21 membersihkan harta haram rumaysho.com

8
Sebagian kita tidak memperhatikan bagaimana makanan yang ia makan, apakah berasal dari yang halal ataukah haram. Segala cara pun ditempuh demi men- dapatkan sesuap nasi. Padahal pekerjaan yang halal sangat penting sekali diperhatikan. Adapun jika kita memiliki harta yang haram, maka mesti dibersihkan. Pengaruh Harta Haram 1- Harta haram mempengaruhi do’a Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sal- lam bersabda, « ر م أ و ل ال ن إ ا و ب ي ط إ ل ب ق ي ب ي ط و ل ال ن إ اس الن ا ه ي أ ال ق ف ل س ر م ال و ب ر م ا أ ن م ؤ م ال( وا ل ك ل س الر ا ه ي ا أ ي يم ل ع ون ل م ع ا ت ا إ ا وا ص ل م اع و ات ب ي الط ن م) ال ق و( م اك ن ق ز ا ر م ات ب ي ط ن وا م ل وا ك ن آم ين ذ ال ا ه ي ا أ ي) ». إ و ي د ي د ر ب غ أ ث ع ش أ ر ف الس يل ط ي ل ج الر ر ك ذ ام ر ح و ب ر ش م و ام ر ح و م ع ط م و ب ا ر ي ب ا ر ي اء م الس ك ل ذ ل اب ج ت س ي أ ف ام ر ا ب ى ذ غ و ام ر ح و س ب ل م و». Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoy- yib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu me- lainkan dari yang thoyyib (baik). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang muk- min seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: 'Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.' Dan Allah juga berfirman: 'Wahai orang- orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'" Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya ber- do'a: "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku." Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do'anya?" (HR. Muslim no. 1015) Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sal- lam mengatakan pada Sa’ad, ب الدعوةكن مستجاطعمك ت أطب مPerbaikilah makananmu, maka do’amu akan mustajab.” (HR. Thobroni dalam Ash Shoghir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if jid- dan sebagaimana dalam As Silsilah Adh Dho’ifah 1812) Ada yang bertanya kepada Sa’ad bin Abi Waqqosh, ب رسول ا أصحا ك من ب دعوت ستجاب ت- صلى وسلم عليو ا- ؟ فقال: إ فمي لقمة إ ما رفعت ها ، ومن أين خرجت يئ من أين وأنا عا. Apa yang membuat do’amu mudah dikabulkan dibanding para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya?” “Saya tidaklah memasukkan satu sua- pan ke dalam mulutku melainkan saya mengetahui dari manakah datangnya dan dari mana akan keluar,” jawab Sa’ad. Dari Wahb bin Munabbih, ia berkata, عمتو ب ط ط تو ، فلي دعوستجيب ا ي ه أن من سرSiapa yang bahagia do’anya dikabulkan oleh Allah, maka perbaikilah makanannya.” Dari Sahl bin ‘Abdillah, ia berkata, يومال أربع من أكل ا و دعوت ت جيب أBarangsiapa memakan makanan halal selama 40 hari, maka do’anya akan mudah dikabulkan.” Yusuf bin Asbath berkata, طعم ا ات بسوءلسماوبس عن ا العبد دعاء ا أن بلغن. Telah sampai pada kami bahwa do’a seorang hamba tertahan di langit karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.” Gemar melakukan ketaatan secara umum, sebenarnya adalah jalan mudah terkabulnya do’a. Sehingga tidak Membersihkan Harta Haram Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal Membersihkan Harta Haram | Rumaysho.com 1

Upload: ardian-bastian

Post on 18-Feb-2015

35 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

agar harta-harta kita semakin barokah.language:indonesian

TRANSCRIPT

Page 1: 21 Membersihkan Harta Haram Rumaysho.com

Sebagian kita tidak memperhatikan bagaimana makanan yang ia makan, apakah berasal dari yang halal ataukah haram. Segala cara pun ditempuh demi men-dapatkan sesuap nasi. Padahal pekerjaan yang halal sangat penting sekali diperhatikan. Adapun jika kita memiliki harta yang haram, maka mesti dibersihkan.

Pengaruh Harta Haram

1- Harta haram mempengaruhi do’a

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sal-lam bersabda,

أي ها الناس إن اللو طيب ال ي قبل إال طيبا وإن اللو أمر »يا أي ها الرسل كلوا ) المؤمنني با أمر بو المرسلني ف قال

وقال ( من الطيبات واعملوا صالا إن با ت عملون عليم ناكم ) ( يا أي ها الذين آمنوا كلوا من طيبات ما رزق ث .«

فر أشعث أغب ر يد يديو إل ذكر الرجل يطيل السماء يا رب يا رب ومطعمو حرام ومشربو حرام الس

.«وملبسو حرام وغذى بالرام فأن يستجاب لذلك “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoy-yib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu me-lainkan dari yang thoyyib (baik). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang muk-min seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: 'Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.' Dan Allah juga berfirman: 'Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'" Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya ber-do'a: "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku." Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan

diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do'anya?" (HR. Muslim no. 1015)

Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sal-lam mengatakan pada Sa’ad,

أطب مطعمك تكن مستجاب الدعوة“Perbaikilah makananmu, maka do’amu akan mustajab.” (HR. Thobroni dalam Ash Shoghir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if jid-dan sebagaimana dalam As Silsilah Adh Dho’ifah 1812)

Ada yang bertanya kepada Sa’ad bin Abi Waqqosh,

صلى -تستجاب دعوتك من بني أصحاب رسول اهلل ما رفعت إل فمي لقمة إال : ؟ فقال -اهلل عليو وسلم

.وأنا عامل من أين جميئها ، ومن أين خرجت “Apa yang membuat do’amu mudah dikabulkan dibanding para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya?” “Saya tidaklah memasukkan satu sua-pan ke dalam mulutku melainkan saya mengetahui dari manakah datangnya dan dari mana akan keluar,” jawab Sa’ad.

