2012-2-00511-ak workingpaper001

11
ANALISA PENGARUH PENERAPAN ASEAN– CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) TERHADAP FINANCIAL DISTRESS DAN RETURN SAHAM (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI TEKSTIL, ALAS KAKI, DAN ELEKTRONIKA YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007- 2012) Christina Marthaulina Triyanti Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat Phone : +62.88.8851.5837 [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan ASEAN–China Free Trade Area (ACFTA) terhadap financial distress dan return saham pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2012 dengan melihat perbedaan sebelum dan sesudah ACFTA berlaku. Metode penelitian yang digunakan adalah pengukuran financial distress menggunakan model diskriminan Altman dan model Springate serta return saham dan uji statistik menggunakan uji paired sample t-test. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ACFTA tidak berpengaruh terhadap kesulitan keuangan (financial distress) dan return saham pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI. Kata Kunci : ACFTA, financial distress, Altman, Springate, Return Saham. Abstract This study aims to find out, is there any influence implementation of the ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) to financial distress and stock returns on the textile, footwear, and electronics industry which listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) year period from 2007 to 2012 with see the difference before and after the ACFTA applicable. The method used is the measurement of financial distress using discriminant model Altman and Springate as well as stock returns and the statistical test using paired samples t-test. These results indicate that the ACFTA have no effect on the financial distress and the company's stock return on the textile, footwear, and electronics industry which listed on the Stock Exchange. Keywords : ACFTA, financial distress, Altman, Springate, Stock Return.

Upload: okta7373

Post on 16-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Akuntansi

TRANSCRIPT

  • ANALISA PENGARUH PENERAPAN ASEANCHINA FREE TRADE AREA (ACFTA)

    TERHADAP FINANCIAL DISTRESS DAN RETURN SAHAM

    (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI TEKSTIL, ALAS KAKI, DAN ELEKTRONIKA YANG TERCATAT DI

    BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2012)

    Christina Marthaulina Triyanti

    Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat Phone : +62.88.8851.5837

    [email protected]

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan ASEANChina Free Trade Area (ACFTA) terhadap financial distress dan return saham pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2012 dengan melihat perbedaan sebelum dan sesudah ACFTA berlaku. Metode penelitian yang digunakan adalah pengukuran financial distress menggunakan model diskriminan Altman dan model Springate serta return saham dan uji statistik menggunakan uji paired sample t-test. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ACFTA tidak berpengaruh terhadap kesulitan keuangan (financial distress) dan return saham pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI.

    Kata Kunci : ACFTA, financial distress, Altman, Springate, Return Saham.

    Abstract

    This study aims to find out, is there any influence implementation of the ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) to financial distress and stock returns on the textile, footwear, and electronics industry which listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) year period from 2007 to 2012 with see the difference before and after the ACFTA applicable. The method used is the measurement of financial distress using discriminant model Altman and Springate as well as stock returns and the statistical test using paired samples t-test. These results indicate that the ACFTA have no effect on the financial distress and the company's stock return on the textile, footwear, and electronics industry which listed on the Stock Exchange.

    Keywords : ACFTA, financial distress, Altman, Springate, Stock Return.

