22700858 hubungan antara citra diri dan motivasi berprestasi mahasiswa penerima beasiswa bantuan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA
BANTUAN BELAJAR FIP UM
BAB 1PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan
perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana
dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa
belajar berbagai macam hal.
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu
yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997 :105)
belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan
terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan
cita-cita prestasi yang diharapkan.
Keberhasilan mendapatkan prestasi sangat dipengaruhi oleh factor
motivasi (Ninawati, 2002). Motivasi merupakan hal yang terpenting dalam proses
belajar karena motivasi bukan hanya penggerak tingkah laku, tetapi juga
mengarahkan dan memperkuat tingkah laku dalam belajar. Tinggi rendahnya
motivasi dalam belajar sangat terkait dengan motivasi berprestasi yang
dimilikinya. Motivasi berprestasi adalah keinginan yang mengarahkan seseorang
untuk selalu meningkatkan prestasinya dengan bekerja keras dan bekerja untuk
mencapai mutu kerja sebaik-baiknya
Pentingnya kebutuhan pendidikan dan mendapatkan prestasi tersebut
sering terhambat dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan setiap individu.
Pada masa ini pendidikan merupakan sesuatu kebutuhan yang mahal dimana
untuk dapat memenuhinya seseorang harus mengeluarkan biaya yang sangat besar
khususnya pada tingkat perguruan tinggi. Walaupun seseorang mempunyai
kemampuan dan prestasi yang memadai untuk mendapatkan pendidikan tinggi,
namun tanpa biaya yang memadai hal itu tidak menjamin orang itu akan
mendapatkan pendidikan tinggi. Untuk itulah pemerintah mempunyai program
bantuan biaya yang lebih dikenal dengan sebutan ‘beasiswa’.
Beasiswa memiliki arti sebagai bantuan yang diberikan pada siswa dalam
bentuk dana atau uang yang akan digunakan untuk membantu proses pendidikan.
beasiswa dapat digolongkan dalam 2 kategori besar yaitu, beasiswa prestasi bagi
mahasiswa yang berprestasi dan beasiswa bantuan belajar bagi para mahasiswa
yang mengalami kesulitanekonomi. Secara umum penggunaan beasiswa adalah
untuk meringankan beban biaya pendidikan. Seperti yang termuat dalam Pedoman
Memberian Beasiswa Mahasiswa (Universitas Negeri Malang, 2006:3) bahwa
tujuan beasiswa yakni: Untuk meningkatkan pemerataan dan kesempatan belajar
bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan ekonomi, Mendorong dan
mempertahankan semangat belajar para mahasiswa agar mereka dapat
menyelesaikan pendidikan tepat waktu Mendorong meningkatkan prestasi
akademik sehingga memacu peningkatan kualitas pendidikan.
Dengan pemberian beasiswa diharapkan mahasiswa dapat mencukupi
kebutuhan proses pembelajarannya. Segala kebutuhan untuk memperlancar proses
pembelajaran dapat terpenuhi dengan adanya beasiswa yang berperan untuk
membantu pemerataan pendidikan dan memperlancar proses belajar dengan baik.
Namun dalam kenyataannya, pemberian beasiswa bantuan belajar ini
menjadi polemik sendiri bagi para penerimanya. Para penerima beasiswa ini
merasa diri sebagai orang yang kurang mampu atau mempunyai kesulitan dalam
hal ekonomi keluarga. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi
pencitraan diri para mahasiswa penerima beasiswa dalam pergaulannya di kampus
tempat mereka belajar.
Citra diri menurut H. Fadhil Zainal Abidi, BE (2008) adalah anggapan
yang tertanam di dalam fikiran bawah sadar seseorang tentang dirinya sendiri.
Citra diri bisa tertanam dalam fikiran bawah sadar oleh pengaruh orang lain,
pengaruh lingkungan, pengalaman masa lalu atau sengaja ditanamkan oleh fikiran
sadar. Ditambahkan lagi bahwa Citra diri merupakan blueprint kehidupan
seseorang, ia akan menjalani kehidupannya sesuai gambaran mental yang ada
dalam citra dirinya.
Citra diri adalah satu komponen yang akan mempengaruhi tumbuh
kembangnya motivasi berprestasi mahasiswa. Apabila mahasiswa memandang
positif terhadap citra diri yang dimilikinya maka akan merasa yakin bahwa dirinya
bisa dan mampu sehingga memungkinkan dirinya untuk termotivasi meraih
prestasinya. Dan demikian sebaliknya, apabila mahasiswa memandang negatif
terhadap citra diri yang dimilikinya maka akan merasa bahwa dirinya tidak
mampu sehingga dalam dirinya kurang memiliki motivasi meraih prestasinya .
Dalam kaitan pentingnya citra diri pada mahasiswa penerima beasiswa
bantuan belajar sebagai salah satu faktor penting untuk menumbuhkan motivasi
berprestasi, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti :
”Hubungan Antara Citra Diri Dan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Penerima
Beasiswa Bantuan Belajar FIP UM”.
B. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pencitraan diri mahasiswa penerima beasiswa
bantuan belajar?
2. Bagaimanakah motivasi berprestasi mahasiswa penerima
beasiswa bantuan belajar?
3. Adakah hubungan antara citra diri dan motivasi berprestasi
mahasiswa penerima beasiswa bantuan belajar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengungkap :
1. Pencitraan diri mahasiswa penerima beasiswa bantuan belajar.
2. Motivasi berprestasi mahasiswa penerima beasiswa bantuan
belajar.
3. Hubungan antara citra diri dan motivasi berprestasi mahasiswa
penerima beasiswa bantuan belajar.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara citra diri dan
motivasi berprestasi mahasiswa penerima beasiswa bantuan belajar Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik dari sisi
teoritis maupun praktis. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian
ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan perkembangan yang berarti
untuk perkembangan ilmu Psikologi, yang berhubungan dengan dunia
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas pemberi beasiswa, dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat memberikan wacana tentang bagaimana cara
mengontrol perkembangan prestasi mahasiswa penerima beasiswa
bantuan belajar tersebut
b. Bagi mahasiswa penerima beasiswa, hasil penelitian ini dapat
memberikan pengetahuan tentang bagaimana mempersepsikan diri
sehingga mempunyai pencritraan diri yang positif sehingga dapat
menunjang pencapaian prestasi yang maksimal dalam kegiatan
perkuliahannya.
c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk pengembangan pada penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan citra diri dan motivasi berprestasi lebih lanjut.
