208715122-dermatomikosis

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit merupakan organ terluar yang membatasi manusia dan lingkungannya. Kulit mudah dilihat dan diraba serta berperan dalam menjamin kelangsungan hidup (Wasitaatmadja, 2010). Fungsi utama kulit adalah melindungi, absorpsi, ekskresi, persepsi, regulasi suhu tubuh, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi. Begitu pentingnya kulit, selain menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai fungsi lain yaitu estetik (menyokong penampilan), ras, indikator sistemik, dan sarana komunikasi nonverbal antar individu (Wasitaatmadja, 2010). Kulit manusia rentan terhadap hama. Kulit yang steril hanya didapatkan pada waktu yang singkat yaitu setelah lahir. Hal ini disebabkan permukaan kulit banyak mengandung nutrisi untuk pertumbuhan organisme, antara lain lemak, bahan- bahan yang mengandung nitrogen, mineral, dan lain-lain yang merupakan hasil ekstra dari proses keratinisasi atau merupakan hasil apendiks kulit (Wiryadi, 2010). Menurut Nairn (2007), hanya sedikit mikroorganisme yang mampu menembus kulit intak, tetapi banyak yang dapat memasuki kelenjar keringat (kelenjar sebasea) dan folikel rambut serta menetap disana. 1

Upload: alfonsinacp

Post on 26-Dec-2015

78 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dermatomikosis

TRANSCRIPT

Page 1: 208715122-dermatomikosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kulit merupakan organ terluar yang membatasi manusia dan

lingkungannya. Kulit mudah dilihat dan diraba serta berperan dalam

menjamin kelangsungan hidup (Wasitaatmadja, 2010). Fungsi utama kulit adalah

melindungi, absorpsi, ekskresi, persepsi, regulasi suhu tubuh, pembentukan

vitamin D, dan keratinisasi. Begitu pentingnya kulit, selain menjamin

kelangsungan hidup juga mempunyai fungsi lain yaitu estetik (menyokong

penampilan), ras, indikator sistemik, dan sarana komunikasi nonverbal antar

individu (Wasitaatmadja, 2010).

Kulit manusia rentan terhadap hama. Kulit yang steril hanya didapatkan

pada waktu yang singkat yaitu setelah lahir. Hal ini disebabkan permukaan kulit

banyak mengandung nutrisi untuk pertumbuhan organisme, antara lain

lemak, bahan- bahan yang mengandung nitrogen, mineral, dan lain-lain yang

merupakan hasil ekstra dari proses keratinisasi atau merupakan hasil

apendiks kulit (Wiryadi, 2010). Menurut Nairn (2007), hanya sedikit

mikroorganisme yang mampu menembus kulit intak, tetapi banyak yang dapat

memasuki kelenjar keringat (kelenjar sebasea) dan folikel rambut serta

menetap disana. Daya tahan kulit manusia bervariasi sesuai usia. Anak-anak

sangat rentan infeksi kurap. Setelah pubertas, daya tahan terhadap penyakit kulit

ini meningkat jelas seiring meningkatnya kandungan asam lemak jenuh dalam

sekret sebasea.

Data Profil Kesehatan Indonesia 2008 menunjukkan bahwa distribusi

pasien rawat jalan menurut International Classification of Diseases - 10 (ICD-10)

di rumah sakit di Indonesia tahun 2008 dengan golongan sebab sakit “Penyakit

Kulit dan Jaringan Subkutan” terdapat sebanyak 64.557 pasien baru (Depkes,

2009). Penyakit kulit semakin berkembang, hal ini dibuktikan dari data Profil

Kesehatan Indonesia 2010 yang menunjukkan bahwa penyakit kulit dan jaringan

subkutan menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit terbanyak pada pasien

rawat jalan di rumah sakit se-Indonesia berdasarkan jumlah

1

Page 2: 208715122-dermatomikosis

kunjungan yaitu sebanyak 192.414 kunjungan dan 122.076 kunjungan

diantaranya merupakan kasus baru (Kemenkes,2011). Hal ini menunjukkan

bahwa penyakit kulit masih sangat dominan terjadi di Indonesia.

Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur atau

dermatomikosis merupakan penyakit yang sering dijumpai di negara tropis yang

disebabkan udara yang lembab yang mendukung berkembangnya penyakit jamur

(Putra, 2008). Penelitian Rusetianti (2004) menunjukkan bahwa dermatomikosis

selalu menjadi 10 besar penyakit terbanyak di poliklinik rawat jalan dan menjadi

peringkat pertama pada tahun 1999 serta peringkat ketiga pada tahun 2003. Hasil

penelitian Mulyani (2011) juga menunjukkan bahwa penyakit

dermatomikosis menjadi urutan pertama dibandingkan dengan penyakit kulit

lainnya di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan pada bulan Juli – September

2010 dengan pasien sebanyak 140 orang serta kunjungan rata-rata pasien perhari

40% dari penyakit lainnya.

Menurut Budimulja (2010), penyakit akibat infeksi jamur (mikosis)

terbagi atas mikosis superfisialis dan mikosis profunda. Klasifikasi lain

menurut Jain (2012), infeksi jamur dibagi menjadi infeksi superficial

(menginvasi stratum korneum, rambut, dan kuku), subcutaneous (biasanya

karena implantasi), dan deep (sistemik).

Menurut Utama (2004) dalam Mulyani (2011), penyakit Dermatomikosis

Superfisialis (mikosis superfisialis) menjadi penyakit yang paling

banyak dijumpai di semua lapisan masyarakat yang terjadi pada kulit, rambut,

kuku, dan selaput lendir. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Samuel,

Adekunle, dan Ogundipe (2013) tentang dermatomikosis yang menunjukkan

bahwa jamur golongan dermatofit, penyebab dermatofitosis yang merupakan

bagian dari infeksi superfisial, mendominasi hasil isolasi jamur yang mereka

lakukan yaitu sebanyak 188 temuan sedangkan jamur penyebab infeksi sistemik

hanya sebanyak 26 temuan.

Penjabaran lebih spesifik dari penelitian lain berdasarkan data

kunjungan rawat jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr Sardjito tahun 1999

dan 2003 menunjukkan bahwa tinea kruris merupakan penyakit dermatofitosis

2

Page 3: 208715122-dermatomikosis

terbanyak dijumpai dengan kunjungan penderita baru dan lama berjumlah

641 pada tahun 1999 dan kunjungan penderita baru dan lama berjumlah

291 orang pada tahun 2003 (Rusetianti, 2004). Sementara itu hasil penelitian

lain yang dilakukan Panjaitan (2008) menunjukkan tinea imbrikata yang

menjadi dominan terjadi di Kabupaten Waringin Timur dengan prevalensi

2,45 % dari populasi di dua Kecamatan, namun di beberapa desa dengan

tingkat sosial ekonomi yang rendah menunjukkan prevalensi tinea imbrikata

jauh lebih tinggi yaitu berkisar 17% - 20%. Hal yang berbeda diungkapkan

dalam hasil penelitian K et al (2012) di Ahmedabad yang memperlihatkan

bahwa pada umumnya paling banyak kejadian penyakit yang diakibatkan

tinea korporis dengan insidensi sebesar 52,78% yang selanjutnya tinea kruris

sebesar 15,65%, pitiriasis versikolor sebesar 12,47%.

Venugopal dan Venugopal (1992) di dalam Gopichand, Babulal, dan

Madhukar (2013) menyatakan bahwa tinea kapitis dan tinea korporis lebih

cenderung terjadi pada anak-anak sedangkan tinea unguium, tinea pedis,

dan pitiriasis versikolor lebih umum terjadi pada orang dewasa. Hal yang

tidak jauh berbeda diungkapkan Gautam, Dekate, dan Padhye (2011),

pitiriasis versikolor pada umumnya terjadi pada orang dewasa yang terjadi di

sekitar tubuh.

BAB II

3

Page 4: 208715122-dermatomikosis

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Dermatomikosis

Dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa

yang disebabkan infeksi jamur (Mawarli, 2000).

Dermatomikosis mempunyai arti umum, yaitu semua penyakit jamur

yang menyerang kulit (Juanda, 2005).

