document2

19

Click here to load reader

Upload: akia

Post on 12-Jul-2016

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Document2

2.3 Kasus Bank Century

Kasus Bank Century mulai mencuat pada akhir tahun 2008, kasus ini menjadi

perbincangan hangat masyarakat dan penyidik.Kasus ini mulai menjadi perbincangan publik

setelah Bank Century mengalami kesulitan likuidasi, kalah kliring, melakukan penipuan

melalui manajemen bank, hingga ditetapkan sebagai bank gagal.Kasus Bank Centurysemakin

mencuat ketika kabar bahwa adanya suntikan dana talangan atau bail out dari negara yang

mencapai triliunan rupiah. Hal ini tentunya membuat rakyat geram dan meminta kasus ini

diusut hingga tuntas karena telah merugikan negara dengan jumlah yang fantastis yaitu 6,7

triliun rupiah.Jatuhnya Bank Century dan dikategorikan sebagai bank gagal dimulai akibat

dari penyalahgunaan dana nasabah oleh pemilik Bank Century berserta keluarganya.Bank

Century pun melakukan masalah internal dengan adanya penipuan oleh manajemen bank

terhadap klien mereka. Bank Century melakukan penyimpangan dana untuk peminjam

sebesar 2,8 milyar dolar Amerika dan melakukan penjualan produk-produk investasi fiktif

Antaboga Delta Securities Indonesia. Hal tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar

bagi para nasabah dan para nasabah pun tidak dapat mencairkan dananya.

Pada akhir tahun 2008, ditemukan berbagai surat berharga valuta asing yang telah

jatuh tempo dan gagal bayar yang angkanya mencapai 56 juta dolar Amerika. Selain itu,

Bank Century mengalami kesulitan likuidasi dan pada tanggal 13 November 2008 bank ini

mengalami kegagalan kriling akibat kegagalan menyediakan dana (prefund).Akhirnya,

tanggal 20 November, Bank Indonesia menetapkan Bank Century sebagai bank gagal dan

dapat memberikan dampak sistemik pada perbankan Indonesia.Atas ususlan BI, maka

dilakukan penyelamatan Bank Century melalui pihak LPS (Lembaga Penjamin

Simpanan).Kemudian KKSK (Komite Kebijakan Sektor Keuangan) yang beranggotakan BI,

Menteri Keuangan, dan LPS melakukan rapat.Berdasarkan keputusan yang ditetapkan KKSK

dalam surat No.04.KKSK.03/2008, Bank Century resmi diambil alih oleh LPS pada 21

November 2008. LPS kemudian memutuskan memberikan talangan dana sebesar 2,78 triliun

rupiah untuk mendongkrak CAR agar mencapai angka 10 persen guna memenuhi tingkat

kesehatan sebuah bank.Dampak jatuhnya Bank Century ini berujung pada pencekalan  salah

satu pemegang saham, Robert Tantular, beserta tujuh orang pengurus lain Bank Century. Dua

pemilik Bank Century, yaitu Hesham Al-Warraq dan Rafat Ali Rizvi pun tiba-tiba

menghilang.

Talangan dana yang dikucurkan oleh LPS ke Bank Century tidak lantas

menyelesaikan kasus ini, tanggal 9 Desember 2008 Bank Century mulai mendapatkan

berbagai tuntutan dari ribuan investor Antaboga terkait penggelapan dana investasi sebesar

Page 2: Document2

1,38 triliun rupiah. Semua dana para nasabah dan investor ini di indikasikan mengalir ke

kantung Robert Tantular selaku pemilik Bank Century. Pada tanggal 3 Februari 2009, LPS

kembali menyuntikan dana ke Bank Century sebesar 1,5 triliun rupiah yang bertujuan untuk

memulihkan kesehatan Bank Century. Talangan dana yang terus menerus disuntikan ke Bank

Century dinilai terlalu besar dan menuai gugatan dari parlemen, terlebih lagi LPS kembali

menyuntikan dana sebesar 630 miliar rupiah pada tanggal 21 Juli 2009.Sejak saat itu kasus

Bank Century semakin mendapat sorotan tajam dari publik.Kasus Bank Century juga begitu

menyita perhatian terkait adanya dugaan korupsi serta suap dalam usaha menyelamatkan

Bank Century. Dugaan itu pun akhirnya memunculkan beberapa nama yang disebut-sebut

terlibat dan turut menikmati dana suap Bank Century. 

