2.1.1 mata uang kripto 2.1 kajian teoritis tinjauan...
TRANSCRIPT
14
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Mata Uang Kripto
Mata uang kripto atau yang dikenal dengan cryptocurrency berasal dari kata
crypto (kode rahasia) dan currency (mata uang). Berdasarkan kosakatanya, mata
uang kripto disebut sebagai mata uang yang bersifat rahasia. Mata uang kripto
merupakan mata uang yang menggunakan teknik kriptografi yaitu diperoleh dengan
cara memecahkan soal-soal matematika. Mata uang kripto termasuk ke dalam jenis
mata uang digital karena tidak memiliki fisik yang dapat dipegang. Mata uang kripto
pertama kali diciptakan pada tahun 1990 oleh David Chaum, University of
California, dengan membuat perusahaan bernama DigiCash. DigiCash merupakan
perusahan alat pembayaran berbasis kriptografi yang dapat menjamin keamanan
data pemiliknya dan menjadi pelopor dari perusahaan-perusahaan berbasis
kriptografi yang saat ini semakin bertambah (Conway, 2014).
Teknologi yang digunakan dalam mata uang kripto adalah teknologi
Blockchain dengan konsep decentralized authority transaction. Nilai mata uang
kripto ditentukan oleh jumlah permintaan serta penawaran pasar dan proses
penciptaan pada setiap jenis mata uang kripto. Mata uang fiat yang menjadi mata
uang resmi suatu negara tetap akan digunakan dalam transaksi jual beli sejumlah
mata uang kripto. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Krause, terdapat beberapa
15
kelebihan serta kekurangan mata uang kripto dalam sistem keuangan. Kelebihan dari
mata uang kripto di antaranya yaitu:
1. sifatnya terdesentralisasi sehingga memberikan kemudahan bertransaksi.
Dalam sistem perbankan saat ini, transaksi yang dilakukan menggunakan
kartu kredit umumnya membutuhkan waktu 3 hari kerja untuk
menyelesaikan transaksi. Sedangkan dalam sistem mata uang kripto yaitu
teknologi Blockchain, hanya membutuhkan waktu maksimal 10 menit,
2. biaya transaksi yang lebih rendah. Dalam sistem mata uang kripto, prosedur
penyelesaian transaksi lebih sedikit daripada sistem perbankan. Oleh karena
itu, biaya yang dibutuhkan akan lebih rendah,
3. sebagai pengganti bagi masyarakat yang tidak memiliki rekening bank. Mata
uang kripto dapat menjadi sarana bagi sebuah negara berkembang untuk
mewujudkan keuangan inklusif dan solusi terhadap permasalahan
masyarakat yang tidak memiliki rekening bank karena alasan tanda pengenal
serta jaminan,
4. beberapa jenis mata uang kripto terbatas, misalnya Bitcoin yang hanya
diciptakan sebanyak 21 juta. Fluktuasi harga mata uang kripto yang
berdasarkan permintaan dan penawaran menjadikan kondisi itu sebagai
kelebihan. Penawaran yang terbatas dan permintaan yang cenderung
meningkat membuat harga mata uang kripto tinggi. Daya tarik ini dapat
menjadi keuntungan bagi pengguna mata uang kripto.
16
Sedangkan kekurangan mata uang kripto di antaranya adalah:
1. tidak adanya otoritas pusat yang bertanggung jawab atas keamanan pada
pengguna mata uang kripto. Dompet mata uang kripto sangat rentan
terhadap peretasan. Pencegahan yang dapat dilakukan oleh pengguna adalah
mencadangkan dompet menjadi offline dan menyimpannya ke dalam
perangkat keras lokal,
2. volatilitas mata uang kripto sangat buruk. Perubahan harga dalam mata uang
kripto disebabkan oleh permintaan dan penawaran pada pasar. Perubahan
harga yang dapat terjadi dalam hitungan detik membuat harga mata uang
kripto sulit untuk diprediksi,
3. mata uang kripto mampu menghilangkan peran pemerintah. Pemerintah
menjadi pihak utama yang memiliki kuasa pada seluruh sektor termasuk
sektor moneter dan keuangan. Dengan sistem Blockchain, mata uang kripto
mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Hal ini membuat
masyarakat lebih independen dari pemerintah. Saat terjadi krisis ekonomi
yang disebabkan oleh mata uang kripto, pemerintah tidak dapat
menggunakan kebijakan moneter dan fiskalnya lagi karena fungsi mata
uang fiat akan berkurang (Krause, 2016).