  • PENDAHULUAN

    Awal tahun 2010 dimulai dengan pemberlakuan ACFTA atau ASEAN-China Free Trade Area. ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan dalam perdagangan baik secara individual maupun antar perusahaan. Kesepakatan ini memiliki pengaruh yang cukup luas di bidang ekonomi, industri, dan perdagangan di Indonesia. Dari sisi konsumen atau masyarakat, kesepakatan ini membuat pasar dibanjiri oleh produk-produk dengan harga lebih murah dan banyak pilihan. Kesepakatan ini juga dapat memberikan peluang dan meningkatkan daya saing komoditas produksi dalam negeri. Di sisi lain, kesepakatan ini dikhawatirkan akan menghancurkan industri lokal. Sebab, tarif bea masuk barang-barang dari China ke ASEAN, khususnya Indonesia menjadi nol persen yang akan membuat produk dari China semakin dapat bebas masuk ke Indonesia. Hal ini tentu akan mengancam industri dalam negeri, dikarenakan produk dalam negeri dinilai belum mampu bersaing dengan produk dari China. Karena biaya produksi di dalam negeri masih tinggi sehingga menyebabkan harga jual produk jauh di atas produk China. Serta produk China terkenal dengan harga yang murah dan kualitas yang baik. Berdasarkan Global Competitiveness Report tahun 2012 mengenai daya saing industri di beberapa negara asia menunjukan bahwa, daya saing industri Indonesia masih dibawah China. Dimana Indonesia berada di peringkat 46 dan China di peringkat 26. Sehingga, daya saing produk China lebih unggul dibanding dengan produk Indonesia. Demikian juga berdasarkan informasi dari Kemenperin (2011) peningkatan impor hasil industri dari China dapat dilihat dengan peningkatan nilai impor hasil industri dari China pada periode Januari-November tahun 2011 sebesar US$ 22,14 miliar atau naik sebesar 31,49 persen terhadap impor pada periode sama tahun 2010 yang mencapai 16,8 miliar. Beberapa industri Indonesia yang merasakan dampak dari adanya ACFTA ini adalah industri Tekstil, Alas Kaki dan Elektronika. Dampak dapat dilihat dari perkembangan impor pada sektor industri Tekstil, Alas Kaki dan Elektronika selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan impor dari tahun 2009 ke tahun 2010 (periode penerapan ACFTA), meningkat cukup besar. Meningkatnya impor tersebut mengakibatkan pasar domestik Indonesia dibanjiri oleh produk impor China, sehingga barang buatan dalam negeri mengalami persaingan yang hebat. Produk lokal harus mempertahankan kualitasnya dengan menekan biaya serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produk China agar produk dalam negeri bisa lebih kompetitif dengan produk China, dan hal ini tentu harus didukung oleh pemerintah. Sejumlah penelitian mengenai pengaruh ACFTA terhadap Indonesia telah dilakukan. Lemhannas (2012) melakukan penelitian tentang peningkatan daya saing industri Indonesia guna menghadapi ACFTA dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional. Lemhannas menemukan industri dalam negeri masih menghadapi berbagai permasalahan yang masih menghambat peningkatan daya saing, baik dari segi kualitas maupun harga. Sektor industri dalam negeri yang dikhawatirkan belum mampu bersaing dengan China antara lain : industri tekstil dan produk tekstil, industri alas kaki, dan industri elektronik. Kemudian Gandhi pawitana (2012) meneliti mengenai karakteristik industri manufaktur kecil dan menengah - SMMI di Propinsi Jawa Barat di era ACFTA. ACFTA akan membuat produk China bebas didistribusikan ke Pasar Indonesia. Oleh karena itu, produk dalam negeri akan kehilangan daya saing, terutama dalam harga produk dibandingkan dengan China. Penelitian ini menunjukan bahwa sektor yang paling terpengaruh dari adanya produk China adalah industri tekstil. Kemenperin (2011) melakukan penelitian mengenai perkembangan pelaksanaan perdagangan ACFTA tahun 2010 di sektor industri. Berdasarkan survei yang dilakukan, Kemenperin menemukan bahwa pemberlakuan ACFTA pada umumnya berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan pada cabang industri elektronika, furnitur, logam, permesinan, dan tekstil. Terdapat korelasi antara pemberlakuan ACFTA terhadap kinerja 5 cabang industri dalam negeri yang diteliti. Hubungan dimaksud diantaranya adalah terjadinya penurunan produksi, penurunan jumlah tenaga kerja, penurunan penjualan, dan penurunan keuntungan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini ingin melanjutkan untuk mengetahui pengaruh ACFTA terhadap Indonesia pada sektor Industri Tekstil, Alas Kaki, dan Elektronika. Dampak dari lemahnya daya saing yang dimiliki produk lokal terhadap produk China yang semakin marak dengan adanya ACFTA, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan industri yang akan terus mengalami penurunan yang akan berdampak pada kelangsungan usaha. Penyebabnya adalah terjadinya penurunan produksi, penurunan penjualan yang akan mengakibatkan pada pendapatan berkurang atau kemudian akan mengalami kerugian yang kemudian dampak terburuknya perusahaan akan mengalami kesulitan

