skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49965... · 2020. 2. 4. · iv. prestasi...
TRANSCRIPT
PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP
REPURCHASE INTENTION
(Studi Kasus Pada Konsumen Filosofi Kopi Melawai, Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnins
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
Panji Rama Satria
NIM: 11150810000029
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
ii
PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP
REPURCHASE INTENTION
(Studi Kasus Pada Konsumen Filosofi Kopi Melawai, Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnins
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
PANJI RAMA SATRIA
NIM: 11150810000029
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Ade Suherlan, M.M
NIP.19800525 200912 1 001
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini 7 Mei 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
1. Nama : Panji Rama Satria
2. NIM : 11150810000029
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Experiential marketing Terhadap
Repurchase Intention (Studi Kasus Pada
Konsumen Filosofi Kopi Melawai, Jakarta
Selatan)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komperhensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 7 Mei 2019
1. Leis Suzanawaty, S.E, M.Si (__________________)
NIP.19720809 200501 2 004 Penguji 1
2. Lili Supriyadi, S.Pd, M.M (__________________)
NIP. 19600505 198903 1 005 Penguji 2
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 18 Desember 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas
mahasiswa:
1. Nama : Panji Rama Satria
2. NIM : 1115081000029
3. Jurusan : Manajemen (Pemasaran)
4. Judul Skripsi : Pengaruh Experiential Marketing Terhadap
Repurchase Intention (Studi Kasus Pada Konsumen Filosofi Kopi
Melawai, Jakarta Selatan)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 18 Desember 2019
1. Ela Patriana, Ir., M.M. (_____________________)
NIP.19690528 200801 2 010 Ketua
2. Murdiyah Hayati, S.Kom., MM (_____________________)
NIP. 19780307 201101 2 003 Penguji Ahli
3. Ade Suherlan, M.M (_____________________)
NIP.19800525 200912 1 001 Pembimbing
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Panji Rama Satria
NIM : 11150810000029
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya ilmiah saya dengan
bukti yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan bahwa saya telah melanggar
pernyataan di atas maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan
yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan penuh tanggung
jawab.
Jakarta, 27 November 2019
Panji Rama Satria
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Panji Rama Satria
2. Tempat, tanggal
Lahir : Jakarta, 02 Mei 1997
3. Alamat : Jalan Tanjung Gedong No 47. RT. 002/016
4. Telepon : 082240439909
5. E-mail : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. SDN 08 Banjar Anyar : Tahun 2003-2008
2. SDN 01 Tomang : Tahun 2008-2009
3. SMPN 89 Jakarta Barat : Tahun 2009-2012
4. SMAN 2 Jakarta Barat : Tahun 2012-2015
5. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta : Tahun 2015-2019
III. Pengalaman Organisasi
1. 2009-2012 : Tim Futsal
2. 2009-2012 : Anggota Rohis
3. 2012-2015 : Tim Futsal dan Patroli Keamanan Sekolah
vii
IV. Prestasi
1. 2005-2006 : Juara 1 Lomba Karate Nomor Kata Beregu
Tingkat SD Bali
2. 2014-2015 : Juara 1 Futsal Antar SMA Tingkat Jakarta
Barat
V. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Ahmad Rifan, S.H.
2. Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 12 Maret 1970
3. Ibu : Chusnida Daulay
4. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Juni 1971
5. Alamat : Jalan Tanjung Gedong No 47. RT. 002/016
6. Telepon : 081514333541
7. Anak Ke Dari : 2 Dari 2 Bersaudara
viii
ABSTRACT
This study aims to analyze effect of experiential marketing which consists of
dimensions: sense, feel, think, act, and relate towards repurchase intention case
study on consumers of Filosofi Kopi Melawai, South Jakarta. This type of
research is quantitative. The data source of this research is primary data by using
a questionnaire as an instrument and takes sample of 100 respondents, who are
consumers of Filosofi Kopi Jakarta. The sampling technique in this study is a non-
probability sampling technique with a purposive sampling method. Data collected
by distributing questionnaires to customers who have been visiting in the Filosofi
Kopi Jakarta, with the criteria of having visited at least twice.
The results indicate that partially and simultaneously variables sense, feel, think,
act, and relate has a significant effect on repurchase intention.
Keywords: Experiential Marketing, Repurchase intention
ix
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh experiential
marketing yang terdiri dari dimensi: sense, feel, think, act, dan relate, terhadap
repurchase intention, studi kasus pada konsumen Filosofi Kopi Melawai, Jakarta
Selatan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Sumber data penelitian ini
merupakan data primer dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen dan
mengambil sampel sebanyak 100 orang responden yang merupakan konsumen
kedai Filosofi Kopi Jakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah teknik non-probability sampling dengan metode purposive sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada konsumen
kedai Filosofi Kopi Jakarta dengan kriteria pernah berkunjung minimal sebanyak
dua kali. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linier berganda.
Adapun hasil penelitian ini, menunjukan bahwa secara parsial dan simultan
variabel sense, feel, think, act dan relate berpengaruh signifikan terhadap
repurchase intention.
Kata Kunci : Experiential Marketing, Repurchase intention
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT atas segala nikmat iman, Islam, rahmat, anugerah dan
karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Repurchase
Intention (Studi Kasus Pada Konsumen Filosofi Kopi Melawai, Jakarta
Selatan)
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh
ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan, dan penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan
skripsi ini tanpa bantuan, dukungan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak
terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik moril
maupun materi dalam penyusunan skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua saya yang sangat sabar, baik hati, pengertian, dan selalu
memberi dukungan yang tidak ada hentinya untuk kesuksesan saya.
Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan keberkahan yang
xi
melimpahIbu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A.
selaku rektor Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA, QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Ade Suherlan, M.M selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu dan memberikan pemikirannya dalam menyelesaikan
penelitian ini. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan keberkahan
yang melimpah
4. Bapak Supriyono, M.M selaku dosen pembimbing akademik.
5. Ibu Murdiyah Hayati, M.M dan Amalia, M.S.M selaku Ketua Jurusan dan
Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
6. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidyatullah Jakarta, yang telah memberikan saya ilmu dan pengetahuan
selama mata kuliah berlangsung serta staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dan memberikan
informasi kepada penulis selama punyusunan penelitian berlangsung.
7. Restaurant Manager kedai Filosofi Kopi yang telah menerima saya dan
telah memberikan kesempatan untuk saya dalam melakukan penyebaran
kuisioner penelitian.
8. Kepada teman seperjuangan kuliah saya di Ashiap Squad yakni Abil,
Brolin, Rafdi, dan Alim, sahabat dekat saya Citra Aulia yang selalu
xii
mensupport, membimbing dan menemani selama menjalankan tugas
akhir serta seluruh rekan-rekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2015 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan semangat,
dukungan serta kebersamaannya selama ini didalam perkuliahan.
9. Semua pihak yang langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang
manajemen pemasaran.
Jakarta, 27 November
2019
Panji Rama Satria
11150810000029
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................................. iiv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vi
ABSTRACT ...................................................................................................................... viii
ABSTRAK ......................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ x
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................................ 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 14
A. Landasan Teori ....................................................................................................... 14
1. Pengertian Pemasaran ....................................................................................... 14
2. Pengertian Manajemen Pemasaran. ................................................................... 16
3. Perilaku Konsumen ........................................................................................... 17
4. Experiential Marketing...................................................................................... 20
5. Repurchase Intention ........................................................................................ 35
B. Hubungan Antar Variabel ....................................................................................... 39
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................................... 46
D. Kerangka Berfikir ................................................................................................... 52
E. Hipotesis Penelitian ................................................................................................ 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 56
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................... 56
xiv
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................................... 57
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................................... 59
D. Metode Analisis Data ............................................................................................. 61
E. Operasional Variabel Penelitian .............................................................................. 72
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 76
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................................................... 76
B. Deskripsi Responden .............................................................................................. 79
C. Uji Kualitas Data .................................................................................................... 82
D. Statistik Deskriptif .................................................................................................. 89
E. Uji Asumsi Klasik .................................................................................................106
F. Uji Hipotesis .........................................................................................................110
G. Analisis Regresi Linier Berganda ...........................................................................114
H. Koefisien Determinasi (R2) ....................................................................................117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................118
A. Kesimpulan ...........................................................................................................118
B. Saran .....................................................................................................................119
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................121
LAMPIRAN ....................................................................................................................125
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Market Leader Kedai Kopi di Jakarta ................................................... 6
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................ 46
Tabel 3.1 Skala Likert ........................................................................................ 60
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 74
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ................................................................... 79
Tabel 4.2 Usia Responden .................................................................................. 80
Tabel 4.3 Pekerjaan Responden .......................................................................... 81
Tabel 4.4 Uji Validitas Sense ............................................................................. 83
Tabel 4.5 Uji Validitas Feel ............................................................................... 83
Tabel 4.6 Uji Validitas Think ............................................................................. 84
Tabel 4.7 Uji Vliditas Act ................................................................................... 84
Tabel 4.8 Uji Validitas Relate ............................................................................ 85
Tabel 4.9 Uji Validitas Repurchase intention ..................................................... 85
Tabel 4.10 Uji Reliabilitas Variabel Sense .......................................................... 86
Tabel 4.11 Uji Reliabilitas Variabel Feel ............................................................ 87
Tabel 4.12 Uji Reliabilitas Variabel Think.. ........................................................ 87
Tabel 4.13 Uji Reliabilitas Variabel Act ............................................................. 87
Tabel 4.14 Uji Reliabilitas Variabel Relate ......................................................... 88
Tabel 4.15 Uji Reliabilitas Variabel Repurchase intention .................................. 88
Tabel 4.16 Variabel Deskriptif Sense (X1) ......................................................... 89
Tabel 4.17 Variabel Deskriptif Feel (X2) ........................................................... 92
Tabel 4.18 Variabel Deskriptif Think (X3) ......................................................... 94
Tabel 4.19 Variabel Deskriptif Act (X4) ............................................................. 98
Tabel 4.20 Variabel Deskriptif Relate (X5 ....................................................... 101
Tabel 4.21 Variabel Deskriptif Repurchase Intention (Y) ................................. 104
Tabel 4.22 Hasil Uji Normalitas ....................................................................... 107
Tabel 4.23 Hasil Uji Multikolinieritas .............................................................. 108
Tabel 4.24 Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 109
xvi
Tabel 4.25 Hasil Uji t Hitung (Uji Parsial) ....................................................... 110
Tabel 4.26 Hasil Signifikansi Simultan (Uji F .................................................. 114
Tabel 4.27 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda .......................................... 115
Tabel 4.28 Koefisien Determinasi (R2) ............................................................. 117
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Produksi Kopi di Indonesia Tahun 2015-2017 ....................................... 2
Gambar 1.2 Konsumsi Kopi di Indonesia Tahun 2015-2018 ..................................... 4
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................. 52
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian .......................................................................... 125
Lampiran 2: Kuesioner Penelitian ......................................................................... 126
Lampiran 3: Tabulasi Jawaban Kuesioner ............................................................. 130
Lampiran 4: Hasil Data Statistik SPSS .................................................................. 156
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) dapat
terlihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi nasional terus mengalami kenaikan
dalam periode tiga tahun terakhir. Perekonomian di Indonesia pada tahun 2018
mengalami pertumbuhan 5,17 persen lebih tinggi dibanding capaian tahun
2017 sebesar 5,07 persen dan tahun 2016 sebesar 5,03 persen
Terdapat banyak sektor industri yang menjadi sumber pertumbuhan
ekonomi Indonesia, salah satu yang turut berkontribusi secara signifikan
adalah sektor industri makanan dan minuman. Berdasarkan data laju
pertumbuhan PDB dari Kemenperin terlihat bahwa industri makanan dan
minuman mengalami peningkatan pada tahun 2018 yaitu sebesar 7,91 persen,
sedikit dibawah tahun 2017 yaitu sebesar 9,23 persen dan 8,33 persen ditahun
2016. Pelaku industri makanan dan minuman nasional harus memanfaatkan
potensi pasar dalam negeri untuk menjaga pertumbuhan sektor industri ini
konsisten meningkat.
Industri kopi menjadi salah satu sektor yang meningkat secara
signifikan dan ikut memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Minuman kopi adalah jenis minuman yang tidak asing untuk masyarakat
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan penghasil kopi terbesar didunia
membuat tradisi minum kopidi Indonesia sangat tinggi. Masyarakat Indonesia
2
terbiasa meminum kopi disaat pagi hari sebelum bekerja, istirahat siang
maupun saat waktu senggang di sore dan malam hari.
Berdasarkan data yang dirilis oleh International Coffee Organization
(ICO) tahun 2016-2018. Indonesia berada diurutan keempat sebagai penghasil
kopi terbesar di dunia dengan jumlah ekspor sampai 667.000 ton. Indonesia
berada dibawah Brazil sebagai peringkat pertama, Vietnam di peringktat
kedua dan Colombia diperingkat ketiga sebagai penghasil kopi terbesar di
dunia pada tahun 2018. Pada empat tahun terakhir 2015-2018 jumlah kopi
yang dihasilkan Indonesia berdasarkan total produksi dari status pengusahaan
perkebunan negara, perkebunan swasta dan perkebunan rakyat tercatat
meningkat setiap tahunnya.
Gambar 1.1
Produksi Kopi di Indonesia Tahun 2015-2018
(000 Ton)
Sumber: Badan Pusat Statistik (bps.go.id)
Pada grafik jumlah produksi dari Badan Pusat Statistik tersebut dapat
dilihat bahwa tingkat produksi kopi di Indonesia terus mengalami peningkatan
dalam tiga tahun yaitu 2015-2017 dan cenderung stagnan pada tahun 2018
639.4
663.8
716 713.9
600
650
700
750
2015 2016 2017 2018
Produksi Kopi (dalam satuan ton)
3
yang masih merupakan angka sementara, pada tahun 2016 persentase
peningkatan jumlah produksi kopi mencapai 3,8 persen. Lalu pada tahun 2017
kembali meningkat 7,8 persen ke angka 716.089 ton. Dan sedikit turun pada
tahun 2018 menjadi 713.921. Beberapa tahun kedepan produktivitas kopi
nasional diprediksi masih akan terus mengalami peningkatan.
Budaya minum kopi tidak hanya dilakukan dirumah tetapi bergeser ke
tempat lain seperti ke warung kopi atau gerai-gerai kedai kopi modern. Kata
kafe adalah istilah yang umum dipakai untuk menyebut kedai kopi (coffee
shop). Kafe (dalam arti kedai kopi) berasal dari bahasa Perancis yakni Café
yang artinya kopi. Kafe didefinisikan sebagai tempat minum kopi yang
pengunjungnya dapat memesan minuman seperti kopi, teh, bir dan kue-kue.
Kafe biasanya juga dilengkapi dengan alunan musik, menyediakan televisi dan
bacaan, dengan desain interior yang khas dan beberapa diantaranya
menyediakan koneksi internet nirkabel.
Dalam empat tahun belakangan massif bermunculam kedai kopi dengan
konsep yang berbeda dari warung kopi tradisional. Kedai kopi ini menawarkan
produk-produk kopi dari beragam daerah di Indonesia dengan berbagai
metode penyeduhan dan memiliki banyak varian menu. Kedai kopi ini tidak
hanya menjual produk minuman kopi tetapi juga menjual suasana dan
pelayanan.
Fenomena maraknya kemunculan kedai kopi tidak terlepas dari
pengaruh gaya hidup kalangan anak muda di perkotaan yang gemar mencari
tempat yang nyaman sebagai tempat berkumpul untuk nongkrong atau
4
mengerjakan tugas kuliah maupun pekerjaan kantor. Kalangan anak muda
yang akrab dengan sosial media menjadikan kedai kopi dengan desain interior
yang menarik sebagai lokasi mengambil foto untuk diposting pada akun
facebook, twitter atau instagram-nya. Ditambah dengan hadirnya film Filosofi
Kopi yang ditayangkan di bioskop-bioskop Indonesia pada tahun 2015 lalu,
film tersebut sangat berpengaruh terhadap pesatnya perkembangan industri
kopi dan pelaku yang ada didalamnya.
Terdapatnya fenomena tersebut yang melatarbelakangi terus
menigkatnya tren minum kopi khususnya di daerah ibu kota Jakarta. Data dari
ICO (International Coffee Organization) sendiri memperlihatkan bahwa
jumlah konsumsi kopi di Indonesia terus naik dengan signifikan dalam kurun
waktu tiga tahun terakhir.
Gambar 1.2
Konsumsi Kopi di Indonesia Tahun 2015-2018
(Dalam ribuan tas 60kg)
Sumber: ico.org
Fakta mengenai terjadinya peningkatan konsumsi kopi di Indonesia
didukung pula oleh Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI),
4417
4550
4650
4700
2015
2016
2017
2018
4200 4400 4600 4800
Jumlah Konsumsi
5
berdasarkan data AEKI konsumsi kopi pada tahun 2014 adalah 1,03 kilogram
per kapita per tahun, kemudian naik menjadi 1,09 kilogram pada tahun 2015.
Kemudian tahun 2016 terjadi peningkatan konsumsi kopi menjadi 1,15
kilogram per kapita. Terdapat efek yang terjadi karena konsumsi kopi dalam
negeri terus mengalami peningkatan, ini membuat persediaan kopi Indonesia
untuk kebutuhan ekspor menurun, berdasarkan data dari International Coffee
Organization (ICO) dalam periode tahun 2015-2018 bahwa ekspor kopi
Indonesia terus menurun, karena lebih banyak dikonsumsi ditingkat domestik
(http://www.ico.org/).
Di kota Jakarta perkembangan bisnis kedai kopi mendapatkan
tanggapan positif dari masyarakat, ini terlihat dari semakin maraknya
pengusaha bisnis kedai kopi yang membuka usahanya di kota Jakarta. Tren ini
tidak terlepas dari pengaruh industri hiburan, seperti film dan novel yang
membahas kopi. Terdapat tren positif gerakan mengonsumsi kopi dari anak-
anak muda di Jakarta, terutama sebelum terbitnya buku dan film Filosofi
Kopi. Gaya hidup ngopi semakin kuat setelah kegiatan-kegiatan bertema kopi
seperti festival, pameran, dan event coffee cupping sering diadakan
(http://lifestyle.kompas.com).
Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap kopi merupakan peluang
bagi para pengusaha kedai kopi sehingga mendorong berdirinya kedai kopi di
Jakarta. Semenjak tahun 2015 jumlah kedai kopi di Jakarta mengalami
pertumbuhan sekitar 10% tiap tahunnya. Sampai tahun 2018 diperkirakan
6
telah terdapat sekitar 1500 kedai kopi yang ada di Jakarta.
(https://www.tribunnews.com/).
Tingginya minat masyarakat Indonesia terhadap kopi menjadikan
Indonesia sebagai sasaran pasar utama dari perusahaan-perusahaan
internasional untuk membuka gerai kedai kopinya di Indonesia, terutama di
ibu kota Jakarta yang budaya ngopi penduduknya sangat tinggi. Terdapat
beberapa kedai kopi (coffee shop) yang menjadi market leader (pemimpin
pasar) yang mendominasi kuantitas gerai kedai kopi di Jakarta.
Tabel 1.1
Market Leader Kedai Kopi di Jakarta Tahun 2019
No Nama Jumlah gerai
1 Starbuck Coffee 218
2 JCO Donuts & Coffee 91
3 Fore Coffee 63
4 The Coffee Bean & Tea Leaf 49
5 Excelso 38
sumber: zomato, 2019
Berdasarkan laporan dari Euromonitor dalam Market Analysis Report:
The Food Service Indonesia Industry, pertumbuhan kafe dengan konsep
restoran di indonesia sejak tahun 2008 mencapai 9 persen setiap tahunnya.
Begitu juga pertumbuhan kafe dengan konsep kedai kopi (coffee shop)
mencapai angka 16 persen setiap tahunnya.
7
Dengan banyaknya kedai kopi yang muncul peneliti memperhatikan
terdapat kedai kopi yang selalu ramai dikunjungi dan memiliki basis
pelanggan yang loyal, namun disisi lain juga terdapat kedai kopi yang sepi
atau jarang dikunjungi pelanggan. Dengan berkembangnya jumlah kedai kopi
di Jakarta membuat peta persaingan antar pelaku dalam industri ini menjadi
lebih ketat, maka para pelaku bisnis dituntut untuk memiliki daya saing agar
dapat bertahan. Untuk meningkatkan daya saing para pelaku bisnis kedai kopi
harus kreatif dalam mendesain konsep tempat yang menarik, memberikan
pelayanan dan menciptakan kualitas produk agar menarik konsumen.
Hal tersebut perlu dilakukan karena kini fitur-fitur yang ditawarkan
pada suatu produk tidak cukup untuk mempengaruhi konsumen agar
mengkonsumsi produk secara terus menerus atau bisa dikatakan tidak
mengakibatkan terjadinya niat beli ulang konsumen. Setiap kedai kopi harus
memiliki keunikan atau ciri khasnya sendiri, karena masing-masing kedai kopi
akan saling berkompetisi dengan menciptakan keunggulan bersaing
(competitive advantage) yang berbeda-beda.
Keunggulan tersebut dapat diimplementasikan melalui unsur-unsur dari
experience pada suatu kedai kopi seperti kualitas cita rasa menu yang
disajikan, harga yang terjangkau, lokasi yang mudah diakses, suasana yang
nyaman, ketersediaan wi-fi dan fasilitas-fasilitas lain yang dapat
mendiferensiasikan suatu kedai kopi (coffee shop) dengan pesaingnya.
Konsep pemasaran telah berkembang pesat kepada sebuah experiential
marketing yang diberikan oleh produsen produk kepada konsumennya untuk
8
menimbulkan pengalaman yang unik dibenak konsumen yang memicu minat
konsumen untuk berkunjung kembali sehingga menimbulkan konsumen yang
loyal dan bersedia merekomendasikan kepada orang lain. Konsep experiential
marketing suatu kedai kopi dapat menjadi menjadi alternatif bagi konsumen
untuk berkunjung kembali, bersedia merekomendasikan ke orang lain,
menjadikan kedai kopi tersebut sebagai priotitas utama serta mengekplorasi
lebih jauh tentang kedai kopi yang dikunjunginya (repurchase intention).
Experiential marketing adalah suatu konsep pemasaran yang berbeda
dari konsep lainnya yaitu keseluruhan experience yang diciptakan oleh
perusahaan bertujuan untuk membentuk pelanggan-pelanggan yang loyal
dengan menyentuh emosi mereka dan memberikan suatu feeling yang positif
terhadap produk dan jasa (Kartajaya 2003)
Menurut Schmitt (1999) inti dari experiential marketing adalah untuk
membangun hubungan yang langgeng dengan pelanggan melalui 5 (lima)
aspek yaitu panca indera (sense), perasaan (feel), cara berpikir (think),
kebiasaan (act) dan pertalian atau relasi (relate). Semua produk atau jasa yang
ditawarkan oleh sebuah perusahaan harus bisa menyentuh kelima unsur
tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dwi Gusti Andrianto
(2017) menunjukkan bahwa nilai-nilai experiential marketing pelanggan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap timbulnya kepuasan dan
repurchase intention pelanggan. Customer experience merupakan hal penting
bagi perusahaan yang bergerak dibidang jasa dalam upaya menjawab
9
kebutuhan dengan melihat bisnis dari perspektif pelanggan, bukan dari
perspektif perusahaan.