2.2. Etiologi Dermatomikois

Dermatofit merupakan kelompok fungi patogen terbesar pada manusia.

Ada tiga genera penyebab dermatomikosis yaitu; Trichophyton, Microsporum,

dan Epidermophyton. Fase aseksual pada kapang-kapang tersebut menghasilkan

mikrokonidia amerospora ( hanya satu sel ) yang tidak berpigmen, berbentuk

seperti tetesan air mata, dan berdinding halus. Di samping itu juga dihasilkan

makro-konidia yang terbentuk pada bagian tepi atau pada ujung hifa, berbentuk

silindris atau seperti cerutu, berdinding halus atau kasar, dan bersepta lebih dari

satu.

Ketiga genera tersebut dapat dibedakan dari tipe konidia yang dihasilkan.

Trichophyton dan Microsporum memiliki mikrokonidia dan makrokonidia,

sedangkan Epidermophyton tidak memiliki mikrokonidia. Makrokonidia pada

Microsporum berdinding kasar dan halus serupa dengan Trichophyton.

4

Page 5: 208715122-dermatomikosis

Trichophyton dan Microsporum adalah Ascomycetes. Fase seksual ( teleomorf )

pada Trichophyton adalah genus Nannizzia. Kapang-kapang tersebut bersifat

keratinofilik, yaitu menyerang rambut, kulit, dan kuku. Mikosis tersebut juga

ditemukan pada hewan, misalnya Trichophyton mentagrophytes ditemukan pada

binatang mengerat, Trichophyton verrucosum pada ternak, dan Microsporum

canis pada anjing.

2.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Dermatomikosis.

Faktor yang mempengaruhi adalah :

a. Udara yang lembab

b. Lingkungan yang padat

c. Sosial ekonomi yang rendah

d. Adanya sumber penularan disekitarnya

e. Sering berkontak dengan tanah, air, binatang

f. Pakaian berlapis / tidak menyerap keringat

g. Obesitas

h. Penyakit sistemik

i. Penggunaan steroid

j. Sistem imun tubuh

k. Higienitas dan gizi kurang

2.4. Klasifikasi Dermatomikosis

Ada dua golongan jamur yang menyebabkan mikosis superfisialis yaitu non

dermatofita dan dermatofita

Jamur Lokasi Penyakit

Dermatofita

Microsporum canis rambut, kulit

Microsporum audouini rambut

Microsporun gypseum kulit, rambut

Trychophyton tonsurans rambut, kulit, buku

Trychophyton rubrum rambut, kulit, kuku

Trychophyton mentagrophytes rambut, kulit

5

Page 6: 208715122-dermatomikosis

Trychophyton violaceum Rambut,kulit,kuku

Epidermophyton flocosum kulit

Non-Dermatofita

Pityrosporum orbiculare kulit Tinea vesikolor

(Malasezia furfur)

Clasdoporium werneckii kulit Tinea nigra

Piedraia rambut Piedra hitam

Trichosporon beigelii rambut Piedra putih

a. Dermatofitosis

Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang menjadi

zat tanduk, seperti kuku, rambut, dan sratum korneum pada epidermis yang

disebabkan oleh jamur dermatofita (Mawarli, 2000).

Dermatofitosis (Tinea) adalah infeksi jamur dermatofit (species

microsporum, trichophyton, dan epidermophyton) yang menyerang epidermis

bagian superfisial (stratum korneum), kuku dan rambut. Microsporum

menyerang rambut dan kulit. Trichophyton menyerang rambut, kulit dan

kuku. Epidermophyton menyerang kulit dan jarang kuku (Sutomo, 2007).

Menurut Emmons, 1994 (dalam Juanda, 2005) dermatofita penyebab

dermatofitosis.

Golongan jamur ini bersifat mencernakan keratin, dermatifita termasuk

kelas fungi imperfecti. Gambaran klinik jamur dermatofita menyebabkan

beberapa bentuk klinik yang khas, satu jenis dermatofita menghasilkan

klinis yang

berbeda tergantung lokasi anatominya.

