peraturan mesin tekstil dan aneka...

13
UIKl:t\1 UKAI JtNUI:KAL I KI LUl;AM TEKSTIL DAN ANEKA r" ((\ .... ;;.e , ,.Z Jalan Jenderal Galal Subrala Kav. 52 - 53 Lanlal 9 JAKARTA 12950 Kalak Pas: 4478 JKSMG .. Telp.: 5255509, 5252482 Fax. : 5252978 'At '. q.. o u http://ilmea.dprln.ga.id PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOG AM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 09 IILMTA/PER/4/2009 .. TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUM.INIUM - SENG ( (Bj.L AS) SECARA WAJIB ' DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 10 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 02/M-IND/PER/1/2009 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminrum (Bj.L AS) Secara, Wajib sebctgaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 39/M-IND/PER/3/2009 r perlu menerbitkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan SNI Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (Bj' .l AS) secara Wajib; b. bahwa untuk itu perlu diterbitkan Peraturan Direktur Jenderal, Industri Logam ( Mesin TekstU dan Aneka Mengingat: 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 73/M Tahun 2005 ten tang Pemberhentian dan pengangkatan Pejabat Eselon I di Lingkungan Departemen Perindustrian; 2. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Oepartem'Em Perindustrian; . .. 3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 02/M-IND/PER/1/2009 tentang Pemberlakuan Standar Nasional I,ndonesia (SNI) .Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (Bj.L AS) Secara Waj! ib; Industrialisasi Meriuju Kehidupan Yang Lebih Baik

Upload: phungthuan

Post on 08-Mar-2019

253 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

-~~ UIKlt1 UKAI JtNUIKAL INUU~ IKI LUlAM MI~IN TEKSTIL DAN ANEKAO~ r

(( e I~ Z Jalan Jenderal Galal Subrala Kav 52 - 53 Lanlal 9 JAKARTA 12950 Kalak Pas 4478 JKSMG ~~ ~~ ~ Telp 5255509 5252482 Fax 5252978 At q

o u S~ httpilmeadprlngaid ~

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA

NOMOR 09 IILMTAPER42009

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUM - SENG

( (BjL AS) SECARA WAJIB

DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA

Menimbang

a bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 10 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 02M-INDPER12009 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminrum (BjL AS) Secara Wajib sebctgaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 39M-INDPER32009 r perlu menerbitkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan SNI Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (Bjl AS) secara Wajib

b bahwa untuk itu perlu diterbitkan Peraturan Direktur Jenderal Industri Logam ( Mesin TekstU dan Aneka

Mengingat

1 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 73M Tahun 2005 tentang Pemberhentian dan pengangkatan Pejabat Eselon I di Lingkungan Departemen Perindustrian

2 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01M-INDPER32005 tentang Organisasi dan Tata Kerja OepartemEm Perindustrian

~ 3 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 02M-INDPER12009 tentang

Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (BjL AS) Secara Wajib

Industrialisasi Meriuju Kehidupan Yang Lebih Baik

4 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 39M-INDPER32009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 02MshyINDPER12009 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (BjL AS) Secara Wajib

MEMUTUSKAN Menetapkan

PERTAMA Memberlakukan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penerapan Pembinaan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SN I) Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (BjL AS)

( - Secara WaJib sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Peraturan ini sebagai pedoman dalam Pemberlakuan SNI Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (BjL AS) Secara Wajib

KEDUA Peraturan Direktur Jenderal mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 27 April 2009

(

Salinan Peraturan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada 1 Menteri Perindustrian 2 Menteri Perdagangan 3 Menteri Perhubungan 4 Direktur Jenderal Bea amp Cukai Departemen Keuangan 5 Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Depart~men Perdagangan 6 Direktur JenderalPerdagangan Oalam Negeri Departemen Perdagangan 7 Para Pejabat Eselon di lingkungan Departemen Perindustrian B Kepala Badan Standardisasi Nasional 9 Kepala Dinas yang bertanggunQl jawab di bidang Perindustrian

di PropinsiKabupatenKota 10 Kepala Balai di Iingkungan Departemen Perindustrian

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUH JENDERAL INDUSTIRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA

NOMOR 09 flLMT AlPERf4f2009 TANGGAL 27 April 2009

PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN STAN DAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUM

(BjL AS) SECARA WAJIB

( 1 BAB I KETENTUAN UMUM

2 BAB II LlNGKUP PEMBERLAKUAN SNI BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUM (Bj L AS)

3 BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI

4 BAB IV TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ~

5 BAB V TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

6 BAB VI PROSEDUR MEMPEHOLEH PERTIMBANGAN TEKNIS

7 BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

8 BAB VIII PENUTUP

DIREKTUR JENDERAL (

PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)

PEMBERLAKUAN SNI WAJIB

BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS

PADUAN ALUMINIUM - SENG (BjL AS)

SNI 40962007 dan atau revisinya

BABI

KETENTUAN UMUM

~

11 Sertifikat Produk Penggunaa~ Tanda SNI (SPPT SNI) BjL AS adalah Sertifikat

Produk Penggunaan Tanda SNI yang diberikan kepada produsen yang mampu

menghasilkan 8j L AS yang sesuai persyaratan SNI (

12 Industri 8j L AS adalah industri yang memproduksi 8jL AS minimal memiliki

fasilitas produksi untuk melakukan pembersihan permukaan pelapisan aluminium

seng celup panas (Hot Dip) pendinginan perlakuan permukaan dan memiliki

peralatan pengendalian mutu

13 8jL AS adalah produk yang dihasHkan dari proses pelapisan paduan aluminium

seng dengan cara celup panas dari bahan baku baja Iembaran canai dingin

14 Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah rangkaian kegiatan dalam rangka

penerapan manajemen mutu menurut SNI 19-9001-2001 atau ISO 90012000

atau revisinya

15 Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) adalah lembaga yang ditunjuk Menteri

Perindustrian untuk mellkukan kegiatan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda

c SNI

16 Laboratorium Penguji adalah laboratorium yang melakukan kegiatan pengujian

terhadap BjL AS sesuai persyaratan SNI dan telah ditunjuk Menteri Perindustrian

untuk melakukan pengujian sesuai SNI

17 Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) adalah lembaga yang teah

mendapatkan akreditasi dari KAN atau badan akreditasi di negara pabrikan yang

telah melakukan perjanjian saling pengakuan atau Mutual Recognition

Arrangement atau Mutual Recognition ofApproval (MRA) $

18 Perjanjian Saling Pengakuat1 Mutual Recognition Arrangement atau Mutual

Recognition of Approval (MRA) adalah kesepakatan yang dHakukan oleh KAN

1

C

dengan Badan Akreditasi negara lain untuk saling mengakui dan menerima

beberapa atau keseluruhan aspek dalam hal hasil-hasil penilaian kesesuaian

19 Surat Pendaftaran Barang (SPB) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan yang diberikan

kepada importir untuk mendaftarkan BjL AS yang akan diimpor

110 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Direktur Jenderal Industri Lbgam

Mesin Tekstil dan Aneka (Dirjen ILMTA) Departemen Perindustrian yang

menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan penerapan SNI wajib

BABII

LlNGKUP PEMBERLAKUAN SNI WAJIB BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN

LAPIS PADUAN ALUMINIUMmiddotSENG (BjL AS) c 21 Pemberlakuan SNI BjL AS (SNI 40962007 dan atau revisinya) dengan nomor

Harrnonized System (HS) sebagai berikut

No

1

Jenis Produk

BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUMshySENG (BjlL AS)

No SNI

SN140962007

No HS

HS 7210611000 HS 721061 9000 HS 7212501010 HS 7212502010

-

22 Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan

SNI Bj L AS Secara Wajib dan atau revisinya maka 8jL AS yang tidak sesuai

dengan SNI 40962007 dan atau revisinya tidak boleh diproduksi dan

diperdagangkan di dalam negeri

23 Terhadap 8jL AS yang dalam penerapan SNI Wajib pedu mendapatkan

pertimbangan teknis Dirjen ILMTA adalah

a 8jL AS yang memiliki kesamaan dengan kelompok HS sesuai butir 21 tetapi

memiliki spesifikasi teknis lain selain dimaksud dalam SNI 40962007 dan atau

revisinya

b 8jL AS sejenis yang telah memiliki nomor SNI lain selain SNI 40962007 dan

atau revisinya 2

c Bj L AS dengan spesifikasi teknis yang dipergunakan khusus untuk keperluan

bahan baku pada industri komponen kendaraan bermotor industri peralatan

listrik konsumsi dan elektronika

d Bj L AS yang dipergunakan khusus untuk keperluan bahan baku untuk produk

ekspor

BAB III

TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI

c

31 Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI diterbitkan oleh LSPro dan sebelum

melaksanakan kegiatan Sertifikasi SNI LSPro berkewajiban menyampaikan

pedoman prosedur dan persyaratan permohonan SPPT-SNI kepada Dirjen

ILMTA serta Kepala BPP

32 Untuk memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI BjL AS dari

LSPro pelaku usaha wajib mengikuti prosedur yang ditetapkan LSPro apabila

telah

a Memenuhi persyaratan administrasi dengan menunjukkan dokumen asli dan

menyerahkan salinan bukti kepemilikan

1) Izin Usaha Industri (lUI) dengan lingkup BjL AS

2) Sertifikat atau Tanda Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Departemen Hukum dan HAM

untuk BjL AS dan atau lisensi dari pemilik merek dengan ketentuan

a dalam satu merk yang sama tidak diperkenankan untuk digunakan c lebih dari 1 (satu) SPPT-SNI

b untuk BjLAS yang berasal dari impor SPPT-SNI harus mencantumkan

nama produsen dan nama importir

c produsen BjLAS melampirkan surat pernyataan tidak akan

menggunakan beberapa SPPT-SNI dalam satu merk

b Telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) sesuai dengan SNI 19shy

9001-2001 atau ISO 90012000 atau revisinya melalui

a pengendalian mutu sesuai dengan persyaratan SNI milik sendiri

b kerjasama pengujian dengan laboratorium uji lainnya yang fasilitas ujinya

telah dikalibrasi

3

c

c Hasil produksi harus memenuhi persyaratan SNI berdasarkan hasil uji

a memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Ilaboratorium yang telah ditunjuk

Menteri Perindustrian

b memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Laboratorium Penguji negara

pabrikan atau dari dalam negeri yang telah diakredrtasi oleh KAN atau

ditunjuk Menteri Perindustrian khusus untuk Bj LAS impor

33 Untuk keperluan pengujian sesuai dengan SNI 40962007 dan atau revisinya

sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf c contoh uji BjL AS diambil di pabrik

pada proses produksi dan di gudang Jenis dan jumlah contoh yang ditetapkan

adalah dapat mewakili semua produk yang diajukan dalam permohonan

SPPT-SNI

34 Dokumen permohonan SPPT-SNI disampaikan ke LSPro dengan tembusan

disampaikan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka

35 Sesuai dengan permohonan SPPT-SNI LSPro wajib

a meneliti kebenaran dan pemenuhan atas persyaratan sebaga1imana dimaksud

pada butir 32 huruf a dan huruf b

b memberitahukan kepada Dirjen ILMTA tentang rencana audit apabila telah

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf a dan huruf

b audit kecukupan dan kebenaran dokumen SMM

c mengadakan rapat pleno untuk penentuan penerbitan SPPT-SNI dengan

mempertimbangkan masukan dan memperhatikan rekomendasi Dirjen ImiddotLMTA

c- d menerbitkan SPPT-SNI apabila hasil audit sebagaimana dimaksud pada huruf

c memenuhi persyaratan dan atau ketentuan SNI 40962007

36 Berdasarkan tembusan dokumen permohonan sebagaimana dimaksud pada butir

34 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesln Tekstil dan Aneka dapat melakukan

pemeriksaan perusahaan sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi kepada

LSPro bahwa perusahaan yang bersangkutan layak ditindaklanjuti dalam proses

pengajuan SPPT-SNI

37 Waktu y~ng diperlukan untuk pelaksanaan audjj dan penerbitan SPPT SNI oleh

LSPro apabila dokumen sudah lengkap dan benar adalah 41 (empat puluh satu)

hari kerja diluar proses pengujian atau tindakan koreksi

4

c

BAB IV

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH

41 Ruang Lingkup

Tata cara pengambilan contoh ini digunakan oleh LSPro atau Petugas

Pengawasan Standar di Pabrik (PPSP) sebagai acuan untuk menentukan cara

dan jumlah pengambilan contoh BjL AS dalam rangka pelaksanaan Sertifikasi

Produk Peng9unaan Tanda SNI dan Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik

42 Ketentuan-Ketentuan

421 Pengambilan contoh dilaksanakan oleh

a Petugas Pengambil Contoh (PPC) berdasarkan Surat tugas dari LSPro untuk

permohonan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI

Pengambilan contoh dilakukan 1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau

di gudang

b Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik (PPSP)

berdasarkan Surat tugas dari Dirjen ILMTA untuk pengawasan penerapan

SNI wajib di pabrik yang dilaksanakan PPSP Pengambilan contoh dilakukan

1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau di Gudang

422 Pengiriman contoh ke Laboratorium Uji untuk

a Permohonan SPPT-SNI dilakukan oleh PPC dari LSPro

b Pengawasan penerapan SNI wajib di pabrik dilaksanakan oleh PPSP

43 Cara Pengambilan Contoh

431 Untuk permohonan SPPT-SNI

( a Produk yang diperiksa harus dikelompokkan sedemikian rupa sehingga

mudah diidentifikasi dan setiap kelompok sedapat mung kin terdiri dari satu

macam kelas ukuran dan komposisi yang dihasilkan pada kondisi dan waktu

yang bersamaan

b 8jL AS berjumlah sampai dengan 3000 lembar dari spesifikasi yang

sam a diambil 1 (satu) lembar contoh dan selebihnya tiap kelipatan 3000

lembar ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyak-banyaknya 10 contoh

c 8jL AS dalam bentuk gulungan berjurnlah sampai dengan 50 ton diwakili oleh

1 (satu) lembar contoh dengan ukuran panjang 1 (satu) meter yang diambil

pada jarak minimum 15 meter dari ujung terluar dan selebihnya setiap

5

kelipatan 50 (lima puluh) ton ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyakshy

banyaknya 10 contoh

d Pengambilan contoh dilakukan secara acak

e Petugas yang mengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak

produsen untuk melakukan tugasnya

432 tJntuk Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik oleh PPSP

a Contoh BjL AS dalam bentuk lembaran

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3

(tiga) lembar dari stok dan 2 (dua) lembar dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masing-masing 1 (satu) meter Apabila proses

produksi tidak berjalan maka 5 (lima) lembar diambil dari stok yang tersedia

b Contoh Bj l AS dalam bentuk gulungan

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3 ( (tiga) gulungan dari stok dan 2 (dua) gulungan dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masirig-masing 1 (satu) meter diambil pada jarak

minimum 15 meter dari ujung terluar Apabila proses produksi tidak berjalan

maka contoh diambil dari 5 (lima) gulungall pada stok yang tersedia

44 Tahapan Pelaksanaan Pengambilan Contoh

441 Untuk Permohonan SPPT- SNI sesuai prosedur LSPro

442 Untuk Pengawasan Penerapan SNI waj ib di Pabrik sebagai berikut

a Memberitahukan kepada pihak produsen mengenai waktu dan rencana

pengambilan contoh (sampling plan)

b Menyiapkan Surat Tugas PengambiJan Contoh

c Menyiapkan Berita Acara Pengambilan Contoh dan label Contoh Uji ( d Mengambil contoh sesuai dengan metode yang ditetapkan

e Pengambilan contoh disaksikan oleh pihak produsen

f Contoh dikemas dan diberi label kemudian ditanda tangani oleh kedua pihak

serta dicap produsen

g 8erita Acara Pengambilan Contoh ditanda tangani dan dicap oleh pihak

produsen

h Contoh kemudian dikirim ke Laboratorium Uji oleh PPSP dan atau pihak

produsen

6

BABV

TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

Setiap BjL AS harus diberi penandaan SNI sebagai berikut

a Pada setiap kemasan Bj l AS dalam bentuk lembaran dan gulungan diberi tanda

sekurang-kurangnya yaitu

1) Nama dan logo pabrik pembuat

2) Simbol dan kelas

3) Tanda SNI

b Pada label produk diberi tanda yaitu

1) Spesifikasi

2) Ukuran

( 3) Nomor middotidentifikasi (nomor gulungan dan leburan)

