berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - surat...

195
1 RUU. PENETAPAN UU DARURAT NO. 2 TAHUN 1959 (LN NO. 19) TENTANG PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA SEBAGAI UU 1959

Upload: others

Post on 18-Feb-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

1

RUU. PENETAPAN UU DARURAT NO. 2 TAHUN 1959 (LN NO. 19) TENTANG PEMBERIAN TANDA

KEHORMATAN BINTANG GARUDA SEBAGAI UU

1959

Page 2: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

2

1791/Red. D A F T A R I S I

Bundel:

RUU PENETAPAN UU DARURAT NO. 2 TAHUN 1959 ( LN NO. 19 )

TENTANG PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA SE-

BAGAI UNDANG2.-

No.

Dok

No.

Srt.

Djenis dan isi surat,

No. dan tgl.

Pengiriman Penerimaan Halaman

- - Ichtisar ringkas rantjangan undang2

1. - Surat Wakil Perdana Menteri I kepada Ketua

DPR tgl. 16-4-1959 No. 11593/59 tt.

Menjampaikan undang2 darurat No. 2 tahun

1959 (LN No. 19).

Agno. 5743

tgl. 17-4-1959

2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua

DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt.

Menjampaikan rantjangan undang2.

Agno. 6515

tgl. 4-5-1959

3. 2 Rantjangan undang2.

4. 3 Memori pendjelasan.

5. - Surat Ketua DPR kepada Anggota tgl. 5-5-1959

No. 6596/DPR-RI/59 tt. menjampaikan S. 2, 3.

6. 1 Amanat Presiden (Pedjabat) tgl. 5-5-1959 No.

1211/HK/59 tt. menjampaikan rantjangan

undang2.

Agno. 6703

tgl. 6-5-1959

7. - Surat Ketua DPR kepada M.Pertahanan tgl. 4-5-

59 No. 6531/DPR-RI/59 tt. undangan rapat

pleno tgl 8-5-1959

8. - Surat pengantar Sekertariat DPR kepada

Anggota tgl. 6-5-1959 No. 6702/DPR-RI/59 tt.

menjampaikan lampiran rantjangan undang2.

9. - Surat Wakil Perdana Menteri III kepada Ketua

DPR tgl. 8-5-1959 No. 13601/59 tt. minta di-

tunda pembitjaraan rantjangan undang2.

Agno. 6924

tgl. 12-5-1959

10. - Rta. Ke-47 tgl. 8-5-1959.

11. - Surat Ketua DPR kepada M.Pertahanan tgl. 12-

5-1959 No. 6965/DPR-RI/59 tt. undangan rapat

pleno tgl. 15, 19, 20 dan 22-5-1959.

12. - Rta. Ke-51 tgl. 15-5-1959.

Page 3: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

3

No.

Dok

No.

Srt.

Djenis dan isi surat,

No. dan tgl.

Pengiriman Penerimaan Halaman

13. - Risalah rapat pertemuan tgl. 19-5-1959 malam.

14. - Rta. Ke-54 tgl. 20-5-1959 malam.

15. - Teks djawaban pemerintah atas pemandangan

umum babak ke-I

Agno. 7311

tgl. 20-5-1959

16. - Keputusan DPR tgl. 20-5-1959 No.

53/DPR/1959 tt. menjetudjui usul undang2.

17. 4 Surat Wakil Ketua I DPR kepada Presiden tgl.

4-6-1959 No. 8096/DPR-RI/59 tt. minta

pengesahan usul undang2.

18. - Surat Wakil Ketua I DPR Kepada Perdana

Menteri, M.Kehakiman, M.Pertahanan tgl. 4-6-

1959 No. 8097/DPR-RI/59 tt. menjampaikan

salinan S. 4.

-------------------------------------

Page 4: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

4

1791/Red D A F T A R I S I

Bundel :

Sid. 1959 - P. 416

No.

Dok

No.

Srt.

Djenis dan isi surat,

No. dan tgl.

Pengiriman Penerimaan Halaman

19. 5 Amanat Presiden (Pedjabat) tgl. 26-6-1959

No. 1719A/HK/59 tt. pengesahan usul

undang2.

Agno. 9806

tgl. 21-7-

1959

20. - Undang2 No. 23 tahun 1959 (LN No. 67 -

TLN No. 1811 -).

----------- m -------------

= 4 Nopember 1959 =

Page 5: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

5

REPUBLIK INDONESIA PERDANA MENTERI ------ Diterima tgl. : 17-4-‘59

Agno. : 5743 ------------------------------

No. : 11593/59. Djakarta, 16 April 1959.-

Lamp. : 1 ( satu ).

Perihal : Undang2 Darurat tentang

Bintang Garuda. Kepada ------------------------------- Jth. Ketua Dewan Perwakilan Rakjat

di

D J A K A R T A.-

Diberitahukan dengan hormat bahwa Dewan Menteri dalam sidangnja ke-175

pada tanggal 15 April 1959 telah menjetudjui suatu Rantjangan Undang-undang Darurat

tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda, jang kemudian pada tanggal 16 April

1959 telah di tetapkan dan diundangkan sebagai Undang-Undang Darurat No. 2 tahun 1959,

jang salinannja disampaikan bersama ini untuk diketahui.

Perlu dikemukakan bahwa rangka usaha penjusunan rantjangan-rantjangan

undang-undang mengenai pemberian tanda-tanda kehormatan jang diharapkan dalam waktu

jang singkat dapat di adjukan kepada Dewan Perwakilan Rakjat, Pemerintah antara lain

menjiapkan sebuah rantjangan undang-undang mengenai pemberian tanda kehormatan

Bintang Garuda.

Selandjutnja perlu diketahui bahwa bermaksud pemb-erian Bintang Garuda

berdasarkan undang-undang termaksud diatas kepada beberapa perwira pada hari

peringatan ulang tahun ke XIII AURI pada tanggal 17 April 1959.

Berhubung dengan mendesaknja keadaan dan sempitnja waktu seperti diuraikan

diatas, maka Pemerintah memutuskan untuk mengatur soal pemberian tanda kehormatan

Bintang Garuda itu dengan Undang-Undang Darurat.

Rantjangan Undang-Undang untuk menetapkan Undang-Undang Darurat No. 2

tahun 1959 tersebut sebagai Undang-Undang akan disampaikan selekas-lekasnja kepada

Dewan Perwakilan Rakjat.

Tembusan surat ini disampaikan kepada :

1. Menteri Pertahanan disertai permintaan menjampaikan Rantjangan Undang-Undang

untuk menetapkan Undang-Undang Darurat No. 2 tahun 1959 itu selekas-lekasnja

kepada Dewan Perwakilan Rakjat disertai dengan suatu Amanat Presiden,

2. K.S.A.U. ,

3. Direktur Kabinet Presiden,

Untuk diketahui dan seperlunja.-

WAKIL PERDANA MENTERI, I,

( ttd. ) Mr. H a r d i.

Page 6: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

6

UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 2 TAHUN 1959

TENTANG

PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :a. bahwa pelaksanaaan tugas diudara mempunjai tjorak jang chas,

sehingga perlu diadakan suatu peraturan jang merupakan dasar dari-

pada pemberian suatu tanda kehormatan berupa Bintang Garuda

untuk menghargai pelaksanaan tugas diudara;

b. bahwa kegiatan-kegiatan penerbangan jang dilakukan dimasa tahun

1945 sampai/dengan achir tahun 1949 tanpa ketjualinja adalah

penerbangan jang sangat berbahaja ditindjau dari sudut militer

(intercepting), teknik/navigasi penerbangan.

c. bahwa mereka jang melakukan penerbangan tersebut dapat dianggap

sebagai pelopor penerbangan Republik Indonesia umumnja dan

Angkatan Udara Republik Indonesia chususnja,

d. bahwa karena keadaan-keadaan jang mendesak peraturan termaksud

pada sub a perlu segera diadakan dengan Undang-Undang Darurat.

Mengingat : pasal 87 dan pasal 96 Undang-Undang Dasar Sementara Republik

Indonesia ;

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 65 tahun 1958 ( L.N. tahun 1958 No. 116 )

pula 2. Undang-Undang No. 70 tahun 1958 ( L.N. tahun 1958 No. 124 )

3. Undang-Undang Darurat No. 7 tahun 1958 ( L.N. tahun 1958

No. 154 )

Mendengar : Dewan Menteri dalam sidangnja pada tanggal 15 April 1959 ;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan :

UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PEMBERIAN TANDA

KEHORMATAN BINTANG GARUDA.

Page 7: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

7

BAB I.

Ketentuan Umum.

Pasal 1.

Kepada anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang bertugas diudara dimasa

kegiatan-kegiatan penerbangan dalam djangka waktu antara tahun 1945 sampai dengan

achir tahun 1949 dan jang stejara aktip telah melakukan tugas-tugas penerbangan diberikan

anugerah tanda kehormatan berupa suatu bintang djasa bernama “Bintang Garuda”.

Pasal 2.

(1) Bintang Garuda berbentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, ialah sebuah bintang

berlapis tiga, dibuat dari logam berwarna perunggu dengan garis tengah 48 milimeter.

Lapisan pertama sebagai dasar jang berbentuk bintang bersudut besar-ketjil sepuluh

dengan tiap udjung sudut besar terdapat bulatan ketjil, lapisan kedua terdapat

diatasnja berbentuk bundar dengan garis tengah 25 milimeter dan terdapat tulisan

“1945 Garuda 1949”; lapisan ketiga berbentuk lukisan lambang Angkatan Udara

Republik Indonesia “SWA BHUWANA PAKSA” jang terdiri dari : seekor burung

garuda jang menebarkan sajapnja selebar-lebarnja, 5 putjuk anak panah jang

digenggam oleh tjakar garuda, sebuah perisai dengan lukisan kepulauan Indonesia dan

burung garuda berdiri diatas perisai ini, api jang menjala mendjilat-djilat mengepung

perisai, sebuah karangan manggar melingkari garuda, masing-masing terdiri dari 17

buah. Disebelah belakang bintang terdapat tulisan “Republik Indonesia”.

(2) Pita dari Bintang Garuda bertjorak seperti dilukiskan dalam lampiran, berbentuk lebar

35 milimeter, pandjang 52 milimeter, berwarna dasar biru tua dengan satu strip-tegak-

putih perak ditengah-tengah jang lebarnja 8 milimeter dan ditengah-tengah pita

dilekatkan suatu tanda berbentuk pesawat ketjil dibuat dari logam berwarna perunggu.

BAB II.

Urutan Tingkatan.

Pasal 3.

Kedudukan Bintang Garuda dalam urutan tingkatan tanda-tanda kehormatan akan

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB III.

P e m b e r i a n.

Pasal 4.

Bintang Garuda dianugerahkan oleh Presiden /Panglima Tertinggi berdasarkan usul

dari Menteri Pertahanan.

Page 8: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

8

Pasal 5.

Tiap pemberian Bintang Garuda disertai dengan penjerahan suatu piagam menurut

bentuk seperti dilukiskan dalam lampiran.

Pasal 6.

Penjerahan Bintang Garuda dilakukan dengan upatjara militer menurut ketentuan

Menteri Pertahanan.

Pasal 7.

Tata-tjara pengusulan dan pemberian Bintang Garuda ditetapkan oleh Menteri

Pertahanan.

Pasal 8.

Pelaksanaan penjerahan Bintang Garuda dilakukan oleh Menteri Pertahanan atau oleh

pedjabat-pedjabat jang ditundjuknja.

BAB IV.

P e m a k a i a n.

Pasal 9.

Dengan mengingat ketentuan tentang urutan tingkatan tersebut dalam pasal 3, maka

Bintang Garuda dipakai pada waktu dan menurut tjara jang berlaku untuk Bintang Sakti

dan Bintang Darma seperti termaktub dalam BAB VII Undang-Undang No. 65 tahun 1958

(Lembaran Negara tahun 1958 No. 116) tentang Pemberian Tanda-tanda Kehormatan

Bintang Sakti dan Bintang Darma.

BAB V.

P e n t j a b u t a n.

Pasal 10.

Hak atas Bintang Garuda ditjabut apabila jang menerima :

a) dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman berupa

dikeluarkan dari dinas ketentaraan, dengan atau tidak dengan pentjabutan hak untuk

masuk dalam dinas Angkatan Bersendjata;

b) dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman karena

sesuatu kedjadian terhadap keamanan Negara atau karena desersi;

c) dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman pendjara

jang lamanja lebih dari satu tahun, atau dikenakan matjam hukuman jang lebih berat;

d) diberhentikan dari dinas ketentaraan tidak dengan hormat;

e) memasuki dinas Angkatan Perang negara asing dengan tidak mendapat idjin dahulu dari

Pemerintah Republik Indonesia.

Page 9: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

9

BAB VI.

Ketentuan Chusus.

Pasal 11.

Bintang Garuda dianugerahkan djuga kepada warganegara Indonesia bukan anggota

Angkatan Udara dan kepada warganegara Asing jang melakukan suatu perintah Angkatan

Udara dan memenuhi ketentuan-ketentuan jang dimaksud dalam pasal 1.

Pasal 12.

Bintang Garuda dianugerahkan djuga setjara anumerta kepada :

a) anggota Angkatan Udara Republik Indonesia,

b) warganegara Indonesia bukan anggota Angkatan Udara dan

c) warganegara Asing,

jang gugur atau meninggal dunia sebagai akibat langsung dari pelaksanaan tugas

penerbangan untuk kepentingan Angkatan Udara Republik Indonesia pada chususnja dan

Negara pada umumnja.

BAB VII.

P e n u t u p.

Pasal 13.

Hal-hal jang belum diatur dalam peraturan ini diatur lebih landjut dengan keputusan

Menteri Pertahanan.

Pasal 14.

Undang-Undang Darurat ini disebut “Undang-Undang Darurat tentang Tanda

Kehormatan Bintang Garuda” dan mulai berlaku pada hari di undangkan.

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja, memerintahkan pengundangan

Undang-Undang Darurat ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.-

Ditetapkan di Djakarta

pada tanggal 16 April 1959.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diundangkan ttd.

Pada tanggal 16 April 1959. SUKARNO.

MENTERI KEHAKIMAN, WAKIL PERDANA MENTERI III,

ttd. ttd.

G. A. MAENGKOM. J. LEIMENA.

Lembaran Negara tahun 1959 No. 19

Page 10: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

10

LAMPIRAN II.

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 2 TAHUN 1959

P I A G A M

KAMI PRESIDEN - PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG

REPUBLIK INDONESIA,

Memberikan anugerah Bintang Garuda kepada :

N A M A : …………………………………………………………..

DJABATAN : …………………………………………………………..

sesuai dengan Undang-Undang Darurat No. 2 tahun 1959 sebagai penghargaan atas :

…………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………….

Dikeluarkan di Djakarta

Pada tanggal

__________________________________________

PRESIDEN – PANGLIMA TERTINGGI

ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA,

SUKARNO.

PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA,

.

D J U A N D A.

Page 11: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

11

P E N D J E L A S A N

ATAS

UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 2 TAHUN 1959

TENTANG

PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA

I. U M U M.

Angkatan Perang Republik Indonesia jang telah dibentuk setjara resmi pada tanggal 5

Oktober 1945, telah mengambil bagian jang penting dalam perdjoangan Bangsa Indonesia

untuk mempertegak dan mempertahankan Kemerdekaannja jang telah diproklamasikan itu

pada tanggal 17 Agustus 1945.

Salah satu segi dari usaha untuk mempertegak dan mempertahankan Kemerdekaan

Republik Indonesia ialah pelaksanaan tugas diudaranja jang pada waktu itu dilakukan oleh

Angakatan Udara Republik Indonesia.

Kegiatan-kegiatan penerbangan jang ber-aneka-ragam jang dilakukan dimasa tahun 1945

sampai/dengan achir tahun 1949 adalah penerbangan –penerbangan jang sangat berbahaja,

karena penerbangan tersebut banjak kali dilakukan dengan pesawat-pesawat jang serba

tidak sempurna perlengkapannja (kurang “vliegwardig”) pula selalu tidak luput dari intaian

dan serangan musuh jang mempergunakan pesawat serta persendjataannja djauh lebih

modern.

Hanja dengan keberanian jang menjala-njala disertai keinsjafan jang sebesar-besarnja

terhadap tugas Negara, penerbangan-penerbangan tersebut dapat dilakukan oleh para

penerbang-penerbang kita beserta segala awak pesawatnja. Mereka jang melakukan

penerbangan tersebut dapat dianggap sebagai pelopor/pionier penerbangan Republik

Indonesia umunja dan Angkatan Udara Republik Indonesia chususnja.

Mengingat sifat jang chusus dari pelaksanaan tugas diudara tersebut diatas adalah sudah

tepat kiranja untuk memberikan suatu tanda djasa berupa Bintang kepada mereka jang

setjara aktip telah melakukan kegiatan-kegiatan penerbangan tersebut.

II. PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1 sampai/dengan pasal 10 : Tjukup djelas

Pasal 11 : Jang dimaksud dengan warganegara Indonesia bukan anggota Angkatan Udara

dan warganegara Asing dalam pasal ini, ialah anggota militer/orang-orang sipil

dari luar Angkatan Udara Republik Indonesia dan orang-orang Asing jang turut

serta melakukan penerbangan atas perintah dan untuk kepentingan Angkatan

Udara Republik Indonesia chususnja dan Negara umumnja. Oleh karena sedjak

dibentuknja Djawatan Penerbangan Republik Indonesia jang kemudian

mendjelma mendjadi Angkatan Udara Republik Indonesia, masalah

Page 12: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

12

penerbangan merupakan masalah bagi Indonesia, maka pada waktu itu

Angkatan Udara Republik Indonesia telah mempergunakan tenaga-tenaga ahli

dari Luar Angkatan Udara Republik Indonesia dan penerbangan-penerbangan

bangsa Asing.

Pasal 12 sampai/dengan pasal 14 : Tjukup djelas.

______________________

Tambahan Lembaran Negara No. 1755 ………………………………………….

Page 13: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

13

KEMENTERIAN PERTAHANAN

S E G E R A Diterima tgl. : 4-5-1959 Agno. : 6575

-----------------------------

No : KP/SD/8138/59. Djakarta, 2 Mei 1959.- Lampiran : 450 ex. Perihal : RUU penetapan UU Dar.

No. 2/1959 tentang Bintang Kepada Garuda sebagai undang-undang,------------------------------------------ Ketua Dewan Perwakilan Rakjat

Republik Indonesia

di

D J A K A R T A,-

Mendahului Amanat Pd. Presiden bersama ini disampaikan

dengan hormat :

450 ex RUU tentang penetapan Undang-undang Darurat No.

2/1959 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang

Garuda (Lembaran Negara tahun 1959 No. 19) sebagai

Undang-undang,

untuk dipergunakan sebagai bahan perundingan dalam sidang Dewan

Perwakilan Rakjat dan mendapat persetudjuannja.

Perlu dikemukakan disini, bahwa gambar Bintang Garuda

jang tersebut sebagai lampiran I dari R.U.U. termaksud, akan segera

disusulkan setela selesai ditjetak; sebagai tjontoh bersam ini disertakan

1 ex. Gambar tersebut.

Demikianlah agar mendjadi maklum adanja.-

A.n. MENTERI PERTAHANAN

Sekretaris Djenderal,

( ttd. - ) R. H I D A J A T.-

Tindasan :

1. Perdana Menteri.

2. Wakil Perdana Menteri I

Menarik suratnja kepada Ketua

D.P.R. tgl. 16-4-59 No. 11593/59.- -------------------------

Page 14: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

14

Rs.

R A N T J A N G A N

Sn/220/4/59.-

UNDANG-UNDANG NO. TAHUN 1959

TENTANG

PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 2 TAHUN 1959

TENTANG PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG

GARUDA (LEMBARAN NEGARA TAHUN 1959 No. 19), SEBAGAI

UNDANG-UNDANG.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Pemerintah berdasarkan pasal 96 Undang-undang Dasar

Sementara Republik Indonesia telah menetapkan Undang-undang

Darurat No. 2 tahun 1959 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang

Garuda (Lembaran Negara tahun 1959 No. 19) ;

b. bahwa peraturan-peraturan jang termaktub dalam Undang-undang

Darurat tersebut perlu ditetapkan sebagai undang-undang ;

Mengingat : pasal 89 dan 97 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia ;

Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat ;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN UNDANG-

UNDANG DARURAT No. 2 TAHUN 1959 TENTANG

PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA

(LEMBARAN NEGARA TAHUN 1959 No. 19), SEBAGAI

UNDANG-UNDANG.

Pasal I.

Peraturan-peraturan jang termaktub dalam Undang-undang Darurat No. 2 tahun

1959 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1959

No. 19) ditetapkan sebagai Undang-undang, jang berbunji sebagai berikut :

Page 15: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

15

B A B I.

Ketentuan Umum

Pasal 1.

Kepada anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang bertugas diudara

dimasa kegiatan-kegiatan penerbangan dalam djangka waktu antara tahun 1945 sampai

dengan achir tahun 1949 dan jang setjara aktip telah melakukan tugas-tugas penerbangan

diberikan anugerah tanda kehormatan berupa suatu bintang djasa jang bernama “Nintang

Garuda”.

Pasal 2.

(1) Bintang Garuda berbentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, ialah sebuah bintang

berlapis tiga, dibuat dari logam berwarna perunggu dengan garis tengah 48

milimeter. Lapisan pertama sebagai dasar jang berbentuk bintang bersudut besar-

ketjil; lapisan kedua terdapat diatasnja berbentuk bundar dengan garis tengah 25

milimeter dan terdapat tulisan “1945 Garuda 1949”; lapisan ketiga berbentuk

lukisan lambang Angkatan Udara Republik Indonesia “SWA BHUWANA PAKSA”

jang terdiri dari : seekor burung garuda jang menebarkan sajapnja selebar-lebarnja,

5 putjuk anak panah jang digenggam oleh tjakar garuda, sebuah perisai dengan

lukisan kepulauan Indonesia dan burung garuda berdiri diatas perisai ini; api jang

menjala mendjilat-djilat mengepung perisai, sebuah karangan manggar melingkari

garuda, masing-masing terdiri dari 17 buah. Disebelah belakang bintang terdapat

tulisan “Republik Indonesia”.

(2) Pita dari Bintang Garuda bertjorak seperti dilukiskan dalam lampiran, berukuran

lebar 35 milimeter, pandjang 52 milimeter, berwarna dasar biru tua dengan satu

strip-tegak-putih perak ditengah-tengah jang lebarnja 8 milimeter dan ditengah-

tengah pita dilekatkan suatu tanda berbentuk pesawat ketjil dibuat dari logam

berwarna perunggu.

B A B II.

Urutan Tingkatan

Pasal 3.

Kedudukan Bintang Garuda dalam urutan tingkatan tanda-tanda kehormatan akan

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 16: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

16

B A B III.

P e m b e r i a n.

Pasal 4.

Bintang Garuda dianugerahkan oleh Presiden/Panglima Tertinggi berdasarkan usul

dari Menteri Pertahanan.

Pasal 5.

Tiap pemberian Bintang Garuda disertai dengan penjerahan suatu piagam menurut

bentuk seperti dilukiskan dalam lampiran.

Pasal 6.

Penjerahan Bintang Garuda dilakukan dengan upatjara militer menurut ketentuan

Menteri Pertahanan.

Pasal 7.

Tata-tjara pengusulan dan pemberian Bintang Garuda ditetapkan oleh Menteri

Pertahanan.

Pasal 8.

Pelaksanaan penjerahan Bintang Garuda dilakukan oleh Menteri Pertahanan atau

oleh pendjabat-pendjabat jang ditundjuknja.

B A B IV.

P e m a k a i a n

Pasal 9.

Dengan mengingat ketentuan tentang urutan tingkatan tersebut dalam pasal 3, maka

Bintang Garuda dipakai pada waktu dan menurut tjara jang berlaku untuk Bintang Sakti

dan Bintang Darma seperti termaktub dalam BAB VII Undang-undang No. 65 tahun 1958

(Lembaran Negara tahun 1958 No. 116) tentang Pemberian Tanda-tanda Kehormatan

Bintang Sakti dan Bintang Darma.

B A B V.

P e n t j a b u t a n.

Pasal 10.

Hak atas Bintang Garuda ditjabut apabila jang menerima :

a) dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman

berupa dikeluarkan dari dinas ketentaraan, dengan atau tidak dengan pentjabutan

hak untuk masuk dalam dinas Angkatan Bersendjata ;

b) dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman

karena sesuatu kedjadian terhadap keamanan Negara atau karena desersi ;

Page 17: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

17

c) dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman

pendjara jang lamanja lebih dari satu tahun, atau dikenakan matjam hukuman jang

lebih berat ;

d) diberhentikan dari dinas ketentaraan tidak dengan hormat ;

e) memasuki dinas Angkatan Perang Negara asing dengan tidak mendapat idjin

dahulu dari Pemerintah Republik Indonesia.

B A B VI.

Ketentuan Chusus.

Pasal 11.

Bintang Garuda dianugerahkan djuga kepada warganegara Indonesia bukan

anggota Angkatan Udara dan kepada warganegara Asing jang melakukan suatu perintah

Angkatan Udara dan memenuhi ketentuan-ketentuan jang dimaksud dalam pasal 1.

Pasal 12.

Bintang Garuda dianugerahkan djuga setjara anumerta kepada :

a) anggota Angkatan Udara Republik Indonesia

b) warganegara Indonesia bukan anggota Angkatan Udara dan

c) warganegara Asing,

jang gugur atau meninggal dunia sebagai akibat langsung dari pelaksanaan tugas

penerbangannja untuk kepentingan Angkatan Udara Republik Indonesia pada chususnja

dan Negara pada umumnja.

B A B VII.

P e n u t u p.

Pasal 13.

Hal-hal jang belum diatur dalam peraturan ini diatur lebih landjut dengan keputusan

Menteri Pertahanan.

Pasal 14.

Undang-undang ini disebut “Undang-undang tentang tanda kehormatan Bintang

Garuda”.

Page 18: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

18

Pasal II.

Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja, memerintahkan pengundangan

undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Djakarta

pada tanggal

Pd. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

S A R T O N O .

Diundangkan

pada tanggal MENTERI PERTAHANAN

MENTERI KEHAKIMAN

D J U A N D A .

G.A. MAENGKOM.

LAMPIRAN II.

Page 19: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

19

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG NO. TAHUN 1959.

P I A G A M

KAMI PRESIDEN – PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG

REPUBLIK INDONESIA,

Memberikan anugerah Bintang Garuda kepada :

N A M A : .............................................................................................

DJABATAN : .............................................................................................

sesuai dengan Undang-undang No. Tahun 1959 sebagai penghargaan atas :

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

Dikeluarkan di : Djakarta

Pada tanggal : 1959

--------------------------------------------------------------------

PRESIDEN – PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN

PERANG REPUBLIK INDONESIA

S U K A R N O.

PERDANA MENTERI/MENTERI PERTAHANAN

REPUBLIK INDONESIA

D J U A N D A .

Page 20: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

20

MEMORI PENDJELASAN

MENGENAI

USUL UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN “UNDANG-UNDANG

DARURAT No. 2 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TANDA

KEHORMATAN BINTANG GARUDA ( LEMBARAN NEGARA TAHUN 1959

No. 19 )”, SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

Pemerintah berpendapat, bahwa pelaksanaan tugas diudara mempunjai tjorak jang

chas, sehingga perlu diadakan suatu peraturan jang merupakan dasar daripada pemberian

suatu tanda kehormatan berupa Bintang Garuda untuk menghargai pelaksanaan tugas

diudara.

Kegiatan-kegiatan penerbangan jang dilakukan dimasa tahun 1945 sampai/dengan

achir tahun 1949 tanpa ketjualinja, adalah penerbangan jang sangat berbahaja ditindjau dari

sudut militer (intercepting), “tehnik/navigasi penerbangan”.

Mereka jang melakukan penerbangan tersebut dapat dianggap sebagai pelopor

penerbangan Republik Indonesia umumnja dan Angkatan Udara Republik Indonesia

chususnja.

Maka dari itu dan karena keadaan-keadaan jang mendesak, ketentuan-ketentuan

jang termaksud diatas telah ditetapkan dalam Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959

(Lembaran Negara tahun 1959 No. 19).

-----------------------------

Page 21: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

21

Page 22: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

22

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT REPUBLIK INDONESIA. -------------------- Djakarta, 5 Mei 1959.- No. 6 5 9 6/DPR-RI/59.- Lampiran : 1 ( satu ) berkas. Perihal : RUU tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Kepada Garuda (Sid. 1959 – P. 416). Para Anggota Dewan Perwakilan ---------------------------------- Rakjat

di D J A K A R T A.- ...............................

Mendahului Amanat Presiden bersama ini kami sampaikan dengan

hormat surat-surat perundingan mengenai rantjangan Undang-undang

tentang “penetapan Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959 tentang

pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda” sebagai undang-undang

( Sid. 1959 – P. 416 ) , terdiri dari :

1. Rantjangan undang2 ( S. 2 )

2. Memori pendjelasan ( S. 3 ) ,

untuk dipergunakan sebagai bahan pembitjaraan dalam rapat-rapat Dewan

Perwakilan Rakjat.-

K E T U A

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT ;

u.b.

Sekertaris Djenderal,

( Mr. Roesli ) .-

TEMBUSAN beserta lampiran disampaikan kepada : Para Ketua Fraksi dalam D.P.R.

Page 23: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

23

Salinan.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Diterima tgl. : 6-5-1959

Agmo : 6703 -----------------------------

No. : 1211/HK/59 Lampiran : 2. DJAKARTA , 5 Mei 1959 Perihal : Rantjangan Undang-undang tentang Penetapan Undang-undang Kepada Darurat No. 2 tahun 1959.- Ketua Dewan Perwakilan Rakjat -------------------------------------------

Republik Indonesia di

DJAKARTA.-

M e r d e k a !

Dengan ini kami atas usul Menteri Pertahanan seperti tersebut dalam

suratnja tanggal 2 Mei 1959 No. KP/SD/8139/1959, menjampaikan :

- Rantjangan Undang-undang tentang penetapan Undang undang

Darurat No. 2 tahun 1959 tentang pemberian tanda kehormatan

Bintang Garuda ( Lembaran Negara tahun 1959 No. 19 ) ,

sebagai Undang-undang –

untuk dibitjarakan dalam sidang Dewan Perwakilan Rakjat guna mendapat

persetudjuannja.

Untuk keperluan perundingan mengenai rantjangan Undang-undang

itu hendaknja Saudara seterusnja berhubungan langsung dengan Menteri

Pertahanan.

PEDJABAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

( dtt . ) SARTONO .

Tembusan kepada :

1. Perdana Menteri.

2. Menteri Pertahanan.

-----------------------------

TJATATAN : Dibatjakan dalam rapat pleno tgl. 8 Mei 1959 (lihat risalah rapat pleno terbuka ke-47 tahun 1959 halaman 2-3).-

-------------

Sh/220/4/59.-

Page 24: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

24

R A N T J A N G A N

UNDANG-UNDANG No. TAHUN 1959

TENTANG

PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT No. 2 TAHUN 1959 TENTANG

PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA (LEMBARAN NE-

GARA TAHUN 1959 No. 19), SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Pemerintah berdasarkan pasal 96 Undang-undang

Dasar Sementara Republik Indonesia telah menetapkan

Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959 tentang pemberian

tanda kehormatan Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun

1959 No. 19) ;

b. bahwa peraturan-peraturan jang termaktub dalam Undang-

undang Darurat tersebut perlu ditetapkan sebagai undang-

undang ;

Mengingat : pasal 89 dan 97 Undang-undang Dasar Sementara Republik

Indonesia ;

Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat ;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN UNDANG-

UNDANG DARURAT No. 2 TAHUN 1959 TENTANG

PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA

(LEMBARAN NEGARA TAHUN 1959 No. 19), SEBAGAI

UNDANG-UNDANG.

Pasal I.

Peraturan-peraturan jang termaktub dalam Undang-undang Darurat No. 2 tahun

1959 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1959

No. 19) ditetapkan sebagai Undang-undang, jang berbunji sebagai berikut :

Page 25: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

25

B A B I.

Ketentuan Umum

Pasal 1.

Kepada anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang bertugas diudara

dimasa kegiatan-kegiatan penerbangan dalam djangka waktu antara tahun 1945 sampai

dengan achir tahun 1949 dan jang setjara aktip telah melakukan tugas-tugas penerbangan

diberikan anugerah tanda kehormatan berupa suatu bintang djasa jang bernama “BINTANG

GARUDA”.

Pasal 2.

(1) Bintang Garuda berbentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, ialah sebuah

bintang berlapis tiga, dibuat dari logam berwarna perunggu dengan garis tengah

48 milimeter. Lapisan pertama sebagai dasar jang berbentuk bintang bersudut

besar-ketjil sepuluh dengan tiap udjung sudut besar terdapat bulatan ketjil; lapisan

kedua terdapat diatasnja berbentuk bundar dengan garis tengah 25 milimeter dan

terdapat tulisan “1945 Garuda 1949”; lapisan ketiga berbentuk lukisan lambang

Angkatan Udara Republik Indonesia “SWA BHUWANA PAKSA” jang terdiri

dari : seekor burung garuda jang menebarkan sajapnja selebar-lebarnja, 5 putjuk

anak panah jang digenggam oleh tjakar garuda, sebuah perisai dengan lukisan

kepulauan Indonesia dan burung garuda berdiri diatas perisai ini; api jang menjala

mendjilat-djilat mengepung perisai, sebuah karangan manggar melingkari garuda,

masing-masing terdiri dari 17 buah. Disebelah belakang bintang terdapat tulisan

“Republik Indonesia”.

(2) Pita dari Bintang Garuda bertjorak seperti dilukiskan dalam lampiran, berukuran

lebar 35 milimeter, pandjang 52 milimeter, berwarna dasar biru tua dengan satu

strip-tegak-putih perak ditengah-tengah jang lebarnja 8 milimeter dan ditengah-

tengah pita dilekatkan suatu tanda berbentuk pesawat ketjil dibuat dari logam

berwarna perunggu.

B A B II.

Urutan Tingkatan

Pasal 3.

Kedudukan Bintang Garuda dalam urutan tingkatan tanda-tanda kehormatan akan

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 26: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

26

B A B III.

P e m b e r i a n.

Pasal 4.

Bintang Garuda dianugerahkan oleh Presiden/Panglima Tertinggi berdasarkan

usul dari Menteri Pertahanan.

Pasal 5.

Tiap pemberian Bintang Garuda disertai dengan penjerahan suatu piagam menurut

bentuk seperti dilukiskan dalam lampiran.

Pasal 6.

Penjerahan Bintang Garuda dilakukan dengan upatjara militer menurut ketentuan

Menteri Pertahanan.

Pasal 7.

Tata-tjara pengusulan dan pemberian Bintang Garuda ditetapkan oleh Menteri

Pertahanan.

Pasal 8.

Pelaksanaan penjerahan Bintang Garuda dilakukan oleh Menteri Pertahanan atau

oleh pendjabat-pendjabat jang ditundjuknja.

B A B IV.

P e m a k a i a n

Pasal 9.

Dengan mengingat ketentuan tentang urutan tingkatan tersebut dalam pasal 3, maka

Bintang Garuda dipakai pada waktu dan menurut tjara jang berlaku untuk Bintang Sakti

dan Bintang Darma seperti termaktub dalam BAB VII Undang-undang No. 65 tahun 1958

(Lembaran Negara tahun 1958 No. 116) tentang Pemberian Tanda-tanda Kehormatan

Bintang Sakti dan Bintang Darma.

B A B V.

P e n t j a b u t a n.

Pasal 10.

Hak atas Bintang Garuda ditjabut apabila jang menerima :

f) dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman

berupa dikeluarkan dari dinas ketentaraan, dengan atau tidak dengan pentjabutan

hak untuk masuk dalam dinas Angkatan Bersendjata ;

g) dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman

karena sesuatu kedjadian terhadap keamanan Negara atau karena desersi ;

Page 27: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

27

h) dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman

pendjara jang lamanja lebih dari satu tahun, atau dikenakan matjam hukuman jang

lebih berat ;

i) diberhentikan dari dinas ketentaraan tidak dengan hormat ;

j) memasuki dinas Angkatan Perang Negara asing dengan tidak mendapat idjin

dahulu dari Pemerintah Republik Indonesia.

B A B VI.

Ketentuan Chusus.

Pasal 11.

Bintang Garuda dianugerahkan djuga kepada warganegara Indonesia bukan

anggota Angkatan Udara dan kepada warganegara Asing jang melakukan suatu perintah

Angkatan Udara dan memenuhi ketentuan-ketentuan jang dimaksud dalam pasal 1.

Pasal 12.

Bintang Garuda dianugerahkan djuga setjara anumerta kepada :

d) anggota Angkatan Udara Republik Indonesia

e) warganegara Indonesia bukan anggota Angkatan Udara dan

f) warganegara Asing,

jang gugur atau meninggal dunia sebagai akibat langsung dari pelaksanaan tugas

penerbangannja untuk kepentingan Angkatan Udara Republik Indonesia pada chususnja

dan Negara pada umumnja.

B A B VII.

P e n u t u p.

Pasal 13.

Hal-hal jang belum diatur dalam peraturan ini diatur lebih landjut dengan keputusan

Menteri Pertahanan.

Pasal 14.

Undang-undang ini disebut “Undang-undang tentang tanda kehormatan Bintang

Garuda”.

Page 28: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

28

Pasal II.

Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja, memerintahkan pengundangan

undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Djakarta

pada tanggal

Pd. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

S A R T O N O .

Diundangkan

pada tanggal MENTERI PERTAHANAN

MENTERI KEHAKIMAN

D J U A N D A .

G.A. MAENGKOM.

Page 29: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

29

LAMPIRAN II.

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG NO. TAHUN 1959.

P I A G A M

KAMI PRESIDEN – PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG

REPUBLIK INDONESIA,

Memberikan anugerah Bintang Garuda kepada :

N A M A : .............................................................................................

DJABATAN : .............................................................................................

sesuai dengan Undang-undang No. Tahun 1959 sebagai penghargaan atas :

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

Dikeluarkan di : Djakarta

Pada tanggal : 1959

--------------------------------------------------------------------

PRESIDEN – PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN

PERANG REPUBLIK INDONESIA

S U K A R N O.

PERDANA MENTERI/MENTERI PERTAHANAN

REPUBLIK INDONESIA

D J U A N D A .

Page 30: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

30

MEMORI PENDJELASAN

MENGENAI

USUL UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN “UNDANG-UNDANG

DARURAT No. 2 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TANDA

KEHORMATAN BINTANG GARUDA ( LEMBARAN NEGARA TAHUN 1959

No. 19 )”, SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

Pemerintah berpendapat, bahwa pelaksanaan tugas diudara mempunjai tjorak jang

chas, sehingga perlu diadakan suatu peraturan jang merupakan dasar daripada pemberian

suatu tanda kehormatan berupa Bintang Garuda untuk menghargai pelaksanaan tugas

diudara.

Kegiatan-kegiatan penerbangan jang dilakukan dimasa tahun 1945 sampai/dengan

achir tahun 1949 tanpa ketjualinja, adalah penerbangan jang sangat berbahaja ditindjau dari

sudut militer (intercepting), “tehnik/navigasi penebangan”.

Mereka jang melakukan penerbangan tersebut dapat dianggap sebagai pelopor

penerbangan Republik Indonesia umumnja dan Angkatan Udara Republik Indonesia

chususnja.

Maka dari itu dan karena keadaan-keadaan jang mendesak, ketentuan-ketentuan

jang termaksud diatas telah ditetapkan dalam Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959

(Lembaran Negara tahun 1959 No. 19).

-----------------------------

Page 31: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

31

Page 32: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

32

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT REPUBLIK INDONESIA Dikirim tgl. : 4 MEI 1959 ------oOo------- Registrasi No. : 1872 ----------------------------------- No : 6531/DPR-RI/59 Djakarta, 4 Mei 1959,- Lampiran : -.- Perihal : Undangan rapat D.P.R. Untuk pembitjaraan RUU Kepada Penetapan UU.Dat. No. 2 th. 1959 tentang Bintang MENTERI PERTAHANAN Garuda sebagai undang2.- -------------------------------- di

D J A K A R T A.-

AMAT SEGERA.

Dengan ini kami beritahukan dengan hormat, bahwa sesuai dengan

atjara rapat2 D.P.R. Sidang ke-II tahun 1959, jang kami sampaikan kepada

Saudara dengan surat tgl. 21-4-1959 No. 5977/DPR-RI/59, maka D.P.R.

akan membitjarakan :

- Rantjangan Undang2 penetapan Undang2 Darurat No. 2 th. 1959 tentang

Bintang Garuda sebagai undang2 (Pemandangan umum dst).

dalam rapat pleno terbuka pada hari Dju’mat pagi tgl 8-5-1959 mulai djam

08.30 sesudah selesai atjara sub a (melandjutkan atjara tgl. 6-5-1959) ; djika

belum selesai pembitjaraan akan dilandjutkan pada malam harinja mulai

djam 19.30.

Berhubung dengan itu kammi minta dengan hormat kedatangan

Saudara Menteri untuk menghadiri rapat D.P.R. pada hari dan waktu

tersebut diatas.-

K E T U A

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

u.b.

Sekertaris Djenderal,

( ttd. ) Mr. Roesli.

