancis.

    Pendapat-pendapat mereka diharapkan lebih objektif karena mereka melihat

    Rancangan dari luar. Satu hal yang tidak dapat dihindari ialah adanya globalisasi

    bukan saja di bidang ekonomi, politik, budaya, tetapi juga di bidang hukum. Semakin

    hari semakin menggema secara internasional perlindungan terhadap hak asasi

    manusia. Peristiwa seperti terjadi di Tibet, Birma, Zimbabwe sekarang

    memperlihatkan kepada kita bahwa suatu bangsa yang kurang memperhatikan hak

    asasi manusia akan menjadi bulan-bulanan kritikan sampai pada ancaman boikot

    internasional.

    Kesediaan OPDAT (Office of Overseas Prosecutorial Development,

    Assistance and Training) dari Department of Justice Amerika Serikat untuk

    memfasilitasi beberapa pertemuan dan studi banding sepatutnya dihargai, dan

    menunjukkan juga betapa perhatian dunia luar kepada Indonesia, terutama dalam

    pembangunan hukum sangat besar. Studi banding ke Amerika Serikat diikuti oleh

    seluruh anggota Tim kecuali ketua Tim, Andi Hamzah, anggota Adnan Buyung

    Nasution dan Luhut Pangaribuan. Anggota Tim yang mengikuti studi banding adalah

    Abdul Wahid Masru (Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan), Suhariyono

    (Direktur Perancangan Peraturan Perundang-undangan), Indriyanto Senoadji (Dosen

    UI/Advokat), Mohammad Amari (Kejaksaan Agung), R.M. Panggabean (Mabes

    POLRI), Sri Hariningsih (Tenaga Ahli DPR), Teuku Nasrullah (Dosen UI/Advokat),

    dan Pocut Eliza (Sekretaris Tim).

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    3/29

    3

    Korporasi sudah menjadi subjek hukum pidana (materiel dan formil) sehingga

    membawa dampak yang luas dalam penegakan hukum. Berapa ratus korporasi asing

    yang menanam modalnya di Indonesia yang dengan sendirinya akan tunduk pada

    hukum (pidana/acara pidana) yang berlaku di Indonesia. Para Direktur yang

    memimpin korporasi akan bertanggung jawab pidana jika terjadi pelanggaran pidanayang dilakukan atas nama korporasi.

    Dalam menyusun rancangan, yang sangat penting diperhatikan ialah KUHAP

    menyangkut beberapa instansi, satu hal yang selalu harus diingat ialah jangan terbawa

    pada egoisme sektoral, tetapi apa yang terbaik bagi nusa dan bangsa kita.

    Harapan akan adanya penegakan hukum yang mulus di Indonesia seperti

    halnya antara tahun 1950 sampai 1959 sangat diharapkan.

    Tim Rancangan telah bekerja keras selama lebih dari 10 (sepuluh) tahun dan

    setiap tahun telah dilakukan sosialisasi kepada akademisi, hakim, polisi, jaksa dan

    pengacara.

    Tim telah melakukan studi banding di Amerika Serikat (Washington DC dan

    Saint Louis), bertemu dengan polisi, jaksa, hakim dan akademisi. Di Paris, bertemu

    denganjuge dinstruction (hakim penyidik),jugedesliberteetdela detention(hakim

    pembebasan dan penahanan), policejudiciaire (polisi judisial), polisi, jaksa, dan

    hakim. Ketua Tim (Prof. Dr. A. Hamzah, SH) bersama dengan anggota Ombudsman

    M. Surachman, SH, Peneliti Utama, telah melakukan studi banding di Den Haag,

    Amsterdam, Groningen, Leeuwaarden (Belanda), bertemu dengan jaksa, jaksa tinggi,

    hakim, dan melakukan patroli bersama dengan polisi lingkungan hidup. Melanjutkan

    studi banding di Hannover, Munchen, Bonn dan Berlin (Jerman), bertemu dengan

    hakim, jaksa, Jaksa Agung Jerman, dan mengunjungi penjara Tegel di Berlin, penjara

    narkoba di Parsberg, dari Berlin melanjutkan studi banding di Edinburg, Glasgow,

    Manschester, London (UK), bertemu Jaksa Tinggi Skotlandia, Jaksa Tinggi CPS,

    jaksa, hakim dan pejabat polisi Scotland Yard, pejabat VictimSupport, menghadiri

    sidang pengadilan di London, dari London menyeberang ke Brussels, Arlon, Liege,

    (Belgia), bertemu Sekretaris Jenderal Kementerian Kehakiman, kepala kejaksaan, dan

    policejudiciaire.Ketua Tim bersama dengan Jaksa Suhandjono, menghadiri sidang

    pengadilan distrik di San Francisco, mengunjungi penjara San Quintin, bertemu

    dengan Deputy Attorney General (Wakil Jaksa Agung) Amerika Serikat MrBrouwn

    di Washington, mengunjungi kantor pemberantasan narkoba, mengikuti kursus hukum

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    4/29

    4

    pembuktian di Stanford University bersama dengan hakim dari seluruh Amerika

    Serikat.

    Ketua Tim bersama dengan O.C. Kaligisdan M.Surachman, mengunjungi

    kantorRechtercommissarisdi Den Haag, Belanda, diskusi dengan pakar perbandingan

    hukum acara pidana Mr. P.A.M. Verrest, mengunjungi kantor Juge InstructiondiParis, dan diskusi dengan pakar Italia di Roma.

    Ketua Tim bersama dengan Dr. EryantowWahiddari Universitas Trisakti,

    mengunjungi Sydney dan Brisbane, Australia, berdiskusi dengan para guru besar di

    Sydney University, UTS, dan Griffith University. Dilanjutkan ke Beijing (RRC)

    mengikuti Kongres Pakar Hukum Pidana Sedunia.

    Dalam penyusunan Rancangan, telah pula ditelaah KUHAP Belanda, Belgia,

    Perancis, Italia, Jerman, Federasi Rusia, Georgia, Thailand, Malaysia, RRC, Jepang,

    dan Amerika Serikat.

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. LatarBelakang

    Sudah 31 (tiga puluh satu) tahun perjalanan Kitab Undang-Undang Hukum

    Acara Pidana yang merupakan ciptaan bangsa Indonesia menggantikan Herziene

    Inlands Reglement ciptaan pemerintah kolonial. Dalam perjalanan lebih seperempat

    abad itu terjadi kemajuan teknologi terutama di bidang komunikasi dan transportasi

    yang membawa akibat di bidang sosial, ekonomi, dan hukum termasuk hukum pidana.

    Dunia terasa makin sempit dan globalisasi di bidang ekonomi, keuangan, dan

    perdagangan memberi dampak pula di bidang hukum. Tidak satu negara pun dapat

    menutup diri rapat-rapat dari perubahan tersebut. Tercipta banyak konvensi

    internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia antara lain, United Nations

    Convention Against Corrruption, International Convention Against Torture dan

    International Covenant on Civil and Political Rights. Ikut pula hadir dalam

    penyusunan International Criminal Court. Semua konvensi tersebut lahir dan

    diratifikasi sesudah KUHAP, berkaitan langsung dengan hukum acara pidana.

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    5/29

    5

    Dalam covenantmengenai hak-hak sipil dan politik itu terkandung ketentuan

    yang berkaitan dengan hukum acara misalnya tentang hak-hak tersangka dan

    ketentuan mengenai penahanan yang diperketat. Berhubung dengan hal tersebut ada

    negara yang membuat KUHAP baru sama sekali seperti Italia, Rusia, Lithuania,

    Georgia, dan lain-lain. Ada pula yang mengubah KUHAP nya selaras denganperubahan yang mendunia tersebut seperti Austria.

