industrilppm.itn.ac.id/webmin/assets/uploads/lj/lj20170116000… · · 2017-07-29karakterisasi...
TRANSCRIPT
Vol. 7, No. 1, Maret 2017 ISSN: 2087-8869
INDUSTRI INOVATIF
MAJALAH JURNAL TEKNIK INDUSTRI
Karakterisasi Material Komposit Polimer Polistyrene dan Serat Tebu
( Faidliyah Nilna Minah, Siswi Astuti, Endah Kusuma Rastini )
Pelatihan Software ETAP (Electrical Transient Analyzer Program)
bagi Siswa dan Guru SMK Nasional Malang
( Lauhil Mahfudz Hayusman, Taufik Hidayat, Choirul Saleh,
I Made Wartana, Teguh Herbasuki )
Perancangan dan Pembuatan Mesin Pencetak Batako untuk
Meningkatkan Hasil Produksi di Desa Jatiguwi Sumberpucung Malang
( Erni Junita Sinaga, Mujiono, I Nyoman Sudiasa )
Pemanfaatan Teknologi Web Service untuk Mendukung
Efisiensi Transaksi Pemesanan dan Penjualan pada Dyra Collection
( Mira Orisa, Ahmad Faisol )
Pembangkit Listrik Tenaga Angin Sumbu Vertikal
untuk Penerangan Rumah Tangga di Daerah Pesisir Pantai
( Yusuf Ismail Nakhoda, Choirul Saleh )
Pembuatan Lilin Aroma Terapi Berbasis Bahan Alami
( Faidliyah Nilna Minah, Tri Poespowati, Siswi Astuti, Muyassaroh,
Rini Kartika, Elvianto, Istnaeny Hudha, Endah Kusuma Rastini )
Penerapan Mesin Pengaduk Pakan Ternak di Desa Ngadirejo
Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang
( Sri Indriani, ST.Salamia L.A, Sudiro, Sony Haryanto )
Pemanfaatan Delphi. 7 Untuk Object Oriented Programing
Pada Siswa SMKN 1 Ampelgading
( Moh Miftakhur Rokhman, Suryo Adi Wibowo, Yosep Agus Pranoto )
INDUSTRI Inovatif
Volume : 7 Nomor : 1
Halaman 1 – 42
Malang
Maret 2017
ISSN 2087-8869
Ketua
Thomas Priyasmanu
Sekretaris
Emmalia Adriantantri
Redaksi
Julianus Hutabarat
Dayal Gustopo Setiajit
Nely Budiharti
Soemanto
Penyunting Ahli :
Prof. Drs. Nur Iriawan, M.IKom, PhD (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
Dr. Chairul Imron, M.I.Komp. (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
Prof. Dr. Udisubakti Ciptomulyono M Eng.Sc (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
Prof. DR. Surachman, MSIE (Universitas Brawijaya)
Tata Usaha
Wilis
Alamat Penyunting dan Tata Usaha :
Jurusan Teknik Industri S1
Jl. Raya Karanglo KM. 2 Malang
Telepon (0341) 417636 ext. 541,542,543
Fax. (0341) 417634
Email : [email protected]
Terbit dua kali dalam setahun pada bulan Maret dan September. Berisi gagasan, konseptual,
kajian teori, aplikasi teori dan kajian buku Teknik Industri. Redaksi menerima sumbangan
tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak.
