2. tinjauan pustaka 2.1 pengertian pulau dan … 3. pulau atol • lahan daratan sangat terbatas •...

29
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan Pulau-Pulau Kecil Pulau dapat didefinisikan dan dikategorikan dalam berbagai cara, dan masing-masing memiliki tujuan yang sangat bermanfaat, namun tidak tersedia satu definisi tunggal atau kategori tunggal yang mengakomodir seluruh kebutuhan pendefinisian pulau. Definisi yang paling banyak tersedia tentang pulau cenderung kepada masalah ukuran pulau (Granger 1993). Ada beberapa kriteria tambahan yang menjadi pembatas dalam penentuan definisi pulau seperti remoteness, morfologi, ukuran populasi/jumlah penduduk dan pendapatan domestik bruto. Pulau-pulau juga dapat dikategorikan berdasarkan aspek fisik seperti posisinya terhadap katulistiwa (lintang) (seperti pulau tropis, temperate atau artik), berdasarkan proses geologi atau struktur pulau (pulau kontinental dan oseanik), berdasarkan hidrologi (daerah run-off), berdasarkan ketinggian dari permukaan laut (pulau dataran rendah atau pulau berbukit). Pengertian pulau berdasarkan UNCLOS (United Nations Convention of the Law of the Sea) 1982 adalah massa daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi oleh air dan selalu muncul/berada di atas permukaan laut pada saat pasang tertinggi, memiliki kemampuan menghidupi penduduknya atau kehidupan ekonominya dan memiliki dimensi ekonomi yang lebih kecil dari ekonomi kontinental. Pengertian pulau sebagaimana yang diutarakan dalam UNCLOSS 1982 di atas memiliki beberapa kata kunci, yaitu (1) lahan daratan, (2) terbentuk secara alamiah, (3) dikelilingi oleh air/lautan, (4) selalu di atas permukaan pada saat pasang, dan (5) memiliki kemampuan ekonomi untuk menghidupi penduduknya. Ukuran pulau tersebut bervariasi mulai dari pulau yang hanya beberapa meter persegi sampai jutaan kilometer persegi. Berdasarkan ukurannya, pulau dapat dibedakan menjadi pulau besar, pulau kecil dan pulau sangat kecil (Bengen dan Retaubun 2006). Adapun batasan tentang pulau-pulau kecil terus mengalami perkembangan dan berubah-rubah. Kombinasi antara luas dan jumlah penduduk dari suatu pulau merupakan salah satu parameter yang banyak diusulkan dalam menentukan kategori pulau, misalnya luas pulau antara 13 000 – 20 000 km 2 dengan penduduk

Upload: nguyencong

Post on 19-Aug-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pulau dan Pulau-Pulau Kecil

Pulau dapat didefinisikan dan dikategorikan dalam berbagai cara, dan

masing-masing memiliki tujuan yang sangat bermanfaat, namun tidak tersedia

satu definisi tunggal atau kategori tunggal yang mengakomodir seluruh kebutuhan

pendefinisian pulau. Definisi yang paling banyak tersedia tentang pulau

cenderung kepada masalah ukuran pulau (Granger 1993). Ada beberapa kriteria

tambahan yang menjadi pembatas dalam penentuan definisi pulau seperti

remoteness, morfologi, ukuran populasi/jumlah penduduk dan pendapatan

domestik bruto. Pulau-pulau juga dapat dikategorikan berdasarkan aspek fisik

seperti posisinya terhadap katulistiwa (lintang) (seperti pulau tropis, temperate

atau artik), berdasarkan proses geologi atau struktur pulau (pulau kontinental dan

oseanik), berdasarkan hidrologi (daerah run-off), berdasarkan ketinggian dari

permukaan laut (pulau dataran rendah atau pulau berbukit).

Pengertian pulau berdasarkan UNCLOS (United Nations Convention of the

Law of the Sea) 1982 adalah massa daratan yang terbentuk secara alami,

dikelilingi oleh air dan selalu muncul/berada di atas permukaan laut pada saat

pasang tertinggi, memiliki kemampuan menghidupi penduduknya atau kehidupan

ekonominya dan memiliki dimensi ekonomi yang lebih kecil dari ekonomi

kontinental. Pengertian pulau sebagaimana yang diutarakan dalam UNCLOSS

1982 di atas memiliki beberapa kata kunci, yaitu (1) lahan daratan, (2) terbentuk

secara alamiah, (3) dikelilingi oleh air/lautan, (4) selalu di atas permukaan pada

saat pasang, dan (5) memiliki kemampuan ekonomi untuk menghidupi

penduduknya. Ukuran pulau tersebut bervariasi mulai dari pulau yang hanya

beberapa meter persegi sampai jutaan kilometer persegi. Berdasarkan ukurannya,

pulau dapat dibedakan menjadi pulau besar, pulau kecil dan pulau sangat kecil

(Bengen dan Retaubun 2006).

Adapun batasan tentang pulau-pulau kecil terus mengalami perkembangan

dan berubah-rubah. Kombinasi antara luas dan jumlah penduduk dari suatu

pulau merupakan salah satu parameter yang banyak diusulkan dalam menentukan

kategori pulau, misalnya luas pulau antara 13 000 – 20 000 km2 dengan penduduk

Page 2: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

16  

antara 1.0 - 1.20 juta orang. Pulau kecil pada awalnya dibatasi sebagai pulau yang

luasnya kurang dari 10 000 km2 dengan jumlah penduduk 500 000 orang, batasan

yang sama juga digunakan Hess (1990) dengan jumlah penduduk sama atau

kurang dari 200 000 orang. Alternatif batasan pulau kecil juga dikemukakan pada

pertemuan CSC (1984) yang menetapkan luas pulau kecil maksimum 5 000 km2

(Bengen dan Retraubun 2006). Lillis (1993) menggunakan kriteria tambahan

seperti area permukaan pulau, GNP (gross nasional product) dan ukuran populasi

untuk menentukan sistem pulau di kawasan Pasifik menjadi pulau kecil, pulau

sangat kecil dan pulau mikro.

Batasan pulau-pulau kecil yang dianut Indonesia selama ini belum ada yang

baku. Batasan pulau kecil yang baku baru ditetapkan dengan diterbitkannya

Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil. Batasan pulau kecil yang dianut adalah pulau dengan luas

lebih kecil atau sama dengan 2 000 km2 beserta kesatuan ekosistemnya. Implikasi

dari penentuan batasan pulau kecil ini bagi pengelolaan pulau-pulau berkelanjutan

adalah dibatasinya peruntukan lahan dan perairan pulau-pulau kecil pada beberapa

kegiatan pemanfaatan saja. Pemanfaatan pulau-pulau kecil Indonesia

diprioritaskan untuk tujuan konservasi, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan

pengembangan, budidaya laut, pariwisata, usaha perikanan dan kelautan dan

industri perikanan secara lestari, pertanian organik, dan/atau peternakan.

2.2 Tipe Pulau-pulau Kecil

Pulau-pulau kecil yang ada di dunia dapat dikelompokkan berdasarkan

beberapa kategori, misalnya berdasarkan tipe dan asal pembentukan pulau atau

berdasarkan ketinggian pulau di atas permukaan laut (Bengen dan Retraubun

2006). Berdasarkan ketinggian pulau di atas permukaan laut, pulau kecil dibagi

menjadi pulau datar dan pulau berbukit, sebagai berikut:

2.2.1 Pulau Datar

Pulau datar adalah pulau dimana ketinggian daratannya dari muka laut

rendah. Pulau ini berasal dari pulau vulkanik maupun non-vulkanik. Pulau-pulau

dari tipe ini merupakan pulau yang paling rawan terhadap bencana alam, seperti

taufan dan tsunami. Oleh karena pulau tersebut relatif datar dan rendah, maka

Page 3: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

17  

massa air dari bencana alam yang datang ke pulau tersebut akan masuk jauh ke

tengah pulau. Jenis-jenis pulau datar adalah sebagai berikut:

1. Pulau Atol: Pulau atol adalah pulau karang yang berbentuk cincin. Umumnya

pulau ini adalah pulau vulkanik yang ditumbuhi oleh terumbu karang

membentuk fringing reef, kemudian berubah menjadi barrier reef dan terakhir

berubah menjadi pulau atol. Proses pembentukan tersebut disebabkan oleh

adanya gerakan ke bawah (subsidence) dari pulau vulkanik dan adanya

pertumbuhan vertikal dari terumbu karang. Contoh pulau atol yang cukup

terkenal di Indonesia adalah pulau-pulau yang terdapat di gugus pulau di

Takabone Rate.

2. Pulau Karang: Pulau karang adalah pulau yang terbentuk oleh sedimen klastik

berumur kuarter. Banyak pulau-pulau di Indonesia yang memiliki ekosistem

terumbu karang. Pulau koral/karang atau pulau teras terangkat umumnya

sangat subur dan hijau, karena mempunyai daya kapilaritas yang tinggi,

sehingga memiliki sumber air tawar yang banyak bagi kehidupan habitat dan

manusia. Contoh-contoh pulau karang terdapat di wilayah Maluku.