Dari Wahb bin Munabbih, ia berkata,

من سره أن يستجيب اهلل دعوتو ، فليطب طعمتو“Siapa yang bahagia do’anya dikabulkan oleh Allah, maka perbaikilah makanannya.”

Dari Sahl bin ‘Abdillah, ia berkata,

أجيبت دعوتو من أكل الالل أربعني يوما “Barangsiapa memakan makanan halal selama 40 hari, maka do’anya akan mudah dikabulkan.”

Yusuf bin Asbath berkata,

.بلغنا أن دعاء العبد حيبس عن السماوات بسوء املطعم “Telah sampai pada kami bahwa do’a seorang hamba tertahan di langit karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.”

Gemar melakukan ketaatan secara umum, sebenarnya adalah jalan mudah terkabulnya do’a. Sehingga tidak

Membersihkan

Harta Haram Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Membersihkan Harta Haram | Rumaysho.com 1

Page 2: 21 Membersihkan Harta Haram Rumaysho.com

terbatas pada mengonsumsi makanan yang halal, na-mun segala ketaatan akan memudahkan terkabulnya do’a. Sebaliknya kemaksiatan menjadi sebab pengha-lang terkabulnya do’a.

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Melakukan ketaatan memudahkan terkabulnya do’a. Oleh karenanya pada kisah tiga orang yang masuk dan tertutup dalam suatu goa, batu besar yang menutupi mereka menjadi terbuka karena sebab amalan yang mereka sebut. Di mana mereka melakukan amalan tersebut ikhlas karena Allah Ta’ala. Mereka berdo’a pada Allah dengan menyebut amalan sholeh tersebut sehingga doa mereka pun terkabul.”

Wahb bin Munabbih berkata,

إليو : } العمل الصاحل يبلغ الدعاء ، ث تال قولو تعال الح ي رف عو {يصعد الكلم الطيب والعمل الص

“Amalan sholeh akan memudahkan tersampainya (terkabulnya) do’a. Lalu beliau membaca firman Al-lah Ta’ala, “Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.” (QS. Fathir: 10)

Dari ‘Umar, ia berkata,

بالورع عما حرم اهلل يقبل اهلل الدعاء والتسبيح “Dengan sikap waro’ (hati-hati) terhadap larangan Allah, Dia akan mudah mengabulkan do’a dan mem-perkanankan tasbih (dzikirsubhanallah).”

Sebagian salaf berkata,

ال تستبطئ اإلجابة ، وقد سددت طرقها باملعاص“Janganlah engkau memperlambat terkabulnya do’a dengan engkau menempuh jalan maksiat.” (Dinukil dari Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, 1: 275-276)

2- Rizki halal mewariskan amalan sholeh

Rizki dan makanan yang halal adalah bekal dan seka-ligus pengobar semangat untuk beramal shaleh. Bukti-nya adalah firman Allah Ta’ala,

يا أي ها الرسل كلوا من الطيبات واعملوا صالا إن با ت عملون عليم

"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang thoyyib (yang baik), dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesung-guhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerja-kan.” (QS. Al Mu’minun: 51). Sa’id bin Jubair dan Adh Dhohak mengatakan bahwa yang dimaksud makanan yang thoyyib adalah makanan yang halal (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 10: 126).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah Ta'ala pada ayat ini memerintahkan para rasul 'alaihimush sholaatu was salaam untuk memakan makanan yang halal dan beramal sholeh. Penyandingan dua perintah ini adalah isyarat bahwa makanan halal adalah pembangkit amal shaleh. Oleh karena itu, para Nabi benar-benar mem-perhatikan bagaimana memperoleh yang halal. Para

Nabi mencontohkan pada kita kebaikan dengan per-kataan, amalan, teladan dan nasehat. Semoga Allah memberi pada mereka balasan karena telah member contoh yang baik pada para hamba." (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10: 126).

Bila selama ini kita merasa malas dan berat untuk bera-mal? Alangkah baiknya bila kita mengoreksi kembali makanan dan minuman yang masuk ke perut kita. Jan-gan-jangan ada yang perlu ditinjau ulang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ر ىو ر ال يأتى إال بي أو خي إن الي "Sesungguhnya yang baik tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan. Namun benarkah harta benda itu kebaikan yang sejati?" (HR. Bukhari no. 2842 dan Mus-lim no. 1052)

3- Rizki halal bisa sebagai pencegah dan penawar ber-bagai penyakit

Allah Ta'ala berfirman,

وآتوا النساء صدقاتن نلة فإن طب لكم عن شيء منو ن فسا فكلوه ىنيئا مريئا

"Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kere-laan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang hanii’ (baik) lagi marii-a (baik akibat-nya)." (QS. An Nisa': 4).

