22700858 hubungan antara citra diri dan motivasi berprestasi mahasiswa penerima beasiswa bantuan...

29
HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BANTUAN BELAJAR FIP UM BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997 :105) belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita prestasi yang diharapkan. Keberhasilan mendapatkan prestasi sangat dipengaruhi oleh factor motivasi (Ninawati, 2002). Motivasi merupakan hal yang terpenting dalam proses belajar karena motivasi bukan hanya penggerak tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku dalam belajar. Tinggi rendahnya motivasi dalam belajar sangat terkait dengan motivasi berprestasi yang dimilikinya. Motivasi berprestasi adalah keinginan yang mengarahkan seseorang untuk selalu meningkatkan prestasinya dengan bekerja keras dan bekerja untuk mencapai mutu kerja sebaik-baiknya Pentingnya kebutuhan pendidikan dan mendapatkan prestasi tersebut sering terhambat dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan setiap individu.

Upload: guykenz

Post on 15-Dec-2015

799 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA

BANTUAN BELAJAR FIP UM

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa

belajar berbagai macam hal.

Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu

yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997 :105)

belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan

terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan

cita-cita prestasi yang diharapkan.

Keberhasilan mendapatkan prestasi sangat dipengaruhi oleh factor

motivasi (Ninawati, 2002). Motivasi merupakan hal yang terpenting dalam proses

belajar karena motivasi bukan hanya penggerak tingkah laku, tetapi juga

mengarahkan dan memperkuat tingkah laku dalam belajar. Tinggi rendahnya

motivasi dalam belajar sangat terkait dengan motivasi berprestasi yang

dimilikinya. Motivasi berprestasi adalah keinginan yang mengarahkan seseorang

untuk selalu meningkatkan prestasinya dengan bekerja keras dan bekerja untuk

mencapai mutu kerja sebaik-baiknya

Pentingnya kebutuhan pendidikan dan mendapatkan prestasi tersebut

sering terhambat dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan setiap individu.

Pada masa ini pendidikan merupakan sesuatu kebutuhan yang mahal dimana

untuk dapat memenuhinya seseorang harus mengeluarkan biaya yang sangat besar

khususnya pada tingkat perguruan tinggi. Walaupun seseorang mempunyai

kemampuan dan prestasi yang memadai untuk mendapatkan pendidikan tinggi,

namun tanpa biaya yang memadai hal itu tidak menjamin orang itu akan

mendapatkan pendidikan tinggi. Untuk itulah pemerintah mempunyai program

bantuan biaya yang lebih dikenal dengan sebutan ‘beasiswa’.

Beasiswa memiliki arti sebagai bantuan yang diberikan pada siswa dalam

bentuk dana atau uang yang akan digunakan untuk membantu proses pendidikan.

beasiswa dapat digolongkan dalam 2 kategori besar yaitu, beasiswa prestasi bagi

mahasiswa yang berprestasi dan beasiswa bantuan belajar bagi para mahasiswa

yang mengalami kesulitanekonomi. Secara umum penggunaan beasiswa adalah

untuk meringankan beban biaya pendidikan. Seperti yang termuat dalam Pedoman

Memberian Beasiswa Mahasiswa (Universitas Negeri Malang, 2006:3) bahwa

tujuan beasiswa yakni: Untuk meningkatkan pemerataan dan kesempatan belajar

bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan ekonomi, Mendorong dan

mempertahankan semangat belajar para mahasiswa agar mereka dapat

menyelesaikan pendidikan tepat waktu Mendorong meningkatkan prestasi

akademik sehingga memacu peningkatan kualitas pendidikan.

Dengan pemberian beasiswa diharapkan mahasiswa dapat mencukupi

kebutuhan proses pembelajarannya. Segala kebutuhan untuk memperlancar proses

pembelajaran dapat terpenuhi dengan adanya beasiswa yang berperan untuk

membantu pemerataan pendidikan dan memperlancar proses belajar dengan baik.

Namun dalam kenyataannya, pemberian beasiswa bantuan belajar ini

menjadi polemik sendiri bagi para penerimanya. Para penerima beasiswa ini

merasa diri sebagai orang yang kurang mampu atau mempunyai kesulitan dalam

hal ekonomi keluarga. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi

pencitraan diri para mahasiswa penerima beasiswa dalam pergaulannya di kampus

tempat mereka belajar.

Citra diri menurut H. Fadhil Zainal Abidi, BE (2008) adalah anggapan

yang tertanam di dalam fikiran bawah sadar seseorang tentang dirinya sendiri.

Citra diri bisa tertanam dalam fikiran bawah sadar oleh pengaruh orang lain,

pengaruh lingkungan, pengalaman masa lalu atau sengaja ditanamkan oleh fikiran

sadar. Ditambahkan lagi bahwa Citra diri merupakan blueprint kehidupan

seseorang, ia akan menjalani kehidupannya sesuai gambaran mental yang ada

dalam citra dirinya.

Citra diri adalah satu komponen yang akan mempengaruhi tumbuh

kembangnya motivasi berprestasi mahasiswa. Apabila mahasiswa memandang

positif terhadap citra diri yang dimilikinya maka akan merasa yakin bahwa dirinya

bisa dan mampu sehingga memungkinkan dirinya untuk termotivasi meraih

prestasinya. Dan demikian sebaliknya, apabila mahasiswa memandang negatif

terhadap citra diri yang dimilikinya maka akan merasa bahwa dirinya tidak

mampu sehingga dalam dirinya kurang memiliki motivasi meraih prestasinya .

Dalam kaitan pentingnya citra diri pada mahasiswa penerima beasiswa

bantuan belajar sebagai salah satu faktor penting untuk menumbuhkan motivasi

berprestasi, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti :

”Hubungan Antara Citra Diri Dan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Penerima

Beasiswa Bantuan Belajar FIP UM”.

B. Rumusan Masalah

Adapaun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pencitraan diri mahasiswa penerima beasiswa

bantuan belajar?

2. Bagaimanakah motivasi berprestasi mahasiswa penerima

beasiswa bantuan belajar?

3. Adakah hubungan antara citra diri dan motivasi berprestasi

mahasiswa penerima beasiswa bantuan belajar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengungkap :

1. Pencitraan diri mahasiswa penerima beasiswa bantuan belajar.

2. Motivasi berprestasi mahasiswa penerima beasiswa bantuan

belajar.

