okultasipussainsa.lapan.go.id/upload/bca/buletin_cuaca_antariksa... · 2019-06-12 · bang sinar-x...

28
Volume 8 Nomor | April–Juni OKULTASI Saat Saturnus tertutup Bulan Prakiraan Flare Dari neural network hingga random forest Saat Badai Magnet Respon Termosfer-Ionosfer terhadap badai Grand Launching Menyongsong Gerhana di Siak, Provinsi Riau

Upload: others

Post on 26-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Volume8Nomor2|April–Juni2019

OKULTASISaat Saturnus tertutup Bulan

Prakiraan FlareDari neural network hinggarandom forestSaat Badai MagnetRespon Termosfer-Ionosferterhadap badai

Grand LaunchingMenyongsong Gerhana di Siak,Provinsi Riau

2

Buletin Cuaca AntariksaMerupakan terbitan ilmiah populer terkait cuacaantariksa dan sains antariksa secara umum. Dirilissetiap tiga bulan.ISSN : 2303-2707Diterbitkan oleh Pusat Sains Antariksa LAPAN

Pelindung Kepala LAPANDeputi Bidang Sains Antariksa danAtmosferPenanggungJawab Kepala Pusat Sains Antariksa

Redaktur Emanuel Sungging MumpuniKoordinator Rasdewita KesumaningrumElyyaniEditor Fitri NuraeniSanti SulistianiMuhamad Zamzam NurzamanVisca WellyanitaLayout Rhorom PriyatikantoSekretariat Saptari RachmanIyus Edi RusnadiKontributor Agustinus Gunawan AdmirantoAjraini NazliAnnis Siradj MardianiAyu Dyah PangestuCucu Eman HariyantoFerdiansyah NoerFitri NuraeniLaode M. MusafarNefliaRhorom PriyatikantoSanti SulistianiSiti MaryamVaruliantor Dear

Alamat Jl. Dr. Djundjunan no. 133Bandung, Indonesia 40173Telp: (022) 6012 602 / 6038 005Faks: (022) 6014 998 / 6038 005Untuk pemesanan Buletin Cuaca Antariksa, kirim fakspermohonan langganan ke: (022) 6012 602Buletin versi elektronik dapat diakses melalui lamanhttp://pussainsa.lapan.go.id/index.php/subbuletin/read

Daftar IsiFenomena 3Saturnus Bersembunyi Di Balik Bulan . . . . . . . . . . 3Riset 5Riset Dalam Sorotan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5Prakiraan Flare Sinar-X Matahari Di LAPAN . . . . . . . . 6Pengamatan Kualitas Langit Malam . . . . . . . . . . . 9Ulasan 11Respon Termosfer-Ionosfer Terhadap Badai Magnet . . . 11Menjajaki 4 Vesta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14Metode Data Warehouse . . . . . . . . . . . . . . . . . 16Risalah Triwulan 19Cuaca Antariksa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19Aktivitas Matahari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20Aktivitas Geomagnet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21Aktivitas Ionosfer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23Berita 24Grand Launching: Menyambut GMC 26 Desember 2019Di Siak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24Tahun 2019 26Kalender Astronomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26

Salam RedaksiMemasuki triwulan dua tahun 2019 kondisi cuaca antariksa masih cende-rung dalam keadaan yang tenang, ditandai dengan sejumlah kecil flare ter-jadi, yang terbesar adalah pada kelas C5.2. Tetapi, kondisi cuaca antariksayang tenang ini bukanlah berarti aktivitas keantariksaan sepi, justru seba-liknya. Paling tidak ada dua fenomena menarik yang akan terjadi pada ta-hun ini, yang terbesar tentunya GerhanaMatahari Cincin pada 26 Desember2019 yang peluncuran kegiatannya telah dilaksanakan di Kabupaten Siakpada 15 Februari 2019, dan mengundang Pussainsa. Selain itu, fenomenaokultasi ketika Bulanmenutupi Saturnus pada 8 September 2019 yang akandatang juga patut untuk ditunggu.Pada penerbitan ini juga menampilkan beberapa artikel menarik lain,hasil penelitian di Pussainsa pada pengembangan perangkat prediksi Fla-re X, serta pemetaan kualitas langit malam, serta ulasan-ulasan sepertirespon termosfer-ionosfer terhadap badai geomagnet, penjajakan 4 Ves-ta, mengenal metode data warehouse yang menggambarkan bahwa anta-riksa merupakan bahasan yang kaya wawasan karena didukung berbagaipengetahuan, seperti teknologi informasi. Diharapkan, artikel-artikel ini bi-sa mendorong pembaca bisa semakin mengenal antariksa, kut mencintaidan mengapresiasi antariksa. Akhir kata, selamat menikmati dan semogabermanfaat. Salam redaksi.Bandung, April 2019Redaksi

sumber: photographingspace.com

TATA SURYASaturnus Bersembunyi Di Balik BulanOkultasi Saturnus tanggal 8 September 2019OlehA.D. PangestuPussainsa LAPAN

F enomena astronomistidak akan pernah berhentimembuat takjub dan juga dapatmembuat manusia berpikir untukmenemukan korelasinya dengankehidupan. Hal itulah yangdilakukan oleh para astronomterdahulu untuk mempelajarialam semesta melalui fenomenaastronomis yang dapat merekaamati dan pelajari. Salah satufenomena astronomis yangmenarik adalah fenomenaokultasi. Okultasi merupakanfenomena astronomis ketikasebuah benda langit tampakdilintasi benda langit lainnyaberdasarkan sudut pandangpengamat. Peristiwa ini miripdengan fenomena transit. Hal

yang membedakannya adalahukuran kedua objek. Peristiwatransit terjadi ketika benda langityang berukuran relatif lebih kecilmelintas di depan benda langitlain yang berukuran lebih besarketika diamati dari Bumi. Contohdari peristiwa ini adalah transitMerkurius atau Venus terhadapMatahari. Pada saat itu Merkuriusatau Venus tampak melintas didepan piringan Matahari ketikadiamati dari Bumi.Sementara itu, okultasi terjadiketika objek berukuran relatiflebih besar menutupi ataumelintas di depan objek yangberukuran lebih kecil jika diamatidari Bumi. Salah satu contohnyaadalah okultasi Bulan terhadapbintang atau planet sehinggapada saat itu benda langittersebut akan tertutupi olehBulan. Selain Bulan, benda langit

lainnya juga dapat mengokultasiatau menutupi benda langitlainnya, seperti okultasi asteroidterhadap planet, asteroidterhadap bintang, planet terhadapbintang, dan sebagainya. Transitdan okultasi ini sebenarnyahampir sama dengan peristiwagerhana yang sudah diketahuimasyarakat.Peristiwa okultasi sebenarnyasudah lama diamati olehmanusia. Aristoteles pada 4 April357 SM telah mencatat adanyafenomena okultasi Bulanterhadap Mars. Bahkan, Bulandapat menutupi dua planetsekaligus. Peristiwa langka initerjadi pada tahun 1998 ketikaBulan melintas di depan Venusdan Jupiter dan akan terjadi lagipada tahun 2056 ketika Bulanmelintasi Merkurius dan Mars.Selain Bulan yang menutupi

FENOMENA

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 3

asa.usno.navy.mil

Wilayah yang dapat menyaksikanfenomena okultasi Saturmus oleh Bulanpada tanggal 8 September 2019ditunjukkan dengan pola gelombang.

Saturnus

HD 175892

M. Crisium

M. Serenitatis

M. Tranquilitatis

M. FecunditatisM. Nectaris

Gambaran ketikaSaturnus mulaitertutup Bulan pukul21.16 WIB hinggamulai munculkembali pukul 21.57WIB bila dilihat dariBandung.

Posisi dan pergerakan bendalangit disimulasikan denganStellarium. Ditunjukkan pulaposisi bintang HD 175892 danbeberapa Mare di Bulan.

planet, sejarah juga mencatatterjadinya peristiwa okultasiUranus terhadap bintangsehingga dari peristiwa tersebutditemukan cincin Uranus olehKuiper Airbone Observatory milikNational Aeronautics and SpaceAdministration (NASA). Beberapainformasi mengenai benda kecildi Tata Surya juga ditemukanmelalui pengamatan okultasiterhadap bintang.Peristiwa okultasi Bulanmenutupi planet pada tahun iniakan terjadi pada tanggal 12Agustus dan 8 September 2019,yaitu ketika Bulan melintas didepan planet Saturnus.Sayangnya, peristiwa okultasiyang terjadi pada tanggal 12Agustus 2019 tidak akan dapatdiamati oleh masyarakatIndonesia karena berlangsungpada sore hari ketika langit masihterang. Untungnya, peristiwaBulan menutupi Saturnus padatanggal 8 September 2019 akandapat diamati oleh masyarakat

Indonesia di beberapa wilayah,antara lain di pulau Jawa, Papua,Kalimantan Selatan, dan wilayahdi sekitarnya.Khusus untuk wilayah Bandung,peristiwa ini diperkirakanberlangsung selama 40 menit.Okultasi akan dimulai sekitarpukul 21.16 WIB dan berakhirsekitar pukul 21.57 WIB. Peristiwaini dapat diamati di langit sebelahBarat dan pada saat itu Bulan

sedang berada dalam fasecembung awal (waxing gibbous)sehingga hanya sekitar 23 dariwajah Bulan yang dapat diamati.Saturnus cukup terang untukdiamati langsung secarabersamaan dengan Bulansehingga peristiwa ketikaSaturnus menghilang di balikpermukaan Bulan akan dapatdiamati tanpa instrumentambahan. Hal yang perludilakukan sebelum mengamatiperistiwa okultasi Bulan terhadapSaturnus ini adalah mencariposisi kedua objek tersebut dilangit. Kedua benda langit inicukup mudah dikenali sehinggatidak akan sulit untuk mencariposisi keduanya.Secara umum, banyak informasiyang bisa didapatkan dariperistiwa okultasi. Salah satunyaadalah informasi mengenaidiameter sudut planet, satelitatau asteroid dan juga informasimengenai atmosfernya ketikaobjek tersebut mengokultasibintang. Selain itu, peristiwa inimerupakan peristiwa yang jarangterjadi dan menarik untuk diamatisehingga tidak sedikit orang yangsengaja mengabadikan peristiwaini. Oleh karena itu, janganlewatkan peristiwa menarik ini. �

FENOMENA

4 Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019

Riset dalam SorotanOleh Rhorom PriyatikantoDeretan antena dari Atacama LargeMillimeter-Submillimeter Arrayyang juga dapat dipakai untukmemotret Matahari.

cdn.eso.org

MATAHARIPotret Matahari Pada JendelaSubmilimeterAtacama LargeMillimeter-Submillimeter Array(ALMA) merupakan kumpulanteleskop radio yang beroperasi padarentang panjang gelombangsubmilimeter dan milimeter(frekuensi 35 hingga 950 Gigahertz).Berada di Gurun Atacama, Chile,beberapa teleskop ALMA telahdigunakan untuk memotret Mataharisejak tahun 2014. Sejumlah studiterkait variasi kecerlangankromosfer dari pusat ke tepi hinggapengamatan daerah aktif Mataharitelah dilakukan dengan ALMA. Meskimemiliki keterbatasan, ALMAmembuka babak baru studi atmosferMatahari pada jendela radio.

