20236446 t20935 penentuan kapasitas

Upload: laras-fadillah

Post on 07-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kapasitas

TRANSCRIPT

  • PENENTUAN KAPASITAS PANAS MATERIAL IRON ORE MENGANDUNG ILMENITE

    Tesis Magister Ilmu Material

    Tesis diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Ilmu Material

    YULISTIATI 63 04 000 293

    PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI ILMU MATERIAL

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA

    2006

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • LEMBAR PERSETUJUAN TESIS INI TELAH DISETUJUI OLEH :

    Dr. Azwar Manaf, M.Met. Pembimbing I

    Dr.-Ing.Ir. Bambang Suharno Pembimbing II

    Dr. Muhammad Hikam, MSc. Penguji I

    Dr.Ir. Johny Wahyuadi S, DEA Penguji II

    Dr.Ir. Rudi Subagja Penguji III

    Dr. Bambang Soegijono Ketua Program Studi Ilmu Material

    Program Pascasarjana

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia

    2006

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • ABSTRAK Oleh : Yulistiati Pembimbing : Dr. Azwar Manaf

    Iron ore adalah suatu senyawa besi oksida yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan pelet atau pig iron sebagai feedstock untuk industri baja. Umumnya iron ore menjalani benefisiasi atau pengkayaan Fe melalui proses reduksi dalam suatu furnace. Agar proses dapat berjalan dengan tingkat efisiensi tinggi maka diperlukan nilai beberapa besaran fisis dalam material, seperti jenis senyawa, fraksi berat dan kapasitas panas. Pada penelitian ini telah dilakukan penentuan kapasitas panas sebagai fungsi temperatur Cp(T) dari iron ore dengan menggunakan kalorimeter DTA dan DSC. Tahapan investigasi diawali dengan validasi metode evaluasi dan instrumen. Untuk tahapan ini ditemukan bahwa penggunaan DTA untuk penentuan Cp(T) memerlukan faktor instrumen untuk kalibrasi data terukur. Tidak demikian halnya dengan DSC, data terukur dapat dikonversikan langsung untuk menentukan Cp(T). Iron ore yang digunakan sebagai objek penelitian adalah iron ore setelah pemanasan 4000C dengan waktu tahan 12 jam dan terdiri dari senyawa utama magnetite (Fe3O4), hematite (Fe2O3) dan ilmenite (FeTiO3) dengan fraksi berat masing-masing adalah 39.88%, 52.99% dan 7.13%. Dari nilai Cp(T) terukur untuk iron ore serta komposisi senyawanya, telah berhasil ditentukan kapasitas panas ilmenite sebagai fungsi temperatur sebagai berikut :

    Cp(T) = a + b T + c T-2 J/mol.K dengan a = 747 1132 b = 2.27 2.70 c = (12.1 15.7) x 107 Kata Kunci : Iron Ore, Ilmenite, Kapasitas Panas, DTA/DSC

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • ABSTRACT By : Yulistiati Supervisor : Dr. Azwar Manaf Iron ore is a ferro oxides that used as raw materials for producing pellets and/or pig irons which are feedstock for steel industries. Generally, the beneficiation Fe of iron ore is necessary, and this may be carried out by a reduction process in the furnace. In order to obtain a process with high efficiency related properties of materials like type of the oxides, their weight fraction and heat capacity, etc should be determined. In this research, the heat capacity as a function of temperature, Cp(T) for iron ore was determined by means of Differential Thermal Analyzer (DTA) and Differential Scanning Calorimeter (DSC). The investigation was initiated by first to validate the method and instrument. It was found that for Cp(T) determination by DTA an instrument factor is needed and this requires a systematic study. On the other hand, measuring data from DSC can be directly converted to determine Cp(T). According to XRD analysis, the iron ore which was heat treated at 400C for 12 hours to contain hematite (Fe2O3), magnetite (Fe3O4) and ilmenite (FeTiO3) with weight fractions of 39,88%, 52,99% and 7,13% respectively. The Cp(T) for iron ore containing ilmenite was then successfully determined with the following equation:

    Cp(T) = a + b T + c T-2 J/mol.K with a = 747 1132 b = 2.27 2.70 c = (12.1 15.7) x 107

    Keywords : Iron Ore, Ilmenite, Heat Capacity, DTA/DSC

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • i

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat dan karunia yang telah Allah

    Subhana Wa Taala limpahkan. Pada akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan tugas penulisan tesis ini yang merupakan salah satu syarat

    dari kelulusan Magister Ilmu Material di Program Pascasarjana

    Universitas Indonesia dengan judul tesis adalah: Penentuan Kapasitas

    Panas Material Iron Ore Mengandung Ilmenite.

    Dalam perjalanan tugas penelitian ini penulis telah melalui berbagai

    kendala yang tidak sedikit baik dari segi non teknis maupun dari segi di

    dalam penelitian itu sendiri. Banyak hikmah yang didapat yang mungkin

    saja belum tentu didapatkan di bangku pendidikan formal, apapun

    kendala yang telah dihadapi pada akhirnya penulis telah sampai pada

    tahap akhir tugas studi yang merupakan suatu kewajiban moral untuk

    diselesaikan.

    Akhirnya, penulis berharap Insya Allah tugas penulisan ini dapat

    bermanfaat untuk para pemerhati di bidang yang terkait dengan penulisan

    ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Dengan tangan dan fikiran

    terbuka, penulis harapkan akan kritik dan saran yang membangun demi

    memperbaiki penulisan ini hingga menjadi lebih baik.

    Tidak berkurang ilmu seseorang dengan memberikan ilmunya kepada

    orang lain, sebaliknya akan bertambah ilmu orang tersebut karena dia

    telah tulus ikhlas memberikan pada orang lain. Amin.

    Wassalamualaikum Wr.Wb.

    Jakarta, Desember 2006

    Penulis

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • ii

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Dengan telah terselesaikannya tugas tesis ini, tentu saja tak lepas dari

    rahmat dan keridhoan dari Allah Subhana Wa Taala, Raja diatas segala

    kekuasaan. Serta bantuan dari orang-orang yang telah berjasa

    memberikan dorongan, doa, dan bimbingan dengan tulus ikhlas. Untuk

    itu penulis persembahkan ucapan terima kasih atas keindahan-keindahan

    yang telah diberikan, kepada :

    1. Bapak Dr. Bambang Soegijono, selaku Ketua Program Studi Ilmu

    Material Program Pascasarjana Universitas Indonesia yang telah

    memberikan pengarahan dan membantu penulis dalam penggunaan

    fasilitas - fasilitas yang ada di Ilmu Material.

    2. Bapak Dr. Azwar Manaf, M.Met. selaku pembimbing utama yang

    sangat berusaha keras membantu penulis melalui arahan-arahannya

    dan kedermawanan beliau dengan berbagai ilmu yang diberikan.

    3. Bapak Dr.-Ing.Ir. Bambang Suharno, selaku pembimbing

    pendamping yang sangat care semenjak penulis mengabdikan diri

    dan bernaung di Dept.Metalurgi & Material FTUI serta atas

    bantuan moril dan materil yang tidak sedikit.

    4. Bapak Dr.Ir. Donanta Dhaneswara, MSi. pemberi dukungan moril

    dan materil yang tidak pernah berhenti untuk menunjukan

    keberadaannya.( Thanks for ur attention..... )

    5. Bapak Dr. Ir. Johny Wahyuadi Soedarsono, DEA selaku staf

    pengajar di Dept.Metalurgi & Material FTUI dan Ilmu Material

    yang memberikan motivasi awal sehingga timbul kepercayaan

    dalam diri untuk melanjutkan studi.

    6. Staf pengajar di program studi ilmu material yang telah

    memberikan banyak ilmu selama perkuliahan.

    7. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf pengajar Dept.Metalurgi & Material

    FTUI, atas bantuan doanya (mohon maaf tidak dapat disebutkan

    satu-persatu).

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • iii

    8. Teman-teman karyawan di Dept.Metalurgi & Material FTUI, pak

    Min, pak Mujirin, dewi, esti, sukma, nurhayati, ahmad mamad

    ashari, deni, iyonk zul, para teknisi-teknisi lab. atas bantuan dan

    waktunya untuk membantu tugas-tugas pekerjaan di Metalurgi.

    9. Almarhum Bapak yang telah beristirahat dengan tenang di

    peraduannya, Ibu tersayang yang telah berkorban segalanya demi

    membesarkan anak-anaknya hingga menjadi orang-orang yang

    berhasil dan terhormat, Mas Santo, Mbak Har, Umi, Robi, Nur, dan

    Titik atas doa dan dukungannya.

    10. Teman-teman matsui 2004 yang selalu membantu dan menjadikan

    hidup ini jadi penuh warna atas kekompakan-nya : Tia my

    soulmate, Titis film titis, Fira mak comblang yang selalu gagal,

    Mbak Yunita, Sri, Tri yang masih pantas ikut SPMB, Bu Elda, ,

    Novi, Pak Gunung, Hendri, Pak Erwan, Pak Nopry, Arju, Rukman,

    Tedi, Angga si bungsu, Aria pemerhati rambut, Indra, Mas

    Abdul, Pak Agung, Pak Agus yang menghilang, Kunar, Dhena,

    Hubbi,. (Kapan kita vacation lagi.? ) 11. S3 Mania Pak Pri, Pak Erfan, terutama Mbak Yoven atas bantuan

    revisi penulisan dan menemani penulis saat uji di lab. Ayo

    jangan takut mencairkan hati masmo. 12. Mbak-mbak dan mas-mas di Ilmu Material : Mbak Siti, Mbak Lili,

    Mas Suroto, Mas Eko, atas bantuannya guna memperlancar studi

    penulis dalam urusan administrasi, terutama mas Eko yang selalu

    setia menemani penulis di laboratorium sampai malam.

    13. Agus Edi Pramono, ST sang katalis yang telah berhasil

    mempertautkan hati penulis dengan.

    14. And the lastOnly one who save in my heart: Mochammad

    Masruchin, ST. Thanks for loving me, support, waiting for my

    study, together we can live all of the timeInsya Allah.

    Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

    Amin.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • iv

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ -

    ABSTRAK ...................................................................................................... -

    ABSTRACT .................................................................................................... -

    KATA PENGANTAR .................................................................................... i

    UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... ii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ................................................................. 1 I.2 Tujuan Penelitian .............................................................. 3 I.3 Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 3 I.4 Kegunaan/Manfaat Penelitian ........................................... 3 I.5 Sistematika Penulisan ....................................................... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Kondisi Geologi ................................................................ 5

    II.2 Mineral Magnetite (Fe3O4) .............................................. 6

    II.3 Mineral Hematite (Fe2O3) ................................................. 8

    II.4 Mineral Ilmenite (FeTiO3) ................................................ 9

    II.5 Kapasitas Panas (Cp) ........................................................ 12

    II.5.1. Petunjuk Pengukuran Kapasitas Panas ................................................................................. 14

    II.6 Differential Thermal Analysis (DTA) dan Differential Scanning Calorimetry (DSC) ........................ 16

    II.7 Studi Literatur Yang Berkaitan Dengan Penelitian ........................................................................... 20

    II.7.1. Pengukuran DTA Pada Sampel Permukaan Aerosil 8CB ...................................................... 20

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • v

    II.7.2. Determinasi DSC dari Thermodinamika Ni Supercooled ......................................................... 23

    II.7.3. Perhitungan Konfigurasi Kapasitas Panas Pada Material Alkali vs Alkaline-Earth Aluminasilicate Liquid ........................................ 26

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    III.1 Diagram Alir Penelitian .................................................... 31

    III.2 Karakterisasi Bahan dan Alat Penelitian ........................... 32

    III.2.1 Perlakuan Bahan Penelitian ................................... 32

    III.2.2 Karakterisasi Bahan ............................................... 33

    III.3 Peralatan Uji Sampel ......................................................... 33