Pelaku dalam mata uang kripto terbagi menjadi penambang dan/atau
pengguna. Penambang atau miner merupakan pihak yang akan menjawab teka-teki
berupa soal-soal matematika dalam kriptologi yang telah dibuat oleh pencipta mata
uang kripto. Sedangkan pengguna merupakan pihak yang menggunakan mata uang
17
kripto untuk suatu tujuan. Menurut Wijaya, tujuan seseorang dalam menggunakan
mata uang kripto adalah sebagai alat pembayaran dan investasi (Wijaya, 2016).
2.1.1.1 Menambang
Menambang adalah upaya memecahkan sebuah angka dengan perhitungan
matematika yang dilakukan di dalam blok dan sistem Blockchain. Pihak yang
melakukan kegiatan menambang biasa disebut sebagai Penambang. Penambang
yang berhasil akan menambah pasokan mata uang kripto dalam pasar dan
mendapatkan sejumlah mata uang kripto sebagai imbalannya. Semakin banyak
mata uang kripto yang ditambang, akan semakin tinggi pula tingkat kesulitannya.
Dalam zalpc.info, sebuah situs tempat berbagi informasi dan konsultasi mengenai
komputer, teknologi informasi, dan komunikasi, dijelaskan bahwa kegiatan
menambang mata uang kripto dapat dilihat melalui dua hal yaitu berdasarkan lokasi
dan teknis pelaksanaannya (Rizaldy, 2016). Menurut lokasinya, kegiatan
menambang mata uang kripto terbagi dalam beberapa lokasi:
a. Solo Mining
Solo Mining merupakan kegiatan menambang yang dilakukan seorang diri.
Kelebihan dari penambangan solo yaitu seluruh mata uang kripto yang didapat
sepenuhnya akan menjadi milik penambang solo tersebut. Kekurangan dari
penambangan solo yaitu peluang suksesnya kegiatan menambang semakin kecil
seiring tingginya tingkat kesulitan. Penambangan jenis ini sangat efektif dilakukan
untuk jenis mata uang kripto yang baru karena belum banyak penambang yang
bergabung (‘Analysis of the Cryptocurrency Marketplace’, 2009).
18
b. Pool Mining
Pool Mining meupakan kegiatan menambang yang dilakukan secara
berkelompok. Semua penambang akan menyatukan kekuatan perangkatnya untuk
menambang mata uang kripto. Kemudian, seluruh mata uang kripto yang didapat
akan dibagikan sesuai dengan besaran kontribusi setiap penambangnya (Rizaldy,
2016). Kegiatan menambang jenis ini lebih efektif digunakan untuk menambang
jenis mata uang kripto yang memiliki tingkat kesulitan dan daya saing yang tinggi.
c. Cloud Mining
Cloud Mining merupakan kegiatan menambang dengan hashing power yang
disewa dari suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Dengan Cloud Mining,
biaya yang dibutuhkan penambang akan lebih murah karena tidak perlu membeli
peralatan sendiri dan biaya listrik ditanggung oleh seluruh penyewa hashing power
dari perusahaan tersebut. Namun, tidak semua jenis mata uang kripto dapat
ditambang dengan cara Cloud Mining. Oleh karena itu, harga mata uang kripto yang
ditambang menggunakan jenis penambangan ini akan tinggi.
Sedangkan menurut teknis pelaksanaannya, kegiatan menambang mata
uang kripto tebagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. CPU Mining
CPU Mining merupakan kegiatan menambang yang menggunakan daya
dari prosesor sebuah komputer. CPU Mining tidak cocok digunakan untuk jenis
mata uang kripto dengan tingkat kesulitan yang tinggi karena kemampuannya tidak
sebesar teknik menambang yang lain.