F. Asumsi Penelitian
Asumsi adalah tentang suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti
yang dirumuskan secara jelas (dalam Arikunto, 2002). Menurut Surakhmad
(dalam Arikunto, 2002) “Asumsi adalah sebuah tolak pemikiran yang
kebenarannya diterima peneliti”.
Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah :
1. Keberagaman pencitraan diri mahasiswa penerima beasiswa bantuan belajar.
2. Pencitraan diri dapat diukur dengan menggunakan skala citra diri.
3. Motivasi berprestasi dapat diukur dengan menggunakan skala motivasi
berprestasi.
4. Hubungan citra diri dan motivasi berprestasi dapat diukur dengan skala
psikologi.
G. Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian
1. Adapun keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah: peneliti hanya
meneliti hubungan kecerdasan emosional dan motivasi berprestasi dengan
prestasi kerja pada anggota Reserse di Kepolisian.
Tabel 1.1
Jabaran Variabel
No.
Variabel Indikator Deskriptor
Alat
pengumpul
data
1. Citra Diri A. Terhadap diri sendiri 1. Penilaian diri positif
2. Penilaian diri negatif Skala citra
diriB. Terhadap lingkungan 1.Penilaian diri positif
2. Penilaian diri negatif
2. Motivasi
Berprestasi
A. Memiliki
penerimaan terhadap
umpan balik
Menyukai kegiatan yang
memberi umpan balik
yang tepat dan secara
langsung untuk kemajuan.
Skala
Motivasi
Berprastasi
B. Memiliki
kemampuan
menemukan cara-
cara baru dan kreatif
Memiliki inisiatf yang
tinggi, mampu
mengeksplorasi
lingkungan untuk
menemukan hal baru.C. Memiliki tanggung
jawab
Keinginan mengatasi
rintangan, mampu
mengatasi kegagalan diri
dengan kemampuan yang
dimiliki.D. Kemampuan
mengelola tugas
yang mempunyai
tingkat kesulitan
yang dan tujuan
yang masih realistis
Mengambil resiko yang
tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sulit.
E. Memperhitungkan
keberhasilan
Setiap melaksanakan
tugas selalu
memperhitungkan tentang
berhasil tidaknya tugas
tersebut.
F. Menyatu dengan
tugas
Memiliki loyalitas yang
tinggi terhadap tugas-
tugasnya.G. Memiliki dorongan
kuat untu melakukan
sesuatu lebih baik
dari orang lain
Memiliki daya saing yang
tinggi sehingga dirinya
bisa labih baik dari orang
lain.
3. Keterbatasan penelitian
a. Variabel yang diteliti terbatas pada citra diri, dan motivasi berprestasi.
b. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian hanya dapat digunakan
untuk mengukur citra diri, dan motivasi berprestasi
c. Hasil penelitian ini hanya berlaku pada tempat pelaksanaan penelitian
yaitu mahasiswa penerima beasiswa bentuan belajar di Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang.
H. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian serta penafsiran terhadap variabel-
variabel dalam penelitian ini, maka dikemukakan definisi operasional variabel-
variabel penelitan sebagai berikut:
1. Citra diri pada dasarnya adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar mencakup persepsi & perasaan tentang ukuran & bentuk, fungsi,
penampilan & potensi yang secara berkesinambungan mencakup masa lalu
& saat ini dimodifikasi dengan persepsi & pengalaman yang baru. Hal ini
dapat diungkap dengan menggunakan teknik skala, yaitu skala citra diri.
2. Motivasi Berprestasi adalah keinginan seseorang untuk selalu
meningkatkan prestasinya dengan bekeja keras untuk mencapai mutu
kerja sebaik-baiknya. Kriteria motivasi berprestasi antara lain: memiliki
penerimaan terhadap umpan balik, menemukan cara baru yang kreatif,
memiliki tanggung jawab pribadi, memiliki kemampuan mengelola tugas
yang memiliki tingkat kesulitan yang moderat dan tujuan yang realistis.
Motivasi berprestasi diukur dengan skala motivasi berprestasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Citra Diri
1. Pengertian Citra Diri
Manusia pada dasarnya menyatakan dirinya dengan bertingkah laku,
dalam hal ini manusia menggunakan sistem kognitif yang berbeda dengan hewan
yang bertingkah laku hanya sekedar menggunakan instingnya saja. Manusia dapat
bertingkah laku secara sengaja maupun tidak sengaja. Dalam bahasa psikologi
disebut sebagai tingkah laku yang sadar dan tingkah laku tak sadar. Menurut
Jalaludin Rahmat (1996), apa yang dilakukan oleh manusia melalui tingkah
lakunya itu adalah “Aku” seseorang atau “Self”. Menurut Maxwell Maltz (Bobbe
Sammer and Mark F. 1995), kita sadari maupun tidak masing-masing dari kita
selalu membawa suatu cetak mental, atau gambaran tentang diri kita sendiri.
Biasanya gambaran tersebut kabur dan yang Nampak pada alam kesadaran kita
seringkali tidak sama dengan yang sebenarnya. Karena terlalu kabur maka
terkadang gambaran tersebut bahkan tidak nampak pada alam kesadaran kita.
Gambaran tentang diri seseorang itulah yang lazim disebut sebagai Citra Diri atau
Self Image, yakni konsepsi kita tentang “siapa diri kita ini”. Gambaran yang
terbentuk atas dasar keyakinan-keyakinan diri kita sendiri, dan sebagian besar
keyakinan tersebut tersusun dari berbagai pengalaman dimasa yang lalu, baik
keberhasilan maupun kegagalan, serta berbagai cara orang lain memperlakukan
kita atau berekasi terhadap kita. Namun banyak dari individu yang beranggapan
sekali gambaran itu muncul, maka untuk seterusnya kita menganggapnya sebagai
sesuatu yang “benar”. Kita tidak lagi mempertanyakan keabsahannya, melainkan
langsung menganggapnya sebagai suatu pijakan dasar yang sah dalam bersikap
dan bertingkah laku, seolah “gambaran” tersebut memang benar. Maka secara
singkat dapat dikatakan bahwa citra diri berpengaruh pada perilaku kita sehari-
hari.