4) Jumlah lembaran dari setiap kemasan (Iembaran dan pel at)

5) Berat setiap kemasan

6) SNI 40962007

7) No 10 LSPro

BABVI

PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TIEKNIS

61 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Oirjen ILMTA Oepartemen

Perindustrian yang menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan

c- penerapan SNI wajib dalam hal

a Pemberian pengecualian terhadap ketentuan SNI wajib untuk produk impor

b Kelayakan perusahaan untuk mendapatkan SPPT SNI

62 Persyaratan memperoleh pertimbangan teknis untuk pengecualian importasi

produk BjL AS dengan mengajukan surat permohonan dengan melampirkan

a Kerengkapan administrasi sebagai berikut

1) Surat Izin Usaha Industri (IUI) untuk produsen

2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk importir

3) Tanda Oaftar Perusahaan (TOP)

4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

7

c

b Menyampaikan rencana impor meliputi

1) Jenis penggunaan produk Bi LAS sebagai bahan baku

2) Jumlah kebutuhan

3) Jadual pelaksanaan

4) Jenis dan spesifikasi produk yang menggunakan BiLAS sebagai bahan

baku (melampirkan copy Mill Sertificate) 5) Untuk importir menyampaikan surat permintaan dari perusahaan pengguna

63 Terhadap BjLAS yang importasinya telah berjalan dan memasuki pabean

disamping persyaratan butir 62 maka importir wajib melampirkan dokumen

Be 11

64 Penerbitan Pertimbangan teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian

kelayakan perusahaan yang terkait dengan

1) Perizinan industri yang bersangkutan

2) Penggunaan BiLAS sebagai bahan baku jenis industri yang bersangkutan

3) Jenis dan spesifikasi

4) Jumlah kebutuhan BjLAS yang akan di impor

5) Kapasitas produksi

65 Berdasarkan hasil penilaian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan

kenyataan kebutuhan BjLAS Direktorat Jendera1 ILMTA menerbitkan atau

menolak untuk menerbitkan Surat Perimbangan Teknis selambat-Iambatnya 7

(tujuh) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dokumen permohonan

pertimbangan teknis Bj LAS

66 Perusahaan importir BjL AS diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi

impor berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Dirjen ILIVITA

setiap kali importasi c- 67 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen

Perindustrian melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap laporan realisasi impor

tersebut diatas

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

71 Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan SNI BjL AS secara

wajib dilaksanakan oleh Dirjen ILMTA

8

72 Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam

menerapkan SNI wajib melalui

a sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan

ketentuan yang berlaku

b pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI

73 Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik Dirjen ILMTA dapat

menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik

(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk

74 Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung

PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik

75 Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk c-_ 8jL AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA

76 Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi

a Legalitas perusahaan

b Realisasi impor

c Kemampuan produsen

d Penggunaan bahan baku impor~

(

9

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10

Page 2: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

4 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 39M-INDPER32009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 02MshyINDPER12009 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (BjL AS) Secara Wajib

MEMUTUSKAN Menetapkan

PERTAMA Memberlakukan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penerapan Pembinaan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SN I) Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (BjL AS)

( - Secara WaJib sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Peraturan ini sebagai pedoman dalam Pemberlakuan SNI Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (BjL AS) Secara Wajib

KEDUA Peraturan Direktur Jenderal mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 27 April 2009

(

Salinan Peraturan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada 1 Menteri Perindustrian 2 Menteri Perdagangan 3 Menteri Perhubungan 4 Direktur Jenderal Bea amp Cukai Departemen Keuangan 5 Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Depart~men Perdagangan 6 Direktur JenderalPerdagangan Oalam Negeri Departemen Perdagangan 7 Para Pejabat Eselon di lingkungan Departemen Perindustrian B Kepala Badan Standardisasi Nasional 9 Kepala Dinas yang bertanggunQl jawab di bidang Perindustrian

di PropinsiKabupatenKota 10 Kepala Balai di Iingkungan Departemen Perindustrian

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUH JENDERAL INDUSTIRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA

NOMOR 09 flLMT AlPERf4f2009 TANGGAL 27 April 2009

PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN STAN DAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUM

(BjL AS) SECARA WAJIB

( 1 BAB I KETENTUAN UMUM

2 BAB II LlNGKUP PEMBERLAKUAN SNI BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUM (Bj L AS)

3 BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI

4 BAB IV TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ~

5 BAB V TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

6 BAB VI PROSEDUR MEMPEHOLEH PERTIMBANGAN TEKNIS

7 BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

8 BAB VIII PENUTUP

DIREKTUR JENDERAL (

PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)

PEMBERLAKUAN SNI WAJIB

BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS

PADUAN ALUMINIUM - SENG (BjL AS)

SNI 40962007 dan atau revisinya

BABI

KETENTUAN UMUM

~

11 Sertifikat Produk Penggunaa~ Tanda SNI (SPPT SNI) BjL AS adalah Sertifikat

Produk Penggunaan Tanda SNI yang diberikan kepada produsen yang mampu

menghasilkan 8j L AS yang sesuai persyaratan SNI (

12 Industri 8j L AS adalah industri yang memproduksi 8jL AS minimal memiliki

fasilitas produksi untuk melakukan pembersihan permukaan pelapisan aluminium

seng celup panas (Hot Dip) pendinginan perlakuan permukaan dan memiliki

peralatan pengendalian mutu

13 8jL AS adalah produk yang dihasHkan dari proses pelapisan paduan aluminium

seng dengan cara celup panas dari bahan baku baja Iembaran canai dingin

14 Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah rangkaian kegiatan dalam rangka

penerapan manajemen mutu menurut SNI 19-9001-2001 atau ISO 90012000

atau revisinya

15 Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) adalah lembaga yang ditunjuk Menteri

Perindustrian untuk mellkukan kegiatan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda

c SNI

16 Laboratorium Penguji adalah laboratorium yang melakukan kegiatan pengujian

terhadap BjL AS sesuai persyaratan SNI dan telah ditunjuk Menteri Perindustrian

untuk melakukan pengujian sesuai SNI

17 Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) adalah lembaga yang teah

mendapatkan akreditasi dari KAN atau badan akreditasi di negara pabrikan yang

telah melakukan perjanjian saling pengakuan atau Mutual Recognition

Arrangement atau Mutual Recognition ofApproval (MRA) $

18 Perjanjian Saling Pengakuat1 Mutual Recognition Arrangement atau Mutual

Recognition of Approval (MRA) adalah kesepakatan yang dHakukan oleh KAN

1

C

dengan Badan Akreditasi negara lain untuk saling mengakui dan menerima

beberapa atau keseluruhan aspek dalam hal hasil-hasil penilaian kesesuaian

19 Surat Pendaftaran Barang (SPB) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan yang diberikan

kepada importir untuk mendaftarkan BjL AS yang akan diimpor

110 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Direktur Jenderal Industri Lbgam

Mesin Tekstil dan Aneka (Dirjen ILMTA) Departemen Perindustrian yang

menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan penerapan SNI wajib

BABII

LlNGKUP PEMBERLAKUAN SNI WAJIB BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN

LAPIS PADUAN ALUMINIUMmiddotSENG (BjL AS) c 21 Pemberlakuan SNI BjL AS (SNI 40962007 dan atau revisinya) dengan nomor

Harrnonized System (HS) sebagai berikut

No

1

Jenis Produk

BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUMshySENG (BjlL AS)

No SNI

SN140962007

No HS

HS 7210611000 HS 721061 9000 HS 7212501010 HS 7212502010

-

22 Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan

SNI Bj L AS Secara Wajib dan atau revisinya maka 8jL AS yang tidak sesuai

dengan SNI 40962007 dan atau revisinya tidak boleh diproduksi dan

diperdagangkan di dalam negeri

23 Terhadap 8jL AS yang dalam penerapan SNI Wajib pedu mendapatkan

pertimbangan teknis Dirjen ILMTA adalah

a 8jL AS yang memiliki kesamaan dengan kelompok HS sesuai butir 21 tetapi

memiliki spesifikasi teknis lain selain dimaksud dalam SNI 40962007 dan atau

revisinya

b 8jL AS sejenis yang telah memiliki nomor SNI lain selain SNI 40962007 dan

atau revisinya 2

c Bj L AS dengan spesifikasi teknis yang dipergunakan khusus untuk keperluan

bahan baku pada industri komponen kendaraan bermotor industri peralatan

listrik konsumsi dan elektronika

d Bj L AS yang dipergunakan khusus untuk keperluan bahan baku untuk produk

ekspor

BAB III

TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI

c

31 Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI diterbitkan oleh LSPro dan sebelum

melaksanakan kegiatan Sertifikasi SNI LSPro berkewajiban menyampaikan

pedoman prosedur dan persyaratan permohonan SPPT-SNI kepada Dirjen

ILMTA serta Kepala BPP

32 Untuk memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI BjL AS dari

LSPro pelaku usaha wajib mengikuti prosedur yang ditetapkan LSPro apabila

telah

a Memenuhi persyaratan administrasi dengan menunjukkan dokumen asli dan

menyerahkan salinan bukti kepemilikan

1) Izin Usaha Industri (lUI) dengan lingkup BjL AS

2) Sertifikat atau Tanda Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Departemen Hukum dan HAM

untuk BjL AS dan atau lisensi dari pemilik merek dengan ketentuan

a dalam satu merk yang sama tidak diperkenankan untuk digunakan c lebih dari 1 (satu) SPPT-SNI

b untuk BjLAS yang berasal dari impor SPPT-SNI harus mencantumkan

nama produsen dan nama importir

c produsen BjLAS melampirkan surat pernyataan tidak akan

menggunakan beberapa SPPT-SNI dalam satu merk

b Telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) sesuai dengan SNI 19shy

9001-2001 atau ISO 90012000 atau revisinya melalui

a pengendalian mutu sesuai dengan persyaratan SNI milik sendiri

b kerjasama pengujian dengan laboratorium uji lainnya yang fasilitas ujinya

telah dikalibrasi

3

c

c Hasil produksi harus memenuhi persyaratan SNI berdasarkan hasil uji

a memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Ilaboratorium yang telah ditunjuk

Menteri Perindustrian

b memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Laboratorium Penguji negara

pabrikan atau dari dalam negeri yang telah diakredrtasi oleh KAN atau

ditunjuk Menteri Perindustrian khusus untuk Bj LAS impor

33 Untuk keperluan pengujian sesuai dengan SNI 40962007 dan atau revisinya

sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf c contoh uji BjL AS diambil di pabrik

pada proses produksi dan di gudang Jenis dan jumlah contoh yang ditetapkan

adalah dapat mewakili semua produk yang diajukan dalam permohonan

SPPT-SNI

34 Dokumen permohonan SPPT-SNI disampaikan ke LSPro dengan tembusan

disampaikan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka

35 Sesuai dengan permohonan SPPT-SNI LSPro wajib

a meneliti kebenaran dan pemenuhan atas persyaratan sebaga1imana dimaksud

pada butir 32 huruf a dan huruf b

b memberitahukan kepada Dirjen ILMTA tentang rencana audit apabila telah

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf a dan huruf

b audit kecukupan dan kebenaran dokumen SMM

c mengadakan rapat pleno untuk penentuan penerbitan SPPT-SNI dengan

mempertimbangkan masukan dan memperhatikan rekomendasi Dirjen ImiddotLMTA

c- d menerbitkan SPPT-SNI apabila hasil audit sebagaimana dimaksud pada huruf

c memenuhi persyaratan dan atau ketentuan SNI 40962007

36 Berdasarkan tembusan dokumen permohonan sebagaimana dimaksud pada butir

34 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesln Tekstil dan Aneka dapat melakukan

pemeriksaan perusahaan sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi kepada

LSPro bahwa perusahaan yang bersangkutan layak ditindaklanjuti dalam proses

pengajuan SPPT-SNI

37 Waktu y~ng diperlukan untuk pelaksanaan audjj dan penerbitan SPPT SNI oleh

LSPro apabila dokumen sudah lengkap dan benar adalah 41 (empat puluh satu)

hari kerja diluar proses pengujian atau tindakan koreksi

4

c

BAB IV

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH

41 Ruang Lingkup

Tata cara pengambilan contoh ini digunakan oleh LSPro atau Petugas

Pengawasan Standar di Pabrik (PPSP) sebagai acuan untuk menentukan cara

dan jumlah pengambilan contoh BjL AS dalam rangka pelaksanaan Sertifikasi

Produk Peng9unaan Tanda SNI dan Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik

42 Ketentuan-Ketentuan

421 Pengambilan contoh dilaksanakan oleh

a Petugas Pengambil Contoh (PPC) berdasarkan Surat tugas dari LSPro untuk

permohonan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI

Pengambilan contoh dilakukan 1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau

di gudang

b Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik (PPSP)

berdasarkan Surat tugas dari Dirjen ILMTA untuk pengawasan penerapan

SNI wajib di pabrik yang dilaksanakan PPSP Pengambilan contoh dilakukan

1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau di Gudang

422 Pengiriman contoh ke Laboratorium Uji untuk

a Permohonan SPPT-SNI dilakukan oleh PPC dari LSPro

b Pengawasan penerapan SNI wajib di pabrik dilaksanakan oleh PPSP

43 Cara Pengambilan Contoh

431 Untuk permohonan SPPT-SNI

( a Produk yang diperiksa harus dikelompokkan sedemikian rupa sehingga

mudah diidentifikasi dan setiap kelompok sedapat mung kin terdiri dari satu

macam kelas ukuran dan komposisi yang dihasilkan pada kondisi dan waktu

yang bersamaan

b 8jL AS berjumlah sampai dengan 3000 lembar dari spesifikasi yang

sam a diambil 1 (satu) lembar contoh dan selebihnya tiap kelipatan 3000

lembar ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyak-banyaknya 10 contoh

c 8jL AS dalam bentuk gulungan berjurnlah sampai dengan 50 ton diwakili oleh

1 (satu) lembar contoh dengan ukuran panjang 1 (satu) meter yang diambil

pada jarak minimum 15 meter dari ujung terluar dan selebihnya setiap

5

kelipatan 50 (lima puluh) ton ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyakshy

banyaknya 10 contoh

d Pengambilan contoh dilakukan secara acak

e Petugas yang mengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak

produsen untuk melakukan tugasnya

432 tJntuk Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik oleh PPSP

a Contoh BjL AS dalam bentuk lembaran

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3

(tiga) lembar dari stok dan 2 (dua) lembar dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masing-masing 1 (satu) meter Apabila proses

produksi tidak berjalan maka 5 (lima) lembar diambil dari stok yang tersedia

b Contoh Bj l AS dalam bentuk gulungan

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3 ( (tiga) gulungan dari stok dan 2 (dua) gulungan dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masirig-masing 1 (satu) meter diambil pada jarak

minimum 15 meter dari ujung terluar Apabila proses produksi tidak berjalan

maka contoh diambil dari 5 (lima) gulungall pada stok yang tersedia

44 Tahapan Pelaksanaan Pengambilan Contoh

441 Untuk Permohonan SPPT- SNI sesuai prosedur LSPro

442 Untuk Pengawasan Penerapan SNI waj ib di Pabrik sebagai berikut

a Memberitahukan kepada pihak produsen mengenai waktu dan rencana

pengambilan contoh (sampling plan)

b Menyiapkan Surat Tugas PengambiJan Contoh

c Menyiapkan Berita Acara Pengambilan Contoh dan label Contoh Uji ( d Mengambil contoh sesuai dengan metode yang ditetapkan

e Pengambilan contoh disaksikan oleh pihak produsen

f Contoh dikemas dan diberi label kemudian ditanda tangani oleh kedua pihak

serta dicap produsen

g 8erita Acara Pengambilan Contoh ditanda tangani dan dicap oleh pihak

produsen

h Contoh kemudian dikirim ke Laboratorium Uji oleh PPSP dan atau pihak

produsen

6

BABV

TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

Setiap BjL AS harus diberi penandaan SNI sebagai berikut

a Pada setiap kemasan Bj l AS dalam bentuk lembaran dan gulungan diberi tanda

sekurang-kurangnya yaitu

1) Nama dan logo pabrik pembuat

2) Simbol dan kelas

3) Tanda SNI

b Pada label produk diberi tanda yaitu

1) Spesifikasi

2) Ukuran

( 3) Nomor middotidentifikasi (nomor gulungan dan leburan)

4) Jumlah lembaran dari setiap kemasan (Iembaran dan pel at)

5) Berat setiap kemasan

6) SNI 40962007

7) No 10 LSPro

BABVI

PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TIEKNIS

61 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Oirjen ILMTA Oepartemen

Perindustrian yang menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan

c- penerapan SNI wajib dalam hal

a Pemberian pengecualian terhadap ketentuan SNI wajib untuk produk impor

b Kelayakan perusahaan untuk mendapatkan SPPT SNI

62 Persyaratan memperoleh pertimbangan teknis untuk pengecualian importasi

produk BjL AS dengan mengajukan surat permohonan dengan melampirkan

a Kerengkapan administrasi sebagai berikut

1) Surat Izin Usaha Industri (IUI) untuk produsen

2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk importir

3) Tanda Oaftar Perusahaan (TOP)

4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

7

c

b Menyampaikan rencana impor meliputi

1) Jenis penggunaan produk Bi LAS sebagai bahan baku

2) Jumlah kebutuhan

3) Jadual pelaksanaan

4) Jenis dan spesifikasi produk yang menggunakan BiLAS sebagai bahan

baku (melampirkan copy Mill Sertificate) 5) Untuk importir menyampaikan surat permintaan dari perusahaan pengguna

63 Terhadap BjLAS yang importasinya telah berjalan dan memasuki pabean

disamping persyaratan butir 62 maka importir wajib melampirkan dokumen

Be 11

64 Penerbitan Pertimbangan teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian

kelayakan perusahaan yang terkait dengan

1) Perizinan industri yang bersangkutan

2) Penggunaan BiLAS sebagai bahan baku jenis industri yang bersangkutan

3) Jenis dan spesifikasi

4) Jumlah kebutuhan BjLAS yang akan di impor

5) Kapasitas produksi

65 Berdasarkan hasil penilaian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan

kenyataan kebutuhan BjLAS Direktorat Jendera1 ILMTA menerbitkan atau

menolak untuk menerbitkan Surat Perimbangan Teknis selambat-Iambatnya 7

(tujuh) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dokumen permohonan

pertimbangan teknis Bj LAS

66 Perusahaan importir BjL AS diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi

impor berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Dirjen ILIVITA

setiap kali importasi c- 67 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen

Perindustrian melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap laporan realisasi impor

tersebut diatas

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

71 Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan SNI BjL AS secara

wajib dilaksanakan oleh Dirjen ILMTA

8

72 Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam

menerapkan SNI wajib melalui

a sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan

ketentuan yang berlaku

b pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI

73 Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik Dirjen ILMTA dapat

menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik

(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk

74 Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung

PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik

75 Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk c-_ 8jL AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA

76 Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi

a Legalitas perusahaan

b Realisasi impor

c Kemampuan produsen

d Penggunaan bahan baku impor~

(

9

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10

Page 3: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUH JENDERAL INDUSTIRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA

NOMOR 09 flLMT AlPERf4f2009 TANGGAL 27 April 2009

PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN STAN DAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUM

(BjL AS) SECARA WAJIB

( 1 BAB I KETENTUAN UMUM

2 BAB II LlNGKUP PEMBERLAKUAN SNI BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUM (Bj L AS)

3 BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI

4 BAB IV TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ~

5 BAB V TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

6 BAB VI PROSEDUR MEMPEHOLEH PERTIMBANGAN TEKNIS

7 BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

8 BAB VIII PENUTUP

DIREKTUR JENDERAL (

PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)

PEMBERLAKUAN SNI WAJIB

BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS

PADUAN ALUMINIUM - SENG (BjL AS)

SNI 40962007 dan atau revisinya

BABI

KETENTUAN UMUM

~

11 Sertifikat Produk Penggunaa~ Tanda SNI (SPPT SNI) BjL AS adalah Sertifikat

Produk Penggunaan Tanda SNI yang diberikan kepada produsen yang mampu

menghasilkan 8j L AS yang sesuai persyaratan SNI (

12 Industri 8j L AS adalah industri yang memproduksi 8jL AS minimal memiliki

fasilitas produksi untuk melakukan pembersihan permukaan pelapisan aluminium

seng celup panas (Hot Dip) pendinginan perlakuan permukaan dan memiliki

peralatan pengendalian mutu

13 8jL AS adalah produk yang dihasHkan dari proses pelapisan paduan aluminium

seng dengan cara celup panas dari bahan baku baja Iembaran canai dingin

14 Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah rangkaian kegiatan dalam rangka

penerapan manajemen mutu menurut SNI 19-9001-2001 atau ISO 90012000

atau revisinya

15 Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) adalah lembaga yang ditunjuk Menteri

Perindustrian untuk mellkukan kegiatan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda

c SNI

16 Laboratorium Penguji adalah laboratorium yang melakukan kegiatan pengujian

terhadap BjL AS sesuai persyaratan SNI dan telah ditunjuk Menteri Perindustrian

untuk melakukan pengujian sesuai SNI

17 Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) adalah lembaga yang teah

mendapatkan akreditasi dari KAN atau badan akreditasi di negara pabrikan yang

telah melakukan perjanjian saling pengakuan atau Mutual Recognition

Arrangement atau Mutual Recognition ofApproval (MRA) $

18 Perjanjian Saling Pengakuat1 Mutual Recognition Arrangement atau Mutual

Recognition of Approval (MRA) adalah kesepakatan yang dHakukan oleh KAN

1

C

dengan Badan Akreditasi negara lain untuk saling mengakui dan menerima

beberapa atau keseluruhan aspek dalam hal hasil-hasil penilaian kesesuaian

19 Surat Pendaftaran Barang (SPB) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan yang diberikan

kepada importir untuk mendaftarkan BjL AS yang akan diimpor

110 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Direktur Jenderal Industri Lbgam

Mesin Tekstil dan Aneka (Dirjen ILMTA) Departemen Perindustrian yang

menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan penerapan SNI wajib

BABII

LlNGKUP PEMBERLAKUAN SNI WAJIB BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN

LAPIS PADUAN ALUMINIUMmiddotSENG (BjL AS) c 21 Pemberlakuan SNI BjL AS (SNI 40962007 dan atau revisinya) dengan nomor

Harrnonized System (HS) sebagai berikut

No

1

Jenis Produk

BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUMshySENG (BjlL AS)

No SNI

SN140962007

No HS

HS 7210611000 HS 721061 9000 HS 7212501010 HS 7212502010

-

22 Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan

SNI Bj L AS Secara Wajib dan atau revisinya maka 8jL AS yang tidak sesuai

dengan SNI 40962007 dan atau revisinya tidak boleh diproduksi dan

diperdagangkan di dalam negeri

23 Terhadap 8jL AS yang dalam penerapan SNI Wajib pedu mendapatkan

pertimbangan teknis Dirjen ILMTA adalah

a 8jL AS yang memiliki kesamaan dengan kelompok HS sesuai butir 21 tetapi

memiliki spesifikasi teknis lain selain dimaksud dalam SNI 40962007 dan atau

revisinya

b 8jL AS sejenis yang telah memiliki nomor SNI lain selain SNI 40962007 dan

atau revisinya 2

c Bj L AS dengan spesifikasi teknis yang dipergunakan khusus untuk keperluan

bahan baku pada industri komponen kendaraan bermotor industri peralatan

listrik konsumsi dan elektronika

d Bj L AS yang dipergunakan khusus untuk keperluan bahan baku untuk produk

ekspor

BAB III

TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI

c

31 Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI diterbitkan oleh LSPro dan sebelum

melaksanakan kegiatan Sertifikasi SNI LSPro berkewajiban menyampaikan

pedoman prosedur dan persyaratan permohonan SPPT-SNI kepada Dirjen

ILMTA serta Kepala BPP

32 Untuk memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI BjL AS dari

LSPro pelaku usaha wajib mengikuti prosedur yang ditetapkan LSPro apabila

telah

a Memenuhi persyaratan administrasi dengan menunjukkan dokumen asli dan

menyerahkan salinan bukti kepemilikan

1) Izin Usaha Industri (lUI) dengan lingkup BjL AS

2) Sertifikat atau Tanda Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Departemen Hukum dan HAM

untuk BjL AS dan atau lisensi dari pemilik merek dengan ketentuan

a dalam satu merk yang sama tidak diperkenankan untuk digunakan c lebih dari 1 (satu) SPPT-SNI

b untuk BjLAS yang berasal dari impor SPPT-SNI harus mencantumkan

nama produsen dan nama importir

c produsen BjLAS melampirkan surat pernyataan tidak akan

menggunakan beberapa SPPT-SNI dalam satu merk

b Telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) sesuai dengan SNI 19shy

9001-2001 atau ISO 90012000 atau revisinya melalui

a pengendalian mutu sesuai dengan persyaratan SNI milik sendiri

b kerjasama pengujian dengan laboratorium uji lainnya yang fasilitas ujinya

telah dikalibrasi

3

c

c Hasil produksi harus memenuhi persyaratan SNI berdasarkan hasil uji

a memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Ilaboratorium yang telah ditunjuk

Menteri Perindustrian

b memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Laboratorium Penguji negara

pabrikan atau dari dalam negeri yang telah diakredrtasi oleh KAN atau

ditunjuk Menteri Perindustrian khusus untuk Bj LAS impor

33 Untuk keperluan pengujian sesuai dengan SNI 40962007 dan atau revisinya

sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf c contoh uji BjL AS diambil di pabrik

pada proses produksi dan di gudang Jenis dan jumlah contoh yang ditetapkan

adalah dapat mewakili semua produk yang diajukan dalam permohonan

SPPT-SNI

34 Dokumen permohonan SPPT-SNI disampaikan ke LSPro dengan tembusan

disampaikan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka

35 Sesuai dengan permohonan SPPT-SNI LSPro wajib

a meneliti kebenaran dan pemenuhan atas persyaratan sebaga1imana dimaksud

pada butir 32 huruf a dan huruf b

b memberitahukan kepada Dirjen ILMTA tentang rencana audit apabila telah

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf a dan huruf

b audit kecukupan dan kebenaran dokumen SMM

c mengadakan rapat pleno untuk penentuan penerbitan SPPT-SNI dengan

mempertimbangkan masukan dan memperhatikan rekomendasi Dirjen ImiddotLMTA

c- d menerbitkan SPPT-SNI apabila hasil audit sebagaimana dimaksud pada huruf

c memenuhi persyaratan dan atau ketentuan SNI 40962007

36 Berdasarkan tembusan dokumen permohonan sebagaimana dimaksud pada butir

34 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesln Tekstil dan Aneka dapat melakukan

pemeriksaan perusahaan sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi kepada

LSPro bahwa perusahaan yang bersangkutan layak ditindaklanjuti dalam proses

pengajuan SPPT-SNI

37 Waktu y~ng diperlukan untuk pelaksanaan audjj dan penerbitan SPPT SNI oleh

LSPro apabila dokumen sudah lengkap dan benar adalah 41 (empat puluh satu)

hari kerja diluar proses pengujian atau tindakan koreksi

4

c

BAB IV

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH

41 Ruang Lingkup

Tata cara pengambilan contoh ini digunakan oleh LSPro atau Petugas

Pengawasan Standar di Pabrik (PPSP) sebagai acuan untuk menentukan cara

dan jumlah pengambilan contoh BjL AS dalam rangka pelaksanaan Sertifikasi

Produk Peng9unaan Tanda SNI dan Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik

