200510130913-manlak gakin 2005

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO, 1948), Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar masyarakat terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Selama lima dekade, pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui pengembangan dan perluasan jaringan pelayanan kesehatan agar berada sedekat mungkin dengan penduduk yang membutuhkannya. Perubahan pola penyakit yang menimbulkan beban ganda, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out o pocket, dan subsidi pemerintah untuk semua lini pelayanan, membawa ketimpangan dalam pelayanan kesehatan dan mendorong peningkatan biaya kesehatan. Krisis moneter yang terjadi sekitar tahun 1997 telah meningkatkan jumlah penduduk miskin dan meningkatkan biaya kesehatan berlipat ganda, sehingga menekan akses penduduk, terutama penduduk miskin, terhadap pelayanan kesehatan. f Untuk mengatasi hal tersebut berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sejak tahun 1998 Pemerintah melaksanakan beberapa upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Dimulai dengan pengembangan Program Jaring Pengaman Sosial (JPS-BK) tahun 1998 – 2001, Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDPSE) tahun 2001 dan Program Kompensasi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) Tahun 2002-2004. Pada awal tahun 2005, melalui keputusan Menteri Kesehatan nomor 1241/Menkes/XI/2004 menetapkan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) melalui pihak ketiga, dengan menunjuk PT Askes (Persero). Sasaran awal mengacu pada data BPS 2004 adalah sebesar 36.146.700 jiwa. Tahun 2005, adalah masa transisi pelaksanaan (JPKMM) ini, dalam pelaksanaannya ditemukan masalah dilapangan, terutama karena perbedaan jumlah masyarakat miskin yg dikelola oleh PT Askes dengan jumlah masyarakat miskin yang terdata di setiap daerah dan sudah terlayani pada program PKPS BBM 2004 yang lalu. Masalah lain keterbatasan dana yg diperoleh puskesmas terutama untuk menggerakkan kegiatan- kegiatan luar gedung dan pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) lainnya termasuk revitalisasi posyandu, program imunisasi dan operasional puskesmas dan jaringannya. Pemda diharapkan dapat memenuhi kebutuhan anggaran untuk melakukan program Puskesmas, namun dalam kenyataan di lapangan umumnya kurang mencukupi. Memahami permasalahan tersebut, pemerintah dan DPR melalui dana APBN-P untuk program PKPS BBM Bidang Kesehatan, pemerintah telah menyepakati untuk melaksanakan program layanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah di Puskemas dan layanan Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit di seluruh Indonesia. Dengan program tersebut diatas maka hambatan pelayanan kesehatan, terutama masyarakat miskin dan masyarakat tidak mampu, akibat perbedaan data sasaran dan hambatan prosedural dalam pelayanan dapat diatasi. Pedoman ini memberikan petunjuk secara umum kepada semua pihak terkait tentang mekanisme pelaksanaan “program Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Rujukan Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit yang dijamin Pemerintah”, merupakan kelanjutan program JPKMM 2005 (tahap I) dengan beberapa penyesuaian. 1

Upload: chia-farm

Post on 05-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

manlak

TRANSCRIPT

  • BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO, 1948), Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar masyarakat terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Selama lima dekade, pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui pengembangan dan perluasan jaringan pelayanan kesehatan agar berada sedekat mungkin dengan penduduk yang membutuhkannya. Perubahan pola penyakit yang menimbulkan beban ganda, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out o pocket, dan subsidi pemerintah untuk semua lini pelayanan, membawa ketimpangan dalam pelayanan kesehatan dan mendorong peningkatan biaya kesehatan. Krisis moneter yang terjadi sekitar tahun 1997 telah meningkatkan jumlah penduduk miskin dan meningkatkan biaya kesehatan berlipat ganda, sehingga menekan akses penduduk, terutama penduduk miskin, terhadap pelayanan kesehatan.

    f

    Untuk mengatasi hal tersebut berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sejak tahun 1998 Pemerintah melaksanakan beberapa upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Dimulai dengan pengembangan Program Jaring Pengaman Sosial (JPS-BK) tahun 1998 2001, Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDPSE) tahun 2001 dan Program Kompensasi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) Tahun 2002-2004. Pada awal tahun 2005, melalui keputusan Menteri Kesehatan nomor 1241/Menkes/XI/2004 menetapkan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) melalui pihak ketiga, dengan menunjuk PT Askes (Persero). Sasaran awal mengacu pada data BPS 2004 adalah sebesar 36.146.700 jiwa. Tahun 2005, adalah masa transisi pelaksanaan (JPKMM) ini, dalam pelaksanaannya ditemukan masalah dilapangan, terutama karena perbedaan jumlah masyarakat miskin yg dikelola oleh PT Askes dengan jumlah masyarakat miskin yang terdata di setiap daerah dan sudah terlayani pada program PKPS BBM 2004 yang lalu. Masalah lain keterbatasan dana yg diperoleh puskesmas terutama untuk menggerakkan kegiatan-kegiatan luar gedung dan pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) lainnya termasuk revitalisasi posyandu, program imunisasi dan operasional puskesmas dan jaringannya. Pemda diharapkan dapat memenuhi kebutuhan anggaran untuk melakukan program Puskesmas, namun dalam kenyataan di lapangan umumnya kurang mencukupi. Memahami permasalahan tersebut, pemerintah dan DPR melalui dana APBN-P untuk program PKPS BBM Bidang Kesehatan, pemerintah telah menyepakati untuk melaksanakan program layanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah di Puskemas dan layanan Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit di seluruh Indonesia. Dengan program tersebut diatas maka hambatan pelayanan kesehatan, terutama masyarakat miskin dan masyarakat tidak mampu, akibat perbedaan data sasaran dan hambatan prosedural dalam pelayanan dapat diatasi. Pedoman ini memberikan petunjuk secara umum kepada semua pihak terkait tentang mekanisme pelaksanaan program Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Rujukan Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit yang dijamin Pemerintah, merupakan kelanjutan program JPKMM 2005 (tahap I) dengan beberapa penyesuaian.

    1

  • B. Tujuan

    1. Umum : Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu yang membutuhkan pelayanan kesehatan agar tercapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

    2. Khusus :

    a. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya. b. Terselenggaranya pelayanan kesehatan rujukan di Rumah Sakit, BP4 dan BKMM/BKIM. c. Terselenggaranya kegiatan pendukung pelayanan kesehatan. d. Terlaksananya kegiatan safeguarding.

    C. Sasaran

    Sasaran Program ini adalah seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu yang membutuhkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, serta layanan rujukan medis di Rumah Sakit pemerintah dan swasta yang ditunjuk, BP4 dan BKMM/BKIM, yang tidak memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan/Asuransi Kesehatan lainnya.

    D. Ruang Lingkup

    1. Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskemas dan jaringannya 2. Pelayanan Kesehatan Rujukan di Rumah Sakit, BP4, BKMM/BKIM 3. Penunjang Pelayanan Kesehatan 4. Safeguarding.

    2

  • BAB II PRINSIP PENYELENGGARAAN DAN PROSEDUR PELAYANAN

    A. Prinsip Penyelenggaraan

    Program pelayanan kesehatan diselenggarakan dengan prinsip :

    1. Pelayanan kesehatan yang menyeluruh (komprehensif), sesuai standar pelayanan kesehatan. 2. Pelayanan kesehatan dilakukan dengan prinsip terstruktur dan berjenjang. 3. Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringanya, rujukan rawat jalan dan rawat inap

    kelas III Rumah Sakit dijamin pemerintah. 4. Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya dengan dana yang dikelola

    langsung oleh Puskesmas 5. Pelayanan rujukan di Rumah Sakit Pemerintah dan swasta yang ditunjuk, BP4, BKMM/BKIM

    dengan dana yang dikelola oleh PT. Askes (Persero). 6. Transparansi dan akuntabilitas.