Advances in Space Research (2019) 63: 1396LINGKUNGAN ANTARIKSASinar Kosmik Dari GugusBintangWesterlund I merupakan salah satugugus bintang paling masif diGalaksi Bimasakti. Gugus bermassa> 60.000 kali massa Matahari inimenjadi rumah bagi beberapabintang muda masif yangmenghembuskan angin bintangberlipat kali lebih kuat dari anginMatahari. Beberapa di antaranyaakan berakhir dalam ledakansupernova. Menurut Bykov et al.,daerah padat bintang seperti pusatgugus Westerlund I merupakantempat asal dari sinar kosmik danneutrino energi tinggi.

Advances in Space Research (2018) 62: 2764TATA SURYAKawah Tumbukan DanPopulasi AsteroidDistribusi kawah tumbukan yang adadi permukaan Bumi merupakancerminan dari karakteristik populasiasteroid dekat Bumi. Simulasinumerik yang dilakukan oleh Utamaet al. memperbarui fungsi distribusiukuran asteroid penumbuk Bumi.Berdasarkan hasil tersebut, kawah

Chicxulub (∼ 180 km) dan Popigai(∼ 100 km) mungkin dihasilkan olehasteroid dengan ukuran lebih kecildari yang diperkirakan sebelumnya.Jurnal Sains Dirgantara (2018) 15: 99

LINGKUNGAN ANTARIKSABulan Di Dalam AtmosferBumiDengan mengulik kembali arsip datadari Solar Wind ANisotropy yangterpasang di Solar and HeliosphericObservatory (SWAN/SOHO), Baliukinet al. memperkirakan bahwaatmosfer terluar Bumi yang terdiriatas hidrogen merentang hingga 100kali radius Bumi. Ukuran tersebutmelebihi radius orbit Bulan yanghanya sekitar 60 kali radius Bumi.Hasil tersebut diperoleh berdasarkanpotret emisi Lyman-alpha pada faseawal siklus 23 (1996-1998), ketikaaktivitas Matahari masih pada tarafminimum. Lapisan eksosfer yangjuga dikenal sebagai geokorona inimenjadi lebih tebal pada fasemaksimum.

JGR: Space Physics (2019) 124: A026136IONOSFERTEC 10 Hari MendatangJumlah elektron total merupakansalah satu parameter penting yangmerepresentasikan kondisi ionosferdi atas muka Bumi. Lean

menggunakan metode statistikberbasis data iradiansi Mataharipada jendela ultraviolet ekstrim danparameter geomagnet untukmemperkirakan total electroncontent (TEC) hingga 10 harimendatang. Model matematis yangmengakomodasi variasi periodikjuga digunakan dalam prediksi.Pendekatan ini dinilai 15% lebihunggul dibandingkan persistencemodel.Space Weather (2019) 17: S002077

ORBIT SATELITModel Kalahidup SatelitDalam OrbitSeluruh satelit Bumi, baik alamimaupun buatan, berada dalamatmosfer Bumi yang merentanghingga 600.000 kilometer. Satelitbuatan yang mengorbit dekatdengan permukaan Bumi akanmengalami gaya hambat sehinggaorbitnya terus meluruh dan berujungpada re-entry. Rachman &Priyatikanto menerapkan modelanalitis kalahidup satelit yangdikembangkan beberapa dekadelalu. Dari 30 kasus uji, merekamendapatkan bahwa kalahidup dari13 satelit diprediksi dengan cukupbaik dengan galat relatif kurang dari30%.

Jurnal Sains Dirgantara (2018) 15: 107

RISET

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 5

MATAHARIPrakiraan Flare Sinar-X Matahari Di LAPANMachine learning untuk memahami pola kejadian flare

Gambar 1: Contoh daerah aktif dengan klasifikasi McIntosh dan Hale yang berbeda.Kiri: NOAA 12653 dengan kelas McIntosh Hax dan kelas Hale α. Kanan: NOAA 12645dengan kelas McIntosh Ehc dan kelas Hale βγδ. Daerah bintik yang paling gelap dina-makan umbra sedangkan daerah yang tidak terlalu gelap di sekitar umbra dinamakanpenumbra. (Sumber: solarmonitor.org).

OlehS. Sulistiani | Pussainsa LAPANFlare Matahari adalah peristiwapeningkatan intensitas padaberbagai panjang gelombangyang berlangsung sangat kuatdan tiba-tiba di atmosferMatahari. Berdasarkan flukspuncak pada panjang gelombangsinar-X 1-8 Å, flare dibagi menjadikelas B, C, M, dan X (Tabel 1).Flare Matahari pada umumnyaberasal dari daerah aktif dandapat melontarkan energi hingga1023 erg.Salah satu dampak flare terhadapatmosfer Bumi adalah radiasiyang dapat menyebabkanatmosfer atas Bumi terionisasidan mengembang sehinggamengganggu komunikasi radioyang memanfaatkan lapisanionosfer Bumi. Oleh karena itu,prakiraan flare Matahari sangatpenting untuk peringatan dinicuaca antariksa.Daerah aktif yang sering diamatisebagai grup bintik Mataharitelah lama dipelajari terkaitpotensinya dalam menghasilkanflare Matahari. Berdasarkankompleksitas magnetnya, bintikMatahari dibagi menjadi delapanTabel 1: Klasifikasi flare Matahari berda-sarkan fluks puncak pada panjang gelom-bang sinar-X 1-8 Å.

Kelas Intensitas Puncak[W/m2]B 10−7 ≤ I < 10−6C 10−6 ≤ I < 10−5M 10−5 ≤ I < 10−4X 10−4 ≤ I

kelas, yaitu α,β, γ,βδ,βγδ, dan γδ[1,2]. Klasifikasi ini dikenal sebagaiklasifikasi Hale atau klasifikasiMount Wilson. Daerah aktifdengan kompleksitas magnetlebih tinggi dan luas bintik lebihbesar menghasilkan flare yanglebih kuat [3]. Berdasarkanbentangan grup bintik, jenispenumbra bintik utama, dandistribusi bintik, McIntosh [4]mengklasifikasikan grup bintikMatahari menjadi 60 kelas.Daerah aktif dengan kelasMcIntosh lebih tinggi (bentanganlebih lebar dengan penumbralebih besar dan asimetris, danmemiliki lebih banyak bintik)menghasilkan lebih banyak flare[4,5,6].Pada tahun 2009, LAPAN mulaimengembangkan sebuahperangkat lunak untukmemprakirakan kejadian flaresinar-X untuk 24 jam ke depanberdasarkan parameter fisisbintik Matahari dalam 24 jamterakhir. Perangkat lunak inidibangun menggunakan metode

machine learning denganalgoritma jaringan saraf tiruanpropagasi mundur(Backpropagation NeuralNetwork/BNN). Arsitektur BNNsecara umum terdiri dari tigalapisan (layer), yaitu input layer,hidden layer, dan output layer.Tiap lapisan dapat berisi satuatau lebih neuron dengan tiapneuron dikaitkan dengan nilaibobot dan fungsi aktivasitertentu. Dengan menggunakandata daerah aktif dan flare sinar-Xtahun 2000-2003 sebagai datalatih dan tahun 1990-1995sebagai data uji, diperoleh nilaibobot dan bias untuk tiap lapisanpada konfigurasi jaringan saraftiruan terbaik dengan galatterkecil. Nilai bobot dan biasinilah yang digunakan untukmembangun perangkat lunakprediksi flare sinar-X yangkemudian diberi nama SOLARe(Solar Flare Prediction[7]).SOLARe dirancang menggunakanbahasa pemrograman BorlandDelphi berbasis BNN. Fungsi

RISET

6 Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019

Gambar 2: Antarmuka perangkat lunak prediksi flare sinar-X berbasis BNN, SOLARe.

Gambar 3: Ilustrasi skemabakcpropagation neuralnetwork (BNN) yang terdiriatas beberapa neuron yangditempatkan pada tigalapisan.(Sumber:doi.org/10.1155/2009/474125)

Gambar 4:Ilustrasialgoritma randomforest (RF) yangterdiri atassejumlah pohondengandedaunan disetiap pohon[9].

prediksi SOLARe menggunakanproses feed forward dari BNNdengan persamaanzinj = b1j +

n∑i=1

xivijdan fungsi aktivasi

zj = f(zinj)dengan b1j adalah bias, vij adalahbobot, xi adalah input, zinj adalahfungsi aktivasi, dan zj adalahinput.Antarmuka perangkat lunakterdiri atas jendela input, jendelaeksekusi, dan jendela output(Gambar 2). Pada jendela inputterdapat lima masukan yangharus diisi, yaitu CV McIntosh,bilangan bintik Matahari harian,luas grup bintik per sejutabelahan Matahari, serta posisiheliografis grup bintik Matahari(utara/selatan dan timur/barat).Jendela eksekusi terdiri atasempat tombol, yaitu Reset yangberfungsi untuk memulai prosesprediksi ulang dengan data baru,Predict yang berfungsi untukproses prediksi, CV McIntoshyang berisi tabel konversiklasifikasi McIntosh ke dalamangka, dan About yang berisipenjelasan singkat mengenai

perangkat lunak ini. Pada jendelaoutput akan ditampilkanprobabilitas kejadian tiap kelasflare sinar-X untuk 24 jam kedepan, dinyatakan dalam persen.SOLARe menghasilkan prediksiflare sinar-X dengan akurasimaksimum sekitar 75%.Perangkat lunak ini telahdigunakan untuk menunjangkegiatan prakiraan cuaca

antariksa harian di LAPANbernama SWIFtS (Space WeatherInformation and PredictionServices [8]) yang telah beroperasisejak Maret 2015.Pada tahun 2018 telahdikembangkan perangkat lunakuntuk memprakirakan flaresinar-X yang dihasilkan suatudaerah aktif untuk 24 jam kedepan berdasarkan klasifikasiMcIntosh dan Hale, danparameter fisik lain dari grupbintik Matahari selama tiga harimenjelang peristiwa flare.Perangkat lunak ini dibangunmenggunakan algoritma randomforest (RF) dan dikembangkanuntuk mendukung kegiatanSWIFtS dengan meningkatkanakurasi prakiraan flare.Algoritma RF merupakansekumpulan keputusan pohonbiner yang dari masing-masingpohon tersebut akan dipilih danmenghasilkan prediksi akhir.Koehrsen[9] mengilustrasikanalgoritma RF seperti pada

RISET

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 7

Gambar 5: Antarmuka perangkat lunak prediksi flare sinar-X berbasis RF.Gambar 4. Pohon individuditunjukkan sebagai Tree-1hingga Tree-n dengansimpul-simpul yang disebut daunpada tiap pohon. Pohon di siniadalah pohon keputusan yangdipilih secara acak, sedangkandaun adalah kriteria yang harusdipenuhi dalam menghasilkansebuah prediksi. Hasil akhir dariprediksi adalah keputusankolektif (wisdom of the crowd)dari daun-daun terakhir di tiappohon.Untuk mendapatkan modelprakiraan flare yang optimal, telahdicoba berbagai konfigurasipohon dan daun dalam RFmenggunakan data daerah aktifdan flare sinar-X selama Januari1998-Juni 2018 denganperbandingan data latih terhadapdata uji sebesar 7:3. Konfigurasiyang diambil adalah konfigurasiterbaik dengan akurasi ≥ 70%.Algoritma RF dapatmemprakirakan kondisi tenang(flare < kelas C) dan flare kelas Xdengan cukup baik, denganakurasi masing-masing sekitar75% dan 80%. Hal inimenunjukkan adanyapeningkatan akurasi jikadibandingkan dengan akurasiyang dicapai oleh SOLARe.

