237220616-referat-fraktur

Upload: riza-tafson

Post on 02-Jun-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    1/25

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak

    dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah

    menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian.

    Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu

    lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan

    kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya

    adalah remaja atau dewasa muda.

    Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau

    tulang rawan bisa komplet atau inkomplet atau diskontinuitas tulang yang

    disebabkan oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang. Fraktur adalah terputusnya

    kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur

    sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan

    fraktur yang patologis.

    Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

    Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan

    sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun

    menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah

    mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya,

    sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    2/25

    2

    BAB II

    FRAKTUR

    2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI

    Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis

    sebagai daerah pertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis ini akan menghilang

    pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan menyatu pada saat itulah

    pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti.

    Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis

    merupakan bagian paling atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian

    yang lebih lebar dari ujung tulang panjang, yang berdekatan dengan diskus

    epifisialis, sedangkan diafisis merupakan bagian tulang panjang yang di bentuk

    dari pusat osifikasi primer.

    Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang

    mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses

    pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai

    arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan

    berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah.

    2.2. DEFINISI

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

    dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang

    menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada

    lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa

    trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan

    tulang klavikula atau radius distal patah.

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    3/25

    3

    Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan

    arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat

    menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut

    patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat

    menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.

    2.3. KLASIFIKASI

    Fraktur menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan

    dunia luar dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur

    tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit

    diatasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka. Patah tulang terbuka dibagi

    menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berta

    ringannya patah tulang.

    Derajat Luka Fraktur

    I Laserasi 2 cm, kontusi otot

    disekitarnya

    Dislokasi fragmen jelas

    III Luka lebar, rusak hebat, atau

    hilangnya jaringan di sekitarnya

    Kominutif, segmental, fragmen

    tulang ada yang hilang

    Klasifikasi Fraktur terbuka menurut Gustillo dan Anderson ( 1976 )

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    4/25

    4

    Tipe Batasan

    I Luka bersih dengan panjang luka < 1 cm

    II Panjang luka > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang berat

    III Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur segmental

    terbuka, trauma amputasi, luka tembak dengan kecepatan tinggi,

    fraktur terbuka di pertanian, fraktur yang perlu repair vaskuler dan

    fraktur yang lebih dari 8 jam setelah kejadian.

    Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III (Gustillo dan Anderson, 1976) oleh

    Gustillo, Mendoza dan Williams (1984):

    Tipe Batasan

    IIIA Periosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan kerusakan jaringan

    lunak yang luas

    IIIB Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi berat,periosteal striping

    atau terjadi bone expose

    IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repairtanpa melihat tingkat

    kerusakan jaringan lunak.

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    5/25

    5

    Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal

    tibia dibagi menjadi lima tipe :

    Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya

    masih utuh.

    Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama

    sekali dari metafisis.

    Tipe 3 : Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi

    Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram

    epifisis

    Tipe 5 : Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan

    kematian dari sebagian cakram tersebut.

    Menurut Penyebab terjadinya

    Faktur Traumatik : direct atau indirect

    Fraktur Fatik atau Stress

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    6/25

    6

    Trauma berulang, kronis, misal: fr. Fibula pd olahragawan

    Fraktur patologis : biasanya terjadi secara spontan

    Menurut hubungan dg jaringan ikat sekitarnya

    Fraktur Simple : fraktur tertutup

    Fraktur Terbuka : bone expose

    Fraktur Komplikasi : kerusakan pembuluh darah, saraf, organ visera

    Menurut Mansjoer (2000 : 346-347) dan Appley Solomon (1995 : 238-239)

    fraktur diklasifikasikan menjadi :

    1. Berdasarkan garis patah tulang

    a. Greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya

    bengkok.

    b. Tranversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang.

    c. Spiral, yaitu fraktur yang mengelilingi tungkai/lengan tulang.

    d.

    Obliq, yaitu fraktur yang garis patahnya miring membentuk sudut

    melintasi tulang.

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    7/25

    7

    2. Berdasarkan bentuk patah tulang

    a.

    Complet, yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang dan

    fragmen tulang biasanya tergeser.

    b. Incomplet, meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tulang.

    c.

    Fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana tulang terdorong ke arah

    permukaan tulang lain.

    d. Avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligamen.

    e.

    Communited (Segmental), fraktur dimana tulang terpecah menjadi

    beberapa bagian.

    f. Simple, fraktur dimana tulang patah dan kulit utuh.

    g.

    Fraktur dengan perubahan posisi, yaitu ujung tulang yang patah berjauhan

    dari tempat yang patah.

    h. Fraktur tanpa perubahan posisi, yaitu tulang patah, posisi pada tempatnya

    yang normal.

    i.

    Fraktur Complikata, yaitu tulang yang patah menusuk kulit dan tulang

    terlihat.

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    8/25

    8

    2.4. ETIOLOGI

    Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma

    tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor mempengaruhi

    terjadinya fraktur

    Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang,

    arah dan kekuatan trauma.

    Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan,

    kekuatan, dan densitas tulang.

    Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur

    transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai

    dengan penghimpitan tulang akan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti

    dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih luas.

    Trauma tidak langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik

    trauma dan jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada

    olahragawan, penari dan tentara dapat pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau

    metatarsal yang disebabkan oleh karena trauma yang berulang.

    Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti. tumor atau pada

    penyakit Paget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur.

    Sedang pada orang normal hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur.

    2.5. PATOFISIOLOGI FRAKTUR

    Trauma yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan seseorang

    mempunyai keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan berat badan. Fraktur yang

    terjadi dapat berupa fraktur tertutup ataupun fraktur terbuka. Fraktur tertutup tidak

    disertai kerusakan jaringan lunak disekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    9/25

    9

    disertai kerusakan jarigan lunak seperti otot, tendon, ligamen, dan pembuluh

    darah.

    Tekanan yang kuat atau berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka

    karena dapat menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan

    menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan peradangan dan memungkinkan

    untuk terjadinya infeksi.

    Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan

    bakteri. Tertariknya segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot padadaerah fraktur menyebabkan disposisi pada tulang, sebab tulang berada pada

    posisi yang kaku.

    2.6. MANIFESTASI KLINIS

    Menurut Blach (1989) manifestasi klinik fraktur adalah :

    1. Nyeri

    Nyeri kontinue/terus-menerus dan meningkat semakin berat sampai fragmen

    tulang tidak bisa digerakkan.

    2.

    Gangguan fungsi

    Setelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung

    menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur

    karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang yang mana tulang

    tersebut saling berdekatan.

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    10/25

    10

    3.

    Deformitas/kelainan bentuk

    Perubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang yang

    diketahui ketika dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.

    4. Pemendekan

    Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas

    yang disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di atas dan di bawah

    lokasi fraktur.

    5. Krepitasi

    Suara detik tulang yang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur

    digerakkan.

    6.

    Bengkak dan perubahan warna

    Hal ini disebabkan oleh trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

    2.7. DIAGNOSIS

    Riwayat

    Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi

    kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut.

    riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-

    obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta

    penyakit lain.

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    11/25

    11

    Pemeriksaan Fisik

    a.

    Inspeksi / Look

    Deformitas : angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan, bengkak

    Pada fraktur terbuka : klasifikasi Gustilo

    b. Palpasi / Feel ( nyeri tekan (tenderness), Krepitasi)

    Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukanpalpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas

    dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi

    Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna kulit,

    pengembalian cairan kapler (Capillary refill test) sensasi

    c.

    Gerakan / Moving

    Dinilai apakah adanya keterbatasan pada pergerakan sendi yang berdekatan

    dengan lokasi fraktur.

    d.

    Pemeriksaan trauma di tempat lain : kepala, toraks, abdomen, pelvis

    Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut

    protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan

    circulation. Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapatdisingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis. Saat pasien stabil, maka

    dilakukan secondary survey.

    Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium : darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test,

    dan urinalisa.

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    12/25

    12

    Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :

    I.

    2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral

    II.

    Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur

    III. Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang

    cedera dan yang tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali,

    yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

    Pergeseran fragmen Tulang ada 4 :

    1. Alignment : perubahan arah axis longitudinal, bisa membentuk sudut

    2.