    Pada tahun 2000, Perancis menyisipkan ketentuan baru mengenai hak asasi

    manusia, seperti hukum acara pidana harus fair dan adversarial dan

    menyeimbangkan hak-hak para pihak. Orang dalam situasi yang sama dan dituntut

    atas delik yang sama haruslah diadili berdasarkan aturan yang sama . Tersangka

    harus diberitahu tentang dakwaan kepadanya dan mendapat pembelaan. Seseorang

    yang didakwa harus dibawa ke pengadilan dan mendapat putusan dalam waktu yang

    wajar, dan seterusnya. Perancis pun menciptakan hakim khusus untuk melakukan

    penahanan yang disebut jugedesliberteatde ladetention(hakim pembebasan dan

    penahanan).

    Italia membuat KUHAP baru sama sekali pada tahun 1989 yang

    mengeluarkan jaksa dari kekuasaan kehakiman sehingga dianut sistem adversarial

    murni. Penuntut umum dan terdakwa diberi kedudukan seimbang sehingga tidak ada

    lagi berita acara yang dibuat oleh penyidik yang diserahkan kepada hakim. Hakim

    hanya menerima dakwaan dan daftar terdakwa dan saksi. Jadi benar-benar hakim

    berada di tengah-tengah antara pertarungan penuntut umum dan terdakwa beserta

    penasihat hukumnya. Para pihak dapat mengajukan saksi-saksi dan bukti lain di

    sidang pengadilan.

    Jepang telah memperkenalkan sistem baru, yaitu hakim karier dicampur

    dengan orang awam (laymen) yang disebut sistem campuran (hakim dan juri).

    Dari sanalah kita dapat menyimpulkan bahwa KUHAP harus diperbaharui

    sesuai dengan tuntutan zaman. Ada konsekuensi akibat diratifikasikannya beberapa

    konvensi internasional, misalnya tentang penahanan yang dilakukan oleh penyidik

    harus sesingkat mungkin dan segera dibawa kepada hakim. Amerika Serikat

    menafsirkan segera mungkin (promptly) adalah dua kali dua puluh empat jam. Di

    Eropa umumnya diartikan paling lama dua kali dua puluh empat jam kecuali untuk

    terorisme yang lamanya 6 (enam) hari atau 1 (satu) hari penangkapan ditambah 5

    (lima) hari penahanan. Ketika Tim Penyusun KUHAP mencantumkan waktu

    penahanan 15 (lima belas) hari oleh penyidik ditambah 1 (satu) hari penangkapan

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    6/29

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    7/29

    7

    menjadi cepat, tidak mengganggu hakim pengadilan negeri yang sibuk menyidangkan

    perkara pidana, perdata, dan lain lain. Ada pula wewenang jaksa berpindah ke Hakim

    Pemeriksa Pendahuluan, seperti perpanjangan penahanan yang 40 (empat puluh) hari

    berpindah ke Hakim Pemeriksa Pendahuluan menjadi 25 (dua puluh lima) hari.

    Semestinya ada lembaga antara penuntut umum dan hakim, yaitu HakimPemeriksa Pendahuluan. Pada bagian pembahasan akan ditunjukkan perbedaan antara

    Rechtercommisaris di Belanda dan Juge d instruction di Perancis di satu pihak

    dibanding Hakim Pemeriksa Pendahuluan yang diperkenalkan dalam Rancangan

    KUHAP.

    Beberapa masalah antara lain hubungan penyidik dan penuntut umum diatur

    sesuai dengan sistem peradilan terpadu bukan bersambung seperti sambungan

    domino. Masalah inilah yang paling sulit dirumuskan. Sekarang ini akibat bolak-

    baliknya berkas perkara antara penyidik dan penuntut umum, maka ribuan perkara

    tidak diketahui keberadaannya.

    Begitu pula tentang upaya hukum, yang pada prinsipnya adalah semua

    perkara yang masuk ke Mahkamah Agung terlebih dahulu melalui Pengadilan Tinggi.

    Pada Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung pun jaksa (Jaksa Tinggi dan Jaksa

    Agung) membacakan konklusinya. Aturan mengenai Peninjauan Kembali juga

    disederhanakan. Ketika Tim RUU-KUHAP berkunjung ke Perancis kami tanyakan

    berapa permohonan Peninjauan Kembali pertahun di Perancis, dijawab sepuluh

    tahun sekali. Di Indonesia setiap hari ada orang memohon PK. Putusan bebas dan

    bebas tidak murni yang dikembangkan oleh doktrin dan yurisprudensi Belanda

    mestinya dijelaskan agar tidak timbul salah mengerti dalam praktek.

    Kecenderungan ke sistem berimbang (adversary system) diperkenalkan,

    antara lain kedua pihak, baik penuntut umum maupun terdakwa dan penasihat

    hukumnya dapat menambah alat bukti baru di sidang pengadilan (seperti saksi a

    charge dan a de charge). Dengan sendirinya tidak diperlukan P 21 (pernyataan

    Penuntut Umum bahwa berkas telah lengkap) karena penuntut umum walaupun

    sidang sudah dimulai, masih dapat meminta bantuan penyidik untuk menambah

    pemeriksaan seperti pengajuan saksi baru untuk melawan saksi yang diajukan

    penasihat hukum. Jadi, benar-benar sistem ini mengharuskan penuntut umum dan

    penyidik bekerjasama erat untuk suksesnya penuntutan.

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    8/29

    8

    Inilah yang merupakan perubahan penting yang berbeda dengan KUHAP

    1981 yang menurut Mr. Robert Strang dari OPDAT, masih tetap sama dengan

    HIR dan KUHAP Belanda, kecuali beberapa perubahan.1

    2. Permasalahan Bagaimana menjalin ketentuan KUHAP dengan konvensi-konvensi

    internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia sehingga ketentuan

    KUHAP selaras dengan situasi dan kondisi Indonesia dengan tidak

    mengabaikan ketentuan yang universal.

    Bagaimana merumuskan ketentuan baru sebagai pengganti KUHAP 1981yang dapat diterapkan dalam penerapan hukum di Indonesia pada masa

    mendatang.

    3. TujuandanKegunaan

    Tujuan hukum acara pidana di masa depan ialah mencari kebenaran materiel,

    melindungi hak-hak dan kemerdekaan orang dan warganegara, menyeimbangkan hak-

    hak para pihak, orang yang dalam keadaan yang sama dan dituntut untuk delik yang

    sama harus diadili sesuai dengan ketentuan yang sama, mempertahankan sistem

    konstitusional Republik Indonesia terhadap pelanggaran kriminal, mempertahankan

    perdamaian dan keamanan kemanusiaan dan mencegah kejahatan.

    (The aim of the future Criminal Procedure Code is the pursue of objective

    truth , the protection of the rights and fr eedom of man and citi zen, preserves

    a balance between the r ights of the parties, persons in simil ar situation and

    prosecuted for the same offences shou ld be judged according to the same

    rules, the main tenance of consti tui onal system of the Republ ic of I ndonesia

    against criminal encroachment, the main tanance of peace and secur i ty of manki nd

    and the preventi on of crimes).

    Kegunaannya adalah para pejabat negara dan warganegara dalam rangka

    melakukan kewajibannya dalam penyidikan, penuntutan, peradilan, dan pembelaan di

    pengadilan menjalankan kewajibannya dengan mulus, beserta bagaimana masyarakat

    luas dapat memahami dan menghayati hukum acara pidana yang berlaku di

    Indonesia.

    1Robert Strang, More adversarial, but not completely adversarial: Reformation of the IndonesianCriminal Procedure Code, paper, hlm. 5

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    9/29

    9

    4. Metode PendekatanPenyusunan naskah akademis rancangan undang-undang ini menggunakan

    metode deskriptis analitis.