Sementara itu, prakiraan flarekelas C dan M masih perluditingkatkan lagi karenaakurasinya hanya sekitar 40-45%.Prakiraan flare berbasis RF inidirancang menggunakan bahasapemrograman Python.Antarmuka perangkat lunakterdiri atas jendela input, jendelaeksekusi, dan jendela output.Jendela input terdiri dari tigakolom (untuk data 3, 2, dan 1 hariterakhir) yang masing-masingterdiri dari lima masukan yangharus diisi, yaitu posisi heliografisgrup bintik (utara/selatan dantimur/barat), luas area grup bintikper sejuta belahan Matahari,jumlah bintik di dalam grup, danCV McIntosh, serta pilihan kelasHale. Untuk jendela eksekusiterdiri atas empat tombol, yaituAbout yang berisi penjelasansingkat mengenai perangkatlunak ini, CV McIntosh yang berisitabel konversi klasifikasiMcIntosh ke dalam angka,Predict yang berfungsi untukproses prediksi, dan Reset yangberfungsi untuk memulai prosesprediksi ulang dengan data baru.Pada jendela output akanditampilkan prakiraan kelas flareterkuat untuk 24 jam ke depan.Saat ini masih dilakukan

pengembangan prakiraan flaresinar-X untuk meningkatkanakurasi khususnya untukprakiraan flare kelas C dan M,salah satunya adalah denganmempertimbangkan fiturnon-potensial medan magnetdaerah aktif menjelang terjadinyaflare. Pengembangan inidiharapkan dapat menghasilkanprakiraan flare sinar-X yangakurat untuk mendukungkegiatan SWIFtS dalammelakukan prakiraan cuacaantariksa di LAPAN. �

Rujukan[1] Hale, G. E., F. Ellerman, S. B. Nicholson,dan A. H. Joy, 1919, The AstrophysicalJournal, 49, 153[2] Kunzel, H., 1960, AstronomischeNachrichten, 285, 271[3] Sammis, I., F. Tang, dan H. Zirin, 2000,The Astrophysical Journal, 540, 583[4] McIntosh, P. S., 1990, Solar Physics, 125,251[5] Bornmann, P. L. dan D. Shaw, 1994, SolarPhysics, 150, 127[6] Norquist, D. C., 2011, Solar Physics, 269,111[7] Dani, T., 2016, SWIFtS Space WeatherInformation and Forecast Services, PusatSains Antariksa[8] Dani, T., J. T. Nugroho, E. S. Mumpuni,dan N. Suryana, 2010, Proceeding ofEarth and Space Sciences Conference[9] Koehrsen, W., 2017, https://medium.com/@williamkoehrsen/random-forest-simple-explanation-377895a60d2ddiakses 4 Juni 2018

RISET

8 Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019

ASTRONOMIPengamatan Kualitas Langit Malam

Gambar 1:Atas: Peta sebaran lokasi pengukuran kecerlangan langit malam di seantero negeri,yakni Agam (AGM), Bandung (BDG), Sumedang (SMD), Subang (SBG), Garut (GRT),Pontianak (PTK), Pasuruan (PSR), dan Biak (BIK). Data dari Pare-pare (PAR) danTilong (TIL) belum tersedia hingga Juni 2019.Bawah: Citra malam hari di sekitar lokasi pengamatan, diambil dengan DMSP. Kotabesar tampak sangat terang.

OlehA.G. AdmirantoPussainsa LAPANLangit malam yang gelap selalumenjadi idaman para astronom.Akan tetapi, sekarang ini makindisadari bahwa langit malammenjadi makin terang karenapenyinaran yang datang daricahaya kota. Langit malam yangterang juga tidak hanyamengganggu kegiatan paraastronom dalam kegiatan merekamengamati benda-benda langit,tetapi juga berdampak burukpada kehidupan binatang malamdan kesehatan manusia. Olehsebab itu, banyak pihak inginmelakukan mitigasi masalah inidan salah satu caranya adalahmelakukan pengukurankecerlangan langit malamsehingga informasi tentangdaerah-daerah mana saja yangmalamnya masih gelap bisadiperoleh.Dalam kaitan ini, Pusat SainsAntariksa sudah melakukanpengamatan kualitas langitmalam dengan menggunakanperalatan Sky Quality Meter(SQM). Peralatan ini dipasang dibalai-balai milik LAPAN, yaituBalai Pengamatan Antariksa danAtmosfer (BPAA) Agam, BPAAPontianak, BPAA Sumedang,Balai Uji Teknologi danPengamatan Antariksa danAtmosfer (BUTPAA) Garut, BPAAPasuruan, Balai Kendali Satelit,Pengamatan Antariksa danAtmosfer, dan Penginderaan JauhBiak, Pusat Sains Antariksa diBandung, serta lokasi tambahandi Subang.Adapun peralatan yang dipakaiadalah SQM LU-DL yang memiliki

data logger sehingga prosesperekaman dan penyimpananbisa diatur dan bisa dikirimkan kesatu server penyimpanan datasecara berkala. Peralatan datapengamatan langit malam inidiatur untuk melakukanperekaman secara kontinyu(setiap menit) sehingga datayang direkam cukup banyak danbisa mencatat kecenderungankondisi langit dalam kurun waktuyang cukup panjang dan dalamberbagai kondisi (malam cerahtak berawan, malam berawan,

malam yang disinari cahayaBulan, dan malam tanpa adacahaya Bulan). Kegiatanpengamatan langit ini termasukkegiatan yang baru dilakukan olehpara peneliti LAPAN sehingga adabanyak pengalaman baru yangmenarik yang dialami parapeneliti dan pembantu penelitiseperti kegiatan pengamatankualitas langit malam secarabergerak menggunakan mobilyang berjalan pada rute tertentu.

RISET

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 9

Gambar 2: Diagram distribusi data hasilpengukuran kecerlangan langit (skybrightness) bulan April-Juni 2018 di 8lokasi. Diagram warna kuning dibangundari data yang diambil saat Bulan padafase awal atau akhir. Nilai kecerlanganlangit pada puncak distribusi dirangkumpada Tabel 1.

Hasil pengamatan darimasing-masing lokasi inikemudian dikirimkan ke sebuahserver yang terdapat di kantorPusat Sains Antariksa, diBandung, untuk kemudian dibuatanalisis tentang kondisi langitsetiap balai dalam satu kurunwaktu tertentu.Hasil analisis menunjukkanbahwa ada tempat yang masihbaik kondisi langitnya, dalam artilangit malam belum banyakmengalami polusi, tetapi ada jugayang sudah cukup banyakterpolusi sehingga pengamatanlangit malam menjadi sulitdilakukan, terutama untukpengamatan pada benda-bendalangit yang lemah pancarancahayanya. Lokasi yang masihbagus kondisi langitnya misalnyaadalah BPAA Sumedang danBUTPAA Garut, sedangkan yangsudah terpolusi antara lain adalah

Pusat Sains Antariksa, dan BPAAPasuruan. Tabel 1 merangkumkondisi langit untuk beberapalokasi yang sudah diamati.Pengamatan langit yang sudahdilakukan ini memberikaninformasi yang cukup lengkaptentang kondisi langit malampada beberapa tempat diIndonesia. Hal ini bisamemberikan informasi secaragaris besar tentang kondisi polusicahaya di Indonesia. Kegiatan iniakan dilanjutkan untukmendapatkan informasi yanglebih teliti tentang kondisi polusicahaya di Indonesia. Hal inidilakukan dengan memanfaatkandata pengamatan satelit yangakan digabungkan dengan datapengamatan SQM. Dengandemikian, diharapkan peta polusicahaya di Indonesia semakinlengkap dan dapat memberikaninformasi yang lebih lengkap pula

Tabel 1: Data pengamatan di beberapalokasi yang menunjukkan kualitas langitmalam bulan April-Juni 2018.Kecerlangan langit (µ) dinyatakan dalammagnitude per square arcsecond (mpsas)yang bernilai lebih besar untuk langityang lebih gelap.Lokasi #Data µ[malam] [mpsas]Agam 29 21,0Bandung 50 16.9Biak 42 19,7Garut 61 20,7Pasuruan 69 16,9Pontianak 39 18,1Sumedang 67 20,2Subang 53 18,3

kepada para peneliti danpengambil keputusan dalamrangka melakukan mitigasi polusicahaya di Indonesia. �

RISET

10 Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019

sumber: spaceweathergallery.com © A. Kuznetsov

CUACA ANTARIKSARespon Termosfer-Ionosfer Akibat Badai MagnetOlehL.M. Musafar | Pussainsa LAPAN

B adai magnet ditimbulkanoleh datangnya awan plasmapanas yang berasal dari Mataharike lingkungan Bumi. Awanplasma panas tersebut, misalnyadapat berupa partikel-partikel darilontaran massa korona (CoronalMass Ejection/CME). Angin Suryamembawa sejumlah energi danmomentum, yang dapatmencapai energi tinggi. Sejumlahenergi tersebut ditranspor kedalam lingkungan antariksa danatmosfer Bumi melalui berbagaiproses fisis. Magnetosfermenyaring energi angin surya,dan memodulasi elektrodinamikaserta energi dan momentumpartikel yang akan tertimbun diatmosfer atas. Peristiwa transfermomentum dan energi ini dapatmempengaruhi temperatur, anginnetral, komposisi partikel netral

maupun plasma serta sifat-sifatelektrodinamika di daerahatmosfer atas.Peristiwa badai magnet padaumumnya diikuti olehpeningkatan aktivitas substorm.Selama berlangsungnya badaimagnet atau substormmagnetosferik, partikel-partikelbermuatan terinjeksi ke dalamlingkungan magnetosfer Bumi.Partikel-partikel tersebutselanjutnya terjebak dalammedan magnet Bumi danbergerak bolak-balik dari satubelahan Bumi menuju belahanBumi lainnya. Gerak bolak-balikini ditentukan oleh lokasi titikpantul magnetik dari partikeltersebut. Ketika lokasi titik pantultersebut berada pada ketinggianionosferik/atmosferik makapartikel tersebut akanbertumbukan dengan partikelionosferik/atmosferik. Terjadinyapertukaran momentum antara

dua partikel yang salingbertumbukan tersebutmengkibatkan partikelmagnetosferik tidak lagi kembalimenuju magnetosfer namunterserap dalam ionosfer Bumi.Proses tumbukan tersebut jugamengakibatkan terjadinyaenergisasi partikel-partikelionosferik.Partikel yang terinjeksi inimembawa sejumlah energi danmomentum dan jumlah tersebutmengalami peningkatan selamabadai magnet atau substormmagnetosfer. Energi yangbersumber dari daerahmagnetosfer ini sangat besar.Akan tetapi, hingga saat ini belumada cara untuk menghitung ataumengukur berapa banyak energiyang terkandung dalammagnetosfer.Yang dapat dilakukan saat iniadalah mengukur responatmosferik terhadap badai

