240354364-pusat-laba (4).docx

24
MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PROFIT CENTER (PUSAT LABA) OLEH AMELIA YULIANSYAH C1C111001 FIQA MUSTIKA RANI C1C111003 SAIBATUL ASLAMIYAH C1C111005 WIA RIZQI AMALIA C1C111007 DESTY AMALIA SARI C1C111121 IKA ARIFANNY SUBEKTI C1C111211 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

Upload: sydessy

Post on 06-Dec-2015

230 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 240354364-pusat-laba (4).docx

MAKALAH

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

PROFIT CENTER (PUSAT LABA)

OLEH

AMELIA YULIANSYAH C1C111001

FIQA MUSTIKA RANI C1C111003

SAIBATUL ASLAMIYAH C1C111005

WIA RIZQI AMALIA C1C111007

DESTY AMALIA SARI C1C111121

IKA ARIFANNY SUBEKTI C1C111211

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN

2013

Page 2: 240354364-pusat-laba (4).docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pertimbangan Umum Pusat Laba

Suatu organisasi fungsional adalah organisasi di mana fungsi produksi atau

pemasaran utama dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah. Ketika suatu organisasi

diubah menjadi organisasi di mana setiap unit utama bertanggung jawab baik atas

produksi maupun pemasaran, maka proses ini disebut dengan istilah divisionalisasi .

Sebagai aturan, perusahaan membuat unit-unit bisnis karena mereka telah memutuskan

untuk melimpahkan wewenang yang lebih luas kepada manajer-manajer operasi.

Meskipun tingkat pelimpahan wewenang tersebut berbeda dari perusahaan yang satu ke

perusahaan yang lain, tetapi wewenang yang lengkap untuk menghasilkan laba tidak

pernah dilimpahkan ke satu segmen tunggal dalam suatu bisnis.

2.2 Kondisi – kondisi dalam Mendelegasikan Pusat Laba

Banyak keputusan manajemen melibatkan usulan untuk meningkatkan beban

dengan harapan bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam

pendapatan penjualan. Keputusan semacam ini disebut sebagai pertimbangan biaya /

pendapatan (expense / revenue trade-off). Tambahan beban iklan adalah salah satu

contohnya. Untuk dapat mendelegasikan keputusan trade off semacam ini dengan aman

ke tingkat manajer yang lebih rendah, maka ada dua kondisi yang harus dipenuhi.

1. Manajer harus memiliki akses ke informasi relevan yang dibutuhkan dalam

membuat keputusan serupa.

2. Harus ada semacam cara untuk mengukur efektivitasnya suatu trade off yang

dibuat oleh manajer.

Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah

dalam organisasi di mana kedua kondisi di atas terpenuhi.

Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang

mulai dari pusat tanggung jawab yang sangat jelas merupakan pusat laba sampai pusat

Page 3: 240354364-pusat-laba (4).docx

tanggung jawab yang bukan merupakan pusat laba. Manajemen harus memutuskan

apakah keuntungan dari delegasi tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya.

2.3 Manfaat Pusat Laba

Menjadikan unit organisasi sebagai pusat laba dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebut dibuat oleh para

manajer yang paling dekat dengan titik keputusan.

2. Kecepatan dari pengambilan keputusan operasional dapat meningkat karena tidak

perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat.

3. Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian sehingga

dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih luas.

4. Manajer karena tunduk pada hanya sedikit batasan dari korporat, lebih bebas

untuk menggunakan imajinasi dan inisiatifnya.

5. Karena pusat-pusat laba serupa dengan perusahaan yang independent, maka pusat

laba memberikan tempat pelatihan yang sempurna bagi manajemen umum. Para

manajer mendapatkan pengalaman dalam mengelola seluruh area fungsional, dan

manajemen yang lebih tinggi mendapatkan kesempatan untuk mengevaluasi

potensi pekerjaan yang tingkatnya lebih tinggi.