3. Pulau Aluvium: Pulau aluvium terbentuk karena proses pengendapan yang

biasanya terjadi di sekitar muara sungai besar, dimana laju pengendapan lebih

tinggi dibandingkan intensitas erosi oleh arus dan gelombang laut. Pulau-pulau

di pantai timur Sumatera dan pulau-pulau di delta-delta di Kalimantan

merupakan tipe pulau endapan atau pulau aluvium.

2.2.2. Pulau Berbukit

Pulau berbukit adalah pulau dataran tinggi yang memiliki ketinggian di

atas muka laut yang relatif tinggi. Umumnya pulau ini memiliki ketinggian lebih

dari 10 m di atas pemukaan laut. Pulau-pulau yang tergolong pulau berbukit

adalah pulau tektonik, pulau vulkanik, pulau teras terangkat, pulau petabah dan

pulau genesis campuran.

1. Pulau Tektonik: Pulau yang pembentukannya berkaitan dengan proses

tektonik, terutama pada zona tumbukan antar lempeng, misalnya Pulau Nias,

Pulau Siberut dan Pulau Enggano. Sumberdaya air di pulau tektonik lebih

banyak dijumpai sebagai aliran sungai, dan sangat sedikit air tanah.

Page 4: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

18  

2. Pulau Vulkanik: Pulau vulkanik adalah pulau yang sepenuhnya terbentuk dari

kegiatan gunung berapi, yang timbul secara perlahan-lahan dari dasar laut ke

permukaan. Pulau jenis ini bukan merupakan bagian dari daratan benua, dan

terbentuk di sepanjang pertemuan lempeng-lempeng tektonik, dimana

lempeng-lempeng tersebut saling menjauh. Tipe batuan dari pulau ini adalah

basalt, silica (kadar rendah). Ada pula pulau vulkanik yang membentuk

untaian pulau-pulau dan titik gunung api dan terdapat di bagian tengah

lempeng benua (continental plate).

3. Pulau Karang Timbul: Pulau karang timbul adalah pulau yang terbentuk oleh

terumbu karang yang terangkat ke atas permukaan laut, karena adanya gerakan

ke atas (uplift) dan gerakan ke bawah (subsidence) dari dasar laut karena proses

geologi. Pada saat dasar laut berada dekat permukaan, terumbu karang

mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang di dasar laut yang

naik. Setelah berada di atas permukaan air laut, terumbu karang akan mati dan

menyisakan terumbu dan terbentuk pulau karang timbul. Jika proses ini

berlangsung terus, maka akan terbentuk pulau karang timbul. Pada umumnya

karang yang timbul ke permukaan laut berbentuk teras-teras seperti sawah di

pegunungan. Proses ini dapat terjadi pada pulau-pulau vulkanik maupun non-

vulkanik. Pulau karang timbul ini banyak dijumpai di perairan timur Indonesia,

seperti di Laut Seram, Sulu, Banda.

4. Pulau Petabah: Pulau petabah adalah pulau yang terbentuk di daerah yang

stabil secara tektonik. Pulau seperti ini antara lain dijumpai di Paparan Sunda.

Litologi pembentukan pulau petabah sering terdiri atas batuan ubahan, intrusi,

dan sedimen yang terlipat dan berumur tua, seperti Pulau Batam, Pulau Bintan

dan Pulau Belitung.

5. Pulau Genesis campuran: Pulau genesis campuran adalah pulau yang

terbentuk dari gabungan dua atau lebih genesis pulau-pulau tersebut di atas.

Potensi air di pulau genesis campuran tergantung pada genesis pulau yang

bergabung, dan dapat berupa sumber air yang mengalir sepanjang tahun

maupun aliran air permukaan dengan jumlah yang biasanya terbatas. Pulau-

pulau seperti Pulau Haruku, Pulau Nusa Laut, Pulau Kisar dan Pulau Rote

adalah contoh pulau genesis campuran.

Page 5: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

19  

Salah satu kawasan di dunia yang memiliki banyak hamparan pulau-pulau

kecil adalah kawasan Pasifik. Campbell (2006) mengelompokkan pulau-pulau

kecil di kawasan pasifik menjadi 4 tipe pulau, yaitu pulau kontinental, pulau

vulkanik, pulau atol dan pulau karang terangkat. Keempat tipe pulau tersebut

memiliki implikasi yang berbeda terhadap gangguan alam, seperti gangguan dari

bencana alam, ketersingkapan dan sebagainya. Hubungan antara tipe pulau

dengan implikasi terhadap bahaya gangguan alam di kawasan Pasifik disajikan

pada Tabel 2.

Tabel 2. Tipe pulau dan implikasi terhadap bahaya gangguan alam

No. Tipe Pulau Implikasi Terhadap Bahaya

Gangguan Alam

1. Pulau Kontinental • Sangat luas • Memiliki elevasi tinggi • Keanekaragaman tinggi • Ketersediaan tanah yang cukup

untuk kegiatan pertanian • Sistem aliran sungai dataran

• Berada pada daerah subduksi dan mudah mendapatkan pengaruh dari gempa bumi dan aktivitas vulkanik

• Masalah banjir merupakan masalah yang utama di pulau ini

2. Pulau Vulkanik • Memiliki slope yang curam • Ada penghalang karang • Daratan lebih kecil dibandingkan

pulau kontinental • Memiliki sistem aliran sungai

dataran yang lebih kecil dibandingkan kontinental

• Sungai-sungai kecil dapat menyebabkan banjir

• Karena ukurannya besar pulau ini tidak terekspose terhadap badai trofis

3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan

• Terekspose terhadap badai, pasang dan gelombang

• Sangat terbatas sumberdaya alam • Air permukaan merupakan

masalah utama

4. Pulau Karang Terangkat • Slope outer curam • Pesisir dataran sempit • Tidak ada air permukaan • Tidak ada atau sangat minim

tanah pertanian

• Sangat tergantung pada ketinggian, ekspose terhadap badai

• Air permukaan terbatas

Sumber: Campbell (2006).

Kajian karakteristik pulau-pulau kecil di Indonesia dilakukan Asriningrum

(2009). Kajian yang dilakukan adalah melihat keterkaitan atau hubungan antara

Page 6: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

20  

karakteristik pulau kecil dengan pertumbuhan atau perkembangan ekosistem

pesisir. Kajian dilakukan pada tiga tipe pulau, yaitu pulau tektonik, pulau

vulkanik dan pulau karang dengan kemungkinan keberadaan atau pertumbuhan

ekosistem mangrove, terumbu karang dan lamun pada ketiga pulau tersebut.

Hasil kajiannya pada beberapa pulau kecil di Indonesia memperlihatkan

perbedaan antara pulau tektonik, vulkanik dan pulau karang sebagaimana

diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hubungan tipe pulau dengan ekosistem pesisir

Ekosistem Laut

Tipe pulau kecil Tektonik Vulkanik Karang

Mangrove tumbuh lebih baik pada pantai landai dan datar yang lebih terlindung

tumbuh pada sisi pulau yang datar dan terlindung

sulit tumbuh

Terumbu karang tumbuh lebih baik pada pantai terjal berbatu yang menghadap laut lepas

aktivitas vulkanik semakin rendah terumbu karang semakin baik

tumbuh lebih baik pada posisi perairan laut yang lebih terbuka

Lamun tumbuh lebih baik pada daerah yang lebih terlindung

tumbuh pada sisi pulau yang terlindung

sulit tumbuh

Sumber : Asriningrum (2009)

2.3. Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil dalam Konteks Pengelolaan Pesisir Terpadu

Pengelolaan pulau-pulau kecil tidak terlepas dari pengelolaan pesisir

secara terpadu. Pengelolaan pesisir terpadu adalah suatu proses yang dinamis dan

kontinyu untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya dan pembangunan secara

berkelanjutan, perlindungan sumberdaya dan wilayah pesisir dan laut (Cicin-Sain

dan Knecht 1998). Pengelolaan pesisir terpadu ini adalah sebuah proses yang

memperhatikan karakteristik dari wilayah pesisir. Aspek keterpaduan dari

pengelolaan pesisir terpadu adalah keterpaduan antar sektor, keterpaduan antar

pemerintah (lokal-nasional), keterpaduan wilayah/spasial, keterpaduan antara ilmu

pengetahuan dan manajemen, dan keterpaduan internasional. Sementara itu,

Dahuri et al. (2001) mendefinisikan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu

Page 7: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

21  

sebagai suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan lebih dari

satu ekosistem, sumberdaya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara

terpadu guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.