    B. Prosedur Pelayanan Kesehatan

    Prosedur pelayanan kesehatan adalah tatacara masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan:

    1. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang memerlukan pelayanan kesehatan berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya.

    2. Puskesmas dan jaringanya akan memberikan pelayanan kesehatan dasar sesuai kebutuhan dan standar pelayanan

    3. Pelayanan kesehatan rujukan diberikan atas dasar indikasi medis dengan disertai surat rujukan dari puskesmas. Bagi masyarakat miskin rujukan disertai kartu JPK-MM, guna memperoleh prioritas pelayanan. Kartu sehat dan SKTM masih berlaku selama belum diterbitkan kartu JPK-MM oleh PT. Askes (Persero).

    4. Rumah sakit wajib memberikan rujukan balik ke Puskesmas apabila kasus tersebut sudah dapat dilanjutkan di Puskesmas

    5. Rujukan antar Rumah Sakit dimungkinkan atas indikasi medis

    6. Rujukan ke Rumah Sakit dapat berupa rujukan rawat jalan dan rawat inap di Rumah sakit, BP4 dan BKMM/BKIM. Bagi Masyarakat miskin dan tidak mampu, Pelayanan Rujukan rawat jalan dan Rawat Inap Kelas III d Rumah Sakit/BP4/BKMM/BKIM dijamin oleh pemerintah, sehingga tidak dikenakan iur biaya dengan alasan apapun.

    i

    7. Dalam kondisi gawat darurat masyarakat dapat langsung ke Rumah Sakit melalui unit gawat

    darurat. Setelah mendapatkan pelayanan dilakukan verifikasi. Bagi yang tidak menunjukkan kartu JPK-MM, diharuskan untuk melengkapi dengan Kartu sehat/SKTM.

    9. Masyarakat yang tidak mematuhi aturan/prosedur diatas tidak mendapat Jaminan pemerintah.

    3

  • BAB III TATA LAKSANA PROGRAM

    A. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya.

    1. Jenis kegiatan

    a. Pelayanan Kesehatan Dasar

    1) Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) yang meliputi : Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan Pemeriksaan fisik Laboratorium sederhana (darah, urine dan feses rutin) Tindakan medis sederhana Pemeriksaan dan pengobatan gigi (cabut dan tambal) Pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui bayi dan balita Pelayanan rujukan kasus kedaruratan dari Puskesmas ke Rumah Sakit Pemberian obat-obatan sesuai ketentuan Pemberian Imunisasi Pelayanan dan pengobatan Gawat Darurat Pelayanan KB dan penanganan efek samping (alat kontrasepsi disediakan oleh

    BKKBN)

    2) Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)

    Rawat inap di Puskesmas meliputi : Akomodasi dan makan penderita/pasien Pemeriksaan fisik Tindakan medis Pemeriksaan Laboratorium sederhana Pemberian Obat-obatan, bahan habis pakai Rujukan ke Rumah Sakit bila diperlukan (termasuk penyediaan ambulans gawat

    darurat)

    3) Pelayanan kesehatan di luar gedung

    Pelayanan di luar gedung yang diselenggarakan oleh Puskesmas dan jaringannya adalah untuk meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan pelayanan di luar gedung tersebut meliputi : Pelayanan rawat jalan dengan Puskemas Keliling roda empat, maupun roda dua Pelayanan kesehatan di Posyandu Pelayanan kesehatan melalui kunjungan rumah (perawatan kesehatan masyarakat) Penyuluhan kesehatan Imunisasi Pelayanan ibu hamil Surveilans Penyakit dan Surveilans Gizi Operasional Kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Pelayanan kesehatan lainnya

    b. Paket Pelayanan Persalinan

    Persalinan yang diselenggarakan di Puskesmas dan Bidan Di Desa (BDD) adalah persalinan normal termasuk persalinan dengan penyulit pervaginam di Puskesmas dengan fasilitas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar). Pelayanan persalinan dapat dilaksanakan di rumah pasien maupun di sarana kesehatan baik Puskesmas perawatan, Puskesmas, Polindes serta Puskesmas Pembantu.

    4

  • Pelayanan yang diberikan tersebut meliputi : 1). Pemeriksaan persalinan 2). Pertolongan Persalinan/tindakan medis persalinan 3). Akomodasi dan makan penderita/pasien 4). Perawatan Ibu dan Bayi baru lahir 5). Pemeriksaan Laboratorium Sederhana 6). Pemberian obat dan bahan habis pakai 7). Rujukan ke Puskesmas dan Rumah Sakit bila diperlukan (termasuk penyediaan

    transportasi)

    c. Operasional dan Manajemen Puskesmas

    Paket kegiatan operasional dan manajemen Puskemas dalam upaya mendukung pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan Jaringannya meliputi :

    1). Biaya operasional rujukan terbatas (pada kasus gawat darurat) dari Puskesmas dan

    jaringannya ke Rumah Sakit. 2). Pembinaan Puskesmas ke Pustu, Bidan Di Desa dan Pos yandu 3). Konsultasi teknis Puskesmas ke Dinas Kesehatan 4). Pelatihan kader posyandu dan PIN 5). Penyelenggaraan pertemuan koordinasi di kecamatan 6). Kegiatan Lokakarya Mini Puskesmas termasuk mendukung persiapan Pekan Imunisasi

    Nasional (PIN) 7). Penyediaan ATK 8). Penggandaan, pencatatan dan pelaporan, KMS, poster 9). Biaya pengambilan vaksin termasuk vaksin polio untuk PIN

    d. Revitalisasi Posyandu dan Perbaikan Gizi

    Dilaksanakan untuk memfungsikan kembali 250.000 posyandu pada Kab/Kota di seluruh Indonesia dengan kegiatan :

    1). Posyandu yang masih aktif, dana revitalisasi posyandu dapat dimanfaatkan untuk :

    a. Transportasi kader pada saat kegiatan b. Penyuluhan gizi dan kesehatan c. Pemberian makanan tambahan penyuluhan (PMT Penyuluhan) d. Kunjungan rumah. e. Alat tulis untuk kader

    2). Posyandu yang kurang aktif atau sudah tidak aktif, akan digunakan untuk

    a. Kegiatan pelatihan kader baru b. Refreshing/penyegaran kader c. Transportasi kader pada saat kegiatan d. Penyuluhan gizi dan kesehatan e. Pemberian makanan tambahan penyuluhan (PMT Penyuluhan) f. Kunjungan rumah. g. Alat tulis untuk kader

    2. Sumber Dana

    Dana untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya bersumber dari dana APBN-P yang dialokasikan melalui DIPA Program Upaya Kesehatan Masyarakat TA. 2005

    5

  • 3. Alokasi Dana

    a. Alokasi Pelayanan Kesehatan Dasar

    Berdasarkan dana yang ditetapkan oleh pusat untuk setiap kabupaten/kota, Dinas Kesehatan menetapkan alokasi sebagai berikut ;

    1). Alokasi dana pelayanan kesehatan dasar per Puskesmas didasarkan pada perhitungan sebagai berikut :

    PUSK. A = x 90% dari Alokasi Dana Yankesdas Pddk Miskin di Wilayah Kab/Kota

    Pddk Miskin di Wilayah Pusk

    2). Bagi Kabupaten/Kota yang mempunyai Puskesmas Rawat Inap, alokasi dananya ditambahkan besarnya maksimal 10 % dari alokasi pelayanan kesehatan dasar.