3. Hubungan antara citra diri dan motivasi berprestasi mahasiswa

penerima beasiswa bantuan belajar.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara citra diri dan

motivasi berprestasi mahasiswa penerima beasiswa bantuan belajar Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Malang.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik dari sisi

teoritis maupun praktis. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian

ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan perkembangan yang berarti

untuk perkembangan ilmu Psikologi, yang berhubungan dengan dunia

pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Universitas pemberi beasiswa, dengan adanya penelitian ini

diharapkan dapat memberikan wacana tentang bagaimana cara

mengontrol perkembangan prestasi mahasiswa penerima beasiswa

bantuan belajar tersebut

b. Bagi mahasiswa penerima beasiswa, hasil penelitian ini dapat

memberikan pengetahuan tentang bagaimana mempersepsikan diri

sehingga mempunyai pencritraan diri yang positif sehingga dapat

menunjang pencapaian prestasi yang maksimal dalam kegiatan

perkuliahannya.

c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai acuan untuk pengembangan pada penelitian-penelitian yang

berhubungan dengan citra diri dan motivasi berprestasi lebih lanjut.

F. Asumsi Penelitian

Asumsi adalah tentang suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti

yang dirumuskan secara jelas (dalam Arikunto, 2002). Menurut Surakhmad

(dalam Arikunto, 2002) “Asumsi adalah sebuah tolak pemikiran yang

kebenarannya diterima peneliti”.

Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah :

1. Keberagaman pencitraan diri mahasiswa penerima beasiswa bantuan belajar.

2. Pencitraan diri dapat diukur dengan menggunakan skala citra diri.

3. Motivasi berprestasi dapat diukur dengan menggunakan skala motivasi

berprestasi.

4. Hubungan citra diri dan motivasi berprestasi dapat diukur dengan skala

psikologi.

G. Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian

1. Adapun keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah: peneliti hanya

meneliti hubungan kecerdasan emosional dan motivasi berprestasi dengan

prestasi kerja pada anggota Reserse di Kepolisian.

Tabel 1.1

Jabaran Variabel

No.

Variabel Indikator Deskriptor

Alat

pengumpul

data

1. Citra Diri A. Terhadap diri sendiri 1. Penilaian diri positif

2. Penilaian diri negatif Skala citra

diriB. Terhadap lingkungan 1.Penilaian diri positif

2. Penilaian diri negatif

2. Motivasi

Berprestasi

A. Memiliki

penerimaan terhadap

umpan balik

Menyukai kegiatan yang

memberi umpan balik

yang tepat dan secara

langsung untuk kemajuan.

Skala

Motivasi

Berprastasi

B. Memiliki

kemampuan

menemukan cara-

cara baru dan kreatif

Memiliki inisiatf yang

tinggi, mampu

mengeksplorasi

lingkungan untuk

menemukan hal baru.C. Memiliki tanggung

jawab

Keinginan mengatasi

rintangan, mampu

mengatasi kegagalan diri

dengan kemampuan yang

dimiliki.D. Kemampuan

mengelola tugas

yang mempunyai

tingkat kesulitan

yang dan tujuan

yang masih realistis

Mengambil resiko yang

tidak terlalu mudah dan

tidak terlalu sulit.

E. Memperhitungkan

keberhasilan

Setiap melaksanakan

tugas selalu

memperhitungkan tentang

berhasil tidaknya tugas

tersebut.

F. Menyatu dengan

tugas

Memiliki loyalitas yang

tinggi terhadap tugas-

tugasnya.G. Memiliki dorongan

kuat untu melakukan

sesuatu lebih baik

dari orang lain

Memiliki daya saing yang

tinggi sehingga dirinya

bisa labih baik dari orang

lain.

3. Keterbatasan penelitian

a. Variabel yang diteliti terbatas pada citra diri, dan motivasi berprestasi.

b. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian hanya dapat digunakan

untuk mengukur citra diri, dan motivasi berprestasi

c. Hasil penelitian ini hanya berlaku pada tempat pelaksanaan penelitian

yaitu mahasiswa penerima beasiswa bentuan belajar di Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Malang.

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian serta penafsiran terhadap variabel-

variabel dalam penelitian ini, maka dikemukakan definisi operasional variabel-

variabel penelitan sebagai berikut:

1. Citra diri pada dasarnya adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara

sadar mencakup persepsi & perasaan tentang ukuran & bentuk, fungsi,

penampilan & potensi yang secara berkesinambungan mencakup masa lalu

& saat ini dimodifikasi dengan persepsi & pengalaman yang baru. Hal ini

dapat diungkap dengan menggunakan teknik skala, yaitu skala citra diri.

2. Motivasi Berprestasi adalah keinginan seseorang untuk selalu

meningkatkan prestasinya dengan bekeja keras untuk mencapai mutu

kerja sebaik-baiknya. Kriteria motivasi berprestasi antara lain: memiliki

penerimaan terhadap umpan balik, menemukan cara baru yang kreatif,

memiliki tanggung jawab pribadi, memiliki kemampuan mengelola tugas

yang memiliki tingkat kesulitan yang moderat dan tujuan yang realistis.

Motivasi berprestasi diukur dengan skala motivasi berprestasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Citra Diri

1. Pengertian Citra Diri

Manusia pada dasarnya menyatakan dirinya dengan bertingkah laku,

dalam hal ini manusia menggunakan sistem kognitif yang berbeda dengan hewan

yang bertingkah laku hanya sekedar menggunakan instingnya saja. Manusia dapat

bertingkah laku secara sengaja maupun tidak sengaja. Dalam bahasa psikologi

disebut sebagai tingkah laku yang sadar dan tingkah laku tak sadar. Menurut

Jalaludin Rahmat (1996), apa yang dilakukan oleh manusia melalui tingkah

lakunya itu adalah “Aku” seseorang atau “Self”. Menurut Maxwell Maltz (Bobbe

Sammer and Mark F. 1995), kita sadari maupun tidak masing-masing dari kita

selalu membawa suatu cetak mental, atau gambaran tentang diri kita sendiri.

Biasanya gambaran tersebut kabur dan yang Nampak pada alam kesadaran kita

seringkali tidak sama dengan yang sebenarnya. Karena terlalu kabur maka

terkadang gambaran tersebut bahkan tidak nampak pada alam kesadaran kita.