    BAB IIDASARPEMIKIRANPERLUNYAPENYUSUNANUNDANG-UNDANG

    HUKUMACARAPIDANABARU

    1. Dasar FilosofisPancasila sebagai Ursprungsnorm, sumber dari segala perundang-undangan

    di Indonesia, terutama sila kedua yang langsung berkaitan dengan KUHAP, yaitu

    Kemanusiaan yang adil dan beradab yang menunjukkan manusia sebagai makhluk

    ciptaan Tuhan yang Maha Esa, hidup bersama di planet ini untuk rukun dan damai.

    Batas-batas negara hanyalah ciptaan manusia yang tidak menjadi halangan segala

    bangsa untuk saling berinteraksi dalam kedamaian di bawah naungan tertib hukum.

    Sila ketiga Persatuan Indonesia menjadi dasar pula asas legalitas hukum acara

    pidana yang bersifat nasional bukan kedaerahan (lokal). Sila kelima Keadilan sosial

    bagi seluruh rakyat Indonesia, menunjukkan bahwa keadilan ekonomi-sosial menjadi

    dasar pula menuju keadilan hukum.

    Seluruh perangkat Undang-Undang Dasar 1945 menjadi landasan filosofis

    KUHAP, terutama tentang asas legalitas, perundangan-undangan tidak berlaku surut,

    persamaan di depan hukum, jaminan kepastian hukum dan seperangkat ketentuan

    tentang hak asasi manusia.

    2. Dasar Sosiologisdan Politis KUHAP disusun untuk tujuan keadilan dan kesejahteraan masyarakat serta

    adanya tertib dan kepastian hukum. Semua pihak sama di depan hukum

    dalam keadaan yang sama.

    Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat yang akan menunjangterlaksananya peradilan pidana yang baik.

    Strategi nasional untuk pencegahan dan pemberantasan kejahatan.

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    10/29

    10

    3. Dasar Yuridis UUD 1945 terutama Pasal 20 (tentang legislasi), Pasal 21 (hak DPR

    mengajukan Rancangan undang-undang), Pasal 22 (hak Presiden untuk

    mengajukan PERPU), Pasal 22A (tatacara pembentukan undang-undang),

    Pasal 24 (kekuasaan kehakiman), Pasal 24A (wewenang MahkamahAgung), Pasal 24C wewenang Mahkamah Konstitusi), Pasal 28A sampai

    dengan Pasal 28J (Hak asasi manusia).

    4. Dasar EkonomisSeluruh pasal di dalam KUHAP mengacu pada sistem peradilan cepat

    (speedy trial; contantejusti tie), sederhana dan biaya ringan. Perkenalan sistem

    peradilan cepat dituangkan antara lain dalam pengajuan perkara melalui jalur khusus,

    penyelesaian di luar acara (afdoening buiten proces), dalam upaya hukum, semua

    perkara kasus lewat Pengadilan Tinggi baru dapat diajukan permohonan kasasi ke

    Mahkamah Agung untuk mengurangi beban Mahkamah Agung.

    BAB III

    RUANGLINGKUPPERUBAHANKUHAP

    A. Asas legalitasYang pertama-tama dikemukakan di sini ialah ditegaskannya asas legalitas

    dalam Rancangan, sebagai padanan asas legalitas dalam KUHP atau hukum pidana

    materiel. Jadi, bukan asas legalitas sebagai lawan asas oportunitas yang akan

    diutarakan pula di belakang.

    Berlainan dengan asas legalitas dalam hukum pidana materiel yang

    tercantum di dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP, yang berbunyi: Tiada suatu perbuatan

    (feit) yang dapat dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan

    pidana yang ada sebelumnya. KUHP Indonesia (termasuk Rancangan) sama dengan

    KUHP Belanda memakai istilah wettelijk strafbepaling (perundang-undangan

    pidana) bukanstrafwet(undang-undang pidana). Ini berarti suatu peraturan yang lebih

    rendah dari undang-undang dalam arti formel, seperti Peraturan Pemerintah dan

    Peraturan Daerah dapat memuat rumusan delik dan sanksi pidana, sama dengan

    Belanda yang meliputi undang-undang dekrit raja dan peraturangemeente.

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    11/29

    11

    Dalam hukum acara pidana dipakai istilah undang-undang (wet) sehingga

    hanya dengan undang-undang dalam arti formel seseorang dapat ditangkap, ditahan,

    digeledah, dituntut, diadili, dst. Pasal 1 KUHAP (Sv). Belanda menegaskan hal ini

    yang berbunyi: Strafvordering heft alleen plaats op de wijze bij de wet

    voorzien. (Acara pidana dijalankan hanya menurut cara yang diatur oleh undang-undang). Jadi, tidak boleh suatu peraturan yang lebih rendah dari undang-undang

    dalam arti formel mengatur acara pidana.

    Cortens seorang pakar hukum acara pidana Belanda mengatakan, bahwa

    hukum pidana materiel bisa bersifat lokal, akan tetapi hukum acara bersifat nasional. 2

    Sengaja disalin Pasal 1 KUHAP Belanda karena rumusan asas legalitas

    dalam KUHAP 1981yang tercantum di dalam Pasal 3 kurang tepat rumusannya. Pasal

    itu berbunyi: Peradilandijalankan menurut cara dalam undang-undang ini.Keliru

    karena dipakai istilah peradilan yang meliputi peradilan perdata, pidana, administrasi,

    agama, militer, dst. Mestinya yang dipakai ialah peradilan pidana atau lebih tepat

    acara pidana. Menurut Joan Miller, criminaljusticesystem, luas artinya, mulai

    dari perencanaan undang-undang pidana sampai keluarnya narapidana dari penjara

    atau pemasyarakatan3. Sedangkan acara pidana mulai dari penyidikan sampai

    eksekusi. Sistem penjara atau pemasyarakatan tidak termasuk acara pidana sehingga

    tidak masuk dalam KUHAP.

    Kata ini harus dihapuskan pula karena ada ketentuan acara pidana diatur

    di luar KUHAP, seperti Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

    Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi, Undang-Undang Pengadilan HAM, dll.

    Jika dicantumkan kata ini artinya KUHAP, sehingga perlu ditambahkan

    lagi kata-kata dan undang-undang lain yang relevan, seperti KUHAP RRC. Pasal 3

    alinea kedua KUHAP RRC berbunyi : In conducting criminal procedure, the

    Peoples Court, the People Procurator and the public security organs must

    strictly observe this Law and any relevant stipulations of the laws. (Dalam

    melaksanakan acara pidana, Pengadilan Rakyat, Jaksa Rakyat, dan organisasi

    keamanan publik harus secara ketat memperhatikan undang-undang ini dan ketentuan

    lain yang relevan dari undang-undang lain) ketentuan alenia ketiga Pasal 3 KUHAP

    RRC itu mirip dengan Pasal 1 pendahuluan KUHAP Belgia yang mengatakan kecuali

    ditentukan lain dalam undang-undang, hanya pejabat yang diberi wewenang oleh

    undang-undang yang boleh menerapkan pidana (De Strafvordering tot toepassing

    2G.J.M. Cortens,HetNederlandsStrafprocesrecht, hlm. 133Joan Miller pada ceramahnya di Universitas Indonesia Jakarta, tahun 1988.

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    12/29

    12

    van de straffen kan niet worden uitgevoerd dan door ambtenaren die de wet

    daarmee belast).

    KUHAP Federasi Rusia tahun 2003 pada Pasal 8 ayat (2) juga merumuskan

    asas legalitas walaupun dengan susunan yang lain sebagai berikut: No one may be

    adjudge guilty of a crime or subjected to criminal punishment except pursuantto a court judgement and in accordance with the procedures established by

    this code.(Tidak ada seorang pun yang boleh dinyatakan bersalah melakukan suatu

    kejahatan atau tunduk pada pidana kriminal kecuali berdasarkan putusan pengadilan

    dan sesuai dengan acara yang diatur dalam kitab ini.).