Jika merujuk kepada definisi wilayah pesisir yang dianut oleh Indonesia

dimana wilayah pesisir dibatasi dengan wilayah kecamatan pesisir ke arah darat

dan sejauh 12 mil ke arah laut, maka hampir seluruh wilayah pulau-pulau kecil

merupakan wilayah pesisir (UU No. 27/2007). Namun jika pengertian wilayah

pesisir dirujuk kepada batasan yang menyebutkan bahwa wilayah pesisir adalah

wilayah peralihan yang ke arah daratnya dibatasi oleh wilayah yang masih

dipengaruhi oleh proses-proses di laut (intrusi air laut) dan ke arah laut sejauh

wilayah yang masih dipengaruhi oleh proses di darat (sedimentasi), maka batas

wilayah pesisir di pulau-pulau kecil sangat ditentukan oleh geomorfologi pulau

kecil. Pendekatan ICM pada pulau-pulau kecil lebih jauh dibahas Calado et al.

(2007). Karakteristik pulau (termasuk pulau kecil) yang dikelilingi

perairan/lautan, luasannya (wilayah daratannya) yang kecil, jarak dari daratan

besar yang sangat jauh menyebabkan pulau kecil sebagai sebuah sistem tertutup

(Calado et al. 2007), hal ini memiliki implikasi yang sangat besar terkait dengan

proses perencanaan dan pengelolaan spasial pulau-pulau kecil. Karena sifatnya

yang remotness, terisolasi, sangat kecil dan merupakan sistem tertutup, membuat

perencanaan dan pengelolaan pulau-pulau kecil memiliki tantangan yang lebih

besar baik ditinjau dari aspek ilmu pengetahuan maupun kebutuhan teknologi.

Calado et al. (2007) menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan strategi

pengelolaan pesisir terpadu untuk pulau-pulau kecil, penyusunan strategi

pengelolaan pesisir terpadu merupakan sebuah pemikiran positif untuk memulai

proses inisiasi dialog, peningkatan partisipasi publik dalam pengambilan

keputusan, peningkatan kesadaran terhadap permasalahan pesisir. Towle (1985)

menekankan bahwa karena karakteristik pulau-pulau kecil yang unik, maka dalam

mengimplementasikan pengelolaan terpadu harus menghindari bias kontinental

pada saat merancang program pengelolaan pulau-pulau kecil.

Pengelolaan pulau-pulau kecil pada prinsipnya bagaimana menata aktivitas

manusia dalam memanfaatkan ekosistem daratan (terrestrial ecosystem) dan

ekosistem perairan (marine environment) sehingga tidak mempengaruhi

Page 8: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

22  

keberlanjutan sistem pulau-pulau kecil. Dalam konteks pengelolaan pulau-pulau

kecil, kajian kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil merupakan persinggungan

antara aktivitas manusia dengan lingkungan daratan (terrestrial ecosystem) dan

lingkungan perairan (marine environment).

Hubungan lebih lanjut antara kerentanan dan keberlanjutan dari suatu

sistem pulau-pulau kecil digambarkan Mimura (1999). Adanya faktor eksternal

akan mempengaruhi proses-proses yang terjadi dalam sistem internal pulau-pulau

kecil yang digambarkan sebagai interaksi sistem pulau-pulau kecil. Interaksi yang

terjadi dalam sistem pulau-pulau kecil selanjutnya akan mempengaruhi

kerentanan dan resiliensi dari pulau-pulau kecil tersebut. Seberapa besar faktor

luar mempengaruhi kedua komponen tersebut akan menentukan tingkat resiliensi

dan kerentanan pulau-pulau kecil, yang selanjutnya akan mempengaruhi dan

menentukan keberlanjutan dari sistem pulau-pulau kecil (Gambar 4).

Gambar 4. Kerangka analisis kerentanan dalam kaitannya dengan pengelolaan pulau-pulau kecil berkelanjutan (Mimura 1999)

Manusia

Ekonomi

Tekanan  Internal (Internall Stresses) 

Sumberdaya alam

Kelembagaan Sosial budaya 

Infrastruktur 

 Tekanan Luar (External Stresses)

Komponen SistemResiliensi

Komponen Sistem Kerentanan

Kemampuan Keberlanjutan       Sistem pulau‐pulau  

Page 9: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

23  

Bagi negara-negara kepulauan, pendekatan sistem pengelolaan pulau

sebagai suatu pendekatan multidisiplin, mekanisme keterpaduan dan menawarkan

suatu strategi pengelolaan adaptif untuk mengatasi isu-isu konflik pemanfaatan

sumberdaya dan menyediakan sebuah kebijakan yang diperlukan untuk mengatasi

permasalahan, yang berorientasi untuk mengontrol dampak akibat intervensi

manusia terhadap lingkungan pulau-pulau kecil. Efektifitas pendekatan ini sangat

tergantung pada kerangka kelembagaan dan kerangka hukum yang

mengkoordinasikan seluruh sektor baik publik maupun swasta dalam mencapai

tujuan yang diinginkan.

2.4. Kerentanan Pulau-Pulau Kecil

Resiko merupakan suatu hal yang memiliki keterkaitan dengan kerentanan

pulau. Resiko menjadi perhatian apabila resiko tersebut cukup signifikan.

Signifikansi suatu resiko menurut Tompkins et al. (2005) apabila suatu resiko

berasosiasi dengan sejumlah biaya. Sebagai contoh, jika ada gunung meletus di

sebuah pulau yang tidak berpenduduk, seringkali hal ini tidak mendapat perhatian

sebagai suatu bencana. Namun apabila hal yang sama terjadi pada pulau yang

berpenduduk, apalagi jika pulau tersebut berpenduduk padat, maka kejadian

tersebut sangat signifikan karena memiliki berbagai konsekwensi terkait dengan

penduduk di pulau tersebut.

Lewis (2003) mengemukakan beberapa alasan, mengapa pulau-pulau kecil

menjadi rentan. Alasan yang dikemukakan adalah pulau-pulau kecil memiliki

ukuran yang kecil, rendahnya sumberdaya berbasis daratan, relatif memiliki

aksesibilitas yang rendah. Pelling dan Uitto (2001) juga mengemukakan beberapa

karakteristik yang menjadi alasan mengapa suatu pulau-pulau kecil rentan, yaitu

(1) ukuran kecil yang berimplikasi pada keterbatasan sumberdaya berbasis

daratan, (2) insularitas dan remoteness yang berimplikasi pada biaya transportasi

yang mahal dan memerlukan waktu yang lebih lama, (3) masalah faktor

lingkungan seperti ketersingkapan terhadap gangguan, (4) kapasitas mitigasi

terhadap bencana yang terbatas, (5) faktor penduduk yang memiliki kualitas

sumberdaya manusia (SDM) yang rendah, tingkat pertumbuhan penduduk yang

tinggi, dan (6) faktor ekonomi seperti ketergantungan pada pembiayaan eksternal,

pasar internal yang terbatas.

Page 10: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

24  

Tompkins et al. (2005) juga menyatakan hal yang sama bahwa pulau-

pulau kecil secara ekonomi, sosial dan fisik rentan secara alamiah.

Katidakmampuan menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

domestik, menyebabkan ketergantungan yang tinggi terhadap impor dari luar.

Keterbatasan lahan daratan sebagai karakteristik utama pulau-pulau kecil

membuat terbatasnya tempat untuk manusia, lahan untuk pembangunan

infrastruktur, lahan untuk pembuangan limbah dan lahan untuk pertanian. Banyak

pulau-pulau kecil yang memiliki tingkat resiko yang tinggi terhadap bencana alam

seperti banjir, badai tropis dan gelombang laut.

Dalam kaitannya dengan pembangunan pulau-pulau kecil, ada dua faktor

yang menjadi penghambat, yaitu terkait dengan skala dan lokasi pulau-pulau

kecil. Ukuran pulau yang kecil dan pragmentasi dari gugus pulau merupakan

contoh keterbatasan dalam hal skala pulau. Pulau-pulau kecil memiliki

keterbatasan dalam hal sumberdaya (darat) dan keterbatasan ruang. Hal ini

menjadi hambatan fisik untuk pembangunan infrastruktur di pulau-pulau kecil.

Namun demikian, baik skala maupun lokasi sangat tergantung pada posisi pulau-

pulau kecil tersebut terhadap alur transportasi laut dan udara. Negara-negara maju

tidak mengalami hambatan terkait dengan faktor skala dan lokasi seperti Hawai

dan Singapore (Brookfield 1990).

Banyak kajian yang sudah dilakukan untuk mengkaji kerentanan ekologi

dan ekonomi dari suatu sistem pulau pada berbagai skala ruang/lokasi yang

berbeda. Hasil kajian tersebut kadang-kadang menunjukkan sesuatu yang

berbeda. Banyak peneliliti yang menyatakan bahwa isu utama pulau-pulau kecil

bukan karena keterisolasian dan smallness semata, tetapi juga masalah

pembangunan yang dilakukan di pulau-pulau kecil. Menurut Farrel (1991)

permasalahan esensi yang dihadapi oleh suatu negara kepulauan kecil (small

island development stated) adalah keterbatasan atau hanya sedikit hal yang dapat

diperbuat karena karakteristiknya yang smallness dari pulau kecil tersebut.