  • keuangan (financial distress). Dan jika kondisi keuangan tersebut tidak cepat diatasi bisa berakibat pada kebangkrutan usaha. Financial distress adalah suatu kondisi di mana perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Financial distress terjadi ketika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya khususnya dalam hal pembayaran utang. Menurut Karen Wruck dalam Ahmad R. dan Herni A (2010:172), financial distress adalah situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak cukup, untuk memenuhi kewajiban perusahaan dan perusahaan ditekan untuk melakukan kegiatan perbaikan. Untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan perusahaan dapat melakukan antisipasi dengan mengetahui kondisi financial distress sejak dini. Untuk mengukur kondisi keuangan dan meminimalisir terjadinya kebangkrutan, dapat dilakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Agar informasi yang tersaji menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Analisis kebangkrutan yang sering digunakan ialah model diskriminan Altman dan model Springate. Analisis kebangkrutan tersebut dilakukan untuk memprediksi suatu perusahaan sebagai penilaian dan pertimbangan akan suatu kondisi perusahaan. Dengan mengetahui kondisi keuangan perusahaan sejak dini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang posisi keuangan dan perkembangan usaha perusahaan serta dapat membantu pihak pihak yang berkepentingan dalam mengambil suatu keputusan dan/atau untuk melakukan kebijakan untuk mengantisipasi kebangkrutan. Serta mengetahui apakah kesepakatan antara negara ASEAN-China untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas mempunyai pengaruh terhadap financial distress perusahaan di Indonesia dengan melihat perbedaan yang terjadi sebelum dan setelah ACFTA diterapkan. Dengan menurunnya pendapatan yang diperoleh perusahaan akibat rendahnya daya saing yang dimiliki dengan produk China hal ini kemudian akan berpengaruh terhadap return saham. Tujuan investor dalam menanamkan sebuah investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan atau return dalam investasi yang mereka lakukan. Keputusan investor dalam memilih suatu saham sebagai objek investasinya membutuhkan data historis dalam pegerakan saham di bursa. Harga saham dapat terus berubah seiring dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Jika kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan meningkat maka harga saham akan naik dan demikian juga sebaliknya akan menyebabkan harga saham akan turun. Untuk itu penulis juga ingin mengetahui apakah kesepakatan antara negara ASEAN-China untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas mempunyai pengaruh terhadap return saham perusahaan di Indonesia dengan melihat perbedaan yang terjadi sebelum dan setelah ACFTA diterapkan. Mengacu pada latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

    1. Apakah penerapan ASEANChina Free Trade Area (ACFTA) berpengaruh terhadap prediksi financial distress (model Altman Z-Score) pada perusahaan industri industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2012?

    2. Apakah penerapan ASEANChina Free Trade Area (ACFTA) berpengaruh terhadap prediksi financial distress (model Springate) pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2012?

    3. Apakah penerapan ASEANChina Free Trade Area (ACFTA) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2012?

    Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan ASEANChina Free Trade Area (ACFTA) terhadap financial distress dan return saham pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2012 dengan melihat perbedaan sebelum dan sesudah ACFTA berlaku.

    METODE PENELITIAN

    Desain penelitian digunakan untuk menjelaskan tentang jenis dan sumber data, jumlah sampel, metode analisis dan variabel penelitian yang digunakan serta metode yang akan digunakan dalam pengolahan data.

  • Jenis Dan Sumber Data

    Dalam penelitian ini, jenis dan sumber data yang digunakan penulis adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan audited perusahaan Tekstil, Alas Kaki, dan Elektronika yang tercatat (listed) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2007-2012 yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (http://www.idx.co.id) dan Indonesian capital market electronic library Bursa Efek Indonesia (BEI) serta data laporan saham perusahaan tekstil, alas kaki, dan elektronika tahun 2007-2012 yang diperoleh dari Indonesian capital market electronic library Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun data periode 2007 sampai 2009 digunakan sebagai data sebelum penerapan ACFTA dan periode 2010 sampai 2012 digunakan sebagai data setelah penerapan ACFTA.