TEMBUSAN untuk diketahui di sampaikan Kepada : (1) PERDANA MENTERI

(2) Penghubung Parlemen Kementerian Pertahanan,

---------------------------------- TJATATAN : Dengan surat Wakil PM III No. 13601/59 tgl. 8-5-1959,

Pemerintah minta agar pembitjaraannja ditunda sampai tgl. 15. Permintaan tersebut oleh rapat disetudjui dalam rapat pleno terbuka tgl. 8-5-1959 (lihat risalah rapat pleno terbuka ke-47 tahun 1959 halaman 38 – 39)-

Page 33: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

33

Page 34: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

34

REPUBLIK INDONESIA PERDANA MENTERI AMAT SEGERA. -------------- Diterima tgl. : 12-5-1959 Agno. : 6924 -------------------------------- Nomor : 13601/59. Djakarta, 8 Mei 1959.- Lamp : -.- Hal : Pembitjaraan dalam DPR (Pemandangan Umum dst.) K e p a d a mengenai RUU penetapan “UU Darurat No. 2 th. Jth. Ketua Dewan Perwakilan Rakjat 1959 tentang Bintang Garuda” sebagai undang2.- di ----------------------------------- D J A K A R T A.-

Berhubung dengan pentingnja Atjara dalam rapat Dewan Menteri

pada malam hari ini, maka dengan ini Pemerintah minta dengan hormat

agar kiranja pembitjaraan mengenai Rantjangan Undang-undang

penetapan Undang-Undang Darurat No. 2 tahun 1959 tentang Bintang

Garuda sebagai undang-undang, jang menurut atjara akan dilangsungkan

pada malam hari ini djuga, dapatlah ditunda sampai hari Djum’at tanggal

15 Mei 1959 pagi hari.

Besar harapan Pemerintah agar usul ini dapat diterima baik oleh

Dewan Perwakilan Rakjat.-

WAKIL PERDANA MENTERI III

( ttd. ) Dr. J. Leimena.

---------------------------------

TJATATAN : Disetudjui dalam rapat pleno terbuka tgl. 8-5-1959

(lihat risalah rapat pleno terbuka ke-47 tahun 1959 halaman

38 – 39).-

Page 35: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

35

Koreksi dari jang bersangkutan supaja disam- paikan kepada Ur. Risalah D.P.R. dalam Waktu 2 X 24 djam

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

RISALAH SEMENTARA

(Belum dikoreksi)

Sidang II.

R A P A T 47.

Hari Djum’at, 8 Mei 1959.

(Djam panggilan : 08.30).

Surat-surat masuk – Rantjangan Undang-undang penetapan ,,Undang-undang

Darurat No. 1 tahun 1959 tentang Badan Perusahaan Produksi Bahan Makanan dan

Pembukaan Tanah” sebagai Undang-undang (Sid. 1959, P. 415) – Rantjangan Undang-

undang penetapan ,,Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959 tentang Bintang Garuda”

sebagai Undang-undang (Sid. 1959, P. 416).

Ketua : H. Zainul abidin Ahmad.

Sekertaris : R. St. Palindih

Jang hadir 171 anggota :

H. Hasan Basri, K. H. Tjikwan, Ismail Napu, F. C. Palaunsoeka, Udin Sjamsuddin,

Anwar Harjono, B.J. Rambitan, H. Zainal Abidin Ahmad, Rh. Koesnan, Dr H. Ali Akbar, T.

S. Mardjohan, H. Zainul Arifin, Wijono Soerjokoesoemo, Ismangoen Poedjowidagdho,

Sjahboeddin Latif, R. H. Soetarto Hadisoedibyo, Siauw Giok Tjhan, I. J. Kasimo, Nj.

Moedikdio, Manai Sophiaan, Saifuddin Zuhri, Rasjid Sutan Radja Emas, Djokosoedjono,

Dr H. Sukiman Wirjosandjojo, Prawoto Mangkusasmito, Singgih Tirtosoediro, I B. P.

Manuaba, Tj. Oey Hay Djoen, Nj. Lastari Soetrasno, Mr Soebagio Reksodipoero, M.

Yunan Nasution, Ir Thaher Thajeb, Soepeno Hadisiswojo, Nj. Suharti Suwarto, Usman

Muftiwidjaja, H. A. Mursjidi, Eddie Abdurrahman Martalogawa, M. Saleh Umar, Sudjarwo

Haryowisastro, O. Suriapranata, Mr Djody Gondokusumo, Mr Dr A.M. Tambunan, K.H.

Fakih Usman, Nj. Soepeni, Muhd Sardjan, Soedjono, Mr Sudjono Hardjosudiro, Anwar

Tjokroaminoto, K. Werdojo, Soedisman, Soedarsono, Husein Kartasasmita, Imam

Soetardjo, Nj. Oemi Sardjono, Abdul Hakim, Drs D.S. Matakupan, Umar Salim Hubeis,

Hutomo Supardan Hartojo Prawirosudarmo, Soetomo alias Bung Tomo, Moersid Idris,

Page 36: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

36

Ja’cob Mahmud, M. Caley, S. D. Bili, Suhardjo, Moenadir, Murtadji Bisri, Abdul Aziz

Dijar, Tjoo Tik Tjoen, R. Moh. Saleh Surjadingprodjo, Achmad Sjaichu, Sudojo,

Semanhadi Sastrowidjojo, Soepardi, Dr R. Soeatmadji, Soewono, Harsono Tjokroaminoto,

Zainal Arifin Tanamas, R.T.A. Moh. Ali Pratamingkoesoemo, Dr Ambio, Imam Soeparni

Handokowidjojo, R.K.H. Musta’in,

Rapat 47.

Moh. Noor Abdoelgani, R. Soehardjo alias Bedjo, H. Andi Sewang Daeng Muntu, Abdul

Rasjid Faqih, Husein Saleh Assegaff, K.H. Muh. Saifuddin, Nj. Ch. Salawati, H. Senduk, H.

Moeh. Akib, Moh. Soleman, M. Sondakh, Selamat Ginting, Jusuf Adjitorop, M. Siregar,

Sahar gelar Sutan Besar, Nja’ Diwan, K.H. Masjhur Azhari, Nungtjik A.R., Djadil

Abdullah, Ma’rifat Mardjani, Saalh Jusuf Sutan Mangkuto, M.O. Bafadhal, Dr Sjech H.

Djalaluddin, V.B. Saka, I Made Sugitha, I G. G. Subamia, Kiagus Alwi, L. Kape,

Abdulmutalib Daeng Talu, Moh. Thajib Abdullah, Chr. J. Mooy, Djumhur Hakim, R.

Darsono, Rd. Emong Wiratma Astapradja, M. Ardiwinangun, R. Ido Garnida, Uwes

Abubakar, E.Z. Muttaqien, Djadja Wiriasumita, Muh. Fadil Dasuki, Sastra, Nj.Djunah

Pardjaman, A. Nunung Kusnadi, S.M. Thaher, Soelaeman Widjojosoebroto, H.A.A.

Achsien, Mr R. Memet Tanumidjaja, Amung Amran, E. Moh. Mansjur, Pandoe

Kartawigoena, Nj. S. Marijamah Djoenaidie, Siswojo, Nj. Sundari Abdulrachman, Kasim,

Nj. Sutijah Surya Hadi, Atmodarminto, Nj. Sunarjo Mangunpuspito, S. Danoesoegito,

Soetjipto, Djadi Wirosubroto, K.H. Muslich, Rs. Wirjosepoetro, R.G. Doeriat,

Partoadiwidjojo, Soesilo Prawirosoesanto, Notosoekardjo, H. Zain Alhabsji, Nj. Asmah

Sjachrunie, Subadio Sastrosatomo, Z. Imban, Jahja Siregar, Ahem Erningpradja, K.H.

Abdul Djalil, R.A.A. Soemitro Kolopaking, Mr Imron Rosjadi, Moh. Isnaeni, D.N. Aidit,

Nj. Suzanna Hamdani, Muh. Padang, Silas Papare, A.B. Karubuy, Mr Tjoeng Tin Jan, Tan

Kiem Liong, Oei Tjeng Hien, H.J.C. Princen R.Ch.M.Du Puy, E.F.Wens, J.R.Koot, Ang

Tjiang Liat.

Wakil Pemerintah : 1. Dr J. Leimena, Wakil Perdana Menteri III

2. Mr. Sadjarwo, Menteri Pertanian.

Ketua : Saudara-saudara, rapat saja buka. Anggota jang hadir ada 150 orang. Atjara

kita sekarang ialah :

1. Rantjangan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat No. 1 tahun 1959

tentang Badan Perusahaan Produksi Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah,

sebagai Undang-undang

2. Rantjangan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959

tentang Bintang Garuda, sebagai Undang-undang.

Sebelum memasuki atjara, saja persilakan lebih dahulu Saudara Sekertaris untuk

membatjakan surat-surat masuk.

Page 37: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

37

Sekertaris : Amanat Presiden No. 1211/HK/59, tanggal 5 Mei 1959, perihal rantjangan

Undang-undang tentang penetapan Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959 :

Page 38: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

38

Rapat 47.

Kepada

Ketua Dewan Perwakilan Rakjat

Republik Indonesia

di

DJAKARTA

Merdeka !

Dengan ini kami atas usul Menteri Pertahanan seperti tersebut dalam suratnja tanggal 2

Mei 1959 No. KP/SD/8139/1959, menjampaikan:

- Rantjangan Undang-undang tentang penetapan Undang-undang Darurat No. 2 tahun

1959 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun

1959 No. 19). Sebagai Undang-undang –

untuk dibitjarakan dalam sidang Dewan Perwakilan Rakjat guna mendapat persetudjuannja.

Untuk keperluan perundingan mengenai rantjangan Undang-undang itu hendaknja

Saudara seterusnja berhubungan langsung dengan Menteri Pertahanan.

Pedjabat Presiden Republik Indonesia

SARTONO”.

Ketua : Saudara-saudara, surat jang dibatjakan tadi tiu langsung berhubungan dengan

atjara ke-2 jang akan kita bahas pada hari ini.

Marilah sekarang kita mulai dengan atjara pertama mengenai rantjangan Undang-

undang penetapan Undang-undang Darurat No. 1 tahun 1959 tentang Badan Perusahaan

Produksi Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah, sebagai Undang-undang (Sid.

1959, P. 415).

Seperti Saudara-saudara maklumi, rantjangan Undang-undang ini sudah dibitjarakan

didalam pemandangan umum babak pertama dimana telah ikut mengambil bagian 11 orang

pembitjara, dan atas pemandangan umum babak kedua ini Pemerintah telah memberikan

djawabannja. Maka pada hari ini tingkat pembitjaraan kita ialah pemandangan umum babak

kedua.

Saudara-saudara, sekarang saja akan memberikan kesempatan kepada Saudara-saudara

jang telah berbitjara pada babak pertama dan kepada Saudara-saudara jang mendaftarkan

namanja untuk berbitjara dalam babak kedua untuk mengambil bagian dalam pemandangan

umum babak kedua ini.

Sambil menunggu jang mendaftarkan lagi, baiklah saja persilakan Saudara Mooy untuk

berbitjara.

Page 39: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

39

Chr. J. Mooy : Saudara Ketua jang terhormat, sudah pada tempatnjalah saja dari

mimbar ini atas nama Fraksi Parkindo menjampaikan terima kasih kami kepada Pemerintah,

dalam hal ini Saudara Menteri Pertanian beserta stafnja atas kesediannja

Rapat 47.

dapat menerima usul kami pada babak pertama untuk menentukan di Daerah Swatantra

Nusa Tenggara Timur rice project dan djagung-centra dalam tahun ini djuga, tahun 1959.

Satu permulaan jang baik, Saudara Ketua dalam mengisi dan membina daerah jang

kelak akan mengurus soal rumah-tangganja sendiri.

Belum hilanglah kiranja dari ingatan kita ketika pada achir tahun jang lalu Parlemen

jang terhormat ini telah menerima Undang-undang No. 64 dan Undang-undang No. 69

tahun 1958, Undang-undang mana telah mengatur pembagian daerah-daerah otonom

dibekas Propinsi Nusa Tenggara dahulu mendjadi 3 daerah swatantra tingkat I dan 25

daerah swatantra tingkat II, diantaranja Daerah Swatantra tingkat I Nusa Tenggara Timur

dengan 12 daerah tingkat II. Kami dapat menerima pembagian tersebut, walaupun kami

tahu bahwa keuangan daerah kami masih sangat tipis, bila dibanding dengan lain-lain

daerah ditanah air kita ini. En toch kami sudah tidak ragu-ragu menerimanja dengan penuh

rasa tanggung-djawab karena melihat bahwa masih banjak kemungkinan-kemungkinan

dalam daerah kami jang belum dikerdjakan untuk dapat mentjiptakan sumber-sumber

keuangan baru bagi pembangunan daerah dan djusteru karena itulah hal tersebut telah

mendorong rakjat dan Pemerintah disana untuk lebih keras lagi membanting tulang dan

memeras tenaga dan pikiran bila ingin madju sama dengan lain-lain daerah jang sudah

djauh dimuka.

Kini di Nusa Tenggara Pemerintah peralihan sekarang sedang sibuk dengan

pembentukan Dewan-dewan Perwakilan Rakjat Daerah, Dewan-dewan Pemerintah Daerah

dan Kepala-kepala Daerah tingakt I dan tingkat II, jang sedikit hari lagi sudah dapat selesai

dan jang bukan sedikit djumlahnja. Disamping itu atau bersamaan dengan itu harus pula

ada djawatan-djawatan Pemerintah, baik jang horizontaal dan vertikaal. Dan jang djuga

tidak kalah banjaknja. Semuanja itu, Saudara Ketua, memerlukan biaja jang bukan sedikit.

Sebagai suatu daerah otonom maka kami djuga tidak ingin tiap kali, dan dalam segala hal

selalu bergantung dari Pusat sadja. Satu-satunja djalan keluar ialah membangun potensi

ekonomi daerah.

Sengadja saja singgung soal-soal tersebut, Saudara Ketua, tidak lain untuk lebih

memperkuat alasan, jang mendorong kami untuk meminta mekanisasi untuk rice project

dan djagung-centra di Nusa Tenggara Timur, dalam tahun 1959 ini djuga.

Page 40: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

40

Lain dari pada itu maka pada kesempatan ini ingin saja mengadjukan satu faktor jang

sedikit banjak djuga menjangkut tugas dari Kementerian Pertanian ialah masalah hewan

dalam daerah kami.

Kita sama tahu, bahwa salah satu sumber keuangan ialah soal export hewan.

Kapal-kapal Pelni jang datang kesana, bukannja kapal-kapal hewan dan sama sekali

tidak memenuhi sjarat-sjarat pengangkutan. Paling banter ia hanja dapat muat 60 sampai

100 ekor sadja, dan berhubung dengan panas dan kekurangan air minum banjak jang mati

dalam perdjalanan,sedangkan dari Nusa Tenggara Timur sadja, belum terhitung Sumbawa,

Lombok dan Bali dapat mengexport + 2.000 ekor tiap bulan, ialah dari Timor dan Sumba

dengan sapi putihnja jang terkenal itu.

Rapat 47.

Akibatnja, Saudara Ketua, saja dengar kabar bahwa sekarang di Palembang, Djambi

dan Medan, daging sapi 1 kg seharga Rp. 50,- sampai Rp 60,- saja kira di Djakartapun

demikian halnja.

Sjukur djuga, Saudara Ketua, karena dalam bulan jang lalu baru kami dapat mengexport

ke Pilipina (Manila) 2.000 ekor sapi dan 600 ekor pertama telah berangkat dan diangkut

dengan kapal mereka sendiri.

Djuga satu hal lagi jang penting ialah masalah kopra. Dipelabuhan-pelabuhan Flores,

Saudara Ketua, tinggal tertimbun kopra menunggu pengangkutan, achirnja banjak kopra

mendjadi rusak, sedangkan kitapun sama tahu bahwa pabrik sabun berteriak meminta kopra

untuk dapat bekerdja. Hal tersebut terdjadi oleh karena bersimpang-siurnja perintah-

perintah dari Penguasa Perang Daerah Nusa Tenggara dan pengumuman-pengumuman dari

Pemerintah Pusat. Peperda meluaskan untuk mengexport keluar negeri, sedangkan

bersamaan pula Pemerintah Pusat lain pula pengumumannja.

Pemerintah Daerah mendjadi bingung tidak tahu perintah jang mana jang harus dituruti.

Bagi kami didaerah, Saudara Ketua, maka kedua pengumuman tadi hampir sama

kuatnja. Rakjat dan daerah sangat dirugikan karenanja.

Oleh sebab itu, Saudara Ketua jang terhormat, bila dalam waktu-waktu jang masih

abnormal ini, dimana soal-soal pengangkutan belum begitu dapat diatur dengan baik, maka

kami melihat lapangan jang lebih memberi ketenangan bekerdja pada rakjat tani, ialah

pembukaan tanah.

Rakjat tidak boleh dibiarkan gelisah, kalau kopranja atau hewannja tidak dapat diexport.

Kita harus memberikan kepada mereka kesempatan-kesempatan jang lain,dimana mereka

lebih tenang bekerdja, sehingga dalam kesulitan jang bagaimanapun djuga, kita terus dapat

membangun dan mengisi otonomi.

Kami tidak ingin mempersalahkan siapapun djuga dalam hal ini, dan untuk

menghindarkan salah faham, maka baiklah kita persalahkan sadja kepada keadaan.

Page 41: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

41

Sekarang saja mentjoba memasuki materi dari pada rantjangan Undang-undang ini.

Setelah saja membatjanja dengan teliti maka kami tidak melihat satu pasalpun dimana

Pemerintah Daerah diikut-sertakan dalam pembangunan jang maha besar ini, sedangkan

dalam pasal 2 tertjantum bahwa badan-badan tersebut bersandar pada hukum-hukum adat.

Menurut pendapat saja boleh kita anggap bahwa jang mengerti soal-soal adat dalam suatu

daerah swatantra, dimana perusahaan-perusahaan ini akan berdiri, ialah Pemerintah Daerah

dari daerah itu sendiri. Oleh karena itu maka kami ingin menambahkan sedikit dalam pasal

6 ajat 3 perkataan ,,dan diketuai oleh Kepala Daerha Swantantra tingkat I”.

Seluruh ajat 3 disitu kami terima hanja ditambah dengan usul amendemen saja diatas.

Kemudian, Saudara Ketua, sesuai dengan pendjelasan Pemerintah maka tentu dalam

melaksanakan padi-centra/djagung-centra, para petani harus dibantu dengan modal.

Rapat 47.

Kami usulkan, Saudara Ketua, agar bersamaan dengan pembukaan tanah ini djuga didirikan

Bank-bank Tani dan Nelajan ditempat-tempat jang belum mempunjainja.

Achirnja, Saudara Ketua, agar djelasnja, sesuai dengan apa jang telah diutjapkan oleh

Saudara Menteri Pertanian,maka dalam pendjelasan rantjangan Undang-undang ini djuga

dimuat ,,Nusa Tenggara Timur” disamping ketiga daerah lainnja.

Sekali lagi kami berharap kiranja usaha jang besar ini dapat dipetjahkan oleh kita

bersama. Kesulitan tetap ada dan selalu ada selama kita masih bergerak dan hidup, akan

tetapi saja jakin bahwa tak ada satu kesukaranpun jang tidak dapat diatasi asal kita

menjeleweng dari pada tudjuan jang baik dari pada rantjangan Undang-undang ini, ialah

memberikan keadilan dan kemakmuran kepada rakjat dan mengisi otonomi daerah-daerah

jang sebentar lagi mereka harus bertanggung-djawab penuh terhadap otonomi jang telah

dimilikinja.

Sekian dan terima kasih.

Ketua : Saja persilakan Saudara Dr Sahar.

Dr Sahar gelar Sutan Besar : Saudara Ketua jang terhormat, assalamu’alaikum

warahmatullahi wabarakatuh.

Saudara Ketua, setelah saja menerima djawaban dari pada Pemerintah mengenai

rantjangan Undang-undang Darurat No.1 tahun 1959 ini kemarin sore, maka saja telah

mentjoba menelitinja dimana sebagian besar adalah memenuhi apa jang telah saja harapkan

dan malahan Pemerintah merasa djuga terima kasih banjak buah-buah fikiran jang telah

kami kemukakan, baik jang merupakan andjuran ataupun jang berupa peringatan kepada

Pemerintah didalam menghadapi pemetjahan jang maha besar ini dimasa jang akan datang.

Saudara Ketua, memang maksud kami didalam membahasrantjangan Undang-undang

ini ialah tidak sadja mengemukakan usul-usul jang berupakan amendementen didalam

Page 42: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

42

rantjangan Undang-undang ini, akan tetapi terutama ialah membangunkan perhatian dari

pada Pemerintah dengan tidak mengetjilkan kesukaran-kesukaran jang mungkin dihadapi

dimasa jang akan datang, sehingga kesukaran-kesukaran itu kelak mendjadi batu

penghalang didalam menjelesaikan pekerdjaan itu. Dan kalau kiranja dirasa oleh

Pemerintah pada saat sekarang ini bahwa jang kami kemukakan itu sebagai peringatan,

maka pada tempatnjalah untuk mengatur segala sesuatu, djuga sudah barang tentu

Pemerintah akan mengambil tindakan-tindakan sewadjarnja buat menghadapi kesukaran-

kesukaran itu.

Saudara Ketua, terutama kami kemukakan hal ini oleh karena rentjana-rentjana, baik

jang sekarang ini berupa rentjana raksasa ataupun tidak raksasa jang hampir sedjalan

dengan apa jang didjalankan oleh Pemerintah sekarang, didalam format jang agak lebih

ketjil dimasa jang lalu telah beberapakali menemui kegagalan. Menurut hemat saja

mungkin Pemerintah dalam merentjanakan hal ini sekarang telah bertjermin dan mengambil

manfaat dari pada sebab-sebab jang mendjadi kegagalan dimasa jang lalu. Misalnja didalam

djaman Belanda kita melihat diadakan usaha-usaha menambah hasil

Rapat 47.

bumi, memperlebar areal buat tanaman padi dan lain-lain jang gagal, hingga alhasil traktor-

traktor itu tinggal mati ditengah-tengah sawah.

Djuga dimasa lampau misalnja didjaman Djepang, djuga diadakan usaha-usaha

kedjurusan itu, tetapi terbentur djuga.

Saudara Ketua, pada pokok pikiran saja soal ini letaknja bukanlah pada kesanggupan

atau ketidak sanggupan dari bangsa kita untuk memetjahkan persoalan jang demikian

besarnja, tetapi titik beratnja harus diletakkan, --- menurut hemat saja --- , ialah kepada

tenaga-tenaga pelaksana. Bukan soal mesin-mesin jang ada,tetapi siapa orang-orangnja jang

akan mempergunakan mesin-mesin itu kalau mesin itu bekerdja. Kalau mesin-mesin itu

nanti sudah berhenti, maka orang jang melandjutkan pekerdjaan mesin itu ialah berupa

petani, jang langsung sebagai petani biasa, dengan mempergunakan alat-alat petani biasa

jang akan menghadapi persoalan penjelesaian dari pada pekerdjaan mekanisasi jang telah

diperintis oleh alat-alat besar atau alat-alat ketjil, jang disediakan buat menghadapi

persoalan ini.

Saudara Ketua, disini saja akan menilai keterangan Pemerintah, karena Pemerintah

didalam membahas persoalan ini membaginja mendjadi tiga bagian, jaitu pertama tentang

urgensi menambah produksi bahan makanan jang materinja atau masalahnja merentjanakan

produksi dan pembukaan tanah, kedua teks rantjangan Undang-undang dan ketiga

djawaban chusus jang ditudjukan atas pertanjaan-pertanjaan jang diadjukan kepada Saudara

Menteri Pertanian.

Page 43: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

43

Dalam hal ini saja djuga akan membahas dengan tjara seperti jang dikemukakan oleh

Pemerintah. Pemerintah mendjelaskan bahwa seolah-olah Pemerintah merasakan dari pada

pembitjaraan-pembitjaraan itu adanja keragu-raguan, seolah-olah dia kurang sungguh-

sungguh dalam menghadapi persoalan ini.

Saudara Ketua, tempo hari saja bertanja, mengapa soal ini dibuat dengan Undang-

undang Darurat, tidak dengan Undang-undang jang biasa dengan melalui pembitjaraan-

pembitjaraan jang biasa. Dalam hal ini Pemerintah mendjawab bahkan menurut perasaan

saja seolah-olah Pemerintah merasa ragu-ragu menghadapi Dewan Perwakilan Rakjat,

sedang Pemerintah sendiri mengakui bahwa Dewan Perwakilan Rakjat dimasa-masa jang

lalu telah menundjukkan kerdjanja jang bersungguh-sungguh, jaitu dapat menjelesaikan

sekian banjak Undang-undang, walaupun Pemerintah sendiri mengatakan bahwa kadang-

kadang buat menjelesaikan satu Undang-undang sampai memakan waktu dua atau tiga

reces. Mungkin jang demikian itu kalau membitjarakan Undang-undang jang berat, tetapi

kalau memang Undang-undang itu diminta oleh Pemerintah supaja diselesaikan dengan

tjepat,maka akan kita rasakan bersama bagaiman urgensinja, sehingga tentu kita berikan

prioriteit.

Sebenarnja Pemerintah memang harus sudah merasakan, bahwa Undang-undang jang

penting itu tidak lahir kemarin sadja, tetapi sedjak dua tahun jang lalu dan lagi penting

sifatnja; mulai Kabinet Karja dibentuk telah dinjatakan bahwa pekerdjaan menambah hasil

bumi itu didjadikan suatu werkprogram. Djadi pada waktu itu

Rapat 47.

Pemerintah telah menganggap bahwa hal ini penting, dan karena dua tahun jang lalu sudah

diketahui kepentingannja, maka tidak perlu mengadjukan Undang-undang Darurat.

Karena demikian halnja maka pikiran saja : Ja, bagaimana, Pemerintah menjatakan

penting, tetapi Pemerintah menunggu Undang-undang Darurat ini sampai terbelakang

sekali, tidak seperti jang dahulu.

Lebih tjotjok lagi, Saudara Ketua, oleh karena hal ini menelan biaja jang tidak sedikit,

katanja sampai 1 miljard. Ini jang harus dihadapi, dan ini saja belum bertanja lagi

tambahan-tambahannja. Soal ini nanti akan saja tanjakan kepada Saudara Menteri Pertanian.

Kalau ini benar, alangkah baiknja pada waktu kita membitjarakan Anggaran Belandja tahun

1959 itu Pemerintah mengemukakan hal ini.

Waktu itu telah didahului oleh satu resolusi mengenai bahan makanan dari Njonja

Soemari dan kawan-kawan. Kenapa tidak pada saat itu hal ini diadjukan, supaja kita bisa

merundingkan sama sekali dan djuga tjotjok dengan pendirian Pemerintah sendiri dimana

djuga telah disetudjui oleh Musjawarah Nasional Pembangunan, dan pembitjaraan Dewan

Perantjang Negara nanti setidak-tidaknja akan berpedoman kepada apa jang telah

diputuskan oleh Musjawarah Nasional Pembangunan. Maka menurut pendapat saja hal itu

Page 44: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

44

adalah lebih tepat diadjukan pada waktu kita membitjarakan Anggaran Belandja tahun 1959.

Djusteru sekarang ini katanja Pemerintah akan mengadjukan suplitoir-begroting jang

termasuk mata-anggaran nomor sekian, djumlahnja sekian ratus djuta. Ini adalah salah satu

jang menjangkut hal-hal jang perlu diadjukan.

Saudara Ketua, ada lagi satu bahan jang dikemukakan oleh Pemerintah, katanja

Undang-undang Darurat ini dikeluarkan, ialah karena usaha itu tergantung kepada musim.

Saja setudju sekali, saja tjotjok sekali dengan pikiran Pemerintah. Malahan adalah tidak

mungkin bertanam padi dengan tidak mentjotjokkannja dengan musim. Kalau musim

datang, baru bertanam padi itu agak repot djuga, sebagai rumput sadja itu nanti djadinja.

Tetapi jang saja herankan, tanggal 1 Djanuari Undang-undang Darurat itu baru

dikeluarkan. Tanggal 1 Djanuari itu apakah sudah ditanam, apakah traktor sudah bekerdja,

apakah sudah disediakan bibit dan lain-lain? Ataukah dikeluarkannja Undang-undang

Darurat ini hanja buat mengesahkan apa jang sudah dikerdjakan dimasa lalu? Dan kalau

sudah ada jang dikerdjakan dimasa jang lalu, saja bertanja, atas dasar apakah ini

dikerdjakan? Sebelum Undang-undang Darurat ini lahir tetapi tidak mulai bekerdja, ini

djuga mendjadi pikiran bagi saja.

Bagaimana sebetulnja maksud Pemerintah mentjotjokkan dengan musim ini? Kalau

tanggal 1 Djanuari baru ditanam, saja kira bulan Pebruari, Maret dan April itu sudah

menghadapi padi jang agak tinggi dan mulai akan panen, dan sekarang ini kita sudah

menghadapi bulan Mei. Djadi, Saudara Ketua, alasan jang diberikan oleh Pemerintah, jaitu

mentjotjokkan dengan musim, menurut pendapat saja adalah kurang tepat.

Rapat 47.

Mengapa Pemerintah tidak dengan terus terang sadja berkata : Undang-undang Darurat ini

dilahirkan adalah karena penting sekali supaja kita bisa bekerdja tjepat-tjepat.

Djadi bukan karena soal musim, sebab soal musim itu adalah tidak atau kurang tjotjok,

sebab pengetahuan saja mengenai musim tahun ini agak menolong Pemerintah, sampai

bulan Mei masih hudjan terus. Djadi sekarang ini musim tidak tjotjok, tetapi musim ini

menolong djuga Pemerintah kali ini.

Saudara Ketua, hal jang lain jang ingin saja kemukakan ialah Pemerintah

berkata : ,,Dan berkat Undang-undang Darurat itulah pekerjaan-pekerdjaan sekarang sudah

dapat dimulai, ialah pekerdjaaan dalam lapangan intensifikasi padi-centra maupun

mechanische rijstbedrijven jang memberikan basis-basis jang fundamentil untuk pertanian

modern di Indonesia maupun untuk mempertinggi taraf penghidupan rakjat tani”.

Saudara Ketua, sebernanja saja ingin bertanja kepada Pemerintah, apakah benar-benar

didalam soal ini djusteru Undang-undang Darurat ini akan memberikan pekerdjaan

Page 45: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

45

intensifikasi kepada padi-centra atau mechanische rijstbedrijven jang memberikan basis-

basis jang fundamentil untuk pertanian modern di Indonesia?

Saudara Ketua, saja bertanja demikian, oleh karena menurut perhitungan, kalau sekian

banjaknja rijstbedrijven jang harus diadakan di Indonesia, kemarin kalau saja tidak salah

dengar, Saudara Muhd Sardjan telah membahas katanja jang harus dihadapi, ialah ribuan

traktor jang besar dan jang ketjildan lain-lain, maka apakah sesudah traktor-traktor ini

berdjalan, pak tani itu sudah bersekolah untuk dapat mendjalankan traktor lagi?

Jang disajangkan, Saudara Ketua, bahwa traktor-traktorotu bertambah kurang lantas

berhenti, dan ini berarti bahwa sitani lalu datang membawa patjul,tetapi patjul jang lama.

Sjukur alhamdulillah kalau ada patjul baru datang, sebab sampai sekarang masih patjul

lama sadja jang datang.

Disini, Saudara Ketua, tjita-tjita jang dihadapi oleh Pemerintah, bahwa mekanisasi

rijstbedrijven akan memberikan basis jang fundamentil untuk pertanian modern.

Saja pertjaja bahwa memberikan basis jang fundamentil itu hanja untuk membuka tanah

sadja. Selesai tanah dibagi, datang sirakjat melihat tjontoh pada tanah-tanah jang luasnja

10.000 ha jang dikerdjakan oleh Pemerintah sendiri. Tetapi jang diluar, jang merupakan

djumlah 100.000 ha, rakjat akan dihadapkan kepada masalah jang lain, ialah bekerdja

seperti biasa sadja. Oleh sebab itu, saja bertanja kemarin dulu kepada Pemerintah, berapa

luasnja tanah dan berapa banjaknja pekerdja-pekerdja jang harus dihadapkan kepada

persoalan ini dan dari mana pekerdja-pekerdja itu harus didatangkan. Sebab, Saudara Ketua,

saja tidak melihat disini ada sangkut-pautnja dengan soal transmigrasi dan lain-lain,

melainkan hanja persoalan jang chusus dihadapi, ialah soal penambahan bahan makanan,

sedangkan disini, Saudara Ketua, sekali lagi saja ulangi hasrat dari Pemerintah, jang kira-

kira bunjinja : ,,Oleh karena belum ditentukan minimum dan maksimumnja, tetapi kira-kira

5 ha”.

Rapat 47.

Kalau ada 100.000 ha, 10.000 ha kepunjaan Pemerintah sendiri dan 100.000 ha itu

dibagi 5, itu sudah 20.000. Ini berarti 20.000 kelamin. Kalau 20.000 kelamin itu anak n

isterinja turut serta dan katakanlah bahwa separuh barangkali tidak mempunjai anak dan

isteri jang hendak dibawa ke sana, ini sudah berapa puluh ribu orang jang harus datang

untuk menghadapi persoalan sawah ini.

Saja telah bertanja : Biajanja didapat dari mana, orangnja didatangkan dari mana dan

rentjana mendatangkannja bagaimana? Sebab sampai sekarang saja belum mendapat jang

djelas dari Pemerintah dan djuga hal ini tidak didjawab oleh Pemerintah. Saja minta dengan

sungguh-sungguh dari Pemerintah supaja memberikan gambaran jang djelas kepada Dewan

Perwakilan Rakjat ini, bagaimana rentjana mengerdjakannja. Sebab saja chawatir, Saudara

Page 46: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

46

Ketua, nanti tanah dibuka, orang-orangnja belum datang, lantas tanahnja nganggur dan

ditumbuhi alang-alang lagi. Traktor sudah tjape untuk berdjalan kedua kalinja!

Oleh karena itu saja bertanja, Saudara Ketua, sebab menurut keterangan dari

Pemerintah sendiri, sampai sekarang telah banjak djuga unit tractoren jang ada didaerah

Indonesia ini. Tetapi menurut keterangan jang kami peroleh, kegiatan dari unit jang ada

sekarang tidak sebagaimana jang digambarkan oleh Pemerintah, malahan Pemerintah

mengakui sendiri bahwa unit itu banjak jang menganggur, umpamanja ada unitnja jang

kurang, ada orangnja jang sakit, ada onderdelen jang tidak sempurna.Sampai sekarang

hanja 40% dari tenaga unti jang ada jang bisa memberikan hasil.

Saja hendak bertanja kepada Pemerintah: Berapa banjakkah unit jang ada di Indonesia

ini dan berapa matjamkah tractoren jang sudah ada; berapa orangkah jang menjalaninya?

Sebab menurut keterangan jang saja peroleh, djumlahnja tidak sedikit jang menghanteer

tractor-tractor itu, sedangkan djumlah ha jang ditjapai hanja 40% dari pada jang dapat kita

harapkan. Ongkosnja satu ha tanah Rp. 1.000,-.

Bahkan menurut tjatatan jang saja peroleh, malahan adakalanja lebih dari Rp. 1.000,-

per ha. Djadi sesudah mengerdjakan tanah kering dengan traktor dengan bajaran Rp.

1.000,- sekarang mulai nganggur.

Maka saja chawatir, Saudara Ketua, bahwa Pemerintah dalam menghadapi pekerdjaan

raksasa ini akan mengalami kesusahan-kesusahan jang luar biasa. Memang harus diakui

bahwa pekerdjaaan raksasa, susahnja djuga raksasa, tetapi djangan kita main-main dengan

kesusahan-kesusahan ini, supaja kita pada suatu saat djangan terbentur pada suatu keadaan

jang benar-benar tidak dapat di atasi.

Saudara Ketua, dibeberapa daerah di Indonesia Pemerintah telah mengadakan research.

Ada usaha-usaha penjelidikan bagaimana tjaranja mengerdjakan atau mengusahakan

tanah kering. Ini special diadakan. Pemerintah meminta kepada rakjat untuk dikasih tanah

dan Pemerintah berkata : ,,Kami membutuhkan tanah sekian hektar, buat tjontoh memeriksa

tanah kering didaerah itu. Kalau tanah ini madju, nanti kamu boleh

Rapat 47.

mentjontohnja. Pendeknja kita bantu, kita bikin lebih besar lagi dari pada jang sekarang

ada”. Apakah hal ini masuk usaha jang special, pada anggaran belandja nanti kita bisa

melihatnja.

Tetapi saja ingin bertanja kepada Pemerintah dari sekian banjak penjelidikan sekarang

ini, apakah jang sudah dihasilkan oleh Pemerintah dengan alat-alat jang modern, dengan

ahli-ahli jang ada, ahli-ahli F.A.O. (Food and Agriculture Organisation) jang ada, ahli-ahli

jang lain jang didatangkan dari Amerika dan lain-lainnja jang sempat djuga membantu

dalam hal ini. Ini semua ingin saja ketahui. Bagaimana hasilnja sekarang didalam

mengerdjakan tanah kering dengan demikian itu, apakah menurut Pemerintah kalau

Page 47: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

47

didjalankan terus, hasilnja akan mendjadi baik. Kalau memang begitu, saja bisa

mengandjurkan kepada Pemerintah, kita mulailah sekarang dengan pengalaman-

pengalaman jang kita peroleh dalam mengerdjakan pekerdjaan ini. Tetapi djangan dengan

pekerdjaan raksasa dahulu. Sebab menurut keterangan jang saja peroleh, Saudara Ketua,

jang ada ditanah-tanah kering itu bukan sawah jang baru, tetapi rumah-rumah jang baru dan

modern jang berdiri. Gudang-gudang buat traktor jang modern jang berdiri. Djadi bukan

tanah kering jang baru jang harus dikerdjakan disitu. Sedangkan ini jang ditunggu-tunggu

oleh masjarakat sebenarnja.

Oleh sebab itu, saja minta keterangan dari Pemerintah, sampai dimana kebenaran

laporan mengenai pekerdjaan-pekerdjaan dari pada usaha itu.

Saudara Ketua, hal lain jang amat menarik perhatian saja ialah andjuran Pemerintah

didalam keterangannja pada halaman 6 jang bunjinja begini : ,,Saudara Ketua, pasal ini

sangat diperlukan, oleh karena djusteru badan ini akan beroperasi dan akan mendjalankan

pekerdjaan-pekerdjaan jang berhubungan erat sekali dengan rakjat dan dengan sendirinja

dengan adatnja”.

Saja ambil misal jaitu mengenai padi-centra jang memberikan bantuan-bantuan kepada

rakjat berupa bibit jang murah, berupa pupuk dan sebagainja. Kalau tidak ada suatu

kemungkinan jang berupa ikatan kredit, maka segala hal itu tidak bisa dilaksanakan dengan

sebaik-baiknja.

Djadi menurut hemat saja, Saudara Ketua, setelah mambatja keterangan ini, djelaslah

bahwa Pemerintah mengakui, bahwa walaupun dibikin padi-sentra, walaupun diberikan

pupuk dan bibit jang murah, tetapi jang pokok disini ini ialah buat mengikat kredit. Dan

ikatan kredit ini harus dapat dilaksanakan sebaik-baiknja. Djusteru ini, Saudara Ketua,

didalam kita membahas masalah Undang-undang Bank Tani dan Nelajan dahulu itu, sudah

kita gugat bahwa kita harus berhati-hati. Sebab soalnja, hubungannja antara badan ini

dengan rakjat adalah erat sekali, entah berupa koperasi, entah sifatnja sementara, tetapi

tjotjokkanlah dengan suasana didalam daerah itu.

Sekarang Pemerintah mengakui sendiri dan rupanja walau bagaimanapun djuga hal ini

adalah penting.

Selandjutnja Bank Tani dan Nelajan ini sudah berdiri sekian tahun. Menurut buku tebal

jang kita peroleh, jaitu buku tjatatan hasil pekerdjaan Kabinet Karya selama dua

Rapat 47.

tahun ini, dikatakan bahwa tjabang Bank Tani dan Nelajan mendapat sekian, jang diberikan

sekian. Pemerintah sekarang tidak mempunjai uang untuk membaginja lagi. Permintaan

lebih besar dari pada jang dapat diladeni. Katanja mau mengadakan hubungan jang erat lagi.

Bagaimana ini, apakah Pemerintah sudah mempunjai persediaan beberapa miljard lagi buat

Page 48: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

48

kredit jang harus diberikan kepada para petani kelak? Sebab kalau tidak, - Bung Harjoto

sekarang saja beritahukan --, nanti kalau ada lagi jang lari kepada bank tani gelap, ini bukan

salah sirakjat lagi. Sebab dia pergi kepada Pemerintah, tidak ada uang, jah, terpaksa lari

kepada jang tidak semestinja.

Saudara Ketua, hal ini djusteru saja tekankan kepada Pemerintah, tetapi bukan untuk

mengurangi kegiatan Pemerintah dalam hal ini, hanja memperingatkan supaja dalam suatu

saat nanti djangan gagal.

Saudara Ketua, hal lain jang ingin saja sentuh, walaupun berterima kasih kepada

Pemerintah jang telah memberikan persetudjuannja dalam hal ini sewaktu saja menggugat

djagung-centra. Memang agak aneh, hanja padi-centra, padahal orang di Indonesia ini tidak

semuanja makan beras, ada djuga jang makan djagung. Oleh sebab itu saja gugat djagung-

centra itu. Sjukur sudah diterima dan ini ada barangkali manfaatnja bagi Saudara-saudara

kita didaerah jang masih makan djagung. Tetapi djangan lupa, Saudara Ketua, saja chawatir,

sebab Saudara Mardjohan kemarin sudah menjinggung pula pulau Mentawai, itu ketjil

sekali. Tetapi Irian Barat lebih besar lagi dan daerah Maluku,orang disana makan sagu.