    3). Besaran dana rawat inap setiap Puskesmas rawat inap ditetapkan dengan memperhatikan tingkat utilitas setiap Puskesmas rawat inap.

    4). Apabila Puskesmas membutuhkan penyediaan obat pelayanan kesehatan dan bahan habis pakai, dapat mengambil maksimal 15 % dari alokasi dana Pelayanan Kesehatan Dasar. Agar penyediaan obat efektif dan efisien pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    b. Alokasi Dana Persalinan di Puskesmas dan Bidan Di Desa

    Penetapan alokasi dana persalinan di Puskesmas dan Bidan di Desa, untuk Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Pusat. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menetapkan alokasi dana tersebut per Puskesmas diwilayahnya didasarkan pada perhitungan sebagai berikut ;

    PUSK = x Alokasi Dana Persalinan Pddk Miskin di Wilayah Kab/Kota

    Pddk Miskin di Wilayah Pusk

    c. Dana operasional dan manajemen Puskesmas

    Setiap Puskesmas untuk menunjang kegiatan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas disediakan alokasi biaya untuk operasional dan manajemen Puskesmas. Besarnya alokasi dana setiap Puskesmas ditetapkan dengan rumusan sebagai berikut :

    Alokasi DanaPUSK. A = x Oprs &

    Manajemen Pusk Pddk Miskin di Wilayah Kab/Kota

    Pddk Miskin di Wilayah Pusk

    6

  • d. Revitalisasi Pos yandu

    Besarnya dana revitalisasi posyandu dan perbaikan gizi yang akan diterima oleh setiap Puskesmas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

    Catatan : jumlah Posyandu setiap Puskesmas yang menerima dana disesuaikan dengan jumlah alokasi posyandu setiap kab/kota

    Alokasi danaPUSK = x Oprs Posyandu &

    Perbaikan Gizi

    Posy di wilayah

    Posyandu Kab/Kota

    Puskesmas

    4. Penyaluran Dana

    Dana untuk kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas da jaringannya yang meliputi : Pelayanan Kesehatan Dasar, pertolongan persalinan, Operasional dan Manajemen puskesmas, Revitalisasi posyandu dan perbaikan gizi disalurkan melalui Bank BRI Mekanisme penyaluran dana melalui Bank BRI Indonesia, sebagai berikut :

    a. Bank BRI menyalurkan dana kepada penerima dana setelah menerima Surat Keputusan dari Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    b. Penyediaan dana kepada Bank BRI Jakarta dilakukan dengan mengajukan Surat Perintah Membayar (SPM LS) oleh Kuasa Pengguna Anggaran ke KPPN dengan melampirkan : 1. Rekapitulasi dana yang akan disalurkan 2. Surat Keputusan sebagaimana point (a)

    c. Masa pembayaran adalah 15 hari terhitung mulai dana diterima oleh Bank BRI.

    d. Dana yang telah diterima oleh Puskesmas dan masih tersisa sampai akhir tahun anggaran maka dana tersebut dapat dipergunakan untuk tahun berikutnya.

    e. Jika terdapat perubahan masa pembayaran Depkes akan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Bank BRI paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum berakhirnya masa pembayaran

    Menteri Kesehatan menerbitkan SK penetapan alokasi dana per Kabupaten/Kota untuk kegiatan Program di Puskesmas dan jaringannya, serta kegiatan penunjang. Dana untuk tiap Kabupaten/Kota menjadi dasar pengiriman dana dari Bank BRI Pusat ke penerima dana.

    Berdasarkan SK tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan penerima dana yang dilampiri dengan nama puskesmas dan nama penanggungjawab serta jumlah dana. Yang berhak mencairkan dana adalah Pemegang Rekening Puskesmas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota.

    Kadinkes Kab/Kota dapat menetapkan formulasi (rumusan) alokasi dana sebagaimana tersebut di atas serta memperhatikan kondisi & kebutuhan daerah masing-masing.

    5. Pencairan/Pengambilan Dana

    Prosedur Pengambilan dana dari rekening Puskesmas untuk kegiatan-kegiatan Puskesmas yang akan dibiayai harus mengikuti prosedur sebagai berikut :

    a. Puskesmas membuat Plan Of Action (POA) kegiatan dan pembiayaan yang akan dilakukan yang telah dibahas dan disepakati sebelumnya pada forum lokakarya mini Puskesmas pada setiap bulannya.

    b. Setiap pengambilan dana dari rekening Puskesmas harus mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau berdasarkan kesepakatan bersama antara

    7

  • Puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (slip pengambilan uang ditandatangani oleh pemegang rekening dan kepala Dinas Kesehatan atau yang ditunjuk).

    c. Pada kondisi kebutuhan dana untuk kegiatan yang diusulkan sebelumnya mengalami kekurangan Puskesmas dapat mengajukan pengambilan dana dengan tetap meminta persetujuan Kepala Dinas Kesehatan.

    6. Pemanfaatan Dana

    Pemanfaatan dana disesuaikan dengan alokasi biaya untuk setiap kegiatan yang ditetapkan sebagai berikut :

    a. Dana Pelayanan Kesehatan dasar di Puskesmas dan Jaringannya.

    Dana pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dapat dipergunakan untuk membiayai Operasional penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi :

    1). Biaya transportasi petugas untuk pelayanan kesehatan dasar di luar gedung Puskesmas dan Jaringannya, yang mencakup upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM), termasuk untuk kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) bila diperlukan. Besaran biaya transport setiap kegiatan ditentukan berdasarkan kesepakatan pada lokakarya mini Puskesmas dengan mempertimbangkan geografis dan kesulitas transportasi (temasuk untuk BBM) dan mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Pembayaran biaya transport luar gedung kepada petugas oleh pemegang kas keuangan di Puskesmas harus mendapat persetujuan kepala Puskesmas

    2). Jasa pelayanan kesehatan bagi petugas yang ditetapkan oleh kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota dengan besaran maksimal 20% dari total alokasi pelayanan kesehatan dasar. Besaran jasa pelayanan kesehatan bagi setiap petugas Puskesmas disepakati dalam lokakarya mini dan dibayarkan oleh pemegang kas setelah mendapat persetujuan kepala Puskesmas

    3). Dana rawat inap yang dialokasikan kepada setiap Puskesmas perawatan dimanfaatkan untuk biaya akomodasi dan makan pasien, biaya petugas jaga, jasa pelayanan. Sedangkan alokasi obat dan bahan habis pakai menggunakan obat-dan bahan habis pakai dari pengadaan di Kabupaten/Kota. Besaran setiap komponen diatas ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pengeluaran uang dari pemegang kas Puskesmas untuk setiap perawatan harus mendapat persetujuan kepala Puskesmas dengan bukti kartu status perawatan.

