mergedfileikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/05/rencana... · 2020. 5. 11. · renstra...
TRANSCRIPT
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 52-53 Lantai 9 Jakarta 12950
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA
TAHUN 2015-2019
i
KATA PENGANTAR
Mengacu pada pedoman Renstra dalam Permen PPN/Kepala Bappenas No. 5 Tahun 2014
tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian / Lembaga
( RENSTRA K/L) 2015-2019, dan Perubahan paradigma tatakelola pemerintahan menuju tata
kelola pemerintahan yang baik ( good governance) dalam berbagai aspek salah satunya telah
mendorong pelaksanaan penerapan sistem akuntabilitas kinerja penyelenggara negara yang
terintegrasi sebagai bahan instrumen utama pertanggungjawaban pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan. Sebagai salah satu unsur penting sistem ini, Rencana
Strategis merupakan instrument awal untuk mengukur kinerja setiap instansi pemerintah baik
terkait pencapaian visi, misi, tujuan maupun sasaran yang telah ditetapkan organisasi.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah tahapan
ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang telah
ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007. Dengan mengacu UUD 1945 dan
UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 disusun sebagai
penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (Nawa Cita) Presiden/Wakil Presiden, dengan
menggunakan Rancangan Teknokratik yang telah disusun Bappenas dan berpedoman pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah pedoman untuk
menjamin pencapaian visi dan misi Presiden, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) sekaligus untuk menjaga konsistensi arah pembangunan nasional dengan
tujuan di dalam Undang Undang Dasar 1945 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005–2025.
RENSTRA Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka tahun 2015-2019
merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang industri dan ekonomi yang bersifat
rolling plan dengan ruang lingkup mencakup: visi, misi, tujuan dan sasaran strategis
pembangunan industri, arah kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan industri,
kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, serta target kinerja dan kerangka pendanaan
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan industri selama tahun 2015 – 2019.
Ditjen IKTA mengalami perubahan nomenklatur dan perubahan target indikator sasaran
strategis maka perlu adanya review terhadap sasaran strategis IKTA, kerangka kelembagaan,
kerangka pendanaan. Review Renstra Ditjen IKTA 2015-2019 ini telah disusun dan
disinkronisasikan dengan RPJMN tahun 2015-2019 (Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019) dan Arahan
Pimpinan di tingkat kementerian. Renstra Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan
Aneka tahun 2015-2019 diharapkan menjadi pedoman dalam meningkatkan keterpaduan,
keteraturan, dan pengendalian perencanaan program dan kegiatan dari seluruh unit kerja di
lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka dalam rangka mewujudkan
visi pembangunan Industri Nasional.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................. 1
1.1. KONDISI UMUM ........................................................................................ 1
A. Perkembangan Kinerja Makro Sektor Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Tahun
2010 – 2014 ......................................................................................... 4
B. Pencapaian Program Prioritas Sektor Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka .... 13
1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN ............................................................. 14
A. Potensi .............................................................................................. 14
B. Permasalahan .................................................................................... 15
BAB II ............................................................................................................ 18
2.1. VISI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL DAN ANEKA ...... 18
2.2. MISI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL DAN ANEKA ..... 19
2.3. TUJUAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL DAN ANEKA19
2.4. SASARAN STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL
DAN ANEKA .................................................................................................... 20
A. Perspektif Pemangku Kepentingan ........................................................ 20
B. Perspektif Proses Internal .................................................................... 22
C. Perspektif Pembelajaran Organisasi ...................................................... 24
BAB III ........................................................................................................... 32
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN ............................................................................................. 32
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL ......................................... 32
A. Visi-Misi Pembangunan Nasional .......................................................... 32
B. Strategi Pembangunan Nasional ........................................................... 33
C. Sembilan Agenda Prioritas ................................................................... 36
D. Sasaran Pokok Pembangunan Nasional ................................................ 36
3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI................. 39
A. Industri Prioritas ................................................................................. 39
B. Perwilayahan Industri .......................................................................... 40
C. Pembangunan Sumber Daya Industri ............................................................ 40
D. Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri ............................................... 40
iii
E. Pembangunan Industri Hijau ........................................................................ 40
F. Pengembangan IKM ................................................................................... 41
3.3. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA,
TEKSTIL, DAN ANEKA ..................................................................................... 42
A. Industri Prioritas ................................................................................. 42
B. Pembangunan Sumber Daya Industri ..................................................... 52
C. Pembangunan Sarana Dan Prasarana Industri ........................................ 56
3.4. KERANGKA REGULASI ........................................................................... 60
3.5. KERANGKA KELEMBAGAAN ................................................................... 62
BAB IV .......................................................................................................... 69
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ........................................... 69
4.1. TARGET KINERJA .................................................................................. 69
4.2. KERANGKA PENDANAAN ....................................................................... 73
BAB V ........................................................................................................... 74
PENUTUP ..................................................................................................... 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. KONDISI UMUM
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025,
disebutkan bahwa struktur perekonomian diperkuat dengan mendudukkan
sektor industri sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan
pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan
produk-produk secara efisien, modern, dan berkelanjutan serta jasa-jasa
pelayanan yang efektif yang menerapkan praktik terbaik dan ketatakelolaan
yang baik agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh.
Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya
saing dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan, yaitu sebagai
berikut:
1. Dalam hal penguasaan usaha, struktur industri disehatkan dengan
meniadakan praktek-praktek monopoli dan berbagai distorsi pasar.
2. Dalam hal skala usaha, struktur industri akan dikuatkan dengan
menjadikan Industri Kecil dan Menengah (IKM) sebagai basis industri
nasional, yaitu terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan
industri berskala besar.
3. Dalam hal hulu-hilir, struktur industri akan diperdalam dengan
mendorong diversifikasi ke hulu dan ke hilir membentuk rumpun industri
yang sehat dan kuat.
Untuk mewujudkan arah kebijakan pembangunan RPJPN tersebut di atas,
telah disusun suatu tahapan perencanaan jangka menengah dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang selanjutnya disebut RPJM
Nasional yaitu perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima)
tahunan, yaitu RPJM Nasional I Tahun 2005–2009, RPJM Nasional II Tahun
2010–2014, RPJM Nasional III Tahun 2015–2019, dan RPJM Nasional IV
2
Tahun 2020 – 2024. Dalam rangka memasuki era baru RPJMN III dari
perencanaan pembangunan jangka panjang nasional, kita semua dituntut
untuk menyusun suatu perencanaan RPJMN tahap III yang terstruktur, fokus
dan berkesinambungan dengan perencanaan sebelumnya. Pada RPJMN II
telah ditetapkan visi pembangunan industri nasional yaitu Memantapkan
Daya Saing Basis Industri Manufaktur yang Berkelanjutan serta
Terbangunnya Pilar Industri Andalan Masa Depan dengan fokus prioritas
pembangunan industri pada 3 (tiga) hal sebagai berikut :
1. Fokus Prioritas Penumbuhan Populasi Usaha Industri dengan hasil
peningkatan jumlah populasi usaha industri dengan postur yang lebih
sehat;
2. Fokus Prioritas Penguatan Struktur Industri dengan hasil yang
diharapkan adalah semakin terintegrasinya IKM dalam gugus (cluster)
industri, tumbuh dan berkembangnya gugus (cluster) industri demi
penguatan daya saing di pasar global;
3. Fokus Prioritas Peningkatan Produktivitas Usaha Industri dengan hasil
yang diharapkan dari pelaksanaan fokus ini adalah meningkatnya nilai
tambah produk melalui penerapan iptek.
Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan industri tersebut, pada RPJMN
II Kementerian Perindustrian telah menetapkan visi untuk tahun 2010 – 2014
yaitu Memantapkan Daya Saing Basis Industri Manufaktur yang
Berkelanjutan serta Terbangunnya Pilar Industri Andalan Masa Depan.
Berlandaskan hal tersebut, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan
Aneka yang hingga tahun 2014 masih bernama Direktorat Jenderal Basis
Industri Manufaktur menetapkan visi tahun 2010 – 2014 :“Terwujudnya
pembangunan Basis Industri Manufaktur sebagai penggerak industri
nasional”.
Di dalam pelaksanaannya, Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur telah
melakukan serangkaian program dan kegiatan sebagaimana yang tertuang
pada Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Basis Industri
Manufaktur tahun 2010 – 2014 yaitu Program Revitalisasi dan
Penumbuhan Basis Industri Manufaktur.
3
Program tersebut telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Basis Industri
Manufaktur selama periode tahun 2010 – 2014 telah dituangkan kedalam
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam;
2. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Dasar;
3. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hilir;
4. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka; dan
5. Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan
Basis Industri Manufaktur.
Pelaksanaan program dan kegiatan tersebut di atas merupakan penjabaran
dari program prioritas nasional RPJMN II, program Kabinet Indonesia Bersatu
II, program pilihan Presiden tahun 2010 – 2014, kontrak kinerja Menteri
Perindustrian, program prioritas Kementerian Perindustrian dan kontrak
kinerja Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur. Untuk mengukur tingkat
keberhasilan dari pelaksanaan program dan kegiatan, di dalam Renstra
Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur juga telah ditetapkan sasaran-
sasaran strategis beserta indikator kinerja utama (IKU) yang bersifat
kuantitatif dari masing- masing sasaran strategis.
Sejak tahun 2015, Kementerian Perindustrian telah mengubah beberapa
struktur organisasi Unit – Unit Eselon I, termasuk diantaranya adalah
Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur yang menjadi Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka. Hal ini merupakan bagian dari
tindak lanjut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015
tentang Kementerian Perindustrian. Dengan adanya nomenklatur baru ini,
maka Direktorat Industri Material Dasar Logam yang sebelumnya bergabung
dengan Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur/ Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Tekstil dan Aneka, sejak tahun 2015 berada di bawah binaan
Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika.
Sementara itu, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
membentuk salah satu Direktorat binaan baru, yaitu Direktorat Industri Bahan
Galian non Logam yang sebelumnya berada pada Direktorat Industri Kimia
Hilir.
4
A. Perkembangan Kinerja Makro Sektor Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Tahun 2010 – 2014
Setelah mengalami perlambatan pertumbuhan pada periode tahun 2005-
2009, sektor industri pengolahan non-migas mampu kembali tumbuh cukup
tinggi pada periode tahun 2010 – 2014. Bahkan, sejak tahun 2011
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor industri pengolahan non-
migas mampu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan PDB nasional dan terus
berlangsung sampai dengan tahun 2014. Hal tersebut tidak luput dari
kontribusi pertumbuhan yang diberikan dari Sektor Industri Kimia, Tekstil dan
Aneka selama tahun 2009 – 2014 dengan kontribusi antara 27 – 28.83 persen
terhadap Industri Non Migas. Pengolahan non-migas juga mampu menjadi
motor utama penggerak perekonomian nasional yang dilihat dari besarnya
kontribusi PDB Sektor industri pengolahan non-migas terhadap PDB
nasional, yaitu hingga mencapai 17.82 persen. Kontribusi tersebut adalah
yang tertinggi dibandingkan kontribusi sektor perekonomian lainnya.
Meningkatnya kinerja pertumbuhan PDB sektor industri pengolahan non-
migas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu membaiknya
perekonomian di beberapa pasar utama tujuan ekspor produk industri pasca
adanya Quantitative Easing dan pelemahan ekonomi global, tingginya
realisasi investasi di sektor industri pengolahan non-migas, serta kebijakan
pemerintah dalam mendorong pembangunan industri nasional.
5
Gambar 1.1 : Pertumbuhan PDB Ekonomi dan Sektor Industri Kimia,
Tekstil dan Aneka 2011 - 2016
(Sumber : BPS, diolah Kemenperin)
Selama periode tahun 2010 – 2014 hampir seluruh cabang-cabang sektor
industri pengolahan non-migas mengalami pertumbuhan positif, meskipun
cenderung berfluktuatif yang disebabkan oleh ketidakpastian pemulihan
perekonomian global. Sedangkan untuk sektor Industri Kimia, Tekstil dan
Aneka seluruhnya mengalami pertumbuhan positif walaupun ada beberapa
diantaranya cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan seperti Industri
Pupuk, Kimia & Barang dari karet dan industri logam dasar besi dan baja yang
disebabkan oleh kurangnya pasokan gas bumi untuk industri pupuk dan
lambatnya hilirisasi pada industri-industri berbasis bahan tambang mineral.
-1.00
0.50
2.00
3.50
5.00
6.50
8.00
2011 2012 2013 2014 2015 prognosa 2016 Proyeksi
Ekonomi nasional
Indusri non migas
IKTA
6
Tabel 1.1 : Pertumbuhan Sektor Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
Tahun 2011 – 2014
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 (tr. 1)
Pertumbuhan (%)
Ekonomi Nasional 6.17 6.03 5.58 5.02 4.72
Industri Non Migas 7.46 6.98 5.45 5.61 5.24
Industri Kimia Tekstil dan Aneka
6.55 7.85 3.85 2.82 4.01
» Kimia Hulu 3.82 11.95 9.28 2.68 2.94
» Kimia Hilir 8.36 10.07 -2.93 3.29 10.49
» Bahan Galian Non Logam 7.78 7.91 3.34 2.39 -0.19
» Tekstil dan Aneka 6.51 3.51 5.76 2.74 4.90
(Sumber : BPS, diolah Kemenperin)
Selama periode tahun 2011 – 2014 cabang Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
yang mempunyai peran besar terhadap PDB sektor industri pengolahan non-
migas adalah Industri Kimia Hulu dengan kontribusi sebesar 7.69 persen
terhadap PDB Industri Non Migas. Industri Kimia Hulu tersebut dibagi menjadi
Petrokimia Hulu, Petrokimia Antara, Petrokimia Hilir dan Industri Kimia Hulu
Lainnya. Industri Kimia Hulu Lainnya berkontribusi 50.29 persen terhadap
total Industri Kimia Hulu pada tahun 2014, disusul dengan Industri Petrokimia
Antara, Industri Petrokimia Hulu dan Industri Petrokimia Hilir. Sementara itu,
Industri Kimia, Tekstil dan Aneka pada tahun 2015 Triwulan I berkontribusi
4.86 persen terhadap PDB Nasional. Secara umum, kontribusi Industri Kimia,
Tekstil dan Aneka mengalami penurunan dari tahun 2011. Hal ini disebabkan
adanya perlambatan ekonomi global yang sempat terjadi di berbagai negara
maju sehingga berpengaruh kepada negara – negara berkembang. Walaupun
begitu, diharapkan pada tahun 2015 – 2019 kontribusi komoditas Industri
Kimia, Tekstil dan Aneka kembali meningkat terhadap Industri Nasional.
7
Tabel 1.2 : Peran Tiap Cabang Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
terhadap PDB Sektor Industri Pengolahan Non Migas
Tahun 2011 – 2014
Dalam persen
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 (tr. 1)
Konstribusi terhadap PDB Nasional
Industri Kimia Tekstil dan Aneka 5.06
5.05
4.94
4.92
4.86
» Kimia Hulu 1.17
1.23
1.26
1.31
1.38
» Kimia Hilir 1.34
1.32
1.18
1.15
1.11
» Bahan Galian Non Logam 0.71
0.73
0.73
0.73
0.75
» Tekstil dan Aneka Industri
1.83
1.76
1.77
1.74
1.62
(Sumber : BPS, diolah Kemenperin)
Realisasi penyerapan investasi di sektor Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
selama periode tahun 2010 – 2014 mengalami tren peningkatan, baik dalam
bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN). Pada tahun 2013 penyerapan investasi Industri Kimia, Tekstil
dan Aneka mencapai Rp. 625,1 triliun, atau pertumbuhannya sekitar 9,40
persen dan penyerapan investasi hingga tahun 2014 mencapai Rp. 708,1
triliun. Meningkatnya realisasi investasi di sektor industri pengolahan non-
migas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain stabilitas makro ekonomi
Indonesia, stabilitas politik dalam negeri, pertumbuhan masyarakat kelas
menengah, serta upaya pemerintah dalam perbaikan iklim investasi melalui
penyederhanaan proses perizinan investasi dan pemberian insentif fiskal dan
non-fiskal bagi industri padat karya dan industri yang berorientasi ekspor.
8
Tabel 1.3 : Penyerapan Nilai Investasi Industri tahun 2010 – 2015
Rp. Triliun
Industri 2010 2011 2012 2013 2014 Pertb.
(%)
Penyerapan Nilai Investasi
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
478,2 511,7 562,3 625,1 708,1 9,40
A. Industri Kimia Dasar 233,0 241,7 258,6 282,0 303,9 6,62
B. Industri Kimia Hilir 75,0 91,1 112,7 137,6 171,9 22,54
C. Industri Galian Non Logam
D. Industri Tekstil dan Aneka
170,2 178,9 191,1 205,5 232,2 6,52
Keterangan : (*) Prognosa hingga Triwulan III 2015
(Sumber : BPS, diolah Kemenperin)
Dilihat dari penambahan investasi sektor Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
dari tahun 2010 – 2014 terjadi penambahan investasi yang cukup signifikan
hingga rata-rata pertumbuhannya mencapai 49,17 persen yang utamanya
disumbang dari cabang industri bahan galian non logam (seperti semen,
kapur, gips dan sejenis) yang pertumbuhannya mencapai 62,85 persen.