Lebih lanjut dikatakan oleh Jersild (1961), bahwa Citra Diri adalah
bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri, bagaimana bayangan atau gambaran
tentang diri seorang individu itu sendiri mengenai dirinya. Self atau diri yang ada
dalam diri seseorang tersebut merupakan Inner World seseorang yang termasuk
didalamnya mengenai pikiran dan perasaan, perjuangan dan harapan, ketakutan
dan frustasi, serta pandangan tentang apa dan siapa dirinya dan juga bagaimana
dia ingin dipandang oleh orang lain. Dari beberapa pernyataan tokoh di atas maka
dapat diambil kesimpulan secara singkat bahwa Citra Diri adalah suatu gambaran,
cerminan, pandangan, dan bayangan yang dimiliki oleh seseorang mengenai
dirinya sendiri. Dimana citra diri tersebut sangat berpengaruh terhadap pola pikir
dan pola tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari dalam hubungannya
dengan lingkungan sekitar.
2. Faktor-Faktor Yang Membentuk Citra Diri
Citra diri bukan terbentuk dari pembawan sejak lahir melainkan
berkembang dari beribu-ribu pengalaman yang mengumpul sedikit demi sedikit
dalam proses berkembangnya kehidupan seseorang (R.B Burns, 1993). Oleh
sebab itu pengalaman seseorang dalam interaksinya dengan lingkungan akan
membawa diri seseorang memiliki gambaran tentang dirinya. Seperti pada
pernyataan diatas bahwa citra diri tidak terbentuk sejak lahir namun terbentuk
dalam perkembangan dirinya, maka ada faktor-faktor yang membentuk citra diri.
Seperti yang dinyatakan oleh Burn (1993), bahwa faktor yang membentuk citra
diri adalah:
a. Citra Tubuh
Faktor ini adalah tentang evaluasi terhadap diri fisik sebagai obyek yang
jelas hubungannya dengan orang lain.
b. Bahasa
Kemampuan untuk mengkonseptualisasikan dan memverbalisasikan
dirinya dalam hubungannya dengan orang lain.
c. Umpan Balik Dari Orang Lain
Pandangan dan pendapat orang lain dan lingkungannya akan membawa
seseorang mendapat masukan yang pada akhirnya ia akan memiliki konsepsi
tentang dirinya sendiri bahwa inilah saya.
d. Identifikasi Terhadap Orang Lain.
Proses ini sangat erat hubungannya dalam interaksi sosial maupun dengan
lingkungannya, dimana kadang seseorang mencoba untuk meniru orang lain.
Yang ditiru adalah tentang nilai, keyakinan dan juga perbuatan orang lain serta
pola pikir orang lain.
3. Terbentuk dan Perubahan Citra Diri
Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa citra diri tidak terbentuk
sejak lahir melainkan terbentuk melalui proses interaksi sosial. Hal ini dapat
diilustrasikan bahwa seorang remaja wanita didalam keluarganya ia hanya satu
satunya anak wnita sedangkan yang lainnya adalah anak laki-laki. Suatu ketika ia
meminta tolong kepada ayahnya untuk mengajari menghitung suatu tugas. Namun
orang tuanya tidak memberi tahu namun malah mengatakan bahwa kamu itu
memang tidak bisa dalam hal menghitung, hal ini diperkuat oleh pernyataan
kakaknya bahwa sebagai seorang perempuan yang cantik tidak perlu bisa dalam
hal menghitung. Hal ini berakibat anak perempuan itu akan mempunyai citra
bahwa ia adalah anak perempuan yang cantik namun tidak bisa dalam hal
menghitung. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang akan merubah
citra dirinya apabila mendapat konflik dari lingkungan. Seperti yang dinyatakan
oleh Rogers (Sumadi, 1982), bahwa dalam menyelesaikan konflik dengan orang
lain yang timbul dan harus dihadapi oleh individu maka ia akan merubah
gambaran tentang dirinya dan nilai-nilai dalam dirinya sedemikian rupa, sehingga
perasaan dan nilai yang sebenarnya dipalsukan. Hal ini dilakukan agar diterima
oleh lingkungan.
4. Hubungan Citra Diri dan Konsep Diri
Brook (Jalalludin Rahmat, 1985), menyatakan bahwa, “self concept is
those of physical, social and psychological persception of ourselves that have
received from experience and our interaction with other”. Jadi Konsep Diri adalah
pandangan, perasaan dan persepsi tentang diri kita ini yang bersifat psikologis
sosial, dan fisik. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, namun
juga penilaian kita tentang diri kita sndiri. Konsep diri trsebut meliputi apa yang
kita pikirkan dan apa yang kita rasakan tentang diri kita sendiri. Lebih lanjut
dikatakan oleh Taylor (Rahmat, 1985), mendefinisikan konsep diri sebagai : “all
you think and feel about you, the entire complex of beliefe and attitudes you hold
about your self”. Jadi konsep diri adalah semua yang dipikirkan dan dirasakan
oleh seseorang tentang kepercayaan dan sikap yang mereka pegang tentang diri
mereka sendiri.
Menurut Rahmat (1995), bahwa konsep diri terdiri dari 3 komponen
pembentuk, yaitu:
a. Komponen kognitif
Komponen ini disebut sebagi citra diri atau self image. Komponen ini
terwakili dengan pernyataan “saya ini orang pintar”.
b. Komponen afektif
Komponen ini disebut sebagai Harga Diri atau Self Esteem. Komponen ini
terwakili dengan pernyataan “saya senang diri saya pintar”. Lebih lanjut Titi
(1987) menyunting pendapat Gallup, bahwa konsep diri terbentuk dari 2
komponen, yaitu:
a. Self Image
Merupakan gambaran diri seseorang secara sederhana, misalnya
“Saya wanita berkulit putih dan bertinggi sedang”.
b. Self Esteem
Merupakan penilaian diri seseorang secara mendalam, misalnya
“Sebagai seorang mahasiswa saya tidak cemerlang, tetapi saya punya
bakat dalam bidang seni”.
Kedua komponen ini sangat berpengaruh dalam hubungan interpersonal
seorang individu. Seperti yang dinyatakan oleh D.Brok (Jalaludin Rahmat, 1985),
bahwa antara Self Image dan Self Esteem samasama berpengaruh besar dalam pola
hubungan interpersonal individu dengan orang lain.
