244336381 referat radiologi ileus

25
REFERAT ILEUS Disusun Oleh : 1. Afgrin Tri hardanik J500090045 2. Isti Latifah J500090101 3. Taufik Rahman J500090032 4. Adhitya Gilang Tintyarza J500070027 5. Nadira Fasha Agfrianti J500090103 Pembimbing: dr Agus Mulyanto Sp.Rad KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGI

Upload: yuni-adriani

Post on 08-Dec-2015

90 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

rfgrg

TRANSCRIPT

REFERAT

ILEUS

Disusun Oleh :

1. Afgrin Tri hardanik J500090045

2. Isti Latifah J500090101

3. Taufik Rahman J500090032

4. Adhitya Gilang Tintyarza J500070027

5. Nadira Fasha Agfrianti J500090103

Pembimbing: dr Agus Mulyanto Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGI

RSUD DR HARJONO PONOROGO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

ILEUS

Yang diajukan oleh :

1. Afgrin Tri hardanik J500090045

2. Isti Latifah J500090101

3. Taufik Rahman J500090032

4. Adhitya Gilang Tintyarza J500070027

5. Nadira Fasha Agfrianti J500090103

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Mengetahui :

dr Agus Mulyanto Sp.Rad (........................................)

KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGI

RSUD DR HARJONO PONOROGO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah gawat abdomen menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut

yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadan ini memerlukan

penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi,

atau perdarahan massif di rongga perut maupun saluran cerna.

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus yang

segera memerlukan pertolongan dokter. Ileus menjadi salah satu kegawatan dalam bedah

abdominalis yang sering dijumpai, yaitu 60% - 70% dari seluruh kasus akut abdomen yang

bukan apendisitis akut. Ileus memiliki mortalitas tinggi jika tidak segera didiagnosis dan

ditangani dalam 24 jam. Ileus sendiri merupakan suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi

normal dinding usus terganggu. Gerak peristaltik seperti gerakan kontraksi bergelombang yang

merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang terkoordinasi dengan baik dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti keadaan otot polos usus, system saraf simpatis, system saraf

parasimpatis, keseimbangan elektrolit, dan sebagainya.

Ileus dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Keduanya mempunyai

perbedaan yang cukup berarti tak terkecuali dalam bidang radiologi. Baik ileus obstruktif

maupun ileus paralitik mempunyai gambaran khas yang berbeda.

Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka hal ini

sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan oleh ketersediaan

sarana dan prasarana yang sesuai, keterampilan dokter, dan kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal

yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen

pasien ileus yang akhirnya berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga

berpengaruh dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya.

Karena itu, makalah mengenai ileus ini diharapkan agar para pembaca dapat mengerti

mengenai ileus baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik dan juga perbedaan masing-masing,

tak terkecuali mengenai gambaran radiologis khas pada masing-masing ileus.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ILEUS

Ileus merupakan suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase (jalannya makanan)

di usus yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terutama dibagi dua

berdasarkan penyebabnya, yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik (Hamami, 2003).

A. ILEUS OBSTRUKTIF

I. Definisi

Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena

adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga

menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan

pasase lumen usus terganggu.Ileus obstruktif disebut juga ileus mekanik.

II. Klasifikasi

Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstruktif dibedakan atas:

Letak tinggi: duodenum sampai jejunum

Letak rendah: kolon – sigmoid – rectum

Obstruksi letak tinggi dan letak rendah di batasi oleh iliocecal junction

Berdasarkan stadiumnya, ileus obstruktif dibedakan atas:

Parsial: menyumbat sebagian lumen

Simple/komplit: menyumbat seluruh lumen

Strangulasi: simple dengan jepitan vasa

III. Etiologi

Ileus obstruktif disebabkan oleh berbagai hal:

a. Adhesi

Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya berasal

dari rangsangan peritoneum akibat adanya peritonitis setempat atau umum. Adhesi

dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple,

mungkin setempat maupun luas.

b. Hernia

Kelemahan atau defek pada dinding rongga peritoneum memungkinkan penonjolan

keluar suatu kantong peritoneal (kantong hernia) sehingga segmen suatu dalaman

dapat terjepit.

c. Askariasis

Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum. Obstruksi bisa

terjadi dimana-mana pada bagian usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal,

tempat lumen paling sempit. Cacing tersebut menyebabkan kontraksi lokal dinding

usus yang disertai reaksi radang setempat.