    III.3.1 X-Ray Diffractometer (XRD) ............................... 33

    III.3.2 X-Ray Fluoresence (XRF) .................................... 33

    III.3.3.Differential Thermal Analysis (DTA) dan Differential Scanning Calorimetry (DSC) ............. 34

    III.3.4 Bahan dan Alat Penunjang Lainnya ...................... 34

    III.4 Simulasi Penentuan Koefisien a, b, c Pada Kapasitas Panas ................................................................ 35

    III.5 Validasi Menentukan Kapasitas Panas (Cp) .................................................................................... 35

    BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Komposisi Iron Ore .............................................................. 36 IV.2 Metode DTA dan DSC untuk Mengukur Kapasitas

    Panas .................................................................................... 41

    IV.2.1. Validasi Metode Dengan DTA ................................ 41

    IV.2.2. Validasi Metode Dengan DSC ................................. 44

    IV.3 Penentuan Kapasitas Panas dari Iron Ore ............................ 45 IV.4 Penentuan Kapasitas Panas dari Ilmenite ............................ 48 IV.5 Energi Yang Diperlukan Oleh Iron Ore Dengan dan

    Tanpa Ilmenite ...................................................................... 50

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • vi

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    V.1 Kesimpulan .......................................................................... 53

    V.2 Saran .................................................................................... 54

    DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 55

    LAMPIRAN

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel II.1. Kandungan Sifat Fisik Magnetite ................................................. 7

    Tabel II.2. Kandungan Sifat Fisik Hematite .................................................. 9

    Tabel II.3. Kandungan Kimia yang terdapat pada Ilmenite ........................... 11

    Tabel II.4. Kandungan Sifat Fisik Ilmenite ................................................... 12

    Tabel II.5. Komposisi (wt%) Material Yang Telah Diteliti ........................... 26

    Tabel II.6. Relatif Entalpi Eksperimen (J/g) .................................................. 27

    Tabel II.7. Koefisien Entalpi dan Kapasitas Panas untuk Fasa Glass dan

    Liquid (J/mol.K) ........................................................................... 28

    Tabel IV.1. Hasil Uji XRF Sampel Iron Ore Sebelum Pemanasan ............... 36

    Tabel IV.2. d-Value Hasil Stripping Sampel Iron Ore Sebelum

    Pemanasan ................................................................................... 37

    Tabel IV.3. Refinement Hasil GSAS untuk Iron Ore T= 4000C, 12 Jam ...... 39

    Tabel IV.4.Komposisi Iron Ore Pemanasan 4000C, Waktu Tahan 12 Jam ... 40

    Tabel IV.5.Hasil Uji XRF Sampel Iron Ore Pemanasan 4000C, Waktu

    Tahan 12 Jam ............................................................................... 41

    Tabel IV.6. Nilai Cp(T) Iron Ore Dengan 3 Massa Berbeda ......................... 47

    Tabel IV.7. Nilai Cp(T) Iron Ore Dengan 3 Massa Berbeda Pada

    Berbagai Temperatur .................................................................. 48

    Tabel IV.8. Nilai Cp(T) Ilmenite Dengan 3 Massa Berbeda Pada

    Berbagai Temperatur .................................................................. 50

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar II.1. Contoh Bentuk Magnetite ........................................................ 6

    Gambar II.2. Contoh Bentuk Hematite .......................................................... 8

    Gambar II.3. Contoh Bentuk Ilmenite ........................................................... 11

    Gambar II.4. Eksekusi Analisa Kapasitas Panas T vs Waktu ........................ 14

    Gambar II.5. Skema Uji Differential Thermal Analysis (DTA) .................... 17

    Gambar II.6. Skema Uji Differential Scanning Calorimetry (DSC) .............. 18

    Gambar II.7. Contoh Hasil Uji Differential Scanning Calorimetry (DSC) ... 19

    Gambar II.8. Instrumen Kalibrasi DSC untuk Menentukan Cp ..................... 20

    Gambar II.9. Kurva Thermal Analisis dari Aerosil A380 ............................. 21

    Gambar II.10. Kurva DTA dari Komposit dan Bulk 8CB ............................. 22

    Gambar II.11. Kurva DSC dari Komposit dan Bulk 8CB ............................. 22

    Gambar II.12. Kurva DSC Eksperimen pada Kalorimetri ............................. 23

    Gambar II.13. Kurva Plot Waktu Tahan, T vs Cooling Rate ......................... 24

    Gambar II.14. Histogram Frekuensi Temp. Kristalisasi vs Undercooling..... 24

    Gambar II.15. Kurva Plot Hasil Pengukuran Efek Panas Kristalisasi ........... 25

    Gambar II.16. Perhitungan Kapasitas Panas dari CA, ACM dan NCK ......... 28

    Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian .......................................................... 31

    Gambar IV.1. Hasil Uji XRD Sampel Iron Ore Sebelum Pemanasan ........... 37

    Gambar IV.2. Hasil Uji XRD Iron Ore Pemanasan 4000C, 12 Jam .............. 38

    Gambar IV.3. Grafik Hasil GSAS Iron Ore Pemanasan 4000C, 12 Jam ....... 39

    Gambar IV.4. Validasi Uji DTA Dengan Sampel Alumina, m = 18.2. mg ... 42

    Gambar IV.5. Validasi Uji DTA Dengan Sampel Alumina, m = 20.8. mg ... 42

    Gambar IV.6. Validasi Uji DSC Dengan Sampel Alumina, m = 11.8. mg ... 44

    Gambar IV.7. Validasi Uji DSC Dengan Sampel Alumina, m = 10. mg ...... 44

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • ix

    Gambar IV.8. Fitting Grafik Cp(T) Iron Ore Pemanasan 4000C, 12 Jam,

    m=10.2 mg ............................................................................. 46

    Gambar IV.9. Fitting Grafik Cp(T) Iron Ore Pemanasan 4000C, 12 Jam,

    m=11.6 mg ............................................................................. 46

    Gambar IV.10. Fitting Grafik Cp(T) Iron Ore Pemanasan 4000C, 12

    Jam, m=9.4 mg ....................................................................... 47

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Besi oksida adalah salah satu mineral alam dan merupakan logam tertua

    yang terdapat di bumi, 3500 tahun yang lalu untuk pertama kalinya

    digunakan sebagai obyek seni ornamen. Besi murni adalah logam yang

    berbentuk lunak dan berwarna putih abu-abu, tetapi pada kenyataannya

    besi murni tersebut agak sulit didapatkan. Kalaupun ada, biasanya

    merupakan hasil dari ledakan batu-batu meteor yang berhamburan atau

    jatuh ke bumi. Besi lebih banyak ditemukan dalam bentuk campuran atau

    telah ber-ekstraksi dengan logam/unsur lain, misalnya besi oksida. Besi

    yang mengandung bijih ini biasanya terdapat 20% sampai dengan 70%

    atau bahkan lebih. [1]

    Besi sangat diperlukan untuk kehidupan hewan dan tumbuhan. Pada

    tubuh manusia terdapat 0,006% zat besi, terutama di dalam darah. Sel-sel

    darah yang mengandung zat besi membawa oksigen dari paru-paru

    sampai hampir ke seluruh tubuh. Kekurangan zat besi dapat

    mengakibatkan lemahnya daya tahan tubuh manusia dan mudah

    terinfeksi.

    Beberapa manfaat besi yang dapat digunakan dalam kehidupan,

    diantaranya adalah Besi powder biasanya digunakan pada : produk-

    produk metalurgi, magnet, pusat frekuensi-tinggi, sparepart otomotif,

    katalisator. Besi radioaktif (besi 59) digunakan untuk : dunia kedokteran,

    biokimia dan penelitian di bidang metalurgi. Besi biru digunakan untuk :

    cat, tinta printer, plastik, kosmetik (eye shadow), artist colors, laundry

    blue, kertas pencelup, bahan-bahan pupuk, finishing pada mobil atau

    aplikasi lainnya, industri modern. Besi hitam digunakan untuk : zat

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 2

    pewarna, campuran polishing, metalurgi, kedokteran, tinta magnetik, fasa

    ferrite dalam industri elektronik.[2]

    Iron ore (bijih besi) merupakan logam yang bersumber dari permukaan

    bumi, yang berisikan unsur besi yang sangat tinggi kadar besinya dan

    bisa diperjual-belikan secara komersial. Iron ore dapat berubah menjadi

    beberapa macam jenis yang dilakukan melalui berbagai proses. Salah

    satu proses yang sangat dikenal adalah blast furnace, yaitu proses yang

    memproduksi pig iron yang berisikan diantaranya 92 94% besi dan 3

    5% karbon serta beberapa unsur unsur kecil lainnya. Pig iron terbatas

    dalam penggunaannya, diantaranya adalah besi yang dicampur dengan

    baja yang akan menghasilkan baja campuran ( steel alloys ), prosesnya

    adalah besi yang dicampur dengan karbon dan ditambah dengan unsur

    unsur lainnya seperti mangan dan nikel. [1]

    Raw material juga dapat digunakan untuk memproduksi pig iron dalam

    proses blast furnace seperti : iron ore (bijih besi), coke, sinter dan

    limestone. Iron ore pada umumnya mengandung besi oksida diantaranya

    magnetite (Fe3O4), hematite (Fe2O3), ilmenite (FeTiO3), limonite dan

    material batuan lainnya. Logam logam lain yang biasanya dicampurkan

    atau diekstraksi dengan besi untuk memproduksi macam macam baja,

    adalah kromium, nikel, mangan, molibdenum dan titanium.[1]

    Iron ore mempunyai kandungan mineral magnetite (Fe3O4) sebesar 72%

    dan hematite (Fe2O3) sebesar 70%, dan besi merupakan elemen yang

    sangat reaktif dan mudah teroksidasi (berkarat).[2]

    Berdasarkan atas informasi yang di dapatkan bahwa material iron ore

    yang berada di lokasi perbukitan di daerah Sukabumi Jawa Barat ini

    terkandung mineral ilmenite (FeTiO3). Atas dasar informasi tersebut

    penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh karakterisasi mineral tersebut

    dan mencoba untuk mencari nilai kapasitas panas (Cp) dari material iron

    ore mengandung ilmenite (FeTiO3) dan mineral ilmenite (FeTiO3) itu

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 3

    sendiri, dimana dalam buku literatur mineral tersebut belum diketahui

    nilai Cp-nya. Untuk mencari nilai penentuan Cp ini penulis

    menggunakan alat uji DTA (Differential Thermal Analysis) dan DSC

    (Differential Scanning Calorimetry). Dengan alat uji ini akan dapat

    diketahui kapasitas panas dari suatu material dengan kriteria dan cara-

    cara tertentu.

    I.2. Tujuan Penelitian

    Maksud dan tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk :

    1. Karakterisasi material iron ore mengandung ilmenite

    2. Menentukan nilai kapasitas panas (Cp) teoritis pada material iron ore

    mengandung ilmenite.

    3. Menentukan nilai koefisien a, b, dan c pada model teoritis kapasitas

    panas (Cp) dari material iron ore dan ilmenite.

    4. Mempelajari kapasitas panas yang terjadi pada material iron ore

    mengandung ilmenite dengan alat uji DTA dan DSC.

    I.3. Ruang Lingkup Penelitian

    Pada penelitian ini akan membahas tentang penentuan kapasitas panas

    (Cp) material iron ore mengandung ilmenite. Penentuan kapasitas panas

    ini dikondisikan agar tidak terjadi perubahan fasa atau kondisi

    endothermic dan exothermic.

    I.4. Kegunaan/Manfaat Penelitian

    Mengetahui unsur atau senyawa yang terdapat pada material iron ore dan

    menentukan kapasitas panas yang terjadi pada material tersebut, yang

    nantinya akan berguna sebagai acuan reduksi yang menghasilkan Fe

    (besi) murni pada proses blast furnace.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 4

    I.5. Sistematika Penulisan

    Sistematika pembahasan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

    Bab I menjelaskan tentang latar belakang permasalahan, tujuan

    penelitian, ruang lingkup dan manfaat penelitian.