Sharma dan Chaubey dalam Jensen (2015:2) mengatakan “The
customer experience has emerged as the single most important aspect in
achieving success for companies across all industries”. Bahwa pengalaman
pelanggan muncul sebagai aspek yang paling penting dalam mencapai
keberhasilan perusahaan pada semua industri.
Jadi apabila konsumen merasa puas terhadap produk/jasa yang telah
diberikan, maka dia akan menunjukan kemungkinan untuk kembali membeli
kepada perusahaan tersebut, yang berujung pada loyalitas konsumen, dan
pelanggan akan cenderung memberikan referensi yang baik terhadap produk
atau jasa kepada orang lain. Tidak pada konsumen yang tidak puas terhadap
produk atau jasa yang diberikan, mereka yang seperti itu justru akan mencari
penyedia produk atau jasa sejenis yang dibutuhkannya pada tempat lain.
Perusahaan seharusnya memperhatikan tingkat experience yang
ditawarkan kepada pelanggannya agar memberikan dampak seperti munculnya
keinginan berkunjung kembali, kesediaan pelanggan merekomendasikan
kepada orang lain, menjadi prioritas utama pelanggan dan munculnya
keinginan untuk mencari tahu lebih dalam tentang perusahan/produk
(repurchase intention).
Menurut Zeithaml (2009) pengertian repurchase intention adalah salah
satu bentuk perilaku (behavioral intention) ketika pelanggan memiliki
keinginan untuk datang mengunjungi dan menggunakan kembali suatu
10
produk/jasa, melakukan word of mouth yang positif, tinggal lebih lama dari
perkiraan, dan membeli lebih banyak dari perkiraan.
Repurchase intention pelanggan mempunyai manfaat yang banyak bagi
perusahaan. Sikap positif ini dapat berupa word of mouth yang positif. Word
of mouth ini merupakan promosi yang berbiaya murah dan mempunyai efek
yang luar biasa terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Selain itu
Repurchase intention yang positif juga mempunyai manfaat untuk dapat
membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk atau jasa yang digunakan.
Menurut Fornell (1992) menjelaskan bahwa konsumen atau pelanggan yang
puas akan melakukan kunjungan ulang pada waktu yang akan datang dan
memberitahukan kepada orang lain atas jasa yang dirasakan. Maka dengan
demikian penting bagi konsumen untuk membangun repurchase intention
pelanggan.
Dengan semakin maraknya perkembangan jumlah kedai kopi yang ada
di Indonesia khususnya di wilayah DKI Jakarta membuat peneliti ingin
mengetahui lebih lanjut apakah faktor-faktor experiential marketing sebuah
kedai kopi dapat mempengaruhi minat pelanggan untuk datang kembali,
memicu konsumen merekomendasikan kedai kopi tersebut kepada orang lain,
menjadikan brand/produk/perusahaan menjadi prioritas utama pelanggan serta
membuat konsumen ingin mencari tahu lebih dalam tentang
perusahan/produk.
11
Berdasarkan latarbelakang tersebut yang membuat penulis tertarik
dalam melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Experiential Marketing
terhadap Repurchase Intention” (Studi Kasus Pada Konsumen Kedai
Filosofi Kopi Melawai, Jakarta Selatan)
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang terpenting dalam suatu
penelitian, hal ini diperlukan agar batasan masalah menjadi jelas sehingga
dapat dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian. Adapun perumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara dimensi sense terhadap
repurchase intention?
2. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara dimensi feel terhadap
repurchase intention?
3. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara dimensi think terhadap
repurchase intention?
4. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara dimensi act terhadap
repurchase intention?
5. Apakah terdapat pengaruh signifikan antara dimensi relate terhadap
repurchase intention
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara seluruh dimensi dari
experiential marketing (sense, feel, think, act, relate) terhadap repurchase
intention?
12
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh antara dimensi sense terhadap repurchase
intention
2. Menganalisis pengaruh antara dimensi think terhadap repurchase
intention
3. Menganalisis pengaruh antara dimensi feel terhadap repurchase
intention
4. Menganalisis pengaruh antara dimensi act terhadap repurchase
intention
5. Menganalisis pengaruh antara dimensi relate terhadap repurchase
intention
6. Menganalisis pengaruh antara seluruh dimensi experiential marketing
(sense, feel, think, act, relate) terhadap repurchase intention?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Hasil dari penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan
wawasan serta dapat menerapkan pengalaman dan ilmu yang telah didapat
di bangku kuliah ke dalam praktek, khususnya yang ada hubungannya
dengan masalah penelitian tersebut.
13
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi yang
berguna terhadap dunia ilmu pendidikan khususnya pengetahuan dibidang
pemasaran, selain itu dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan
dalam pengambilan keputusan dan penentuan strategi-strategi selanjutnya
yang lebih efektif untuk dapat memenangkan persaingan dipasar.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh
seorang pemasar dalam upayanya mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaannya. Tercapai atau tidaknya tujuan suatu bisnis ditentukan
pada keahlian mereka dalam bidang pemasaran. Perusahaan sendiri
memerlukan cara untuk dapat mengatur kegiatan pemasarannya agar
sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, untuk itu
perusahaan memerlukan manajemen pemasaran agar dapat mencapai hal
tersebut.
Definisi pemasaran menurut Kotler dan Keller (2016:27),
“Marketing is about identifying and meeting human and social needs.
One of the shortrest good definitions of marketing is meeting needs
profitability” Pemasaran adalah tentang mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi singkat pemasaran yang
baik adalah memenuhi kebutuhan profitabilitas.
Pemasaran didefinsikan sebagai suatu aktivitas, serangkaian institusi,
serta proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, memberikan nilai
dan bertukar penawaran yang bernilai bagi pelanggan, klien, mitra,
ataupun masyarakat (Kotler dan Keller, 2016:27). Sedangkan menurut
(Lupiyoadi & Hamdani, 2006:6) juga menyatakan bahwa manajemen
15
pemasaran adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol
program-program yang telah direncanakan dalam hubungannya dengan
pertukaran-pertukaran yang diinginkan terhadap konsumen yang dituju
untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun bersama.
Definisi pemasaran ini didasarkan pada konsep-konsep inti berikut
ini:
a. Kebutuhan, adalah suatu keadaan dirasakannya ketiadaan kepuasan
dasar tertentu. Orang membutuhkan pangan, sandang, rumah, rasa
aman, rasa memiliki, harga diri dan lain- lain untuk tetap hidup.
b. Keinginan dan permintaan. Keinginan adalah kehendak yang kuat
akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan yang lebih mendalam.
Keinginan manusia terus menerus dibentuk oleh kekuatan dan
lembaga- lembaga kemasyarakatan seperti masjid, gereja, sekolah,
keluarga dan perusahaan- perusahaan bisnis.
c. Produk, adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada seseorang
untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Kita biasanya
menggunakan istilah produk dan jasa untuk membedakan antara
objek fisik dengan objek yang tak berwujud (intangible).
d. Utilitas, nilai dan kepuasan. Utilitas adalah taksiran konsumen
mengenai kapasitas keseluruhan suatu produk untuk memuaskan
kebutuhannya.
e. Pertukaran, transaksi dan hubungan. Pertukaran adalah tindakan
untuk memperoleh produk yang dikehendaki dari seseorang dengan
16
menawarkan suatu yang lain sebagai balasannya. Pertukaran yaitu
konsep yang jelas yang mendasari pemasaran. Transaksi adalah unit
dasar dari pertukaran . transaksi merupakan perdagangan nilai- nilai
di antara dua pihak. Transaksi tidak mengharuskan uang sebagai
salah satu nilai yang diperdagangkan atau dipertukarkan pasar.
Konsep pertukaran membawa kita kepada konsep pasar. Pasar terdiri
dari semua pelanggan potensial yang mempunyai kebutuhan atau
keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu melibatkan
diri dalam suatu pertukaran guna memuaskan kebutuhan atau
keinginan tersebut.
f. Pemasar. Pemasar adalah seseorang yang mencari sumber daya dari
orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu yang bernilai sebagai
imbalannya
2. Pengertian Manajemen Pemasaran.
Menurut American Marketing Society dalam buku Kotler dan
Keller (2016:28) menyatakan bahwa marketing management as the art
and science of choosing target markets and getting, keeping, and growing
customers through creating delivering, and communicating superior
customer value. Definisi tersebut menyatakan bahwa manajemen
pemasaran sebagai suatu seni dan ilmu dalam memilih dan mendapatkan
target pasar, juga menjaga dan menumbuhkan pelanggan melalui
penciptaan, pengiriman dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang
unggul.
17
Menurut Mullins dan Walker (2013:14) menyatakan bahwa
manajemen pemasaran adalah proses menganalisis, merencanakan,
menerapkan, mengoordinasikan, dan mengendalikan program yang
melibatkan konsepsi, harga, promosi dan distribusi produk, layanan, dan
gagasan yang dirancang untuk menciptakan dan mempertahankan
pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran untuk tujuan
mencapai tujuan organisasi.
Terdapat perbedaan dalam mendefinisikan manajemen pemasaran
yaitu definisi secara sosial dan definisi secara manajerial. Definsi secara
sosial dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2016) yaitu: “Pemasaran
adalah suatu proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka inginkan dan butuhkan dengan melalui
proses penciptaan, menawarkan, dan mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai kepada orang lain”.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
pemasaran adalah sebuah proses menciptakan, mengkomunikasikan,
memberikan dan melakukan pertukaran yang bernilai bagi konsumen baik
berupa produk atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia dan
untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun bersama.
3. Perilaku Konsumen
Menurut The American Marketing Associaton (1995) dalam Peter
dan Olson (2010:5) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai “The
dynamic interaction of affect and cognition, behavior and environmental
18
events by which human beings conduct the exchange aspect of their
lives”, yang artinya mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi
yang dinamis antara afeksi, kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana
manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.
Sedangkan Schiffman dan Kanuk (2000:7) mendefinisikan perilaku
konsumen sebagai proses yang dilalui seseorang dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan bertindak setelah mengkonsumsi
produk, jasa maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya.
Adapun menurut Ma’ruf dalam Nira Kurniyanti (2015) menjelaskan
bahwa perilaku konsumen adalah proses yang terjadi pada konsumen
ketika memutuskan membeli apa yang dibeli, dimana, kapan, dan
bagaimana membelinya.
Menurut Mangkunegara (2002:3) mengemukakan bahwa perilaku
konsumen adalah tindakan-tindakan individu yang terlibat secara
langsung dalam usaha memperoleh dan mengkonsumsi barang-barang
jasa ekonomis, termasuk juga proses pengambilan keputusan yang
mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Dari berbagai definisi yang dikemukakan diatas terdapat dua hal
penting dari perilku konsumen, yaitu proses dalam pengambilan
keputusan dan kegiatan fisik yang semuanya melibatkan individu dalam
menilai, mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa.
Menurut Philip Kotler (2016) perilaku konsumen dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya:
19
a. Faktor kebudayaan. Budaya berperan dalam menentukan keinginan
dan tingkah laku yang tercermin dari cara hidup, kebiasaan dan
tradisi dalam permintaan akan barang dan jasa. Dengan demikian
perilaku konsumen satu dengan konsumen lainnya akan berbeda-
beda karena terdapat perbedaan kebudayaan itu sendiri.
b. Faktor sosial. Faktor sosial juga dapat berpengaruh pada tingkah
laku pembeli. Kelompok kecil, keluarga, teman, peran dan status
sosial konsumen akan sangat mempengaruhi produk yang akan
dipilih dan digunakan oleh konsumen.
c. Faktor pribadi. Faktor pribadi yang memberikan kontribusi terhadap
perilaku konsumen terdiri dari usia dan tahap siklus hidup,
pekerjaan dan lingkungan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan
konsep diri.
d. Faktor psikologis. Terdapat empat faktor psikologi utama yang
dapat mempengaruhi pilihan pembelian seseorang yaitu motivasi,
persepsi, pembelajaran serta keyakinan dan pendirian. Keempat hal
tersebut akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam
pembelian mereka.
Setelah konsumen melewati serangkaian psikologi konsumen dan
karakteristik konsumen, maka konsumen akan melewati proses
keputusan pembelian yang terdiri atas pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca
pembelian
20
4. Experiential Marketing
a. Definisi Experiential Marketing
Menurut Similansky (2009:5) definisi dari Experiential
marketing (pemasaran pengalaman) adalah proses identifikasi dan
memuaskan kebutuhan pelanggan dan juga aspirasi profitabilitas,
melibatkan klien melalui komunikasi dua arah yang membawa
kepribadian brand menjadi hidup dan meningkatkan nilai ke dalam
kehidupan konsumen yang dituju.
Menurut Kartajaya (2003:166) menjelaskan bahwa experiential
marketing adalah sebuah konsep pemasaran yang ditujukan untuk
menciptakan pelanggan yang loyal dengan menyentuh emosi mereka
dan memberikan feeling yang positif kepada konsumen tentang
produk dan layanan.
Pengertian Experiential marketing menurut Schmitt dalam Amir
Hamzah (2007:22) adalah adalah keadaan ketika pemasar
menawarkan produk dan jasanya dengan merangsang unsur-unsur
emosi konsumen yang menghasilkan berbagai pengalaman bagi
konsumen. Pendekatan pemasaran tersebut dilakukan untuk
menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi konsumen saat
akan, sedang dan setelah membeli suatu produk atau jasa.
Thamizhvanan dan Xavier (2013:26) mengatakan bahwa
perilaku masa depan ditentukan oleh pengalaman sebelumnya. Maka
dapat disimpulkan bahwa pengalaman pertama berkunjung konsumen
21
sangatlah penting. Jika pada pengalaman pertama konsumen sudah
merasa puas dan nyaman, maka akan mempengaruhi minat konsumen
untuk melakukan pembelian ulang dikemudian hari. Dalam dunia
bisnis pengalaman yang dimaksudkan ini biasa disebut dengan
experiential marketing.
Dari beberapa definisi diatas dapat dapat disimpulkan bahwa
experiential marketing merujuk pada pengalaman nyata pelanggan
terhadap brand / product / service untuk meningkatkan brand image /
brand awareness dan membentuk positioning positif perusahaan
kedalam benak konsumen untuk dapat mempengaruhi minat
konsumen untuk melakukan pembelian ulang dan menciptakan
pelanggan yang loyal.
b. Karakteristik Experiential Marketing
Pendekatan yang dilakukan dalam experiential marketing adalah
pendekatan yang mencoba menggeser pendekatan pemasaran
tradisional, pendekatan pemasaran pengalaman menurut Schmitt
(2004:25) mengatakan terdapat 4 kunci karakteristik dari experiential
marketing yaitu:
1) Focus on Customer Experience
Berbeda dengan pemasaran tradisional, experiential
marketing lebih berfokus pada pengalaman pelanggan.
Pengalaman yang terjadi akibat pertemuan, menjalani atau
melewati situasi tertentu. Pengalaman memberikan nilai-nilai
22
indrawi, emosional, kognitif, perilaku dan relasional yang
menggantikan nilai-nilai fungsional
2) Examing the Consumption Situation
Pemasar eksperensial bersinergi untuk dapat menciptakan
pengalaman dalam mengonsumsi suatu produk. Pelanggan tidak
hanya mengevaluasi suatu produk sebagai produk secara parsial
dan juga tidak hanya menganalisis tampilan dan fungsinya saja,
melainkan pelanggan juga mengevaluasi pengalaman pada saat
mengkonsumsi produk tersebut.
3) Customer are Rational and Emotionals Animals
Bagi para experiential marketers, konsumen adalah sosok
emosional seperti halnya sosok rasional, artinya walaupun
konsumen pada waktu tertentu membuat keputusan atau pilihan
secara rasional tetapi mereka juga memiliki dorongan dan
keinginan secara emosional seperti kepekaan, hasrat, aktualisasi
diri, fantasi dan lain-lainnya.
4) Methods are Electric
Metode yang digunakan dalam mengukur tingkat
pengalaman seseorang bersifat elektik, yaitu tidak dibatasi pada
suatu metode saja, melainkan memilih dan menyesuaikan metode
yang sesuai dengan objek yang diukur. Jadi lebih bersifat
kustomisasi, tergantung pada situasi dan tidak menggunakan
standar yang sama.
23
c. Dimensi Experiential Marketing
Strategic Experiential Modules (SEMs) oleh Schmitt dan Rogers
(2008) adalah modul yang dapat digunakan untuk menciptakan
berbagai jenis pengalaman yang memuat dimensi dari Experiential
Marketing, yang terdiri dari pengalaman sensori (sense), pengalaman
perasaan / emosi (feel), pengalaman kognitif (think), pengalaman
fisik dan keseluruhan gaya hidup (act) serta pengalaman yang timbul
dari hubungan dengan kelompok referensi tertentu atau kultur
tertentu (relate).
1) Sense (Panca indera)
Sense marketing dalam konteks Experiential marketing
adalah menciptakan sensory terhadap suatu objek melalui kelima
panca indera seperti mata, telinga, lidah, kulit dan hidung
(Kartajaya, 2010). Sense marketing berupaya untuk menyentuh
emosi konsumen melalui pengalaman yang dapat diperoleh
konsumen lewat panca indera seperti penglihatan, penciuman,
perasa, pendengaran, dan peraba yang mereka miliki melalui
produk dan layanan.
Menurut pemaparan Schmitt (2004:99) mengungkapkan
bahwa tujuan dari sense marketing adalah memberikan kesan
kehidupan, kesenangan, keindahan dan kepuasan melalui
stimulus sensory. Stimuli adalah bagaimana kita dapat
memberikan suatu perhatian kepada setiap sensory stimulation
24
yang kita dapat dan menyimpannya di dalam otak kita sebagai
suatu pengalaman yang tidak kita lupakan.
Fungsi sense bagi konsumen yaitu untuk dapat
mendiferensiasikan produk dengan produk yang lain, untuk
menimbulkan motivasi pembelian produk dan untuk
menciptakan value pada produk atau jasa dalam benak
konsumen.
a) Pembeda
Tujuan utama membentuk pengalaman indera adalah
sebagai pembeda, pengalaman indera berujuan untuk
menampilkan identitas atau ciri khas tertentu yang tampak
melalui stimulus, yakni dengan memberikan perhatian dan
menjadikan informasi agar lebih menarik dari biasanya bisa
melalui musik, warna atau tampilan agar tetap up to date.
Dalam hal ini, empat hal penting yang menunjukkan ciri atau
identitas produk antara lain: properties (gedung, bangunan,
pabrik, kantor dan mesin pabrik), products (fisik produk dan
aspek utama jasa), presentation (tampilan kemasan) dan
publications (brosur, promosi, iklan).
b) Pemberi Motivasi
Sebagai motivator, pengalaman indera bertujuan untuk
memberi motivasi kepada konsumen untuk mencoba produk
dan membelinya. Dalam hal ini, pengalaman indera dapat
25
diterapkan melalui tiga cara, yaitu: pertama across modalities
dimana pengalaman indera disajikan dengan menggunakan
multi media, dengan mengkombinasikan penampilan,
pendengaran, penciuman dalam menyampaikan informasi, dan
cara kedua dengan across expres dimana pengalaman indera
disajikan menerapkan image (kesan tertentu) pada proroduk
atau jasa, dan cara yang ketiga across space and time, dimana
pengalaman indera disajikan melalui gaya, tema, slogan,
warna, orang yang digunakan dalam iklan, pencahayaan dan
struktur organisasi
c) Pemberi Nilai
Dalam hal ini, pengalaman indera bertujuan untuk
menggabungkan seluruh komponen yang berkaitan dengan
panca indera (atribut, gaya dan tema) sebagai bagian dari
sense strategies (cognitive consistency/sensory variety). Oleh
karena itu, dalam menyediakan nilai yang unik dalam
pengalaman konsumen, setiap perusahaan harus dapat
memahami tipe dari sense yang diinginkan oleh konsumen,
Sense marketing yang diterapkan oleh pelaku usaha pada
dasarnya dapat berdampak positif ataupun negatif terhadap
loyalitas konsumen. Suatu produk dan jasa yang ditawarkan oleh
pelaku usaha dapat tidak sesuai dengan selera konsumen atau justru
dapat membuat konsumen menjadi pelanggan yang sangat loyal
26
dan berakibat pada harga yang ditawarkan oleh produsen tidak
menjadi masalah bagi konsumen.
2) Feel (Perasaan)
Menurut Andreani (2007) faktor perasaan berbeda dengan
kesan sensorik karena hal ini berkaitan dengan suasana hati dan
emosi jiwa seseorang. Ini bukan sekedar menyangkut keindahan,
tetapi suasana hati dan emosi jiwa yang mampu membangkitkan
kebahagiaan atau bahkan kesedihan
Pendapat dari Lupiyoadi (2013:132) mengemukakan bahwa
feel experience adalah suatu kualitas pelayanan, brand, harga dan
produk yang didapat oleh konsumen terutama pada pelayanan
yang diterapkan oleh perusahaan untuk membangkitkan rasa
emosional positif sehingga konsumen senang datang ke
perusahaan kita sehingga memberikan pengalaman yang berarti.
Saat konsumen merasa senang dengan produk yang
ditawarkan perusahaan konsumen akan menyukai produk dan
perusahaan. Begitu juga sebaliknya, ketika produk yang
ditawarkan perusahaan tidak menimbulkan perasaan senang pada
konsumen, maka konsumen akan meninggalkan produk tersebut
dan akan memilih untuk beralih ke produk yang lain. Apabila
pelaku usaha dapat menciptakan strategi pemasaran yang dapat
memberi kesenangan positif secara konsisten bagi konsumen,
27
maka akan membentuk konsumen loyal yang kuat dan bertahan
lama.
Menurut Schmitt (2004:124) emosi dibedakan menjadi dua
jenis yaitu Basic Emotion dan Complexs Emotion. Basic Emotion
misalnya kegembiraan (emosi positif), kemarahan, kekecewaan
dan kesedihan (emosi negatif). Sedangkan Complexs Emotion
adalah kombinasi dari basic emotion. Dalam pemasaran, emosi
yang dihasilkan adalah sesuatu yang kompleks. Salah satu contoh
dari complex emotion adalah nostalgia/kesenangan. Nostalgia
adalah perasaan paling kuat yang digali oleh para pemasar untuk
menghadirkan pengalaman.