Beberapa kalangan menilai pemberian talangan dana pada Bank Century merupakan

keputusan yang salah dan terkesan di buat-buat. Karena status Bank Century di perbankan

Indonesia terbilang bank yang sangat kecil dan tercatat hanya sekitar 65.000 nama pemilik

rekening bank ini. Selain itu, dana pihak ketiga di bank yang dimiliki oleh Robert Tantular ini

hanya 0,68% dari total dana di perbankan, aset bank century hanya 0,42% dari total kredit

perbankan, assetbank century hanya 0,72% dari aset perbankan dan pangsa kreditnya hanya

0,42% daritotal kredit perbankan. Bank-bank pada Novomber 2008 memiliki rata–rata diatas

12%.Hanya ada tiga bank kecil yang memilik CAR di bawah 8% (batas minimum

untukbailout PBI no.10 / 26 / PBI / 2008 pada tanggal 30 oktober 2008).

Hasil Audit Investigatif BPK yang diserahkan kepada DPR RI tertanggal 20

November 2009 memaparkan 8 temuan penting yang mengindikasikan terjadinya tindak

pidana korupsi, pelanggaran aturan dan penyalahgunaan wewenang, dan lain sebagainya.

Indikasi korupsi terkait dengan kasus ini terutama terlihat dari terjadinya pelanggaranaturan

dan penyalahgunaan wewenang. Berikut beberapa catatan indikasi korupsi darilaporan BPK:

a.        Terkait Merger 3 bank

Sebelum penggabungan 3 Bank, Bank Pikko dan Bank CIC memiliki

permasalahanterkait surat-surat berharga (SSB) dan Capital adequacy ratio (CAR).Merger ini

diduga untuk menghindari penutupan Bank Pikko dan Bank CIC yang kondisinya tidak

sehat.Sejak penggabungan, status Bank Century selalu bermasalah.

Terdapat beberapa Indikasi Pelanggaran yang terjadi pada saat proses merger ini.

BIdiduga memberikan kelonggaran terhadap persyaratan merger yaitu dengan:

Page 3: Document2

1.      Aset SSB yang semula dinyatakan macet oleh BI kemudian dianggap lancar untuk memenuhi

performa CAR.

2.      Tetap mempertahankan pemegang saham pengendali (PSP) yang tidak lulus fit and proper

test.

3.      Komisaris dan Direksi Bank ditunjuk tanpa fit and proper test.

4.      Audit KAP atas laporan keuangan Bank Pikko dan Bank CIC dinyatakan disclaimer.

Temuan BPK terkait penggabungan 3 bank ini adalah sebagai berikut:

1.      Akuisi Bank Danpac dan Bank Picco tidak sesuai dengan ketentuan BI.

2.      Surat izin Akuisisi Chinkara atas bank Picco dan Bank Danpac tetap dilakukan meskipun

terdapat indikasi praktek perbankan yang tidak sehat dan perbuatan melawan hukum yang

melibatkan Chinkara.

3.      BI menghindari penutupan Bank CIC dengan memasukan Bank tersebut di dalam skema

merger.

4.      Tidak membatalkan persetujuan akuisisi meskipun tahun 2001-2003 hasilpemeriksaan BI

pada ke-3 Bank menemukan indikasi pelanggaran yangsignifikan.

5.      Adanya perlakuan Surat-surat Berharga (SSB) yang semula macet menjadi lancardengan

rekomendasi KEP (komite evaluasi perbankan).

b.        Terkait Penyaluran fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP), Pengambilan Keputusan KSSK

dan Penyaluran Penyertaan Modal Sementara (PMS)

Sejak bulan Juli 2008, Bank Century (BC) telah mengalami kesulitan likuiditas dan

bergantung pada pinjaman uang antar-bank (PUAB). Karena PUAB sulit diperoleh, hingga

tanggal 27 Oktober 2008, BC telah melanggar pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM)

minimal 5% dari dana pihak ketiga (DPK).

Posisi CAR Bank Century saat mengajukan FPJP (posisi 30 September 2008)

sebesarpositif 2,35%. Pada saat tersebut berlaku ketentuan BI (PBI) No. 10/26/PBI/2008

bahwafasilitas FPJP diberikan kepada bank yang memiliki CAR minimal 8%. Dengan

demikianBank Century sebenarnya tidak memenuhi syarat menerima FPJP.

Namun pada tanggal 14 November 2008 BI mengubah PBI tentang persyaratan

pemberian FPJP dari semula minimal CAR 8% menjadi CAR positif. Hal ini diduga

untuk memuluskan Bank Century menggunakan fasilitas FPJP.