    Bab II menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang berisi teori dasar yang

    dipergunakan dalam penelitian ini.

    Bab III menjelaskan tentang metode eksperimen, yaitu prosedur yang

    dilakukan dalam eksperimen.

    Bab IV menjelaskan tentang analisa dan pembahasan mengenai hasil

    eksperimen.

    Bab V menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

    dan hasil teoritis.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Kondisi Geologi

    Endapan bijih besi terjadi karena proses sedimentasi, pelapukan

    (weathering), erosi dan pencucian dari batuan vulkanik atau daratan.

    Bijih besi terdiri dari batu pasir yang tertransportasikan dari pegunungan,

    batas jurang, karang yang terjal melalui sungai atau abrasi batas pantai.

    Penambahan dari endapan pasir besi dapat terjadi secara musiman,

    dominan pada musim penghujan, aliran sungai yang membawa endapan

    sedimen menuju laut dicuci dan kemudian terendapkan kembali di garis

    pantai, akan tetapi kadang-kadang proses pencucian tidak berlangsung

    sempurna karena jumlah sedimen yang mengalir begitu banyak, sehingga

    endapan bijih pasir besi bercampur dengan lumpur (bila terjadi banjir,

    dsb). Keadaan ini perlu dibantu dengan cara manual seperti bijih pasir

    besi disemprot dengan air (water jet). Akhir-akhir ini, proses

    pengendapan semakin berkurang karena banyaknya aktivitas manusia di

    sekitar hulu sungai seperti pengambilan pasir sungai, proyek

    pembangunan DAM untuk irigasi pertanian dan listrik yang secara tidak

    langsung berperan besar dalam pengurangan proses pengendapan bijih

    pasir besi, kemungkinan besar proses pengendapan bijih pasir besi yang

    terjadi pada saat ini disuplai oleh erosi karang dan garis pantai.

    Keterdapatan bijih pasir besi di Indonesia hampir tersebar di seluruh

    kepulauan, terutama bagian barat dan timur pulau Sumatera tepatnya di

    pulau Bangka (endapan timah dan mineral pengikutnya), pantai selatan

    pulau Jawa, bagian barat pulau Kalimantan.

    Berdasarkan endapan bijih pasir besi, kemungkinan terdapat perbedaan

    dari karakter fisis kandungannya, karena waktu pengendapan yang

    berbeda-beda dan sumber dari bijih pasir besi juga beragam sehingga

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 6

    kemungkinan terjadi perbedaan (enrichment) dalam kandungan Fe, Mg,

    Ti, dan lain-lain. Jenis endapan bijih pasir besi secara makrokopis

    memiliki susunan mineral magnetite, hematite dan ilmenite, terbentuk

    sebagai endapan placer (tersortir : karena proses mekanik dan gravitasi).

    II.2. Mineral Magnetite ( Fe3O4 )

    Mineral magnetite adalah magnet alami, yang mempunyai karakteristik

    sebagai mineral istimewa. Magnetite termasuk dalam kelompok spinel

    dimana formula standardnya adalah A(B)2O4. A dan B biasanya

    digambarkan sebagai ion-ion logam yang struktur kristalnya agak

    berbeda. Pada magnetite, Fe3O4 (Iron Oxide), logam A adalah Fe+2 dan

    logam B adalah Fe+3; kedua-duanya mempunyai ion-ion logam yang

    berbeda. Perpindahan elektron-elektron dari kedua material tersebut

    mempunyai vektor atau bagian struktur besi yang berbeda. Vektor

    elektrik termasuk daerah magnetik. Mineral magnetite berwarna hitam

    dan mempunyai kekerasan berkisar antara 5.5 6.5, sistem kristal adalah

    simetri dengan space group 4/m 3 2/m.[3] Gambar II.1 memperlihatkan

    foto Kristal Magnetite.

    Gambar II.1. Contoh bentuk Magnetite yang berada di Lokasi Mineville, Moriah Township, Mineville District, Essex Co., New York, USA. Foto hasil karya John H.

    Betts 2000-2001. John Betts Fine Minerals http://johnbetts-fineminerals.com[4]

    Mineral magnetite mempunyai kandungan kimianya sebagai berikut:[5]

    1. Tingkat kemurnian sebesar 96% - 99.9%

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 7

    2. Superparamagnetik yang mempunyai ukuran sebesar 10 mikron

    tidak mempunyai memori magnetik.

    Sementara kandungan fisik untuk magnetite yaitu :

    1. Bentuk kandungan fisiknya menyerupai : gumpalan, terpotong-

    potong, butiran-butiran dan macam-macam bentuk butiran-butiran

    powder yang berukuran dibawah 0.020 mikron.

    2. Standard terendah butiran-butiran magnetite yang berukuran mikron

    menurut APS (d50) adalah 10 mikron, 18 mikron dan 63 mikron.

    3. Iron ore hitam berukuran nanopartikel yang dijual secara komersial

    ukurannya sangat kecil yaitu berukuran 20 nanometer.

    4. Magnetite yang berbentuk butiran butiran dijual dengan harga

    premium.

    Mineral magnetite mempunyai kandungan nominal fisik sebagaimana

    tercantum pada Tabel II.1.

    Tabel II.1. Kandungan Sifat Fisik Magnetite[5] Bentuk Kilau Metalik

    Keuletan Britel/Ulet

    Tanda ID Ferromagnetik

    Berat Jenis Solid (gm/cm3) 5.1

    Lapisan Hitam

    pH 7

    Sifat Tembus Cahaya Tidak Tembus Cahaya

    Kekerasan Mohs@20C 5.5 to 6.5

    Kekuatan Kuat

    Berat Spesifik 5.17 to 5.18

    Warna Hitam keabu-abuan

    Sistem Kristal Isometrik

    Kekerasan Mohs 5.5 to 6.0

    Bentuk Partikel Irregular

    Bentuk Magnetik Ferri magnetic

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 8

    II.3. Mineral Hematite ( Fe2O3 )

    Mineral hematite umumnya berwarna abu-abu dan mempunyai rumus

    kimia Fe2O3.

    Mineral hematite mempunyai bentuk yang sangat unik, salah satunya

    yang terdapat di Switzerland, seperti tercantum dalam Gambar II.2.

    Gambar II.2. Contoh bentuk Hematite yang berada di Lokasi Tujetsch (Tavetsch),

    Grischun (Grisons; Graubunden), Switzerland. Foto hasil karya John H. Betts 2000-2001. John Betts Fine Minerals http://johnbetts-fineminerals.com[4]

    Hematite adalah kandungan bijih terpenting didalam besi dan berwarna

    merah darah (dalam bentuk powder) yang tercampur baik yang berguna

    sebagai pigmen. Hematite mempunyai sistem kristal trigonal ; bar 3 2/m.

    Mineral ini ada yang berwarna abuabu perak cenderung kehitaman dan

    merah cenderung kecoklatan.[3]

    Mineral hematite mempunyai kandungan kimianya sebagai berikut:[5]

    1. Komposisi besi (Fe2O3) = 50% 95%, kandungan besi = ~ 65%

    67% yang kurang lebih mengandung 2% magnetik.

    2. Tingkat kemurnian diatas 99.95%

    Sementara kandungan fisik untuk hematite yaitu : hematite yang

    membentuk gumpalan-gumpalan, potongan-potongan, butiran-butiran

    dan macam-macam butiran yang berukuran dibawah 0.003 mikron (3

    nanometer).

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 9

    Mineral hematite mempunyai kandungan nominal fisiknya seperti

    tercantum dalam Tabel II.2.

    Tabel II.2. Kandungan Sifat Fisik Hematite[5] Berat Molekul (g/mol.) 159.69

    Indeks Refraksi 3.042

    Berat Jenis Terbesar (lbs./ft3) 147.

    Titik Lebur (C) 1475- 1565

    Titik Leleh (C) Decomposes

    pH 7

    Loss On Ignition 0.1- 0.3

    Kekerasan Mohs @20C 5.5 to 6.5

    Spesifik Area Permukaan (m2/g) 11

    Spesifik Gravitasi 4.8- 5.26

    Warna Seperti pemerah pipi

    Sistem Kristal Hexagonal

    Hematite berguna pada aplikasi kehidupan diantaranya : digunakan

    dalam pembuatan coating, zat pewarna, karet, adesif, plastik, bahan

    pembuat beton, iron ore dalam baja manufaktur, media densitas, dan

    pemerah pipi.

    II.4. Mineral Ilmenite ( FeTiO3 )

    Ilmenite adalah mineral yang mengandung titanium oksida (TiO2) dalam

    bentuk senyawa yang memiliki besi alami. Umumnya berbentuk pasir

    hitam, berbau, berasa, tidak transparan (buram) yang hanya dapat dilihat

    dengan mikroskop, tidak berkilau dan tidak mudah hancur pada

    temperatur 200C. [5]

    Mineral ilmenite dilihat dari segi ekonomi adalah mineral yang sangat

    menarik. Nama ilmenite diberikan sesuai dengan ditemukannya di daerah

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 10

    tersebut, yaitu suatu tempat disebut tipe lokalisasi, di Danau Ilmen di

    pegunungan Ilmen, Miask di bagian utara Pegunungan Ural di Russia.

    Ilmenite adalah mineral utama pada jenis bebatuan yang membeku akibat

    dari gunung merapi dan proses konsentrasi lapisan yang terbentuk

    disebut segregasi magmatik. Secara kristalisasi mineral yang dihasilkan

    magma ini adalah mineral yang relatif muda dibandingkan dengan

    mineral-mineral lain. Sebagai hasilnya, lapisan-lapisan mineral yang

    keluar dari magma yang terdapat didalam ilmenite membentuk struktur

    kristal yang sangat keras. Lapisan-lapisannya merupakan jenis batu besi

    yang kaya mengandung unsur tambang Ti (titanium). Ilmenite juga

    membentuk pegmatite dan beberapa batuan metamorfosis yang sangat

    baik di dalam batuan sedimen yang terbentuk sebagai akibat dari cuaca

    dan erosi. [3]

    Sejak ditemukan, mineral ilmenite sangat berkembang pesat dan menjadi

    mineral yang penting, karena adanya batuan titanium yang

    dikandungnya. Pada saat itu titanium adalah logam yang sangat sedikit

    digunakan dan tidak banyak orang yang mengetahui manfaat

    penggunaannya. Pada tahun 1946 akhirnya diketahui bahwa mineral ini

    sangat baik untuk digunakan secara komersial, maka dipertimbangkan

    untuk membuat pusat laboratorium barang temuan. Sejak saat itu,

    titanium menjadi logam yang kuat seperti-aluminium; karena mempunyai

    komposisi yang bagus, non-korosi, baik pada temperatur yang ekstrim

    (terutama pada titik lebur yang tinggi, 18000C) dan mempunyai kekuatan

    atau ketahanan yang tinggi (lebih kuat dari baja dan dua kali lebih kuat

    dari aluminium). Paduan titanium ditemukan di beberapa aplikasi pada

    teknologi tinggi yaitu di dunia penerbangan, persenjataan, pada space

    kendaraan dan implan di dunia kedokteran. [3]

    Ilmenite tidak hanya bersumber dari titanium. Ada beberapa mineral

    titanium yang sejenis diantaranya rutile, sphene, brookite, anatase,

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 11

    pyrophanite, osbornite, ecandrewsite, geikielite, dan perovskite. [3]

    Gambar II.3 memperlihatkan foto Kristal Ilmenite.

    Gambar II.3. Contoh bentuk Ilmenite yang berada di Lokasi Martin Marietta

    Quarry (11th Street Quarry), Hickory, Catawba Co., North Carolina. Foto hasil karya John H. Betts 2000-2001. John Betts Fine Minerals

    http://johnbetts-fineminerals.com[4]

    Secara umum ilmenit mempunyai beberapa kandungan kimia,

    diantaranya tercantum dalam Tabel II.3.