Tujuan feel adalah untuk memberikan pengaruh terhadap
perasaan dan emosi pelanggan, sehingga dapat tercipta
pengalaman afektif, yaitu perasaan positif konsumen kepada suatu
merek yang dapat memperkuat. Dalam banyak hal feeling atau
perasaan merupakan akar yang dalam untuk mempengaruhi segala
perilaku, sebab perasaan erat kaitannya dengan emosi. Emosi
sangat mempengaruhi pemikiran seseorang emosi dapat
membentuk dan mempengaruhi penilaian, serta membentuk
perilaku (Kartajaya, 2003:26)
Feel marketing merupakan bagian yang sangat penting
dalam strategi experiential marketing. Komponen feel dapat
dilakukan dengan memberikan service yang baik, serta keramahan
28
dalam pelayanan. Agar konsumen mendapat feel yang kuat dari
suatu produk atau jasa, maka perusahaan harus dapat
memperhitungkan kondisi emosi konsumen atau
memperhitungkan mood yang sedang dirasakan oleh konsumen.
Produsen perlu memberikan pelayanan yang memuaskan
terhadap pelanggannya, termasuk didalamnya keramahan dan
sopan santun karyawan, pelayanan yang tepat waktu, dan rasa
simpatik yang dapat merangsang timbulnya mood positif
pelanggan. Produk dan jasa yang ditawarkan harus memberikan
memorable experience sehingga akan berdampak positif terhadap
word of mouth, repurchase intention dan loyalitas pelanggan
3) Think (Berfikir)
Menurut pendapat Alma (2013:267) think marketing dapat
mendorong pelanggan untuk berfikir secara kreatif, menilai, dan
mengevaluasi dari suatu merek/produk atau persepsi yang ada di
benak pelanggan tentang produk/merek tersebut sehingga dapat
berpengaruh pada fikiran pelanggan tentang perusahaan tersebut.
Pengalaman ini lebih mengacu pada masa depan, fokus, nilai,
kualitas dan perkembangan, serta dapat ditampilkan melalui hal-
hal yang memberi inspirasi, teknologi dan kejutan.
Think experience berfungsi untuk menciptakan pengalaman
agar pelanggan dapat berfikir tentang produk yang ditawarkan
oleh produsen, kemudian pelanggan dapat memilih produk mana
29
yang baik untuk dikonsumsi. Think marketing ini bertujuan untuk
memikat konsumen dan menocba membangkitkan rasa ingin tahu
konsumen sehingga kemudian timbul keinginan konsumen
merasakan produk yang kita tawarkan.
Menurut Kartajaya (2003:164) mengemukakan bahwa think
marketing adalah suatu cara yang dilakukan oleh perusahaan
untuk membawa komoditi menjadi pengalaman (experience)
dengan melakukan customization secara terus menerus. Teknik
kustomisasi tersebut dapat ektif menarik respon positif dari
konsumen dan menimbulkan basis konsumen yang loyal.
Schmitt (2004:148) mengungkapkan bahwa think dapat
digunakan untuk melakukan kampanye pemasaran dengan tipe-
tipe seperti di bawah ini :
a) Sense Of Surprise
Pemberian kejutan diperlukan untuk menjadi stimulus
yang dapat menarik perhatian konsumen dan mengajak
konsumen agar mau berfikir kreatif. Kejutan selalu berada di
luar sesuatu yang umum dan bersifat positif. Unsur surprise
didalam experiential marketing menjadi hal yang sangat
penting karena dengan pengalaman-pengalaman yang
mengejutkan dapat meberikan efek emosional yang dapat
terus membekas dalam benak konsumen dalam jangka waktu
30
yang lama. Surprise harus dikemas sedemikian unik sehingga
sulit ditiru oleh pesaing
b) A Dose Of Intrigute
Intrik (intrigue) adalah sesuatu yang merupakan
kelanjutan dari kejutan (surprise). Intrigue merangsang
munculnya rasa ingin tau pelanggan, menimbulkan
kekaguman, memberikan tantangan bagi pelanggan,
meninggalkan teka-teki dan pertanyaan, dan sejenisnya. Intrik
dapat berbeda pada setiap individu yang memiliki latar
belakang yang berbeda. Sesuatu yang dianggap menarik oleh
seseorang dapat menjadi membosankan bagi orang lain, ini
bergantung pada pengalaman, minat tingkat pendidikan, dan
keadaan sosialnya.
c) A Smack Provocation
Dengan memberikan provokasi kepada konsumen dapat
enimbulkan perhatian yang luar biasa dari konsumen karena
menstimulasi diskusi diantara pelanggan dan membuat
timbulnya kontroversi. Provokasi dapat berubah menjadi
merugikan jika dilakukan berlebihan seperti melewati batas
batas moral.
Think marketing bertujuan untuk mempengaruhi pelanggan
agar terlibat dalam pemikiran kreatif dan menciptakan kesadaran
lewat proses berfikir yang berdampak evaluasi terhadap
31
perusahaan. Produsen harus tanggap terhadap kebutuhan dan
keluhan konsumen. Perusahaan dituntut untuk dapat berfikir
kreatif. Salah satunya dengan mengadakan program yang
melibatkan pelanggan.
4) Act (Kebiasaan)
Menurut pendapat Nigam (2012:115) bahwa act experience
dilakukan dalam rangka menciptakan pengalaman pelanggan
yang berhubungan dengan tubuh secara fisik, pola perilaku, dan
gaya hidup (life style) jangka panjang serta pengalaman-
pengalaman yang terjadi yang merupakan hasil dari interaksi
dengan orang lain.
Serupa dengan pendapat yang dikemukakan Rini (2009)
bahwa Act adalah tindakan individu yang berkaitan dengan
seluruh pikiran dan tubuhnya, yang bertujuan untuk
meningkatkan hidup dan gaya hidupnya. Ketika act marketing
mampu mempengaruhi perilaku dan gaya hidup maka akan
berdampak positif terhadap loyalitas karena merasa produk atau
jasa tersebut sesuai dengan gaya hidupnya. Sebaliknya ketika
konsumen tidak merasa bahwa produk atau jasa tersebut sesuai
dengan gaya hidupnya maka akan berdampak negatif terhadap
loyalitas pelanggan.
Act Marketing merupakan suatu cara untuk membentuk
persepsi pelanggan terhadap suatu produk atau jasa (Kartajaya,
32
2003). Maksud yang ingin dicapai oleh act marketing yaitu untuk
meningkatkan physical experience, menimbulkan kesan pada
pola perilaku dan gaya hidup, serta memperkaya pola interaksi
sosial dengan strategi yang dilakukan. Perusahaan diharuskan
untuk menciptakan pola perilaku yang dapat memberikan
pengalaman yang bernilai positif dalam benak konsumen
sehingga membuat konsumen ingin melakukan pembelian ulang
produk dan membagikan pengalaman yang didapat dengan
orang terdekatnya.
5) Relate (Pertalian)
Relate merupakan tipe experience yang digunakan untuk
mempengaruhi pelanggan dengan menggabungkan seluruh aspek
yaitu sense, feel, think, dan act serta menitik beratkan pada
menciptakan persepsi yang positif dimata pelanggan Schmitt
dalam Amir Hamzah (2007:23). Tujuan dari menggabungkan
aspek sense, feel, think dan act adalah untuk dapat mengkaitkan
individu dengan apa yang ada diluar dirinya dan
mengimplementasikan hubungan antara other people dan other
social group sehingga dapat memunculkan rasa bangga dan
perasaan diterima oleh komunitasnya.
Menurut Chang (2011) menjelaskan bahwa relate
experience terjadi karena adanya koneksi individu, komunitas
sosial (seperti jenis kelamin, pekerjaan, etnis, dan gaya hidup),
33
entitas sosial (seperti suku bangsa dan budaya) melalui
pembelian dan penggunaan produk atau jasa tertentu oleh
konsumen.
Tujuan dari pemasaran relate adalah menghubungkan diri
pribadi seseorang kedalam konteks sosial budaya yang terdapat
di suatu merek yang kemudian akan menciptakan suatu identitas
sosial kepada dirinya sendiri. Dimensi relate menjelaskan suatu
hubungan dengan orang lain, kelompok sosial lainnya
(pekerjaan, etnik atau gaya hidup) perhimpunan masyarakat atau
kebudayaan. Konsep relate menarik bagi keinginan individu
untuk mengembangkan dirinya (seperti apa ia dikaitkan dimasa
depan). Mereka menarik kebutuhan untuk dianggap positif oleh
orang lain seperti teman, pasangan, ataupun keluarga.
Relate antara pelanggan dapat diciptakan oleh perusahaan
dengan kontak langsung melalui telepon maupun kontak fisik,
diterima menjadi salah satu bagian dalam kelompok tersebut atau
menjadiannya member sehingga membuat konsumen menjadi
merasa diterima dan tidak segan untuk datang kembali.
Sebaliknya jika hal tersebut tidak dapat terealisasi dalam arti
konsumen merasa diabaikan, maka konsumen akan berfikir ulang
untuk datang kembali atau melakukan pembelian ulang.
34
d. Experience Providers
Pendapat dari Schmitt dan Rogers (2008:120-129) bahwa
pengalaman pelanggan dapat dilakukan melalui experience providers,
yaitu:
1) Communication
Komunikasi dalam experiential providers adalah promosi
yang dilakukan perusahaan berupa periklanan, magalogs (majalah
dan katalog), brosur dan surat kabar, laporan tahunan dan lain-lain.
2) Visual/Verbal Identity
Seperti halnya communication, visual/verbal identity dapat
digunakan untuk menciptakan merek yang menyentuh sense, feel,
think, act, maupun relate. Kumpulan identity expros terdiri dari
nama, logo dan tanda perusahaan.
3) Product Presence
Product presence expros meliputi desain produk,
pengemasan dan display produk serta karakter merek sebagai
bagian dari pemasaran.
4) Co-branding
Seperti halnya komponen expros lainnya, co-branding
dapat digunakan untuk mengembangkan satu atau beberapa
experiential moduls. Co-branding dalam expros meliputi: event
marketing, sponsorship, partnership, penggunaan produk dalam
film dan bentuk kerjasama lain.
35
5) Spatial Environments (tempat penjualan)
Tempat penjualan merupakan sebuah tempat
pengekspresian produk atau perusahaan. Tempat penjualan
meliputi desain gedung, kantor, atmosfer perusahaan dan lain-lain.
6) Web Sites dan Elektronic Media
Websites perusahaan dapat dibentuk penciptaan SEMs,
tampilan warna, suara dan kreatifitas menu merupakan bagian
pembentuk pengalaman bagi pengguna situs perusahaan.
7) People
Expros yang terakhir adalah people. People dapat dijadikan
sebagai kekuatan di antara expros yang lainnya, hal ini
dikarenakan keberadaannya sebagai sesuatu yang dinamis,
kemampuannya dalam berinteraksi dengan pelanggan serta
pengaruhnya yang dapat dirasakan secara langsung. People
meliputi tenaga penjual, perwakilan perusahaan, serta personel
lain yang secara lain dapat berinteraksi dengan konsumen.
5. Repurchase Intention
a. Pengertian Repurchase Intention
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008: 214) menjelaskan bahwa
niat adalah salah satu aspek psikologis yang memiliki efek cukup
besar terhadap sikap perilaku. Niat dapat menjadi sumber motivasi
bagi seseorang yang akan mengarahkan untuk melakukan suatu
kegiatan atau tindakan. Niat beli merupakan kegiatan psikis yang
36
muncul karena adanya perasaan (afektif) dan pikiran (kognitif)
terhadap suatu barang atau jasa yang diinginkan. Niat beli dapat
diartikan sebagai suatu sikap senang terhadap suatu objek yang
membuat individu berusaha untuk mendapatkan objek tersebut
dengan cara membayarnya dengan uang atau pengorbanan.
Menurut Hellier (2003:176) niat membeli ulang adalah
keputusan konsumen untuk melakukan pembelian kembali pada suatu
produk atau jasa berdasarkan apa yang telah diperoleh dari
perusahaan yang sama, melakukan pengeluaran untuk memperoleh
barang dan jasa tersebut dan ada kecenderungan dilakukan secara
berkala.
Repurchase intention konsumen merupakan proses yang
kompleks, niat membeli ulang biasanya berhubungan dengan
perilaku, persepsi, serta sikap dari konsumen. Perilaku pembelian
merupakan kunci bagi konsumen untuk mengakses dan melakukan
evaluasi pada suatu produk. Menurut Kotler dan Keller (2009: 240),
niat beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen yang
didalamnya konsumen mempunyai keinginan untuk membeli atau
memilih suatu produk berdasarkan pengalaman dalam memilih,
menggunkan atau mengonsumsi atau bahkan menginginkan suatu
produk.
Repurchase intention adalah suatu tahapan terjadinya
ketertarikan untuk membeli suatu produk. Faktor-faktor yang
37
mempengaruhi niat beli ulang berhubungan dengan perasaan dan
emosi, bila seseorang merasa puas dan senang dalam membeli produk
maka hal itu akan memperkuat niat membeli. Intensi mengunjungi
kembali (repurchase intention) terjadi ketika konsumen memperoleh
kesan yang baik dan kepuasan dari pengalamannya pada saat pertama
kali berkunjung sehingga memutuskan untuk kembali pada waktu
berikut. Munculnya niat konsumen untuk membeli kembali dapat
menjadi salah satu parameter keberhasilan dari suatu perusahaan,
terutama perusahaan yang bergerak di bidang jasa.
Nikbin (2011) menyatakan repurchase intention adalah suatu
faktor dimana akan mempengaruhi hubungan antara pelanggan dan
perusahaan di masa depan, keuntungan dan kesuksesan perusahaan.
Konsumen yang puas cenderung mengatakan hal-hal baik tentang
merek kepada orang lain, sedangkan konsumen yang kecewa
mungkin mengabaikan atau mengembalikan produk tersebut (Kotler
dan Keller, 2009).
Repurchase intention merupakan tahapan selanjutnya dari
evaluasi konsumen terhadap produk yang dapat mempengaruhi
repurchase decision (keputusan pembelian) dengan melalui dua
faktor yaitu:
1) Attitude of others
Faktor pertama adalah sikap dari pihak lain. Masukan atau
saran dari pihak lain dapat mempengaruhi keputusan membeli
38
konsumen, terutama pihak lain tersebut dianggap sebagai orang
yang penting atau orang terdekat.
2) Unexpected situational factors
Faktor kedua adalah situasi yang tidak terduga. Konsumen
membentuk suatu keinginan membeli berdasarkan income,
harga, dan manfaat produk yang sesuai harapan. Namun,
kejadian yang tidak terduga dapat merubah minat beli dari
konsumen, seperti pendapatan yang dipotong, harga yang
meningkat, atau pendapat negatif dari orang lain terhadap produk
yang dibeli (Kotler dan Keller, 2009: 154).
b. Dimensi Repurchase intention
Indikator yang digunakan dalam mengukur repurchase intention
dalam penelitian ini adalah indikator yang dikembangkan oleh
Ferdinand (2002:25-26). Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:
1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk
membeli produk yang telah dikonsumsinya.
2) Minat referensial, yakni kecenderungan seseorang untuk
mereferensikan produk yang sudah dibelinya, agar juga dibeli
oleh orang lain, dengan referensi pengalaman konsumsinya.
3) Minat preferensial, minat yang menggambarkan perilaku
seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut.
Preferensi ini hanya dapat diganti bila terjadi sesuatu dengan
produk preferensinya
39
4) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang
yang selalu mencari informasi mengenai produk yang
diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat - sifat
positif dari produk yang diprioritaskan
Sedangkan indikator menurut Kim dan Moon (2008) adalah sebagai
berikut:
1) Keinginan konsumen untuk kembali lagi. Konsumen memiliki
niat untuk melakukan pembelian kembali terhadap suatu
produk atau jasa.
2) Niat konsumen untuk merekomendasikan kepada orang lain.
Konsumen bersedia menceritakan hal positif dan mengajak
orang lain menggunakan suatu produk atau jasa
3) Produk yang akan dibeli menjadi pilihan pertama dibandingkan
dengan produk lain. Konsumen menjadikan sebuah
brand/company sebagai prioritas utama dalam memilih sebuah
produk atau jasa, ini membuat konsumen tidak ingin berpindah
selama brand/company tersebut masih ada.
B. Hubungan Antar Variabel
1. Keterkaitan Antara Sense Terhadap Repurchase intention
Sense marketing dalam konteks experiential marketing adalah
menciptakan sensory terhadap suatu objek melalui kelima panca indera
seperti mata, telinga, lidah, kulit dan hidung (Kartajaya, 2010). Sense
marketing merupakan salah satu cara untuk menyentuh emosi konsumen
40
melalui pengalaman yang dapat diperoleh konsumen lewat panca indera
(mata, telinga, lidah, kulit, dan hidung) yang mereka miliki melalui
produk dan servis.
Pada penetilian yang dilakukan Gersom Hendarsono (2013)
variabel sense terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
minat beli ulang. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa faktor
pengalaman melalui panca indera lewat berbagai sentuhan diantaranya
keunikan interior, kesejukan ruangan, alunan musik, rasa produk dan
aroma produk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terciptaya
repurchase intention pelanggan.
Pada saat konsumen datang ke kedai kopi, mata melihat desain
layout yang menarik, hidung mencium aromaterapi, telinga mendengar
alunan musik, dan kulit merasakan kesejukan AC. Pada dasarnya konsep
sense experience yang diterapkan dalam kedai kopi diciptakan oleh
pelaku usaha dapat berpengaruh positif terhadap minat konsumen untuk
berkunjung kembali, munculnya keinginan konsumen untuk memberikan
rekomendasi positif kepada orang terdekatnya dan menjadikan kedai kopi
tersebut sebagai priotitas utamanya serta muncul keinginan mengekplorasi
lebih dalam tentang produk/perusahaan.
2. Keterkaitan Antara Feel Terhadap Repurchase intention
Menurut Andreani (2007) faktor perasaan sangat berbeda dengan
kesan sensorik karena hal ini berkaitan dengan suasana hati dan emosi
jiwa seseorang. Ini bukan sekedar menyangkut keindahan, tetapi suasana
41
hati dan emosi jiwa yang mampu membangkitkan kebahagiaan atau
bahkan kesedihan
Pada penelitian oleh Caroline Lunnette (2017) secara parsial
variabel feel memiliki pengaruh signifikan terhadap pembentukan
repurchase intention pelanggan. Feel adalah suatu perhatian–perhatian
kecil yang ditunjukan kepada konsumen dengan tujuan untuk
menyentuh emosi pelanggan secara luar biasa (Kartajaya, 2004:164).
Feel marketing merupakan bagian yang sangat penting dalam
strategi experiential marketing. Feel dapat dilakukan dengan pelayanan
yang baik, serta keramah-tamahan dalam memperlakukan pelanggan.
Agar konsumen mendapatkan feel yang kuat terhadap suatu produk atau
jasa, maka produsen harus mampu memperhitungkan kondisi konsumen
dalam arti memperhitungkan mood yang dirasakan konsumen.
Kebanyakan konsumen akan menjadi pelanggan apabila mereka merasa
cocok terhadap produk atau jasa yang ditawarkan, untuk itu diperlukan
waktu yang tepat yaitu pada waktu konsumen dalam keadaan good mood
sehingga produk dan jasa tersebut benar-benar mampu memberikan
memorable experience sehingga berdampak positif terhadap minat beli
ulang pelanggan.
Pelayanan yang memuaskan sangat diperlukan termasuk
didalamnya keramahan dan sopan santun karyawan suatu kedai kopi,
pelayanan yang tepat waktu, dan sikap simpatik yang membuat pelanggan
merasa puas sehingga mendorong minat konsumen untuk berkunjung
42
kembali, menimbulkan keinginan konsumen untuk memberikan
rekomendasi positif kepada orang terdekatnya dan menjadikan
brand/company tersebut sebagai priotitas utamanya.
3. Keterkaitan Antara Think Terhadap Repurchase intention
Menurut Alma (2013:267) think experience mendorong agar
pelanggan dapat berfikir secara kreatif, menilai, dan mengevaluasi dari
suatu merek/produk atau persepsi pelanggan tentang produk/merek
tersebut sehingga dapat mempengaruhi fikiran pelanggan pada perusahaan
tersebut.
Think marketing adalah suatu cara yang dilakukan oleh perusahaan
untuk membawa komoditi menjadi pengalaman (experience) dengan
melakukan customization secara terus menerus (Kartajaya, 2003:164).
Tujuan dari think marketing adalah untuk mempengaruhi pelanggan agar
terlibat dalam pemikiran yang kreatif dan menciptakan kesadaran melalui
proses berfikir yang berdampak pada evaluasi ulang terhadap perusahaan,
produk dan jasanya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Darwin Setyono (2017) faktor
think memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap terciptanya
Repurchase Intention pelanggan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa konsep
think yang terdapat di kafe mampu membuat pelanggan merasa tertarik.
4. Keterkaitan Antara Act Terhadap Repurchase intention
Menurut Nigam (2012:115) menjelaskan bahwa act experience
didesain untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang berhubungan
43
dengan tubuh secara fisik, pola perilaku, dan gaya hidup (life style) jangka
panjang serta pengalaman-pengalaman yang terjadi sebagai hasil dari
interaksi dengan orang lain.
Act Marketing adalah salah satu cara untuk membentuk persepsi
pelanggan terhadap produk dan jasa yang bersangkutan (Kartajaya,
2004:164). Oleh karena itu act dinilai sangat mempengaruhi posisi sebuah
brand didalam benak konsumen, sehingga akan berdampak pada brand
image yang positif atau negatif.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dalam penelitian Lamongi (2018)
hanya variabel act yang berpengaruh positif terhadap Minat Beli Ulang
konsumen. Ini berarti Act diduga berpengaruh signifikan terhadap minat
Beli Ulang Konsumen terbukti atau dapat diterima.
Ketika act marketing mampu mempengaruhi perilaku dan gaya
hidup pelanggan maka akan berdampak positif terhadap repurchase
intention, word of mouth dan prioritas pelanggan karena pelanggan
merasa produk atau jasa tersebut sesuai dengan gaya hidupnya.
Sebaliknya ketika konsumen tidak merasa bahwa produk atau jasa
tersebut sesuai dengan gaya hidupnya maka akan berdampak negatif
terhadap minat untuk memprioritaskan, repurchase intention dan word of
mouth pelanggan serta minat eksploratif konsumen.
5. Keterkaitan Antara Relate Terhadap Repurchase intention
Relate Marketing merupakan tipe experience yang digunakan untuk
memengaruhi pelanggan dan menggabungkan seluruh aspek, sense, feel,
44
think, dan act serta menitik beratkan pada penciptaan persepsi positif
dimata pelanggan (Schmitt dalam Amir Hamzah,2007:23). Relate
Marketing adalah salah satu cara membentuk atau menciptakan komunitas
pelanggan dengan komunikasi (Kartajaya,2004:175).