Berdasarkan posisi CAR Bank Century per-30 September (positif 2,35%) BI

menyatakanBank Century memenuhi syarat. Padahal posisi CAR Bank Century per-31

Page 4: Document2

Oktober 2008justru negatif (-3,53%) dan tidak memenuhi persyaratan bahkan terhadap PBI

yang telah dirubah per-14 November 2008.

Berikut ini adalah indikasi penyimpangan penggunaan FPJP dan PMS:

Penarikan dana oleh pihak terkait setelah penetapan Bank Century sebagai Bank di dalam

pengawasan khusus oleh BI. Padahal BI meminta kepada Bank Century untuk tidak

mengijinkan penarikan dana atas rekening simpanan milik pihak yang terkait dengan Bank

Century atau pihak lain yang ditetapkan oleh BI. Nilai uang yang ditarik sebesar Rp 454,898

miliar, USD 2, 22 juta, AUD 164,81 ribu dan SGD 41,18 ribu.

Pada tanggal 14 November 2008, ada permintaan dari RT yang meminta kepada Kabag

Operasional Bank Century Cabang Surabaya-Kertajaya untuk memindahkan deposito milik

salah satu nasabah senilai USD 91 juta ke Kantor Pusat Operasional (KPO) Senayan, Jakarta.

Setelah berpindah, DT dan RT mencairkan dana milik nasabah tersebut senilai USD 18 juta

pada tanggal 15 November 2008. Uang ini kemudian digunakan oleh DT untuk menutupi

kekurangan bank notes yang selama ini telah digunakan untuk keperluan pribadi DT.

Deposito milik nasabah tersebut kemudian diganti oleh Bank Century dengan dana yang

berasal dari FPJP. Sehingga dalam hal ini adanya dugaan penggelapan kas valas.

Laporan keuangan Bank Century yang berada di bawah pengawasan LPS menunjukkan

selama 6 bulan di tahun 2009 terjadi penurunan kewajiban terhadap nasabah dalam bentuk

simpanan, dari Rp. 10,82 triliun pada Desember 2008 menjadi Rp. 5,18 triliun pada Juni

2009. Diduga selama 6 bulan tersebut terjadipenarikan dana nasabah dalam jumlah besar.

Pertanyaan penting yang harus dilontarkan adalah, siapa saja yang menerima dana sebesar

Rp. 5,64 triliun itu?

Sementara untuk indikasi korupsi pada KSSK diantaranya:

Pengambilan keputusan sebelum mendapatkan pengesahan/persetujuan DPR terkait dasar

hukum Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu) No. 4 tahun 2008 Jaring Pengaman

Sektor Keuangan (JPSK).

Keputusan penyaluran PMS yang terkesan dipaksakan, jika didasarkan pada argumentasi BI

yang hanya dibangun atas analisis kualitatif yang lemah terkait dampak psikologi pasar yang

berantai. Hal ini juga tidak konsisten dengan dasar MOU yang digunakan di dalam penentuan

kondisi ‘berdampak sistemik’ yang seharusnya didukung oleh analisis kuantitatif.

Unsur penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran aturan yang terjadi pada pihak BI

diantaranya:

Page 5: Document2

  Keterlambatan penetapan Bank Century sebagai Bank di bawah pengawasan khusus BI,

ditunjukan dengan nilai CAR Bank Century yang merosot pada 31 Oktober 2005 (-132%).

  Dugaan Rekayasa perubahan PBI No. 10/26/PBI/2008 diganti menjadi PBI No.

10/30/PBI/2008.

   Persetujuan pemberian FPJP yang bertentangan dengan peraturan BI, terhadap posisi CAR

Bank Century per-31 Oktober 2008 justru negatif (-3,53%) dan tidak memenuhi persyaratan

bahkan terhadap PBI yang baru.

  Dugaan menyembunyikan informasi yang sebenarnya terkait latar belakang Bank Century pada

saat usulan penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik.

2.4  Analisisis Hukum Kasus Bank Century

Dapat dikatakan bahwa Bank Century merupakan tragedi kebangkrutan terbesar dalam

ranah perbankan di Indonesia pada tahun 2009. Pemerintah terpaksa melakukan bail out 6.7

triliun rupiah untuk menyelamatkan likuiditas Bank Century. Dimana keputusan

penyelamatan berasal dari permintaan Bank Indonesia karena dapat berdampak sistemik

dengan menyeret 23 bank lainnya.