42 Ketentuan-Ketentuan

421 Pengambilan contoh dilaksanakan oleh

a Petugas Pengambil Contoh (PPC) berdasarkan Surat tugas dari LSPro untuk

permohonan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI

Pengambilan contoh dilakukan 1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau

di gudang

b Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik (PPSP)

berdasarkan Surat tugas dari Dirjen ILMTA untuk pengawasan penerapan

SNI wajib di pabrik yang dilaksanakan PPSP Pengambilan contoh dilakukan

1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau di Gudang

422 Pengiriman contoh ke Laboratorium Uji untuk

a Permohonan SPPT-SNI dilakukan oleh PPC dari LSPro

b Pengawasan penerapan SNI wajib di pabrik dilaksanakan oleh PPSP

43 Cara Pengambilan Contoh

431 Untuk permohonan SPPT-SNI

( a Produk yang diperiksa harus dikelompokkan sedemikian rupa sehingga

mudah diidentifikasi dan setiap kelompok sedapat mung kin terdiri dari satu

macam kelas ukuran dan komposisi yang dihasilkan pada kondisi dan waktu

yang bersamaan

b 8jL AS berjumlah sampai dengan 3000 lembar dari spesifikasi yang

sam a diambil 1 (satu) lembar contoh dan selebihnya tiap kelipatan 3000

lembar ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyak-banyaknya 10 contoh

c 8jL AS dalam bentuk gulungan berjurnlah sampai dengan 50 ton diwakili oleh

1 (satu) lembar contoh dengan ukuran panjang 1 (satu) meter yang diambil

pada jarak minimum 15 meter dari ujung terluar dan selebihnya setiap

5

kelipatan 50 (lima puluh) ton ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyakshy

banyaknya 10 contoh

d Pengambilan contoh dilakukan secara acak

e Petugas yang mengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak

produsen untuk melakukan tugasnya

432 tJntuk Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik oleh PPSP

a Contoh BjL AS dalam bentuk lembaran

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3

(tiga) lembar dari stok dan 2 (dua) lembar dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masing-masing 1 (satu) meter Apabila proses

produksi tidak berjalan maka 5 (lima) lembar diambil dari stok yang tersedia

b Contoh Bj l AS dalam bentuk gulungan

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3 ( (tiga) gulungan dari stok dan 2 (dua) gulungan dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masirig-masing 1 (satu) meter diambil pada jarak

minimum 15 meter dari ujung terluar Apabila proses produksi tidak berjalan

maka contoh diambil dari 5 (lima) gulungall pada stok yang tersedia

44 Tahapan Pelaksanaan Pengambilan Contoh

441 Untuk Permohonan SPPT- SNI sesuai prosedur LSPro

442 Untuk Pengawasan Penerapan SNI waj ib di Pabrik sebagai berikut

a Memberitahukan kepada pihak produsen mengenai waktu dan rencana

pengambilan contoh (sampling plan)

b Menyiapkan Surat Tugas PengambiJan Contoh

c Menyiapkan Berita Acara Pengambilan Contoh dan label Contoh Uji ( d Mengambil contoh sesuai dengan metode yang ditetapkan

e Pengambilan contoh disaksikan oleh pihak produsen

f Contoh dikemas dan diberi label kemudian ditanda tangani oleh kedua pihak

serta dicap produsen

g 8erita Acara Pengambilan Contoh ditanda tangani dan dicap oleh pihak

produsen

h Contoh kemudian dikirim ke Laboratorium Uji oleh PPSP dan atau pihak

produsen

6

BABV

TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

Setiap BjL AS harus diberi penandaan SNI sebagai berikut

a Pada setiap kemasan Bj l AS dalam bentuk lembaran dan gulungan diberi tanda

sekurang-kurangnya yaitu

1) Nama dan logo pabrik pembuat

2) Simbol dan kelas

3) Tanda SNI

b Pada label produk diberi tanda yaitu

1) Spesifikasi

2) Ukuran

( 3) Nomor middotidentifikasi (nomor gulungan dan leburan)

4) Jumlah lembaran dari setiap kemasan (Iembaran dan pel at)

5) Berat setiap kemasan

6) SNI 40962007

7) No 10 LSPro

BABVI

PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TIEKNIS

61 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Oirjen ILMTA Oepartemen

Perindustrian yang menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan

c- penerapan SNI wajib dalam hal

a Pemberian pengecualian terhadap ketentuan SNI wajib untuk produk impor

b Kelayakan perusahaan untuk mendapatkan SPPT SNI

62 Persyaratan memperoleh pertimbangan teknis untuk pengecualian importasi

produk BjL AS dengan mengajukan surat permohonan dengan melampirkan

a Kerengkapan administrasi sebagai berikut

1) Surat Izin Usaha Industri (IUI) untuk produsen

2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk importir

3) Tanda Oaftar Perusahaan (TOP)

4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

7

c

b Menyampaikan rencana impor meliputi

1) Jenis penggunaan produk Bi LAS sebagai bahan baku

2) Jumlah kebutuhan

3) Jadual pelaksanaan

4) Jenis dan spesifikasi produk yang menggunakan BiLAS sebagai bahan

baku (melampirkan copy Mill Sertificate) 5) Untuk importir menyampaikan surat permintaan dari perusahaan pengguna

63 Terhadap BjLAS yang importasinya telah berjalan dan memasuki pabean

disamping persyaratan butir 62 maka importir wajib melampirkan dokumen

Be 11

64 Penerbitan Pertimbangan teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian

kelayakan perusahaan yang terkait dengan

1) Perizinan industri yang bersangkutan

2) Penggunaan BiLAS sebagai bahan baku jenis industri yang bersangkutan

3) Jenis dan spesifikasi

4) Jumlah kebutuhan BjLAS yang akan di impor

5) Kapasitas produksi

65 Berdasarkan hasil penilaian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan

kenyataan kebutuhan BjLAS Direktorat Jendera1 ILMTA menerbitkan atau

menolak untuk menerbitkan Surat Perimbangan Teknis selambat-Iambatnya 7

(tujuh) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dokumen permohonan

pertimbangan teknis Bj LAS

66 Perusahaan importir BjL AS diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi

impor berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Dirjen ILIVITA

setiap kali importasi c- 67 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen

Perindustrian melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap laporan realisasi impor

tersebut diatas

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

71 Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan SNI BjL AS secara

wajib dilaksanakan oleh Dirjen ILMTA

8

72 Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam

menerapkan SNI wajib melalui

a sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan

ketentuan yang berlaku

b pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI

73 Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik Dirjen ILMTA dapat

menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik

(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk

74 Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung

PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik

75 Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk c-_ 8jL AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA

76 Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi

a Legalitas perusahaan

b Realisasi impor

c Kemampuan produsen

d Penggunaan bahan baku impor~

(

9

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10

Page 4: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)

PEMBERLAKUAN SNI WAJIB

BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS

PADUAN ALUMINIUM - SENG (BjL AS)

SNI 40962007 dan atau revisinya

BABI

KETENTUAN UMUM

~

11 Sertifikat Produk Penggunaa~ Tanda SNI (SPPT SNI) BjL AS adalah Sertifikat

Produk Penggunaan Tanda SNI yang diberikan kepada produsen yang mampu

menghasilkan 8j L AS yang sesuai persyaratan SNI (

12 Industri 8j L AS adalah industri yang memproduksi 8jL AS minimal memiliki

fasilitas produksi untuk melakukan pembersihan permukaan pelapisan aluminium

seng celup panas (Hot Dip) pendinginan perlakuan permukaan dan memiliki

peralatan pengendalian mutu

13 8jL AS adalah produk yang dihasHkan dari proses pelapisan paduan aluminium

seng dengan cara celup panas dari bahan baku baja Iembaran canai dingin

14 Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah rangkaian kegiatan dalam rangka

penerapan manajemen mutu menurut SNI 19-9001-2001 atau ISO 90012000

atau revisinya

15 Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) adalah lembaga yang ditunjuk Menteri

Perindustrian untuk mellkukan kegiatan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda

c SNI

16 Laboratorium Penguji adalah laboratorium yang melakukan kegiatan pengujian

terhadap BjL AS sesuai persyaratan SNI dan telah ditunjuk Menteri Perindustrian

untuk melakukan pengujian sesuai SNI

17 Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) adalah lembaga yang teah

mendapatkan akreditasi dari KAN atau badan akreditasi di negara pabrikan yang

telah melakukan perjanjian saling pengakuan atau Mutual Recognition

Arrangement atau Mutual Recognition ofApproval (MRA) $

18 Perjanjian Saling Pengakuat1 Mutual Recognition Arrangement atau Mutual

Recognition of Approval (MRA) adalah kesepakatan yang dHakukan oleh KAN

1

C

dengan Badan Akreditasi negara lain untuk saling mengakui dan menerima

beberapa atau keseluruhan aspek dalam hal hasil-hasil penilaian kesesuaian

19 Surat Pendaftaran Barang (SPB) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan yang diberikan

kepada importir untuk mendaftarkan BjL AS yang akan diimpor

110 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Direktur Jenderal Industri Lbgam

Mesin Tekstil dan Aneka (Dirjen ILMTA) Departemen Perindustrian yang

menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan penerapan SNI wajib

BABII

LlNGKUP PEMBERLAKUAN SNI WAJIB BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN

LAPIS PADUAN ALUMINIUMmiddotSENG (BjL AS) c 21 Pemberlakuan SNI BjL AS (SNI 40962007 dan atau revisinya) dengan nomor

Harrnonized System (HS) sebagai berikut

No

1

Jenis Produk

BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUMshySENG (BjlL AS)

No SNI

SN140962007

No HS

HS 7210611000 HS 721061 9000 HS 7212501010 HS 7212502010

-

22 Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan

SNI Bj L AS Secara Wajib dan atau revisinya maka 8jL AS yang tidak sesuai

dengan SNI 40962007 dan atau revisinya tidak boleh diproduksi dan

diperdagangkan di dalam negeri

23 Terhadap 8jL AS yang dalam penerapan SNI Wajib pedu mendapatkan

pertimbangan teknis Dirjen ILMTA adalah

a 8jL AS yang memiliki kesamaan dengan kelompok HS sesuai butir 21 tetapi

memiliki spesifikasi teknis lain selain dimaksud dalam SNI 40962007 dan atau

revisinya

b 8jL AS sejenis yang telah memiliki nomor SNI lain selain SNI 40962007 dan

atau revisinya 2

c Bj L AS dengan spesifikasi teknis yang dipergunakan khusus untuk keperluan

bahan baku pada industri komponen kendaraan bermotor industri peralatan

listrik konsumsi dan elektronika

d Bj L AS yang dipergunakan khusus untuk keperluan bahan baku untuk produk

ekspor

BAB III

TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI

c

31 Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI diterbitkan oleh LSPro dan sebelum

melaksanakan kegiatan Sertifikasi SNI LSPro berkewajiban menyampaikan

pedoman prosedur dan persyaratan permohonan SPPT-SNI kepada Dirjen

ILMTA serta Kepala BPP

32 Untuk memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI BjL AS dari

LSPro pelaku usaha wajib mengikuti prosedur yang ditetapkan LSPro apabila

telah

a Memenuhi persyaratan administrasi dengan menunjukkan dokumen asli dan

menyerahkan salinan bukti kepemilikan

1) Izin Usaha Industri (lUI) dengan lingkup BjL AS

2) Sertifikat atau Tanda Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Departemen Hukum dan HAM

untuk BjL AS dan atau lisensi dari pemilik merek dengan ketentuan

a dalam satu merk yang sama tidak diperkenankan untuk digunakan c lebih dari 1 (satu) SPPT-SNI

b untuk BjLAS yang berasal dari impor SPPT-SNI harus mencantumkan

nama produsen dan nama importir

c produsen BjLAS melampirkan surat pernyataan tidak akan

menggunakan beberapa SPPT-SNI dalam satu merk

b Telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) sesuai dengan SNI 19shy

9001-2001 atau ISO 90012000 atau revisinya melalui

a pengendalian mutu sesuai dengan persyaratan SNI milik sendiri

b kerjasama pengujian dengan laboratorium uji lainnya yang fasilitas ujinya

telah dikalibrasi

3

c

c Hasil produksi harus memenuhi persyaratan SNI berdasarkan hasil uji

a memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Ilaboratorium yang telah ditunjuk

Menteri Perindustrian

b memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Laboratorium Penguji negara

pabrikan atau dari dalam negeri yang telah diakredrtasi oleh KAN atau

ditunjuk Menteri Perindustrian khusus untuk Bj LAS impor

33 Untuk keperluan pengujian sesuai dengan SNI 40962007 dan atau revisinya

sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf c contoh uji BjL AS diambil di pabrik

pada proses produksi dan di gudang Jenis dan jumlah contoh yang ditetapkan

adalah dapat mewakili semua produk yang diajukan dalam permohonan

SPPT-SNI

34 Dokumen permohonan SPPT-SNI disampaikan ke LSPro dengan tembusan

disampaikan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka

35 Sesuai dengan permohonan SPPT-SNI LSPro wajib

a meneliti kebenaran dan pemenuhan atas persyaratan sebaga1imana dimaksud

pada butir 32 huruf a dan huruf b

b memberitahukan kepada Dirjen ILMTA tentang rencana audit apabila telah

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf a dan huruf

b audit kecukupan dan kebenaran dokumen SMM

c mengadakan rapat pleno untuk penentuan penerbitan SPPT-SNI dengan

mempertimbangkan masukan dan memperhatikan rekomendasi Dirjen ImiddotLMTA

c- d menerbitkan SPPT-SNI apabila hasil audit sebagaimana dimaksud pada huruf

c memenuhi persyaratan dan atau ketentuan SNI 40962007

36 Berdasarkan tembusan dokumen permohonan sebagaimana dimaksud pada butir

34 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesln Tekstil dan Aneka dapat melakukan

pemeriksaan perusahaan sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi kepada

LSPro bahwa perusahaan yang bersangkutan layak ditindaklanjuti dalam proses

pengajuan SPPT-SNI

37 Waktu y~ng diperlukan untuk pelaksanaan audjj dan penerbitan SPPT SNI oleh

LSPro apabila dokumen sudah lengkap dan benar adalah 41 (empat puluh satu)

hari kerja diluar proses pengujian atau tindakan koreksi

4

c

BAB IV

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH

41 Ruang Lingkup

Tata cara pengambilan contoh ini digunakan oleh LSPro atau Petugas

Pengawasan Standar di Pabrik (PPSP) sebagai acuan untuk menentukan cara

dan jumlah pengambilan contoh BjL AS dalam rangka pelaksanaan Sertifikasi

Produk Peng9unaan Tanda SNI dan Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik

42 Ketentuan-Ketentuan

421 Pengambilan contoh dilaksanakan oleh

a Petugas Pengambil Contoh (PPC) berdasarkan Surat tugas dari LSPro untuk

permohonan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI

Pengambilan contoh dilakukan 1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau

di gudang

b Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik (PPSP)

berdasarkan Surat tugas dari Dirjen ILMTA untuk pengawasan penerapan

SNI wajib di pabrik yang dilaksanakan PPSP Pengambilan contoh dilakukan

1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau di Gudang

422 Pengiriman contoh ke Laboratorium Uji untuk

a Permohonan SPPT-SNI dilakukan oleh PPC dari LSPro

b Pengawasan penerapan SNI wajib di pabrik dilaksanakan oleh PPSP

43 Cara Pengambilan Contoh

431 Untuk permohonan SPPT-SNI

( a Produk yang diperiksa harus dikelompokkan sedemikian rupa sehingga

mudah diidentifikasi dan setiap kelompok sedapat mung kin terdiri dari satu

macam kelas ukuran dan komposisi yang dihasilkan pada kondisi dan waktu

yang bersamaan

b 8jL AS berjumlah sampai dengan 3000 lembar dari spesifikasi yang

sam a diambil 1 (satu) lembar contoh dan selebihnya tiap kelipatan 3000

lembar ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyak-banyaknya 10 contoh

c 8jL AS dalam bentuk gulungan berjurnlah sampai dengan 50 ton diwakili oleh

1 (satu) lembar contoh dengan ukuran panjang 1 (satu) meter yang diambil

pada jarak minimum 15 meter dari ujung terluar dan selebihnya setiap

5

kelipatan 50 (lima puluh) ton ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyakshy

banyaknya 10 contoh

d Pengambilan contoh dilakukan secara acak

e Petugas yang mengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak

produsen untuk melakukan tugasnya

432 tJntuk Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik oleh PPSP

a Contoh BjL AS dalam bentuk lembaran

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3

(tiga) lembar dari stok dan 2 (dua) lembar dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masing-masing 1 (satu) meter Apabila proses

produksi tidak berjalan maka 5 (lima) lembar diambil dari stok yang tersedia

b Contoh Bj l AS dalam bentuk gulungan

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3 ( (tiga) gulungan dari stok dan 2 (dua) gulungan dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masirig-masing 1 (satu) meter diambil pada jarak

minimum 15 meter dari ujung terluar Apabila proses produksi tidak berjalan

maka contoh diambil dari 5 (lima) gulungall pada stok yang tersedia

44 Tahapan Pelaksanaan Pengambilan Contoh

441 Untuk Permohonan SPPT- SNI sesuai prosedur LSPro

442 Untuk Pengawasan Penerapan SNI waj ib di Pabrik sebagai berikut

a Memberitahukan kepada pihak produsen mengenai waktu dan rencana

pengambilan contoh (sampling plan)

b Menyiapkan Surat Tugas PengambiJan Contoh

c Menyiapkan Berita Acara Pengambilan Contoh dan label Contoh Uji ( d Mengambil contoh sesuai dengan metode yang ditetapkan

e Pengambilan contoh disaksikan oleh pihak produsen

f Contoh dikemas dan diberi label kemudian ditanda tangani oleh kedua pihak

serta dicap produsen

g 8erita Acara Pengambilan Contoh ditanda tangani dan dicap oleh pihak

produsen

h Contoh kemudian dikirim ke Laboratorium Uji oleh PPSP dan atau pihak

produsen

6

BABV

TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

Setiap BjL AS harus diberi penandaan SNI sebagai berikut

a Pada setiap kemasan Bj l AS dalam bentuk lembaran dan gulungan diberi tanda

sekurang-kurangnya yaitu

1) Nama dan logo pabrik pembuat

2) Simbol dan kelas

3) Tanda SNI

b Pada label produk diberi tanda yaitu

1) Spesifikasi

2) Ukuran

( 3) Nomor middotidentifikasi (nomor gulungan dan leburan)

4) Jumlah lembaran dari setiap kemasan (Iembaran dan pel at)

5) Berat setiap kemasan

6) SNI 40962007

7) No 10 LSPro

BABVI

PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TIEKNIS

61 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Oirjen ILMTA Oepartemen

Perindustrian yang menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan

c- penerapan SNI wajib dalam hal

a Pemberian pengecualian terhadap ketentuan SNI wajib untuk produk impor

b Kelayakan perusahaan untuk mendapatkan SPPT SNI

62 Persyaratan memperoleh pertimbangan teknis untuk pengecualian importasi

produk BjL AS dengan mengajukan surat permohonan dengan melampirkan

a Kerengkapan administrasi sebagai berikut

1) Surat Izin Usaha Industri (IUI) untuk produsen

2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk importir

3) Tanda Oaftar Perusahaan (TOP)

4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

7

c

b Menyampaikan rencana impor meliputi

1) Jenis penggunaan produk Bi LAS sebagai bahan baku

2) Jumlah kebutuhan

3) Jadual pelaksanaan

4) Jenis dan spesifikasi produk yang menggunakan BiLAS sebagai bahan

baku (melampirkan copy Mill Sertificate) 5) Untuk importir menyampaikan surat permintaan dari perusahaan pengguna

63 Terhadap BjLAS yang importasinya telah berjalan dan memasuki pabean

disamping persyaratan butir 62 maka importir wajib melampirkan dokumen

Be 11

64 Penerbitan Pertimbangan teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian

kelayakan perusahaan yang terkait dengan

1) Perizinan industri yang bersangkutan

2) Penggunaan BiLAS sebagai bahan baku jenis industri yang bersangkutan

3) Jenis dan spesifikasi

4) Jumlah kebutuhan BjLAS yang akan di impor

5) Kapasitas produksi

65 Berdasarkan hasil penilaian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan

kenyataan kebutuhan BjLAS Direktorat Jendera1 ILMTA menerbitkan atau

menolak untuk menerbitkan Surat Perimbangan Teknis selambat-Iambatnya 7

(tujuh) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dokumen permohonan

pertimbangan teknis Bj LAS

66 Perusahaan importir BjL AS diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi

impor berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Dirjen ILIVITA

setiap kali importasi c- 67 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen

Perindustrian melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap laporan realisasi impor

tersebut diatas

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

71 Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan SNI BjL AS secara

wajib dilaksanakan oleh Dirjen ILMTA

8

72 Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam

menerapkan SNI wajib melalui

a sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan

ketentuan yang berlaku

b pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI

73 Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik Dirjen ILMTA dapat

menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik

(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk

74 Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung

PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik

75 Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk c-_ 8jL AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA

76 Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi

a Legalitas perusahaan

b Realisasi impor

c Kemampuan produsen

d Penggunaan bahan baku impor~

(

9

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10

Page 5: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

C

dengan Badan Akreditasi negara lain untuk saling mengakui dan menerima

beberapa atau keseluruhan aspek dalam hal hasil-hasil penilaian kesesuaian

19 Surat Pendaftaran Barang (SPB) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan yang diberikan

kepada importir untuk mendaftarkan BjL AS yang akan diimpor

110 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Direktur Jenderal Industri Lbgam

Mesin Tekstil dan Aneka (Dirjen ILMTA) Departemen Perindustrian yang

menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan penerapan SNI wajib

BABII

LlNGKUP PEMBERLAKUAN SNI WAJIB BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN

LAPIS PADUAN ALUMINIUMmiddotSENG (BjL AS) c 21 Pemberlakuan SNI BjL AS (SNI 40962007 dan atau revisinya) dengan nomor

Harrnonized System (HS) sebagai berikut

No

1

Jenis Produk

BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUMshySENG (BjlL AS)

No SNI

SN140962007

No HS

HS 7210611000 HS 721061 9000 HS 7212501010 HS 7212502010

-

22 Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan

SNI Bj L AS Secara Wajib dan atau revisinya maka 8jL AS yang tidak sesuai

dengan SNI 40962007 dan atau revisinya tidak boleh diproduksi dan

diperdagangkan di dalam negeri

23 Terhadap 8jL AS yang dalam penerapan SNI Wajib pedu mendapatkan

pertimbangan teknis Dirjen ILMTA adalah

a 8jL AS yang memiliki kesamaan dengan kelompok HS sesuai butir 21 tetapi

memiliki spesifikasi teknis lain selain dimaksud dalam SNI 40962007 dan atau

revisinya

b 8jL AS sejenis yang telah memiliki nomor SNI lain selain SNI 40962007 dan

atau revisinya 2

c Bj L AS dengan spesifikasi teknis yang dipergunakan khusus untuk keperluan

bahan baku pada industri komponen kendaraan bermotor industri peralatan

listrik konsumsi dan elektronika

d Bj L AS yang dipergunakan khusus untuk keperluan bahan baku untuk produk

ekspor

BAB III

TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI

c

31 Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI diterbitkan oleh LSPro dan sebelum

melaksanakan kegiatan Sertifikasi SNI LSPro berkewajiban menyampaikan

pedoman prosedur dan persyaratan permohonan SPPT-SNI kepada Dirjen

ILMTA serta Kepala BPP

32 Untuk memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI BjL AS dari

LSPro pelaku usaha wajib mengikuti prosedur yang ditetapkan LSPro apabila

telah

a Memenuhi persyaratan administrasi dengan menunjukkan dokumen asli dan

menyerahkan salinan bukti kepemilikan

1) Izin Usaha Industri (lUI) dengan lingkup BjL AS

2) Sertifikat atau Tanda Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Departemen Hukum dan HAM

untuk BjL AS dan atau lisensi dari pemilik merek dengan ketentuan

a dalam satu merk yang sama tidak diperkenankan untuk digunakan c lebih dari 1 (satu) SPPT-SNI

b untuk BjLAS yang berasal dari impor SPPT-SNI harus mencantumkan

nama produsen dan nama importir

c produsen BjLAS melampirkan surat pernyataan tidak akan

menggunakan beberapa SPPT-SNI dalam satu merk

b Telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) sesuai dengan SNI 19shy

9001-2001 atau ISO 90012000 atau revisinya melalui

a pengendalian mutu sesuai dengan persyaratan SNI milik sendiri

b kerjasama pengujian dengan laboratorium uji lainnya yang fasilitas ujinya

telah dikalibrasi

3

c

c Hasil produksi harus memenuhi persyaratan SNI berdasarkan hasil uji

a memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Ilaboratorium yang telah ditunjuk

Menteri Perindustrian

b memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Laboratorium Penguji negara

pabrikan atau dari dalam negeri yang telah diakredrtasi oleh KAN atau

ditunjuk Menteri Perindustrian khusus untuk Bj LAS impor

33 Untuk keperluan pengujian sesuai dengan SNI 40962007 dan atau revisinya

sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf c contoh uji BjL AS diambil di pabrik

pada proses produksi dan di gudang Jenis dan jumlah contoh yang ditetapkan

adalah dapat mewakili semua produk yang diajukan dalam permohonan

SPPT-SNI

34 Dokumen permohonan SPPT-SNI disampaikan ke LSPro dengan tembusan

disampaikan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka

35 Sesuai dengan permohonan SPPT-SNI LSPro wajib

a meneliti kebenaran dan pemenuhan atas persyaratan sebaga1imana dimaksud

pada butir 32 huruf a dan huruf b

b memberitahukan kepada Dirjen ILMTA tentang rencana audit apabila telah

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf a dan huruf

b audit kecukupan dan kebenaran dokumen SMM

c mengadakan rapat pleno untuk penentuan penerbitan SPPT-SNI dengan

mempertimbangkan masukan dan memperhatikan rekomendasi Dirjen ImiddotLMTA

c- d menerbitkan SPPT-SNI apabila hasil audit sebagaimana dimaksud pada huruf

c memenuhi persyaratan dan atau ketentuan SNI 40962007

36 Berdasarkan tembusan dokumen permohonan sebagaimana dimaksud pada butir

34 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesln Tekstil dan Aneka dapat melakukan

pemeriksaan perusahaan sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi kepada

LSPro bahwa perusahaan yang bersangkutan layak ditindaklanjuti dalam proses

pengajuan SPPT-SNI

37 Waktu y~ng diperlukan untuk pelaksanaan audjj dan penerbitan SPPT SNI oleh

LSPro apabila dokumen sudah lengkap dan benar adalah 41 (empat puluh satu)

hari kerja diluar proses pengujian atau tindakan koreksi

4

c

BAB IV

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH

41 Ruang Lingkup

Tata cara pengambilan contoh ini digunakan oleh LSPro atau Petugas

Pengawasan Standar di Pabrik (PPSP) sebagai acuan untuk menentukan cara

dan jumlah pengambilan contoh BjL AS dalam rangka pelaksanaan Sertifikasi

Produk Peng9unaan Tanda SNI dan Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik

42 Ketentuan-Ketentuan

421 Pengambilan contoh dilaksanakan oleh

a Petugas Pengambil Contoh (PPC) berdasarkan Surat tugas dari LSPro untuk

permohonan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI

Pengambilan contoh dilakukan 1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau

di gudang

b Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik (PPSP)

berdasarkan Surat tugas dari Dirjen ILMTA untuk pengawasan penerapan

SNI wajib di pabrik yang dilaksanakan PPSP Pengambilan contoh dilakukan

1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau di Gudang

422 Pengiriman contoh ke Laboratorium Uji untuk

a Permohonan SPPT-SNI dilakukan oleh PPC dari LSPro

b Pengawasan penerapan SNI wajib di pabrik dilaksanakan oleh PPSP

43 Cara Pengambilan Contoh

431 Untuk permohonan SPPT-SNI

( a Produk yang diperiksa harus dikelompokkan sedemikian rupa sehingga

mudah diidentifikasi dan setiap kelompok sedapat mung kin terdiri dari satu

macam kelas ukuran dan komposisi yang dihasilkan pada kondisi dan waktu

yang bersamaan

b 8jL AS berjumlah sampai dengan 3000 lembar dari spesifikasi yang

sam a diambil 1 (satu) lembar contoh dan selebihnya tiap kelipatan 3000

lembar ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyak-banyaknya 10 contoh

c 8jL AS dalam bentuk gulungan berjurnlah sampai dengan 50 ton diwakili oleh

1 (satu) lembar contoh dengan ukuran panjang 1 (satu) meter yang diambil

pada jarak minimum 15 meter dari ujung terluar dan selebihnya setiap

5

kelipatan 50 (lima puluh) ton ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyakshy

banyaknya 10 contoh

d Pengambilan contoh dilakukan secara acak

e Petugas yang mengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak

produsen untuk melakukan tugasnya

432 tJntuk Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik oleh PPSP

a Contoh BjL AS dalam bentuk lembaran

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3

(tiga) lembar dari stok dan 2 (dua) lembar dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masing-masing 1 (satu) meter Apabila proses

produksi tidak berjalan maka 5 (lima) lembar diambil dari stok yang tersedia

b Contoh Bj l AS dalam bentuk gulungan

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3 ( (tiga) gulungan dari stok dan 2 (dua) gulungan dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masirig-masing 1 (satu) meter diambil pada jarak

minimum 15 meter dari ujung terluar Apabila proses produksi tidak berjalan

maka contoh diambil dari 5 (lima) gulungall pada stok yang tersedia

44 Tahapan Pelaksanaan Pengambilan Contoh

441 Untuk Permohonan SPPT- SNI sesuai prosedur LSPro

442 Untuk Pengawasan Penerapan SNI waj ib di Pabrik sebagai berikut

a Memberitahukan kepada pihak produsen mengenai waktu dan rencana

pengambilan contoh (sampling plan)

b Menyiapkan Surat Tugas PengambiJan Contoh

c Menyiapkan Berita Acara Pengambilan Contoh dan label Contoh Uji ( d Mengambil contoh sesuai dengan metode yang ditetapkan

e Pengambilan contoh disaksikan oleh pihak produsen

f Contoh dikemas dan diberi label kemudian ditanda tangani oleh kedua pihak

serta dicap produsen

g 8erita Acara Pengambilan Contoh ditanda tangani dan dicap oleh pihak

produsen

h Contoh kemudian dikirim ke Laboratorium Uji oleh PPSP dan atau pihak

produsen

6

BABV

TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

Setiap BjL AS harus diberi penandaan SNI sebagai berikut

a Pada setiap kemasan Bj l AS dalam bentuk lembaran dan gulungan diberi tanda

sekurang-kurangnya yaitu

1) Nama dan logo pabrik pembuat

2) Simbol dan kelas

3) Tanda SNI

b Pada label produk diberi tanda yaitu

1) Spesifikasi

2) Ukuran

( 3) Nomor middotidentifikasi (nomor gulungan dan leburan)

4) Jumlah lembaran dari setiap kemasan (Iembaran dan pel at)

5) Berat setiap kemasan

6) SNI 40962007

7) No 10 LSPro

BABVI

PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TIEKNIS

61 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Oirjen ILMTA Oepartemen

Perindustrian yang menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan

c- penerapan SNI wajib dalam hal

a Pemberian pengecualian terhadap ketentuan SNI wajib untuk produk impor

b Kelayakan perusahaan untuk mendapatkan SPPT SNI

62 Persyaratan memperoleh pertimbangan teknis untuk pengecualian importasi

produk BjL AS dengan mengajukan surat permohonan dengan melampirkan

a Kerengkapan administrasi sebagai berikut

1) Surat Izin Usaha Industri (IUI) untuk produsen

2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk importir

3) Tanda Oaftar Perusahaan (TOP)

4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

7

c

b Menyampaikan rencana impor meliputi

1) Jenis penggunaan produk Bi LAS sebagai bahan baku

2) Jumlah kebutuhan

3) Jadual pelaksanaan

4) Jenis dan spesifikasi produk yang menggunakan BiLAS sebagai bahan

baku (melampirkan copy Mill Sertificate) 5) Untuk importir menyampaikan surat permintaan dari perusahaan pengguna

63 Terhadap BjLAS yang importasinya telah berjalan dan memasuki pabean

disamping persyaratan butir 62 maka importir wajib melampirkan dokumen

Be 11

64 Penerbitan Pertimbangan teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian

kelayakan perusahaan yang terkait dengan

1) Perizinan industri yang bersangkutan

2) Penggunaan BiLAS sebagai bahan baku jenis industri yang bersangkutan

3) Jenis dan spesifikasi

4) Jumlah kebutuhan BjLAS yang akan di impor

5) Kapasitas produksi

65 Berdasarkan hasil penilaian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan

kenyataan kebutuhan BjLAS Direktorat Jendera1 ILMTA menerbitkan atau

menolak untuk menerbitkan Surat Perimbangan Teknis selambat-Iambatnya 7

(tujuh) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dokumen permohonan

pertimbangan teknis Bj LAS

66 Perusahaan importir BjL AS diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi

impor berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Dirjen ILIVITA

setiap kali importasi c- 67 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen

Perindustrian melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap laporan realisasi impor

tersebut diatas

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

71 Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan SNI BjL AS secara

wajib dilaksanakan oleh Dirjen ILMTA

8

72 Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam

menerapkan SNI wajib melalui

a sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan

ketentuan yang berlaku

b pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI

73 Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik Dirjen ILMTA dapat

menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik

(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk

74 Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung

PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik

75 Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk c-_ 8jL AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA

76 Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi

a Legalitas perusahaan

b Realisasi impor

c Kemampuan produsen

d Penggunaan bahan baku impor~

(

9

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10

Page 6: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

c Bj L AS dengan spesifikasi teknis yang dipergunakan khusus untuk keperluan

bahan baku pada industri komponen kendaraan bermotor industri peralatan

listrik konsumsi dan elektronika

d Bj L AS yang dipergunakan khusus untuk keperluan bahan baku untuk produk

ekspor

BAB III

TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI

c

31 Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI diterbitkan oleh LSPro dan sebelum

melaksanakan kegiatan Sertifikasi SNI LSPro berkewajiban menyampaikan

pedoman prosedur dan persyaratan permohonan SPPT-SNI kepada Dirjen

ILMTA serta Kepala BPP

32 Untuk memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI BjL AS dari

LSPro pelaku usaha wajib mengikuti prosedur yang ditetapkan LSPro apabila

telah

a Memenuhi persyaratan administrasi dengan menunjukkan dokumen asli dan

menyerahkan salinan bukti kepemilikan

1) Izin Usaha Industri (lUI) dengan lingkup BjL AS

2) Sertifikat atau Tanda Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Departemen Hukum dan HAM

untuk BjL AS dan atau lisensi dari pemilik merek dengan ketentuan

a dalam satu merk yang sama tidak diperkenankan untuk digunakan c lebih dari 1 (satu) SPPT-SNI

b untuk BjLAS yang berasal dari impor SPPT-SNI harus mencantumkan

nama produsen dan nama importir

c produsen BjLAS melampirkan surat pernyataan tidak akan

menggunakan beberapa SPPT-SNI dalam satu merk

b Telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) sesuai dengan SNI 19shy

9001-2001 atau ISO 90012000 atau revisinya melalui

a pengendalian mutu sesuai dengan persyaratan SNI milik sendiri

b kerjasama pengujian dengan laboratorium uji lainnya yang fasilitas ujinya

telah dikalibrasi

3

c

c Hasil produksi harus memenuhi persyaratan SNI berdasarkan hasil uji

a memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Ilaboratorium yang telah ditunjuk

Menteri Perindustrian

b memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Laboratorium Penguji negara

pabrikan atau dari dalam negeri yang telah diakredrtasi oleh KAN atau

ditunjuk Menteri Perindustrian khusus untuk Bj LAS impor

33 Untuk keperluan pengujian sesuai dengan SNI 40962007 dan atau revisinya

sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf c contoh uji BjL AS diambil di pabrik

pada proses produksi dan di gudang Jenis dan jumlah contoh yang ditetapkan

adalah dapat mewakili semua produk yang diajukan dalam permohonan

SPPT-SNI

34 Dokumen permohonan SPPT-SNI disampaikan ke LSPro dengan tembusan

disampaikan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka

35 Sesuai dengan permohonan SPPT-SNI LSPro wajib

a meneliti kebenaran dan pemenuhan atas persyaratan sebaga1imana dimaksud

pada butir 32 huruf a dan huruf b

b memberitahukan kepada Dirjen ILMTA tentang rencana audit apabila telah

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf a dan huruf

b audit kecukupan dan kebenaran dokumen SMM

c mengadakan rapat pleno untuk penentuan penerbitan SPPT-SNI dengan

mempertimbangkan masukan dan memperhatikan rekomendasi Dirjen ImiddotLMTA

c- d menerbitkan SPPT-SNI apabila hasil audit sebagaimana dimaksud pada huruf

c memenuhi persyaratan dan atau ketentuan SNI 40962007

36 Berdasarkan tembusan dokumen permohonan sebagaimana dimaksud pada butir

34 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesln Tekstil dan Aneka dapat melakukan

pemeriksaan perusahaan sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi kepada

LSPro bahwa perusahaan yang bersangkutan layak ditindaklanjuti dalam proses

pengajuan SPPT-SNI

37 Waktu y~ng diperlukan untuk pelaksanaan audjj dan penerbitan SPPT SNI oleh

LSPro apabila dokumen sudah lengkap dan benar adalah 41 (empat puluh satu)

hari kerja diluar proses pengujian atau tindakan koreksi

4

c

BAB IV

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH

41 Ruang Lingkup

Tata cara pengambilan contoh ini digunakan oleh LSPro atau Petugas

Pengawasan Standar di Pabrik (PPSP) sebagai acuan untuk menentukan cara

dan jumlah pengambilan contoh BjL AS dalam rangka pelaksanaan Sertifikasi

Produk Peng9unaan Tanda SNI dan Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik

42 Ketentuan-Ketentuan

421 Pengambilan contoh dilaksanakan oleh

a Petugas Pengambil Contoh (PPC) berdasarkan Surat tugas dari LSPro untuk

permohonan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI

Pengambilan contoh dilakukan 1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau

di gudang

b Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik (PPSP)

berdasarkan Surat tugas dari Dirjen ILMTA untuk pengawasan penerapan

SNI wajib di pabrik yang dilaksanakan PPSP Pengambilan contoh dilakukan

1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau di Gudang

422 Pengiriman contoh ke Laboratorium Uji untuk

a Permohonan SPPT-SNI dilakukan oleh PPC dari LSPro

b Pengawasan penerapan SNI wajib di pabrik dilaksanakan oleh PPSP

43 Cara Pengambilan Contoh

431 Untuk permohonan SPPT-SNI

( a Produk yang diperiksa harus dikelompokkan sedemikian rupa sehingga

mudah diidentifikasi dan setiap kelompok sedapat mung kin terdiri dari satu

macam kelas ukuran dan komposisi yang dihasilkan pada kondisi dan waktu

yang bersamaan

b 8jL AS berjumlah sampai dengan 3000 lembar dari spesifikasi yang

sam a diambil 1 (satu) lembar contoh dan selebihnya tiap kelipatan 3000

lembar ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyak-banyaknya 10 contoh

c 8jL AS dalam bentuk gulungan berjurnlah sampai dengan 50 ton diwakili oleh

1 (satu) lembar contoh dengan ukuran panjang 1 (satu) meter yang diambil

pada jarak minimum 15 meter dari ujung terluar dan selebihnya setiap

5

kelipatan 50 (lima puluh) ton ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyakshy

banyaknya 10 contoh

d Pengambilan contoh dilakukan secara acak

e Petugas yang mengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak

produsen untuk melakukan tugasnya

432 tJntuk Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik oleh PPSP

a Contoh BjL AS dalam bentuk lembaran

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3

(tiga) lembar dari stok dan 2 (dua) lembar dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masing-masing 1 (satu) meter Apabila proses

produksi tidak berjalan maka 5 (lima) lembar diambil dari stok yang tersedia

b Contoh Bj l AS dalam bentuk gulungan

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3 ( (tiga) gulungan dari stok dan 2 (dua) gulungan dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masirig-masing 1 (satu) meter diambil pada jarak

minimum 15 meter dari ujung terluar Apabila proses produksi tidak berjalan

maka contoh diambil dari 5 (lima) gulungall pada stok yang tersedia

44 Tahapan Pelaksanaan Pengambilan Contoh

441 Untuk Permohonan SPPT- SNI sesuai prosedur LSPro

442 Untuk Pengawasan Penerapan SNI waj ib di Pabrik sebagai berikut

a Memberitahukan kepada pihak produsen mengenai waktu dan rencana

pengambilan contoh (sampling plan)

b Menyiapkan Surat Tugas PengambiJan Contoh

c Menyiapkan Berita Acara Pengambilan Contoh dan label Contoh Uji ( d Mengambil contoh sesuai dengan metode yang ditetapkan

e Pengambilan contoh disaksikan oleh pihak produsen

f Contoh dikemas dan diberi label kemudian ditanda tangani oleh kedua pihak

serta dicap produsen

g 8erita Acara Pengambilan Contoh ditanda tangani dan dicap oleh pihak

produsen

h Contoh kemudian dikirim ke Laboratorium Uji oleh PPSP dan atau pihak

produsen

6

BABV

TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

Setiap BjL AS harus diberi penandaan SNI sebagai berikut

a Pada setiap kemasan Bj l AS dalam bentuk lembaran dan gulungan diberi tanda

sekurang-kurangnya yaitu

1) Nama dan logo pabrik pembuat

2) Simbol dan kelas

3) Tanda SNI

b Pada label produk diberi tanda yaitu

1) Spesifikasi

2) Ukuran

( 3) Nomor middotidentifikasi (nomor gulungan dan leburan)

4) Jumlah lembaran dari setiap kemasan (Iembaran dan pel at)

5) Berat setiap kemasan

6) SNI 40962007

7) No 10 LSPro

BABVI

PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TIEKNIS

61 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Oirjen ILMTA Oepartemen

Perindustrian yang menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan

c- penerapan SNI wajib dalam hal

a Pemberian pengecualian terhadap ketentuan SNI wajib untuk produk impor

b Kelayakan perusahaan untuk mendapatkan SPPT SNI

62 Persyaratan memperoleh pertimbangan teknis untuk pengecualian importasi

produk BjL AS dengan mengajukan surat permohonan dengan melampirkan

a Kerengkapan administrasi sebagai berikut

1) Surat Izin Usaha Industri (IUI) untuk produsen

2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk importir

3) Tanda Oaftar Perusahaan (TOP)

4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

7

c

b Menyampaikan rencana impor meliputi

1) Jenis penggunaan produk Bi LAS sebagai bahan baku

2) Jumlah kebutuhan

3) Jadual pelaksanaan

4) Jenis dan spesifikasi produk yang menggunakan BiLAS sebagai bahan

baku (melampirkan copy Mill Sertificate) 5) Untuk importir menyampaikan surat permintaan dari perusahaan pengguna