Dalam riset yang dilakukan oleh Cilesti (2018) terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel relate terhadap repurchase intention
konsumen. Relate marketing menggabungkan aspek sense, feel, think, dan
act dengan maksud untuk mengkaitkan individu dengan apa yang ada
diluar dirinya dan mengimplementasikan hubungan antara other people
dan other social group sehingga mereka bisa merasa bangga dan diterima
dikomunitasnya. Relate marketing dapat memberikan pengaruh yang
positif atau negatif terhadap repurchase intention pelanggan. Ketika
relate marketing mampu membuat pelanggan masuk dalam komunitas
serta merasa bangga dan diterima maka akan memberikan pengaruh
positif terhadap minat beli ulang pelanggan tetapi ketika relate marketing
tidak berhasil mengkaitkan individu dengan apa yang ada diluar dirinya
maka konsumen tersebut tidak akan mungkin kembali dan memberikan
dampak yang negatif.
Perusahaan dapat menciptakan relate antara pelanggannya dengan
kontak langsung baik telepon maupun kontak fisik, diterima menjadi
salah satu bagian dalam kelompok tersebut atau menjadi member
sehingga membuat konsumen menjadi senang atau tidak segan untuk
datang kembali serta tidak segan untuk merekomendasikan kepada teman
45
terdekatnya dan berminat menjadikan brand/company tersebut sebagai
prioritas utamanya. Sebaliknya bila hal tersebut tidak terjadi dalam arti
konsumen merasa terabaikan, maka konsumen akan tidak tertarik untuk
datang kembali menjadi pelanggan tetap dan juga mengakibatkan
konsumen enggan untuk merekomendasikan produk ke orang lain serta
konsumen akan berfikir ulang untuk menjadikannya sebagai prioritas
utama.
46
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya
teori yang akan digunakan dalam mengkaji penelitian yang sedang dilakukan. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa
beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Jackline
Lamongi,
Willem J.F.A
Tumbuan dan
Sjendry S.R
Loindong
Pengaruh
Experiential
marketing Terhadap
Minat Beli Ulang
Konsumen Di J.Co
Donuts Dan Coffee
Manado Town
Square Manado
(Jurnal Emba Vol.6
No.4 September
2018, Hal. 3038 –
Variabel (X)
Experiential
marketing,
Variabel (Y)
Minat Beli
Ulang
Metode
Analisis:
Regresi Linier
Berganda
Objek Penelitian Secara Parsial Hanya Variabel
Act Experience Yang Berpengaruh Signifikan
Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen
Secara Simultan Komponen Experiential
marketing (Sense, Feel, Think, Act, Relate)
Berpengaruh Terhadap Minat Beli Ulang
Konsumen
47
3047 ISSN 2303-
1174)
Metode
Penelitian:
Deskriptif Dan
Pendekatan
Kuantitatif,
2 Gersom
Hendarsono
dan Sugiono
Sugiharto,
S.E., M.M.
Analisa Pengaruh
Experiential
Marketing Terhadap
Minat Beli Ulang
Konsumen Cafe
Buntos 99 Sidoarjo
(Jurnal Manajemen
Pemasaran vol. 1,
No. 2, (2013) 1-8)
Experiential
marketing (X),
Minat Beli
Ulang (Y)
Metode
Analisis:
Regresi Linier
Berganda
Objek penelitian Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa
Experiential Marketing berpengaruh
signifikan terhadap minat beli ulang
konsumen Café Buntos 99 Sidoarjo.
Komponen sense experience, feel experience,
think experience dan relate experience
berpengaruh signifikan terhadap minat beli
ulang namun untuk komponen act experience
tidak berpengaruh signifikan terhadap minat
beli ulang
3 Caroline
Lunnette
Kepuasan
Experiential
Marketing Terhadap
Minat Beli Ulang Di
Gyu Kaku Galaxy
Mall
(Jurnal Hospitality
dan Manajmen Jasa
Vol 5, No 2, 2017)
Experiential
marketing (X),
Minat Beli
Ulang (Y),
Metode
Analisis:
Regresi Linier
Berganda
Objek penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa kepuasan
Sense, Feel, Act dan Relate Marketing
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
minat beli ulang di Gyu Kaku Galaxy Mall,
sedangkan kepuasan Think Marketing
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap minat beli ulang di Gyu Kaku Galaxy Mall.
48
4 Darwin Setyono
Analisa Pengaruh
Experiential
Marketing Terhadap
Minat Beli
Ulang Konsumen
Konig Coffee & Bar
(Jurnal Hospitality
dan Manajmen Jasa
Vol 5, No 1, 2017)
Experiential
marketing (X)
Minat Beli
Ulang
Konsumen (Y)
Objek Penelitian
Teknik Analisis:
Structural
Equation
Modelling (SEM)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa think
experience, act experience, dan relate
experience berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat beli ulang, sedangkan sense
experience dan feel experience berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap minat
beli ulang.
Variabel experiential marketing yang
berpengaruh paling dominan terhadap minat
beli ulang konsumen Konig Coffee & Bar
adalah relate experience. 5 Intan Audrey
Indira Dewi
Pengaruh Customer
Experiences
Terhadap Revisit
Intention Dengan
Mediasi Learning In
Museum Dan Visitor
Satisfaction Di
Museum Wayang
(Jurnal Manajemen Vol. 12 No. 2
November 2015:
160-178)
Customer
Experiences
(X)
Revisit
Intention (Y)
Objek Penelitian
Metode Analisis
Ordinary Least
Squares
Regression
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengalaman pelanggan dalam hal dari lima
dimensi yaitu, sense, feel, think, act, dan relate
memiliki pengaruh positif pada Niat
Mengunjungi Kembali melalui learning In
Museum dan Kepuasan Pengunjung sebagai
variabel mediasi.
49
6 Ivone
Maulidia
Cilesti dan
Ade Titi
Nifita
Pengaruh
Experiential
Marketing terhadap
Minat Beli Ulang
Pelanggan
(Jurnal Digset
Marketing Vol 3 No
2, 2018)
Experiential
Marketing (X)
Repurchase
Intention (Y)
Metode
Analisis:
Analisis
Regresi Linier
Berganda
Objek Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara
simultan variabel experiential marketing
berpengaruh signifikan terhadap minat beli
ulang,
Sedangkan secara parsial hanya variabel feel
act, relate yang berpengaruh signifikan
terhadap minat beli ulang.
7 Dwi Gusti
Andrianto
Pengaruh
Experiential
Marketing Terhadap
Repurchase
Intention Melalui
Customer
Satisfaction Sebagai
Intervening Variabel
(Studi Pada The
Bagong Adventure
Museum Tubuh
(Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FEB,
Universitas
Brawijaya Vol 5, No
2, 2017)
Experiential
Marketing (X)
Repurchase
Intention (Y)
Teknik Analisis:
Partial Least
Square (PLS)
Objek penelitian
Hasil penelitian menyatakan variabel
experiential marketing yang terdiri dari sense,
feel, think, act, dan relate melalui customer
satisfaction memberi dampak positif terhadap
repurchase intention.
50
8 Andrey Adhy
Kusuma
Pengaruh
Experiental
Marketing terhadap
Repurchase
Intention melalui
Experiental Value
pada Maskapai
Penerbangan Garuda
di Indonesia
(Jurnal Wima Vol 2,
No 3 (2013)
Experiential
Marketing (X)
Repurchase
Intention (Y)
Teknik analisis
data yang
digunakan: Path
Analysis
Objek Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan Experiential
Marketing berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Experiental value,
Experiental value berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Repurchase Intention
Experiential Marketing berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Repurchase Intention
9 Jeon Hyunjin The Effect of
Experiential
Marketing on
Customer
Satisfaction and
Revisit Intention of
Beauty Salon
(Journal of Fashion
Business Vol.17,
No.3, 2013)
Experiential
Marketing (X)
Revisit
Intention (Y)
Teknik analisis:
Path Analysis
(Analisis Jalur)
Objek Penelitian
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa:
Experiential Marketing toko waralaba salon
kecantikan memiliki pengaruh yang signifikan
secara statistik pada Revisit Intention
Experiential Marketing toko waralaba salon
kecantikan telah terbukti statistik berpengaruh
signifikan terhadap Kepuasan Pelanggan.
10 Nono
Wibisono dan
Eddy Syah
The Role Of
Experiential
Marketing Towards
Satisfaction And Re-
Experiential
Marketing (X)
Teknik Analisis:
Structural
Equation
Modelling
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap
dimensi Experiential Marketing memainkan
peran penting dalam Satisfaction dan Re-Visit
Intention. Dimensi Act memiliki peran yang
51
Yahya Intention To Visit A
Tourist Destination
(Journal of Tourism
& Sports
Management (JTSM)
2019 Vol 1 (1) : 1-
14)
Re-Intention
To Visit (Y)
(SEM)
Objek Penelitian
dominan, diikuti oleh dimensi Think dan
Relate, sedangkan peran dimensi Sense dan
Feel adalah minor.
Semua dimensi Experiential Marketing
memiliki dampak terhadap Satisfaction dan
Re-visit Intention.
52
D. Kerangka Berfikir
Adapun kerangka pemikiran yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Sense
Experience
(X1)
Think
Experience
(X3)
Relate
Experience
(X5)
Repurchase Intention
(Y)
Uji Validitas dan Reabilitas
Uji Asumsi Klasik: Uji
Normalitas Uji
Multikolinearitas Uji
Heteroskedastisitas
Analisis Regresi Linear
Berganda
Uji Hipotesis: Uji t (Parsial)
Uji F (Simultan)
Kesimpulan dan Saran
Koefisien Determinasi (R2)
Feel
Experience
(X2)
Act Experience
(X4)
53
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang kebenarannya harus diuji secara empiris melalui suatu analisis
berdasarkan data di lapangan (Prasetya dan Jannah, 2005). Hipotesis juga
merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu
jawaban sementara atas pertanyaan penelitian
Dengan mengacu pada konsep dan teori serta tinjauan pustaka yang
telah diuraikan sebelumnya. Dalam penelitian ini, terdapat enam variabel
yang akan diukur, yaitu sense, feel, think, act, relate dan repurchase
intention. Berangkat dari penelitian yang akan dilakukan, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis 1
H0: β 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara dimensi
Sense terhadap Repurchase intention
Ha: β 0
Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara dimensi Sense
terhadap Repurchase intention
2. Hipotesis 2
H0: β 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara dimensi
Feel terhadap Repurchase intention
54
Ha: β 0
Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara dimensi Feel
terhadap Repurchase intention
3. Hipotesis 3
H0: β 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara dimensi
Think terhadap Repurchase intention
Ha: β 0
Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara dimensi Think
terhadap Repurchase intention
4. Hipotesis 4
H0: β 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara dimensi
Act terhadap Repurchase intention
Ha: β 0
Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara dimensi Act
terhadap Repurchase intention
5. Hipotesis 5
H0: β 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara dimensi
Relate terhadap Repurchase intention
55
Ha: β 0
Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara dimensi Relate
terhadap Repurchase intention
6. Hipotesis 6
H0: β 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara dimensi
Sense, Feel, Think, Act, Relate terhadap Repurchase intention
Ha: β 0
Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara dimensi Sense,
Feel, Think, Act, Relate terhadap Repurchase intention.
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan
proposal ini, penulis mengambil lokasi penelitian di kedai Filosofi
Kopi yang beralamat di Jalan Melawai nomor 5, Blok M, Jakarta
Selatan. Dengan mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner
kepada konsumen di kedai Filosofi Kopi.
2. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada variabel independen yaitu
experiential marketing, yang terdiri dari lima indikator yaitu sense,
feel, think, act dan relate serta variabel dependen yaitu repurchase
intention. Yang dianalisis dari konsep marketing yang diterapkan oleh
kedai Filosofi Kopi.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2019 sampai selesai.
Untuk mendapatkan data peneliti juga melakukan studi pustaka yang
bersumber dari jurnal, berita, maupun artikel yang terkait dengan
permasalahan yang akan diteliti.
57
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek penelitian yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2017:80).
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berkunjung
di Filosofi Kopi. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017:81). Sampel
dalam penelitian ini adalah sebagian dari konsumen yang datang ke
Filosofi Kopi dengan kriteria pernah mengunjungi minimal sebanyak 2
(dua) kali.
2. Metode Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode non probability sampling. Sugiyono (2017:218),
“Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel”.
Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya
orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
58
memudahkan peneliti menjelajahi obyek / situasi sosial yang diteliti
(Sugiyono 2015:218-219). Pertimbangan dalam pengambilan sampel
ini adalah konsumen yang pernah dan yang sedang berkunjung
minimal 2 (dua) kali ke kedai Filosofi Kopi. Menurut Wibisono (2003)
dalam Riduwan dan Kuncoro (2017) jumlah populasi dalam penelitian
ini tidak diketahui pasti, maka dalam menentukan sampel
menggunakan rumus sebagai berikut:
z2
n = 4(Moe)
2
1,962
n = 4(0,01)
2
n = 96,4
Dimana :
n: Jumlah Sampel
Z : Tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penentuan sampel
95%.
Moe : margin of error, yaitu tingkat kesalahan maksimum yang
dapat ditoleransi, ditentukan sebesar 10%.
Maka jumlah sampel yang diteliti adalah dibulatkan menjadi 100
responden.
59
C. Metode Pengumpulan Data
Menurut pendapat yang dipaparkan oleh Sugiyono (2017, 225)
bahwa teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data-
data yang relevan dengan masalah yang ada dapat dengan menggunakan
metode pengumpulan data primer yaitu sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data dan metode pengumpulan data
sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain / dokumen.
1. Data primer
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan turun
langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti yaitu dilakukan dengan menggunakan
kuesioner (angket) dan observasi (pengamatan):
a. Kuesioner (angket) yaitu suatu pengumpulan data dengan
memberikan daftar pertanyaan berdasarkan indikator-indikator
dari variabel penelitian dimana responden dibatasi dalam
menjawab dengan memberikan daftar jawaban dan responden
hanya bisa menjawab dengan memilih pilihan jawaban yang
telah disediakan. Kuesioner diberikan kepada responden yang
merupakan pelanggan dari Filosofi Kopi yang sedang dan sudah
pernah berkunjung minimal 2 kali.
60
Skala yang digunakan adalah skala likert (likert scale).
Menurut Sugiyono (2015:168) skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial yang telah ditetapkan
secara spesifik oleh peneliti. Data yang diperoleh dari skala
tersebut berupa data interval. Penelitian untuk masing-masing
variabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skala Likert
Tanda Keterangan Bobot
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
R Ragu-Ragu 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
61
b. Observasi (pengamatan), dilakukan untuk menambah informasi
tentang experiential marketing dan repurchase intention
pelanggan di kedai Filosofi Kopi yang didasari pada realita di
lokasi penelitian.
2. Data Sekunder
Data skunder merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data yang diperoleh dari
sumber kedua atau sumber sekunder untuk mendukung data primer
yaitu melalui studi kepustakaan dari buku konsentrasi mata kuliah,
jurnal-jurnal ilmiah, website, literatur-literatur, serta publikasi lain
yang layak dijadikan sumber.
D. Metode Analisis Data
1. Uji Kualitas Data
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk
mendeskripsikan karakteristik lokasi penelitian, karakteristik
responden, dan mendeskripsikan hasil penelitian. Analisis inferensial
dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 22. Teknik analisis
data yang akan digunakan oleh peneliti untuk menguji hipotesis
adalah analisis regresi berganda.
62
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur kekuaatan
hubungan antara variabel atau lebih dan menunjukan arah hubungan
antara variabel dependen dengan variabel independen. Untuk
mempermudah melakukan perhitungan secara sistematik, maka semua
analisis yang dilakukan dalam penelitian ini akan diolah dengan
bantuan program SPSS 22.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini dapat dilakukan dengan
menggunakan korelasi antar skor tiap butir pertanyaan dengan total
skor konstruk atau variabel. Setelah itu menentukan hipotesis, H0 :
skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total konstruk dan
Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan skor total
konstruk (Ghozali, 2018:51- 54).
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan r-hitung
dengan r-tabel signifikan untuk degree of freedom (df) = n-2. Jika r-
hitung lebih besar dari r-tabel dan bernilai positif, maka butir
pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali,
2018:51- 54)
63
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan
reliable atau handal jika masing-masing pertanyaan dijawab dengan
konsisten (Ghozali, 2018:45-46). Pengukuran reliabilitas dilakukan
dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja.
SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan
uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70
(Nunnally dalam Ghozali, 2018:46).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2016:156). Untuk mendeteksi
normalitas data dapat juga dilakukan dengan non-parametrik
statistik dengan uji Kolmororov-Smirnov (K-S). Caranya adalah
menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu (Ghozali
2018:30-31):
Hipotesis Nol (H0): Data terdistribusi normal
Hipotesis Alternatif (H1) :Data tidak terdistribusi normal
64
Berdasarkan contoh yang diberikan Ghozali (2018:30-31),
bila nilai asymp sig (2 tailed) dibawah nilai alpha, maka hipotesis
nol ditolak.
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2018:107) uji multikolinieritas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas didalam model regresi adalah sebagai
berikut:
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi sacara individual variabel-
variabel independen banyak yang tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
2) Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen.
Jika antar variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya
diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar
variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas.
Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek
kombinasi dua atau lebih variabel independen.
3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan
lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukan setiap variabel independen manakah yang
65
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena
VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≥
0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10.
c. Uji heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Kebanyakan data cross section mengandung situasi
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). Salah satu
cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
adalah dengan melihat pada grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID.
66
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y
yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized.
Dengan analisis:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas dan
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta tistik-titik menyebar di
atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2018:138).
Uji heterokedastisitas juga bisa dilakukan dengan uji Glesjer.
Uji Glesjer mengusulkan untuk cara meregresikan nilai absolut
residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2018:142-144).
Berdasarkan contoh yang diberikan Ghozali (2018:142-144) jika
probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan maka
model regresi tidak mengandung adanya heterokedesitas.
3. Uji Hipotesis Penelitian
a. Uji t (Uji Secara Parsial)
Menurut (Ghozali, 2018;99) Uji t digunakan untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
67
secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Adapun
langkah dalam melakukan uji t adalah:
1) Merumuskan hipotesis untuk masing-masing kelompok
H0 = berarti secara parsial atau individu tidak ada pengaruh
yang signifikan antara X1, X2, X3, X4, X5 dengan Y
H1 = berarti secara parsial atau individu ada pengaruh yang
signifikan antara X1, X2, X3, X4, X5 dengan Y
2) Menentukan tingkat signifikan yaitu sebesar 5% (0,05)
3) Membandingkan tingkat signifikan (α= 0,05) dengan tingkat
signifikan t yang diketahui secara langsung dengan
menggunakan program SPSS versi 22 dengan kriteria :
Nilai signifikan t < 0,05 berati H0 ditolak dan H1 diterima,
hal ini artinya bahwa semua variabel independen secara
individu dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Nilai signifikan t > 0,05 berati H0 diterima dan H1 ditolak,
hal ini artinya bahwa semua variabel independen secara
individu dan signifikan tidak .mempengaruhi variabel
dependen.
4) Membandingkan t hitung dengan t tabel dengan kriteria
sebagai berikut:
Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, hal
ini artinya bahwa semua variabel independen secara individu
dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
68
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. hal
ini artinya bahwa semua variabel independen secara individu
dan signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen.
b. Uji F (Uji Secara Simultan)
Menurut (Ghozali, 2018;98) Uji simultan F digunakan
untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara bersama-sama
antara variabel independen (experiential marketing) terhadap
variabel dependen (repurchase intention). Adapun cara melakukan
uji F sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis untuk masing-masing kelompok
H0 = berarti secara simultan atau bersama-sama tidak ada
pengaruh yang signifikan antara X1, X2, X3, X4, X5
dengan Y
H1 = berarti simultan atau bersama-sama ada pengaruh yang
signifikan antara X1, X2, X3, X4, X5 dengan Y
2) Menentukan tingkat signifikan yaitu sebesar 5% (0,05)
3) Membandingkan tingkat signifikan (α= 0,05) dengan tingkat
signifikan F yang diketahui secara langsung dengan
menggunakan program SPSS dengan kriteria :
Nilai signifikan F < 0,05 berati H0 ditolak dan H1 diterima,
hal ini artinya bahwa semua variabel independen secara
serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
69
Nilai signifikan F > 0,05 berati H0 diterima dan H1 ditolak,
hal ini artinya bahwa semua variabel independen secara
serentak dan signifikan tidak mempengaruhi variabel
dependen.
4) Membandingkan F hitung dengan F tabel dengan kriteria
sebagai berikut :
Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, hal
ini artinya bahwa semua variabel independen secara serentak
dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. hal
ini artinya bahwa semua variabel independen secara serentak
dan signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen.
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan analisis
regresi berganda karena ingin mengetahui bagaimana variabel
independen (X) dapat mempengaruhi variabel dependen (Y) secara
langsung.
Metode regresi berganda digunakan untuk mengetahui arah dan
besarnya pengaruh variabel bebas yang jumlahnya lebih dari satu
terhadap variabel terkaitnya. Adapun model persamaan regresi yang
dapat diperoleh dalam analisis ini adalah :
70
Y = а + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 +β5 X5 + e
Keterangan:
Y = Nilai dari variabel dependen
a = Constanta
β = Koefisien regresi
X1 = Nilai dari variabel independen pertama
X2 = Nilai dari variabel independen kedua
X3 = Nilai dari variabel independen ketiga
X4 = Nilai dari variabel independen keempat
X5 = Nilai dari variabel independen kelima
e = error
Pada dasarnya analisis regresi adalah untuk memperoleh
persamaan regresi dengan cara memasukan perubahan satu demi satu
sehingga dapat diketahui pengaruh yang paling kuat sampai dengan
yang paling lemah
5. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ghozali (2018:97), koefisiensi determinasi (R2) pada
intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisiensi
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas.
71
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen. Kelemahan mendasar dalam
penggunaan koefisiensi determinasi adalah jumlah variabel
independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen.
Oleh karena itu, banyak peneliti yang menganjurkan untuk
menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model
regresi yang terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai adjusted R
2 dapat naik
atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam
model.