Gambaran tentang diri seseorang itulah yang lazim disebut sebagai Citra Diri atau

Self Image, yakni konsepsi kita tentang “siapa diri kita ini”. Gambaran yang

terbentuk atas dasar keyakinan-keyakinan diri kita sendiri, dan sebagian besar

keyakinan tersebut tersusun dari berbagai pengalaman dimasa yang lalu, baik

keberhasilan maupun kegagalan, serta berbagai cara orang lain memperlakukan

kita atau berekasi terhadap kita. Namun banyak dari individu yang beranggapan

sekali gambaran itu muncul, maka untuk seterusnya kita menganggapnya sebagai

sesuatu yang “benar”. Kita tidak lagi mempertanyakan keabsahannya, melainkan

langsung menganggapnya sebagai suatu pijakan dasar yang sah dalam bersikap

dan bertingkah laku, seolah “gambaran” tersebut memang benar. Maka secara

singkat dapat dikatakan bahwa citra diri berpengaruh pada perilaku kita sehari-

hari.

Lebih lanjut dikatakan oleh Jersild (1961), bahwa Citra Diri adalah

bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri, bagaimana bayangan atau gambaran

tentang diri seorang individu itu sendiri mengenai dirinya. Self atau diri yang ada

dalam diri seseorang tersebut merupakan Inner World seseorang yang termasuk

didalamnya mengenai pikiran dan perasaan, perjuangan dan harapan, ketakutan

dan frustasi, serta pandangan tentang apa dan siapa dirinya dan juga bagaimana

dia ingin dipandang oleh orang lain. Dari beberapa pernyataan tokoh di atas maka

dapat diambil kesimpulan secara singkat bahwa Citra Diri adalah suatu gambaran,

cerminan, pandangan, dan bayangan yang dimiliki oleh seseorang mengenai

dirinya sendiri. Dimana citra diri tersebut sangat berpengaruh terhadap pola pikir

dan pola tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari dalam hubungannya

dengan lingkungan sekitar.

2. Faktor-Faktor Yang Membentuk Citra Diri

Citra diri bukan terbentuk dari pembawan sejak lahir melainkan

berkembang dari beribu-ribu pengalaman yang mengumpul sedikit demi sedikit

dalam proses berkembangnya kehidupan seseorang (R.B Burns, 1993). Oleh

sebab itu pengalaman seseorang dalam interaksinya dengan lingkungan akan

membawa diri seseorang memiliki gambaran tentang dirinya. Seperti pada

pernyataan diatas bahwa citra diri tidak terbentuk sejak lahir namun terbentuk

dalam perkembangan dirinya, maka ada faktor-faktor yang membentuk citra diri.

Seperti yang dinyatakan oleh Burn (1993), bahwa faktor yang membentuk citra

diri adalah:

a. Citra Tubuh

Faktor ini adalah tentang evaluasi terhadap diri fisik sebagai obyek yang

jelas hubungannya dengan orang lain.

b. Bahasa

Kemampuan untuk mengkonseptualisasikan dan memverbalisasikan

dirinya dalam hubungannya dengan orang lain.

c. Umpan Balik Dari Orang Lain

Pandangan dan pendapat orang lain dan lingkungannya akan membawa

seseorang mendapat masukan yang pada akhirnya ia akan memiliki konsepsi

tentang dirinya sendiri bahwa inilah saya.

d. Identifikasi Terhadap Orang Lain.

Proses ini sangat erat hubungannya dalam interaksi sosial maupun dengan

lingkungannya, dimana kadang seseorang mencoba untuk meniru orang lain.

Yang ditiru adalah tentang nilai, keyakinan dan juga perbuatan orang lain serta

pola pikir orang lain.

3. Terbentuk dan Perubahan Citra Diri

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa citra diri tidak terbentuk

sejak lahir melainkan terbentuk melalui proses interaksi sosial. Hal ini dapat

diilustrasikan bahwa seorang remaja wanita didalam keluarganya ia hanya satu

satunya anak wnita sedangkan yang lainnya adalah anak laki-laki. Suatu ketika ia

meminta tolong kepada ayahnya untuk mengajari menghitung suatu tugas. Namun

orang tuanya tidak memberi tahu namun malah mengatakan bahwa kamu itu

memang tidak bisa dalam hal menghitung, hal ini diperkuat oleh pernyataan

kakaknya bahwa sebagai seorang perempuan yang cantik tidak perlu bisa dalam

hal menghitung. Hal ini berakibat anak perempuan itu akan mempunyai citra

bahwa ia adalah anak perempuan yang cantik namun tidak bisa dalam hal

menghitung. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang akan merubah

citra dirinya apabila mendapat konflik dari lingkungan. Seperti yang dinyatakan

oleh Rogers (Sumadi, 1982), bahwa dalam menyelesaikan konflik dengan orang

lain yang timbul dan harus dihadapi oleh individu maka ia akan merubah

gambaran tentang dirinya dan nilai-nilai dalam dirinya sedemikian rupa, sehingga

perasaan dan nilai yang sebenarnya dipalsukan. Hal ini dilakukan agar diterima

oleh lingkungan.

4. Hubungan Citra Diri dan Konsep Diri

Brook (Jalalludin Rahmat, 1985), menyatakan bahwa, “self concept is

those of physical, social and psychological persception of ourselves that have

received from experience and our interaction with other”. Jadi Konsep Diri adalah

pandangan, perasaan dan persepsi tentang diri kita ini yang bersifat psikologis

sosial, dan fisik. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, namun

juga penilaian kita tentang diri kita sndiri. Konsep diri trsebut meliputi apa yang

kita pikirkan dan apa yang kita rasakan tentang diri kita sendiri. Lebih lanjut

dikatakan oleh Taylor (Rahmat, 1985), mendefinisikan konsep diri sebagai : “all

you think and feel about you, the entire complex of beliefe and attitudes you hold

about your self”. Jadi konsep diri adalah semua yang dipikirkan dan dirasakan

oleh seseorang tentang kepercayaan dan sikap yang mereka pegang tentang diri

mereka sendiri.

Menurut Rahmat (1995), bahwa konsep diri terdiri dari 3 komponen

pembentuk, yaitu:

a. Komponen kognitif

Komponen ini disebut sebagi citra diri atau self image. Komponen ini

terwakili dengan pernyataan “saya ini orang pintar”.

b. Komponen afektif

Komponen ini disebut sebagai Harga Diri atau Self Esteem. Komponen ini

terwakili dengan pernyataan “saya senang diri saya pintar”. Lebih lanjut Titi

(1987) menyunting pendapat Gallup, bahwa konsep diri terbentuk dari 2

komponen, yaitu:

a. Self Image

Merupakan gambaran diri seseorang secara sederhana, misalnya

“Saya wanita berkulit putih dan bertinggi sedang”.

b. Self Esteem

Merupakan penilaian diri seseorang secara mendalam, misalnya

“Sebagai seorang mahasiswa saya tidak cemerlang, tetapi saya punya

bakat dalam bidang seni”.

