202728117 makalah pproses laktasi dan menyusui
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Menyusui
2.1.1. Pengertian dan definisi
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi,
dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI.
Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan
alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu,
dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga
terutama suami ( Roesli, 2000), Lawrence (1994) dalam Roesli (2001),
menyatakan bahwa menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat
diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit atau kurang
gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan
bayi. Hal tersebut sejalan dengan Suryaatmaja dalam Soetjiningsih (1997), yang
mengatakan menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia seorang
ibu.
2.1.2. Pembentukan Air Susu
Keberhasilan dalam menyusui menurut San Diego Lactacion clinic dalam
Soetjiningsih (1997) dipengaruhi adanya dukungan keluarga, informasi yang
jelas dan profesi atau tenaga kesehatan. Pendidikan ibu dan keluarga , nutirisi
yang adekuat juga akan mempengaruhi proses dalam menyusui. Bayi sesegera
mungkin disusukan setelah lahir dan pemberian ASI tidak dijadwal sesuai
keinginan bayi, dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui secara
bergantian, dan istirahat yang cukup. Begitu juga menurut Sidi (2001),
keberhasilan pemberian ASI atau menyusui memerlukan dukungan dari
berbagai macam faktor, antara lain payudara sebagai perangkat pemberian ASI,
perlu diperhatikan apakah cukup mampu menghasilkan ASI dan kondisi
putingnya memadai bagi bayi untuk bisa menyusui dengan mudah. Bayi
dibiasakan menyusui sejak dini , yaitu segera setelah dilahirkan, ibu siap mental
untuk menyusui bayinya, petugas kesehatan siap membantu ibu agar dapat
menyusui dengan mudah, suami siap mendukung ibu untuk menyusui dengan
baik. Misalnya dengan menyediakan menu makanan yang memenuhi keperluan
ibu menyusui, membuat pikiran ibu tenang, mau berbagi dengan ibu dalam
melaksanakan pekerjaan di rumah.Hal senada telah diungkapkan oleh
Soeharyono (1992), yang mennyebutkan bahwa keberhasilan menyusui
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : faktor ibu melalui mekanisme
fisiologi yang dapat menyebabkan payudara membentuk air susu,
faktor bayi melalui refleks yang secara alami dibawa sejak masih dalam
kandungan yang memungkinkan bayi mendapatkan air susu. Faktor eksternal
yaitu petugas kesehatan yang berperan selaku katalisator proses fisiologi yang
dapat membantu ibu dan bayi sukses dalam proses menyusui. Bantuan utama
dari petugas kesehatan adalah memberikan keyakinan serta dorongan emosi
kepada ibu yang sering diganggu oleh segala macam bentuk kecemasan.
Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air susunya kepada bayi yang
telah dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi
ibu demi keselamatan bayinya di kemudian hari. Pada seorang ibu yang
menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan
dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan refleks let down( Lawrence,
1994).
a. Refleks prolaktin
Hisapan bayi pada putting ibu menyebabkan aliran listrik yang bergerak ke
hipotalamus yang kemudian akan menuju kelenjar hipofisis bagian depan.
Selanjutnya kelenjar ini akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
memproduksi ASI. Makin sering dan makin lama ASI diberikan, maka kadar
prolaktin akan tetap tinggal dan akan berakaibat ASI akan terus di produksi.
Efek lain dari prolaktin adalah menekan fungsi indung telur ( ovarium). Efek
penekanan ini pada ibu yang menyusui secara ekslusif akan memperlambat
kemabalinya fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain, menyusui secara
eksklusif dapat menjarangkan kehamilan.
b. Refleks let down ( milk ejection refleks)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan hisapan bayi selain
disampaikan ke kelenjar hipofisis bagian belakang dimana kelenjar ini akan
mengeluarkan oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang
berada di bawah alveoli dan dinding saluran sekitar kelenjar payudara mengerut
sehingga memeras ASI keluar. Semakin sering ASI diberikan terjadi
pengosongan alveoli, sehingga semakin kecil terjadi pembendungan ASI di
alveoli. Untuk itu dianjurkan kepada ibu menyusukan bayi tidak dibatasi waktu
dan “on demand”, akan membantu air susu.Disamping itu kontraksi otot-
otot rahim untuk mencegah timbulnya pendarahan setelah persalinan serta
mempercepat proses involusi rahim. Hal yang membantu refleks oksitosin
adalah ibu memikirkan hal-hal yang dapat menimbulkan
rasa kasih sayang terhadap bayi, suara bayi, raut muka bayi, ibu lebih percaya
diri.
Hal-hal tersebut di atas menurut Cunningham (1995), dengan isapan
dalam 30 menit setelah lahir akan merangsang pelepasan oksitosin yang dapat
mengurangi haemorhagic post partum. Pendapat Cunningham, didukung oleh
penelitian Odent (2002), bahwa meskipun ASI belum keluar, kontak fisik bayi
dengan ibu dan membantu ibu menyusui harus tetap difasilitasi oleh petugas,
Karena pada jam pertama persalinan pelepasan oksitosin berbanding lurus
dengan prolaktin, dalam level tertinggi sehingga memacu otot polos yang
berada di alveoli dan akan memperlancar produksi ASI. Juga secara psikologis
memberi kepuasan kepada ibu dan manfaat yang tidak kalah pentingnya bagi
bayi adalah mendukung kemampuan untuk menyusui secara naluriah
2.1.3. Mekanisme Menyusui
Bayi yang sehat mempunyai 3 (tiga) refleks intrinsik, yang diperlukan
untuk keberhasilannya menyusui seperti :
a. Refleks mencari ( Rooting refleks)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini
menyebabkan kepala bayi berputar menujuputing susu ditarik masuk ke dalam
mulut.
b.Refleks menghisap (Sucking refleks)
Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat
mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu sudah
dikatakan cukup bila rahang bayi menekan sinus laktiferus yang terletak di
puncak kalang payudara dibelakang putting susu, tidak dibenarkan bila bayi
hanya menekan putting susunya.
Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi
akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan
mengalir ke putting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting
susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu.
Cara iniakan membantu bayi mendapatkan jumlah air susu yang maksimal
dan tidak akan menimbulkan luka pada putting susu ibu.
c. Refleks menelan ( Swallowing refleks)
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan
menghisap ( tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga
pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme
menelan masuk lambung. Keadaan ini tidak akan terjadi bila bayi diberi susu
formula dengan botol. Dalam penggunaan susu botol rahang bayi kurang
berperan, sebab susu dapat mengalir dengan mudah dari lubang dot.
2.1.4. Manfaat menyusui
Menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi akan tetapi juga
memberikan keuntungan dan manfaat bagi ibu terutama dengan menyusui bayi
secara ekslusif. Manfaat untuk bayi adalah : menerima nutrisi terbaik, baik
kualitas maupun kuantitasnya, meningkatkan daya tahan tubuh , jalinan kasih
sayang (bonding), dan meningkatkan kecerdasan. Bagi ibu dapat mengurangi
pendarahan pos partum(paska melahirkan), terjadinya anemia, kemungkinan
penderita kanker payudara dan kanker indung telur, menjarangkan kelahiran,
dapat mengembalikan lebih cepat berat badan dan besarnya rahim ke ukuran
normal, ekonomis, hemat waktu, tidak merepotkan
memberikan kolostrum pada bayi dibandingkan dengan paritas rendah.
Penelitian ini didukung oleh Suradi (1992) bahwa ASI lebih cepat keluar pada
multipara daripada primapara, walaupun perbedaan tersebut secara statistik
tidak bermakna.
Penelitian madjid (2003) menyimpulkan bahwa ibu-ibu yang baru pertama
kali mempunyai anak (primapara) memiliki masalah-masalah menyusui.
Berbeda dengan ibu-ibu yang sudah menyusui sebelumnya lebih baik
daripada yang pertama.
2.3.6. Jarak Kelahiran
Menurut Hartanto (1996) bila jarak kelahiran < 2 tahun dapat
menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah, sering terkena
penyakit dan waktu bagi ibu untuk menyusui bayi sebelumnya akan berkurang.
Jarak kelahiran yang dianjurkan adalah antara 2-4 tahun, karena kondisi dan
kesehatan ibu sudah pulih kembali. Bila jarak kelahiran < 2 tahun dapat
mengakibatkan ibu menderita anemia kronis, sehingga produksi ASI akan
terganggu. Jadi, semakin rapat jarak kelahiran bayi mengakibatkan produksi asi
menurun dan menyebabkan kegagalan pemberian ASI eksklusif.
2.3.7. Rencana Kehamilan
Nurjanah (1998) mendefinisikan unwanted pregnancy adalah kehamilan yang
terjadi pada wanita yang tidak diinginkannya pada saat itu maupun waktu yang
akan datang. Menurut kafman (1997), unwanted pregnancyyaitu kehamilan
yang tidak dikehendaki sama sekali, dan mistined kehamilan yang dikehendaki
kemudian. Pada penelitian Iskandar (1991) di luar Jawa ada hubungan
bermakna antarakehamilan yang direncanakan dengan pemberian ASI.
2.3.8. Jenis Kelamin Bayi
Di Banglades pemberian ASI untuk bayi perempuan 5 bulan lebih pendek
dari bayi laki-laki (Iskandar, 1991). Bahkan menurut Roesli(2000), konsekuensi
fatal yang sering terjadi pada pemberian ASI, yaitu budaya yang mengutamak
an bayi laki-laki sehingga bayi laki-laki pertumbuhannya normal sedangkan
bayi perempuan terhambat.
2.3.9. Berat Badan Lahir
Bayi dengan berat badan lahir rendah ( premature), seharusnya diberikan
ASI dari ibunya sendiri, bila tidak terdapat komplikasi seperti kesulitan
pernapasan, sepsis, dan malformasi, maka sebagian besar bayi premature
biasanya mampu menyusui dengan segera (Supriadi, 2002).
2.3.10. Dukungan Suami Dan Orang Tua
Peran suami selaku pendukung dalam memberikan ASI, telah banyak
dilaporkan dalam literatur. Khususnya bila suami mempunyai pemikiran yang
positif tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan menyusui dan berpikir
bahwa ia dapat memainkan peran serta dalam masalah ini (Riodan, 1998)
Dukungan suami dan orang tua mempengaruhi praktik. pemberian ASI, yang
selanjutnya akan mempengaruhi angka sukses pemberian ASI dan usia
penyapihan. Seorang wanita yang suaminya tidak mendukung dalam menyusui,
bayinya di sapih lebih awal.
2.3.11. Perilaku Petugas Kesehatan
Dalam penggunaan ASI peran bidan dan penyuluh kesehatan masyarakat
sangatlah penting. Kegiatan yang dapat dikerjakan oleh bidan antara lain
melaksanakan antenatal yang baik, peranan penyuluh kesehatan memberikan
penyuluhan pembinaan, persiapan bersalin, penyuluhan akan pentingnya
menyusui bayi secara ASI eksklusif dan meyakinkan arti penting keluarga
berencana (Madjid, 2003).