72
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dikemukakan dalam rangka membantu
menjelaskan pokok subyek dan batasan pengertian untuk variabel-
variabel tersebut. Variabel penelitian merupakan suatu atribut dari
sekelompok obyek yang diteliti mempunyai variasi antara satu dan
lainnya dalam kelompok tersebut. Berdasarkan dari pokok
permasalahan dan hipotesis penelitian mengenai experiential
marketing terhadap repurchase intention maka variabel-variabel yang
diteliti adalah sebagai berikut:
a. Variabel Independen (X) terdiri dari variabel sense, feel, think, act,
relate
b. Variabel Dependen (Y): repurchase intention
2. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Independen
1) Panca Indera (Sense)
Sense marketing dalam konteks experiential marketing
adalah menciptakan sensory terhadap suatu objek melalui
kelima panca indera seperti mata, telinga, lidah, kulit dan
hidung (Kartajaya,2010)
2) Perasaan (Feel)
Menurut pemaparan Andreani (2007) faktor perasaan
sangat berbeda dengan kesan sensorik karena hal ini berkaitan
73
dengan suasana hati dan emosi jiwa seseorang. Ini bukan
sekedar menyangkut keindahan, tetapi suasana hati dan emosi
jiwa yang mampu membangkitkan kebahagiaan atau bahkan
kesedihan
3) Berfikir (Think)
Menurut Alma (2013:267) think experience mendorong
agar pelanggan dapat berfikir secara kreatif, menilai, dan
mengevaluasi dari suatu merek/produk atau persepsi
pelanggan tentang produk/merek tersebut sehingga dapat
mempengaruhi fikiran pelanggan pada perusahaan tersebut.
4) Kebiasaan (Act)
Menurut Nigam (2012, 115) menjelaskan bahwa act
experience didesain untuk menciptakan pengalaman
pelanggan yang berhubungan dengan tubuh secara fisik, pola
perilaku, dan gaya hidup (life style) jangka panjang serta
pengalaman-pengalaman yang terjadi sebagai hasil dari
interaksi dengan orang lain.
5) Pertalian (Relate)
Relate Marketing merupakan tipe experience yang
digunakan untuk memengaruhi pelanggan dan
menggabungkan seluruh aspek, sense, feel, think, dan act serta
menitik beratkan pada penciptaan persepsi positif dimata
pelanggan (Schmitt dalam Amir Hamzah,2007:23)
74
b. Variabel Dependen
Nikbin (2011) menyatakan repurchase intention adalah
suatu faktor dimana akan mempengaruhi hubungan antara
pelanggan dan perusahaan di masa depan, keuntungan dan
kesuksesan perusahaan. Konsumen yang puas cenderung
mengatakan hal-hal baik tentang merek kepada orang lain,
sedangkan konsumen yang kecewa mungkin mengabaikan atau
mengembalikan produk tersebut (Kotler dan Keller, 2009).
Tabel 3.2
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Skala
Experiential
marketing
(Schmitt dan
Roger 2008)
Sense
Desain tata letak kedai Filosofi
Kopi nyaman
Dekorasi ruangan Filosofi Kopi
yang menarik
Pencahayaan ruangan di kedai
Filosofi Kopi menciptakan
suasana nyaman
Cita rasa menu di Filosofi Kopi
sesuai dengan keinginan
konsumen
Tempat duduk di kedai Filosofi
Kopi nyaman digunakan
Ordinal
Feel
Karyawan di Filosofi Kopi ramah
dan sopan
Pelayanan yang diberikan Filosofi
Kopi cepat dan tepat
Ordinal
Think Filosofi Kopi memiliki variasi
menu yang beragam
Filosofi Kopi memberikan
makanan dan minuman dengan
kualitas terjamin
Harga yang dibayarkan sesuai
Ordinal
75
dengan kualitas produk yang
didapatkan
Lokasi kedai Filosofi Kopi mudah
dijangkau
Dekorasi yang unik dan artistik
membuat pelanggan senang
Act Brand image yang terkenal
menarik minat untuk datang ke
Filosofi Kopi
Berkunjung ke Filosofi Kopi
karena sesuai dengan gaya hidup
Kedai Filosofi Kopi menjadi
tempat yang nyaman untuk
berkumpul bersama orang
terdekat
Konsumen tertarik mencoba menu
lain yang unik
Ordinal
Relate Konsumen merasa diistimewakan
Karyawan memberikan perhatian
khusus dan sigap menangani
keluhan pelanggan
Konsumen merasa diterima
menjadi bagian dari Filosofi Kopi
Ordinal
Variabel Dimensi Indikator Skala
Repurchase
intention
(Ferdinand
2002)
Niat untuk melakukan pembelian
ulang di Filosofi Kopi Ordinal
Pelanggan bersedia memberikan
rekomendasi positif tentang
Filosofi Kopi kepada orang lain.
Ordinal
Pelanggan menjadikan Filosofi
Kopi sebagai prioritas utama Ordinal
Pelanggan mengikuti informasi
tentang Filosofi Kopi Ordinal
Sumber: diolah dari berbagai referensi
76
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Profil Filosofi Kopi
Filosofi kopi adalah kedai kopi yang diadaptasi dari film layar lebar
berjudul Filosofi Kopi yang tayang pada tahun 2015. Kedai ini beralamat
di jalan Melawai VI, Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kedai
Filosofi Kopi beroperasi mulai pukul 11.00 hingga pukul 22.00 pada hari
senin sampai jum'at dan pukul 07.00 hingga pukul 22.00 pada hari sabtu
dan minggu.
Filosofi kopi menyajikan menu yang beragam, mulai dari kopi
dengan berbagai variasi metode seduh dan jenis kopi dari berbagai daerah
di Indonesia seperti dari Bali Kintamani, Flores, Jawa Barat dan daerah
lainnya. Kedai ini juga menyajikan tiga jenis kopi handalan yang menjadi
ciri khas dari Filosofi Kopi yaitu kopi Tiwus, Lestari dan Perfecto. Bagi
pelanggannya yang tidak menyukai kopi, kedai ini juga menyediakan
minuman lainnya seperti minuman cokelat, red velvet dan green tea.
Pelanggan juga dapat menikmati berbagai macam snack yang ditawarkan
seperti singkong goreng, churros, waffle, kentang goreng, dan risoles.
Filosofi Kopi merupakan sebuah kedai kopi satu ruangan yang
ditengah ruangannya terdapat bar kopi yang langsung dapat ditemukan
ketika
77
pelanggan masuk ke kedai ini. Dengan konsep yang didesain seperti itu
membuat pelanggan dapat berinteraksi dan melihat langsung proses
pembuatan kopi, mulai dari proses kopi diseduh hingga menjadi secangkir
kopi.
Desain interior kedai Filosofi Kopi dibuat dengan nuansa yang
artsy, dipenuhi dengan furnitur, lukisan dari hasil kolaborasi dengan
seniman lokal, poster-poster yang menggantung di dindingnya dan
pencahayaan yang sedikit redup. Dengan desain interior yang memiliki
nilai seni ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru dan rasa
nyaman bagi pelanggan yang berkunjung ke Filosofi Kopi.
2. Sejarah Kedai Filosofi Kopi Jakarta
Kedai Filosofi Kopi merupakan kedai kopi yang lahir dari film
dengan judul serupa yang tayang pada tahun 2015 lalu. Kedai kopi ini
didirikan tiga bulan setelah film Filosofi Kopi tayang di bioskop, para
pendiri kedai ini merupakan crew dari film Filosofi Kopi sendiri, yaitu
film Handoko Heryono sebagai produser, Angga Dwimas Sasongko yang
merupakan sutradara dan dua aktor utama film ini yaitu Chicco Jerikho
dan Rio Dewanto. Keempat pendiri ini mengkonsepkan kedai mirip
dengan yang terdapat dalam film.
Tujuan para pendiri membuka kedai Filosofi Kopi adalah untuk
menciptakan brand tentang kopi dan membuat para pecinta kopi merasa
nyaman serta menikmati kopi lokal yang kualitasnya setara dengan kopi
hasil import. Kedai kopi ini juga didirikan untuk menjadi ruang kreativitas
78
bagi seniman-seniman lokal dengan berkolaborasi membuat desain visual,
funitur dan merchandise untuk kedai Filosofi Kopi.
Pemilihan tempat kedai ini berdiri dikarenakan kawasan Blok M
dan Melawai pernah menjadi tempat yang terkenal dan ramai dikunjungi
dan menjadi kawasan berkumpulnya anak muda. Dengan memilih lokasi
di kawasan Blok M dimana sering menjadi lokasi anak berusia muda
untuk berkumpul maka Filosofi Kopi menargetkan anak usia muda
sebagai target market mereka, walaupun tidak menutup kemungkinan
untuk segmen usia lain datang ke Filosofi Kopi
Para konsumen kedai Filosofi Kopi juga banyak datang dari
kalangan penggemar cerita film Filosofi Kopi, para penggemar ini
memiliki antusias datang ke kedai untuk merasakan sensasi yang sesuai
dengan film yang mereka tonton. Jenis kopi yang disajikan pun persis
seperti yang terdapat dalam film seperti kopi Tiwus dan Ben’s Perfecto,
sesuai dengan cerita dalam film, setiap pengunjung yang memesan kopi
akan diberi kartu filosofi untuk tiap kopi yang dipesan.
Citra dari cerita fiksi dalam film Filosofi Kopi ini yang
membedakan kedai tersebut dengan berb agai kedai kopi lain yang dalam
kurun waktu beberapa tahun terakhir menjamur di Jakarta dan kota-kota
lain di Indonesia. Kedai Filosofi Kopi merupakan kedai kopi pertama di
Indonesia yang dibangun berdasar karya fiksi.
Keberadaan kedai Filkop (Filosofi Kopi) juga menjadi tempat
bertemunya para kaum kreatif. Filosofi Kopi sering menginisiasi ini
79
dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengajak kolaborasi para
seniman untuk membantu membuatkan desain visual, furnitur dan
merchandise yang terdapat di Filosofi Kopi. Sehingga Filosofi Kopi dapat
menjadi tempat menikmati kopi dengan menghadirkan pengalaman yang
unik dan menyenangkan bagi pelanggan yang berkunjung karena
memiliki ruangan dengan desain visual yang menarik, hasil dari
kolaborasi dengan seniman lokal.
B. Deskripsi Responden
1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Keterangan Jumlah Persentase
Pria 64 64%
Wanita 36 36%
Total 100 100%
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan data yang tersaji didalam Tabel 4.1 diatas, kita dapat
melihat bahwa dari 100 responden yang mengisi kuesioner ini didominasi
oleh kaum pria yakni sebanyak 64 responden atau setara dengan 64%.
Sedangkan jumlah responden yang berjenis kelamin wanita sebanyak 36
responden atau setara dengan 36%.
80
2. Karakteristik Responden Menurut Usia
Tabel 4.2
Usia Responden
Usia
Keterangan Jumlah Persentase
< 21 tahun 15 15%
21-25 tahun 67 67%
> 25 tahun 18 18%
Total 100 100%
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa keseluruhan
jumlah responden 100 orang, dengan responden yang berusia remaja atau
kurang dari 21 tahun sebanyak 15 orang atau 15%, mayoritas responden
berusia 21 hingga 25 tahun sebanyak 67 orang atau 67%, dan responden
berusia lebih dari 25 tahun sebanyak 18 orang atau 18%.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pengunjung kedai Filosofi
Kopi Jakarta didominasi oleh anak muda, hal ini dikarenakan budaya
nongkrong dan ngopi telah menjadi gaya hidup dikalangan anak muda
terutama pada masyarakat urban yang cenderung konsumtif dan hedonis,
anak muda selalu berusaha mencari tempat nongkrong yang cozy atau
sekedar nyaman untuk berkumpul dan bercengkrama serta dapat menjadi
sarana untuk menunjukan eksistensi dengan membagikan postingan di
akun media sosial yang mereka miliki.
81
3. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan
Tabel 4.3
Pekerjaan Responden
Pekerjaan
Keterangan Jumlah Persentase
Pelajar 10 10%
Mahasiswa 55 55%
Pekerja 29 29%
Wiraswasta 6 6%
Lainnya - -
Total 100 100%
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 menyatakan bahwa dari 100 responden
sebanyak 10 orang atau 10% adalah Pelajar, 55 orang atau 55 % adalah
Mahasiswa, 29 orang atau 29% adalah Pekerja dan 6 orang atau 6%
merupakan Wiraswasta, dan Pekerjaan Lainnya sebanyak 0 orang atau
0%.
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa responden sebagian besar
berasal dari kalangan mahasiswa, hal ini dikarenakan sudah menjadi gaya
hidup tersendiri dikalangan anak muda di daerah perkotaan (urban)
terutama bagi seorang mahasiswa untuk nongkrong di kafe untuk sekedar
berdiskusi saling bertukar informasi dan menghabiskan waktu bersama
teman, mengadakan rapat tentang suatu event dari organisasi yang
digeluti atau mengerjakan tugas kuliah sambil menikmati secangkir kopi.
82
C. Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Uji validitas ini adalah pengujian akan tingkat ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam menjalankan fungsinya. Valid tidaknya
suatu alat ukur tergantung pada mampu atau tidaknya alat ukur itu
mencapai tujuan pengukuran yang akan dikehendaki oleh peneliti. Butir
pertanyaan-pertanyaan atau indikator yang terdapat pada penelitian dapat
dikatakan valid dan dapat diterima apabila nilai r hitung lebih besar dari
nilai r tabel untuk degree of freedom (df) =n-2 Dengan menggunakan
Pearson Correlation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 maka pertanyaan tersebut dapat dikatakan
valid.
Kemudian, kriteria yang digunakan dalam menentukan valid atau
tidaknya pertanyaan dalam penelitian ini adalah tingkat kepercayaan 95%
(α = 5%), dengan jumlah responden yang diambil sebanyak 100 orang,
maka didapat dari r-tabel 0,195, jika hasil pengujian validitas seluruh
butir pertanyaan yang mempunyai nilai r-hitung yang lebih besar dari
0,195 maka dinyatakan valid dan butir pertanyaan atau indikator tersebut
dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Hasil dari pengujian
validitas masing-masing indikator dapat dilihat pada tabel berikut ini.
83
a. Experiential Marketing
1) Sense (Panca Indera)
Tabel 4.4
Uji Validitas Sense
Pertanyaan Nilai r table Nilai r hitung Keterangan
SE1 0.195 0.833 VALID
SE2 0.195 0.622 VALID
SE3 0.195 0.671 VALID
SE4 0.195 0.764 VALID
SE5 0.195 0.809 VALID
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Hasil uji validitas pada dimensi sense menunjukkan bahwa
seluruh item yang ada pada variabel tersebut adalah valid, karena
nilai Sig dari masing-masing item r-hitung > 0.195.
2) Feel (Perasaan)
Tabel 4.5
Uji Validitas Feel
Pertanyaan Nilai r table Nilai r hitung Keterangan
FE1 0.195 0.910 VALID
FE2 0.195 0.888 VALID
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Hasil uji validitas pada dimensi feel menunjukkan bahwa
seluruh item yang ada pada variabel tersebut adalah valid, karena
nilai Sig dari masing-masing item r-hitung > 0.195
84
3) Think (Berfikir)
Tabel 4.6
Uji Validitas Think
Pertanyaan Nilai r table Nilai r hitung Keterangan
TH1 0.195 0.652 VALID
TH2 0.195 0.651 VALID
TH3 0.195 0.798 VALID
TH4 0.195 0.738 VALID
TH5 0.195 0.825 VALID
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Hasil uji validitas pada dimensi think menunjukkan bahwa
seluruh item yang ada pada variabel tersebut adalah valid, karena
nilai Sig dari masing-masing item r-hitung > 0.195.
4) Act (Kebiasaan)
Tabel 4.7
Uji Vliditas Act
Pertanyaan Nilai r table Nilai r hitung Keterangan
AC1 0.195 0.872 VALID
AC2 0.195 0.710 VALID
AC3 0.195 0.845 VALID
AC4 0.195 0.795 VALID
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Hasil uji validitas pada dimensi act menunjukkan bahwa
seluruh item yang ada pada variabel tersebut adalah valid, karena
nilai Sig dari masing-masing item r-hitung > 0.195.
85
5) Relate (Pertalian)
Tabel 4.8
Uji Validitas Relate
Pertanyaan Nilai r table Nilai r hitung Keterangan
RE1 0.195 0.883 VALID
RE2 0.195 0.844 VALID
RE3 0.195 0.871 VALID
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Hasil uji validitas pada dimensi relate menunjukkan bahwa
seluruh item yang ada pada variabel tersebut adalah valid, karena
nilai Sig dari masing-masing item r-hitung > 0.195.
b. Repurchase intention
Tabel 4.9
Uji Validitas Rrpurchase intention
Pertanyaan Nilai r table Nilai r hitung Keterangan
REP1 0.195 0.802 VALID
REP2 0.195 0.750 VALID
REP3 0.195 0.835 VALID
REP4 0.195 0.839 VALID
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Hasil uji validitas pada variabel repurchase intention
menunjukkan bahwa seluruh item yang ada pada variabel tersebut
adalah valid, karena nilai Sig dari masing-masing item r-hitung >
0.195.
86
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas diperlukan untuk mengukur tingkat kekonsistensian
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Untuk itu, dilakukan uji reliabilitas pada instrumen penelitian
dengan menghitung nilai Cronbach Alpha dimana suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel jika memberikan Cronbach Alpha > 0,70
(Nunnally dalam Ghozali, 2018:46). Perhitungan koefisien Cronbach’s
Alpha dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 22.0.
Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas dari kelima dimensi pada
experiential marketing (sense, feel, think, act, relate) dan variabel
repurchase intention studi kasus pada kedai Filosofi Kopi.
a. Experiential Marketing
1) Sense (Panca Indera)
Tabel 4.10
Uji Reliabilitas Variabel Sense
Variabel Croncbach’s
Alpha
N of
Items
Keterangan
Sense 0.794 5 Reliable
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Dari hasil output tabel 4.10 menunjukan Cronbach’s
Alpha sebesar 0.794 memberikan nilai > 0,70, sehingga dapat
disimpulkan untuk instrumental sense adalah reliabel.
87
2) Feel (Perasaan)
Tabel 4.11
Uji Reliabilitas Variabel Feel
Variabel Croncbach’s
Alpha
N of
Items
Keterangan
Feel 0.760 2 Reliable
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Dari hasil output tabel 4.11 menunjukan Cronbach’s
Alpha sebesar 0.760 memberikan nilai > 0,70, sehingga dapat
disimpulkan untuk instrumental feel adalah reliabel.
3) Think (Berfikir)
Tabel 4.12
Uji Reliabilitas Variabel Think
Variabel Croncbach’s
Alpha
N of
Items
Keterangan
Think 0.783 5 Reliable
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Dari hasil output tabel 4.12 menunjukan Cronbach’s
Alpha sebesar 0.783 memberikan nilai > 0,70, sehingga dapat
disimpulkan untuk instrumental think adalah reliabel.
4) Act (Kebiasaan)
Tabel 4.13
Uji Reliabilitas Variabel Act
Variabel Croncbach’s
Alpha
N of
Items
Keterangan
Act 0.807 4 Reliable
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
88
Dari hasil output pada tabel 4.13 menunjukan Cronbach’s
Alpha sebesar 0.807 memberikan nilai > 0,70, sehingga dapat
disimpulkan untuk instrumental act adalah reliabel.
5) Relate (Pertalian)
Tabel 4.14
Uji Reliabilitas Variabel Relate
Variabel Croncbach’s
Alpha
N of
Items
Keterangan
Relate 0.835 3 Reliable
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Dari hasil output pada tabel 4.14 menunjukan Cronbach’s
Alpha sebesar 0.835 memberikan nilai > 0,70, sehingga dapat
disimpulkan untuk instrumental relate adalah reliabel.
b. Repurchase intention (Niat Beli Ulang)
Tabel 4.15
Uji Reliabilitas Variabel Repurchase intention
Variabel Croncbach’s
Alpha
N of
Items
Keterangan
Repurchase
Intention 0.817 4 Reliable
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Dari hasil output pada tabel 4.15 menunjukan Cronbach’s
Alpha sebesar 0.817 memberikan nilai > 0,70, sehingga dapat
disimpulkan untuk instrumental repurchase intention adalah
reliabel.
89
D. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data berdasarkan atas
hasil data yang diperoleh dari jawaban responden terhadap masing-masing
indikator dalam kuesioner.
1. Hasi Variabel Sense (X1)
Hasil jawaban dari 100 responden terhadap variabel Sense (X1) yang
terdiri dari 5 pernyataan, jawaban yang diperoleh ketika dianalisis dengan
menggunakan metode persentase jawaban responden, hasilnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.16
Variabel Deskriptif Sense (X1)
No
Pernyataan
SS S RR TS STS
5 4 3 2 1
1 Saya merasa nyaman dengan
desain tata letak yang dirancang di Filosofi Kopi
30 57 9 4 0
2 Filosofi Kopi memiliki dekorasi ruangan yang sangat menarik
30 59 9 2 0
3 Menurut saya pencahayaan ruangan
di Filosofi Kopi menciptakan suasana menjadi nyaman
28 53 19 0 0
4 Cita rasa makanan dan minuman yang disajikan di Filosofi Kopi
rasanya enak
23 60 15 2 0
5 Menurut saya tempat duduk yang tersedia di Filosofi Kopi nyaman
digunakan
19 47 27 7 0
Total 130 276 79 15 0
Presentase 26% 55,2% 15,8% 3% 0%
Sumber: olahan data kuesioner, 2019
90
Dari data hasil kuesioner yang telah diolah pada tabel 4.16 dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Saya merasa nyaman dengan desain tata letak yang dirancang di
Filosofi Kopi
Desain tata leta filosofi kopi dengan menepatkan posisi bar
ditengah dan menyediakan kursi dan meja dengan jarak yang saling
berdekatan disetiap sisi ruangan yang menghadap ke tembok dan
jendela. Rancangan tata letak ini ternyata telah berhasil membuat
pelanggan merasa nyaman hal ini terlihat dari jumlah mayoritas
responden yang menjawab Setuju (S) sebesar 57 orang. Lalu diikuti
dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar 30 orang dan menjawab
Ragu-Ragu (RR) sebanyak 9 orang.
b. Filosofi Kopi memiliki dekorasi ruangan yang sangat menarik
Dengan konsep dekorasi yang sangat artistik seperti furnitur,
ornamen yang menghiasi seisi ruangan, poster-poster yang
menggantung didinding dan lukisan dari hasil kolaborasi dengan
seniman lokal, ternyata berhasil membuat pelanggan tertarik, hal ini
ditunjukan dari jumlah mayoritas responden yang menjawab Setuju (S)
sebesar 59 orang. Lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS)
sebesar 30 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak 9 orang.
c. Menurut saya pencahayaan ruangan di Filosofi Kopi menciptakan
suasana menjadi nyaman
91
Tingkat pencahayaan di kedai filosofi kopi dengan lampu yang
dominan berwarna kuning sehingga membuat suasana sedikit redup
telah secara positif membuat pelanggan merasa nyaman, hal ini
ditunjukan dari jumlah mayoritas responden yang menjawab Setuju (S)
sebesar 53 orang. Lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS)
sebesar 28 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak 19 orang.
d. Cita rasa makanan dan minuman yang disajikan di Filosofi Kopi
rasanya enak
Cita rasa dari beragam menu yang disajikan di Filosofi Kopi
cukup memiliki reputasi yang baik dari berbagai kalangan
pengunjungnya, ini ditunjukan dari jumlah mayoritas responden yang
menjawab Setuju (S) sebesar 60 orang. Lalu diikuti dengan menjawab
Sangat Setuju (SS) sebesar 23 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR)
sebanyak 15 orang.
e. Menurut saya tempat duduk yang tersedia di Filosofi Kopi
nyaman digunakan
Tempat duduk yang disediakan di kedai Filosofi Kopi sebagian
besar terbuat dari besi dan beberapa dari kayu dengan ukuran
minimalis, kursi yang tersedia di kedai Filosofi Kopi adalah hasil
berkolaborasi dengan seniman lokal dan memiliki desain yang simple,
kursi yang ada di kedai Filosofi Kopi ini dinilai dapat membuat
pelanggan tetap merasa nyaman, ini ditunjukan dari jumlah mayoritas
responden yang menjawab Setuju (S) sebesar 47 orang. Lalu diikuti
92
dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar 19 orang dan menjawab
Ragu-Ragu (RR) sebanyak 27 orang.