    Yang tidak diatur di dalam hukum acara pidana ialah hukum transitoir,

    seperti Pasal 1 ayat (2) KUHP apabila ada perubahan perundang-undangan, maka

    yang diterapkan ialah ketentuan yang paling menguntungkan terdakwa. Jadi, menurut

    Schaffmeisterdan Keijzerdalam ceramahnya di Universitas Indonesia April 2006,

    apabila ada perubahan perundang-undangan dalam hukum acara pidana misalnya

    diperkenalkannya DNA sebagai alat bukti, maka dapat diterapkan kepada perkara

    yang sedang diperiksa walaupun ketika perbuatan dilakukan DNA belum merupakan

    alat bukti. Yang penulis tidak mengerti karena menurut mereka hal itu tidak berkaitan

    dengan undang-undang berlaku surut.

    Dasar fundamental hukum acara pidana ditambahkan juga seperti ketentuan

    Pasal 1 KUHAP Perancis yang baru ditambahkan pada tahun 2000.

    1. Hukum acara pidana haruslahfair, dan adversarialdan menjaga keseimbanganpara pihak.

    2. Haruslah dijamin pemisahaan penguasa yang bertanggung jawab ataspenuntutan dan yang bertanggung jawab dalam memutus.

    3. Orang dalam keadaan yang sama dan dituntut atas delik yang sama harus diadiliberdasarkan aturan yang sama.

    4. Kekuasaan yudisial menjamin bahwa korban diberitahu dan hak-haknyadihormati dalam seluruh proses pidana.

    5. Setiap orang yang disangka atau dituntut dianggap tidak bersalah sepanjangkesalahannya belum ditentukan.

    Semua ini menyangkut hak-hak asasi manusia yang sudah terkandung di dalam

    konvensi-konvensi internasional dan juga UUDNRI Tahun 1945.

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    13/29

    13

    B. Hubunganpenyidikdanpenuntutumumlebihdiakrabkan.Dalam praktek sekarang ini terjadi berkas bolak-balik antara penyidik dan

    penuntut umum yang sebagian (dalam jumlah besar) tidak lagi muncul ke pengadilan.

    Hal ini menurut Prof. Oemar Seno Adji dalam beberapa kali kesempatan, sangat

    merugikan pencari keadilan. Ada P 19 yaitu pengembalian berkas ke penyidikuntuk dilengkapi (yang sebagian tercecer tidak tahu rimbanya), ada P 21 yang

    menyatakan bahwa berkas perkara sudah lengkap, yang membebaskan penyidik dari

    urusan berkas itu selanjutnya.

    Demikian, sehingga dalam Rancangan, pada saat penyidikan dimulai dan

    diberitahukan kepada penuntut umum, penuntut umum sudah memberi petunjuk,

    bukan ketika berkas sudah selesai disusun oleh penyidik. Petunjuk pun tidak perlu

    tertulis, boleh secara lisan, SMS, telepon, e-mail. Di Perancis ada jaksa yang piket

    menunggu telepon dari penyidik dimulainya penyidikan dan langsung memberi

    petunjuk. Oleh karena itu dalam PP pelaksanaan KUHAP akan ditunjuk jaksa zona

    yang akan memberi petunjuk perkara yang terjadi di zonanya, sama dengan di

    Belanda. Jadi, lebih memudahkan penyidik menghubungi. Jaksa zona yang

    wilayahnya (bukan kantornya) per kecamatan (POLSEK). Menurut pendapat Penulis,

    untuk perkara kecil tidak perlu diberitahu jaksa tentang dimulainya penyidikan dan

    jaksa memberi petunjuk, hanya untuk perkara serius atau sulit pembuktiannya secara

    yuridis. Apalagi dengan diperkenalkannya sistem adversarial yang penuntut umum

    boleh menambah alat bukti (saksi) pada saat sidang sudah dimulai. Jadi, berkas

    perkara tidak sepenting sekarang ini, karena pada prinsipnya pembuktian terjadi

    di sidang pengadilan.

    C. PenahananSelama Tim menyusun RUU-KUHAP dari tahun 2000 sampai 2006 sistem

    penahanan hampir tidak berubah dari yang tercantum di dalam KUHAP 1981.

    Bahkan dicantumkan penyidik lebih lama dapat melakukan penahanan dari 20 (dua

    puluh) hari menurut KUHAP 1981 menjadi 30 (tiga puluh) hari. Akan tetapi sejak

    diratifikasikannya International Covenant on Civil and Political Rights yang

    menunjukkan pada Pasal 9 bahwa jika penyidik melakukan penangkapan, maka

    promptly harus membawa tersangka (secara fisik) ke hakim yang akan melakukan

    penahanan. Kami diingatkan oleh pakar Amerika Serikat Prof. Dr. iur. Stephen C.

    Thamanyang datang ke Indonesia bahwa promptly itu artinya maksimum 2 X 24

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    14/29

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    15/29

    15

    kedua menegaskan bahwa apabila ketentuan perjanjian internasional yang Federasi

    Rusia menjadi pihak menciptakan peraturan yang lain dari yang secara khusus diatur

    dalam Kitab ini, maka ketentuan perjanjian internasional itu yang wajib diterapkan

    (I f i nternational treaty to which the Russian Federation i s a party establishes rules

    dif ferent f rom those specif ied by thi s Code, the rul es of international tr eaty shal lapply).

    Sebenarnya alasankomunikasi sangat sulit di Indonesia, semakin hari

    semakin luntur, karena semakin hari semakin baik. Di samping itu, daerah terpencil

    seperti Morotai yang angkutan ke ibukota kabupaten di Tobelo Halmahera

    memerlukan puluhan jam, dalam proses pemekaran akan menjadi kabupaten juga.

    Demikian pula kepulauan tukang besi di Sulawesi Tenggara juga dalam proses

    menjadi kabupaten. Setiap ibu kota Kabupaten tentu ada POLRES, Kejaksaan

    Negeri, Pengadilan Negeri dan dengan sendirinya diikuti dengan Hakim Pemeriksa

    Pendahuluan.

    D. PenyadapanPenyadapan diperkenalkan dalam Rancangan, akan tetapi diberi persyaratan

    yang ketat. Pasal 83 ayat (1) Rancangan berbunyi : Penyadapan pembicaraan

    melalui telepon atau alat telekomunikasi yang lain dilarang, kecuali dilakukan

    terhadap pembicaraan yang terkait dengan tindak pidana serius atau diduga keras

    akan terjadi tindak pidana serius tersebut, yang tidak dapat diungkap jika tidak

    dilakukan penyadapan.

    Jadi, pada prinsipnya penyadapan dilarang. Penyadapan dengan demikian

    bersifat pengecualian. Tindak pidana serius dijelaskan dalam Pasal 83 ayat (2)

    Rancangan. Adalah tindak pidana :

    a. terhadap keamanan Negara (Bab I Buku II KUHP);b. perampasan kemerdekaan/penculikan (Pasal 333 KUHP);c. pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP);d. pemerasan (Pasal 368 KUHP);e. pengancaman (Pasal 368 KUHP);f. perdagangan orang;g. penyelundupan;h. korupsi;i. pencucian uang;

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    16/29

    16

    j. pemalsuan uang;k. keimigrasian;l. mengenai bahan peledak dan senjata api;m. terorisme;n.

    pelanggaran berat HAM;

    o. psikotropika dan narkotika; danp. pemerkosaan.

    Penyadapan pun dilakukan dengan perintah tertulis atasan penyidik setempat

    setelah mendapat izin Hakim Pemeriksa Pendahuluan. Dengan demikian, tidak ada

    kecuali, KPK pun melakukan penyadapan harus dengan izin Hakim Pemeriksa

    Pendahuluan. Pengecualian izin Hakim Pemeriksa Pendahuluan dalam keadaan

    mendesak dibatasi dan tetap dilaporkan kepada hakim melalui penuntut umum.