ULASAN

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 11

magnet. Pengukuran tersebutdapat dilakukan menggunakansatelit dengan Low Earth Orbit(LEO). Konsekuensi dari injeksienergi dan partikel magnetosferikke atmosfer atas adalahterjadinya proses ekspansi termaldan peningkatan kerapatanatmosferik. Secara fisis,peningkatan kerapatan dapatmenjadi tanda adanya peristiwaekspansi termal. Oleh karena itu,pengukuran kerapatan partikelpada ketinggian atmosfer atasdapat menjadi acuan bagiestimasi jumlah injeksi energimagnetosferik menuju atmosferatas. Selain itu, proses injeksienergi menuju atmosfer atasdapat diamati melalui jumlahpendinginan molekul netral,misalnya pendinginan nitrogenmono oksida (NO). Selamaaktivitas geomagnet tenang,jumlah energi partikel yangtertimbun pada zona auroramencapai 10-20 gigawatt,sedangkan pada selama badaimagnet dapat mencapai 200gigawatt pada kutub di keduabelahan Bumi.Ada mekanisme lain yangdominan dalam proses injeksienergi, yaitu proses pemanasanJoule atau pemanasan friksional.Proses ini dapat menghasilkanenergi dalam jumlah lebih dari1000 gigawatt pada keduabelahan Bumi. Total energi yangdihasilkan dalam semua prosestersebut mencapai 2-3 terawatt.Jumlah energi ini sangat besardibandingkan daya yangdihasilkan oleh radiasi Matahari,termasuk pemanasan akibat flarebesar. Jumlah energi inputsebesar ini dapat terjadi selamabadai magnet. Selain pemanasanJoule, energi kinetik partikelmagnetosfer dapat juga terinjeksimelalui aksi gaya ~J × ~B atau iondrag. Jumlah injeksi energi terkait

ion drag adalah 10-15% dari totalpemanasan Joule. Energi kinetikmengalami disipasi terhadapwaktu akibat viskositas dan iondrag yang mengkonversi energikinetik energi termal internal darigas netral.Pada sisi lain, terdapat konveksimedan listrik pada daerah lintangtinggi yang juga membawa energimagnetosferik. Peristiwakonveksi ini digerakkan olehparameter angin surya danmedan magnet antarplanet sertapola presipitasi aurora. Efek dariproses ini mirip denganpeningkatan kerapatanatmosferik yang timbul akibatpemanasan Joule danpemanasan partikel aurora.Jika peningkatan kerapatan dapatmenjadi indikator bagi prosesinjeksi energi, maka sebaliknya,proses pemulihan kerapatan gasnetral yang berlangsung cepatdapat menjadi tolok ukur bagiproses thermal loss. Salah satudari proses thermal loss diatmosfer atas adalah konduksitermal dalam arah vertikal darimenuju atmosfer bawah yangtemperaturnya lebih rendah. Adapula proses lain yang memilikikebergantungan terhadap waktuyang dikenal dengan pendinginanradiatif inframerah oleh molekulNO. Hal ini dapat terjadi karena(a) efek presipitasi partikelselama badai magnet di zonaaurora mengakibatkanpeningkatan produksi NO melaluiproses disosiasi dan ionisasinitrogen molekular dan (b) efekrelaksasi vibrasional atom Odalam NO yang dapat tereksitasiakibat perubahan temperatur.Telah lazim diketahui bahwakemunculan aurora merupakanmanisfestasi visual dari sebuahbadai magnet. Akan tetapi,jumlah energi dalam presipitasi

aurora hanya sekitar 20% darifluks energi selama badai magnetyang terinjeksi menuju ionosfermaupun atmosfer atas.Walaupun jumlah energi dalampresipitasi aurora tidak dominannamun ionisasi atmosfer zonaaurora berperan penting dalamproses transfer energielektromagnetik. Prosespresipitasi ini menjadi efektifapabila terjadi peningkatankerapatan plasma lapisan Eionosfer yang mengakibatkanterjadinya peningkatankonduktivitas dan disipasi Jouleakibat arus listrik yang mengalirdi zona aurora. Energi yangdihasilkan dalam jauh lebih besardibandingkan energi yang dibawa oleh partikel pada daerahtersebut.Gerak ion drift di atmosfer atasberlangsung cukup lambatkarena seringnya terjadi peristiwatumbukan pada daerah tersebut.Selama badai magnet yangdiakibatkan CME, kecepatan iondrift mengalami peningkatanbesar hingga mencapai ribuanmeter/detik pada ketinggianpuncak lapisan F. Pada daerahlintang tinggi, ini terjadi karenaplasma ionosferik secaralangsung memberi responterhadap medan listrikmagnetosfer. Selain itu, selamabadai magnet juga terjadi deplesibesar pada kerapatan plasmamengalami deplesi cukup besar,padahal pada saat yang samajuga terjadi peningkatan ionisasidi zona aurora. Deplesi inidiakibatkan perubahan komposisipartikel netral akibat pemanasanJoule. Gerak up-wellingmengakibatkan peningkatan jenismolekul netral yangmenggambarkan terjadinyapeningkatan jumlah losspartikel-partikel ionosferik.Kecepatan angin netral di lintang

ULASAN

12 Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019

fineartamerica.com

tinggi mengalami peningkatanterhadap peningkatan konveksimagnetosferik, padahal peristiwatumbukan jarang terjadi. Jadi,harus ada sumber momentumuntuk mengakibatkanpeningkatan kecepatan anginnetral. Pada belahan Bumiselatan ada dua vorteks anginnetral. Salah satu dari vortekstersebut sangat kuat pada sektorsenja yang berlawanan arahjarum jam atau anti siklon.Vorteks ini beresonansi inersiadengan konveksi ion dan partikelnetral sehingga peningkatanpemanasan Joule mengakibatkanterjadinya peningkatantemperatur pada daerah ini.Vorteks lainnya adalah vortekssiklon pada sektor fajar. Vorteksini bersifat lebih lemah dan tidakberesonansi dengan gerakplasma. Vorteks sektor fajarselalu divergen dan membentukdaerah dingin berkerapatanrendah selama terjadinyapemanasan Joule.Di daerah ionosfer bagian bawah,tumbukan antara molekul netraldan ion lebih sering terjadi. Gayainersia komponen netralatmosferik bersifat lebih masifdibandingkan gaya kolisionalyang mengalami peningkatan.Efek gerak ion nyaris tidak terlihatpada ketinggian ini. Kecepatanangin pada ketinggian ini lebihkecil dibandungkan daerah diatasnya. Daerah ionosfer bagianbawah merupakan daerahdimana difusi eddy bercampurdan meredam angin netral, dan ditermosfer bawah proses difusimolekuler berlangsung lambatkarena memiliki kerapatan lebihlebih tinggi. Akibatnya,momentum angin netralterdisipasi lambat. Akan tetapi,selama badai magnet, kecepatanangin dapat mengalamipeningkatan yang dapat melebihidrift ion. Peningkatan ini dapat

terkait dengan peningkatanmedan listrik selama badaimagnet. Peningkatan kecepatanangin dan konduktivitasmenghasilkan aksi dinamo yangdapat menggerakkan gayaelektromagnetik atau fluksPoynting dari termosfer bawah kemenuju magnetosfer. Akan tetapi,total daya yang dihasilkan cukupkecil dibandingkan fluks yangdibangkitkan oleh angin suryaselama fasa badai magnetsehingga dampak aksi dinamo initerhadap magnetosfer cukupkecil.Perubahan dinamis selama badaimagnet juga menimbulkansejumlah proses fisis di atmosferatas. Peningkatan angin meridiandi lintang tengah mendorongplasma ke arah sejajar medanmagnet menuju daerah dengankomposisi partikel netralberbeda. Selain itu, sirkulasiglobal juga membawamolekul-molekul dari termosferbawah ke arah atas dan arahekuator. Akibatnya, terjadiperubahan rasio jumlah atomnetral terhadap molekular netral,dan juga mengakibatkanperubahan laju loss ionosfer.Proses fisis terkait perubahankomposisi ini mirip denganproses dalam sirkulasi musimanantarhemisfer yang menciptakanstruktur komposisi global. Sistemangin yang terjadi selama badaimagnet juga menimbulkangangguan dinamo dan melaluiproses transpor plasmadisturbansi ini dapatmemodifikasi kekuatan dan

lokasi equatorial ionosphericanomaly (EIA).Aspek lain dari efek badai magnetterhadap dinamika globalatmosfer atas terkait denganpemanasan di lintang tinggi.Termosfer diketahui sebagaimedium yang cukup lembam.Akan tetapi medium tersebutdapat mendukung terciptanyagelombang gravitasi skala besar.Gelombang skala besar inimemiliki kecepatan tinggisehingga dapat menyebar secaraglobal dalam waktu cukupsingkat. Munculnya gelombangskala besar tersebut dapatdiawali oleh adanya paksaanimpulsif yang berasal dari lintangtinggi yang kemungkinandiakibatkan oleh pemanasan dilintang aurora. Gelombang inimenghasilkan mekanisme yangmampu untuk mentransmisi efekdari perubahan tekanan keseluruh belahan Bumi.Tulisan ini hanya membahassebagian kecil dari fenomenaatau proses termosferik danionosferik yang dipengaruhi badaimagnet. Masih fenomena lainnya,seperti respon komposisi partikelnetral penyusun atmosferik danionosferik serta responelektrodinamika dan plasma yangterkait denganfenomena-fenomena menarik diionosfer seperti terciptanyacomposition bulge dan SED(storm-enhanced density) yangberkaitan dengan SAPS(sub-auroral polarization stream).

ULASAN

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 13

sumber: solarsystem.nasa.gov Potret permukaan VestaTATA SURYAMenjajaki 4 VestaOlehA. Nazli | Prodi Astronomi ITB

P erkembangan zamanselalu bersinergi denganperkembangan ilmukeantariksaan. Dalamperkembangannya, institusiantariksa meluncurkan berbagaimisi untuk bisa menjawabpersoalan luar angkasa. Salahsatunya adalah penemuanidentitas benda langit melaluimisi Dawn yang diluncurkanNASA pada tahun 2007. Padamisi ini, Chris Russell bersamatimnya melakukan studi geofisika,mineralogi, dan geokimia dari duaobjek terbesar di sabuk asteroid,yaitu Vesta dan Ceres. Misi inidiciptakan untuk mencari tahukondisi dan proses yang dialamiTata Surya pada awalpembentukan dengan

mempelajari dua protoplanetyang masih utuh sejakpembentukan, yaitu Ceres danVesta. Dawn mengorbit danmelakukan eksplorasipertamanya menuju Vesta. Dawnmengorbit Vesta lebih dari satutahun, yaitu sejak Juli 2011 hinggaSeptember 2012.Vesta merupakan objek di sabukutama asteroid yang memilikiarea basal, artinya permukaanVesta pernah dilalui oleh aliranlava. Ini menjadi hal yang unik,pasalnya, asteroid padaumumnya tergolong dingin danhanya terdiri dari pecahanbatuan. Namun, ternyata Vestapernah memiliki interior cairseperti halnya Bumi.Uniknya lagi, Vesta memilikikomponen mantel, kerak, dan intiseperti halnya Bumi. Tidakseperti asteroid pada umumnya,

bagian dalam Vesta lebih miripdengan planet berbatu yangmemiliki kerak hasil pendinginanlava yang meliputi mantel berbatudan inti, besi dan nikel. Hal ini lahyang menjadi alasan sebagianpeneliti menyebutnya sebagaiprotoplanet ketimbang asteroid.Kerak yang menjadi komponenVesta terbentuk dari hasil letusangunung berapi. Lava hasil letusanmengalir dan mengalamipendinginan sehinggamembentuk lapisan kerak,sedangkan inti dan mantelterbentuk akibat prosesdiferensiasi. Karena komposisifisik atau kimianya Vestaterbentuk dari berbagai lapisan.Material padat (massa jenistinggi), seperti besi dan nikel,terkonsentrasi menuju pusat,sedangkan yang lebih ringanmenuju permukaan.

