2014-03-05-2014-01-29-arahan_pengembangan_wilayah_perbatasan_kabupaten_sidoarjo_dan_kabupaten_gresik...
DESCRIPTION
sidoarjoTRANSCRIPT
Judul Penelitian : Arahan Pengembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik
Pelaksana : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo
Kerjasama Dengan : -
Latar Belakang
Secara hierarki degradasi perkembangan suatu wilayah dipengaruhi oleh adanya kegiatan
yang menjadi tarikan bagi wilayah sekitarnya. Untuk mengantisipasi adanya perkembangan
wilayah yang tidak terkendali dilakukan upaya pengendalian melalui penataan maupun arahan
pengembangan wilayah. Sebagai langkah awal hendaknya dipahami adanya perubahan-perubahan
atau kecenderungan pemanfaatan lahan kedepannya.
Lokasi Kabupaten Sidoarjo yang strategis berbatasan langsung dengan Kota Surabaya
serta Kabupaten Gresik di sisi utara. Secara tidak langsung sisi utara Kabupaten Sidoarjo
berbatasan dengan Kabupaten Gresik yang dipisahkan oleh Kali Surabaya. Integrasi antar keduanya
difasilitasi dengan keberadaan jembatan yang kondisinya sangat macet pada jam-jam puncak. Hal
ini dipengaruhi oleh keberadaan industri-industri di sepanjang by pass Krian yang lokasinya relatif
dekat dengan wilayah perbatasan dengan Kabupaten Gresik. Integrasi yang intens juga menyangkut
perkembangan pemanfaatan lahan di wilayah perbatasan yang mempunyai kesamaan yaitu kegiatan
yang mendukung kegiatan industri seperti permukiman, perdagangan, dan jasa.
Diskripsi di atas merupakan gambaran integrasi wilayah perbatasan Kabupaten Sidoarjo di
sisi utara yang berbatasan dengan Kabupaten Gresik. Dengan adanya arahan pengembangan
wilayah perbatasan, diharapkan adanya interaksi yang dinamis dan harmonis antara kedua wilayah
ini melalui keterkaitan pemanfaatan lahan yang seirama. Tentunya ada harapan positif yang
diletakkan dalam arahan pengembangan wilayah perbatasan ini menjadikan perubahan wilayah
yang lebih baik. Dengan adanya sinkronisasi terhadap dua wilayah kabupaten akan diketahui
nantinya permasalahan apa saja yang muncul dan urusan apa saja yang akan diselesaikan secara
bersama (koordinatif) dan lintas sektoral/lintas wilayah.
Sebagai langkah awal guna mendukung pengembangannya serta pengendalian
pemanfaatan ruang agar tetap dinamis dan harmonis menuju arah perkembangan yang lebih baik
maka disusunlah ‘Arahan Pengembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten
Gresik’.
Maksud dan Tujuan
Tujuan disusunnya pekerjaan ini adalah untuk membantu Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
dalam mendapatkan arahan pengembangan wilayah melalui gambaran kebijakan pembangunan
yang tertuang dalam kebijakan tata ruang terkait dengan kecenderungan perkembangan wilayah
perbatasan.
Hasil
Terdapat dua titik menjadi pusat kegiatan pembangunan dan pertumbuhan di wilayah
perbatasan Kabupaten Sidoarjo dengan Kabupaten Gresik, yaitu di sisi utara merupakan
pengembangan pemukiman perkotaan, serta di sisi selatan merupakan pengembangan industri.
Dengan adanya dua titik pertumbuhan tersebut, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menjaga
kesinambungan, keharmonisan, serta kontinuitas antara pertumbuhan wilayah utara dengan selatan.
Arahan pengembangan wilayah perbatasan Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik
meliputi :
Kawasan Lindung
Pengembangan kawasan lindung diupayakan agar tetap menjaga keserasian dan keseimbangan serta berkelanjutan dengan ekosistem dan lingkungan sekitarnya. Arahan pengembangan untuk kawasan lindung antara lain: Pengembalian fungsi sempadan sungai dengan penertiban kegiatan budidaya di sepanjang
sempadan sungai disesuaikan kondisi sosial ekonomi penduduk yang terkena kebijaksanaan; Pencegahan pengembangan kagiatan budidaya di sempadan sungai yang dapat mengganggu,
merusak kualitas air, kondisi fisik, dan dasar sungai; Sempadan sungai tidak bertanggul di dalam perkotaan untuk sungai dengan kedalam ˂ 3 m
adalah 10 m, untuk sungai dengan kedalaman 3-20 m adalah 15 m, dan sungai dengan kedalaman ˃ 20 m adalah 30 m;
Diharapkan jalan yang terdapat di sepanjang sungai tidak hanya berfungsi sebagai jalan pemeliharaan sungai tetapi dapat difungsikan juga untuk jalan umum;
Memfungsikan sungai sebagai tempat rekresi air seperti tempat pemancingan, wisata perahu, dan lain sebagainya;
Memanfaatkan kawasan sempadan sungai sebagai RTH dengan partisipasi aktif penduduk; Pengaturan sempadan sungai dengan prinsip sungai sebagai arah orientasi; Pencegahan perkembangan aktivitas penambangan pasir secara liar yang dapat merusak
ekosistem sungai dan mengakibatkan terjadinya erosi melalui upaya tindakan tegas pemberian sanksi bagi pelanggarnya.