Bentuk – Bentuk gejala klinis Dermatofitosis

6

Page 7: 208715122-dermatomikosis

1) Tinea Kapitis

Adalah kelainan kulit pada daerah kepala rambut yang disebabkan jamur

golongan dermatofita. Disebabkan oleh species dermatofita trichophyton dan

microsporum. Gambaran klinik keluhan penderita berupa bercak pada kepala,

gatal sering disertai rambut rontok ditempat lesi. Ditemukan juga Grey patch ring

worm, kerion, blck dot, dan favus.

Mikosis pada rambut dapat dibedakan sebagai penyakit rambut ;

(a) ektoriks (fungi ada di bagian luar rambut) misalnya; Microsporum audouinii,

M, canis, M. ferrugineum, Trichophyton verrucosum, T. mentagrophytes, T.

megnini, dan T. rubrum.

(b) endotriks (fungi ada di dalam rambut) misalnya; Trichophyton tonsurans, t.

violaceum, T. soudanensis, T. gourvilli, dan T. youndei.

7

Page 8: 208715122-dermatomikosis

Penyakit favus disebabkan oleh T. schoenleinii, yaitu skutula dibentuk di

dalam folikel rambut, sedangkan hifa tumbuh di dalam rambut. (Tan et al., 1994)

Diagnosis ditegakkan berdasar gambaran klinis, pemeriksaan lampu wood

dan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH, pada pemeriksaan mikroskopis

terlihat spora diluar rambut atau didalam rambut.

Pengobatan pada anak peroral griseofulvin 10-25 mg/kg BB perhari,

pada dewasa 500 mg/hr selama 6 minggu.

2) Tinea Favosa

Adalah infeksi jamur kronis terutama oleh trychophiton schoen lini,

trychophithon violaceum, dan microsporum gypseum. Penyakit ini mirip tinea

kapitis yang ditandai oleh skutula warna kekuningan bau seperti tikus pada

kulit kepala, lesi menjadi sikatrik alopecia permanen. Gambaran klinik mulai

dari gambaran ringan berupa kemerahan pada kulit kepala dan terkenanya

folikel rambut tanpa kerontokan hingga skutula dan kerontokan rambut serta

lesi menjadi lebih merah dan luas kemudian terjadi kerontokan lebih

luas, kulit mengalami atropi sembuh dengan jaringan parut permanen.

Diagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis langsung. Prinsip

pengobatan tinea favosa sama dengan pengobatan tinea kapitis yaitu

pengobatan pada anak peroral griseofulvin 10-25 mg/kg BB perhari, pada

dewasa 500 mg/hr selama 6 minggu. Higienitas harus dijaga.

2) Tinea Korporis

8

Page 9: 208715122-dermatomikosis

Adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus (globurus skin) di

daerah muka, badan, lengan dan glutea. Penyebab tersering adalah T.

rubrum dan T. mentagropytes. Gambaran klinik biasanya berupa lesi terdiri atas

bermacam-macam efloresensi kulit, berbatas tegas dengan konfigurasi anular,

arsinar, atau polisiklik, bagian tepi lebih aktif dengan tanda peradangan lebih

jelas. Daerah sentral biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara tepi

lesi meluas sampai ke perifer. Kadang bagian tengahnya tidak menyembuh,

tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang

besar.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan lokalisasinya serta

kerokan kulit dengan mikroskop langsung dengan larutan KOH 10-20% untuk

melihat hifa atau spora jamur.

Pengobatan sistemik berupa griseofulvin 500 mg sehari selama 3-4

minggu, itrakenazol 100mg sehari selama 2 minggu, obat topikal salep

whitfield.

4) Tinea Imbrikata

Adalah penyakit yang disebabkan jamur dermatofita yang memberikan

gambaran khas berupa lesi bersisik yang melingkar- lingkar dan gatal.

Disebabkan oleh dermatofita T. concentricum. Gambaran klinik dapat

menyerang seluruh permukaan kulit halus, sehingga sering digolongkan dalam

tinea korporis. Lesi bermula sebagai makula eritematosa yang gatal,

kemudian timbul skuama agak tebal terletak konsensif dengan susunan seperti

genting, lesi tambah melebar tanpa meninggalkan penyembuhan dibagian

tangahnya.

Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas berupa lesi konsentris.

Pengobatan sistemik griseofulvin 500 mg sehari selama 4 minggu, sering

kambuh setelah pengobatan sehingga memerlukan pengobatan ulang yang

lebih lama, ketokonazol 200 mg sehari, obat topikal tidak begitu efektif karena

daerah yang terserang luas.

9

Page 10: 208715122-dermatomikosis

5) Tinea Kruris

Adalah penyakit jamur dermatifita didaerah lipat paha, genitalia dan

sekitar anus, yang dapat meluas kebokong dan perut bagian bawah.

Penyebab E. floccosum, kadang-kadang disebabkan oleh T. rubrum. Gambaran

klinik lesi simetris dilipat paha kanan dan kiri mula-mula lesi berupa bercak

eritematosa, gatal lama kelamaan meluas sehingga dapat meliputi scrotum,

pubis ditutupi skuama, kadang-kadang disertai banyak vesikel-vesikel kecil.

Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas dan ditemukan elemen jamur

pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopis langsung memakai larutan

KOH 10-20%.

Pengobatan sistemik griseofulvin 500 mg sehari selama 3-4 minggu,

ketokonazol, obat topikal salp whitefield, tolsiklat, haloprogin,

siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCL.

6) Tinea Manus et Pedis

10

Page 11: 208715122-dermatomikosis

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita

didaerah kilit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari

tangan dan kaki serta daerah interdigital. Penyebab tersering T. rubrum, T.

mentagrophytes, E. floccosum. Gambaran klinik ada 3 bentuk klinis yang

sering dijumpai yaitu:

(a) Bentuk intertriginosa berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada

sela jari tampak warna keputihan basah terjadi fisura terasa nyeri bila

disentuh, lesi dapat meluas sampai ke kuku dan kulit jari. Pada kaki lesi sering

mulai dari sela jari III, IV dan V.

(b) Bentuk vesikular akut ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan bila

terletak agak dalam dibawah kulit sangat gatal, lokasi yang yang sering adalah

telapak kaki bagian tengah melebar serta vesikulanya memecah.

(c) Bentuk moccasin foot pada bentuk ini seluruh kaki dan telapak tepi

sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan berskuama, eritema biasanya

ringan terutama terlihat pada bagian tepi lesi.

Diagnosis ditegakkan berdasar gambaran klinik dan pemeriksaan kerokan

kulit dengan larutan KOH 10-20% yang menunjukkan elemen jamur.

Pengobatan cukup topikal saja dengan obat-obat anti jamur untuk

interdigital dan vesikular selama 4-6 minggu.

7) Tinea unguium

11

Page 12: 208715122-dermatomikosis

Adalah kelainan kuku yang disebabkan infeksi jamur dermatofita. Penyebab

tersering adalah T. mentagrophites, T. rubrum. Gambaran klinik biasanya

menyertai tinea pedis atau manus penderita berupa kuku menjadi rusak

warna menjadi suram tergantung penyebabnya, destruksi kuku mulai dari

dista, lateral, ataupun keseluruhan.

Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan

permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal

kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila

dimulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi,

rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya

detritus yang banyak mengandung elemen jamur.

Diagnosis ditegakkan berdasar gejala klinis pada pemeriksaan kerokan

kuku dengan KOH 10-20 % atau biakan untuk menemukan elemen jamur.

Pengobatan infeksi kuku memerlukan ketekunan, pengertian kerjasama dan

kepercayaan penderita dengan dokter karena pengobatan sulit dan lama.

Pemberian griseofulvin 500 mg sehari selama 3-4 bulan untuk jari tangan untuk

jari kaki 9-12 bulan. Obat topical dapat diberikan dalam bentuk losion atau

krim.

8) Kandidiasis

Adalah suatu penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur

intermediate yang menyerang kulit, kuku, selaput lendir dan alat- alat dalam.

Penyebab jamur golongan candida yang patogen dan merupakan kandidiasis

12

Page 13: 208715122-dermatomikosis

adalah candida albicans. Gambaran klinik berbentuk kandidiasis sistemik dan

lokal.