Al Qurthubi menukilkan dari sebagian ulama' tafsir

bahwa maksud firman Allah Ta'ala “هنيئا مريئا ” adalah, "Hanii’ ialah yang baik lagi enak dimakan dan tidak memiliki efek negatif. Sedangkan marii-a ialah yang tidak menimbulkan efek samping pasca dimakan, mu-dah dicerna dan tidak menimbulkan peyakit atau gang-guan." (Tafsir Al Qurthubi, 5:27). Tentu saja makanan yang haram menimbulkan efek samping ketika dikon-sumsi. Oleh karenanya, jika kita sering mengidap ber-bagai macam penyakit, koreksilah makanan kita. Sesungguhnya yang baik tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan.

4- Di akhirat, neraka lebih pantas menyantap jasad yang tumbuh dari yang haram

Dari Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, ia ber-kata,

حت فالنار أول بو من ن بت لمو من الس“Siapa yang dagingnya tumbuh dari pekerjaan yang tidak halal, maka neraka pantas untuknya.” (HR. Ibnu Hibban 11: 315, Al Hakim dalam mustadroknya 4: 141. Hadits ini shahih kata Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 4519)

Pembagian Harta Haram

Abul ‘Abbas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menerangkan,

Membersihkan Harta Haram | Rumaysho.com 2

Page 3: 21 Membersihkan Harta Haram Rumaysho.com

Harta haram ada dua macam: (1) haram karena sifat atau zatnya, (2) haram karena pekerjaan atau usa-hanya.

Harta haram karena usaha seperti hasil kezholiman, transaksi riba dan maysir (judi).

Harta haram karena sifat (zat) seperti bangkai, darah, daging babi, hewan yang disembelih atas nama selain Allah.

Harta haram karena usaha lebih keras penghara-mannya dan kita diperintahkan untuk wara’ dalam menjauhinya. Oleh karenanya ulama salaf, mereka berusaha menghindarkan diri dari makanan dan pakaian yang mengandung syubhat yang tumbuh dari pekerjaan yang kotor.

Adapun harta jenis berikutnya diharamkan karena sifat yaitu khobits (kotor). Untuk harta jenis ini, Allah telah membolehkan bagi kita makanan ahli kitab padahal ada kemungkinan penyembelihan ahli kitab tidaklah syar’i atau boleh jadi disembelih atas nama selain Allah. Jika ternyata terbukti bahwa hewan yang disembelih den-gan nama selain Allah, barulah terlarang hewan terse-but menurut pendapat terkuat di antara pendapat para ulama yang ada. Telah disebutkan dalam hadits yang shahih dari ‘Aisyah,

أن النب صلى اللو عليو وسلم سئل عن ق وم يأتون سوا أن تم : باللحم وال يدرى أسوا عليو أم ال ؟ ف قال

وكلوا“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai suatu kaum yang diberi daging namun tidak diketahui apakah hewan tersebut disebut nama Allah ketika disembelih ataukah tidak. Beliau pun bersabda, “Sebutlah nama Allah (ucapkanlah ‘bismillah’) lalu makanlah.” (Majmu’ Al Fatawa, 21: 56-57)

Pekerjaan yang Haram

1- Karena mengandung ghoror (ketidakjelasan)

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

عن ب يع الصاة -صلى اهلل عليو وسلم-ن هى رسول اللو وعن ب يع الغرر

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari jual beli hashoh (hasil lemparan kerikil, itulah yang dibeli) dan melarang dari jual beli ghoror (mengandung unsur ketidak jelasan)” (HR. Muslim no. 1513).

Berbagai bentuk ghoror:

a- Ghoror dalam akad Misalnya tunai dengan harga sekian dan kredit dengan

harga lebih mahal dan tidak ada kejelasan manakah

akad yang dipilih. Dari Abu Hurairah, ia berkata,

عت ني ف ن هى رسول اللو صلى اللو عليو وسلم عن ب ي عة ب ي

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dua bentuk transaksi dalam satu akad” (HR. An Nasai no. 4632, Tirmidzi no. 1231 dan Ahmad 2: 174. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam Al Jaami’ Ash Shohih no. 6943). Sedangkan jika sudah ada kejelasan, misalnya membeli secara kredit –walau harganya lebih tinggi dari harga tunai-, maka tidak termasuk dalam larangan hadits di atas. Karena saat ini sudah jelas transaksi yang dipilih dan tidak ada lagi dua bentuk transaksi dalam satu akad. Sehingga dalil di atas bukanlah dalil untuk melarang jual beli kredit. Jual beli secara kredit itu boleh selama tidak ada riba di dalamnya.

b- Ghoror dalam barang yang dijual

Ghoror dalam barang bisa jadi pada jenis, sifat, ukuran, atau pada waktu penyerahan. Ghoror bisa terjadi pula karena barang tersebut tidak bisa diserahterimakan, menjual sesuatu yang tidak ada atau tidak dapat dili-hat.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari munabadzah, yaitu seseorang melempar pakaiannya kepada yang lain dan itulah yang dibeli tanpa dibolak-balik terlebih dahulu atau tanpa dilihat keadaan pakaiannya. Begitu pula beliau melarang dari mulama-sah, yaitu pakaian yang disentuh itulah yang dibeli tanpa melihat keadaaannya” (HR. Bukhari no. 2144). Jual beli ini terdapat jahalah (ketidakjelasan) dari barang yang dijual dan terdapat unsur qimar (spekulasi tinggi) dan keadaan barang tidak jelas manakah yang dibeli.

c- Ghoror dalam bayaran (uang)

Ghoror dalam masalah bayaran boleh jadi terjadi pada jumlah bayaran yang akan diperoleh, atau pada waktu penerimaan bayaran, bisa jadi pula dalam bentuk bayaran yang tidak jelas.