Kawasan Budidaya
Pengembangan kawasan budidaya diarahkan pada upaya mewujudkan pemanfaatan yang berhasil guna dan berdaya guna sesuai dengan potensi yang dimiliki. Disamping itu pemanfaatannya diupayakan untuk mencapai pola ruang yang serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan. Arahan pengembangan untuk kawasan budidaya antara lain: Untuk lapangan olahraga diarahkan penyebarannya di tiap-tiap kawasan pemukiman, selain
mempertahankan yang sudah ada dan dihindari untuk peralihan fungsi sebagai kawasan terbangun;
Keberadaan makam juga difungsikan sebagai resapan air; Pengembangan RTH di sekitar kawasan umum dan kawasan pemukiman, berupa tanaman
pohon dan tanaman pot untuk menunjukkan identitas kawasan serta estetika lingkungan.
Pertanian
Arahan pengembangan pertanian antara lain: Lahan produktif, pemanfaatan lahan tegal perlu dipertahankan untuk meminimalkan resiko
terjadinya erosi sungai; Sawah irigasi teknis tetap dipertahankan keberadaannya serta tidak diperbolehkan adanya
peralihan fungsi untuk kegiatan non pertanian; Kegiatan non pertanian yang diperbolehkan sebatas mendukung kegiatan pertanian dengan
klasifikasi kecil dengan persentase 0,5% dari luas lahan pertanian sesuai peraturan secara rinci.
Permukiman
Kecenderungan perkembangan kawasan permukiman cenderung bertambah seiring kebutuhan sarana hunian. Arahan pengembangan pemukiman antara lain: Pengembangan pemukiman pedesaan diarahkan untuk menghindari sawah irigasi teknis; Perubahan penggunaan tanah menjadi kawasan terbangun permukiman dilakukan pada
lahan yang kurang produktif; Pada pembangunan perumahan real estate, pelaksana pembangunan perumahan/developer
wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, dan fasilitas sosial dengan proporsi 40% dari keseluruhan luas lahan perumahan, dan selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah;
Pada pembangunan perumahan real estate, pelaksanaan pembangunan perumahan yang dilakukan developer (perumahan baru) dalam rencana tapak/block plan wajib menyediakan 60%-40% lahan non efektif (dilihat dari daya dukung lahan maupun ketentuan rencana rinci) luasan lahan tersebut bersifat tidak terbangun dengan penggunaan didalamnya;
Sedangkan 40%-60% (dilihat dari daya dukung lahan maupun ketentuan rencana rinci) dari luas lahan perumahan bersifat terbangun di mana penggunaan lahan didalamnya meliputi kavling hunian, kavling perniagaan, kavling pelayanan umum, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas perumahan lainnya:
Pengembangan lokasi perumahan lama dan perkampungan kabupaten di tekankan pada peningkatan kualitas lingkungan dan pembenahan prasarana dan sarana perumahan;
Intensifikasi pembangunan permukiman perkotaan untuk menambah ketersediaan RTH.
Perdagangan dan Jasa
Perkembangan perdagangan dan jasa akan senantiasa mengikuti perkembangan permukiman sebagi generator pembangkit kegiatan dengan fungsi komersial. Kecenderungan perkembangan perdagangan dan jasa juga mengikuti terbentuknya jaringan jalan, terutama pada akses-akses utama. Arahan pengembangan perdagangan dan jasa antara lain: Kawasan perdagangan dan jasa direncanaka secara terpadu dengan kawasan sekitarnya dan
harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan dan jasa termasuk pedagang informal/sejenis lainnya dengan mengedepankan saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling memerlukan;
Pada pembangunan fasilitas perdagangan berupa kawasan perdagangan terpadu, pelaksana pembangunan/pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, area untuk pedagang informal dan fasilitas sosial dengan proporsi 40% dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah;
Kegiatan usaha perdagangan informal diarahkan secara terintegrasi pada lokasi perdagangan dan jasa serta diupayakan pencegahan keberadaannya di jaringan jalan yang dapat mengganggu fungsi lalu-lintas.