Tabel 1.4 : Penambahan Nilai Investasi Industri tahun 2010 – 2015
Rp. Triliun
Industri 2010 2011 2012 2013 2014 Pertb.
(%)
Penambahan Nilai Investasi
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
15,4 33,6 50,6 62,7 83,02 49,17
A. Industri Kimia Dasar 7,6 8,7 16,9 23,4 21,94 36,42
B. Industri Kimia Hilir 2,1 7,4 9,5 11,0 11,56 46,35
C. Industri Galian Non Logam
2,5 8,6 12,1 13,9 22,79 62,85
D. Industri Tekstil dan Aneka 3,1 8,8 12,1 14,4 26,73 61,29
Sumber : BPS, diolah Kemenperin
9
Gambar 1.2 : Penambahan Nilai Investasi
Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
(Sumber : BPS, diolah Kemenperin)
Cabang industri pengolahan non-migas yang paling banyak diminati baik oleh
investor lokal maupun asing untuk sektor Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
adalah: (1) industri kimia dan farmasi dengan nilai realisasi investasi sebesar
Rp. 137,76 triliun.
Gambar 1.3 : Komposisi Realisasi Investasi PMA dan PMDN Sektor Industri Pengolahan Non-Migas Tahun 2010 – Semester 1 2014
15.3643
33.5632
50.6281
62.7178
83.01910
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
2010 2011 2012 2013 2014
Rp.triliun
Series4
Series3
Series2
Ind. Makanan, 23.9%
Ind. Tekstil, 5.5%
Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki,
1.5%Ind. Kayu, 0.7%
Ind. Kertas & Percetakan,
9.7%
Ind. Kimia & Farmasi, 21.0%
Ind. Karet & Plastik, 5.2%
Ind. Mineral Non-Logam,
7.2%
Ind. Logam,
Mesin & Elektronik, 19.4%
Ind. Instrumen Kedokteran,
Presisi, Optik & Jam, 0.2%
Ind. KBM dan Alat
Transportasi Lainnya, 14.0%
Ind. Lainnya, 0.8%
10
Ekspor produk sektor industri kimia, tekstil, dan aneka selama periode 2010
– 2014 mencapai US$ 172,9 miliar dan memberikan kontribusi sebesar 19
persen dari total ekspor nasional yang sebesar US$. 909,8 miliar. Produk
sektor industri kimia, tekstil, dan aneka yang paling banyak diekspor adalah
produk industri tekstil dan aneka dengan nilai ekspor sebesar US$ 104,7
miliar, atau 18,5 persen dari dari total ekpor produk industri.
Sejak tahun 2012 terjadi tren penurunan ekspor produk industri pengolahan
non-migas bersamaan dengan menurunnya total ekspor nasional. Nilai
ekspor produk industri pengolahan non-migas mengalami penurunan sebesar
4,92 persen dari US$ 122,18 miliar pada tahun 2011 menjadi US$ 116,17
miliar pada tahun 2012 dan kembali mengalami penurunan sebesar 2,66
persen pada tahun 2013 menjadi US$ 113,09 miliar. Penurunan ekspor
produk industri pengolahan non-migas disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain ketidakpastian perekonomian global, serta permasalahan dalam
negeri seperti keterbatasan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
industri.
Tabel 1.4 : Perkembangan Nilai Ekpor Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Tahun 2010 – 2014
US$ Juta
Industri 2010 2011 2012 2013 2014 Pertb.
(%)
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
28.015,6 36.021,9 35.024,7 35.809,0 38.041,0 6,25
A. Industri Kimia Dasar
4.855,4 6.367,4 5.316,3 5.520,7 5.824,1 2,24
B. Industri Kimia Hilir
5.321,2 7.428,7 7.736,4 7.755,2 7.446,0 7,41
C. Industri Galian Non Logam
959,7 1.028,1 896,4 901,5 902,0 -2,52
D. Industri Tekstil dan Aneka
16.879,3 21.197,8 21.075,6 21.631,6 23.868,9 7,39
Perkembangan Kontribusi Ekspor IKTA Terhadap Ekspor Nasional
Ekspor Total 157.411,2 203.496,6 190.031,8 182.551,8 176.292,7 1,19
Kontribusi terhadap ekspor total
17,8 17,7 18,4 19,6 21,6
Ekspor Non Migas 129.373,5 162.019,6 153.054,6 149.918,8 145.960,8 1,65
11
Industri 2010 2011 2012 2013 2014 Pertb.
(%)
Kontribusi terhadap ekspor non migas
21,7 22,2 22,9 23,9 26,1
Ekspor Industri Non Migas
97.675,9 122.188,7 116.172,0 113.087,5 117.393,1 2,95
Kontribusi terhadap ekspor industri non migas
28,7 29,5 30,1 31,7 32,4
Sumber : BPS, diolah Kementerian Perindustrian
Impor sektor industri kimia, tekstil, dan aneka selama periode tahun 2010 –
2014 mencapai US$ 180,8 miliar, atau 20,82 persen dari total impor nasional
yang sebesar US$ 868,2 miliar. Dengan demikian maka defisit neraca
perdagangan sektor industri pengolahan non-migas selama tahun 2010 –
2014 mencapai -US$ 54,64 miliar. Semua sektor industri kimia, tekstil, dan
aneka mengalami tren peningkatan impor yaitu kelompok industri kimia dasar,
kelompok industri kimia hilir, kelompok industri galian non logam, dan
kelompok industri tekstil dan aneka. Sebagian besar produk impor kelompok
industri tersebut berasal dari negara-negara yang telah menandatangani
kesepakatan kerjasama perdagangan (free trade agreement) dengan
Indonesia.
Tabel 1.3 : Perkembangan Nilai Impor Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
Tahun 2010 – 2014
US$ juta
Industri 2010 2011 2012 2013 2014 Pertb
. (%)
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
27.395,3 36.986,4 38.085,1 39.130,6 39.156,2 8,01
A. Industri Kimia Dasar
12.787,4 18.054,0 18.823,0 18.160,7 18.367,1 7,57
B. Industri Kimia Hilir
5.982,1 7.270,6 7.437,0 8.788,4 8.523,0 9,39
C. Industri Galian Non Logam
813,1 985,4 1.526,8 1.458,8 1.520,6 17,87
12
Industri 2010 2011 2012 2013 2014 Pertb
. (%)
D. Industri Tekstil dan Aneka
7.812,8 10.676,3 10.298,3 10.722,7 10.745,5 6,63
Perkembangan Kontribusi Impor IKTA Terhadap Ekspor Nasional
Impor Total 134.225,6
177.435,6
191.691,0
186.628,7
178.178,8
6,36
Kontribusi terhadap impor total
29,9 30,1 30,5 30,8 30,8
Impor Non Migas 106.984,2
136.734,0
149.126,8
141.362,3
134.718,9
5,07
Kontribusi terhadap impor non migas
37,6 39,1 39,2 40,6 40,6
Impor Industri Non Migas
100.097,7
126.099,6
139.736,9
131.400,9
123.826,8
4,78
Kontribusi terhadap impor industri non migas
40,2 42,4 41,9 43,7 43,7
Sumber : BPS, diolah Kementerian Perindustrian
Beberapa permasalahan yang masih menjadi kendala terkait tingginya impor
produk industri diantaranya adalah produk industri dalam negeri yang belum
mampu bersaing dengan produk impor, masih tingginya impor bahan baku
dan bahan setengah jadi, dan belum berkembangnya industri komponen di
dalam negeri yang mampu menunjang industri barang modal. Dalam rangka
menekan laju impor tersebut pemerintah mendorong pengembangan industri
subtitusi impor dan mempercepat hilirisasi industri berbasis sumber daya
alam.
Hingga tahun 2014, jumlah tenaga kerja di sektor Industri Kimia, Tekstil, dan
Aneka mencapai 3.950.700 tenaga kerja, atau meningkat sebesar 8,76
persen dari jumlah tenaga kerja di sektor Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
pada tahun 2013 yaitu sebesar 3.582.200 tenaga kerja. Cabang industri yang
paling banyak menyerap tenaga kerja adalah industri tekstil dan aneka.
13
Tabel 1.6 : Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
Tahun 2010 – 2014 (dalam ribu orang)
Industri 2010 2011 2012 2013 2014 Pertb.
(%)
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
2.828,5 3.019,0 3.230,1 3.582,2 3.950,7 8,76
A. Industri Kimia Dasar
76,4 76,8 77,6 122,9 159,7 21,45
B. Industri Kimia Hilir
377,2 396,9 384,1 401,8 479,0 5,02
C. Industri Galian Non Logam
169,9 174,8 192,5 182,4 222,6 6,00
D. Industri Tekstil dan Aneka
2.204,9 2.370,4 2.576,0 2.875,2 3.089,3 9,06
Sumber : BPS, diolah Direktorat Jenderal BIM
B. Pencapaian Program Prioritas Sektor Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Sejak periode pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II tahun 2009
hingga saat ini, pembangunan di sektor industri telah dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka melalui berbagai
program dan kegiatan, baik program pengembangan industri prioritas
maupun program pendukung pelaksanaan program prioritas, dengan hasil-
hasil utama yang dicapai pada tahun 2009-2014 untuk Program Revitalisasi
dan Penumbuhan Industri Kimia, Tekstil dan Aneka menghasilkan :
1. Revitalisasi Industri Pupuk melalui penyediaan suplai gas sebagai
bahan baku industri pupuk dan pembangunan pabrik pupuk baru;
2. Peningkatan investasi dan pembangunan pabrik petrokimia butadiena,
kosmetika, acrylic acid, asam nitrat, super absorbent polyer, dan
pembangunan Center of Excellence Industri Petrokimia di Cilegon,
Banten;
3. Restrukturisasi Industri TPT dan Alas Kaki sejak tahun 2007-2014
dengan total nilai bantuan sebesar Rp 976 miliar dan menghasilkan
investasi sebesar Rp 9,96 triliun.
14
1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Berikut ini hasil identifikasi potensi dan permasalahan serta tindak lanjut yang
diperlukan untuk mengatasi permasalahan dan memanfaatkan potensi yang
ada dalam rangka mewujudkan visi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil
dan Aneka tahun 2015 – 2019.
A. Potensi
Dinamika Sektor Industri
1. Pertumbuhan jumlah dan penduduk serta peningkatan kesejahteraan
penduduk mendorong sektor industri manufaktur, sebagai penyumbang
kontribusi terbesar, untuk dapat tumbuh lebih tinggi.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan akan
memudahkan dan meningkatkan produksi produk Industri Kimia, Tekstil
dan Aneka.
3. Globalisasi proses produksi akan meningkatkan peluang akses pasar
luar negeri termasuk untuk produk Industri Kimia, Tekstil dan Aneka.
4. Indonesia memiliki potensi energi berbasis sumber daya alam
(batubara, panas bumi, air)
5. Peningkatan kepedulian terhadap lingkungan mendorong peningkatan
efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan
sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi
masyarakat.
Perjanjian Kerjasama Ekonomi dengan Negara Lain
Peluang bagi Industri Kimia, Tekstil dan Aneka untuk memperluas pasar bagi
produk-produk Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
Kebijakan Otonomi Daerah
Dengan adanya kesetaraan hubungan antara pemerintah pusat dengan
Pemerintah daerah, maka pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota
15
berpeluang untuk mempercepat pembangunan dan persebaran industri pada
Industri Kimia, Tekstil dan Aneka di daerah.
`
B. Permasalahan
Permasalahan utama yang masih dihadapi dalam pembangunan industri
nasional antara lain:
Dinamika Sektor Industri
1. Tidak meratanya persebaran dan tingkat pendapatan penduduk.
2. Rendahnya tingkat pendidikan, ketrampilan, dan produktivitas tenaga
kerja
3. Lemahnya penguasaan teknologi oleh sektor industri yang
menyebabkan daya saing produk industri lemah dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat.
4. Belum terpadunya pengembangan iptek di lembaga-lembaga penelitian
yang tersebar di berbagai instansi dengan dunia industri.
5. Keterlibatan industri nasional dalam rantai pasok global berpotensi
pada kerentanan terhadap gejolak perekonomian dunia
6. Kelangkaan energi yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan
energi sektor indutri. Pada tahun 2030 kebutuhan energi diperkirakan
akan meningkat menjadi hampir tiga kali lipat
7. Masih banyak industri yang belum menerapkan standar industri hijau
dalam kegiatan produksinya.
Perjanjian Kerjasama Ekonomi dengan Negara Lain
1. Semakin berkurangnya instrumen perlindungan, baik yang bersifat tarif
maupun non-tarif, bagi pengembangan, ketahanan maupun daya saing
industri di dalam negeri
2. Semakin derasnya arus impor produk barang dan jasa yang berpotensi
mengancam kondisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran
16
3. Semakin ketatnya persaingan antara pekerja asing dengan pekerja
domestik dengan adanya pergerakan pekerja terampil (Movement of
Natural Person – MNP), sehingga dikhawatirkan pekerja terampil asing
mengungguli pekerja terampil domestik
Kebijakan Otonomi Daerah
1. Permasalahan internal lambannya birokrasi, kualitas SDM aparatur,
dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
2. Permasalahan eksternal: keterbatasan ketersediaan infrastruktur dan
lahan industri. Otonomi daerah berdampak kepada pengelolaan
keuangan daerah dimana ruang gerak daerah dalam pembiayaan
sektor-sektor cenderung terbatasan dana yang dimiliki pemerintah
daerah karena sebagian besar dari pendapatan daerah dialokasikan
untuk belanja pegawai.
Infrastruktur
1. Tidak tersedianya secara memadai fasilitas jalan dan pelabuhan dalam
rencana pembangunan smelter untuk industri pengolahan mineral
terutama di kawasan timur Indonesia (Sulawesi, Kalimantan, dan
Papua).
2. Semakin menurunnya tingkat pelayanan jalan dan pelabuhan di Pulau
Jawa terutama di sekitar Jabodetabek yang diindikasikan dengan
meningkatnya waktu tempuh dari kawasan-kawasan industri ke
Pelabuhan Tanjung Priok dan waktu tunggu (dwelling time) yang lebih
lama di Pelabuhan Tanjung Priok.
Energi
1. Kurangnya pasokan gas untuk industri manufaktur, sebagai contoh
rencana revitalisasi 5 pabrik pupuk yang sudah tua dan boros energi
tidak bisa direalisasikan sepenuhnya karena keterbatasan pasokan
gas.
2. Belum tersedianya energi listrik yang dapat mencukupi kebutuhan
pembangunan smelter maupun industri baru lainnya.
17
3. Belum optimalnya diversifikasi energi.
Lahan
Belum terselesaikannya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sehingga
menghambat rencana investasi, contoh lahan untuk kawasan industri Sei
Mangke dan lahan untuk industri garam di Nagekeo
Regulasi
1. Tidak harmonisnya tarif bea masuk produk – produk industri antara hulu
dan hilir, contoh bea masuk PP dan PE sebagai bahan baku untuk
industri kemasan plastik sebesar 10% sedangkan bea masuk produk
hilir seperti barang jadi plastik sebesar 0%.
2. Belum optimalnya pemanfaatan insentif fiskal seperti tax holiday, tax
allowance dan BMDTP karena prosedur administrasi yang rumit dan
panjang.
3. Prosedur pengembalian restitusi pajak bagi wajib pajak yang
memanfaatkan fasilitas KITE relatif lama sehingga mengganggu cash
flow perusahaan
Ketergantungan impor bahan baku, barang modal dan bahan penolong
Masih tingginya ketergantungan industri dalam negeri terhadap impor bahan
baku, barang modal dan bahan penolong. Pada Tahun 2013, impor bahan
baku dan penolong sebesar US$ 89,54 miliar (68,14%), diikuti oleh barang
modal US$ 31,49 miliar (23,96%), dan barang konsumsi US$ 10,37 miliar
(7,38%). Hal ini disebabkan belum kuat dan dalamnya struktur industri karena
belum berkembangnya industri hulu dan antara sehingga sangat rentan
terhadap pengaruh kondisi sosial ekonomi negara asal dan menghabiskan
devisa dalam jumlah yang besar.
18
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN DITJEN INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL DAN
ANEKA
2.1. VISI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL DAN ANEKA
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan, dan tantangan yang
dihadapi ke depan sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab I, maka
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya sebagai salah satu unit tingkat Eselon I di Kementerian
Perindustrian dituntut untuk melakukan pengaturan, pembinaan, dan
pengembangan industri dibidang Kimia, Tekstil dan Aneka. Untuk itu, maka
disusunlah visi dan misi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
berdasarkan visi dan misi Kementerian Perindustrian yang akan dicapai
melalui pencapaian tujuan, sasaran strategis, dan pelaksanaan program dan
kegiatan utama maupun kegiatan pendukung sebagaimana digambarkan
pada peta strategis Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
pada gambar II.2. Dalam hal ini visi dan misi yang disusun berdasarkan
RPJMN Tahun 2015 – 2019.