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang tran-saksi jual beli yang disebut dengan “habalul habalah”. Itu adalah jenis jual beli yang dilakoni masyarakat ja-hiliyah. “Habalul habalah” adalah transaksi jual beli yang bentuknya adalah: seorang yang membeli barang semisal unta secara tidak tunai. Jatuh tempo pem-bayarannya adalah ketika cucu dari seekor unta yang dimiliki oleh penjual lahir” (HR. Bukhari, no. 2143 dan Muslim, no. 3883). Cucu dari unta tersebut tidak jelas diperoleh kapankah waktunya. Pembayarannya baru akan diberi setelah cucu unta tadi muncul dan tidak jelas waktunya. Bisa jadi pula unta tersebut tidak memiliki cucu.

2- Karena mengandung riba

Riba ada tiga macam:

a. Riba fadhel, yaitu riba yang terjadi pada barang yang sejenis karena adanya tambahan.

Membersihkan Harta Haram | Rumaysho.com 3

Page 4: 21 Membersihkan Harta Haram Rumaysho.com

Contoh: Menukar emas 24 karat dengan emas 18 karat dengan salah satu dilebihkan dalam hal timbangan. Atau menukar uang Rp 10 ribu dengan pecahan seribu rupiah namun hanya 9 lembar.

b. Riba nasi-ah, yaitu riba yang terjadi pada barang yang sejenis atau beda jenis namun masih dalam satu sebab (‘illah) dan terdapat tambahan dalam takaran atau timbangan dikarenakan waktu penyerahan yan tertunda.

Contoh: Membeli emas yaitu menukar uang dengan emas, namun uangnya tertunda, alias dibeli secara kredit atau utang.

c. Riba qordh, yaitu riba dalam utang piutangan dan disyaratkan adanya keuntungan atau timbal balik berupa pemanfaatan. Seperti, berutang namun diper-syaratkan dengan pemanfaatan rumah dari orang yang berutang.

Contoh: Si B meminjamkan uang sebesar Rp 1 juta pada si A, lalu disyaratkan mengembalikan Rp 1,2 juta rupiah, atau disyaratkan selama peminjaman, rumah si A digunakan oleh si B (pemberi utang). Hal ini berlaku riba qordh karena para ulama sepakat, “Setiap utang yang ditarik keuntungan, maka itu adalah riba”.

Contoh jual beli yang mengandung riba: Jual beli kredit lewat pihak ketiga (leasing)

Jual beli secara kredit asalnya boleh selama tidak mela-kukan hal yang terlarang. Namun perlu diperhatikan bahwa kebolehan jual beli kredit harus melihat be-berapa kriteria. Jika tidak diperhatikan, seseorang bisa terjatuh dalam jurang riba.

Kriteria pertama, barang yang dikreditkan sudah men-jadi milik penjual (bank). Kita contohkan kredit mobil. Dalam kondisi semacam ini, si pembeli boleh membeli mobil tadi secara kredit dengan harga yang sudah ditentukan tanpa adanya denda jika mengalami keter-lambatan. Antara pembeli dan penjual bersepakat ka-pan melakukan pembayaran, apakah setiap bulan atau semacam itu. Dalam hal ini ada angsuran di muka dan sisanya dibayarkan di belakang.

Kriteria kedua, barang tersebut bukan menjadi milik si penjual (bank), namun menjadi milik pihak ketiga. Si pembeli meminta bank untuk membelikan barang tersebut. Lalu si pembeli melakukan kesepakatan den-gan pihak bank bahwa ia akan membeli barang terse-but dari bank. Namun dengan syarat, kepemilikan barang sudah berada pada bank, bukan lagi pada pihak ketiga. Sehingga yang menjamin kerusakan dan lainnya adalah bank, bukan lagi pihak ketiga. Pada saat ini, si pembeli boleh melakukan membeli barang tersebut dari bank dengan kesepakatan harga. Namun sekali lagi, jual beli bentuk ini harus memenuhi dua syarat: (1) harganya jelas di antara kedua pihak, walau ada tamba-han dari harga beli bank dari pihak ketiga, (2) tidak ada denda jika ada keterlambatan angsuran. (Faedah dari islamweb.net)

Jika salah satu dari dua syarat di atas tidak bisa dipe-nuhi, maka akan terjerumus pada pelanggaran. Per-tama, boleh jadi membeli sesuatu yang belum dis-

erahterimakan secara sempurna, artinya belum men-jadi milik bank, namun sudah dijual pada pembeli. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallal-lahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من اب تاع طعاما فال يبعو حت يست وفيو “Barangsiapa yang membeli bahan makanan, maka janganlah ia menjualnya kembali hingga ia selesai menerimanya.” Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Aku berpen-dapat bahwa segala sesuatu hukumnya sama dengan bahan makanan.” (HR. Bukhari no. 2136 dan Muslim no. 1525)

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Kami dahulu di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sal-lam membeli bahan makanan. Lalu seseorang diutus pada kami. Dia disuruh untuk memerintahkan kami agar memindahkan bahan makanan yang sudah dibeli tadi ke tempat yang lain, sebelum kami menjualnya kembali.” (HR. Muslim no. 1527)

Atau bisa jadi terjerumus dalam riba karena bentuknya sama dengan mengutangkan mobil pada pembeli, lalu mengeruk keuntungan dari utang. Padahal para ulama berijma’ (bersepakat) akan haramnnya keuntungan bersyarat yang diambil dari utang piutang.