2.4.1. Konsep Kerentanan

Kerentanan memiliki banyak pengertian, baik ditinjau dari aspek maupun

dari sisi cakupan. Menurut Ford (2002), pengertian kerentanan mengandung dua

aspek, yaitu yang terkait dengan sifatnya (relative nature) dan terkait dengan

Page 11: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

25  

cakupan atau skala. Terkait dengan sifatnya, kerentanan adalah suatu entitas dari

suatu sistem yang menggambarkan kondisinya, sedangkan dilihat dari skalanya,

kerentanan digunakan dalam berbagai skala yang berbeda, seperti rumah tangga,

komunitas, ataupun negara. Pada Tabel 4 disajikan beberapa pengertian

kerentanan.

Tabel 4. Beberapa pengertian kerentanan

Nama Tahun Pengertian Timmerman 1981 Derajat atau tingkatan pada suatu sistem bertindak

terhadap suatu kejadian yang tidak baik. Susman et al. 1983 Derajat atau tingkat pada suatu kelas sosial yang berbeda

dalam hal resiko baik suatu kejadian fisik maupun efek dari sistem sosial

Kates et al. 1985 Kapasitas yang dapat diadaptasi dari suatu gangguan atau reaksi terhadap kondisi yang kurang baik

UN Department of Humanitarian Affairs

1992 Tingkat kehilangan (0-100%) yang dihasilkan dari suatu potensi dampak fenomena alam

Cutter 1993 Kecenderungan yang dialami oleh individu atau kelompok yang akan terekspose terhadap suatu bahaya

Watts dan Bohle

1993 Kerentanan didefinisikan sebagai fungsi dari keterbukaan, kapasitas dan potensial, dimana respon terhadap kerentanan untuk mereduksi keterbukaan dan meningkatkan kemampuan mengatasi, dan atau menguatkan potensi pemulihan

Blaikie et al. 1994 Karakteristik dari seseorang atau sekumpulan orang terkait dengan kemampuannya untuk mengantisipasi mengatasi, resisten dan memulihkan diri dari dampak bencana alam

Bohle et al. 1994 Suatu ukuran secara agregate kesejahteraan manusia yang terintegrasi antara lingkungan, sosial, ekonomi dan politik dalam mengatasi gangguan

Dow dan Downing

1995 Perbedaan kepekaan dari keadaan yang berpengaruh terhadap kondisi rentan, seperti faktor biofisik, demografi, ekonomi, sosial, dan teknologi

Smith 1996 Konsep kerentanan diisyaratkan ukuran resiko kombinasi dari kemampuan ekonomi dan sosial untuk mengatasi dampak kejadian

Vogel 1998 Karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang terkait dengan kapasitasnya dalam mengantisipasi, mengatasi, bertahan, dan memulihkan diri dari dampak perubahan iklim

Adger dan Kelly

1999 Kondisi individu atau kelompok masyarakat dalam kaitannya dengan kemampuannya mengatasi dan beradaptasi terhadap berbagai tekanan eksternal yang mengganggu kehidupan mereka.

Page 12: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

26  

Nama Tahun Pengertian Karsperson et al.

2001 Tingkatan pada suatu sistem yang dipengaruhi oleh keterbukaan atau gangguan/tekanan dan kemampuan untuk mengatasi atau memulihkan diri terhadap gangguan

Liechenko and O’Brien

2002 Dinamika kerentanan adalah proses-proses ekonomi nasional dan internasional yang mempengaruhi kapasitas individu dalam mengatasi, merespon dan beradaptasi terhadap gangguan (shocks) alam dan sosial ekonomi

Sumber : Disadur dari Ford (2002) Istilah kerentanan merujuk pada kemudahan mengalami dampak dari

faktor eksternal. Kerentanan adalah kecenderungan suatu entitas mengalami

kerusakan (SOPAC 2005). Entitas dapat berupa fisik (manusia, ekosistem, garis

pantai) atau konsep yang abstrak (seperti komunitas, ekonomi, negara dan

sebagainya) yang dapat dirusak. Kerentanan dapat bersifat tunggal dan komplek

yang disebut overall vulnerability, yaitu suatu hasil dari banyak kerentanan yang

bekerja bersama-sama. Bahaya atau resiko (hazard) adalah sesuatu atau proses

yang dapat menyebabkan kerusakan, tetapi hanya dapat didefinisikan dalam

istilah dari suatu entitas yang dirusak, seperti badai siklon adalah suatu bahaya

bagi sebuah pulau kecil. Kerentanan memiliki makna yang beragam (Campbell

2009), sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Sinonim dan antonim kata kerentanan

Synonym Antonym Inggris Indonesia Inggris Indonesia weak lemah strong kuat

powerless sangat lemah powerfull sangat kuat insecure tidak terjamin secure terjamin passive pasif active aktif expose terbuka covered tertutup

unprotected tidak terlindung protected terlindung unstable tidak stabil stable stabil

risk beresiko safety aman constrained/limited terbatas free/unlimited tidak terbatas

fragile rapuh robust tegap small sempit large luas

peripheral tidak memusat central terpusat marginal terpinggirkan impotant penting dependent tidak bebas independent bebas

Sumber: Campbell (2009)

Page 13: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

27  

Perkembangan kajian kerentanan terhadap perubahan iklim telah melalui 4

(empat) tahapan, yaitu dimulai dengan kajian dampak (impact assessment),

kemudian kajian kerentanan generasi pertama (vulnerability assessment first-

generation), kajian kerentanan generasi kedua (vulnerability assessment scond-

generation), dan kajian adaptasi kebijakan (vulnerability policy assessment)

(Fussel dan Klein 2006). Kajian kerentanan generasi pertama dicirikan oleh

adanya evaluasi dampak iklim dalam bentuk relevansinya dengan masyarakat

yang baru mempertimbangkan potensi adaptasi masyarakat di suatu wilayah.

Adapun novelty atau kebaharuan dari kajian kerentanan generasi kedua adalah

penilaian terhadap kapasitas individu/orang yang sudah bergeser dari sekedar

penilaian potensi kapasitas adaptif pada generasi pertama menjadi sebuah

kelayakan adaptasi dari masyarakat terhadap perubahan iklim (Fussel dan Klein

2006). Dengan kata lain, kelayakan adaptasi sudah mampu memperhitungkan

kapasitas adaptasi masyarakat terhadap kerentanan. Perbedaan dan karakteristik

setiap tahapan perkembangan kajian kerentanan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik 4 tahapan perkembangan kajian kerentanan terhadap perubahan iklim

Kajian dampak

Kajian Kerentanan Kajian Kebi-jakan Adaptasi Generasi

Pertama Generasi kedua

Fokus utama kebijakan

Kebijakan mitigasi

Kebijakan mitigasi

Alokasi sumberdaya

Kebijakan adaptasi

Pendekatan analisis Positif Positif Positif Normatif Hasil utama Dampak

potensi Adaptasi awal (pre-adaptation)

Adaptasi akhir (post-adaptation)

Rekomendasi strategi adaptasi

Waktu Jangka panjang

Jangka panjang Sedang-jangka panjang

Pendek – jangka panjang

Skala ruang Nasional ke global

Nasional ke global

Lokal ke global Lokal ke nasional

Pertimbangan iklim, non-iklim dan adaptasi

Kecil Parsial Penuh Penuh

Integrasi antara ilmu sosial dan alam

Rendah Rendah ke sedang Sedang ke tinggi

Tinggi

Keterlibatan stakeholder

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sumber : Fussel dan Klein (2006)

Kerentanan adalah tingkatan dari suatu sistem terhadap kemudahan sistem

tersebut terkena dampak atau ketidak mampuan mengatasi dampak dari perubahan

Page 14: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

28  

iklim termasuk iklim yang berubah-ubah dan ekstrim. Kerentanan merupakan

fungsi dari karakter, magnitude, laju dari variasi iklim karena terekspose,

sensitivitas dan kapasitas adaptasinya (McCarthy et al. 2001). Adapun Karperson

et al. (2003) dan Turner et al. (2003) menyebutkan bahwa kerentanan adalah

tingkat dimana manusia dan sistem alam akan mengalami kerugian karena

gangguan atau tekanan dari luar. Sebagai contoh, kerentanan wilayah pesisir

terhadap perubahan iklim dan kenaikan muka laut adalah tingkat ketidakmampuan

wilayah pesisir untuk mengatasi dampak dari perubahan iklim dan kenaikan muka

laut (IPCC-CZMS 1992).