Apabila keseluruhan hal tersebut dapat terpenuhi, maka berarti Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka telah mampu berperan dalam
mendukung pencapaian visi, misi, sasaran, dan target Kementerian
Perindustrian sebagaimana diamanatkan pada pembangunan nasional
RPJMN 2015 – 2019, serta mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan amanat UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur. Visi Kementerian Perindustrian tahun 2015
– 2019 adalah :
“Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan
Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan
Berkeadilan”
19
Sedangkan visi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka sebagai
turunan dari visi Kementerian Perindustrian tahun 2015 – 2019 adalah:
“Terwujudnya Industri Kimia, Tekstil dan Aneka yang Berdaya Saing
dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan
Berkeadilan”
2.2. MISI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL DAN ANEKA
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam
bentuk 4 (empat) misi sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka sebagai berikut :
1. Memperkuat dan memperdalam struktur Industri Kimia, Tekstil, dan
Aneka untuk mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya
saing, maju, dan berwawasan lingkungan;
2. Meningkatkan nilai tambah Industri Kimia, Tekstil dan Aneka di dalam
negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan
dengan meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi;
3. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
4. Mendukung pemerataan pembangunan Industri Manufaktur ke seluruh
wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan
nasional.
2.3. TUJUAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL DAN
ANEKA
Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi di atas, Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Tekstil dan Aneka menetapkan tujuan yang akan dicapai
dalam 5 (lima) tahun ke depan sesuai dengan Peta Strategis Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka. Ukuran keberhasilan pencapaian
tujuan tersebut melalui indikator tujuan yakni Meningkatnya Kontribusi PDB
industri kimia, tekstil, dan aneka dan Meningkatnya Pangsa Pasar Produk
industri kimia, tekstil, dan aneka terhadap total permintaan pasar dalam
negeri. Tujuan tersebut yaitu:
“Terbangunnya Industri Kimia, Tekstil dan Aneka yang tangguh dan
berdaya saing”
20
NO TUJUAN
INDIKATOR KINERJA
INDIKATOR SATUAN TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
1 Terbangunnya
Industri Kimia,
Tekstil dan
Aneka yang
tangguh dan
berdaya saing
Meningkatnya
Kontribusi PDB
industri kimia,
tekstil, dan aneka
Persen 38,47
38,21 38,09 37,99 37,87
Meningkatnya
Pangsa Pasar
Produk industri
kimia, tekstil,
dan aneka
terhadap total
permintaan pasar
dalam negeri
Persen 43,00 39,00 36,00 33,00 30,00
2.4. SASARAN STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA,
TEKSTIL DAN ANEKA
A. Perspektif Pemangku Kepentingan
Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya peran industri kimia, tekstil, dan
aneka dalam perekonomian nasional.
Meningkatnya peran industri kimia, tekstil, dan aneka di dalam perekonomian
nasional diindikasikan dengan laju pertumbuhan PDB industri kimia, tekstil,
dan aneka yang diharapkan tumbuh di atas pertumbuhan PDB nasional serta
meningkatnya kontribusi PDB industri kimia, tekstil, dan aneka terhadap PDB
nasional. Dengan demikian, Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) dari
sasaran strategis ini adalah :
1. Laju pertumbuhan PDB industri kimia, tekstil, dan aneka;
2. Kontribusi PDB industri kimia, tekstil, dan aneka terhadap PDB
Nasional.
21
Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar
negeri.
Meningkatnya penguasaan pasar dalam negeri dimaksudkan untuk
meningkatkan penjualan produk industri kimia, tekstil, dan aneka dalam negeri
dibandingkan dengan seluruh pangsa pasar. Sedangkan penguasaan pangsa
pasar di luar negeri dimaksudkan untuk meningkatkan nilai ekspor produk
industri kimia, tekstil, dan aneka sehingga dapat meningkatkan
rasio/perbandingan nilai ekspor industri kimia, tekstil, dan aneka terhadap nilai
ekspor nasional. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran
strategis ini adalah:
1. Kontribusi ekspor produk industri kimia, tekstil, dan aneka terhadap
ekspor nasional
Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor
industri kimia, tekstil, dan aneka.
Salah satu peran utama sektor industri dalam perekonomian nasional adalah
dengan menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan kerja yang
produktif. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini
adalah :
1. Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri kimia, tekstil, dan
aneka.
Sasaran Strategis 4 : Menguatnya struktur industri
Salah satu sasaran pembangunan industri adalah menguatnya struktur
industri kimia, tekstil, dan aneka melalui penumbuhan industri hulu dan industri
antara yang berbasis sumber daya alam. Struktur industri yang kuat
mempunyai ciri antara lain adanya kaitan (linkage) yang kuat dan sinergis
antar sub sektor industri dengan berbagai sektor ekonomi lainnya, memiliki
kandungan lokal yang tinggi, menguasai pasar domestik, memiliki produk
unggulan industri masa depan, tumbuh secara berkelanjutan, serta
mempunyai daya tahan (resilience) yang tinggi terhadap gejolak
perekonomian. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran
strategis ini adalah :
22
1. Rasio impor bahan baku, bahan penolong, dan bahan modal industri
kimia, tekstil dan aneka terhadap PDB industri kimia, tekstil, dan aneka.
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dalam perspektif pemangku
kepentingan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka.
B. Perspektif Proses Internal
Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya daya saing industri melalui
pengembangan standardisasi industri kimia,
tekstil, dan aneka.
Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri
dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor.
Standardisasi industri juga dapat dimanfaatkan untuk melindungi keamanan,
kesehatan, dan keselamatan manusia, hewan, dan tumbuhan, pelestarian
fungsi lingkungan hidup, pengembangan produk industri hijau serta
mewujudkan persaingan usaha yang sehat. Indikator kinerja sasaran strategis
(IKSS) dari sasaran ini adalah:
1. Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) industri kimia,
tekstil, dan aneka;
2. Jumlah regulasi teknis pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
(SNI), Standar Teknis (ST), dan/atau Pedoman Tata Cara (PTC)
secara wajib;
Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya investasi sektor industri kimia,
tekstil, dan aneka melalui fasilitasi pemberian
insentif fiskal dan non-fiskal
Dalam rangka pencapaian sasaran pengembangan industri kimia, tekstil, dan
aneka dibutuhkan pembiayaan investasi di sektor industri kimia, tekstil, dan
aneka yang bersumber dari penanaman modal dalam negeri dan penanaman
modal asing, serta penanaman modal pemerintah khususnya untuk
23
pengembangan industri strategis. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS)
dari sasaran ini adalah :
1. Nilai investasi di sektor industri kimia, tekstil, dan aneka
Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri
industri kimia, tekstil, dan aneka.
Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) merupakan suatu
kebijakan pemberdayaan industri yang bertujuan untuk meningkatkan
penggunaan produk dalam negeri oleh pemerintah, badan usaha dan
masyarakat, memberdayakan industri dalam negeri melalui pengamanan
pasar domestik, mengurangi ketergantungan kepada produk impor, dan
meningkatkan nilai tambah di dalam negeri; dan memperkuat struktur
industri dengan meningkatkan penggunaan barang modal, bahan baku,
komponen, teknologi dan sdm dari dalam negeri. Indikator kinerja sasaran
strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah :
1. Produk industri kimia, tekstil, dan aneka yang tersertifikasi Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya ketersediaan data sektor industri
melalui penyelenggaraan sistem informasi industri
nasional
Penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS) bertujuan untuk
menjamin ketersediaan, kualitas, kerahasiaan dan akses terhadap data
dan/atau informasi, mempercepat pengumpulan, penyampaian/ pengadaan,
pengolahan/ pemrosesan, analisis, penyimpanan, dan penyajian, termasuk
penyebarluasan data dan/atau informasi yang akurat, lengkap, dan tepat
waktu, dan mewujudkan penyelenggaraan Sistem Informasi Industri
Nasional yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas, inovasi, dan pelayanan
publik, dalam mendukung pembangunan industri kimia, tekstil, dan aneka.
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah :
1. Jenis data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional;
2. Jenis informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri
Nasional.
24
C. Perspektif Pembelajaran Organisasi
Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi
Agar pelaksanaan tugas dan fungsi pegawai dapat berjalan dengan baik,
maka diperlukan sarana dan prasarana kerja yang memadai, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari
sasaran ini adalah:
1. Tingkat pemenuhan sarana dan prasarana kerja
Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya kualitas perencanaan dan
penganggaran Ditjen Industri Kimia, Tekstil, dan
Aneka
Peningkatan kualitas perencanaan dan penganggaran di lingkungan
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka diharapkan dapat
menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan dengan memperhatikan penggunaan
sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkeadilan. Indikator
kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1. Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan
Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya kualitas pelaporan pelaksanaan
kegiatan dan anggaran
Pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sebagai tindak lanjut Tap MPR RI dan
Undang-Undang tersebut, mewajibkan tiap pimpinan Departemen/ Lembaga
Pemerintahan Non Departemen, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit
Kerja di dalamnya, membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang
serta berkala untuk disampaikan kepada atasannya. Laporan akuntabilitas
kinerja merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban dari pelaksanaan
kegiatan dan anggaran dalam rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang
25
baik (Good Governance). Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari
sasaran ini adalah:
1. Tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan;
2. Nilai SAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka.
Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan
kualitas tata kelola keuangan
Undang-Undang no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menuntut
adanya transparansi dan akuntabilitas dalam keuangan publik. Laporan
keuangan memang merupakan salah satu hasil dari transparansi dan
akuntabilitas keuangan publik. Dan ini berarti laporan keuangan yang disusun
pun harus memenuhi syarat akuntabilitas dan transparansi. Indikator kinerja
sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1. Tingkat kualitas laporan keuangan
26
Gambar 2.1. PETA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 – 2019
27
Gambar 2.2. PETA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA TAHUN 2015 – 2019
PERSPEKTIF
PEMANGKU
KEPENTINGAN
PERSPEKTIF
PROSES INTERNAL
PERSPEKTIF
PEMBELAJARAN
ORGANISASI
Terbangunnya industri kimia, tekstil, dan aneka yang
tangguh dan berdaya saing
Meningkatnya penyerapan tenaga
kerja di sektor Industri
Menguatnya struktur industri
3
4
Meningkatnya penguasaan pasar
dalam dan luar negeri
Meningkatnya peran industri dalam perekonomian
nasional
1
2
PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN TEKNIS
1. Meningkatnya investasi sektor industri kimia, tekstil, dan aneka melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal
2. Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standardisasi industri
3. Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri
sektor industri kimia, tekstil, dan aneka
INFRASTRUKTUR
4. Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional
PERENCANAAN DAN PELAPORAN AKUNTABILITAS
5. Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola keuangan
1. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
3. Meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran
4. Meningkatnya kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran
28
Tabel 0-1 Sasaran Strategis Dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Tahun 2015 – 2019
Kode
SS
Sasaran Strategis
(SS) Penjelasan SS
Kode
IKSS
Indikator Kinerja Sasaran
Strategis (IKSS)
Penjelasan IKSS Satuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
S1 Meningkatnya peran
industri kimia,
tekstil, dan aneka
dalam
perekonomian
nasional
Peran industri kimia, tekstil, dan aneka
dalam perekonomian diindikasikan
dengan perkembangan laju pertumbuhan
PDB industri kimia, tekstil, dan aneka dan
Kontribusi PDB industri kimia, tekstil, dan
aneka terhadap PDB nasional
S1.1 Laju
pertumbuhan
PDB industri
kimia, tekstil,
dan aneka
Laju pertumbuhan PDB industri kimia,
tekstil, dan aneka dihitung atas dasar
harga berlaku konstan tahun 2010 yang
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS).
Persen
S1.2 Kontribusi PDB
industri kimia,
tekstil, dan
aneka terhadap
PDB nasional
Kontribusi PDB industri kimia, tekstil, dan
aneka dihitung dengan membandingkan
nilai PDB industri kimia, tekstil, dan aneka
dengan nilai PDB Indonesia
Persen
S2 Meningkatnya
penguasaan pasar
dalam dan luar
negeri
Meningkatnya penguasaan pasar dalam
negeri dimaksudkan untuk meningkatkan
penjualan produk industri kimia, tekstil,
dan aneka dalam negeri dibandingkan
dengan seluruh pangsa pasar. Sedangkan
penguasaan pangsa pasar di luar negeri
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai
ekspor produk industri kimia, tekstil, dan
aneka sehingga dapat meningkatkan
rasio/perbandingan nilai ekspor industri
kimia, tekstil, dan aneka terhadap nilai
ekspor keseluruhan.
S2.1 Kontribusi ekspor
produk industri
kimia, tekstil,
dan aneka
terhadap ekspor
nasional
Perbandingan nilai ekspor produk industri
kimia, tekstil, dan aneka terhadap nilai
ekspor nasional setiap tahunnya.
Persen
S3 Meningkatnya
penyerapan tenaga
kerja di sektor
industri kimia,
tekstil, dan aneka
Meningkatkan kuantitas dan kualitas
penyerapan tenaga kerja melalui
penciptaan lapangan kerja produktif.
S3.1 Jumlah
penyerapan
tenaga kerja di
sektor industri
kimia, tekstil,
dan aneka
Jumlah tenaga kerja yang terserap di
sektor industri kimia, tekstil, dan aneka
Juta
Orang
29
Kode
SS
Sasaran Strategis
(SS) Penjelasan SS
Kode
IKSS
Indikator Kinerja Sasaran
Strategis (IKSS)
Penjelasan IKSS Satuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
S4 Menguatnya
struktur industri
Memperkuat struktur industri kimia,
tekstil, dan aneka dengan menumbuhkan
industri hulu dan antara yang berbasis
sumber daya alam
S4.1 Rasio impor
bahan baku,
bahan penolong
dan barang
modal terhadap
PDB Industri
Pengolahan non-
migas
Perbandingan nilai impor bahan baku,
bahan penolong, dan barang modal
terhadap PDB industri pengolahan non
migas yang diharapkan terus menurun.
Persen
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
T1 Meningkatnya daya
saing industri
melalui
pengembangan
standardisasi
industri kimia,
tekstil, dan aneka
Meningkatnya daya saing industri kimia,
tekstil, dan aneka melalui Penyusunan
SNI, ST dan PTC sesuai arah kebijakan
pembangunan industri, penerapan SNI
secara sukarela dan penerapan SNI, ST
dan PTC yang diberlakukan secara wajib
serta penguatan infrastruktur mutu
standardisasi industri
T1.1 Jumlah
Rancangan
Standar Nasional
Indonesia (RSNI)
industri kimia,
tekstil, dan
aneka
Rancangan SNI, Spesifikasi Teknis
dan/atau Pedoman Tata Cara sesuai
kebutuhan industri prioritas
RSNI
T1.2 Jumlah regulasi
teknis
pemberlakuan
SNI, ST dan/atau
PTC secara wajib
Regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST
dan/atau PTC secara wajib untuk
meningkatkan daya saing produk industri
kimia, tekstil, dan aneka
Regulasi
T2 Meningkatnya
investasi sektor
industri kimia,
tekstil, dan aneka
melalui fasilitasi
pemberian insentif
fiskal dan non-fiskal
Upaya meningkatkan investasi di industri
kimia, tekstil, dan aneka melalui
pemberian fasilitasi, promosi investasi
industri, serta pemberian insentif bagi
investasi di bidang industri
T2.1 Nilai investasi di
sektor industri
kimia, tekstil,
dan aneka
Jumlah realisasi investasi di sektor
industri kimia, tekstil, dan aneka
berdasarkan data yang dikeluarkan oleh
BKPM.
Rp triliun
T3 Meningkatnya
penggunaan produk
dalam negeri
industri kimia,
tekstil, dan aneka
Meningkatnya jumlah produk industri
kimia, tekstil, dan aneka yang mempunyai
sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN)
T3.1 Produk industri
kimia, tekstil,
dan aneka yang
tersertifikasi
Tingkat
Komponen Dalam
Negeri (TKDN)
Jumlah produk industri kimia, tekstil, dan
aneka yang diberikan sertifikat Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat
30
Kode
SS
Sasaran Strategis
(SS) Penjelasan SS
Kode
IKSS
Indikator Kinerja Sasaran
Strategis (IKSS)
Penjelasan IKSS Satuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
T4 Meningkatnya
ketersediaan data
sektor industri
melalui
penyelenggaraan
sistem informasi
industri nasional
Membangun Sistem Informasi yang
mampu mengumpulkan dan mengolah
data dan informasi industri secara
elektronik, terkoneksi antar sistem,
terjamin keamanan dan kerahasiannya
serta mudah diakses, sehingga dapat
meningkatkan pelayanan publik, efisiensi,
inovasi dalam pembangunan industri
T4.1 Jenis Data yang
tersedia pada
Sistem Informasi
Industri Nasional
Data yang tersedia dalam Sistem Informasi
Industri Nasional paling sedikit meliputi :
Data Industri; Data Kawasan Industri; data
perkembangan dan peluang pasar; dan
data perkembangan Teknologi Industri.
Database
T4.2 Jenis Informasi
yang tersedia
pada Sistem
Informasi
Industri Nasional
Informasi yang tersedia dalam Sistem
Informasi Industri Nasional paling sedikit
meliputi : perkembangan Industri;
perkembangan dan peluang pasar;
perkembangan Teknologi Industri;
perkembangan investasi dan sumber
pembiayaan Industri; perwilayahan
Industri; sarana dan prasarana Industri;
sumber daya Industri;dan kebijakan
Industri dan fasilitas Industri.