3- Mengandung dhoror (bahaya) dan pengelabuan (tindak penipuan)

Contohnya adalah menimbun barang. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

ال حيتكر إال خاطئ "Tidak boleh menimbun barang, jika tidak, maka ia termasuk orang yang berdosa" (HR. Muslim no. 1605).

Imam Nawawi berkata, "Hikmah terlarangnya menim-bun barang karena dapat menimbulkan mudhorot bagi khalayak ramai." (Syarh Shahih Muslim, 11: 43). Artinya di sini jika menimbun barang tidak menyulitkan orang lain maka tidak ada masalah. Seperti misalnya kita membeli hasil panen di saat harga murah. Lalu kita sim-pan kemudian kita menjualnya lagi beberapa bulan berikutnya ketika harga menarik, maka seperti ini tidak ada masalah karena jual beli memang wajar seperti itu. Jadi, larangan memonopoli atau yang disebut ihtikar, maksudnya ialah membeli barang dengan tujuan untuk mempengaruhi pergerakan pasar. Dengan demikian ia membeli barang dalam jumlah besar, sehingga men-gakibatkan stok barang di pasaran menipis atau langka. Akibatnya masyarakat terpaksa memperebutkan barang tersebut dengan cara menaikkan penawaran atau terpaksa membeli dengan harga tersebut karena butuh.

Contoh jual beli yang mengandung pengelabuan atau penipuan disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata,

رة -صلى اهلل عليو وسلم-أن رسول اللو مر على صب ما »طعام فأدخل يده فيها ف نالت أصابعو ب لال ف قال

Membersihkan Harta Haram | Rumaysho.com 4

Page 5: 21 Membersihkan Harta Haram Rumaysho.com

ماء يا رسول .«ىذا يا صاحب الطعام قال أصاب تو السقال . اللو أفال جعلتو ف وق الطعام كى ي راه الناس من »

«غش ف ليس من “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mele-wati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tan-gannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyen-tuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, "Apa ini wahai pemilik makanan?" Sang pemiliknya menjawab, "Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia da-pat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami." (HR. Muslim no. 102). Jika dikatakan tidak termasuk golongan kami, maka itu menunjukkan perbuatan tersebut termasuk dosa besar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نا ف ليس منا، والمكر والداع ف النار .من غش “Barangsiapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat makar dan penge-labuan, tempatnya di neraka” (HR. Ibnu Hibban 2: 326. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1058).

4- Terlarang karena sebab lain

a- Jual beli saat shalat jum’at

الة من ي وم المعة يا أي ها الذين آمنوا إذا نودي للصر لكم إن كنتم فاسعوا إل ذكر اللو وذروا الب يع ذلكم خي

الة فان تشروا ف الرض واب ت غوا , ت علمون فإذا قضيت الص من فضل اللو واذكروا اللو كثيا لعلكم ت فلحون

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu menge-tahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka berte-baranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu berun-tung.” (QS. Al Jumu’ah: 9-10). Perintah meninggalkan jual beli dalam ayat ini menunjukkan terlarangnya jual beli setelah dikumandangkannya azan Jum’at, yaitu azan kedua.

b- Jual beli di lingkungan masjid

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ال أربح : إذا رأي تم من يبيع أو ي بتاع ف المسجد ف قولواال رد : اهلل تارتك وإذا رأي تم من ي نشد فيو ضالة ف قولوا

اهلو عليك “Bila engkau mendapatkan orang yang menjual atau membeli di dalam masjid, maka katakanlah kepadanya:

‘Semoga Allah tidak memberikan keuntungan pada perniagaanmu.’ Dan bila engkau menyaksikan orang yang mengumumkan kehilangan barang di dalam mas-jid, maka katakanlah kepadanya, ‘Semoga Allah tidak mengembalikan barangmu yang hilang.’” (HR. Tirmidzi, no. 1321. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Termasuk juga terlarang adalah berjualan di lingkungan masjid yang masih masuk dalam pagar masjid. Hal ini karena para ulama telah menggariskan satu kaidah yang menyatakan,

الري لو حكم ما ىو حري لو “Sekelilingnya sesuatu memliki hukum yang sama dengan hukum yang berlaku pada sesuatu terse-but.” (Al Asybah wan Nazha-ir, 240, As Suyuthi).

c- Jual beli barang yang nanti digunakan untuk tujuan haram

Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya (yakni Burai-dah), beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من حبس العنب أيام القطاف حت يبيعو حت يبيعو من ي هودي أو نصران أو من ي علم أنو ي تخذه خرا ف قد

م ف النار على بصية ت قح“Siapa saja yang menahan anggur ketika panen hingga menjualnya pada orang yang ingin mengolah anggur tersebut menjadi khomr, maka dia berhak masuk neraka di atas pandangannya” (HR. Thobroni dalam Al Awsath. Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom mengata-kan bahwa sanad hadits ini hasan)

Sedekah dengan Harta Haram

Mengenai sedekah dengan harta haram, maka bisa ditinjau dari tiga macam harta haram berikut:

1- Harta yang haram secara zatnya. Contoh: khomr, babi, benda najis. Harta seperti ini tidak diterima sedekahnya dan wajib mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya.

2- Harta yang haram karena berkaitan dengan hak orang lain. Contoh: HP curian, mobil curian. Sedekah harta semacam ini tidak diterima dan harta tersebut wajib dikembalikan kepada pemilik sebenarnya.