Fasilitas Umum
Saat ini yang mempunyai kecenderungan perkembangan lebih banyak adalah fasilitas pendidikan dini, fasilitas peribadatan, serta fasilitas kesehatan dengan skala pelayanan lingkungan. Arahan pengembangan fasilitas umum antara lain: Pengembangan fasilitas pendidikan lebih ditekankan pada pemerataan fasilitas untuk
menjawab kebutuhan fasilitas pendidikan sejalan dengan perkembangan penduduk serta peningkatan kualitas bangunan/gedung sekolah dan fasilitas pendukung kegiatan pendidikan. Penataan kembali lingkungan fasilitas pendidikan yang ada, terutama penyediaan RTH/penghijauan, pengaturan kembali tingkat persebaran fasilitas untuk memeratakan jangkauan pelayanan;
Pengembangan fasilitas kesehatan untuk menjawab kebutuhan sejalan dengan perkembangan penduduk adalah pemerataan fasilitas. Peningkatan kualitas dilakukan melalui penyediaan peralatan medis dan kelengkapan obat-obatan, peningkatan pelayanan
serta peningkatan fungsi dari masing-masing jenis fasilitas kesehatan yang ada. Pemerataan fasilitas kesehatan tingkat masyarakat (Posyandu) sehingga menjangkau seluruh masyarakat. Pembangunan baru hendaknya pada lokasi yang belum terbangun/pada lokasi yang tingkat pelayanannya rendah;
Pengembangan fasilitas peribadatan skala lokal adalah peningkatan kualitas dan perbaikan fasilitas yang mulai mengalami kerusakan. Peningkatan fungsi melalui kegiatan-kegiatan rohani yang intensif dilakukan di fasilitas peribadatan ini sehingga selain beribadah juga dapat berfungsi sebagai tempat bersosialisasi. Penambahan fasilitas dilakukan sejalan dengan perkembangan penduduk melalui pembangunan fasilitas peribadatan baru;
Pengembangan fasilitas perkantoran pemerintah dapat menjadi mark dari fasilitas perkantoran. Rehabilitasi kantor pemerintah apabila dinilai kondisinya sudah tidak layak, dan untuk kantor pemerintahan yang masih layak dengan kondisi bagus tetap dipertahankan serta meningkatkan kualitas lingkungan dan bangunan fisik.
Industri dan Pergudangan
Perkembangan industri dan pergudangan mengikuti kondisi eksisting di kawasan by pass Krian. Dengan demikian arah pengembangan industri dan pergudangan sebagai berikut : Pembangunan zona industri harus memperhatikan kebutuhan luas lahan, jenis-jenis ruang
dan fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia, kemudahan pencapaian, dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi;
Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan industri pada zona industri harus disertai dengan upaya-upaya terpadu dalam mencegah dan mengatasi terjadinya pencemaran lingkungan mulai dari penyusunan AMDAL, UKL dan UPL, penyediaan IPAL, dan disertai dengan pengawasan oleh pemerintah daerah secara intensif terhadap kegiatan industri yang dilaksanakan;
Pengolahan limbah kawasan industri pada zona industri dilakukan dengan prinsip zero waste dan zero polution yang diharapkan tercapai dalam waktu 10 tahun;
Pengembangan zona industri yang terletak di sepanjang jalur arteri/kolektor harus dilengkapi dengan frontage road untuk kelancaran aksesibilitas.
Jaringan Jalan
Jaringan jalan di wilayah studi akan mengalami perubahan dan penyesuaian dengan kondisi eksisting, terutama pada Jl. Soenandar Priyosudarmo sisi Utara. Adapun arah pengembangan sistem jaringan jalan meliputi : Penigkatan jalan by pass Krian dengan jalan pendamping kanan-kiri dari by pass; Meningkatkan kondisi fisik dan memperlebar Jl. Soenandar Priyosudarmo dengan memberi
frontage road untuk mengantisipasi rencana pembangunan jalan tol di sebelah utara. Apabila tol ini terwujud, maka fungsi Jl. Soenandar Priyosudarmo meningkat dari kolektor primer menjadi arteri primer;
Rencana pengembangan sistem jalan lokal primer ini meliputi perbaikan jalan yang menghubungkan antara pusat-pusat kecamatan dengan pusat-pusat desa terutama yang masih belum diaspal.
Pola Pergerakan
Arahan pengelolaan pola pergerakan dilakukan dengan pengaturan lalu lintas/rekayasa lalu lintas, atau dengan penyediaan jalan alternatif agar tidak terjadi penumpukan terutama di jalan menuju Kabupaten Gresik. Penerapan standar fungsi jalan juga diharapkan dapat menjadi solusi pemecahan permasalahan lalu lintas.