Kasus bermula dari dugaan penyelewengan dana nasabah oleh Antaboga Sekuritas

sebagai pemegang 7.52% saham Bank Century dalam permainan instrumen derivatif. Kasus

penyelewengan dana tersebut berkembang ke arah missmanagement yang dilakukan oleh

pengelola DPK (dana pihak ketiga) Bank Century. Mencuatnya kasus Bank Century sering

dikaitkan dengan dampak krisis global yang menerpa lembaga keuangan dunia dan

berdampak sistemik pada perbankan Indonesia. Namun olah data badan penyidik keuangan

(BPK) menemukan bahwa kasus Bank Century sudah terendus sebelum krisis global terjadi.

Hal ini menimbulkan kecurigaan adanya pengalihan isu, sehingga para nasabah dan investor

menjadi maklum dengan kasus likuiditas akibat efek krisis global yang berdampak pada Bank

Century. Terjadi force majeur krisis dalam bentuk pembodohan opini publik. Hal ini

dikuatkan oleh hasil penyidikan BPK yang menyebutkan bahwa Bank Century sudah cacat

dari lahir. Berdasar hal tersebut, nampaknya Bank Century sejak dulu sampai diambil LPS

selalu melanggar aturan, dimana pelanggaran yang terjadi berupa tingkat minimum CAR

(Rasio kecukupan modal), batas maksimal pemberian kredit, dan FPJP (Fasilitas Pinjaman

Jangka Pendek).

Berdasarkan kasus-kasus di atas, bank century banyak melanggar pertauran

perundang-undangan. Undang-undang yang di langgar anatar lain:

Page 6: Document2

Pasal 1 ayat 28 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun

1992 tentang Perbankan (UU Perbankan) menyatakan bahwa “Rahasia Bank adalah segala

sesuatu yang dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya”.

Selanjutnya dalam pasal 40 ayat (1) UU Perbankan disebutkan bahwa “Bank wajib

merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya”. Jadi, Bank wajib

merahasiakan data simpanan dan nasabah penyimpannya.

Pengecualian terhadap kewajiban rahasia bank ini adalah:

1.      Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan

berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan

memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan Nasabah

Penyimpan tertentu kepada pejabat pajak (Pasal 41 ayat 1 UU Perbankan)

2.      Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan

Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin

kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara

untuk memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah debitur (Pasal 41A UU

Perbankan)

3.      Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan Bank Indonesia dapat

memberikan izin kepada Polisi, Jaksa, atau Hakim untuk memperoleh keterangan dari bank

mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank (Pasal 42 UU Perbankan)

4.      Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi bank yang bersangkutan

dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang

bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut. (Pasal

43 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan)

5.      Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank, direksi bank dapat memberitahukan

keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain (Pasal 44 ayat 1 Undang-Undang No. 7

Tahun 1992 tentang Perbankan)

6.      Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis,

bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang

bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut. (Pasal 44A ayat

1 UU Perbankan)

7.      Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari nasabah

penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah

penyimpan tersebut (pasal 44A ayat 2 UU Perbankan)

Page 7: Document2

Selain itu ada pengecualian dalam pasal 14 UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang, yang menyebutkan: “Pelaksanaan kewajiban pelaporan oleh

Penyedia Jasa Keuangan yang berbentuk bank, dikecualikan dari ketentuan rahasia bank

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang mengatur mengenai rahasia bank”. Jadi,

data nasabah penyimpan di Bank Century merupakan rahasia bank, yang wajib dirahasiakan.

Mengenai mengapa data nasabah penyimpan Bank Century, yang merupakan rahasia

bank, dapat diekspos oleh media massa, maka kita harus melihat pada pasal 4 ayat (3) UU

No. 40 Tahun 1999 tentang Pers: “Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional

mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi”. Media

massa sebagai pers dapat mencari informasi dari berbagai sumber, baik dari pejabat, ataupun

sumber-sumber lainnya.

Mengenai DPR yang meminta data nasabah penyimpan ke bank centruy, seharusnya

memang tidak boleh dilakukan. Seperti telah dibahas di atas, data nasabah penyimpan

termasuk dalam rahasia bank, yang wajib dirahasiakan. Memang dalam pasal 3 ayat (1) UU

No. 6 Tahun 1954 tentang Penetapan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat (“UU Hak

Angket”), dalam hal Panitia Angket DPR, semua warga negara Republik Indonesia dan

semua penduduk serta orang-orang lain yang berada dalam wilayah Republik Indonesia

diwajibkan memenuhi panggilan-panggilan Panitia Angket, dan wajib pula menjawab semua

pertanyaan-pertanyaannya dan memberikan keterangan-keterangan selengkapnya. Akan

tetapi, dalam pasal 22 ayat (1) UU Hak Angket, diatur bahwa ada orang-orang yang

diperbolehkan untuk menolak memberikan keterangan. “Mereka yang karena kedudukannya,

karena pekerjaannya ataupun karena jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat

membebaskan diri dari memberikan penyaksian, akan tetapi semata-mata hanya mengenai

hal-hal yang dipercayakan kepadanya sebagai rahasia dalam kedudukan, pekerjaan atau

jabatan tersebut”.