    Panjang : dapat terjadi pemendekan (shortening)

    3. Aposisi : hububgan ujung fragmen satu dengan lainnya

    4. Rotasi : terjadi perputaran terhadap fragmen proksimal

    2.8. PENATALAKSANAAN

    Prinsip penatalaksanaan fraktur terdiri dari 4R yaitu recognition berupa

    diagnosis dan penilaian fraktur, reduction, retention dengan imobilisasi, dan

    rehabilitation yaitu mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

    Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur

    dengan splint. Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik

    sebelum maupun sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple

    trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi awal fraktur tulang panjang setelah

    hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan definitif fraktur adalah

    dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF maupun OREF.

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    13/25

    13

    Tujuan pengobatan fraktur :

    a. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi. Tehnik

    reposisi terdiri dari reposisi tertutup dan terbuka. Reposisi tertutup dapat

    dilakukan dengan fiksasi eksterna atau traksi kulit dan skeletal. Cara lain yaitu

    dengan reposisi terbuka yang dilakukan padapasien yang telah mengalami gagal

    reposisi tertutup, fragmen bergeser, mobilisasi dini, fraktur multiple, dan fraktur

    patologis.

    b. IMOBILISASI / FIKSASI dengan tujuan mempertahankan posisi fragmen post

    reposisi sampai Union. Indikasi dilakukannya fiksasi yaitu pada pemendekan

    (shortening), fraktur unstabel serta kerusakan hebat pada kulit dan jaringan

    sekitar

    Jenis Fiksasi :

    Ekternal / OREF (Open Reduction External Fixation)

    Gips ( plester cast)

    Traksi

    Jenis traksi :

    Traksi Gravitasi: U- Slab pada fraktur humerus

    Skin traksi

    Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan

    kembali ke posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan

    kulit akan lepas

    Sekeletal traksi : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin.

    Traksi ini dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur,

    lutut), pada tibia atau kalkaneus ( fraktur kruris). Adapun komplikasi yang dapat

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    14/25

    14

    terjadi pada pemasangan traksi yaitu gangguan sirkulasi darah pada beban > 12

    kg, trauma saraf peroneus (kruris) , sindroma kompartemen, infeksi tempat

    masuknya pin

    Indikasi OREF :

    Fraktur terbuka derajat III

    Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas

    fraktur dengan gangguan neurovaskuler

    Fraktur Kominutif

    Fraktur Pelvis

    Fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF

    Non Union

    Trauma multiple

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    15/25

    15

    Internal / ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

    ORIF ini dapat menggunakan K-wire, plating, screw, k-nail. Keuntungan cara ini

    adalah reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.

    Indikasi ORIF :

    a. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya

    fraktur talus dan fraktur collum femur.

    b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulse dan fraktur

    dislokasi.

    c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya fraktur

    Monteggia, fraktur Galeazzi, fraktur antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki.

    d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan

    operasi, misalnya : fraktur femur.

    c. UNION

    d. REHABILITASI

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    16/25

    16

    2.9. PENYEMBUHAN FRAKTUR

    Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :

    1. Fase hematoma

    Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil

    yang melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada

    daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur.

    Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan

    dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat

    terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.

    Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah

    fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah

    cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.

    2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal

    Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu

    reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel

    osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna

    serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler

    dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum,

    maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak

    berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan

    fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi

    pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari

    tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi

    pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari

    fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    17/25

    17

    pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan

    suatu daerah radiolusen.

    3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)

    Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen

    sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk

    tulang rawan. Tempat osteoblast diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan

    perlengketan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang

    yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaanradiologi kalus atau woven bonesudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik

    pertama terjadinya penyembuhan fraktur.

    4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)

    Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan

    diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi

    struktur lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.

    5. Fase remodeling

    Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian

    yang menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada

    fase remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap

    terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan

    menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi

    sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk

    membentuk ruang sumsum.

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    18/25

    18

    2.10. KOMPLIKASI FRAKTUR

    Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat

    penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik.

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    19/25

    19

    a. Komplikasi umum

    Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan

    gangguan fungsi pernafasan.

    Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam

    pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi

    gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain

    dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau gas

    gangren

    b. Komplikasi Lokal

    Komplikasi dini

    Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca trauma,

    sedangkan apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut

    komplikasi lanjut.