Angkutan Umum
Kecenderungan perkembangan moda transportasi mengikuti permintaan pengguna jalan. Dengan demikian arah pengembangan angkutan umum meliputi : Penambahan rute yang menghubungkan Wringinanom-Driyorejo;
Pengaturan trayek angkutan umum untuk mengatur sirkulasi agar tidak menambah kemacetan, serta bertujuan untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat sedemikian rupa agar dapat dijangkau oleh sistem layanan transportasi.
Prasarana Transportasi
Kecenderungan perkembangan prasarana transportasi belum ada perubahan yang signifikan, justru cenderung mengalami penurunan kualitas terutama keberadaan pedestrian yang semakin terokupasi oleh kegiatan PKL. Arah pengembangan prasarana transportasi meliputi : Halte yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan penumpang serta untuk menunggu
kendaraan umum diletakkan dekat dengan pusat kegiatan; Pengaturan dan penyediaan lahan untuk parkir; Peningkatan kualitas dan penetapan fungsi pedestrian; Pengembangan sistem transportasi air untuk wilayah Kabupaten Sidoarjo yakni
pengembangan angkutan sungai (bus air) di Kali Mas.
Pengembangan Jaringan Listrik
Perkembangan jaringan listrik mengikuti perkembangan permukiman serta kebutuhan/permintaan konsumen yang cenderung meningkat. Adapun arahan pengembangan jaringan listrik meliputi : Pengembangan dan pembangunan jaringan listrik dilakukan secara terpadu dengan sistem
jaringan listrik nasional PJB yang ditekankan pada peningkatan pelayanan, penambahan kapasitas, dan jangkauan pelayanan;
Meremajakan jaringan distribusi listrik yang sudah tua/tidak layak pakai; Mengoptimalkan pemakaian jaringan distribusi yang sudah ada; Memasang jaringan distribusi baru untuk memenuhi kebutuhan bagian kawasan yang belum
terlayani.
Jaringan Telepon
Perkiraan kebutuhan akan jaringan telepon akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan penduduk. Dengan demikian arah pengembangan jaringan telepon sebagai berikut : Telekomunikasi dan informasi yang dikembangkan antara lain melalui penggunaan telepon
sambungan rumah, telepon seluler, dan internet. Pengembangan prasarana dengan peningkatan jaringan telepon, pembangunan BTS, dan pembangunan hotspot pada area publik. Rencana penyediaan infrastruktur telematika berupa tower BTS dilakukan secara bersama-sama;
Memperluas/menambah jaringan distribusi telepon agar mampu memenuhi permintaan pelanggan baru;
Meremajakan jaringan distribusi yang sudah tua dan tidak layak pakai; Mengoptimalkan penggunaan jaringan distribusi yang sudah ada; Menambah fasilitas wartel dan telepon umum di sekitar kawasan wisata.
Air Bersih
Wilayah yang perlu mendapat prioritas pelayanan air bersih terkait dengan kawasan perbatasan yang meliputi kawasan Balongbendo, Krian, dan Taman. Adapun arahan pengembangan air bersih sebagai berikut : Rencana pengembangan sumber air bersih (PDAM) diperoleh dari sumber Umbulan untuk
jaringan utama di sisi jalan arteri primer dan dari pengolahan air sungai Mangetan untuk jaringan sekunder;
Mengadakan perbaikan dan rehabilitasi jaringan lama agar mampu menyalurkan air bersih sesuai dengan program pemerintah;
Memanfaatkan seoptimal mungkin jaringan distribusi yang sudah ada;
Menambah jaringan hidran dalam perencanaan air bersih guna mengamankan kawasan yang mempunyai kecenderungan terbakar tinggi (pabrik, pasar, pertokoan).
Drainase
Daya tampung saluran kedepannya tidak akan cukup untuk menampung khususnya limbah yang dihasilkan rumah tangga akibat perkembangan penduduk yang semakin meningkat pula. Adapun arahan pengembangan drainase sebagai berikut : Pembangunan sistem pematusan ditekankan pada upaya optimalisasi prasarana dan sarana
pematusan yang telah ada serta pembangunan prasarana dan sarana pematusan baru guna mengantisipasi perkembangan penduduk yang disertai dengan perkembangan kegiatan;
Peningkatan dan perbaikan saluran drainase untuk jalan-jalan utama di kawasan pemukiman di mana semakin banyak air limbah yang harus ditampung akibat semakin meningkatnya aktivitas penduduk;
Terkait dengan wilayah perbatasan, maka pengembangan dan pembangunan sistem pematusan dilakukan secara terpadu melalui koordinasi dan kerjasama antara pemerintah daerah dan pihak-pihak lain yang terkait.
Persampahan
Pengembangan prasarana dan sarana kebersihan/persampahan dilakukan dalam rangka peningkatan kebersihan dan kualitas lingkungan Kabupate melalui upaya-upaya penanganan sampah secara terpadu mulai dari proses pembuangan awal sampai akhir dan dengan menerapkan konsep 3R.