    Penentuan Jumlah Sampel

    Dalam penelitian ini, populasi yang akan menjadi pengamatan adalah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil, alas kaki, dan elektronika yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2012. Dalam penelitian ini digunakan teknik purposive sampling, dimana sampel yang diambil didasarkan pada alasan dan kriteria yang jelas. Penentuan jumlah sampel dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk membatasi penelitian yang dilakukan. Adapun kriteria pemilihan sampel sebagai berikut:

    1. Perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak di sektor tekstil, alas kaki dan elektronika.

    2. Perusahaan tekstil, alas kaki dan elektronika yang dipilih adalah perusahaan yang secara rutin melaporkan laporan keuangan dam mempunyai kelengkapan data dari tahun 2007-2012.

    Tabel 1 Daftar Sampel Perusahaan Tektil, Alas Kaki, dan Elektronika

    NO KODE NAMA TANGGAL

    PENCATATAN SEKTOR TEKSTIL

    1 ARGO Argo Pantes Tbk 07 Januari 1991 2 CNTX Century Textile Industry Tbk 22 Mei 1979 3 ERTX Eratex Djaja Tbk 21 Agustus 1990 4 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk 13 Oktober 1992 5 INDR Indorama Synthetics Tbk 03 Agustus 1990 6 MYTX APAC Citra Centertex Tbk 10 Oktober 1989 7 PBRX Pan Brothers Tbk 16 Agustus 1990 8 POLY Asia Pacific Fibers Tbk. Tbk 12 Maret 1991 9 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 22 Januari 1998

    10 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk 20 Agustus 1997 11 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk 26 Februari 1980 12 UNTX Unitex Tbk 16 Juni 1989

    SEKTOR ALAS KAKI 13 BATA Sepatu Bata Tbk 24 Maret 1982

    14 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk 30 Agustus 1994

    SEKTOR ELEKTRONIKA 15 PTSN Sat Nusapersada Tbk 08 Nopember 2007

  • Variabel Penelitian

    Menurut Indriantoro dan Supomo (2009), variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Variabel merupakan mediator antara construct yang abstrak dengan fenomena nyata. Construct adalah abstraksi fenomena-fenomena nyata yang diamati.

    1. Variabel Independen Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). ACFTA mulai berlaku pada tahun 2010, sehingga penelitian dilakukan pada periode sebelum ACFTA berlaku 2007-2009 dan sesudah ACFTA berlaku 2010-2012.

    2. Variabel Dependen Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Dimana ACFTA dapat mempengaruhi variabel dependen dalam penelitian ini. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Model Altman Z-Score Fungsi diskriminan Z adalah sebagai berikut: Z = 0,012X1+ 0,014X2+ 0,033X3+ 0,006X4+ 0,999X5 Dimana X1 = Modal kerja/Total aktiva (dalam %) X2 = Laba ditahan/Total aktiva (dalam %) X3 = EBIT/Total aktiva (dalam %) X4 = Nilai pasar modal/Nilai buku hutang (dalam %) X5 = Penjualan/Total Aktiva (kali) Terdapat angka-angka cutoff nilai z yang dapat menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang yang dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: Jika nilai Z < 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut, jika nilai 1,8 < Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan), dan jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.

    b. Model Springate c. Model Springate dirumuskan sebagai berikut:

    Z = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D Dimana: A = Working Capital / Total Asset B = Net profit before interest and taxes / total asset C = Net profit before taxes / current liability D = Sales / total asset Model tersebut mempunyai standar dimana perusahaan yang mempunyai skor Z > 0,862 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 0,862 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut.

    d. Return Saham Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividennya, maka rumusnya menjadi :

    Dimana: Ri = Return sekuritas (saham) ke-i selama periode t-1 sampai t Pit = Harga saham i pada saat t Pit-1 = Harga saham i pada saat t-1

    Uji Statistik

    Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Statistik Deskriptif

    Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang terlihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness

  • (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2012). Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean (nilai rata-rata), standar deviasi, maksimum, dan minimum.

    2. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini akan digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05.