K a nd i d i as is lo k a l t e r d i r i d a r i:

(a) Kandidiasis oral dimana kelainan ini sering terjadi pada bayi berupa

bercak putih seperti membran pada mukosa mulut dan lidah bila membran

tersebut diangkat tampak dasar kemerahan dan erosif.

(b) Perleche berupa retakan sudut mulut, pedih dan nyeri bila tersentuh

makanan atau air.

(c) Kandidiasis vaginal kelainan berupa bercak putih diatas mukosa yang

eritematosa erosif, mulai dari servik sampai introitus vagina, didapatkan

fluor albus putih kekuningan disertai semacam butiran tepung kadan seperti

susu pecah terasa gatal serta dispareuni karena ada erosi.

(d) Balanitis biasanya terjadi pada laki-laki yang tidak sunat, terasa gatal

disertai timbulnya membran atau bercak putih pada gland penis.

K a nd i di as is ku l it t e r di r i d a r i:

13

Page 14: 208715122-dermatomikosis

(a) Kandidiasis intertriginosa sering terjadi pada orang gemuk

menyerang lipatan kulit yang besar seperti inguinal, aksila, lipat payudara,

yang khas adalah bercak kemerahan agak lebar dengan dikelilingi oleh lesi-lesi

satelit.

(b) Kandidiasis kuku infeksi jamur pada kuku dan jaringan sekitar

terasa nyeri dan peradangan sekitar, kuku rusak dan menebal lesi berwarna

kehijauan.

(c) Kandidiasis granulomatosa bentuk ini jarang dijumpai, manifestasi

berupa granuloma terjadi akibat penumpukan krusta serta hipertropi

setempat, biasa terdapat dikepala atau ektremitas.

(d) Kandidid adalah suatu alergi terhadap elemen jamur atau metabolit

candida SSP.

Diagnosis dengan pemeriksaan langsung kerokan kulit atau usap

mukokutan dengan larutan KOH 10% atau pewarnaan gram yang terlihat sel

ragi, blastospora atau hifa semu. Pengobatan kandidiasis kulit dan kandidiasis

selaput lendir yang lokal dengan memberi obat anti jamur topikal.

Pengobatan kandidiasis oral berupa lozenges atau oral gel yang

mengandung nistatin atau mikonazole, pengobatan kandidiasis vaginal obat

yang dipakai adalh preparat khusus intravaginal yang mengandung imidasol

selama 1-5 hari, terapi oral juga diberikan 1-5 hari.

14

Page 15: 208715122-dermatomikosis

Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh lesi

tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal.

walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan

biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Infeksi dermatofitosis yang

kronik atau luas, tinea dengan implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe

kering jenis t.rubrum termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga

membutuhkan terapi sistemik. Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi

hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik antijamur dimulai. Pengobatan oral,

yang dipilih untuk dermatofitosis adalah;

Infeksi Rekomendasi Alternatif

Tinea unguium

(Onychomycosis)

Terbinafine 250

mg/hr 6 minggu

untuk kuku jari

tangan, 12 minggu

untuk kuku jari kaki

Itraconazole 200 mg/hr /3-5

bulan atau 400 mg/hr seminggu

per bulan selama 3-4 bulan

berturut-turut.

Fluconazole 150-300 mg/ mgg

s.d sembuh (6-12 bln)

Griseofulvin 500-1000 mg/hr

s.d sembuh (12-18 bulan)

Tinea capitis Griseofulvin

500mg/day

(≥ 10mg/kgBB/hari)

sampai sembuh (6-8

minggu)

Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg

Itraconazole 100 mg/hr/4mgg

Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg

Tinea corporis Griseofulvin 500

mg/hr sampai

sembuh (4-6

minggu), sering

dikombinasikan

dengan imidazol.

Terbinafine 250 mg/hr selama

2-4 minggu Itraconazole 100

mg/hr selama 15  hr atau

200mg/hr selama 1 mgg.

Fluconazole 150-300 mg/mggu

selama 4 mgg.