    Pasien masyarakat miskin rawat inap di Puskesmas tidak boleh dipungut iur biaya

    b. Pertolongan Persalinan di Puskesmas dan BDD

    Pemanfaatan paket dana untuk persalinan normal di Puskesmas dan Jaringannya termasuk Bidan di Desa adalah sebagai berikut: 1). Jasa pertolongan persalinan 2). Akomodasi dan makan pasien sesuai dengan standar 3). Pemeriksaan laboratorium 4). Pemberian obat dan bahan habis pakai untuk ibu dan bayi sesuai ketentuan 5). Kebutuhan lain selama proses persalinan 6). Biaya pelayanan ibu nifas dengan neonatal termasuk biaya transportnya 7). Penanganan resiko tinggi obstetri neonatal 8). Jasa Pelayanan KB Pasca Persalinan 9). Transportasi Bidan di Desa dalam menolong persalinan 10). Rujukan kasus ibu hamil, neonatal risiko tinggi dari bidan di desa ke Puskesmas/

    rumah sakit atau dari Puskesmas ke Rumah Sakit.

    8

  • Besaran setiap paket diatur oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat sesuai dengan dana yang tersedia dan jumlah ibu bersalin yang ada di wilayah tersebut. Bagi Puskesmas atau bidan yang menolong persalinan masyarakat diluar wilayah kerja maka dapat melakukan klaim ke Puskesmas dimana ibu bersalin itu terdaftar dengan menunjukan bukti persalinan (partograf). Pembayaran klaim untuk persalinan diajukan oleh penolong persalinan kepada kepala Puskesmas setempat dengan bukti-bukti termasuk partograf

    Pasien masyarakat miskin tidak boleh dipungut iur biaya untuk menambah kekurangan biaya persalinan. Bukti pertolongan

    persalinan menggunakan partograf

    c. Operasional dan Manajemen puskesmas

    Dana operasional dan manajemen puskesmas dimanfaatkan untuk kegiatan sebagai berikut:

    1). Biaya operasional rujukan terbatas (pada kasus gawat darurat) dari Puskesmas dan jaringannya ke Rumah Sakit.

    2). Biaya transport Pembinaan Puskesmas ke Pustu, Bidan Di Desa dan Pos yandu 3). Biaya konsultasi teknis Puskesmas ke Dinas Kesehatan 4). Biaya penyelenggaraan Pelatihan kader posyandu dan PIN 5). Biaya penyelenggaraan pertemuan koordinasi di kecamatan 6). Biaya kegiatan Lokakarya Mini Puskesmas termasuk persiapan Pekan Imunisasi

    Nasional (PIN) 7). Pembelian Alat tulis kantor 8). Biaya penggandaan, pencatatan dan pelaporan, KMS, poster 9). Biaya pengambilan vaksin termasuk vaksin polio untuk PIN

    d. Revitalisasi Posyandu dan Perbaikan Gizi

    Dana revitalisasi posyandu dan perbaikan gizi dimanfaatkan untuk memfungsikan kembali 250.000 posyandu pada Kab/Kota di seluruh Indonesia untuk kegiatan sebagai berikut :

    1). Posyandu yang masih aktif dana revitalisasi posyandu dapat dimanfaatkan untuk : Biaya transportasi kader pada saat kegiatan Biaya transport penyuluhan gizi dan kesehatan Pembelian bahan makanan tambahan penyuluhan (PMT Penyuluhan) Biaya transport kunjungan rumah. Pembelian alat tulis kader

    2). Posyandu yang kurang aktif atau sudah tidak aktif, akan digunakan untuk Biaya penyelenggaraan pelatihan kader baru Biaya penyelenggaraan refreshing/penyegaran kader Biaya transport kader pada saat kegiatan Biaya transport Penyuluhan gizi dan kesehatan Pembelian bahan makanan tambahan penyuluhan (PMT Penyuluhan) Biaya transport kunjungan rumah. Pembelian alat tulis kader

    Setelah program dilaksanakan

    Jika di dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar dan pertolongan persalinan salah satunya terjadi kekurangan dana dapat dilakukan

    realokasi antar kedua sumber dana tersebut. Realokasi ditetapkan/disyahkan oleh kepala dinas kesehatan, setelah

    disepakati melalui lokakarya mini puskesmas.

    9

  • 7. Pertanggungjawaban

    Untuk menjamin akuntabilitas pemanfaatan dana maka setiap Puskesmas:

    a. Menunjuk seorang Pegawai di Puskesmas tersebut sebagai penanggung jawab keuangan yang bertanggung jawab melakukan pembukuan keuangan Puskesmas.

    b. Dana yang telah di transfer ke buku tabungan Puskesmas (termasuk bunga tabungan) menjadi tanggungjawab penuh pimpinan Puskesmas tersebut, dan dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan pelayan secara optimal.

    c. Penggunaan dana harus disesuaikan dengan pemanfaatannya dan tidak di batasi oleh berakhirnya tahun anggaran sehingga dana tersebut dapat terus bergulir ditahun berikutnya.

    d. Setiap uang masuk dan keluar dari kas dicatat di buku catatan (buku Kas) berikut bukti-bukti penggunaannya dan Pembukuan terbuka bagi pengawas intern maupun extern setelah memperoleh ijin Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota.

    e. Penerima dana atau pengelola dana program bertanggungjawab membuat dan mengirim laporan sesuai ketentuan.

    f. Para penerima dana harus memiliki buku kas umum dan dilengkapi dengan buku kas pembantu, jika diperlukan.

    Bentuk Pertanggungjawaban Keuangan :

    Untuk belanja barang (seperti uang transport, jasa pelayanan, insentif, honor, lumpsum, biaya makan dll) dikeluarkan dengan bukti tanda tangan penerima uang untuk kegiatan tersebut pada buku kas keuangan Puskesmas.

    untuk belanja modal (seperti belanja ATK, fotokopi, pembelian bahan habis pakai, pembelian barang lain) dibuktikan dengan kwitansi dan faktur toko dan dicatat dalam buku kas keuangan Puskesmas.

    untuk pengadaan obat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota mengikuti peraturan yang berlaku untuk pengadaan barang dan jasa.

    Penggunaan sisa dana

    Bunga tabungan/jasa giro tidak dapat dipergunakan oleh penerima dana. Jasa giro tersebut untuk sementara tetap berada di rekening penerima dana (Puskesmas) sampai adanya peraturan lebih lanjut dari Dirjen Perbendaharaan Departemen Keuangan RI.

    Sisa dana tahun 2004 dan tahun sebelumnya ; Sisa dana di Puskesmas dan jaringannya dapat pula dipergunakan untuk

    intervensi/perbaikan gizi (kurang dan buruk) pada daerah-daerah yang mengalami masalah Gizi buruk dan Penyelenggaraan Kegiatan PIN.

    Dana tahap I (Januari-Juni) 2005 yang dikelola PT ASKES akan dipertanggungjawabkan oleh PT. Askes kepada DEPKES secara menyeluruh. Apabila terdapat sisa dana maka sisa dana itu akan menjadi sumber pembiayaan tahap berikutnya.

    B. Pelayanan Kesehatan Rujukan 1. Paket Pelayanan Kesehatan Rujukan

    Pelayanan Kesehatan Rujukan di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang ditunjuk, BP4 dan BKMM/BKIM meliputi :

    a. Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) terdiri dari: 1) Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan dengan dokter spesialis/umum 2) Pemeriksaan fisik 3) Pelayanan rehabilitasi medis

    10

  • 4) Penunjang diagnostik; laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik 5) Tindakan medis kecil, sedang dan besar 6) Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan 7) Pelayanan KB (termasuk kontap elektif, Kontap Pasca Persalinan/Keguguran),

    penyembuhan efek samping serta komplikasinya. (alat kontrasepsi dan sebagian dana kontap disediakan BKKBN)

    8) Pemberian obat-obatan sesuai DPHO *) 9) Pelayanan darah 10) Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi.