    E. Sistem Penuntutandan Penyelesaian Perkara di Luar PengadilanHal lain yang juga berubah, ialah sistem penuntutan, walaupun seperti

    halnya di Belanda, penuntutan pidana dimonopoli oleh jaksa. Dengan demikian,

    sistem yang berlaku di Indonesia sama dengan di Belanda, jaksa dominus litis

    penuntutan. Berbeda dengan England, Perancis, Belgia, Rusia, Thailand, RRC dan

    Filipina yang swasta (korban) langsung dapat melakukan penuntutan ke pengadilan

    tanpa melalui penyidik dan jaksa. Biasanya hanya untuk perkara ringan, seperti

    penghinaan, penganiayaan (ringan), penipuan, dan lain lain. Di Thailand ada tiga

    macam penuntutan, yaitu yang dilakukan oleh penuntut umum (public prosecutor),

    swasta atau korban dan gabungan antara swasta (korban) dan jaksa yang disebut joint

    prosecution. Hal ini disebabkan karena penuntutan pidana itu memerlukan keahlian

    teknis-yuridis. Belum terpikirkan untuk memperkenalkan private prosecution di

    Indonesia, karena hal itu berarti akan merombak seluruh sistem acara pidana.

    Oleh karena Indonesia menganut asas oportunitas sama dengan Belanda,

    Perancis, Jepang, Korea, Israel dll, maka diperkenalkan penyelesaian perkara di luar

    pengadilan (afdoening buiten proces). Hal ini sesuai dengan asas peradilan cepat,

    biaya murah dan sederhana. Asas oportunitas secara global diartikan The public

    prosecutor may decide conditionally or unconditionally to make prosecution to court

    or not. (Penuntut umum boleh menentukan menuntut atau tidak menuntut ke

    pengadilan dengan syarat atau tanpa syarat.).

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    17/29

    17

    Penyelesaian di luar pengadilan tercantum di dalam Pasal 42 ayat (2) dan (3)

    Rancangan. Pasal 42 ayat (2) RUU KUHAP berbunyi: Penuntut umum juga

    berwenang demi kepentingan umum dan/atau alasan tertentu menghentikan

    penuntutan baik dengan syarat maupun tanpa syarat. Pasal 42 ayat (3) RUU

    KUHAP menyebut syarat-syarat itu sebagai berikut:a. tindak pidana yang dilakukan bersifat ringan;

    b. tindak pidana yang dilakukan diancam dengan pidana penjara paling lama 4(empat) tahun;

    c. tindak pidana yang dilakukan hanya diancam dengan pidana denda;d. umur tersangka pada waktu melakukan tindak pidana di atas tujuh puluh tahun;

    dan/atau

    e. kerugian sudah diganti.Tindak pidana bersifat ringan, misalnya menipu (Pasal 378 KUHP) yang

    ancaman pidananya maksimum empat tahun penjara sebesar 10 (sepuluh) juta rupiah

    untuk membayar biaya rumah sakit, kemudian telah membayar kepada korban.

    Dengan demikian, korban pun mendapat kembali uangnya, daripada penipu ini masuk

    penjara dan uang tidak kembali. Penyelesaian seperti ini termasuk peradilan restoratif

    (restorativejustice), adanya perdamaian antara korban dan pelaku.

    Di Belanda, maksimum ancaman pidana yang dapat diselesaikan di luar

    pengadilan ialah 6 (enam) tahun penjara yang dengan sendirinya termasuk delik

    pencurian, misalnya mengutil sekaleng susu di super market untuk bayinya

    sedangkan dia tidak mempunyai uang, belum pernah melakukan tindak pidana

    sebelumnya, lalu dia telah membayar supermarket itu. Persyaratan lain misalnya

    dia belum pernah dipidana sebelumnya. Oleh karena Pasal 42 Rancangan menyebut

    maksimum pidana 4 (empat) tahun penjara, maka pencurian yang ancaman pidananya

    5 (lima) tahun penjara tidak termasuk penyelesaian di luar pengadilan, kecuali pelaku

    yang berumur 70 (tujuh puluh) tahun atau lebih.

    Pasal 25 KUHAP Federasi Rusia yang baru (tahun 2003) yang berjudul

    penyampingan perkara dengan alasan antara para pihak (tersangka dan korban) telah

    terjadi perdamaian dengan ganti kerugian. Pasal 25 itu berbunyi:

    A court or procurator or an investigator, or an inqui ry off icer acting with the

    consent of a procurator, may on the request of the victim or hi s legal guardian,

    dismiss criminal case againt a person who is suspected or accused of having

    committed a minor or moderately serious crime in cases in article 76 of the

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    18/29

    18

    Criminal Code of the Russian Federation and the person has reached

    a settlement with the victim and has compensated the victim for his loss.

    (Pengadilan atau jaksa atau penyidik atau perwira pemeriksa dengan persetujuan

    jaksa, boleh dengan permohonan korban atau penasihat hukumnya menyampingkan

    perkara pidana terhadap seseorang yang disangka atau didakwa telah melakukankejahatan ringan atau kurang serius yang tersebut di dalam Pasal 76 KUHP Federasi

    Rusia, dan orang itu telah mencapai penyelesaian dengan korban dan telah mengganti

    kerugian yang diderita korban.).

    Pasal 76 KUHP Federasi Rusia itu menyebut maksimum pidana penjara

    sepuluh tahun. Jadi, lebih berat daripada di Belanda yang dibatasi untuk delik yang

    diancam dengan pidana penjara maksimum enam tahun berdasarkan Undang-Undang

    yang mulai berlaku di Belanda sejak 1 Mei 1983. Perancis menentukan pidana penjara

    maksimum lima tahun yang dapat diselesaikan di luar pengadilan.

    Penyelesaian di luar pengadilan ini termasuk konsep peradilan restoratif

    (restorativejustice). Hukum Islam mengenal restorativejusticebahkan sampai delik

    berat seperti pembunuhan yang disebut diyat. Akan tetapi ada perbedaan karena

    penyelesaian di luar pengadilan (afdoeningbuitenproces) hanya untuk delik ringan

    dan motifnya pun harus ringan.

    Asas oportunitas yang disebut di dalam undang-undang Kejaksaan, benar-

    benar untuk kepentingan umum termasuk delik berat, akan tetapi hanya Jaksa Agung

    yang boleh menerapkannya.

    Dalam Pasal 42 Rancangan, hanya delik ringan yang ancaman pidananya 4

    (empat) tahun penjara ke bawah kecuali pelaku yang berumur 70 tahun ke atas

    ancaman pidananya maksimum 5 (lima) tahun penjara.

    Bahkan Rusia mengenal sistem pengakuan terdakwa atas semua dakwaan

    dan terdakwa mohon langsung dijatuhi pidana tanpa ada sidang pengadilan. Hal itu

    diatur di dalam Pasal 314 KUHAP Rusia yang pada ayat (1) berbunyi: Terdakwa

    berhak, dengan tunduk pada persetujuan penuntut umum atau private prosecution

    (penuntut perorangan) dan korban, untuk menyetujui dakwaan yang diajukan

    terhadapnya dan mengajukan mosi (permohonan) untuk memutuskan tanpa

    pengadilan dalam perkara pidana yang keputusannya ditetapkan dalam KUHP

    Federasi Rusia tidak melebihi sepuluh tahun penjara. Ayat (7) mengatakan pidana

    yang dijatuhkan tidak boleh melebihi 2/3 dari yang ditentukan untuk kejahatan itu.

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    19/29

    19

    Jadi, ada keuntungan (bargain) jika seseorang mengaku. Ketentuan seperti

    itu belum diakomodasikan di dalam Rancangan KUHAP, karena merupakan hal baru

    sama sekali yang tidak ditemui dalam KUHAP negara lain, yang mungkin orang

    Indonesia menganggap ketentuan seperti itu terlalu canggih.