ULASAN

14 Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019

Citra asteroid4 Vesta yang diambiloleh wahanaantariksa Dawn. solarsystem.nasa.gov

Struktur bagiandalam asteroidVesta. solarsystem.nasa.gov

IntiMantel

Kerak

Vesta memiliki gunung mencapai20 km atau hampir menyaingiOlympus Mons di Mars yangmerupakan gunung berapiterbesar di Tata Surya denganketinggian ketinggian 24 km diatas permukaan Mars. Selain itu,Vesta juga mempunyai kawahdengan diameter rata-rata 460km. Kawah ini pertama kaliditemukan pada tahun 1966melalui pemetaan topografi olehteleskop Hubble. Kawah yangberada di permukaan bagianselatan ini dipercaya sebagaihasil tumbukan benda langit padamasa lalu. Material yang terlontardari hasil tumbukan ini berupaVestoid serta beberapa meteorityang berhasil sampai ke Bumi.Jenis batuan yang terlontar dariVesta dan kemudian sampai keBumi adalah Howardite, Eucrite,dan Diogenite (HED). HEDkemudian dijadikan sebagaibahan bagi para saintis untukmempelajari awal pembentukanVesta.Nama 4 Vesta diambil dari namadewi perapian bangsa Romawi,yaitu Vesta, sedangkan nomor 4menunjukkan dirinya sebagaiasteroid keempat yang berhasilditemukan. Vesta mendudukiperingkat kedua sebagai asteroidterbesar setelah Ceres. MassaVesta adalah 9% dari total massa

asteroid di sabuk utama. Asteroidyang tidak memiliki atmosfer inididaulat sebagai asteroid palingterang. Karena kelebihannyatersebut, Vesta bisa dilihat padamalam hari dengan mata dankondisi langit bebas polusicahaya. Vesta dapat dilihat saatoposisi, yaitu ketika Vesta beradapada arah sebaliknya dariMatahari jika dilihat dari Bumi.Permukaan Vesta memilikibagian gelap dan terang sepertihalnya Bulan. Hal ini disebabkanoleh 300 asteroid yangmenumbuk Vesta sekitar 3,5miliar tahun yang lalu danberhasil meninggalkan bekaskawah-kawah kecil.Meskipun sudah ditemukan sejaktahun 1807 oleh Heinrich Wilhem,

banyak hal tentang Vesta yangsempat menjadi perdebatanbeberapa tahun lalu. Contohnyasaja, tentang klasifikasi Vesta.Dengan karakter Vesta yang unik,banyak yang menyangka Vestamerupakan planet. Sepertidisinggung di awal, sebagiansaintis menyebutkan Vesta lebihcocok diklasifikasikan sebagaiprotoplanet ketimbang sebuahasteroid. Mereka adalah parasaintis Dawn. Para saintistersebut menyebut Vesta sebagaiprotoplanet karena merupakanbenda padat dan berlapis yangmengorbit Matahari, tetapi, entahbagaimana, tidak pernahsepenuhnya berkembang. Dalamsejarah awal Tata Surya,benda-benda langit akan menjadiplanet ketika menyatu denganbenda-benda seukuran Vesta.Namun, Vesta tidak pernahmenemukan benda-bendatersebut untuk dapat menyatu. Inimungkin ada hubungannyadengan kehadiran Jupiter.Gravitasi Jupiter menggangguorbit benda langit yangseharusnya menyatu denganVesta. Namun, saat ini Vestasecara resmi sudah dikategorikansebagai planet minor. Ini adalahkategori bagi benda langit yangmengorbit Matahari, tetapi bukankomet maupun planet. �

ULASAN

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 15

MANAJEMEN DATAMetode Data Warehouse

Skema data warehouse yang terdiri atasbeberapa komponen yang saling berkaitan.

datawarehouse4u.info

OlehS. Maryam | Pussainsa LAPAN

P esatnya perkembanganteknologi informasi telahmemberikan perubahanmendasar dalam struktur,operasi, dan manajemen padasebuah organisasi. Datawarehouse adalah suatu konsepdan kombinasi teknologi yangmemfasilitasi organisasi untukmengelola dan memelihara datahistoris yang diperoleh darisistem atau aplikasi operasional.Pemakaian teknologi datawarehouse hampir dibutuhkanoleh semua organisasi. Datawarehouse memungkinkanintegrasi berbagai macam jenisdata dari berbagai aplikasi atausistem. Data warehousemenjamin mekanisme akses satupintu bagi pengelola untukmemperoleh informasi, danmenganalisisnya untukpengambilan keputusan.Data, Informasi, dan BasisDataData adalah fakta, gambar atausuara yang mungkin atau tidakberhubungan atau berguna bagitugas tertentu. Data terdiri darifakta-fakta dan angka yangsecara relatif tidak berarti bagipemakai. Sedangkan informasiadalah data yang sudah diprosesatau data yang memiliki arti.Disini kita dapat melihat bahwadata merupakan suatu bentukketerangan-keterangan yangbelum diolah atau dimanipulasisehingga belum begitu berartibagi sebagian pemakai.Sedangkan informasi merupakandata yang sudah diolah sehinggamemiliki arti.Sementara itu, basis data adalah

kumpulan data yang salingberhubungan yang disimpansecara bersama sedemikian rupadan tanpa pengulangan(redundansi) yang tidak perlu,untuk memenuhi berbagaikebutuhan. Basis datamerupakan tempat penyimpanandata yang saling berhubungansecara logika, sehingga bisadigunakan untuk mendapatkansuatu informasi yang diperlukanoleh suatu organisasi atauperusahaan. Sedangkan datayang diperoleh suatu organisasiatau perusahaan umumnyadidapat dari kegiatan operasionalsehari-hari atau hasil daritransaksi. Dari perkembanganmodel basis data, kemudianmuncul yang disebut dengan datawarehouse.Pengertian Data WarehouseData warehouse adalah koleksidata yang mempunyai sifatberorientasi pada subjek,terintegrasi, time-variant, danbersifat tetap dari koleksi datadalam mendukung prosespengambilan keputusanmanagemen. Menurut Poe[5],data warehouse merupakan basis

data yang bersifat analisis danread only yang digunakan sebagaipondasi dari sistem penunjangkeputusan. Jadi data warehousemerupakan metode dalamperancangan basis data, yangmenunjang DSS (DecissionSupport System) dan EIS(Executive Information System).Dari definisi yang dijelaskan,dapat disimpulkan datawarehouse adalah basis datayang saling berinteraksi yangdapat digunakan untuk query dananalisis, bersifat orientasi subjek,terintegrasi, time-variant, tidakberubah yang digunakan untukmembantu para pengambilkeputusan.Peristilahan Pada DataWarehouseData Mart adalah suatu bagianpada data warehouse yangmendukung pembuatan laporandan analisis data pada suatu unit,bagian atau operasi pada suatuperusahaan.On-Line Analytical Processing(OLAP) merupakan suatu prosesbasis data yang menggunakantabel fakta dan dimensi untuk

ULASAN

16 Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019

Ilustrasi istilah-istilah data warehouse.

panoply.io/data-warehouse-guide

dapat menampilkan berbagaimacam bentuk laporan, analisis,dan query dari data yangberukuran besar.On-Line Transaction Processing(OLTP) adalah suatu prosespenyimpanan data mengenaikegiatan operasional transaksisehari-hari.Dimension Table adalah tabelyang berisikan kategori denganringkasan data mendetail yangdapat dilaporkan. Seperti laporanlaba pada tabel fakta dapatdilaporkan sebagai dimensiwaktu (yang berupa perbulan,perkuartal dan pertahun).Fact Table merupakan tabelyang umumnya mengandungangka dan data history dimanakey (kunci) yang dihasilkansangat unik, karena key tersebutterdiri dari foreign key (kunciasing) yang merupakan primarykey (kunci utama) dari beberapadimensi tabel yang berhubungan.DSS merupakan sistem yangmenyediakan informasi kepadapengguna yang menjelaskanbagaimana sistem ini dapatmenganalisis situasi danmendukung suatu keputusanyang baik.Karakteristik Data WarehouseData warehouse merupakansekumpulan data yang memilikikarakter berorientasi-subjek,

terintegrasi, rentang waktu,non-volatile (bersifat tetapselamanya), ringkas, tidakternormalisasi, serta data berasaldari berbagai sumber.Berorientasi subjek , artinya datawarehouse dirancang untukmenganalisis data berdasarkansubyek-subyek tertentu dalamorganisasi, bukan pada prosesatau fungsi aplikasi tertentu. Datawarehouse diorganisasikandisekitar subjek utama dari suatuorganisasi/ lembaga dan tidakdiorganisasikan pada areaaplikasi utama (pelayananpengguna). Hal ini disebabkanoleh kebutuhan data warehouseuntuk menyimpan data yangbersifat sebagai penunjang suatukeputusan, daripada berupaaplikasi yang berorientasi data.Jadi dengan kata lain, data yangdisimpan adalah berorientasikepada subjek bukan terhadapproses.Terintegrasi , artinya datawarehouse dapat menyimpandata yang berasal dari sumberterpisah kedalam suatu formatyang konsisten dan salingterintegrasi satu dengan lainnya.Data tidak bisa dipecah karenamerupakan suatu kesatuan yangmenunjang keseluruhan konsepdari data warehouse. Syaratintegrasi sumber data haruskonsisten dalam penamaan danukuran variabel, konsisten dalam

struktur pengkodean dan dalamatribut fisik. Contoh padalingkungan operasional terdapatberbagai macam aplikasi yangmungkin dibuat oleh developeryang berbeda. Oleh karena itu,mungkin dalam aplikasi tersebutada variabel yang memilikimaksud yang sama tetapi namadan formatnya berbeda. Variabeltersebut harus dikonversimenjadi nama yang sama danformat yang disepakati bersama.Dengan demikian tidak ada lagikerancuan karena perbedaannama dan format. Barulah datatersebut bisa dikategorikansebagai data yang terintegrasikarena kekonsistenannya.Rentang Waktu seluruh datapada data warehouse dapatdikatakan akurat atau valid padarentang waktu tertentu. Untukmelihat interval waktu yangdigunakan dalam mengukurkeakuratan suatu data warehousedapat digunakan cara yang palingsederhana, yaitu denganmenyajikan data warehouse padarentang waktu tertentu, misalnyaantara 5 sampai 10 tahun kedepan. Cara yang kedua, denganmenggunakan variasi perbedaanwaktu yang disajikan dalam datawarehouse secara implisit,eksplisit dan snapshot.Non-Volatile maksudnya datapada data warehouse tidakdiperbaharui secara real timetetapi diperbaharui dari sistemoperasional secara reguler. Datayang baru selalu ditambahkansebagai suplemen bagi basisdata itu sendiri sebagai sebuahperubahan. Basis data tersebutsecara kontinu menyerap databaru kemudian secara bertahapdisatukan dengan datasebelumnya. Berbeda denganbasis data operasional yangdapat melakukan pembaharuan,sisipan dan penghapusanterhadap data. Pada data

ULASAN

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 17

Arsitektur Data Warehouse Pusat Sains Antariksa yangmenampung data cuaca antariksa yang terdiri dari hasilpengamatan Matahari dan lingkungan antariksa,magnetosfer, dan ionosfer[5].

warehouse hanya ada duakegiatan memanipulasi data yaituloading data (mengambil data)dan akses data. Mengakses datawarehouse seperti melakukanquery atau menampilkan laporanyang dibutuhkan.Ringkas , data warehousemenyediakan ringkasan dataoperasional yang sederhana danmudah dipahami oleh pihakmanajemen.Tidak ternormalisasi , datadalam sebuah data warehousebiasanya tidak dinormalisasisehingga basis datanya sangatmemungkinkan terjadinyaredundansi.Data dari berbagai sumber , datayang diperoleh berasal dariberbagai sumber internal daneksternal.