Dari data yang telah diolah pada tabel 4.16 secara keseluruhan
menunjukan bahwa mayoritas responden menjawab Setuju (S) dengan
sebesar 55,2%. Lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar
26% dan menjawab Ragu-Ragu (R) sebesar 15,8%. Jadi dapat disimpulkan
bahwa secara umum konsep sense yang ada di Filosofi Kopi sudah baik
2. Hasi Variabel Feel (X2)
Hasil jawaban dari 100 responden terhadap variabel Feel (X2) yang
terdiri dari 2 pernyataan, jawaban yang diperoleh ketika dianalisis dengan
menggunakan metode persentase jawaban responden, hasilnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.17
Variabel Deskriptif Feel (X2)
No.
Pernyataan
SS S RR TS STS
5 4 3 2 1
1 Karyawan di Filosofi Kopi
ramah dan sopan
13 74 9 4 0
2 Penyajian makanan dan
minuman yang diberikan Filosofi Kopi cepat dan tepat
14 72 12 2 0
Total 27 146 21 6 0
Presentase 13,5% 73% 10,5% 3% 0%
Sumber: olahan data kuesioner, 2019
Dari data hasil kuesioner yang telah diolah pada tabel 4.17, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
93
a. Karyawan di Filosofi Kopi ramah dan sopan
Keramah-tamahan dan kesopanan dalam melayani pelanggan
telah menjadi kewajiban untuk para karyawan mulai dari kasir, barista,
hingga pramusaji, para karyawan kedai kopi dituntut memberikan
senyum dan sapa untuk setiap pelanggan yang berkunjung, ini akan
menimbulkan perasaan senang sekaligus membuat pelanggan merasa
dihargai dan diterima di kedai Filosofi Kopi, secara umum keramahan
dan kesopanan karyawan kedai Filosofi Kopi dinilai sudah baik, ini
ditunjukan dari jumlah mayoritas responden yang menjawab Setuju (S)
sebesar 74 orang, lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS)
sebesar 13 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak 9 orang.
b. Penyajian makanan dan minuman yang diberikan Filosofi Kopi
cepat dan tepat
Kecepatan dan ketepatan karyawan dalam menyajikan menu
menjadi faktor penting pada sebuah kedai kopi, penumpukan
pengunjung seringkali terjadi karena keterbaasan jumlah pegawai yang
dimiliki, maka manajer dituntut untuk memperhatikan tingkat
penyajian, jika pelanggan dibuat harus menunggu lama akan berakibat
pada timbulnya mood yang negatif yang dirasakan pelanggan. Secara
umum tingkat kecepatan penyajian pada kedai Filosofi Kopi dinilai
sudah baik, ini ditunjukan dari jumlah mayoritas responden yang
menjawab Setuju (S) sebesar 72 orang, lalu diikuti dengan menjawab
94
Sangat Setuju (SS) sebesar 14 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR)
sebanyak 12 orang.
Dari data yang telah diolah pada tabel 4.17 secara keseluruhan
menunjukan bahwa mayoritas responden menjawab Setuju (S) dengan
sebesar 73%. Lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar
13,5% dan menjawab Ragu-Ragu (R) sebesar 10,5%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa secara umum konsep feel pada Filosofi Kopi sudah
baik.
3. Hasi Variabel Think (X3)
Hasil jawaban dari 100 responden terhadap variabel Think (X3) yang
terdiri dari 5 pernyataan, jawaban yang diperoleh ketika dianalisis dengan
menggunakan metode persentase jawaban responden, hasilnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.18
Variabel Deskriptif Think (X3)
No.
Pernyataan
SS S RR TS STS
5 4 3 2 1
1 Menu yang ditawarkan di
Filosofi Kopi memiliki variasi yang sangat beragam
17 72 8 3 0
2 Makanan dan minuman yang disajikan di Filosofi Kopi
memiliki kualitas yang baik
16 80 2 2 0
3 Menurut saya harga yang saya bayarkan sesuai dengan kualitas
makanan dan minuman yang
disajikan
5 60 24 15 0
4 Menurut saya lokasi Filosofi
Kopi mudah untuk dijangkau
25 63 8 4 0
95
5 Dekorasi yang unik dan artistik membuat saya merasa senang
mengunjungi Filosofi Kopi
3 60 15 19 3
Total 66 335 57 43 3
Presentase 13,2% 67% 11,4% 8,6% 0,6%
Sumber: olahan data kuesioner, 2019
Dari data hasil kuesioner yang telah diolah pada tabel 4.18, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Menu yang ditawarkan di Filosofi Kopi memiliki variasi yang
sangat beragam
Kedai Filosofi Kopi menyediakan menu utama yaitu tujuh
jenis kopi berbasis espresso, tersedia juga beberapa menu lain seperti
kopi tubruk, filter dan minuman non-kopi seperti green tea, red vevet
dan cokelat, selain itu Filosofi Kopi juga menyediakan ragam snack
yang bisa menjadi kudapan yang menemani kopi. Varian menu
tersebut dinilai cukup beragam oleh para pelanggan, ini ditunjukan dari
jumlah mayoritas responden yang menjawab Setuju (S) sebesar 72
orang. Lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar 17
orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak 8 orang.
b. Makanan dan minuman yang disajikan di Filosofi Kopi memiliki
kualitas yang baik
Dengan beragamnya menu makanan dan minuman yang
ditawarkan oleh Filosofi Kopi ternyata dinilai telah memiliki kualitas
yang baik, ini terlihat dari jumlah mayoritas responden yang menjawab
Setuju (S) sebesar 80 orang. Lalu diikuti dengan menjawab Sangat
96
Setuju (SS) sebesar 16 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR)
sebanyak 2 orang.
c. Menurut saya harga yang saya bayarkan sesuai dengan kualitas
makanan dan minuman yang disajikan
Kedai Filosofi Kopi mematok harga untuk menu makanan dan
minuman yang disajikannya mulai dari Rp.19.000 sampai yang
tertinggi yaitu Rp.40.000, pelanggan merasa harga yang ditawarkan
sudah cukup sesuai dengan kualitas makanan dan minuman yang ia
terima, ini ditunjukan dari jumlah mayoritas responden yang menjawab
Setuju (S) sebesar 60 orang. Lalu diikuti dengan menjawab Sangat
Setuju (SS) sebesar 5 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak
24 orang.
d. Menurut saya lokasi Filosofi Kopi mudah untuk dijangkau
Kedai Filosofi Kopi Jakarta terletak di jalan Melawai nomor 6,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, tepatnya berada di dalam area
kompleks ruko Blok M Square, lokasi kedai Filosofi Kopi ini ternyata
dinilai mudah untuk diakses oleh para pelanggan atau konsumen kedai
Filosofi Kopi, ini ditunjukan dari jumlah mayoritas responden yang
menjawab Setuju (S) sebesar 63 orang. Lalu diikuti dengan menjawab
Sangat Setuju (SS) sebesar 25 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR)
sebanyak 8 orang.
97
e. Dekorasi yang unik dan artistik membuat saya merasa senang
mengunjungi Filosofi Kopi
Konsep dekorasi ruangan kedai Filosofi Kopi yang sangat
artistik seperti furnitur, ornamen, poster-poster yang menggantung
didinding dan lukisan dari hasil kolaborasi dengan seniman lokal,
ternyata dinilai telah berhasil membuat pelanggan senang untuk
mengujungi kedai Filosofi Kopi, ini ditunjukan dari jumlah mayoritas
responden yang menjawab Setuju (S) sebesar 60 orang. Lalu diikuti
dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar 3 orang dan menjawab
Ragu-Ragu (RR) sebanyak 15 orang
Dari data yang telah diolah pada tabel 4.18 secara keseluruhan
menunjukan bahwa mayoritas responden menjawab Setuju (S) dengan
sebesar 67%. Lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar
13,2% dan menjawab Ragu-Ragu (R) sebesar 11,4%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa secara umum konsep think yang terdapat pada kedai
Filosofi Kopi sudah baik.
4. Hasi Variabel Act (X4)
Hasil jawaban dari 100 responden terhadap variabel Act (X4) yang
terdiri dari 4 item pernyataan, jawaban yang diperoleh ketika dianalisis
dengan menggunakan metode persentase jawaban responden, hasilnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
98
Tabel 4.19
Variabel Deskriptif Act (X4)
No.
Pernyataan
SS S RR TS STS
5 4 3 2 1
1 Brand Image yang sangat terkenal
membuat saya tertarik untuk mengunjungi Filosofi Kopi
18 65 12 3 2
2 Saya datang ke Filosofi Kopi karena merupakan bagian dari
gaya hidup
0 23 46 28 3
3 Menurut saya Filosofi Kopi adalah tempat yang nyaman untuk
berkumpul bersama orang
terdekat
11 75 12 1 1
4 Saya tertarik untuk mencoba
menu-menu lain yang unik di
Flosofi Kopi
11 74 12 1 2
Total 40 237 82 33 8
Presentase 10% 59,25% 20,5% 8,25% 2%
Sumber: olahan data kuesioner, 2019
Dari data hasil kuesioner yang telah diolah pada tabel 4.19, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Brand Image yang sangat terkenal membuat saya tertarik untuk
mengunjungi Filosofi Kopi
Kedai Filosofi Kopi merupakan kedai yang diadaptasi dari film
Filosofi Kopi yang cukup terkenal dikalangan anak muda, sensasi yang
ditawarkan, seperti desain ruangan dan dekorasi dibuat persis dengan
yang ada pada film, sehingga dengan waktu yang cepat kedai Filosofi
Kopi menjadi terkenal terutama dikalangan anak muda dan para
pecinta kopi, dengan tingginya brand image yang dimiliki Filosofi
99
Kopi ini ternyata mempengaruhi konsumen untuk berkunjung ke kedai
Filosofi Kopi, ini ditunjukan dari jumlah mayoritas responden yang
menjawab Setuju (S) sebesar 65 orang. Lalu diikuti dengan menjawab
Sangat Setuju (SS) sebesar 18 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR)
sebanyak 12 orang.
b. Saya datang ke Filosofi Kopi karena merupakan bagian dari gaya
hidup
Budaya nongkrong sambil ngopi telah menjadi gaya hidup
dikalangan anak muda yang tinggal di daerah perkotaan, termasuk juga
di kota Jakarta yang pada beberapa tahun terakhir semakin marak
dengan berdirinya kedai kopi, namun adanya gaya hidup ini tidak
menjadi penyebab konsumen mengunjungi kedai Filosofi Kopi, ini
ditunjukan dari jumlah mayoritas responden yang menjawab Tidak
Setuju (TS) sebesar 28 orang. Lalu diikuti dengan menjawab Setuju (S)
hanya sebanyak 23 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak 46
orang.
c. Menurut saya Filosofi Kopi adalah tempat yang nyaman untuk
berkumpul bersama orang terdekat
Dengan dekorasi ruangan yang artistik dan tata letak bar, meja
dan tempat duduk yang dibuat tanpa serta menu makanan dan
minuman yang bervariatif, serta keputusan dari Filosofi Kopi tidak
memaang wi-fi demi meningkatkan interaksi antar pelanggan, ternyata
mampu menjadikan kedai Filosofi Kopi sebagi tepat berkumpul yang
100
nyaman, ini ditunjukan dari jumlah mayoritas responden yang
menjawab Setuju (S) sebesar 75 orang. Lalu diikuti dengan menjawab
Setuju (SS) sebanyak 11 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR)
sebanyak 12 orang.
d. Saya tertarik untuk mencoba menu-menu lain yang unik di Flosofi
Kopi
Kedai Filosofi Kopi menyediakan menu utama yaitu tujuh jenis
kopi berbasis espresso, selain itu Filosofi Kopi juga menyediakan
menu kopi yang menjadi ciri khas karena hanya ada di Filosofi Kopi
yaitu Ben’s Perfeto dan kopi Tiwus serta tersedia juga beberapa menu
lain seperti kopi tubruk, filter, non-kopi, dan ragam snack yang bisa
menjadi kudapan yang menemani kopi. Dengan tawaran menu yang
cukup beragam tersebut ternyata berhasil merangsang konsumen ingin
mencoba menu lain di Filosofi Kopi, ini ditunjukan dari jumlah
mayoritas responden yang menjawab Setuju (S) sebesar 74 orang. Lalu
diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebanyak 11 orang dan
menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak 12 orang.
Dari data yang telah diolah pada tabel 4.19, menunjukan bahwa
mayoritas responden menjawab Setuju (S) dengan sebesar 59,25%. Lalu
diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar 10% dan menjawab
Ragu-Ragu (RR) sebesar 20,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara
umum konsep think yang terdapat pada kedai Filosofi Kopi sudah baik.
101
5. Hasi Variabel Relate (X5)
Hasil jawaban dari 100 responden terhadap variabel Relate (X5)
yang terdiri dari 3 pernyataan, jawaban yang diperoleh ketika dianalisis
dengan menggunakan metode persentase jawaban responden, diperoleh
hasil seperti disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.20
Variabel Deskriptif Relate (X5)
No.
Pernyataan
SS S RR TS STS
5 4 3 2 1
1 Saya merasa diistimewakan karena mendapatkan perlakuan
yang istimewa
15 42 36 6 1
2 Karyawan Filosofi Kopi
memberikan perhatian khusus
kepada pelanggan dengan
kesigapan dalam menangani keluhan pelanggan
14 54 30 2 0
3 Dengan adanya kontak langsung melalui komunikasi yang lancar
antara pemilik, karyawan dan
pelanggan, saya merasa diterima
menjadi bagian dari Filosofi Kopi
21 48 25 6 0
Total 50 144 91 14 1
Presentase 16,7% 48% 30,3% 4,6% 0,3%
Sumber: olahan data kuesioner, 2019
Dari data hasil kuesioner yang telah diolah pada tabel 4.20, dapat
dijelaskan sebagai berikut
a. Saya merasa diistimewakan karena mendapatkan perlakuan yang
istimewa
102
Keramah-tamahan karyawan kedai kopi dalam melayani
pelanggan yang datang sangat penting untuk membangun konsumen
yang loyal, karyawan dituntut untuk memberikan perlakuan yang
istimewa kepada setiap pelanggan yang berkunjung, ini bisa dilakukan
dengan memberikan senyuman dan ucapan selamat datang bagi setiap
konsumen yang datang. Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan
menunjukan bahwa kedai Filosofi Kopi telah cukup berhasil
memberikan perlakuan yang istimewa sehingga pelanggannya merasa
diistimewakan, ini ditunjukan dari jumlah mayoritas responden yang
menjawab Setuju (S) sebesar 42 orang, lalu diikuti dengan menjawab
Sangat Setuju (SS) sebanyak 15 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR)
sebanyak 36 orang.
b. Karyawan Filosofi Kopi memberikan perhatian khusus kepada
pelanggan dengan kesigapan dalam menangani keluhan pelanggan
Perhatian karyawan dalam menghadapi keluhan pelanggan
adalah faktor penting dalam membentuk kepuasan dan membangun
hubungan jangka panjang dengan pelanggan, kesigapan dalam
menangani keluhan pelanggan akan membuat pelanggan merasa
diterima menjadi bagian dari Filosofi Kopi karena keluhan mereka
didengar, kemampuan karyawan di Filosofi Kopi dalam menangani
keluhan pelanggan dinilai sudah cukup baik, ini ditunjukan dari jumlah
mayoritas responden yang menjawab Setuju (S) sebesar 54 orang, lalu
103
diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebanyak 14 orang dan
menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak 30 orang.
c. Dengan adanya kontak langsung melalui komunikasi yang lancar
antara pemilik, karyawan dan pelanggan, saya merasa diterima
menjadi bagian dari Filosofi Kopi
Karyawan kedai kopi dituntut untuk melayani konsumen dengan
berkomunikasi dengan baik. Karyawan harus dapat berinteraksi aktif
dengan konsumen lebih sering seperti memberi penjelasan mengenai
menu dan obrolan ringan lainnya mengenai menu yang akan dipesan
oleh pelanggan. dengan interaksi yang lancer ntar karyawan dengan
konsumen akan membangun perasaan senang konsumen sehingga
pelanggan akan merasa ikut menjadi bagian dari kedai Filosofi Kopi,
berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada pelanggan Filosofi
Kopi, menunjukan bahwa interaksi yang dibangun oleh karyawan
Filosofi Kopi kepada konsumen sudah cukup baik, ini ditunjukan dari
jumlah mayoritas responden yang menjawab Setuju (S) sebesar 48
orang, lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebanyak 21
orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak 25 orang.
Dari data yang telah diolah pada tabel 4.20 secara keseluruhan,
menunjukan bahwa mayoritas responden menjawab Setuju (S) dengan
sebesar 48%. Lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar
16,7% dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebesar 30,3%. Jadi dapat
104
disimpulkan bahwa secara umum konsep relate pada kedai Filosofi Kopi
sudah baik.
6. Hasi Variabel Repurchase intention (Y)
Hasil olah data dari pembagian kuesioner kepada 100 responden
dengan kriteria sudah pernah berkunjung lebih dari dua kali ke kedai
Filosofi Kopi Jakarta, maka terkumpulah jawaban dari 100 responden
terhadap variabel Repurchase intention (Y) yang terdiri dari 4 pernyataan,
jawaban yang diperoleh ketika dianalisis dengan menggunakan metode
persentase jawaban responden, hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.21
Variabel Deskriptif Repurchase Intention (Y)
No
.
Pernyataan
SS S RR TS STS
5 4 3 2 1
1 Saya berniat untuk melakukan
pembelian ulang di Filosofi Kopi
17 56 22 5 0
2 Saya bersedia merekomendasikan Filosofi
Kopi kepada orang lain
21 60 15 4 0
3 Saya berminat menjadikan Filosofi Kopi sebagai prioritas
utama
12 40 33 15 0
4 Saya mengikuti informasi
tentang Filosofi Kopi
6 30 35 27 2
Total 56 186 105 51 2
Presentase 14% 46,5% 26,25% 12,75% 0,5%
Sumber: olahan data kuesioner, 2019
105
Dari data hasil kuesioner yang telah diolah pada tabel 4.21, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Saya berniat untuk melakukan pembelian ulang di Filosofi Kopi
Berdasarkan hasil dari kuesioner yang dibagikan kepada
pelanggan Filosofi Kopi, terlihat bahwa sebagian besar responden
berminat untuk melakukan pembelian ulang di kedai Filosofi Kopi, ini
ditunjukan dari jumlah mayoritas responden yang menjawab Setuju (S)
sebesar 56 orang, lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS)
sebanyak 17 orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak 22 orang.
b. Saya bersedia merekomendasikan Filosofi Kopi kepada orang lain
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada pelanggan
Filosofi Kopi, terlihat bahwa sebagian besar responden berminat untuk
melakukan pembelian ulang di kedai Filosofi Kopi, ini ditunjukan dari
jumlah mayoritas responden yang menjawab Setuju (S) sebesar 60
orang, lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebanyak 21
orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak 15 orang.
c. Saya bersedia membayar harga sedikit lebih tinggi dari tempat
lain karena keuntungan dan kualitas yang saya dapatkan di
Filosofi Kopi
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada pelanggan
Filosofi Kopi, terlihat bahwa sebagian besar responden berminat untuk
melakukan pembelian ulang di kedai Filosofi Kopi, ini ditunjukan dari
jumlah mayoritas responden yang menjawab Setuju (S) sebesar 40
106
orang, lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebanyak 12
orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak 33 orang.
d. Dengan kualitas dan layanan yang diberikan saya berniat akan
tetap datang ke Filosofi Kopi walaupun harganya naik
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada pelanggan
Filosofi Kopi, terlihat bahwa sebagian besar responden berminat untuk
melakukan pembelian ulang di kedai Filosofi Kopi, ini ditunjukan dari
jumlah mayoritas responden yang menjawab Setuju (S) sebesar 30
orang, lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebanyak 6
orang dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebanyak 35 orang.
Dari data yang telah diolah pada tabel 4.21 secara keseluruhan
menunjukan bahwa mayoritas responden menjawab Setuju (S) dengan
sebesar 46,5%. Lalu diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar
14% dan menjawab Ragu-Ragu (RR) sebesar 26,25%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa secara umum konsep Repurchase intention pada kedai
Filosofi Kopi sudah baik.
E. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada 2 (dua)
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013). Normalitas data
107
dapat dilihat dengan menggunakan uji Kolmogorof-smirnof. Berikut ini
merupakan hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS versi 22.0
Tabel 4.22
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 1.77933116
Most Extreme Differences Absolute .054
Positive .044
Negative -.054
Test Statistic .054
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan metode Kolmogorov-
Smirnov di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai hasil signifikansi
sebesar 0,200 yang berada di atas 0,05. Hal ini menunjukkan data
berdistribusi secara normal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa uji normalitas
terpenuhi.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Untuk menemukan ada atau tidaknya multikolinearitas dalam
model regresi dapat diketahui dari perhitungan nilai Tolerance serta
Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi disimpulkan tidak
ada masalah multikolonieritas adalah apabila memiliki nilai Tolerance
108
lebih besar dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil
dari 10 (Ghozali, 2018).
Tabel 4.23
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Toleran
ce VIF
1 (Constant)
-6.444 2.303 -2.798 .006
Sense .232 .087 .225 2.671 .009 .645 1.550
Feel .402 .190 .149 2.111 .037 .919 1.088
Think .216 .075 .209 2.888 .005 .874 1.145
Act .243 .091 .201 2.656 .009 .798 1.253
Relate .477 .123 .357 3.888 .000 .544 1.839
a. Dependent Variable: reptot
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Berdasarkan hasil tabel di atas perhitungan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF sense adalah 1,550, feel adalah
1,088, think adalah 1,145, act adalah 1,253, dan relate yaitu 1.839. Ini
menunjukkan tidak ada satu variabel independen pun yang memiliki nilai
VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi. Hasil
perhitungan juga menunjukkan nilai Tolerance masing-masing variabel
yaitu sense adalah 0,645, feel adalah 0,919, think adalah 0,874, act adalah
0,798, dan relate yaitu 0,544. Ini berarti menunjukkan tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10. Maka
menurut nilai Tolerance tidak terjadi multikolinearitas dalam model
regresi.