6. Kesadaran laba (profit consciousness) dapat ditingkatkan karena para manajer

yang bertanggung jawab atas laba akan selalu mencari cara untuk meningkatkan

labanya. Seorang manajer yang bertanggung jawab untuk kegiatan pemasaran,

misalnya, cenderung untuk menyetujui pengeluaran promosi yang dapat

meningkatkan penjualan, sama halnya seperti manajer yang bertanggung jawab

atas laba yang akan termotivasi untuk membuat promosi yang akan meningkatkan

laba).

7. Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagi manajemen puncak

mengenai profitabilitas dari komponen-komponen individual perusahaan.

8. Karena keluaran (output) yang dihasilkan telah siap pakai, maka pusat laba sangat

responsive terhadap tekanan untuk meningkatkan kinerja kompetitifnya.

Page 4: 240354364-pusat-laba (4).docx

2.4 Kesulitan dengan Pusat Laba

Selain manfaat yang diperoleh tadi, pusat-pusat laba dapat menimbulkan beberapa

kesulitan :

1. Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan memaksa manajemen puncak

untuk lebih mengandalkan laporan pengendalian manajemen dan bukan wawasan

pribadinya atas suatu operasi, sehingga mengakibatkan hilangnya pengendalian.

2. Jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan memiliki informasi yang lebih

baik daripada manajer pusat laba pada umumnya, maka kualitas keputusan yang

diambil pada tingkat unit akan berkurang.

3. Perselisihan dapat meningkatkan karena adanya argument-argumen mengenai

harga transfer yang sesuai, pengalokasian biaya umum (common cost) yang tepat,

dan kredit untuk pendapatan yang sebelumnya dihasilkan secara bersama-sama

oleh dua atau lebih unit bisnis.

4. Unit – unit organisasi yang pernah bekerja sama sebagai unit fungsional akan

saling berkompetisi satu sama lain. Peningkatan laba untuk satu manajer dapat

berarti pengurangan laba bagi manajer yang lain. Dalam situasi seperti ini,

seorang manajer dapat saja gagal untuk memberikan potensi penjualan ke unit

lain yang lebih tepat untuk merealisasikannya ; menimbun pegawai atau peralatan

yang akan lebih baik, dari sudut pandang seluruh perusahaan, jika digunakan di

unit lain ; atau membuat keputusan produksi yang memiliki konsekuensi biaya

yang tidak diinginkan bagi unit lain.

5. Divisionalisasi dapat mengakibatkan biaya tambahan karena adanya tambahan

manajemen, pegawai, dan pembukuan yang dibutuhkan, dan mungkin

mengakibatkan duplikasi tugas di setiap pusat laba.

6. Para manajer umum yang kompeten mungkin saja tidak ada dalam organisasi

fungsional karena tidak adanya kesempatan yang cukup bagi untuk

mengembangkan kompetensi manajemen umum.

7. Mungkin ada terlalu banyak tekanan atas profitabilitas jangka pendek dengan

mengorbankan profitabilitas jangka panjang. Karena ingin melaporkan laba yang

tinggi, manajer pusat laba dapat lalai melaksanakan penelitian dan

pengembangan, program-program pelatihan, ataupun perawatan. Kecenderungan

Page 5: 240354364-pusat-laba (4).docx

ini khususnya terjadi ketika frekuensi pergantian manajer pusat laba relative

tinggi. Dalam situasi seperti ini, para manajer memiliki alasan yang tepat untuk

percaya bahwa tinadakan – tindakan yang mereka ambil tidak mempengaruhi

profitabilitas sampai mereka pindah ke pekerjaan lain.

8. Tidak ada sistem yang sangat memuaskan untuk memastikan bahwa optimalisasi

laba dari masing-masing pusat laba akan mengoptimalkan laba perusahaan

secara keseluruhan.

2.5 Unit Bisnis sebagai Pusat Laba

Hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba karena manajer yang

bertanggungjawab atas unit tersebut memiliki kendali atas pengembangan produk, proses

produk, dan pemasaran. Para manajer tersebut berperan untuk mempengaruhi pendapatan

dan beban sedemikian rupa sehingga dapat dianggap bertanggung jawab atas laba bersih.

Meskipun demikian, wewenang seorang manajer dapat dibatasi dengan berbagai cara,

yang sebaiknya dicerminkan dalam desain dan operasi pusat laba.

