2013 gmist-ecoteology

29
AIR, TANAH & antara HAK dan TANGGUNGJAWAB TEOLOGIS (Sebuah Refleksi Teologi Ekofeminisme Konstektual) Oleh anna marsiana

Upload: anna-marsiana

Post on 08-Dec-2014

240 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: 2013 gmist-ecoteology

AIR, TANAH & antara HAK dan TANGGUNGJAWAB TEOLOGIS

(Sebuah Refleksi Teologi Ekofeminisme Konstektual)

Oleh anna marsiana

Page 2: 2013 gmist-ecoteology

PENGANTAR....

Page 3: 2013 gmist-ecoteology

Krisis air di sekitar kita......

Page 4: 2013 gmist-ecoteology

Sampah, tanggung jawab siapa?....

Page 5: 2013 gmist-ecoteology

PILIH MaNa??K E H I D U P

N A

K E M

A T I

A

N

Page 6: 2013 gmist-ecoteology

“...Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun

keturunanmu” (Ul 30:19)

Maka bersabdalah El Shaddai, Allah kita: “Kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan

kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik

engkau maupun keturunanmu”

Page 7: 2013 gmist-ecoteology

Mengapa krisis air? Ratio air terbuang: air meresap ke tanah= 100:7

Penggundulan hutan, konversi hutan tropis ke hutan produksi & hutan monokultur, (mis: perkebenunan sawit, kopi, coklat, karet) mengurangi kapasitas penyerapan dan penyimpanan air tanah

Pertambangan: konversi hutan, gunung mjd lubang raksasa Vs kebutuhan air utk proses pertambangan yang masif

Konversi lahan hijau mjd perumahan, terutama rumah beton (tidak ramah lingkungan)

Penggunaan air tanah dalam berlebihan : penambangan air minum

Pencemaran sumber air merusak bio airmengganggu ekosistem memperparah krisis air dan lingkungan.

Page 8: 2013 gmist-ecoteology

Kapasitas resapan air tanah=7%Sediaan air:jumlah penduduk yang ada tidak bisa memenuhi kebutuhan l.k 1.1 milyar penduduk dunia

Page 9: 2013 gmist-ecoteology

Kerusakan hutan di KaltengMerampas hidup:suku asli di Kalimantan & kaum perempuannya.

Page 10: 2013 gmist-ecoteology

Asal banjir Toba (2010): siapa yang harus bayar?

Page 11: 2013 gmist-ecoteology

Gunung emas itu telah memberi kita sampah...

Page 12: 2013 gmist-ecoteology

bumi kita menyediakan cukup untuk seluruh mahluk yang hidup di dalamnya, namun tidak cukup memenuhi keserakahan 1 orang (gandhi)

Page 13: 2013 gmist-ecoteology

Krisis Lingkungan adalah Krisis Kehidupan....1. Manusia sbg sumber krisis:keserakahan,

ketidakpedulian, ketidaktahuan, alienasi dari alam2. Sebaliknya krisis lingkungan menghadirkan

masalah yang lebih besar bagi manusia: krisis sumber hidup (air,tanah, udara), krisis kesehatan, krisis pangan, krisis kehidupan! pengalaman konkret di lapangan

3. Lingkaran setan yang harus diputuskan, dan hanya kita, manusia yang bisa memutuskannya.

4. Tanggungjawab manusia beragama? melalui praxis teologiekoteologiteologi ekofeminis

Page 14: 2013 gmist-ecoteology

Mencari akar perusakan lingkungan melalui kacamata pengalaman perempuan

Posisi Perempuan: Korban sekaligus Pelaku

Page 15: 2013 gmist-ecoteology

1. Pengalaman perempuan sebagai warga negara kelas dua setelah laki-lakiPosisi agama selama berabad-abad mendukung

laki-laki sbg pusat kekuasaan, dan segala jenis kepemilikan, apalagi kepemilikan tanah, ada di tangan laki-laki. --penggunaan tanah sepenuhnya adalah dalam perspektif dan pengalaman hidup laki-laki & dominasi.

Sejarah agama lebih sering pro ideologi pembangunan revolusi hijau dan perkembangan teknologi pertaniansangat bias laki-laki & kapitalisme; diciptakan untuk sebesar-besarnya keuntungan; diciptakan menurut dan untuk kepentingan perspektif pengalaman laki-laki.

Page 16: 2013 gmist-ecoteology

2. Perempuan diidentikkan dan dididik sebagai mahluk yang feminin (natural & kultural) lebih dekat relasinya dengan bumi.