Nanti Saudara-saudara kita disana minta sagu-centra pula.

Saja rasa Pemerintah tidak pernah mengirimkan beras kesana, sebab orang disana

makan sagu. Djadi sagu-centra djuga penting. Apakah sudah ada penjelidikan jang benar

terhadap sagu-cetra ini? Ini belum tentu ada, sebab kita belum pernah menerima laporan

mengenai hal itu. Mungkin nanti ada jang meminta sagu-centra. Apakah sudah ada

persiapan Pemerintah sekarang buat menjelidiki sagu-centra ini, artinja kalau Pemerintah

masih mempertahankan itu. Kalau tidak, sekarang kita buka sawah modern. Djangan makan

sagu lagi, kita makan beras sadja sekarang, karena kita sudah madju.

Saudara Ketua, ada hal jang disinggung oleh Saudara Mooy tadi mengenai soal

kehewanan di Nusa Tenggara Timur. Mengenai hal ini sebenarnja, Saudara Ketua, dari

mimbar ini sudah beberapa kali digugat supaja soal ini diperhatikan baik-baik. Nusa

Tenggar hidupnja dari hewan. Kalau hewannja tidak keluar dari kandang, maka perutnja

lapar. Lantas disana ada pertentangan jang istimewa nanti, jaitu antara jang mempunjai

hewan dan petani. Dia bilang : masa bodoh, kalau begini, hewan saja tidak bisa keluar,

siapakah jang mesti memberi makan. Saja lepas sadja, walaupun Pemerintah mau bikin

sawah, mau bikin apa, masa bodoh, hewan mesti makan dan mesti hidup. Seandainja

terdjadi jang demikian, apa jang akan diperbuat oleh Pemerintah? Apa mau dipagari pulau

Sumba itu? Saja rasa tentu tidak. Djadi harus ada perhatian pula terhadap hal jang

dikemukakan oleh Saudara Mooy tadi. Itu memang benar, artinja aturlah ekspor jang

Rapat 47.

terdiri dari pada hewan itu sebaik-baiknja. Mengapa orang di Palembang mesti membajar

daging Rp. 60,- per kilo jang harus didatangkan dengan kapal terbang disana.

Page 49: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

49

Mengapa mesti pergi djuga ke Pilipina, sedangkan kita mempunjai hewan di Indonesia,

sedangkan orang Indonesia harus membajar Rp. 60,- per kilogram. Peraturan manakah ini.

Kalau begini menurut pikirin saja agak aneh djuga. Oleh sebab itu, Saudara Ketua, saja

minta perhatian benar-benar dari Pemerintah dalam hal ini, sediakanlah kapal. Saja

mendengar, katanja Pemerintah mau membeli kapal. Apakah sudah dibeli atau bagaimana,

buat mengangkut hewan ini. Sebab dewasa ini sampai orang Medan terkapar-kapar tidak

makan daging, demikian djuga. Djadi saja minta benar-benar perhatian Pemerintah

mengenai hal itu dan djusteru ini jang saja tudjukan tempo hari jaitu adakanlah koordinasi

jang baik antara djawatan-djawatan jang ada didalam kementerian, maupun antara

kementerian dan kementerian supaja segala sesuatu lantjar djalannja. Tetapi rupa-rupanja

tidak ada pekerdjaan koordinasi jang sempurna.

Sekian, Saudara Ketua, terima kasih.

Ketua : Saja persilakan Saudara Sardjan.

Muhd Sardjan : Saudara Ketua jang terhormat, assalamu’alaikum warahmatullahi

wabarakatuh.

Saja berterima kasih kepada Pemerintah jang telah banjak memberi keterangan

sebagaimana saja mintakan dalam pemandangan umum babak pertama. Tetapi masih ada

djuga hal-hal jang kurang dan tidak mendapatkan pendjelasan. Berhubung dengan itu saja

merasa perlu untuk mengetengahkannja setjara lebih tegas.

Saudara Menteri Pertanian kiranja menundjukkan uraiannja kepada saja, sewaktu dalam

djawabannja dalam babak pertama beliau berkata, bahwa disamping sambutan-sambutan

jang baik atas usaha-usaha Pemerintah, ada pula ,,suara-suara jang seakan-akan

memperingatkan djanganlah berbuat jang besar, karena usaha besar mengandung risiko

jang besar pula. Terbatjalah dalam kata-kata itu seolah-olah ada keragu-raguan, tidak ada

untuk memetjahka persoalan jang besar itu setjara pokok, seolah-olah supaja segala sesuatu

itu berdjalan setjara routine sadja atau dengan perkataan lain supaja tinggal didiamkan sadja.

Penerimaan oleh pihak Pemerintah dari peringatan-peringatan serta pertanjaan ernstig

jang sematjam itu, saja pandang tidak tepat. Kawan sefraksi saja, jaitu Saudara Dr Sahar

telah menjatakan dengan tegas, bahwa tidak ada seorangpun diantara kita akan menjangkal

keperluannja untuk memetjahkan soal kekurangan bakan makanan setjara sungguh-sungguh,

dus setjara prinsipiil. Sajapun menjatakan dalam pidato saja dalam babak pertama, bahwa

tudjuan dari rantjangan Undang-undang jang kita hadapi adalah sederhaan, jaitu

memetjahkan persoalan kekurangan bahan makanan. Segera saja tambahkan pada

kesederhanaan persoalan itu, bahwa meskipun persoalannja pada dirinja sederhana, tetapi ia

sangat besar. Artinja : menghendaki approach, penjelidikan, pertimbangan, persiapan dan

perentjanaan jang bersungguh-sungguh. Dan Parlemen tidak diberikan gambaran bahwa

segala itu telah dilakukan oleh Pemerintah, sebab jang

Rapat 47.

Page 50: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

50

disampaikan oleh Saudara Menteri Pertanian kepada Dewan Perwakilan Rakjat hanjalah

sekedar teks rantjangan Undang-undang beserta pendjelasan sangat summier dan tidak

disertakan padanja : rentjana-rentjana B.M.P.T. dan projek-projeknja.

Djika Saudara Menteri Pertanian menjangka, bahwa ada suara seolah-olah harus

dikerdjakan sadja penambahan bahan makanan setjara routine, lebih-lebih supaja soal itu

didiamkan sadja, saja rasa itu perasaan prasangka (vooroordeel).

Saja telah bertanja : mengapa sekaligus setjara besar-besaran mechanische

rijstbedrijven dengan per satu unit 600 mesin; dengan areal rijstbedrijven itu 10.000 ha

disamping membuka pula tanah lainnja seluas 100.000 ha. Sekali lagi untuk setiap unit,

sedang tahun pertama segera dimulai dengan 3 unit jang besar-besar itu. Artinja : mana

planningnja, mana dasar-dasar penjelidikan, technologisch, agronomisch dan managerial-

managerial.

Saja sudah menjatakan, bahwa mengenai sistim intensivering persawahan dilapangan

persawahan jang sudah ada, jang ini berlaku setjara besar-besaran djuga, sudah saja

njatakan persetudjuan saja. Malahan saja memintakan segera perluasannja keluar daerah

persawahan di Djawa. Bahkan saja memudji kebaikan rentjana itu, karena benar-benar

realistisch.

Jang masih saja sangsikan memang terutama mengenai mechanische rijstbouw

bedrijven tersebut tadi, jang sekaligus dimulai dengan terlalu besar dalam pandangan saja.

Saja berpikir, sebaiknja elemen experimentnja dalam usaha baru itu djangan dilupakan

begitu sadja, sebab pekerdjaan itu 100% baru. Hanja beberapa gegevens jang telah kita

ketahui. Lainnja masih perlu diselidiki.

Saudara Menteri Pertanian telah mendjawab dengan pertinent, bahwa kita tidak usah

chawatir. Baiklah saja tirukan pernjataan Saudara Menteri Pertanian :

,,Pemerintah menginsjafi benar-benar, bahwa usaha jang sedang dikerdjakan ini adalah

suatu usaha kolossaal jang banjak pula kesulitan-kesulitan jang dihadapinja, banjak

persoalan-persoalan jang masih harus dipetjahkan sambil berdjalan. Tetapi ini semua tidak

mengurangi hasrat Pemerintah serta para ahli kita untuk mengentameer pekerdjaan ini

setjara sungguh-sungguh. Banjaknja kesukaran-kesukaran jang masih terlintang pada usaha

ini tidak merupakan suatu alasan bagi Pemerintah untuk bersikap diam. Pemerintah

berusaha keras untuk menempatkan tenaga-tenaga jang bermutu dalam perusahaan-

perusahaan Pemerintah ini jang sanggup dan mampu untuk mengentameer pekerdjaan

tersebut. Disamping tenaga-tenaga tua jang berpengalaman tidak lupa ditempatkan tenaga

muda jang terdidik dan berpendidikan, jang mempunjai spirit dan tanggung-djawab jang

besar terhadap pekerdjaan chususnja dan terhadap nusa dan bangsa pada umumnja”.

Dilain tempat Pemerintah menambahkan djaminan lain seperti berikut, saja sitir :

Page 51: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

51

,,Sjarat jang begitu baik di Indonesia ini, saja kira kita gunakan dengan sebaik-baiknja

dengan tidak usah memalingkan arah ke negara lain.

Rapat 47.

Pun djuga dari pesanan-pesanan alat-alat bagi kita, kita belum memandang perlu apakah

negara kita memerlukan traktor dan alat-alat untuk pengolahan tanah itu. Sebab kitapun

telah mempunjai tjukup pengalaman bagaimana mempergunakannja ditanah kering. Kita

sedang menjelidiki keadaan di Indonesia ini dan menurut ahli-ahli kita apa jang di

ketemukan sekarang ini sudah tjukup memberikan alasan-alasan untuk memulai pekerdjaan

setjara besar-besaran itu. Saja kira pekerdjaan jang begitu besar tidak akan dientameer

dengan tidak mendapat suatu keterangan jang kokoh mengenai keadaan tanah ditanah air

kita ini”.

Mengenai persiapan-persiapan, dinjatakan oleh Pemerintah dalam djawaban atas

pemandangan umum babak pertama, seperti berikut :

,,Baiklah kalau saja terangkan disini bahwa persiapan-persiapan ini sebetulnja sudah

agak lama di djalankan. Umpamanja sadja persiapan untuk mengadakan tenaga-tenaga ahli

jang nanti akan bisa mengerdjakan pekerdjaan ini, maka selain usaha-usaha kearah itu dan

pengalaman dari persiapan-persiapan jang telah didjalankan sedjak tahun 1951 dengan 10

centra mekanisasi itu, telah menghasilkan beratus-ratus tenaga jang berpengalaman didalam

lapangan mekanisasi dan setjara chusus pula telah diadakan latihan-latihan untuk melatih

setjara praktis mereka ditempat-tempat seperti Makassar, Sumatera Utara dan di

Kalimantan. Ditempat-tempat tersebut telah dipersiapkan tenaga-tenaga jang sekarang

sudah ratusan djumlahnja untuk menghadapi datangnja mesin-mesin tadi, dan kita anggap

bahwa tenaga-tenaga itu sudah berekend untuk menampung pekerdjaan jang akan

dilakukan, baik kwalitet maupun djumlahnja”.

Saudara Ketua jang terhormat, garansi jang begitu positif patut ditjatat oleh Dewan

Perwakilan Rakjat karena ia sangat menggembirakan dan menenteramkan hati. Saja tidak

akan mempersoalkan lebih djauh, karena segala kechawatiran telah diberi djaminan jang

sangat pertinent oleh Pemerintah. Sajapun tidak akan menjangsikan antara lain pernjataan,

bahwa traktor-pool-traktor-pool jang telah beroperasi sedjak tahun 1951 telah berhasil baik

untuk dipergunakan pengalaman-pengalaman kini untuk mechanische rijstbedrijven jang

besar-besar.

Meskipun saja mendengar laporan-laporan jang kurang menjenangkan, Tetapi sekali

lagi saja tidak akan menjangkal kesaksian Pemerintah seperti diutjapkan oleh Pemerintah.

Ada satu leemte jang terdapat dalam djaminan-djaminan jang telah diberikan oleh Saudara

Menteri Pertanian. Seluruh persiapan mengenai latihan-latihan, persediaan tenaga ahli baru

berkisar pada 2 hal sadja, jaitu technisch serta bedrijfstechnisch.

Page 52: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

52

Segi jang lain, dan jang terpenting jaitu persiapan-persiapan keahlian mengenai bedrijfs

economie dari masing-masing perusahaan tidak disebut. Persoalan-persoalan managerial

ini mendjadi sjarat mutlak untuk mendjamin sesuatu perusahaan bisa selamat atau tidak.

Sebab ketjakapan itulah jang akan menentukan dapat atau tidaknja dipergunakan setjara

bedrijfseconomisch persediaan modal (uang,alat-alat,tanah,iklim,keadaan disekitarnja),

keahlian technisch, untuk menghasilkan beras dan

Rapat 47.

lain-lain bahan makanan jang economisch bisa dipertanggung-djawabkan. Pendeknja untuk

mengatur sedemikian rupa, supaja exploitatie dan investasi perusahaan padi Pemerintah itu

akan menghasilkan beras (dan lain-lain bahan makanan) jang sedikitnja sama harganja

dengan beras jang dihasilkan oleh kaum tani umum, sjukur lebih murah.

Tetapi, meskipun tidak setjara chusus Pemerintah memberikan djaminan-djaminannja

saja hendak menganggap sebagai sudah understood dan sebagai sudah dengan sendirinja

didjamin.

Saudara Ketua jang terhormat, soal lain jang perlu saja singgung lagi ialah, soal

pertanian oleh rakjat disekeliling perusahaan padi mechanis dari Pemerintah, jang untuk

setiap unit meliputi 100.000 ha dengan satuan-satuan lebih-kurang 5 ha untuk setiap

keluarga. Sistim ini sebagai sistim sangat baik dan sangat saja hargai, sebab akan

membangun tani merdeka jang akan memiliki setjara turun-menurun tanah pertanian jang

agak luas (5 ha). Kalau saja tidak salah maka Saudara Ir Gunung Iskandar telah

mensjaratkan, bahwa pembukaan tanah pertanian kering dengan traktor seluas 5 ha untuk

setiap keluarga tani baru (baik dari lingkungan sekitarnja, atau penduduk asli sendiri

maupun keluarga tani transmigran dari daerah padat lainnja) harus ada follow-upnja.

Saudara Menteri Pertanian telah menjatakan dalam djawabannja hari Rabu jang lalu, bahwa

djika antara lain-lain keluarga tani itu tidak memiliki ternak untuk penggarapan, ia tidak

mungkin akan mengerdjakan luas tanah 5 ha itu sendiri.

Berhubung dengan kenjataan itu maka bolehlah saja diberi djaminan oleh Pemerintah,

bahwa keluarga tani jang bersangkutan harus diberi kesempatan jang mudah untuk

mendapatkan ternak serta alat-alat seperlunja itu. Djika tidak ada djaminan itu maka orang

tani jang menghadapi tanah kering begitu luas mungkin akan harus berpatju dengan

tumbuhnja alang-alang kembali. Dan menurut pengalaman, djika seorang tani tidak

memiliki mesin sendiri atau memiliki ternak jang tjukup, maka didalam berpatju dengan

alang-alang, ia selalu kalah.

Maka saja bertanja, apakah 600 mesin jang mengerdjakan satu unit perusahaan padi

Pemerintah djuga harus melajani terus-menerus dan keseluruhan pertanian rakjat diatas

tanah jang 100.000 ha itu djuga. Djika ini tidak, atau hanja sebahagian, maka persoalan

ternak pasti harus diselesaikan bersama-sama dengan pembukaan tanah untuk rakjat itu.

Page 53: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

53

Djika tidak, saja chawatir rakjat jang didatangkan untuk mengerdjakan masing-masing 5 ha

akan menghadapi kegagalan jang desastreus.

Saudara Ketua jang terhormat, tinggal satu soal jang hendak saja adjukan. Jaitu sekedar

soal formalitet jang sederhana. Pemerintah belum memberikan kepada Dewan Perwakilan

Rakjat rentjana-rentjana dan projek-projek dari B.M.P.T. Saja mengharap kiranja

Pemerintah memberikan rentjana-rentjana dan projek-projek itu dalam garis-garis besar

kepada Dewan Perwakilan Rakjat lewat Seksi C (Pertanian) dan Seksi A (Perekonomian).

Sesudah itu maka sudah barang tentu Pemerintah berangsur-angsur menjiapkan rentjana-

rentjana jang uitgewerkt. Pun ini saja mengharap disampaikan kepada Dewan Perwakilan

Rakjat. Sementara itu maka beberapa bahagian dari rentjana-

Rapat 47.

rentjana dan projek-projek itu mulai dilaksanakan. Hendaknja Pemerintah mengenai itu

menjampaikan sematjam progress-reports kepada Dewan Perwakilan Rakjat. Semua itu

hendaklah disampaikan setjara periodiek, sehingga Dewan Perwakilan Rakjat dapat

mengikuti perentjanaan serta pelaksanaan projek-projek dari : 1) sisitim intensivering

persawahan dengan padi-centra; 2) mechanische rijstbouw dan pembukaan tanah pertanian

rakjat di tanah kering; dan 3) pembukaan tanah pasang-surut.

Maka bersandar atas pertinente verzekeringen (djaminan-djaminan jang sangat tegas)

dari pihak Pemerintah seperti jang telah diutjapkan oleh Saudara Menteri Pertanian dalam

djawaban Pemerintah atas pemandangan umum babak pertama hari Rabu tanggal 6 Mei

jang lalu dan kesediaan Pemerintah jang saja mintakan untuk selalu memberitahukan

kepada Dewan Perwakilan Rakjat perentjanaan serta progress-reports dari usaha-usaha jang

sedang berdjalan, saja akan bersedia untuk memberi fair chance kepada Pemerintah

melaksanakan apa jang dimaksud dalam rantjangan Undang-undang tentang Badan

Produksi Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah kering itu.

Sekianlah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ketua : Saja persilakan Saudara Kasim.

Kasim : Saudara Ketua jang terhormat, djawaban Pemerintah dalam babak pertama

pada umumnja dapat kami hargai. Kami menjampaikan terima kasih atas djawaban

Pemerintah jang menjatakan persetudjuannja terhadap beberapa saran jang diadjukan oleh

fraksi kami, Fraksi Partai Komunis Indonesia, melalui kawan sefraksi kami kawan Djadi

Wirosubroto. Kami hargai sekali kesediaan Pemerintah untuk menerima saran-saran dan

amandemen-amandemen jang dianggap sangat penting dimasukkan dalam Undang-undang.

Saudara Ketua jang terhormat, rendahnja produksi bahan makanan selama ini oleh

Pemerintah diatasi dengan djalan intensifikasi padi-centra, pembukaan perusahaan

pertanian sendiri, dan perusahaan pembukaan tanah untuk rakjat. Djuga usaha mendirikan

Page 54: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

54

Bank Tani dan Nelajan serta rantjangan Undang-undang Pemberantasan Woeker jang sudah

disiapkan, adalah bertudjuan untuk mengatasi rendahnja produksi bahan makanan. Ini

adalah baik.

Jang masih kami rasakan sebagai satu kekurangan dalam usaha-usaha menambah

produksi bahan makanan, ialah soal penurunan sewa tanah (penurunan setoran hasil bumi)

jang harus diberikan oleh tani penggarap-penjewa tanah kepada tuan-tanah.

Kegiatan dan intensiteit kerdja kaum tani penjewa tanah jang berdjumlah berpuluh-

puluh djuta di Indonesia, tidak mungkin didorong dengan djalan apapun, ketjuali dengan

memperbaiki penghasilan jang teruntuk bagi mereka, konkritnja dengan menaikkan bagian

jang mereka perdapat dari djumlah hasil kerdja mereka dan mengurangi/menurunkan

bagian jang disetorkan sebagai sewa tanah kepada tuan tanah jang tidak bekerdja tani sama

sekali, jang sedikitpun tidak memberikan tenaganja dalam proses produksi.

Rapat 47.

Tidak akan banjak tertjapai tudjuan menambah produksi bahan makanan, sekiranja

berpuluh-puluh djuta pekerdja tani tidak ditarik kedalam pelaksanaan sembojan

kita ,,menambah produksi bahan makanan”. Dan mereka hanja bisa ditarik, kalau produksi

tambahan (produksi ektra) itu sebagian besar djatuh ketangannja, (tidak ketangan tuan

tanah), melalui ketentuan pengukuran sewa tanah (pengurangan setoran).

Penambahan produksi, akibat bangkitnja kegiatan dan intensiteit kerdja berpuluh-puluh

djuta kaum tani pekerdja akan pasti djauh lebih hebat dari pada usaha-usaha intensifikasi

padi-centra dan perluasan areal berdjangka pandjang, jang djuga penting itu.

Bertambahnja bagian hasil jang djatuh ketangan berpuluh-puluh djuta kaum tani

pekerdja, akan lebih mendjamin dipenuhinja rentjana djatah pembelian padi oleh

Pemerintah, karena mereka inilah jang umumnja memenuhi kewadjiban djual padi kepada

Pemerintah, sekalipun dengan pengorbanan berupa kehabisan persediaan padi untuk

mereka sendiri beserta keluarga diwaktu patjeklik nanti.

Tuan tanah, tengkulak dan lintah darat jang memiliki persediaan padi setjara berlebih-

lebihan dan digunakan untuk spekulasi, selama ini, melalui berbagai djalan ternjata dapat

menghindarkan diri dari wadjib-djual padi kepada Pemerintah.

Dalam hubungan ini kami mengharapkan dengan sangat kesediaan Pemerintah dan

Parlemen jang terhormat ini, untuk setjepatnja membitjarakan dan mensahkan rantjangan

Undang-undang tentang Perdjandjian Berbagi Hasil, tanpa menunggu-nunggu selesainja

pembitjaraan mengenai rantjangan Undang-undang Pokok Agraria terlebih dahulu.

Disamping itu kami akan sangat menghargai, apabila rantjangan Undang-undang

tentang Pemberantasan Woeker, jang dalam djawaban Pemerintah kemarin lusa dimuka

Parlemen ini dikatakan sudah siap itu, oleh Pemerintah disampaikan kepada Parlemen

untuk disahkan. Kechawatiran Pemerintah, seperti diutjapkan dalam djawaban jang baru

Page 55: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

55

lalu, bahwa Undang-undang Pemberantasan Woeker tidak akan berdaja zonder usaha-usaha

pendahuluan, tidak perlu lagi ada, dengan adanja keterangan Pemerintah dalam pendjelasan

atas rantjangan Undang-undang jang dibitjarakan sekarang, jaitu mengenai keharusan

tersedianja dan diterimanja modal tepat pada waktunja serta akan diberikannja

pemindjaman modal kepada sitani dalam bentuk jang sederhana, mudah dan murah.

Kami sependapat djuga dengan Pemerintah, bahwa mekanisasi dan modernisasi

pertanian setjara besar-besaran jang didukung oleh Pemerintah dan rakjat tani sendiri,

adalah djawaban jang tepat terhadap tantangan alam kita jang masih berlimpah-limpah ini

dan terhadap tantangan penderitaan kira-kira 60 djuta kaum tani Indonesia.

Pendirian kami lebih landjut dari itu ialah, supaja mekanisasi dan modernisasi pertanian

itu didjalankan diperusahaan-perusahaan besar pertanian negara sendiri, seperti jang

dimaksud oleh rantjangan Undang-undang ini. Pertanian-pertanian ketjil milik kaum tani

pekerdja sendiri, jang luasnja rata-rata ½ ha, sulit untuk dimekanisasi. Oleh karena itu

Pemerintah merentjanakan pembagian tanah jang dibuka oleh

Rapat 47.

perusahaan-perusahaan pembukaan tanah, seluas rata-rata 5 ha (jaitu 2 samapi 10 ha)

kepada petani jang bekerdja. Sebenarnja pemilik-pemilik tanah jang terdiri dari petani-

petani pekerdja itu baru akan efektif dalam mengerdjakan tanahnja dengan tjara mekanisasi

dan modernisasi, kalau mereka dipersatukan dalam koperasi-koperasi produksi, dalam

pertanian-pertanian kolektif setjara sukarela berdasarkan kesadaran mereka dan dengan

bantuan modal oleh Pemerintah dalam bentuk uang, bibit, rabuk, pengairan, penjewaan

mesin-mesin pertanian dan sebagainja. Bila tidak demikian, kami chawatir bahwa

perseorangan tani pekerdja pemilik-pemilik tanah seluas 2 sampai 10 ha itu tidak akan

mampu bekerdja dengan tjara mekanisasi, karena akan sangat sulitnja mendapat giliran

bantuan dari Pemerintah berupa penggunaan mesin-mesin pertanian berhubung dengan

banjaknja djumlah pertanian-pertanian ketjil perorangan itu. Akan terdapat persaingan

hebat sekali dalam hal mendapat pindjaman mesin-mesin pertanian tepat pada waktu

diperlukan (umpama pada ketika jang baik untuk mengolah tanah).

Kalau kami tidak salah mendengar, Saudara Menteri dalam rapat kerdja Seksi C tanggal

12 Pebruari 1959, menjebut-njebut kemungkinan oleh Pemerintah diberikannja tanah, jang

telah dibuka oleh perusahaan pembukaan tanah, masing-masing seluas 500 sampai 1.000 ha

berupa tanah usaha. Mungkin luas ini dihubungkan dengan perhitungan setjara tehnis dan

ekonomis untuk penggunaan mesin-mesin pertanian dalam usahanja.

Bila pendengaran kami ini benar (mudah-mudahan kami salah dengar hendaknja), maka

kami menolak pembagian tanah sematjam itu kepada badan-badan partikulir, apalagi

kepada perseorangan, tetapi kami menjetudjui pembagian tanah seperti jang didjelaskan

oleh Pemerintah dalam djawabannja terhadap pemandangan umum babak pertama, jaitu

Page 56: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

56

tanah dibagikan kepada kaum tani jang bekerdja sendiri, masing-masing seluas 2 sampai 10

ha, disertai dengan pendorongan mereka untuk bersatu dalam koperasi produksi didalam

mana mereka semua turut bekerdja sendiri.

Pembagian tanah dalam bentuk tanah usaha seluas 500 sampai 1.000 ha kepada

partikulir, berarti mentjiptakan perusahaan-perusahaan produksi pertanian jang mengedjar

laba untuk diri sendiri dengan penghisapan atas tenaga kerdja kaum buruh tani, tanpa

bekerdja tani sendirir, dan tentunja dengan menggunakan modal jang diperoleh dari

Pemerintah pula, mengingat orang-orang jang bermodal tjukup umumnja lebih tertarik

untuk menggunakan modalnja dalam perusahaan-perusahaan industri atau perdagangan,

dari pada dalam perusahaan pertanian jang mengandung banjak resiko berupa gangguan-

gangguan hama, iklim buruk, dan sebagainja.

Kami sangat setudju dengan bentuk perusahaan-perusahaan pertanian negara dan

dengan pembagian tanah kepada tani pekerdja sendiri (tidak kepada orang jang tidak

bekerdja tani sendiri).

Pembagian tanah tersebut hendaknja didahulukan kepada kaum buruh jang tadinja

mengerdjakan pembukaan tanah tersebut sebagai buruh, tetapi kemudian ingin bertani.

Sesudah itu diberikan prioriteit kepada kaum tani miskin jang kekurangan tanah dan buruh

tani jang sama sekali tidak bertanah, jang berasal dari daerah dimana tanah itu

Rapat 47.

berada. Dan kemudian kepada kaum transmigran jang tidak turut bekerdja sebagai buruh

dalam perusahaan pembukaan tanah jang ada disitu. Tjara pembagian tanah demikian akan

mengurangi ,,sentimen lokalisme” dikalangan kaum tani dari daerah tersebut.

Jang sungguh-sungguh ditjegah, diawasi dalam pelaksanaan, ialah pembagian tanah

kepada orang jang tidak berhak, jang tidak merupakan tani pekerdja, seperti Pemerintah

telah menjatakan pula dalam djawabannja jang baru lalu.

Saudara Ketua jang terhormat, kami pertjaja dan berharap, bahwa Pemerintah akan

sependapat dengan pokok-pokok pikiran kami diatas.

Tetapi pelaksanaan semua itu amat tergantung kepada para pendjabat-pendjabat dari

badan-badan jang menjelenggarakan tugas B.M.P.T. Karena itu kami ingin menjarankan

kepada Pemerintah supaja berusaha benar-benar untuk menempatkan tenaga-tenaga jang

tidak hanja bermutu, berpengalaman, terdidik dan berpendidikan, punja spirit dan

tanggung-djawab besar terhadap pekerdjaan chususnja dan terhadap nusa dan bangsa

umumnja, seperti jang dikemukakan oleh Pemerintah dalam djawabannja jang baru lalu,

tetapi djuga terutama jang djudjur terhadap kepentingan-kepentingan rakjat banjak dan jang

suka bekerdja-sama dengan kaum buruhnja dan kaum tani.

Memilih tenaga-tenaga jang terpertjaja tidaklah mudah. Ini tentunja diakui pula oleh

Pemerintah. Tenaga-tenaga jang terlalu mementingkan diri atau golongan, jang tidak

Page 57: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

57

patriotik, akan tidak mungkin melaksanakan pembagian tanah dengan djudjur kepada jang

mestinja menerima, sekalipun pendjabat tadi berpengalaman dan berpendidikan, karena

sangat mudah disuap oleh orang-orang jang beruang atau oleh orang-orang jang berkuasa,

baik dengan suapan berupa uang atau materiil lainnja, maupun suapan berupa ,,djasa-djasa

istimewa”.

Kesediaan Pemerintah untuk memasukkan kedalam badan-badan pengawas didaerah-

daerah wakil organisasi-organisasi tani, kami sambut dengan baik sekali. Amat perlu

ketentuan ini dimasukkan dalam bentuk rumusan kedalam Undang-undang, karena

mengikut-sertakan golongan karya tani dalam badan tersebut sangat baik untuk mendjamin

kerdja-sama antara perusahaan dengan kaum tani. Jang dimasukkan itu semestinja ialah,

wakil organisasi-organisasi yani jang reprensentatif didaerah kerdja jang bersangkutan.

Achirnja kami sarankan disini untuk mengikut-sertakan wakil daerah tingkat I dan

tingkat II dalam badan-badan pengawas. Kiranja saran ini oleh Pemerintah akan dapat

disetudjui sepenuhnja. Malahan mungkin soal pemasukkan wakil daerah sudah sangat logis

dianggap oleh Pemerintah.

Hanja permintaan kami supaja mengenai hal itu dimasukkan didalam bentuk rumusan

dalam Undang-undang jang dibitjarakan sekarang ini.

Sekian dan terima kasih.

Rapat 47.

Ketua : Saja persilakan Saudara Kape.

L. Kape : Saudara Ketua jang terhormat, karena kesulitan perhubungan saja sampai

terlambat di Djakarta dan berhubung dengan itu saja baru ada kesempatan untuk

mengambil bahagian dalam pembitjaraan mengenai persoalan jang kita hadapi sekarang ini,

dalam babak jang kedua.

Saudara Ketua, mengenai adanja rantjangan Undang-undang tentang ,,penetapan”

Undang-undang Darurat No. 1 tahun 1959 tentang Badan Perusahaan Produksi Bahan

Makanan dan ,,Pembukaan Tanah” (L.N. tahun 1959 No. 1) sebagai Undang-undang, fraksi

kami Fraksi Katholik berpendapat sebagai berikut :

1. Tiap-tiap usaha Pemerintah kearah mempertinggi produksi bahan makanan, jaitu

satu bahan jang sangat primair untuk landjutan hidup dari umat manusia, sudah

semestinja diterima dengan gembira. Namun demikian Parlemen masih mempunjai

hak untuk menilai usaha Pemerintah itu, karena Parlemen tidak kurang pula

hasratnja untuk bersama-sama Pemerintah berdaja-upaja untuk mempertinggi

produksi bahan makanan sehingga lambat-laun subsidi Pemerintah sebesar Rp.

Page 58: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

58

900.000.000,- tiap tahunnja dapat dikurangi, kalau tidak dapat dikatakan ditiadakan,

karena tidak diperlukan lagi.

2. Saudara Ketua jang terhormat, pembentukan Badan Bahan Makanan dan

Pembukaan Tanah jang telah direntjanakan oleh Pemerintah sekarang menurut kami

adalah ,,niewe werkafbakening” didalam Kementerian Pertanian sendiri. Pemerintah

menghendaki satu spesialisasi dalam urusan pembukaan tanah pasang-surut dan

intensifikasi produksi bahan makanan dan bentuk padi-centra.

Dengan adanja spesialisasi ini kegiatan Djawatan Pertanian akan diperlemah dalam arti

bahwa Djawatan Pertanian Rakjat akan menggantungkan harapannja kepada Badan Bahan

Makanan dan Pembukaan Tanah dalam usaha mempertinggi deradjat hidup rakjat dalam

soal bahan makanan.

Sampai sekarang saja mempunjai kepertjaan jang kuat atas usaha-usaha Djawatan

Pertanian. Saja pertjaja bahwa pada satu waktu atas usaha Djawatan Pertanian bangsa

Indonesia akan mentjapai satu tingkat kemakmuran jang diharapkan.

Dengan dibentuknja satu perusahaan jang diharapkan keuntungan negara dari padanja

akan mengakibatkan bahwa perhatian akan dialihkan dari system lama kepada system baru,

sehingga timbullah degradasi dari harapan untuk mentjapai maksud semula karena

intensifikasi dari dua system tiu sukar terdjamin lagi.

Pemerintah dalam keterangannja mengenai Anggaran Belandja tahun 1959 menegaskan,

bahwa untuk mengubah sifat pertanian primitif kepada modern perlu adanja sebanjak

mungkin Sekolah Usaha Tani. Saja minta supaja rentjana ini djangan dilupakan karena

rentjana ini paling sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia.

3. Saudara Ketua jang terhormat, Pemerintah dalam rentjananja akan membuka

tanah jang luas antara lain di Sumatera dan Kalimantan jang dilaksanakan oleh

Badan

Rapat 47.

Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah. Menurut pendapat saja dengan djalan ini kita

belum keluar dari kesulitan dalam soal bahan makanan ini,

Untuk djelasnja saja berikan gambaran sebagai berikut : Pada tahun 1930 disalah satu

tempat di Djawa ada satu keluarga jang terdiri dari 3 orang.

Keluarga ini mempunjai tanah setengah hektar. Keluarga ini tidak kekurangan makanan

pada waktu itu.

Pada tahun 1959 keluarga tadi sudah mendjadi 10 orang, sedangkan mereka hanja

mempunjai tetap setengah hektar tanah. Kita lihat sekarang bahwa dari keluarga jang terdiri

dari 10 orang itu ada 7 orang jang menganggur jang dapat dinamakan parasieten.

Bagaimana pendapat Pemerintah sekarang dengan makanan dari ke-7 orang ini. Apakah

Page 59: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

59

diinvoer dar Sumatera dan Kalimantan. Mereka ini parasieten dan tidak mempunjai uang

untuk beli.

Ini gambaran jang sederhana sekali Saudara Ketua, berhubung dengan ini saja usulkan

kepada Pemerintah :

1. Mendesak kepada Pemerintah agar pelaksanaan ,,landreform” dipertjepat.

2. Memperhebat dan memperluas transmigrasi.

3. Memperluas rijstprojecten didaerah-daerah.

4. Intensiferen rijstprojecten jang sedang dikerdjakan.

Untuk memberikan gambaran mengenai soal jang ke-4 ini, Saudara Ketua, saja

kemukakan :

Dataran ini luasnja kurang-lebih 30.000 ha. Pemerintah sudah mengeluarkan untuk

bendungan dengan ,,hoofd, secundair dan tertiaire leidingen” menurut kabar djutaan rupiah.

Pekerdjaan itu sekarang rupa-rupanja didiamkan, sedangkan masih banjak jang harus

dikerdjakan, umpamanja :

1. Afvoergoten belum ada.

2. Diatas lapangan ini banjak pohon-pohon besar jang perlu ditarik keluar oleh traktor-

traktor.

3. Kalau sesudah itu bagaimana dengan patjul-patjul untuk rakjat, sehingga bisa

mengerdjakan tanah itu.

4. Bibit, rabuk dan sebagainja perlu diberikan kepada rakjat jang bekerdja disitu.

Djadi pendeknja tudjuan kita semula belum tertjapai, sedangkan telah ditaksir, bahwa

hasil dataran Mbai itu bisa mentjukupi kebutuhan beras untuk Flores seluruhnja.

Djadi dalam soal ini kami peringatkan agar Pemerintah disamping

melaksanakan ,,tjiptaan baru” supaja ,,tjiptaan lama” djangan diabaikan.

Saudara Ketua jang terhormat, rantjangan Undang-undang ini menjebut dengan djelas

tentang pendapatan negara dari hasil pertanian atau hasil karya dari B.M.P.T. Saja anggap

dalam soal ini Pemerintah terlalu optimistis. Kemungkinan kurang sekali atau sangat tipis

sehingga ada ahli nudjum jang mengatakan, bahwa Pemerintah akan rugi.

Tetapi Saudara Ketua, selain itu kalau Pemerintah mau uang, maka saja mempunjai usul

untuk maksud itu, jaitu : Pemerintah membuat satu peraturan jang tidak

Rapat 47.

memberatkan rakjat. Saja ulangi, jang tidak memberatkan rakjat, dalam peraturan mana

diwadjibkan kepada para petani jang mengerdjakan sawah Pemerintah untuk membajar

kepada Pemerintah baik berupa padi maupun berupa uang kontan tiap ha tipa tahun.

Jang dimaksudkan dengan sawah Pemerintah, ialah semua sawah jang mendapat air dari

bendungan jang telah dibikin oleh Pemerintah. Dengan peraturan ini, Pemerintah dalam

tahun ini djuga sudah mendapat uang. Saja tambahkan, Saudara Ketua, bahwa ada rakjat

Page 60: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

60

Indonesia jang mengerdjakan sawah jang airnja didapat dari bendungan Pemerintah, maka

rakjat ini mengerdjakan sawahnja dengan kegiatan sendiri. Djadi menurut pendapat saja

tidaklah salah kalau mereka itu diharuskan membajar sekedarnja kepada Pemerintah untuk

menutup ongkos-ongkos jang telah dikeluarkan.

Saudara Ketua jang terhormat, Pemerintah dalam djawabannja atas pemandangan

umum babak pertama menjinggung soal ,,terrein ontsluiting”. Saja rasa soal ini sangat

urgent, karena dengan djaringan lalu-lintas jang luas hasrat rakjat djelata untuk

memperbanjak atau memperbesar volume hasil bumi diperbanjak. Dengan lalu-lintas jang

baik, harga hasil-hasil bumi mendjadi naik, peredaran uang djadi meningkat, sehingga

Pemerintah tidak usah ragu-ragu untuk menaikkan belasting.

Sebab itu dalam hubungan ini saja andjurkan kepada Pemerintah agar niat Pemerintah

dalam soal ,,terrein ontsluiting” ini djangan sadja terbatas pada pekerdjaan B.M.P.T., tetapi

meluas diseluruh Nusantara.

Saudara Ketua, sekarang sedikit mengenai mekanisasi.

Saudara Ketua, sampai sekarang Pemerintah telah mengirimkan traktor kedaerah-

daerah, tetapi ini sadja belum tjukup, sebab harus ada reparasi installasi dan onderdelen

harus ada pula, karenanja sampai sekarang banjak traktor-traktor jang werkeloos, karena

tidak bisa diperbaiki.

Saudara Ketua jang terhormat, sebagai kesimpulan dari pembitjaraan saja dimuka

ialah :

1. Fraksi kami, Fraksi Katholik, tidak menghalangi niat Pemerintah untuk disahkan

rantjangan Undang-undang ini oleh Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat ini.

2. Mendesak kepada Pemerintah agar pelaksanaan ,,landreform” dipertjepat.

3. Memperhebat pelaksanaa transmigrasi jang berentjana.

4. Memperluas dan memperbanjak rijstprojecten didaerah-daerah.

5. Mengintensifir rijstprojecten jang sedang dikerdjakan.

6. Pembukaan sekolah tani sebanjak mungkin.

Sekian, Saudara Ketua, terima kasih.

Ketua : Saja persilakan Saudara Djadi Wirosubroto.

Djadi Wirosubroto : Saudara Ketua jang terhormat, setelah mendengar djawaban

Pemerintah atas pemandangan umum babak pertama dari para anggota tentang

rantjangan Undang-undang tentang penetapan ,,Undang-undang Darurat No. 1 tahun

1959 tentang Badan Perusahaan Produksi Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah”

Rapat 47.

mendjadi lebih djelaslah akan maksud dan isi dari rantjangan Undang-undang ini.