Kedua komponen ini sangat berpengaruh dalam hubungan interpersonal

seorang individu. Seperti yang dinyatakan oleh D.Brok (Jalaludin Rahmat, 1985),

bahwa antara Self Image dan Self Esteem samasama berpengaruh besar dalam pola

hubungan interpersonal individu dengan orang lain.

5. Komponen-Komponen Citra Diri

Menurut Jersild (1961), terdapat 3 komponen dalam citra diri seseorang yaitu :

a. Perceptual Component

Komponen ini merupakan Image yang dimiliki seseorang mengenai

penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang diberikan pada orang lain.

Tercakup didalamnya Attractiviness dan Appropriatiness yang berhubungan

dengan daya tarik seseorang bagi orang lain. Hal ini dapat dicontohkan oleh

seseorang yang memiliki wajah cantik atau tampan sehingga ia disukai oleh orang

lain. Komponen ini disebut sebagai Physical Self Image.

b. Conceptual Component

Merupakan konsepsi seseorang mengenai karakteristik dirinya, misalnya

kemampuan, kekurangan dan keterbatasan dirinya. Hal ini dapat dicontohkan

dengan pernyataan “Saya pintar dalam bidang akademik, saya tidak bisa dalam

bidang seni”. Komponen ini disebut Psychological Self Image.

c. Attitudional Component

Merupakan pikiranan perasaan seseorang mengenai dirinya, status, dan

pandangan terhadap orang lain. Hal ini dapat dicontohkan dengan pernyataan

“Saya orangnya supel dan mudah bergaul dengan orang lain. Saya seorang

mahasiswa sehingga harus bisa berbicara dengan orang banyak”. Komponen ini

disebut sebagai Social Self Image.

B. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi menggambarkan suatu dorongan yang menggerakkan manusia

untuk bertindak dengan cara tertentu. Hal ini membuktikan bahwa motivasi

muncul karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan menunjukkan adanya

kekurangan yang dialami individu. Kekurangan yang dapat bersifat fisiologis,

psikologis, atau sosiologis. Kebutuhan tersebut mendorong dan mengarahkan

untuk mengurangi kekurangan akan kebutuhan. Motivasi juga merupakan

cadangan energi dalam diri seseorang yang nantinnya dapat digunakan dalam

mewujudkan keinginannya. Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti

dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya

ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya.

Memotivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi

bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan

mewujudkan tujuan yang telah ditentukan (Hasibuan, 2006:141).

Menurut J.P. Chaplin (2000), motivasi adalah suatu variabel yang ikut

campur tangan yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu didalam

organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan

tingkah laku menuju satu sasaran. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal

yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau

bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Perusahaan bukan hanya

mengharapkan karyawan mampu, cakap dan terampil tetapi yang terpenting setiap

karyawan mau bekerja dengan giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja

yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan karyawan tidak ada artinya bagi

perusahaan jika karyawan tidak mau bekerja giat.

Motivasi menurut Robbins (dalam Winardi, 2001:1) adalah kesediaan

untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang

dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan

individual. Anorogo (2006:38) motivasi adalah suatu model dalam menggerakkan

dan mengarahkan seseorang agar dapat melaksanakan tugasnya masing-masing

dalam mencapai sasaran dengan penuh kesadaran, kegairahan dan tanggung

jawab.

Mitchell dalam Winardi (2001:1) menyatakan motivasi mewakili proses-

proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya

persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah tujuan

tertentu. Lebih lanjut Hodgetts dan Luthan (dalam Usmara, 2006) mengemukakan

motivasi sebagai proses psikologis melalui keinginan yang belum terpuaskan,

yang diarahkan ke pencapaian tujuan.

Motivasi dapat berfungsi sebagai proses pemberian motif (penggerak)

kerja kepada karyawan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan

ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi. Anorogo (2001:34) memberikan

pengertian motivasi adalah kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah suatu

tujuan tertentu.

Motivasi menurut Edwin B. Flippo (dalam Hasibuan, 2006:143) motivasi

adalah suatu keahlian dalam mengarahkan karyawan dan organisasi agar mampu

bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para karyawan dan tujuan organisasi

sekaligus tercapai.

2. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah keinginan yang mengarahkan seseorang untuk

selalu meningkatkan prestasinya dengan bekerja keras dan bekerja untuk

mencapai mutu kerja sebaik-baiknya. Dapat juga dikatakan bahwa motivasi

berprestasi sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau

mengerjakan suatu kegiatan dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi yang

baik. Adanya energi potensial juga dibutuhkan pada individu yang nantinya energi

tersebut dimanfaatkan untuk mencapai suatu prestasi karena adanya kebutuhan

dalm diri individu tersebut.

McClleland dalam Hasibuan (2006:162) menyatakan bahwa

individu mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi

dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan

motivasi seseorang dan serta peluang yang tersedia. Energi akan

dimanfaatkan oleh seseorang karena didorong oleh faktor-faktor

berikut: 1) Kebutuhan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat,

2)Harapan keberhasilan, 3) Nilai insentif yang terlekat pada tujuan.

Hal-hal yang memotivasi seseorang antara lain: 1) Kebutuhan akan

prestasi (Need for achievement =nAch), 2) Kebutuhan akan afiliasi

(Need for affiliation = nAff) dan 3) Kebutuhan akan kekuasaan

(Need for power = nPow). Orang dengan kebutuhan akan

berprestasi yang tinggi memiliki kecenderungan menyelesaikan

hal-hal dengan lebih baik, memiliki tanggung jawab pribadi untuk

menemukan pemecahan terhadap masalah-masalah, dapat

menerima umpan balik, dan dimana individu dapat menentukan

tujuan-tujuan yang cukup menantang. Individu yang memiliki

kebutuhan prestasi (nAch) yang tinggi cenderung termotivasi

dengan situasi yang penuh tantangan dan persaingan, sebaliknya

individu yang mempunyai kebutuhan prestasi yang rendah

cenderung tidak termotivasi untuk menghadapi tantantangan.