19
2. GPU Mining
GPU Mining merupakan kegiatan menambang yang menggunakan Graphic
Processing Unit atau lebih dikenal dengan kartu VGA. Kecepatan pada GPU
Mining lebih besar daripada CPU Mining sehingga menjadi jenis penambangan
yang paling banyak digunakan. Hal ini dikarenakan GPU Mining memiliki
kemampuan mengolah grafis yang lebih besar.
3. ASIC Mining
Application Specific Interface Computer (ASIC) Mining merupakan
kegiatan menambang dengan menggunakan perangkat komputer khusus untuk
memecahkan alogaritma tertentu (Rizaldy, 2016). ASIC Mining menjadi teknik
penambangan mata uang kripto tercepat daripada CPU dan GPU Mining. Akan
tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan Heid, saat ini ASIC Mining baru
diciptakan hanya untuk Bitcoin . Tidak ada jenis mata uang kripto lain yang dapat
ditambang menggunakan teknik ASIC Mining. Hal ini dikarenakan baru Bitcoin
saja yang mampu bertahan dengan ASIC Mining (‘Analysis of the Cryptocurrency
Marketplace’, 2009).
Mekanisme harga mata uang kripto yang ditentukan oleh besaran
permintaan dan penawaran menjadikan nilai mata uang kripto semakin tinggi
seiring bertambahnya jumlah pasokan. Di Indonesia juga terdapat penambang mata
uang kripto. Tidak diketahui jumlah pastinya, namun beberapa komunitas bagi
penambang mata uang kripto di Indonesia sudah terbentuk.
20
2.1.1.2 Investasi
Menurut Mankiw, investasi terdiri dari barang yang dibeli untuk digunakan
di masa depan (Baxter et al., 2008). Sharpe, Alexander and Bailey (2005)
mengungkapkan definisi lain dari investasi yaitu pengorbanan atas aset yang
dimiliki saat ini untuk mendapatkan jumlah aset yang lebih besar di masa depan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), investasi yaitu
penanaman modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2018). Secara umum, investasi
merupakan kegiatan membeli atau mengorbankan aset yang dimiliki saat ini untuk
memperoleh keuntungan di masa depan. Investasi menjadi bentuk pengorbanan
serta komitmen karena adanya pengeluaran yang digunakan untuk berinvestasi.
Selain perusahaan, investasi juga dapat dilakukan oleh individual termasuk
pelajar atau mahasiswa. Tujuan utama dari berinvestasi adalah mendapatkan
keuntungan dan kehidupan yang lebih baik di masa depan dari aset-aset yang
dimiliki saat ini. Menurut Setiawan, secara umum investasi dibedakan menjadi dua
jenis yaitu investasi sektor riil dan investasi sektor non riil (sektor keuangan)
(Setiawan, 2015). Investasi pada sektor riil merupakan jenis investasi yang terlihat
secara fisik misalnya pembelian aset produktif, pendirian bangunan, pertambangan,
dan perkebunan. Sedangkan investasi sektor non riil atau keuangan merupakan
jenis investasi yang tidak memiliki fisik serta dilakukan dalam pasar uang atau
pasar modal misalnya saham, reksadana, obligasi, dan mata uang kripto.
Teori Portofolio Modern diciptakan oleh Harry Markowitz melalui
penelitiannya pada tahun 1952 dalam Journal of Finance dengan judul “Portfolio
21
Selection” dan menjadi salah satu teori paling penting dalam dunia keuangan dan
investasi. Teori Portofolio Modern adalah pengambilan keputusan investasi dengan
menjadikan ekspektasi imbal hasil dan risiko sebagai kontributor utamanya (Chen,
2019). Keputusan investor dalam berinvestasi akan dipengaruhi oleh dua hal utama
yaitu ekspektasi imbal hasil dan risiko dari setiap portofolio yang ada.
2.1.1.3 Alat Pembayaran
Selain alat investasi, tujuan lain dari penggunaan mata uang kripto adalah
sebagai alat pembayaran. Pembayaran menggunakan mata uang kripto hampir
mirip dengan pembayaran secara digital lainnya. Untuk menyelesaikan suatu
transaksi, pengguna hanya perlu meminta alamat mata uang kripto toko tersebut.