    Obat yang diberikan mengacu pada DPHO. Penggunaan obat diluar DPHO masih dapat dimungkinkan sepanjang sesuai dengan indikasi medis berdasarkan Protokol Therapy yang diusulkan oleh Komite Medik dan disetujui oleh Direktur RS yang bersangkutan

    b. Rawat inap tingkat lanjut (RITL) 1)2)3)4) 5)6)7)8)9)101112

    c. Pe

    1)2)

    d. Pe12345)6)7)

    2. Sum

    DanaAPBN

    Akomodasi rawat inap pada kelas III di RS Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan Pemeriksaan fisik Penunjang diagnostik; laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik

    Tindakan medis Operasi sedang, besar dan khusus Pelayanan rehabilitasi medis Perawatan intensif (ICU, ICCU) Pemberian obat-obatan sesuai DPHO ) Pelayanan darah ) Bahan dan alat kesehatan habis pakai ) Persalinan dengan penyulit.

    layanan gawat darurat Pelayanan gawat darurat (emergency) termasuk pelayanan ambulans. Pelayanan darah

    Biaya transportasi pemulangan pasien dari Rumah Sakit dan rujukan antar Rumah Sakit hanya diberikan kepada masyarakat miskin yang terdaftar sebagai peserta program/memiliki kartu JPK-MM.

    layanan yang tidak dijamin

    ) Pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan ) Bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetik ) General check up ) Prostesis : gigi tiruan dan korset.

    Penunjang diagnostik canggih, kecuali untuk life-saving Pengobatan alternatif (antara lain : akupunktur, pengobatan tradisional) Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapatkan

    keturunan, termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi.

    ber Dana

    untuk program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat bersumber dari dana -P yang dialokasikan melalui DIPA Program Upaya Kesehatan Masyarakat TA. 2005

    11

  • 3. Penyaluran Dana

    a. PT Askes (Persero) sebagai pengelola mengajukan penagihan biaya jaminan pemeliharaan kesehatan kepada Departemen Kesehatan.

    b. Berdasarkan penagihan tersebut Departemen Kesehatan menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta V untuk membayarkan dana tersebut kepada PT Askes

    c. Berdasarkan Surat Perintah Membayar, KPPN - Jakarta V menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada PT Askes yang diajukan oleh pejabat pengguna anggaran/ pejabat kuasa pengguna anggaran dengan dilampiri : 1) Surat Perjanjian Kerjasama antara Menteri Kesehatan dengan Dirut PT ASKES disertai

    dengan Rencana Anggaran Belanja. 2) Surat Penugasan dari Menteri Kesehatan kepada PT ASKES 3) Tagihan biaya jaminan pemeliharaan kesehatan yang diajukan oleh PT ASKES kepada

    Menteri Kesehatan.

    4. Pemanfaatan Dana

    Dana yang dikelola PT Askes meliputi unjtuk pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap di kelas III Rumah Sakit, baik Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang ditunjuk, BP4, BKMM/BKIM, termasuk dana operasional dan manajemen PT. Askes (Persero) serta penerbitan dan pendistribusian kartu peserta sampai ke sasaran.

    5. Prosedur Klaim

    a. Pembayaran terhadap pelayanan di Rumah Sakit , BP4, BKMM/BKIM melalui tarif paket yang mengacu pada jenis dan plafon tarif pelayanan kesehatan pada program ini.

    b. Besaran tarif riil di Rumah Sakit, BP4, BKMM/BKIM sesuai hasil kesepakatan berdasarkan negosiasi antara PT ASKES (Persero) dengan PPK.

    c. Negosiasi dilaksanakan dengan menggunakan pola perhitungan tarif yang digunakan oleh PT Askes (Persero) dan Perhitungan tarif PPE yang berlaku di disetiap Rumah Sakit, BP4, BKMM/BKIM.

    d. Kesepakatan atas tarif tersebut diatas dituangkan dalam suatu Nota kesepahaman (PKS) yang harus dipatuhi dan menjadi acuan kedua belah pihak.

    e. RS mengajukan klaim atas pelayanan yang telah diberikan dengan disertai dukomen pedukung kepada PT. Askes (Persero), berdasarkan hal tersebut PT Askes melakukan verifikasi kelengkapan dan kesesuaian dengan ketentuan.

    f. Setelah hasil verifikasi disetujui PT Askes (Persero) segera membayar klaim paling lambat 10 hari sejak klaim diajukan.

    6. Pertanggungjawaban

    a. Pihak RS sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dan penerima dana klaim dari PT Askes (Persero) 1) Membuat pencatatan data pasien miskin serta besaran biayanya

    Membuat dan mengirim rekapan laporan bulanan kegiatan pelaksanaan di RS/BP4/BKMM sesuai format terlampir ke PT Askes dengan tembusan ke Tim Safeguarding Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan membuat dan mengirim rekapan laporan kegiatan pelaksanaan per tiga bulan ke Sekretariat Safeguarding Pusat.

    b. Pihak PT. Askes (Persero) sebagai pengelola dana Layanan Rujukan RS.

    1) Membuat pencatatan dan pembukuan dana yang dikelolanya 2) Membuat pelaporan triwulan dan tahunan kepada Menteri Kesehatan cq Sekretaris

    Jenderal Departemen Kesehatan RI

    12

  • a) Laporan triwulan paling lambat N+1 bulan yang terdiri dari : i) Laporan aktivitas (Laporan cakupan kegiatan program) ii) Laporan arus kas iii) Laporan posisi keuangan iv) Catatan atas laporan keuangan

    b) Laporan tahunan paling lambat N+3 bulan yang terdiri dari :

    i) Laporan aktivitas (Laporan cakupan kegiatan program) ii) Laporan arus kas iii) Laporan posisi keuangan Catatan

    c. Puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan membuat laporan seperti format lampiran 2 setiap bulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    d. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat umpan balik ke Puskesmas tiap bulan.

    e. Dinas Kesehatan kabupaten/Kota membuat rekapitulasi laporan bulanan Puskesmas (lampiran 14) dan dikirim ke Sekretariat Safeguarding Pusat tiga bulan sekali dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Propinsi.

    C. Penunjang

    1. Jenis Kegiatan

    a. Pelayanan Kesehatan Daerah Kepulauan dan Terpencil

    Jenis pelayanan kesehatan dasar di daerah kepulauan dan terpencil adalah sama dengan pelayanan kesehatan dasar didaerah lain. Dalam upaya meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan di daerah kepulauan dan terpencil disediakan dana khusus untuk operasionalisasi pelayanan kesehatan dimaksud. Adapun penyelenggaraan kegiatan pelayanan tersebut dilakukan oleh tim kesehatan Puskesmas, Kabupaten maupun Propinsi (tergantung SDM disetiap tingkatan) dengan mengunjungi ke lokasi-lokasi daerah terpencil dan kepulauan secara reguler dan berkesinambungan.

    b. Perbaikan Gudang Farmasi Daerah

    Rehabilitasi/renovasi gudang farmasi dan perlengkapan gudang yang terdiri dari: sarana penyimpanan, sarana pengolah data, sarana pengaman, sarana pembangkit daya (genset) dan bahan cetakan (LPLPO, Kartu Stock).

    c. Penyediaan obat esensial PKD dan vaksin (Polio dan Hepatitis B)

    1) Pengadaan obat esensial PKD :

    merupakan kegiatan penunjang yang diperuntukan bagi pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya. Pengadaan obat diadakan di Pusat dengan mengacu kepada Kepres No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman pengadaan barang dan jasa Pemerintah dan Kep Menkes RI No. 676/Menkes/SK/V/2005 tentang pedoman umum pengadaan obat PKD tahun 2005.

    a) Pendistribusian obat ini dilakukan sbb : Obat dikirim franco Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dokumen dikirimkan

    kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Propinsi.