Vol. 7, No. 1, Maret 2017 ISSN: 2087-8869
INDUSTRI INOVATIF
MAJALAH JURNAL TEKNIK INDUSTRI
Vol. 7, No. 1, Maret 2017 ISSN: 2087-8869
Karakterisasi Material Komposit Polimer Polistyrene dan Serat Tebu
(Faidliyah Nilna Minah, Siswi Astuti, Endah Kusuma Rastini) .......................... 1
Pelatihan Software ETAP (Electrical Transient Analyzer Program)
bagi Siswa dan Guru SMK Nasional Malang
(Lauhil Mahfudz Hayusman, Taufik Hidayat, Choirul Saleh,
I Made Wartana, Teguh Herbasuki) ................................................................. 7
Perancangan dan Pembuatan Mesin Pencetak Batako untuk
Meningkatkan Hasil Produksi di Desa Jatiguwi Sumberpucung Malang
(Erni Junita Sinaga, Mujiono, I Nyoman Sudiasa) ............................................. 12
Pemanfaatan Teknologi Web Service untuk Mendukung
Efisiensi Transaksi Pemesanan dan Penjualan pada Dyra Collection
(Mira Orisa, Ahmad Faisol) .............................................................................. 15
Pembangkit Listrik Tenaga Angin Sumbu Vertikal
untuk Penerangan Rumah Tangga di Daerah Pesisir Pantai
(Yusuf Ismail Nakhoda, Choirul Saleh) .............................................................. 20
Pembuatan Lilin Aroma Terapi Berbasis Bahan Alami
(Faidliyah Nilna Minah, Tri Poespowati, Siswi Astuti, Muyassaroh,
Rini Kartika, Elvianto, Istnaeny Hudha, Endah Kusuma Rastini) .................... 29
Penerapan Mesin Pengaduk Pakan Ternak di Desa Ngadirejo
Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang
(Sri Indriani, ST.Salamia L.A, Sudiro, Sony Haryanto) ...................................... 35
Pemanfaatan Delphi. 7 Untuk Object Oriented Programing
Pada Siswa SMKN 1 Ampelgading
(Moh Miftakhur Rokhman, Suryo Adi Wibowo, Yosep Agus Pranoto) ................ 38
INDUSTRI INOVATIF
MAJALAH JURNAL TEKNIK INDUSTRI
Karakteristik Material Komposit Polimer Faidliyah | Siswi | Endah
1
KARAKTERISASI MATERIAL KOMPOSIT POLIMER
POLISTYRENE DAN SERAT TEBU
1) Faidliyah Nilna Minah, 2) Siswi Astuti, 3) Endah Kusuma Rastini 1,2) Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang 3) Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang
ABSTRAK
Pembuatan Komposit Plafon memiliki acuan mutu berupa kuat tekan, kuat tarik, dan kuat lentur, hal ini
mengacu pada SNI 03-2105. Kekuatan tekan merupakan kapasitas dari suatu bahan atau struktur dalam menahan
beban yang akan mengurangi ukurannya. Sebaliknya kekuatan Tarik adalah tegangan maksimum yang bias
ditahan olehsebuah bahan ketika diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Penelitian ini
diharapkan dapatm enentukan komposisi terbaik dengan metode eksperimen dari variasi komposisi bahan. Benda
uji yang dibuat terbuat dari semen dan agregat, dengan agregat campuran dari serat tebudan styrofoam. Variasi
yang digunakan adalah 60%, 70%, 80%, 90% Semen dari total massa benda uji. Serta variasi dari agregat yaitu
antara SeratTebu dan Styrofoam 60:40, 70:30, 80:20, dan 90:10. Analisa kuat tekan, kuat tarik, dan kuat lentur
dilakukan setelah umur 14 hari. Rasio perbandingan agregat (styrofoam dan serat tebu) yang optimal sebagai
plafon komposit, mempunyai kelebihan masing masing pada kekuatan materialnya. Untuk komposisi (80:20)%
pada kekuatan tarik dan kekuatan lentur, sedangkan untuk komposisi (70:30)% pada kekuatan tekan nya.
Kata kunci : Komposit, plafon, agregat stryfoam-serat tebu, kuat tekan,kuat tarik
Polimer merupakan bahan yang sangat
bermanfaat dalam berbagai bidang, khususnya
dalam industri konstruksi. Baik berdiri sendiri,
maupun bergabung dengan material lainnya
membentuk komposit. (Ratni Kartini et all,
2002). Salah satu Industri kecil yang bergerak
dalam bidang produksi bahan bangunan adalah
industri kecil plafon. Bahan baku yang
digunakan terdiri dari semen, asbes, dan majun.
Asbes merupakan bahan tambang umumnya
masih diimpor dengan harga mahal dan
berbahaya bagi kesehatan. Sedangkan majun
umumnya dipakai pabrik - pabrik plafon yang
berdekatan dengan industri tekstil, sehingga
pengadaannya terbatas, oleh karena itu perlu
dicari alternatif bahan serat pengganti asbes
yang pengadaannya cukup mudah (Nasirwan et
al, 2003).