Keterangan Pemerintah atas djawabannja terhadap pemandangan para anggota akan dapat

Page 61: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

61

lebih menjempurnakan Undang-undang itu. Kesediaan Pemerintah untuk menerima

amandemen-amandemen dan masih bersedia menerima saran-saran dan pertanjaan-

pertanjaan dari para anggota baik dalam sidang pleno ataupun di Seksi C, adalah suatu

langkah jang baik dan soepel, suatu tanda Pemerintah akan melaksanakan rentjananja

dengan sungguh-sungguh untuk mengatasi kekurangan bahan makanan, seperti jang telah

dinjatakan dalam djawabannja. Atas keterangan Pemerintah itu kami hargakan dan

berterima kasih. Perumusan-perumusan jang telah dinjatakan atas pendapat dan saran-saran

jang menguntungkan rakjat dan negara hendaknja dirumuskan pula dalam pasal-pasal atau

didalam pendjelasan rantjangan Undang-undang, agar mendjadi sempurna, mudah

dilaksanakan dan mendapat dukungan rakjat jang luas terutama kaum tani pekerdja.

Setjara ringkas disini saran-saran kami dan djawabannja perlu dikutip menurut isinja

atau maksudnja sadja, agar mendjadi pertimbangan untuk mengkadji pasal-pasal atau

pendjelasan rantjangan Undang-undang ini, perlu atau tidaknja diadakan amandemen,

menambah pendjelasan, diantara persoalan itu sebagai berikut :

1. Dengan dibukanja tanah setjara luas agar supaja tanah-tanah itu dibagikan kepada

tani jang mengerdjakan sendiri, djangan sampai melalui tengkulak-tengkulak tanah dan

djatuh kepada tuan-tuan tanah, sehingga tani jang mengerdjakan tanah itu nanti kembali

mendjadi pemaro atau buruh tani lagi. Kechawatiran itu disebabkan masih berlakunja sistim

feodal didesa-desa, dan pengalaman-pengalaman masih terdjadi pula hal jang demikian,

seperti jang terdjadi didaerah bekas tanah partikulir, dimana penjelesaiannja sampai

sekarang belum beres.

Djawaban Pemerintah terhadap persoalan tersebut mengenai setjara umum dan

mengenai djawaban chusus kepada masing-masing anggota disana-sini terhadap ketegasan

sikapnja tentang pembagian tanah hasil dari pembukaan Badan Bahan Makanan dan

Pembukaan Tanah, jaitu : tanah itu akan dibagikan kepada tani penggarap dengan luas

antara 2 sampai 10 ha atau rata-rata 5 ha untuk turun-temurun, kalau mungkin dengan hak

milik. Disamping itu mengharap djuga segera diselesaikan Undang-undang Pokok Agraria,

agar dapat membantu tjara pembagian tanah setjara tegas.

2. Agar pekerdjaan jang sebesar itu mendapat pengawasan jang lebih tertib dan

seksama, hendaknja diikut-sertakan djuga kaum tani sebagai anggota Badan Pengawas,

karena kaum tani adalah orang jang tjinta kepada tanah garapan dan tjinta kepada hasil

kerdjanja. Saran ini oleh Pemerintah diterima baik, jaitu setjara prinsipiil tidak keberatan,

dalam Badan Pengawas Pembantu nanti akan diikut-sertakan wakil dari organisasi tani.

Djawaban Pemerintah seperti tersebut diatas, merupakan suatu hal jang sangat penting

bagi lantjarnja usaha jang sebesar itu, karena dengan terdjaminnja kaum tani mendapat

bagian tanah garapan jang tjukup luasnja untuk dikerdjakan sendiri dan

Page 62: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

62

Rapat 47.

mempunjai wakil jang ikut-serta mengawasi djalannja pekerdjaan perusahaan, kaum tani

tidak akan ragu-ragu lagi mendukung usaha Pemerintah ini dan akan bekerdja sebaik-

baiknja demi kepentingan negara dan rakjat. Tekanan jang dinjatakan bahwa : membuka

tanah memang dibagikan kepada rakjat bukan untuk membeli tanah rakjat ini penting djuga

dimasukkan dalam pendjelasan Undang-undang.

3. Mengenai perhatian Pemerintah terhadap soal-soal transmigrasi, koordinasi dan

kewaspadaan dalam melaksanakan usaha ini jang kami sarankan sangat dihargakan dan

mudah-mudahan semuanja itu terlaksana dengan baik.

Begitulah seterusnja supaja sikap Pemerintah jang baik bagi penggerak kaum tani

pekerdja serta pekerdja lainnja dalam mengusahakan rentjana menambah bahan makanan

ini dapat mendjadi salah satu sjarat pembangunan dilapangan ekonomi nasional. Untuk

menjesuaikan pendapat-pendapat tersebut diatas maka sebaiknja mengikuti pasal-pasal dari

rantjangan Undang-undang ini.

Mengenai pasal 2, sebenarnja banjak seginja, akan tetapi berkenaan dengan maksud

Badan Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah itu tjukup dibatasi persoalannja, jaitu :

tentang kedudukan tanah dari pembagian pembukaan tanah dan ikatan kredit. Kalau

menurut ketentuan bahwa rakjat pasti akan mendapat bagian tanah jang akan dikerdjakan,

tentang ikatan kredit tidak akan sukar didjalankan, karena tanah jang berbentuk hak pakai

sekalipun dapat djuga dipergunakan untuk tanggungan kredit kepada bank.

Sedang bantuan kaum tani dari penggarap tanah ini ketjuali memang mempunjai hak

tanah, mereka itu mendapat bantuan pindjaman dari Badan Bahan Makanan dan

Pembukaan Tanah dimana kedua belah pihak mempunjai hubungan kerdja jang erat, hanja

mengenai ketentuan pembajaran hendaknja djangan ditekan sehingga pihak pemindjam

dalam keadaan lemah dan dirugikan, umpama : hutangnja mesti dibajar dengan padi,

sedang harga padi hanja ditentukan oleh Badan Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah.

Kalau menurut perdjandjian tak mesti dibajar dengan padi maka harga padi itu hendaknja

dihitung berdasar kalkulasi jang sebenarnja, sehingga tidak ada pihak jang dirugikan.

Karena Badan Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah adalah badan hukum Pemerintah

maka hubungan kerdja antara tani dengan perusahaan akan lebih baik djalannja.

Menurut kejakinan Pemerintah bahwa usaha jang besar ini akan berhasil hanja dengan

adanja tenaga-tenaga jang bermutu, terhadap pasal 4 tentang pengangkatan direksi ini dapat

ditambah sjaratnja jaitu : orang jang ahli, djudjur, patriotik, jang berpengalaman baik dan

tenaga-tenaga muda dan tjukup semangat.

Berkenaan dengan djumlah modal perlu ditetapkan menurut objeknja, harus diadakan

projek jang konkrit, merupakan anggaran jang tertentu, sehingga memperbesar djumlah

Page 63: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

63

modal dimana dibutuhkan dengan mudah dapat diperkirakan : umpamanja disebabkan

adanja perubahan nilai rupiah atau perubahan kenaikan harga barang modal. Dengan

Rapat 47.

demikian menjusun anggaran belandja jang dimaksud pasal 10 dapat dikerdjakan setjara

lantjar memenuhi bulan jang ditentukan.

Tentang ikut sertanja wakil tani dalam Badan Pengawas jang oleh Pemerintah diterima

dan akan ditempatkan dalam Badan Pengawas Pembantu jaitu : terdiri dari wakil organisasi

tani. Perlu kiranja hal ini didjelaskan pula tentang siapa jang duduk atau siapa jang diangkat

dari organisasi tani setempat itu. Mengingat maksud Pemerintah uasaha Badan Bahan

Makanan dan Pembukaan Tanah itu akan dikerdjakan dengan sepenuh tenaga.,

seharusnjalah wakil organisasi tani jang duduk dalam Badan Pengawas itu adalah

organisasi tani jang representatif didaerah kerdja Badan Bahan Makanan dan Pembukaan

Tanah dengan ketentuan bilamana mulai adanja organisasi tersebut dan kapan mulai

mendjalankan aktivitetnja. Djumlah anggota Badan Pengawas Pusat dan Badan Pengawas

Pembantu lebih luwes (soepel) apabila tidak ditentukan banjaknja. Banjak anggota tersebut

tjukup ditentukan dengan Peraturan Pemerintah.

Saudara Ketua jang terhormat, Pemerintah membentuk Badan Bahan Makanan dan

Pembukaan Tanah itu adalah suatu usaha jang besar dan penting bagi kepentingan nasional,

oleh karena itu segala sesuatu harus ditertibkan agar tidak mudah dikatjau oleh reaksi.

Tjontoh jang kami adjukan dalam pemandangan umum babak pertama adalah hanja satu

kedjadian didaerah bekas tanah partikulir. Dengan masih berlakunja sistim feodal, dimana

tuan tanah masih mempunjai kekuasaan dibanjak lapangan dan rol kaum tengkulak tidak

dapay kita pandang enteng. Banjak kejadian jang kita tidak dapat mengatasi umpama :

membagi gula distribusi tak sampai kepada rakjat, dengan sekedjap mata barang itu hilang

dipasaran, orang akan dapat gula kalau suka membeli dengan harga jang tinggi melalui

pintu belakang. Begitulah seterusnja terhadap pembagian jang lain : minjak, beras dan

sebagainja.

Dapat kiranja diterima dengan baik saran-saran jang kami adjukan itu djusteru untuk

memperbaiki ketentuan dalam Undang-undang nanti, agar supaja tidak mudah diterobos

oleh orang-orang jang biasa mengambil kesempatan untuk keuntungan diri sendiri.

Berhubung dengan alasan-alasan jang kami kemukakan ini, masih perlu diusahakan

perbaikan terhadap beberapa pasal jang mengenai rantjangan Undang-undang ini, dan

kesediaan Pemerintah untuk menerima amendemen itu supaja semuanja jang telah

disetudjuinja, digunakan untuk memperbaiki redaksi dalam pasal-pasal dan diantaranja

dimasukkan dalam pendjelasan rantjangan Undang-undang ini.

Ketua : Saja persilakan Saudara Hartojo.

Page 64: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

64

Hartojo : Saudara Ketua, kami mengutjapkan terima kasih kepada Pemerintah atas

persetudjuannja dan perhatiannja terhadap usul-usul serta pandangan-pandangan jang telah

kami kemukakan dalam babak pertama. Dari djawaban Pemerintah, kami dapat mengambil

kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

Rapat 47.

1. Pemerintah tidak menjangkal pendapat kami, malahan menguatkannja, bahwa sebab

pokok dari kurangnja persediaan bahan makanan rakjat jang berupa beras, bukan terletak

pada kenaikan djumlah penduduk jang lebih tjepat dari kenaikan produksi bahan makanan,

tetapi disebabkan karena masih berlakunja sistim penghisapan setjara feodal atas

penghidupan sebagian besar rakjat Indonesia.

2. Pemerintah telah sependapat dengan kami dan dengan para anggota Dewan

Perwakilan Rakjat lainnja jang mengadjukan soal ini, bahwa dalam usaha memetjahkan

persoalan persediaan bahan makanan ini nasib dari pada kaum tani, terutama buruh tani dan

tani miskin harus diperbaiki. Untuk ini Pemerintah telah mendjandjikan kepada Dewan

Perwakilan Rakjat, bahwa padi-centra disamping mengadakan intensifikasi setjara

sistematis, djuga mengadakan usaha pemberantasan idjon bersama-sama dengan usaha

Bank Tani dan Nelajan. Suatu rantjangan Undang-undang anti-woeker sudah disiapkan

Pemerintah.

3. Pemerintah akan memberikan perhatian chusus terhadap nasib dari buruh tani dan

tani miskin terutama dalam hal pembagian tanah-tanah jang sudah dibuka oleh Badan

Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah ini dengan berpegang pada prinsip, bahwa buruh

tani dan tani miskin adalah golongan jang mengerdjakan sendiri tanahnja itu. Oleh karena

itu Pemerintah menjatakan, bahwa pembagian tanah akan diberikan pertama-tama kepada

kaum tani jang bekerdja dan dengan hak turun-temurun serta akan ditjegah djatuhnja tanah-

tanah tersebut ditangan kaum tuan tanah atau lintah darat.

Dalam hubungan ini, Saudara Ketua, ingin kami tegaskan apa jang sudah kami tegaskan

dalam pemandangan umum babak pertama, bahwa ada pengalaman jang tidak baik di

Kalimantan Selatan, dimana tanah itu sudah djatuh ditangan pedjabat-pedjabat terkemuka

didaerah itu, sehingga prinsip bahwa tanah harus dibagikan kepada kaum tani jang bekerdja

ini tidak terwudjud didalam prakteknja.

Disamping tiu, Saudara Ketua, baik pula kami kemukakan bahwa didalam prinsip

pembagian tanah ini hendaknja dipegang teguh suatu dasar, bahwa jang dimaksud dengan

kaum tani jang bekerdja itu benar-benar kaum tani jang mengeluarkan keringatnja,

tenaganja dan segala fikirannja, dengan kekuatannja sendiri mengerdjakan tanah jang

diberikan kepadanja itu.

Page 65: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

65

Disaat kaum tani jang demikian itu achirnja meningkat atau tanahnja itu djatuh pada

orang jang tidak mengerdjakan, maka saja menjarankan pada Pemerintah agar diambil

tindakan-tindakan seperlunja, sehingga pada achirnja tanah itu tidak terkonsentrasi pada

orang-orang jang tidak bekerdja sendiri atau tidak mengerdjakan sendiri tanahnja; memang

ini sudah menjalahi prinsipnja jang sudah dikemukakan tadi itu. Oleh karena itu prinsip ini

kami harapkan agar dipegang teguh dengan konsekwen. Selandjutnja, Saudara Ketua, jang

masih dalam hubungan dalam rangka pembagian tanah ini, perlu kami kemukakan

pentingnja peranan dari pada koperasi-koperasi rakjat bagi kaum tani jang telah

mendapatkan tanah garapan. Maka salah satu usaha jang penting untuk mentjegah djatuhnja

tanah-tanah tersebut ditangan tuan-tuan tanah ataupun lintah-lintah

Rapat 47.

darat, ialah penting sekali peranan dari pada koperasi-koperasi produksi dari pada kaum

tani jang didirikan atas dasar prinsip sukarela dari pada kaum tani itu sendiri.

Saudara Ketua, mungkin didalam kesempatan-kesempatan jang lain hal ini tentu

berulang-ulang akan kita kemukakan, agar koperasi dari pada kaum tani ini benar-benar

bersifat koperasi kaum tani sendiri dan bukan mereknja sadja koperasi tetapi isinja, jang

mendjadi anggota atau jang ikut didaftar disitu adalah orang-orang jang tidak mengerdjakan

sendiri tanah.

Djadi kalau kita disini berbitjara tentang koperasi produksi kaum tani, maka koperasi

jang kami maksudkan ialah koperasi daripada kaum tani jang bekerdja dan bukan dari

orang-orang jang tidak ikut aktif atau tidak ikut kerdja dalam memproduksi hasil-hasil

pertanian.

Saudara Ketua, oleh karena itulah kami sarankan kepada Pemerintah agar disamping

usaha-usaha sebagaimana jang saja sebutkan didalam kesimpulan jang kedua, djuga

membantu perkembangan-perkembangan dari koperasi-koperasi dari pada kaum tani jang

telah mendapat pembagian tanah tadi.

Kesimpulan ke-empat, Saudara Ketua, ialah, Pemerintah menjanggupkan akan

mendudukkan wakil-wakil organisasi tani didalam Badan-badan Pengawas.

Saudara Ketua, kami berterima kasih kepada djandji-djandji jang baik dari Pemerintah

itu, sebagaimana jang sudah saja sebutkan didalam empat kesimpulan tadi, tetapi kami akan

lebih berterima kasih lagi, djika apa-apa jang sudah didjandjikan itu dapat terwudjud dalam

pelaksanaannja nanti. Kami mengharap kepada Pemerintah agar rakjat terutama kaum tani,

djanganlah hendaknja disuruh mengulangi lagi pengalaman jang tidak baik selama ini, jaitu

Undang-undang atau peraturan-peraturan jang baik bagi rakjat dalam pelaksanaannja sangat

dihambat atau diperlambat, malahan seringkali tidak dilaksanakan sama sekali dengan

berbagai matjam alasan jang sesungguhnja tidak dapat diterima. Tetapi sebaliknja politik

Page 66: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

66

atau peraturan jang tidak baik didjalankan dengan ketjepatan jang luar biasa, sehingga

rakjat, terutama kaum tani, harus menderita akibat-akibat djeleknja.

Saudara Ketua, dalam pemandangan umum babak kedua ini, kami merasa perlu untuk

mengemukakan soal-soal materi rantjangan Undang-undang ini jang mudah-mudahan dapat

disetudjui oleh Pemerintah.

Pertama, mengenai soal status Badan Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah. Dalam

djawaban Pemerintah ditegaskan, bahwa Badan Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah ini

adalah perusahaan Negara. Kami setudju sekali kepada penegasan Saudara Menteri

Pertanian ini, oleh karena itu kami mengusulkan agar penegasan bahwa Badan Bahan

Makanan dan Pembukaan Tanah ini adalah suatu perusahaan negara. Sekali lagi perlu

dinjatakan didalam rantjangan Undang-undang ini. Kami berpendapat bahwa perumusan

didalam rantjangan Undang-undang ini masih bias dipertegas lagi, misalnja pasal 1 dan

pasal 2.

Rapat 47.

Didalam pasal 1, djika prinsip ini disetudjui, maka kami mengusulkan agar ditambah

satu kalimat, sesudah : ,,selandjutnja disebut Badan Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah,

jang merupakan suatu perusahaan Negara dan jang bertugas setjara perusahaan jang

diselenggarakan usaha-usaha dan seterusnja .............”; ditambah suatu kalimat jang

berbunji : ,,.................. jang merupakan suatu perusahaan Negara dan ............”.

Djika ini diterima kami tidak akan mengadjukan usul amendemen nanti. Dengan usul

perubahan pada pasal-pasal tersebut kami maksudkan agar ada ketegasan, bahwa Badan

Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah itu perusahaan Negara dan disamping itu

memberikan hak kepada Badan Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah sebagaimana jang

disebutkan didalam pasal 2 untuk mengadakan ikatan kredit menurut hokum adat dan

menguasai sebagian tanah didalam lingkungan hokum adat jang diperlukan bagi usaha

Badan Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah dalam melakukan bantuan berdasarkan

hukum adat.

Kami usulkan agar Pemerintah Daerah Swatantra tingkat I dan tingkat II diikut-sertakan

untuk membantu mengatasi kesulitan-kesulitan jang mungkin timbul dalam mendapatkan

hak-hak hukum adat tersebut. Dan saja mengharapkan agar apa jang sudah didjelaskan oleh

Saudara Menteri Pertanian didalam djawabannja jang menjatakan, bahwa dengan hak-hak

ini Badan Perusahaan Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah tidak akan melakukan djual-

beli tanah, itu dinjatakan setjara tegas didalam rantjangan Undang-undang ini.

Kemudian, Saudara Ketua, dengan usul perubahan kami ini djuga menjadari, bahwa

Undang-undang Perusahaan Negara jang ada sekarang ini mengandung ketentuan-

ketentuan jang mungkin terlalu mengikat untuk mengambil tindakan-tindakan jang perlu.

Page 67: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

67

Tetapi sebaliknja djangan pula ada kesan, bahwa meskipun usaha ini bersifat social-

ekonomis penggunaan uang bias dengan begitu sadja dilakukan sebagaimana pernah

terdjadi pada penggunaan-penggunaan uang dalam jajasan-jajasan Pemerintah, kerugian-

kerugian dalam pertanggungan-djawab. Mengingat, bahwa Badan Perusahaan Bahan

Makanan dan Pembukaan Tanah ini merupakan suatu usaha jang baru dan besar serta

menjangkut soal jang urgent, maka sudah sepatutnja djika Badan Perusahaan Bahan

Makanan dan Pembukaan Tanah ini tunduk pada Undang-undang dengan tambahan

ketentuan bahwa dia bisa mengadakan ikatan kredit menurut hokum adat untuk menempuh

kepentingan-kepentingan rakjat sebagaimana dikemukakan dalam pendjelasan dari pada

rantjangan Undang-undang ini.

Saudara Ketua, tentang pimpinan dari Badan Perusahaan Bahan Makanan dan

Pembukaan Tanah ini soal kedua jang ingin kami kemukakan, selain sebagaimana pernah

dikemukakan oleh para anggota jang lain ia harus seorang ahli jang berpengalaman, kami

mengharap agar mereka itu djuga seorang patriot, tidak ternoda dalam pemakaian uang

Negara dan jang penting lagi mau dan bisa bekerdja sama dengan kaum tani atau

organisasi-organisasi tani.

Rapat 47.

Tentang organisasi tani jang duduk didalam Badan Pengawas, kami hanja ingin

menjatakan dan mengharap agar organisasi tani jang duduk dalam badan itu benar-benar

organisasi tani jang memang ada didaerah itu dan benar-benar mewakili kepentingan kaum

tani, djangan nanti terdjadi banjak lahir organisasi tani baru jang mengaku dirinja

organisasi tani tetapi hakekatnja merupakan badan saluran untuk mendapat bagian-bagian

tanah dari pada tuan-tuan tanah atau lintah darat.

Soal lain lagi, Saudara Ketua, ialah soal mekanisasi dan modernisasi pada perusahaan

Pemerintah.

Disamping usaha mekanisasi dan modernisasi pada perusahaan Pemerintah ini jang

dapat kami setudjui ada suatu kenjataan, bahwa kaum tani Indonesia belum mempunjai

pengalaman tentang menggunakan alat-alat jang modern itu. Dari itu untuk mejakinkan

kaum tani, bahwa usaha mekanisasi dan modernisasi itu memang benar-benar

menguntungkan dirinja, harus ditempuh usaha-usaha melampaui pertjontohan –

pertjontohan jang berhasil kepada kaum tani melalui usaha-usaha Pemerintah itu, dan ini

tentunja akan memakan waktu.

Oleh karenanja sebelum kaum tani sampai kepada tingkatan memakai alat-alat jang

mechanis dan modern, baiklah djika Pemerintah membantu kaum tani dengan menjediakan

alat-alat pertanian jang biasa mereka pergunakan.

Page 68: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

68

Untuk daerah-daerah jang baru dibuka dan sesudah kaum tani mendapatkan tanah-tanah

garapannja jang baru usaha memodernisasi alat-alat pertanian memang sangat diperlukan.

Dalam hubungan ini, Saudara Ketua, saja ingin mempertimbangkan agar dalam hubungan

pembagian tanah djanganlah nanti dasar dari pada luas pembagian tanah jang diberikan

kepada kaum tani terutama didasarkan kepada alat-alat jang modernjang belum tentu bisa

diberikan kepada kaum tani. Oleh karena itu dasar pembagian tanah atau luas tanah jang

telah diberikan kepada seorang tani hendaknja diperhitungkan berdasar kemampuan tenaga

dan alat pertanian dan tersedia sekarang. Oleh karena itu nanti masalah luasnja sampai

kepada luas 10 ha kami usulkan agar luas 10 ha itu perlu dipertimbangkan lagi mungkin ini

masih terlalu luas. Sedang didaerah-daerah pertanian biasa, dimana sebagian besar kaum

tani tidak memiliki tanah atau hanja memiliki sedikit tanah, usaha modernisasi alat-alat

pertanian harus disertai dengan usaha-usaha memberikan lapangan pekerdjaan baru bagi

buruh tani dan tani miskin dengan, misalnja membuka tanah-tanah garapan baru,

mengorganisasi pekerdjaan-pekerdjaan samben, mengorganisasi usaha-usaha keradjinan

tangan dan sebagainja. Sebab djika didaerah-daerah ini modernisasi tidak dibarengi dengan

membuka lapangan-lapangan kerdja baru, bisa dichawatirkan adanja rasionalisasi tenaga

kerdja pertanian didesa-desa dan achirnja hanjamenguntungkan tani kaja sadja dan

merugikan tani miskin dan buruh tani jang terpaksa menganggur.

Saudara Ketua, achirnja disamping kami mengusulkan perubahan pada pasal 1 djuga

kami usulkan agar hal-hal jang sudah dapat disetudjui Pemerintah sebagaimana telah kami

simpulkan dimuka dapatlah kiranja dimasukkan didalam pendjelasan dari pada

Rapat 47.

rantjangan Undang-undang ini. Hal ini perlu agar rakjat dapat membantu mengontrol

pelaksanaan Undang-undang ini hingga benar-benar sesuai dengan apa jang sudah

dinjatakan oleh Pemerintah dimuka siding pleno Dewan Perwakilan Rakjat. Dengan

dimuatnja didalam pendjelasan hal-hal jang sudah disetudjui atas usul-usul dari pada para

anggota Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat, rakjat mempunjai pegangan tertentu dan

memudahkan kaum tani dan organisasi-organisasinja untuk berhubungan dengan Badan

Perusahaan Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah didaerah-daerah untuk mendjaga agar

Undang-undang jang baik ini dilaksanakan setjara baik pula.

Saudara Ketua, jang paling achir, kami ingin mempertimbangkan kepada Pemerintah

mengenai pasal I dari rantjangan Undang-undang ini. Menurut pandangan kami, ini adalah

suatu hal jang overbodig. Karena didalam dictum ,,memutuskan, menetapkan”, itu djuga

apa jang disebut dalam pasal I.

Oleh karenanja kami tanjakan, apakah pasal I itu masih perlu dimuat dalam Undang-

undang ini?

Sekian.

Page 69: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

69

Ketua : Saudara-saudara, sekarang sudah djam 11.30 lewat. Tetapi masih ada beberapa

pembitjara jang katanja tadi hanja membutuhkan beberapa menit.

Apakah Saudara-saudara bersedia meneruskan rapat ini sampai selesai?

(R a p a t : Setudju!)

Tetapi saja minta kepada para pembitjara untuk memenuhi djandjinja.

Saja persilakan Saudara Mardjohan.

T.S. Mardjohan : Saudara Ketua jang terhormat, assalamu’alaikum warahmatullahi

wabarakatuh.

Berhubung waktunja singkat, maka saja djuga tidak akan berbitjara pandjang. Hanja

terlebih dahulu saja kemukakan kepada Saudara Ketua, oleh Ketua jang memimpin sidang

pada hari sebelum sidang hari ini, dinjatakan bahwa djawaban tertulis Pemerintah ini akan

disampaikan kepada kami sore harinja, tetapi ternjata hal ini saja sendiri baru terima pada

hari ini. Oleh karenanja, saja sangat menjesali hal itu dan dimana sebabnja wallahu alam.

Oleh sebab itu djuga, Saudara Ketua, saja tidak akan berbitjara pandjang, karena saja hanja

meneliti djawaban Pemerintah ini selajang-pandang sadja dan dengan setjara tjepat-tjepat

dan buru-buru saja lihat dari awal sampai achir, dapatlah saja pahami seperlunja.

Saudara Ketua jang terhormat, dalam djawaban Pemerintah tertulis ini ada beberapa hal

telah djelas, baik jang mengenai pertanjaan saja sendiri maupun pertanjaan kawan-kawan

lainnja dan begitu djuga pendjelasan-pendjelasan lainnja untuk mempertegas disekitar

rantjangan Undang-undang jang sedang kita bitjarakan sekarang ini. Tetapi didalam

beberapa hal, dalam penelitian saja ada jang harus dimintakan kepada Pemerintah untuk

lebih memperdjelas soal-soal jang saja anggap perlu, jaitu :

1. Dalam djawaban Pemerintah ada tertulis didalam halaman 3, saja batjakan :

Rapat 47.

,,Memang Pemerintah melihat dalam rentjananja berupa :

a. Intensifikasi padi-centra

b. Pembukaan tanah kering dengan mesin-mesin, disamping pekerdjaan routine, sebagai

suatu pemetjahan setjara integral dari masalah bahan makanan jang berupa beras atau

djagung, transmigrasi, memberikan tanah-tanah jang tjukup kepada para petani kurang-

lebih 5 hektar jang akan memberikan sjarat untuk hidup jang lajak”.

Saudara Ketua, dengan djawaban ini perlu saja tanjakan kepada Pemerintah :

1. Ukuran 5 hektar itu ukuran apa jang dipakai oleh Pemerintah?

Dapatkah seorang petani mengerdjakan sawah atau ladangnja jang seluas 5 hektar itu.

Ini minta didjawab, karena didalam pengalaman biasanja tidak ada kesanggupan

seseorang petani --- kalau seperti biasa --- mengerdjakan tanah seluas 5 hektar dan djuga itu

saja anggap terlalu luas.

Page 70: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

70

2. Memberikan tanah-tanah, jang dimaksud Pemerintah didalam djawaban tertulisnja itu,

dimana letaknja, tanah-tanah jang akan dibagi-bagi itu?

Ini jang mendjadikan was-was bagi saja sendiri.

Memang menurut rentjana Pemerintah, didalam tahun ini akan diselenggarakan setjara

besar-besaran pembukaan tanah di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan dan lain

sebagainja, tetapi tentang pembagian tanah jang akan dilakukan oleh Pemerintah itu dimana

letaknja dan kepunjaan siapa?

Saja minta didjelaskan lagi oleh Pemerintah tentang hal ini.

Sebabnja maka saja tanjakan demikian, Saudara Ketua, hak milik atas tanah-tanah itu

dimana-mana didaerah-daerah mana sadja, menurut biasanja telah ada jang punja. Tidak

ada sepotong tanahpun jang tidak ada pemiliknja. Djadi djika diakui demikian sadja

menurut hukum jang berlaku didaerah-daerah, baik hukum agama maupun menurut adat,

hak bermilik dan harta berpunja, tidak dapat diganggu gugat. Bagaimana Pemerintah

melaksanakan pembagian itu, djika tanah itu sudah ada jang punja? Oleh karena itu,

Saudara Ketua, kalau tanah-tanah jang akan dibagi itu sudah ada jang memilikinja, tentu

Pemerintah harus mempunjai tjara-tjara jang lain atau tjara-tjara jang tersendiri. Persoalan

inilah jang saja ingin mendapat pendjelasan dari Pemerintah. Bertalian dengan itu djuga

saja andjurkan kepada Pemerintah, apakah Pemerintah tidak sependapat dengan saja djika

terhadap tanah-tanah kosong didaerah-daerah sebelum diberikan kepada badan-badan lain,

pemilik jang semula harus disuruh mengerdjakan tanah itu maupun untuk sawah ataupun

lading setjara ketjil-ketjilan atau setjara besar-besaran, jang dibantu oleh Pemerintah

dengan kredit, seperti kredit petani jang telah diputuskan oleh Undang-undang jang sedang

kita bitjarakan sekarang ini. Andjuran ini saja kemukakan, Saudara Ketua, sebab kalau

Pemerintah berbuat demikian, tentu makanan diseluruh Indonesia ini tjukup, artinja kita

tidak mengimport beras lagi dari luar negeri. Kalau andjuran jang demikian rupa diberikan

prioriteit kepada pemilik pertama, maka hal itu akan lebih berhasil didalam mengusahakan

pesawahan dan peladangan untuk mentjapai zat-zat dari bahan makanan jang tjukup.

Rapat 47.

Jang kedua, mengenai djawaban Pemerintah dalam halaman 6. Saudara Ketua, pasal ini

sangat diperlukan oleh karena djusteru badan ini akan berkoperasi dan akan mendjalankan

pekerdjaan-pekerdjaan jang berhubungan erat sekali dengan rakjat dengan sendirinja

berhubungan djuga dengan adat-istiadatnja. Saja ambil missal jaitu untuk memberikan

bantuan-bantuan kepada rakjat berupa bibit-bibit jang murah, berupa pupuk dan lain

sebagainja. Pemerintah berkata, kalau tidak ada perkreditan, maka hal-hal jang demikian itu

tidak bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknja.

Didalam hal ini saja akan bertanja : tanah jang bagaimana sifatnja jang akan dibuka oleh

Pemerintah itu? Apakah tanah jang sifatnja perseorangan ataukah tanah-tanah jang betul-

Page 71: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

71

betul mendjadi tanah Pemerintah? Sebab pada umumnja tanah-tanah jang ada di Indonesia

ini dimana-mana daerahpun tidak ada satu bidang tanah jang kosong, maupun jang didalam

rangka menurut tanah ulajat, tanah itu kepunjaan satu kaum atau kepunjaan perseorangan.

Itu diakui oleh hukum-hukum agama, apalagi didaerah-daerah jang kuat adat-istiadatnja

tentu tidak dapat dianggap enteng sadja malahan satu persoalan jang sangat sulit. Saja kira

perkara persoalan tanah ini, Saudara Ketua, sekalipun sambutan dari anggota masjarakat

masih agak remeh, terbukti tidak begitu menaruh perhatiannja, tetapi mengenai soal tanah

ini dalam masjarakat kita mendjadi soal pokok sengketa diseluruh Indonesia, ada jang

sampai bunuh-bunuhan terdjadi didaerah-daerah, kalau mengenai pembagian tanah ini tidak

dapat diputuskan dengan sebaik-baiknja. Sedangkan dalam angsur-mengangsur harta benda

sadja timbul perkelahian, apalagi dalam membagi-bagi harta benda. Negara kita ini dalam

rangka abdi Ketuhanan Jang Maha Esa jang sesuai dengan Undang-undang Dasar

Sementara kita maupun kita akan kembali pada Undang-undang Dasar 1945. Ketua

Mahkamah Agung kitapun orang jang beragama Islam dan sebagian besar rakjat di

Indonesia ini beragama Islam, maka hak milik seseorang itu tidak dapat diambil setjara

paksa oleh siapapun. Maka dalam hal ini saja minta perhatian Pemerintah supaja dapat

mendjawab dengan sebaik-baiknja, djangan sampai kita salah bagi. Dibagi sama rasa sama

rata itu baik, tetapi djangan sampai hak milik orang dibagi dengan begitu sadja. Djadi

dibagi sama rasa sama rata tiu boleh, tetapi harus kita salurkan dengan sebaik-baiknja,

djangan sampai Pemerintah menimbulkan persoalan-persoalan baru dan kita harus

menindjau lebih djauh.

Kemudian dari itu, Saudara Ketua, dalam halaman 7 saja membatja keterangan

Pemerintah: ,,Wakil-wakil dari kementerian-kementerian jang bersangkut erat dengan

pekerdjaan ini dan pula didaerah-daerah dimana projek-projek itu diadakan”.

Saudara Ketua, supaja dalam pendjelasan ini mendjadi lebih djelas lagi, hendaknja djuga

diterima wakil-wakil tani duduk dalam jajasan jang sifatnja kepunjaan negara dan diurus

oleh negara itu. Alangkah baiknja dan lebih madju lagi dalam usahanja djika Pemerintah

memperhatikan wakil-wakil daerah atau orang-orang jang ahli didaerah untuk daerahnja

masing-masing supaja Pemerintah itu djangan terbentur dalam persoalan pelaksanaan.

Rapat 47.

Saja rasa jajasan itu hanja mengetahui hal-hal dibidang organisasi, tetapi wakil-wakil

daerah atau ahli-ahli adat didaerah akan lebih dari itu kemampuannja dan pengetahuannja

tentang sarsilah keturunan dari masing-masing, dan mempunjai sarsilah harta benda jang

akan kita kerdjakan itu.

Djadi mengenai andjuran ini diminta perhatian Pemerintah supaja dikementerian sendiri

atau didalam Pemerintah Pusat harus diangkat orang-orang ahli daerah dan didaerah itupun

Page 72: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

72

lebih-lebih lagi orang jang benar-benar mengetahui, karena akan mendjadi bumi tempat

berpidjak oleh Pemerintah sendiri.

Saudara Ketua, rupanja menurut tjatatan-tjatatan saja sepintas lalu memang demikianlah

jang perlu saja kemukakan, mudah-mudahan Pemerintah memperhatikan dengan sebaik-

baiknja dan bertanggung-djawab lebih landjut didalam menjelesaikan rantjangan Undang-

undang ini sampai pasal demi pasal.

Terima kasih, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ketua : Saja persilakan Saudara Semanhadi sebagai pembitjara terachir.

Semanhadi Sastrowidjojo : Saudara Ketua jang terhormat, Pemerintah sungguh-

sungguh telah mentjurahkan perhatiannja terhadap tiap-tiap pemandangan umum anggota-

anggota Parlemen guna menjelesaikan rantjangan Undang-undang jang kita bahas sekarang,

untuk ini sekali lagi kami memberikan penghargaan dan terima kasih.

Dalam bidang pelaksanaan Undang-undang ini Pemerintah akan berusaha keras untuk

menempatkan tenaga-tenaga jang bermutu kedalam perusahaan-perusahaan tersebut, dan

akan mengutamakan terlebih dahulu intensifikasi padi-centra dengan pembiajaan jang

tjukup. Usaha jang besar ini memberikan kejakinan kepada kami, bahwa kepadatan

penduduk dan banjaknja penganggur jang tidak sedikit djumlahnja dinegara kita ini akan

dapat diatasi sebaik-baiknja.

Dengan pembukaan tanah jang luas itu akan member beban pula kepada kementerian-

kementerian lainnja, misalnja Kementerian Pekerdjaan Umum dan Tenaga jang

berkewadjiban membuka djalan-djalan raja dari tempat jang ramai ketempat pembukaan

tanah-tanah baru itu, demikian pula Kementerian Pelajaran dan Kementerian Perhubungan

jang mempunjai peranan dalam bidang pengangkutan.

Saudara Ketua jang terhormat, didjelaskan pula oleh Pemerintah, bahwa Badan

Pengawas itu merupakan koordinasi bagi pekerdjaan-pekerdjaan jang akan dilaksanakan,

dimana akan duduk wakil-wakil dari kementerian-kementerian. Kami sarankan kepada

Pemerintah, agar jang duduk dalam Badan Pengawas Pusat itu terdiri dari wakil-wakil :

Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian Agraria, Kementerian

Pekerdjaan Umum dan Tenaga, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Transmigrasi dan

Kementerian Stabilisasi Ekonomi, disampingnja akan duduk wakil-wakil dari organisasi

tani.

Satu soal saran kami jang belum mendapat pendjelasan dari Pemerintah ialah saran kami

jang terachir, bahwa dalam pembukaan tanah pasang-surut selain padi-centra

Rapat 47.

supaja diutamakan pula dalam bidang perikanan laut maupun perikanan darat. Karena tiap

tahunnja Indonesia tidak sedikit mengimport ikan asin dari luar negeri, karena ikan asin

Page 73: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

73

tersebut sangat dibutuhkan didaerah-daerah pegunungan. Didaerah Kalimantan misalnja,

disekililing sungai Mahakam dari sungapan laut sampai keatas dan disekililing sungai-

sungai lainnja jang banjak sekali ikannja, perlu mendapat perhatian sepenuhnja dari

Pemerintah agar projek perikanan ini dimasukkan pula dalam rentjana Pemerintah.

Berhubung dengan uraian kami tersebut diatas sekali lagi kami njatakan bahwa fraksi

kami, Fraksi Partai Nasional Indonesia (P.N.I.) dapat menerima sepenuhnja rantjangan

Undang-undang ini.

Sekian, Saudara Ketua dan terima kasih.

Ketua : Demikianlah, Saudara-saudara, pemandangan umum dari para anggota dalam

babak kedua.

Sekarang saja persilakan Pemerintah untuk memberikan sedikit keterangan tentang

djawaban Pemerintah terhadap pemandangan umum babak kedua ini.

Mr Sadjarwo, Menteri Pertanian : Saudara Ketua jang terhormat, berhubung dengan

waktunja, saja kira Pemerintah tidak berkesempatan lagi untuk mendjawab pertanjaan-

pertanjaan itu sekarang, dan kami sangat menjesal pula, bahwa nanti malampun kami

belum dapat memberikan djawaban ini, berhubung dengan adanja siding Kabinet nanti

malam jang sangat penting, jang telah diberitahukan kepada Saudara Ketua jang terhormat.

Oleh karenanja, maka Pemerintah ingin minta waktu untuk mendjawab pertanjaan –

pertanjaan dalam babak kedua ini nanti pada hari Senin pagi.

Sekian.

Ketua : Saudara-saudara, usul Pemerintah ini sesuai dengan rentjana kita, jaitu kalau

pembitjaraan ini tidak selesai pada hari ini, bisa dilandjutkan pada hari Senin nanti.

Dapatkah Saudara-saudara menjetudjui?

( R a p a t : Setudju.)

Sekarang ada seputjuk surat dari Pemerintah jang akan saja batjakan, jaitu bunjinja

sebagai berikut :

,,AMAT SEGERA,

Djakarta, 8 Mei 1959

Kepada

Jth. Ketua Dewan Perwakilan Rakjat

di

DJAKARTA

Nomer : 13601/59

Hal : Pembitjaraan dalam D.P.R.

(Pemandangan Umum dst.)

mengenai R.U.U. penetapan

Page 74: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

74

,,U.U. Darurat No. 2 th. 1959

tentang Bintang Garuda”

sebagai Undang-undang.

Berhubung dengan pentingnja atjara dalam rapat Dewan Menteri pada malam hari ini,

maka dengan ini Pemerintah minta dengan hormat agar kiranja pembitjaraan mengenai

rantjangan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959 tentang

Bintang Garuda sebagai Undang-undang, jang menurut atjara akan dilangsungkan pada

malam hari ini djuga, dapatlah ditunda sampai hari Djum’at tanggal 15 Mei 1959 pagi hari.

Besar harapan Pemerintah agar usul ini dapat diterima baik oleh Dewan Perwakilan

Rakjat.

Wakil Perdana Menteri III

Dr J. LEIMENA”.

Saudara-saudara, usul Pemerintah ini kebetulan pula sesuai dengan rentjana atjara

jang kita buat, jaitu bahwa hari Djum’at tanggal 15 itu djuga membitjarakan rantjangan

Undang-undang mengenai Bintang Sakti, Bintang Darma dan Bintang Gerilia.

Apakah usul Pemerintah ini dapat Saudara-saudara terima?