Ciri-ciri individu yang memiliki prestasi tinggi menurut McClleland

(dalam Usmara, 2006:28) adalah 1) memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang

tinggi, 2) memiliki penerimaan terhadap umpan balik, 3) melakukan pekerjaan

dengan baik, 4) kecenderungan untuk mengatur tujuan prestasi yang layak, 5)

mempunyai tingkat pencapaian tujuan yang tinggi, 6) menentukan target-target

pencapaian yang masuk akal, 7) mengambil resiko-resiko dengan penuh

perhitungan, 8) berkemauan keras untuk memperoleh umpan balik atas

kinerjanya.

Murray dalam Winardi (2001:81) menyatakan kebutuhan akan prestasi

sebagai keinginan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang sulit.

Menguasai, memanipulasi atau mengorganisasi obyek-obyek fisikal, manusia,

atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin, dan seindependen

mungkin sesuai dengan kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala,

mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu

menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri

melalui penerapan bakat secara berhasil.

Ciri-ciri orang yang memiliki kebutuhan prestasi tinggi menurut Murray

(dalam Alwisol, 2004:224) yaitu: 1) lebih kompetitif, 2) lebih bertanggung jawab

terhadap keberhasilan diri, 3) senang menetapkan tujuan yang menantang tapi

cukup realistk, 4) memilih tugas yang tingkat kesukarannya cukupan, 5) senang

dengan kerja interprener yang beresiko tetapi cocok dengan kemampuannya, 6)

menolak kerja rutin, dan 7) bangga dengan pencapaian dan mampu menunda

untuk memperoleh kepuasan yang lebih besar, konsep diri positif.

Menurut Litwin dan Feather (dalam As’as, 2004:54) individu yang

mempunyai berprestasi tinggi cenderung menetapkan aspirasinya secara realistik,

karena dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi ini memungkinkan seseorang

mempunyai inisiatif yang tinggi, mampu mengeksplorasi secara

berkesinambungan mengadakan riset kepada lingkungan guna menemukan ciri-

ciri baru.

3. Hubungan antara Citra Diri dan Motivasi Berprestasi mahasiswa

penerima beasiswa bantuan belajar

Pengambilan keputusan dalam pemilihan karir sangat terkait dengan salah

satu tugas perkembangan mahasiswa yaitu mempersiapkan diri untuk mencapai

karir ekonomi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, agar nantinya berhasil

di masa yang akan datang mahasiswa diharapkan bisa mendapatkan keberhasilan,

seperti misalnya mendapatkan prestasi di universitas. Keberhasilan atau kegagalan

yang diperoleh pada masa remaja bisa menjadi prediktor hasil yang akan

diperoleh remaja pada saat dewasa (Santrock,1998). Keberhasilan yang dimiliki

remaja tidak terlepas dari motivasi berprestasi yang dimilikinya, karena motivasi

berprestasi adalah dorongan yang dimiliki individu untuk mengungguli,

berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar dan berusaha untuk

mendapatkan keberhasilan (McClelland, dalam Robin, 1998).

Usaha untuk mencapai keberhasilan dan berprestasi sehubungan dengan

seperangkat standar hanya bisa diperoleh apabila seorang mahasiswa tahu betul

tentang dirinya, sehingga dalam menentukan standar yang digunakan, seorang

mahasiswa menyesuaikan dengan keadaan dirinya yang diperoleh dari

pengetahuan tentang dirinya. Kemudian harapan-harapan yang dimiliki remaja

berhubungan dengan usaha untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan apa yang

diharapkannya. Penilaian yang dimiliki seorang mahasiswa terhadap dirinya

sendiri merupakan perbandingan antara keadaan dirinya saat ini dengan apa yang

menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya. Apabila seorang mahasiswa merasa

dirinya saat ini kurang berprestasi Namun dirinya merasa mampu untuk

berprestasi maka mahasiswa tersebut akan termotivasi untuk meningkatkan

prestasinya.

Motivasi berprestasi yang tinggi akan didapatkan jika masiswa

memandang positif terhadap kemampuan yang dimilikinya. Dengan memiliki

pandangan yang positif terhadap kemampuan maka seorang mahasiswa akan

merasa yakin bahwa dirinya bisa dan mampu sehingga memungkinkan dirinya

termotivasi untuk meraih prestasi. Namun apabila mahasiswa memandang negatif

kemampuan yang dimilikinya maka seorang mahasiswa tersebut akan merasa

bahwa dirinya tidak mampu untuk mencapai suatu prestasi sehingga dalam dirinya

kurang memiliki motivasi untuk meraih prestasi. salah satu faktor yang

mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang adalah citra diri yang dimiliki oleh

individu, jika individu menganggap bahwa dirinya mampu untuk melakukan

sesuatu maka individu tersebut akan berusaha untuk mencapai apa yang

diinginkannya. Kemudian Moss dan Kagen (dalam Calhoun dan Acocella) juga

mengatakan bahwa citra diri yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi

keinginannya untuk berprestasi. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang

dilakukan Gage dan Berliner (984) bahwa terdapat hubungan yang positif antara

citra diri dengan keinginan untuk berprestasi yang dimiliki oleh individu. citra diri

yang dimiliki pelajar berhubungan dengan motivasi berprestasi yang dimilikinya.

Hubungan antara citra diri dengan motivasi berprestasi bersifat positif, dimana

semakin positif konsep diri maka semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki

seorang mahasiswa. Dan sebaliknya, semakin negatif citra diri yang dimiliki, maka

semakin rendah motivasi beprestasi yang dimilikinya.

4. Beasiswa

a) Pengertian dan Fungsi Beasiswa

Beasiswa memiliki arti sebagai bantuan yang diberikan pada siswa

dalam bentuk dana atau uang yang akan digunakan untuk membantu proses

pendidikan. Sesuai dengan terminology dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

edisi ke 3 (2002 : 141), beasiswa adalah “ tunjangan yang diberikan kepada

pelajar dan mahasiswa sebagai bentuan biaya belajar”. Beasiswa dimaksudkan

sebagai bantuan yang diberikan pada siswa balam bentuk dana atau berupa uang

yang dapat digunakan untuk membantu keperluan proses pendidikan. Beasiswa

dapat diberikan oleh lembaga pemerintah, perusahaan ataupu yayasan. Pemberian

beasiswa dapat dikategorikan pada pemberian cuma-cuma ataupun pemberian

dengan ikatan kerja (biasa disebut ikatan dinas) setelah selesainya pendidikan.

Lama ikatan dinas ini berbeda-beda tergantung pada lembaga yang memberikan

beasiswa tersebut (http://id.wikipedia.org/wiki/beasiswa diakses tanggal 8

november 2009). Beasiswa juga ditujukan untuk mengantisipasi mahalnya

memperoleh pendidikan yang diharapkan memenuhisegala kebutuhan dalam

proses belajaragar pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik.