Kemudian pengguna memasukkan jumlah pembayaran dan transaksi akan
diselesaikan dalam hitungan menit. Dalam buku Wijaya, disebutkan bahwa terdapat
beberapa kelebihan dan kekurangan bagi pihak penjual maupun pembeli. Pihak
penjual akan diuntungkan karena pembeli tidak bisa membatalkan transaksinya
secara pihak. Sedangkan bagi pihak pembeli, hal ini menjadi kekurangan karena
dibutuhkan pihak ketiga apabila penjual tidak menyetujui pembatalan transaksi.
Kelebihan lain dari pembayaran menggunakan mata uang kripto adalah
tingkat konfirmasi yang tinggi apabila transaksi berjumlah besar. Konfirmasi
dilakukan sebagai bentuk penegasan atas kebenaran transaksi tersebut. Dalam mata
uang kripto, tingginya konfirmasi ditentukan oleh besaran biaya per bytes yang
diberikan pengguna dalam satu kali transaksi. Konfirmasi ini harus dilakukan kedua
22
pihak, dan setidaknya terdapat 6 kali untuk memastikan transaksi tersebut benar
(Wijaya, 2016).
2.1.2 Teknologi Blockchain
Teknologi dibalik setiap transaksi yang terjadi dalam pasar mata uang kripto
adalah teknologi Blockchain. Menurut Nguyen, Blockchain merupakan sistem
pencatatan digital yang mencatat semua transaksi jual beli berdasarkan pada aturan
matematika untuk mencegah terjadinya gangguan ilegal (Nguyen, 2016). Dengan
teknologi Blockchain, setiap transaksi dalam pasar mata uang kripto memiliki sifat
anonymously. Identitas pengguna yang melakukan transaksi tidak akan terlihat,
namun semua orang dapat melihat rincian transaksi jual beli yang dilakukannya.
Dengan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, teknologi Blockchain
memiliki potensi besar untuk memberikan perubahan besar pada sektor keuangan
di suatu negara. Kelebihan pada teknologi Blockchain yaitu:
1. biaya rendah dan bersifat transparan memberikan potensi yang besar
terhadap Blockchain untuk membawa perubahan pada sektor keuangan,
2. Blockchain memiliki kecepatan yang mampu menyesuaikan dengan kondisi
sektor keuangan yang dinamis. Dengan kecepatan yang dimiliki teknologi
Blockchain, transaksi dapat diselesaikan dalam hitungan menit bahkan
detik,
3. sifatnya yang transparan membuat Blockchain mampu mencegah tindakan
kejahatan yang dapat terjadi pada sektor keuangan seperti pencucian uang.
Sedangkan kekurangan pada teknologi Blockchain yaitu:
23
1. kurangnya hukum yang mengatur mata uang kripto membuat penerapan
teknologi Blockchain masih terbatas,
2. tingginya modal awal menjadi halangan bagi pihak yang memiliki sedikit
anggaran karena perangkat keras yang dibutuhkan dalam teknologi
Blockchain mahal (Panicker, Patil and Kulkarni, 2016),
3. tidak ada yang bisa menjamin keamanan dalam teknologi Blockchain.
Blockchain juga rentan terhadap serangan hacker,
4. dibutuhkan energi yang tinggi dalam menerapkan teknologi Blockchain,
5. sifat terdesentralisasinya menyebabkan Blockchain membutuhkan ruang
penyimpanan yang besar (Gatteschi, Lamberti and Demartini, 2017).
Saat ini teknologi Blockchain sedang menjadi perhatian berbagai kalangan
khususnya pemerintah di berbagai negara karena potensi besar yang dimilikinya
dalam sektor keuangan.
2.1.3 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)
Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior diciptakan pada
tahun 1985 oleh Icek Ajzen dalam artikelnya yang berjudul “From Intention To
Action: A Theory of Planned Behavior” (Sriatun and Indarto, 2017). Pada awalnya,
Teori Perilaku Terencana digunakan untuk menilai perilaku konsumen. Namun,
saat ini banyak digunakan dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan
perilaku manusia. Menurut Ajzen, Teori Perilaku Terencana tepat untuk
menjelaskan perilaku manusia yang sudah memiliki perencanaan (Ajzen, 1991).