63 Terhadap BjLAS yang importasinya telah berjalan dan memasuki pabean

disamping persyaratan butir 62 maka importir wajib melampirkan dokumen

Be 11

64 Penerbitan Pertimbangan teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian

kelayakan perusahaan yang terkait dengan

1) Perizinan industri yang bersangkutan

2) Penggunaan BiLAS sebagai bahan baku jenis industri yang bersangkutan

3) Jenis dan spesifikasi

4) Jumlah kebutuhan BjLAS yang akan di impor

5) Kapasitas produksi

65 Berdasarkan hasil penilaian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan

kenyataan kebutuhan BjLAS Direktorat Jendera1 ILMTA menerbitkan atau

menolak untuk menerbitkan Surat Perimbangan Teknis selambat-Iambatnya 7

(tujuh) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dokumen permohonan

pertimbangan teknis Bj LAS

66 Perusahaan importir BjL AS diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi

impor berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Dirjen ILIVITA

setiap kali importasi c- 67 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen

Perindustrian melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap laporan realisasi impor

tersebut diatas

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

71 Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan SNI BjL AS secara

wajib dilaksanakan oleh Dirjen ILMTA

8

72 Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam

menerapkan SNI wajib melalui

a sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan

ketentuan yang berlaku

b pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI

73 Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik Dirjen ILMTA dapat

menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik

(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk

74 Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung

PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik

75 Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk c-_ 8jL AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA

76 Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi

a Legalitas perusahaan

b Realisasi impor

c Kemampuan produsen

d Penggunaan bahan baku impor~

(

9

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10

Page 7: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

c

c Hasil produksi harus memenuhi persyaratan SNI berdasarkan hasil uji

a memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Ilaboratorium yang telah ditunjuk

Menteri Perindustrian

b memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Laboratorium Penguji negara

pabrikan atau dari dalam negeri yang telah diakredrtasi oleh KAN atau

ditunjuk Menteri Perindustrian khusus untuk Bj LAS impor

33 Untuk keperluan pengujian sesuai dengan SNI 40962007 dan atau revisinya

sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf c contoh uji BjL AS diambil di pabrik

pada proses produksi dan di gudang Jenis dan jumlah contoh yang ditetapkan

adalah dapat mewakili semua produk yang diajukan dalam permohonan

SPPT-SNI

34 Dokumen permohonan SPPT-SNI disampaikan ke LSPro dengan tembusan

disampaikan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka

35 Sesuai dengan permohonan SPPT-SNI LSPro wajib

a meneliti kebenaran dan pemenuhan atas persyaratan sebaga1imana dimaksud

pada butir 32 huruf a dan huruf b

b memberitahukan kepada Dirjen ILMTA tentang rencana audit apabila telah

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 32 huruf a dan huruf

b audit kecukupan dan kebenaran dokumen SMM

c mengadakan rapat pleno untuk penentuan penerbitan SPPT-SNI dengan

mempertimbangkan masukan dan memperhatikan rekomendasi Dirjen ImiddotLMTA

c- d menerbitkan SPPT-SNI apabila hasil audit sebagaimana dimaksud pada huruf

c memenuhi persyaratan dan atau ketentuan SNI 40962007

36 Berdasarkan tembusan dokumen permohonan sebagaimana dimaksud pada butir

34 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesln Tekstil dan Aneka dapat melakukan

pemeriksaan perusahaan sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi kepada

LSPro bahwa perusahaan yang bersangkutan layak ditindaklanjuti dalam proses

pengajuan SPPT-SNI

37 Waktu y~ng diperlukan untuk pelaksanaan audjj dan penerbitan SPPT SNI oleh

LSPro apabila dokumen sudah lengkap dan benar adalah 41 (empat puluh satu)

hari kerja diluar proses pengujian atau tindakan koreksi

4

c

BAB IV

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH

41 Ruang Lingkup

Tata cara pengambilan contoh ini digunakan oleh LSPro atau Petugas

Pengawasan Standar di Pabrik (PPSP) sebagai acuan untuk menentukan cara

dan jumlah pengambilan contoh BjL AS dalam rangka pelaksanaan Sertifikasi

Produk Peng9unaan Tanda SNI dan Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik

42 Ketentuan-Ketentuan

421 Pengambilan contoh dilaksanakan oleh

a Petugas Pengambil Contoh (PPC) berdasarkan Surat tugas dari LSPro untuk

permohonan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI

Pengambilan contoh dilakukan 1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau

di gudang

b Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik (PPSP)

berdasarkan Surat tugas dari Dirjen ILMTA untuk pengawasan penerapan

SNI wajib di pabrik yang dilaksanakan PPSP Pengambilan contoh dilakukan

1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau di Gudang

422 Pengiriman contoh ke Laboratorium Uji untuk

a Permohonan SPPT-SNI dilakukan oleh PPC dari LSPro

b Pengawasan penerapan SNI wajib di pabrik dilaksanakan oleh PPSP

43 Cara Pengambilan Contoh

431 Untuk permohonan SPPT-SNI

( a Produk yang diperiksa harus dikelompokkan sedemikian rupa sehingga

mudah diidentifikasi dan setiap kelompok sedapat mung kin terdiri dari satu

macam kelas ukuran dan komposisi yang dihasilkan pada kondisi dan waktu

yang bersamaan

b 8jL AS berjumlah sampai dengan 3000 lembar dari spesifikasi yang

sam a diambil 1 (satu) lembar contoh dan selebihnya tiap kelipatan 3000

lembar ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyak-banyaknya 10 contoh

c 8jL AS dalam bentuk gulungan berjurnlah sampai dengan 50 ton diwakili oleh

1 (satu) lembar contoh dengan ukuran panjang 1 (satu) meter yang diambil

pada jarak minimum 15 meter dari ujung terluar dan selebihnya setiap

5

kelipatan 50 (lima puluh) ton ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyakshy

banyaknya 10 contoh

d Pengambilan contoh dilakukan secara acak

e Petugas yang mengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak

produsen untuk melakukan tugasnya

432 tJntuk Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik oleh PPSP

a Contoh BjL AS dalam bentuk lembaran

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3

(tiga) lembar dari stok dan 2 (dua) lembar dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masing-masing 1 (satu) meter Apabila proses

produksi tidak berjalan maka 5 (lima) lembar diambil dari stok yang tersedia

b Contoh Bj l AS dalam bentuk gulungan

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3 ( (tiga) gulungan dari stok dan 2 (dua) gulungan dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masirig-masing 1 (satu) meter diambil pada jarak

minimum 15 meter dari ujung terluar Apabila proses produksi tidak berjalan

maka contoh diambil dari 5 (lima) gulungall pada stok yang tersedia

44 Tahapan Pelaksanaan Pengambilan Contoh

441 Untuk Permohonan SPPT- SNI sesuai prosedur LSPro

442 Untuk Pengawasan Penerapan SNI waj ib di Pabrik sebagai berikut

a Memberitahukan kepada pihak produsen mengenai waktu dan rencana

pengambilan contoh (sampling plan)

b Menyiapkan Surat Tugas PengambiJan Contoh

c Menyiapkan Berita Acara Pengambilan Contoh dan label Contoh Uji ( d Mengambil contoh sesuai dengan metode yang ditetapkan

e Pengambilan contoh disaksikan oleh pihak produsen

f Contoh dikemas dan diberi label kemudian ditanda tangani oleh kedua pihak

serta dicap produsen

g 8erita Acara Pengambilan Contoh ditanda tangani dan dicap oleh pihak

produsen

h Contoh kemudian dikirim ke Laboratorium Uji oleh PPSP dan atau pihak

produsen

6

BABV

TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

Setiap BjL AS harus diberi penandaan SNI sebagai berikut

a Pada setiap kemasan Bj l AS dalam bentuk lembaran dan gulungan diberi tanda

sekurang-kurangnya yaitu

1) Nama dan logo pabrik pembuat

2) Simbol dan kelas

3) Tanda SNI

b Pada label produk diberi tanda yaitu

1) Spesifikasi

2) Ukuran

( 3) Nomor middotidentifikasi (nomor gulungan dan leburan)

4) Jumlah lembaran dari setiap kemasan (Iembaran dan pel at)

5) Berat setiap kemasan

6) SNI 40962007

7) No 10 LSPro

BABVI

PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TIEKNIS

61 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Oirjen ILMTA Oepartemen

Perindustrian yang menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan

c- penerapan SNI wajib dalam hal

a Pemberian pengecualian terhadap ketentuan SNI wajib untuk produk impor

b Kelayakan perusahaan untuk mendapatkan SPPT SNI

62 Persyaratan memperoleh pertimbangan teknis untuk pengecualian importasi

produk BjL AS dengan mengajukan surat permohonan dengan melampirkan

a Kerengkapan administrasi sebagai berikut

1) Surat Izin Usaha Industri (IUI) untuk produsen

2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk importir

3) Tanda Oaftar Perusahaan (TOP)

4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

7

c

b Menyampaikan rencana impor meliputi

1) Jenis penggunaan produk Bi LAS sebagai bahan baku

2) Jumlah kebutuhan

3) Jadual pelaksanaan

4) Jenis dan spesifikasi produk yang menggunakan BiLAS sebagai bahan

baku (melampirkan copy Mill Sertificate) 5) Untuk importir menyampaikan surat permintaan dari perusahaan pengguna

63 Terhadap BjLAS yang importasinya telah berjalan dan memasuki pabean

disamping persyaratan butir 62 maka importir wajib melampirkan dokumen

Be 11

64 Penerbitan Pertimbangan teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian

kelayakan perusahaan yang terkait dengan

1) Perizinan industri yang bersangkutan

2) Penggunaan BiLAS sebagai bahan baku jenis industri yang bersangkutan

3) Jenis dan spesifikasi

4) Jumlah kebutuhan BjLAS yang akan di impor

5) Kapasitas produksi

65 Berdasarkan hasil penilaian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan

kenyataan kebutuhan BjLAS Direktorat Jendera1 ILMTA menerbitkan atau

menolak untuk menerbitkan Surat Perimbangan Teknis selambat-Iambatnya 7

(tujuh) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dokumen permohonan

pertimbangan teknis Bj LAS

66 Perusahaan importir BjL AS diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi

impor berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Dirjen ILIVITA

setiap kali importasi c- 67 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen

Perindustrian melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap laporan realisasi impor

tersebut diatas

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

71 Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan SNI BjL AS secara

wajib dilaksanakan oleh Dirjen ILMTA

8

72 Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam

menerapkan SNI wajib melalui

a sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan

ketentuan yang berlaku

b pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI

73 Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik Dirjen ILMTA dapat

menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik

(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk

74 Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung

PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik

75 Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk c-_ 8jL AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA

76 Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi

a Legalitas perusahaan

b Realisasi impor

c Kemampuan produsen

d Penggunaan bahan baku impor~

(

9

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10

Page 8: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

c

BAB IV

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH

41 Ruang Lingkup

Tata cara pengambilan contoh ini digunakan oleh LSPro atau Petugas

Pengawasan Standar di Pabrik (PPSP) sebagai acuan untuk menentukan cara

dan jumlah pengambilan contoh BjL AS dalam rangka pelaksanaan Sertifikasi

Produk Peng9unaan Tanda SNI dan Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik

42 Ketentuan-Ketentuan

421 Pengambilan contoh dilaksanakan oleh

a Petugas Pengambil Contoh (PPC) berdasarkan Surat tugas dari LSPro untuk

permohonan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI

Pengambilan contoh dilakukan 1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau

di gudang

b Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik (PPSP)

berdasarkan Surat tugas dari Dirjen ILMTA untuk pengawasan penerapan

SNI wajib di pabrik yang dilaksanakan PPSP Pengambilan contoh dilakukan

1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau di Gudang

422 Pengiriman contoh ke Laboratorium Uji untuk

a Permohonan SPPT-SNI dilakukan oleh PPC dari LSPro

b Pengawasan penerapan SNI wajib di pabrik dilaksanakan oleh PPSP

43 Cara Pengambilan Contoh

431 Untuk permohonan SPPT-SNI

( a Produk yang diperiksa harus dikelompokkan sedemikian rupa sehingga

mudah diidentifikasi dan setiap kelompok sedapat mung kin terdiri dari satu

macam kelas ukuran dan komposisi yang dihasilkan pada kondisi dan waktu

yang bersamaan

b 8jL AS berjumlah sampai dengan 3000 lembar dari spesifikasi yang

sam a diambil 1 (satu) lembar contoh dan selebihnya tiap kelipatan 3000

lembar ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyak-banyaknya 10 contoh

c 8jL AS dalam bentuk gulungan berjurnlah sampai dengan 50 ton diwakili oleh

1 (satu) lembar contoh dengan ukuran panjang 1 (satu) meter yang diambil

pada jarak minimum 15 meter dari ujung terluar dan selebihnya setiap

5

kelipatan 50 (lima puluh) ton ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyakshy

banyaknya 10 contoh

d Pengambilan contoh dilakukan secara acak

e Petugas yang mengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak

produsen untuk melakukan tugasnya

432 tJntuk Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik oleh PPSP

a Contoh BjL AS dalam bentuk lembaran

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3

(tiga) lembar dari stok dan 2 (dua) lembar dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masing-masing 1 (satu) meter Apabila proses

produksi tidak berjalan maka 5 (lima) lembar diambil dari stok yang tersedia

b Contoh Bj l AS dalam bentuk gulungan

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3 ( (tiga) gulungan dari stok dan 2 (dua) gulungan dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masirig-masing 1 (satu) meter diambil pada jarak

minimum 15 meter dari ujung terluar Apabila proses produksi tidak berjalan

maka contoh diambil dari 5 (lima) gulungall pada stok yang tersedia

44 Tahapan Pelaksanaan Pengambilan Contoh

441 Untuk Permohonan SPPT- SNI sesuai prosedur LSPro

442 Untuk Pengawasan Penerapan SNI waj ib di Pabrik sebagai berikut

a Memberitahukan kepada pihak produsen mengenai waktu dan rencana

pengambilan contoh (sampling plan)

b Menyiapkan Surat Tugas PengambiJan Contoh

c Menyiapkan Berita Acara Pengambilan Contoh dan label Contoh Uji ( d Mengambil contoh sesuai dengan metode yang ditetapkan

e Pengambilan contoh disaksikan oleh pihak produsen

f Contoh dikemas dan diberi label kemudian ditanda tangani oleh kedua pihak

serta dicap produsen

g 8erita Acara Pengambilan Contoh ditanda tangani dan dicap oleh pihak

produsen

h Contoh kemudian dikirim ke Laboratorium Uji oleh PPSP dan atau pihak

produsen

6

BABV

TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

Setiap BjL AS harus diberi penandaan SNI sebagai berikut

a Pada setiap kemasan Bj l AS dalam bentuk lembaran dan gulungan diberi tanda

sekurang-kurangnya yaitu

1) Nama dan logo pabrik pembuat

2) Simbol dan kelas

3) Tanda SNI

b Pada label produk diberi tanda yaitu

1) Spesifikasi

2) Ukuran

( 3) Nomor middotidentifikasi (nomor gulungan dan leburan)