    3. Uji Hipotesis Uji Paired Sample T-Test dilakukan terhadap dua sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, seperti subjek A akan mendapat perlakuan I dan kemudian perlakuan II (Santoso, 2009). Uji Paired Sample T-Test populer digunakan untuk model penelitian pre-post atau sebelum-sesudah. Uji beda digunakan untuk mengevaluasi perlakuan (treatment) tertentu pada satu sampel yang sama pada dua periode pengamatan yang berbeda yaitu sebelum dan sesudah adanya treatment. Treatment tertentu pada penelitian ini adalah peristiwa ACFTA. Langkah- langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : a. Merumuskan hipotesis

    Hipotesis Pertama : H01 : Kedua rata-rata prediksi financial distress model diskriminan Altman sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA adalah tidak berbeda secara signifikan. Ha1 : Kedua rata-rata prediksi financial distress model diskriminan Altman sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA adalah berbeda secara signifikan. Hipotesis kedua : H02 : Kedua rata-rata prediksi financial distress model Springate sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA adalah tidak berbeda secara signifikan. Ha2 : Kedua rata-rata prediksi financial distress model Springate sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA adalah berbeda secara signifikan. Hipotesis ketiga : H03 : Kedua rata-rata return saham sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA adalah tidak berbeda secara signifikan. Ha3 : Kedua rata-rata return saham sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA adalah berbeda secara signifikan.

    b. Tingkat signifikan () sebesar 0,05 c. Menentukan hasil :

    Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel : Tolak H0 jika thitung >= (lebih besar) dari t-tabel 0,05 dengan df n-1 Terima H0 jika thitung < (lebih kecil) dari t-tabel 0,05 dengan df n-1. Berdasarkan nilai probabilitas : Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima. Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak.

    HASIL DAN BAHASAN

    1. Perhitungan Model Altman dan Springate Model Altman

    Penggunaan data Argo Pantes Tbk tahun 2007 pada perhitungan nilai Z X1 = 409.479.253 731.247.078 = -17,24% 1.866.001.471 X2 = -1.648.801.982 = -88,36% 1.866.001.471 X3 = -66.298.468 = -3,55% 1.866.001.471 X4 = 436.224.685 = 27,87% 731.247.078 + 833.783.922 X5 = 1.045.369.719 = 0,5602 1.866.001.471

    Nilai Z :

  • Z = 0,012X1+ 0,014X2+ 0,033X3+ 0,006X4+ 0,999X5 = 0,012(-17,24)+0,014(-88,36)+0,033(-3,55)+0,006(27,87)+0,999(0,5602) = -0,8342 (Lihat lampiran halaman L-1)

    Model Springate Penggunaan data Argo Pantes Tbk tahun 2007 pada perhitungan nilai Z A = 409.479.253 731.247.078 = -0,1724 1.866.001.471 B = -66.298.468 = -0,0355 1.866.001.471 C = -120.586.657 = -0,1649 731.247.078 D = 1.045.369.719 = 0,5602 1.866.001.471

    Nilai Z : Z = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D = 1,03 (-0,1724) + 3,07 (-0,0355) + 0,66 (-0,1649) + 0,4 (0,5602) = -0,1714 (Lihat lampiran halaman L-1)

    2. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan uji statistik paired sample t-test, diketahui bahwa H01 diterima yaitu kedua rata-rata prediksi financial distress dengan model diskriminan Altman sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA adalah tidak berbeda secara signifikan. Sehingga dapat disimpulkan ACFTA tidak berpengaruh terhadap kesulitan keuangan (financial distress) pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI. Hal tersebut ditunjukan dari hasil olah data yang menyatakan nilai thitung < (lebih kecil) dari ttabel yaitu 1,812 < 2,1448 serta dengan hasil signifikansi yaitu 0,092 lebih besar dari 0,05.

    Tabel 2 Paired Sample Test Financial Distress Model Altman Paired Samples Test

    Pair 1

    SEBELUM -

    SESUDAH

    Paired Differences

    Mean -,5512672 Std. Deviation 11,784,070 Std. Error Mean ,3042634

    95% Confidence Interval of the Difference

    Lower -

    12,038,472 Upper ,1013128

    t -1,812 df 14 Sig. (2-tailed) ,092

    3. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan uji statistik paired sample t-test, diketahui bahwa H02 diterima yaitu kedua rata-rata prediksi financial distress dengan model Springate sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA adalah tidak berbeda secara signifikan. Sehingga dapat

  • disimpulkan ACFTA tidak berpengaruh terhadap kesulitan keuangan (financial distress) pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI. Hal tersebut ditunjukan dari hasil olah data yang menyatakan nilai thitung < (lebih kecil) dari ttabel yaitu 0,781 < 2,1448 serta dengan hasil signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,448 > 0,05.