Teori ini adalah pengembangan dari teori Ajzen sebelumnya yang bernama Teori
24
Tindakan Beralasan atau Theory of Reasoned Action (TRA). Teori tersebut
menjelaskan bahwa terdapat dua hal yang mendasari perilaku seseorang yaitu sikap
terhadap perilaku dan norma subjektif (Sriatun and Indarto, 2017). Teori Perilaku
Beralasan mendapat beberapa kritik. Kritik utamanya menyebutkan bahwa teori ini
hanya dapat digunakan apabila perilaku yang dilakukan tidak memiliki hambatan
(Sihombing, 2004). Teori Perilaku Terencana merupakan bentuk perbaikan atas
kritik-kritik terhadap Teori Perilaku Beralasan. Dalam Teori Perilaku Terencana,
Ajzen menambahkan satu hal baru yang mendasari perilaku seseorang yaitu kontrol
perilaku yang dirasakan (Ajzen, 1991). Seseorang yang mendapat respon dan
dukungan positif dari orang-orang di sekitarnya serta ekspektasi kemudahan
terhadap investasi mata uang kripto membuat niat orang tersebut dalam berinvestasi
menggunakan mata uang kripto semakin besar.
Dalam Teori Perilaku Terencana, kepercayaan menjadi dasar utama yang
mempengaruhi seseorang dalam bertindak. Kepercayaan ini dilihat dari tiga
dimensi penting yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol perilaku
yang dirasakan. Sikap terhadap perilaku merupakan respon positif maupun negative
yang diberikan seseorang atas perilaku yang akan dilakukan. Kepercayaan dalam
dimensi yang pertama ini meliputi kekuatan atas kepercayaan (beliefs strength) dan
evaluasi terhadap hasil yang akan didapat (evaluation outcome) (Ajzen, 1991).
Dalam lingkup penelitian ini, ketika pengguna mata uang kripto percaya bahwa
respon yang diterimanya positif, maka pengguna mata uang kripto cenderung akan
menggunakan mata uang kripto. Respon positif tersebut di antaranya mata uang
kripto merupakan sesuatu yang baik karena tidak melanggar peraturan dan
25
memberikan manfaat, keuntungan materiel, serta kesenangan bagi penggunanya.
Selain itu, respon positif terlihat dari sikap bijaksana yang dilakukan pengguna
mata uang kripto karena melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap pengalaman
dan pengetahuan yang dimilikinya.
Norma subjektif merupakan tekanan sosial yang akan diterima seseorang
ketika melakukan sebuah tindakan. Tekanan sosial itu berasal dari orang-orang di
sekitar seperti keluarga, pasangan, teman, dan rekan kerja. Menurut Fishbein dan
Ajzen dalam penelitian Seni dan Ratnadi (2017), kekuatan sosial dapat berbentuk
penghargaan atau hukuman, perasaan senang, dan besarnya anggapan
berpengalaman yang diterima seseorang merupakan bagian dari norma subjektif
(Seni and Ratnadi, 2017). Norma subjektif dapat diartikan pula sebagai persepsi
seseorang terhadap dampak yang akan timbul dari tindakan yang dilakukannya.
Ekspektasi terhadap tekanan sosial dalam Teori Perilaku Terencana menjadi dasar
kedua bagi seseorang dalam bertindak. Dalam norma subjektif, terdapat istilah lain
dari kepercayaan yaitu kepercayaan normatif atau normative belief. Kepercayaan
normatif merupakan kepercayaan mengenai bentuk kesepahaman dan tidak
kesepahaman seseorang atau kelompok yang dapat mempengaruhi seseorang dalam
bertindak (Ajzen, 2005). Kesepahaman dan dukungan positif dari orang-orang di
sekitar membuat peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan sebuah
tindakan.