Kegunaan Data WarehouseKegunaan data warehousemempermudah pembuatanaplikasi DSS (Decission SupportSystem) dan EIS (ExecutiveInformation System) untukkeperluan:Pembuatan laporan . Denganmenggunakan query sederhanadata untuk laporan harian,bulanan, tahunan atau jangkawaktu lain yang diinginkan dapatdiperoleh dengan mudah.On-Line Analytical Processing(OLAP), dengan adanya datawarehouse, pengguna akanmudah mendapatkan semuainformasi detail dan hasilringkasan yang dibutuhkan untukproses analisis. OLAPmemanfaatkan konsep datamultidimensi, memungkinkanpara pengguna menganalisis data

sampai mendetail tanpamengetikkan perintah SQL. Padakonsep multi dimensi, datadengan fakta yang sama dapatdilihat dengan menggunakanfungsi yang berbeda. Fasilitaslain yang terdapat pada OLAPadalah roll-up dan drill-down.Drill-down sendiri adalahkemampuan untuk melihat detaildari suatu informasi, sedangkanroll-up adalah kebalikannya.Proses informasi eksekutif ,data warehouse dapat membuatringkasan informasi pentinguntuk keputusan organisasi,tanpa harus menjelajahikeseluruhan data. Denganmenggunakan data warehouselaporan dapat diringkas ataudirinci secara lengkap, sehinggamempermudah prosespengambilan keputusan. �

ULASAN

18 Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019

Risalah TriwulanDesember 2018 – Januari 2019

Gambar 1: Citra Matahari pada jendela ultraviolet yang menunjukkan keberadaanlubang korona pada tanggal 28 Desember 2019 (kiri), 28 Januari 2019 (tengah),dan 28 Februari 2019 (kanan).

Gambar 2: Daerah aktif NOAA 12733 yang menghasilkan 5 flare kelas C pada26-30 Januari 2019 (kiri). Flare terkuat (C5.2) pada tanggal 30 Januari 2019 yangdideteksi pukul 05.56-06.16 UT, diamati oleh SDO/AIA pada panjang gelombang193 Å (kanan).

Cuaca AntariksaOlehNefliaPussainsa LAPANSelama periode Desember 2018hingga Februari 2019, kondisicuaca antariksa berada dalamkeadaan tenang denganbeberapa daerah aktif di Mataharidengan bintik yang berukurankecil dan sedang tanpa kejadianflare yang kuat. Selama periodeini hanya terjadi 5 kali flare kelasC, yaitu pada bulan Januari 2019.Sementara itu, lontaran massakorona (Coronal MassEjection/CME) yang berada diposisi geoefektif pada umumnyaberukuran kecil dan berlajurendah. Badai geomagnet lemahdan gangguan pada ionosfer jugaterjadi beberapa kali.Pada bulan Desember 2018,kondisi cuaca antariksaumumnya tenang. Hanyaterdapat 3 daerah aktif di awalbulan Desember (NOAA 12729,NOAA 12730, dan NOAA 12731)tanpa adanya peristiwa eruptif.Peningkatan aktivitas geomagnetpada bulan ini lebih banyakdisebabkan oleh lubang koronageoefektif seperti yang terjadipada tanggal 28 Desember 2019(Gambar 1). Badai geomagnetlemah yang terjadi di daerahlintang tinggi hingga menengahdan memiliki indeks Kp = 5 initerjadi akibat aliran plasmaMatahari yang mencapai laju 568km/detik.Di akhir Bulan Januari 2019, yaitutanggal 26, 29, dan 30 Januari2019, terjadi 5 kali flare kelas Cyang berasal dari daerah aktifNOAA 12733 (Gambar 2). Flare

terkuat terjadi pada tanggal 30Januari 2019 dengan klasifikasiC5.2. Selain itu, terdeteksi 4semburan tipe III dari daerah aktifyang sama. Selama periode initidak terdeteksi adanya CME yangsignifikan. Semua flare ini tidakmenimbulkan gangguangeomagnet walaupun terjadipeningkatan aktivitas geomagnetpada tanggal 31 Januari 2019.Flare ini juga tidak menimbulkangangguan di ionosfer walaupunterjadi penurunan nilai frekuensikritis lapisan F2 (foF2) padatanggal 31 Januari 2019.Selama bulan Februari 2019,pengamatan menunjukkanMatahari tanpa bintik dan tidakada peristiwa eruptif. KondisiMatahari tanpa bintik selama

sebulan penuh ini sangatlahjarang. Kondisi ini hanya pernahterjadi pada Bulan Agustus 2008.Pada saat itu, Matahari beradapada titik minimum terendah.Lubang korona banyak diamatiketika Matahari berada dalamkondisi tenang. PengamatanSDO/AIA pada panjanggelombang 193 Å tanggal 28Februari 2019 menunjukkanlubang korona geoefektif yangmeningkatkan aliran plasmaangin Matahari (Gambar 1).Kecepatan angin Matahari yangmencapai 581 km/detik inimeningkatkan kerapatan partikeldan mengakibatkan badaigeomagnet lemah dengan indeksDst minimum mencapai −40 nTdan indeks Kp = 5. Peningkatan

RISALAH TRIWULAN

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 19

Risalah TriwulanDesember 2018 – Januari 2019

Gambar 3: Citra komposit Matahari pada panjang gelombang 30,4 nanometeryang dipotret oleh Solar Dynamics Observatory (SDO). Sebanyak 30 citra yangdiambil sepanjang Desember 2018 hingga Februari 2019 menunjukkanrendahnya aktivitas Matahari kini.

aktivitas geomagnet inimenghasilkan aurora yang dapatdilihat di wilayah lintang tinggi.

Aktivitas MatahariOlehR. PriyatikantoPussainsa LAPANMatahari merupakan bintangbermassa kecil yang memilikilapisan konvektif di bawahpermukaannya. Lapisan setebal200.000 kilometer ini menjadimedia transfer energi yang diikutidengan perpindahan danpergolakan materi. Pergolakaninilah yang menjadi akar darimedan magnet di atmosferMatahari serta aktivitas yangberulang sekitar sebelas tahunsekali.

Saat ini, Matahari berada padafase minimum dari siklusaktivitas nomor 25 yang telahberlangsung sejak tahun 2008.Fase minimum ini ditandaidengan beberapa indikator.Pertama, hampir tidak ada bintikMatahari yang muncul di fotosfer.Selama tiga bulan terakhir(Desember 2018 hingga Februari2019), tercatat hanya 5 gerombolbintik Matahari yang tampak dipiringan Matahari. Kelimanyadicatat sebagai daerah aktifnomor 12729, 12730, . . . , 12733.Sepanjang bulan Februari 2019,Matahari justru tampak tanpabintik sama sekali.Kemunculan daerah aktif padabulan Desember dan Januarimendongkrak nilai bilangan bintikMatahari (sunspot number, SSN),tetapi hanya mencapai nilaimaksimum sebesar 27 pada

tanggal 26 Januari 2019. Padasaat itu, fluks radio 10,7 cmmencapai 77 sfu (solar flux unit).Sementara itu, fluks sinar-X latarbelakang yang diukur olehGeostationary OperationalEnvironmental Satellite (GOES)hanya mencapai level A5.9 atau5,9× 10−8 watt/meter2. Denganaktivitas rendah ini, hanya adasebuah flare lemah kelas B2.5yang teramati selama tiga bulanterakhir. Kondisi tanpa flare kuatberimbas pada rendahnya fluksproton energi tinggi di sekitarorbit Bumi. GOES merekam fluksproton dengan energi di atas 10MeV berada pada level 0,2partikel/cm2/detik/steradian.Kondisi tenang bagi satelitbuatan pengorbit Bumi.Indikator kedua adalahteramatinya lubang koronaberukuran besar di dekatkutub-kutub Matahari. Lubangkorona ini menjadi pintu bagipancaran angin Matahariberkecepatan tinggi yang dapatmemicu gangguan geomagnetlemah dan sedang di Bumi.Tidak banyak erupsi besar ataulontaran massa korona (CME)yang terjadi. Sistem deteksi CMEotomatis yang dikenal sebagaiCACTUS hanya mendeteksi 20kejadian CME yang berasal daridaerah di sekitar ekuatorMatahari. Kecepatan CME yangterdeteksi relatif rendah, yaknikurang dari 600 kilometer/detik.Beberapa parameter yangmengindikasikan aktivitasMatahari pada tingkatan rendahdapat dilihat pada Gambar 3.Aktivitas Matahari diprediksi akanmeningkat kembali mulai Maret2019 (lihat Tabel 1).

RISALAH TRIWULAN

20 Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019

Risalah TriwulanDesember 2018 – Januari 2019

Indeks

K p

5 10 15 20 25 30012345

Indeks

K p

5 10 15 20 25 30012345

Indeks

K p

5 10 15 20 25 30012345 Desember 2018

Januari 2019

Februari 2019

Gambar 5: Indeks Kp bulan Desember 2018 hingga Februari 2019.

Indeks

Dst

5 10 15 20 25 30-500

0

Indeks

Dst

5 10 15 20 25 30-500

0Ind

eksDst

5 10 15 20 25 30-500

0

Desember 2018

Januari 2019

Februari 2019Gambar 4: Indeks Dst bulan Desember 2018 hingga Februari 2019.