Oleh karena itu, merujuk pada pasal 22 ayat (1) UU Hak Angket di atas pejabat-

pejabat Bank Century dapat menolak untuk memberikan data nasabah penyimpan yang

termasuk rahasia bank tersebut.

Kemudian UU No 24/2004 yang telah diubah dengan UU No 3/2008 tentang

Lembaga Penjamin Simpanan Pasal 11 Ayat 1 yang berbunyi “nilai simpanan yang

dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta

rupiah)”. Namun dalam kasus ini nilai simpanan nasabah hingga milyaran rupiah.

Tidak hanya itu, kasus bank century juga melanggar UU No 8/1995 tentang Pasar

Modal Pasal 5 Butir (a) Ayat 1 dan Butir (g) dan (i). UU N0 23/1999 sebagaimana telah

Page 8: Document2

beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

Nomor 2 Tahun 2008 tentang Bank Indonesia Pasal 11 dan Pasal 34.

UU No 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 35

Ayat 3 dan 4. Dan keputusan presiden yang dilanggar adalah Keputusan Presiden Nomor

95 Tahun 2004 terkait Blanket Guarantee. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

dilanggar adalah Pasal 22 Ayat 1, 2, dan 3. 

Untuk menyelidiki kasus ini maka dibentuklah pansus (panitia khusus). Pansus

(Panitia Khusus) dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat

sementara. Pansus dibentuk berdasarkan UU No 6 Tahun 1954 tentang Hak Angket DPR.

Sejatinya UU ini berasal dari rahim ketentuan UUDS 1950 yang secara prinsip menganut

demokrasi parlementer. Namun, yang jangan dilupakan bahwa ternyata hak angket juga

dikenal sebagai bagian fungsi dan hak DPR yang pada pokoknya, yaitu fungsi legislasi,

fungsi anggaran, fungsi pengawasan (ketiga fungsi ini berasal dari Pasal 20 A ayat (1) UUD

1945), hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat (hak ini berasal dari Pasal

20 A ayat (2) UUD 1945). Selain itu, ketentuan UU 6/1954 ini juga dikukuhkan dengan Pasal

20 A ayat (4) Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945. Jadi,UU 6/1954 tetap sah berlaku

sepanjang belum ada yang diadakan pembaharuan menyangkut pengaturan Hak Angket DPR

dan Hak Angket adalah bagian dari hak DPR meski sistem pemerintahan kita pada dasarnya

adalah sistem Presidensial. 

Kasus-kasus di atas sebelumnya telah diselidiki oleh pansus (Panitia Khusus). Pansus

Century sebagai sebuah solusi yang dicapai guna penyelidikan adanya dugaan penyimpangan

dalam pemberian dana talangan kepada Bank Century dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawab yang dibebankan kepadanya berlandaskan pada lima dasar kerja yang

menjadi agenda, latar belakang pembentukan pansus, serta tujuan pansus itu lahir. Adapun

kelima agenda kerja tersebut (yang tercantum dalam bagian awal hasil laporan akhir Pansus

Century) secara singkat adalah sebagai berikut.

-          Mengetahui sejauh mana pemerintah menjalankan UU yang berlaku terkait dengan dana

talangan yang diberikan kepada Bank Century.

-          Mengurai secara transparan komplikasi dana talangan Bank Century, sejauh mana

keterlibatan Kabareskrim Susno Duadji pada proses tersebut, serta konspirasi pemerintah

juga jajaran Bank Century terkait dengan dana talangan tersebut.

-          Mengetahui ke mana dana talangan tersebut sebenarnya mengalir.

Page 9: Document2

-          Mengetahui mengapa bisa dana talangan yang diberikan membengkak jumlahnya menjadi

sekitar 6,7 triliun rupiah tanpa adanya persetujuan DPR, padahal Bank Cenruty adalah bank

kecil yang sejak awal telah bermasalah dan dirasa tidak akan menimbulkan dampak serius

bagi perbankan Indonesia.