Ampas tebu sebagian besar mengandung
ligno-cellulose. Panjang seratnya antaral,7
sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20
mikro, sehingga ampas tebu ini dapat diolah menjadi papan buatan. Bagase mengandung air
48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata
47,7%. Serat bagase tidak dapat larut dalam air
dan sebagian besar terdiri dari selulosa,
pentosan dan lignin (Husin dalam Syaiful,
2008). Ampas tebu juga digunakan sebagai
komposit dalam pembuatan bodi kendaraan
dengan basis green composite oleh
Mastariyanto et all,2015. Pemanfaatan serat
alam untuk pembuatan material komposit telah
dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain,
Ratni Kartika et all, 2002 membuat komposit
dengan menggunakan serat pisang dan serat
ijuk. Sedangkan peneliti Adhi Kusumastuti,
2009 menggunakan serat sisal dalam
pembuatan kompositnya. Di industri otomotif
juga sedang diteliti penggunaan serat daun
nanas yang selama ini daun nanas hanya
sebagai limbah saja. Penelitian ini dilakukan
oleh Teuku Rihayat et all, 2011.
Salah satu sampah anorganik yang sulit
terurai, antara lain styrofoam. Untuk
menguraikannya diperlukan waktu yang cukup
lama lebih dari satu juta tahun. Dengan waktu
yang begitu lama untuk terurai, ditambah lagi
sampah baru maka kumpulan sampah itu akan
tidak terkontrol. Untuk itu harus ada solusi
bagaimana cara mengurangi sampah tersebut,
salah satunya dengan digunakan kembali, yakni
sebagai material bangunan (Cindy, 2011).
Tiurma (2009), meneliti pembuatan
batako ringan yang terbuat dari Styrofoam -
semen dari hasil pengujian menunjukkan bahwa
batako ringan dengan variabel terbaik adalah 80
% Styrofoam dan 20 % pasir. Dengan hasil uji
densitas 0.91 gr/cm3, penyerapan air 10,4 %,
kuat tekan 2,8 MPa, kuat tarik 0,21 MPa, dan
kuat patah 0,6 MPa. Berdasarkan latar belakang
diatas kami bermaksud untuk meneliti
bagaimana karakteristik Komposit dari
Campuran Agregat (Serat Tebu dan Styrofoam)
INDUSTRI INOVATIF Vol. 7, No. 1, Maret 2017 : 1 - 6
2
dan Semen Styrofoam memiliki berat jenis
sampai 1050 kg/m3, kuat tarik sampai 40
MN/m2, modulus lentur sampai 3 GN/m2,
modulus geser sampai 0,99 GN/m2, angka
poisson 0,33 (Crawford dalam Tiurma, 2009). Penelitian komposit plafon banyak
berkembang. Rizky et al (2012), membuat
plafon yang dibuat dengan pemanfaatan ampas
tebu dan perekat polyester dengan variasi komposisi. Sifat-sifat plafon yang dianalisis
yaitu sifat fisis meliputi daya serap air, densitas
dan sifat mekanisnya meliputi uji impak, uji
tarik dan uji kuat lentur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sifat fisis (densitas
l,41gr/cm3, daya serap air 11,54 %) pada
komposisi 4 gr serbuk ampas tebu adalah hasil
terbaik. Dari pengujian sifat mekanik (uji tarik
3058,6 kPa, uji kuat lentur 17,01 MPa dan uji
impak 2 Kj/m2). Dari seluruh pengujian
specimen, komposisi 8:8 yang memiliki sifat
mekanik terbaik yang memenuhi standar SNI
03-2105 (1996) sehingga komposisi 8:8 dapat
digunakan sebagai plafon. Dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan maka masih
sangat perlu dikembangkan penelitian yang
mengembangkan komposit polimer dengan
paduan serat alam dan dianalaisa bagaimana
kuat tekan dan tariknya
Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan rasio perbandingan semen dan
agregat (styrofoam dan serat tebu) yang optimal
sebagai plafon komposit. Dan untuk
menemukan perbandingan pada agregat
(styrofoam dan serat tebu) yang optimal, serta
mengetahui sifat mekanik plafon komposit
Plafon Plafon merupakan produk bahan
bangunan dibuat dari campuran semen dengan
tepung batu gamping atau asbes yang
digunakan sebagai langit-langit rumah. Plafon
dikenal juga dengan sebutan plasterboard.
Plafon dapat dicetak sesuai dengan motif yang
dibuat, sehingga akan tampak lebih menarik.