Tabel 1: Prediksi bilangan bintik Matahariperiode Maret 2019-Februari 2020.Bulan PrediksiMaret 2019 4± 2April 2019 5± 3Mei 2019 7± 4Juni 2019 9± 5Juli 2019 12± 6Agustus 2019 14± 8September 2019 16± 9Oktober 2019 19± 11November 2019 22± 13Desember 2019 25± 15Januari 2020 29± 18Februari 2020 34± 21

sidc.oma.be/products/kalfil

Aktivitas GeomagnetOlehF. Nuraeni dan C.E. HariyantoPussainsa LAPANKondisi geomagnet selamarentang waktu Desember 2018hingga Februari 2019 secaraumum dalam kondisi tenang.Selama Desember 2018 indeksDst terendah hanya mencapai−22 nT yang terjadi pada 29Desember 2018 pukul 15.00 UT.Begitu pula dengan bulan Januari2019, aktivitas geomagnetberdasarkan data indeks Dstterendah adalah −23 nT pada 5Januari 2019 pukul 18.00 UT.Peningkatan aktivitas geomagnetbaru terjadi pada bulan Februari2019. Berdasarkan indeks Dstpada tanggal 1 dan 2 Februaritercatat peningkatan levelaktivitas geomagnet menjadiaktif. Hanya saja peningkatantersebut hanya terjadi dalam orde1-2 jam saja dengan nilai indeksDst terendahnya adalah −27 nT.Kemudian peningkatan aktivitasgeomagnet ke level aktif terjadilagi pada 28 Februari 2019

RISALAH TRIWULAN

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 21

Risalah TriwulanDesember 2018 – Januari 2019

28 Februari 2019 (UT) 1 Maret 2019 (UT) 2 Maret 2019 (UT)

0

0

6

6

12

12

18

18

0

0

6

6

12

12

18

18

0

0

6

6

12

12

18

18

AO [nT]

AE [nT]

AL [nT]

AU [nT]

-2000-1000

01000

010002000

Gambar 6: Indeks Ae pada tanggal 28 Februari hingga 2 Maret 2019.

dengan indeks Dst mencapai −37nT. Indeks Dst bulan Desember2018 hingga Februari 2019ditunjukkan pada Gambar 4.Meskipun di lintang rendah danekuator aktivitas geomagnettampak cukup tenang, halberbeda terjadi di daerah lintangtinggi dan menengah.Berdasarkan indeks Kp dari GFZGerman Research Center forGeosciences kondisi aktif yangditunjukkan dengan indeks Kpmencapai 4 pada Gambar 5terjadi pada tanggal 3, 10 dan 28Desember 2018. Sedangkan padabulan Januari tercatat 1 kali badailemah yang terjadi pada tanggal 5Januari dengan indeks Kpmencapai 5 dan kondisi aktivitasgeomagnet dalam level aktifterjadi pada tanggal 24 dan 25Januari 2019. Kemudian di bulanFebruari 2019 tercatat 6 kalikondisi geomagnet aktif, yaitupada tanggal 1, 2, 9, 13, 21 dan 27Februari dan 1 kali badai lemahpada 28 Februari 2019 yangditunjukkan pada Gambar 5.Peningkatan aktivitas di daerahlintang tinggi dan menengah yangditandai dengan peningkatanindeks Kp mencapai 4 dan 5 ini

disebabkan oleh lubang koronayang geoefektif dan berada disekitar ekuator Matahari. Selainindeks Kp terjadi jugapeningkatan substorm yangdapat dilihat pada data indeks Ae.Sepanjang Desember 2018hingga Februari 2019 telah terjadibeberapa kali peningkatanaktivitas auroral electrojet dansubstorm. Substorm yang cukupbesar terjadi pada 4-6 Januari2019 dengan intensitas berkisar1000 nT dan rentang waktukejadiannya bervariasi antara 2jam hingga yang paling lamaadalah 14 jam pada tanggal 4-5Januari 2019. Pada tanggal 23-26Januari 2019 terjadi substromdengan intensitas kurang dari1500 nT dengan durasi lebihpendek yaitu sekitar 2 jam hinggayang paling lama 8-9 jam.Kemudian pada 31 Januari 2019terjadi beberapa kali peningkatanaktivitas substorm dan kembalimenurun di tanggal 4 Februari2019, dengan intensitas kurangdari 1500 nT serta durasibervariasi antara 3-15 jam.Sepanjang bulan Februari 2019terjadi beberapa substormdengan durasi pendek sekitar 2-3jam tetapi memiliki intensitas

yang cukup kuat pada kisaran1000-1500 nT. Substorm terakhirpada 28 Januari yang terjadibersamaan dengan badai lemahdi daerah lintang tinggi danmenengah dan terdeteksi sebagaikondisi aktif di lintang rendah danekuator memiliki intensitaskurang dari 1500 nT dengandurasi yang cukup panjanghingga 2 Maret 2019 ditunjukkanpada Gambar 5.Mengapa hanya peristiwa pada28 Februari 2019 saja yangpeningkatan aktivitasgeomagnetnya terdeteksi darimulai daerah di lintang tinggihingga ke ekuator? Hal inidisebabkan medan magnetantarplanet arah Utara-Selatan(Bz) mengalami fluktuasi antara+12 hingga −12 nT mulai tanggal27 Februari sekitar pukul 11.00 UTyang berlanjut terus sepanjang 28Februari 2019 dan baru menurunpada 1 Maret 2019. Sedangkanpada peristiwa-peristiwasebelumnya Bz berfluktuasirendah dengan durasi yang tidakterlalu panjang sehingga energiyang disalurkan ke dalammagnetosfer Bumi hanyaberdampak di daerah lintang

RISALAH TRIWULAN

22 Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019

Risalah TriwulanDesember 2018 – Januari 2019

Tabel 3: Keberhasilan komunikasi sirkuit Watukosek-Bandung selama Desember 2018-Februari 2019.

tinggi hingga menengah saja dantidak menjangkau hingga kedaerah lintang rendah danekuator.Koneksitas JaringanALE-LAPANOlehA.S. MardianiPussainsa LAPANDari pengamatan jaringankomunikasi Automatic LinkEstablishment (ALE) sirkitkomunikasi Watukosek-Bandung(jarak 571 km) selama bulanDesember 2018, frekuensi 7 MHztercatat memiliki keberhasilankomunikasi tinggi pada pukul07.00-22.59 WIB, kecuali padapukul 11.00-11.59 WIB yangteramati memiliki keberhasilankomunikasi rendah. Sedangkanfrekuensi 10 MHz tercatatmemiliki keberhasilankomunikasi tinggi pada pukul12.00-16.59 WIB dan memilikikeberhasilan komunikasi rendahpada pukul 10.00-11.59 WIB, sertapukul 17.00-18.59 WIB (lihat Tabel2). Sedangkan pada bulan

Januari 2019, frekuensi 7 MHzmemiliki keberhasilankomunikasi tinggi pada pukul06.00-22.59 WIB dan memilikikeberhasilan rendah pada pukul21.00-21.59 WIB. Frekuensi 10MHz memiliki keberhasilankomunikasi tinggi pada pukul12.00-14.59 WIB serta 16.00-16.59WIB dan keberhasilan komunikasirendah pada pukul 09.00-11.59WIB serta 17.00-19.59 WIB jugapada pukul 15.00-15.59 WIB.Pada bulan Februari 2019,keberhasilan komunikasi tinggimenggunakan frekuensi 7 MHzterjadi pada pukul 08.00-23.59WIB kecuali pukul 09.00-09.59WIB serta pukul 11.00-11.59 WIBtercatat memiliki keberhasilankomunikasi rendah. Padafrekuensi 10 MHz, keberhasilankomunikasi tinggi terjadi pukul14.00-16.59 WIB dan keberhasilankomunikasi rendah terjadi padapukul 11:00-13:59 WIB serta pukul17.00-18.59 WIB.Secara umum, pada bulanDesember 2018-Februari 2019keberhasilan komunikasi tinggiuntuk sirkuit Watukosek-Bandung

Tabel 3: Indeks T Regional Indonesia per-iode April 2019-Maret 2020.

Bulan PrediksiApril 2019 5Mei 2019 5Juni 2019 5Juli 2019 6Agustus 2019 8September 2019 9Oktober 2019 9November 2019 10Desember 2019 11Januari 2020 11Februari 2020 12Maret 2020 12

menggunakan frekuensi 7 MHzumumnya terjadi pada pagisekitar pukul 07.00-08.00 WIBhingga malam hari sekitar pukul22.00-23.59 WIB. Tabel 3memuat prediksi indeks TRegional Indonesia untuk bulanApril 2019-Maret 2020.Rekomendasi frekuensi terbaikdalam komunikasi HF dengansirkuit yang lebih spesifik sesuaipermintaan pengguna dapatdiperoleh dengan menghubungiPusat Sains Antariksa LAPAN.

RISALAH TRIWULAN

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 23

PUSSAINSAGrand LaunchingMenyambut Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019 Di Siak

Gerhana Matahari Cincin26 Desember 20191 GMC seri Saros 132 yang terakhirterjadi di Indonesia tanggal 23November 19652 94% piringan Matahari akan tertutuppiringan Bulan3 Gerhana Matahari Sebagian dapatdilihat di seluruh wilayah Indonesiabila cuaca cerah4 Waktu dan durasi gerhanabergantung pada lokasi pengamatan

eclipse.gsfc.nasa.gov

Tahapan Gerhana (dalam WIB)1 Awal gerhana sebagian: 10.232 Awal gerhana cincin: 12.163 Puncak gerhana: 12.184 Akhir gerhana cincin: 12.205 Akhir gerhana sebagian: 14.15Perkiraan waktu ini berlaku untukpengamat yang berada di lokasi pusatgerhana (1, 01◦ LU, 102, 26◦ BT) yangberada di Pulau Pedang, Provinsi Riau.

OlehF. Noer | Pussainsa LAPAN

T anpa kita sadari, astronomisangat melekat dalamkehidupan sehari-hari kita.Kalender Masehi yang kitagunakan dibuat berdasarkanpergerakan Bumi mengelilingiMatahari dan kalender Islamberdasarkan fase Bulan. Lebihjauh lagi, para nenek moyang kitamenggunakan rasi bintang untukmengetahui arah danmenentukan musim bercocoktanam. Begitu pula dengankejadian gerhana yang dapatdinikmati setiap tahun, meskipunpada lokasi yang berbeda-beda.Fenomena yang akan kita nikmatiakhir tahun ini adalah GerhanaMatahari Cincin (GMC).Secara umum fenomena gerhanaMatahari terjadi karena posisibulan yang berada di antaraMatahari dan Bumi. Adabeberapa jenis gerhana Matahari.Salah satunya adalah GMC yangterjadi ketika piringan Bulantampak sedikit lebih kecil dariukuran piringan Matahari. KetikaGMC, bagian pinggir Mataharimasih terlihat seperti cincin besardi angkasa saat fase puncakterjadi. Hal ini terjadi saat posisiBulan yang sedang berada padatitik paling jauh pada lintasannyamengeliling Bumi yang tidakberbentuk lingkaran tetapi elips.GMC di akhir tahun ini, yaitutanggal 26 Desember 2019, akanmelewati beberapa daerah diIndonesia yaitu Sumatera Utara,Riau, Kepulauan Riau, KalimantanBarat, Kalimantan Utara, danKalimantan Timur. Salah satu

tempat terbaik untuk mengamatifenomena tersebut adalah dikampung Bunsur Kabupaten Siak.Fase puncak GMC akan terjadipada pukul 12.15 WIB danberakhir pada pukul 12.19 WIBatau sekitar 3 menit. Sebelumfase puncak, akan terjadi fasegerhana Matahari sebagian yangdimulai pukul 10.22 WIB. dansetelah fase puncak akan adafase gerhana Matahari sebagianyang berakhir pada pukul 14.13WIB.