d. Invaginasi

Umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon asendens dan

mungkin terus sampai keluar dari rektrum, dapat mengakibatkan nekrosis iskemik

pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Pada bayi

dan anak-anak biasanya spontan dan irreversible, sedangkan pada dewasa jarang

terjadi.

e. Volvulus

Pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus. Volvulus di usus halus agak

jarang ditemukan. Biasanya volvulus didapatkan di bagian ileum.

f. Kelainan kongenital

Gangguan passase usus dapat berupa stenosis maupun atresia.

g. Radang kronik

h. Tumor

i. Tumpukan sisa makanan

B. ILEUS PARALITIK

I. Definisi

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal atau tidak

mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya(Sjamsuhidajat, 2003).

Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai

penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan

obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.Ileus paralitik

merupakan kondisi dimana terjadi kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltic usus

tanpa adanya obstruksi mekanik. (Badash, 2005)

Ileus paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara akibat suplai saraf

otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu

mendorong isi sepanjang usus, contohnya amiloidosis, distrofi otot, gangguan endokrin,

seperti diabetes militus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson

(Sjamsuhidajat, 2003).

Ileus paralitik terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya

obstruksi usus mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk

mengangkut isi usus. Kurangnya tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan

akumulasi gas dan cairan dalam usus.

Meskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adalah keadaan

yang paling umum untuk terjadinya ileus. Memang, ileus merupakan konsekuensi yang

diharapkan dari pembedahan perut. Fisiologisnya ileus kembali normal spontan dalam 2-

3 hari, setelah motilitas sigmoid kembali normal. Ileus yang berlangsung selama lebih

dari 3 hari setelah operasi dapat disebut ileus adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi.

Sering, ileus terjadi setelah operasi intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setelah

pembedahan retroperitoneal dan extra-abdominal. Durasi terpanjang dari ileus tercatat

terjadi setelah pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan jangka

waktu yang lebih singkat daripada reseksi kolon ileus terbuka.

Konsekuensi klinis ileus pasca operasi dapat mendalam. Pasien dengan ileus

merasa tidak nyaman dan sakit, dan akan meningkatkan risiko komplikasi paru. Ileus juga

meningkatkan katabolisme karena gizi buruk. Secara keseluruhan, ileus meningkatkan

biaya perawatan medis karena memperpanjang rawat inap di rumah sakit (Badash, 2005).

Beberapa penyebab terjadinya ileus paralitik :

Trauma abdomen

Pembedahan perut (laparatomy)

Serum elektrolit abnormalitas

Hipokalemia

Hiponatremia

Hipomagnesemia

Hipermagensemia

Infeksi, inflamasi atau iritasi (empedu, darah)

1. Intrathorak

1. Pneumonia

2. Lower lobus tulang rusuk patah

3. Infark miokard

2. Intrapelvic (misalnya penyakit radang panggul)

3. Rongga perut

1. Radang usus buntu

2. Divertikulitis

3. Nefrolisiasis

4. Kolesistitis

5. Pankreatitis

6. Perforasi ulkus duodenum

Iskemia usus

1. Mesenterika emboli, trombosis iskemia

Cedera tulang

1. Patah tulang rusuk

2. Vertebral Retak (misalnya kompresi lumbalis Retak )

Pengobatan

1. Narkotika

2. Fenotiazin

3. Diltiazem atau verapamil

4. Clozapine

5. Obat Anticholinergic

2.2 PATOFISIOLOGI

Proses terjadinya ileus mekanik maupun non mekanik memiliki kemiripan setelah

terjadinya obstruksi, tanpa memandang penyebab obstruksi tersebut apakah karena

penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan yang tampak adalah bila ileus tersebut

disebabkan oleh penyebab non mekanik maka peristaltik usus dihambat dari permulaan,

sedangkan pada ileus karena penyebab mekanik maka peristaltik mula-mula kuat

kemudian bertambah pelan sampai akhirnya hilang.

Semua etiologi ileus menyebabkan usus di bagian distal kolaps, sementara bagian

proksimal berdilatasi. Usus yang tersumbat awalnya berperistaltik lebih keras sebagai

usaha alamiah dan akhirnya pasase usus jadi melemah dan hilang. Usus yang berdilatasi

menampung cairan dan gas yang merupakan hasil akumulasi cairan dan gas yang

menyebabkan distensi usus. Distensi usus tidak hanya pada daerah sumbatan tapi dapat

menjalar ke daerah proksimal. Distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah

tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik) dan dapat terjadi perforasi.