Faktor geografi juga merupakan salah satu penyebab kerentanan

lingkungan pulau-pulau kecil. Secara geografi pulau-pulau kecil dapat memiliki

kerentanan yang tinggi terhadap gangguan alam, atau karena letaknya yang tidak

strategis, sehingga pulau-pulau kecil memiliki kerentanan lokasi. Karena posisi

pulau-pulau kecil juga dapat meningkatkan kerentanan karena berada pada zona

seperti topan dan daerah tercemar. Kerentanan pulau-pulau kecil karena

posisi/letak disebut sebagai kerentanan ruang (vulnerability of space) (Turvey

2007). Kajian kerentanan ruang dimaksudkan untuk mengetahui mengapa suatu

lokasi pulau-pulau kecil lebih rentan dari lokasi lainnya. Istilah ruang ini

memiliki makna geografi seperti lokasi, ukuran dari pulau-pulau kecil, lingkungan

fisik dimana manusia hidup, biofisik, interaksi sistem ekonomi dan politik.

Dolan dan Walker (2003) mengemukan terdapat 3 karakteristik dari

kerentanan. Pertama; kerentanan dicirikan oleh ketersingkapan suatu sistem

terhadap bencana alam (misalnya banjir di wilayah pesisir) dan bagaimana

bencana tersebut mempengaruhi kehidupan manusia dan infrastruktur yang ada di

wilayah tersebut. Kedua; dari sudut pandang hubungannya terhadap manusia,

kerentanan bukan hanya dilihat sebagai hubungan fisik semata. Dalam hal ini,

kerentanan ditentukan oleh ketidakwajaran dari distribusi dampak/efek negatif

dan resiko di antara kelompok masyarakat yang ada di suatu wilayah, dan

kerentanan adalah hasil dari proses sosial dan struktur yang memiliki hambatan

terhadap akses sumberdaya. Ketiga; dari perspektif keterpaduan antara

kejadian/peristiwa secara fisik dan fenomena sosial yang menyebabkan

Page 15: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

29  

ketersingkapan terhadap resiko dan keterbatasan kapasitas masyarakat dalam

merespon bencana alam yang muncul.

2.4.2. Kerentanan Lingkungan

Pulau-pulau kecil memiliki tingkat kerentanan lingkungan yang tinggi

Briguglio (2003). Ada beberapa alasan kerentanan lingkungan bagi pulau-pulau

kecil, yaitu (1) keterbatasan asimilasi dan daya dukung, akan berimplikasi pada

permasalahan pengelolaan limbah, persediaan air dan yang menyangkut ukuran

teritori pulau-pulau kecil; (2) memiliki wilayah pesisir yang cukup luas

(dibandingkan dengan luas daratan) membuat pulau kecil mudah tergerus erosi;

(3) ekosistem yang rapuh, karena daya tahan terhadap pengaruh luar temasuk

kekayaan hayati di dalamnya; (4) mudahnya terkena dampak bencana alam,

termasuk gempa, gunung meletus, angin badai, banjir, gelombang pasang dan

bentuk lain, tergantung pada kondisi pulau; (5) luasnya proporsi tanah yang akan

terkena dampak akibat pengaruh pemanasan global, termasuk naiknya muka air

laut sehingga akan banyak proporsi wilayah daratan yang akan hilang; dan (6)

dampak yang signifikan akibat perkembangan ekonomi, termasuk penurunan

produksi pertanian dan sumberdaya alam.

Kerentanan pulau-pulau kecil meliputi kerentanan lingkungan

(environmental vulnerability), kerentanan sosial (social vulnerability), dan

kerentanan ekonomi (economic vulnerability). Kerentanan lingkungan berbeda

dengan kerentanan ekonomi maupun sosial disebabkan oleh tiga hal, yaitu (1)

lingkungan termasuk di dalamnya sistem yang kompleks dengan perbedaan di

setiap level kelompok spesies dan karakteristik fisik habitat, (2) berbeda dengan

indikator umum untuk manusia (sosial) yang dapat digunakan dengan secara luas

dengan menggunakan asumsi bahwa kebutuhan dan ambang batas untuk resiko

pada umumnya sama, sedangkan indikator untuk lingkungan sangat dibatasi oleh

kondisi geografi, dan (3) indikator ekonomi dapat diekspresikan dalam unit uang

yang dapat digunakan secara luas di seluruh dunia dengan menggunakan unit

pembanding (SOPAC 2005).

Kerentanan pulau-pulau kecil dapat disebabkan oleh 3 faktor atau proses,

yaitu proses-proses yang sifatnya global, proses yang terjadi di kawasan regional

dan proses yang terjadi pada skala lokal (Pelling dan Uitto 2001). Proses global

Page 16: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

30  

adalah perubahan iklim yang berimplikasi terhadap kenaikan muka laut dapat

mengancam keberadaan pulau-pulau kecil. Proses regional adalah pengaruh

pencemaran yang berasal dari kota-kota yang berkembang pesat yang letaknya

tidak jauh dari pulau-pulau kecil. Proses lokal adalah kerusakan lingkungan dan

sumberdaya yang terjadi di pulau-pulau kecil sebagai dampak dari pertumbuhan

penduduk. Selain itu, kerentanan pulau-pulau kecil juga dapat disebabkan karena

karakteristik pulau-pulau kecil itu sendiri, seperti sifat insularitas pulau dan sifat

remoteness pulau. Kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil juga disebabkan oleh

keterbukaan pulau terhadap alam, degradasi lingkungan yang dialami pulau-pulau

kecil, dan kemampuan resiliensi pulau-pulau kecil.

Kerentanan lingkungan akan mempengaruhi sistem lingkungan yang

selanjutnya akan mempengaruhi keberlanjutan pembangunan di pulau-pulau kecil.

Dalam konteks pengelolaan pulau-pulau kecil, ekosistem mangrove, terumbu

karang, dan lamun merupakan ekosistem yang memiliki peran dalam menopang

sistem keberlanjutan pulau-pulau kecil. Moberg dan Folk (1999) mengidentifikasi

peran ekosistem terumbu karang sebagai penyedia barang dan jasa (Tabel 7).

Tabel 7. Peran ekosistem terumbu karang sebagai penyedia barang dan jasa dalam pengelolaan pulau-pulau kecil

Barang Peran ekologi

Sumberdaya pulih Batu karang Jasa fisik

Jasa Biologi Jasa biogeokimia Dalam

ekosistem Antar

ekosistem Makanan laut Batu karang,

pasir untuk bahan bangunan

Pelindung pantai/erosi

Memelihara habitat

Mendukung bioekologi melalui interkoneksi

Fiksasi nitrogen

Bahan mentah untuk obat

Bahan mentah untuk semen

Membentuk daratan

Memelihara biodiversity dan genetik

Ekspor produksi organik dan plankton

Control CO2/Ca

Ikan hias dan ikan konsumsi

Minyak dan gas

Mendukung pertumbuhan mangrove dan lamun

Mendukung proses dan fungsi ekosistem

Memelihara resiliensi

Sumber : Moberg dan Folk (1999)

Page 17: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

31  

2.4.3. Dinamika Kerentanan

Kerentanan memiliki sifat yang dinamis, yang berarti kerentanan dapat

berubah seiring dengan perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Preston

dan Stafford-Smith 2009). Perubahan kerentanan terjadi karena perubahan

faktor-faktor yang mempengaruhi seperti faktor-faktor sosial dan biofisik. Pada

Gambar 5 disajikan dinamika kerentanan sebagai akibat dari perubahan faktor-

faktor yang mempengaruhinya.

Gambar 5. Dinamika kerentanan pulau-pulau kecil (Preston dan Stafford-Smith

2009)

2.4.4. Kuantifikasi Kerentanan

Turner et al. (2003) menggambarkan kerentanan sebagai sebuah fungsi

overlay dari ketersingkapan (exposure), sensitivitas (sensitivity), dan kapasitas

atau kemampuan adaptif (adaptive capacity). Selanjutnya Metzger et al. (2006)

mengekspresikan konsep tersebut dalam bentuk matematika sebagai fungsi dari

ketersingkapan, sensitivitas dan kapasitas adaptif sebagai berikut:

V = f (E, S, AC) (1)

atau dapat juga dituliskan sebagai fungsi dari potensi dampak (potensial impact =

= PI) dan kapasitas adaptif yang dituliskan menjadi:

V = f (PI, AC) (2)

 

Page 18: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

32  

Brenkert dan Malone (2005) juga menggambarkan kerentanan suatu

negara atau wilayah terhadap perubahan iklim termasuk kenaikan muka laut

sebagai fungsi dari ketersingkapan, sensitivitas dan kapasitas adaptif (Gambar 6).

Dimana parameter-paremeter dari ketersingkapan/keterbukaan, sensitivitas dan

kapasitas adaptif akan mempengeruhi tingkat kerentanan suatu negara atau

wilayah.

Gambar 6. Prototip indikator kerentanan-resiliensi

(1) Ketersingkapan

Keterkaitan antara kerentanan dengan ketersingkapan juga dikemukakan

Adger (2006) dan Kasperson et al. (2005), dimana ketersingkapan merupakan

salah satu konsep dari kerentanan, yang memiliki pengertian umum dalam hal

tingkatan dan jangka waktu dari suatu sistem berinteraksi dengan gangguan.