(R a p a t : Setudju.)

Kalau demikian, Saudara-saudara, nanti malam tidak ada rapat. Maka dengan ini

rapat saja tutup.

Rapat ditutup pada djam 11.50.

----------------------------------------

Page 75: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

75

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT REPUBLIK INDONESIA --oOo-- Dikirim tgl. : 12 MEI 1959.- Registrasi No. : 2012 ---------------------------------------- No : 6965/DPR-RI/59 Djakarta, 12 M e i 1959.-

Lampiran :

Perihal : Undangan untuk menhadiri rapat pleno terbuka DPR.- K e p a d a ----------------------------------- MENTERI PERTAHANAN

di

DJAKARTA.-

AMAT SEGERA.

Dengan ini kami beritahukan dengan hormat, bahwa sesuai dengan atjara rapat2 DPR

jang telah ditetapkan, maka DPR akan membitjarakan :

1. Rantjangan Undang2 penetapan Undang2 Darurat No. 2 th. 1959 tentang Bintang

Garuda sebagai undang2 ( Sid. 1959 – P.416 ) ,

2. Rantjangan Undang2 penetapan Undang2 Darurat No. 6 th. 1958 tentang perubahan

dan tambahan mengenai Undang2 No. 65 th. 1958 tentang pemberian tanda

Kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma sebagai undang2 ( Sid. 1959 – P.404 ) ,

3. Rantjangan Undang2 penetapan Undang2 Darurat No. 7 th. 1958 tentang penggantian

peraturan tentang Bintang Gerilja sebagai Undang2 ( Sid. 1959 – P.405 ),

4. Rantjangan Undang2 tentang penerikan kembali Undang2 Darurat No. 13 th. 1955

tentang pentjabutan dan penggantian Undang2 Darurat No. 14 th. 1953 ( Sid. 1959 –

P.411 )

(Pemandangan umum dst.) ,

dalam rapat pleno terbuka pada hari Djum’at pagi tgl. 15-5-1959 mulai djam 08.30 sesudah

selesai pembitjaraan atjara sub a (melandjutkan atjara tgl. 13-5-1959) ; djika belum selesai

pembitjaraan akan dilandjutkan pada malam harinja mulai djam 19.30 dan selandjutnja

pada hari2 :

Selasa tgl. 19-5-1959 siang dan malam,

Rabu “ 20-5-1959 s.d.a.

Djum’at “ 22-5-1959 s.d.a.

Page 76: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

76

Berhubung dengan itu kami minta dengan hormat kedatangan Saudara

Menteri untuk menghadiri rapat DPR pada hari2 dan waktu2 tersebut diatas.-

Page 77: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

77

K E T U A

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

u.b.

Sekertaris Djenderal

TEMBUSAN untuk diketahui disampaikan (ttd. ) Mr. Roesli. Kepada :

1. PERDANA MENTERI , 2. Penghubung Parlemen Kementerian Pertahanan.

----------------------- TJATATAN : Pemandangan umum selesai pada tgl. 15-5-1959 siang. Djawaban

Pemerintah atas pemandangan umum direntjanakan tgl. 19 malam. Rapat pleno tgl. 19 malam tidak mentjapai quorum dan karena itu pembitjaraan diundur sampai tgl. 20-5-1959 malam ( disetudjui oleh rapat pleno tgl. 19-5-1959 malam ).-

Page 78: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

78

Koreksi dari jang bersangkutan supaja disam- paikan kepada Ur. Risalah D.P.R. dalam waktu 2 X 24 djam

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

RISALAH SEMENTARA

(Belum dikoreksi)

Sidang II.

R A P A T 51.

Hari Djum’at, 15 Mei 1959.

(Djam panggilan : 08.30).

Surat-surat masuk --- Rantjangan Undang-undang penetapan ,,Undang-undang Darurat

No. 2 tahun 1959 tentang Bintang Garuda”, sebagai Undang-undang (Sid. 1959, P.416) ---

Rantjangan Undang-undang penetapan ..Undang-undang Darurat No. 6 tahun 1958 tentang

perubahan dan tambahan mengenai Undang-undang No. 65 tahun 1958 tentang pemberian

tanda-tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma”, sebagai Undang-undang (Sid.

1959, P. 404) --- Rantjangan Undang-undang penetapan ,,Undang-undang Darurat No. 7

tahun 1958 tentang penggantian peraturan tentang Bintang Gerilja”, sebagai Undang-

undang (Sid. 1959, P. 405) --- Rantjangan Undang-undang tentang penarikan kembali

Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955 tentang pentjabutan dan penggantian Undang-

undang No. 14 tahun 1953 (Sid. 1959, P. 411).

Ketua : H. Zainul Arifin.

Sekertaris : Mr Djoko Soemarjono.

Jang hadir 172 anngota :

S. Hadikusumo, Ismail Napu, F.C. Palaunsoeka, Anwar Harjono, B.J. Rambitan, H.

Zainal Abidin Ahmad, Rh. Koesnan, Dr H. Ali Akbar, T.S. Mardjohan, H. Zainul Arifin,

Wijono Soerjokoesoemo, Ismangoen Poedjowidagdho, Sjahboeddin Latif, H.A. Chamid

Widjaja, Peris Pardede, R.H. Soetarto Hadisoedibyo, Manai Sophiaan, Winoto

Danuasmoro, Rasjid Sutan Radja Emas, S. Martosoewito, Ajip Muchamad Dzukhri,

Asmadi Tirtooetomo, Singgih Tirtosoediro, Sukatno, I B.P. Manuaba, M. Yunan

Nasution, Ir Thaher Thajeb, Soepeno Hadisiswojo, K.H. Masjkur, Nj. Suharti Suwarto,

K.H. Moh. Dachlan, Usman Muftiwidjaja, Eddie Abdurrahman Martalogawa, M. Saleh

Umar, O. Suriapranata, Mr Djody Gondokusumo, Mr Dr A. M. Tambunan, K.H. Fakih

Page 79: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

79

Usman, Nj. Soepeni, Muh. Sardjan, Soedjono, Mr Sudjono Hardjosudiro, Anwar

Tjokroaminoto, Soedisman, Soedarsono, Husein Kartasasmita, Imam Soetardjo, H.

Munir Abisudjak, Nj. Mahmudah Mawardi, Nj. Oemi Sardjono, Asraruddin, Abdul

Hakim, Drs D.S. Matakupan, Umar Salim Hubeis, Hutomo

Rapat 51.

Supardan, Hartojo Prawirosudarmo, Soetomo alias Bung Tomo, Moersid Idris, Ja’cob

Mahmud, M. Caley, S.D. Bili, Suhardjo, Mr Soeprapto, Moenadir, Murtadji Bisri,

Maniudin Brodjotruno, Abdul Aziz Dijar, Tjoo Tik Tjoen, Sudjito, K.H. Misbach, H.

Moedawari, R.Moh. Saleh Surjaningprodjo, Achmad Sjaichu, Sudojo, Semanhadi

Sastrowidjojo, Soepardi, Dr R. Soeatmadji, Harsono Tjokroaminoto, R.T.A. Moh. Ali

Pratamingkoesoemo, Imam Soeparni Handokowidjojo, R. Poeger, R.K.H. Musta’in, Moh.

Noor Abdoelgani, R. Soehardjo alias Bedjo, H. Andi Sewang Daeng Muntu, Abdul

Rasjid Faqih, Hussein Saleh Assegaff, K.H. Muh. Saifuddin, Nj. Ch. Salawati, H.

Senduk, H. Moeh. Akib, Moh. Soleman, M. Sondakh, W.L. Tambing, Selamat Ginting,

Jusuf Adjitorop, M. Siregar, Sahar gelar Sutan Besar, Nja’Diwan, K.H. Masjhur Azhari,

Dr Moh. Isa, Nungtjik A.R., Djadil Abdullah, Saalah Jusuf Sutan Mangkuto, M.O.

Bafadhal, V.B. Saka, I Made Sughita, Drs J. Piry, I G.G. Subamia, Kiagus Alwi,

Anuarbek, L. Kape, Abdulmutalib Daeng Talu, Moh. Thajib Abdullah, Chr. J. Mooy, R.

Darsono, Osa Maliki, M. Ardiwinangun, Muhammad Ahmad, R. Ido Garnida, Uwes

Abubakar, Doedi Soemawidjaja, R.Gatot Mangkupradja, Muh. Fadil Dasuki, Sastra, Nj.

Djunah Pardjaman, A. Nunung Kusnadi, S.M. Thaher, Soelaeman Widjojosoebroto,

E.Moh. Mansjur, Pandoe Kartawigoena, Nj.S. Marijamah Djoenaidie, Soelardi, Siswojo,

Nj. Sundari Abdulrachman, Kasim, Nj. Sutijah Surya Hadi, Nj. Sunarjo Mangunpuspito,

R.W. Probosuprodjo, S. Danoesoegito, Soetjipto, Soekamsi Djojoadiprodjo, Djadi

Wirosubroto, K.H. Muslich, Soetoko Djojosoebroto, Rs. Wirjosepoetro, R.G. Doeriat,

Soesilo Prawirosoesanto, Notosoekardjo, Mr Moh. Dalijono, H. Zain Alhabsji, Moh.

Anwar Zain, Daeng Mohamad Ardiwinata, Subadio Sastrosatomo, Z. Imban, Basjid,

Jahja Siregar, Ahem Erningpradja, Mr Imron Rosjadi, Moh. Isnaeni, Nj. Suzanna

Hamdani, Muh. Padang, Silas Papare, A.B. Karubuy, Tan Kiem Liong, Oei Tjeng Hien,

H.J.C. Princen, R.Ch.M. Du Puy, E.F. Wens, J.R. Koot, Ang Tjiang Liat.

Wakil Pemerintah : 1. Dr J. Leimena, Wakil Perdana Menteri III;

2. A. M. Hanafi, Menteri Negara.

Ketua : Saudara-saudara, rapat saja buka.

Jang hadir ada 137 anggota.

Atjara pada pagi ini ialah :

I. Surat-surat masuk.

Page 80: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

80

II. a. Rantjangan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959

tentang Bintang Garuda sebagai Undang-undang (Sid. 1959, P. 416) ;

b. Rantjangan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat No. 6 tahun 1958

tentang perubahan dan tambahan mengenai Undang-undang No. 65 tahun 1958

tentang pemberian tanda-tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma,

sebagai Undang-undang (Sid. 1959, P. 404) ;

Rapat 51.

c. Rantjangan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat No. 7 tahun 1958

tentang penggantian peraturan tentang Bintang Gerilja, sebagai Undang-undang (Sid.

1959, P. 405) ;

d. Rantjangan Undang-undang tentang penarikan kembali Undang-undang Darurat No.

13 tahun 1955 tentang pentjabutan dan penggantian Undang-undang No. 14 tahun

1953 (Sid. 1959, P 411).

Saudara-saudara, surat-surat masuk tidak ada, djadi kita dapat segera memulai dengan

atjara kita jaitu mengenai 4 rantjangan Undang-undang tersebut.

Saudara-saudara, keempat rantjangan Undang-undang ini semuanja mengenai

Kementerian Pertahanan dan keempat-empatnja mengenai pemberian bintang.

Saja rasa ada baiknja untuk kita lakukan tjara pembitjaraan mengenai rantjangan

Undang-undang ini sebagaimana biasanja, ialah Pemerintah lebih dahulu memberikan

pendjelasan tambahan mengenai rantjangan Undang-undang jang langsung dibawa dalam

rapat pleno ini. Atjara ini hanja menjangkut satu kementerian dan satu matjam djuga

atjaranja, maka ada baiknja kalau Menteri Pertahanan memberikan pendjelasan lisan itu

sekaligus mengenai keempat-empatnja dengan tentunja satu-satu diperintji.

Kemudian djuga para anggota dapat memberikan pemandangan umumnja satu kali

dengan djuga satu-satunja diperintji. Dan pada pengesahannja nanti barulah satu persatu

kita sahkan.

Tjara jang demikian ini saja sarankan untuk memudahkan para pembitjara naik-turun

kemimbar.

Bagaimana kalau kebidjaksanaan ini kita lakukan dalam hal ini, apakah tidak ada jang

keberatan?

(R a p a t : Setudju.)

Saudara-saudara, baiklah kita mulai dengan mempersilakan Saudara Wakil Pemerintah

untuk memberikan tambahan pendjelasannja.

Dr J. Leimena, Wakil Perdana Menteri III, Menteri Pertahanan a.i. : Saudara Ketua

jang terhormat, saja akan memberikan sekedar pendjelasan mengenai rantjangan Undang-

undang tentang penetapan Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959 tentang pemberian

Page 81: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

81

tanda kehormatan Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1959 No. 19) sebagai Undang-

undang.

Saudara Ketua jang terhormat, Pemerintah mengutjapkan diperbanjak terima kasih atas

kesediaan Dewan Perwakilan Rakjat untuk membitjarakan rantjangan Undang-undang

tersebut dalam rapat pleno ini.

Sebagaiman telah dikemukakan oleh Pemerintah dalam suratnja kepada Ketua Dewan

Perwakilan Rakjat tertanggal 16 April 1959 No. 11593, maka Pemerintah pada waktu itu

bermaksud untuk memberikan pada hari peringatan ulang tahun ke-13 dari Angkatan Udara

Republik Indonesia, jang diselenggarakan pada tanggal 17 April 1959, Bintang Garuda

kepada beberapa anggota Angkatan Udara Republik Indonesia setjara anumeria, dan ini

sebagai gelombang pertama.

Rapat 51.

Pemerintah telah memutuskan untuk mengatur soal pemberian tanda kehormatan

Bintang Garuda dengan Undang-undang, tetapi, Saudara Ketua, berhubung dengan dengan

mendesaknja keadaan dan sempitnja waktu, maka pada tanggal 16 April tahun 1959 untuk

hal ini telah ditetapkan dan diundangkan Undang-undand Darurat No. 2 tahun 1959.

Undang-undang Darurat mengenai pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda ini

bersama dengan Undang-undang tentang pemberian tanda-tanda penghargaan

satyalantjana-satyalantjana (Undang-undang No. 70 tahun 1958) dan Undang-undang

tentang pemberian tanda-tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma (Undang-

undang No. 65 tahun 1958), semuanja ini sesungguhnja merupakan satu rangkaian

perundang-undangan jang mengatur pemberian tanda-tanda penghargaan dan kehormatan

dalam bidang kemiliteran.

Saudara Ketua jang terhormat, dalam pada itu saja minta perhatian siding Dewan

Perwakilan Rakjat jang terhormat, bahwa dalam bidang kemiliteran ternjata perlu

diperhitungkan adanja djasa-djasa jang bersifat chusus jang memerlukan penghargaan

chusus pula, misalnja penghargaan terhadap djasa-djasa dilapangan militer, sebagaimana

jang diatur dalam rantjangan Undang-undang jang kita hadapi bersama hari ini.

Adapun sari dari pada peraturan ini ialah untuk memberikan penghargaan kepada para

anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang bertugas diudara dan jang setjara aktif

telah melakukan tugas-tugas penerbangan jang sangat berbahaja dalam masa tahun-tahun

perdjuangan kemerdekaan Republik Indonesia antara tahun 1945 sampai dengan achir

tahun 1949.

Saudar Ketua, barangsiapa jang mengetahui keadaan Angkatan Udara kita dilihat dari

sudut equipment, tugas jang harus didjalankan dengan equipment tersebut, ia dapat

mengerti bahwa tiap-tiap flight mengandung resiko jang sangat besar.

Page 82: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

82

Oleh karena tiu, penerbang-penerbang kita pada masa itu dapat dianggap sebagai

pelopor penerbang Indonesia pada umumnja dan Angkatan Udara Republik Indonesia pada

chususnja.

Sebagian besar dari pelopor-pelopor itu telah gugur dalam menunaikan tugasnja jang

sangat berbahaja itu.

Kepada pelopor-pelopor jang telah gugur itu, Pemerintah merasa sudah pada tempatnja

untuk memberikan penghargaannja tepat pada tanggal 17 April 1959 jang lalu, sebagai hari

jang istimewa jang bersedjarah untuk Angkatan Udara Republik Indonesia dalam fase

konsolidasinja, jang merupakan landasan bagi pembangunan selandjutnja.

Untuk memberikan tanda penghargaan itu pada tanggal 17 April, maka Pemerintah

memutuskan untuk mengadakan Undang-undang Darurat sehingga diperoleh dasar hokum

bagi pemberian Bintang Garuda itu.

Seperti Saudara Ketua telah mengetahui, pada tanggal 17 April jang lalu itu

Presiden/Panglima Tertinggi telah menganugerahkan kepada 16 (enam belas) anggota

Angkatan Udara Republik Indonesia setjara anumerta Bintang Garuda itu : nama-namanja

adalah sebagai berikut :

Rapat 51.

1. Almarhum A. Adisutjipto, Laksamana Muda Udara ;

2. “ Dr Abdulrachman Saleh, Laksamana Muda Udara :

3. “ Abdulhalim Perdanakusuma, Laksamana Muda Udara ;

4. “ Iswahjudi, Kolonel Udara ;

5. “ Rachmat Husein Sastranegara, Letnan Kolonel Udara ;

6. “ Sunarjo, Major Udara ;

7. “ A. D. Tarsono Rudjito, Major Udara ;

8. “ R. Santosa, Kapten Udara ;

9. “ B. Saptoadji, Kapten Udara ;

10. “ Adisumarmo Wirjokusumo, Kapten Udara ;

11. “ I. J. Londa, Letnan Udara I ;

12. “ Wim Prajitno, Letnan Udara I ;

13. “ Sunharto, Letnan Udara I ;

14. “ Salim Nahdi, Letnan Muda Udara I ;

15. “ Surjatman, Sersan Major Udara ;

16. “ Prasodjo, Sersan Major Udara.

Saudara Ketua jang terhormat, sekianlah pendjelasan mengenai rantjangan Undang-

undang ini, mudah-mudahan rantjangan Undang-undang ini dapat diterima baik oleh

sidang Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat.

Page 83: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

83

Sebelum saja achiri pendjelasan mengenai rantjangan Undang-undang ini, Saudara

Ketua, ada baiknja kalau saja kemukakan beberapa koreksi didalam pasal 2 ajat 1 dari pada

rantjangan Undang-undang ini. Kalau Saudara Ketua membatja pasal 2 ajat 1, maka disitu

tertulis ,,Bintang Garuda beebentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, ialah sebuah bintang

berlapis tiga, dibuat dari logam berwarna perunggu dengan garis tengah 48 milimeter.

Koreksinja ialah :

Dibelakang perkataan ,,militer:” disisipkan huruf ,,a” , seterusnja berbunji : ,,Lapisan

pertama sebagai dasar jang berbentuk bintang bersudut besar-ketjil sepuluh dengan tiap

udjung sudut besar terdapat bulatan ketjil”;

Kemudian disisipkan huruf b.

Lantas seterusnja berbunji, lapisan kedua berbentuk bundar dengan garis tengah 25

milimeter dan terdapat tulisan ,,1945 Garuda 1949” . Djadi perkataan-perkataan ,,terdapat

diatasnja” , dihapuskan.

Kemudian disisipkan huruf c, dan seterusnja berbunji : ,,lapisan ketiga berbentuk

lukisan lambing Angkatan Udara Republik Indonesia ,,Swabhuwana Pakasa” jang terdiri

dari : seekor burung garuda”, jang seterusnja mendjadi : ,,menegakkan sajapnja setinggi-

tingginja, 5 putjuk anak panah ......” dan seterusnja.

Djadi perkataan-perkataan ,,menebarkan sajapnja selebar-lebarnja” diubah

mendjadi ,,menegakkan sajapnja setinggi-tingginja”.

Demikianlah koreksi jang diadakan didalam pasal 2 ajat 1.

Rapat 51.

Sekian, Saudara Ketua, pendjelasan mengenai tanda-tanda kehormatan Bintang Garuda

itu.

Sekarang, Saudara Ketua, saja akan mengemukakan pendjelasan Pemerintah

mendjelang pembitjaraan rantjangan Undang-undang mengenai penetapan Undang-undang

Darurat No. 6 tahun 1958 tentang perubahan dan tambahan Undang-undang No. 65 tahun

1958 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma (Lembaran

Negara tahun 1958 N0. 116) sebagai Undang-undang.

Saudara Ketua, Pemerintah berpendapat bahwa dalam bidang kemiliteran sudah

sewadjarnja diperhatikan dan dihargai djasa luar biasa untuk kemadjuan dan pembangunan

Angkatan Perang Republik Indonesia jang telah disumbangkan oleh siapapun, baik ia

warga-negara maupun orang asing. Bagi anggota Angkatan Perang, jang menjumbangkan

djasa bakti jang memberikan keuntungan luar biasa guna kemadjuan Angkatan Perang dan

Negara untuk diberi bintang darma, berlaku peraturan jang termuat dalam Undang-undang

No. 65 tahun 1958 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma.

Undang-undang itu perlu ditambah dan diubah sehingga memungkinkan pemberian

Bintang Darma setjara meluas, agar bintang itu dapat diberikan kepada seorang warga-

Page 84: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

84

negara Indonesia umum bukan tentara, dan kepada orang asing dan djikalau perlu dengan

prosedur jang menjimpang dari jang telah ditetapkan dalam Undang-undang No. 65 tahun

1958 tersebut.

Dalam pada itu kekurangan dalam Undang-undang No. 65 tahun 1958 merupakan hal

jang segera harus diatasi pada waktu Pemerintah dihadapkan pada usul dan urgensi

disekitar pemberian Bintang Darma kepada orang-orang tertentu.

Untuk itu Pemerintah dapat mempertanggung-djawabkannja untuk mengadakan

Undang-undang Darurat No. 6 tahun 1958 tentang perubahan dan tambahan Undang-

undang No. 65 tahun 1958 sesuai dengan kebutuhan jang saja uraikan tadi.

Demikianlah, Saudara Ketua, pendjelasan Pemerintah mendjelang pembitjaraan

disekitar rantjangan Undang-undang tentang Undang-undang Darurat No. 6 tahun 1958

sebagai Undang-undang.

Sekarang saja meningkat kepada pendjelasan Pemerintah mendjelang pembitjaraan

rantjangan Undang-undang mengenai penetapan Undang-undang Darurat No. 7 tahun 1958

tentang penggantian peraturan tentang Bintang Gerilja sebagai Undang-undang.

Saudar Ketua jang terhormat, djuga Pemerintah mengutjapkan terima kasihnja atas

kesediaan Dewan Perwakilan Rakjat untuk membitjarakan hal ini didalam rapat pleno pagi

hari ini. Berhubungan dengan rantjangan Undang-undang jang baru saja sebutkan itu,

Pemerintah ingin mengemukakan beberapa hal itu sebagai berikut :

Pada waktu sekarang tidak sedikit diantara bagsa kita, dan dalam pada itu Kepala

Negara tidak diketjualikan, telah menerima tanda penghargaan dari suatu Pemerintah

Negara asing berupa bintang dan lain-lain sebagainja, atas djasa jang telah

disumbangkannja itu.

Rapat 51.

Berhubung dengan itu mengingat adanja usaha timbale-balik atau reciprociteit jang

berlaku dalam hubungan internasional, maka Pemerintah menganggap perlu untuk

membuka kemungkinan akan pemberian tanda penghargaan kepada warga-negara asing

jang memenuhi sjarat-sjarat tertentu.

Seperti Saudara Ketua ketahui, Bintang Gerilja mempunjai hubungan jang sangat erat

dengan djasa-djasa, keberanian dan lain-lain sebagainja dalam perang gerilja untuk

mentjapai kemerdekaan nusa dan bangsa.

Dan pada suatu ketika berhubung dengan kundjungan balasan Paduka Jang Mulia

Presiden Jugoslavia Josip Broz Tito ke Indonesia dalam achir bulan Desember tahun 1958,

Pemerintah bermaksud untuk memberikan kepadanja Bintang Gerilja, karena tanda

penghargaan inilah jang setepat-tepatnja baginja mengingat djasa-djasanja untuk

perdjuangan negaranja dengan melakukan perang gerilja.

Page 85: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

85

Saudara Ketua, untuk memungkinkan pemberian Bintang Gerilja kepada Presiden Tito

chususnja dan pada orang-orang asing terkemuka pada umumnja sebagai penghormatan

atas djasa mereka untuk perdjuangan negaranja masing-masing, maka perlu ditindjau

kembali Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1959 jang mengatur Bintang Gerilja dan perlu

diadakan perubahan dan penambahan kepada peraturan tersebut. Letaknja perubahan dan

penambahan dari pada peraturan jang termaktub dalam Peraturan Pemerintah No. 8 tahun

1959, ialah pada :

1. Penjisipan ketentuan baru jang memungkinkan pemberian Bintang Gerilja kepada

warga-negara asing jang memenuhi sjarat-sjarat tertentu.

Saudara Ketua, ketentuan tersebut terdapat dalam pasal 11 rantjangan Undang-undang

dan jang berbunji sebagai berikut : ,,Dengan menjimpang dari ketentuan-ketentuan diatas,

Presiden/Panglima Tertinggi dapat memberikan anugerah Bintang Gerilja kepada warga-

negara asing terkemuka sebagai penghormatan Republik Indonesia atas djasa-djasanja

untuk perdjuangan negaranja masing-masing.

2. Penjempurnaan sistematik peraturan bagi peraturan tentang pemberian tanda

penghargaan segaris dengan sistematik jang dipakai dalam Undang-undang No. 65 tahun

1958 dan Undang-undang No. 70 tahun 1958. Berhubung dengan sistematik itu dapat

disebut disini soal urutan tingkat Bintang Gerilja dalam rangkaian tanda-tanda penghargaan

jang ada.

3. Penjempurnaan isi peraturan mengenai Bintang Gerilja dengan menjesuaikan tjara

pemberian bintang tersebut dengan ketata-negaran kita dewasa ini dan mengatur ketentuan

mengenai sjarat-sjarat pentjabutan jang lebih gedetaileerd dari pada jang terdapat dalam

Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1959, satu sama lain mentjontoh kepada Undang-undang

No. 65 dan No. 70 tahun 1958.

Saudara Ketua, perubahan dan penambahan jang saja uraikan tadi perlu

diselenggarakan dengan sebuah Undang-undang, sekalipun peraturan aslinja adalah suatu

Peraturan Pemerintah. Hal ini disebabkan karena materinja menurut pasal 87 Undang-

undang Dasar Sementara adalah materi Undang-undang.

Rapat 51.

Saudara Ketua, sebagai Saudara Ketua ketahui, Presiden Tito mengadakan kundjungan

pada achir bulan Desember 1958.

Dan Pemerintah bermaksud untuk menganugerahkan Bintang Gerilja kepadanja dan

oleh karena itu Pemerintah terpaksa mendaruratkan rantjangan Undang-undang Bintang

Gerilja jang telah disiapkan itu, Undang-undang Darurat mana sekarang dikemukakan

kepada Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat untuk ditetapkan sebagai Undang-undang.

Sekianlah pendjelsan Pemerintah mengenai Undang-undang Bintang Gerilja.

Page 86: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

86

Jang terachir, Saudara Ketua, ialah pendjelasan Pemerintah mendjelang pembitjaraan

rantjangan Undang-undang mengenai penarikan kembali Undang-undang Darurat No. 13

tahun 1955 tentang pentjabutan dan penggantian Undang-undang No. 14 tahun 1953.

Saudara Ketua, berhubung dengan diadjukannja rantjangan Undang-undang tentang

penarikan kembali Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955 kepada Dewan Perwakilan

Rakjat jang terhormat, perlu kiranja sedikit pendjelasan tentang isi Undang-undang Darurat

tersebut dan kedudukannja dalam tata hokum Republik Indonesia dewasa sekarang.

Seperti Saudara Ketua mengetahui, Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955 jang

mentjabut dan mengganti peraturan jang termaksud dalam Undang-undang No. 14 tahun

1953, membuka kemungkinan akan perlakuan istimewa dari anggota tentara jaitu dari

golongan-golongan jang diterima dalam Angkatan Perang sebelum 1 Djanuari tahun 1953

jang dimaksudkan untuk diberhentikan dengan hormat karena sesuatu hal.

Adapun perlakuan jang dimaksud, jang berupa pennon-aktipan dari djabatan dalam

dinas tentara dan selama pennon-aktipan itu jang berlangsung selama-lamanja 3 tahun, jang

bersangkutan mendapat penghasilan sebagai jang ditetapkan didalam Undang-undang No.

13 tahun 1955. Lagipula mereka mendapat bantuan dari pemngembaliannja

kepenampungannja kedalam masjarakat, pula pada achir waktu diperlakukan sebagai jang

dimaksud itu mereka itu diberhentikan dari dinas ketentaraan.

Saudara Ketua, sedjak berlakunja Undang-undang Darurat No. 26 tahun 1957, pada

tanggal 10 Agustus Undang-undang Darurat mana kemudian ditetapkan sebagai Undang-

undang jaitu Undang-undang No. 19 tahun 1958 tentang Militer Sukarela, berlakulah satu

system baru mengenai golongan tentara jang diterima dalam Angkatan Perang sebelum 1

Djanuari tahun 1953, sebab golongan inilah jang mempunjai kepentingan dalam Undang-

undang Darurat No. 13 tahun 1955.

Sistim baru itu dapat dirumuskan sebagai berikut :

Mereka jang dianggap telah memenuhi ikatan dinas pertama dan mereka jang

diberhentikan dari dinas ketentaraan ketjuali djika ikatan dinas tersebut diperpandjang.

Djadi menurut prinsip jang berlaku, maka Undang-undang Darurat No. 13 tahun1955

sedjak berlakunja Undang-undang No. 26 tahun 1957 tentang Militer Sukarela disusul oleh

peraturan jang ada, sudah tidak berlaku lagi. Dan agar djangan ada keragu-raguan

Rapat 51.

mengenai hal ini, maka disusul disini oleh Pemerintah penarikan kembali Undang-undang

Darurat tersebut terhitung tanggal 10 Agustus 1957. Dan agar djangan ada pihak jang

dirugikan c.q. mereka jang ada pada tanggal 10 Agustus 1957 mendapat perlakuan

berdasarkan Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955 itu, ditetapkan, bahwa mereka it

uterus mendapat perlakuan tersebut sampai berachirnja djangka waktu perlakuan itu.

Page 87: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

87

Saudara Ketua, mengingat uraian jang saja adjukan tadi, maka dapat dikatakan bahwa

pentjabutan Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955 dengan Undang-undang jang

rantjangannja sedang kita hadapi sekarang ini, sebenarnja merupakan suatu formaliteit

belaka. Karena itu Pemerintah berharap Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat dapat

menjetudjuinja,

Sekianlah, Saudara Ketua, pendjelasan-pendjelasan mengenai ke-4 rantjangan Undang-

undang ini.

Ketua : Saudara-saudara, setelah Pemerintah memberikan tambahan pendjelasan,

maka sekarang tibalah waktunja bagi Saudara-saudara untuk memberikan pemandangan

umum.

Saudara-saudara, pada saja telah tertjatat 5 pembitjara dan kemudian ternjata

bertambah dengan 4 pembitjara lagi sehingga mendjadi 9 pembitjara jaitu Saudara-

saudara :

Rasjid Faqih, Selamat Ginting, Soepardi, Nj. Ch. Salawati, E.Moh. Mansjur, Ajip

Moh. Dzukhri, Sukatno, Mardjohan, Misbach.

Saudara-saudara, djadi ada 9 orang anggota jang akan berbitjara dalam pemandangan

umum babak pertama ini.

Sekarang saja persilakan Saudara Rasjid Faqih.

Abdul Rasjid Faqih : Saudara Ketua jang terhormat, assalamu’alaikum

warahmatullahi wabarakatuh.

Dalam kesempatan ini saja akan berbitjara mengenai rantjangan Undang-undang

tentang penetapan Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959 tentang Bintang Garuda

sebagai Undang-undang dan mengenai rantjangan Undang-undang tentang penarikan

kembali Undang-undang Darurat No. 15 tahun 1955 tentang pentjabutan dan penggantian

Undang-undang No. 14 tahun 1953.

Saudara Ketua jang terhormat, mengenai rantjangan Undang-undang pemberian tanda

kehormatan Bintang Garuda, beberapa waktu jang lalu, Dewan Perwakilan Rakjat ini telah

membitjarakan dan menerima beberapa rantjangan Undang-undang jang berhubung dengan

masalah pemberian tanda-tanda kehormatan kepada anggota-anggota Angkatan Perang kita

jang telah berdjasa dalam menunaikan tugas kewadjibannja terhadap bangsa dan Negara,

misalnja rantjangan Undang-undang tentang pemberian Bintang Sakti, Bintang Darma dan

lain-lain.

Sambutan dan penerimaan baik dari Dewan Perwakilan Rakjat terhadap semuanja itu

adalah pada tempatnja dan sewadjarnja.

Sekarang Dewan Perwakilan Rakjat sedang menghadapi lagi satu rantjangan Undang-

undang, ialah rantjangan Undang-undang tentang pemberian tanda kehormatan Bintang

Page 88: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

88

Garuda kepada anggota-anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang telah berdjasa

didalam melakukan tugas kewadjibannja diudara dimasa kegiatannja penerbangan dalam

djangka waktu antara tahun 1945 sampai dengan achir tahun 1949 dan jang setjara aktif

telah melakukan tugas-tugas penerbangan.

Saudara Ketua jang terhormat, sebagaimana dengan tugas anggota-anggota Angkatan

Darat dan Angkatan Laut kita, maka tugas dari anggota-anggota Angkatan Udara kita

adalah sangat berat pula didalam kedudukannja sebagai alat Negara dan pelindung rakjat

dari Negara Republik Indonesia.

Walaupun saja belum pernah mengikuti dan menjaksikan dengan mata kepala sendiri

bagaiman Angkatan Udara kita melaksanakan tugas kewadjibannja diudara menentang

musuh, akan tetapi sesudah mendapat kesempatan pada permulaan tahun 1959 ini

menindjau beberapa pangkalan udara kita, ialah dikala Seksi Pertahanan Parlemen

mengadakan penindjauan di Djawa Barat, dimana saja dengan mata kepala sendiri

menjaksikan bermatjam-matjam latihan jang dipertundjukkan oleh pemuda-pemuda kita

dari Angkatan Udara Republik Indonesia diantara lain latihan-latihan jang diadakan oleh

murid-murid dari sekolah pelontjat pajung udara, maka saja berani menjatakan disini,

bahwa anggota-anggota Angkatan Udara kita sungguh amat berat tugasnja sebagai alat

Negara dan pelindung rakjat.

Saudara Ketua jang terhormat, hal ini perlu saja singgung disini dengan maksud agar

mendapat perhatian dari Pemerintah.

Perhatian bukanlah berarti hanja memberikan tanda-tanda penghargaan jang berupa

serba rupa bintang-bintang, akan tetapi jang terpenting ialah memperhatikan kepentingan

mereka itu dengan sebaik-baiknja, baik djasmani maupun rochani.

Pada tempat-tempat pendidikan dan latihan jang telah dikundjungi oleh anggota-

anggota Seksi Pertahanan Parlemen jang telag saja njatakan tadi, sungguh kita terasa

bangga betapa besar semangat dan kesanggupan dari anggota-anggota Angkatan Udara

Republik Indonesia didalam melakukan tugas kewadjibannja, beladjar dan mengadjar,

menerima pendidikan dan memberikan pendidikan melatih diri dan memberikan latihan.

Tetapi terasa sekali, masih banjak keperluan-keperluan dan kebutuhan-kebutuhan

mereka itu jang belum tjukup mendapat perhatian dari Pemerintah. Jang dapat saja

kemukakan disini misalnja tentang kekurangan tenaga guru, untuk mendidik tjalon-tjalon

penerbang dan pelontjat pajung udara. Hingga menurut keterangan dari seorang perwira

bahwa sebenarnja untuk seseorang guru pada sekolah penerbang, sebanjak-banjaknja harus

terbang hanja tiga djam sehari. Tetapi apa jang terdjadi selama dua tahun ini karena

kekurangan guru, maka seseorang guru terpaksa harus terbang sampai enam atau tudjuh

djam sehari.

Utjapan jang ichlas dan berterus terang dari seorang perwira jang mengetahui seluk-

beluk tentang penerbangan, kami betul-betul sangat harapkan agar mendapat perhatian

Page 89: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

89

Rapat 51.

sepenuhnja dari Pemerintah, dan segera pula Pemerintah memenuhi semua kekurangan-

kekurangan itu.

Saudara Ketua jang terhormat, sekarang saja kembali kepada rantjangan Undang-

undang ini, berhubung rantjangan Undang-undang jang sedang kita bahas sekarang ini

adalah sekedar untuk mengesahkan Undang-undang Darurat jang telah berlaku, maka saja

usulkan agar pembitjaraannja tjukuplah dalam satu babak sadja. Dan terhadap rantjangan

Undang-undang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda itu, fraksi saja Fraksi

Masjumi dari atas mimbar ini menjatakan persetudjuan sepenuhnja. Dan sebelum uraian

saja ini saja achiri, saja ingin mengadjukan pertanjaan-pertanjaan kepada Pemerintah

sebagai berikut :

Bab I pasal 1

1. Apakah dasar Pemerintah menetapkan dalam djangka waktu antara tahun 1945 sampai

dengan achir 1949

2. Mengingat bahwa dasar dari pemberian Bintang Garuda ini adalah antara tahun 1945

sampai dengan tahun 1949, apa sebabnja Undang-undang Darurat ini baru dikeluarkan

pada tahun 1959?

Artinja 10 tahun sesudah melakukan kegiatan-kegiatan penerbangan dalam djangka

waktu antara tahun 1945 samapi dengan 1949?

Bab V pasal 10

3. Berapakah djumlah anggota Angkatan Udara jang dikeluarkan dari dinas ketentaraan

dengan atau tidak dengan pentjabutan hak untuk masuk dalam dinas angkatan

bersendjata?

4. Berapakah djumlah anggota Angkatan Udara jang dikenakan hukuman karena sesuatu

kedjadian terhadap keamanan Negara atau karena desersi?

5. Berapakah djumlah anggota Angkatan Udara jang dikenakan hukuman pendjara jang

lamanja lebih dari satu tahun atau dikenakan matjam hukuman jang lebih berat?

6. Berapakah djumlahnja jang telah diberhentikan dai dinas ketentaraan tidak dengan

hormat?

Mengenai bab XI pasal 11

7. Menurut tjatatan Pemerintah berapakah dari warga-negara Indonesia bukan anggota

Angkatan Udara jang akan diberikan kepada mereka Bintang Garuda?

8. Adakah dari warga-negara asing jang melakukan suatu perintah Angkatan Udara jang

akan diberikan Bintang Garuda?

Sekianlah mengenai rantjangan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat No.

2 tahun 1959 tentang Bintang Garuda, dan sekarang saja akan memasuki pembitjaraan

Page 90: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

90

mengenai rantjangan Undang-undang tentang penarikan kembali Undang-undang Darurat

No. 15 tahun 1959.

Terhadap rantjangan Undang-undang ini karena sebagai apa jang diutjapkan oleh

Pemerintah tadi hanja sekedar memformilkan sadja tentang penarikan kembali

Rapat 51.

rantjangan Undang-undang Darurat No. 15 tahu 1955 itu maka fraksi sajapun dapat

menerimanja dengan sepenuhnja.

Sekian, terima kasih.

Ketua : Saja persilakan Saudara Selamat Ginting

Selamat Ginting : Saudara Ketua, dalam kita memperkatakan rantjangan Undang-

undang tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda kami ingin mendapat

keterangan dari Pemerintah, apakah kiranja jang mendesak, jang mengharuskan Pemerintah

untuk mendaruratkan terlebih dulu Undabg-undang tentang pemberian Bintang Garuda ini.

Adalah djanggal sesuatu Undang-undang didaruratkan sedangkan Dewan Perwakilan

Rakjat hanja tinggal 4 hari lagi akan bersidang dari tanggal Undang-undang jang

didaruratkan itu. Kalau bukan ada hal jang sangat penting dan mendesak apakah bukan ini

berari bahwa Pemerintah agak ragu-ragu tentang kesanggupan Dewan Perwakilan Rakjat

untuk menjelesaikan Undang-undang ini dengan tjepat.

Saudara Ketua, mengenai materi dari rantjangan Undang-undang ini fraksi kami

berpendapat bahwa soalnja adalah sama sadja dengan Undang-undang jang sedjenis dengan

itu dan sudah ada beberapa buah jang diadjukan oleh Dewan Perwakilan Rakjat ini. Akan

tetapi ada beberapa persoalan jang kami ingin mendapat keterangan dari Pemerintah :

1. Apakah jang menyebabkan Pemerintah merasa perlu mengadakan tanda kehormatan

chusus bagi tentara jang bertugas chusus dalam bidang penerbang militer. Saja kira

Pemerintah djuga masih ingat untuk para anggota Angkatan Perang sudah tersedia Bintang

Sakti dan Bintang Darma, termasuk dalam hal ini djuga untuk Angkatan Udara.

Bagi mereka jang telah gugur dapat djuga diberikaan Bintang Sakti dan Bintang Darma,

karena didalam Undang-undang tentang pemberian Bintang Sakti dan Bintang Darma,

djuga termuat pemberian setjara anumerta.