    Tabel 3 Paired Sample Test Financial Distress Model Springate Paired Samples Test

    Pair 1

    SEBELUM -

    SESUDAH

    Paired Differences

    Mean -,1168403 Std. Deviation ,5793804 Std. Error Mean ,1495954

    95% Confidence Interval of the Difference

    Lower -,4376905 Upper ,2040099

    T -,781 Df 14 Sig. (2-tailed) ,448

    4. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan uji statistik paired sample t-test, diketahui bahwa H03 diterima yaitu kedua rata-rata return saham sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA adalah tidak berbeda secara signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ACFTA tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI. Hal tersebut ditunjukan dari hasil olah data yang menyatakan nilai thitung < (lebih kecil) dari ttabel yaitu yaitu 0,115 < 2,1448 serta dengan hasil signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,910 > 0,05.

  • Tabel 4 Paired Sample Test Return Saham Paired Samples Test

    Pair 1

    SEBELUM -

    SESUDAH

    Paired Differences

    Mean -,0003737 Std. Deviation ,0125774 Std. Error Mean ,0032475

    95% Confidence Interval of the Difference

    Lower -,0073388 Upper ,0065914

    t -,115 df 14 Sig. (2-tailed) ,910

    5. Berdasarkan data BPS diketahui bahwa impor dari China untuk barang-barang tekstil, alas kaki, dan elektronika terus mengalami peningkatan, hal ini mengakibatkan pasar domestik dibanjiri oleh barang-barang dari China. Meskipun dengan adanya ACFTA produk impor dari China di Indonesia semakin marak, namun Indonesia masih bisa mendapatkan peluang yaitu dengan meningkatkan ekspor produk-produk dalam negeri. Berikut merupakan grafik ekspor-impor antara Indonesia dan China, untuk hasil industri tekstil, kulit, barang kulit, dan sepatu/alas kaki, serta elektronika.

    Grafik 1 Ekspor Impor Produk Hasil Industri Tekstil, Kulit, Barang Kulit, dan Sepatu/Alas Kaki, dan Elektronika Antara Indonesia dan China Tahun 2007 2011

  • Berdasarkan hasil pengujian sampai tiga tahun berlakunya ACFTA, ACFTA belum mempengaruhi kesulitan keuangan (financial distress) dan return saham bagi perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI. Dengan maraknya produk China di pasar domestik dalam negeri, perusahaan pada industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI belum mengalami pengaruh negatif. Hal tersebut terjadi karena ditengah maraknya produk Cina di pasar domestik Indonesia, produk perusahaan pada industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI masih diserap di dalam negeri. Serta dalam penelitian ini menggunakan perusahaan besar, sehingga perusahaan tidak mendapatkan pengaruh dengan adanya ACFTA.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan hasil pengujian penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa kedua rata-rata prediksi financial distress

    model diskriminan Altman sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA adalah tidak berbeda secara signifikan. Yang berarti financial distress dengan model diskriminan Altman pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI tidak dipengaruhi ACFTA.

    2. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa kedua rata-rata prediksi financial distress model Springate sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA adalah tidak berbeda secara signifikan. Yang berarti financial distress dengan model Springate pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI tidak dipengaruhi ACFTA.

    3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa kedua rata-rata return saham sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA adalah tidak berbeda secara signifikan. Yang berarti return saham pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI tidak dipengaruhi ACFTA.

    4. Ditengah maraknya produk impor dari China di Indonesia, ACFTA tidak mempengaruhi kesulitan keuangan (financial distress) dan return saham bagi perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI. Hal tersebut terjadi karena perusahaan besar digunakan sebagai objek penelitian, sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang untuk melakukan ekspor. Hal ini ditunjukan dari adanya peningkatan ekspor untuk hasil industri tekstil, kulit, barang kulit, dan sepatu/alas kaki, dan elektronika pada periode penerapan ACFTA.