Usaha usus untuk berperistaltik disaat adanya sumbatan menghasilkan nyeri kolik

abdomen dan penumpukan kuman dalam usus merangsang muntah. Pada obstruksi usus

dengan stranguasi, terdapat penjepitan yang menyebabkan gangguan peredaran darah

sehingga terjadi iskemia, nekrosis kemudian gangren. Gangren ini kemudian

menyebabkan tanda toksis yang terjadi pada sepsis yaitu takikardia, syok septik dengan

leukositosis.

Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus karena

pada obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi strangulasi.

Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi kolon sebagai

alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan elektrolit berjalan

lambat pada obstruksi kolon distal.

Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau

ruptur sedangkan dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding caecum

merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu

tegang. Bila terjadi ruptur maka akan timbul perforasi yang memperberat keadaan pasien.

2.3 GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinik obstruksi ileus sangat mudah dikenal, tidak tergantung kepada

penyebab obstruksinya. Hanya pada keadaan strangulasi, nyeri biasanya lebih hebat dan

menetap.

Obstruksi ileus ditandai dengan gambaran klinik, berupa nyeri abdomen yang

bersifat kolik, muntah-muntah dan obstipasi, distensi intestinalis, dan tidak adanya flatus.

Rasa nyeri perut dirasakan seperti menusuk-nusuk atau rasa mulas yang hebat, umumnya

nyeri tidak menjalar. Pada saat datang serangan, biasanya disertai perasaan perut yang

melilit.

Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan muntah yang

berwarna kehijauan. Pada obstruksi rendah, muntah biasanya timbul sesudah distensi usus

yang jelas sekali, muntah tidak proyektil dan berbau “feculent”, warna cairan muntah

kecoklatan.

Gambaran klinis ileus paralitik pada umumnya sama dengan ileus obstruktif

terdapat juga perbedaannya:

Ileus paralitik Ileus obstruktif

Nyeri kontinu Kolik

Darm contour + +

Darm steifung - +

Bunyi bising usus menghilang Meningkat

Rectal toucher terowongan Kolaps

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

1. Foto Polos Abdomen

Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara mendadak yang

memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu pemeriksaan abdomen harus

dilakukan secara segera tanpa perlu persiapan. Pada kasus abdomen akut diperlukan

pemeriksaan 3 posisi, yaitu :

1. Posisi terlentang (supine): sinar dari arah vertical, dengan proyeksi antero-posterior

(AP)

2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect), bila memungkinkan, dengan sinar

horizontal proyeksi AP

3. Tiduran miring ke kiri ( left lateral decubitus ), dengan arah horizontal, proyeksi AP.

Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat mencakup

seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu dipersiapkan ukuran kaset dan film ukuran

35x 45cm.

Hal – hal yang dapat dinilai pada foto – foto di atas ialah:

1. Posisi terlentang (supine)

- Dinding abdomen, yang penting yaitu: lemak preperitoneal kanan dan kiri baik

atau menghilang.

- Garis psoas kanan dan kiri: baik, menghilang atau adanya pelembungan (bulging).

- Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.

- Kontur ginjal kanan dan kiri.

- Gambaran udara usus :

Normal

Pelebaran lambung, usus halus, kolon

Penyebaran dari usus – usus yang melebar

Keadaan dinding usus

Jarak antara dua dinding usus yang berdampingan

2. Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)

- Gambaran udara bebas di bawah diafragma

3. Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)

- Hampir sama seperti posisi duduk, hanya udara bebas letaknya antara hati dengan

dinding abdomen

2. Barium Enema

Barium enema adalah sebuah pemeriksaan radiologi dengan menggunakan

kontras positif. Kontras positif yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan radiologi

alat cerna adalah barium sulfat (BaSO4). Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih,

berat dan tidak mudah larut dalam air. Garam tersebut diaduk dengan air dalam

perbandingan tertentu sehingga menjadi suspensi. Suspensi tersebut diminum oleh pasien

pada pemeriksaan esophagus, lambung dan usus halus atau dimasukkan lewat kliasma

pada pemeriksaan kolon (lazim disebut enema).