Batasan atas Wewenang Unit Bisnis

1. Batasan dari Unit Bisnis Lain

Salah satu masalah utama terjadi ketika suatu unit bisnis harus berurusan dengan

unit bisnis lain. Sangatlah berguna untuk memikirkan pengelolaan suatu pusat

laba dalam hal pengendalian atas tiga jenis keputusan : (1) keputusan produk

(barang atau jasa apa saja yang harus dibuat dan dijual ?) ; (2) keputusan

pemasaran (bagaimana, di mana, dan berapa jumlah barang atau jasa yang akan

dijual ?) ; dan (3) keputusan perolehan (procurement) atau sourcing (bagaimana

mendapatkan atau memproduksi barang atau jasa). Jika seorang manajer unit

bisnis mengendalikan ketiga aktivitas tersebut, biasanya tidak akan ada kesulitan

dalam melaksanakan tanggung jawab laba dan mengukur kinerja. Pada umumnya,

semakin besar tingkat integrasi dalam suatu perusahaan, semakin sulit

melaksanakan tanggung jawab pusat laba tunggal untuk ketiga aktivitas tersebut

dalam lini produk yang ada ; yaitu, akan lebih sulit jika keputusan produksi,

sourcing, dan pemasaran untuk lini produk tunggal dipecah ke dalam dua unit

Page 6: 240354364-pusat-laba (4).docx

bisnis atau lebih, sehingga memisahkan kontribusi tiap-tiap unit bisnis demi

kesuksesan lini produk secara keseluruhan.

2. Batasan dari Manajemen Korporat

Batasan – batasan yang dikenakan oleh manajemen korporat dikelompokkan

menjadi tiga bagian ; (1) batasan yang timbul dari pertimbangan – pertimbangan

strategis ; (2) batasan yang timbul karena adanya keseragaman yang diperlukan ;

dan (3) batasan yang timbul dari nilai ekonomis sentralisasi.

Hampir semua perusahaan mempertahankan beberapa keputusan, terutama

keputusan financial, pada tingkat korporat, setidaknya untuk aktivitas-aktivitas

domestik. Akibatnya salah satu batasan utama atas unit bisnis berasal dari

pengendalian korporat terhadap investasi baru. Unit bisnis yang ada harus saling

bersaing satu sama lain untuk mendapatan bagian dari dana yang tersedia. Oleh

karena itu, suatu unit bisnis dapat menemukan bahwa rencana ekspansinya gagal

karena ada manajer dari unit bisnis lain yang telah meyakinkan manajemen senior

bahwa unit bisnis tersebut memiliki program yang lebih menarik. Manajemen

korporat juga mengenakan batasan lainnya. Setiap unit bisnis memiliki suatu

“perjanjian” yang menyatakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan/atau produksi

yang boleh dilaksanakan, dan unit bisnis tersebut harus menjaga untuk tidak

beroperasi di luar perjanjian tersebut, meskipun jika unit bisnis tersebut melihat

kesempatan laba dengan melakukan hal itu. Selain itu, pemeliharaan citra

korporat juga memerlukan batasan atas kualitas produk atau atas aktivitas –

aktivitas hubungan masyarakat.

Perusahaan – perusahaan mengenakan batasan pada unit-unit bisnis karena

kebutuhan akan keseragaman. Suatu batasan adalah bahwa unti bisnis harus

menyesuaikan diri terhadap sistem pengendalian manajemen dan akuntansi

perusahaan. Batasan tersebut dapat menjadi masalah besar bagi unit-unit yang

baru diakuisisi dari perusahaan lain dan telah dirancang dengan menggunakan

sistem yang berbeda.

Kantor pusat korporat juga harus mengeluarkan biaya untuk penyeragaman dan

untuk kebijakan personalia lainnya, sama seperti penyeragaman etika, pemilihan

Page 7: 240354364-pusat-laba (4).docx

pemasok, komputer dan peralatan komunikasi, dan bahkan desain kop surat dari

unit bisnis.