Ketersingkapan ini pada sebagian besar formulasi merupakan salah satu elemen

pembangun kerentanan. Ketersingkapan merupakan sebuah atribut dari

hubungan antara sistem dan gangguan (system and perturbation).

Ketersingkapan berhubungan dengan pengaruh atau stimulus dampak pada

suatu sistem. Dalam kaitannya dengan perubahan iklim (kenaikan muka laut),

tidak hanya menyangkut masalah kejadian dan pola iklim yang mempengaruhi

sistem, tetapi juga dalam skala yang lebih luas seperti perubahan-perubahan yang

terjadi dalam sistem itu sendiri yang diakibatkan oleh efek dari perubahan iklim.

Perubahan Iklim

Sensitivitas

Ketersingkapan (-)

• Makanan • Air • Perumahan • Kesehatan • Ekosistem Kerentanan dan

Resiliensi

Kapasitas Adaptif (+)

• Sumberdaya manusia • Kemampuan Ekonomi • Kapasitas lingkungan

Page 19: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

33  

Ketersingkapan digambarkan kondisi iklim yang berlawanan dengan operasional

dari sistem dan perubahan dari kondisi tersebut (Allen 2005). Suatu masyarakat

dan sistem alam yang berbeda juga akan mengalami ketersingkapan yang berbeda

dalam hal besaran (magnitude) dan frekwensi dari suatu gangguan (Luers et al.

2003).

(2) Sensitivitas

Sensitivitas adalah tingkatan dari suatu sistem yang dipengaruhi atau

berhubungan dengan stimulus karena perubahan iklim (Olmas 2001). Sementara

itu, Allen (2005) mengemukakan bahwa sensitivitas merefleksikan respon dari

suatu sistem terhadap pengaruh iklim (kenaikan muka laut) dan tingkat perubahan

yang diakibatkan oleh perubahan tersebut. Sistem dikatakan sensitif apabila

respon dari suatu sistem terhadap perubahan iklim tinggi, yang secara signifikan

dipengaruhi oleh perubahan iklim skala kecil. Pemahaman sensitivitas dari suatu

sistem juga memerlukan pemahaman terhadap ambang batas dimana perubahan

itu direspon oleh pengaruh iklim termasuk kenaikan muka laut. Dalam

pendefinisian kerentanan dari suatu sistem, hal yang pertama diperlukan adalah

pemahaman terhadap sensitivitas dari sistem terhadap tekanan yang berbeda dan

mengidentifikasi ambang batas dari sistem manusia yang akan terkena dampak

(Luers et al. 2003).

Adger (2006) mendefinisikan sensitivitas sebagai suatu tingkatan atau

level dari sebuah sistem alam yang dapat mengabsorbsi atau menerima dampak

tanpa mengalami gangguan atau penderitaan dalam jangka panjang atau

mengalami perubahan signifikan dari kondisi lainya. Smit dan Wandel (2006)

mengatakan bahwa sensitivitas tidak dapat dipisahkan dari ketersingkapan. Luers

(2005) juga mengkombinasikan pengertian sensitivitas dan ketersingkapan,

dimana mendefinisikan sensitivitas sebagai level dari sistem dalam merespon

gangguan eksternal terhadap sistem. Lebih lanjut Luers (2005) mengatakan

bahwa termasuk dalam konsep ini adalah kemampuan dari sistem untuk tahan

terhadap perubahan dan kemampuan untuk pulih kembali ke kondisi semula

setelah gangguan yang mengenai sistem berlalu.

Page 20: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

34  

(3) Kapasitas adaptif

Adaptasi adalah penyesuaian oleh sistem alam atau manusia dalam

merespon kondisi aktual dari iklim atau dampak dari perubahan iklim. Adaptasi

merujuk kepada aksi manusia dalam merespon, atau mengantisipasi proyeksi atau

perubahan nyata dari iklim, sedangkan mitigasi merujuk kepada aksi untuk

mencegah, mereduksi memperlambat perubahan iklim (Hulme 2002). Kapasitas

adaptif adalah kemampuan dari sistem untuk menyesuaikan terhadap perubahan

iklim (termasuk iklim yang berubah-ubah dan ekstrim) yang membuat potensi

dampak lebih moderat, mengambil manfaat atau untuk mengatasi konsekwensi

dari perubahan tersebut (Fussel dan Klien 2006). Menurut Luers (2005),

kapasitas adaptif merujuk pada potensi untuk beradaptasi dan mengurangi

kerentanan suatu sistem. Kapasitas adaptif menggambarkan kemampun dari suatu

sistem terhadap perubahan sebagai cara untuk membuat sistem tersebut lebih baik

dalam beradaptasi terhadap pengaruh eksternal. Adaptasi dapat direncanakan atau

terjadi secara otomatis. Perencanaan adaptasi adalah suatu perubahan dalam

mengantisipasi suatu variasi dari perubahan iklim. Perencanaan adaptasi ini

sudah merupakan suatu ciri dari suatu upaya untuk meningkatkan kapasitas suatu

sistem untuk mengatasi konsekwensi perubahan iklim (Allen 2005). Kapasitas

adaptif suatu sistem atau masyarakat menggambarkan kemampuan untuk

memodifikasi karakteristik atau perilakunya sehingga mampu mengatasi dengan

lebih baik dampak perubahan kondisi eksternal (Fussel dan Klein 2006).

Kapasitas adaptif merupakan sifat yang sudah melekat dari suatu sistem

yang didefinisikan sebagai kapasitasnya untuk beradaptasi terhadap

ketersingkapan (Smit dan Pilifosova 2003). Dalam hal ini, kapasitas adaptif

direfleksikan dari resiliensi, misalnya sebuah sistem yang resilien memiliki

kapasitas untuk mempersiapkan, menghindari, mentolerir dan memulihkan diri

dari resiko atau dampak. Resiliensi adalah kemampuan dari suatu entitas untuk

resisten atau pulih dari suatu kerusakan (SOPAC 2005). Resiliensi alami

(intrinsic resilience) adalah kemampuan alami suatu entitas untuk tahan terhadap

kerusakan. Sebagai contoh, seseorang memiliki sistem kekebalan yang kuat

secara alami akan lebih tahan terhadap kondisi dingin dibandingkan dengan

seseorang yang lemah. Resiliensi adalah kemampaun dari suatu sistem,

Page 21: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

35  

komunitas atau sosial beradaptasi terhadap bahaya dengan cara meningkatkan

resistensinya, atau melakukan perubahan untuk mencapai atau memelihara suatu

batas yang dapat diterima atau ditolerir dari suatu fungsi atau struktur. Semisal

sistem sosial, hal ini ditentukan oleh tingkat kapasitas suatu organisasi

meningkatkan kemampuannya untuk belajar dari gangguan alam masa lalu untuk

membuat proteksi yang lebih baik pada masa yang akan datang.

Brooks (2003) mengklasifikasi faktor-faktor yang menentukan kapasitas

adaptif menjadi faktor yang spesifik dan faktor general/umum dan juga

berdasarkan faktor endogenous dan exogenous. Faktor penentu yang bersifat

umum dalam sistem sosial adalah sumberdaya ekonomi, teknologi, informasi dan

keahlian serta infrastruktur. Faktor endogenous merujuk pada karakteristik dari

perilaku penduduk atau masyarakat.

Menurut Downing et al. (2001) untuk mengkuantifikasi kerentanan akan

sangat sulit dilakukan bila tidak memungkinkan mengidentifikasi secara

sistematis sistem yang paling rentan. Dalam kasus tertentu, sangat tergantung

pada jenis tekanan dan keluaran variabel yang menjadi perhatian. Dampak

tekanan relatif pada suatu wilayah dapat digunakan sebagai objek untuk mengukur

kerentanan (Luers et al. 2003). Pengukuran kerentanan hanya dapat dilakukan

secara akurat jika berhubungan dengan spesifik variabel dibandingkan dengan

menganalisis suatu tempat/lokasi. Hal ini disebabkan karena sistem yang paling

sederhanapun cukup kompleks dan akan sulit untuk menghitung seluruh variabel,

proses-proses dan gangguan yang dicirikan oleh kerentanan tersebut (Luers et al.

2003). Suatu sistem dapat menurunkan atau mengurangi kerentanan dengan

memodifikasi hal-hal berikut (1) bergerak kepada fungsi yang lebih baik yang

dapat mengurangi sensitivitasnya terhadap tekanan yang kritis, (2) merubah posisi

relatif terhadap ambang batas dari suatu dampak, dan (3) memodifikasi

ketersingkapan sistem terhadap tekanan.