    Swedia yang menganut asas legalitas dalam penuntutan sebagai lawan asasoportunitas, namun mengenal jaksa dapat langsung menerapkan pidana yang bersifat

    ringan, misalnya denda tanpa melalui pengadilan.4 Jadi, Swedia tidak menerapkan

    triaspolitica secara ketat karena jaksa dapat mengenakan sanksi tanpa melalui

    pengadilan. Dengan demikian, pengenaan sanksi ringan terhadap delik ringan tidak

    berkaitan dengan asas oportunitas, karena Swedia menganut asas legalitas dalam

    penuntutan bukan asas oportunitas. Begitu juga dengan Norwegia yang menciptakan

    KUHAP baru pada tahun 1986, jaksa dapat menjatuhkan pidana tanpa persetujuan

    hakim yang disebutpatale unnlatese5. Belanda telah menentukan, bahwa jaksa dapat

    menyampingkan perkara yang diancam dengan pidana tidak lebih dari enam tahun

    dengan pembayaran denda administratif.

    Pada pendahuluan telah dikemukakan akan dibentuknya Hakim Pemeriksa

    Pendahuluan yang akan mengganti peran praperadilan yang tidak efektif. Hakim

    Pemeriksa Pendahuluan ini tidak persis sama dengan yang ada di Eropa. Seperti

    Rechtercommissarisdi Belanda,judge dinstructiondi Perancis Giudice istructtoredi

    Italia dulu, Inschuhungrichter di Jerman dulu dan Magistrate (Negara bagian) dan

    judicial commissioner (federal) di Amerika Serikat. Hakim Pemeriksa Pendahuluan

    versi Rancangan KUHAP tidak melakukan penyidikan sebagaimana terjadi di

    Perancis. Di Indonesia karena penegak hukum selalu dicurigai, maka keputusan jaksa

    untuk tidak melakukan penuntutan sering dipermasalahkan. Sebaliknya di negara-

    negara Eropa dan Amerika Utara justru masalah crucial ialah ketika jaksa

    memutuskan untuk menuntut terdakwa ke pengadilan, bukan ketika hendak

    menghentikan penuntutan.

    Oleh karena itu di Eropa dan Amerika dibentuk investigating judge atau

    investigating magistrate. Maksudnya ialah mengimbangi jaksa yang sangat dominan

    sebagai master of procedureatau dominus litis. Maksudnya ialah menyaring perkara-

    perkara besar dan menarik perhatian masyarakat yang akan diajukan oleh jaksa ke

    pengadilan.

    4

    Peter P.J.Tak (ed) Task and powers of the prosecutioin services in the EU member states,hlm. 429.5David Fogel, On doing less harm, hlm. 237..

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    20/29

    20

    Dengan adanya lembaga penyaring di samping hakim (trialjudge) maka

    dapat dihindari penuntutan yang sewenang-wenang yaitu karena alasan pribadi atau

    alasan balas dendam, atau yang khusus Indonesia penuntut umum ingin dikatakan

    berhasil dengan sistem target. Penuntutan menurut cara itu disebut malice

    prosecutionatau penyalahgunaan penuntutan (abuse of prosecution) yang tidak dapatdibenarkan oleh hakim.

    F. Hakim Pemeriksa Pendahuluan

    Pada pendahuluan sudah dikemukakan bahwa dalam Rancangan diperkenalkan

    lembaga baru yaitu Hakim Pemeriksa Pendahuluan. Sebenarnya isinya bukan hal

    baru, tetapi lebih merupakan revitalisasipraperadilan yang sudah ada dalam KUHAP

    1981. Hakim Pemeriksa Pendahuluan di dalam Rancangan ini berbeda sama sekali

    dibanding dengan Rechtercommissaris di Belanda atau juge d instruction di

    Perancis atau Inschuhungsrichter dulu di Jerman atau Giudice Istructtore dulu di

    Italia. Hakim Pemeriksa Pendahuluan versi Rancangan sama sekali tidak memimpin

    penyidikan sebagaimana rechtercommissaris di Belanda ataujuge dinstruction di

    Perancis. Kedua lembaga di Belanda dan Perancis itu bersifat inquisitoir, sedangkan

    kecenderungan dunia sekarang mengarah ke sistem adversarial, artinya kedudukan

    penuntut umum dan terdakwa beserta penasihat hukumnya di pengadilan berimbang.

    Italia telah menghapus giudice istructtore (model Hakim Pemeriksa Pendahuluan

    Perancis dan Belanda) dan menggantikannya dengan lembaga baru yang disebut

    giudice per le indagini preliminary (bahasa Indonesia: Hakim Pemeriksa

    Pendahuluan). Jerman pun telah menghapus lembaga inschuhungsrichter model

    Hakim Pemeriksa Pendahuluan Belanda dan Perancis.

    Secara kebetulan tanpa sengaja meniru, Hakim Pemeriksa Pendahuluan versi

    Rancangan mirip dengan lembaga baru di Italia itu. Lembaga ini sama sekali tidak

    memimpin penyidikan, akan tetapi sama dengan praperadilan yang wewenangnya

    diperluas dan dimandirikan.

    Dengan demikian, lembaga Hakim Pemeriksa Pendahuluan versi

    Rancangan tidak dapat diterjemahkan ke bahasa Inggeris menjadi investigating

    judge. Terjemahan ke bahasa Inggris ialah CommissionerJudge.

    Tujuan dulu dibentuk investigating judge ialah untuk mengimbangi jaksa

    yang terlalu dominan sebagai masterofprocedure atau dominus l it is. Maksudnya

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    21/29

    21

    ialah menjaring perkara-perkara besar dan menarik perhatian masyarakat yang akan

    diajukan jaksa ke pengadilan.

    Seperti dikemukakan di Pendahuluan, adanya lembaga penyaring, di samping

    hakim sidang (trialjudge) maka dapat dihindari penuntutan yang sewenang-wenang

    karena alasan pribadi atau balas dendam.

    Oleh karena itu, salah satu wewenang Hakim Pemeriksa Pendahuluan versi

    Rancangan ialah menentukan layak tidak layaknya suatu perkara diajukan ke

    pengadilan atas permohonan jaksa (pretrial). Dengan demikian, jika jaksa tidak

    menuntut dan terjadi desakan masyarakat awam, jaksa dapat menunjuk putusan

    Hakim Pemeriksa Pendahuluan. Namun demikian, jika kemudian ditemukan bukti

    baru, dapat diajukan lagi ke Hakim Pemeriksa Pendahuluan agar penuntutan dapat

    dilakukan. Dalam pemeriksaan itu, tersangka dan saksi dapat didengar keterangannya

    begitu pula konklusi penuntut umum.

    Dengan adanya Hakim Pemeriksa Pendahuluan maka diharapkan dapat dicapai

    tujuan hukum acara pidana yakni dueprocessof law atau behoorlijkprocesrecht.

    Tujuan hukum acara pidana ialah mencari kebenaran materiel (objective truth) dan

    melindungi hak asasi terdakwa jangan sampai terjadi orang tidak bersalah dijatuhi

    pidana di samping perhatian kepada korban kejahatan.

    Alat bukti tidak boleh diperoleh secara melawan hukum. Pemancingan tidak

    dibolehkan (kasus seperti Mulyana Kusumah dilarang di Perancis dan Italia). Hasil

    penyidikan adalah rahasia (secret dinstruction). Dilarang keras penyidik

    membeberkan hasil penyidikan. Pasal 434-7-2 CodePenalmengancam pidana bagi

    orang yang membocorkan hasil penyidikan.Terbalik di Indonesia, masyarakat

    menghendaki penyidikan transparan. Tujuan penyidikan adalah rahasia, ialah

    menjaga praduga tak bersalah (Inggris: presumption of innocence, Belanda:

    presumptievanonschuldig, Perancis: presumptiondinnocence).Di samping itu,

    juga untuk kepentingan penyidikan sendiri jangan sampai tersangka menghilangkan

    alat-alat bukti atau mempengaruhi saksi.