Sinar rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga menimbulkan

bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien meminum suspensi barium dan air, dengan

fluroskopi diikuti kontrasnya sampai masuk ke dalam lambung, kemudian dibuat foto –

foto dalam posisi yang di perlukan. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema

mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian

Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak

dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen.

3. CT-Scan Abdomen

CT ( Computed Tomograhy) merupakan metode body imaging dimana sinar X

yang sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil akan mengatur jumlah sinar x yang

diteruskan kepada pasien untuk menyinari targetnya. Komputer akan segera menganalisa

data dan mengumpulkan dalam bentuk potongan cross sectional. Foto ini juga dapat

disimpan, diperbesar maupun di cetak dalam bentuk film. Pemeriksaan ini dikerjakan jika

secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akan

mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus,

mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat

kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan

lokasi dari obstruksi.

RADIOLOGI ILEUS

Untuk radiologi ileus perlu diperhatikan beberapa hal :

1. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal

daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring Bone

Appearance). Gambaran ini didapat dari pengumpulan gas dalam lumen usus yang

melebar.

2. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan adanya air fluid level

dan step ladder appearance.

3. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid

level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus

letak tinggi, sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran

yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level.

Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya pelebaran usus dan hanya

40% dapat ditemukan adanya air fluid level. Walaupun pemeriksaan radiologi hanya

sebagai pelengkap saja, pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus yang sulit

atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya pada masa pra-bedah.

Ileus obstruktif letak tinggi

Pada ileus obstruktif letak tinggi tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling

distal di iliocecal junction) dan kolaps usus dibagian distal sumbatan. Penebalan dinding usus

halus yang terdilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding

usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra (dari ikan), dan

muskulus yang sirkular menyerupai kostanya. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-

pendek yang berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan

transudasi berada dalam usus halus yang mengalami distensi.

Ileus Obstruksi Letak Rendah

Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan di

kolon) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami

dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang

menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai

kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen.

Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga disebut

juga step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi

dan air fluid level yang panjang-panjang di kolon.

Ileus Paralitik

Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster sampai rektum.

Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone

appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran

vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang

juga distensi tampak pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek

yang berbentuk seperti tangga atau disebut juga step ladder appearance di usus halus dan air

fluid level yang panjang-panjang di kolon.

Semilunar shadow

TERAPI

Ileus obstruksi

Pengelolaan ileus obstruktif adalah sebagai berikut:

Pemasangan sonde lambung

Penderita dipuasakan

Perbaikan kadar elektrolit

Tindakan bedah diperlukan bila terjadi:

Strangulasi

Obstruksi totalis

Hernia inkarserata

Tidak ada perbaikan pada pengobatan konservatif

Ileus paralitik

Pengelolaan ileus paralitik adalah dengan konservatif. Tindakannya berupa dekompresi

dengan pipa nasogastrik, menjaga cairan dan elektrolit, mengobati kausa atau penyakit

primer dan pemberian nutrisi yang adekuat.

Bab III

PENUTUP

Ileus obstruksi merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya

mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyumbatan

lumen usus. Pemeriksaan radiologi pada ileus obstruktif akan tampak dilatasi usus di proksimal

sumbatan dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.

Ileus paralitik merupakan suatu keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu melakukan

kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Pemeriksaan radiologi pada ileus paralititk akan

menunjukkan adanya dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster sampai rektum.

Jika ileus obstruktif berlangsung lama maka bisa terjadi ileus paralitik.

Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka hal ini sangat

berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan

prasarana yang sesuai, keterampilan dokter, dan kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat

berpengaruh pada faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus

yang akhirnya berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh

dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

David A lisle. Imagining for student : Gastrointestinal System. 2nd edition, New York : Oxford

University press inc. 2005.

Davin Sutton. A textbook of Radiology & Imagng. Fifth edition. Volume 2. Churcill Livingston

1992.

Djumhana, Ali. Buku Ajaran Penyakit Dalam, jilid II. Edisi III. Depaertemen Ilmu Penyakit

Dalam FK UKI. Jakarta 2001

Fred. Amttler Jr. Essential of Radology: gastrointestinal system. 2nd. Edition. Departermen of

Radiology, New Mexic Federal Regional center. 2005.

Meschan, M.D Isodare, synopsis of Analystis of roetgan sign in general radiology, international

Eddition: sign in general radiologi: International Eddition

Samsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004

http://dokmud.wordpress.com

http://medscape.com