    Pada Tulang

    1. Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.

    2. Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi

    pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau

    bahkan non union

    Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi

    pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi

    kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi

    Pada Jaringan lunak

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    20/25

    20

    1.

    Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial

    karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan

    melakukan pemasangan elastik

    2.

    Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh

    karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang

    menonjol

    Pada Otot

    Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebutterganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut

    yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit

    dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley

    & Solomon,1993).

    Pada pembuluh darah

    Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus.

    Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi

    dan perdarahan berhenti spontan.

    Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma

    atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan

    mendadak pada pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan

    intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri

    yang lama seperti pemasangan torniquet dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh

    vena yang putus perlu dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi

    (Apley & Solomon, 1993).

    Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada

    tungkai atas maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler

    sekitarnya. Fenomena ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    21/25

    21

    pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran darah dan

    terjadi edema dalam otot.

    Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat

    menimbulkan kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan

    fibrus yang secara periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur

    volkmann. Gejala klinisnya adalah 5 P yaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor

    (pucat), Pulseness (denyut nadi hilang) dan Paralisis

    Pada saraf

    Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis

    (kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi

    nervus (Apley & Solomon,1993).

    Komplikasi lanjut

    Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union. Pada

    pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau

    perpanjangan.

    Delayed union

    Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada

    pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujungfraktur,

    Terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal dilakukan Osteotomi. Bila

    lebih 20 minggu dilakukan cancellus grafting (12-16 minggu)

    Non union

    Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    22/25

    22

    Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan

    fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih

    mempunyai potensi untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone

    grafting.

    Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis)

    terdapat jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi

    cairan, proses union tidak akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.

    Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteumyang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi

    yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi,

    infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis)

    Mal union

    Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas.

    Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi .

    Osteomielitis

    Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi

    pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non

    union (infected non union). Imobilisasi anggota gerak yang mengalami

    osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa osteoporosis dan

    atropi otot

    Kekakuan sendi

    Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi

    lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler,

    perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek

    waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    23/25

    23

    periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada penderita dengan

    kekakuan sendi menetap (Apley & Solomon,1993).

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    24/25

    24

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

    dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur

    menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar dibagi

    menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Menurut Mansjoer (2000 :

    346-347) dan menurut Appley Solomon (1995 : 238-239) fraktur diklasifikasikan

    Berdasarkan garis patah tulang yaitu greenstick, transversal, spiral, dan obliq.

    Berdasarkan bentuk patah tulang yaitu complet, incomplet, avulsi, comminuted,

    simple, dan complikata. Penyebab fraktur ini dapat berupa trauma langsung, tak

    langsung, maupun penyakit yang menyertai. Untuk mendiagnosis suatu fraktur,

    harus dilakukan anamnesis trauma, pemeriksaan fisik yang terdiri dari look, feel

    dan move, serta pemeriksaan penunjang X-ray. Penatalaksaan dari fraktur yaitu

    dengan reposisi, fiksasi, union dan rehabilitasi. Terdapat berbagai komplikasi

    yagn didapatkan bila penanganan fraktur ini tidak adekuat diantaranya yaitu

    malunion, delayed union maupun nonunion.

    \

  • 8/11/2019 237220616-referat-fraktur

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Apley, A.Graham. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem APLEY. Ed.7.

    Jakarta : Widya Medika.1995

    2.

    Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.

    Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara.1995.

    3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu BedahOrtopedi. Jakarta : PT. Yarsif

    Watampone. 2007

    4. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta

    : Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.

    5. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6.

    Jakarta : EGC.2000.

    6.

    Sabiston, David C.Buku Ajar Bedah bagian 2. Jakarta: EGC 1994.

    7. http://orthoinfo.aaos.org

    8. www.bedahugm.com

    9.

    www.emedicine.com

    10.www.wikipedia.com

    http://orthoinfo.aaos.org/http://orthoinfo.aaos.org/http://www.bedahugm.com/http://www.emedicine.com/http://www.wikipedia.com/http://www.wikipedia.com/http://www.wikipedia.com/http://www.emedicine.com/http://www.bedahugm.com/http://orthoinfo.aaos.org/