5. Komponen-Komponen Citra Diri
Menurut Jersild (1961), terdapat 3 komponen dalam citra diri seseorang yaitu :
a. Perceptual Component
Komponen ini merupakan Image yang dimiliki seseorang mengenai
penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang diberikan pada orang lain.
Tercakup didalamnya Attractiviness dan Appropriatiness yang berhubungan
dengan daya tarik seseorang bagi orang lain. Hal ini dapat dicontohkan oleh
seseorang yang memiliki wajah cantik atau tampan sehingga ia disukai oleh orang
lain. Komponen ini disebut sebagai Physical Self Image.
b. Conceptual Component
Merupakan konsepsi seseorang mengenai karakteristik dirinya, misalnya
kemampuan, kekurangan dan keterbatasan dirinya. Hal ini dapat dicontohkan
dengan pernyataan “Saya pintar dalam bidang akademik, saya tidak bisa dalam
bidang seni”. Komponen ini disebut Psychological Self Image.
c. Attitudional Component
Merupakan pikiranan perasaan seseorang mengenai dirinya, status, dan
pandangan terhadap orang lain. Hal ini dapat dicontohkan dengan pernyataan
“Saya orangnya supel dan mudah bergaul dengan orang lain. Saya seorang
mahasiswa sehingga harus bisa berbicara dengan orang banyak”. Komponen ini
disebut sebagai Social Self Image.
B. Motivasi Berprestasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi menggambarkan suatu dorongan yang menggerakkan manusia
untuk bertindak dengan cara tertentu. Hal ini membuktikan bahwa motivasi
muncul karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan menunjukkan adanya
kekurangan yang dialami individu. Kekurangan yang dapat bersifat fisiologis,
psikologis, atau sosiologis. Kebutuhan tersebut mendorong dan mengarahkan
untuk mengurangi kekurangan akan kebutuhan. Motivasi juga merupakan
cadangan energi dalam diri seseorang yang nantinnya dapat digunakan dalam
mewujudkan keinginannya. Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti
dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya
ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya.
Memotivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi
bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan (Hasibuan, 2006:141).
Menurut J.P. Chaplin (2000), motivasi adalah suatu variabel yang ikut
campur tangan yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu didalam
organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan
tingkah laku menuju satu sasaran. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal
yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau
bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Perusahaan bukan hanya
mengharapkan karyawan mampu, cakap dan terampil tetapi yang terpenting setiap
karyawan mau bekerja dengan giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja
yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan karyawan tidak ada artinya bagi
perusahaan jika karyawan tidak mau bekerja giat.
Motivasi menurut Robbins (dalam Winardi, 2001:1) adalah kesediaan
untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan
individual. Anorogo (2006:38) motivasi adalah suatu model dalam menggerakkan
dan mengarahkan seseorang agar dapat melaksanakan tugasnya masing-masing
dalam mencapai sasaran dengan penuh kesadaran, kegairahan dan tanggung
jawab.
Mitchell dalam Winardi (2001:1) menyatakan motivasi mewakili proses-
proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya
persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah tujuan
tertentu. Lebih lanjut Hodgetts dan Luthan (dalam Usmara, 2006) mengemukakan
motivasi sebagai proses psikologis melalui keinginan yang belum terpuaskan,
yang diarahkan ke pencapaian tujuan.
Motivasi dapat berfungsi sebagai proses pemberian motif (penggerak)
kerja kepada karyawan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan
ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi. Anorogo (2001:34) memberikan
pengertian motivasi adalah kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah suatu
tujuan tertentu.
Motivasi menurut Edwin B. Flippo (dalam Hasibuan, 2006:143) motivasi
adalah suatu keahlian dalam mengarahkan karyawan dan organisasi agar mampu
bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para karyawan dan tujuan organisasi
sekaligus tercapai.
2. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah keinginan yang mengarahkan seseorang untuk
selalu meningkatkan prestasinya dengan bekerja keras dan bekerja untuk
mencapai mutu kerja sebaik-baiknya. Dapat juga dikatakan bahwa motivasi
berprestasi sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau
mengerjakan suatu kegiatan dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi yang
baik. Adanya energi potensial juga dibutuhkan pada individu yang nantinya energi
tersebut dimanfaatkan untuk mencapai suatu prestasi karena adanya kebutuhan
dalm diri individu tersebut.
McClleland dalam Hasibuan (2006:162) menyatakan bahwa
individu mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi
dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan
motivasi seseorang dan serta peluang yang tersedia. Energi akan
dimanfaatkan oleh seseorang karena didorong oleh faktor-faktor
berikut: 1) Kebutuhan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat,
2)Harapan keberhasilan, 3) Nilai insentif yang terlekat pada tujuan.
Hal-hal yang memotivasi seseorang antara lain: 1) Kebutuhan akan
prestasi (Need for achievement =nAch), 2) Kebutuhan akan afiliasi
(Need for affiliation = nAff) dan 3) Kebutuhan akan kekuasaan
(Need for power = nPow). Orang dengan kebutuhan akan
berprestasi yang tinggi memiliki kecenderungan menyelesaikan
hal-hal dengan lebih baik, memiliki tanggung jawab pribadi untuk
menemukan pemecahan terhadap masalah-masalah, dapat
menerima umpan balik, dan dimana individu dapat menentukan
tujuan-tujuan yang cukup menantang. Individu yang memiliki
kebutuhan prestasi (nAch) yang tinggi cenderung termotivasi
dengan situasi yang penuh tantangan dan persaingan, sebaliknya
individu yang mempunyai kebutuhan prestasi yang rendah
cenderung tidak termotivasi untuk menghadapi tantantangan.
Ciri-ciri individu yang memiliki prestasi tinggi menurut McClleland
(dalam Usmara, 2006:28) adalah 1) memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang
tinggi, 2) memiliki penerimaan terhadap umpan balik, 3) melakukan pekerjaan
dengan baik, 4) kecenderungan untuk mengatur tujuan prestasi yang layak, 5)
mempunyai tingkat pencapaian tujuan yang tinggi, 6) menentukan target-target
pencapaian yang masuk akal, 7) mengambil resiko-resiko dengan penuh
perhitungan, 8) berkemauan keras untuk memperoleh umpan balik atas
kinerjanya.
Murray dalam Winardi (2001:81) menyatakan kebutuhan akan prestasi
sebagai keinginan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang sulit.