Sebagai langit-langit rumah selain plafon/asbes,
juga digunakan gypsum dan triplek.
Dibandingkan dengan gypsum dan triplek,
harga plafon/asbes jauh lebih murah sehingga
banyak digunakan terutama untuk perumahan
sederhana, sedangkan gypsum dan triplek lebih
banyak digunakan pada perumahan mewah.
Proses pembuatan plafon relatif mudah untuk
dilakukan dan tidak memerlukan persyaratan
khusus lokasi. Tenaga keija yang
dibutuhkanpun tidak memerlukan
spesifikasi/keahlian khusus. Karena itu usaha
pembuatan plafon hampir merata dapat
dilakukan di seluruh wilayah Indonesia yang
memiliki sumber bahan baku batu
gamping/asbes (Dwi etal, 2013).
Komposit Komposit merupakan bahan yang terdiri
dari dua atau lebih bahan terpisah yang
digabungkan secara makroskopis (Gibson
dalam Dwi et al, 2013). Termasuk dalam
kelompok ini bahan yang diberi lapisan, bahan
yang diperkuat dan kombinasi bahan lain yang
memanfaatkan sifat khusus dari beberapa bahan
yang ada. Material komposit merupakan
gabungan dari bahan penguat dan bahan
pengikat atau matriks (Vlack dalam Dwi etal,
2013). Secara umum definisi daripada komposit
adalah bahan yang terbuat dari bagian- bagian
atau material yang berbeda. Komposit terdiri
dari dua bahan penyusun, yaitu bahan utama
sebagai bahan pengikat dan bahan pendukung
sebagai penguat. Bahan utama membentuk
matrik dimana bahan penguat ditanamkan di
dalamnya. Bahan penguat dapat berbentuk
serat, partikel, serpihan atau juga dapat
berbentuk yang lain (Gurdal dalam Dwi etal,
2013). Pada umumnya sifat-sifat komposit
ditentukan oleh beberapa faktor (Groover dalam
Dwi et a/, 2013) antara lain : Jenis bahan-bahan
penyusun, bentuk geometris dan struktur bahan-
bahan penyusun, rasio perbandingan bahan-
bahan penyusun, daya lekat antara bahan-bahan
penyusun dan orientasi bahan penguat serta
proses pembuatannya. Dari bentuk jadinya,
komposit dapat dikelompokkan menjadi 4
bagian, yaitu : Komposit Partikel, komposit
Serpihan (Flake Composites), komposit Serat
dan komposit Laminat.
Ampas tebu Tebu (saccharum officinarum) adalah
tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula.
Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah
beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis
rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam
sampa panen mencapai kurang lebih satu tahun.
Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di
Pulau Jawa dan Sumatra (Anonim dalam
Syaiful, 2008). Ampas tebu adalah hasil
samping dari proses ekstraksi. Sebagian besar
mengandung lingo-cellulose. Panjang seratnya
antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter
sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu ini dapat
Karakteristik Material Komposit Polimer Faidliyah | Siswi | Endah
3
memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi
papan buatan. Ampas tebu mengandung air
48% sampai 52%, gula rata- rata 47,7%. Serat
tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar
terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin (husin
dalam syaiful, 2008).
Styrofoam (Expandable Polystyrene) Salah satu sampah anorganik yang sulit
terurai, antara lain styrofoam. Untuk
menguraikannya diperlukan waktu yang cukup
lama lebih dari satu juta tahun. Dengan waktu
yang begitu lama untuk terurai, ditambah lagi
sampah baru maka kumpulan sampah itu akan
tidak terkontrol. Untuk itu harus ada solusi
bagaimana cara mengurangi sampah tersebut,
salah satunya dengan digunakan kembali, yakni
sebagai material bangunan. Styrofoam atau
yang dikenal dengan Expandable polystyrene
(EPS) adalah suatu material yang terbuat
ekspansi polystyrene beads (butir polistiren)
yang dibuat dengan cara dicetak (moulding).