109
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji gletjser bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik
adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013). Hasil pengujian heterokedastisitas diperlihatkan pada tabel
sebagai berikut.
Tabel 4.24
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Uji Glejser
Coefficientsa
Model Sig.
1 (Constant) .020
Sense .562
Feel .079
Think .354
Act .502
Relate .312
a. Dependent Variable: Abs_RES
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Berdasarkan hasil uji glejser pada Tabel 4.24 diatas, dapat dilihat
pada kolom signifikan menunjukkan bahwa nilai signifikan sense adalah
0,562, feel adalah 0,079, think adalah 0.354, act adalah 0,502, dan relate
adalah 0,312. Ini menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas (independen)
memiliki nilai signikansi lebih besar dari probabilitas 0,05, hal tersebut
menandakan tidak terjadinya heteroskedastisitas.
110
F. Uji Hipotesis
1. Hasil Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)
Pengujian hipotesis secara parsial bertujuan untuk mengukur
besarnya pengaruh variabel eksogen secara parsial terhadap variabel
endogen. Hasil hipotesis yang ada dalam penelitian ini adalah
Tabel 4.25
Hasil Uji t Hitung (Uji Parsial)
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 (Constant)
-6.444 2.303 -2.798 .006
Sense .232 .087 .225 2.671 .009 .645 1.550
Feel .402 .190 .149 2.111 .037 .919 1.088
Think .216 .075 .209 2.888 .005 .874 1.145
Act .243 .091 .201 2.656 .009 .798 1.253
Relate .477 .123 .357 3.888 .000 .544 1.839
a. Dependent Variable: reptot
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Berdasarkan hasil uji parsial di atas, dapat terlihat masing-masing
nilai signifikansi dari tiap variabel independen terhadap variabel dependen.
Berikut adalah rincian penjelasan pada masing-masing variabel:
a. Hipotesis 1: Pengaruh Sense terhadap Repurchase intention
Hasil uji t untuk variabel Sense (X1) terhadap repurchase
intention (Y) menunjukan nilai signifikasi sebesar 0,009 nilai ini lebih
kecil dari 0,05 (0,009 < 0,05) dan t hitung lebih besar dari t tabel (2,671
> 1,989). Maka kesimpulan yang diambil adalah Ha diterima dan H0
111
ditolak. Hal ini berarti variabel sense berpengaruh secara signifikan
terhadap repurchase intention dari konsumen Filosofi Kopi Jakarta.
Pendapat ini diperkuat oleh hasil penelitian Gersom Hendarsono
(2013) yang berjudul “Analisa Pengaruh Experiential marketing
Terhadap Niat Beli Ulang Konsumen Cafe Buntos 99 Sidoarjo”, yang
menyatakan bahwa secara parsial sense experience berpengaruh
signifikan terhadap Niat Beli Ulang konsumen di Cafe Buntos 99
Sidoarjo.
b. Hipotesis 2: Pengaruh Feel terhadap Repurchase intention
Hasil uji t untuk variabel feel (X2) terhadap repurchase intention
(Y) menunjukan nilai signifikasi sebesar 0,037 nilai ini lebih kecil dari
0,05 (0,037 < 0,05) dan t hitung lebih besar dari t tabel (2,111 > 1,989).
Maka kesimpulan yang diambil adalah Ha diterima dan H0 ditolak. Hal
ini berarti variabel feel (X2) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
repurchase intention pada konsumen di Filosofi Kopi Jakarta.
Pendapat ini diperkuat oleh hasil penelitian dari Caroline
Lunnette (2017) yang berjudul “Pengaruh Kepuasan Experiential
Marketing Terhadap Minat Beli Ulang Di Gyu Kaku Galaxy Mall” yang
menyatakan bahwa secara parsial feel experience berpengaruh signifikan
terhadap Minat Beli Ulang Konsumen di Gyu Kaku Galaxy Mall.
c. Hipotesis 3: Pengaruh Think terhadap Repurchase intention
Hasil uji t untuk variabel think (X3) terhadap repurchase
intention (Y) menunjukan nilai signifikasi sebesar 0,005 nilai ini lebih
112
kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05) dan t hitung lebih besar dari t tabel (2,888
> 1,984). Maka kesimpulan yang diambil adalah Ha diterima dan H0
ditolak. Hal ini berarti variabel think (X3) berpengaruh secara signifikan
terhadap repurchase intention pada konsumen di Filosofi Kopi Jakarta.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh jurnal dari Dwi Gusti
Andrianto (2017) “Pengaruh Experiential Marketing Terhadap
Repurchase Intention Melalui Customer Satisfaction Sebagai
Intervening Variabel (Studi Pada The Bagong Adventure Museum
Tubuh)”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa think experience
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap repurchase intention.
d. Hipotesis 4: Pengaruh Act terhadap Repurchase intention
Hasil uji t untuk variabel act (X4) terhadap repurchase intention
(Y) menunjukan nilai signifikasi sebesar 0,009 nilai ini lebih kecil dari
0,05 (0,009 < 0,05) dan t hitung lebih besar dari t tabel (2,656 > 1,984).
Maka kesimpulan yang diambil adalah Ha diterima dan H0 ditolak. Hal
ini berarti variabel think (X4) signifikan terhadap repurchase intention
pada konsumen di Filosofi Kopi Jakarta.
Hasil ini diperkuat oleh hasil penelitian Jackline Lamongi yang
berjudul “Pengaruh Experiential marketing Terhadap Minat Beli Ulang
Konsumen Di J.Co Donuts Dan Coffee Manado Town Square Manado”,
yang menyatakan bahwa secara parsial hanya variabel act experience
yang memiliki pengaruh signifikan terhadap Minat Beli Ulang
konsumen di J.Co Donuts & Coffee Manado Town Square.
113
e. Hipotesis 5: Pengaruh Relate terhadap Repurchase intention
Hasil uji t untuk variabel relate (X5) terhadap repurchase
intention (Y) menunjukan nilai signifikasi sebesar 0,000 nilai ini lebih
kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) dan t hitung lebih besar dari t tabel (3,888
> 1,984). Maka kesimpulan yang diambil adalah Ha diterima dan H0
ditolak. Hal ini berarti variabel relate (X5) berpengaruh signifikan
terhadap repurchase intention pada konsumen di Filosofi Kopi Jakarta.
Hasil ini diperkuat oleh hasil penelitian Darwin Setyono (2017)
yang berjudul “Analisa Pengaruh Experiential Marketing Terhadap
Minat Beli Ulang Konsumen Konig Coffee & Bar”, yang menyatakan
bahwa secara parsial variabel relate memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Minat Beli Ulang pelanggan di Konig Coffee & Bar.
2. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen untuk mengambil
keputusan hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan dengan
tingkat signifikansi (alpha) sebesar 5% (0,05). Jika nilai probability F lebih
besar dari alpha 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Selain itu, dapat juga dengan membandingkan nilai Fhitung dengan
Ftabel. Apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel maka dapat dikatakan bahwa
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
114
dependen. Sedangkan jika nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka dapat
dikatakan bahwa variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018). Hasil uji
koefisien signifikansi simultan (uji statistik F) sebagai berikut:
Tabel 4.26
Hasil Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 415.204 5 83.041 24.904 .000b
Residual 313.436 94 3.334 Total 728.640 99
a. Dependent Variable: reptot
b. Predictors: (Constant), rtot, tot, ftot, atot, stot
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Hipotesis 6: Pengaruh Experiential marketing terhadap
Repurchase intention
Pengujian secara simultan sense (X1), feel (X2), think (X3), act
(X4), dan relate (X5) terhadap repurchase intention (Y). Dari Tabel 4.26
diperoleh nilai F hitung (24,904) > F tabel (2,31) dan nilai signifikansi
lebih kecil dari probabilitas 0,05 atau nilai 0,000 < 0,05, maka Ha diterima
dan H0 ditolak, berarti secara bersama-sama (simultan) sense (X1), feel
(X2), think (X3), act (X4), dan relate (X5) berpengaruh signifikan terhadap
repurchase intention (Y) pada konsumen kedai Filosofi Kopi Jakarta.
G. Analisis Regresi Linier Berganda
Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik
analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan
115
utnuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu sense, feel, think, act,
dan relate terhadap variabel dependen yaitu repurchase intention. Analisis
regresi digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam
suatu penelitian.
Tabel 4.27
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -6.444 2.303 -2.798 .006
Sense .232 .087 .225 2.671 .009
Feel .402 .190 .149 2.111 .037
Think .216 .075 .209 2.888 .005
Act .243 .091 .201 2.656 .009
Relate .477 .123 .357 3.888 .000
a. Dependent Variable: reptot
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Berdasarkan tabel di atas, hasil persamaan regresi yang telah diperoleh
adalah sebagai berikut
Y = а + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 +β5 X5 + e
Y = -6.444 + 0,232X1 + 0,402X2 + 0,216X3 + 0,243X4 + 0,477X5 + e
Keterangan:
Y = Repurchase intention
a = Konstanta
X1 = Sense
X2 = Feel
X3 = Think
X4 = Act
116
X5 = Relate
β1 = Koefisien regresi untuk variabel sense
β2 = Koefisien regresi untuk variabel feel
β3 = Koefisien regresi untuk variabel think
β4 = Koefisien regresi untuk variabel act
β5 = Koefisien regresi untuk variabel relate
e = Error
Intepretasi dari persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut:
1. Nilai konstanta (a) menunjukan bahwa besarnya dari nilai repurchase
intention (Y). Variabel sense, feel, think, act dan relate dinyatakan konstan
dengan nilai repurchase intention sebesar -6.444
2. Nilai koefisien regresi pada variabel sense berpengaruh signifikan yaitu
sebesar, 0,232. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila sense meningkat
maka akan meningkatkan repurchase intention pada konsumen.
3. Nilai koefisien regresi pada variabel feel berpengaruh signifikan yaitu
sebesar, 0,402. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila feel meningkat
maka akan meningkatkan repurchase intention pada konsumen.
4. Nilai koefisien regresi pada variabel think berpengaruh sgnifikan yaitu
sebesar, 0,216. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila think meningkat
maka akan meningkatkan repurchase intention pada konsumen.
5. Nilai koefisien regresi pada variabel act berpengaruh signifikan yaitu
sebesar, 0,243. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila act meningkat
maka akan meningkatkan repurchase intention pada konsumen.
117
6. Nilai koefisien regresi pada variabel relate berpengaruh signifikan yaitu
sebesar, 0,477. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila relate meningkat
maka akan meningkatkan repurchase intention pada konsumen.
H. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ghozali (2013), koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Dalam output SPSS, koefisiensi determinasi terletak pada Tabel model
summary dan tertulis R square. Namun untuk regresi linier berganda
sebaiknya R square yang sudah disesuaikan atau tertulis adjusted R square,
karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam
penelitian. Hasil uji koefisiensi determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.28
Hasil Uji Adjusted R Square
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .755a .570 .547 1.826
a. Predictors: (Constant), relate, feel, think, act, sense
Sumber: data diolah dengan SPSS 22, 2019
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi di atas menunjukkan
bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,547, yang berarti
kemampuan variabel independen berpengaruh sebesar 54,7%. Hasil ini
menunjukan bahwa 54,7% variabel repurchase intention dapat dijelaskan
oleh variabel sense, feel, think, act, dan relate. Sedangkan sisanya (100% -
54,7% = 45,3%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
118
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan melalui penggunaan
kuesioner sebagai alat bantu penelitian untuk mendapatkan data melalui
pengumpulan data dan pengolahan data menjadi suatu informasi serta
pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Peneliti menapatkan suatu kesimpulan
dari penelitian mengenai pengaruh experiential marketing terhadap
repurchase intention konsumen sebagai berikut:
1. Variabel sense mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap
repurchase intention.
2. Variabel feel mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap
repurchase intention.
3. Variabel think mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap
repurchase intention.
4. Variabel act mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap
repurchase intention.
5. Variabel relate mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap
repurchase intention.
6. Variabel Experiential marketing yang terdiri dari sense, feel, think, act,
dan relate secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan secara
simultan terhadap repurchase intention.
119
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian, maka ada
berbagai saran yang dikemukakan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian
sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
a. Berdasarkan hasil analisis regresi, faktor relate (X5) memiliki
pengaruh yang paling dominan terhadap variabel repurchase intention
(Y) dibandingkan faktor-faktor lainnya. Maka disarankan kepada pihak
Filosofi Kopi untuk dapat meningkatkan konsep relate di kedai mereka
dengan memberi perlakuan yang istimewa kepada konsumen, sigap
dalam menangani keluhan yang datang, dan menjaga kommunikasi
yang baik dengan pelanggan sehingga konsumen dapat merasa
diterima menjadi bagian dari Filosofi Kopi, melalui hal tersebut akan
menarik pengunjung untuk datang kembali dan meningkatkan loyalitas
mereka kepada Filosofi Kopi Jakarta.
b. Berdasarkan hasil analisis regresi juga ditemukan bahwa faktor think
(X3) dan act (X4) memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel
repurchase intention (Y). Dari hasil tersebut maka disarankan kepada
manajemen dari Filosofi Kopi untuk tetap menjaga agar kualitas
makanan mereka selalu baik, terus memberikan inovasi menu yang
unik agar lebih bervariasi, mempertahankan brand image mereka yang
sangat baik serta mempertahankan keunikan dekorasi dan desain
120
interior ruangan sehingga tetap memberikan kenyamanan bagi
pelanggan di kedai Filosofi Kopi Jakarta.
2. Bagi penelitan lebih lanjut, peneliti dapat menguji kembali atau
menggunakan model penelitian ini dengan model analisis yang berbeda.
Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan variabel penelitian dengan
sampel dan populasi yang lebih besar serta dapat menggunakan variabel-
variabel lain yang dapat mempengaruhi repurchase intenion konsumen.
Sehingga diharapkan dapat menemukan hal-hal baru yang dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
pemasaran.
121
DAFTAR PUSTAKA
Aeki-aice.org. "Tabel Konsumsi Kopi Indonesia", diakses dari http://www.aeki-
aice.org/tabel_konsumsi_kopi_indonesia_aeki.html pada 2 Juni, 2019
Andrianto, Dwi Gusti. 2017. Pengaruh Experiential Marketing Terhadap
Repurchase Intention Melalui Customer Satisfaction Sebagai Intervening
Variabel (Studi Pada The Bagong Adventure Museum Tubuh. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya Vol 5, No 2
Arun Thamizhvanan. 2013. Determinants of Customers’ Online Purchase
Intention: an Empirical Study in India. Journal of Indian Business
Research, 5(1): 17-32.
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Kopi Indonesia. Jakarta. Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. Ekonomi Indonesia 2018 Tumbuh 5-17 Persen, diakses dari
https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/02/06/1619/ekonomi-indonesia-
2018-tumbuh-5-17-persen.html pada 6 Mei, 2019
Cilesti, Ivone Maulidia. 2018. Pengaruh Experiential Marketing terhadap Minat
Beli Ulang Pelanggan. Jurnal Digset , Vol 3 No 2
Davoud Nikbin, M. M. 2011. The Impact Of Firm Reputation On Customers’
Responses To Service Failure: The Role Of Failure Attributions. Business
Strategy Series, 12(1): 19-29.
Euromonitor. Consumer Foodservice In Indonesia diakses dari
https://www.euromonitor.com/consumer-foodservice-in-indonesia/report
pada Juli 2019
Ferdinand, A. (2002). Manajemen pemasaran (1st ed.) Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Fornel, C. (1992). A national customer satisfaction barometer: The swedish
experience. Journal of Marketing, Vol 56(1): 6-21
Ghozali, I. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hendarsono, G. 2013. Analisa Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Niat
Beli Ulang Konsumen Cafe Buntos 99 Sidoarjo. Jurnal Manajemen
Pemasaran, Vol 1, No.2: 1-8
122
Hyunjin, J. 2013. The Effect of Experiential Marketing on Customer Satisfaction
and Revisit Intention of Beauty Salon. Journal of Fashion Business, Vol
17, No 3
Hyunsik Kim, B. C. 2013. The Influence of Customer Experience Quality on
Customers. Services Marketing Quarterly, 322-338.
International Coffee Organitation. Total Production By All Exporting Countries.
diakses dari http://www.ico.org/prices/po-production.pdf pada 04 Juni,
2019
Kartajaya, H. 2003. Marketing In Venus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kartajaya, H. 2004. The 18 Guiding Principles Marketing in Venus. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Kartajaya, H. 2010. Connect! Surfing new Wave Marketing. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Kemendikbud.go.id, diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/ pada 05 Juni,
2019
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009 .Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga
Belas, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2016. Marketing Management. New Jersey:
Pearson.
Kusuma, Andrey Adhy. 2013. Pengaruh Experiental Marketing terhadap
Repurchase Intention melalui Experiental Value pada Maskapai
Penerbangan Garuda di Indonesia. Jurnal Wima, Vol 2, No 3
Lamongi, J. 2018. Pengaruh Experiential marketing Terhadap Minat Beli Ulang
Konsumen Di JCO Donuts dan Coffee Manado Town Square . Jurnal
Emba, 6(4): 3038-3047.
Lifestyle.kompas.com, "Budaya Nongkrong di Kedai Kopi yang Tak Pernah
Pudar" diakses dari
https://lifestyle.kompas.com/read/2017/11/10/081400420/budaya-
nongkrong-di-kedai-kopi-yang-tak-pernah-pudar pada 13 Juni, 2019
Lunnette, C. 2017. Kepuasan Experiential Marketing Terhadap Minat Beli Ulang
Di Gyu Kaku Galaxy Mall. Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa, Vol
5, No 2
123
Mangkunegara, A. 2002. Perilaku Konsumen Edisi Revisi. Bandung: Refika
Aditama.
Mowen, John C. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga.
Mullins, John W dan Walker Jr, Orville C. 2013. Marketing Management:
A Strategic Decision-Making Approach, 8th Edition, McGraw-Hill
International Edition
Nigam, A. 2012. Modeling Relationship between Experiential Marketing,
Experiential Value and Purchase Intensions in Organized Quick Service
Chain Restaurants Shoppers Using Structural Equation Modeling
Approach. Journal of Commerce and Trade, 18-25.
Nur Amira, R. R. 2015. Pengaruh Food Quality Terhadap Customer Satisfaction
dan Behavioral intentions: Studi Kausal dan Analisis QFD. Fokus
Manajerial, 147-156.
Rambat, Lupiyoadi, dan A. Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi
Kedua. Jakarta; Salemba Empat.
Riduwan, & Kuncoro, E. A. 2017. Cara Menggunakan dan Memaknai Path
Analysis. Cetakan Ketiga. Bandung: Alfabeta.
Rini, E. S. 2009. Menciptakan Pengalaman Konsumen Dengan Experiential
Marketing. Jurnal Manajemen Bisnis, 15-20.
Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Jakarta, PT
Indeks.
Schmith, Bernd H. 1999. Experiential Marketing: How to Get Customers to
Sense, Feel, Think, Act, Relate to Your Company and Brands. Free Press.
Schmitt, Bernd H. 2008. Handbook on Brand and Experience Management.
Edward Elgar Pub
Setyono, D. 2017. Analisa Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Minat Beli
Ulang Konsumen Konig Coffee & Bar. Jurnal Hospitality dan Manajmen
Jasa, Vol 5, No 1
Simamora, B. 2003. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan
Profitabel. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Similansky, S. 2009. Experiential marketing: A Practical Guide to Interactive
Brand Experiences. Kogan Page.
124
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tirto.id, "Kota Yang Hidup Dari Kopi", diakses dari https://tirto.id/kota-yang-
hidup-dari-kopi-bmKx pada 13 Juni, 2019
Usi Usmara.2008. Pemikiran Kreatif Penasaran. Yogyakarta: Amara Books
Valarie A. Zeithaml, L. L. 1996. The Behavioral Consequences of Service
Quality. Journal of Marketing 60(2), 31-46.
Wartakota.tribunnews.com,"Kedai Kopi Terus Tumbuh di Jakarta dan Sekitarnya
Diperkirakan Ada 1500 Kedai Kopi", diakses dari
https://wartakota.tribunnews.com/2018/07/06/kedai-kopi-terus-tumbuh-di-
jakarta-dan-sekitarnya-diperkirakan-ada-1500-kedai-kopi pada 15 Juni,
2019
Zeithaml, Valarie A., Mary Jo Bitner dan Dwayne D. Gremler. 2009. Services
Marketing –Integrating Customer Focus Across The Firm (5 th ed). New
York: McGraw-Hill
125
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian
126
Lampiran 2: Kuesioner Penelitian
Kepada Yth.
Responden Penelitian
Di tempat
Assalamualaikum Wr. Wb
Saya Panji Rama Satria mahasiswa program studi Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta sedang mengadakan
penelitian untuk skripsi yang sedang saya susun.
Kuesioner ini dibuat untukmenyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Pengaruh
Experiential marketing terhadap Repurchase intention (Studi Kasus Pada
Konsumen Filosofi Kopi Melawai, Jakarta Selatan)”
Saya memohon partisipasi saudara/i untuk memberikan informasi melalui
kuesioner ini. Semua informasi yang diperoleh dari kuesioner ini akan digunakan
untuk kepentingan penelitian ini.
Partisipasi saudara/i merupakan kunci keberhasilan penelitian ilmiah ini. Atas
kesediaan partisipasi saudara/i untuk mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima
kasih. Semoga para responden selalu dimudahkan segala urusannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Hormat saya
Panji Rama Satria
127
A. Screening Questions
Untuk keperluan keabsahan data penelitian ini, saya mengharapkan kepada
suadara/i untuk menceklis (√) pernyataan berikut ini:
Apakah anda pernah mengunjungi kedai Filosofi Kopi (Melawai) lebih dari
satu kali?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
*Jika jawabannya adalah Ya, Anda dapat melanjutkan mengisi kuesioner ini.
Namun jika Tidak, pengisian kuesioner cukup sampai disini
B. Data Responden
1. Nama Lengkap:
2. Usia :
a. 18 – 20 tahun
b. 21 – 25 tahun
c. > 25 tahun
3. Jenis Kelamin:
a. Pria
b. Wanita
4. Pekerjaan :
a. Pelajar
b. Mahasiswa/i
c. Pekerja
d. Wirausaha
e. Lainnya: ……
Petunjuk Pengisian:
1. Isilah daftar pernyataan berikut dengan cara memberi tanda checklist (√) pada
salah satu jawaban yang tersedia sesuai dengan persepsi Bapak/Ibu/Saudara.
Tidak ada jawaban benar atau salah, peneliti lebih melihat angka-angka
terbaik dari persepsi Bapak/Ibu/Saudara.