-          Mengetahui seberapa besar kerugian negara akibat skandal Bank Century tersebut dan

seberapa besar uang negara yang dapat diselamatkan nantinya.

Kelima agenda kerja tersebut secara otomatis menjadi landasan kerja Pansus Century dan

menjadi tujuan pembentukannya.Selama lebih kurang dua bulan Pansus Century bekerja,

didasarkan atas kelima agenda tersebut. Dan, hasil penyelidikan dan investigasi yang

dilakukan Pansus Century pada natinya akan dilaporakan dalam Sidang Paripurna DPR

sebagai hasil kerja Pansus Century. Berdasarkan hasil kerjanya, Pansus melakukan beberapa

penemuan yaitu pendugaan terjadi penyimpangan dalam proses pengambilan kebijakan oleh

otoritas moneter dan fiskal yang diikuti banyak penyalahgunaan mulai dari akuisisi merger,

pemberian FPJP, PMS hingga tahap aliran dana Bank Century. Penyalahgunaan ini

mengikutsertakan pemilik saham dan manajemen Bank Century. Kasus Bank Century

merupakan perbuatan melanggar hukum yang berlanjut atau penyalahgunaan wewenang oleh

pejabat otoritas moneter dan fiskal sehingga dapat di kelompokkan kedalam tindak pidana

korupsi yang merugikan negara.

            Hingga detik ini, perkembangan kasus Bank Century belum juga menghasilkan titik

temu penyelesaiannya. Pengucuran dana Fasilitas Pinjaman Jangka Panjang (FPJP) sebesar

Rp 6,7 triliun kepada Bank Century itu masih diselidiki oleh KPK dan belum ada tersangka

yang ditetapkan dalam kasus ini. Sedangkan menurut Panitia Khusus (Pansus) Kasus

Century  terdapat di DPR dan DPR telah menemukan sekitar 60 pelanggaran pada saat proses

merger, pengucuran FPJP, sampai keputusan mem-bail out Bank Century.

Page 10: Document2

Studi Kasus 1: Struktur Organisasi untuk Manajemen Talenta SituasiBanyak organisasi memperkenalkan strategi manajemen talenta dengan menempelkannya pada struktur yang sudah ada dalam organisasi.  Studi kasus ini menggambarkan suatu pendekatan di mana strategi manajemen talenta menjadi bagian integral dari struktur organisasi dan menjadi basis bagi pengembangan strateginya.Dalam kasus ini perusahaan menginginkan secepatnya karyawan bertanggung jawab memberi laba nyata bagi perusahaan. Apabila berhasil, setelah kemampuan karyawan berkembang, perusahaan memberi tanggung jawab yang lebih besar lagi. Falsafah pengembangan tanggung jawab ini digabungkan dengan konsep yang disebut sebagai “fully burdened profit center”.Dalam konsep ini, profit center menanggung biaya langsung plus biaya overhead korporat yang dialokasikan kepada profit center tersebut. Biaya overhead tersebut, bersama dengan pendapatan yang dihasilkan masing-masing profit center, digunakan untuk menghitung posisi laba rugi bulanan. Hasil kumulatif profit center dalam suatu divisi menghasilkan laba rugi divisi dan kumulatif laba rugi divisi menghasilkan laba rugi Grup.Isu UtamaIsu utama dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:

Pengalokasian biaya overhead dan biaya tidak langsung secara adil pada masing-masing profit center. Pengembangan sistem pelaporan dan prakiraan (forecasting) pada level pelaporan yang paling rendah

dan yang akan memungkinkan agregasi (penggabungan) dalam divisi dan sampai level Grup. Perekrutan, pengembangan dan pelatihan  staf yang mampu bekerja dalam struktur ini dan berjuang

dalam budaya ini. Pengembangan proses perencanaan tahunan yang efektif yang merupakan kombinasi parameter dari

bawah ke atas (bottom-up) dan dari atas ke bawah (top-down) di mana sasaran bisnis pusat laba diasimilasikan ke dalam rencana dan sasaran pertumbuhan Grup.