Istilah expandable polystyrene sering kali
disamakan dengan extruded polystyrene. Kedua
material ini sebenarnya berbeda, Expandable
polystyrene terbuat dari polystyrene beads
(butir) sedangkan extruded polysterene terbuat
dari polystyrene foam. Dari pembuatannya juga
berbeda, expandable polystyrene dibuat dengan
proses molding,sedangkan extruded polystyrene
dibuat dengan proses ekstrusi. Expandable
polystyrene diciptakan oleh BASF (sebuah
pabrik chemical) pada tahun 1951 dan sekarang
EPS diproduksi dari bahan mentah dengan
biaya seefektif mungkin sebagai produk
pembungkus (packaging) yang efisien.
Styrofoam dibedakan berdasarkan bentuknya
antara lain box berrongga, box dengan pola,
lembaran, balok, butiran. Sebagai studi kasus
sebuah proyek di Aso Farm Land Village,
Kyushu, Jepang, yang berjudul Styrofoam
Dome House merupakan unit-unit hunian resort
moduler dengan diameter 7 m, tahan api,
gempa, dan badai. Dinding luar unit-unit
bangunan ini bermaterialkan styrofoam setebal
7 inch. Didirikan dengan sistem moduler membuat pendirian/ pemasangan lebih cepat.
Dengan material styrofoam tersebut, unit
hunian ini memiliki insulasi termal yang cukup
baik hingga dapat menghemat energi sampai
90%, tidak membutuhkan pemanas di musim
dingin atau pendingin ruang di musin panas
secara berlebihan. Selain itu dengan material
styrofoam juga memiliki kelebihan lain yaitu
tidak berkarat, tidak busuk, tidak menarik
rayap, juga tahan gempa karena keringanannya
sehingga beban bangunan itu sendiri lebih kecil.
Dari studi kasus ini terbuki bahwa styrofoam
cocok digunakan sebagai material pada
bagunan (Cindy, 2011). Proses pengolahan
Styrofoam membutuhkan tiga bahan utama
yaitu Styrofoam, chlorofoam, dan asam sulfat
(H2SO4) Proses pengolahan styrofoam termasuk
sulfonasi polistyrena. Sebelum ditambahkan
asam sulfat atau proses sulfonasi, Styrofoam
harus dilelehkan dengan chloroform. Tujuan
dari melelehkan Styrofoam untuk mengaktifkan
monomer stirena. Dalam radikal bebas
monomer styrene, chloroform bertindak sebagai
rantai transfer agent, dengan reaksi sebagai
berikut:
------Mn+ + CHCh ->-------Mn -CI + CHCh* Atau
------Mn+ + CHCh ->-------Mn -H + CCh*
(Odian, dalam researchget.net)
Proses pengolahan styrofoam termasuk
sulfonasi polistyrena. Sebelum ditambahkan
asam sulfat atau proses sulfonasi, Styrofoam
harus dilelehkan dengan chloroform. Tujuan
dari melelehkan Styrofoam untuk mengaktifkan
monomer stirena. Setelah monomer aktif saat
proses sulfonasi bertujuan agar monomer
stirena yang aktif dapat mengikat ion SO3" dari
asam sulfat. Bahan polimer yang telah tersulfonasi
dianggap senyawa makromolekul yang
mengandung gugus sulfonic-S03H dengan sifat
kimia dan mekanik yang disukai sehingga
banyak diaplikasikan dalam industri seperti
untuk bahan penukar ion, membrane untuk
ultrafiltrasi dan plasticizer untukkomposit
konduktif (wordpress.com).
Gambar 1. reaksi sulfonasi
INDUSTRI INOVATIF Vol. 7, No. 1, Maret 2017 : 1 - 6
4
Semen
Semen adalah bahan anorganik yang
mengeras pada pencampuran dengan air atau
larutan garam. Contoh khas adalah semen
Portland. Semen Portland adalah material yang
mengandung paling tidak 75% kalsium silikat,
sisanya tidak kurang dari 5% berupa A1 silikat,
A1 feri silikat, dan MgO (Hanera dalam
Tiurma, 2009). Untuk menghasilkan semen
Portland, bahan berkapur dan lempung dibakar
sampai meleleh sebagian untuk membentuk
klinker yang kemudian dihancurkan, digeruskan
dan ditambah dengan gips dalam jumlah yang
sesuai. Ada banyak sement Portland dan
mempunyai sifat berbeda- beda.