3- Harta yang haram karena pekerjaannya. Contoh: harta riba, harta dari hasil dagangan barang haram. Sedekah dari harta jenis ketiga ini juga tidak diterima dan wajib membersihkan harta haram semacam itu. Namun apakah pencucian harta seperti ini disebut sedekah? Para ulama berselisih pendapat dalam ma-salah ini. Intinya, jika dinamakan sedekah, tetap tidak diterima karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda,

ال ت قبل صالة بغي طهور وال صدقة من غلول

“Tidaklah diterima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah dari ghulul (harta haram)” (HR. Muslim no.

Membersihkan Harta Haram | Rumaysho.com 5

Page 6: 21 Membersihkan Harta Haram Rumaysho.com

224). Ghulul yang dimaksud di sini adalah harta yang berkaitan dengan hak orang lain seperti harta curian. Sedekah tersebut juga tidak diterima karena alasan dalil lainnya yang telah disebutkan, “Tidaklah seseo-rang bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil ker-janya yang halal melainkan Allah akan mengambil sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya lalu Dia membesarkannya sebagaimana ia membesarkan anak kuda atau anak unta betinanya hingga sampai semisal gunung atau lebih besar dari itu” (HR. Muslim no. 1014). Lihat bahasan Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri dalam Syarh Al Arba’in An Nawawiyah, hal. 92-93.

Adapun bersedekah dengan harta yang berkaitan den-gan hak orang lain (barang curian, misalnya), maka Ibnu Rajab membaginya menjadi dua macam,

1- Jika bersedekah atas nama pencuri, sedekah terse-but tidaklah diterima, bahkan ia berdosa karena telah memanfaatkannya. Pemilik sebenarnya pun tidak men-dapatkan pahala karena tidak ada niatan dari dirinya. Demikian pendapat mayoritas ulama.

2- Jika bersedekah dengan harta haram tersebut atas nama pemilik sebenarnya ketika ia tidak mampu mengembalikan pada pemiliknya atau pun ahli waris-nya, maka ketika itu dibolehkan oleh kebanyakan ulama di antaranya Imam Malik, Abu Hanifah dan Imam Ahmad. Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 264-268.

Kaedah dalam Harta Haram Karena Usaha (Pekerjaan)

Kaedah dalam memanfaatkan harta semacam ini -semisal harta riba- disampaikan oleh Syaikh Muham-mad bin Sholih Al ‘Utsaimin,

أن ما حرم لكسبو فهو حرام على الكاسب فقط، دون .من أخذه منو بطريق مباح

“Sesuatu yang diharamkan karena usahanya, maka ia haram bagi orang yang mengusahakannya saja, bukan pada yang lainnya yang mengambil dengan jalan yang mubah (boleh)” (Liqo’ Al Bab Al Maftuh, kaset no. 2)

Contoh dari kaedah di atas:

1- Boleh menerima hadiah dari orang yang bermua-malah dengan riba. (Liqo’ Al Bab Al Maftuh, kaset no. 2)

2- Boleh transaksi jual beli dengan orang yang bermua-malan dengan riba. (Liqo’ Al Bab Al Maftuh, kaset no. 2)

3- Jika ada yang meninggal dunia dan penghasilannya dari riba, maka hartanya halal pada ahli warisnya. (Liqo’ Al Bab Al Maftuh, kaset no. 10)

Contoh-contoh di atas dibolehkan karena harta haram dari usaha tersebut diperoleh dengan cara yang halal yaitu melalui hadiah, jual beli dan pembagian waris.

Di Manakah Menyalurkan Harta Haram?

Dari pendapat terkuat dari pendapat yang ada, harta haram harus dibersihkan, tidak didiamkan begitu saja ketika harta tersebut tidak diketahui lagi pemiliknya atau pun ahli warisnya. Namun di manakah tempat penyalurannya? Ada empat pendapat ulama dalam

masalah ini:

Pendapat pertama, disalurkan untuk kepentingan kaum muslimin secara umum, tidak khusus pada orang dan tempat tertentu. Demikian pendapat Syaikhul Is-lam Ibnu Taimiyah.

Pendapat kedua, disalurkan sebagai sedekah sunnah secara umum, mencakup hal yang terdapat maslahat, pemberian pada fakir miskin atau untuk pembangunan masjid. Ini adalah pendapat Hanafiyah, Malikiyah, pen-dapat Imam Ahmad, Hambali, dan pendapat Imam Ghozali dari ulama Syafi’iyah.

Pendapat ketiga, disalurkan pada maslahat kaum mus-limin dan fakir miskin selain untuk masjid. Demikian pendapat ulama Lajnah Ad Daimah Kerajaan Saudi Ara-bia. Tidak boleh harta tersebut disalurkan untuk pem-bangunan masjid karena haruslah harta tersebut berasal dari harta yang thohir (suci).

Pendapat keempat, disalurkan untuk tujuan fii sabilil-lah, yaitu untuk jihad di jalan Allah. Demikian pendapat terakhir dari Ibnu Taimiyah.