    Tabel II.3. Kandungan Kimia yang terdapat pada Ilmenite[5] No Nama Mineral Persentase (%)

    1 Titanium Oksida (TiO2) 63.5 65.2

    2 Khrom Oksida (Cr2O3) 0.07 0.12

    3 Besi Oksida (Fe2O3) 28 30.6

    4 Mangan Oksida (MnO) 1.25 1.35

    Ilmenite juga mempunya sifat-sifat fisik seperti : ukuran nominalnya 30 x

    270 mesh USS, ukuran butirannya dari 200 325 mesh. Ilmenit biasanya

    dapat mensuplai sampai yang terkecil dengan ukuran D50 dari 1 mikron.

    [5] Sifat-sifat fisik dari ilmenite tercantum dalam Tabel II.4.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 12

    Tabel II.4. Kandungan Sifat Fisik Ilmenite[5] Sifat Kelarutan Tidak Dapat Larut

    Bentuk/Rupa Hitam

    Berat Jenis Terbesar (kg/m3) 2400 2700

    Reaktif Tidak Reaktif

    Titik Lebur (C) 1050

    Titik Didih (C) Tidak Diketahui

    pH Netral

    Konduktivitas Thermal @20C (cal/s-cm-C) -

    Bersinar Tidak Bersinar

    Warna Hitam

    Berat Spesifik 4.3 to 4.6

    Sudut yang Terbentuk (deg.) 30

    Struktur Kristal Hexagonal

    Kestabilan Bahan Kimia Stabil

    II.5. Kapasitas Panas ( Cp )

    Kapasitas panas adalah besaran fisis yang merupakan besaran panas yang

    diperlukan untuk menentukan temperatur material 1 0C untuk setiap

    gram-nya, antara lain :

    C0gr

    J .......... dtdQ

    m1 Cp =

    dimana : Q = energi panas yang diserap

    m = massa sampel .......... (gr)

    t = waktu pemanasan ......(s)

    Kapasitas panas merupakan suatu sifat material yang penting terutama

    kaitannya dalam proses yang melibatkan pemanasan seperti proses

    peleburan. Dengan mengetahui kapasitas panas material dapat dihitung

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 13

    besarnya panas yang perlu di suplai. Tentu saja dalam proses-proses

    industri, Cp material berperan dalam menentukan heat balance

    disamping mass balance, agar dalam penggunaan energi panas dengan

    demikian biaya prosesnya menjadi optimal.

    Penentuan kapasitas panas material dapat dilakukan dengan teknik

    kalorimeter seperti Differential Thermal Analysis (DTA) dan Differential

    Scanning Calorimetry (DSC).

    Namun umumnya kapasitas panas material tidak konstan, tetapi suatu

    nilai yang berubah dengan temperatur. Secara empirik mengikuti

    Persamaan II.1.[6]

    Cp(T) = a + b T + c T-2 .............. II.1

    dimana : a, b, c adalah konstanta tergantung jenis material

    Penggunaan kalorimeter untuk perubahan kapasitas panas melibatkan

    konsekwensi dari perpindahan panas. Perbedaan essential antara DTA

    dengan DSC adalah ada pada besaran terukur. Namun keduanya

    mengukur besaran dari material yang dipanaskan dengan laju pemanasan

    tertentu. DSC mengukur perubahan energi yang terjadi pada sampel

    karena pemanasan dengan laju yang tetap sedangkan DTA mengukur

    perbedaan temperatur yang terjadi antara sampel dan material referensi

    sebagai akibat pemanasan pada laju yang tetap. Oleh karena pengukuran

    kapasitas panas tidak dapat dilakukan secara langsung tetapi melalui

    suatu proses manipulasi data maka perlu mengetahui faktor-faktor

    instrumen yang mempengaruhi nilai kapasitas panas terukur.

    Analisa kapasitas panas iron ore dilakukan dengan menggunakan

    Differential Thermal Analysis (DTA) dan Differential Scanning

    Calorimetry (DSC). DSC adalah teknik yang menjelaskan tentang variasi

    heat flow yang masuk maupun yang keluar dari sampel, dimana

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 14

    temperatur merupakan pengontrol aliran atmosfir. Perbedaan heat flow

    untuk referensi dan sampel dijabarkan melalui fungsi temperatur atau

    waktu, sementara sampel sebagai subyek pengontrol temperatur.[7]

    Pada hukum I Thermodinamika, hukum konservatif energi yang

    sederhana dinyatakan dengan hubungan energi dan panas. Dari kapasitas

    panas ini dapat diturunkan perubahan entalpi yang memenuhi Persamaan

    II.2.:[6]

    H = m Cp(T) dT ............................II.2

    II.5.1. Petunjuk Pengukuran Kapasitas Panas

    Pengukuran kapasitas panas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

    dengan menggunakan alat uji DTA dan DSC Shimadzu-50. DTA

    dilakukan sebagai validasi untuk menentukan model teoritis dari

    penentuan kapasitas panas iron ore mengandung ilmenite. Petunjuk dari

    uji DSC ini dapat diterapkan pada uji DTA, yang dapat dilihat pada

    Gambar II.4.[8]

    T Temperatur konstan Kenaikan standard Temperatur konstan Temp Konstan t

    Gambar II.4. Eksekusi Analisa Kapasitas Panas Antara Temperatur vs Waktu[8]

    Pada gambar II.4 menjelaskan tentang eksekusi analisa kapasitas panas

    yang dikehendaki melalui temperatur program. Pada saat temperatur

    mengalami kenaikan dengan temperatur standard, sistem temperatur

    dalam kondisi stabil.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 15

    Pengukuran aktual dari kapasitas panas ini mengikuti 3 konfigurasi

    dibawah kondisi temperatur yang sama, yaitu :[8]

    1. Pengukuran pertama krusibel kiri dan kanan dalam keadaan kosong

    2. Krusibel sampel sebelah kiri dalam keadaan tanpa isi sampel atau

    kosong + krusibel diisi material referensi, dalam hal ini material

    referensi yang digunakan adalah dengan alumina dengan massa

    dinotasikan dengan m0 [g].

    3. Krusibel sampel sebelah kiri juga dalam keadaan kosong + sampel

    yang belum diketahui kapasitas panas-nya atau sampel yang akan

    diuji dalam penelitian ini, untuk massa dinotasikan sebagai m[g].

    Tempat krusibel sampel dan krusibel sampel itu sendiri dinotasikan

    dengan hsC dan h

    rC , sementara material referensi dan sampel yang ingin

    diuji dinotasikan dengan C0 dan C, maka dari 3 konfigurasi pengukuran

    diatas dapat ditulis dengan Persamaan II.3 sampai dengan II.5.[8]

    1 SCCh

    rh

    s = ...................... II.3 200 )( SCcmC

    hr

    hs =+ ...................... II.4

    3)( SCmcCh

    rh

    s =+ ...................... II.5

    dimana : S1, S2, S3 adalah pengukuran signal DTA atau DSC dalam

    kondisi stabil.

    Dari ketiga persamaan tersebut, dapat ditentukan formula untuk

    menghitung kapasitas panas spesifik yaitu dapat dilihat pada Persamaan

    II.6.[8]

    =

    12

    1300

    SSSSx

    mCmC p ..................... II.6

    dimana :

    m0 = massa awal dari S2 (signal 2), sampel

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 16

    standard/referensi

    m = massa sampel dari S3 (signal 3), sampel uji

    S1, S2, S3 = signal 1, signal 2, signal 3

    Sementara untuk menentukan fraksi mol dari sampel, mengikuti metode

    yang diusulkan oleh M.A. Bouhifd, dan kawan-kawan, menjadi

    Persamaan II.7.[9]

    Cp(T) = X1 Cp1(T) + X2 Cp2(T) + X3 Cp3(T) ...................... II.7

    II.6. Differential Thermal Analysis ( DTA ) dan Differential

    Scanning Calorimetry ( DSC )

    Differential Thermal Analysis (DTA) adalah tehnik pengukuran pada

    temperatur yang berbeda antara referensi dan sampel ( panas yang masuk

    kedalam material ) sebagai fungsi waktu atau temperatur, dimana

    atmosfir sebagai scanning temperatur. DTA memungkinkan untuk

    mendeteksi transformasi yang terjadi untuk semua kategori material.[7]

    Teori DTA adalah temperatur yang berbeda antara referensi dan sampel

    yang dimonitor sebagai fungsi temperatur. Berikut ini disajikan skematik

    dari DTA yang tercantum dalam Gambar II.5.[7]

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 17

    Gambar II.5. Skema Uji Differential Thermal Analysis (DTA)[7]

    Sementara Differential Scanning Calorimetry adalah tehnik penentuan

    variasi keluar dan masuknya aliran panas pada sampel dimana atmosfir

    sebagai scanning temperatur. Perubahan panas terjadi di saat transformasi

    pada pemanasan dan pendinginan yang diberikan pada material;

    banyaknya panas yang terjadi ditentukan oleh transformasi temperatur

    pada alat DSC.

    Teori DSC adalah aliran panas yang terjadi ke atau dari sampel pada

    referensi dan sampel yang dimonitor sebagai fungsi temperatur atau

    waktu, sementara panas yang dihasilkan pada sampel adalah dikontrol

    oleh temperatur program.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 18

    Skematik dari DSC dapat dilihat pada Gambar II.6.

    Gambar II.6. Skema Uji Differential Scanning Calorimetry (DSC)[7]

    Perbedaan pengoperasian alat DTA dan DSC adalah sebagai berikut :[7]

    DTA perbedaan temperatur yang terukur, amplifi (penguat) dan dicatat/disimpan.

    DSC perbedaan temperatur yang dikontrol sebagai energi listrik pada referensi dan sampel yang disimpan pada temperatur yang sama.

    Daerah puncak yang ditampilkan langsung membentuk panas yang di

    konsumsi atau di produksi oleh sampel.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 19

    Sementara aplikasi pada DTA dan DSC adalah :[7]

    Aplikasi DTA : - Dipakai untuk mendeteksi transisi atau perubahan pada temperatur dan sampel murni

    Aplikasi DSC : - Determinasi yang penting untuk temperatur transisi

    - Panas yang di determinasi pada campuran fasa

    kristal dan derajat kristalisasi

    - Mempelajari kinetik kristal

    - Determinasi kapasitas panas

    - Determinasi bentuk panas

    - Sampel murni

    Berikut contoh tipe dari kurva DSC, yang ditampilkan dalam Gambar

    II.7.

    Gambar II.7. Contoh Hasil Uji Differential Scanning Calorimetry (DSC)[7]

    Sementara untuk mencari penentuan kapasitas panas mengikuti

    instrumen standard kalibrasi dari DSC, tercantum dalam Gambar II.8.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 20

    Gambar II.8. Instrumen Kalibrasi DSC untuk Menentukan Cp[7]

    II.7. Studi Literatur Yang Berkaitan Dengan Penelitian

    II.7.1. Pengukuran DTA Pada Sampel Permukaan Aerosil 8CB

    Pengukuran termal analysis yang diaplikasikan pada material komposit

    aerosol dan 8CB (4-n-octyl-4-cyanobiphenyl) dimana material komposit

    ini mempunyai fasa liquid crystal (LC). Densitas s pada silika (gram silika/cm3 dari LC) divariasikan dari 0.20 sampai dengan 12 g/cm3 pada

    lapisan permukaan yang mempunyai struktur monomolekuler.

    Karakteristik aerosil 8CB dilakukan dengan mencampurkan aerosol

    dan larutan 8CB kedalam acetone atau karbon tetraklorida. Metode ini

    memungkinkan untuk mendapatkan hasil densitas yang tinggi yaitu 12

    g/cm3. Sampel diuapkan pada T = 348 0K selama 20 jam, hal ini

    bertujuan untuk menghilangkan zat pelarutnya. Analisa TG dilakukan

    bersamaan dengan pengukuran DTA dengan alat TGDTA 92 dengan

    heating rate 2.5 atau 10 0K/menit. Sementara pengukuran dengan DSC

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 21

    Perkin Elmer 7 temperaturnya antara 253 sampai dengan 333 0K, heating

    rate 5 atau 10 0K/menit.[10]

    Hasil yang didapatkan dari TG-DTA yaitu kehilangan massa pada T =

    1073 0K sehingga menjadi lebih kecil dan relatif lambat. Hal ini

    disebabkan karena air yang diserap di permukaan hilang pada T = 357 0K

    dan ikatan air lebih kuat karena hidrogen pada gugus OH ataupun

    karena oksigen ( sampai T = 540 0K ).[10]

    Hasil uji TG DTA terlihat pada Gambar II.9.