Menguasai, memanipulasi atau mengorganisasi obyek-obyek fisikal, manusia,
atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin, dan seindependen
mungkin sesuai dengan kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala,
mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu
menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri
melalui penerapan bakat secara berhasil.
Ciri-ciri orang yang memiliki kebutuhan prestasi tinggi menurut Murray
(dalam Alwisol, 2004:224) yaitu: 1) lebih kompetitif, 2) lebih bertanggung jawab
terhadap keberhasilan diri, 3) senang menetapkan tujuan yang menantang tapi
cukup realistk, 4) memilih tugas yang tingkat kesukarannya cukupan, 5) senang
dengan kerja interprener yang beresiko tetapi cocok dengan kemampuannya, 6)
menolak kerja rutin, dan 7) bangga dengan pencapaian dan mampu menunda
untuk memperoleh kepuasan yang lebih besar, konsep diri positif.
Menurut Litwin dan Feather (dalam As’as, 2004:54) individu yang
mempunyai berprestasi tinggi cenderung menetapkan aspirasinya secara realistik,
karena dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi ini memungkinkan seseorang
mempunyai inisiatif yang tinggi, mampu mengeksplorasi secara
berkesinambungan mengadakan riset kepada lingkungan guna menemukan ciri-
ciri baru.
3. Hubungan antara Citra Diri dan Motivasi Berprestasi mahasiswa
penerima beasiswa bantuan belajar
Pengambilan keputusan dalam pemilihan karir sangat terkait dengan salah
satu tugas perkembangan mahasiswa yaitu mempersiapkan diri untuk mencapai
karir ekonomi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, agar nantinya berhasil
di masa yang akan datang mahasiswa diharapkan bisa mendapatkan keberhasilan,
seperti misalnya mendapatkan prestasi di universitas. Keberhasilan atau kegagalan
yang diperoleh pada masa remaja bisa menjadi prediktor hasil yang akan
diperoleh remaja pada saat dewasa (Santrock,1998). Keberhasilan yang dimiliki
remaja tidak terlepas dari motivasi berprestasi yang dimilikinya, karena motivasi
berprestasi adalah dorongan yang dimiliki individu untuk mengungguli,
berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar dan berusaha untuk
mendapatkan keberhasilan (McClelland, dalam Robin, 1998).
Usaha untuk mencapai keberhasilan dan berprestasi sehubungan dengan
seperangkat standar hanya bisa diperoleh apabila seorang mahasiswa tahu betul
tentang dirinya, sehingga dalam menentukan standar yang digunakan, seorang
mahasiswa menyesuaikan dengan keadaan dirinya yang diperoleh dari
pengetahuan tentang dirinya. Kemudian harapan-harapan yang dimiliki remaja
berhubungan dengan usaha untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan apa yang
diharapkannya. Penilaian yang dimiliki seorang mahasiswa terhadap dirinya
sendiri merupakan perbandingan antara keadaan dirinya saat ini dengan apa yang
menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya. Apabila seorang mahasiswa merasa
dirinya saat ini kurang berprestasi Namun dirinya merasa mampu untuk
berprestasi maka mahasiswa tersebut akan termotivasi untuk meningkatkan
prestasinya.
Motivasi berprestasi yang tinggi akan didapatkan jika masiswa
memandang positif terhadap kemampuan yang dimilikinya. Dengan memiliki
pandangan yang positif terhadap kemampuan maka seorang mahasiswa akan
merasa yakin bahwa dirinya bisa dan mampu sehingga memungkinkan dirinya
termotivasi untuk meraih prestasi. Namun apabila mahasiswa memandang negatif
kemampuan yang dimilikinya maka seorang mahasiswa tersebut akan merasa
bahwa dirinya tidak mampu untuk mencapai suatu prestasi sehingga dalam dirinya
kurang memiliki motivasi untuk meraih prestasi. salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang adalah citra diri yang dimiliki oleh
individu, jika individu menganggap bahwa dirinya mampu untuk melakukan
sesuatu maka individu tersebut akan berusaha untuk mencapai apa yang
diinginkannya. Kemudian Moss dan Kagen (dalam Calhoun dan Acocella) juga
mengatakan bahwa citra diri yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi
keinginannya untuk berprestasi. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan Gage dan Berliner (984) bahwa terdapat hubungan yang positif antara
citra diri dengan keinginan untuk berprestasi yang dimiliki oleh individu. citra diri
yang dimiliki pelajar berhubungan dengan motivasi berprestasi yang dimilikinya.
Hubungan antara citra diri dengan motivasi berprestasi bersifat positif, dimana
semakin positif konsep diri maka semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki
seorang mahasiswa. Dan sebaliknya, semakin negatif citra diri yang dimiliki, maka
semakin rendah motivasi beprestasi yang dimilikinya.
4. Beasiswa
a) Pengertian dan Fungsi Beasiswa
Beasiswa memiliki arti sebagai bantuan yang diberikan pada siswa
dalam bentuk dana atau uang yang akan digunakan untuk membantu proses
pendidikan. Sesuai dengan terminology dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
edisi ke 3 (2002 : 141), beasiswa adalah “ tunjangan yang diberikan kepada
pelajar dan mahasiswa sebagai bentuan biaya belajar”. Beasiswa dimaksudkan
sebagai bantuan yang diberikan pada siswa balam bentuk dana atau berupa uang
yang dapat digunakan untuk membantu keperluan proses pendidikan. Beasiswa
dapat diberikan oleh lembaga pemerintah, perusahaan ataupu yayasan. Pemberian
beasiswa dapat dikategorikan pada pemberian cuma-cuma ataupun pemberian
dengan ikatan kerja (biasa disebut ikatan dinas) setelah selesainya pendidikan.
Lama ikatan dinas ini berbeda-beda tergantung pada lembaga yang memberikan
beasiswa tersebut (http://id.wikipedia.org/wiki/beasiswa diakses tanggal 8
november 2009). Beasiswa juga ditujukan untuk mengantisipasi mahalnya
memperoleh pendidikan yang diharapkan memenuhisegala kebutuhan dalam
proses belajaragar pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik.