4) Jumlah lembaran dari setiap kemasan (Iembaran dan pel at)

5) Berat setiap kemasan

6) SNI 40962007

7) No 10 LSPro

BABVI

PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TIEKNIS

61 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Oirjen ILMTA Oepartemen

Perindustrian yang menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan

c- penerapan SNI wajib dalam hal

a Pemberian pengecualian terhadap ketentuan SNI wajib untuk produk impor

b Kelayakan perusahaan untuk mendapatkan SPPT SNI

62 Persyaratan memperoleh pertimbangan teknis untuk pengecualian importasi

produk BjL AS dengan mengajukan surat permohonan dengan melampirkan

a Kerengkapan administrasi sebagai berikut

1) Surat Izin Usaha Industri (IUI) untuk produsen

2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk importir

3) Tanda Oaftar Perusahaan (TOP)

4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

7

c

b Menyampaikan rencana impor meliputi

1) Jenis penggunaan produk Bi LAS sebagai bahan baku

2) Jumlah kebutuhan

3) Jadual pelaksanaan

4) Jenis dan spesifikasi produk yang menggunakan BiLAS sebagai bahan

baku (melampirkan copy Mill Sertificate) 5) Untuk importir menyampaikan surat permintaan dari perusahaan pengguna

63 Terhadap BjLAS yang importasinya telah berjalan dan memasuki pabean

disamping persyaratan butir 62 maka importir wajib melampirkan dokumen

Be 11

64 Penerbitan Pertimbangan teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian

kelayakan perusahaan yang terkait dengan

1) Perizinan industri yang bersangkutan

2) Penggunaan BiLAS sebagai bahan baku jenis industri yang bersangkutan

3) Jenis dan spesifikasi

4) Jumlah kebutuhan BjLAS yang akan di impor

5) Kapasitas produksi

65 Berdasarkan hasil penilaian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan

kenyataan kebutuhan BjLAS Direktorat Jendera1 ILMTA menerbitkan atau

menolak untuk menerbitkan Surat Perimbangan Teknis selambat-Iambatnya 7

(tujuh) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dokumen permohonan

pertimbangan teknis Bj LAS

66 Perusahaan importir BjL AS diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi

impor berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Dirjen ILIVITA

setiap kali importasi c- 67 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen

Perindustrian melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap laporan realisasi impor

tersebut diatas

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

71 Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan SNI BjL AS secara

wajib dilaksanakan oleh Dirjen ILMTA

8

72 Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam

menerapkan SNI wajib melalui

a sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan

ketentuan yang berlaku

b pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI

73 Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik Dirjen ILMTA dapat

menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik

(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk

74 Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung

PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik

75 Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk c-_ 8jL AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA

76 Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi

a Legalitas perusahaan

b Realisasi impor

c Kemampuan produsen

d Penggunaan bahan baku impor~

(

9

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10

Page 9: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

kelipatan 50 (lima puluh) ton ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyakshy

banyaknya 10 contoh

d Pengambilan contoh dilakukan secara acak

e Petugas yang mengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak

produsen untuk melakukan tugasnya

432 tJntuk Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik oleh PPSP

a Contoh BjL AS dalam bentuk lembaran

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3

(tiga) lembar dari stok dan 2 (dua) lembar dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masing-masing 1 (satu) meter Apabila proses

produksi tidak berjalan maka 5 (lima) lembar diambil dari stok yang tersedia

b Contoh Bj l AS dalam bentuk gulungan

Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan sebanyak 3 ( (tiga) gulungan dari stok dan 2 (dua) gulungan dari proses produksi dengan

ukuran panjang contoh masirig-masing 1 (satu) meter diambil pada jarak

minimum 15 meter dari ujung terluar Apabila proses produksi tidak berjalan

maka contoh diambil dari 5 (lima) gulungall pada stok yang tersedia

44 Tahapan Pelaksanaan Pengambilan Contoh

441 Untuk Permohonan SPPT- SNI sesuai prosedur LSPro

442 Untuk Pengawasan Penerapan SNI waj ib di Pabrik sebagai berikut

a Memberitahukan kepada pihak produsen mengenai waktu dan rencana

pengambilan contoh (sampling plan)

b Menyiapkan Surat Tugas PengambiJan Contoh

c Menyiapkan Berita Acara Pengambilan Contoh dan label Contoh Uji ( d Mengambil contoh sesuai dengan metode yang ditetapkan

e Pengambilan contoh disaksikan oleh pihak produsen

f Contoh dikemas dan diberi label kemudian ditanda tangani oleh kedua pihak

serta dicap produsen

g 8erita Acara Pengambilan Contoh ditanda tangani dan dicap oleh pihak

produsen

h Contoh kemudian dikirim ke Laboratorium Uji oleh PPSP dan atau pihak

produsen

6

BABV

TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

Setiap BjL AS harus diberi penandaan SNI sebagai berikut

a Pada setiap kemasan Bj l AS dalam bentuk lembaran dan gulungan diberi tanda

sekurang-kurangnya yaitu

1) Nama dan logo pabrik pembuat

2) Simbol dan kelas

3) Tanda SNI

b Pada label produk diberi tanda yaitu

1) Spesifikasi

2) Ukuran

( 3) Nomor middotidentifikasi (nomor gulungan dan leburan)

4) Jumlah lembaran dari setiap kemasan (Iembaran dan pel at)

5) Berat setiap kemasan

6) SNI 40962007

7) No 10 LSPro

BABVI

PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TIEKNIS

61 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Oirjen ILMTA Oepartemen

Perindustrian yang menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan

c- penerapan SNI wajib dalam hal

a Pemberian pengecualian terhadap ketentuan SNI wajib untuk produk impor

b Kelayakan perusahaan untuk mendapatkan SPPT SNI

62 Persyaratan memperoleh pertimbangan teknis untuk pengecualian importasi

produk BjL AS dengan mengajukan surat permohonan dengan melampirkan

a Kerengkapan administrasi sebagai berikut

1) Surat Izin Usaha Industri (IUI) untuk produsen

2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk importir

3) Tanda Oaftar Perusahaan (TOP)

4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

7

c

b Menyampaikan rencana impor meliputi

1) Jenis penggunaan produk Bi LAS sebagai bahan baku

2) Jumlah kebutuhan

3) Jadual pelaksanaan

4) Jenis dan spesifikasi produk yang menggunakan BiLAS sebagai bahan

baku (melampirkan copy Mill Sertificate) 5) Untuk importir menyampaikan surat permintaan dari perusahaan pengguna

63 Terhadap BjLAS yang importasinya telah berjalan dan memasuki pabean

disamping persyaratan butir 62 maka importir wajib melampirkan dokumen

Be 11

64 Penerbitan Pertimbangan teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian

kelayakan perusahaan yang terkait dengan

1) Perizinan industri yang bersangkutan

2) Penggunaan BiLAS sebagai bahan baku jenis industri yang bersangkutan

3) Jenis dan spesifikasi

4) Jumlah kebutuhan BjLAS yang akan di impor

5) Kapasitas produksi

65 Berdasarkan hasil penilaian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan

kenyataan kebutuhan BjLAS Direktorat Jendera1 ILMTA menerbitkan atau

menolak untuk menerbitkan Surat Perimbangan Teknis selambat-Iambatnya 7

(tujuh) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dokumen permohonan

pertimbangan teknis Bj LAS

66 Perusahaan importir BjL AS diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi

impor berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Dirjen ILIVITA

setiap kali importasi c- 67 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen

Perindustrian melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap laporan realisasi impor

tersebut diatas

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

71 Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan SNI BjL AS secara

wajib dilaksanakan oleh Dirjen ILMTA

8

72 Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam

menerapkan SNI wajib melalui

a sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan

ketentuan yang berlaku

b pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI

73 Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik Dirjen ILMTA dapat

menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik

(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk

74 Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung

PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik

75 Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk c-_ 8jL AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA

76 Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi

a Legalitas perusahaan

b Realisasi impor

c Kemampuan produsen

d Penggunaan bahan baku impor~

(

9

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10

Page 10: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

BABV

TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

Setiap BjL AS harus diberi penandaan SNI sebagai berikut

a Pada setiap kemasan Bj l AS dalam bentuk lembaran dan gulungan diberi tanda

sekurang-kurangnya yaitu

1) Nama dan logo pabrik pembuat

2) Simbol dan kelas

3) Tanda SNI

b Pada label produk diberi tanda yaitu

1) Spesifikasi

2) Ukuran

( 3) Nomor middotidentifikasi (nomor gulungan dan leburan)

4) Jumlah lembaran dari setiap kemasan (Iembaran dan pel at)

5) Berat setiap kemasan

6) SNI 40962007

7) No 10 LSPro

BABVI

PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TIEKNIS

61 Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Oirjen ILMTA Oepartemen

Perindustrian yang menjelaskan tentang produk BjL AS yang terkait dengan

c- penerapan SNI wajib dalam hal

a Pemberian pengecualian terhadap ketentuan SNI wajib untuk produk impor

b Kelayakan perusahaan untuk mendapatkan SPPT SNI

62 Persyaratan memperoleh pertimbangan teknis untuk pengecualian importasi

produk BjL AS dengan mengajukan surat permohonan dengan melampirkan

a Kerengkapan administrasi sebagai berikut

1) Surat Izin Usaha Industri (IUI) untuk produsen

2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk importir

3) Tanda Oaftar Perusahaan (TOP)

4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

7

c

b Menyampaikan rencana impor meliputi

1) Jenis penggunaan produk Bi LAS sebagai bahan baku

2) Jumlah kebutuhan

3) Jadual pelaksanaan

4) Jenis dan spesifikasi produk yang menggunakan BiLAS sebagai bahan

baku (melampirkan copy Mill Sertificate) 5) Untuk importir menyampaikan surat permintaan dari perusahaan pengguna

63 Terhadap BjLAS yang importasinya telah berjalan dan memasuki pabean

disamping persyaratan butir 62 maka importir wajib melampirkan dokumen

Be 11

64 Penerbitan Pertimbangan teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian

kelayakan perusahaan yang terkait dengan

1) Perizinan industri yang bersangkutan

2) Penggunaan BiLAS sebagai bahan baku jenis industri yang bersangkutan

3) Jenis dan spesifikasi

4) Jumlah kebutuhan BjLAS yang akan di impor

5) Kapasitas produksi

65 Berdasarkan hasil penilaian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan

kenyataan kebutuhan BjLAS Direktorat Jendera1 ILMTA menerbitkan atau

menolak untuk menerbitkan Surat Perimbangan Teknis selambat-Iambatnya 7

(tujuh) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dokumen permohonan

pertimbangan teknis Bj LAS

66 Perusahaan importir BjL AS diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi

impor berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Dirjen ILIVITA

setiap kali importasi c- 67 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen

Perindustrian melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap laporan realisasi impor

tersebut diatas

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

71 Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan SNI BjL AS secara

wajib dilaksanakan oleh Dirjen ILMTA

8

72 Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam

menerapkan SNI wajib melalui

a sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan

ketentuan yang berlaku

b pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI

73 Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik Dirjen ILMTA dapat

menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik

(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk

74 Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung

PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik

75 Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk c-_ 8jL AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA

76 Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi

a Legalitas perusahaan

b Realisasi impor

c Kemampuan produsen

d Penggunaan bahan baku impor~

(

9

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10

Page 11: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

c

b Menyampaikan rencana impor meliputi

1) Jenis penggunaan produk Bi LAS sebagai bahan baku

2) Jumlah kebutuhan

3) Jadual pelaksanaan

4) Jenis dan spesifikasi produk yang menggunakan BiLAS sebagai bahan

baku (melampirkan copy Mill Sertificate) 5) Untuk importir menyampaikan surat permintaan dari perusahaan pengguna

63 Terhadap BjLAS yang importasinya telah berjalan dan memasuki pabean

disamping persyaratan butir 62 maka importir wajib melampirkan dokumen

Be 11

64 Penerbitan Pertimbangan teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian

kelayakan perusahaan yang terkait dengan

1) Perizinan industri yang bersangkutan

2) Penggunaan BiLAS sebagai bahan baku jenis industri yang bersangkutan

3) Jenis dan spesifikasi

4) Jumlah kebutuhan BjLAS yang akan di impor

5) Kapasitas produksi

65 Berdasarkan hasil penilaian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan

kenyataan kebutuhan BjLAS Direktorat Jendera1 ILMTA menerbitkan atau

menolak untuk menerbitkan Surat Perimbangan Teknis selambat-Iambatnya 7

(tujuh) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dokumen permohonan

pertimbangan teknis Bj LAS

66 Perusahaan importir BjL AS diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi

impor berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Dirjen ILIVITA

setiap kali importasi c- 67 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen

Perindustrian melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap laporan realisasi impor

tersebut diatas

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

71 Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan SNI BjL AS secara

wajib dilaksanakan oleh Dirjen ILMTA

8

72 Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam

menerapkan SNI wajib melalui

a sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan

ketentuan yang berlaku

b pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI

73 Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik Dirjen ILMTA dapat

menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik

(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk

74 Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung

PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik

75 Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk c-_ 8jL AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA

76 Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi

a Legalitas perusahaan

b Realisasi impor

c Kemampuan produsen

d Penggunaan bahan baku impor~

(

9

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10

Page 12: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

72 Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam

menerapkan SNI wajib melalui

a sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan

ketentuan yang berlaku

b pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI

73 Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik Dirjen ILMTA dapat

menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik

(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk

74 Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung

PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik

75 Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk c-_ 8jL AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA

76 Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang

mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi

a Legalitas perusahaan

b Realisasi impor

c Kemampuan produsen

d Penggunaan bahan baku impor~

(

9

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10

Page 13: PERATURAN MESIN TEKSTIL DAN ANEKA IILMTA/PER/4/2009pustan.kemenperin.go.id/public/default/file_juknis/09_ILMTA_PER_4... · disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin

BAB VIII PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No 02M-middotINDPER12009 dan Perubahannya No 391

M-INDPER12009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli

tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di

impor

Petunjuk teknis penerapan SNI Sj L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu

pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan

r

Ditetapkan di Jakarta

padatanggal 27 Apri l 2009

Direktur Jenderal

Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

~

t -middotnRilrtH I 1iltf1ari(

Ranc Juknls BjL AS 24 April-09

10