Jenis Informasi
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI
L1 Meningkatnya
ketersediaan sarana
dan prasarana
pendukung
pelaksanaan tugas
dan fungsi
Meningkatnya pemenuhan sarana dan
prasarana di Ditjen Industri Kimia, Tekstil,
dan Aneka
L1.1 Tingkat
pemenuhan
sarana dan
prasarana kerja
Tingkat pemenuhan sarana dan prasarana
kerja diukur dari perbandingan antara
kebutuhan dengan sarana dan prasarana
yang tersedia
Persen
31
Kode
SS
Sasaran Strategis
(SS) Penjelasan SS
Kode
IKSS
Indikator Kinerja Sasaran
Strategis (IKSS)
Penjelasan IKSS Satuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
L2 Meningkatnya
kualitas
perencanaan dan
penganggaran Ditjen
Industri Kimia,
Tekstil, dan Aneka
Meningkatnya kualitas perencanaan dan
penganggaran melalui sistem perencanaan
dan penganggaran yang aplikatif, terukur
dan akuntabel
L2.1 Tingkat
kesesuaian
rencana kegiatan
dengan dokumen
perencanaan
Persentase realisasi jumlah output dengan
output dokumen RKA-KL
Persen
L3 Meningkatnya
kualitas pelaporan
pelaksanaan
kegiatan dan
anggaran
Meningkatkan kualitas sistem pelaporan
pelaksanaan kegiatan dan anggaran
melalui Sistem pelaporan yang handal
L3.1 Tingkat
ketepatan waktu
penyampaian
laporan
Persentase jumlah unit kerja yang
menyampaikan laporan kegiatan tepat
waktu
Persen
L3.2 Nilai SAKIP
Ditjen Industri
Kimia, Tekstil,
dan Aneka
Nilai SAKIP Ditjen Industri Kimia, Tekstil,
dan Aneka yang dinilai oleh Kementerian
PAN & RB
Predikat
L4 Meningkatnya
transparansi,
akuntabilitas, dan
kualitas tata kelola
keuangan
Meningkatnya transparansi, akuntabilitas,
dan kualitas laporan keuangan keuangan
melalui Sistem tatakelola keuangan dan
BMN yang transparan dan akuntabel
L4.1 Tingkat kualitas
laporan
keuangan
Penilaian kualitas laporan keuangan Ditjen
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka dari Biro
Keuangan
Nilai
- 32 -
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
A. Visi-Misi Pembangunan Nasional
Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan
pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini,maka visi
pembangunan nasional untuk tahun 2015 – 2019 adalah:
TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN
BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 (tujuh) Misi
Pembangunan yaitu:
1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
negara kepulauan.
2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional.
7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
- 33 -
B. Strategi Pembangunan Nasional
Secara umum Strategi Pembangunan Nasional ditunjukan dalam gambar III-1
yang menggariskan hal-hal sebagai berikut :
1) Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019
adalah sebagai berikut :
a. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan
masyarakat;
b. Setiap upaya peningkatan kesejahteraan, kemakmuran,
produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin
melebar. Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan
produktivitas rakyat lapisan menengah ke bawah, tanpa
menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi
keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen
pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya
dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem.
2) Tiga Dimensi Pembangunan, yaitu :
a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.
Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kualitas ma-nusia
dan masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia
unggul dengan meningkatkan kecerdasan otak dan kesehatan fisik
melalui pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi. Manusia
Indonesia unggul tersebut diharap-kan juga mempunyai mental
dan karakter yang tangguh dengan perilaku yang positif dan
konstruktif. Karena itu pembangunan mental dan karakter menjadi
salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi
tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat, sehingga akan
dihasilkan pengusaha yang kreatif, inovatif, punya etos bisnis dan
mau mengambil risiko; pekerja yang berde-dikasi, disiplin, kerja
keras, taat aturan dan paham terhadap karakter usaha tempatnya
bekerja; serta masyarakat yang tertib dan terbuka sebagai modal
- 34 -
sosial yang positif bagi pembangunan, serta memberikan rasa
aman dan nyaman bagi sesama.
b. Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas :
- Kedaulatan pangan. Indonesia mempunyai modal yang cukup
untuk memenuhi kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat,
sehingga tidak boleh tergantung secara berlebihan kepada
negara lain.
- Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan. Dilakukan dengan
memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas,
batu-bara, dan tenaga air) dalam negeri.
- Kemaritiman dan kelautan. Kekayaan laut dan maritim
Indonesia harus dapat dimanfaatkan secara optimal bagi
kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat.
- Pariwisata dan industri. Potensi keindahan alam dan
keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal untuk
pengembangan pariwisata nasional. Sedangkan industri
diprioritaskan agar tercipta ekonomi yang berbasiskan
penciptaan nilai tambah dengan muatan iptek, keterampilan,
keahlian, dan SDM yang unggul.
c. Dimensi pemertaan dan kewilayahan
Pembangunan bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk
seluruh masyarakat di seluruh wilayah. Karena itu pembangunan
harus dapat menghilangkan/ memperkecil kesenjangan yang ada,
baik kesenjangan antarkelompok pendapatan, maupun
kesenjangan antarwilayah, dengan prioritas:
- Wilayah desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin,
karena penduduk miskin sebagian besar tinggal di desa;
- Wilayah pinggiran;
- Luar Jawa;
- Kawasan Timur.
- 35 -
3) Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlukan
sebagai prasayarat pembangunan yang berkualitas. Kondisi perlu
tersebut antara lain:
a. Kepastian dan penegakan hukum;
b. Keamanan dan ketertiban;
c. Politik dan demokrasi; serta
d. Tata kelola dan reformasi birokrasi.
4) Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya).
Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan
membutuhkan waktu yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat
yang dapat dijadikan contoh dan acuan masyarakat tentang arah
pembangunan yang sedang berjalan, sekaligus untuk meningkatkan
motivasi dan partisipasi masyarakat.
Gambar III-1 Strategi Pembangunan Nasional
1) Membangun untuk manusia dan masyarakat; 2) Upaya peningkatan kesejahteraan, kemakmuran, produktivitas tidak boleh
menciptakan ketimpangan yang makin melebar. Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah ke bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan;
3) Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem.
Kesehatan
DIMENSI PEMBANGUNAN
MANUSIA
Kedaulatan Energi dan
Ketenagalistrikan
Perumahan
Kedaulatan Pangan
DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR
UNGGULAN
DIMENSI PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN
Pendidikan Antar Kelompok Pendapatan
Antar Wilayah : (1) Desa, (2) Pinggiran, (3) Luar Jawa, (4)
Kawasan Timur
Kemaritiman
dan Kelautan
Mental / Karakter Pariwisata dan Industri
KONDISI PERLU
Kepastian dan Penegakan
Hukum
Politik dan Demokrasi
Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi
Keamanan dan Ketertiban
NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA
3 DIMENSI PEMBANGUNAN
QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA
- 36 -
C. Sembilan Agenda Prioritas
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang
berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian
dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam
pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA.
1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2) Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama
bangsa-bangsa Asia lainnya.
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik.
8) Melakukan revolusi karakter bangsa.
9) Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi social
Indonesia.
D. Sasaran Pokok Pembangunan Nasional
Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka
pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran
utama yang mencakup :
1) Sasaran makro;
2) Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat;
- 37 -
3) Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;
4) Sasaran Dimensi Pemerataan;
5) Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah;
6) Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.
Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai dalam
pembangunan nasional 2015-2019 serta mempertimbangkan lingkungan
strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke
depan, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah
:
1) Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan
Berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan
berkelanjutan merupakan landasan utama untuk mempersiapkan
Indonesia lepas dari posisi sebagai negara berpendapatan menengah
menjadi negara maju. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
ditandai dengan terjadinya transformasi ekonomi melalui penguatan
pertanian dan pertambangan, berkembangnya industri manufaktur di
berbagai wilayah, modernisasi sector jasa, penguasaan iptek dan
berkembangnya inovasi, terjaganya kesinambungan fiskal,
meningkatnya daya saing produk ekspor non migas terutama produk
manufaktur dan jasa, meningkatnya daya saing dan perananUMKM dan
koperasi, serta meningkatnya ketersediaan lapangan kerja dan
kesempatan kerja yang berkualitas.
2) Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam
(SDA) yang Berkelanjutan. Arah kebijakan peningkatan pengelolaan dan
nilai tambah SDA adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi
melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal pertanian,
meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian dan
perikanan, mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
mineral dan tambang lainnya, meningkatkan produksi dan ragam bauran
sumber daya energi, meningkatkan efisiensi dan pemerataan dalam
pemanfaatan energi, mengembangkan ekonomi kelautan yang
terintegrasi antar-sektor dan antar-wilayah, dan meningkatnya
- 38 -
efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan keragaman hayati Indonesia
yang sangat kaya.
3) Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Pertumbuhan dan
Pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat
konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan,
mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih,
sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk
mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem
transportasi massal perkotaan, yang kesemuanya dilaksanakan secara
terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-
Swasta.
4) Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan
Perubahan Iklim. Arah kebijakan peningkatan kualitas lingkungan hidup,
mitigasi bencana dan perubahan iklim adalah melalui peningkatan
pemantauan kualitas lingkungan dan penegakan hukum pencemaran
lingkungan hidup; mengurangi risiko bencana, meningkatkan
ketangguhan pemerintah dan masyarakat terhadap bencana, dan
memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
5) Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh. Landasan
pembangunan yang kokoh dicirikan oleh meningkatnya kualitas
pelayanan publik yang didukung oleh birokrasi yang bersih, transparan,
efektif dan efisien; meningkatnya kualitas penegakan hukum dan
efektivitas pencegahan dan pemberantasan korupsi, semakin
mantapnya konsolidasi demokrasi, semakin tangguhnya kapasitas
penjagaan pertahanan dan stabilitas keamanan nasional, dan
meningkatnya peran kepemimpinan dan kualitas partisipasi Indonesia
dalam forum internasional.
6) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan
Rakyat yang Berkeadilan. Sumberdaya manusia yang berkualitas
tercermin dari meningkatnya akses pendidikan yang berkualitas pada
semua jenjang pendidikan dengan memberikan perhatian lebih pada
penduduk miskin dan daerah 3T; meningkatnya kompetensi siswa
Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan Literasi; meningkatnya
akses dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama kepada para ibu,
- 39 -
anak, remaja dan lansia; meningkatnya pelayanan gizi masyarakat yang
berkualitas, meningkatnya efektivitas pencegahan dan pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan, serta berkembangnya jaminan
kesehatan.
7) Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah.
Pembangunan daerah diarahkan untuk menjaga momentum
pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan
meningkatkan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan
pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat;
mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan,
membangun kawasan perkotaan dan perdesaan; mempercepat
penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan mengoptimalkan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.
3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI
A. Industri Prioritas
Dengan memperhatikan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
tahun 2009 ditentukan 10 industri prioritas yang akan dikembangkan tahun
2015 - 2019. Kesepuluh industri prioritas tersebut dikelompokkan kedalam 6
(enam) industri andalan, 1 (satu) industri pendukung, dan 3 (tiga) industri hulu
dengan rincian sebagai berikut:
1. Industri Pangan;
2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan;
3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka;
4. Industri Alat Transportasi;
5. Industri Elektronika dan Telematika (ICT);
6. Industri Pembangkit Energi;
7. Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan Penolong;
8. Industri Hulu Agro;
9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam; dan
10. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara)
- 40 -
B. Perwilayahan Industri
Undang-Undang No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian mengamanatkan
bahwa pembangunan industri dilakukan dengan pendekatan sektoral yang
terencana dan pendekatan spasial yang terintegrasi. Pendekatan sektoral
yang terencana dilaksanakan melalui rencana pembangunan industri
nasional, sedangkan pendekatan spasial dilaksanakan melalui
pengembangan perwilayahan industri. Pengembangan perwilayahan industri
dilaksanakan dalam rangka percepatan penyebaran dan pemerataan industri
ke seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Cakupan
pelaksanaan pengembangan perwilayahan industri adalah Wilayah Pusat
Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Peruntukan Industri (KPI), Kawasan
Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM).
C. Pembangunan Sumber Daya Industri
Sumber daya industri adalah sumber daya yang digunakan untuk melakukan
pembangunan industri yang meliputi: (a) pembangunan sumber daya
manusia; (b) pemanfaatan sumber daya alam; (c) pengembangan dan
pemanfaatan Teknologi Industri; (d) pengembangan dan pemanfaatan
kreativitas dan inovasi; dan (e) penyediaan sumber pembiayaan.
D. Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri
Dalam rangka mewujudkan pembangunan industri nasional yang berdaya
saing perlu didukung melalui penyediaan sarana dan prasarana industri yang
memadai meliputi standardisasi industri, infrastruktur industri (kawasan
industri) dan sistem informasi industri.
E. Pembangunan Industri Hijau
Industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan
upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara
berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri
- 41 -
dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat
bagi masyarakat. Lingkup pembangunan industri hijau meliputi standarisasi
industri hijau dan pemberian fasilitas untuk industri hijau.
Penerapan industri hijau dilaksanakan dengan pemenuhan terhadap Standar
Industri Hijau (SIH) yang secara bertahap dapat diberlakukan secara wajib.
Untuk mendorong percepatan terwujudnya Industri Hijau, pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah dapat memberikan fasilitas kepada perusahaan
industri baik fiskal maupun non fiskal.
Strategi pengembangan Industri Hijau akan dilakukan yaitu:
1. mengembangkan industri yang sudah ada menuju industri hijau; dan
2. membangun industri baru dengan menerapkan prinsip-prinsip industri
hijau.
F. Pengembangan IKM
Industri Kecil dan Industri Menengah (IKM) ditetapkan berdasarkan jumlah
tenaga kerja dan nilai investasi, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha. Besaran jumlah tenaga kerja dan nilai investasi untuk Industri Kecil
dan Industri Menengah ditetapkan oleh Menteri. Dalam rangka meningkatkan
pengamanan terhadap pengusaha Industri Kecil dan Menengah dalam negeri
ditetapkan bahwa Industri Kecil hanya dapat dimiliki oleh warga negara
Indonesia, dan industri menengah tertentu dicadangkan untuk dimiliki oleh
warga negara Indonesia.
1. Sasaran Pengembangan IKM
Pengembangan IKM diharapkan akan meningkatkan jumlah unit
usaha IKM rata-rata sebesar 1 persen per tahun atau sekitar 30 ribu
unit usaha IKM per tahun dan peningkatan penyerapan tenaga kerja
rata-rata sebesar 3 persen per tahun.
2. Kebijakan Pengembangan IKM
Dalam rangka meningkatkan peran Industri Kecil dan Menengah, selain
- 42 -
langkah- langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan sektor
industri secara keseluruhan, juga akan diberlakukan berbagai langkah
kebijakan yang berpihak kepada IKM, yang antara lain meliputi: (a)
Industri Kecil hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia,
Industri yang memiliki keunikan dan merupakan warisan budaya
bangsa hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia, dan industri
menengah tertentu dicadangkan untuk dimiliki oleh warga negara
Indonesia; (b) IKM perlu ditingkatkan secara signifikan dalam rantai
suplai industri prioritas; (c) Perumusan kebijakan, penguatan kapasitas
kelembagaan, dan pemberian fasilitas bagi IKM.
3. Strategi Pengembangan IKM
Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan industri nasional,
upaya pengembangan IKM perlu terus dilakukan melalui strategi
pemanfaatan potensi bahan baku, penyerapan tenaga kerja,
pemanfaatan teknologi, inovasi dan kreativitas, program pengembangan
IKM.
3.3. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI
KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA
Dalam rangka mendukung arah kebijakan dan strategi Kementerian
Perindustrian yang mengacu pada arah kebijakan RPJMN 2015 -2019, sebagai
unit kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian maka Ditrektorat
Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka berkewajiban menyukseskan
pencapaian sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian
Perindustrian. Arah kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Tekstil, dan Aneka adalah sebagai berikut:
A. Industri Prioritas
Terkait dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009
ditentukan 10 industri prioritas yang akan dikembangkan tahun 2015 - 2019.
Industri prioritas yang menjadi Rencana Aksi Direktorat Jenderal Industri
Kimia, Tekstil, dan Aneka meliputi :
- 43 -
1. Industri Farmasi, dan Kosmetik;
2. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka;
3. Industri Bahan Galian Bukan Logam; dan
4. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara).
Pembangunan industri prioritas periode tahun 2015-2019 dilaksanakan
dengan mengacu pada rencana aksi yang telah diamanatkan oleh Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional. Rencana aksi pembangunan untuk
masing- masing industri prioritas adalah sebagaimana tabel berikut:
Tabel 3.1 Rencana Aksi Pembangunan Industri Prioritas
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
No Industri Prioritas Rencana Aksi
1.