Urain diatas dapat disimpulkan bahwa beasiswa berfungsi sebagai
bantuan dana bagi siswa yang kurang mampu maupun yang berprestasi untuk
memperolehpendidikan yang layak yang diberikan oleh suatu lembaga pemerintah
maupun swasta.
b) Jenis dan Penggunaan Beasiswa
Cahyadi (2004:9) menjelaskan bahwa jenis beasiswa dibagi menjadi dua,
pertama, beasiswa bagi mahasiswa berprestasi, yaitu beasiswa yang memang
ditujukan kepada mahasiswa yang memiliki prestasi baik. Dan kedua, beasiswa
yang diberikan kepada mahasiswa yang membutuhkan bantuan untuk
menjalankan proses pendidikannya.
Berdasarkan pedoman pemberian beasiswa mahasiswa Universitas
Negeri Malang (UM, 2007:1), terdapat 17 jenis beasiswa yakni : (1) Beasiswa Aji
Darma Bakti, (2) Beasiswa Bank Indonesia (BI), (3) Beasiswa Bantuan Belajar
Mahasiswa (BBM), (4) Beasiswa Bantuan Biaya Studi Bagi Guru S1, (5)
Beasiswa Bantuan TA Bagi Guru S1, (6) Beasiswa Bank Rakyat Indonesia (BRI),
(7) Beasiswa PT. Djarum, (8) Beasiswa Gudang Garam, (9) Beasiswa Mengikuti
Ujian (BMU), (10) Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), (11)
Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik Baru (PPA Mahasiswa Baru), (12)
Beasiswa Peningkatan Prestasi Ekstra Kurikuler, (13) Beasiswa Supersemar, (14)
Beasiswa Technological And Professional Skills Development Sector Project,
(15) Beasiswa Tugas Akhir, (16) Beasiswa Unggulan, (17) Beasiswa Toyota
Astra.
Menilik pada pedoman yang dikeluarkan Universitas Sebelas Maret,
mengemukakan bahwa penggunaan beasiswa meliputi pembiayaan hidup, biaya
buku, biaya penyelenggaraan pendidikan dan biaya perjalanan atau transportasi
(http://www.uns.ac.id/data/teksDN.pdf, diakses 8 november 2009). Sedangkan
menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, beasiswa
digunakan untuk memenuhi keperluan biaya pendidikan seperti iuran sumbangan
pembinaan pendidikan (SPP), peralatan belajar (buku, alat tulis, dan lain-lain),
seragam, dan pengeluaran lain yang berkaitan dengan proses pembelajaran
(http://jip.pdkateng.go.id/data/BKM/beasiswa.doc, diakses 8 november 2009).
Dengan adanya bantuan dana atau beasiswa ini mahasiswa dapat
memenuhi segala kebutuhan yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Penetapan pemberian beasiswa kepada mahasiswa didasarkan atas beasiswa dan
tingkat ekonomi mahasiswa. Mahasiswa dengan tingkat ekonomi yang rendah,
mendapatkan beasiswa untuk membantu segala keperluan dalam proses
pendidikan, sedangkan mahasiswa dengan prestasi yang baik mendapatkan
beasiswa atas prestasi yang diraih.
Jadi dapat disimpulkan bahwa beasiswa digolongkan berdasarkan jenis
dan penggunaannya terutama untuk bidang pendidikan. Jenis beasiswa
dikelompokkan berdasarkan lembaga pemberi beasiswa itu sendiri dan macam
beasiswa yang diberikan. Sedangkan penggunakan beasiswa lebih diarahkan
untuk memenuhi segala keperluan dalam menjalakan proses pendidikan sehingga
pemberian beasiswa lebih efektif.
c) Tujuan Beasiswa
Secara umum penggunaan beasiswa adalah untuk meringankan beban
biaya pendidikan. Seperti yang termuat dalam Pedoman Memberian Beasiswa
Mahasiswa (Universita Negeri Malang, 2006:3) bahwa tujuan beasiswa yakni:
.1 Untuk meningkatkan pemerataan dan kesempatan belajar bagi
mahasiswa yang mengalami kesulitan ekonomi.
.2 Mendorong dan mempertahankan semangat belajar para
mahasiswa agar mereka dapat menyelesaikan pendidikan tepat
waktu.
.3 Mendorong meningkatkan prestasi akademik sehingga memacu
peningkatan kualitas pendidikan.
Pemberian beasiswa ditujukan untuk mencukupi kebutuhan proses
pembelajaran sesuai dengan yang termuat dalam pedoman pemberian dan tujuan
beasiswa. Segala kebutuhan untuk memperlancar proses pembelajaran dapat
terpenuhi dengan adanya beasiswa yang berperan untuk membantu pemerataan
pendidikan dan memperlancar proses belajar dengan baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan beasiswa adalah untuk
meringankan beban biaya pendidikan sehingga mahasiswa dapat memperoleh
pendidikan yang layak tanpa harus terkendala oleh mahalnya biaya pendidikan
biya pendidikan, dan dapat terus memacu prestasi belajar mahasiswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara citra diri dan
motivasi berprestasi mahasiswa penerima beasiswa dan mendeskripsikan secara
sistematis dan akurat antar variabel yang diteliti. Terkait dengan hal tersebut,
maka rencana penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini termasuk dalam
dalam penelitian deskriprif korelasional
Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003).
Sedangkan penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya
hubungan apabila ada, maka seberapa eratnya hubungan serta berarti tidaknya
hubungan itu (Arikunto, 2002). Dalam rancangan ini juga dijabarkan suatu pola
hubungan yang menunjukkan hubungan antara satu variabel demgan variabel
lainnya yang terdapat dalam penelitian.
Adapun rancangan penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar
Rancangan Penelitian
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu :
a. Citra diri sebagai variabel bebas (X)
b. Motivasi berprestasi sebagai variabel terikat (Y)
Citra Diri Motivasi Berprestasi
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Penentuan subjek dan populasi dalam penelitian ini merupakan masalah
yang penting dan harus ditetapkan terlebih dahulu. Populasi merupakan seluruh
penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki atau individu yang sedikit
mempunyai satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah mahasiswa penerima beasiswa BBM. Dalam penelitian ini ada …
mahasiswa penerima beasiswa BBM.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diselidiki sebagai sumber data
yang sebenarnya dalam suatu penelitian. (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini
sampelnya berjumlah … responden yang terdiri dari……. Adapun ciri-ciri subjek
yang dapat mewakili populasi dalam penelitian ini adalah :
1. Mahasiswa UM Fakultas Ilmu Pendidikan angkatan ‘06
2. Penerima beasiswa bantuan belajar BBM
2. Laki-laki dan perempuan
3. Berasal dari berbagai daerah asal
D. Instrumen Penelitian
1. Penyusunan Instrumen
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan instrumen berupa skala
pengukuran psikologi. Dasar pertimbangan menggunakan skala adalah instrument
ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama didalam
orang menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat – sifat.