Cara-cara penanganan beberapa isu tersebut akan dibahas di bagian berikut.MasalahTantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah bagaimana mengalokasikan biaya overhead grup kepada masing-masing profit center secara adil. Grup memiliki biaya langsung dan tidak langsung yang menjadi biaya overhead yang harus dialokasikan ke profit center di setiap divisi. Biaya overhead group mencakup biaya administrasi keuangan dan gedung, biaya SDM grup, biaya pemasaran grup, biayamanaging director grup, dan biaya managing director divisi-divisi. Semua biaya ini merupakan 50% dari overhead keseluruhan. Selain itu, masih ada biaya overhead dari biaya tidak langsung, seperti biaya sewa gedung, biaya penerangan, telepon, peralatan kantor, dan biaya operasional langsung.Pendekatan ini mendorong para manajer profit center untuk mengkaji kembali laba yang dibuatnya dengan mempertimbangkan biaya overhead grup yang harus ditanggung. Program imbal jasa dan penghargaan mereka didasarkan pada pencapaian target laba yang dibuat setelah menanggung overhead Grup.Penulis studi kasus ini, saat ini menjadi eksekutif senior perusahaan ini. Dia menceriterakan betapa terbukanya diskusi pada proses perencanaan tahunan di mana overhead grup digabungkan dan kemudian dialokasikan ke masing-masing pusat laba.Direktur Pemasaran Grup harus mengukur kontribusinya dan pendapatan yang akan diperolehan dari anggaran promosi Pemasaran Grup. Pertanyaan yang sama muncul terhadap fungsi Keuangan Grup dan fungsi SDM Grup. Kombinasi check and balance, bersama dengan transparansi proses, merupakan bagian dari program pengembangan talenta. Manajer pada profit center yang ambisius, akan termotivasi untuk menunjukkan kemampuannya menghasilkan laba yang tinggi, terus mengawasi pengeluaran yang tidak memberi kontribusi nyata pada laba atau yang mengganggu kemampuannya menghasilkan laba yang ditargetkan.Salah satu komentator eksternal berpendapat bahwa perusahaan tersebut seperti perahu yang ‘dapat pergi ke mana saja untuk mendapatkan uang tanpa membawa beban.”Tantangan serius yang kedua adalah untuk menemukan keseimbangan antara mental ‘robber baron’ dengan etos ‘good for the Group‘.Inti dari tantangan ini adalah aspek tersembunyi lain dari strategi manajemen talenta, yaitu mendapatkan dan mengembangkan karyawan yang berkinerja tinggi.Pada level profit center, manajer pusat laba berupaya menarik dan mempertahankan orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi untuk menghasilkan laba. Semangat tim yang kuat ditumbuhkan dan dikembangkan, dan jika tim berhasil mencapai target, semangat kerja menjadi tinggi dan etos kerja berkembang.Meskipun semangat dan etos kerja ini diharapkan, ada juga sisi negatifnya. Salah satunya adalah ‘nuansa perang’ di mana unit laba yang satu dengan yang lain akan berkompetisi dalam bisnis yang sama. Seringkali, hal ini membuat pelanggan menjadi bingung (karena diperebutkan oleh profit center-profit center) dan menjadi kelemahan Grup secara keseluruhan.