Tinea cruris Griseofulvin 500

mg/hr sampai

Terbinafine 250 mg/hr selama

2-4 mgg Itraconazole 100 mg/hr

15

Page 16: 208715122-dermatomikosis

sembuh (4-6

minggu)

selama 15 hr atau 200 mg/hr

selama 1 mgg. Fluconazole 150-

300 mg/hr selama 4 mgg.

Tinea pedis Griseofulvin

500mg/hr sampai

sembuh (4-6

minggu)

Terbinafine 250 mg/hr selama

2-4 mgg Itraconazole 100 mg/hr

selama 15 hr atau 200mg/hr

selama 1 mgg. Fluconazole 150-

300 mg/mgg selama 4 mgg.

Chronic and/or

widespread

non-responsive

tinea.

Terbinafine 250

mg/hr selama 4-6

minggu

Itraconazole 200 mg/hr selama

4-6 mgg. Griseofulvin 500-1000

mg/hr sampai sembuh (3-6

bulan).

b. Non Dermatofitosis

Pitiriasis versikolor (Panau)

Adalah penyakit jamur superfisial yang kronik biasanya tidak

memberikan keluhan subjektif berupa bercak skuama halus warna putih

sampai coklat hitam, meliputi badan kadang-kadang menyerang ketiak, lipat

paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, kulit kepala yang berambut. Menurut

Ballon (1889) dan Juanda (2005) Disebabkan oleh malassezia furfur robin.

Gambaran klinik kelainan terlihat bercak- bercak warna warni, bentuk

teratur sampai tidak teratur batas jelas sampai difus kadang penderita merasa

gatal ringan.

Diagnosis pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH

20% terlihat campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat

berkelompok.

Pengobatan harus dilakukan menyeluruh tekun dan konsisten. Obat yang

dapat dipakai suspensi selenium sulfida ( selsun ) dipakai sebagai sampo 2-3x

seminggu. Obat lain derivat azol misal mikonazole, jika sulit disembuhkan

ketokonazole dapat dipertimbangkan dengan dosis 1x 200 mg sehari selama 10

minggu.

16

Page 17: 208715122-dermatomikosis

Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit

Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik

sebagai antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari

selama dua minggu, bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang diberikan

berlanjut 2 minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai

pengganti griseofulvine selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung

berat badan.

Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan

utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa

gangguan traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat tersebut

bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.

Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang

tersering gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung,

diarea, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain berupa ganguan

pengecapan, persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau

keseluruhan setelah beberapa minggu minum obat dan hanya bersifat sementara.

Sefalgia ringan dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus.

Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol

sebagai terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai 2 minggu pada pagi

hari setelah makan. Ketokonazol kontraindikasi untuk kelainan hepar.

17

Page 18: 208715122-dermatomikosis

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis adalah disebabkan

karena letak infeksinya pada kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau

menimbulkan kelainan di dalam epidermidis mulai dari stratum komeum sampai

stratum basalis, sedangkan golongan non-dermatofitosis hanya bagian

superfisialis dari epidermidis. Hal ini disebabkan karena dermatofitosis

mempunyai afinitas tehadap keratin yang terdapat pada epidermidis, rambut,

kuku, sehingga infeksinya lebih dalam.

3.2 Edukasi

Menghindari sumber penularan yaitu binatang, kuda, sapi, kucing, anjing,

ataupun kontak dengan pasien lain

Menggunakan handuk berbeda untuk bagian yang terkena  jamur dan yang

tidak terkena

Keringkan badan dengan baik setelah mandi

Meningkatkan hygiene

Menghindari fokal infeksi di tempat lain (mis: kuku, kaki)

Mengurangi kelembapan tubuh:

Hindari pakaian ketat

Hindari pakaian berbahan karet, nylon

Memperbaiki ventilasi rumah

Menghindari berkeringat berlebihan

18

Page 19: 208715122-dermatomikosis

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, editor Hamzah Mochtar,

AisahSiti. Ed.5. Jakarta. pp: 189

2. Graham-Brown, Robin. 2008. Dermatologi. Ed.8. Jakarta : Erlangga. pp:33-34

3. Budi mulja, U : Mikosis. Dalam ilmu penyakit kulit dan kelamin, Jakarta FK

UI. 1987: 84-88

19