Pada umumnya, batasan korporat tidak menimbulkan permasalahan yang fatal

dalam suatu struktur yang terdesentralisasi, selama hal itu dikemukakan secara

eksplisit. Manajemen unit bisnis harus memahami kebutuhan penyelarasan

masalah dan harus menghadapinya dengan lapang dada. Masalah – masalah

utama cenderung timbul dalam aktivitas jasa yang dilakukan oleh korporat. Sering

kali unit bisnis mempercayai (terkadang benar) bahwa jasa yang sama dapat

diperoleh dari luar perusahaan dengan biaya yang lebih rendah.

2.6 Pusat Laba Lainnya

1. Unit – unit Fungsional

Perusahaan multibisnis biasanya terbagi ke dalam unit – unit bisnis, di mana

setiap unit diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. Tetapi, subunit

yang ada di dalam unit bisnis tersebut dapat saja terorganisasi secara fungsional.

Terkadang lebih mudah untuk membuat satu atau lebih unit fungsional misalnya aktivitas

operasi pemasaran, manufaktur, dan jasa sebagai pusat laba. Tidak ada prinsip – prinsip

tertentu yang menyatakan bahwa jenis unit tertentu yang merupakan pusat laba sementara

yang lainnya bukan. Keputusan pihak manajemen untuk pusat labanya haruslah

berdasarkan besarnya pengaruh (bahkan jika bukan pengendalian total) yang

dilaksanakan oleh manajer unit terhadap aktivitas yang mempengaruhi laba bersih.

Pemasaran

Aktivitas pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya dari

produk yang terjual. Harga transfer ini memberikan informasi yang relevan bagi manajer

pemasaran dalam membuat trade-off pendapatan / pengeluaran yang optimal, dan praktik

standar untuk mengukur manajer pusat laba berdasarkan profitabilitasnya akan

memberikan evaluasi terhadap trade-off yang dibuat. Harga transfer yang dibebankan ke

pusat laba harus berdasarkan biaya standar, dan bukan biaya aktual dari produk yang

terjual. Dengan menggunakan dasar biaya standar memisahkan kinerja biaya pemasaran

Page 8: 240354364-pusat-laba (4).docx

dari kinerja biaya manufaktur, di mana hal ini mempengaruhi perubahan tingkat efisiensi

yang berada di luar kendali manajer pemasaran.

Kapankah seharusnya kegiatan pemasaran dapat diberikan tanggung jawab laba ? Kapan

manajer pemasaran berada pada posisi yang tepat untuk membuat trade off pendapatan /

pengeluaran yang mendasar. Hal ini sering terjadi pada saat ada kondisi yang berbeda di

wilayah geografis yang berbeda pula, misalnya aktivitas pemasaran luar negeri. Dalam

aktivitas semacam ini, sangat sulit untuk mengendalikan secara terpusat keputusan –

keputusan seperti bagaimana memasarkan suatu produk ; bagaimana menentukan harga ;

kapan dan berapa besar pengeluaran yang akan dihabiskan untuk promosi penjualan, dan

pada media mana saja ; bagaimana melatih orang-orang bagian penjualan ataupun dealer

; di mana dan kapan dapat menciptakan dealer yang baru.

Manufaktur

Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat beban, di mana manajemen dinilai

berdasarkan kinerja versus biaya standar dan anggaran overhead. Tetapi, ukuran ini dapat

menimbulkan masalah, karena ukuran tersebut tidak mengindikasikan sejauh mana

kinerja manajemen atas seluruh aspek dari pekerjaannya. Sebagai contoh :

Seorang manajer dapat lalai melaksanakan pengendalian mutu, mengirimkan

produk dengan kualitas inferior dalam rangka mendapatkan nilai dari biaya

standar.

Seorang manajer dapat saja enggan untuk menginterupsi jadwal produksi guna

memproduksi pesanan darurat dalam memenuhi permintaan konsumen.

Seorang manajer yang diukur dengan standar yang ada dapat saja kurang

termotivasi untuk memproduksi produk – produk yang sulit dibuat atau untuk

meningkatkan standar itu sendiri.

Oleh karena itu, di mana kinerja proses manufaktur diukur terhadap biaya standar,

dianjurkan untuk membuat evaluasi yang terpisah atas aktivitas – aktivitas seperti

pengendalian mutu, penjadwalan produk, dan keputusan buat atau beli .