    Gambar II.9. Kurva Termal Analisis dari Aerosil A380[10]

    Sementara untuk hasil pengukuran DTA, LC yang telah terlapisi aerosil

    beberapa ada yang menyerap panas atau endotermik dan eksotermik yaitu

    terjadinya interaksi antara adsorbat-adsorben. Temperatur maksimal dari

    peak DTA untuk endotermik yaitu 300500 0K, lebih besar daripada

    aerosil dan 8CB. Dekomposisi untuk oksidasi eksotermal terlihat pada

    puncak P2. Temperatur P2 bertambah sedangkan P1 berkurang, hal ini

    disebabkan karena bertambahnya densitas silika. Komposit aerosil 8CB

    menunjukan adanya perubahan eksotermal pada T = 540 0K ( lihat P3 )

    yang tidak dijumpai pada 8CB. Gambar II.10 menunjukan kurva DTA

    untuk sampel komposit dan 8CB.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 22

    Gambar II.10. Kurva DTA dari Komposit dan Bulk 8CB[10]

    Temperatur pada puncak maksimum berkurang dengan bertambahnya

    densitas silika, tetapi hal ini tidak terlalu penting dibandingkan P1 dan

    P2. Dari hasil yang terlihat pada P3 menunjukan terbentuknya ikatan

    kimia baru dan perlu diperkuat lagi dengan pengukuran IR.

    Eksperimen DSC digunakan untuk mengetahui kriteria fasa 8CB dalam

    sampel komposit, terlihat pada Gambar II.11.

    Gambar II.11. Kurva DSC dari Komposit dan Bulk 8CB

    dengan Densitas Silika 1.9, 6.7 dan 6.9.[10]

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 23

    Perubahan fasa dalam komposit dengan densitas silika rendah dan

    menengah terlihat pada temperatur rendah dan apabila dibandingkan

    dengan 8CB menunjukan bahwa silika memberikan efek permukaan

    yang tidak beraturan.

    Temperatur kristalisasi diturunkan kira-kira 3.8 0K untuk sampel dengan

    densitas silika 1.9, dan kira-kira 7.6 7.9 0K untuk sampel dengan

    densitas yang rendah.[10]

    II.7.2. Determinasi DSC dari Thermodinamika Ni Supercooled

    Teknik eksperimen dari supercooled Ni liquid dicari dengan pengukuran

    DSC calorimeter. Kunci dari teknik ini adalah menghindari terjadinya

    nukleasi yang heterogen yaitu dengan coating sampel pada permukaan

    lapisan dengan menggunakan lapisan oksida tipis. Teknik yang dibangun

    ini berguna untuk mengukur entalphy kristalisasi dan menghitung

    kapasitas panas dan Gibbs energi dari Ni murni.[11]

    Prosedur eksperimen yang dilakukan dengan 4 seri pengukuran yaitu

    berat sampel 51, 83, 88, dan 99 mg. Pada Gambar II.12. menceritakan

    awal mula kristalisasi sampel yang dilapisi NiO lebih rendah daripada

    temperatur kesetimbangan untuk Ni murni.

    Gambar II.12. Kurva DSC Eksperimen Dari Hasil Yang Dicapai

    Pada Eksperimen Calorimetri[11]

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 24

    Dari kurva menunjukan bahwa metode pelapisan oksida memungkinkan

    dan dapat dilakukan untuk studi sifat termal dari supercooled melts

    dengan menggunakan calorimetri.

    Hasil pengukuran calorimetri pada Gambar II.13 dan II.14 menjelaskan

    bahwa kristalisasi adalah proses aktivasinukleasi dan yang membuat

    jadi penting adalah waktu tahan, yang artinya saat waktu berlalu antara

    melewati kesetimbangan temperatur kristalisasi dan saat kristalisasi

    mulai mengambil posisi. Ada beberapa korelasi antara waktu tahan yang

    lambat dengan pendinginan cepat.

    Gambar II.13. Kurva Plot Waktu Tahan, Gambar II.14. Histogram Frekuensi Pengukuran Waktu Yang Telah Lewat Temp.KristalisasivsUndercooling[11] Dengan Waktu Tahan. T vs Cooling Rate[11]

    Sifat termodinamika dari Ni liquid dapat diturunkan dari hasil

    calorimeter yang diperoleh. Pada Gambar II.15. menunjukan plot

    pengukuran perubahan entalpi atau panas perubahan liquid-solid yaitu

    HLS (T) versus perubahan temperatur, dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :[11]

    HLS (T) = 3.33T + 11845 J/mol ............................II.8

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 25

    Gambar II.15. Kurva Plot Hasil Pengukuran Efek Panas Kristalisasi[11]

    Dari termodinamika telah diketahui bahwa HLS berhubungan dengan kapasitas panas perubahan CpLS = CpL CpS, fusi panas laten pada titik melting Hm dan perubahan energi Gibbs GLS = GL GS dengan 3 ( tiga ) persamaan berikut :[11]

    Dari persamaan II.7. temperatur tergantung pada fungsi termodinamik

    yang siap dihitung yang terdapat pada literatur Hm = 17479.82 J mol-1 [13] sementara pada percobaan Hm = 17596 J mol-1. Perbedaan antara Hm percobaan dengan literatur berbeda 0.05%, hal ini sangat tidak signifikan. Sayangnya, karena perlakuan atau treatment yang

    tidak sama maka temperatur kristalisasi tidak mungkin dilanjutkan

    karena percobaan yang dilakukan akan menutupi seluruh interval

    temperatur dan untuk menghasilkan temperatur yang lebih akurat

    tergantung pada CpLS.[11]

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 26

    Metode DSC yang dilakukan tidak mungkin dilakukan pengukuran

    langsung untuk entalpi tetapi mengulang kembali dengan persamaan

    Hm yang dapat digunakan untuk menghasilkan CpLS dan Hm bersama dengan literatur untuk HS (T) disamping untuk mendapatkan

    fungsi termodinamika.[11]

    II.7.3. Perhitungan Konfigurasi Kapasitas Panas Pada Material Alkali vs Alkaline-Earth Alumininasilicate Liquid

    Kapasitas panas dari 3 (tiga) aluminosilicate glass dan liquid sudah di

    determinasi dari pengukuran dropcalorimeter antara 400 dan 1800 0K.

    Dua material yang mempunyai 4 sistem senyawa yaitu CaO-MgO-Al2O3-

    SiO2 (CA dan ACM) dan 7 (tujuh) komponen produk (NCK) yang sudah

    diteliti. Komposisi kimia dari masing-masing senyawa dapat dilihat pada

    Tabel II.5.[9]

    Tabel II.5. Komposisi ( wt% )a Material Yang Telah Diteliti[9]

    a Rata-rata analisa dengan menggunakan Camebax elektron

    mikroprobe. b Gram berat dari satu mol oksida c N adalah bilangan atom per gfw d Temperatur ruang densitas Archimedean dari glass.

    Untuk relatif pengukuran entalpi, terdapat 5 gram material yang diletakan

    dalam krusibel PtRh 15% dan pemanasan 1 jam pada temperatur T

    sebelum dimasukan es calorimeter dimana entalpi relatif HT H273.15 atau

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 27

    dinotasikan dengan H273 yang pendinginannya diukur selama 15 menit.

    Setting alatnya dilakukan dalam 2 perbedaan, yaitu antara temperatur 400

    dan 1100 0K, 900 dan 1800 0K, yang siap digunakan pada prosedur

    eksperimen.[14,15] Biasanya, hasil yang tercantum pada temperatur

    transisi dari glass (Tg) akan didefinisikan mengikuti bagian dari kurva

    temperatur glass dan liquid. Oleh karena itu temperatur fiktif pada glass

    yang ditampilkan dibentuk dalam calorimeter.[9]

    Hasil eksperimen dari relatif entalpi dapat terlihat pada Tabel II.6.

    Tabel II.6. Relatif Entalpi Eksperimen (J/g)[9]

    a Kristalisasi sebagian pada sampel didalam furnace sebelum di dropping.

    Sementara untuk pengukuran diplot dalam Gambar II.16., dan

    perhitungan kapasitas panas mengikuti Persamaan II.8 :[9]

    Cm =( HT H273 ) / ( T 273 ) . II.9

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 28

    Gambar II.16. Perhitungan Kapasitas Panas dari CA, ACM dan NCK.

    Tanda Panah Mengindikasikan Transisi Dari Garis Glass dan Solid dan Fitting Nilai dari Persamaan Entalpi Terdapat Pada Tabel II.7.[9]

    Gambar II.16. menunjukan data calorimetri dengan skala yang luas,

    tanpa bias fitting maka akan didapatkan hasil kapasitas panas yang

    terbaik. Istimewanya, plot Cm didisplay sebagai transisi glass yang

    dibuktikan dengan bentuk kurva yang tajam, yang mana tidak terdapat

    plot relatif entalpi-nya, terlihat pada temperatur 870, 980 dan 1115 0K

    untuk komposisi NCK, CA dan ACM.

    Tabel II.7. Koefisien Entalpi dan Kapasitas Panas untuk Fasa Glass dan Liquid

    (J/mol.K)[9]

    a Deviasi rata-rata absolute pada data eksperimen dari fitting nilai dalam temperatur interval T Data pada Tabel II.7. untuk nilai koefisien entalpi dan kapasitas panas

    didapatkan dari Persamaan II.9a dan b.[9]

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 29

    ...II.10a & II.10b

    dimana R273 adalah konstan dan parameter-nya diatur hanya pada fasa

    liquid. Untuk glass,dideterminasikan oleh HT H273 = 0, T = 2730K.

    Persamaan II.9a dan b, didapat dari persamaan differential least-square

    untuk mengukur entalpi relatif, terlihat dalam Persamaan II.10.[9]

    . II.11

    Dengan oksida sebagai komponen, kapasitas panas dari silicate dapat di

    hitung dengan Persamaan II.11.[9]

    = pii CxCp .... II.12. dimana xi adalah fraksi mol dari oksida i dan SC pi

    adalah partial molar

    dari kapasitas panas. Dengan diasumsikan menjadi komposisi

    independent, dengan bergantung pada temperatur dapat terlihat pada

    Persamaan II.9a.

    Pengukuran calorimetri untuk titik melting dengan empat atau lebih

    komponen oksida dikonfirmasi pada observasi yang berbeda antara alkali

    dan alkalineearth aluminosilicate. Untuk bentuknya, konfigurasi

    kapasitas panas yang mempunyai komposisi nonlinier bergantung

    dengan korelasi pada bilangan koordinat oksigen dari elemen alkali yang

    digabung dengan aluminium. Pada akhirnya, gabungan dari elemen-

    elemen alkaliearth tidak dapat dirubah ketika ber-introduce dengan

    Al2O3. Variasi ini konsisten dengan efek dari rangependek dari

    konfigurasi titik melting silicate. Untuk lebih spesifik informasi ini dapat

    digambarkan dari sisi struktur yang dipelajari atau simulasi computer.