Ringkasnya, pendapat pertama dan kedua memiliki maksud yang sama yaitu untuk kemaslahatan kaum muslimin seperti diberikan pada fakir miskin. Adapun pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bukan menun-jukkan pembatasan pada jihad saja, namun menunjuk-kan afdholiyah. Sedangkan pendapat keempat dari Al Lajnah Ad Daimah muncul karena kewaro’an (kehati-hatian) dalam masalah asal yaitu shalat di tanah ram-pasan (al ardhul maghsubah), di mana masalah kesa-han shalat di tempat tersebut masih diperselisihkan. Jadinya hal ini merembet, harta haram tidak boleh dis-alurkan untuk pembangunan masjid. [Disarikan dari penjelasan Syaikh Kholid Mihna, http://www.almoslim.net/node/82772]

Dalam rangka hati-hati, harta haram disalurkan untuk kemaslahatan secara umum, pada orang yang butuh, fakir miskin, selain untuk masjid dan tidak boleh diman-faatkan untuk kepentingan pribadi si pemilik harta haram. Wallahu a’lam.

Keuntungan yang Tumbuh dari Modal Haram

Para ulama berselisih pendapat dalam masalah bagai-manakah hukum harta yang tumbuh dari investasi harta yang haram. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah menjelaskan mengenai perselisihan ulama dalam ma-salah ini dan menyimpulkan pendapat terkuat. Beliau rahimahullah mengatakan,

“Mengenai harta hasil curian yang dimanfaatkan oleh pencuri hingga mendapatkan hasil setelahnya, para ulama berselisih pendapat dalam masalah ini. Apakah harta yang tumbuh itu kembali menjadi si pemilik per-tama saja? Ataukah harta tersebut si pencuri dan pemilik menyedekahkannya?” … Terhadap harta se-macam ini, ‘Umar bin Al Khottob pada awalnya menyi-kapinya dengan memerintahkan untuk menyerahkan seluruhnya pada Baitul Maal. Keuntungan sama sekali tidak boleh diambil oleh mereka yang memanfaatkan harta haram tadi. Lalu ‘Abdullah bin ‘Umar menyang-

Membersihkan Harta Haram | Rumaysho.com 5

Page 7: 21 Membersihkan Harta Haram Rumaysho.com

gah ayahnya dengan mengatakan bahwa seandainya harta tersebut rusak, maka dhoman (ganti rugi) bagi yang memegangnya saat itu. Kalau punya kewajiban ganti rugi, lalu mengapa dalam masalah keuntungan tidak didapat? ‘Umar lantas terdiam. Kemudian se-bagian sahabat mengatakan pada ‘Umar bahwa harta tersebut di bagi saja untuk mereka dan separuhnya lagi untuk (maslahat) kaum muslimin, yaitu setengah keun-tungan pada mereka dengan setengahnya lagi pada kaum muslimin. ‘Umar pun memilih melaksanakan hal itu.

Inilah yang jadi pilihan para fuqoha dalam masalah mudhorobah yang berasal dari ketetapan ‘Umar bin Al Khottob dan para sahabat pun sependapat dengannya, dan inilah bentuk keadilan. Keuntungan yang tumbuh dari harta haram tersebut tidaklah dikhususkan milik salah satunya. Begitu pula tidaklah harta tersebut disucikan seluruhnya melalui sedekah dengan seluruh harta tadi. Yang tepat, keuntungan tersebut milik mereka berdua, sebagaimana pembagian dalam akad mudhorobah.” (Majmu’ Al Fatawa, 30: 323)

Sehingga misalnya ada seseorang yang memanfaatkan harta curian atau korupsi untuk investasi, maka ia hanya berhak mendapat 50% dari hasil keuntungan. Sisanya diserahkan kepada pemilik harta yang se-benarnya. Jika tidak memungkinkan mengembalikan kepada pemilik sebenarnya, maka modal dan separuh dari keuntungan tadi disucikan dengan disalurkan un-tuk kemaslahatan kaum muslimin, seperti untuk menolong orang fakir, membangun rumah sakit, atau membangun sekolah. Jika ternyata pemilik harta tadi datang, maka jelaskan bahwa seluruh hartanya telah disedekahkan atau mengembalikan sejumlah uang yang menjadi haknya. Lihat Fatwa Islamweb.

***

Kaedah Fikih: Keuntungan bagi yang Berani Menanggung Resiko

Siapa yang berani menanggung resiko kerugian, maka dialah yang berhak mendapatkan keuntungan. Dalam kasus mudhorobah (bagi-hasil) misalnya, jika pelaku usaha rugi karena gagal usaha, maka si pemodal pun harus menanggung kerugian. Karena jika si pemodal mendapat keuntungan ketika usaha mendapatkan profit, maka ketika mendapatkan rugi pun demikian, harus berani memikul resiko.

Dalam kaedah fikih disebutkan,

الراج بالضمان“Keuntungan adalah imbalan atas kesiapan menang-gung kerugian”.

Maksud kaedah ini ialah orang yang berhak mendapat-kan keuntungan ialah orang yang punya kewajiban menanggung kerugian -jika hal itu terjadi-. Keuntungan ini menjadi milik orang yang berani menanggung kerugian karena jika barang tersebut suatu waktu ru-sak, maka dialah yang merugi. Jika kerugian berani

ditanggung, maka keuntungan menjadi miliknya.