Salah satu cara untuk mengukur aktivitas organisasi manufaktur secara

keseluruhan adalah dengan menjadikannya pusat laba dan memberikan nilai berdasarkan

Page 9: 240354364-pusat-laba (4).docx

untuk harga jual produk dikurangi dengan estimasi biaya pemasaran. Cara seperti ini jauh

dari sempurna, sebagian karena banyak faktor yang mempengaruhi volume dan

kombinasi penjualan berada di luar jangkauan kendali manajer manufaktur. Meski

demikian, hal ini masih lebih baik (dalam kasus tertentu) daripada menganggap operasi

manufaktur hanya bertanggung untuk biaya.

Unit Pendukung dan Pelayanan

Unit-unit pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, teknik, konsultan, layanan

konsumen, dan aktivitas pendukung sejenis dapat dijadikan sebagai pusat laba. Hal ini

dapat dioperasikan kantor pusat dan divisi pelayanan perusahaan, atau dapat dipenuhi di

dalam unit bisnis itu sendiri. Unit bisnis tersebut membebankan biaya pelayanan yang

diberikan, dengan tujuan finansial untuk menghasilkan bisnis yang mencukupi sehingga

pendapatan setara dengan pengeluaran. Biasanya, unit yang menerima jasa ini memiliki

opsi untuk mendapatkan jasa yang sama dari pemasok luar, sehingga asalkan pemasok

tersebut menawarkan jasa dengan kualitas yang sama dengan harga yang lebih murah.

Ketika unit jasa dikelola sebagai pusat laba, para manajer termotivasi untuk

mengendalikan biaya supaya para konsumen tidak lari, sementara para manajer unit

penerima termotivasi untuk membuat keputusan mengenai apakah jasa yang diterima

sesuai dengan harganya.

2. Organisasi Lainnya

Suatu perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas pemasaran

produk perusahaan di wilayah geografis tertentu sering kali menjadi pusat laba secara

alamiah. Meskipun para manajer cabang tidak memiliki tanggung jawab manufaktur atau

pembelian, profitabilitasnya sering kali merupakan satu-satunya ukuran kinerja yang

paling baik. Lebih lanjut lagi, pengukuran laba merupakan suatu alat motivasi yang

sempurna. Karena itu, toko-toko dalam rantai ritel, restoran-restoran pada rantai makanan

cepat saji, dan hotel-hotel pada rantai hotel merupakan pusat-pusat laba.

Page 10: 240354364-pusat-laba (4).docx

2.7 Mengukur Profitabilitas

Terdapat dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi

suatu pusat laba, sama halnya seperti dalam mengevaluasi perusahaan secara

keseluruhan. Pertama, pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki fokus pada

bagaimana hasil kerja para manajer. Pengukuran ini digunakan untuk perencanaan

(planning), koordinasi (coordinating), dan pengendalian (controlling) kegiatan sehari-

hari dari pusat laba dan sebagai alat untuk memberikan motivasi yang tepat bagi para

manajer. Kedua, ukuran kinerja ekonomis , yang memiliki fokus pada bagaimana kinerja

pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi.

Informasi yang diperlukan untuk kedua tujuan tersebut biasanya tidak dapat

diperoleh dari satu kelompok data saja. Karena laporan manajemen digunakan dengan

frekuensi yang tinggi, sementara laporan ekonomi hanya dibuat pada saat-saat tertentu

saja ketika keputusan-keputusan ekonomi harus dibuat, maka pertimbangan –

pertimbangan yang digunakan dalam rangka pengukuran kinerja manajemen harus

merupakan prioritas utama yang ada di dalam desain sistem yaitu, sistem harus dirancang

agar dapat mengukur kinerja manajemen secara rutin, dengan informasi ekonomi yang

cukup pada laporan – laporan kinerja tersebut, dan juga dari sumber – sumber lain.