    Jenis dan jumlah obat yang akan diadakan disusun berdasarkan usulan Dinas Kesehatan kabupaten/Kota dengan mengacu daftar obat PKD.

    Pendistribusian obat sampai ke Dinas Kesehatan Kab/Kota dilakukan oleh Distributor. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat rencana alokasi pendistribusian obat PKD untuk dikirim ke Puskesmas.

    13

  • Puskesmas membuat usulan kebutuhan untuk pelayanan kesehatan dasar termasuk untuk Program ini dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

    Pendistribusian dari unit pengelola obat dan perbekalan kesehatan mengacu pada pedoman Pengelola Obat Kab/Kota berdasarkan Sistem FIFO/FEFO (First In First Out)/(First Expired First Out).

    Pendistribusian alat kontrasepsi mengikuti sistim distribusi yang berlaku di BKKBN.

    Bantuan Biaya pendistribusian obat ke Puskesmas disediakan oleh Pusat melalui Bank BRI yang dapat digunakan untuk pengelolaan obat di unit pengelola obat dan Perbekalan Kesehatan dengan perincian biaya transportasi pengiriman obat ke Puskesmas, Packing dan Repacking serta embalage.

    Penyerahan obat kepada pasien peserta program ini dicatat dalam catatan medik (dokumen sejenis yang berlaku di Puskesmas dan jaringannya)

    b) Pencatatan dan Pelaporan Obat

    Puskesmas pada setiap bulannya menyampaikan LPLPO yang disertai jumlah masyarakat yang dilayani kepada Unit Pengelola Obat dan Perbekalan Kesehatan di kabupaten/kota.

    Unit Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan kabupaten/kota menyampaikan laporan ketersediaan obat setiap 3 Bulan (triwulan) kepada Dinas Kesehatan Propinsi dengan tembusan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

    Pencatatan dan pelaporan obat kontrasepsi mengikuti sistim pencatatan dan pelaporan yang berlaku di BKKBN.

    2) Pengadaan Vaksin

    a) Pengadaan Vaksin Polio

    Pengadaan Vaksin merupakan kegiatan penunjang yang diperuntukan bagi Balita pada pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang dimaksudkan untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus polio.

    Pengadaan vaksin polio diadakan di Pusat dengan mengacu kepada Kepres No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman pengadaan barang dan jasa Pemerintah. Pengadaan Vasksin Polio ini dilakukan sbb : Pengadaan Vaksin ini Franko Provinsi Distribusi ke kabupaten/kota menurut alokasi ditetapkan oleh Kepala Dinas

    Kesehatan Provinsi. Distribusi ke Puskesmas menurut alokasi ditetapkan oleh Kepala Dinas

    Kesehatan Kab/kota. Pengiriman dari kabupaten/kota ke Puskesmas menjadi tanggung jawab

    Kepala Dinas Kesehatan Kab/kota. Puskesmas menggunakan vaksin polio ini untuk imunisasi pada Pekan

    Imunisasi Nasional (PIN) di pospin-pospin yang ada diwilayah kerja puskesmas tersebut.

    Penggunaan /pengeluaran vaksin polio dari provinsi, kab/kota dan Puskesmas mengacu pada kondisi pada vaccine vial monitor (VVM) serta sistem FIFO (First in first out)/ FEFO ( First expired first out)

    PIN dilaksanakan pada periode tertentu (Agustus dan September) dengan rekapitulasi pengeluaran vaksin menurut jumlah pemakaian.

    Propinsi menyusun dan mengirimkan laporan penggunaan vaksin Polio.

    b) Pengadaan Vaksin

    Pengadaan Vaksin merupakan kegiatan penunjang yang pengadaan obat diadakan di Pusat dengan mengacu kepada Kepres No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman pengadaan barang dan jasa Pemerintah.

    14

  • Pengadaan Vasksin ini dilakukan sbb : Pengadaan Vaksin ini Franko Provinsi Distribusi ke kabupaten/kota menurut alokasi ditetapkan oleh Kepala Dinas

    Kesehatan Provinsi. Distribusi ke Puskesmas menurut alokasi ditetapkan oleh Kepala Dinas

    Kesehatan Kab/kota. Pengiriman dari kabupaten/kota ke Puskesmas menjadi tanggung jawab

    Kepala Dinas Kesehatan Kab/kota. Puskesmas menggunakan vaksin untuk imunisasi pada Pekan Imunisasi

    Nasional (PIN) di pos PIN-pos PIN yang ada diwilayah kerja puskesmas tersebut.

    Penggunaan/pengeluaran vaksin dari provinsi, kab/kota dan Puskesmas mengacu pada kondisi pada vaccine vial monitor ( VVM) serta sistem FIFO ( First in first out)/ FEFO ( First expired first out).

    Setiap bulan atau pada periode tertentu dibuat rekapitulasi pengeluaran vaksin menurut jumlah pemakaian.

    Propinsi menyusun dan mengirimkan laporan penggunaan vaksin Polio.

    d. Peningkatan sarana dan prasarana penunjang pelayanan

    Penyediaan sarana dan prasarana penunjang, yaitu:

    1) Kendaraan Roda 2 untuk Puskesmas Digunakan untuk petugas/paramedis keliling dalam meningkatan jangkauan pelayanan kesehatan/kunjungan luar gedung.

    2) Kendaraan Roda 4 untuk Puskesmas Digunakan untuk kegiatan puskesmas keliling dalam meningkatan jangkauan pelayanan kesehatan/kunjungan luar gedung.

    3) Peralatan pelayanan kesehatan dasar (Bidan Kit, Posyandu Kit, PHN Kit) Digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dalam menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi serta menurunkan prevalansi gizi buruk dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dengan menyediakan dukungan sarana dan prasarana bagi bidan dan Puskesmas serta menigkatkan fungsi Puskesmas PONED dan Polindes.

    Lokasi penerima bantuan sarana dan prasarana ditetapkan oleh Departemen Kesehatan

    e. Sumber Dana

    Dana untuk Penunjang bersumber dari dana APBN-P yang dialokasikan melalui DIPA Program Upaya Kesehatan Masyarakat TA. 2005

    f. Alokasi Dana

    a). Yankes Daerah terpencil dan Kepulauan b). Perbaikan Gudang Farmasi Daerah.

    g. Penyaluran Dana

    Dana untuk Pelayanan Kesehatan Daerah terpencil/kepulauan disalurkan dari Departemen Kesehatan melalui BANK BRI Indonesia kepada Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan SK Menkes Nomor: 1304/MENKES/SK/VIII/2005. Untuk kegiatan perbaikan gudang farmasi daerah penetapan alokasi dan penyaluran untuk kegiatan ditingkat Propinsi, Kabupaten dan Puskesmas ditetapkan dengan SK kepala Dinas Kesehatan Propinsi

    15

  • h. Pemanfaatan Dana

    a) Yankes Daerah Terpencil dan Kepulauan

    1) Pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat di daerah terpencil /kepulauan

    ii. Biaya transport termasuk sewa alat transportasi Darat, laut dan Udara iii. lumpsum petugas iv. Bahan kontak kesehatan v. Bahan penyuluhan vi. Perlengkapan/alat keselamatan diri