    Adapun saran yang dapat diajukan atas hasil pengujian adalah : 1. Bagi Investor

    Dengan diketahui bahwa return saham pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI tidak dipengaruhi ACFTA, maka dapat diketahui bahwa saham pada perusahaan industri tekstil, alas kaki, dan elektronika yang terdaftar di BEI masih dapat untuk dijadikan sebagai objek investasi pada era ACFTA ini.

    2. Bagi Industri Hendaknya dapat melakukan inovasi-inovasi terhadap produk yang dihasilkan perusahaan. Sehingga dengan diterapkannya ACFTA dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap perusahaan.

    3. Bagi Pemerintah Pemerintah hendaknya melakukan strategi serta menerapkan peraturan demi membantu industri-industri dalam negeri dengan melakukan peningkatan daya saing serta memproteksi produk dalam negeri sehingga tercipta peluang yang lebih besar untuk produk-produk dalam negeri untuk menguasai pasar sendiri serta dapat meningkatkan ekspor produk dalam negeri. Agar dengan adanya ACFTA dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap industri di Indonesia.

    4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengunakan industri-industri lainnya yang diduga dipengaruhi oleh ACFTA, seperti industri otomotif dan komponen serta industri makanan dan minuman dalam penelitian, sebagai pembanding.

  • REFERENSI

    Altman, E. (1968). Financial ratios, discriminant analysis and the prediction of corporate bankruptcy. The Journal of Finance Vol XXIII, September, 589609.

    Fahmi, Irham. (2011). Analisis laporan keuangan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 20. Semarang: Badan

    Penerbit Universitas Diponegoro Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar akuntansi keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Indriantoro, N. & Supono, B. (2009). Metode penelitian bisnis : Untuk akuntansi dan manajemen edisi

    pertama. Yogyakarta: Penerbit BPFE-Yogyakarta. Kasmir. (2010). Analisis laporan keuangan (edisi 1). Jakarta: Penerbit Rajagrafindo Persada. Latif, Syahid. & Pratomo , Harwanto Bimo. (2011). Kalah dari China, Ini Alasan Menperin. Diakses

    tanggal 12 Juni 2013 dari http://bisnis.news.viva.co.id. Lemhannas. (2012). Peningkatan daya saing industri Indonesia guna menghadapi Asean-China Free

    Trade Agreement (ACFTA) dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional. Jurnal Kajian Lemhannas RI. Edisi 14. Desember 2012.

    Pawitana, Gandhi. (2012). Characteristics of small medium manufacturing industries in the era of ACFTA : Case study from west java. Procedia Economics and Finance 4 ( 2012 ) 130 139.

    Peter & Yoseph. (2011). Analisis kebangkrutan dengan metode z-score altman, springate dan zmijewski pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk periode 2005 2009. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun ke-2, Januari-April 2011.

    Purba, Djahotman & Syahrial, Dermawan. (2011). Analisa laporan keuangan - cara mudah dan praktis memahami laporan keuangan (edisi pertama). Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

    Purna, Ibnu., Hamidi., & Prima. (2010). ACFTA sebagai tantangan menuju perekonomian yang kompetitif. Diakses tanggal 9 April 2013 dari http://www.setneg.go.id.

    Rodono, Ahmad. & Ali, Herni. (2012). Manajemen keuangan (Edisi Pertama). Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

    Sarwono, Jonathan. (2012). Metode riset skripsi : Pendekatan Kuantitatif (Menggunakan prosedur SPSS). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

    Subramanyam, K.R. & Wild, John J. (2010). Analisis laporan keuangan buku 1 (edisi 10) . Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

    Tendelilin, Eduardus. (2010). Portofolio dan investasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Zubir, Zalmi. (2011). Manajemen portofolio : Penerapannya dalam investasi saham. Jakarta: Penerbit

    Salemba Empat. ______. (2011). Perkembangan pelaksanaan perdagangan ACFTA tahun 2010 di sektor industri.

    Jakarta:Pusat Komunikasi Publik, Kementerian Perindustrian. ______. www.bps.go.id ______. www.idx.co.id ______.www.kemenperin.go.id

    RIWAYAT PENULIS

    Christina Marthaulina Triyanti lahir di kota Jakarta pada 15 April 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada 2013.