2.8 Jenis – jenis Ukuran Kinerja

Kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih (yaitu,

pendapatan yang tersisa setelah seluruh biaya, termasuk porsi yang pantas untuk

overhead korporat, dialokasikan ke pusat laba). Meskipun demikian, kinerja manajer

pusat laba dapat dievaluasi berdasarkan lima ukuran profitabilitas : (1) margin kontribusi,

(2) laba langsung, (3) laba yang dapat dikendalikan, (4) laba sebelum pajak, atau (5) laba

bersih. Berikut ini contoh laporan laba rugi suatu pusat laba :

Page 11: 240354364-pusat-laba (4).docx

Ukuran Profitabilitas

PendapatanHarga pokok penjualanBiaya variabel Margin kontribusiBiaya tetap yang dikeluarkan pusat laba Laba langsungBeban biaya korporat yang dapat dikendalikan Laba yang dapat dikendalikanAlokasi korporat lainnya Pendapatan belum kena pajakPajakPendapatan bersih

$ 1000 600 180 220 …………………………………. (1) 90 130 …………………………………. (2) 10 120 …………………………………. (3) 20 100 …………………………………. (4) 40 $ 60 …………………………………..(5)

1) Margin Kontribusi

Margin kontribusi menunjukkan rentang (spread) antara pendapatan dengan

beban variabel. Alasan utama mengapa ini digunakan sebagai alat pengukur

kinerja manajer pusat laba adalah bahwa karena beban tetap berada di luar kendali

manajer tersebut, sehingga para manajer harus memusatkan perhatian untuk

memaksimalkan margin kontribusi. Permasalahan dari argumen tersebut adalah

bahwa alasannya tidak tepat ; karena pada kenyataannya, hampir seluruh

pengeluaran tetap dapat dikendalikan oleh para manajer. Asumsinya, manajemen

senior ingin agar pusat laba tetap mempertahankan agar beban kebijakan ini

sesuai dengan jumlah yang disetujui dalam proses formulasi anggaran. Fokus

pada margin kontribusi cenderung akan membuat perhatian beralih dari tanggung

jawab tersebut. Lebih lanjut lagi, bahkan jika suatu beban seperti gaji

administratif, tidak dapat diubah dalam jangka pendek, manajer pusat laba masih

tetap bertanggung jawab untuk mengendalikan efisiensi dan produktivitas

pegawai.

2) Laba Langsung

Laba langsung mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap overhead umum dan

laba perusahaan. Ukuran ini menggabungan seluruh pengeluaran pusat laba, baik

yang dikeluarkan oleh atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba tersebut tanpa

mempedulikan apakah pos-pos ini ada dalam kendali manajer pusat laba atau

tidak. Meskipun demikian, pengeluaran yang terjadi di kantor pusat tidak

termasuk dalam perhitungan ini. Kelemahan dari pengukuran laba langsung

Page 12: 240354364-pusat-laba (4).docx

adalah bahwa ia tidak memasukkan unsur manfaat motivasi dari biaya-biaya

kantor pusat.

3) Laba yang Dapat Dikendalikan

Pengeluaran – pengeluaran kantor pusat dapat dikelompokkan menjadi dua

kategori : dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Yang termasuk dalam

kategori pertama adalah pengeluaran – pengeluaran yang dapat dikendalikan,

paling tidak pada tingkat tertentu, oleh manajer unit bisnis, layanan teknologi

informasi misalnya. Jika biaya-biaya ini termasuk dalam sistem pengukuran,

maka laba yang dihasilkan setelah dikurangi dengan seluruh biaya yang

dipengaruhi oleh manajer pusat laba tersebut. Kekurangan utama dari ukuran ini

adalah karena ukuran tersebut tidak memasukkan beban kantor pusat yang tidak

dapat dikendalikan, maka ukuran ini tidak dapat langsung dibandingkan baik

dengan data yang diterbitkan atau data asosiasi dagang yang melaporkan laba dari

perusahaan – perusahaan lain di industri yang sama.

4) Laba sebelum Pajak

Dalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan ke pusat laba

berdasarkan jumlah relatif dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Ada dua

argumen yang menentang alokasi. Pertama, karena biaya-biaya yang dikeluarakan

oleh staf di departemen korporat sebagai bagian keuangan, akuntansi, dan bagian

sumber daya manusia tidak dapat dikendalikan oleh manajer pusat laba, maka

manajer tersebut sebaiknya tidak dianggap bertanggung jawab untuk biaya

tersebut. Kedua, sulit untuk mengalokasikan jasa staf korporat dengan cara yang

secara wajar mencerminkan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pusat laba.