    Akhirnya, point yang dihasilkan pada interaksi bilangan biner lainnya,

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 30

    yakni substansial dengan model thermochemical pada system yang

    kompleks dari pengukuran dengan titik melting yang lebih simpel.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 31

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    III.1. Diagram Alir Penelitian

    Metode penelitian yang dilakukan mengikuti langkah-langkah sebagai

    berikut :

    Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian

    Material Iron Ore Sukabumi

    Material Iron Ore Sebelum Pemanasan

    Preparasi sampel (Penumbukan & pengayakan)

    Karakterisasi XRF, XRD,GSAS

    Validasi & Simulasi DTA Alumina, Besi, Besi Oksida

    Analisa Hasil & Pembahasan

    Kesimpulan

    Menentukan model teoritis Cp dari hasil validasi & simulasi DTA

    Uji DSC iron ore mengandung ilmenit

    Material Iron Ore Pemanasan 4000C, 12 Jam

    Mencari koefisien a,b,c kapasitas panas sampel iron ore dari hasil uji DSC

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 32

    Penjelasan Diagram Alir Penelitian

    Material iron ore asal Sukabumi awalnya adalah mineral alam berbentuk

    batuan yang keras dan tidak beraturan, kemudian dihaluskan dengan

    penumbukan dan pengayakan, dilanjutkan dengan pemisahan sampel,

    yaitu : material sebelum dilakukan pemanasan dan sampel pemanasan

    dengan temperatur 4000C selama 12 jam. Kedua sampel yang berbeda

    perlakuan tersebut dikarakterisasi dengan menggunakan XRF, XRD dan

    program software GSAS. Setelah itu dilakukan validasi dan simulasi

    DTA dengan sampel standard, yaitu : Alumina (Al2O3), Besi (Fe) dan

    Besi Oksida (Fe2O3), dimana hal ini dilakukan untuk menentukan model

    teoritis dalam mencari nilai koefisien a, b, dan c dalam kapasitas panas

    (Cp). Selanjutnya dilakukan uji DSC untuk sampel iron ore mengandung

    ilmenite, yang dilanjutkan dengan mencari nilai koefisien a, b dan c

    sampel iron ore (Fe3O4, Fe2O3) dan sampel ilmenite (FeTiO3). Hasil-hasil

    uji kemudian di analisa dan dibahas yang akhirnya akan didapatkan

    kesimpulan dari keseluruhan uji yang dilakukan.

    III.2. Karakterisasi Bahan dan Alat Penelitian

    III.2.1. Perlakuan Bahan Penelitian

    Pada penelitian ini bahan atau material yang digunakan adalah mineral

    alam iron ore (bijih besi) yang mengandung ilmenite yang berasal dari

    daerah Sukabumi. Dimana awal mulanya adalah material tersebut masih

    berbentuk batuan dan tidak beraturan, kemudian dipecahkan dan

    ditumbuk dengan palu dan linggis. Selanjutnya dihaluskan dengan

    ayakan berukuran 250 mesh dan dipanaskan pada temperatur 4000C

    dengan waktu tahan 12 jam. Proses ini bertujuan agar sampel menjadi

    lebih padat, keras, dan memiliki densitas yang tinggi. Sehingga dalam

    proses ini homogenisasi komposisi bisa diharapkan.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 33

    III.2.2. Karakterisasi Bahan

    Karakterisasi untuk melihat senyawa yang terbentuk pada mineral alam

    iron ore Sukabumi menggunakan alat XRF dan XRD yang ditunjang

    dengan program GSAS.

    Karakterisasi untuk mengetahui kapasitas panas yang terjadi pada sampel

    iron ore mengandung ilmenite dilakukan uji DSC dan DTA.

    III.3. Peralatan Uji Sampel

    III.3.1. X-Ray Diffractometer (XRD)

    Alat uji XRD yang digunakan adalah menggunakan merk Phillips PW

    3710/40kv yang berlokasi di Salemba, dengan sumbernya adalah Co-K dengan panjang gelombang (=1.78897 0A ) dengan selang waktu pengukuran selama 1 jam (60 menit). Spesifikasi pengukuran lebih

    jelasnya dapat terlihat sesuai dengan urutan yang ditampilkan pada

    output dari uji XRD, yaitu : tipe diffractometer adalah PW3710 Based,

    anoda tube atau sumber anoda adalah CO, tegangan generator sebesar 40

    kV, aliran generator sebesar 30 mA, alpha1 wavelength sebesar

    1.788960A , alpha2 wavelength sebesar 1.79285

    0A , mulai pengukuran

    adalah 20.000 [02] dan pengukuran berakhir pada 99.980 [02].

    III.3.2. X-Ray Fluoresence (XRF)

    Alat uji XRF yang digunakan adalah merk JEOL Element Analyzer JSX-

    3211 yang berlokasi di Salemba Jakarta. Untuk spesifikasi yang

    tercantum dalam uji XRF adalah dimana pada kondisi akuisisi : tegangan

    sebesar 30.0 kV, aliran gas mencapai 0.035 mA, waktu pengukuran

    110.00 detik dan dalam kondisi vakum. Sementara standard pengukuran

    dalam bentuk analisa kuantitatif dan kualitatif.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 34

    III.3.3. Differential Thermal Analysis (DTA) dan Differential

    Scanning Calorimety (DSC)

    Prosedur pengamatan dengan menggunakan Differential Thermal

    Analysis (DTA-50) dan Differential Scanning Calorimetry (DSC-50)

    Shimadzu mengikuti kondisi proses : Mula mula timbang krusibel

    sampel kosong dan krusibel yang diisi sampel standard maupun sampel

    yang akan diuji dengan massa yang sesuai, kemudian dilakukan

    penempatan krusibel alumina/aluminium disebelah kiri dengan krusibel

    alumina/aluminium disebelah kanan dalam keadaan kedua-duanya

    kosong (tidak ada sampel). sebagai Signal 1 (S1), dilanjutkan dengan krusibel alumina/aluminium dalam kedaan tidak ada sampel (kosong)

    berada disebelah kiri dan krusibel alumina/aluminium diisi dengan

    sampel alumina standard berada di sebelah kanan. sebagai Signal 2 (S2), terakhir krusibel alumina/aluminium dalam kedaan tidak ada

    sampel (kosong) berada disebelah kiri dan krusibel alumina/aluminium

    diisi sampel iron-ore berada disebelah kanan. sebagai Signal 3 (S3).

    Pada proses pengukuran ini alat alat penunjang yang digunakan adalah

    udara sebagai atmosfir dengan kecepatan 20ml/menit, sementara

    digunakan siklus air sebagai pendingin. Kecepatan pemanasan

    100C/menit dengan temperatur awal adalah 300C dan temperatur

    maksimum 4800C. Untuk mendeteksi temperatur T dan perbedaan

    temperatur T ditempatkan termokopel tipe Dumbbell (Pt-Pt.10%

    Rhodium), setelah itu dilakukan analisa terhadap hasil pengukuran

    dengan TA-50 WSI.

    III.3.4. Bahan dan Alat Penunjang Lainnya

    Bahan dan alat penunjang lain dalam penelitian ini dapat disebutkan

    sebagai berikut : Sampel standard Alumina, besi, besi oksida dan indium

    sebagai sampel validasi untuk kalibrasi alat dan penentuan model teoritis

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 35

    Cp. Alkohol 90% digunakan sebagai pembersih krusibel dan tutupnya,

    dimana krusibel tersebut harus benar-benar dalam keadaan bersih

    sehingga tidak mempengaruhi massa sampel berikutnya. Ayakan 250

    mesh untuk menghaluskan material iron ore setelah ditumbuk atau

    dihancurkan. Tungku pemanas tipe F6000 Barnstead Thermolyne Corp.

    berfungsi sebagai mengeringkan sampel dari unsur-unsur air (H2O).

    Timbangan elektronik Bosch SAE 200 digunakan sebagai menimbang

    massa sampel untuk diuji DSC ataupun DTA. Cetakan press diameter 1

    cm digunakan untuk menempatkan sampel yang dilanjutkan mencetak

    sampel dengan mesin press Shimadzu MP50. Tabung quartz adalah

    tabung tempat gas nitrogen, oksigen maupun argon sebagai atmosfir uji

    DSC dan DTA. Pompa vakum sebagai pompa air pada alat uji DSC dan

    DTA. Spatulla digunakan sebagai sendok pengambil sampel dan PC Intel

    Pentium III berfungsi sebagai media pencetak hasil uji DSC dan DTA,

    juga berfungsi sebagai pengolah data sampel.

    III.4. Simulasi Penentuan Koefisien a, b, c Pada Kapasitas Panas

    Simulasi penentuan nilai Cp dan koefisien a, b, c didapatkan dengan

    menggunakan program kerja EXCEL. Persamaan yang didapatkan

    dianggap merupakan persamaan regresi linier, sehingga penentuan Cp ini

    dilakukan dengan Metode Regresi Linier dalam EXCEL. Hasil

    perhitungan koefisien a, b, c dengan menggunakan EXCEL, dimana

    sampel contoh simulasi menggunakan sampel standard alumina dengan

    massa sampel yang berbeda dapat dilihat pada Bab IV dan Lampiran.

    III.5. Validasi Menentukan Kapasitas Panas

    Penentuan kapasitas panas ini dilakukan dengan menggunakan alat uji

    DSC dan DTA. Dimana dari validasi ini digunakan untuk menentukan

    model teoritis kapasitas panas dari iron ore dan ilmenite. Hasil-hasil uji

    dan pembahasan dapat dilihat pada Bab IV.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 36

    BAB IV

    ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1. Komposisi Iron Ore

    Sampel iron ore mengandung ilmenite mempunyai 2 macam perlakuan,

    yaitu : sampel sebelum pemanasan, sampel dengan pemanasan pada

    temperatur 4000C dengan waktu tahan 12 jam. Pada Tabel IV.1.

    dicantumkan hasil analisis XRF terhadap sampel iron ore yang belum

    dilakukan pemanasan.

    Tabel IV.1. Hasil Uji XRF Sampel Iron Ore Sebelum Pemanasan

    Num Atom/Chem.Formula

    wt (%)

    at/mole(%)

    K-ratio Integral Intensitas

    Standarddeviasi

    1 13 Al2O3 3.0934 4.1328 0.0061712 401 0.6501 2 14 SiO2 3.0951 7.0169 0.0110119 878 0.3174 3 15 P2O5 0.3505 0.3363 0.0039113 172 0.2089 4 16 S 0.1092 0.4639 0.0010355 214 0.0516 5 20 CaO 0.1031 0.2503 0.0014608 166 0.0721 6 22 TiO2 9.2854 15.8307 0.0967070 18980 0.0626 7 24 Cr2O3 0.1739 0.1559 0.0020184 518 0.0474 8 25 MnO 0.3183 0.6113 0.0032334 835 0.0566 9 26 Fe2O3 83.4711 71.2018 0.6433570 183879 0.0704

    Dari Tabel IV.1 terlihat bahwa senyawa-senyawa oksida yang tercantum

    hanyalah merupakan asumsi yang diambil berdasarkan fasa stabil dari

    unsur yang dideteksi oleh XRF. Misalnya saja antara TiO2 dan Fe2O3

    adalah ketidakpastian apakah unsur Ti dan Fe terkandung dalam iron ore

    sebagai 2 senyawa oksida atau antara Fe dan Ti membentuk suatu

    senyawa tertentu. Dengan perkataan lain, komposisi senyawa kimia yang

    ada dalam iron ore seperti tercantum dalam Tabel IV.1 tadi bersifat semi

    kuantitatif. Dengan demikian masih diperlukan analisis lain seperti uji

    XRD untuk memastikan senyawa pasti yang terdapat dalam iron ore.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 37

    Pola difraksi sinar X dalam iron ore sebelum pemanasan diperlihatkan

    pada Gambar IV.1.