2. Dengan adanja Undang-undang jang chusus buat Angkatan Udara Republik

Indonesia ini apakah nanti tidak diperlukan pula chusus untuk Angkatan Laut, Kepolisisan

Negara dan Angkatan Darat. Saja kira kalau kita mengadakan pendjenisan dari tanda

kehormatan ini, tentu angkatan lainnjapun membutuhkan pula. Disamping itu perlu

mendapat perhatian Pemerintah dari bunji teks rantjangan Undang-undang ini, jang

berbunji demikian :

Page 91: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

91

,,Kepada anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang bertugas diudara, dimana

kegiatan-kegiatan penerbangan dalam djangka waktu antara tahun 1945 sampai achir tahun

1949dan jang setjara aktif telah melakukan tugas-tugas penerbangan, diberikan anugerah

tanda kehormatan berupa bintang djasa jang bernama Bintang Garuda”. Ternjata Bintang

Garuda ini dichususkan buat mereka jang bertugas chusus dalam bidang penerbangan.

Bagaimana pula haknja dengan front personiljang djuga

Rapat 51.

melakukan tugas-tugas setjara aktif dalam djangka waktu tahun 1945 dan tahun 1949 jang

dalam rantjangan Undang-undang ini tidak disebut.

Demikian djuga dengan persendjataan dan diensten lainnja, apakah ini tidak pula nanti

mengakibatkan perlunja ada lagi tanda-tanda kehormatan jang chusus pula untuk berbagai-

bagai persendjataan )wapenen) dan diensten, dinas-dinas dari seluruh Angkatan Perang kita.

Saudara Ketua, andaikata Pemerintah masih akan mengadjukan lagi berbagai-bagai

bintang dan tanda-tanda kehormatan, baik untuk masing-masing angkatan, maupun untuk

berbagai-bagai wapenen dan diensten, saja kira sebaiknja supaja rantjangan Undang-

undang ini dilengkapi sekaligus dimuat dalam satu Undang-undang dan segalanja keperluan

kita akan berbagai-bagai bintang-bintang dan tanda-tanda kehormatan.

Untuk menentukan pendirian kami terachir, kiranja kami perlu mendapat keterangan

lebih landjut dari Pemerintah atas hal-hal jang kami sebutkan diatas tadi.

Saudara Ketua, mengenai rantjangan Undang-undang Darurat No. 6 tahun 1958,

tentang perubahan dan tambahan Undang-undang No. 65 tahun 1958, tentang pemberian

tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma (Lembaran Negara tahun 1958 No.

153) sebagai Undang-undang, fraksi kami ingin minta perhatian Pemerintah atas beberapa

persoalan.

Pada waktu kita membitjarakan tentang pemberian Bintang Sakti dan Bintang Darma

di Dewan Perwakilan Rakjat ini, kami sudah mengemukakan kepada Pemerintah bahwa

hendaknja pemberian Bintang Darma itu dimungkinkan djuga kepada warga-negara

Indonesia bukan anggota Angkatan Perang, akan tetapi Pemerintah merasa pada waktu itu

bahwa pemberian Bintang Darma itu perlu dichususkan untuk militer sadja.

Sekarang ternjata Pemerintah kembali pula merasa perlu memberikan Bintang Darma

kepada warga-negara Indonesia bukan anggota Angkatan Perang. Kami ingin mendapat

keterangan dari Pemerintah, apakah sebabnja pemberian Bintang Darma itu kepada warga-

negara Indonesia perlu menjimpang dari ketentuan-ketentuan jang telah ada, pada Undang-

undang tentang Bintang Sakti dan Bintang Darma.

Kami berpendapat bahwa pemberian Bintang Darma itu atau bintang apa sekalipun

kepada semua warga-negara Indonesia, perlu disama-ratakan sjarat-sjaratnja.

Page 92: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

92

Kalau sekarang Pemerintah merasa sudah perlu dapat menjerahkan Bintang Darma

kepada warga-negara Indonesia, menurut hemat kami ada baiknja kalau kita mengubah

sadja pasal jang bersangkutan dalam Undang-undang No. 65 tahun 1958.

Misalnja, Saudara Ketua, dalam pasal 7 dar pada Undang-undang tentang Bintang

Sakti dan Bintang Darma disebut: ,,Kepada anggota Angkatan Perang jang menjumbangkan

djasa bakti, dengan melebihi dan melampaui panggilan kewadjiban dalam pelaksanaan

tugas militer sehingga memberikan keuntungan luar biasa untuk kemadjuan Angkatan

Perang dan Negara, diberikan anugerah tanda kehormatan, berupa suatu bintang djasa jang

bernama Bintang Darma”. Apakah tidak lebih baik kalau pasal

Rapat 51.

7 ini diperbaiki dengan kata-kata: ,,Kepada anggota Angkatan Perang dan warga-negara

Indonesia lainnja jang menjumbangkan djasa baktinja dan sebagainja, diberikan Bintang

Darma”.

Djadi dengan demikian tidak sekaligus dia disamakan dengan bangsa asing jang djuga

menurut ketentuan Pemerintah, ini akan diberikan Bintang Darma.

Tentang pemberian Bintang Darma kepada bangsa asing, fraksi kami tidak keberatan

dengan sjarat-sjarat jang dikemukakan oleh Pemerintah, hanja sadja dalam pasal jang

bersangkutan perkataan-perkataan :

,,Dengan pertimbangan Gabungan Kepala-kepala Staf” kiranja tidak perlu disebut dalam

Undang-undang ini. Pertimbangan-pertimbangan Kepala-kepala Staf sudah tentu termasuk

persoalan routine Menteri Pertahanan, sehingga perkataan demikian tidak perlu

ditempatkan didalam Undang-undang ini.

Kemudian agar kita tidak berulang-ulang lagi membongkar-pasang Undang-undang

tentang pemberian Bintang Darma, kami sarankan supaja pemberian Bintang Darma ini

dapat djuga diberikan setjara anumerta.

Saudara Ketua jang terhormat, berkenaan dengan pemberian Bintang Gerilja, kami

ingin mendapat keterangan dari Pemerintah, berapa banjakkah sudah Bintang Gerilja jang

telah dianugerahkan kepada warga-negara Indonesia sedjak peraturan tentang itu diadakan.

Menurut pendapat kami pemberian Bintang Gerilja ini adalah sedikit sekali. Kami kira

dalam pelaksanaan pemberian Bintang Gerilja ini ada apa-apanja. Sebab kalau benar

Bintang Gerilja ini hanja sedikit jang baru dianugerahkan, sungguh mengherankan, karena

kelangsungan republic kita ini adalah hasil dari pada perdjuangan gerilja rakjat Indonesia.

Kami harap Pemerintahbersedia memberikan daftar nama-nama jang mendapat

anugerah Bintang Gerilja serta alasan-alasan pemberiannja, seperti djuga mendjadi sjarat

dalam peraturan pemberian Bintang Gerilja ini. Disamping itu, Saudara Ketua, kami ingin

minta perhatian Pemerintah tentang bab V, pada bab ini disebut rentetan ketentuan jang

memungkinkan jang telah mendapat Bintang Gerilja itu ditjabut haknja. Akan tetapi karena

Page 93: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

93

pada waktu sekarang ini, Pemerintah-pemerintah atau Kabinet-kabinet Republik Indonesia

jang silih berganti masih selalu mempergunakan opportuniteits-beginsel dalam hokum-

hukum jang berlaku hingga sekarang ini, sehingga kadang-kadang gerombolan perusak

Negara dan rakjat bebas dari tuntutan, walaupun dia telah berbuat djahat terhadap Negara

dan telah membakar rumah rakjat dan lain sebagainja, maka saja kira pasal ini adalah

perlakuan jang tidak adil terhadap mereka jang tidak menggerombolkan diri. Dan mendapat

kurnia opportuniteits-beginsel dari Pemerintah, akan tetapi pernah mendjadi hukuman

seperti jang dimaksud oleh Pemerintah pada bab V.

Kemudian Saudara Ketua, tentang pemberian Bintang Gerilja pada bangsa asing, kami

memerlukan pendjelasan-pendjelasan lebih landjut. Kalau kami mendengar keterangan dari

Saudara Wakil Perdana Menteri tadi jang asalnja rantjangan Undang-

Rapat 51.

undang ini adalah karena hendak memberikan Bintang Gerilja kepada Marsekal Tito, kami

ingin mendapat keterangan, bagaimanakah ketentuan-ketentuan tentang pemberian Bintang

Gerilja didalam hal jang demikian, karena menurut keterangan Pemerintah bintang itu

diberikan atas djasa-djasa mereka itu kepada negaranja masing-masing.

Djadi Bintang Gerilja itu diberikan, bukan kepada bangsa asing jang memberikan

djasa-djasanja sebagai guorrilist di Indonesia, tetapi dinegaranja masing-masing seperti

Marsekal Tito dapat kita ketahui bahwa memang dia seorang pedjuang gerilja dinegaranja.

Apakah dengan demikian ketentuan itu ditentukan oleh Pemerintah sendiri. Bagaimana

persoalannja, djikalau tentang misalnja kita akan menganugerahkan sesuatu Bintang Gerilja

kepada seseorang terkemuka bangsa asing, akan tetapi negaranja sendiri belum atau tidak

memberikan Bintang Gerilja.

Kemudian kami masih memerlukan pendjelasan tentang ketentuan jang disebut oleh

Pemerintah didalam pendjelasannja itu, atas dasar timbal-balik. Apakah sesudah mereka

memberikan Bintang Gerilja kepada orang terkemuka di Indonesia, baru akan kita berikan

Bintang Gerilja kepadanja atau sebaliknja, ataukah kalau mereka tidak menjerahkan

Bintang Geriljanja kepada bangsa Indonesia (kepada orang terkemuka Bangsa Indonesia),

kita tidak memberikan Bintang Gerilja itu kepada mereka. Kiranja hal ini masih perlu

mendapat pendjelasan.

Didalam pendjelasan Pemerintah tadi dikemukakan bahwa tiu hanja ditudjukan kepada

orang terkemuka bangsa asing jang menundjukkan djasanja dinegaranja masing-masing,

saja ingin mendapat perhatian Pemerintah didalam hal ini, bahwa pada waktu kita

melakukan perdjuangan gerilja didaerah Republik Indonesia ini, bangsa asing ada jang

berdjasa dan bergerilja didaerah kita ini.

Kebetulan Saudara Ketua, saja waktu itu pernah mendjadi tentara dan dibawah

pimpinan saja sendiri ada seorang bagsa asing jang ikut-serta, bahkan lebih berani dan lebih

Page 94: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

94

berdjasa dari pada bangsa Indonesia sendiri kalau dibandingkan dengan kawan-kawan

lainnja dalam perdjuangan gerilja. Bagaimanakah kedudukan mereka jang ikut serta

didalam perdjuangan gerilja jang menunjukkan keberanian luar biasa didalam menghadapi

musuh Republik Indonesia? Saja kira didalam hal ini Saudara Sekertaris Djenderal

Kementerian Pertahanan pada waktu itu Kolonel Hidajat, masih ingat, karena kebetulan

pada waktu itu beliau singgah djuga ditempat kami dan saja rasa bukan orang-orang

Djepang sadja, masih ada djuga bekas tentara Inggris, Gurka dan matjam-matjam bangsa

asing jang ikut serta berdjuang ditanah air kita, jang memberikan sumbangan dan djasa jang

luar biasa.

Dalam hal ini sesuai dengan teks jang dikemukakan oleh Pemerintah dan sesuai dengan

pendjelasan jang diberikan oleh Wakil Perdana Meteri III, kami tidak menemukan

pengisian dari pada kemungkinan-kemungkinan pemberian Bintang Gerilja kepada mereka-

mereka itu. Achirnja kami ingin mendapat pendjelasan-pendjelasan lebih

Rapat 51.

landjut dari Pemerintah lebih dahulu, untuk achirnja kami akan menentukan pendirian

kami.

Mengenai rantjangan Undang-undang tentang Militer Sukarela, Saudara Ketua, hal ini

nanti akan dibitjarakan oleh kawan sefraksi kami.

Sekian, terima kasih.

Ketua : Saja persilakan Saudara Soepardi.

Soepardi : Saudara Ketua jang terhormat, fraksi saja Fraksi Pembangunan, sepenuhnja

dapat menjetudjui maksud Pemerintah untuk menetapkan Undang-undang Darurat No. 2

tahun 1959 mendjadi Undang-undang biasa. Mengenai isi dari pada Undang-undang

tersebut saja ingin mengadjukan beberapa persoalan seperti berikut :

Dalam Ketentuan Umum pasal 1, Pemerintah menetapkan bahwa jang berhak

menerima ,,Bintang Garuda” itu hanja anggota-anggota Angkatan Udara Republik

Indonesia, jang bertugas diudara dimasa kegiatan-kegiatan penerbangan dalam djangka

waktu antara tahun 1945 sampai dengan tahun 1949. Menurut hemat saja djika jang

dimaksud dalam pasal 1 itu hanja bertugas diudara, maka tentunja ,,Bintang Garuda” itu

tidak akan bisa dimiliki oleh anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang bertugas

dilapangan sadja. Djika demikian maksud Pemerintah, saja hendak mengusulkan supaja

kedua-duanja jang bertugas diudara maupun dilapangan itu mendapat penghargaan jang

sama. Seperti gugurnja anggota-anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang

mendjaga pos terdepan dari pangkalan Margahaju, perlu mendapat tanda kehormatan jang

sesuai dengan keberaniannja. Dalam pikiran saja tidak membajangkan bahwa Pemerintah

Page 95: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

95

akan membeda-bedakan arti tugas mereka asalkan penilaian itu benar-benar berdasarkan

keuletan dan tanggung-djawab. Perang kemerdekaan antara tahun-tahun 1945 – 1949

mempunjai tjiri-tjiri lain apabila dibandingkan dengan kemampuan kita sekarang.

Perlawanan rakjat dan angkatan bersendjata pada tahun-tahun itu lebih bersifat missal

dalam menghadapi agresi Belanda.

Karena itu disamping tanda-tanda penghargaan bagi angkatan bersendjata hendaknja

Pemerintah djuga memikirkan untuk memberikan tanda-tanda penghargaan kepada siapa

sadja jang njata-njata pada waktu tahun 1945-1949 benar-benar memberi bantuan jang

konkrit kepada Pemerintah dan pertahanan melawan agresi Belanda. Tidak sedikit kaum

buruh, kaum tani, pemuda : dan lain-lain jang pada waktu itu dengan sepenuh hati

mentjurahkan keberaniannja untuk melawan agresi Belanda. Untuk menilai besar ketjilnja

pengorbanan pada waktu itu tergantung pada hubungan mereka dengan komandan-

komandan kesatuan. Seorang penduduk desa jang sanggup memberi djaminan makanan

kepada beberapa pasukan serta memberikan tempat tinggal jang aman untuk waktu jang

tidak terbatas, banjak tidak masuk dalam kisah perang kemerdekaan. Kalau nasibnja baik

bisa djadi komandan kesatuan jang pernah disitu dulu, kadang-kadang dating untuk

menengok dan memberi sedikit bingkisan apa-apa sebagai tanda penghargaan selama

hubungan mereka pada waktu-waktu jang lampau.

Rapat 51.

Saudara Ketua, saja minta perhatian jang hangat dari Pemerintah terhadap hal-hal jang

saja kemukakan diatas. Hendaknja dalam keadaan seperti sekarang ini selekasnja

ada usaha-usaha konkrit dari Pemerintah untuk memberi tanda penghargaan kepada rakjat

jang berdjasa pada tahun-tahun perang kemerdekaan.

Saudara Kerua, dalam rantjangan Undang-undang ini belum setjara djelas disebutkan

bahwa ,,Bintang Garuda” itu dapat diberikan kepada anggota-anggota Angkatan Udara

Republik Indonesia jang sedjak tahun 1950 sudah meninggalkan ketentaraan. Kalau

memang hal itu berlaku bagi mereka jang sudah berhenti sedjak tahun 1950, saja

mengusulkan supaja ada ketentuan jang dapat mengatur pemberian Bintang Garuda bagi

mereka jang sudah meninggalkan ketentaraan.

Disamping itu saja djuga dapat menghargai maksud Pemerintah bahwa pada pokoknja

Bintang Garuda itu diberikan kepada mereka jang benar-benar berdjasa dalam melakukan

tugas kewadjibannja melebihi dari jang lain. Oleh karena itu saja mengusulkan supaja

Pemerintah djuga menetapkan disamping hadiah berupa bintang djuga memberikan hadiah

berupa uang sekaligus dan kenaikan pangkat.

Selandjutnja mengenai piagam jang mendjadi lempira ke-II dari rantjangan Undang-

undang ini, saja mengusulkan supaja Pemerintah setjara konkrit menjebutkan alasan-alasan

Page 96: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

96

pemberian Bintang Garuda. Usul saja setjara konkrit sesudah kalimat ,,sebagai penghargaan

atas” diisi seperti berikut :

,,djasa-djasanja dalam perdjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan

kemerdekaannja jang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945”.

Kalimat tersebut saja ambil dari pendjelasan Pemerintah jang djuga dikemukakan

sebagai alasan perlunja memberikan tanda-tanda penghargaan berupa Bintang Garuda.

Mengenai pasal 14, saja ingin mengadjukan tambahan redaksionil supaja sesuai dengan

bagian konsideransnja, jaitu antara ,,tentang dan tanda” ditambahkan ,,pemberian”, djadi

lengkapnja berbunji : ,,Undang-undang tentang pemberian tanda kehormatan Bintang

Garuda”.

Mengenai lain-lain soal tetapi masih dalam rangka pemberian tanda-tanda djasa, saja

ingin mengadjukan pertanjaan kepada Pemerintah sebagai berikut :

1. Apakah Pemerintah sudah membentuk Dewan Pertimbangan Tanda-tanda Bintang

Kehormatan Angkatan Perang dan bagaimana susunannja?

2. Manakah bintang jang tertinggi jang berlaku bagi masing-masing Angkatan

Bersendjata?

3. Apakah Pemerintah sudah mempunjai rentjana untuk memberikan tanda-tanda

penghargaan berupa bintang-bintang perdjuangan kepada O.K.D., O.P.R. dan lain-lain

jang telah membuktikan djasa-djasanja selama membantu Angkatan Bersendjata?

Saudara Ketua, fraksi saja pada prinsipnja dapat menjokong maksud Pemerintah untuk

memberikan tanda-tanda djasa kepada siapa sadja jang berdjasa terhadap tanah air.

Rapat 51.

Terutama kepada rakjat jang berdjuang melawan gerombolan P.R.R.I./Permesta dan

D.I./T.I.I. saja mintakan perhatian Pemerintah atas djasa-djasanja jang tak ternilai itu.

Saudara Ketua jang terhormat, pada prinsipnja fraksi saja Fraksi Pembangunan dapat

menjetudjui rantjangan Undang-undang ini untuk segera disahkan sebagai Undang-undang

guna melengkapi dan menjempurnakan pelaksanaan Undang-undang Bintang Darma pada

hari-hari berikut. Dalam pada itu sebelum Dewan Perwakilan Rakjat mengambil kata

terachir menurut hemat saja jang terpenting adalah supaja Pemerintah dalam Dewan

Perwakilan Rakjatbersedia untuk memberikan keterangan tentang arti ,,berdjasa untuk

kemadjuan dan pembangunan Angkatan Perang Republik Indonesia. Mengapa hal ini

menarik perhatian kami. Pertama-tama sedjak Dewan Perwakilan Rakjat ini bersama-sama

dengan Pemerintah membahas rantjangan Undang-undang tentang pemberian tanda-tanda

kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma jang terdahulu, Pemerintah belum setjara

djelas memberi gambaran apa sebenarnja arti ,,berdjasa dalam pembangunan” Angkatan

Perang Republik Indonesia. Orang bisa mengartikan matjam-matjam seperti berdjasa dalam

mengubah bentuk organisasi dari peninggalan Belanda mendjadi organisasi nasional.

Page 97: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

97

Tjontoh lain lagi orang bisa disebut berdjasa karena dengan tulisan-tulisannja jang dimuat

dalam buku-buku Angkatan Perang Republik Indonesia bisa mengubh pandangan anggota-

anggota tentara sehingga dapat membawa keuntungan jang tak ternilai djasanja. Tjontoh

lain lagi seperti umpamanja Direktu P.S.M. berhasil membuat banjak sendjata-sendjata

ringan atau berat sehingga mengurangi devisen Negara. Djuga Negara asing seperti

Amerika, Inggeris, India, dan lain-lain jang telah banjak mendidik kader-kader perwira

T.N.I., tentu tidak bisa diartikan lain dari pada berdjasa. Djadi melihat hal-hal seperti saja

sebut diatas, saja berpendapat apakah tidak sebaiknja Pemerintah segera membuat

ketentuan-ketentuan jang lebih terang tentang pelaksanaan Undang-undang Bintang Darma

dan lain-lainnja. Dengan ketentuan itu maka masjarakat akan lebih gampang dapat

menjumbangkan pikirannja untuk ikut-serta menemukan siapa-siapa sebenarnja jang

berdjasa bagi pembangunan dan kemadjuan Angkatan Perang Republik Indonesia. Barulah

dengan tjara itu arti pasal tambahan jang sekarang sedang kita bahas mempunjai arti jang

dalam dan masjarakat dengan sungguh-sungguh akan ikut-serta menjumbangkan pikirannja.

Lain dari pada itu jang menarik perhatian saja djuga adanja Dewan Pertimbangan

Tanda-tanda Djasa jang oleh Pemerintah sering disebut sebagai badan jang akan ikut

menentukan dalam hal pemberian tanda-tanda penghargaan itu. Saja ingin mendapat

pendjelasan dari Pemerintah sudah sampai dimanakah kegiatan Dewan Pertimbangan

Tanda-tanda Djasa itu? Dan bagaimanakah rentjana Pemerintah tentang komposisi

keanggotaan dewan tersebut. Saja menganggap hal ini penting artinja dan bahkan sama

pentingnja dengan arti atau kedjelasannja arti ,,berdjasa dalam pembangunan dan

kemadjuan” Angakatan Perang Republik Indonesia kita. Saja setjara samar-samar tetapi

mungkin tjotjok dengan gambaran Pemerintah, bahwa komposisi Dewan Pertimbangan

Rapat 51.

itu akan meliputi setjara luas oknum-oknum jang sepandjang sedjarah ketentaraan kita

langsung atau tidak, ikut membina.

Dalam hal ini saja minta perhatian Pemerintah jang sedalam-dalamnja.

Kemudian mengenai penarikan kembali rantjangan Undang-undang Darurat No. 13

tahun1955, saja mengerti, Saudara Ketua. Dengan penarikan Undang-undang tersebut,

maka hanja tinggal satu dasar hukum bagi Angkatan Perang kita jang berlaku sedjak bulan

Agustus tahun 1958, jaitu Undang-undang Darurat Militer Sukarela.

Saja kira tindakan Pemerintah ini sudah bisa menerangkan dan bahkan lebih dahulu

oleh Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakjat sudah dilakukan pembahasan jang sedalam-

dalamnja.

Oleh sebab itu, menurut hemat saja tidak ada persoalan lagi jang menjangkut atas

berhentinja Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955. Untuk itu, Saudara Ketua, saja

Page 98: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

98

ingin sekedarnja mendapat pendjelasan dari Pemerintah tentang beberapa factor jang

berupa pemberhentian Undang-undang tersebut, jaitu :

1. Apakah dalam masa peralihan pemberhentian Undang-undang jang lama tidak

menimbulkan kesulitan-kesulitan tehnis dalam melakukan penampungan-penampungan

anggota-anggota militer sukarela?

2. Apakah rentjana peremadjaan jang sudah diatur dengan Peraturan Pemerintah dapat

ddisesuaikan dengan ketentuan-ketentuan jang telah ditetapkan dalam Undang-undang

Militer Sukarela?

3. Apakah Pemerintah sudah mempunjai rentjana untuk menindjau kembali Undang-

undang pertahanan Negara agar selengkapnja sesuai dengan keadaan-keadaan konkrit serta

perkembangan Angkatan Perang kita sekarang ini?

Dan mengenai ini, Saudara Ketua, tidak beda dengan jang lain, fraksi saja dapat

menjetudjui ditjabutnja Undang-undang No. 13 tahun 1955.

Kemudian mengenai Bintang Gerilja, Saudara Ketua, pembitjaraan tentang Bintang

Gerilja ini, seperti djuga sudah dikemukakan oleh Saudara Selamat Ginting dari Fraksi

Partai Nasional Indonesia, memang bukan merupakan soal jang baru lagi sebenarnja, jang

penting adalah segera hendaknja Pemerintah setjara djelas memberikan keterangan-

keterangan seperti jang ditanjakan oleh Saudara Selamat Ginting, jaitu sampai dimanakah

mungkin Bintang Gerilja itu bisa tepat pada mereka jang berhak menerimanja?

Mengenai diberikannja tanda-tanda Bintang Gerilja ini kepada warga-negara asing,

saja sepenuhnja dapat menjetudjui rumus jang sudah dimuat dalam Undang-undang ini.

Terutama kebidjaksanaan ini diberikan kepada warga-negara asing jang bersahabat dengan

Negara Republik Indonesia dan berdjasa memberikan inspirasi didalam perdjuangan

melawan kolonialisme dan imperialisme.

Kemudian jang terachir saja djuga minta kepada Pemerintah untuk menindjau piagam

jang mendjadi lampiran 2a ini. Dalam piagam ini kami melihat ada 2 matjam lampiran jang

sebetulnja menurut hemat saja masih kurang sempurna. Lampiran 2a ini

Rapat 51.

ada kalimat-kalimat jang saja kira Pemerintah sendiri nanti kalau sudah merenungkan

sebentar akan berpendapat sama dengan saja untuk mengubahnja, jaitu ada kalimat

aslinja jang berbunji sebagai berikut : ,,Atas djasanja didalam memperdjuangkan gerilja

membela kemerdekaan Negara”, saja kira kalau Pemerintah nanti suka mengubah

istilah ,,memperdjuangkan gerilja” dengan perkataan ,,perdjuangan gerilja”, barangkali

rasanja lebih tepat. Djadi tidak ,,didalam memperdjuangkan gerilja”, tetapi ,,didalam

perdjuangan gerilja membela kemerdekaan Negara”. Ini saja minta supaja Pemerintah nanti

menindjau kembali.

Page 99: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

99

Kemudian jang kedua, lampiran 2b, saja barangkali djuga mengerti maksud

Pemerintah; disini dikosongkan sama sekali, tidak disebut atas djasa jang mana, padahal

kalau kita melihat baik dalam konsiderans maupun dalam memori pendjelasan, pemberian

bintang gerilja kepada siapa sadja, sudah ada ketentuannja.

Djadi saja djuga mengusulkan kepada Pemerintah, sekurang-kurangnja ada penegasan

2 matjam.

1 Penegasan jang chusus berlaku untuk kedalam jaitu Angkatan Perang, rakjat dan

sebagainja.

2 Penegasan jang chusus berlaku untuk warga-negara asing.

Saja lebih tjondong kalau Pemerintah mengisi satu teks jang lengkap, dengan begitu

agak seragam dengan jang ada didalam lampiran 2a ini. Dan mengenai kalimat-kalimatnja

saja serahkan kepada Pemerintah, tetapi sebenarnja hal itu sudah setjara tegas dimuat

didalam beberapa pendjelasan. Djadijang kami minta ialah supaja diadakan perbedaan

antara jang umum untuk kedalam untuk Angkatan Perang kita dan untuk warga-negara

Indonesia, dan jang chusus untuk warga-negara asing. Nanti barangkali kami akan bisa

memberikan bantuan, apabila Pemerintah memang minta kepada Dewan Perwakilan Rakjat

ini untuk mengadakan pertemuan informil guna mempertimbangkan ini, tetapi kalau tidak

sekurang-kurangnja Pemerintah sudah bersedia untuk menerima usul kami ini.

Sekian, Saudara Ketua dan terima kasih.

Ketua : Saja persilakan Saudara Nj. Salawati Daud

Nj. Ch. Salawati Daud : Saudara Ketua jang terhormat, Revolusi Agustus 1945 telah

melahirkan pahlawan-pahlawan jang gagah perwira disemua lapisan masjarakat, baik dalam

kalangan angkatan bersendjata, baik dalam kalangan buruh, kalangan tani, kalangan wanita

dan dalam kalangan pemuda.

Berapa banjakkah pahlawan-pahlawan jang telah gugur, sampai achir tahun 1949, saja

kira belum kita mengetahuinja dengan pasti, karena kita belum mengadakan penjelidikan

dengan seksama disemua pelosok tanah air kita. Pahlawan tak dikenal terdapat dimana-

mana, pahlawan jang belum diketahui kuburannja pun tidak sedikit.

Rapat 51.

Oleh sebab itu, Saudara Ketua, fraksi kami Partai Komunis Indonesia sependapat

dengan perkataan Bung Karno, jang mengatakan ,,Hanjalah bangsa jang tahu menghargai

pahlawannja, bisa mendjadi bangsa jang besar”.

Saudara Ketua jang terhormat, apakah bangsa kita sudah dapat dianggap tahu

menghargai pahlawannja, karena sidang Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat ini sudah

Page 100: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

100

beberapa kali membitjarakan dan mensahkan peraturan-peraturan dan Undang-unndang

jang memberikan djaminan dan bintang-bintang kepada pahlawan. Djuga sudahkah bangsa

kita dianggap tahu menghargai pahlawannja, karena pada tiap-tiap peringatan Hari

Pahlawan, hari-hari nasional, djuga dalam rapat-rapat kita mengadakan ,,hening tjipta?”

Sebagai djawaban, Saudara Ketua, saja kira tidak ada salahnja djika saja menguraikan

pertanjaan seorang pedjuang jang menjatakan ,,bahwa pada tiap-tiap kali dia turut

mengheningkan tjipta bagi pahlawan-pahlawan jang telah gugur, maka dalam hatinja

selamanja ia berkata ,,untung saja tidak mati”.

Saudara Ketua jang terhormat, saja kira Saudara Ketua pun serta para anggota

Parlemen jang terhormat inipun dapat memahami mengapa pedjuang ini berkata demikian.

Bukankah dikanan-kiri kita terdapat manusia-manusia jang tidak pernah berdjuang, tetapi

tidak tahu malu, dialah pertama-tama mengetjap buah kemerdekaan, hidup mewah.

Djuga, Saudara Ketua, sebagian orang-orang jang tadinja pernah turut berdjuang tetapi

kini telah ikut-ikutan lupa daratan. Tetapi bagaimanakah, nasib ibu, bapak, djanda dan

anak-anak dari pahlawan, terutama jang telah gugur? Mereka harus hidup sederhana dengan

pensiunnja ataupun onderstandnja, walaupun dalam lemari tersimpan dengan chidmatnja

sebuah bintang penghargaan dari Negara jang diterima oleh anak, ajah ataupun suaminja.

Dan belum tentu, Saudara Ketua, sidjanda ataupun sipahlawan itu dapat

menjekolahkan anaknja disekolah menengah, apalagi disekolah tinggi. Akan tetapi anak

dari sipengchianat ataupun anak dari orang jang tidak pernah berbuat apa-apa bagi

kemerdekaan, karena uangnja banjak, sebab mahir bersiasat fulus, kini memenuhi sekolah-

sekolah menengah ataupun sekolah-sekolah tinggi didalam maupun diluar negeri.

Dan keadaan jang pintjang ini masih terus berdjalan sampai saat ini. Oleh karena itu,

Saudara Ketua, fraksi kami dalam menghadapi pembitjaraan tentang pemberian tanda

kehormatan Bintang Garuda jang kita bitjarakan hari ini, pada prinsipnja dapat menjetudjui

sepenuhnja, malah kami menjarankan, agar selain dari pemberian Bintang Garuda tersebut,

hendaknja disertai djuga dengan pemberian berupa sedjumlah uang tertentu sekaligus,

seperti halnja pada waktu menerima Bintang Sakti dan Bintang Darma.

Rapat 51.

Apakah artinja uang jang sedemikian, djikalau kita mnegingat djasa mereka,

dibandingkan dengan kekajaan Negara jang dikorupsi, diselundup ataupun dibarter gelap?

Pasal 1 dari bagian ,,Ketentuan Umum” berbunji :

,,Kepada anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang bertugas diudara dimasa

kegiatan-kegiatan penerbangan dalam djangka waktu antara tahun 1945 sampai dengan

Page 101: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

101

achir tahun 1949 dan jang setjara aktip telah melakukan tugas-tugas penerbangan diberikan

anugerah tanda kehormatan berupa suatu bintang djasa jang bernama ,,Bintang Garuda”.

Pasal 11 : Bintang Garuda dianugerahkan djuga kepada warga-negara Indonesia bukan

anggota Angkatan Udara dan kepada warga-negara asing jang melakukan suatu perintah

Angkatan Udara dan memenuhi ketentuan-ketentuan jang dimaksud dalam pasal 1.

Pasal 12 : Bintang Garuda dianugerahkan djuga setjara anumerta kepada :

a. anggota Angkatan Udara Republik Indonesia

b. warga-negara Indonesia bukan anggota Angkatan Udara dan

c. warga-negara asing,

jang gugur atau meninggal dunia sebagai akibat langsung dari pelaksanaan tugas

penerbangannja untuk kepentingan Angkatan Udara Republik Indonesia pada chususnja

dan Negara pada umunja”.

Saudara Ketua jang terhormat, kita sama mengetahui, bahwa masa antara tahun 1945

sampai dengan achir 1949, Angkatan Udara Republik Indonesia hanja mempunjai kapal-

kapal terbang jang sudah tua, peninggalan ataupun dirampas dari Djepang. Untuk

memilikinja sadja, Saudara Ketua, kita harus bajar dengan djiwa, maklumlah kita harus

bergulet, berkelahi untuk merampasnja. Jang ada pada kita pada waktu itu ialah semangat

bersatu untuk mentjapai kemerdekaan penuh, adil dan bahagia. Oleh sebab itu sembojan

kita pada waktu itu ,,Merdeka atau Mati”. Akan tetapi, bagaimana sikap Belanda dan kaki

tangannja terutama dinegara-negara bonekanja? Mereka tak segan-segan mengedjek

pedjuang-pedjuang dengan perkataan : ,,Kamu mau merdeka, sedang membikin djarum

sadja tidak bisa”, sambil menundjuk....... pantatnja, maaf, Saudara Ketua. En toch, Saudara

Ketua. Orang sedemikian ini, masih sadja mendapat tempat dan kedudukan istimewa dalam

Republik Indonesaia.

Djadi tidaklah mengharapkan djika memandang enteng kepada kesanggupan bangsa

kita, terutama memandang enteng kepada kesanggupan Angkatan Udara Republik

Indonesia, masih sadja dipunjai oleh segelintir manusia sampai saat ini.

Bukankah ketika diadakan penerdjunan dan penjerangan dengan kapal udara di

Sumatera Barat terhadap pemberontak P.R.R.I., pentolan-pentolan merekapun mengira,

bahwa jang mengemudi kapal udara itu adalah bangsa asing, bangsa Rusia dan bukan

bangsanja, en toch sudah tahun 1958.

Rapat 51.

Oleh sebab itu, Saudara Ketua, apakah djuga bagi pahlawan-pahlawan Angkatan Udara

Republik Indonesia jang telah memberikan djasanja menumpas D.I., T.I.I., Permesta dan

P.R.R.I., Pemerintah akan mengadakan bintang tersendiri? Dan djanganlah hendaknja

menangguhkan sampai waktu 13 tahun lagi.

Page 102: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

102

Achirnja, Saudara Ketua, saja akan mengadjukan beberapa pertanjaan kepada

Pemerintah, mudah-mudahan mendapat djawaban jang memuaskan nanti.

1 Apakah seseorang jang telah mendapat Bintang Garuda, djuga berhak mendapat

Bintang Sakti ataupun Bintang Darma?

2 Berapakah djumlah bangsa asing jang telah mendapat Bintang Garuda?

3 Dapatkah seorang anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang telah berhenti

sesudah tahun 1949 tetapi dalam masa dunasnja ia berdjasa djuga berhak mendapat

Bintang Garuda?

4 Apakah Bintang Garuda sedjadjar dengan Bintang Sakti dan Bintang Darma?

Sekian, Saudara Ketua, pemandangan umum saja mengenai rantjangan Undang-undang

tentang pemberian Bintang Garuda.

Sekarang saja akan memasuki rantjangan Undang-undang tentang perubahan dan

tambahan mengenai Undang-undang No. 65 tahun 1958 tentang pemberian tanda-tanda

Kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma.

Saudara Ketua jang terhormat, pada waktu Parlemen jang terhormat ini membitjarakan

Undang-undang Bintang Sakti dan Bintang Darma pada tahun 1958, banjak dari para

pembitjara jang mengusulkan agar bintang-bintang tersebut, bukan sadja diberikan kepada

anggota Angkatan Perang tetapi djuga kepada warga-negara Indonesia dari golongan lian,

jaitu golongan tani, buruh, pemuda, wanita dan lain-lainnja, asal mereka telah

menundjukkan sifat-sifat kepahlawanan dan sifat-sifat istimewa jang dapat mendjadi suri

teladan.

Oleh sebab itu dalam Undang-undang No. 65 tahun 1958 tentang pemberian tanda-

tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma, dalam menimbang ajat c jang berbunji

demikian :

,,Bahwa sering djuga seorang warga-negara Indonesia bukan anggota Angkatan Perang

dapat melakukan tindakan-tindakan jang tersebut pada sub a diatas (a. Bahwa sering

terdjadi anggota Angkatan Perang dalam melaksanakan tugasnja baik didalam maupun

diluar pertempuran menundjukkan sifat-sifat kepahlawanan melebihi dan melampaui

panggilan kewadjiban; sifat-sifat mana merupakan sifat-sifat istimewa jang mendjadi

kebanggan bagi seluruh Angkatan Perang), sehingga perlu mendapat penghargaan jang

wadjar dari Negara”.

Kemudian dalam pasal 3 dan 6 bab II tentang Bintang sakti :

Pasal 3.

,,Bintang Sakti dianugerahkan djuga kepada warga-negara Indonesia bukan anggota

Angkatan Perang jang mendjalankan tugas-tugas kemiliteran dan memenuhi ketentuan-

ketentuan jang dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 4”.

Page 103: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

103

Rapat 51.

Pasal 6.

,,Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan tersebut pada pasal 2 dan pasal 3,

maka Bintang Sakti dianugerahkan djuga setjara anumerta kepada anggota Angkatan

Perang dan warga-negara Indonesia bukan anggota Angkatan Perang jang gugur atau

meninggal dunia sebagai akibat langsung dari perbuatan seperti tersebut di pasal 4”.

Sedang dalam pasal-pasal mengenai Bintang Darma, tidak ada satu pasal pun jang

mentjantumkan, membuka kesempatan untuk pemberian bintang tersebut kepada warga-

negara bukan anggota Angkatan Perang, apalagi warga-negara asing. Sedang dalam

kenjataannja, untuk membangun dan memadjukan Angkatan Perang Republik Indonesia,

sesuai dengan politik bebas dan aktif dari Negara kita serta sesuai pula dengan hasil

Konperensi Bandung, jang menjatakan hidup berdampingan setjara damai, maka dalam

Angkatan Perang terdapat warga-negara Indonesia dan bangsa asing, jang bukan anggota

Angkatan Perang jang memberikan djsa-djasanja jang luar biasa.

Oleh sebab itu adalah pada tempatnja, bahwa kenjataan ini harus ditampung dalam

Undang-undang. Dari sebab itu, Saudara Ketua, fraksi kami, Fraksi Partai Komunis

Indonesia dapat menerima Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat No. 6 tahun

1958 tentang perubahan dan tambahan mengenai Undang-undang No. 65 tahun 1958

tentang pemberian tanda-tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma sebagai

Undang-undang.

Sekarang saja akan pindah pada Undang-undang No. 7 tahun 1958 tentang penggantian

peraturan tentang Bintang Gerilja.

Saudara Ketua jang terhormat, sebagaimana pada waktu membitjarakan rantjangan

Undang-undang tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda, maka sekarangpun

dalam membitjarakan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat No. 7 tahun

1958 tentang penggantian peraturan tentang Bintang Gerilja sebagai Undang-undang, maka

dengan sendirinja sikap fraksi kami, Fraksi Partai Komunis Indonesia djelas, jaitu

menjokong dan menjetudjui sepenuhnja.

Tentang sebab-sebab mengapa fraksi kami dapat menjokong dan menjetudjuinja, sudah

djelas djuga pada waktu kami membitjarakan rantjangan Undang-undang Bintang Garuda.

Oleh sebab itu, Saudara Ketua, tidak perlu rasanja, kami mengulangi lagi disini.

Hanjalah kami mengharapkan agar bunji pasal 3 : ,,Bintang Gerilja dianugerahkan oleh

Presiden/Panglima Tertinggi berdasarkan usul Menteri Pertahanan”.

Dan djuga bunji pasal 6 : ,,Tata-tjara pengusulan dan pemberian Bintang Gerilja

ditetapkan oleh Menteri Pertahanan”.

Berdasarkan kedua pasal ini supaja benar-benar bintang-bintang itu dapat diberikan

kepada jang sepantasnja menerimanja sesuai dengan bunji pasal 1:

Page 104: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

104

,,Kepada setiap warga-negara Indonesia jang berdjuang dan berbakti kepada tanah air

dan bangsa selama agresi Belanda I dan II dengan menundjukkan keberanian,

kebidjaksanaan dan kesetiaan jang luar biasa, dengan tidak mengingat golongan,

Rapat 51.

pangkat, djabatan dan kedudukan, diberikan anugerah tanda djasa berupa bintang

kehormatan bernama ,,Bintang Gerilja”.