Meskipun demikian, ada tiga argumen yang mendukung dimasukkannya overhead

korporat ke dalam laporan kinerja dari pusat laba. Pertama, unit jasa korporat

memiliki kecenderungan untuk meningkatkan dasar kekuatan dan untuk

memperluas keunggulannya tanpa memperhatikan dampaknya terhadap

perusahaan secara keseluruhan. Mengalokasikan biaya-biaya overhead

perusahaan kepada pusat laba akan meningkatkan kecenderungan bahwa para

manajer pusat laba akan mempertanyakan biaya-biaya ini, untuk memeriksa

pengeluaran kantor pusat. Kedua, kinerja setiap pusat laba akan lebih realistis dan

Page 13: 240354364-pusat-laba (4).docx

lebih dapat diperbandingan dengan kinerja para pesaing yang memberikan jasa

yang sama. Ketiga, ketika para manajer mengetahui bahwa pusat laba mereka

tidak akan menunjukkan laba kecuali semua biaya termasuk bagian overhead

perusahaan yang dialokasikan tertutupi, maka mereka akan termotivasi untuk

membuat keputusan pemasaran jangka panjang yang optimal, penetapan harga,

bauran produk, dan lain-lain, yang akan memberikan manfaat (bahkan dalam

memastikan potensi) bagi perusahaan secara keseluruhan.

Jika pusat laba dibebankan dengan sebagian overhead korporat, maka hal ini

harus dihitung berdasarkan biaya yang telah dianggarkan, dan bukan biaya aktual,

di mana kolom “anggaran” dan “aktual” dalam laporan kinerja pusat laba

menunjukkan jumlah yang hampir sama untuk pos khusus ini. Hal ini akan

memberi kepastian bahwa para manajer pusat laba tidak akan mengeluh baik

karena kebijakan ini maupun karena kurangnya pengendalian mereka atas biaya-

biaya tersebut karena laporan kinerja mereka tidak akan menunjukkan varians

dalam alokasi overhead. Sebaliknya, varians semacam ini akan muncul dalam

laporan laporan pusat tanggung jawab yang benar-benar mengeluarkan semua

biaya tersebut.

5) Laba Bersih

Di sini, perusahaan mengukur kinerja pusat laba domestik berdasarkan laba bersih

(net income), yaitu jumlah laba bersih setelah pajak. Ada dua argumen utama

yang menentang penggunaan metode ini : (1) laba setelah pajak seringkali

merupakan persentase yang konstan atas laba sebelum pajak, dalam kasus di mana

tidak terdapat manfaat dengan memasukkan unsur pajak penghasilan ; dan (2)

karena banyak keputusan yang mempengaruhi pajak penghasilan dibuat di kantor

pusat, maka tidaklah tepat jika para manajer pusat laba harus menanggung

konsekuensi dari keputusan-keputusan tersebut.

Meskipun demikian, ada situasi di mana tariff pajak bervariasi antarpusat laba.

Contohnya anak perusahaan di luar negeri atau unit-unit bisnis yang beroperasi di

luar negeri akan memiliki tarif pajak penghasilan yang berbeda. Pada kasus lain,

pusat laba dapat mempengaruhi besarnya pajak penghasilan melalui kebijakan

kredit cicilan, keputusan mereka dalam membeli atau menjual peralatan, dan

Page 14: 240354364-pusat-laba (4).docx

penggunaan standar akuntansi di luar GAAP untuk membedakan antara laba kotor

dengan laba kena pajak. Dalam situasi-situasi tersebut, sangat mudah untuk

mengalokasikan beban pajak penghasilan ke pusat-pusat laba, tidak hanya untuk

mengukur laba ekonomis tetapi juga untuk memotivasi para manajer untuk

meminimalkan beban pajak.