Urain diatas dapat disimpulkan bahwa beasiswa berfungsi sebagai

bantuan dana bagi siswa yang kurang mampu maupun yang berprestasi untuk

memperolehpendidikan yang layak yang diberikan oleh suatu lembaga pemerintah

maupun swasta.

b) Jenis dan Penggunaan Beasiswa

Cahyadi (2004:9) menjelaskan bahwa jenis beasiswa dibagi menjadi dua,

pertama, beasiswa bagi mahasiswa berprestasi, yaitu beasiswa yang memang

ditujukan kepada mahasiswa yang memiliki prestasi baik. Dan kedua, beasiswa

yang diberikan kepada mahasiswa yang membutuhkan bantuan untuk

menjalankan proses pendidikannya.

Berdasarkan pedoman pemberian beasiswa mahasiswa Universitas

Negeri Malang (UM, 2007:1), terdapat 17 jenis beasiswa yakni : (1) Beasiswa Aji

Darma Bakti, (2) Beasiswa Bank Indonesia (BI), (3) Beasiswa Bantuan Belajar

Mahasiswa (BBM), (4) Beasiswa Bantuan Biaya Studi Bagi Guru S1, (5)

Beasiswa Bantuan TA Bagi Guru S1, (6) Beasiswa Bank Rakyat Indonesia (BRI),

(7) Beasiswa PT. Djarum, (8) Beasiswa Gudang Garam, (9) Beasiswa Mengikuti

Ujian (BMU), (10) Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), (11)

Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik Baru (PPA Mahasiswa Baru), (12)

Beasiswa Peningkatan Prestasi Ekstra Kurikuler, (13) Beasiswa Supersemar, (14)

Beasiswa Technological And Professional Skills Development Sector Project,

(15) Beasiswa Tugas Akhir, (16) Beasiswa Unggulan, (17) Beasiswa Toyota

Astra.

Menilik pada pedoman yang dikeluarkan Universitas Sebelas Maret,

mengemukakan bahwa penggunaan beasiswa meliputi pembiayaan hidup, biaya

buku, biaya penyelenggaraan pendidikan dan biaya perjalanan atau transportasi

(http://www.uns.ac.id/data/teksDN.pdf, diakses 8 november 2009). Sedangkan

menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, beasiswa

digunakan untuk memenuhi keperluan biaya pendidikan seperti iuran sumbangan

pembinaan pendidikan (SPP), peralatan belajar (buku, alat tulis, dan lain-lain),

seragam, dan pengeluaran lain yang berkaitan dengan proses pembelajaran

(http://jip.pdkateng.go.id/data/BKM/beasiswa.doc, diakses 8 november 2009).

Dengan adanya bantuan dana atau beasiswa ini mahasiswa dapat

memenuhi segala kebutuhan yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

Penetapan pemberian beasiswa kepada mahasiswa didasarkan atas beasiswa dan

tingkat ekonomi mahasiswa. Mahasiswa dengan tingkat ekonomi yang rendah,

mendapatkan beasiswa untuk membantu segala keperluan dalam proses

pendidikan, sedangkan mahasiswa dengan prestasi yang baik mendapatkan

beasiswa atas prestasi yang diraih.

Jadi dapat disimpulkan bahwa beasiswa digolongkan berdasarkan jenis

dan penggunaannya terutama untuk bidang pendidikan. Jenis beasiswa

dikelompokkan berdasarkan lembaga pemberi beasiswa itu sendiri dan macam

beasiswa yang diberikan. Sedangkan penggunakan beasiswa lebih diarahkan

untuk memenuhi segala keperluan dalam menjalakan proses pendidikan sehingga

pemberian beasiswa lebih efektif.

c) Tujuan Beasiswa

Secara umum penggunaan beasiswa adalah untuk meringankan beban

biaya pendidikan. Seperti yang termuat dalam Pedoman Memberian Beasiswa

Mahasiswa (Universita Negeri Malang, 2006:3) bahwa tujuan beasiswa yakni:

.1 Untuk meningkatkan pemerataan dan kesempatan belajar bagi

mahasiswa yang mengalami kesulitan ekonomi.

.2 Mendorong dan mempertahankan semangat belajar para

mahasiswa agar mereka dapat menyelesaikan pendidikan tepat

waktu.

.3 Mendorong meningkatkan prestasi akademik sehingga memacu

peningkatan kualitas pendidikan.

Pemberian beasiswa ditujukan untuk mencukupi kebutuhan proses

pembelajaran sesuai dengan yang termuat dalam pedoman pemberian dan tujuan

beasiswa. Segala kebutuhan untuk memperlancar proses pembelajaran dapat

terpenuhi dengan adanya beasiswa yang berperan untuk membantu pemerataan

pendidikan dan memperlancar proses belajar dengan baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan beasiswa adalah untuk

meringankan beban biaya pendidikan sehingga mahasiswa dapat memperoleh

pendidikan yang layak tanpa harus terkendala oleh mahalnya biaya pendidikan

biya pendidikan, dan dapat terus memacu prestasi belajar mahasiswa.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara citra diri dan

motivasi berprestasi mahasiswa penerima beasiswa dan mendeskripsikan secara

sistematis dan akurat antar variabel yang diteliti. Terkait dengan hal tersebut,

maka rencana penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini termasuk dalam

dalam penelitian deskriprif korelasional

Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003).

Sedangkan penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya

hubungan apabila ada, maka seberapa eratnya hubungan serta berarti tidaknya

hubungan itu (Arikunto, 2002). Dalam rancangan ini juga dijabarkan suatu pola

hubungan yang menunjukkan hubungan antara satu variabel demgan variabel

lainnya yang terdapat dalam penelitian.

Adapun rancangan penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1

Gambar

Rancangan Penelitian

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu :

a. Citra diri sebagai variabel bebas (X)

b. Motivasi berprestasi sebagai variabel terikat (Y)

Citra Diri Motivasi Berprestasi

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Penentuan subjek dan populasi dalam penelitian ini merupakan masalah

yang penting dan harus ditetapkan terlebih dahulu. Populasi merupakan seluruh

penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki atau individu yang sedikit

mempunyai satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi adalah mahasiswa penerima beasiswa BBM. Dalam penelitian ini ada …

mahasiswa penerima beasiswa BBM.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diselidiki sebagai sumber data

yang sebenarnya dalam suatu penelitian. (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini

sampelnya berjumlah … responden yang terdiri dari……. Adapun ciri-ciri subjek

yang dapat mewakili populasi dalam penelitian ini adalah :

1. Mahasiswa UM Fakultas Ilmu Pendidikan angkatan ‘06

2. Penerima beasiswa bantuan belajar BBM

2. Laki-laki dan perempuan

3. Berasal dari berbagai daerah asal

D. Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Instrumen

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan instrumen berupa skala

pengukuran psikologi. Dasar pertimbangan menggunakan skala adalah instrument

ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama didalam

orang menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat – sifat.