Saudara Ketua, bahwasanja Bintang Gerilja ini dapat djuga diberikan kepada warga-

negara asing, fraksi kami dapat menjetudjuinja, sebab kami tahu bahwa dalam revolusi

banjak bangsa asing jang turut dipihak kita. Djadi tidak pada tempatnja djika kita

melupakan mereka itu, djikalau mereka itu benar-benar berdjasa terhadap tanah-air kita.

Disamping itu kami dapat menjetudjuinja, bahwa Bintang Gerilja dapat djuga

diberikan kepada Kepala-kepala Negara jang berdjasa terhadap kepada negaranja dengan

arti bahwa kita dapat menghargai perdjuangan orang lain kalau kita sendiri tahu

menghargai perdjuangan kita sendiri.

Achirnja, Saudara Ketua, kami harapkan dengan dibitjarakan bermatjam-matjam

Undang-undang pemberian bintang ini, hendaknja mendjadi pendorong bagi rakjat,

terutama pendorong bagi anggota Parlemen jang terhormat ini sebagai wakil rakjat, apakah

benar-benar kita ini bisa mendjadi teladan sesuai dengan semangat Revolusi Agustus 1945.

Sekian, Saudara Ketua, dan mengenai rantjangan Undang-undang jang lain akan

dibitjarakan oleh Saudara Sukatno dari fraksi kami.

Ketua : Saja persilakan Saudara E. Moh. Mansjur.

E. Moh. Mansjur : Saudara Ketua jang terhormat, pada kesempatan ini saja akan

chusus mengambil bagian mengenai penarikan kembali Undang-undang Darurat No. 15

tahun 1955.

Saudara Ketua, rantjangan Undang-undang jang kita bahas sekarang ini mengenai

penarikan kembali Undang-undang Darurat No. 15 tahun 1955 tentang pentjabutan dan

penggantian Undang-undang No. 14 tahun 1953 sifatnja sangat sederhana sekali.

Undang-undang Darurat No. 15 tahun 1955 dianggap perlu ditarik kembali, karena

adanja Undang-undang Darurat No. 26 tahun 1957 mengenai Militer Sukarela, sebab

Undang-undang Darurat No. 15 tahun 1955 telah tertampung didalamnja.

Saudara Ketua, seperti telah kita ketahui bahwa pada tanggal 10 Agustus 1957

Pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang Darurat No. 26 tahun 1957 dan jang telah

mendjadi Undang-undang dalam bulan Mei 1958, jaitu Undang-undang No. 19 tahun 1958

tentang Militer Sukarela.

Page 105: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

105

Penarikan kembali Undang-undang Darurat No. 15 tahun 1955 itu sebenarnja dapat

dilakukan pada waktu kita membahas Undang-undang Darurat No. 26 tahun 1957 mendjadi

Undang-undang atau sebelumnja.

Saudara Ketua, setelah membatja rantjangan Undang-undang ini dan setelah

mempeladjari pendjelasannja dapat saja menjatakan disini bahwa Fraksi Partai Nasional

Indonesia dapat menerima dan menjetudjui penarikan kembali Undang-undang Darurat No.

15 tahun 1955 tentang pentjabutan dan penggantian Undang-undang Darurat No. 14 tahun

1953.

Mengingat rantjangan Undang-undang ini sangat sederhana sekali jang sebenarnja

hanja terdiri dari satu pasal sadja, disini saja usulkan, agar supaja kita sekaligus segera

dapat menjelesaikan rantjangan Undang-undang ini seperti tadi pula telah diusulkan oleh

salah seorang pembitjara untuk kita bitjarakan dalam satu babak sadja.

Sekian, Saudara Ketua, terima kasih.

Ketua : Saja persilakan Saudara Ajip Muchamad Dzukhri

Ajip Muchamad Dzukhri : Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saudara Ketua, kami ingin berbitjara dalam ke-empat Undang-undang ini.

Pertama, rantjangan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat No. 2 tahun

1959, tentang pemberian tanda kehormatan ,,Bintang Garuda” (Lembaran Negara tahun

1959 No. 19 sebagai Undang-undang).

Saudara Ketua jang terhormat, fraksi kami Fraksi Nahdlatul Ulama dapat menjetudjui

segera disahkannja Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959, tentang pemberian tanda

kehormatan ,,Bintang Garuda” (Lembaran Negara Tahun 1959 No. 19), mendjadi Undang-

undang biasa karena kamipun dapat menjetudjui dasar pertimbangan jang dikemukakan

oleh Pemerintah berikut koreksinja jang tadi telah diuraikan itu.

Tugas anggota Angkatan Udara Republik Indonesia pada zaman antara tahun 1945

sampai dengan achir tahun 1949 benar-benar merupakan tugas jang teristimewa, dalam arti

istimewa beratnja dan berbahaja. Maklumlah pada waktu itu selain Pemerintah kita hanja

mempunjai beberapa buah pesawat rongsokan, djuga udara Republik Indonesia pada ketika

itu dikuasai seleuruhnja oleh Angkatan Udara Belanda.

Disamping itu kami djuga dapat menjetudjui pendapat Pemerintah, jang menjatakan

bahwa mereka jang berani melakukan penerbangan pada masa antara tahun 1945 sampai

dengan achir tahun 1949, adalah pelopor penerbangan bagi Republik Indonesia umumnja

dan Angkatan Udara Republik Indonesia pada chususnja.

Sebelum masa tersebut sangat sukar kita mentjari dalam statistic, pemuda kita jang

memiliki ketjakapan dalam mengemudikan pesawat terbang. Ketjuali satu-satunja pemuda

Sambudjo Urip jang pada masa hidupnja pernah memegang kedjuaraan main tenis di

Page 106: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

106

Indonesia. Pemuda tersebut dichabarkan mendapat ketjelakaan pesawat terbang, pada kira-

kira achir masa pendjadjahan Hindia Belanda.

Saudara Ketua jang terhormat, pada masa achir-achir ini, Alhamdulillah kita dapat

menjaksikan sendiri baik dibidang penerbangan militer, Angkatan Udara Republik maupun

dalam badan-badan penerbangan sipil, pemuda-pemuda kita sendirilah jang tampak dengan

tangkasnja mengemudikan pesawat terbang tersebut.

Selain telah banjak jag tjakap mengemudikan pesawat-pesawat terbang biasa, djuga

dengan bangga kita dapat menjaksikan ketangkasan pemuda-pemuda kita dalam

mengemudikan pesawat-pesawat terbang modern, misalnja pesawat Jet, Mig dan lain

sebagainja.

Pendeknja dalam bidang tersebut sekarang kita tidak lagi memerlukan tenaga-tenaga

asing.

Rapat 51.

Djadi djelaslah bahwa pemuda-pemuda kita, asal sadja diberi kesempatan untuk

mempeldjarinja, pasti dapat memiliki keahlian apapun, sedangkan pada masa-masa

pendjadjahan dulu karena politik pendjadjahan tersebut, maka pemuda-pemuda kita sama

sekali tidak diberi kesempatan untuk memiliki keahlian tersebut.

Saudara Ketua jang terhormat, kita djuga mengakui bahwa ketjakapan jang sekarang

dimiliki oleh pemuda-pemuda penerbang kita itu antara lain adalah berkat pengiriman

mereka untuk tugas beladjar diluar negeri.Kami berpendapat bahwa tjara demikian tidak

akan dapat selamanja kita pertahankan: kita tidak bisa senatiasa menggantungkan diri

kepada keichlasan Negara lain. Dalam segala sesuatu kita harus mampu membangun

sendiri. Berhubung dengan itu kami ingin tahu, sudah sampai dimana usaha

Pemerintahuntuk mendirikan suatu ,,akademi penerbangan” didalam negeri, baik untuk

kebutuhan Penerbangan Sipil maupun Militer?

Saudara Ketua jang terhormat, berhubung dengan maksud jang dikandung oleh

Undang-undangDarurat ini, dapatkah Pemerintah memberitahukan kepada Parlemen (kira-

kira) djumlah mereka jang berhak menerima tanda kehormatan ,,Bintang Garuda” ini?

Saudara Ketua jang terhormat, mengenai materi dari rantjangan Undang-undang ini,

bab VI Ketentuan Chusus, pasal 11, disana dinjatakan bahwa :

,,Bintang Garuda dianugerahkan djuga kepada warga-negara Indonesia bukan anggota

Angkatan Udara dan kepada Negara-negara asing, jang melakukan suatu perintah Angkatan

Udara dan memenuhi ketentuan-ketentuan jang dimaksud dalam pasal 1”.

Berhubung dengan itu, dapatkah Pemerintah memberitahukan djumlah dari warga-

negara asing jang sudah ada dalam tjatatanPemerintah sudah diberi hadiah dimaksud? Dari

Negara manakah mereka itu?

Page 107: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

107

Disamping itu kami ingin mendapat keterangan tentang mereka jang menurut

ketentuan jang tertjantum dalam pasal 1, mempunjai hak untuk menerima tanda

kehormatan ,,Bintang Garuda” ini, akan tetapi mereka pernah menjeleweng, umpamanja

ikut dalam pemberontakan komunis di Madiun, P.R.R.I./Permesta dan lain-lainnja,

Sepandjang pendapat kami dalam rantjangan Undang-undang ini belum tertjantum

pengetjualian bagi mereka. Sedangkan pada pasal 10 hanja mengatur pentjabutan hak, djika

penjelewengan tersebut sampai diputuskan oleh pengadilan. Kami berpendapat bahwa

mereka jang telah menjeleweng itu tidak lajak menerima tanda kehormatan ,,Bintang

Garuda” meskipun perkara mereka seandainja tidak sampai diputuskan oleh pengadilan.

Saudara Ketua jang terhormat, demikianlah sekedar hal-hal jang kami kemukakan

berhubung dengan pengesahan rantjangan Undang-undang ini. Semoga pelaksanaan

pemberian tanda kehormatan ,,Bintang Garuda” ini dilakukan dengan seadil-adilnja.

Saudara Ketua, sekianlah sekedar hal-hal jang kami kemukakan berhubung dengan

pengesahan rantjangan Undang-undang ini.

Rapat 51.

Kemudian dalam pemandangan umum mengenai rantjangan Undang-undang tentang

penetapan Undang-undang Darurat No. 6 tahun 1958 tentang perubahan dan tambahan

mengenai Undang-undang Darurat No. 65 tahun 1958 tentang pemberian tanda-tanda

kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma sebagai Undang-undang ini.

Untuk memperoleh pengertian jang baik dalam penambahan pasal pada Undang-

undang Darurat No. 65 tahun 1958 ini perlu saja mengadjukan pertanjaan-pertanjaan

sebagai berikut :

1. Apakah jang didjadikan dasar pikiran bagi Pemerintah untuk memberikan tanda djasa

luar biasa berupa Bintang Darma setjara chusus kepada orang asing diluar keanggotaan

Angkatan Udara Republik Indonesia?

2. Norma-norma apakah jang dipakai ukuran pemberian ini kepada orang-orang asing

maupun kepada warga-negara Indonesia?

3. Bagaimanakah dengan Bintang Sakti?

Apakah dapat diperlakukan sama untuk dianugerahkan kepada orang-orang asing

sebagai halnja dengan Bintang Darma?

4. Berapakah Pemerintah telah menganugerahkan Bintang Darma kepada para anggota

Angkatan Perang Republik Indonesia?

Saudara Ketua jang terhormat, pada prinsipnja Fraksi Nahdlatul Ulama dapat

menjetudjui Undang-undang ini dan mengharapkan djawaban Pemerintah atas pertanjaan-

pertanjaan saja diatas tadi.

Saudara Ketua jang terhormat, sekarang kami ingin memasuki pembitjaraan mengenai

pemandangan umum tentang penetapan Undang-undang Darurat No. 7 tahun 1958 tentang

Page 108: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

108

penggantian peraturan tentang Bintang Gerilja sebagai termaktub dalam Peraturan

Pemerintah No. 8 tahun 1949 (Lembaran Negara tahun 1958 No. 154) sebagai Undang-

undang.

Saudara Ketua jang terhormat, dalam membitjarakan Undang-undang Darurat ini,

Fraksi Nahdlatul Ulama menjetudjui untuk segera didjadikan Undang-undang.

Sebab dasar fikiran mengenai materi rantjangan Undang-undang ini telah banjak saja

uraikan pada pemandangan-pemandangan umum mengenai rantjangan Undang-undang

tentang tanda-tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma dan tanda-tanda

satyalantjana-satyalantjana, jang pada dasarnja saja menjetudjui kepada setiap usaha

Pemerintah untuk memelihara moreel dan meninggikan semangat Angkatan Perang

Republik Indonesia kita untuk tudjuan mentjapai prestasi setinggi-tingginja dalam usaha

memadjukan Negara Republik Indonesia, harus disokong dan mendapat penghargaan

setinggi-tingginja.

Saudara Ketua jang terhormat, dalam persoalan Bintang Gerilja ini, adalah masalah

Pedjuang Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai tertjantum dalam pasal 1 rantjangan

Undang-undang ini, dimana ditekankan kata aktif jakni mereka jang menundjukkan

keberanian, kebidjaksanaan dan kesetiaan jang luar biasa.

Rapat 51.

Untuk ini tentunja dibutuhkan sekali keterangan-keterangan jang kuat dan sempurna

untuk menentukan seseorang jang betul-betul aktif selama masa gerilja.

Maka dengan demikian dalam melaksanakannja, Pemerintah hendaknja tidak segan-

segan untuk memperoleh keterangan-keterangan jang dimaksud selain dari administrasi

militer djuga diambil manfaatnja dari keterangan-keterangan jang ada melalui saluran-

saluran jang sah baik dari instansi Pemerintah atau organisasi-organisasi jang berada

didaerah-daerah.

Sebagai missal didaerah-daerah sampai swatantra tingkatan II telah terbentuk suatu

badan komisi screening dari Kantor-kantor Urusan Veteran, jang kami jakin bahwa komisi

ini sudah djauh berhasil mempeladjari dan menilai setiap pedjuang jang ada didaerahnja

masing-masing, sehingga kechawatiran Bintang Gerilja akan djatuh pada orang jang tidak

berhak untuk memilikinja akan hilang.

Maka untuk ini saja minta kesediaan Pemerintah dalam melaksanakan Undang-undang

ini turut-serta Kementerian Urusan Veteran Pedjuang Kemerdekaan Republik Indonesia

bersama-sama Kementerian Pertahanan, dari saluran atas sampai bawah.

Saudara Ketua jang terhormat, saja mendengar banjak sekali Bintang Gerilja sudah

diberikan kepada orang-orang jang berhak memilikinja, tapi rupanja belum demikian

merata sehingga umpamanjasadja beberapa Saudara-saudara kita jang terhormat jang ada

Page 109: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

109

dalam ruangan sidang ini sebagai anggota Parlemen belum ada jang memiliki Bintang

Gerilja, padahal ia adalah orang-orang jang memimpin pemberontakan dengan djalan

gerilja melawan pemerintah Belanda untuk kemerdekaan bangsa Indonesia, pada masa

agresi Belanda ke I dan ke II.

Apabila para pedjuang jang berhak memiliki Bintang Gerilja jang turut serta membuat

Undang-undang ini masih belum djuga kebagian, bagaimanakah halnja dengan orang-orang

didaerah-daerah jang berhak memilikinja.

Maka untuk ini saja tetap meminta kepada Pemerintah hendaknja dalam melaksanakan

Undang-undang ini dilakukan kebidjaksanaan seluas-luasnja sehingga baik jang ada dalam

lingkungan ketentaraan, veteran dan rakjat memperoleh perlakuan jang sama.

Maka untuk ini saja ingin menanjakan berapakah banjaknja Bintang Gerilja jang telah

dianugerahkan oleh Pemerintah?

Selandjutnja perlu kami mintakan pendjelasan dari Pemerintah tentang orang-orang

jang walaupun bisa disebut pedjuang gerilja tetapi sementara itu pernah mengchianati

Negara, umpamanja turut serta dalam pemberontakan komunis di Madiun, Permesta,

P.R.R.I. dan sebagainja, apakah mereka ini masih berhak menerima Bintang Gerilja ini?

Saudara Ketua jang terhormat, kemudian mengenai Undang-undang jang paling achir,

jaitu tentang penarikan kembali Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955 tentang

pentjabutan dan penggantian Undang-undang No. 14 tahun 1953 (Lembaran Negara tahun

1955 No. 38).

Rapat 51.

Untuk ini saja sangat menitik-beratkan pembitjaraan ini kepda wewenang jang ada

pada Dewan Perwakilan Rakjat Republik Indonesia. Sedang tentang materi atas rantjangan

Undang-undang ini, kami tidak akan menjinggungnja karena kita bersama sudah

melegaliseed Undang-undang tentang Militer Sukarela.

Saudara Ketua jang terhormat, pada tahun 1953, Parlemen bersama-sama Pemerintah

telah sepakat membuat Undang-undang No. 14 tahun 1953 (Lembaran Negara tahun 1953

No. 44) tentang perlakuan terhadap anggota Angkatan Perang jang diberhentikan dari dinas

ketentaraan.

Jang aneh kalau Undang-undang No. 14 tahun 1953 itu dibuatnja bersama-sama oleh

Parlemen dan Pemerintah, mengapa waktu ditjabutnja tidak dilakukan bersama-sama pula,

seolah-olah dengan seenaknja sadja Pemerintah mengeluarkan Undang-undang Darurat No.

13 tahun 1955, tanpa melalui procedure jang biasa berlaku, sedang djangka waktu tahun

1955 sampai sekarang tahun 1959 adalah tjukup luas dan pandjang.

Pemerintah mengadjukan rantjangan Undang-undang ini, jang maksudnja untuk

mentjabut Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955, jang mengubur Undang-undang No.

Page 110: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

110

14 tahun 1953 adalah suatu tindakan jang amat praktis bagi pihak Pemerintah, sehingga

lenjaplah persoalan penguburan satu Undang-undang oleh Undang-undang Darurat jang

seharusnja tidak usah didaruratkan.

Dengan demikian timbullah persoalan :

1. Kenapa Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1953 pada waktunja jang 4 tahun itu,

Pemerintah tidak menadjukannja kepada Parlemen menurut kebiasaan jang berlaku.

2. Apakah kedjadian sematjam ini akan terulang kembali pada masa-masa jang akan

datang sehingga merupakan tradisi baru dalam pembuatan perundang-undangan?

Saudara Ketua jang terhormat, sekian Saudara Ketua, dan pada prinsipnja kami dari

Fraksi Nahdlatul Ulama dapat menjetudjui dan agar segera rantjangan Undang-undang ini

disahkan sebagai Undang-undang.

Sekian, terima kasih.

Ketua : Saja persilakan Saudara Sukatno.

Sukatno : Saudara Ketua, fraksi saja Partai Komunis Indonesia dapat menjetudjui

rantjangan Undang-undang ini untuk menarik kembali Undang-undang Darurat No. 13

tahun 1955, dengan alasan bahwa pada pokoknja ketentuan-ketentuan jang terdapat

didalam telah tertjantum didalam Undang-undang No. 19 tahun 1958 tentang militer

Sukarela. Ini adalah sesuai dengan andjuran beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakjat

jang terhormat ini ketika mensahkan Undang-undang tentang Militer Sukarela, bahwa

setelah berlakunja Undang-undang tersebut hendaknja diikuti dengan tindakan-tindakan

untuk menghindarkan kemungkinan dikenakannja seseorang anggota Angkatan Perang

didalam hal dan persoalan jang sama diperlakukan lebih dari satu Undang-undang.

Tetapi disamping itu perlu ditegaskan disini, bahwa bagaimanapun djuga terdapat

perbedaan-perbedaan mengenai beberapa ketentuan antara Undang-undang Darurat No.

Rapat 51.

13 tahun 1955 itu dengan Undang-undang No. 19 tahun 1958 tentang Militer Sukarela

didalam hal pemberhentian dari dinas ketentaraan dan hal kelonggaran untuk mengadjukan

permohonan agar diperpandjang sesuatu ikatan dinas. Didalam hal ini Undang-undang

Darurat No. 13 tahun 1955 mentjantumkan ketentuan-ketentuan jang agak terperintji.

Berhubung dengan itu inginlah saja pada kesempatan menjetudjui rantjangan Undang-

undang jang sedang dibitjarakan sekarang untuk mentjabut Undang-undang Darurat No. 13

tahun 1955, mengadjukan beberapa pendapat dan saran kepada Pemerintah.

Apa jang ingin saja kemukakan ini adalah mengenai soal pelaksanaan gagasan

peremadjaan Angakatan Perang Republik Indonesia dan penampungan dari berbagai

kemungkinan akibatnja jang bisa berwudjud kurang baik apabila tidak diberikan perhatian

setjara baik pula. Jaitu mengenai kemungkinan diberhentikannja seseorang anggota

Page 111: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

111

Angkatan Perang, baik dalam rangka pension ataupun kemungkinan-kemungkinan lainnja,

jang dianggap sudah tidak sesuai dengan semangat pelaksanaan peremadjaan. Mengenai

persoalan bagaimanakah peremadjaan itu dilakukan dalam bentuknja jang konkrit, saja

telah berkali-kali pula menggunakan berbagai kesempatan disini untuk mengemukakan

pendirian fraksi saja. Pertama-tama jang harus dilakukan adalah untuk membersihkan

Angkatan Perang Republik Indonesia dari elemen-elemen jang merusak Sapta Marga

pradjurit. Disamping itu rekrut bagi tenaga-tenaga muda dari pemuda-pemuda kita jang

masih segar, tangkas dan tidak mementingkan diri sendiri perlu dilakukan untuk

memperbesar potensi pertahanan nasional kita dengan lahirnja battalion-batalion baru jang

modern dalam hal organisasi maupun perlengkapannja.

Djadi peremadjaan djanganlah dilaksanakan dalam bentuk jang bisa menimbulkan

kesan akan mengadakan demobilisasi setjara besar-besaran. Ketjuali ini tidak tjotjok

dengan kebutuhan pertahanan djuga tidak tepat dilihat dari segi lapangan penghidupan para

pradjurit.

Sepandjang pengetahuan jang saja dapatkan berkenaan dengan penindjauan-

penindjauan jang dilakukan oleh Seksi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakjat ke berbagai

objek Angkatan Perang kita, diantaranja saja mendapat kesan adanja dua gedjala jang harus

dihadapi dengan sikap jang tepat. Gedjala pertama adalah gedjala jang ,,meremehkan” arti

peremadjaan. Gedjala ini terdapat pada sementara anggota Angkatan Perang jang

berpikiran kolot, terlalu memudja-mudja ,,ketuannja” dan ,,pengalaman” jang bertahun-

tahun bahkan berdjaman-djaman. Mereka merasa bahwa dalam djaman apapun mereka

adalah seorang militer jang baik. Gedjala jang demikian ini mendjadi pertanda jang tidak

baik dalam kehidupan dan perkembangan Angkatan Perang kita, pada waktu orang-orang

jang berpikiran demikian ini melihat kemadjuan jang pesat dan ketjakapan muda jang

mengagumkan dari generasi baru dalam Angkatan Perang itu sebagai sesuatu jang

mengantjam kedudukannja. Gedjala jang demikian ini adalah gedjala jang tidak

sehat.Tetapi sebaliknja, disamping gedjala tersebut terdapat pula gedjala jang sebaliknja,

jang djuga tidak sehat. Jaitu gedjala

Rapat 51.

jang ,,meremehkan” peranan pengalaman. Gedjala ini terdapat pada sementara anggota

Angkatan Perang jang terlalu memudja-mudja ,,kemudaannja” dan ,,teori” jang begitu

madjunja sesuai dengan kemadjuan djaman atom sekarang, berkat pendidikan jang mereka

peroleh pada institut-institut didalam maupun diluar negeri. Mereka menganggap bahwa

pengalaman dari Angkatan Perang kita jang dilahirkan oleh revolusi dengan segala

kesedehanaannja, tidaklah ada artinja bagi kemadjuan ilmu kemiliteran sekarang. Hingga

penganut-penganut pikiran ini menganggap bahwa ,,kopral-kopral tua” itu adalah

penghambat sadja, dan dengan demikian mereka mengartikan peremadjaan itu setjara

Page 112: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

112

berlebih-lebihan. Gedjala ini adalah tidak baik. Dan kedua-kedua gedjala tersebut harus

dihadapi dengan sikap jang korek, dan terutama tanggung-djawab ini sebagian besar

terletak pada kebidjaksanaan pimpinan ketiga-tiga angkatan terutama kebidjaksanaan

Kepala Staf Angkatan dilapangan personil. Dasar dari pada dua gedjala itu haruslah dapat

disorong untuk bisa disalurkan demi kemadjuan dan keutuhan Angkatan Perang jang

berdjalan setjara harmonis.

Dalam hubungan ini, inginlah saja bertanja kepada Pemerintah sudah sampai

dimanakah dilaksanakan Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 1959?

Selandjutnja Saudara Ketua, tadi saja mengemukakan bahwa perbedaan jang ada, dan

memang tidak prinsipil, antara Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955 itu dengan

Undang-undang No. 19 tahun 1958 tentang Militer Sukarela dalam pemberhentian atau

penonaktifan seseorang anggota Angkatan Perang, jang pertama mengandung ketentuan-

ketentuan jang agak terperintji. Terutama didalam hal prosedur dan djaminan

pengembaliannja kemasjarakat bukan militer. Setelah ditarik kembali Undang-undang

Darurat No. 13 tahun 1955, mendjadilah kewadjiban Pemerintah untuk tetap memelihara

dan mengembangkan kemungkunan-kemungkinan untuk lebih terdjaminnja sjarat-sjarat

jang patut dan lajak bagi seseorang anggota Angkatan Perang dan diperhentikan atau

dipensiun dan kembali kemasjarakat dengan tidak terlantar.

Adanja kechawatiran bagi sebagian banjak anggota Angkatan Perang terhadap hari

depannja setelah tidak lagi diperlukan didalam Angkatan Perang, dengan pengalaman

sekarang ini memang tjukuplah beralasan. Kechawatiran ini melahirkan bermatjam-matjam

ekses.

Ekses ini diantaranja adalah berwudjud dengan lahirnja perwira-perwira pedagang,

penjalahgunaan kekuasaan, penelantaran tanggung-djawab, jang semata-mata digunakan

untuk membikin persiapan supaja djangan terlantar penghidupannja dikemudian hari.

Malah supaja ekonomis lebih baik dari sekarang. Pikiran jang membimbing mereka pada

pokoknja satu, gunakanlah semaksimal-maksimalnja kekuasaan jang ada untuk

mengumpulakn sjarat-sjrat jang sebanjak-banjaknja untuk djaminan hidup dikemudian

hari.Tentunja kesempatan demikian hanja dimiliki oleh lapisan terbatas didalam Angkatan

Perang. Tetapi ini tjukup memberikan teladan jang tidak baik bagi pradjurit. Bagi pradjurit

jang kritis ini akan menimbulkan anti-pati, tetapi bagi bawahan jang malahan ingin tiru-tiru,

ini akan langsung menjakitkan jang mendjadi korban jaitu rakjat.

Rapat 51.

Berhubung dengan kenjataan-kenjataan tersebut, inginlah saja mendapatkan

pendjelasan dari Pemerintah, bagaimanakah nasib dari Peraturan-peraturan Pemerintah jang

diadakan bersumber pada Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955, terutama jang

tersimpul dalam pasal-pasal 3 dan 4 jang pelaksanaannja diantaranja telah melahirkan

Page 113: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

113

Corps Tjadangan Nasional dan lain-lain. Menurut hemat saja, apa jang telah dilaksanakan

menurut Peraturan-peraturan Pemerintah jang bersumber pada pasal-pasal 3 dan 4 dalam

Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955 itu belumlah meliputi semua anggota Angkatan

Perang jang dimaksudkan oleh pasal 4 ajat (1) sub a dan b Undang-undang No. 12 tahun

1953 setelah diubah menurut Undang-undang Darurat No. 12 tahun 1955. Djadi

kemungkinan penonaktifan dan pemberhentian dengan segala akibat dan tanggung

djawabnja harus didjamin dalam pasal-pasal Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955

jang akan ditarik kembali sekarang ini masihlah ada. Apakah didalam hal ini Pemerintah

telah mengambil tindakan-tindakan persiapan, supaja dengan ditariknja kembali Undang-

undang Darurat No. 13 tahun 1955 ini nasib para pradjurit jang kelihatan terdjamin oleh

Undang-undang Darurat tersebut tidak mendjadi terlantar?

Dalam hubungan ini pula, dapatlah Pemerintah memberikan pendjelasan kepada siding

Dewan Perwakilan Rakjat ini, usaha-usaha atau badan-badan apa sadjakah jang telah

diadakan untuk merealisasi maksud pasal-pasal 3 dan 4 Undang-undang Darurat No. 13

tahun 1955? Apakah Corps Tjadangan nasional itu djuga merupakan salah satu realisasi

dari Undang-undang Darurat tersebut. Adakah disamping usaha-usaha resmi dari pihak

Pemerintah itu terdapat usaha-usaha partikelir dari seorang atau beberapa orang anggota

Angkatan Perang jang dikenakan Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955, sebagai

uasahanja sendiri mempersiapkan diri kembali kemasjarakat? Saja minta supaja didalam

mendjelaskan hal ini Pemerintah sudilah kiranja memperintji, apa sadja jang diadakan

menurut inisiatif Pusat dan apa sadja jang diadakan menurut inisiatif teritorium. Sukalah

kiranja pula Pemerintah menerangkan, bagaimanakah kedudukan hokum dari berbagai

usaha sematjam itu seperti misalnja Panti-Wijata di Bandung, dan mungkin pula usaha-

usaha sematjam itu didaerah teritorium jang lain.

Saudara Ketua, pertanjaan-pertanjaan inilah jang saja mengharapkan mendapat

djawaban terlebih dahulu dari Pemerintah, sebelum kita mensahkan rantjangan Undang-

undang ini, jang pada pokoknja fraksi saja dapat menjetudjuinja.

Achirnja, Saudara Ketua, dalam mejetudjui rantjangan Undang-undang ini saja adjukan

saran : untuk mengurangi timbulnja ekses-ekses jang dalam bagian muka pembitjaraan saja

ini telah saja kemukakan, jaitu adanja usaha-usaha untuk menutup kechawatiran terhadap

nasib anggota Angkatan Perang dikemudian hari. Apakah Pemerintah tidak sependapat

dengan saja bahwa Lembaga Penelitian dan Penjaluran Angkatan Darat jang dibentuk oleh

Angkatan Darat itu diperluas sampai didaerah-daerah dan dianggap sebagai satu-satunja

badan penjaluran anggota-anggota.Angkatan Perang kembali kemasjarakat. Dan dengan

demikian apakah tidak tepat, apabila anggota-anggota jajasan jang dibentuk oleh beberapa

perwira, jang sebagian djuga

Page 114: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

114

Rapat 51.

diakui sebagai organisasi setengah resmi dari Angkatan Darat itu perlu ditindjau kembali

dan disesuaikan dengan maksud atau mendjadikan Lembaga Penelitian dan Penjaluran

Anggota-anggota Angkatan Darat sebagai satu-satunja organisasi penjalur jang resmi.

Jang terachir hendaknja didjelaskan nanti, bagaimanakah kedudukan keuangan dari

para perwira jang ditugaskan untuk mengawasi perusahaan-perusahaan jang diambil alih.

Apakah terhadap mereka itu berlaku gadji Angkatan Perang sebagai pendapatan pokok

ataukah gadji Direktur atau sematjam itu bagi pendjabat dalam perusahaan-perusahaan jang

saja maksud itu, jaitu jang telah diambil alih oleh Pemerintah.

Sekian, Saudara Ketua, hendaknja Pemerintah sudi memperhatikan pertanjaan-

pertanjaan ini dan memberikan djawabannja jang lengkap kepada pertanjaan-pertanjaan

kami ini.

Terima kasih.

Ketua : Saja persilakan Saudara Mardjohan.

T. S. Mardjohan : Saudara Ketua jang terhormat, assalamu’alaikum warahmatullahi

wabarakatuh.

Didalam membitjarakan rantjangan Undang-undang tentang penetapan Undang-undang

Darurat No. 2 tahun 1959 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda (Lembaran

Negara tahun 1959 No. 19), sebagai Undang-undang maka kami dari Fraksi Perti ikut

menjumbangkan pendapat sebagai pembahasan maupun sebagai pertanjaan-pertanjaan

seperlunja.

Saudara Ketua, terlebih dahulu kami mulai mengemukakan :

1 Djika benar demikian dasar Pemerintah, tentang dibitjarakannja rantjangan Undang-

undang ini jaitu, setiap Undang-undang Darurat jang telah njata banjak manfaatnja

ditengah-tengah masjarakat kenegaraan selagi ada kesempatan supaja selekasnja

dibitjarakan dan disahkan oleh Parlemen sebagai Undang-undang, maka dasar jang seperti

itu kami sambut baik dan berikutnja kami iringi dengan terima kasih atas usaha Pemerintah

itu.

2 Prinsip, rantjangan Undang-undang ini kami dari Fraksi Perti, dapat menjetudjui

dengan tudjuan :

a. Setiap warga-negara maupu asing jang berdjasa didalam satu lapangan chusus atau

lainnja, sebagai Negara, pantas memberikan imbangan djasa sebagai penghargaan

maupun dengan memberikan hadiah atau bintang-bintang kehormatan jang selaras

dengan keadaannja teristimewa lagi kepada orang-orang jang mempertahankan

keabadian Negara seperti penerbang tahun 1945 s/d 1949.

Page 115: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

115

b. Untuk membuka pintu kepada mereka dilapangan masing-masing berlomba-lomba

mentjapai tingkat jang baik dan bermutu tinggi, sebagai penerbang jang benar-benar

giat dilapangan peralatan Negara bersifat djudjur untuk mempertahankan Negara.

Rapat 51.

c. Memperkuat disiplin dikalangan Angkatan Udara Republik Indonesia sendiri.

Kemudian dari itu, Saudara Ketua, tentang materi rantjangan Undang-undang ini oleh

karena sederhananja menurut kami tidak ada perbedaan pendapat jang prinsipil hanja untuk

kelengkapan pembahasannja kami adjukan beberapa pertanjaan disekitar materi rantjangan

Undang-undang tersebut :

1 Dasar apakah jang dipakai oleh Pemerintah batas waktu tahun 1945 s/d 1949 untuk

diberi Bintang Garuda? Karena keberanian dan ketjakapankah atau karena peloporkah?

2 Berapakah penerbang-penerbang jang telah aktif antara tahun 1945 s/d 1949.

3 Antara tahun 1945 dan 1949 ada berapakah djumlah kapal udara kepunjaan Republik

Indonesia.

4 Dalam pasal 10 ajat b pentjabutan hak atas Bintang Garuda ditjabut apabila jang

menerima, dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan

hukuman karena sesuatu kedjadian terhadap keamanan Negara atau karena desersi.

Maka dalam pembahasan ajat ini, timbul pertanjaan kami, apakah tjontoh jang

dimaksud karena sesuatu keamanan Negara atau kerana desersi?

5 Ada berapa orangkah warga-negara asing jang melakukan suatu perintah Angkatan

Udara dan kebangsaan apa?

6 Dasar apa rantjangan Undang-undang ini menetapkan pasal 7 tata-tjara pengusulan dan

pemberian Bintang Garuda ditetapkan oleh Menteri Pertahanan apakah pengertian

pasal jang lebih djelas?

Dalam pasal 12 ajat b, Bintang Garuda dianugerahkan djuga setjara anumerta kepada

warga-negara Indonesia bukan anggota Angkatan Udara.

Tjorak apa warga-negara Indonesia jang bukan anggota Angkatan Udara?

7 Penerbang-penerbang jang aktif sesudah tahun 1949 jang mempertahankan keutuhan

Negara dari segala kemungkinan, bagaimana pertimbangan Pemerintah, tidakkah

wadjar pula mereka itu diberi Bintang Garuda? Djika ditindjau disegi alasan tentu

tidak berapa berbeda dengan alasan pemberian Bintang Garuda diantara tahun 1945

dan 1949, jaitu sama-sama sangat berbahaja ditindjau dari sudut militer.

8 Selain penghargaan dengan Bintang Garuda untuk penghargaan penerbang-penerbang

antara tahun 1945 s/d 1949, tidakkah lebih baik lagi mengeluarkan sebuah buku jang

chusus berupa sedjarah kebangunan peralatan Negara diudara dan memuat nama-nama

orang jang telah berdjasa berikut keterangan lain-lain djuga?

Page 116: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

116

Saudara Ketua jang terhormat, untuk menghadapi rantjangan Undang-undang jang

sederhana ini, setjara sederhana pula kami mengupasnja, maupun jang bersifat pandangan

dan maupun bersifat pertanjaan, kesemuanja seperti jang kami uraikan diatas, lain tidak

semata-mata hendak memperdjelas persoalannja, dan selandjutnja kami harapkan jang

berupa pertanjaan-pertanjaan supaja Pemerintah akan mendjawab seperlunja, berguna

untuk mejakinkan kami dalam ikut memberikan suara mensahkan rantjangan Undang-

undang jang bermaksud baik ini.

Rapat 51.

Dan terachir kami ulangi sekali lagi tentang rantjangan Undang-undang ini kami dari

Fraksi Perti dapat menjetudjui.

Buat sementara tjukup sedemikian.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ketua : Terachir saja persilakan Saudara Misbach.

K.H. Misbach : Saudara Ketua jang terhormat, Assalamu’alaikum warahmatullahi

wabarakatuh.

Berbitjara mengenai rantjangan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat

No. 6 tahun 1958 tentang perubahan dan tambahan mengenai Undang-undang No. 65 tahun

1958 tentang pemberian tanda-tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma sebagai

Undang-undang, maka dapat kami terangkan sebagai berikut :

Pada pertengahan tahun 1958, Parlemen sudah memutuskan Undang-undang tentang

pemberian tanda-tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma.

Rupa-rupanja setelah Undang-undang tersebut berdjalan, terdapatlah beberapa

kekurangannja dan untuk menambah kekurangan tersebut, maka Pemerintah telah

mengeluarkan Undang-undang Darurat No. 6 tahun 1958 jang hanja terdiri dari dua pasal,

ialah sesudah Bab IX diadakan Bab X baru dengan kepala ,,Kekuatan Chusus” jang hanja

terdiri dari satu pasal jang kini kita bitjarakan

Mengingat, bahwa Undang-undangnja sendiri sudah lama kita sahkan, dan kini

merupakan mengatur tjara memberikan Bintang Sakti dan Bintang Darma kepada warga-

negara Indonesia maupun asing, sehingga penghargaan atas djasa-djasa luar biasa jang

disumbangkannja chusus untuk kemadjuan dan pembangunan Angkatan Perang Republik

Indonesia.

Saudara Ketua jang terhormat, kami memahami, bahwa pasal jang berkenaan dengan

kalimat tersebut diatas, memang pada Undang-undang No. 65 tahun 1958 tidak kita dapati,

karenanja, mengingat urgensinja kami dapat menjetudjui rantjangan Undang-undang ini,

untuk didjadikan Undang-undang biasa.

Page 117: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

117

Kemudian, Saudara Ketua, dalam membahas rantjangan Undang-undang tentang

penetapan Undang-undang Darurat No. 7 tahun 1958 tentang penggantian Peraturan

tentang Bintang Gerilja sebagai termaktub dalam Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1949

(Lembaran Negara tahun 1958 No. 154), sebagai Undang-undang, maka frkasi kami dapat

memahami sepenuhnja.

Saudara Ketua, rantjangan Undang-undang ini berpokok pada Peraturan Pemerintah

No. 8 tahun 1949 jang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia di Jogjakarta pada

tanggal 22 September 1949. Sesuai dengan namanja, ialah Bintang Gerilja maka dengan

dasar pertama-tama, ialah diberikan kepada mereka putera Indonesia jang terang-terang

berdjasa dalam perang gerilja dalam menghadapi agresi Belanda ke-I dan ke-II.

Menurut hemat kami, perang gerilja menghadapi agresi Belanda baik jang ke-I maupun

jang ke-II disekitar tahun 1945 sampai dengan tahun 1949, banjak sekali tjorak dan

ragamnja, dalam tjara mengatur pembelaan tanah air jang dilakukan oleh rakjat Indonesia,

karena sifat dari pertahanan kita pada waktu itu, adalah pertahanan rakjat setjara total, dan

harus diingat pula, bahwa pada waktu itu, timbullah spontaniteit dari massa untuk

mewudjudkan bermatjam-bermatjam organisasi barisan dan lasjkar-lasjkar jang kesemuanja

ditudjukan kepada ,,lenjapnja pendjadjahan dari tanah air Indonesia”.

Disamping itu pula ada sebahagian rakjat jang tidak termasuk barisan-barisan dan

lasjkar-lasjkar, dan jang tidak mau tuntut-menuntut dan tidak mau menundjukkan djasanja,

tetapi mereka tidak kurang bantuannja dan djasa-djasanja kepada tanah air dan bangsa,

misalja, mereka dapat menundjukkan tempatnja musuh, mereka jang menjerahkan

rumahnja untuk kepentingan markas dan kantor-kantor, dan mereka jang menjerahkan

rumah-rumahnja untuk didjadikan asrama-asrama tentara dan lasjkar, sehingga achirnja

rumah-rumah tersebut serta harta bendanja habis dibakar oleh tentara Belanda.

Saudara Ketua, menurut hemat kami, ketjuali mereka jang berfungsi tentara, barisan

atau lasjkar maka terhadap mereka jang kami sebutkan diatas tadi, perlu djuga diperhatikan

untuk mendapatkan Bintang Gerilja.