    Grafik XRD Iron Ore Sukabumi Tanpa Pemanasan

    050

    100150

    200250

    300

    0 20 40 60 80 100 120

    2 teta

    Inte

    nsita

    s

    Gambar IV.1. Hasil Uji XRD Sampel Iron Ore Sukabumi Tanpa Pemanasan

    Sementara hasil identifikasi puncak difraksi diperlihatkan pada Tabel

    IV.2. Tabel IV.2. d-Value Hasil Stripping Sampel Iron Ore Sukabumi Sebelum Pemanasan Dibandingkan dengan d-Value ICDD

    Peak

    d-value Observasi

    XRD

    Fe2O3 ( 84 0306 ) Fe3O4 ( 82 1533 ) FeTiO3 ( 79 1838 ) FeO ( 77 2355 )

    d-value ICDD

    I h k l d-value ICDD I h k l d-value ICDD

    I h k l d-value ICDD I h k l

    1. 4.40627 4.848 100 111

    2. 3.05111 2.9687 295 2 2 0

    3. 2.75188 2.6991 999 1 0 4 2.7517 999 1 0 4

    4. 2.57929 2.5442 684 1 1 0

    5. 2.50867 2.5173 722 1 1 0 2.5317 999 3 1 1 2.4878 668 1 1 1

    6. 2.31143 2.2912 19 0 0 6 2.424 77 2 2 2 2.3487 18 0 0 6

    7. 2.11762 2.078 18 2 0 2 2.0992 201 4 0 0 2.1029 16 2 0 2 2.1545 999 2 0 0

    8. 1.74301 1.8409 350 3 5 0

    9. 1.74294 1.6944 415 1 1 6 1.714 86 4 2 2 1.728 453 1 1 6

    10. 1.62571 1.6362 5 2 1 1 1.616 277 3 3 3 1.6269 25 2 1 2

    11. 1.52739 1.5987 88 0 1 8 1.5058 256 1 2 4 1.5234 458 2 2 0

    12. 1.49206 1.4859 268 2 1 4 1.4843 365 4 4 0 1.4689 256 3 0 0

    13. 1.28143 1.2624 3 1 2 5 1.2805 69 5 3 3 1.2833 2 1 2 7 1.2992 164 3 1 1

    Ternyata dari Gambar IV.1 maupun Tabel IV.2 terlihat bahwa paling

    tidak ada 13 (tiga belas) puncak difraksi yang dapat diidentifikasi dari

    nilai d ke-13 puncak difraksi. Dimana nilai d ini sangat persis sama

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 38

    dengan nilai d dari senyawa Fe2O3 (PCPDFWIN #840306), Fe3O4

    (PCPDFWIN #821533), FeTiO3 (PCPDFWIN #791838) dan FeO

    (PCPDFWIN #772355).

    Jadi dengan demikian jelaslah bahwa fasa-fasa mayor pada iron ore

    terdiri dari besi oksida dan FeTiO3 dan terdapat sejumlah fasa-fasa minor

    namun dengan fraksi < 4% ( Lihat pada Tabel IV.1.)

    Namun pola difraksi sebagaimana terlihat pada Gambar IV.1 tidak cukup

    baik untuk dianalisa lebih lanjut agar diperoleh data kuantitatif seperti

    berat fasa, mengingat S/N (signal to noise) ratio yang relatif lebih kecil,

    mungkin ini terjadi dikarenakan iron ore mengandung banyak air. Oleh

    karena itu diambil inisiatif untuk memanaskan iron ore pada temperatur

    relatif rendah ~ 400 0C untuk waktu relatif panjang ~ 12 jam dengan

    tujuan agar diperoleh iron ore bebas air serta jumlah senyawa oksida

    yang relatif lebih kecil. Pola difraksi dari iron ore yang telah mendapat

    perlakuan seperti ini ditunjukan pada Gambar IV.2.

    Grafik XRD Sampel Iron Ore Sukabumi Pemanasan 4000C, 12 Jam

    050

    100150200250300350400450

    0 20 40 60 80 100 120

    2 teta

    Inte

    nsita

    s

    Gambar IV.2. Hasil Uji XRD Sampel Iron Ore Sukabumi

    Pemanasan 4000C, Waktu Tahan 12 Jam

    Terlihat ada perbaikan dalam intensitas difraksi disamping nilai S/N ratio

    yang relatif tinggi juga puncak-puncak difraksi bebas pelebaran dan

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 39

    relatif tajam. Hasil analisis GSAS dari pola difraksi pada Gambar IV.2

    diperlihatkan pada Gambar IV.3.

    Gambar IV.3. Grafik Hasil GSAS Sampel Iron Ore

    Pemanasan 4000C, Waktu Tahan 12 Jam

    Iterasi menunjukan konvergen pada chi2 ~ 1.121 dan nilai wRp ~ 9.5%,

    hal ini memenuhi kriteria untuk dapat diterima. Terlihat pada Tabel IV.3.

    Tabel IV.3. Refinement Hasil GSAS Iron Ore Pemanasan 4000C, 12 Jam

    1Iron Ore 400 -12 GENLES Version Win32 Dec 02 22:16:57 2006 Page 7 Restraint data statistics: No restraints used Powder data statistics Fitted -Bknd Average Bank Ndata Sum(w*d**2) wRp Rp wRp Rp DWd Integral Hstgm 1 PXC 1 3991 4457.6 0.0950 0.0765 0.1114 0.0931 1.836 0.902 Powder totals 3991 4457.6 0.0950 0.0765 0.1114 0.0931 1.836 No serial correlation in fit at 90% confidence for 1.909 < DWd < 2.091 Cycle1519 There were 3991 observations. Total before-cycle CHI**2 (offset/sig) = 4.4576E+03 ( 5.4124E+00) Reduced CHI**2 = 1.121 for 16 variables Reflection data statistics Histogram 1 Type PXC Nobs = 99 R(F**2) = 0.1479

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 40

    Hasil residu antara kurva teoritik dan eksperimen sebagai kurva fitting

    juga telah menunjukan tidak berupa pola difraksi atau dengan intensitas

    rata-rata 2.

    Berdasarkan analisa GSAS ini diketahui bahwa iron ore setelah

    perlakuan memiliki fasa utama terdiri dari Fe2O3, Fe3O4 dan FeTiO3

    dengan komposisi sebagaimana tertulis dalam Tabel IV.4.

    Tabel IV.4. Komposisi Iron Ore Pemanasan 400 0C, Waktu Tahan 12 Jam

    Senyawa Fraksi Berat ( wt% )

    Fe2O3 52.99

    Fe3O4 39.88

    FeTiO3 7.13

    Berdasarkan hasil tersebut dapat diperkirakan bahwa proses pemanasan

    pada temperatur > 400 0C dapat menyebabkan oksidasi FeO menjadi

    Fe3O4 dan Fe2O3. Sedangkan kandungan Ti yang ada dalam iron ore

    berupa senyawa FeTiO3 atau dikenal sebagai ilmenite. Kandungan

    ilmenite dalam iron ore hanya ~ 7.13%, meskipun relatif rendah namun

    diyakini dapat mempengaruhi proses peleburan dan dengan demikian

    akan mempengaruhi kapasitas panas iron ore.

    Bila dibandingkan dengan hasil analisa XRF terhadap TiO2 yang nilainya

    mencapai ~ 9.47%, hasil dari GSAS menunjukan nilai yang lebih kecil.

    Dengan perkataan lain, bila iron ore hanya mengandung 3 senyawa

    dengan fraksi FeTiO3 = 7.13 % maka untuk TiO2 dalam iron ore adalah

    sebagai berikut :

    Berat massa TiO2 X 7.13 % = 3.75 %

    Berat massa FeTiO3

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 41

    Perbedaan ini bisa saja terjadi karena GSAS tidak dapat mengidentifikasi

    adanya fasa-fasa minor yang lain seperti Al2O3, SiO2 dan lainnya, dimana

    berdasarkan pada Tabel IV.5 fraksi total fasa minor mencapai ~ 7%.

    Tabel IV.5. Hasil Uji XRF Iron Ore Pemanasan 4000C, Waktu Tahan 12 Jam

    Num Atom/Chem.Formula

    wt (%)

    at/mole(%)

    K-ratio Integral Intensitas

    Standarddeviasi

    1 13 Al2O3 2.9050 3.8868 0.0059173 384 0.7199 2 14 SiO2 3.2378 7.3511 0.0117788 939 0.3510 3 15 P2O5 0.3240 0.3114 0.0036944 163 0.2301 4 20 CaO 0.1190 0.2894 0.0017262 196 0.0796 5 22 TiO2 9.4674 16.1646 0.1007796 19779 0.0693 6 24 Cr2O3 0.1142 0.1025 0.0013515 347 0.0526 7 25 MnO 0.2617 0.5033 0.0027105 700 0.0627 8 26 Fe2O3 83.5708 71.3909 0.6573398 187876 0.0780

    Jadi jelaslah bahwa komposisi iron ore hasil GSAS belum menunjukan

    nilai yang pasti.

    IV.2. Metode DTA dan DSC untuk Mengukur Kapasitas Panas

    IV.2.1. Validasi Metode Dengan DTA

    Validasi metode yang dimaksud disini adalah untuk menguji tidak saja

    nilai kapasitas panas pada sampel standard tetapi juga metode penentuan

    koefisien kapasitas panas sebagai fungsi temperatur yaitu koefisien a, b,

    c seperti yang tercantum dalam Persamaan II.1.

    Untuk maksud tersebut maka digunakanlah sampel alumina murni

    (Al2O3) sebagai alumina standard yang diambil datanya pada 2 nilai

    massa yang berbeda. Pada Gambar IV.4. diperlihatkan hasil kalkulasi

    nilai Cp(T) untuk Al2O3 dengan massa = 18.2 mg sedangkan untuk m =

    20.8 mg diperlihatkan pada Gambar IV.5.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 42

    Grafik Cp(T) vs T Sampel AluminaDengan m = 18.2 mg

    0.000

    100.000

    200.000

    300.000

    400.000

    500.000

    600.000

    700.000

    300.000 350.000 400.000 450.000 500.000 550.000 600.000 650.000 700.000

    T (0K)

    Cp(

    T)

    Grafik Cp(T) Literatur Grafik Cp(T) Data Grafik Cp(T) Eksperimen

    Gambar IV.4. Validasi Uji DTA Dengan Sampel Alumina Massa = 18.2 mg

    Grafik Cp(T) vs T Sampel AluminaDengan m = 20.8 mg

    0.000

    50.000

    100.000

    150.000

    200.000

    250.000

    300.000

    300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000

    T (0K)

    Cp(T

    )

    Cp(T) Literatur Cp(T) Data Cp(T) Eksperimen

    Gambar IV.5. Validasi Uji DTA Dengan Sampel Alumina Massa = 20.8 mg

    Untuk detil kalkulasi penentuan Cp(T) dijelaskan pada Lampiran IV.

    Grafik Cp(T) data pada gambar tersebut merupakan konversi data dari

    DTA menggunakan Persamaan II.6., sedangkan grafik Cp(T) data

    eksperimen adalah plot Cp(T) dari Persamaan II.1. dengan konstanta a, b

    dan c yang ditentukan melalui kalkulasi ( fitting-curve ). Plot Cp(T) hasil

    fitting ini juga dibandingkan dengan nilai Cp(T) Al2O3 dari literatur.

    Berdasarkan plot kedua kurva yaitu kurva fitting dan kurva Cp(T)

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 43

    literatur terlihat ada perbedaan terutama pada temperatur relatif rendah

    yaitu < 500 0K. Namun secara keseluruhan kedua kurva menunjukan

    kecenderungan yang sama.

    Demikian juga untuk sampel alumina kedua dengan massa = 20.8 mg

    terjadi hal yang sama.