    Wewenang Hakim Pemeriksa Pendahuluan diatur di dalam Pasal 111 ayat (1)

    Rancangan berupa menetapkan atau memutuskan:

    a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan ataupenyadapan;

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    22/29

    22

    b. pembatalan atau penangguhan penahanan;c. bahwa keterangan yang dibuat oleh tersangka atau terdakwa dengan melanggar

    hak untuk tidak memberatkan diri sendiri;

    d. alat bukti atau pernyataan yang diperoleh secara tidak sah tidak dapat dijadikanalat bukti;

    e. ganti kerugian dan/atau rehabilitasi untuk seseorang yang ditangkap atau ditahansecara tidak sah atau ganti kerugian untuk setiap hak milik yang disita secara

    tidak sah;

    f. tersangka atau terdakwa berhak untuk atau diharuskan untuk didampingi olehpengacara;

    g. bahwa penyidikan atau Penuntutan telah dilakukan untuk tujuan yang tidak sah;h. penghentian Penyidikan atau penghentian Penuntutan yang tidak berdasarkan

    asas oportunitas;

    i. layak atau tidak layak suatu perkara untuk dilakukan Penuntutan ke pengadilan;j. pelanggaran terhadap hak tersangka apapun yang lain yang terjadi selama tahap

    penyidikan.

    Sebenarnya, hampir semua wewenang ini sudah dimiliki oleh hakim

    praperadilan, kecuali yang tersebut pada butir c, d. f, g, i dan j.

    Beberapa wewenang yang berdasarkan KUHAP 1981 ada di tangan atau

    mestinya diberikan kepada ketua Pengadilan Negeri dibebankan kepada Hakim

    Pemeriksa Pendahuluan seperti izin penggeledahan, penyitaan, penyadapan. Begitu

    pula perpanjangan penahanan dalam tahap penyidikan dan penuntutan yang

    dilakukan oleh penuntut umum selama 40 (empat puluh) hari, berpindah ke Hakim

    Pemeriksa Pendahuluan selama 25 (dua puluh lima) hari, selanjutnya diperpanjang

    oleh hakim Pengadilan Negeri selama tiga kali 30 (tiga puluh) hari, walaupun

    formulir diisi dan diajukan oleh penuntut umum.

    Hakim Pemeriksa Pendahuluan diangkat oleh Presiden atas usul Ketua

    Pengadilan Tinggi setempat untuk masa dua tahun yang dapat diperpanjang selama

    satu periode. Selama menjabat, Hakim Pemeriksa Pendahuluan dibebaskan dari tugas

    mengadili semua jenis perkara dan tugas lain yang berhubungan dengan tugas

    Pengadilan Negeri. Inilah perbedaan antara Hakim Pemeriksa Pendahuluan dan hakim

    praperadilan. Selama menjabat Hakim Pemeriksa Pendahuluan lepas dari kaitan

    dengan ketua Pengadilan Negeri. Hakim Pemeriksa Pendahuluan tidak berkantor di

    Pengadilan Negeri akan tetapi di RUTAN atau di dekat RUTAN. Hal ini agar

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    23/29

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    24/29

    24

    terlebih dahulu. Pasal 152 (5): Apabila hakim menyetujui saksi dan ahli yang

    diminta oleh Penasihat hukum untuk dihadirkan, maka hakim memerintahkan kepada

    Penuntut Umum untuk memanggil saksi dan ahli yang diajukan oleh Penasihat

    Hukum tersebut. Pasal 152 (10): Setelah pemeriksaan terdakwa, Penuntut Umum

    dapat memanggil saksi atau ahli tambahan untuk menyanggah pembuktian daripenasihat hukum selama persidangan.

    Dalam ketentuan tersebut nyata kecenderungan ke arah adversarial, yang

    menyebabkan penuntut umum benar-benar menguasai hukum acara dan hukum

    pidana materiel di samping sikap, wibawa, suara dan taktik yang mantap.

    H. Alat-AlatBukti

    Alat bukti berubah, sehingga berdasarkan Pasal 177 Rancangan alat bukti yang

    sah mencakup:

    a. barang bukti;b. surat-surat;c. bukti eletronik;d. keterangan seorang ahli;e. keterangan seorang saksi;f. keterangan terdakwa;g. pengamatan hakim.

    Yang baru ialah barang bukti yang lazim disebut di Negara lainreal evidence

    atau material evidence, yaitu bukti yang sungguh-sungguh. Disebut surat-surat

    (jamak) maksudnya ialah jika ada seratus surat, dihitung sama dengan satualat bukti

    Sebaliknya, disebut seorang ahli atau seorang saksi maksudnya jika ada dua saksi

    maka memenuhi bukti minimum dua alat bukti. Ini sama dengan KUHAP Belanda

    yang menyebut geschriftelijke bescheiden (surat-surat) dan verklaringen van een

    getuige(keterangan seorang saksi). Bukti elektronik misalnya e-mail, SMS, foto, film,

    fotokopi, faximail, dst.

    Sengaja keterangan saksi ditempatkan bukan pada urutan satu (sama dengan

    KUHAP Belanda) agar jangan dikira jika tidak ada saksi tidak ada alat bukti.

    Keterangan terdakwa berbeda dengan pengakuan terdakwa. Alat bukti petunjuk

    yang berasal dari KUHAP Belanda tahun 1838 yang sudah lama diganti dengan eigen

    waarneming va de rechter (pengamatan hakim sendiri) berupa kesimpulan yang

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    25/29

    25

    ditarik dari alat bukti lain berdasarkan hasil pemeriksaan di sidang pengadilan. Di

    Amerika Serikat disebut judicialnotice. Tidak ada KUHAP di dunia yang menyebut

    petunjuk (Belanda: aanwijzing; Inggris: indication) sebagai alat bukti kecuali

    KUHAP Belanda dahulu (1838); HIR dan KUHAP 1981).

    Dalam requisitoirnya penuntut umum dapat menguraikan dan menjelaskan hal-hal yang terjadi di sidang pengadilan dan memberi kesimpulan dari semua alat bukti

    yang telah dikemukakan, untuk memancing opini hakim yang menjurus kepada

    adanya bukti berupa pengamatan hakim sendiri.

    H. UpayaHukumSecara prinsip semua perkara harus melalui Pengadilan Tinggi (banding)

    terlebih dahulu untuk selanjutnya dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Jadi,

    berbeda dengan KUHAP 1981, Rancangan membolehkan permohonan banding

    terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum untukkemudian dapat diajukan

    kasasi. Harus dicegah Mahkamah Agung berfungsi sebagai Pengadilan Negeri

    seluruh Indonesia. Putusan Mahkamah Agung tidak menyangkut fakta atau

    pembuktian, melainkan menyangkut penerapan hukum. Oleh karena itu, sama dengan

    beberapa KUHAP negara lain, putusan Mahkamah Agung tidak boleh lebih berat

    daripada putusan Pengadilan Tinggi kecuali jika pengadilan yang lebih rendah itu

    memutus lebih ringan daripada minimum khusus. Misalnya, pelanggaran berat HAM

    yang minimum khususnya 10 (sepuluh) tahun penjara kemudian pengadilan yang

    lebih rendah dari Mahkamah Agung memutus 3 (tiga) tahun penjara, berarti salah

    menerapkan hukum, sehingga Mahkamah Agung memutus 10 (sepuluh) tahun penjara

    atau membebaskan terdakwa karena delik yang terbukti bukan pelanggaran berat

    HAM.