Pemahaman Natural:• perempuan -> feminin sosok yang caring & nurturing,

bernaluri merawat dan memelihara, sebagaimana perannya sebagai ibu yang mengandung dan melahirkan, yang kemudian merawat dan memelihara anak-anak yang dikandung dan dilahirkannya.

lebih mudah mengidentifikasikan diri dengan bumi yang melahirkan banyak kehidupan lebih caring thd bumi.

Pemahaman kultural:Melalui sosialisai, pendidikan & pembiasaan:perempuan

lebih diakrabkan dengan dunia domestik dan bercocok tanam yang lebih dekat dengan alam, maka lagi-lagi, perempuan menjadi sahabat alam.

Sebaliknya, laki-laki dengan dunia berburumenjadi musuh alam.

Page 17: 2013 gmist-ecoteology

3. Filsafat dualisme:perempuam representasi sifat feminine, laki-laki

representasi sifat maskulin; bumi adalah representasi dari karakter feminine dan matahari dari maskulin;

perempuan subordinate terhadap laki-laki, sama seperti femininitas terhadap maskulinitas;

Asumsinya: laki-laki adalah representasi manusia, maka manusia =laki-laki = maskulin = superior superior terhadap bumi yang adalah feminine.

Maka: manusia, (laki-laki & perempuan, transgender—semua --yang berpikir dalam kerangka pikir bias laki-laki) memperlakukan bumi dengan semena-mena, memperkosa bumi demi kepuasan nafsu: ketamakan, keserakahan, kekuasaan....

Page 18: 2013 gmist-ecoteology

Akibatnya....Mudah untuk melihat bahwa perusakan lingkungan

= peminggiran perempuan lebih lanjut & secara sistematis .

Dari uraian di atas, mudah untuk melihat bahwa dalam krisis ekologis, perempuan adalah korban.

Referensi:Francoise d’Eaubonne (1974) adalah yang pertama

kali mengidentifikasikan bahwa struktur berpikir dan struktur sosial patriarkhis yang membawa penindasan terhadap perempuan itu juga mengarah dan membawa kita kepada cara pikir dan tindakan dominasi atas alam

Page 19: 2013 gmist-ecoteology

Perempuan sbg pelaku: Mengikuti Logika Francoise d’Eaubonne :(Tuhan)

Laki-laki

Perempuan

Alam

Perempuan adalah subordinasi di hadapan laki-laki, tetapi superior di hadapan alam.

Artinya perempuan adalah subyek di hadapan alam pelaku

Dalam posisi yg lebih sering berhubungan langsung dg alam, justru tanpa sadar perempuan justru ikut berkontribusi besar dalam krisis lingkungan

Page 20: 2013 gmist-ecoteology

Elizabeth Scuessler-Fiorenza, multipiramidaPater-kyrie-arche :Melahirkan struktur pikir dan struktur sosial yang

bersifat multilayers-multipyramidesSetiap orang tidak pernah hanya membawa

identitas tunggal, setiap orang membawa identitas ganda (pelaku & korban) atau bahkan identitas multi.

Perempuan bukan satu identitas atau kategori tunggal, melainkan kategori berlapis.

Menumbuhkan kesadaran kritis bahwa hidup adalah perpindahan yang dinamis dari satu piramida ke piramida yang lain, dari satu identitas ke identitas yang lain.

Page 21: 2013 gmist-ecoteology

Penjelasan di lapangan.....Dalam gender division labor dimana perempuan diposisikan

lebih dekat dengan alam, ternyata perempuan juga sangat rentan terhadap penetrasi & dominasi pasar dan kapitalisme, dan mulai tidak sensitif terhadap alam (konsumsi energi, kosmetik, perhiasan, dll yang sangat tidak tidak bersahabat dengan alam)

Di masyarakat yang makin modern, makin banyak jumlah perempuan yang bergabung & terserap ke dalam sistem kekuasaan, (sebagai guru, dosen, pemimpin agama, engineer, pembuat keputusan...)

Perempuan bukan kategori tunggal: dia korban sekaligus pelaku. Sebagian besar dari kita memiliki porsi besar sbg korban, tetapi dalam perkembangannya porsi sebagai pelaku juga mulai membesar

Page 22: 2013 gmist-ecoteology

DAFTAR BENDA & WAKTU UTK PENGURAIAN

KARDUS SUSU: 5 thFilter rokok: 10-12thKulit PISANG: 3-4 mgTisu: 2-4 mgKotak plastik: 50-80thKALENG MINUM aluminium: 200-500thBotol plastik: 450thPAMPERS:550th

Tas plastik/kresek:200-1000thTas Kertas: 1 blnKertas koran: 1-1,5 bln

Page 23: 2013 gmist-ecoteology

Analisis Ekofeminis:

Mengurai Logika Dominasi dalam Piramida Multilapis

Page 24: 2013 gmist-ecoteology

Tafsir ulang ideologi industrialisasi--Vandana Shiva: kritik atas definisi produksi/produktif dan tidak produktif.