    1) Bimbingan Teknis petugas

    2) Koordinasi pelayanan antar kabupaten daerah terpencil/kepulauan i. pertemuan-pertemuan koordinasi lintas program lintas sector ii. Rapat-rapat persiapan

    3) Asuransi kecelakaan bagi petugas dalam menjalankan tugas. 4) Kebutuhan obat dan bahan habis pakai tidak termasuk dalam paket ini

    b) Perbaikan Gudang Farmasi Daerah

    Dana dimanfaatkan untuk perbaikan/ renovasi gudang farmasi beserta penggantian dan perlengkapan gudang, yang terdiri dari sarana penyimpanan, sarana pengolah data, sarana pengamanan, sarana pembangkit daya (genset) dan bahan cetakan (LPLPO, Kartu Stock).

    c) Pertanggung Jawaban

    Bentuk Pertanggungjawaban Keuangan : Untuk belanja barang (seperti uang transport, jasa pelayanan, insentif, honor,

    lumpsum, biaya makan dll) dikeluarkan dengan bukti tanda tangan penerima uang untuk kegiatan tersebut pada buku kas keuangan penanggungjawab program

    untuk belanja modal (seperti belanja ATK, fotokopi, pembelian bahan habis pakai, pembelian barang lain) dibuktikan dengan kwitansi dan faktur toko dan dicatat dalam buku kas keuangan penanggungjawab program.

    Lain-lain pertanggungjawaban keuangan atas semua pemanfaatan dana mengikuti peraturan dan perundang-undangan APBN yang berlaku.

    D. Safe Guarding

    Safe guarding adalah kegiatan yang bertujuan untuk menjamin dan mengamankan kegiatan-kegiatan tersebut diatas agar tepat sasaran, berhasil guna dan berdaya guna. Kegiatan tersebut meliputi :

    1. Safe guarding tingkat Pusat Penyuluhan dan penyebaran informasi (sosialisasi program, media cetak nasional, televisi) Perencanaan, operasional kegiatan, pemantauan/pengendalian dan evaluasi. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen. Penanganan pengaduan masyarakat. Kajian/studi program JPK-MM.

    2. Safe guarding tingkat Propinsi

    Penyuluhan dan penyebaran informasi (media cetak lokal, radio) Pemantauan (termasuk pengendalian, review, sosialisasi dan evaluasi) Penanganan pengaduan masyarakat.

    3. Safe guarding tingkat Kab/Kota a). Penyuluhan dan penyebaran informasi b). Pemantauan (termasuk pengendalian, sosialisasi dan evaluasi) c). Penanganan pengaduan masyarakat.

    16

  • 4. Pemantauan dan Evaluasi Serta Penyelesaian Keluhan

    A. Indikator Keberhasilan Program Sebagai patokan dalam menilai keberhasilan dan pencapaian dari pelaksanaan program ditentukan indikator sebagai berikut : 1. Penerbitan dan distribusi kartu 100% dari peserta terdaftar 2. Angka utilisasi (visit rate) minimal rata-rata 15% 3. BOR rawat inap kelas III di Rumah Sakit 80% 4. Angka kematian > 48 Jam untuk pasien rawat inap kelas III di Rumah Sakit

    maksimal 5% 5. Tingkat kepuasan konsumen minimal 70% 6. Cakupan pemeriksaan kehamilan K4 (90%), persalinan (80%), nifas (90%) dan

    perawatan bayi baru lahir KN2 (90%) oleh petugas kesehatan, Cakupan Imunisasi dasar (90%).

    7. Prosentase pasien yang dirujuk dari pelayanan kesehatan dasar 12% 8. Universal Child Imunization (UCI) Desa

    B. Pemantauan dan Evaluasi Program

    Pemantauan dan evaluasi Program Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Rujukan kelas III Rumah Sakit yang dijamin Pemerintah meliputi :

    1. Tujuan

    Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan program JPK-MM, sedangkan evaluasi dilakukan untuk melihat pencapaian indikator keberhasilan.

    2. Pelaksanaan Pemantauan dan evaluasi

    a. Pemantauan dan evaluasi terhadap Program Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Rujukan Rawat Inap kelas III Rumah Sakit yang dijamin Pemerintah dilaksanakan oleh Pusat, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diarahkan agar penyelenggaraan program dapat berjalan lebih efektif dan effisien.

    b. Pemantauan dan evaluasi terhadap keuangan difokuskan pada akuntabilitas dan transparansi penyaluran dan pemanfaatan dana di Pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan (baik PT. Askes maupun pihak Rumah Sakit) dan kegiatan penunjang.

    c. Pemantauan dan evaluasi harus dilengkapi dengan pencatatan dan pelaporan secara berkala dari Pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan kegiatan penunjang. Yang dilakukan secara bulanan, triwulanan, semester maupun tahunan, melalui : 1). Pertemuan-pertemuan 2). Analisis laporan 3). Kunjungan lapangan dan supervisi 4). Penelitian langsung 5). (survei kepuasan pelanggan)

    d. Pemantauan dan Evaluasi dilakukan terhadap tingkat utilitas (pemanfaatan) terhadap pelayanan kesehatan oleh masyarakat serta kendala dan keluhan yang terjadi dalam penyelenggaraan baik di Puskesmas dan Rumah Sakit dan PT Askes.

    C. Penanganan Keluhan Penyampaian keluhan disampaikan oleh masyarakat penerima pelayanan, masyarakat pemerhati dan petugas pemberi pelayanan serta petugas pengelola. Pengaduan merupakan umpan balik bagi semua pihak yang terkait dalam upaya penyelenggaran program yang transparan dan akuntabel.

    17

  • Prinsip-prinsip penanganan keluhan dilakukan, sebagai berikut ;

    1. Semua pengaduan harus memperoleh penanganan dan penyelesaian secara memadai dan dalam waktu yang singkat serta diberikan umpan balik ke pihak yang menyampaikannya.

    2. Penanganan Keluhan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang 3. Pengaduan dapat disampaikan oleh masyarakat penerima layanan, masyarakat

    pemerhati, dan petugas PPK. 4. Untuk menangani dan menyelesaikan pengaduan, memanfaatkan Unit pengaduan

    Masyarakat (UPM) maupun forum-forum yang telah ada. 5. Pengumpulan dilakukan secara pasif maupun proaktif. 6. Penyelesaian pengaduan terlebih dahulu ditangani dan diselesaikan oleh forum

    yang terdekat dengan sumber pengaduan. Apabila terjadi kesulitan dalam menangani dan menyelesaikan pengaduan pada tingkat terdekat, masalah yang dikeluhkan dapat dirujuk pada tingkat/forum yang lebih tinggi.

    D. Pelaporan

    Laporan diolah, dianalisa dan dikirimkan oleh Unit Safeguarding (SFG) Dinas Kesehatan Provinsi dan kabupaten/Kota tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan dan kegiatan penunjangnya.

    Data laporan diperoleh dari Puskesmas, Rumah Sakit, BP4, dan BKMM dan Unit SFG, yang meliputi:

    1. Laporan Bulanan :

    a). Laporan Bulanan Puskesmas b). Laporan Bulanan RS, BP4, dan BKMM c). Laporan Unit Safeguarding Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan

    Kab/Kota. d). Laporan Dinas Kesehatan Provinsi, khusus tentang pengeluaran vaksin (hepatitis

    B). e). Sedangkan khusus untuk laporan pelaksanaan PIN (polio) disesuaikan dengan

    waktu pelaksanaanya

    f). Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota, khusus Monitoring Obat.