METODE Metode Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
cara menganalisa data menggunakan metode
grafik. Dengan diagram alir penelitian dan
beberapa komponen variabel yang dilakukan
adalah :
Variabel Tetap:
Chloroform 5 ml / gr styrofoam
asam sulfat kadar 80 % dengan
komposisi 2ml / gr styrofoam
Berat total per variabel 500 gr
Jenis Semen portland Tipe I
Variabel Berubah:
Komposisi semen dan agregat: 60:40,
70: 30, 80:20, 90:10 % massa.
Komposisi agregat (Styrofoam
dan serat tebu): 60:40, 70: 30,
80:20, 90:10 % massa
Hasil Pembahasan.
Gambar 2. Gaya tarik (kgf/ cm2) terhadap
agregat (% Styrofoam : % serat tebu) pada %
semen ( = 60 %, = 70 %, = 80
%, = 90%).
Dari grafik tersebut dapat diketahui
bahwa untuk perbandingan semen terhadap
agregat (% Styrofoam: % serat tebu) untuk
semen 60%, nilai tertinggi pada agregat
(70:30)%, dengan nilai uji tarik 3,59 kgf/cm2.
Untuk semen 70%, nilai tertinggi pada agregat
(80:20)%, dengan nilai uji tarik 4,94 kgf/cm2.
Untuk semen 80%, nilai tertinggi pada agregat
(70:30)%, dengan nilai uji tarik 7,28 kgf/cm2.
Untuk % semen 90%, nilai tertinggi pada
agregat (70:30)%, dengan nilai uji tarik 6,37
kgf/cm2.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk uji
tarik, nilai optimal komposisi perbandingan
semen terhadap agregat (% Styrofoam : % serat
tebu) adalah 90% semen dengan agregat 10%
(70% styrofoam : 30% serat tebu). untuk nilai
uji tarik pada komposisi optimal ini juga
memenuhi standar SNI 03-2105-2006 ( > 3.1
kgf/cm2) yaitu 6,37 kgf/cm2. Kuat tarik plafon
semakin meningkat jika campuran Styrofoam
dengan serat tebu berkisar antara (60:40)%
sampai (70:30)%. Sedangkan untuk campuran
antara (70:30)% sampai (90:10)% nilai kuat
tarik plafon semakin menurun.
Karakteristik Material Komposit Polimer Faidliyah | Siswi | Endah
5
Gambar 3. Gaya tekan (kgf/ cm2) terhadap
agregat (% Styrofoam : % serat tebu) pada %
semen ( = 60 %, = 70 %, = 80
%, = 90%).
Dari grafik tersebut dapat diketahui
bahwa untuk perbandingan semen terhadap
agregat (% Styrofoam: % serat tebu) untuk
semen 60%, nilai tertinggi pada agregat
(70:30)%, dengan nilai uji tekan 6,7 kgf/cm2.
Untuk semen 70%, nilai tertinggi pada agregat
(70:30)%, dengan nilai uji tekan 9,8 kgf/cm2.
untuk semen 80%, nilai tertinggi pada agregat
(70:30)%, dengan nilai uji tekan 42,40 kgf/cm2.
Untuk % semen 90%, nilai tertinggi
pada agregat (60:40)%, dengan nilai uji tekan
38,55 kgf/cm2. Hal ini menunjukkan bahwa
untuk uji tekan, nilai optimal komposisi
perbandingan semen terhadap agregat (%
Styrofoam : % serat tebu) adalah 80% semen
dengan agregat 20% (60% styrofoam : 40%
serat tebu). Dari grafik 3. dapat dilihat bahwa
penambahan serbuk serat tebu dapat
mempengaruhi kuat tekan dari sampel (Rizky et
al, 2012). Nilai maksimum kuat tekan yang
diperoleh adalah 42,40 kgf/cm2. Kuat tekan
plafon semakin meningkat jika campuran
Styrofoam dengan serat tebu berkisar antara
(60:40)% sampai (70:30)%.
KESIMPULAN
1. Rasio perbandingan semen dan agregat
(styrofoam dan serat tebu) yang optimal
sebagai plafon komposit adalah (80:20)%.
2. Rasio perbandingan agregat (styrofoam
dan serat tebu) yang optimal sebagai
plafon komposit, mempunyai kelebihan
masing masing pada kekuatan materialnya.
Untuk komposisi (80:20)% pada kekuatan
tarik dan kekuatan lentur, Untuk komposisi
(70:30)% pada kekuatan tekan nya.