Kontrol perilaku yang dirasakan merupakan minat seseorang dalam
bertindak. Menurut Sakdiyah, Mahsudi, dan Mawardi, minat merupakan
ketertarikan seseorang terhadap suatu hal, tanpa adanya paksaan (Sakdiyah,
26
Mahsuni and Mawardi, 2018). Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu hal
akan memperhatikan hal itu secara konsisten. Dimensi ini juga dapat diartikan
sebagai ukuran pemahaman dan kepercayaan seseorang terhadap tingkat kesulitan
yang akan dihadapinya ketika melakukan sebuah tindakan (Seni and Ratnadi,
2017). Ukuran pemahaman dan kepercayaan berasal dari pengalaman masa lalu
yang dimiliki oleh orang lain maupun diri sendiri. Ekspektasi bahwa sebuah
tindakan memiliki kesulitan yang tinggi dapat membuat minat seseorang terhadap
tindakan itu akan kecil.
2.2 Kajian Empiris
2.2.1 Al Shehhi, Oudah, dan Aung (2014)
Penelitian dengan metode dan pembahasan yang serupa mengenai hal-hal
yang mendorong penggunaan dan investasi mata uang kripto oleh masyarakat
pernah dilakukan oleh Al Shehhi, dkk. Penelitian tersebut berjudul “Investigating
Factors Behind Choosing a Cryptocurrency” dan dilakukan untuk menjawab
pertanyaan mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi penambang/pengguna
dalam memilih jenis mata uang kripto. Metode yang digunakan dalam penelitian Al
Shehhi, dkk adalah metode kualitatif deskriptif dengan survei online sebagai teknik
pengumpulan informannya. Terdapat 134 informan di kawasan Timur-Tengah telah
mengisi survei online yang disebarkan oleh Al Shehhi, dkk. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa popularitas dan nilai koin menjadi daya tarik utamanya. Daya
tarik lainnya yang mempengaruhi penambang/pengguna dalam memilih jenis mata
uang kripto adalah kemudahan penambangan, adanya komunitas, anonimitas,
27
privasi, potensi, dan teknologi dalam jenis mata uang kripto tersebut (Shehhi,
Oudah and Aung, 2014a).
2.2.2 Pascual-Ezama, Scandroglio, dan de Liaño (2014)
Penelitian dengan judul “Can we predict individual investors’ behavior in
stock markets? A psychological approach” dilakukan menggunakan metode
kuantitatif dengan model Structural Equation Modelling (SEM). Kuesioner online
menjadi teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan responden
sebanyak 127 investor yang berasal dari Spanish stock exchange. Penelitian ini
membahas pengaruh Theory of Planned Behavior dalam memprediksi niat dan
perilaku investor pasar saham. Didapatkan hasil bahwa teori tersebut 63% dapat
memprediksi niat yang mana 2 dari 3 varians dapat dijelaskan oleh teori, dan 48%
dapat memprediksi perilaku investor yang mana 1 dari 2 varians dapat dijelaskan
oleh teori tersebut (Pascual-Ezama, Scandroglio and de Lian&tild;o, 2014).
2.2.3 Phan dan Zhou (2014)
Penelitian ini berjudul “Vietnamese Individual Investors’ Behavior in the Stock
Market: An Exploratory Study” dilakukan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi perilaku investor pada pasar saham Vietnam. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif melalui wawancara
mendalam terhadap 20 investor pada pasar saham Vietnam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 4 faktor psikologis yaitu terlalu percaya diri,
optimisme berlebihan, psikologi risiko, dan perilaku kawanan yang mempengaruhi
perilaku berinvestasi (Phan and Zhou, 2014a).
28
2.2.4 Phan dan Zhou (2014)
Penelitian ini berjudul “Factors Influencing Individual Investor Behavior:
An Empirical Study of the Vietnamese Stock Market” dan dilakukan untuk
mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi niat dan perilaku investor di
pasar saham Vietnam dengan menggunakan Theory of Planned. Metode yang
digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif dengan model Structural Equation
Modelling (SEM). Survei nasional digunakan untuk mengumpulkan data penelitian
dan diperoleh 570 investor yang berasal dari kota Ha Noi, Da Nang dan Ho Chi
Minh telah mengisi survei tersebut, namun sebelumnya dilakukan wawancara
mendalam untuk memastikan model yang digunakan sudah tepat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa seluruh dimensi pada teori tersebut (sikap, norma subjektif,
dan kontrol perilaku yang dirasakan) berpengaruh signifikan terhadap niat
berinvestasi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan 4 faktor psikologis lainnya
yaitu terlalu percaya diri, optimisme berlebihan, psikologis risiko, dan perilaku
kelompok yang menjadi hasil dari penelitian Khoa Cuong Phan dan Jian Zhou
sebelumnya. Semua faktor psikologis tersebut berpengaruh signifikan terhadap niat
berinvestasi. Penelitian ini juga menemukan bahwa jenis kelamin dapat
memoderasi hubungan antara faktor psikologis dan dimensi dalam Theory of
Planned Behavior terhadap perilaku berinvestasi (Phan and Zhou, 2014b).