INDUSTRI FARMASI, KOSMETIK DAN ALAT KESEHATAN Sediaan herbal, Garam farmasi, Golongan Cefalosporin, Amlodipine, Glucose Parmaceutical Grade (for infusion), Amoxicillin, Glimepiride, Parasetamol, Produk Kosmetik, Bahan baku tambahan pembuatan obat (excipient)
1. Meningkatkan penguasaan teknologi proses dan rekayasa produk industri farmasi dan kosmetik melalui penelitian dan pengembangan yang terintegrasi;
2. Memfasilitasi pengembangan dan pembangunan industri bahan baku farmasi dan kosmetik untuk substitusi impor;
3. Mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri, termasuk meningkatkan keterkaitan antara industri besar dan industri kecil dan menengah;
- 44 -
No Industri Prioritas Rencana Aksi
4. Memperkuat infrastruktur dalam rangka penerapan Standar Farmakope Indonesia bagi industri farmasi dan kosmetik;
5. Mengembangkan sektor petrokimia hulu untuk mengurangi ketergantungan bahan baku;
6. Mengembangkan riset dan manufaktur produk bioteknologi dan herbal yang terstandar dan terintegrasi;
7. Membangun kompetensi dan kapabilitas riset farmasi untuk produk bioteknologi dan herbal;
8. Melakukan penguasaan teknologi dan membangun kemampuan manufaktur berstandar internasional;
9. Meningkatkan kemampuan
uji klinik.
2.
INDUSTRI TEKSTIL, KULIT, ALAS KAKI DAN ANEKA a. Industri Tekstil: Serat tekstil,
Rajut, Garmen fashion, Tekstil Khusus.
b. Industri Kulit dan Alas Kaki: Alas kaki, Produk kulit khusus, Kulit sintetis, bahan kulit non- konvensional.
c. Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu: Kerajinan, ukir- ukiran dari kayu, Furniture kayu dan rotan
d. Industri Plastik, Pengolahan Karet dan Barang dari Karet: Plastik untuk keperluan umum, karet untuk keperluan umum, dan karet untuk keperluan khusus (antara lain: untuk kesehatan, otomotif, dan elektronik)
Industri Tekstil 1. Pendirian pabrik serat
sintetik yang berorientasi pasar domestik & eskpor (dengan pengutamaan kebutuhan domestik;
2. Pengembangan industri pewarna tekstil dan aksesoris;
3. Perumusan kebijakan Pemerintah untuk industri garmen agar dipersyaratkan menggunakan kain dalam negeri secara bertahap;
4. Pengembangan kompetensi kerja SDM industri tekstil sesuai Standar Kompetensi
- 45 -
No Industri Prioritas Rencana Aksi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
5. Penguatan tempat uji kompetensi (TUK) dan lembaga sertifikasi SDM industri tekstil;
6. Peningkatan kemampuan, kualitas & efisiensi industri TPT termasuk IKM melalui pelatihan desain dan teknologi proses termasuk untuk mewujudkan industri hijau;
7. Pendirian pusat desain dan pusat inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing industri tekstil;
8. Melanjutkan Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan ITPT untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi;
9. Pemberian insentif bagi investor industri tekstil khusus berteknologi tinggi;
10. Harmonisasi sistem perpajakan antara pajak keluaran dan pajak masukan dikaitkan dengan jangka waktu restitusi;
11. Pengembangan kebijakan sistem agunan mesin tekstil untuk pembiayaan industri;
12. Pengembangan kebijakan pengamanan industri dalam negeri melalui safeguards dan tindakan pengamanan lainnya;
13. Pengembangan standardisasi &
- 46 -
No Industri Prioritas Rencana Aksi
perlindungan terhadap Hak atas kekayaan intelektual design produk tekstil;
14. Peningkatan peran asosiasi untuk memperkuat kolaborasi antar pelaku industri sepanjang rantai pasok industri tekstil dan produk tekstil.
Industri Kulit dan Alas Kaki 1. Pengembangan industri
bahan baku kulit sintetis dalam negeri;
2. Standarisasi bahan baku untuk industri kulit dan alas kaki untuk mencegah barang impor berkualitas rendah;
3. Pemetaan potensi industri kulit dan alas kaki nasional;
4. Penguatan sentra IKM melalui penguatan kelembagaan dan teknologi;
5. Peningkatan kemampuan (terutama ergonomical design) industri alas kaki yang telah memiliki pangsa pasar tinggi untuk bersaing secara global;
6. Perlindungan hak atas kekayaan intelektual design produk alas kaki yang dihasilkan di dalam negeri;
7. Peningkatan promosi industri alas kaki customized secara ekslusif pada forum resmi nasional dan internasional untuk memunculkan industri kelas dunia;
- 47 -
No Industri Prioritas Rencana Aksi
8. Peninjauan kebijakan ekspor bahan bakukulit mentah (wet blue);
9. Koordinasi dengan sektor peternakan untuk mengatasi hambatan kualitas bahan baku terkait persyaratan kesehatan hewan;
10. Pengembangan teknologi pengolahan limbah penyamakan kulit;
11. Penyebaran industri kulit dan alas kaki dengan memperhatikan potensi sumber daya wilayah termasuk kewajiban pemenuhan UMR;
12. Pendirian pusat desain dan pusat inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing industri kulit dan alas kaki;
13. Melanjutkan Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan IAK dan IPK untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi;
14. Harmonisasi sistem perpajakan antara pajak keluaran dan pajak masukan dikaitkan dengan jangka waktu restitusi;
15. Peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan industri kulit khusus untuk penggunaan di sektor industri lainnya.
Industri Furnitur dan Barang Lainnya Dari Kayu 1. Melakukan pendampingan
dan mentoring terhadap IKM dalam rangka mendapatkan sertifikat legalitas kayu (SVLK)
- 48 -
No Industri Prioritas Rencana Aksi
2. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) melalui koordinasi dengan instansi terkait dan kemitraan serta integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir.
3. Meningkatkan kemampuan SDM dalam penguasaan teknik produksi dan desain untuk meningkatkan daya saing dan kualitas produk
4. Pembangunan pendidikan kejuruan dan vokasi bidang pengolahan kayu, rotan dan furniture.
5. Penerapan teknologi pemanfaatan bahan baku alternatif dari (kayu sawit, kayu karet, dsb)
6. Fasilitas akses terhadap sumber pembiayaan yang kompetitif untuk meningkatkan kinerja ekspor furnitur
7. Meningkatkan promosi dan perluasan pasar guna mendorong tumbuhnya industri furniture rotan dalam negeri
Industri Plastik, Pengolahan Karet dan barang dari karet 1. Memfasilitasi
pengembangan industri plastik, pengolahan karet dan barang dari karet untuk produk keperluan umum.
2. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan terintegrasi sebagai upaya penguasaan teknologi proses dan rekayasa produk industri plastik, pengolahan karet dan barang dari karet
3. Memperkuat kemampuan nasional untuk
- 49 -
No Industri Prioritas Rencana Aksi
memproduksi mesin dan peralatan produksi dari industri plastik dan karet hilir
4. Mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri, termasuk meningkatkan keterkaitan antara industri besar dan industri kecil dan menengah.
5. Memperkuat infrastruktur dalam rangka pemberlakuan SNI wajib
6. Pengembangan sektor plastik hulu untuk mengurangi ketergantungan bahan baku
7. Peningkatan kompetensi SDM.
3.
INDUSTRI BAHAN GALIAN BUKAN LOGAM a. Industri bahan galian non-
logam: 1. Semen, Keramik, Kaca/gelas, Kaca/gelas Pharmaceutical Grade, Refractory, Zirkonia, zirkon silikat, bahan kimia zirkon, Zirkon Opacifier
1. Meningkatkan penerapan dan pengawasan SNI wajib, serta penguatan infrastruktur standardisasi.
2. Penerapan industri hijau 3. Peningkatan penggunaan
produksi dalam negeri 4. Fasilitasi penyediaan
lahan dan konsesi penambangan untuk investasi baru, khususnya di luar Pulau Jawa.
5. Menjamin pasokan batubara dan mendorong produsen semen untuk melakukan efisiensi dan diversifikasi energi.
6. Menyiapkan SDM lokal yang kompeten.
7. Menyusun SKKNI bidang industri semen
4.
INDUSTRI KIMIA DASAR BERBASIS MIGAS DAN BATUBARA
a. Industri Petrokimia Hulu: Etilena, Propilena, Butadiene, P-xylena, Metanol, Ammonia.
b. Industri Kimia organik: Carbon black, Asam Tereftalat, Asam
1. Memfasilitasi pendirian pabrik petrokimia hulu dengan bahan baku gas di Teluk Bintuni, bahan baku CBM di Sumatra Selatan dan Kalimantan Selatan, bahan baku shale gas di Sumatera Utara, dan
- 50 -
No Industri Prioritas Rencana Aksi
Asetat, Akrilonitril, Bis Fenol A. c. Industri Pupuk: Pupuk tunggal
(basis nitrogen), pupuk majemuk.
d. Industri Resin Sintetik dan Bahan Plastik: Low- density polyethylene (LDPE), High-density polyethylene (HDPE), Polypropylene (PP), Nilon, Polyethylene terephthalate (PET), Akrilik, Polyvinyl Chloride (PVC)
e. Industri Karet Alam dan Sintetik: Butadiene Rubber (BR), Styrene Butadiene Rubber (SBR), Engineering natural rubber compound
f. Industri Barang Kimia lainnya: Propelan
bahan baku batubara di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan.
2. Pengembangan produk aromatik di Tuban dan Cilacap
3. Mendorong produsen petrokimia hulu untuk melakukan efisiensi dan diversifikasi energi.
4. Melakukan revitalisasi industri petrokimia eksisting yang mengalami permasalahan pasokan bahan baku dan/atau administrasi.
5. Memfasilitasi calon investor dalam mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam pendirian pabrik petrokimia hulu (penyediaan lahan, jaminan bahan baku, perizinan, infrastruktur, Amdal, dll)
5. Menyiapkan SDM lokal yang kompeten.
6. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi proses dan rekayasa produk industri petrokimia melalui penelitian dan pengembangan yang terintegrasi
7. Fasilitasi kerjasama teknologi untuk pengembangan bahan baku alternatif industri petrokimia (teknologi gasifikasi batubara, methanol to olefin)
8. Optimalisasi penggunaan kondensat untuk bahan baku industri petrokimia nasional
9. Mendorong hilirisasi industri petrokimia hulu melalui kerjasama dengan industri petrokimia antara dan hilir dalam rangka penguatan dan pendalaman struktur industri petrokimia.
- 51 -
No Industri Prioritas Rencana Aksi
10. Memfasilitasi pendirian pabrik industri kimia organik
11. Memfasilitasi ketersediaan bahan baku dan pasar bagi pendirian pabrik industri kimia organik melalui kerjasama hulu-hilir.
12. Mendorong adanya revitalisasi pabrik pupuk urea untuk menurunkan konsumsi gas bumi sebagai bahan baku.
13. Mendorong pengembangan industri intermediate untuk bahan baku industri pupuk (Asam Phosphate)
14. Fasilitasi kerjasama teknologi untuk pengembangan bahan baku alternatif industri pupuk (teknologi gasifikasi batubara)
15. Memfasilitasi pendirian industri resin sintetik dan bahan plastik
16. Memfasilitasi terbukanya pasar industri resin sintetik dan bahan plastik melalui kerjasama hulu-hilir (petrokimia hulu dan industri barang plastik)
17. Memfasilitasi pendirian pabrik industri BR, SBR, IR, ABS, dan EPDM di Cilegon, Banten
18. Memfasilitasi terbukanya pasar industri Karet Sintetik melalui kerjasama hulu-hilir
19. Memfasilitasi pembangunan industri propelan kapasitas 800 ton/tahun di Energetic Material Centre, Subang, Jawa Barat.
20. Memastikan terjadinya transfer teknologi dan adanya jaminan kesinambungan suplai bahan baku industri propelan
21. Mendorong pemakaian teknologi dan produk
- 52 -
No Industri Prioritas Rencana Aksi
dalam negeri dalam pembangunan dan pengembangan industri propelan
B. Pembangunan Sumber Daya Industri
Sesuai dengan arah kebijakan Kementerian Perindustrian maka Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka melakukan pembangunan industri
yang meliputi:
1. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri
Pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri berbasis kompetensi
untuk tenaga kerja industri dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas tenaga kerja Industri dan mewujudkan kesesuaian antara
sistem pengupahan dengan produktivitas kerja guna memberikan
perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja Industri.
Program pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri berbasis
kompetensi meliputi :
a. Penyusunan dan penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI);
b. Pembangunan sistem sertifikasi kompetensi;
2. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Pemanfaatan, penyediaan dan penyaluran sumber daya alam untuk
perusahaan industri dan perusahaan kawasan industri diselenggarakan
melalui prinsip tata kelola yang baik dengan tujuan untuk menjamin
penyediaan dan penyaluran sumber daya alam yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku, bahan penolong, energi dan air
baku bagi industri agar dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien,
ramah lingkungan dan berkelanjutan guna menghasilkan produk yang
berdaya saing serta mewujudkan pendalaman dan penguatan struktur
industri.
Dalam rangka menjamin ketersediaan sumber daya alam bagi
pengembangan industri hulu terutama industri yang berbasis mineral
- 53 -
tambang dan batubara, migas, maka pemerintah akan melakukan
beberapa hal sebagai berikut sebagai berikut :
a. Pengelolaan sumber daya alam secara efisien, ramah lingkungan
dan berkelanjutan melalui penerapan tata kelola yang baik
antara lain meliputi:
1) Penyusunan rencana pemanfaatan sumber daya alam
2) Manajemen pengolahan sumber daya alam
3) Implementasi pemanfaatan sumber daya yang efisien paling
sedikit melalui penghematan, penggunaan teknologi yang
efisien dan optimasi kinerja proses produksi,
4) Implementasi pemanfaatan sumber daya yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan dengan prinsip pengurangan
limbah (reduce), penggunaan kembali (reuse), pengolahan
kembali (recycle); dan pemulihan (recovery).
5) Audit tata kelola pemanfaatan sumber daya alam.
b. Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alam
Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alam
ditujukan untuk memenuhi rencana pemanfaatan dan kebutuhan
perusahaan industri dan perusahaan kawasan industri, antara lain
meliputi :
1) Penetapan bea keluar,
2) Penetapan kuota ekspor,
3) Penetapan kewajiban pasokan dalam negeri, dan
4) Penetapan batasan minimal kandungan sumber daya alam
c. Jaminan Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam
Jaminan Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam
diutamakan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bahan
baku, bahan penolong dan energi dan air baku industri dalam
negeri yang mencakup:
1) Penyusunan rencana penyediaan dan penyaluran
Sumber Daya Alam berupa paling sedikit nerasa
- 54 -
ketersediaan Sumber Daya Alam,
2) Penyusunan rekomendasi dalam rangka penetapan
jaminan penyediaan dan penyaluran Sumber Daya Alam,
3) Pemetaan jumlah, jenis dan spesifikasi sumber daya
alam, serta lokasi cadangan sumber daya alam,
4) Pengembangan industri berbasis sumber daya alam
secara terpadu;
5) Diversifikasi pemanfaatan sumber daya alam secara
efisien dan ramah lingkungan di Perusahaan
Industri dan Perusahaan Kawasan Industri;
6) Pengembangan potensi sumber daya alam secara
optimal dan mempunyai efek berganda terhadap
perekonomian suatu wilayah;
7) Pengembangan pemanfaatan Sumber Daya Alam melalui
penelitian dan pengembangan;
8) Pengembangan jaringan infrastruktur penyaluran sumber
daya alam untuk meningkatkan daya saing Perusahaan
Industri dan Perusahaan Kawasan Industri;
9) Fasilitasi akses kerjasama dengan negara lain dalam hal
pengadaan Sumber Daya Alam;
10) Penetapan kebijakan impor untuk Sumber Daya Alam
tertentu dalam rangka penyediaan dan penyaluran
Sumber Daya Alam untuk Perusahaan Industri dan
Perusahaan Kawasan Industri,
11) Pengembangan investasi pengusahaan Sumber Daya
Alam tertentu di luar negeri,
12) Pemetaan dan penetapan wilayah penyediaan Sumber
Daya Alam terbarukan,
13) Konservasi Sumber Daya Alam terbarukan;
14) Penanganan budi daya dan pasca panen Sumber
Daya Alam terbarukan,
15) Renegosiasi kontrak eksploitasi pertambangan Sumber
Daya AlamTertentu,
- 55 -
16) Menerapkan kebijakan secara kontinu atas efisiensi
pemanfaatan Sumber Daya Alam, dan
17) Penerapan kebijakan diversifikasi energi untuk industri.
3. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri
Pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi industri
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah,
daya saing dan kemandirian industri nasional. Penguasaan teknologi
dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebutuhan industri dalam negeri agar dapat bersaing
di pasar dalam negeri dan pasar global.
Pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi industri
dilakukan melalui:
a. Peningkatan sinergi program kerjasama litbang antara balai-
balai industri dengan lembaga riset pemerintah, lembaga riset
swasta, Perguruan tinggi, dunia usaha dan lembaga riset untuk
menghasilkan produk litbang yang aplikatif dan terintegrasi.
b. Implementasi pengembangan teknologi baru melalui pilot plant
atau yang sejenis.
c. Pemberian jaminan resiko terhadap pemanfaatan teknologi
yang dikembangkan berdasarkan hasil litbang dalam negeri.
d. Pemberian insentif bagi industri yang melaksanakan kegiatan R&D
dalam pengembangan industri dalam negeri.
e. Pemberian insentif dalam bentuk royalti kepada unit R&D dan
peneliti yang hasil temuannya dimanfaatkan secara komersial di
industri
f. Peningkatan transfer teknologi melalui proyek putar kunci (turn
key project) apabila belum tersedia teknologi yang diperlukan di
dalam negeri.
g. Mendorong relokasi unit R&D milik perusahaan industri PMA
melalui skema insentif pajak (double tax deductable) terutama
bagi industri yang berorientasi ekspor dan sifat siklus umur
teknologinya singkat atau berubah cepat.