3. Kuat lentur plafon semakin meningkat jika
campuran Styrofoam dengan serat tebu
berkisar antara (60:40)% sampai (70:30)%.
Sedangkan untuk campuran antara
(80:20)% sampai (90:10)% nilai kuat
lentur plafon semakin menurun.
Kuat tarik plafon semakin meningkat jika
campuran Styrofoam dengan serat tebu
berkisar antara (60:40)% sampai (70:30)%.
Sedangkan untuk campuran antara
(80:20)% sampai (90:10)% nilai kuat tarik
plafon semakin menurun. Kuat tekan
plafon semakin meningkat jika campuran
Styrofoam dengan serat tebu berkisar
antara (60:40)% sampai (70:30)%.
Sedangkan untuk campuran antara
(80:20)% sampai (90:10)% nilai kuat
lentur plafon semakin menurun.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, http://www.wordpres.com [diakses 23
September 2014],
Adhi Kusumastuti, 2009. Aplikasi Serat Sisal
Sebagai Komposit Polimer. Jurnal
kompetensi Teknik Vol 1, No.1 November
2009
Cindy, T. 2011. Keefektifan Styrofoam Sebagai
Material Kulit Bangunan Menginsulasi
Panas. Palembang: Presiding Seminar
Nasional AVoER ke-3. Program Sarjana
Universitas Tarumanegara Jakarta.
Dwi, K., Tarkono, Harnowo, S. 2013,
Utilization Of Fiber And Shell Particles
Palm Oil As Substitute Materials In
Producing Eternite Ceiling. Jurnal FEMA.
Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Febrina, FL, Hartatiek, Yudyanto. 2013.
Sintesis Komposit Polystyrene/Karbon
(Ps/C) Berbasis Arang Kayu Jati dengan
Variasi Komposisi dan Pengaruhnya
Terhadap Porositas, Konduktivitaslistrik,
dan Mikrostruktur. Malang: Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Negeri Malang.
Mastariyanto Perdana, Romi P, 2015,
Pengaruh Fraksi Volume Penguat
Terhadap Kekeuatan Lentur Green
Composite Untuk Aplikasi Pada Bodi
Kendaraan. Fakultas Teknologi Industri ,
Institut Teknologi Padang
Nasirwan, yanziwar, hendra. 2003. Pulp
Jerami sebagai Bahan Serat dalam
Pembuatan Eternit. Padang: Jurnal R & B.
Volume 3 Nomor 1. Staf Pengajar Jurusan
Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang.
Ratni Kartini, Darma setiawan, 2002,
Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit
INDUSTRI INOVATIF Vol. 7, No. 1, Maret 2017 : 1 - 6
6
Polimer Berpenguat Serat Alam, Jurnal
Sains Materi Indonesia (Indonesian journal
of materials Science) vol 3 no.3 Juni 2002
hal 30-38 ISSN 1411-1098
Risky, W., Akhiruddin, Sudiatai. 2013.
Pembuatan dan Karakterisasi Plafon dari
Serbuk Ampas Tebu dengan Perekat
Poliester. Medan: Departemen Fisika,
Fakultas MIPA Universitas Sumatera
Utara.
Syaiful, A. http://www.scribd.com/ampastebu
[Diakses 14 Agustus 2014],
Teuku Rihayat, Suryani, 2011, Pembuatan
Polimer Komposit Ramah Lingkungan
Untuk Aplikasi Industri Otomotif Dan
Elektronik. Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Lhokseumawe
Tiurma, S. 2009. Pembuatan dan Karakterisasi
Batako Ringan yang Terbuat dari
Styrofoam dan Semen. Medan: Sekolah
Pasca Saijana Universitas Sumatera Utara.
www.ft.unp.id.com/alatujitekan [diakses 23
September 2014],
www.researchget.net/chloroform [diakses 23
September 2014],
www.scribd.com/kloroform [diakses 23
September 2014],
www.wordpress.com/makalah-kimia-membran
[Diakses 24 September 2014],
www.wikipedia.com/kloroform [diakses 23
September 2014]
www.4shared.com/alatujitarikdantekan [diakses
24 September 2014],
www.4shared.com/alatujilentur [diakses 23
September 2014]
Vol. 7, No. 1, Maret 2017 ISSN: 2087-8869
INDUSTRI INOVATIF