2.2.5 Mahastanti dan Hariady (2014)
Penelitian dengan judul “Determining the factors which affect the stock
investment decisions of potential female investors in Indonesia” ini dilakukan untuk
29
menemukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku investasi pada
perempuan di Indonesia. Metode yang digunakan adalah kuantitatif regresi
berganda dengan kuesioner model cross sectional menjadi alat untuk pengumpulan
datanya. Teori acuan yang digunakan adalah Theory of Planned Behavior dengan
hasil menunjukkan bahwa niat membeli produk keuangan dipengaruhi oleh kontrol
perilaku yang dirasakan dan preferensi risiko, sedangkan sikap dan norma subjektif
tidak mempengaruhinya (Mahastanti and Hariady, 2014).
2.2.6 Sondaril dan Sudarsono (2015)
Penelitian berjudul “Using Theory of Planned Behavior in Predicting
Intention to Invest : Case of Indonesia” dilakukan dengan tujuan untuk menguji
kemampuan Theory of Planned Behavior dalam memprediksi niat berinvestasi.
Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan model Partial Least Square
(PLS). Kuesioner online disebar untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dan
terdapat 359 responden yang menjadi sampel penelitian ini. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sikap dan norma subjektif berpengaruh signifikan terhadap
niat berinvestasi, sedangkan kontrol perilaku yang dirasakan tidak berpengaruh
signifikan terhadap niat berinvestasi (Sudarsono, 2014).
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teoritis dan empiris di atas, kerangka penelitian ini dapat
diilustrasikan dalam Bagan 2.1. Pada bagan tersebut terlihat bahwa daya tarik mata
uang kripto yang terdiri dari kemudahan bertransaksi, profitabilitas, bersifat
anonim, keamanan sistem, biaya yang lebih rendah, dan daya tarik lainya dapat
30
dilihat menggunakan Teori Perilaku Terencana yang terbagi menjadi beberapa
dimensi yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi kontrol
perilaku.
Daya tarik mata uang kripto tersebut akan menentukan pemanfaatan mata
uang kripto oleh pengguna yang tebagi menjadi kegiatan menambang,
perdagangan, dan alat pembayaran. Kegiatan yang dilakukan seluruh pengguna
mata uang kripto menimbulkan pro dan kontra di Indonesia. Pro dan kontra tersebut
menjadi penyebab dari jumlah anggota pengguna mata uang kripto yang terus
meningkat dan total kapitalisasi mata uang kripto yang tetap besar. Hal ini membuat
manfaat yang didapat dari mata uang kripto seperti pelindung dari inflasi, transaksi
menjadi lebih cepat, sistem keuangan menjadi lebih efisien, dan manfaat lainnya
semakin dirasakan oleh banyak orang.
31
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran
Manfaat dari mata uang kripto
Daya tarik dari mata uang kripto
Teori Perilaku Terencana
Sikap terhadap perilaku Norma subjektif Persepsi kontrol perilaku
Pro terhadap mata uang kripto Kontra terhadap mata uang kripto
Total kapitalisasi tetap besar Jumlah anggota terus meningkat
Profitabilitas
Kemudahan
bertransakasi
Biaya transaksi yang murah, bahkan tidak ada Daya tarik lainnya
Sifat anonim pada
kegiatan transaksinya
Teknologi
Blockchain
Menambang Trading Alat Pembayaran
Solusi dari hiperinflasi Transaksi menjadi lebih cepat
Sistem keuangan menjadi lebih efisien Manfaat yang lainnya