- 56 -
h. Meningkatkan kontribusi hasil kekayaan intelektual berupa
desain, paten dan merk dalam produk industri untuk
meningkatkan nilai tambah.
i. Melakukan audit teknologi terhadap teknologi yang dinilai tidak
layak untuk industri antara lain boros energi, beresiko pada
keselamatan dan keamanan, serta berdampak negatif pada
lingkungan.
j. Mendorong tumbuhnya pusat-pusat inovasi (center of excellence)
pada wilayah pusat pertumbuhan industri.
k. Mendorong terjadinya transfer teknologi dari perusahaan atau
tenaga kerja asing yang beroperasi di dalam negeri.
l. Pemberian penghargaan bagi rintisan, pengembangan, dan
penerapan teknologi industri.
C. Pembangunan Sarana Dan Prasarana Industri
Dalam rangka mewujudkan pembangunan industri nasional yang berdaya
saing perlu didukung melalui penyediaan sarana dan prasarana industri yang
memadai meliputi:
1. Standardisasi Industri
Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing
industri dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor.
Standardisasi industri juga dapat dimanfaatkan untuk melindungi
keamanan, kesehatan, dan keselamatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pengembangan
produk industri hijau serta mewujudkan persaingan usaha yang
sehat.
Pengembangan Standardisasi industri meliputi perencanaan,
pembinaan, pengembangan dan Pengawasan untuk Standar Nasional
Indonesia (SNI), Spesifikasi Teknis (ST) dan Pedoman Tata Cara
(PTC). Sasaran pengembangan standardisasi Direktorat Jenderal Industri
Kimia, Tekstil, dan Aneka tahun 2015 – 2019 adalah sebagai berikut:
Pengembangan standardisasi industri yang akan dilakukan meliputi:
a. Pengembangan standardisasi industri dalam rangka
- 57 -
peningkatan kemampuan daya saing industri melalui:
1) Perumusan standar
2) Penerapan standar
3) Pengembangan standar
4) Pemberlakuan standar
5) Pemberian fasilitas bagi perusahaan Industri kecil dan
Industri menengah baik fiskal maupun non fiskal.
b. Pengembangan infrastruktur untuk menjamin kesesuaian
mutu produk industri dengan kebutuhan dan permintaan pasar
meliputi :
1) Pengembangan pengawasan standar
2. Sistem Informasi Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Pembangunan sistem informasi melalui pendataan industri dalam
rangka monitoring perkembangan industri kimia, tekstil, dan aneka
dengan tujuan sebagai berikut:
a. Tersedianya data industri yang menggambarkan kondisi industri
saat ini yang mencakup data umum perusahaan (termasuk data
manajemen perusahaan dan sumber daya manusia), data pabrik
dan utilitas yang dipergunakan, data kapasitas dan realisasi
produksi, data pemasaran, data pemakaian bahan baku dan bahan
penolong, data penggunaan energi, bahan bakar dan air, data
penerapan teknologi, data pengelolaan limbah serta data
penyerapan tenaga kerja langsung pada proses produksi.
b. Tersedianya informasi kondisi dan permasalahan terkait dengan
infrastruktur dan iklim usaha industri.
c. Tersedianya informasi deskriptif agregat industri berdasarkan
dimensi waktu, lokasi industri, bidang usaha, skala usaha, Negara
tujuan pasar, Negara asal bahan baku dan penolong dengan
informasi tentang penyerapan tenaga kerja, realisasi produksi,
pemasaran produk serta pemakaian sumber daya seperti bahan
- 58 -
baku, bahan penolong, energi, bahan bakar dan air sebagai bahan
analisa perkembangan industri
d. Tersedianya informasi tingkat kemampuan industri pada tingkat
perusahaan industri dan agregat yang meliputi:
1) Aspek produksi
2) Aspek manajemen perusahaan
3) Aspek pengelolaan lingkungan
4) Aspek teknologi
5) Aspek pemasaran
e. Tersedianya Sistem Informasi Pengolahan Data sebagai sarana
pembaruan data industri dan validasi data,
f. Tersedianya Sistem Representasi Informasi Industri sebagai
sarana penyajian informasi perkembangan industri kimia, tekstil,
dan aneka,
g. Tersedianya infrastruktur sistem meliputi perangkat keras,
perangkat lunak serta perangkat komunikasi data.
Sistem Informasi Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka mencakup 2 (dua)
kegiatan utama yaitu pembangunan dan pengadaan infrastruktur sistem
serta pembangunan sistem informasi.
a. Pembangunan Sistem Informasi.
Sistem informasi industri kimia, tekstil dan aneka terdiri dari dua
kelompok sistem yaitu sistem untuk pengolahan dan validasi data
industri serta sistem untuk representasi informasi perkembangan
industri yang didukung dengan sistem administrasi untuk mengatur
akses pengguna sistem. Pelaksana pekerjaan wajib
mendokumentasikan software engineering design untuk sistem ini,
termasuk mock up system secara keseluruhan.
i. Sistem Pengolahan Data Industri.
Sistem ini terdiri dari tiga modul yaitu Sistem Pengolahan Data
Industri, Sistem Validasi Data Industri dan Sistem
Representasi Informasi Perkembangan Industri.
- 59 -
Sistem Pengolahan Data Industri (module administrasi)
merupakan aplikasi berbasis web dan database yang
dipergunakan oleh industri untuk mengolah data industri
secara self declare untuk disampaikan kepada Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka.
Sistem Validasi Data Industri (module validasi)
merupakan aplikasi berbasis web dan database yang
dipergunakan oleh validator data, untuk validasi data
industri yang disampaikan oleh perusahaan industri
secara self declare.
Sistem Representasi Informasi Perkembangan Industri
(module eksekutif) merupakan sebuah sistem berbasis
data warehouse untuk menyajikan informasi
perkembangan industri dalam format charts, pivot table,
peta tematik, dan tabulasi sesuai dengan aspek
perkembangan industri
ii. Sistem Administrasi dengan fitur utama untuk mengelola
pendaftaran (registrasi) industri dan mengatur hak akses
pengguna sistem.
- 60 -
3.4. KERANGKA REGULASI
Kerangka regulasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka pada
dasarnya mengacu kepada UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Namun untuk mendukung pelaksanaan rencana pembangunan industri ke
depan masih diperlukan peraturan-peraturan pendukung untuk menciptakan
iklim usaha di bidang industri termasuk peraturan mengenai Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional, karena kerangka regulasi merupakan
instrumen yang penting dalam memberikan kepastian dan perlindungan
hukum dalam pembangunan industri nasional.
Adapun beberapa regulasi yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka didalam penyusunannya meliputi :
Tabel 3.2 Regulasi Yang Menjadi Tanggung Jawab Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
No
Arah Kerangka Regulasi
dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan
Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting,
Kajian dan Penelitian
Unit
Penanggung jawab
Unit Terkait /Instansi Target
Penyelesaian
1. RUU tentang Bahan Kimia
RUU sebagai Peraturan Induk yang berfungsi mengharmonisasikan dan mensinkronisasikan
berbagai peraturan teknis mengenai bahan kimia.
Ditjen. IKTA Kemenkeu, Kemendag, Kemen LH, Kemen
ESDM, Kemenlu, KKP, Kementan, Kumham,
dan Setneg
Desember 2018
2. RPP tentang Perizinan dan
Pelaporan Penggunaan Bahan Kimia
Peraturan Pelaksana UU Nomor 9 Tahun 2008
tentang Penggunaan Bahan Kimia dan Larangan Penggunaan Bahan Kimia sebagai
Senjata Kimia
Ditjen IKTA Kemen LH, Kemenkes, Kemenhankam,
Kunham dan Setneg
Desember 2017
3. RPerpres tentang Pembentukan, Tugas dan Wewenang
Organisasi Otoritas Nasional
Peraturan Pelaksana UU Nomor 9 Tahun 2008 tentang Penggunaan Bahan Kimia dan
Larangan Penggunaan Bahan Kimia sebagai Senjata Kimia
Ditjen IKTA Kemenhankam, Kemenlu, Kunham dan
Setneg
Desember 2017
4. RKepres tentang
Susunan Keanggotaan Otoritas Nasional
Peraturan Pelaksana UU
Nomor 9 Tahun 2008 tentang Penggunaan Bahan Kimia dan
Larangan Penggunaan Bahan Kimia sebagai Senjata Kimia
Ditjen IKTA Kemenhankam,
Kemenlu, Kunham dan Setneg
Desember
2017
- 61 -
No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau
Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting,
Kajian dan Penelitian
Unit Penanggung
jawab
Unit Terkait /Instansi Target
Penyelesaian
5. RPermen tentang Daftar Tetap
Bahan Kimia
Peraturan Pelaksana UU Nomor 9 Tahun 2008
tentang Penggunaan Bahan Kimia dan Larangan Penggunaan Bahan Kimia sebagai
Senjata Kimia
Ditjen IKTA Kemenhankam, Kemenlu
Desember 2018
6. RPermen tentang Perincian Bahan
Kimia Organik Diskret Nondaftar
Peraturan Pelaksana UU Nomor 9 Tahun 2008
tentang Penggunaan Bahan Kimia dan Larangan Penggunaan Bahan Kimia sebagai
Senjata Kimia
Ditjen IKTA Kemen LH, Kemenkes, Kemenhankam
Desember 2018
7. RKepmen tentang Sekretariat Otoritas Nasional
Peraturan Pelaksana UU Nomor 9 Tahun 2008 tentang Penggunaan
Bahan Kimia dan Larangan Penggunaan Bahan Kimia sebagai Senjata Kimia
Ditjen IKTA Kemenlu, Kemenhankam
Desember 2018
8. RPermen tentang Rencana Pemanfaatan
Sumber Daya Alam sebagai Bahan Baku, Bahan Penolong,
dan Energi untuk Industri
Peraturan Pelaksana PP Nomor 41 Tahun 2015 tentang Pembangunan
Sumber Daya Industri
Ditjen IKTA Kemenkumham, Kemen. ESDM, Kementan, KKP, Kemendag, dan Setneg
Desember 2017
9. RPermen tentang Tata Kelola
Pemanfaatan Sumber Daya Alam sebagai Bahan Baku,
Bahan Penolong dan Energi untuk Industri
Peraturan Pelaksana PP Nomor 41 Tahun 2015
tentang Pembangunan Sumber Daya Industri
Ditjen IKTA Kemenkumham, Kemen. ESDM, Kementan, KKP,
Kemendag, dan Setneg
Desember 2017
10. RPermen tentang Pengawasan Tata Kelola Pemanfaatan
Sumber Daya Alam sebagai Bahan Baku, Bahan Penolong
dan Energi untuk Industri
Peraturan Pelaksana PP Nomor 41 Tahun 2015 tentang Pembangunan Sumber Daya Industri
Ditjen IKTA Kemenkumham, Kemen. ESDM, Kementan, KKP, Kemendag, dan Setneg
Desember 2017
- 62 -
3.5. KERANGKA KELEMBAGAAN
A. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan
Aneka Saat Ini
Pada dasarnya, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka secara
kelembagaan merupakan salah satu dari 7 (tujuh) unit Eselon I di
Kementerian Perindustrian yang memiliki 5 (lima) unit Eselon II dibawahnya
yaitu :
1. Direktorat Industri Tekstil dan Aneka.
2. Direktorat Industri Kimia Hilir
3. Direktorat Industri Kimia Hulu
4. Direktorat Industri Bahan Galian Non Logam
5. Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Adapun tugas dari Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi
industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu,
industri kimia hilir, industri Bahan Galian Non Logam, serta industri tekstil dan
industri aneka. Sedangkan fungsi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil,
dan Aneka adalah :
1. Perumusan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur
industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi
industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia
hilir, industri Bahan Galian Non Logam, serta industri tekstil dan industri
aneka;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur
industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi
- 63 -
industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi
industri,pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta
peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu,
industri kimia hilir, industri Bahan Galian Non Logam, serta industri tekstil
dan industri aneka;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri,
standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri
strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam
negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri Bahan Galian
Non Logam, serta industri tekstil dan industri aneka;
4. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas
pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur
industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi
industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia
hilir, industri Bahan Galian Non Logam, serta industri tekstil dan industri
aneka;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendalaman dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan
iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri,
teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia
hulu, industri kimia hilir, industri Bahan Galian Non Logam, serta industri
tekstil dan industri aneka;
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan
Aneka; dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Sedangkan tugas dan fungsi dari masing-masing unit Eselon II dari Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka adalah :
- 64 -
1. Direktorat Industri Tekstil dan Aneka.
Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk
pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran
industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan
prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan
industri, perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta
kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri tekstil dan
aneka dengan fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan
pengembangan industri tekstil dan aneka;
b. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi industri tekstil dan aneka;
c. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk
pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional,
penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri,
pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan,
pengamanan dan penyelamatan industri, penanaman modal dan
fasilitas industri serta kebijakan teknis pengembangan industri
bidang industri tekstil dan aneka;
d. Penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar,
prosedur, kriteria di bidang perencanaan, perizinan, data dan
informasi industri tekstil dan aneka;
e. Penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri tekstil dan
aneka;
f. Pelaksanaan pengawasan standardisasi (SNI, Industri Hijau, dan
SKKNI), industri strategis, dan peningkatan penggunaan produk
dalam negeri pada industri tekstil dan aneka;
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
- 65 -
2. Direktorat Industri Kimia Hilir
Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk
pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran
industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan
prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan
industri, perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta
kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri kimia hilir
dengan fungsi sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan
pengembangan industri kimia hilir;
b. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi industri kimia hilir;
c. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk
pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional,
penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri,
pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan,
pengamanan dan penyelamatan industri, penanaman modal dan
fasilitas industri serta kebijakan teknis pengembangan industri di
bidang industri kimia hilir;
d. Penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar,
prosedur, kriteria di bidang perencanaan, perizinan, data dan
informasi industri kimia hilir;
e. Penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri kimia hilir;
f. Pelaksanaan pengawasan standardisasi (SNI, Industri Hijau, dan
SKKNI), industri strategis, dan peningkatan penggunaan produk
dalam negeri pada industri kimia hilir; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
- 66 -
3. Direktorat Industri Kimia Hulu
Direktorat Industri Kimia Hulu mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri
nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri, pembangunan
sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri,
pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan
industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri industri kimia hulu dengan
fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan
pengembangan industri kimia hulu;
b. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi industri kimia hulu;
c. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk
pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional,
penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri,
pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan,
pengamanan dan penyelamatan industri, penanaman modal dan
fasilitas industri serta kebijakan teknis pengembangan industri di
bidang industri kimia hulu;
d. Penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar,
prosedur, kriteria di bidang perencanaan, perizinan, data dan
informasi industri Kimia Hulu;
e. Penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri Kimia Hulu;
f. Pelaksanaan pengawasan standardisasi (SNI, Industri Hijau, dan
SKKNI), industri strategis, dan peningkatan penggunaan produk
dalam negeri pada industri kimia hulu; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
- 67 -
4. Direktorat Industri Bahan Galian Non Logam
Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk
pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran
industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan
prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan
industri, perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta
kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri bahan galian
non logam dengan fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan
pengembangan industri bahan galian nonlogam;
b. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi industri bahan galian nonlogam;
c. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk
pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional,
penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri,
pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan,
pengamanan dan penyelamatan industri, penanaman modal dan
fasilitas industri serta kebijakan teknis pengembangan industri di
bidang industri bahan galian nonlogam;
d. Penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar,
prosedur, kriteria di bidang perencanaan, perizinan, data dan
informasi industri bahan galian nonlogam;
e. Penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri bahan galian
nonlogam;
f. Pelaksanaan pengawasan standardisasi (SNI, Industri Hijau, dan
SKKNI), industri strategis, dan peningkatan penggunaan produk
dalam negeri pada industri bahan galian nonlogam; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
- 68 -
5. Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan
organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan
Aneka dengan fungsi :
a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran serta
evaluasi dan pelaporan di bidang industri kimia, tekstil, dan aneka.
b. Koordinasi dan pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data
serta penyajian informasi di bidang industri kimia, tekstil, dan
aneka.
c. Koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-
undangan dan penelaahan hukum mengenai sumber daya industri,
sarana prasarana industri, dan pemberdayaan industri di bidang
industri kimia, tekstil, dan aneka.
d. Koordinasi dan pelaksanaan administrasi kerja sama dan
hubungan masyarakat di bidang industri kimia, tekstil, dan aneka.
e. Koordinasi dan pelaksanaan urusan keuangan Direktorat Jenderal.
f. Pelaksanaan urusan kepegawaian, organisasi dan tata laksana,
rumah tangga, perlengkapan, dan tata usaha.