Page 11: Document2

Secara teori, salah satu peran Managing Director Divisi adalah mengarbitrase persaingan antar pusat laba, dan memutuskan batas-batas wilayah masing-masing unit laba. Masalah klasiknya adalah prospek atau pelanggan yang beroperasi di suatu wilayah, tetapi memiliki unit-unit di wilayah lain yang menjadi ‘wilayah kekuasaan’ dari pusat-pusat laba yang berbeda-beda dari Grup.Dampak negatif kedua adalah tumbuhnya sikap ‘kerajaan saya’ yang menjadikan sumber daya pada pusat laba bersifat eksklusif, tidak boleh digunakan oleh pusat laba atau bagian lain. Masalah muncul ketika suatu unit laba kapasitasnya sedang ‘berlebih’, sementara pusat laba lain sedang ‘kekurangan’. Memang ini merupakan bagian dari siklus bisnis, tetapi sangat mengganggu kinerja bisnis Grup secara keseluruhan apabila antar pusat laba tidak dapat berbagi sumber daya. Kondisi ini diatasi dengan model pembebanan antar unit.Semua isu ini menjadi bagian dari bahan budaya perusahaan dan konsep yang mendasarinya membentuk bagian yang penting proses induksi bagi karyawan baru. Etos untuk fokus pada pencapaian laba perusahaan ini merupakan unsur integral dalam struktur organisasi yang tercermin dan didukung oleh etos fokus laba.Masalah utamanya adalah komunikasi strategi sebagai falsafah operasional. Hal ini dipecahkan melalui kombinasi struktur, proses dan pengembangan diri. Cara bagaimana menangani masalah tersebut dijelaskan di bawah ini.SolusiStrategi yang diambil perusahaan adalah merekrut karyawan lulusan pendidikan S1 untuk memberi tenaga baru dengan kapasitas intelektual yang diinginkan.Tahun pertama bagi karyawan baru adalah mengikuti kombinasi pelatihan teknis dengan mendapatkan pengalaman di lapangan di profit center. Pada awal tahun, masing-masing profit center mengidentifikasi lulusan S1 yang dibutuhkan, dengan menanggung biaya perekrutan dan pelatihan.Program perekrutan karyawan baru dikelola oleh Departemen SDM Grup, yang juga memonitor perkembangan karyawan yang direkrut sejak awal tahun. Salah satu sasaran dari proses ini adalah mengidentifikasi pola dan tren yang akan membantu memastikan proses seleksi awal dapat mengidentifikasi karakteristik karyawan yang baru direkrut yang membuat kemajuan terbaik dari segi pengembangan karier.Bagi mereka yang sudah berada dalam perusahaan yang telah lolos program pelatihan, proses pengembangan karier membawa mereka melewati serangkaian peningkatan level tanggung jawab untuk mencapai hasil tertentu.Inilah strategi manajemen talenta instrinsik yang diperkuat dengan budaya perusahaan.Ketika seorang karyawan berhasil menunjukkan kemampuan untuk menjalankan suatu level tanggung jawab tertentu – misalnya sebagai pemimpin tim atau manajemen proyek – mereka berhak untuk menerima peran dengan lingkup tanggung jawab yang lebih besar dan lebih luas.Mereka menjadi sangat akrab dengan perencanaan keuangan dan pemodelan laba karena mereka juga menjadi bagian dari proses perencanaan anggaran tahunan.Pada tahap tertentu dalam karier mereka maju ke hadapan panel promosi. Salah satu sasaran panel ini adalah untuk memastikan bahwa karyawan berkinerja tinggi di divisi-divisi tidak akan terlewat untuk mendapat kesempatan memegang peran eksekutif pada bagian lain yang perlu diisi.Hasil dan manfaatDengan pendekatan dan struktur seperti ini perusahaan dapat menghasilkan pertumbuhan dan laba yang stabil dalam periode waktu yang lama.Budaya dan etos berarti bahwa perusahaan mampu membuat penyesuaian yang cepat pada kondisi pasar dan selalu memiliki tim eksekutif muda yang mampu menggali peluang-peluang baru.Perusahaan memiliki kekuatan manajemen yang kokoh dan dapat dengan cepat mengidentifikasi bintang-bintang yang baru muncul yang dapat mengelola tantangan baru. Kualitas dan kekuatan pendekatan yang mendasarinya tercermin dalam pendekatan yang diadopsi oleh mereka yang pergi untuk memimpin perusahaan lain. Di perusahaan lain, ternyata mereka menerapkan konsep yang sama.Budaya tersebut juga menciptakan loyalitas pada perusahaan yang kuat. Hal ini terbukti dari banyak eksekutif yang menggabungkan kariernya ke luar perusahaan, tetapi akhirnya kembali lagi dengan keahlian baru.Program penguatanPada awal penyerapan budaya perusahaan, para karyawan baru melalui proses osmosis – melihat dan meniru. Ketika perusahaan berkembang, mulai disadari bahwa proses ini memerlukan dokumentasi dan pelatihan formal. Pesatnya perkembangan perusahaan, menuntut perekrutan karyawan besar-besaran yang mengharuskan formalitas dokumentasi dan pelatihan.Panel promosi ditetapkan melalui proses formal untuk menominasikan kandidat yang akan dipromosikan. Salinan hasil evaluasi kinerja terbaru didukung dengan aplikasi ini. Pada level senior, kursus pelatihan tertentu diidentifikasi yang memberi pendidikan dalam perencanaan korporat, manajemen program dan berbagai keterampilan lunak (soft skill).Meskipun perusahaan tidak secara formal menyeponsori karyawannya mengambil kursus MBA, perusahaan melakukan perekrutan manajer senior dengan kualifikasi lulusan program MBA dan menyerap keahlian mereka ke dalam budaya.

Page 12: Document2

Meskipun perusahaan belum memutuskan untuk mengembangkan strategi manajemen talenta, struktur yang diadopsi dan budaya perusahaan yang memayunginya, berkontribusi pada pengembangan falsafah talenta dalam strategi formal.Sumber :http://huxleyi.wordpress.com/2009/02/16/studi-kasus-1-struktur-organisasi-untuk-manajemen-talenta/