    Upaya hukum Peninjauan Kembali juga diubah sehingga menjadi hanya

    berdasarkan 2 (dua) alasan, yaitu ada novumatau putusan yang saling bertentangan.

    Salah atau keliru penerapan hukum bukanlah merupakan alasan PK. Jika benar-benar

    terjadi keliru penerapan hukum kemudian terdakwa dijatuhi pidana atau salah

    kualifikasi sehingga dijatuhi pidana lebih berat daripada seharusnya, maka upayanya

    adalah permohonan grasi kepada Presiden yang dapat diajukan oleh Jaksa Agung

    yang mewakli masyarakat. Di Thailand tidak ada aturan PK dalam KUHAP, jika ada

    novum, putusan saling bertentangan, salah penerapan hukum sehingga orang dijatuhi

    pidana, maka diajukan permohonan grasi kepada Raja.

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    26/29

    26

    Ditegaskan dalam Rancangan hanya jika terdakwa dijatuhi pidanadapat

    diajukan PK, artinya putusan bebas dan lepas dari segala tuntuan hukum tidak

    dapat diajukan PK. Ketentuan ini bersifat universal.

    Mahkamah Agung memutuskan PK diterima ataukah tidak. Yang memutuskan

    apakah putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum, tuntutan Penuntut Umumtidak dapat diterima ataukah dipidana lebih ringan dari putusan sebelumnya adalah

    pengadilan negeri, sebagai konsekuensi Mahkamah Agung tidak memeriksa fakta

    tetapi penerapan hukum (hal ini sama dengan konsep yang ada dalam KUHAP

    Belanda).

    J. Perkenalan pleabargaining

    Hal ini tercantum di dalam 197 Rancangan yang berjudul jalur khusus. Pada

    saat Penuntut Umum membacakan surat dakwaan, terdakwa mengakui semua

    perbuatan yang didakwakan dan mengaku bersalah melakukan tindak pidana yang

    ancaman pidana yang didakwakan tidak lebih dari tujuh tahun penjara, Penuntut

    Umum dapat melimpahkan perkara ke sidang acara pemeriksaan singkat. Pidana yang

    dijatuhkan tidak boleh lebih dari 2/3 dari maksimum. Di sinilah letak pengakuan yang

    memberi keuntungan (semacam pleabargaining). Hakim dapat menolak pengakuan

    ini dan meminta Penuntut Umum mengajukan ke sidang pemeriksaan biasa.

    K. Saksi Mahkota (KROONGETUIGE: CROWN WI TNESS)

    Salah satu hal yang paling sering disalahmengerti ialah saksi mahkota. Ada

    yang mengartikan saksi mahkota ialah jika para terdakwa bergantian menjadi saksi

    atas kawan berbuatnya. Justru hal itu dilarang karena berarti selfincrimination.

    Sebagai saksi dia disumpah, jadi jika dia berbohong dia bersumpah palsu, padahal dia

    juga terdakwa dalam kasus itu yang jika dia berbohong tidak diancam dengan pidana.

    Saksi mahkota hanya ada dalam buku teks dan yurisprudensi, tidak tercantum di

    dalam undang-undang. Saksi mahkota ialah salah seorang tersangka/terdakwa yang

    paling ringan perannya dalam delik terorganisasikan yang bersedia mengungkap delik

    itu, dan untuk jasanya itu dia dikeluarkan dari daftar tersangka/terdakwa dan

    dijadikan saksi. Jika tidak ada peserta (tersangka/terdakwa) yang ringan perannya dan

    tidak dapat dimaafkan begitu saja, tetap diambil yang paling ringan perannya dan

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    27/29

    27

    dijadikan saksi kemudian menjadi terdakwa dengan janji oleh penuntut umum akan

    menuntut pidana yang lebih ringan dari kawan berbuatnya yang lain. Demikian

    ketentuan undang-undang Italia tentang saksi mahkota. Jadi, ketentuan tentang saksi

    mahkota yang dituangkan di dalam Pasal 198 Rancangan sesuai dengan asas

    oportunitas juga yang dianut di Indonesia. Tentu hal ini harus disampaikan olehpenuntut umum kepada hakim. Penuntut umumlah yang menentukan terdakwa

    dijadikan saksi mahkota.

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Dengan tidak meniru-niru negara maju karena memang mereka dua puluh

    tahun lebih maju baik perundang-undangan maupun SDMnya, namun dalam

    penyusunan RUU-KUHAP tidak dapat kita melepaskan diri dari pengaruh

    globalisasi, terutama dengan telah ditandatanganinya beberapa konvensi internasional

    yang berkaitan langsung dengan hukum acara pidana.

    Rusia yang termasuk negara maju bahkan pernah menjadi superpoweryang

    lebih kuat dari Indonesia dalam segi politis (dia anggota tetap dewan keamanan PBB),

    ekonomi apalagi militer, menyusun KUHAP baru yang sangat progresif, bahkan

    ditekankan bahwa jika ketentuan perjanjian internasional yang Rusia menjadi pihak

    bertentangan dengan ketentuan KUHAP, maka ketentuan internasional itu yang harus

    diterapkan.

    Kita pun harus menyadari, bahwa KUHAP Indonesia berlaku bagi semua

    orang yang ada di Indonesia, termasuk orang dan korporasi asing. Dengan demikian,

    mereka secara serius mengikuti pula perkembangan penyusunan Rancangan.

    Tiada gading yang tiada retak, Rancangan ini merupakan karya manusia

    yang tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan, yang selanjutnya akan dibahas

    oleh PANSUS DPR-Pemerintah untuk kesempurnaannya.

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    28/29

    28

    BAB V

    DAFTAR PUSTAKA

    Cortens, G.J.M., 1993,HetNederlandsStrafprocesrecht, Arhem: Kluwer.

    Fogel, David, 1988, OnDoingLessHarm Chicago: CIC Office of InternationalCriminal Justice.

    Hamzah, Andi,2005,Hukum Acara Pidana Indonesia,Jakarta: Sinar Grafika.

    Minkenhof,nA. 1970, DeNederlandse Strafvordering, Haarlem: H.D. Tjeenk

    Willink.

    Orlin, Theodore S,Allen Rosas and Martin Scheinin, 2000, The Jurisprudence of

    Human Rights Law, Turku/Abo Institute of Human Rights, Abo Akademi University.

    Strang, Robert R, 2008, More Adversarial but not Completely Adversarial

    Reformation of the Indonesian Criminal Procedure Code, Paper, 2008.

    Thaman, Stephen C, 2000, Comparative Criminal Procedure, Durham, Carolina

    Kademie Press.

    Tak, Peter J.P., 2004, Tasks and Powers of the Prosecution Service in the

    EU Member States, Nijmegen: Wolf Legel Publishers.

    Verrest, P.A.M., 2001, Ter Vergelijking: Een Studie naar Franse

    Vooronderzoek, inStrafzaken, den Haag, WODC

    Weissbrodt, David, 2001, The Right to a Fair Trial Under themUniversal

    Declaration of Human Rights and the International Covenant on Civil and Political

    Rights, The Hague / Boston/London: Martinus Nijhoff Publishers.

    FranceCodeofCriminalProcedure.

    TheRussianFederationCodeof CriminalProcedure, 2003.

    Criminal Procedure Law of thePeoples Republic ofChina, 1996.

    CriminalProcedureCodeofMalaysia, 2006.

    The Criminal Procedure Code of Japan.

    The Criminal Procedure Code of Thailand.

    Strafprozessornung(Germany).

    Draft Criminal Procedure Code of Georgia.

    FederalCriminalCodeandRules, (USA) 2007 Edition.

  • 8/13/2019 260113-Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana

    29/29

    Jakarta, 28 April 2008

    Tim RUU-KUHAP

    Ketua,

    Prof. Dr.jur.A.Hamzah