- 69 -
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. TARGET KINERJA
Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
bertujuan untuk menumbuhkan dan menguatkan struktur industri, kimia, dan aneka,
mengurangi impor bahan baku dan bahan penolong, meningkatkan kapasitas dan
efisiensi produksi, serta menetapkan standar untuk produk-produk industri kimia,
dan aneka. Adapun sasaran-sasaran program dan indikator kinerja yang ingin
dicapai dari pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
No. Sasaran Program / Indikator Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 Jangka
Menengah
1. Meningkatnya peran Industri Kimia, Tekstil dan Aneka dalam perekonomian nasional
- Laju pertumbuhan PDB industri kimia, tekstil dan
aneka
Persen 5,83 6,73 7,33 7,94 8,44 8,44
- Kontribusi PDB industri kimia, tekstil dan aneka terhadap PDB nasional
Persen 6,72 6,86 6,98 7,15 7,36 7,36
2. Meningkatnya penguasaan pasar di dalam dan luar negeri
- Kontribusi ekspor produk industri kimia, tekstil dan aneka terhadap ekspor nasional
Persen 38,47
38,21 38,09 37,99 37,87 37,87
3. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri
- Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri
Juta Orang
5,41 7,06 7,38 7,71 8,05 35,61
4. Menguatnya struktur industri
- Rasio Impor Bahan Baku Industri Kimia, Tekstil Dan
Aneka terhadap PDB Industri Pengolahan non-Migas
Persen 43,08 39,41 36,13 32,82 29,78 29,78
5. Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standardisasi industri
- Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) pada tahun tersebut
RSNI 38 24 24 24 24 134
- Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib pada tahun tersebut
Regulasi 9 10 10 10 10 49
- 70 -
No. Sasaran Program / Indikator Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 Jangka
Menengah
6 Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal
- Nilai investasi di sektor Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Rp. Triliun
160,52 207,13 267,11 346,44 451,38 1432,6
7 Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri
- Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 350 350 350 350 350 1750
8 Meningkatnya ketersediaan data
sektor industri melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional
- Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Database 1 1 1 1 1 1
- Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Jenis Informasi
1 1 1 1 1 1
9 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
- Tingkat pemenuhan sarana dan prasarana kerja
Persen 90 90 90 90 90 90
10 Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran
- Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan
Persen 90 90 90 90 90 90
11 Meningkatkan kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran
- Tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan
Persen 90 90 90 90 90 90
- Nilai SAKIP Ditjen BIM Predikat B B B B B B
12 Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola keuangan
- Tingkat kualitas laporan keuangan
Opini BPK
WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan melalui program ini adalah sebagai berikut:
A. Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil Dan Aneka
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil dan Aneka
bertujuan untuk menumbuhkan dan menguatkan struktur industri tekstil dan
aneka, mengurangi impor bahan baku dan bahan penolong, meningkatkan
kapasitas dan efisiensi produksi, serta menetapkan standar untuk produk-
produk industri tekstil dan aneka.
- 71 -
Sasaran kegiatan / output yang dihasilkandari kegiatan ini antara lain adalah
terbangunnya pabrik baru industri tekstil, bantuan dalam bentuk fisik maupun
non-fisik, Rancangan SNI dan pengawasan SNI, pelatihan-pelatihan SDM,
Standar Kompetensi Kerja Indonesia (SKKNI), regulasi, serta promosi industri.
B. Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu bertujuan
untuk menumbuhkan dan menguatkan struktur industri Kimia Hulu,
mengurangi impor bahan baku dan bahan penolong, meningkatkan kapasitas
dan efisiensi produksi, serta menetapkan standar untuk produk-produk industri
Kimia Hulu.
Sasaran kegiatan / output yang dihasilkandari kegiatan ini antara lain adalah
terbangunnya pabrik baru industri kimia hulu, bantuan dalam bentuk fisik
maupun non-fisik, Rancangan SNI dan pengawasan SNI, pelatihan-pelatihan
SDM, Standar Kompetensi Kerja Indonesia (SKKNI), regulasi, serta promosi
industri.
C. Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia hilir bertujuan untuk
menumbuhkan dan menguatkan struktur industri kimia hilir, mengurangi impor
bahan baku dan bahan penolong, meningkatkan kapasitas dan efisiensi
produksi, serta menetapkan standar untuk produk-produk industri kimia hilir.
Sasaran kegiatan / output yang dihasilkandari kegiatan ini antara lain adalah
terbangunnya pabrik baru industri kimia hilir, bantuan dalam bentuk fisik
maupun non-fisik, Rancangan SNI dan pengawasan SNI, pelatihan-pelatihan
SDM, Standar Kompetensi Kerja Indonesia (SKKNI), regulasi, serta promosi
industri.
D. Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Galian Non
Logam
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Galian Non Logam
bertujuan untuk menumbuhkan dan menguatkan struktur industri Bahan
Galian Non Logam, mengurangi impor bahan baku dan bahan penolong,
meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi, serta menetapkan standar
untuk produk-produk industri Bahan Galian Non Logam.
- 72 -
Sasaran kegiatan / output yang dihasilkandari kegiatan ini antara lain adalah
terbangunnya pabrik baru industri Bahan Galian Non Logam, bantuan dalam
bentuk fisik maupun non-fisik, Rancangan SNI dan pengawasan SNI,
pelatihan-pelatihan SDM, Standar Kompetensi Kerja Indonesia (SKKNI),
regulasi, serta promosi industri.
E. Kegiatan Penyusunan dan Evalusi Penumbuhan Dan Pengembangan
Industri Kimia, Tekstil, Dan Aneka
Kegiatan Penyusunan dan Evalusi Penumbuhan dan Pengembangan Industri
Kimia, Tekstil, dan Aneka bertujuan untuk mendukung Penumbuhan dan
Pengembangan industri kimia, tekstil, dan aneka dalam melakukan
kegiatannya.
Sasaran kegiatan / output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah tersusunnya
perencanaan program dan anggaran, laporan evaluasi pelaksanaan program
dan kegiatan serta layanan manajemen dalam mendukung pelaksanaan
Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka.
- 73 -
4.2. KERANGKA PENDANAAN
Dalam rangka mencapai sasaran strategis Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Tekstil, dan Aneka tahun 2015- 2019, dibutuhkan pendanaan bagi program dan
kegiatan sebagaimana yang dijabarkan di atas. Kebutuhan pendanaan Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka untuk tahun 2015 – 2019 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Kebutuhan Pendanaan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Tahun 2015 – 2019 (Juta Rupiah)
NO PROGRAM 2015 2016 2017 2018 2019
1
Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Bahan Galian Nonlogam
12.761,0 12.982,9 20.000,0 96.400,0 122.280,0
2
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu
24.628,3 18.822,3 22.225,0 24.447,6 26.892,3
3
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir
33.217,1 19.097,9 21.461,0 47.205,0 63.656,0
4
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil
dan Aneka
181.657,5 94.156,0 130.946,5 142.016,7 133.169,0
5
Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
82.364,3 60.644,7 54.700,0 56.842,3 59.169,5
TOTAL 334.628,1 205.703,8 249.332,5 366.911,6 405.166,8
- 74 -
BAB V
PENUTUP
Rencana strategis (renstra) Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
tahun 2015 – 2019 disusun dengan mengacu pada RPJPN 2005-2025, RPJMN III
(2015-2019), Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 – 2035, Kebijakan Industri Nasional 2015-
2019, dan Rencana Strategis Kementerian Perindustrian. Renstra Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka merupakan pedoman pelaksanaan tugas dan fungsi
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka dalam mewujudkan visi
pembangunan industri nasional yaitu Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya
Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan
Berkeadilan.
Visi pembangunan industri tersebut kemudian dijabarkan ke dalam misi 5 (lima)
tahun Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka yaitu: 1) Memperkuat dan
memperdalam struktur Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka untuk mewujudkan industri
nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan lingkungan; 2)
Meningkatkan nilai tambah Industri Kimia, Tekstil dan Aneka di dalam negeri melalui
pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan dengan meningkatkan
penguasaan teknologi dan inovasi; 3) Membuka kesempatan berusaha dan perluasan
kesempatan kerja; dan 4) Mendukung pemerataan pembangunan Industri Manufaktur
ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan
nasional. Selanjutnya berdasarkan visi dan misi tersebut maka ditetapkan tujuan yang
ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka dalam
membangun industri yaitu Terbangunnya Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka yang
Tangguh dan Berdaya Saing.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Tekstil, dan Aneka telah menetapkan sasaran-sasaran strategis yang dibagi ke dalam
3 (tiga) perspektif yaitu: 1) perspektif pemangku kepentingan; 2) perspektif proses
internal; dan 3) perspektif pembelajaran organisasi. Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Tekstil, dan Aneka juga telah menetapkan indikator-indikator dari masing-masing
sasaran strategis tersebut sehingga pencapaian dari masing-masing sasaran strategis
dapat terukur dan dimonitor. Untuk mencapai sasaran-saran strategis tersebut
- 75 -
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka melaksanakan 1 (satu) program
yang merupakan penjabaran dari arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional.
Lingkup dari program yang dilaksanakan mencakup kegiatan-kegiatan dalam rangka
pembangunan industri prioritas, pengembangan sumber daya industri, pengembangan
standardisasi industri.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan industri nasional tidak semata-mata
bergantung pada keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka. Kesuksesan pembangunan industri nasional
membutuhkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, baik dari pemerintah
daerah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat luas.
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
PROGRAM PENUMBUHAN DAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI
KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA
293.425,9 200.536,4 137.212,4 422.478,8 469.409,5 Ditjen
Industri
Kimia,
Tekstil, dan
Aneka
- Laju pertumbuhan PDB industri Kimia, Tekstil dan
Aneka (Persen) 5,83 6,73 7,33 7,94 8,44
- Kontribusi PDB industri Kimia, Tekstil dan Aneka
terhadap PDB nasional (Persen) 6,72 6,86 6,98 7,15 7,36
- Kontribusi ekspor produk industri Kimia, Tekstil
dan Aneka terhadap ekspor nasional (Persen) 38,47 38,21 38,09 37,99 37,87
- Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri
(Juta orang) 5,41 7,06 7,38 7,71 8,05
- Share Impor Bahan Baku Industri Kimia, Tekstil
dan Aneka terhadap PDB Industri Pengolahan non-
Migas (Persen)
43,08 39,41 36,13 32,82 29,78
-Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia
(RSNI) 38,00 24,00 24,00 24,00 24,00
- Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI secara
wajib 9,00 10,00 10,00 10,00 10,00
- Realisasi Investasi di Industri Kimia, Tekstil, dan
Aneka (Rp. Triliun) 160,52 207,13 267,11 346,44 451,38
- Produk industri yang tersertifikasi Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) 350,00 350,00 350,00 350,00 350,00
- Jenis data yang tersedia pada Sistem Informasi
Industri Nasional (Database) 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
- Jenis informasi yang tersedia pada Sistem
Informasi Industri Nasional (Jenis Industri) 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
- Tingkat pemenuhan sarana dan prasarana kerja
(Persen) 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00
- Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan
dokumen perencanaan (persen) 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00
LAMPIRAN: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN TAHUN 2015 - 2019
Program / KegiatanSasaran Program (outcome) /
Sasaran Kegiatan (output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (Rp Juta) Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-
NS-BS
(2)
Meningkatnya peran industri dalam perekonomian
nasional
Meningkatnya penguasaan pasar di dalam dan luar
negeri
Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor
industri
Menguatnya struktur industri
Meningkatnya daya saing industri melalui
pengembangan standarisasi industri
Meningkatnya investasi sektor industri melalui
fasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal
Meningkatnya pegunaan produk dalam negeri
Meningkatnya ketersediaan data sektor industri
melalui penyelenggaraan sistem informasi industri
nasional
Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
Sistem perencanaan, penganggaran, dan pelaporan
yang handal
Lampiran 1 - Hal 1
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Program / KegiatanSasaran Program (outcome) /
Sasaran Kegiatan (output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (Rp Juta) Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-
NS-BS
(2)
- Tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan
(persen) 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00
-Nilai SAKIP Direktorat Jenderal BIM (Nilai) B B B B B
- Tingkat kualitas laporan keuangan (Opini BPK) WTP WTP WTP WTP WTP
Penumbuhan dan Pengembangan
Industri Bahan Galian Non
Logam
18.830,00 20.000,00 95.200,00 120.840,00 Dit. Industri
Bahan Galian
Nonlogam
1.500,00 1.200,00 1.500,00
- Jumlah Usulan Dokumen Rekomendasi Kebijakan
Iklim Investasi Industri Bahan Galian Nonlogam
2 3 3
6.000,00 6.000,00
- Jumlah Calon Investor yang difasilitasi
mendapatkan informasi potensi pengembangan
IBGNL
3 3
5.000,00 10.000,00
- Jumlah Unit Bantuan Mesin Dan/Atau Peralatan
Dalam Rangka Penumbuhan Populasi Industri
Bahan Galian Nonlogam Lainnya
1 1
10.980,00 20.000,00
- Jumlah Unit Pilot Plan 1 1
6.228,00 1.500,00 1.800,00 2.100,00
- Jumlah Usulan Dokumen Rekomendasi Kebijakan
Peningkatan Daya Saing Dan Produktifitas Industri
Bahan Galian Nonlogam
6 2 2 2
780,0 3.400,00 7.000,00 8.500,00
- Jumlah RSNI Industri Bahan Galian Nonlogam 6 5 6 9
740,00 1.500,00 3.000,00 3.600,00
- Jumlah Permen/Juknis SNI Wajib Industri Bahan
Galian Nonlogam
3 2 6 6
200 400,00 300,00 300,00
- Jumlah Perusahaan Industri Bahan Galian
Nonlogam Yang Menerapkan Standar Mutu
15 5 5 5
1100 300,00 320,00 400,00
- Terlaksananya pengawasan SNI Wajib Produk
Industri Bahan Galian Nonlogam (Produk SNI Wajib)
30 20 20 20
SNI WAJIB INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM
PERUSAHAAN INDUSTRI BAHAN GALIAN
NONLOGAM YANG MENERAPKAN STANDAR MUTU
PENGAWASAN SNI WAJIB INDUSTRI BAHAN
GALIAN NONLOGAM
REKOMENDASI KEBIJAKAN DALAM RANGKA
MENDORONG IKLIM INVESTASI INDUSTRI BAHAN
GALIAN NONLOGAM
CALON INVESTOR YANG MEMPEROLEH
INFORMASI POTENSI INVESTASI DI INDUSTRI
BAHAN GALIAN NONLOGAM
BANTUAN MESIN DAN/ATAU PERALATAN DALAM
RANGKA PENUMBUHAN POPULASI INDUSTRI
BAHAN GALIAN NONLOGAM
PENDIRIAN PILOT PLAN
REKOMENDASI KEBIJAKAN DALAM RANGKA
PENINGKATAN DAYA SAING DAN PRODUKTIFITAS
INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM
RANCANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA
INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM
Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan
kualitas tata kelola keuangan
Lampiran 1 - Hal 2
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Program / KegiatanSasaran Program (outcome) /
Sasaran Kegiatan (output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (Rp Juta) Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-
NS-BS
(2)
5.800,0 6.000,00 45.000,00 47.440,00
- Jumlah Unit Mesin Dan/Atau Peralatan Uji Dalam
Rangka Penerapan Standar Mutu Industri Bahan
Galian Nonlogam
6 1 4 4
583,00 1.800,00 3.500,00 5.600,00
- Jumlah RSKKNI 2 3 5 7
775,00 600,00 2.800,00 4.000,00
- Jumlah SDM Industri Bahan Galian Nonlogam yang
Tersertifikasi
60 40 160 200
516,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00
- Jumlah SDM Industri Bahan Galian Nonlogam Yang
Mengikuti Diklat
40 110 120 120
125,00 200,00 300,00 400,00
- Jumlah Produk Industri Bahan Galian Nonlogam
yang Tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN)
30 10 10 10
1.722,00 1.300,00 4.000,00 6.000,00
- Dokumen Perencanaan Program Direktorat Industri
Bahan Galian Nonlogam
1 1 1 1
- Dokumen Evaluasi dan Pelaporan Program
Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam
1 1 1 1
- Dokumen Data dan Informasi Industri Bahan Galian
Nonlogam
1 1 1 1
261,00 2.000,00 2.500,00
- Jumlah Merek 5 4 4
Penumbuhan dan Pengembangan
Industri Kimia Hulu
19.786,98 17.604,19 20.334,56 22.957,32 33.742,35 Dit. Industri
Kimia Hulu
1.698,76 1.840,48 4.000,00 4.400,00 4.840,00
- Terjaminnya pasokan Bahan baku industri pupuk
(pabrik)
5 5 5 5 5
- Jumlah Pabrik Pupuk yang direvitalisasi 2 - 1 - -
- Jumlah industri/pabrik yang difasilitasi
pembangunannya di Papua Barat
- - 1 1 1
- Jumlah industri/pabrik yang difasilitasi
pembangunannya di Maluku
- - 1 1 1
- Jumlah industri/pabrik yang difasilitasi
pembangunannya di Sulawesi Tengah
- - 1 1 1
- Jumlah industri/pabrik yang difasilitasi
pembangunannya di Kalimantan Timur
- - 1 1 1
- Jumlah industri/pabrik yang difasilitasi
pembangunannya di Sumatera Selatan
- - 1 1 1
- Jumlah industri/pabrik yang difasilitasi
pembangunannya di Lampung
- - 1 1 1
1.585,62 1.887,90 2.101,43 2.311,57 2.542,73
Rekomendasi Kebijakan Pengamanan Bahan Baku,
Bahan Penolong dan Energi
MESIN DAN/ATAU PERALATAN UJI DALAM
RANGKA PENERAPAN STANDAR MUTU INDUSTRI
BAHAN GALIAN NONLOGAM
RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA
NASIONAL INDONESIA (RSKKNI) INDUSTRI BAHAN
GALIAN NONLOGAM
SDM INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM YANG
DISERTIFIKASI
SDM INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM YANG
MENGIKUTI DIKLAT
BRANDING PRODUK IBGNL
Rekomendasi Iklim Usaha Industri Kimia Dasar
PRODUK INDUSTRI BAHAN GALIAN NONLOGAM
YANG TERSERTIFIKASI TINGKAT KOMPONEN
DALAM NEGERI (TKDN)
LAYANAN INTERNAL (OVERHEAD)
Lampiran 1 - Hal 3
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Program / KegiatanSasaran Program (outcome) /
Sasaran Kegiatan (output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (Rp Juta) Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-
NS-BS
(2)
- Jumlah perusahaan yang difasilitasi untuk
investasi baru dan perluasan (Perusahaan)
2 3 3 3 3
- Jumlah Perusahaan yang difasilitasi untuk
mendapatkan insentif (Perusaaan)
5 5 5 5 5
- Jumlah usulan skema dan tarif komoditi dalam
Kerjama Perdagangan
5 5 5 5 5
- Jenis Produk/Bahan baku impor yang dievaluasi 3 3 3 3 3
- Data Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 1 1 1 1 1
3.625,98 3.817,28 2.017,28 2.219,01 2.440,91
- Terfasilitasinya operasional Center of Excellence
Industri Petrokimia (persen)
50 75 90 95 100
- SDM Industri Kimia Hulu yang dilatih melalui
pelatihan kompetensi (orang)
60 200 200 200 200
252,59 312,97 312,97 344,27 378,69
- Jumlah SNI wajib yang diberlakukan (SNI) 2 3 3 3 3
1.139,8 1.030,7 1.250,0 1.375,0 1.512,5
- Terstandardisasinya kualitas produk Industri Kimia
Hulu (standar produk)
6 6 6 6 6
451,3 1.037,6 1.975,0 2.172,5 2.389,8
- Terstandardisasinya kompetensi SDM Industri
Kimia Hulu (standar kompetensi kerja)
1 2 - - -
- Infrastruktur Pendukung Tenaga Kerja Berbasis
Kompetensi (LSP/TUK)
1 - 1 -
- Assesor Kompetensi industri kimia hulu (orang) - 50 50 50
- Pelatihan SDM Industri Kimia Hulu - 85 85 100
1.480,0 - - - -
- Pilot Plant Propylene berbasis CPO 1 - - - -
- Pilot Plant Polimer Enhanced Oil Recovery (EOR) 1 - - - -
1.000,0 907,0 907,0 907,0 907,0
- Jumlah bantuan peralatan proses pupuk organik
yang dioptimalisasi (unit)
2 2 2 2 2
1.985,79 988,99 638,99 702,88 773,17
- Luas lahan intensifikasi dan/atau ekstensifikasi
pegaraman (ha)
25 50 50 50 50
4.952,63 4.042,05 2.214,10 2.435,51 2.679,06
- Dokumen Deklarasi OPCW 1 1 1 1 1
- Dokumen Inspeksi dan Verifikasi OPCW 1 1 1 1 1
- Dokumen Pengelolaan Bahan Kimia 1 1 1 1 1
- Dokumen Data dan Informasi tentang Bahan Kimia 1 1 1 1 1
- RUU Tentang Bahan Kimia 1 1 1 1 1
574,5 574,1 374,1 411,5 452,7
- Jumlah Kerjasama Bilateral dan Multilateral yang
difasilitasi
7 7 7 7 7
1.040,01 1.165,07 1.343,67 1.478,04 1.625,84
Fora Kerjasama Internasional
Regulasi Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri
Kimia Hulu
Terbentuknya Center of Excellence (CoE) Industri
Petrokimia
Program dan Evaluasi Kinerja Direktorat Industri
Kimia Hulu
SKKNI Industri Kimia Hulu
Pilot Project Industri Kimia Dasar
RSNI/ SNI Industri Kimia Hulu
Bantuan Peralatan Proses Pabrik Pupuk
Bantuan Pembiayaan pada intensifikasi lahan
pegaraman
Rekomendasi Kerjasama Konvensi Senjata Kimia
Lampiran 1 - Hal 4
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Program / KegiatanSasaran Program (outcome) /
Sasaran Kegiatan (output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (Rp Juta) Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-
NS-BS
(2)
- Rencana/Program Direkorat Industri Kimia Hulu 1 1 1 1 1
- Laporan Evaluasi Program Direktorat Industri Kimia
Hulu
1 1 1 1 1
- Laporan Kinerja Industri di bawah binaan
Direktorat Industri Kimia Hulu
1 1 1 1 1
- - 2.000,0 2.000,0 10.000,0
- Pabrik Methanol berbasis gasifikasi batubara - - - - 1
- Pabrik Bahan Baku Obat - - 1 1 1
- Pabrik NPK - - - - 1
- - 1.200,0 2.200,0 3.200,0
-Profil Kinerja Industri Garam
- - - 1 1
- Profil Kinerja Industri Petrokimia kelompok C1
(Methane)
- - 1 1 1
Profil Kinerja Industri Petrokimia kelompok Olefin
- - 1 1 1
Profil Kinerja Industri Petrokimia kelompok Aromatik
- - 1 1 1
Profil Kinerja Industri Resin Sintetik - - 1 1 1
Profil Kinerja Industri Bahan Pewarna - - - - 1
Profil Kinerja Industri Chlor Alkali - - - - 1
Profil Kinerja Industri Gas Industri - - - - 1
Profil Kinerja Industri Bahan Kimia Khusus - - - 1 1
Profil Kinerja Industri Pupuk, Zat Pengatur Tumbuh
dan Amelioran (Zat Pembenah Tanah)
- - 1 1 1
Profil Kinerja Industri Karet Buatan - - - 1 1
Profil Kinerja Industri Pestisida - - - 1 1
Profil Kinerja Industri Bahan Baku Obat - - 1 1 1
Profil Kinerja Industri Bahan Organik Lainnya - - - - 1
Profil Kinerja Industri Bahan Peledak - - - - 1
Profil Kinerja Industri Lainnya - - - - 1
Penumbuhan dan Pengembangan
Industri Kimia Hilir
10.217,21 10.121,33 13.723,40 102.885,47 119.974,04 Dit. Industri
Kimia Hilir
1.223,21 3.150,00 3.465,00
- Jumlah Dokumen Rekomendasi kebijakan dalam
rangka mendorong iklim investasi industri kimia
hilir (usulan)
1 1 1
3.500,00 3.500,00
- Jumlah promosi investasi industri kimia hilir
(usulan)
1 1
57.000,00 60.000,00
- Jumlah FS/pilot project/pilot plant/pabrik baru
(unit)
4 4
2.386,21 6.975,00 7.600,00
- Jumlah Dokumen Rekomendasi Kebijakan Dalam
Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktifitas
Industri Kimia Hilir (Usulan)
1 1 1
Pembangunan Pabrik
Profil Industri Kimia Hulu
Rekomendasi kebijakan dalam rangka peningkatan
daya saing dan produktivitas industri kimia hilir
Promosi Investasi
Rekomendasi kebijakan dalam rangka mendorong
iklim investasi industri kimia hilir
Pilot Project
Lampiran 1 - Hal 5
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Program / KegiatanSasaran Program (outcome) /
Sasaran Kegiatan (output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (Rp Juta) Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-
NS-BS
(2)
Jakarta 2.201,1 1.933,75 1.766,87 2.600,00 3.000,00
- Jumlah RSNI Industri Kimia Hilir (RSNI) 21 10 10 18 18
Jakarta 4.708,48 261,5 1.408,4 1.870,0 3.060,0
- Jumlah SNI Wajib Industri Kimia Hilir (SNI Wajib) 3 1 2 3 3
196,2 345,2 3.000,0 7.500,0
- Jumlah Perusahaan Industri Kimia Hilir Yang
Menerapkan Standar Mutu (perusahaan)
2 3 10 20
1.261,35 480,17 4.500,00 6.500,00
- Jumlah Perusahaan yang dilakukan Pengawasan
SNI Wajib Industri Kimia Hilir (perusahaan)
5 20 30
1.000,00 1.166,72 4.000,00 4.800,00
- Jumlah Unit Mesin Dan/Atau Peralatan Uji Dalam
Rangka Penerapan Standar Mutu Industri Kimia
Hilir (Unit)
1 1 2 2
728,9 780,61 496,74 2.400,0 2.640,0
- Jumlah RSKKNI Industri Kimia Hilir (RSKKNI) 2 1 1 3 3
373,68 861,63 3.200,00 4.700,00
- Jumlah Orang SDM Industri Kimia Hilir Yang
Disertifikasi (orang)
20 40 200 300
1.583,07 898,89 473,15 1.600,00 3.400,00
- Jumlah Orang SDM Industri Kimia Hilir Yang
Mengikuti Diklat
40 20 60 100 200
2.500,00 2.500,00
- Jumlah Sarana dan prasaran TUK dan LSP dalam
rangka penerapan SKKNI
1 1
534,62 433,08 1.400,00 1.500,00
- Jumlah Produk Industri Kimia Hilir yang
Tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri
100 100 150 150
815,20 935,24 3.200,00 3.520,00
- Jumlah Branding Produk Industri Kimia Hilir (Merk) 2 4 10 10
995,64 2.065,52 1.746,81 1.990,47 2.289,04
- Rencana/program Direktorat Industri Kimia Hilir
(Dokumen)
1 1 1 1 1
- Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Direktorat Industri Kimia Hilir (Dokumen)
1 1 1 1 1
Penumbuhan dan Pengembangan
Industri Tekstil dan Aneka
181.657,48 94.156,00 32.900,00 144.893,66 135.983,61 Dit. Industri
Tekstil, Kulit,
Alas Kaki,
dan Aneka14.243,9 5.000,0 16.500,0 5.000,0 5.000,0
- Pangsa pasar produk industri nasional terhadap
total permintaan di pasar dalam negeri (%)
70 70 70 70 70
Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri
Kimia Hilir
SNI Wajib Industri Kimia Hilir
Perusahaan industri kimia hilir yang menerapkan
standar mutu
Pengawasan SNI Wajib Industri Kimia Hilir
Mesin dan/atau peralatan Uji dalam rangka
penerapan standar mutu industri kimia hilir
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (RSKKNI) industri kimia hilir
Sarana dan prasaran TUK dan LSP dalam rangka
penerapan SKKNI
Produk industri kimia hilir yang tersertifikasi
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Branding produk industri kimia hilir
SDM Industri kimia hilir yang disertifikasi
SDM industri kimia hilir yang mengikuti diklat
Rekomendasi Peningkatan Penguasaan Pasar
Program dan Evaluasi Kinerja Direktorat Industri
Kimia Hilir
Lampiran 1 - Hal 6
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Program / KegiatanSasaran Program (outcome) /
Sasaran Kegiatan (output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (Rp Juta) Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-
NS-BS
(2)
- Kontribusi ekspor produk industri terhadap ekspor
nasional (%)
12 12 12 13 13
20.000,00 7.500,00 3.000,00 17.000,00 7.500,00
- Terfasilitasinya kebutuhan Bahan baku kapas
dalam negeri (%)
- 20 20 20 30
- Terfasilitasinya kebutuhan Bahan baku kulit dalam
negeri (%)
40 40 50 50 60
6.299,75 2.000,00 500,00 2.000,00 2.000,00
- Diterapkannya SNI Wajib 2 2 2 2 2
1.860,2 4.647,2 2.000,0 9.000,0 9.000,0
- Terstandardisasinya kualitas produk Industri
Tekstil dan Aneka
6 12 12 30 30
7.490,9 17.000,0 8.500,0 17.000,0 17.000,0
- Terstandardisasinya kompetensi SDM Industri
Tekstil dan Aneka
3 2 2 2 2
- Tersertifikasinya SDM Industri Tekstil dan Aneka 600 1000 550 1000 1000
1.193,8 2.000,0 400,0 2.000,0 2.000,0
- Jumlah perusahaan yang terfasilitasi 10 8 2 8 8
9.000,0 - - - -
- Jumlah industri technical textile - - - - -
4.418,78 6.804,84 2.000,00 7.893,66 8.483,61
- Tersedianya dokumen perencanaan, evaluasi dan
database Industri Tekstil dan Aneka
2 5 5 5 5
117.150,17 49.204,00 - 85.000,00 85.000,00
- Terbaharunya Mesin Produksi Perusahaan Industri
Tekstil dan Aneka
100 ??? 50 50 50
Penyusunan dan Evaluasi
Program Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Kimia,
Tekstil dan Aneka
81.764,3 59.824,9 50.254,40 56.542,3 58.869,5 Sekretariat
Ditjen
Industri
Kimia,
Tekstil, dan 10 10 10 10 10 11.321,6 7.000,0 5.100,0 5.444,0 5.752,0
-Ketersediaan dokumen RKA-K/L, DIPA, dan POK
(Dokumen)1 1 1 1 1
-Ketersediaan dokumen Perjanjian/ Penetapan
Kinerja (Dokumen)1 1 1 1 1
- Ketersediaan dokumen PP 39 (Dokumen) 4 4 4 4 4
- Ketersediaan dokumen LAKIP (Dokumen) 1 1 1 1 1
- Ketersediaan dokumen SAKIP (Dokumen) 1 1 1 1 1
- Ketersediaan dokumen Rencana Kinerja (Dokumen) 1 1 1 1 1
RSNI/ SNI Produk Industri Tekstil dan Aneka
SKKNI Industri Tekstil dan Aneka
Bimbingan Teknis Peningkatan Kemampuan
Pengelolaan Usaha Industri Tekstil dan Aneka
Pendirian Industri Technical Textile
Dokumen Perencanaan, Penganggaran, Monitoring,
Evaluasi dan Data
Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil dan Aneka
Terbentuknya Lembaga Penyediaan Bahan Baku
Kapas dan Kulit
Regulasi Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri
Tekstil dan Aneka
Dokumen Perencanaan, Penganggaran, Monitoring,
Evaluasi dan Data (Dokumen)
Lampiran 1 - Hal 7
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Program / KegiatanSasaran Program (outcome) /
Sasaran Kegiatan (output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (Rp Juta) Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-
NS-BS
(2)
-Ketersediaan Sistem Informasi dan Database
(Dokumen)1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2.558,4 4.000,0 3.000,0 4.270,0 4.479,0
- Ketersediaan Laporan Keuangan 1 1 1 1 1
- Ketersediaan Laporan BMN 1 1 1 1 1
168 168 168 168 168 3.203,1 2.429,4 2.000,0 2.135,0 2.240,0
- Jumlah aparatur yang terfasilitasi (Orang) 168 168 168 168 168
1 1 1 1 1 4.812,4 3.213,4 2.200,0 2.349,0 2.464,0
-Ketersediaan dokumen administrasi dan layanan
kepegawaian serta Layanan Publik (Dokumen)1 1 1 1 1
350 350 350 350 350 23.050,0 6.200,0 5.200,0 5.551,0 5.926,0
-Verifikasi dan Sertifikasi TKDN produk industri
Tekstil, Kimia dan Aneka (Produk)350 350 350 350 350
1 1 1 1 1 7.773,6 8.308,8 4.000,0 6.085,0 6.495,0
-
Ketersediaan dokumen rekomendasi peningkatan
iklim usaha, mutu produk dan kerjasama industri
(Dokumen)
1 1 1 1 1
12 12 12 12 12 27.045,2 26.648,4 27.549,4 29.503,3 30.308,5
-Terpenuhinya Gaji dan Operasional Perkantoran
(Bulan)12 12 12 12 12
2 8 - - - 600,0 819,9
- Jumlah Kendaraan Bermotor yang diadakan (unit) 2 8 - - -
1 1 1 1 1 200,0 340,0 340,0 340,0 340,0
-Jumlah Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
yang diadakan (Paket)1 1 1 1 1
1300 1300 1300 1300 1300 1.200,0 865,0 865,0 865,0 865,0
-Terpenuhinya perawatan ruang kerja dan
pemeliharaan gedung (m2)1300 1300 1300 1300 1300
Laporan Sistem Tata Kelola Keuangan (Dokumen)
Kepesertaan Pembinaan Kompetensi SDM Aparatur
(Orang)
Dokumen Administrasi dan Layanan Kepegawaian
serta Layanan Publik (Dokumen)
Implementasi Peningkatan Penggunaan Produk
Dalam Negeri (P3DN) Pada Sektor Industri Kimia,
Tekstil dan Aneka (Sertifikat TKDN)
Rekomendasi Peningkatan Iklim Usaha, Mutu
Produk dan Kerjasama industri (Dokumen
Rekomendasi)
Layanan Perkantoran (Bulan)
Kendaraan Bermotor (Unit)
Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi (Paket)
Gedung/Bangunan (m2)
Lampiran 1 - Hal 8