Selain daripada itu skala memiliki karakteristik tertentu sehingga layak digunakan

sebagai alat ukur psikologi. Karakteristik tersebut adalah stimulusnya berupa

pernyataan atau pernyataan tidak langsung mengungkap indikator perilaku dari

atribut yang benar atau salah, semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan

secara jujur dan sungguh-sungguh ( Azwar, 2000).

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data

adalah skala yang terdiri dari 2 skala, yaitu:

a. Skala Citra Diri (self image)

Skala adalah kumpulan pernyataan-pernyataan yang ditulis, disusun, dan

dianalisis sedemikian rupa sehingga respon seseorang terhadap pernyataan

tersebut dapat diberi angka (skor) dan kemudian dapat diinterpretasi (Azwar,

2007). Hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam penggunaan skala adalah

instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama

di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukkan munculnya frekuensi dan

sifat-sifat (Arikunto, 2002).

Prosedur penyusunan skala sebagai berikut:

1. menentukan definisi operasional.

2. menyusun blue print

3. menuliskan pernyataan-pernyataan.

4. menyusun pernyataan yang telah dibuat menjadi perangkat

instrumen penelitian.

5. melakukan uji coba instrumen

6. menganalisis hasil uji coba aitem untuk mengetahui validitas

dan relilabilitasnya.

7. menyebarkan skala pada subyek penelitian setelah diketahui

validitas dan reliabilitasnya.

Skala ini disusun berdasarkan indikator citra diri yang terdapat pada

jabaran variabel yang kemudian dijabarkan pada item-item favorabel dan item-

item unfavorabel yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Blue Print Skala Citra Diri

No. Indikator Citra diriNomor item

Totalfavorable unfavorable

1.Citra diri terhadap diri sendiri

2.Citra diri terhadap lingkungan

jumlah

Kriteria pemberian skor pada skala citra diri ini meliputi: untuk item-item

favorabel jawaban sangat setuju mendapat skor 4, jawaban setuju mendapat skor

3, jawaban tidak setuju mendapat skor 2 dan jawaban sangat tidak setuju

mendapat skor 1. Untuk item-item unfavorabel jawaban sangat setuju mendapat

skor 1, jawaban setuju mendapat skor 2, jawaban tidak setuju mendapat skor 3

dan jawaban sangat tidak setuju mendapat skor 4. Skor yang tinggi yang

diperoleh istri prajurit pada skala citra diri menunjukkan istri prajurit memiliki

citra diri yang tinggi, begitu pula sebaliknya.

Skoring skala Citra diri dapat dilihat pada tabel berikut:

Skoring Skala Motivasi Berprestasi

Favorabel Skor UnfavorabelAlternatif Jawaban Alternatif Jawaban

Sangat Setuju 4 Sangat Tidak SetujuSetuju 3 Tidak Setuju

Tidak setuju 2 SetujuSangat Tidak Setuju 1 Sangat Setuju

b. Skala Motivasi Berprestasi

Skala yang dipergunakan untuk memperoleh data tentang motivasi

berprestasi pada mahasiswa penerima beasiswa dalam penelitian ini adalah skala

motivasi berprestasi yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dan disusun

berdasarkan teori motivasi berprestasi dari McClleland (2006) dengan subvariabel

suka mengambil resiko yang moderat, memiliki penerimaan terhadap umpan

balik, memperhitungkan keberhasilan, menyatu dengan tugas, memiliki

kemampuan menemukan cara-cara baru dan kreatif, memiliki tanggung jawab,

memiliki dorongan yang kuat untuk melakukan sesuatu lebih baik dengan orang

lain.

Prosedur penyusunan skala sebagai berikut:

1. menentukan definisi operasional.

2. menyusun blue print.

3. menuliskan pernyataan-pernyataan.

4. menyusun pernyataan yang telah dibuat menjadi perangkat instrumen

penelitian.

5. melakukan uji coba instrumen

6. menganalisis hasil uji coba aitem untuk mengetahui validitas dan

relilabilitasnya.

7. menyebarkan skala pada subyek penelitian setelah diketahui validitas

dan reliabilitasnya

Blue Print dari Skala Motivasi Berprestasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Blue Print Skala Motivasi Berprestasi

No. Indikator Motivasi BerprestasiNomor item

TotalFavorabel Unfavorabel

1.Memiliki penerimaan terhadap

umpan balik

2.Memiliki kemampuan menemukan

cara-cara baru yang kreatif3. Tanggung jawab

4.

Kemampuan mengelola tugas yang

mempunyai tingkat kesulitan yang

moderat dan tujuan yang masih

realistis5. Memperhitungkan keberhasilan6. menyatu dengan tugas

7.

Memiliki dorongan yang kuat

untuk melaksanakan sesuatu yang

lebih baik dari orang lainTotal

Pemberian skor pada penelitian ini berdasarkan skala Likert. Menurut

Sugiyono (2002) jawaban untuk setiap instrumen yang menggunakan skala Likert

adalah dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. Agar sesuai dengan

kebutuhan data yang diperlukan dan untuk menghindari kecenderungan responden

memilih netral maka skala Likert ini dimodifikasi yaitu hanya menggunakan

gradasi 4 sampai 1. Adapun alternatif jawaban dari taraf kesetujuan menjadi taraf

kesesuaian, karena dalam menjawab setiap pertanyaan, subyek diharuskan untuk

memilih pernyataan yang sesuai dengan keadaan dirinya, sehingga respon subyek

berada pada variasi Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, Sangat Tidak Sesuai.