Pendapatan

Memilih metode pengakuan pendapatan yang tepat sangatlah penting. Apakah

pendapatan dicatat ketika pesanan dibuat, ketika pesanan dikirim, ataukah ketika uang

kas diterima. Selain keputusan ini, ada hal-hal lain yang berkaitan dengan pendapatan

umumnya yang memerlukan pertimbangan. Dalam beberapa kasus dua atau lebih pusat

laba dapat berpartisipasi dalam suatu usaha penjualan yang sukses. Idealnya, setiap pusat

laba harus diberikan nilai yang sesuai atas bagiannya dalam transaksi tersebut.

Pertimbangan Manajemen

Hampir semua kebingungan yang timbul dalam mengukur kinerja manajemen

pusat laba biasanya terjadi sebagai akibat dari kegagalan untuk memisahkan antara

pengukuran kinerja manajer dengan pengukuran ekonomis suatu pusat laba. Jika

seseorang hanya mempertimbangkan pengukuran terhadap manajer jasa, maka sousinya

seringkali tampak nyata : Para manajer harus diukur berdasarkan pos-pos yang dapat

mereka kendalikan, bahkan jika mereka tidak memiliki pengendalian penuh terhadap pos

tersebut. Bagaimanapun, walaupun dengan mengikuti pedoman-pedoman yang ada, tidak

berarti bahwa semua masalah terpecahkan. Tingkat pengaruh yang ada sangat bervariasi,

dan selalu ada pos-pos yang dipengaruhi oleh manajer tetapi hanya sedikit kendalinya.

Jadi, analisis varians merupakan hal yang penting dalam mengevaluasi kinerja

manajemen. Tetapi sistem analisis varians yang paling baikpun masih tetap

membutuhkan unsur penilaian, dan salah satu cara untuk membuat penilaian ini dapat

diandalkan adalah dengan mengeliminasi semua pos di mana manajer tidak memiliki

pengaruh (atau melaporkannya sedemikian rupa sehingga varians-varians tersebut tidak

berkembang).

Page 15: 240354364-pusat-laba (4).docx

BAB III

KESIMPULAN

Pusat laba adalah suatu unit organisasi yang di dalamnya pendapatan dan beban

diukur secara moneter. Dalam menetapkan suatu pusat laba, suatu perusahaan

mendelegasikan wewenangnya dalam pengambilan keputusan ke tingkat yang lebih

rendah yang memiliki informasi yang relevan dalam membuat trade off pengeluaran /

pendapatan. Tindakan ini dapat meningkatkan kecepatan dalam pengambilan keputusan,

kualitas keputusan, memusatkan perhatian yang lebih besar untuk profitabilitas, dan

memberikan pengukuran yang lebih luas atas kinerja manajemen yang merupakan

beberapa di antara keunggulan-keunggulan yang ada.

Batasan pada otonomi pusat laba mungkin ditimbulkan oleh unit-unit bisnis lain

dan oleh manajemen korporat. Batasan ini harus secara eksplisit disadari dalam aktivitas

operasi pusat laba.

Dalam kondisi tertentu, penilaian tetap harus dilakukan untuk menyelesaikan

permasalahan yang ada, meskipun fungsi produksi dan pemasaran dapat dijadikan

sebagai pusat laba tersendiri.

Mengukur laba dalam suatu pusat laba melibatkan penilaian berkaitan dengan

bagaimana pendapatan dan pengukuran diukur. Dalam hal pendapatan, pilihan metode

pengakuan pendapatan sangatlah penting. Dalam hal pengeluaran, pengukuran dapat

bervariasi mulai dari biaya variabel yang dikeluarkan pusat laba sampai overhead

korporat yang dialokasikan penuh, termasuk pajak penghasilan. Penilaian – penilaian

yang berhubungan dengan pengukuran pendapatan dan biaya – biaya harus

dipertimbangkan tidak hanya berdasarkan teknik akuntansi, melainkan yang lebih penting

lagi adalah berdasarkan pertimbangan perilaku. Kuncinya adalah memasukkan beban dan

pendapatan dalam laporan manajer pusat laba yang dipengaruhi oleh tindakan manajer

tersebut, jika tidak secara penuh.

Page 16: 240354364-pusat-laba (4).docx

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. “Management Control System”. Jakarta.

Salemba Empat, 2009