    2. Laporan Triwulanan

    Laporan Triwulanan mengenai ketersediaan obat di Kab/Kota, termasuk obat JPK MM BIDKES, mempergunakan formulir laporan obat. Khusus untuk Daerah yang memperoleh bantuan dana perbaikan gudang farmasi, Dinas Kesehatan yang bersangkutan juga harus membuat laporan.

    Laporan ini dikirimkan kepada Sekretariat Program Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Rujukan Rawat Inap kelas III Rumah Sakit, dengan tembusan kepada Bupati/Walikota, Gubernur dan TKP. Sekretariat Program Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Rujukan Rawat Inap kelas III Rumah Sakit, di Pusat, dengan alamat : Biro Perencanaan dan Anggaran Departemen Kesehatan Lt VIII Blok A. Jl. HR Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9 Kuningan Jakarta Selatan 12950 Telp : (021) 5279409 Fax : (021) 5279409 E-Mail : [email protected]

    18

  • E. Pengawasan Pelaksanaan pengawasan untuk program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin dapat dilakukan dengan cara :

    1. Pengawasan langsung

    Pengawasan langsung keuangan dapat dilakukan dalam bentuk pemeriksaan Buku Kas Umum (BKU) dan Buku Kas Pembantu (BKP) serta catatan lain yang berkaitan dengan proses pelaksanaan kegiatan Program ini.

    Pengawasan atasan langsung (waskat) dilakukan oleh pimpinan unit (Kepala Dinas Kesehatan/Direktur Rumah Sakit/BP4/BKMM) dalam hal ini dapat dilimpahkan kepada tim sekretariat Safeguarding Program PKPS-BBM Bidkes yang dibentuk selaku atasan langsung pengelola keuangan (bendahara) kegiatan Program PKPS-BBM Bidkes di tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota dan Rumah Sakit/BP4/BKMM.

    Pada setiap akhir bulan dilakukan penutupan buku kas umum dan dibuatkan berita acara penutupan kas yang ditandatangani oleh pengelola keuangan (bendahara) tim sekretariat Program PKPS-BBM Bidkes dan atasan langsung.

    2. Pengawasan Tidak Langsung

    Pengawasan tidak langsung dapat dilakukan melalui laporan pelaksanaan kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Renmonev) dan penanganan keluhan oleh Kadinkes Prov, Kab/Kota dan Direktur RS atau Pejabat lain yg diberi wewenang.

    3. Pengawasan Fungsional

    Pengawasan fungsional ini dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Fungsional (APF).

    4. Pengawasan Masyarakat

    Pengawasan masyarakat dilaksanakan sesuai dengan mekanisme kerja unit pengaduan masyarakat (UPM) yang ada.

    Menteri Kesehatan menerbitkan SK penetapan alokasi dana untuk kegiatan SafeGuarding untuk tiap Propinsi dan Kabupaten/Kota, yang menjadi dasar pengiriman dana dari Bank BRI Pusat ke Cabang/Cabang Pembantu Kabupaten/Kota. Yang berhak megambil dana kegiatan Safe Guarding untuk tiap Propinsi dan Kabupaten / Kota adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten / Kota setempat atau pejabat yang ditunjuk

    19

  • BAB IV PENGORGANISASIAN

    A. Pusat

    Dalam rangka pengelolaan program pelayanan kesehatan masyarakat miskin, Menteri Kesehatan membentuk : 1. Tim Pengarah yang anggotanya adalah eselon I dan II terkait, diketuai oleh Sekretaris

    Jenderal. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan Program, Tim Pengarah dibantu oleh Tim Teknis (eselon III terkait) dan Sekretariat safeguarding Pusat.

    2. Sekretariat Tim safeguarding pusat berfungsi untuk membantu kelancaran pelaksanaan program pelayanan kesehatan masyarakat miskin, terdiri dari : Memfasilitasi kegiatan sosialisasi (Media Cetak dan Elektronik, pertemuan) Memfasiliasi pembinaan, monitoring dan evaluasi dan kajian/study. Mengelola laporan Melaksanakan kegiatan Administrasi Umum. Koordinasi kegiatan dengan pihak terkait. Dalam pelaksanaannya sekretariat membantu administratif pelaksanaan sehari-hari dan bertanggungjawab kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Pemegang Komitmen (PK) dalam penyelenggaraan program.

    B. Propinsi

    1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi membentuk Unit safeguarding yang beranggotakan Subdin

    terkait dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin. Tugas Unit Safeguarding merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan : a. Sosialisasi, penyuluhan, pemantauan, pembinaan dan evaluasi program. b. Mengelola laporan dari Dinas Kabupaten/Kota.

    2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menetapkan :

    a. Pengelolaan Buffer stock obat b. Pengelolaan Vaksin Hep-B dan polio c. Pengelolaan dana pelayanan Yankes kepulauan dan daerah terpencil (Propinsi tertentu) d. Pengelola perbaikan gudang farmasi e. Pejabat Pengelola Anggaran di Propinsi

    C. Kabupaten / Kota

    1. Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota membentuk Unit safeguarding yang beranggotakan subdin terkait dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan miskin.

    Tugas Unit Safeguarding adalah merencanakan dan melaksanakan program yang berkaitan dengan : a. Sosialisasi, penyuluhan, pemantauan, pembinaan dan evaluasi program. b. Mengelola laporan dari Puskesmas.

    2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan :

    a. Alokasi dana pelayanan kesehatan dasar, persalinan, Revitalisasi Posyandu dan Perbaikan Gizi, Operasional dan Manajemen serta penanggung jawabnya ditiap Puskesmas

    b. Pendistribusian kendaraan roda dua dan roda empat ke Puskesmas c. Pendistribusian peralatan kesehatan dasar ke Puskesmas d. Besaran biaya distribusi obat/handling cost ke Puskesmas e. Pejabat pengelola dana safeguarding di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota f. Pengelola perbaikan gudang farmasi (Kabupaten/Kota tertentu)

    20

  • BAB V PENUTUP

    Dengan terbitnya buku pedoman pelaksanaan program Pelayanan Keseha an di Puskesmas dan Rujukan Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit yang dijamin Pemerintah ini diharapkan para pelaksana benar-benar dapat memahami dan melaksanakan program tersebut dengan baik serta dapat dipergunakan sebagai acuan bagi penyelenggaraan program ini.

    t

    Program ini merupakan upaya pemerintah untuk memenuhi kewajibannya dalam memberikan akses pelayanan kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarkat miskin dan tidak mampu, karena itu pedoman ini perlu disosialisasikan kepada seluruh masyarakat dan para pihak yang terkait dalam penyelenggaran program ini. Berbagai perubahan yang dilakukan dalam pedoman ini semata-mata ditujukan untuk memenuhi tuntutan akan pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang bermutu dan sesuai standard, oleh karenanya perlu didukung oleh semua pihak agar program berjalan dengan baik dan sukses. Disadari bahwa pedoman ini masih belum sempurna, karenanya kitik dan saran sangat kami harapkan sebagai bahan masukan guna perbaikan dimasa mendatang.

    ==================

    21

    BAB IPENDAHULUANBAB IIPRINSIP PENYELENGGARAANDAN PROSEDUR PELAYANANBAB IIITATA LAKSANA PROGRAMA. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya.B. Pelayanan Kesehatan Rujukan