Dalam konteks adaptasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, UNFCCC

(2007) membagi dua jenis adaptasi, yaitu adaptasi yang bersifat reaktif, seperti (a)

perlindungan terhadap infrastruktur di wilayah pesisir, (b) penyadaran masyarakat

untuk meningkatkan upaya perlindungan terhadap ekosistem pesisir dan laut, (c)

pembangunan bangunan pelindung pantai (sea wall), perlindungan dan konservasi

Page 22: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

36  

terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan vegetasi pantai lainnya. Adaptasi

lainnya adalah adaptasi yang sifatnya antisipasi, seperti (a) implementasi konsep

dan pendekatan pengelolaan wilayah pesisir terpadu, (b) penyusunan rencana

zonasi pesisir dan pulau-pulau kecil, (c) penyusunan peraturan tentang

perlindungan pesisir dan pulau-pulau kecil, (d) mengembangkan kegiatan

penelitian dan pemantauan pantai dan ekosistem pesisir.

2.4.5. Indeks Kerentanan

Indeks adalah tanda (signal) yang mengukur, menyederhanakan, dan

mengkomunikasikan realita yang kompleks dari suatu kondisi (Farell dan Hart

1998). Indeks ini sangat berguna karena dapat membantu dalam menentukan

target dan standar untuk memantau perubahan dan membandingkan entitas yang

berbeda dalam hal tempat dan waktu (Easter 1999). Indeks dapat juga digunakan

sebagai basis modal alokasi sumberdaya. GEF juga mengembangkan indeks

kerentanan untuk menentukan alokasi pembiayaan di beberapa negara

berkembang. Indeks dapat digunakan sebagai alat ‘adaptive management’ menilai

keberhasilan pemantauan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan

(SOPAC 2005). Indeks umumnya melibatkan sejumlah indikator untuk

menghasilkan sebuah indeks tunggal (Bossel 1999). Untuk menghasilkan sebuah

indeks tunggal, keragaan data dan indikator perlu distandarisasi dalam suatu unit

yang sama. Hal ini banyak dilakukan dengan mereduksi seluruh komponen ke

suatu nilai skoring pada beberapa skala.

Kemampuan sebuah kerangka teori menghasilkan indikator kerentanan

secara umum harus mencakup tiga komponen. Pertama, model kerentanan, yaitu

mengidentifikasi komponen-komponen model ketergantungan/keterkaitannya

dengan komponen lainnya yang berasosiasi dengan komponen kerentanan.

Kedua, model sistem yaitu menentukan cara untuk mendekomposisi target sistem

yang membuatnya lebih praktis sehingga kerentanan dapat diinterpretasi dengan

model yang dapat dibandingkan. Ketiga, model matematik yaitu penggunaan

informasi secara menyeluruh ke dalam sistem model untuk mengorganisasi hirarki

dari indikator kerentanan. Dalam kaitannya dengan perbedaan indikator

kerentanan dengan lingkungan yang berbeda, ketiga komponen ini haruslah

kompatibel (Villa dan McLeod 2002). Schroter et al. (2005) menyajikan 8

Page 23: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

37  

tahapan dalam melakukan kajian kerentanan, termasuk dalam menyusun indeks

kerentanan pulau-pulau kecil, yaitu (1) mendefinisikan wilayah studi, baik secara

spasial maupun temporal (2) mencari dan mengumpulkan informasi terkait

dengan wilayah studi, melalui kajian literatur dan diskusi dengan peneliti

sebelumnya; (3) mengembangkan hipotesis siapa/apa yang mengalami

kerentanan; (4) mengembangkan model kerentanan dengan menguraikan

ketersingkapan, sensitivitas, dan kapasitas adaptif, mengidentifikasi faktor

pendorong; (5) menentukan indikator untuk elemen kerentanan, seperti indikator

ketersingkapan, indikator sensitivitas, dan indikator kapasitas adaptif; (6)

mengoperasikan model kerentanan, melalui pembobotan dan penggabungan

indikator, validasi hasil; (7) pengembangan lebih lanjut dengan memilih skenario

dan aplikasi model; dan (8) mengkomunikasikan hasil kajian kerentanan kepada

stakeholder.

2.5. Kenaikan Muka Laut

2.5.1. Proses Kenaikan Muka Laut

Selama proses pemanasan global (perubahan iklim), dua proses utama

yang menyebabkan kenaikan rata-rata muka laut global adalah (1) pemanasan

lautan yang menyebabkan pengembangan massa air sehingga terjadi peningkatan

volume air (lautan), dan (2) pencairan es di daerah kutub yang juga menyebabkan

peningkatan massa air. Selain itu, pada beberapa wilayah pesisir terjadi subsiden

yang menambah kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka laut (USCCSP 2009).

Perubahan muka laut dalam skala lokal tergantung pada perubahan yang

terjadi pada skala global dan regional serta faktor-faktor lokal (Nicholls 2002).

Komponen-komponen perubahan muka laut tersebut adalah (Church et al. 2001):

• Kenaikan rata-rata muka laut global, yaitu peningkatan volume global

lautan karena pemanasan global dan mencairnya es di kutub.

• Faktor meteo-oseanografi regional seperti variasi spasial dampak ekspansi

panas, perubahan tekanan atmosfir dalam jangka panjang dan perubahan

sirkulasi lautan.

• Pergerakan vertikal daratan yang disebabkan oleh berbagai proses geologi

dan tektonik.

Page 24: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

38  

Kajian terhadap kenaikan muka laut (sea level rise) dan dampaknya

terhadap pesisir dan pulau-pulau kecil banyak mendapat perhatian dari banyak

kalangan peneliti. Secara global rata-rata kenaikan muka laut sekitar 2.5

mm/tahun, sedangkan secara lokal, di lokasi-lokasi tertentu bahkan dapat

mencapai maksimum 30 mm/tahun. Nilai kenaikan yang signifikan tersebut

terutama disebabkan oleh mengembangnya suhu air laut. Kajian kenaikan muka

laut di Indonesia juga sudah banyak dilakukan. Proyeksi kenaikan muka laut

dilakukan Hamzah et al. (in press) di sekitar perairan utara dan selatan Pulau

Lombok. Pada tahun 2020 kenaikan muka laut di bagian utara P. Lombok akan

terjadi kenaikan setinggi 10 cm dan di bagian selatan setinggi 12 cm. Pada tahun

2050 akan terjadi kenaikan setinggi 25 cm di bagian utara dan 32 cm di bagian

selatan Pulau Lombok. DKP (2009) juga memprediksi laju kenaikan muka laut di

perairan sekitar Kabupaten Pangkajene Kepulauan sekitar 2.60 mm/tahun.

2.5.2. Dampak Kenaikan Muka Laut

Dari sudut pandang geografi pesisir, dampak dari kenaikan muka laut

terhadap pulau-pulau kecil tergantung pada dua hal, yaitu (1) tingkat kekritisan

dari kenaikan muka laut (laju kenaikan pertahun), dan (2) karakteristik daratan

pulau, seperti penggunaan lahan, topografi, dan penghalang pantai (Nallathiga

2006). Proyeksi kenaikan muka laut yang diakibatkan oleh pemanasan global

akan mengancam wilayah pesisir yang memiliki elevasi rendah (Yamano et al.

2007; Barnet dan Adger 2003). Wilayah yang paling beresiko adalah pulau-pulau

karang atau pulau atol, karena umumnya pulau ini memiliki elevasi atau

ketinggian dari muka laut yang rendah (Yamano et al. 2007). Pulau atol ini

memiliki permasalahan lingkungan yang umum menyebabkan kerentanan karena

perubahan iklim (Barnet dan Adger 2003)). Kenaikan muka laut ini diprediksi

akan menyebabkan perendaman, penenggelaman dan erosi pantai dari pulau-pulau

karang (Leathermen 1997). Erosi pantai, perendaman dan intrusi air laut

merupakan dampak dari kenaikan muka laut yang menimpa pulau-pulau atol di

Tavalu (Aung et al. 2009). Hal yang sama juga dikemukakan Mimura (1999),

bahwa dampak prinsip yang ingin diantisipasi dari kajian kerentanan pulau-pulau

kecil khususya pulau atol adalah erosi pantai, perendaman pulau dan intrusi air

laut. Upaya yang dilakukan untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim

Page 25: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

39  

ini harus didasarkan pada kapasitas sistem alam yang kemudian didukung dengan

perencanaan adaptasi yang baik berupa proteksi kawasan pesisir dan perubahan

struktur bangunan (Klein dan Nicholls 1999; Hay et al. 2003).

Wilayah pesisir termasuk pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang

dinamis dan respon dari kawasan pesisir terhadap kenaikan muka laut lebih

kompleks dari sekedar terjadinya perendaman. Erosi pantai adalah fenomena atau

proses-proses alami yang terjadi karena adanya gelombang dan arus laut dan

dapat menyebabkan hilangnya lahan darat (USCCSP 2009). Kenaikan muka laut

dapat memperparah perubahan wilayah pesisir yang disebabkan oleh erosi pantai.

Kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka laut, umumnya faktor elevasi daratan

menjadi faktor kritis dalam kajian potensi dampak. Flora dan fauna yang

umumnya sangat kaya terdapat di wilayah pesisir juga akan mendapatkan tekanan

akibat pengaruh kenaikan muka laut. Kualitas dan kuantitas serta distribusi

spasial dari habitat di wilayah pesisir akan berubah sebagai hasil dari erosi pantai,

perubahan salinitas dan hilangnya daerah lahan basah.

Ekosistem pesisir juga merupakan salah satu ekosistem yang mengalami

kerentanan karena adanya kenaikan muka laut. Sejak vegetasi lahan basah ‘akrab’

dengan kenaikan muka laut, maka ekosistem ini menjadi sensitif terhadap

perubahan muka laut jangka panjang. Hasil pemodelan dari pesisir lahan basah

(termasuk ekosistem lamun) menunjukkan bahwa sekitar 33 % dari lahan basah di

dunia akan hilang dengan kenaikan muka laut sekitar 34 cm dalam kurun waktu

2000 sampai 2080, dan akan hilang sekitar 44 % pada kenaikan muka laut sekitar

72 cm (Church et al. 2007). Pada tahun 2100 kenaikan muka laut akan

mengurangi 500 000 ha ekosistem mangrove di 16 negara di kawasan pasifik.

Masyarakat yang mendiami pulau-pulau atol ini memiliki kerentanan yang

tinggi terhadap kenaikan muka laut, sebagaimana yang baru-baru ini terjadi di

Tavalu yang merupakan salah satu negara pulau atol (Yamano et al. 2007).

Pulau-pulau atol umumnya memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan

berpeluang terekspose terhadap kejadian alam di pulau-pulau atol (UNTAD

1999). Dampak kenaikan muka laut ditentukan oleh perubahan relatif kenaikan

muka laut, yang direfleksikan tidak hanya oleh kecenderungan perubahan muka

laut global tetapi juga oleh variasi lokal perubahan kenaikan muka laut dan proses

Page 26: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

40  

geologi seperti subsiden. Umumnya pulau yang mengalami subsiden akan lebih

terancam dibandingkan pulau yang tidak mengalami subsiden. Dampak kenaikan

muka laut juga dikemukakan Nicholls (2002) seperti disajikan pada Tabel 8

berikut:

Tabel 8. Dampak utama kenaikan muka laut

Dampak Biofisik Faktor Relevan Lainnya

Iklim Non Iklim Perendaman, banjir, gelombang, dampak efek backwater

Gelombang, perubahan morfologi, suplai sedimen, run-off

Suplai sedimen, penanga-nan banjir, perubahan morfologi, pengelolaan daerah tangkapan air dan pemanfaatan lahan

Kehilangan daerah lahan basah

Suplai sedimen Suplai sedimen

Erosi Gelombang dan badai iklim, suplai sedimen

Suplai sedimen

Intrusi air laut/air permukaan Run-off, curah hujan Pengelolaan daerah tangkapan air

2.6. Tinjauan Kajian Kerentanan Pesisir dan PPK

Kajian kerentanan pesisir dan pulau-pulau kecil terkait dengan pemanasan

global terus berkembang. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang banyak

dijadikan model dari kajian kerentanan karena melihat kenyataan pentingnya

daerah pesisir sebagai penopang kegiatan perekonomian. Awalnya, Gornitzs

(1992) mengembangkan indeks kerentanan pesisir dengan memasukkan parameter

dampak pemanasan global seperti kenaikan muka laut serta perendaman yang

digabungkan dengan parameter geomorfologi dan kajian oseanografi. Kajian ini

banyak diadopsi oleh sistem penilaian lain yang berbasis pesisir sehingga

memiliki sebuah angka (indeks) untuk pengelolaan wilayah pesisir. Beberapa

model yang diperkenalkan Gornitz et al. (1992) untuk menghitung kerentanan

pesisir (Coastal Vulnerability) adalah sebagai berikut:

CVI1 1 2 3 4 … n (3)

Page 27: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

41  

CVI2 1 2 3 4 5 X6 X7 (4)

CVI31 2 3 4 … n (5)

CVI4 1 2 3 4 … n (6)

CVI5 1 2 3 4 … n

(7)

CVI6 = 4X1 + 4X2 + 2(X3+X4) + 4X5 + 2 (X6+X2) (8)

Keterangan :

CVI = Coastal Vulnerability Index n = jumlah variabel/parameter x1 = Rata-rata elevasi x2 = Subsiden x3 = Geologi x4 = Geomorfologi x5 = Erosi pantai x6 = Tinggi gelombang maksimum x7 = Rata-rata tunggang pasang.

Hasil uji sensitivitas dari 6 formula di atas, menunjukkan bahwa model

CVI5 merupakan formula yang lebih sesuai untuk mengukur kerentanan pesisir.

Model CVI5 tersebut banyak digunakan untuk menilai kerentanan pesisir seperti

yang dilakukan Doukakis (2005) untuk menilai kerentanan pesisir di bagian barat

Peloponnesa bagian selatan Yunani, dengan melakukan modifikasi bobot dari

setiap variabel dan tidak memasukkan parameter geologi sebagai berikut:

CVI 3 3 3 3 3

6 (9)

Hal yang berbeda dilakukan Rao et al. (2008) dalam menilai kerentanan

pesisir Andara Paradesh Coast, India. Dengan menggunakan 5 parameter yaitu

geomorfologi (g), slope (s), perubahan garis pantai/erosi (c) kisaran pasang

tertinggi (t), dan tinggi gelombang (w) mereka menguji parameter tersebut dengan

metode penjumlahan dan perkalian. Dari hasil pengujian tersebut disimpulkan

bahwa metode yang lebih sesuai adalah metode penjumlahan, yaitu:

CVI = 4g + 4s + 2c + t + w (10)

Page 28: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

42  

dengan memberikan bobot pada g, s dan c yang lebih besar dari lainnya.

Pendekatan yang sama juga dilakukan Hedge dan Reju (2007) untuk menghitung

indeks kerentanan pesisir di Pantai Mangalore, India. Pendekatan yang digunakan

adalah penjumlahan skor (1-5) dari empat parameter lalu dibagi 4, yaitu:

CVI = (kelerengan + Geomorfologi + Populasi + Erosi)/4. (11)

Kajian kerentanan pulau-pulau kecil telah dikembangkan SOPAC (1999)

untuk menentukan kerentanan negara-negara kepulauan yang berada di kawasan

Pasifik Selatan. Pendekatan yang digunakan adalah melakukan penjumlahan

terhadap nilai skor (1-7) dari 50 parameter/indikator yang mencerminkan

kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil. Aplikasi konsep yang dikemukakan

SOPAC (1999) ini dilakukan Gowrie (2003) untuk menghitung indeks kerentanan

lingkungan pulau di Tobago. Pilihan terhadap metode penjumlahan atau

perkalian untuk menghitung indeks kerentanan yang sesuai juga dikemukakan

Villa dan McLeod (2002), dimana disebutkan bahwa penggunaan metode

perkalian untuk subindikator yang komponennya saling berinteraksi adalah yang

paling sesuai.

Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan tentu akan merasakan

dampak langsung dari fenomena ini, terutama di wilayah-wilayah pesisir.

Sementara itu, mayoritas penduduk di Indonesia tersebar di dekat atau di sekitar

wilayah pesisir. Dengan demikian, perilaku kedudukan muka laut beserta variasi

temporal dan spasial di wilayah regional atau lokal Indonesia merupakan salah

satu data yang diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

wilayah pesisir secara berkelanjutan. Kajian kerentanan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil sudah mulai dikembangkan di Indonesia. Departemen Kelautan

telah mengembangkan indeks kerentanan pulau-pulau kecil pada tahun 2008 yang

dilakukan di sekitar Kepulauan Seribu. Indeks kerentanan yang dikembangkan

diadopsi dari Gornitz et al, (1992) yang dimodifikasi sesuai dengan perkiraan

kondisi lokasi studi yang dijadikan sebagai contoh kasus.

Kajian kerentanan lainnya dilakukan Marfai et al. (2007) yang mengkaji

dampak banjir pasang terhadap masyarakat pesisir di Kota Semarang. Pendekatan

Page 29: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan … 3. Pulau Atol • Lahan daratan sangat terbatas • Elevasi sangat rendah • Tidak tersedia air permukaan • Terekspose terhadap

43  

yang digunakan adalah analisis spasial dengan memetakan lahan-lahan yang

berpotensi mengalami penggenangan dengan adanya banjir tersebut. Hamzah et

al. (in press) juga mengembangkan kajian kerentanan pesisir dan pulau-pulau

kecil di Pulau Lombok. Hasil penelitian ini adalah dipetakannya tingkat

kerentanan pesisir Pulau Lombok karena adanya kenaikan muka laut.