Selain daripada itu skala memiliki karakteristik tertentu sehingga layak digunakan
sebagai alat ukur psikologi. Karakteristik tersebut adalah stimulusnya berupa
pernyataan atau pernyataan tidak langsung mengungkap indikator perilaku dari
atribut yang benar atau salah, semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan
secara jujur dan sungguh-sungguh ( Azwar, 2000).
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah skala yang terdiri dari 2 skala, yaitu:
a. Skala Citra Diri (self image)
Skala adalah kumpulan pernyataan-pernyataan yang ditulis, disusun, dan
dianalisis sedemikian rupa sehingga respon seseorang terhadap pernyataan
tersebut dapat diberi angka (skor) dan kemudian dapat diinterpretasi (Azwar,
2007). Hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam penggunaan skala adalah
instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama
di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukkan munculnya frekuensi dan
sifat-sifat (Arikunto, 2002).
Prosedur penyusunan skala sebagai berikut:
1. menentukan definisi operasional.
2. menyusun blue print
3. menuliskan pernyataan-pernyataan.
4. menyusun pernyataan yang telah dibuat menjadi perangkat
instrumen penelitian.
5. melakukan uji coba instrumen
6. menganalisis hasil uji coba aitem untuk mengetahui validitas
dan relilabilitasnya.
7. menyebarkan skala pada subyek penelitian setelah diketahui
validitas dan reliabilitasnya.
Skala ini disusun berdasarkan indikator citra diri yang terdapat pada
jabaran variabel yang kemudian dijabarkan pada item-item favorabel dan item-
item unfavorabel yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Blue Print Skala Citra Diri
No. Indikator Citra diriNomor item
Totalfavorable unfavorable
1.Citra diri terhadap diri sendiri
2.Citra diri terhadap lingkungan
jumlah
Kriteria pemberian skor pada skala citra diri ini meliputi: untuk item-item
favorabel jawaban sangat setuju mendapat skor 4, jawaban setuju mendapat skor
3, jawaban tidak setuju mendapat skor 2 dan jawaban sangat tidak setuju
mendapat skor 1. Untuk item-item unfavorabel jawaban sangat setuju mendapat
skor 1, jawaban setuju mendapat skor 2, jawaban tidak setuju mendapat skor 3
dan jawaban sangat tidak setuju mendapat skor 4. Skor yang tinggi yang
diperoleh istri prajurit pada skala citra diri menunjukkan istri prajurit memiliki
citra diri yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
Skoring skala Citra diri dapat dilihat pada tabel berikut:
Skoring Skala Motivasi Berprestasi
Favorabel Skor UnfavorabelAlternatif Jawaban Alternatif Jawaban
Sangat Setuju 4 Sangat Tidak SetujuSetuju 3 Tidak Setuju
Tidak setuju 2 SetujuSangat Tidak Setuju 1 Sangat Setuju
b. Skala Motivasi Berprestasi
Skala yang dipergunakan untuk memperoleh data tentang motivasi
berprestasi pada mahasiswa penerima beasiswa dalam penelitian ini adalah skala
motivasi berprestasi yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dan disusun
berdasarkan teori motivasi berprestasi dari McClleland (2006) dengan subvariabel
suka mengambil resiko yang moderat, memiliki penerimaan terhadap umpan
balik, memperhitungkan keberhasilan, menyatu dengan tugas, memiliki
kemampuan menemukan cara-cara baru dan kreatif, memiliki tanggung jawab,
memiliki dorongan yang kuat untuk melakukan sesuatu lebih baik dengan orang
lain.
Prosedur penyusunan skala sebagai berikut:
1. menentukan definisi operasional.
2. menyusun blue print.
3. menuliskan pernyataan-pernyataan.
4. menyusun pernyataan yang telah dibuat menjadi perangkat instrumen
penelitian.
5. melakukan uji coba instrumen
6. menganalisis hasil uji coba aitem untuk mengetahui validitas dan
relilabilitasnya.
7. menyebarkan skala pada subyek penelitian setelah diketahui validitas
dan reliabilitasnya
Blue Print dari Skala Motivasi Berprestasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Blue Print Skala Motivasi Berprestasi
No. Indikator Motivasi BerprestasiNomor item
TotalFavorabel Unfavorabel
1.Memiliki penerimaan terhadap
umpan balik
2.Memiliki kemampuan menemukan
cara-cara baru yang kreatif3. Tanggung jawab
4.
Kemampuan mengelola tugas yang
mempunyai tingkat kesulitan yang
moderat dan tujuan yang masih
realistis5. Memperhitungkan keberhasilan6. menyatu dengan tugas
7.
Memiliki dorongan yang kuat
untuk melaksanakan sesuatu yang
lebih baik dari orang lainTotal
Pemberian skor pada penelitian ini berdasarkan skala Likert. Menurut
Sugiyono (2002) jawaban untuk setiap instrumen yang menggunakan skala Likert
adalah dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. Agar sesuai dengan
kebutuhan data yang diperlukan dan untuk menghindari kecenderungan responden
memilih netral maka skala Likert ini dimodifikasi yaitu hanya menggunakan
gradasi 4 sampai 1. Adapun alternatif jawaban dari taraf kesetujuan menjadi taraf
kesesuaian, karena dalam menjawab setiap pertanyaan, subyek diharuskan untuk
memilih pernyataan yang sesuai dengan keadaan dirinya, sehingga respon subyek
berada pada variasi Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, Sangat Tidak Sesuai.