2. Jawaban tersedia berupa huruf yang mempunyai arti sebagai berikut:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR : Ragu-Ragu
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
128
Experiential marketing (X)
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap paling tepat, pada alternatif
jawaban berikut:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-Ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Dimensi Indikator
a. Sense Jawaban
No Keterangan SS S RR TS STS
1 Saya merasa nyaman dengan desain tata
letak yang dirancang di Filosofi Kopi
2 Filosofi Kopi memiliki dekorasi ruangan
yang sangat menarik
3 Menurut saya pencahayaan ruangan di
Filosofi Kopi menciptakan suasana
menjadi nyaman
4 Cita rasa makanan dan minuman yang
disajikan di Filosofi Kopi rasanya enak
5 Menurut saya tempat duduk yang tersedia
di Filosofi Kopi nyaman digunakan
b. Feel
6 Karyawan di Filosofi Kopi ramah dan
sopan
7 Penyajian makanan dan minuman yang
diberikan Filosofi Kopi cepat dan tepat
c. Think
8 Menu yang ditawarkan di Filosofi Kopi
memiliki variasi yang sangat beragam
9 Makanan dan minuman yang disajikan di
Filosofi Kopi memiliki kualitas yang baik
10 Menurut saya harga yang saya bayarkan
sesuai dengan kualitas makanan dan
minuman yang disajikan
11 Menurut saya lokasi Filosofi Kopi mudah
untuk dijangkau
12 Dekorasi yang unik dan artistik membuat
saya merasa senang mengunjungi Filosofi
Kopi
d. Act
13 Brand Image yang sangat terkenal
membuat saya tertarik untuk mengunjungi
Filosofi Kopi
129
14 Saya datang ke Filosofi Kopi karena
merupakan bagian dari gaya hidup
15 Menurut saya Filosofi Kopi adalah tempat
yang nyaman untuk berkumpul bersama
orang terdekat
16 Saya tertarik untuk mencoba menu-menu
lain yang unik di Flosofi Kopi
e. Relate
17 Saya merasa diistimewakan karena
mendapatkan perlakuan yang istimewa
18 Karyawan Filosofi Kopi memberikan
perhatian khusus kepada pelanggan dengan
kesigapan dalam menangani keluhan
pelanggan
19 Dengan adanya kontak langsung melalui
komunikasi yang lancar antara pemilik,
karyawan dan pelanggan, saya merasa
diterima menjadi bagian dari Filosofi Kopi
Repurchase intention (Y)
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap paling tepat, pada
alternatif jawaban berikut:
SS = Sangat Setuju (5)
S = Setuju (4)
RR = Ragu-Ragu (3)
TS = Tidak Setuju (2)
STS = Sangat Tidak Setuju (1)
Dimensi Indikator
No Keterangan Jawaban
20 Saya berniat untuk melakukan
pembelian ulang di Filosofi Kopi
21 Saya bersedia memberikan
rekomendasi positif tentang Filosofi
Kopi kepada orang lain
22 Saya akan menjadikan kedai Filosofi
Kopi sebagai prioritas utama
23 Saya mengikuti informasi tentang
kedai Filosofi Kopi
130
Lampiran 3: Tabulasi Jawaban Kuesioner
A. Sense (Panca Indera)
Sense (Panca Indera) Total
SE1 SE2 SE3 SE4 SE5
3 3 4 3 3 16
4 5 5 4 4 22
5 5 5 4 5 24
5 4 5 4 5 23
4 5 5 4 3 21
3 4 3 3 4 17
4 4 4 3 3 18
5 5 5 5 5 25
4 5 4 4 3 20
4 5 3 4 3 19
4 4 4 4 4 20
4 4 3 4 4 19
4 4 4 4 3 19
4 5 4 4 4 21
4 5 3 4 3 19
4 4 3 4 3 18
4 4 4 4 4 20
5 5 5 4 4 23
4 4 4 4 3 19
131
4 5 3 4 4 20
5 4 4 4 3 20
4 5 4 4 4 21
4 4 3 4 4 19
5 4 4 3 4 20
5 5 4 4 4 22
4 5 5 5 5 24
4 5 4 4 4 21
5 4 4 4 4 21
5 5 5 5 4 24
5 5 5 4 4 23
4 4 4 4 4 20
5 5 3 4 4 21
4 4 4 4 4 20
5 5 3 4 3 20
4 2 4 4 3 17
3 3 4 4 4 18
5 4 5 4 4 22
2 2 4 2 2 12
5 5 4 5 3 22
4 4 4 5 3 20
5 4 4 4 4 21
5 4 4 5 5 23
4 5 4 4 4 21
132
4 4 4 5 4 21
4 4 4 3 4 19
4 4 4 5 4 21
2 4 3 3 2 14
4 5 4 4 4 21
4 4 5 3 3 19
4 4 4 4 4 20
3 2 4 3 4 16
5 5 5 5 5 25
3 3 4 4 3 17
3 4 4 3 3 17
4 4 3 4 2 17
3 4 4 3 2 16
4 4 4 4 2 18
4 5 4 4 4 21
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 3 19
5 5 4 4 4 22
4 5 4 4 4 21
5 5 5 5 5 25
4 4 4 3 3 18
5 5 4 4 4 22
4 5 5 4 5 23
4 4 4 4 2 18
133
4 5 4 4 4 21
5 4 4 5 4 22
4 4 3 4 3 18
4 4 4 4 3 19
5 4 5 5 5 24
3 4 3 4 3 17
4 4 5 4 3 20
5 4 4 4 4 21
4 4 4 4 4 20
5 5 5 5 4 24
2 3 3 3 2 13
4 5 4 4 5 22
5 4 5 5 5 24
5 4 4 4 4 21
4 4 4 4 3 19
5 4 5 4 5 23
4 4 3 4 3 18
4 5 4 5 4 22
4 4 4 4 4 20
5 5 5 5 5 25
4 3 4 4 5 20
5 4 4 5 5 23
4 4 4 4 4 20
4 4 3 4 4 19
134
5 4 5 4 4 22
5 4 5 4 5 23
4 4 3 4 3 18
4 5 4 4 5 22
4 4 4 3 3 18
3 4 3 2 2 14
5 4 5 5 5 24
4 4 5 5 4 22
3 4 3 4 4 18
B. Feel (Perasaan)
Feel (Perasaan) Total
F1 F2
2 3 5
4 4 8
4 3 7
4 4 8
4 4 8
3 3 6
4 4 8
5 5 10
4 4 8
4 4 8
4 4 8
135
4 4 8
4 4 8
4 4 8
4 4 8
2 3 5
4 4 8
4 4 8
4 3 7
4 4 8
4 4 8
4 4 8
4 4 8
4 3 7
4 4 8
5 4 9
4 4 8
4 4 8
2 3 5
4 4 8
4 4 8
4 4 8
3 3 6
4 4 8
4 4 8
136
4 4 8
4 4 8
3 3 6
4 4 8
4 4 8
4 4 8
4 4 8
3 2 5
5 4 9
4 4 8
4 4 8
4 4 8
4 5 9
3 4 7
4 4 8
4 4 8
4 4 8
4 4 8
3 4 7
4 4 8
4 4 8
4 4 8
4 4 8
5 5 10
137
4 4 8
5 4 9
4 4 8
4 4 8
4 4 8
4 4 8
4 3 7
4 4 8
4 4 8
5 4 9
4 4 8
5 4 9
4 4 8
3 2 5
4 4 8
3 4 7
4 4 8
4 4 8
4 4 8
4 5 9
4 4 8
4 4 8
4 4 8
4 4 8
138
3 4 7
4 4 8
4 5 9
4 4 8
4 4 8
4 4 8
5 4 9
4 4 8
3 2 5
4 4 8
4 4 8
4 4 8
5 5 10
4 4 8
4 4 8
2 3 5
4 4 8
C. Think (Berfikir)
Think Total
T1 T2 T3 T4 T5
4 5 4 4 4 21
2 4 4 2 2 14
4 4 3 3 3 17
139
5 4 2 4 4 19
4 4 4 5 4 21
4 4 3 4 3 18
4 5 4 4 4 21
5 5 4 5 4 23
4 4 3 4 4 19
4 4 4 5 4 21
4 4 3 4 3 18
4 4 3 3 2 16
4 4 4 4 5 21
4 4 2 2 2 14
3 4 3 3 3 16
4 4 3 4 4 19
4 5 4 4 4 21
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 2 18
3 4 3 4 3 17
4 4 2 2 2 14
4 4 4 3 3 18
4 4 4 4 2 18
4 4 4 5 4 21
4 5 4 4 4 21
5 5 5 5 4 24
4 4 4 5 4 21
140
4 4 4 5 4 21
4 4 4 4 4 20
5 4 4 5 4 22
4 4 4 4 4 20
4 4 3 4 3 18
5 4 4 4 2 19
5 4 4 4 4 21
4 4 2 4 2 16
4 4 4 5 4 21
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 1 17
5 4 4 4 4 21
3 4 4 4 3 18
4 4 3 4 3 18
5 5 4 4 4 22
4 4 4 5 4 21
4 4 4 3 3 18
3 3 3 4 4 17
5 5 4 4 4 22
4 4 3 4 3 18
4 5 4 5 4 22
4 4 2 4 2 16
4 4 4 5 4 21
4 4 2 4 2 16
141
5 5 4 5 4 23
4 4 2 4 2 16
4 4 2 2 2 14
4 4 4 5 4 21
4 4 2 4 1 15
4 4 3 4 4 19
5 5 4 5 4 23
3 4 3 4 4 18
4 4 3 4 3 18
4 4 4 4 2 18
3 4 3 4 3 17
2 2 2 2 1 9
4 4 3 3 4 18
4 4 4 4 2 18
4 4 4 4 4 20
5 4 4 4 4 21
4 4 2 4 2 16
4 5 5 4 4 22
4 4 3 3 3 17
4 4 4 4 5 21
4 5 4 5 4 22
3 4 3 4 3 17
4 4 3 4 4 19
5 4 4 5 4 22
142
4 4 2 4 2 16
5 4 4 4 4 21
4 3 3 4 2 16
4 5 4 4 4 21
4 4 3 4 4 19
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 3 19
5 5 4 4 4 22
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
4 5 4 4 4 21
4 4 4 4 4 20
4 4 2 4 2 16
4 4 5 5 4 22
2 4 2 4 2 14
4 5 4 4 4 21
4 3 3 4 3 17
5 5 4 5 4 23
5 4 4 4 4 21
5 5 4 5 4 23
5 5 4 4 4 22
4 4 4 5 4 21
3 4 3 4 4 18
4 4 4 5 4 21
143
4 4 4 5 4 21
D. Act (Kebiasaan)
Act Total
A1 A2 A3 A4
3 3 4 4 14
4 2 4 4 14
5 2 5 5 17
4 2 4 4 14
4 3 3 4 14
4 3 4 4 15
5 4 4 4 17
5 4 5 5 19
4 3 4 4 15
4 2 4 4 14
4 3 4 4 15
4 3 4 4 15
3 3 4 4 14
4 4 5 5 18
5 4 4 4 17
4 3 3 4 14
4 2 3 4 13
4 3 4 4 15
4 3 4 3 14
144
4 3 4 4 15
4 3 4 4 15
2 2 3 3 10
4 2 4 4 14
4 3 4 3 14
4 4 4 4 16
5 4 4 4 17
4 3 4 4 15
3 2 3 3 11
4 3 4 4 15
4 2 4 4 14
4 4 4 2 14
4 4 3 4 15
3 3 4 4 14
4 3 4 4 15
4 2 4 4 14
4 3 4 4 15
4 3 3 4 14
4 2 4 4 14
4 3 4 4 15
5 4 4 4 17
4 3 4 4 15
5 4 4 4 17
5 2 4 4 15
145
4 3 3 3 13
4 2 4 4 14
1 1 2 1 5
3 2 3 3 11
4 3 4 4 15
3 3 4 4 14
4 4 4 4 16
2 3 3 3 11
4 3 4 4 15
4 3 4 4 15
4 1 4 4 13
3 2 3 3 11
3 4 4 4 15
4 2 4 4 14
5 3 4 4 16
4 2 4 4 14
5 4 4 4 17
4 3 4 4 15
2 2 3 3 10
1 1 1 1 4
3 2 4 4 13
4 4 4 4 16
3 3 4 5 15
4 3 4 4 15
146
4 4 5 4 17
5 4 4 4 17
4 2 4 4 14
4 2 4 4 14
4 3 4 4 15
4 4 4 3 15
4 3 4 4 15
5 3 4 5 17
5 4 5 4 18
4 3 4 4 15
4 3 4 4 15
5 4 5 5 19
4 3 4 4 15
4 3 4 4 15
5 3 5 5 18
4 3 4 3 14
4 4 4 5 17
4 3 4 4 15
4 2 4 4 14
4 4 4 3 15
4 4 4 4 16
3 3 4 4 14
4 2 4 4 14
5 3 4 5 17
147
4 2 4 4 14
4 2 4 5 15
4 2 4 4 14
4 3 4 4 15
5 4 4 5 18
4 3 4 4 15
4 2 4 4 14
4 3 4 4 15
5 4 5 4 18
E. Relate (Pertalian)
Relate Total
R1 R2 R3
3 3 3 9
3 4 3 10
3 4 5 12
5 4 5 14
3 4 4 11
3 3 3 9
3 4 4 11
5 5 5 15
3 3 4 10
3 4 3 10
4 4 4 12
148
4 4 4 12
3 3 3 9
4 4 4 12
4 4 4 12
4 4 4 12
4 4 4 12
4 4 4 12
3 3 3 9
4 4 3 11
4 3 4 11
3 4 4 11
3 4 4 11
3 4 4 11
4 5 5 14
5 5 5 15
4 5 4 13
4 4 4 12
4 4 4 12
4 5 5 14
4 4 4 12
3 4 3 10
3 3 3 9
3 4 4 11
4 3 3 10
149
3 3 3 9
3 3 3 9
2 3 3 8
3 4 3 10
4 5 5 14
4 3 4 11
5 4 5 14
2 3 3 8
4 4 4 12
4 4 4 12
4 4 4 12
3 3 3 9
4 4 5 13
3 3 3 9
3 4 4 11
2 3 2 7
5 5 5 15
3 3 4 10
3 3 3 9
1 3 2 6
3 3 3 9
4 4 4 12
4 4 4 12
1 3 3 7
150
4 4 4 12
5 5 5 15
2 3 2 7
3 4 3 10
3 3 4 10
4 4 5 13
4 4 5 13
3 4 4 11
4 4 5 13
5 4 4 13
3 3 4 10
2 3 3 8
5 5 5 15
2 3 4 9
4 5 5 14
3 2 4 9
4 4 4 12
3 4 4 11
3 2 3 8
3 4 4 11
4 4 4 12
4 4 4 12
4 5 4 13
3 4 4 11
151
4 4 5 13
5 4 4 13
4 4 3 11
4 3 4 11
5 4 4 13
4 4 4 12
5 4 4 13
4 3 4 11
4 4 3 11
4 4 5 13
4 4 3 11
4 5 4 13
5 5 5 15
F. Repurchase intention (Niat Beli Ulang)
Repurchase intention Total
RI1 RI2 RI3 RI4
3 4 3 4 14
4 4 2 2 12
4 4 2 3 13
5 4 3 3 15
4 4 4 3 15
3 3 2 3 11
152
4 4 3 3 14
5 5 5 5 20
4 4 3 3 14
4 4 3 3 14
4 4 3 3 14
4 4 3 3 14
2 4 2 2 10
4 4 4 4 16
4 4 4 4 16
2 4 2 2 10
3 4 3 3 13
3 4 3 3 13
3 4 3 2 12
3 5 3 3 14
4 4 3 2 13
4 5 3 2 14
4 4 2 2 12
4 4 4 3 15
5 5 4 3 17
5 5 5 5 20
4 5 5 4 18
4 4 4 2 14
4 4 4 2 14
5 5 5 3 18
153
4 4 4 4 16
4 4 4 4 16
3 3 3 2 11
2 3 3 2 10
4 4 3 3 14
4 4 5 3 16
4 4 3 3 14
2 2 2 2 8
4 4 3 3 14
5 5 3 5 18
4 5 3 4 16
5 5 5 5 20
4 4 4 4 16
4 5 3 3 15
3 4 3 3 13
4 4 4 3 15
2 3 3 2 10
5 5 4 4 18
3 2 2 1 8
4 4 2 2 12
3 3 2 1 9
5 5 5 5 20
4 4 3 4 15
3 4 4 4 15
154
4 5 2 3 14
3 3 2 3 11
5 4 2 2 13
4 4 4 4 16
4 4 4 2 14
4 4 3 3 14
4 4 4 4 16
3 3 2 2 10
3 3 2 2 10
3 4 3 3 13
4 4 5 5 18
5 5 5 3 18
4 4 4 4 16
4 4 4 2 14
4 5 5 4 18
4 4 4 3 15
3 3 2 2 10
4 5 3 4 16
4 4 2 2 12
4 3 4 3 14
4 4 4 3 15
5 5 4 4 18
5 5 4 2 16
2 3 2 2 9
155
5 5 4 4 18
4 4 4 3 15
4 4 2 2 12
4 3 3 4 14
4 4 4 4 16
3 5 3 3 14
4 4 4 4 16
2 4 4 2 12
4 4 3 3 14
4 4 4 4 16
5 4 5 4 18
4 4 4 3 15
5 5 3 3 16
4 4 4 3 15
4 4 4 4 16
4 4 4 4 16
5 5 4 4 18
5 4 5 5 19
3 4 3 3 13
5 4 4 4 17
4 4 2 2 12
3 4 4 3 14
156
Lampiran 4: Hasil Data Statistik SPSS
A. Uji Validitas
1. Experiential Marketing
a. Sense (Panca Indera)
Correlations
s1 s2 s3 s4 s5 stot
se1 Pearson Correlation
1 .460** .473
** .588
** .564
** .833
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
se2 Pearson Correlation
.460** 1 .178 .387
** .312
** .622
**
Sig. (2-tailed) .000 .077 .000 .002 .000
N 100 100 100 100 100 100
se3 Pearson Correlation
.473** .178 1 .361
** .495
** .671
**
Sig. (2-tailed) .000 .077 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
se4 Pearson Correlation
.588** .387
** .361
** 1 .536
** .764
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
se5 Pearson Correlation
.564** .312
** .495
** .536
** 1 .809
**
Sig. (2-tailed) .000 .002 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
se-total
Pearson Correlation
.833** .622
** .671
** .764
** .809
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
b. Feel (Perasaan) Correlations
f1 f2 Ftot
fe1 Pearson Correlation 1 .617** .910
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 100 100 100
fe2 Pearson Correlation .617** 1 .888
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 100 100 100
fe_total Pearson Correlation .910** .888
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
157
c. Think (Berfikir)
Correlations
t1 t2 t3 t4 t5 tot
th1 Pearson Correlation
1 .460** .344
** .381
** .353
** .652
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
th2 Pearson Correlation
.460** 1 .428
** .317
** .402
** .651
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
th3 Pearson Correlation
.344** .428
** 1 .479
** .607
** .798
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
th4 Pearson Correlation
.381** .317
** .479
** 1 .508
** .738
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .100
N 100 100 100 100 100 100
th5 Pearson Correlation
.353** .402
** .607
** .508
** 1 .825
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
th_total
Pearson Correlation
.652** .651
** .798
** .738
** .825
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
d. Act (Kebiasaan)
Correlations
a1 a2 a3 a4 Atot
act1 Pearson Correlation 1 .472** .680
** .639
** .872
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100
act2 Pearson Correlation .472** 1 .429
** .290
** .710
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .003 .000
N 100 100 100 100 100
act3 Pearson Correlation .680** .429
** 1 .694
** .845
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100
act4 Pearson Correlation .639** .290
** .694
** 1 .795
**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 .000
N 100 100 100 100 100
act_totot
Pearson Correlation .872** .710
** .845
** .795
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
158
e. Relate (Pertalian)
Correlations
r1 r2 r3 Rtot
re1 Pearson Correlation 1 .625** .662
** .893
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
re2 Pearson Correlation .625** 1 .621
** .844
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
re3 Pearson Correlation .662** .621
** 1 .871
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
re_tot Pearson Correlation .893** .844
** .871
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Repurchase intention
Correlations
rep1 rep2 rep3 rep4 Reptot
ri1 Pearson Correlation 1 .613** .514
** .514
** .802
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100
ri2 Pearson Correlation .613** 1 .461
** .478
** .750
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100
ri3 Pearson Correlation .514** .461
** 1 .644
** .835
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100
ri4 Pearson Correlation .514** .478
** .644
** 1 .839
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100
ri_tot Pearson Correlation .802** .750
** .835
** .839
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
159
B. Uji Reliabilitas
1. Experiential Marketing
a. Sense (Panca Indera)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.794 5
b. Feel (Perasaan)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.760 2
c. Think (Berfikir)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
160
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.783 5
d. Act (Kebiasaan)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.807 4
e. Relate (Pertalian)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.835 3
2. Repurchase intention
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
161
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.817 4
C. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100 Normal Parameters
a,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.77933116 Most Extreme Differences Absolute .054
Positive .044 Negative -.054
Test Statistic .054 Asymp. Sig. (2-tailed) .200
c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
D. Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Toleranc
e VIF
1 (Constan) -6.444 2.303 -2.798 .006 Sense .232 .087 .225 2.671 .009 .645 1.550
Feel .402 .190 .149 2.111 .037 .919 1.088
Think .216 .075 .209 2.888 .005 .874 1.145
Act .243 .091 .201 2.656 .009 .798 1.253
Relate .477 .123 .357 3.888 .000 .544 1.839
a. Dependent Variable: ri
E. Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Sig.
1 (Constant) .020
Sense .562
Feel . 079
Think .354
Act .502
Relate .312
a. Dependent Variable: Abs_RES
162
F. Uji t Hitung (Uji Parsial) Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constan) -6.444 2.303 -2.798 .006
Sense .232 .087 .225 2.671 .009
Feel .402 .190 .149 2.111 .037
Think .216 .075 .209 2.888 .005
Act .243 .091 .201 2.656 .009
Relate .477 .123 .357 3.888 .000
a. Dependent Variable: ri
G. Uji Statistik F (Uji Simultan) ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 415.204 5 83.041 24.904 .000b
Residual 313.436 94 3.334 Total 728.640 99
a. Dependent Variable: ri
b. Predictors: (Constant), sense, feel, think, act, relate
H. Hasil Uji Adjusted R Square
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .755a .570 .547 1.826
a. Predictors: (Constant), sense, feel, think, act, relate
I. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constan) -6.444 2.303 -2.798 .006
Sense .232 .087 .225 2.671 .009
Feel .402 .190 .149 2.111 .037
Think .216 .075 .209 2.888 .005
Act .243 .091 .201 2.656 .009
Relate .477 .123 .357 3.888 .000