Adanya fenomena ini memberikesempatan bagi masyarakat diKabupaten Siak khususnya danmasyarakat Riau pada umumnyauntuk bisa mendapatkan ilmupengetahuan dan kemungkinanpeningkatan pendapatan bagimasyarakat sekitar, karenanantinya akan ada tamuberdatangan baik dari dalamnegeri maupun dari luar negeri.Untuk itu dibutuhkan kreativitasmasyarakat untukmengembangkan pariwisata dan

BERITA

24 Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019

menjadi tujuan destinasi wisata.Salah satu kegiatan yang menarikperhatian masyarakat adalahdilaksanakannya GrandLaunching Pengamatan GerhanaMatahari Cincin 2019 sebagaiawal dari rangkaian eventmenyambut fenomena GMC2019. Acara pada tanggal 15Februari 2019 ini bertempat diLapangan Sepak Bola KampungBunsur, Kecamatan Sungai Apit,Kabupaten Siak, Provinsi Riauyang dibuka oleh Bupati SiakBapak Samsuar M.Si. Kegiatanberlangsung dari pagi hari

dengan lomba mewarnai danmelukis tingkat anak anak hinggapada malam hari.Peneliti Muda Pusat SainsAntarikasa M. ZamzamNurzaman, M.Si yang mewakiliKepala Pusat Sains Antariksa,menyampaikan bahwa seluruhproses gerhana, mulai darigerhana Matahari sebagianhingga puncak GMC dapatdiamati jika cuaca mendukung.Dalam paparannya disampaikanjuga bahwa pengamatanlangsung ke arah Matahari tanpa

alat bantu tidak boleh dilakukankarena hal tersebut dapatmengakibatkan kerusakan hinggakebutaan mata. Adapun untukpengamatan GMC, dapatdisediakan kacamata khususMatahari untuk mengamatisecara aman fenomena alam ini.Dan bila memungkinkan, darikantor Pussainsa rencananyaakan diperlengkapi denganteleskop agar para pengunjungdapat turut menikmati bersamafenomena langka ini dengan lebihmenarik. �

BERITA

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 25

Gambar bagian sabuk danpedang dari rasi Orion. Diambildari buku Sidereus Nunciuskarangan Galileo Galilei

Kalender AstronomiBulan April – Juni 2019Oleh A.G. Admiranto | Pussainsa LAPAN

April 20191 2 3 4 5 6 78 9 10 11 12 13 1415 16 17 18 19 20 2122 23 24 25 26 27 2829 30

Mei 20191 2 3 4 5

6 7 8 9 10 11 1213 14 15 16 17 18 1920 21 22 23 24 25 2627 28 29 30 31

5 AprilBulan Baru. Bulan akan terletak di sisi Bumi yang sama dengan Mata-hari dan tidak akan terlihat di langit malam. Fase ini terjadi pada pukul15.51 WIB. Ini adalah waktu terbaik dalam sebulan untuk mengamatibenda-benda redup seperti galaksi dan gugusan bintang karena tidakada cahaya bulan yang mengganggu.11 AprilMerkurius di Elongasi Barat Maksimum. Planet Merkurius mencapaielongasi barat terbesar 27,7 derajat dari Matahari. Ini adalah waktuterbaik untukmelihat Merkurius karena akan berada pada titik tertinggidi atas cakrawala di langit pagi. Cari planet yang rendah di langit timursebelum Matahari terbit.19 AprilBulan Purnama. Bulan akan terletak di sisi berlawanan dari Bumi saatMatahari dan wajahnya akan sepenuhnya diterangi. Fase ini berlang-sung pada 18:12 WIB.22-23 AprilHujan Meteor Lyrid. Hujan meteor ini adalah hujan meteor sedang, bi-asanya menghasilkan sekitar 20 meteor per jam pada puncaknya. Inidiproduksi oleh partikel debu yang ditinggalkan oleh komet C/1861 G1Thatcher, yang ditemukan pada tahun 1861. Hujanmeteor berlangsungsetiap tahun pada 16-25 April. Puncaknya tahun ini pada malam tang-gal 22 dan pagi hari tanggal 23. Meteor ini terkadang dapat meng-hasilkan jejak debu cerah yang tampak selama beberapa detik. Bulanbungkuk yangmemudar akanmenghalangi banyakmeteor redup tahunini, tetapi jika Anda bersabar, Anda bisa mengamati beberapa yang pa-ling terang. Tampilan terbaik akan berasal dari lokasi yang gelap sete-lah tengah malam. Meteor akan memancar dari konstelasi Lyra, tetapidapat muncul di mana saja di langit.5 MeiBulan Baru. Bulan akan terletak di sisi Bumi yang sama dengan Mata-hari dan tidak akan terlihat di langit malam. Fase ini terjadi pada 05:46WIB. Ini adalah waktu terbaik dalam sebulan untuk mengamati benda-benda redup seperti galaksi dan gugusan bintang karena tidak ada ca-haya Bulan yang mengganggu.6-7 MeiHujan Meteor Eta Aquarid. Eta Aquarid adalah hujan meteor denganintensitas di atas rata-rata, yang mampu menghasilkan hingga 60 me-teor per jam pada saat puncak. Sebagian besar aktivitas terlihat di be-lahan Bumi selatan. Di Belahan Bumi Utara, angka ini dapat mencapaisekitar 30meteor per jam. Ini diproduksi oleh partikel debu yang diting-galkan oleh komet Halley, yang telah dikenal dan diamati sejak zaman

TAHUN 2019

26 Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019

Potret langit di atas GunungBromo, diambil saat musimhujan meteor Eta Aquarid.justinngphoto.com

Potret (pseudocolor) Jupiter padajendela inframerah yang diambildengan Teleskop Ruang AngkasaHubble pada tahun 2016.apod.nasa.gov

Juni 20191 2

3 4 5 6 7 8 910 11 12 13 14 15 1617 18 19 20 21 22 2324 25 26 27 28 29 30

kuno. Hujan meteor ini berlangsung setiap tahun dari 19 April hingga28 Mei. Puncaknya tahun ini pada malam 6 Mei dan pagi 7 Mei. Bul-an sabit tipis akan terbenam pada awal malam sehingga langit yanggelap bisa menampilkan hujan meteor dengan baik. Tampilan terbaikakan berasal dari lokasi yang gelap setelah tengah malam. Meteor ak-an memancar dari konstelasi Aquarius, tetapi dapat muncul di bagianlangit mana saja.19 MeiBulan Purnama, BlueMoon. Bulan akan terletak di sisi berlawanan dariBumi saat Matahari dan wajahnya akan sepenuhnya diterangi. Fase initerjadi pada 05:11 WIB. Karena ini adalah yang ketiga dari empat Bulanpurnama di musim ini, ia dikenal sebagai Bulan biru. Biasanya hanyaada tiga Bulan penuh di setiap musim dalam setahun. Tetapi karenaBulan purnama terjadi setiap 29,53 hari, kadang-kadang satu musimakan berisi 4 Bulan penuh. Bulan purnama ekstra musim ini dikenalsebagai Bulan biru. Bulan biru terjadi rata-rata setiap 2,7 tahun sekali.3 JuniBulan Baru. Bulan akan terletak di sisi Bumi yang sama dengan Mata-hari dan tidak akan terlihat di langit malam. Fase ini terjadi pada pukul17:02 WIB. Ini adalah waktu terbaik dalam sebulan untuk mengamatibenda-benda redup seperti galaksi dan gugusan bintang karena tidakada cahaya bulan yang mengganggu.10 JuniOposisi Jupiter. Planet raksasa ini akan berada pada posisi terdekat-nya ke Bumi dan wajahnya akan sepenuhnya diterangi oleh Matahari.Saat ini planet tersebut akan lebih tampak lebih terang dibandingkandengan pada waktu-waktu lain. Dengan menggunakan teleskop kecilkita bisa melihat pita-pita pada atmosfer Jupiter. Kita juga bisa meli-hat empat satelit besarnya yang tampak seperti empat bintik terang didekat planet ini.17 JuniBulan Purnama. Bulan akan terletak di sisi berlawanan dari Bumi sa-at Matahari dan wajahnya akan sepenuhnya diterangi. Fase ini terjadipada pukul 15:31 WIB.21 JuniSolstis Juni. Titik balik Matahari Juni terjadi pada 22:54 WIB. KutubUtara bumi akan condong ke arahMatahari yang akanmencapai posisipaling utara di langit dan berada persis di atas garis Balik Utara di 23,44derajat lintang utara. Ini adalah hari pertama musim panas (summersolstice) di belahan bumi utara dan hari pertama musim dingin (wintersolstice) di belahan Bumi selatan.23 JuniMerkurius di Elongasi Timur Maksimum. Planet Merkurius mencapaielongasi timur maksimum sebesar 25,2 derajat dari Matahari. Ini ada-lah waktu terbaik untuk melihat Merkurius karena akan berada padatitik tertinggi di atas cakrawala di langit malam. Cari planet yang ren-dah di langit barat setelah Matahari terbenam.

TAHUN 2019

Buletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019 27

Teka-Teki SilangBuletin Cuaca Antariksa | Vol. 8 No. 2 | April–Juni 2019Oleh V. Dear | Pussainsa LAPAN

20

1918

1716

15

1413

1211109

87654

321

ACROSS2 Pengulangan (10)4 Perangkat lunak prediksi flare (6)6 Kondisi ideal untuk pengamatan astronomis (5)12 Peristiwa yang dapat berdampak pada atmosferBumi dan mengganggu komunikasi radio (5)14 Indikator injeksi energi saat badai magnet (20)15 Instrumen pengukuran kualitas langit malam (3)17 Salah satu algoritma untuk pemodelan prediksiflare (12)18 Permintaan informasi (5)20 Salah satu jenis pemanasan saat injeksi energibadai magnet (10)

DOWN1 Mengalami perubahan dalam domain waktu (12)3 Sistem yang dapat didukung dengan tersedianyadata warehouse (3)5 Lapisan yang turut meningkatkan efektivitas pre-sipitasi partikel selama badai magnet (8)7 Benda langit tampak tertutup benda lain (8)8 Bagian dari proses recovery kerapatan gas netraldi atmosfer atas (12)9 Penyimpanan data operasional secara rutindalam data warehouse (4)10 Golongan Vesta (11)11 Salah satu wilayah yang dilintasi jejak GerhanaMatahari Cincin akhir tahun 2019 (4)13 Fase bulan (13)16 Lewat di depan objek langit yang tampak lebih be-sar (7)19 Salah satu kelas McIntosh untuk grup bintikmatahari (3)

MENDATAR MENURUN

Foto Sampul:Citra pseudocolor dari Planet Saturnus yang diambil padapanjang gelombang inframerah menggunakan wahanaantariksa Cassini. Aurora di kutub Saturnus (warna hijau)merupakan dampak dari cuaca antariksa di planet ini.sumber: apod.nasa.gov

ISSN 2303-2707

9 772303 270008