Skoring skala motivasi berprestasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Skoring Skala Motivasi Berprestasi
Favorabel Skor UnfavorabelAlternatif Jawaban Alternatif Jawaban
Sangat Sesuai 4 Sangat Tidak SesuaiSesuai 3 Tidak Sesuai
Tidak Sesuai 2 SesuaiSangat Tidak Sesuai 1 Sangat Sesuai
E. Uji Coba Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh instrumen penelitian yang memiliki tingkat validitas
dan reliabilitas tinggi perlu diadakan uji coba (Azwar, 2003). Alat ukur atau
instrumen yang dipakai hendaknya diujicobakan terlebih dahulu supaya
mendapatkan ketepatan pada apa yang diukur pada penelitian ini. Pengujian
instrumen ini dilakukan dengan tujuan untuk menyempurnakan instrument
penelitian, sehingga saat dikenakan pada subjek penelitian instrumen tersebut
telah benar-benar memadai. Selain itu uji coba ini nantinya juga untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.
Uji coba instrumen ini dilakukan kepada subjek yang memiliki
karakteristik yang sama dengan sampel penelitian yaitu …..
1. Validitas
Validitas berasal dari kata ”validity” yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan atau kecermatan suatu instrumen melakukan fungsi ukurnya (Azwar,
1996:173). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrument. Suatu instrumen yang valid mempunyai nilai validitas
yang tinggi serta mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2002:160).
Selain itu, Azwar (2003:7) menyatakan bahwa validitas mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya,
valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut
mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu alat ukur yang
valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat, tetapi juga harus
memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.
Dalam penelitian ini, untuk uji validitas skala citra diri dan motivasi
berprestasi digunakan internal validity yaitu teknik mengkorelasikan tiap-tiap skor
butir dengan skor total dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment
dari Pearson. Perhitungan validitas instrumen penelitian ini dengan menggunakan
program SPSS 17.0 for windows.
Hasil uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program
SPSS 17.0 for windows dengan kriteria instrumen dikatakan valid atau dianggap
memenuhi syarat dengan membandingkan harga koefisien korelasi yang diperoleh
dari analisa dengan harga koefisien korelasi pada tabel dengan tingkat
kepercayaan yang telah dipilih.
Adapun rumus dari Korelasi Product Moment adalah sebagai berikut:
rxy = ( )( )
( )( ) ( )( )∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑
−−
−2222 YYNxxN
yxxyN
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara skor tiap butir dengan skor total
∑ = Jumlah nilai seluruh butir
N = Jumlah subyek
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Hal ini dapat berarti hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa
kali pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama
(Azwar, 2003:4). Reliabilitas dapat digolongkan menjadi realiabilitas eksternal
dan reliabilitas internal. Dikatakan reliabilitas eksternal jika hasil pengujian
diperoleh dari ukuran atau kriteriumnya berada diluar instrumen. Sebaliknya jika
perhitungan berdasarkan data dari instrument tersebut maka akan menghasilkan
reliabilitas internal (Arikunto, 2002).
Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini adalah reliabilitas internal
yaitu perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen tersebut. Rumus
alpha dipilih pada analisis ini berdasarkan alasan bahwa rumus alpha dapat
diterapkan pada alat ukur yang skornya dikotomi dan nondikotomi serta penyajian
skala hanya dilakukan sekali (Azwar, 2002). Reliabilitas dalam penelitian ini
digunakan untuk mengukur tingkat kehandalan suatu intrumen penelitian yaitu
skala kecerdasan emosional dan skala motivasi berprestasi. Pengujian reliabilitas
menggunakan program SPSS 17.0 for windows.
F. Pengumpulan data
Kegiatan pengumpulan data ini merupakan tahapan kegiatan yang sangat penting
peranannya dalam menjalankan suatu penelitian. Adapun tahapan – tahapan
pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh
(Arikunto, 2002: 107). Subyek penelitian ini berjumlah … orang mahasiswa
penerima beasiswa bantuan belajar. Data yang diperoleh berupa pilihan – pilihan
jawaban yang disediakan dalam dua skala penelitian ini.
2. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, skala dibagikan kepada subyek penelitian
sebanyak … orang mahasiswa penerima beasiswa bantuan belajar. Tahapan –
tahapan pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a. Peneliti terlebih dahulu mengurus surat ijin penelitian kepada pihak
Universitas Negeri Malang, terutama kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan.
b. Menyerahkan Surat Penelitian Kepada Kepala Jurusan Bimbingan Konseling
dan Psikologi.
c. Mempersiapkan Instrumen Penelitian, yaitu skala kemampuankomunikasi,
skala citra diri, dan skala persepsi kesepian, yang kemudian disebarkan kepada
subyek penelitian.
d. Pengumpulan kembali instrumen penelitian untuk dilakukan pentabulasian dan
analisis data.
H. Analisis Data
1. Penyajian Data Hasil Pengukuran
Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis sebagai upaya
untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesa penelitian yang telah dirumuskan.
Sebelum melakukan analisa data perlu dipersiapkan terlebih dahulu dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Pengecekan, yaitu mengetahui kesesuaian jumlah skala yang telah disebarkan
kepada subjek penelitian dengan jumlah skala yang dikembalikan oleh subjek
penelitian tersebut.
b. Penyeleksian, yaitu memilih lembar jawaban subjek penelitian yang
memenuhi syarat untuk dapat diolah lebih lanjut.
c. Scoring, yaitu pemberian skor pada setiap jawaban subjek yang selanjutnya di
tabulasikan sesuai dengan banyaknya variabel penelitian, untuk kemudian
dilakukan analisa data sesuai dengan pendekatan yang telah ditentukan.
2. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan bagian terpenting dalam metode ilmiah, karena
dengan melalui proses analisis, data penelitian dapat diberi makna yang berguna
dalam memecahkan masalah penelitian. Teknik analisa data pada penelitian ini
adalah :
a. Analisis Deskriptif
Untuk mengetahui gambaran umum tentang hubungan antara citra diri dan
motivasi berprestasi dengan menggunakan analisa deskriptif, yang ditentukan dari
norma kelompok yang disusun berdasarkan Mean dan Standar Deviasi (Azwar,
2007).
b. Analisis Korelasi
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas 2 macam variabel, yaitu variabel
variabel Citra Diri dan variable Motivasi Berprestasi. Dengan demikian, maka
analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis statistik korelasi product
moment untuk menguji hipotesa, yaitu untuk mengetahui hubungan antara Citra
Diri dengan Motivasi Berprestasi mahasiswa penerima beasiswa bantuan belajar
FIP UM. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer
program SPSS 17.00 For Windows.
Berdasarkan hasil uji asumsi inilah peneliti akan mengambil keputusan
tentang uji apakah yang akan dilakukan selanjutnya, apakah uji statistik
parametrik atau non parametrik.