Dalil Kaedah

Asal kaedah ini adalah dari hadits berikut ini,

ها أن رجال اب تاع غالما، فأقام عن عائشة رضي اللو عن عنده ما شاء اللو أن يقيم، ث وجد بو عيبا، فخاصمو

: إل النب صلى اهلل عليو وسلم، ف رده عليو، ف قال الرجل يا رسول اللو قد است غل غالمي؟ ف قال رسول اللو صلى

(. الراج بالضمان : )اهلل عليو وسلم "Dari sahabat 'Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwasanya seorang lelaki membeli seorang budak laki-laki. Ke-mudian, budak tersebut tinggal bersamanya selama beberapa waktu. Suatu hari sang pembeli mendapat-kan adanya cacat pada budak tersebut. Kemudian, pembeli mengadukan penjual budak kepada Nabi shal-lallahu 'alaihi wa sallam dan Nabi-pun memutuskan agar budak tersebut dikembalikan. Maka penjual ber-kata, 'Ya Rasulullah! Sungguh ia telah mempekerjakan budakku?' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ber-sabda, 'Keuntungan adalah imbalan atas kerugian.'" (HR. Abu Daud no. 3510, An Nasai no. 4490, Tirmidzi no. 1285, Ibnu Majah no. 2243 dan Ahmad 6: 237. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Penerapan Kaedah

1- Dalam akad mudhorobah, jika sama-sama mendapat untung, maka pihak pemodal dan pelaku usaha harus sama-sama menanggung rugi. Jika pelaku usaha, sudah mendapatkan rugi karena usahanya gagal, maka pemo-dal pun harus menanggung rugi. Karena jika pemodal mendapat untung, maka kerugian pun -artinya: tidak mendapatkan apa-apa- harus berani ia tanggung. Ter-masuk kekeliruan jika si pemodal minta modalnya itu kembali selama bukan karena kecerobohan pelaku usaha.

2- Dalam sistem dropshipping, ada reseller/ retailer yang memajang barang di toko online. Jika jika reseller tidak menanggung resiko sama sekali dalam pengiri-man barang oleh dropshipper (produsen atau grosir), maka berarti transaksinya bermasalah. Karena kalau ia berani meraup untung, maka harus berani pula menanggung kerugian.

3- Bermasalahnya transaksi riba, simpan pinjam yang menarik keuntungan. Jika pihak kreditur dalam posisi aman, hanya mau ingin uangnya kembali, tanpa mau menanggung resiko karena boleh jadi yang meminjam uang adalah orang yang susah, maka berarti ini ma-salah. Karena kalau ia ingin uangnya kembali, maka ia pun harus berani menanggung resiko tertundanya utang tersebut. Alasannya adalah kaedah yang kita bahas saat ini.

4- Orang yang memanfaatkan harta curian untuk inves-

Membersihkan Harta Haram | Rumaysho.com 5

Page 8: 21 Membersihkan Harta Haram Rumaysho.com

tasi, ia berhak mendapatkan 50% dari keuntungan dan sisanya diserahkan kepada pemilik harta sebenarnya. Karena jika merugi, dialah yang menanggungnya. Maka keuntungan berhak juga ia dapat sebabnya ia berani menanggung resiko kerugian.

5- Orang yang menggunakan modal riba dari koperasi atau bank, maka ia boleh memanfaatkan keuntungan dari usaha tersebut. Karena jika usahanya bangkrut, ia menanggungnya, bukan ditanggung oleh pihak yang memberikan pinjaman riba. Kalau ia menanggung re-siko demikian, dialah yang berhak mendapatkan keun-tungan.

ن اللهم اكفن باللك عن حرامك وأغنن بفضلك عم سواك

Allahummak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak. [Ya Allah, cukup-

kanlah aku dengan yang halal dari-Mu dan jauhkanlah aku dari yang Engkau haramkan. Cukupkanlah aku den-

gan karunia-Mu dan jauhkan dari bergantung pada selain-Mu]. (HR. Tirmidzi no. 3563 dan Ahmad 1: 153.

Kata Tirmidzi, hadits ini hasan ghorib)

Hanya Allah memberi petunjuk dan hidayah.

Membersihkan Harta Haram | Rumaysho.com 5

Profil Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Lulusan Ma’had Al ‘Ilmi Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari (Pesantren Mahasiswa yang diadakan di sekitar kampus UGM, Yogyakarta) tahun 2003-2005

Menimba ilmu fikih, ushul fikih dan kaedah fikih se-cara mulazamah (privasi) dari Ustadz Aris Munandar, MPi (2005-2010)

Ulama-ulama yang pernah diambil ilmu (2010-2013): Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al Fauzan, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri, Syaikh Sholih bin ‘Abdullah bin Hamad Al ‘Ushoimi, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir Al Barrak, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ath Thorifi, Syaikh ‘Ubaid Al Jabiri, Syaikh Dr. ‘Abdussalam Asy Syuwai’ir, Syaikh Hamd At Tuwaijiri, dll

Strata 1 (S1) dari Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (Agustus 2002 - Februari 2007) dan Master of Science in Polymer Engineering (Chemical Engineer-ing), King Saud University, Saudi Arabia (Agustus 2010 - Januari 2013)

Aktivitas Saat Ini:

Pimpinan Redaksi website dakwah Muslim.Or.Id

Pengasuh website Rumaysho.com dan RemajaIs-lam.com

Penasehat dan Pengisi Kolom Oase “Majalah Pen-gusaha Muslim“

Pembina Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI)

Pimpinan Pesantren Darush Sholihin, Dusun Warak, Desa Girisekar, Panggang, Gunungkidul (website: DarushSholihin.com)

Pengasuh website Polymerblog.com Contact: Email: [email protected] FB: Muhammad Abduh Tuasikal (Follow) dan Fans Page “Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat” Twitter: RumayshoCom HP: 0815 680 7937 (hanya via sms) Alamat: Dusun Warak, Desa Girisekar, Panggang, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.