    Perbedaan ini mengindikasikan adanya faktor instrumen yang perlu

    dilibatkan dalam proses kalkulasi yang dalam hal ini belum dapat

    ditentukan karena memerlukan suatu model perpindahan panas

    sebagaimana model mass balance yang diusulkan oleh J.Yang[15]

    Kegiatan validasi metode dengan menguji 2 sampel alumina standard

    dengan massa berbeda tersebut, meskipun secara kuantitatif masih

    terdapat perbedaan antara nilai literatur dan nilai kalkulasi, tetapi apabila

    dilihat pada grafik mempunyai kecenderungan yang sama serta selisih

    yang relatif rendah tersebut dapatlah ditentukan cara evaluasi data

    dengan metode simulasi ini adalah valid. Sehingga dapat digunakan

    untuk menentukan nilai Cp(T) pada berbagai jenis sampel. Hal ini dapat

    dilihat dari nilai Cp(T) sampel standard dan nilai literatur sebagai berikut:

    Untuk Al2O3 dengan massa = 18.2 mg Cp(T) = - 273.32 + 501.07 x 10-3 T + 514.85 x 105 T-2

    Untuk Al2O3 dengan massa = 20.8 mg Cp(T) = 102.65 11.42 x 10-3 T + 101.71 x 105 T-2

    Bandingkan dengan nilai Cp(T) literatur untuk Al2O3 [6]

    Cp(T) Al2O3-Literatur = 114.8 + 12.80 x10-3 T + 35.4 x 105 T-2

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 44

    IV.2.2. Validasi Dengan Metode DSC

    Metode kalkulasi yang sama juga diterapkan pada alat ukur DSC, dimana

    juga dilakukan uji dengan 2 (dua) massa sampel yang berbeda. Hasil uji

    dapat dilihat pada Gambar IV.6 dan IV.7.

    Grafik Cp(T) vs T Sampel AluminaDengan m = 11.8 mg

    110.000115.000120.000125.000130.000

    135.000140.000145.000150.000

    350 450 550 650 750 850

    Temperatur (0K)

    Cp(

    T)

    Kurva Cp(T) Literatur Kurva Cp(T) Data Kurva Cp(T) Eksperimen

    Gambar IV.6. Validasi Uji DSC Dengan Sampel Alumina Massa = 11.8 mg

    Grafik Cp(T) vs T Sampel AluminaDengan m = 10 mg

    110.000115.000120.000125.000130.000135.000140.000145.000150.000

    350 450 550 650 750 850

    T(0K)

    Cp(

    T)

    Kurva Cp(T) Literatur Kurva Cp(T) Data Kurva Cp(T) Eksperimen

    Gambar IV.7. Validasi Uji DSC Dengan Sampel Alumina Massa = 10 mg

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 45

    Gambar IV.6 memperlihatkan perbandingan antara nilai Cp(T) untuk

    alumina standard dengan massa = 11.8 mg dan nilai Cp(T) alumina pada

    literatur. Berdasarkan pada plot grafik Cp(T) eksperimen dengan literatur

    terlihat mempunyai perbedaan pada temperatur > 550 0K, hasil ini

    ternyata merupakan kebalikan dari uji dengan DTA, tetapi secara

    menyeluruh plot grafik tersebut mempunyai kecenderungan yang sama.

    Sementara pada nilai koefisien konstanta a, b, c nilai Cp(T) eksperimen

    lebih mendekati dengan literatur, seperti yang terlihat pada persamaan

    berikut :

    Untuk Al2O3 dengan massa = 11.8 mg Cp(T) = 154.98 42.33 x 10-3 T + 4.35 x 105 T-2

    Nilai Cp(T) alumina literatur Cp(T)Al2O3-Literatur = 114.8 + 12.80 x10-3 T + 35.4 x 105 T-2

    Sementara untuk Gambar IV.7. validasi dengan massa yang lebih kecil,

    tampak ada faktor instrumen antara literatur dengan eksperimen. Hal ini

    mungkin terjadi karena sampel mempunyai nilai yang lebih kecil dari

    massa literatur.Tetapi dari plot grafik sudah menunjukan kecenderungan

    yang sama. Dan untuk nilai koefisien konstanta a, b, c nilai Cp(T) adalah

    sebagai berikut :

    Untuk Al2O3 dengan massa = 10 mg Cp(T) = 135.09 20.07 x 10-3 T + 5.35 x 105 T-2

    Nilai Cp(T) alumina literatur Cp(T)Al2O3-Literatur = 114.8 + 12.80 x10-3 T + 35.4 x 105 T-2

    IV.3. Penentuan Kapasitas Panas (Cp) dari Iron Ore

    Berturut-turut pada Gambar IV.7 sampai dengan IV.9. diperlihatkan hasil

    pengukuran Cp(T) dari iron ore setelah melalui evaluasi persamaan II.6.

    Nilai Cp(T) diukur sebanyak 3 (tiga) kali dengan variasi massa yaitu

    masing-masing untuk m = 10.2 mg, m = 11.6 mg dan m = 9.4 mg.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 46

    Grafik Cp(T) vs T Sampel Iron Ore T=4000C,WT=12Jam,m=10.2 mg

    80.00090.000

    100.000110.000120.000130.000140.000150.000160.000170.000

    350 400 450 500 550 600 650 700 750 800

    T(0K)

    Cp(

    T)

    Grafik Cp(T) Data Grafik Cp(T) Eksperimen

    Gambar IV.8. Fitting Grafik Cp(T) Iron Ore Pemanasan 4000C,12 Jam,m=10.2 mg

    Grafik Cp(T) vs T Sampel Iron Ore T=4000C,WT=12 Jam,m=11.6 mg

    70.00080.00090.000

    100.000110.000120.000130.000140.000150.000160.000

    350 400 450 500 550 600 650 700 750 800

    T(0K)

    Cp(

    T)

    Grafik Cp(T) Data Grafik Cp(T) Eksperimen

    Gambar IV.9. Fitting Grafik Cp(T) Iron Ore Pemanasan 4000C,12 Jam,m=11.6 mg

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 47

    Grafik Cp(T) vs T Sampel Iron Ore T=4000C,WT=12 Jam,m=9.4 mg

    80.00090.000

    100.000110.000120.000130.000140.000150.000160.000170.000180.000

    350 400 450 500 550 600 650 700 750 800

    T(0K)

    Cp(

    T)

    Grafik Cp(T) Data Grafik Cp(T) Eksperimen

    Gambar IV.10. Fitting Grafik Cp(T) Iron Ore Pemanasan 4000C,12 Jam,m=9.4 mg

    Secara kuantitatif, ketiga gambar menunjukan kecenderungan perubahan

    yang sama dengan nilai Cp diantara 100 J/mol.K dan 140 J/mol.K, lalu

    rentang temperatur antara 300 0K sampai dengan 773 0K yaitu rentang

    temperatur maksimum yang memungkinkan oleh alat DSC-50 Shimadzu.

    Adapun nilai persamaan Cp sebagai fungsi temperatur untuk ketiga

    pengukuran adalah diringkas pada Tabel IV.6., yaitu sebagai berikut :

    Tabel IV.6. Nilai Cp(T) Iron Ore Dengan 3 Massa Berbeda

    Sampel Nomor

    Range Temperatur ( 0K )

    Massa( mg )

    Nilai Cp(T) ( J/mol.K )

    1 300 773 10.2 14.67 + 98.41 x 10-3 T + 129.27 x 105 T-2

    2 300 773 11.6 7.53 + 94.23 x 10-3 T + 117.65 x 105 T-2

    3 300 773 9.4 -19.99 + 132.63 x 10-3 T + 150.84 x 105 T-2

    Ketiga sampel memang terlihat dari Tabel IV.6. tidak memberikan

    persamaan Cp(T) yang persis sama, namun bila dihitung nilai Cp(T) pada

    berbagai temperatur sebagaimana terlihat pada Tabel IV.7.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 48

    Tabel IV.7. Nilai Cp(T) Iron Ore 3 Massa Berbeda Pada Berbagai Temperatur T

    ( 0K ) Cp ( J/mol.K )

    Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3

    300 187.83 166.52 187.40

    400 134.83 118.75 127.33

    500 115.58 101.71 106.66

    600 109.62 96.75 101.49

    700 109.94 97.50 103.63

    800 113.60 101.30 109.68

    1000 126.01 113.53 127.72

    Maka pada dasarnya ketiga sampel memiliki nilai Cp yang mendekati

    sama. Dengan perkataan lain tidak ditemukan perbedaan yang berarti dari

    hasil pengukuran Cp iron ore tersebut. Pada literatur tidak ditemukan

    nilai Cp(T) untuk iron ore, sehingga hal ini yang menyebabkan penulis

    tidak dapat membandingkan nilai Cp eksperimen dengan literatur.

    Kemungkinan hal ini terjadi karena komposisi iron ore tidak sama baik

    dalam fraksi senyawa oksida penyusunnya maupun jenis senyawa

    oksidanya.

    Iron ore yang digunakan sebagai objek penelitian ini, sebagaimana

    diungkapkan sebelumnya bahwa material ini memiliki 3 senyawa utama

    berbeda terdapat ilmenite ( FeTiO3 ) disamping magnetite ( Fe3O4 ) dan

    hematite ( Fe2O3 ). Jadi jelaslah hasil pengukuran tidak dapat

    dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan peneliti lain mengingat

    komposisinya yang unik. Oleh karena itu nilai Cp(T) dari iron ore hasil

    penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi baru terhadap

    nilai Cp(T) dari iron ore yang pernah diteliti oleh peneliti lain.

    IV.4. Penentuan Kapasitas Panas dari Ilmenite

    Berdasarkan nilai Cp(T) iron ore terukur seperti diatas, maka nilai Cp(T)

    dari ilmenite yang merupakan bagian dari iron ore yaitu merupakan salah

    satu senyawa penyusun, maka Cp(T) dari ilmenite dapat ditentukan.

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 49

    Untuk tujuan ini, diperlukan data hasil analisa GSAS terhadap pola

    difraksi sampel serta nilai Cp(T) dari Fe2O3 dan Fe3O4.

    Menurut M.A. Bouhifd, dan kawan-kawan, melalui penelitiannya

    mengusulkan bahwa untuk material campuran dalam menentukan

    kapasitas panas sebagai fungsi T diberikan pada Persamaan II.12. [11]

    Maka berdasarkan model ini, Cp(T) iron ore dapat diselesaikan dengan

    Persamaan II.7, menjadi :

    CpIOR(T) = XFe2O3 CpFe2O3(T) + XFe3O4 CpFe3O4(T) + XFeTiO3 CpFeTiO3(T)

    Melihat kembali hasil GSAS terhadap iron ore diketahui bahwa fraksi

    berat masing-masing senyawa dalam iron ore adalah :

    WFe2O3 = 52.99 %

    WFe3O4 = 39.88 %

    WFeTiO3 = 7.13 %

    Atau fraksi mol masing-masing komponen dalam iron ore adalah

    XFe2O3 = 0.59

    XFe3O4 = 0.32

    XFeTiO3 = 0.09

    Nilai Cp(T) literatur untuk Fe2O3 dan Fe3O4, masing-masing adalah : [6]

    Cp (T)Fe2O3 = 98.18 + 77.82 x 10-3 T 14.85 x 105 T-2

    Cp (T)Fe3O4 = 91.55 + 201.67 x 10-3 T

    Sedangkan nilai Cp(T) dari iron ore adalah sebagaimana yang tercantum

    dalam Tabel IV.6. Melalui persamaan II.12. dan fraksi mol masing-

    masing fasa dalam iron ore serta nilai Cp(T) literatur untuk Fe2O3 dan

    Fe3O4, diperoleh nilai Cp(T) ilmenite sebagai berikut :

    1. CpFeTiO3 (T) = 1132.22 + 2320.56 x 10-3 T + 1339 x 105T-2

    2. CpFeTiO3 (T) = 1052.89 + 2274.11 x 10-3 T + 1209.89 x 105T-2

    3. CpFeTiO3 (T) = 747.11 + 2700.78 x 10-3 T + 1578.67 x 105T-2

    Penentuan kapasitas..., Yulistiati, FMIPA UI, 2006

  • 50

    Dari hasil evaluasi penentuan Cp(T) untuk ilmenite, pada dasarnya ketiga

    nilai tersebut memiliki persamaan yang hampir sama dan dengan

    demikian nilai Cp adalah mirip. Hal ini menjadi jelas bila dibandingkan

    ketiga nilai Cp tersebut di plot pada berbagai temperatur sebagaimana

    terlihat pada Tabel.IV.8.

    Tabel IV.8. Nilai Cp(T) Ilmenite 3 Massa Berbeda Pada Berbagai Temperatur

    T ( 0K )

    Cp ( J/m