Skoring skala motivasi berprestasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Skoring Skala Motivasi Berprestasi

Favorabel Skor UnfavorabelAlternatif Jawaban Alternatif Jawaban

Sangat Sesuai 4 Sangat Tidak SesuaiSesuai 3 Tidak Sesuai

Tidak Sesuai 2 SesuaiSangat Tidak Sesuai 1 Sangat Sesuai

E. Uji Coba Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh instrumen penelitian yang memiliki tingkat validitas

dan reliabilitas tinggi perlu diadakan uji coba (Azwar, 2003). Alat ukur atau

instrumen yang dipakai hendaknya diujicobakan terlebih dahulu supaya

mendapatkan ketepatan pada apa yang diukur pada penelitian ini. Pengujian

instrumen ini dilakukan dengan tujuan untuk menyempurnakan instrument

penelitian, sehingga saat dikenakan pada subjek penelitian instrumen tersebut

telah benar-benar memadai. Selain itu uji coba ini nantinya juga untuk mengetahui

validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.

Uji coba instrumen ini dilakukan kepada subjek yang memiliki

karakteristik yang sama dengan sampel penelitian yaitu …..

1. Validitas

Validitas berasal dari kata ”validity” yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan atau kecermatan suatu instrumen melakukan fungsi ukurnya (Azwar,

1996:173). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan suatu instrument. Suatu instrumen yang valid mempunyai nilai validitas

yang tinggi serta mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2002:160).

Selain itu, Azwar (2003:7) menyatakan bahwa validitas mempunyai arti sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya,

valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut

mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu alat ukur yang

valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat, tetapi juga harus

memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.

Dalam penelitian ini, untuk uji validitas skala citra diri dan motivasi

berprestasi digunakan internal validity yaitu teknik mengkorelasikan tiap-tiap skor

butir dengan skor total dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment

dari Pearson. Perhitungan validitas instrumen penelitian ini dengan menggunakan

program SPSS 17.0 for windows.

Hasil uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program

SPSS 17.0 for windows dengan kriteria instrumen dikatakan valid atau dianggap

memenuhi syarat dengan membandingkan harga koefisien korelasi yang diperoleh

dari analisa dengan harga koefisien korelasi pada tabel dengan tingkat

kepercayaan yang telah dipilih.

Adapun rumus dari Korelasi Product Moment adalah sebagai berikut:

rxy = ( )( )

( )( ) ( )( )∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑

−−

−2222 YYNxxN

yxxyN

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara skor tiap butir dengan skor total

∑ = Jumlah nilai seluruh butir

N = Jumlah subyek

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Hal ini dapat berarti hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa

kali pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama

(Azwar, 2003:4). Reliabilitas dapat digolongkan menjadi realiabilitas eksternal

dan reliabilitas internal. Dikatakan reliabilitas eksternal jika hasil pengujian

diperoleh dari ukuran atau kriteriumnya berada diluar instrumen. Sebaliknya jika

perhitungan berdasarkan data dari instrument tersebut maka akan menghasilkan

reliabilitas internal (Arikunto, 2002).

Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini adalah reliabilitas internal

yaitu perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen tersebut. Rumus

alpha dipilih pada analisis ini berdasarkan alasan bahwa rumus alpha dapat

diterapkan pada alat ukur yang skornya dikotomi dan nondikotomi serta penyajian

skala hanya dilakukan sekali (Azwar, 2002). Reliabilitas dalam penelitian ini

digunakan untuk mengukur tingkat kehandalan suatu intrumen penelitian yaitu

skala kecerdasan emosional dan skala motivasi berprestasi. Pengujian reliabilitas

menggunakan program SPSS 17.0 for windows.

F. Pengumpulan data

Kegiatan pengumpulan data ini merupakan tahapan kegiatan yang sangat penting

peranannya dalam menjalankan suatu penelitian. Adapun tahapan – tahapan

pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh

(Arikunto, 2002: 107). Subyek penelitian ini berjumlah … orang mahasiswa

penerima beasiswa bantuan belajar. Data yang diperoleh berupa pilihan – pilihan

jawaban yang disediakan dalam dua skala penelitian ini.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, skala dibagikan kepada subyek penelitian

sebanyak … orang mahasiswa penerima beasiswa bantuan belajar. Tahapan –

tahapan pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Peneliti terlebih dahulu mengurus surat ijin penelitian kepada pihak

Universitas Negeri Malang, terutama kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan.

b. Menyerahkan Surat Penelitian Kepada Kepala Jurusan Bimbingan Konseling

dan Psikologi.

c. Mempersiapkan Instrumen Penelitian, yaitu skala kemampuankomunikasi,

skala citra diri, dan skala persepsi kesepian, yang kemudian disebarkan kepada

subyek penelitian.

d. Pengumpulan kembali instrumen penelitian untuk dilakukan pentabulasian dan

analisis data.

H. Analisis Data

1. Penyajian Data Hasil Pengukuran

Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis sebagai upaya

untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesa penelitian yang telah dirumuskan.

Sebelum melakukan analisa data perlu dipersiapkan terlebih dahulu dengan

tahapan sebagai berikut :

a. Pengecekan, yaitu mengetahui kesesuaian jumlah skala yang telah disebarkan

kepada subjek penelitian dengan jumlah skala yang dikembalikan oleh subjek

penelitian tersebut.

b. Penyeleksian, yaitu memilih lembar jawaban subjek penelitian yang

memenuhi syarat untuk dapat diolah lebih lanjut.

c. Scoring, yaitu pemberian skor pada setiap jawaban subjek yang selanjutnya di

tabulasikan sesuai dengan banyaknya variabel penelitian, untuk kemudian

dilakukan analisa data sesuai dengan pendekatan yang telah ditentukan.

2. Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan bagian terpenting dalam metode ilmiah, karena

dengan melalui proses analisis, data penelitian dapat diberi makna yang berguna

dalam memecahkan masalah penelitian. Teknik analisa data pada penelitian ini

adalah :

a. Analisis Deskriptif

Untuk mengetahui gambaran umum tentang hubungan antara citra diri dan

motivasi berprestasi dengan menggunakan analisa deskriptif, yang ditentukan dari

norma kelompok yang disusun berdasarkan Mean dan Standar Deviasi (Azwar,

2007).

b. Analisis Korelasi

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas 2 macam variabel, yaitu variabel

variabel Citra Diri dan variable Motivasi Berprestasi. Dengan demikian, maka

analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis statistik korelasi product

moment untuk menguji hipotesa, yaitu untuk mengetahui hubungan antara Citra

Diri dengan Motivasi Berprestasi mahasiswa penerima beasiswa bantuan belajar

FIP UM. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer

program SPSS 17.00 For Windows.

Berdasarkan hasil uji asumsi inilah peneliti akan mengambil keputusan

tentang uji apakah yang akan dilakukan selanjutnya, apakah uji statistik

parametrik atau non parametrik.