Sesuatu berpindah dari ranah tidak produktif ke ranah produktif ketika intervensi teknologi dan tenaga (bias laki-laki) masuk.

Contoh: hutan di Kalimantan yang kaya akan keaneragaman hayati dan menjadi sumber kehidupan bagi sejumlah suku dan sub-suku di Kalimantan tidak masuk dalam kategori hutan produktif, karena tidak pernah ada jamahan traktor, atau benig pabrikan, atau tangan-tangan insinyur pertanian dengan berbagai teorinya.

Contoh: mata air yang mengalir dari pegunungan, dan menghidupi jutaan orang yang dilewati sungai tersebut tidak dianggap produktif sampai datang para investor, memasang bendungan berkatup, atau memasukkan air ke dalam botol dan menjualnya ke masyarakat yang sebenarnya tidak membutuhkan botol-botol plastik tadi.

Page 25: 2013 gmist-ecoteology

Maka...kerja perempuan mengambil air bersih dari mata air

sampai di atas meja makan, dan atau mengambil hasil hutan dan mengubahnya menjadi makanan di atas meja makan atau bahkan di warung-warung kecil di depan rumahnya tidak masuk dalam kategori produktif.

perempuan –khususnya di pedesaan-- di ranah ekonomi subsistense, berproduksi dan reproduksi dalam kemitraan dengan alam, menjadi ahli di bidangnya secara lebih holistis dan ramah lingkunganNamun model pengetahuan, keahlian, dan bidang produksi yang mereka lakukan itu tidak dakui oleh teori kapitalisme dan kaum reduksionis.

Page 26: 2013 gmist-ecoteology

Awas!!! Hati-hati dengan slogan “knowledge is power” (Francois Bacon)patriarkhis, kyriarkhis, reduksionis, materialitis, kapitalistis... (mengingat apa yang masuk kategori sebagai knowledge dan apa yang bukan)

tradisi pemikiran itu mengubah kemampuan manusia untuk mengetahui alam dengan menyingkirkan cara-cara mengetahui yang berbeda, paradigma lain, yang tidak berbicara keuntungan dalam perspektif material dan ekonomis semata & pelakunya.  

Pembangunan & modernisasi diarahkan untuk merekayasa sesama manusia serta memperalat masyarakat untuk menaklukkan alam.  Alam dan lingkungan dilihat sbg benda mati yang tak memiliki kehidupan dan dikeruk untuk sebesar-besarnya keuntungan. 

Alihfungsi dari “lahan tidak produktif” menjadi “lahan produktif”kritik harus sudah kita mulai kepada paradigma awal mengenai yang produktif dan tidak produktif.

Page 27: 2013 gmist-ecoteology

Peran & Tanggungjawab Perempuan :

Vandana Shiva: "Nature shrinks as capital grows. The growth of the market cannot solve

the very crisis it creates”

Page 28: 2013 gmist-ecoteology

Potensi besar teolog perempuan:

1. Pengalaman subordinasi dalam power relasion yang bersifat power dominating, sehingga kita tahu rasanya seperti apa, dampak negatif yang kita warisi dan memenjarakan kita berabad-abad. alasan kuat & pisau analisis untuk mengembangkan teologi ekofeminisme, dengan menggunakan perspektif pengalaman subordinasi dan ketertindasan kita. 

2. Refleksi teologis yang kita bangun harus mampu secara kritis melihat nilai-nilai dominasi dalam segala bentuk dan di semua lini, yang telah menjadi sumber malapetaka global ini.

3. Real & konkret: perempuan kuat dengan pengalaman real dan konkret yang bisa dibawa ke dalam teologi-ekofeminis sehingga bersentuhan dan menjawab langsung persoalan dan tantangan ekologis dan semua dampak ikutannya.

Page 29: 2013 gmist-ecoteology

Potensi Perempuan.... Krisis ekologi yang berimbas pada krisis agraria (krisis pangan)

memang sangat dirasakan perempuan. Namun perempuan juga memegang kunci untuk ikut menyelesaikan.

Perempuan memiliki ruang yang sangat luas untuk melakukan praksis eko-teologi tsb. Mulai dari dapur sampai meja rias kita, mulai dari halaman rumah sampai dengan ruang hijau publik

Perempuan menolak instanisasi & plastikisasikembali ke alam harus dibarengi dengan pembagian kerja yang adil gender di rumah sehingga tidak menambah beban ekstra perempuan.

Perempuan berangkat dari pengalaman di atas, menjadi pelopor gerakan “pilihlah kehidupan”