Kini organisasi barisan dan kelasjkaran tersebut, sudah lama dibubarkan, jang tinggal

hanja bekas-bekas dan djasa-djasa mereka apabila diakui. Tetapi walaupun demikian

sedjarah nanti pada achirnja akan membuka kembali terhadap mereka jang berdjasa dan

jang tidak.

Saudara Ketua, misalnja pada achir tahun 1949 ada beberapa pemimpin jang

melandjutkan perdjuangan Pemerintah Republik Indonesia, disaat-disaat kekosongan dalam

Pemerintah Republik Indonesia di Jogjakarta, ialah pada waktu P.J.M. Presiden dan Wakil

Presiden serta beberapa Menteri sedang ditawan oleh Belanda dan ditempatkan dipulau

Bangka.

Maka lahirlah ditengah-tengah hutan belukar di Atjeh sebuah proklamasi tentang

berdirinja P.D.R.I. (Pemerintah Darurat Republik Indonesia), maka P.D.R.I. inilah jang

Page 118: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

118

melandjutkan perdjuangan gerilja guna mengisi kekosongan pimpinan dalam Pemerintah

Republik Indonesia sampai lahirnja Roem-Royen Statement dan seterusnja.

Saudara Ketua, kiranja akan bidjaksana apabila Pemerintah djuga memberikan Bintang

Gerilja kepada pemimpin-pemimpin P.D.R.I. tersebut.

Saudara Ketua jang terhormat, oleh karena dasar jang terutama dari rantjangan

Undang-undang ini, adalah peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1949, disekitar perang gerilja

dengan aggressor Belanda ke-I dank e-II, djadi sudah berdjalan kurang-lebih 10 tahun,

maka dengan sendirinja kami jakin, bahwa Pemerintah djuga akan memberikan kepada

pedjuang gerilja jang berdjasa dapat melumpuhkan pemberontakan Komunis di Madiun

pada achir tahun 1948; dengan ini kami menjakan kepada Pemerintah sebagai berikut :

1. Hingga sekarang ini sudah berapakah Bintang Gerilja jang diberikan kepada mereka,

Rapat 51.

2. Berapakah jang sudah diberikannja kepada Anggota-anggota Angkatan Perang dan

Polisi Negara?

3. Berapakah jang sudah diberikannja kepada Pamong Pradja dan Pegawai-pegawai sipil

lainnja?

4. Berapakah jang sudah diberikannja kepda rakjat-biasa, misalnja buruh, tani dan lain-

lain.

5. Berdasarkan rantjangan Undang-undang ini pasal 6 jang berbunji :

,,Tata-tjara pengusulan dan pemberian Bintang Gerilja ditetapkan oleh Menteri

Pertahanan”, maka kami mintakan pendjelasan :

Apakah sjarat-sjaratnja untuk mendapatkan Bintang Gerilja, dan siapa atau instansi

mana jang berhak mengusulkannja?

6. Berdasarkan rantjangan Undang-undang ini Bab VI Ketentuan Chusus pasal 11 ingin

pula kami mendapatkan djawaban Pemerintah, apakah sudah ada dari warga-negara

asing terkemuka jang sudah pernah diberikan Bintang Gerilja sebagai penghormatan

oleh Panglima Tertinggi? Kalau sudah berapakah, dan dari warga-negara asing

manakah jang sudah pernah diberikannja.

Demikianlah, Saudara Ketua, terima kasih.

Ketua : Saudara-saudara, selesailah sudah pemandangan umum babak pertama dari

para anggota mengenai 4 rantjangan Undang-undang.

Oleh karena hari ini hari Djum’at tentunja tidak bisa Pemerintah segera mendjawabnja.

Dalam susunan atjara kelandjutan dari pembitjaraan ini telah disediakan pada hari Selasa,

hari Rabu dan hari Djum’at pada minggu jang akan dating.

Page 119: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

119

Sekarang saja akan bertanja kepada Pemerintah, pada hari apakah Pemerintah akan

dapat mendjawabnja?

Dr J. Leimena, Wakil Perdana Menteri III, Menteri Pertahanan a.i.: Saudara Ketua,

sebetulnja Pemerintah mau menjelesaikan segala sesuatu ini dalam waktu jang sesingkat-

singkatnja. Tadinja Pemerintah berfikir pagi hari ini djuga sudah dapat menjelesaikannja,

tetapi terbukti bahwa banjak pertanjaan-pertanjaan dan usul-usul dari para anggota Dewan

Perwakilan Rakjat jang djuga harus dibahas dengan seteliti-telitinja agar supaja dapat

memuaskan hati dan djiwa para anggota Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat. Oleh

karena itu Pemerintah minta sedikit waktu berhubung djuga dengan hari-hari jang akan

dating ini hari libur. Djadi bagaimana kalau hari Selasa malam sadja, Saudara Ketua?

Ketua : Tidak mungkinkah kalau hari Selasa pagi sadja?

Dr J. Leimena, Wakil Perdana Menteri III, Menteri Pertahanan a.i.: Berhubung

dengan pertanjaan-pertanjaan dari beberapa anggota ada jang memerlukan sedikit

penjelidikan, maka sebaiknja hari Selasa malam sadja.

Rapat 51.

Ketua : Saudara-saudara, sebagaimana Saudara-saudara djuga dapat mendengarkannja

apa jang dikemukakan oleh Pemerintah, bahwa Pemerintah akan memberikan djawabannja

pada hari Selasa malam tanggal 19 Mei 1959, dan memang pada susunan atjara kita, djuga

hal itu tertjantum pula sebagai atjara landjutan.

Saudara-saudara, rapat pada hari ini saja tutup dan atjara ini kita landjutkan pada hari

Selasa malam.

Nanti malam tidak ada rapat.

Dengan ini rapat saja tutup.

Rapat ditutup pada djam 11.55.

____________________________

Page 120: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

120

Koreksi dari jang bersangkutan supaja disam- paikan kepada Ur. Risalah D.P.R. dalam waktu 2 X 24 djam

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

RISALAH PERTEMUAN (Belum dikoreksi)

Sidang II.

Hari Selasa, 19 Mei 1959.

(Djam panggilan : 19.30).

Usul resolusi Nj. Soepeni dan kawan-kawan tentang konperensi para Menteri Luar

Negeri di Djenewa (Sid. 1959, P. 419) --- Rantjangan Undang-undang penetapan ,,Undang-

undang Darurat No. 2 tahun 1959 tentang “Bintang Garuda” sebagai Undang-undang (Sid.

1959, P. 416) --- Rantjangan Undang-undang penetapan ,,Undang-undang Darurat No. 6

tahun 1958 tentang perubahan dan tambahan mengenai Undang-undang No. 65 tahun 1958

tentang pemberian tanda-tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma” sebagai

Undang-undang (Sid. 1959, P. 404) --- Rantjangan Undang-undang penetapan ,,Undang-

undang Darurat No. 7 tahun 1958 tentang penggantian peraturan tentang Bintang Gerilja”

sebagai Undang-undang (Sid. 1959, P. 405) --- Rantjangan Undang-undang tentang

penarikan kembali Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955 tentang pentjabutan dan

penggantian Undang-undang No. 14 tahun 1953 (Sid. 1959, P. 411).

Ketua : H. Zainal Abidin Ahmad

Sekertaria : Mr. Sumarsono.

Jang hadir 83 anggota :

Anwar Harjono, B. J. Rambitan, H. Zainal Abidin Ahmad, Dr Natiar Hulman

Lumbantobing, T. S. Mardjohan, Ismangoen Poedjowidagdho, H. A. Chamid Widjaja,

Siauw Giok Tjhan, I. J. Kasimo, Winoto Danuasmoro, Rasjid Sutan Radja Emas, Ajip

Muchamad Dzukhri, I. B. P. Manuaba, Soepeno Hadisiswojo, K. H. Masjkur, K. H.

Moch. Dachlan, Soedjono, B. P. H. Poeroebojo, Soedisman, Husein Kartasasmita, Imam

Soetardjo, Nj. Mahmudah Mawardi, Nj. Oemi Sardjono, Hutomo Supardan, Moersid

Idris, Ja’cob Mahmud, M. Caley, S. D. Bili, Murtadji Bisri, Abdul Aziz Dijar, Tjoo Tik

Tjoen, Semanhadi Sastrowidjojo, Rd. Soeprapto, Dr R. Soeatmadji, Zainal Arifin

Tanamas, Wasis, Achmad Siddiq, R. K. H. Musta’in, R. Soehardjo alias Bedjo, H. Andi

Sewang Daeng Muntu, Abdul Rasjid Faqih, Nj. Ch. Salawati, H. Senduk, Moh. Soleman,

Selamat Ginting, Sahar gelar Sutan Besar, Nja’ Diwan, Nungtjik A. R., V. B. Saka, I G.

G. Subamia, Anuarbek, L. Kape, Abdulmutalib Daeng Talu, Osa Maliki, Muhammad

Page 121: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

121

Ahmad, R. Ido Garnida, Asmuni, Uwes Abubakar, Sastra, A. Nunung Kusnadi, S. M.

Thaher, E. Moh. Masjur, Pandoe Kartawigoena, Soelardi, Nj. Sunarjo Mangunpuspito,

R. W. Probosuprodjo, Djadi

Risalah Pertemuan.

Wirosubroto, Josotaruno Ichsan Noer, Soetoko Djojosoebroto, Rs. Wirjosepoetro, R. G.

Doeriat, Soesilo Prawirosoesanto, H. Zain Alhabsji, Nj. Asmah Sjachrunie, Ridwan

Sjachrani, Z. Imban, Soemardi Jatmosoemarto, Nj. Suzanna Hamdani, Silas Papare, Tan

Kiem Liong, Oei Tjeng Hien, Lie Po Yoe, Ang Tjiang Liat.

Wakil Pemerintah : 1. Dr J. Leimena, Wakil Perdana Menteri III;

2. A. M. Hanafi, Menteri Negara.

Ketua : Saudara-saudara, pertemuan saja buka.

Sampai saat ini sesudah kita menunggu 1 ½ djam lamanja, baru 83 orang anggota jang

menanda-tangani daftar hadir. Padahal sekurang-kurangnja mesti hadir 135 orang anggota.

Djadi masih perlu menunggu 51 orang anggota lagi.

Tata-tertib kita pasal 63 sudah terpenuhi, jang berbunji sebagai berikut :

1. Sebelum menghadiri rapat, setiap anggota menanda-tangani daftar hadir.

2. Apabila daftar hadir telah ditanda-tangani oleh lebih dari separuh djumlah anggota

sidang, maka Ketua membuka rapat.

3. Daftar hadir jang dimaksudkan dalam ajat (1) diletakkan diatas medja Sekertaris untuk

ditanda-tangani oleh anggota-anggota jang datang kemudian”.

Ajat ini jang belum dipenuhi oleh pasal 64 ajat (1) berbunji sebagai berikut:

,,(1) Djikalau setengah djam sesudah waktu jang ditetapkan untuk pembukaan

rapat djumlah anggota jang diperlukan belum djuga hadir, maka Ketua membuka

pertemuan dan menjuruh membatja nama-nama anggota jang hadir. Ia dapat

mengumumkan surat-surat jang masuk”.

Pasal 64 itu mengatakan ½ djam; kita malahan sudah melampauinja sampai 1 ½ djam.

Disuruhnja Ketua membuka pertemuan; pertemuan sudah saja buka, tinggal lagi

membatjakan nama-nama anggota.

Tetapi sekiranja Saudara-saudara menganggap tidak perlu, saja rasa tidak akan

membatjakan nama-nama anggota-anggota itu.

Memang Peraturan Tata-tertib menjuruh membatjakan nama-nama anggota itu, tetapi

pada waktu jang achir-achir ini pernah kita mengalami jang demikian ini, djuga nama-nama

anggota itu tidak dibatjakan, tetapi kalau kita mau kembali kepada Tata-tertib, boleh djuga

saja akan batjakan nanti, Saudara-saudara.

Baiklah soal ini kita tinggalkan sadja, soal membatjakan nama-nama itu, tetapi jang

penting adalah dua hal jang akan kita bitjarakan: pertama, soal resolusi sebagaimana sudah

Page 122: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

122

saja beritahukan tadi pagi, dan jang kedua, beberapa rantjangan Undang-undang dari

Kementerian Pertahanan.

Oleh karena malam ini kedua hal itu tidak dapat dibitjarakan, baiklah kita mentjarikan

hari jang lain. Kalau menurut Tata-tertib kita pasal 64 ajat (2), itu terserah kepada Ketua,

tetapi lebih dahulu saja minta bagaimana pendapatnja Pemerintah mengenai hal ini. Saja

persilakan.

Risalah Pertemuan.

Dr J. Leimena, Wakil Perdana Menteri III, Menteri Pertahanan a.i.: Saudara Ketua

jang terhormat, sajang sekali rapat Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat pada mala

mini tidak dapat dilangsungkan. Pemerintah sudah siap-siap untuk bersama-sama dengan

para anggota Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat ini menjelesaikan tugas pada mala

mini.

Kalau Saudara Ketua bertanja kepada Pemerintah, berhubung dengan Peraturan Tata-

tertib Dewan Perwakilan Rakjat, apabila rapat pada hari ini tidak dapat dilangsungkan

untuk membitjarakan soal-soal jang mendjadi atjara pada mala mini, Saudara Ketua, saja

minta sedikit pertimbangan dari Saudara Ketua dan anggota-anggota Dewan Perwakilan

Rakjat bahwa Pemerintah didalam hari-hari ini sangat sibuk. Maklumlah, Pemerintah harus

berhadapan, baik dengan Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat, maupun dengan

Konstituante. Maka dari itu saja usulkan dan saja harapkan dengan sangat supaja

pembitjaraan kita mengenai rantjangan Undang-undang dan soal-soal lain pada malam hari

ini diundurkan sampai besok malam.

Sekian.

Ketua : Saja ingin memberikan saran kepada Pemerintah, apabila Pemerintah memilih

malam hari, apakah tidak terantjam lagi dengan hal seperti terdjadi sekarang ini! Djika

Pemerintah umpamanja mempunjai waktu siang, saja rasa lebih baik atjara itu dibahas pada

siang hari supaja kita tidak lagi terantjam keadaan seperti sekarang ini, atau bagaiman kalau

kita ambil misalnja hari Senin tanggal 25 Mei 1959 siang. Tetapi kalau Saudara-saudara

pimpinan fraksi dapat mendjaminnja besok malam, bisa djuga. Djadi untuk ini masing-

masing fraksi bisa memberikan djaminan supaja besok malam quorum tertjapai.

Bagaimana Saudara Menteri, kalau umpamanja hari Senin tanggal 25 Mei 1959 pagi

sadja?

Dr J. Leimena, Wakil Perdana Menteri III, Menteri Pertahanan a.i.: Hari Senin tidak

bisa.

Page 123: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

123

Ketua : Senin tidak bisa, djadi kalau begitu saja minta kerelaan Saudara-saudara

pimpinan fraksi untuk mengerahkan anggota-anggotannja supaja besok malam dapat

memenuhi tugasnja masing-masing. Djuga mengenai usul resolusi Nj. Soepeni dan kawan-

kawan, akan dilangsungkan pembitjaraanja besok pagi atau malam?

Dr J. Leimena, Wakil Perdana Menteri III, Menteri Pertahanan a.i.: Malam

Ketua : Saudara-saudara, oleh karena jang mewakili Pemerintah, dalam hal ini djuga

Saudara Leimena, maka semua atjara ini diadakan besok malam. Djadi kepada pihak

pengusul resolusi saja sampaikan, oleh karena jang mewakili hal ini djuga Saudara

Risalah Pertemuan.

Leimena, sedangkan paginja Saudara Leimena tidak bisa, maka usul resolusi itu djuga

dibitjarakan besok malam.

Atjara buat besok pagi ialah landjutan atjara tadi pagi ditambah dengan

atjaranmengenai rantjangan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat No. 4

tahun 1951 untuk mengubah dan menambah peraturan mengenai idjin masuk bangsa asing,

sebagai Undang-undang (Sid. 1958, P. 341).

Sekianlah, Saudara-saudara, dengan perasaan jang sangat berat oleh karena keadaan

jang demikian ini, maka pertemuan ini saja tutup.

Pertemuan ditutup pada djam 21.14

____________________

Page 124: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

124

DJAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM PARA ANGGOTA D.P.R.

PADA TANGGAL 15 MEI 1959 MENGENAI :

1. R.U.U. TENTANG PENETAPAN U.U. DARURAT NO. 2 TAHUN 1959

TENTANG PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA

(LEMBARAN NEGARA TAHUN 1959 NO. 19), SEBAGAI UNDANG-

UNDANG ;

2. R.U.U. TENTANG PENETAPAN U.U. DARURAT NO. 6 TAHUN 1958

TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN MENGENAI UNDANG-UNDANG

NO. 65 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN

BINTANG SAKTI DAN BINTANG DARMA (LEMBARAN NEGARA TAHUN

1958 NO. 116), SEBAGAI UNDANG-UNDANG ;

3. R.U.U. TENTANG PENETAPAN U.U. DARURAT NO. 7 TAHUN 1958

TENTANG PENGGANTIAN PERATURAN TENTANG BINTANG GERILJA

SEBAGAI TERMAKTUB DALAM PERATURAN PEMERINTAH NO. 8 TAHUN

1949 (LEMBARAN NEGARA TAHUN 1958 NO. 154), SEBAGAI UNDANG-

UNDANG ;

4. R.U.U. TENTANG PENARIKAN KEMBALI U.U. DARURAT NO. 13 TAHUN

1955 TENTANG PENTJABUTAN DAN PENGGANTIAN UNDANG-UNDANG

NO. 14 TAHUN 1953 (LEMBARAN NEGARA TAHUN 1955 NO. 38).

Saudara Ketua Jth.,

Sebelum Pemerintah mendjawab pertanjaan2 dan andjuran2 jang diadjukan oleh

anggota2 D.P.R. jth. dalam pemandangan umum mengenai 4 (empat) matjam R.U.U.

tersebut tadi, Pemerintah ingin menjampaikan terima kasihnja kepada para anggota jth. jang

semuanja pada prinsipnja dapat menjetudjui R.U.U. jang diadjukan oleh Pemerintah itu.

Selandjutnja Pemerintah berharap, seperti diadjukan oleh beberapa anggota jth. supaja

materi R.U.U. ini dapat diselesaikan dalam satu babak sadja.

Sekarang Pemerintah akan memberikan djawaban atas pertanjaan2 dan andjuran2

jang dikemukakan oleh anggota2 jth. Saudara2 : ABDUL RASJID FAQIH, SELAMAT

GINTING, SOEPARDI, Ch. SALAWATI DAUD, E.M. MANSJUR, AJIP MUHAMAD

DZUKHRI, SUKATNO, MARDJOHAN DAN MISBACH.

Atas pertanjaan anggota jth. Sdr. ABDUL RASJID FAQIH dan Sdr. MARDJOHAN

tentang dasar apakah jang dipakai Pemerintah untuk menetapkan djangka waktu antara

tahun 1945 sampai dengan achir 1949 guna pemberian Bintang Garuda, dapat Pemerintah

mendjawabnja, bahwa pertanjaan itu telah didjelaskan dalam pendjelasan Pemerintah jaitu

bahwa dalam masa2 tahun perdjuangan antara 1945 dan 1949 tugas penerbangan dilakukan

dalam keadaan jang sangat berbahaja, sehingga mereka itu dapat kita anggap sebagai

Page 125: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

125

pelopor/pionier penerbangan Republik Indonesia. Dan dapat ditambahkan bahwa dalam

pengertian pelopor itu sedikit banjak terdapat unsur keberanian.

Selandjutnjaditanjakannja pula, apakah sebabnja Undang-undang Darurat tentang

pemberian Bintang Garuda itu baru dikeluarkan pada tahun 1959, sedang dasar dari

pemberian bintang itu adalah antaratahun 1945 dengan tahun 1949, Sdr. Ketua, pertanjaan

ini adalah benar, tetapi baiklah dikemukakan djuga bahwa dalam banjak hal penghargaan

terhadap sesuatu djasa baru direalisir setelah lewatnja beberapa waktu sesudah djasa2

tersebut disumbangkan.

Untuk mendjawab pertanjaan anggota2 jth. Sdr. ABDUL RASJID FAQIH, Sdr. Nj.

SALAWATI DAUD, Sdr. MUHAMAD DZUKHRI, dan Sdr. MARDJOHAN

mengenai djumlah2 anggota A.U.R.I., warga Negara bukan militer dan orang asing jang

dipertimbangkan untuk mendapat Bintang Garuda dan berapa dari djumlah2 tersebut jang

tidak akan mendapatnja mengingat alasan2 tersebut dalam pasal 10 a-b-c-d, sebagai jang

ditanjakan oleh anggota jth. Sdr. ABDUL RASJID FAQIH djuga, dapatlah diberikan

keterangan sebagai berikut.

Selain daripada 16 (enambelas) orang jang setjara anumerta telah diberikan Bintang

Garuda, masih dapat dipertimbangkan untuk pemberian Bintang Garuda djumlah 70 (tudjuh

puluh) orang terdiri dari penerbang navigator2, radiotelegrafisten dan flight mechanics.

Dalam djumlah 70 (tudjuh puluh) tersebut terdapat sebagian jang pada saat ini masih actief

dalam dinas tentara dan sebagian lagi jang telah meninggalkan dinas Angkatan Udara

Republik Indonesia. Disamping itu terdapat pula + 10 warga Negara biasa jang bukan

anggota A.U.R.I. dan beberapa warga Negara asing jang pada waktu itu sangat berdjasa dan

dapat dipertimbangkan untuk diberikan Bintang Garuda. Adapun djumlah orang jang

diberhentikan karena salah satu alasan tersebut dalam pasal 10 a-b-c-d, sepandjang jang

kami ketahui adalah 1 (satu) orang sadja, jaitu Major MUHARTO karena terlibat dalam

pemberontakan P.R.R.I.

Selandjutnja, Pemerintah sependapat dengan anggota jth. Sdr. MUHAMAD

DZUKHRI bahwa jang telah menjeleweng tidak lajak deberi Bintang Garuda.

Saudara Ketua jth.,

Mengenai saran anggota jth, Sdr. ABDUL RASJID FAQIH tentang penambahan

tenaga guru supaja guru2 itu djangan terlalu di-exploiteen dan selandjutnja untuk

memperhatikan nasib para penerbang kita, Pemerintah menjatakan kesediannja untuk

memperhatikannja. Perlu didjelaskan, bahwa kekurangan akan tenaga guru/instructeur itu

pada waktu achir2 ini disebabkan karena beberapa tenaga guru harus mendjalankan tugas

operasionil. Tetapi dapat diterangkan disini djuga bahwa pada waktu sekarang mereka telah

kembali mendjalankan tugasnja semula.

Page 126: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

126

Pertanjaan anggota jth. Sdr. SELAMAT GINTING mengenai alasan2 jang

menjebabkan didaruratkannja Undang-undang pemberian Bintang Garuda, kiranja

Pemerintah telah memberikan pendjelasannja.

Mengenai pertanjaan tentang apakah sebabnja diadakan Bintang-chusus, chusus

untuk menghargai djasa2 dalam penerbangan sedangkan telah tersedia Bintang Sakti dan

Bintang Darma untuk penghargaan djasa2 dalam bidang kemiliteran, dan apakah hal jang

demikian itu tidak akan mengakibatkan diadakannja pengchususan djuga terhadap djasa2

dilingkungan AD, AL dan Kepolisian, Pemerintah telah mendjelaskan tentang kebutuhan

untuk menilai djasa jang chusus dengan tanda djasa jang chusus pula, jang dalam hal ini

tidak dapat dipenuhi dengan pemberian Bintang Sakti dan Bintang Darma.

Memang dikandung maksud oleh Pemerintah untuk djuga mengadakan penghargaan

chusus bagi tugas jang bersifat specifiek AD, AL dan Polisi.

Tentang pertanjaan anggota jth. Sdr. SELAMAT GINTING, mengapa Bintang

Garuda hanja diberikan kepada mereka jang mendjalankan tugas diudara sadja dan tidak

kepada grond-personeel Angkatan Udara, dapat dikemukakan bahwa tugas grond-personeel

itu tidak termasuk djasa-chusus sebagai jang dimaksud oleh Pemerintah dengan pemberian

Bintang Garuda itu. Dalam pada itu Pemerintah tidak akan melupakan grond-personeel

Angkatan Udara jang berdjasa dengan pemberian penghargaan jang lain sifatnja daripada

penghargaan chusus atas djasa2 penerbangan tadi.

Dengan demikian maka usul/saran anggota jth. Sdr. SOEPARDI, telah terdjawab.

Selandjutnja segaris dengan jang dikemukakan oleh anggota jth. Sdr. SOEPARDI

agar djuga dipikirkan kepada djasa2 mereka jang tidak termasuk angkatan bersendjata,

Pemerintah sedang merantjangkan peraturan tentang penghargaan djasa2 jang dilakukan

oleh warga Negara umumnja, baik djasa-djasa dimasa jang dating maupun dari waktu2 jang

lampau.

Oleh anggota2 jth. Sdr. SOEPARDI dan Sdr. Nj. SALAWATI DAUD diadjukan

usul/saran pula, agar Pemerintah disamping memberikan penghargaan tanda djasa djuga

memberikan hadiah berupa uang sekaligus dan kenaikan pangkat. Sdr. Ketua jth. ,

Pemerintah dapat mengerti saran ini tetapi dalam hal pemberian Bintang Garuda

Pemerintah menitik-beratkan kepada tanda penghargaan atas sesuatu djasa.

Sdr. Ketua jth. ,

Atas pertanjaan anggota jth. Sdr. CH. SALAWATI DAUD apakah kepada orang

jang telah mendapat Bintang Garuda masih dapat diberikan Bintang Darma atau Bintang

Sakti, dapat didjelaskan, bahwa hal jang demikian itu mungkin.

Mengenai pertanjaan anggota jth. Sdr. AJIP MUHAMAD DZUKHRI tentang

pendirian suatu Akademi Penerbangan didalam negeri, baik untuk kebutuhan Penerbangan

Sipil maupun Militer, dapatlah dikemukakan, bahwa di Tjitjurug telah berdiri sekolah jang

Page 127: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

127

mendidik tjalon2 penerbanh untuk Penerbangan Sipil. Berbitjara tentang akademi

Penerbangan Militer dapat diterangkan, bahwa sekarang sedang dipersiapkan pemindahan

sekolah Penerbangan Militer di Kalidjati ke Jogjakarta. Dikandung maksud bahwa Sekolah

Penerbangan Militer tersebut akan didjelmakan mendjadi Akademi Penerbangan Militer.

Sedang tenaga2 pelatih2nja – Guru2/Instructeurs – pada dewasa sekarang tengah mendapat

latihan2 diluar negeri.

Mengenai pertanjaan anggota jth. Sdr. MARDJOHAN tentang penghargaan terhadap

djasa2 para penerbang pada waktu sesudah tahun 1949 dalam mempertahankan keutuhan

Negara, dapat didjawab, bahwa dalam hal ini Pemerintah sedang merentjanakan tanda

penghargaan tersendiri. Demikian pula tentang saran Sdr. MARDJOHAN mengenai

pembukuan sedjarah penerbangan, dapat diterangkan disini, bahwa usaha termaksud sedang

dikerdjakan. Dan dapat dinjatakan pula bahwa usaha itu tidak hanja mengenai sedjarah

dibidang penerbangan, tetapi djuga meliputi sedjarah A.P.R.I. seluruhnja.

Saudara Ketua jth. ,

Selandjutnja mengenai saran/usul anggota jth. Sdr. SELAMAT GINTING supaja

diadakan suatu undang2 jang serba lengkap mengenai pengchususan penghargaan djasa2

dilingkungan angkatan2 dan kepolisian, dapat ditegaskan disini bahwa Pemerintah sedang

berusaha kearah itu.

Mengenai keraguan, pernjataan dan lain sebagainja jang dikemukakan oleh anggota2

jth. Sdr. SOEPARDI dan Sdr. Nj. Ch. SALAWATI DAUD sekitar pemberian Bintang

Garuda kepada mereka jang sudah meninggalkan ketentaraan sedjak tahun 1950, dapat

diterangkan bahwa mereka itu tidak diketjualikan asalkan memenuhi sjarat2 jang telah

ditentukan.

Tentang kedudukan Bintang Garuda dalam urutan tingkatan tanda2 penghargaan,

sebagai jang dinjatakan oleh anggota jth. Sdr. Nj. Ch. SALAWATI DAUD, Pemerintah

dapat mengemukakan disini bahwa hal tersebut masih akan ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah dan menurut pandangan Pemerintah pada dewasa sekarang kedudukannja

adalah dibawah Bintang Sakti dan Bintang Darma.

Saudara Ketua jth. ,

Pertanjaan anggota2 jth. Sdr. SELAMAT GINTING, Sdr. MUHAMAD DZUKHRI

dan Sdr. MISBACH tentang djumlah Bintang Gerilja jang telah diberikan, dapat

diterangkan bahwa pemberian bintang2 itu didasarkan atas ketentuan2 dalam Peraturan

Pemerintah No. 8/1949. Dengan terus terang Pemerintah menjatakan disini, bahwa

berhubung dengan ketentuan2 jang termaktub dalam Peraturan Pemerintah No 8 tahun

1949 tentang Bintang Gerilja dimana pemberian bintang tersebut selain daripada dilakukan

oleh Persiden/Panglima Besar djuga oleh Panglima Territorium Djawa dan Sumatera dan

Page 128: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

128

Panglima2 Divisie/Gubernur Militer, maka agak sukar untuk memperoleh bahan keterangan

dalam waktu jang singkat, kepada siapa Bintang Gerilja itu telah diberikan. Djuga karena

itu Pemerintah dengan R.U.U. ini bermaksud menormalisir tjara2 pemberian Bintang

Gerilja. Sekarang sedang diusahakan untuk mengetahui kepada siapa Bintang Gerilja itu

telah diberikan.

Mengenai pertanjaan anggota jth. Sdr. SELAMAT GINTING tentang pemberian

Bintang Gerilja kepada warga Negara asing jang didasarkan atas djasa2nja terhadap

negaranja sendiri, dapatlah didjelaskan disini bahwa hal ini dilaksanakan terhadap warga

Negara asing jang negaranja bersahabat dengan Negara kita. Djasa2 orang asing untuk

perdjuangan negaranja merupakan inspirasi bagi perdjuangan kita. Hal ini telah disinggung

oleh anggota jth. Sdr. SOEPARDI dalam pemandangannja.

Djasa2 orang2 asing jang pada waktu perdjuangan kemerdekaan membantu kita

dalam menghadapi musuh Republik Indonesia, dapat pula dihargai. Karena itu Pemerintah

dalam hal ini menjetudjui untuk memperluas perumusan jang terdapat dalam pasal 11

Undang-undang ini sehingga kepada mereka pun dapat diberikan Bintang Gerilja. Dengan

demikian rumus pasal 11 jang bersangkutan diusulkan mendjadi : “Dengan menjimpang

dari ketentuan2 diatas, Presiden/Panglima Tertinggi dapat menberikan anugerah Bintang

Gerilja kepada Warga Negara Asing terkemuka sebagai penghormatan Republik Indonesia

atas djasa-djasanja untuk perdjuangan negaranja masing2, atau kepada warga Negara asing

atas djasa-djasanja untuk perdjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia”.

Mengenai saran anggota jth. Sdr. SOEPARDI supaja Pemerintah menindjau kembali

rumus dalam formulier 2a, pada dasarnja Pemerintah dapat menjetudjuinja. Dengan

demikian perkatan “memperdjuangkan” dalam lampiran 2a diganti dengan kata

“perdjuangan”. Sedang mengenai saran lainnja, jaitu untuk mengadakan perumusan tentang

djasa jang bersangkutan dalam piagam 2b setjara “standard”, dianggap oleh Pemerintah

sebagai kurang tepat karena akan terlalu mengikat.

Harapan anggota jth. Sdr. Ch. SALAWATI DAUD agar dalam pelaksanaan

pemberian Bintang Gerilja chususnja dan dalam tjara pengusulan pada umumnja

dipergunakan tata tjara jang mendjamin pemberian bintang itu setepat-tepatnja, jaitu kepada

jang berhak menerimanja, adalah sesuai dengan maksud Pemerintah.

Saudara Ketua jth. ,

Memperhatikan saran anggota jth. Sdr. AJIP MUHAMAD DZUKHRI untuk

mengadakan kerdja-sama dengan Kementerian Urusan Veteran dalam hal screening dsb.

Dalam rangka pemberian Bintang Gerilja, dapat ditegaskan, bahwa hal itu adalah sesuai

dengan kebidjaksanaan Pemerintah. Tak ada keberatan sesuatupun bahkan baik sekali

untuk djuga menggunakan bahan2 jang dapat diperoleh dari organisasi2 sedaerah.

Page 129: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

129

Tentang saran anggota jth. Sdr. MISBACH untuk memberikan djuga Bintang

Gerilja kepada mereka jang tidak tergolong tentara, barisan atau lascar, dapatlah

dikemukakan bahwa Pemerintah tidak mengadakan diskriminasi dalam hal pemberian

Bintang Gerilja, asalkan sjarat2 jang telah ditetapkan untuk itu dapat dipenuhi.

Mengenai pertanjaan, apakah sudah ada warga Negara asing terkemuka jang pernah

diberikan Bintang Gerilja sebagai penghormatan dan dari Negara asing mana, ingin

Pemerintah menjebut 2 nama, jaitu P.J.M. Presiden Marsekal JOSIP BROZ TITO dari

Jugoslavia dan P.J.M. Presiden HO CHIE MIN dari Vietminh.

Saudara Ketua jth. ,

Mendjawab anggota jth. Sdr. SELAMAT GINTING tentang penjimpangan dari

prosedur jang berlaku umum dalam hal pemberian Bintang Darma terutama kepada warga

Negara bukan militer, Pemerintah mengakui bahwa dalam prosedur pemberian Bintang

Darma kepada warga Negara Indonesia bukan militer dapat diperlakukan prosedur biasa.

Berhubung dengan itu maka Pemerintah dapat menerima usul perubahan sesuai dengan

jang diuraikan diatas itu. Dan berhubung dengan pendapat anggota jth. Sdr. SELAMAT

GINTING bahwa untuk prosedur pemberian Bintang Darma kepada orang asing perkataan

“dengan pertimbangan G.K.S.” adalah berkelebihan karena dianggapnja sudah termasuk

routine kerdja, Pemerintah ingin mengemukakan sebagai pendapatnja bahwa tidak ada

buruknja untuk mempertahankan perkataan2 tersebut dalam undang2 agar tetap ada

kepastian dan keharusan bahwa dalam soal pemberian Bintang itu kepada warga Negara

asing didengar pertimbangan Gabungan Kepala2 Staf.

Dengan demikian maka perlu diadakan beberapa perubahan didalam R.U.U. ini.

Saudara Ketua jth.

Mengenai saran anggota jth. Sdr. SELAMAT GINTING untuk memungkinkan

pemberian Bintang Darma setjara anumerta, Pemerintah tidak melihat alasan untuk

menolaknja. Hal ini akan dimasukkan pula dalam R.U.U. jang bersangkutan.

Tentang interpretasi anggota jth. Sdr. SOEPARDI mengenai arti “berdjasa untuk

kemadjuan Angkatan Perang” Pemerintah dapat menerangkan disini, bahwa interpretasi

anggota jth. Sdr. SOEPARDI segaris dengan tafsiran Pemerintah. Menurut pendapat

Pemerintah hal2 jang berhubungan dengan tafsiran itu diserahkan kepada Dewan

Pertimbangan Tanda2 Bintang Kehormatan Angkatan Perang, G.K.S. dan Menteri

Pertahanan.

Mengenai Dewan Pertimbangan tersebut dapat dikemukakan, bahwa Dewan itu telah

dibentuk dan sementara angota2nja terdiri dari anggota AD, AL, dan AU.

Berhubung dengan pertanjaan anggota jth. Sdr. AJIP MUHAMAD DZUKHRI,

sekitar norma2 pemberian Bintang Darma kepada warga Negara asing, Pemerintah

Page 130: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

130

berpendapat bahwa sjarat2 jang ditjantumkan dalam Undang-undang itu sudah merupakan

dasar jang tjukup untuk pemberian tersebut.

Tentang pertanjaan apakah Bintang Sakti tidak dapat diberikan djuga kepada warga

Negara asing, dapat didjawab, bahwa Pemerintah bermaksud untuk hanja memberikannja

kepada pahlawan2 nasional.

Mengenai djumlah Bintang Darma jang sudah diberikan, dapat diterangkan bahwa

hingga sekarang berdjumlah 5 (lima) buah. Jaitu kepada Presiden/Panglima Tertinggi,

Perdana Menteri dan kepada ketiga Kepala Staf Angkatan.

Saudara Ketua jth. ,

Tiba saatnja sekarang untuk memberikan pendjelasan RUU tentang penarikan

kembali UUD No. 13 tahun 1955 tentang Pentjabutan dan Penggantian UU No. 14 tahun

1953.

Mengenai pertanjaan2 anggota jth. Sdr. SOEPARDI jth. apakah dalam masa

peralihan tidak akan timbul kesulitan2 teknis, dapatlah didjelasakan disini bahwa hal jang

demikian tidak perlu dichawatirkan karena para bekas TNI jang mendapat perlakuan UUD

No. 13 tahun 1955 itu sekarang sudah tidak ada lagi. Saran2 untuk menjesuaikan rentjana

peremadjaan dengan UU Militer Sukarela adalah sedjalan denagn maksud Pemerintah.

Mengenai penindjauan UU Pertahanan dapat dikemukakan disini bahwa hal jang demikian

memang mendjadi pemikiran serieus Pemerintah.

Mendjawab pertanjaan2 anggota jth. Sdr. SOEKATNO jth. Pemerintah ingin sedikit

memberikan pendjelasan sekitar akibat UU Militer Sukarela. Dengan keluarnja UU Militer

Sukarela ini maka sebagian dari peraturan2 militer sebelumnja, chususnja jang

berhubungan dengan keanggotaan Angkatan Perang, mendjadi tidak berlaku lagi, antara

lain UUDar No. 13 tahun 1955. Soal2 jang mengenai kedudukan hak dan kewadjiban

militer sukarela, termasuk djuga djaminan social setelah mereka berhenti dari dinas militer,

pada dasarnja perlu diatur setjara lain. Mereka jang memenuhi sjarat2 tertentu diberikan

pension atau onderstand, sedangkan mereka jang tidak memenuhi sjarat-sjarat tersebut akan

diberikan tundjangan selama waktu tertentu untuk memungkinkan mereka memasuki

masjarakat sebagai warganegara jang terhormat dan berguna; pada umumnja diusahakan

agar mereka jang akan diberhentikan sebelum dikembalikan kemasjarakat ditempatkan

terlebih dahulu dalam djawatan2 teknis untuk memungkinkan mereka memperoleh suatu

pengalaman dan ketjakapan sekedarnja jang dapat mereka gunakan setelah kembali

kemasjarakat.

Dalam hubungan ini perlu pula diketahui bahwa bagian terbesar dari Angkatan Perang kita,

jaitu + 70 – 80%, berasal dari TNI (1945 – 1949), dan mereka ini berhak mendapatkan

perlakuan sebagai veteran pedjuang kemerdekaan Indonesia. Disamping usaha2 tsb diatas

masih pula dilandjutkan penjelenggaraan objek2 CTN dan BPBAT jang sekarang ini

Page 131: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

131

berlangsung dibawah pimpinan Kepala Staf Angkatan Darat. Djuga telah timbul usaha2

partikulir berbentuk koperasi dlsb dan para bekas anggota Angkatan Perang, usaha2 mana

pada tingkat pertama ini baru dapat sekedar memberikan bantuan2 sosial kepada

anggotanja. Dalam hubungan ini perlu disebut usaha jang didjalankan oleh jajasan2.

Usaha2 tersebut kebanjakan didirikan atas inisiatif daerah2, dan dalam pada itu Pemerintah

berusaha untuk selalu mengawasi dan memberikan tuntunan sekedarnja sehingga sedapat

mungkin ditjegah timbulnja hal2 jang tidak diinginkan. Selandjutnja dapat disebut usaha

penempatan.....

usaha penempatan perwira2 diperusahaan jang diambil alih.

usaha ini sedikit banjak membantu Pemerintah dalam penjaluran bekas antara ke

masjarakat.

Mengenai para perwira jang ditugaskan diperusahaan jang diambil alih, dapatlah

diterangkan bahwa mereka itu pada fase sekarang adalah tugas pengawas dalam

perusahaan2 tersebut dan menerima gadji penuh sebagai militer biasa ditambahkan

honorarium. Akan tetapi perlu ditegaskan bahwa mereka dalam waktu singkat akan

dipekerdjakan sepenuhnja sebagai non-militer dalam perusahaan-perusahaan tersebut dan

pada saat itu mereka akan diberhentikan dari dinas tentara.

Saran2 anggota jth. Sdr. SOEKATNO mengenai peremadjaan dilingkungan Angkatan

Perang adalah sesuai dengan kebidjaksanaan Pemerintah dan Pemerintah pula dalam hal ini

selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnja gedjala2 jang disignalir oleh anggota jth.

Sdr. SOEKATNO.

Sdr Ketua jth.

Dengan demikian kiranja terdjawablah pertanjaan2 dan saran2 anggota2 D.P.R. jth.

Sebagai kesimpulan dapat dinjatakan bahwa mengenai keempat rantjangan Undang2

jang diadjukan kepada D.P.R. jth. diadakan perubahan/tambahan, jaitu

1. Dalam R.U.U mengenai Bintang Garuda diadakan perubahan dalam pasal 2 ajat 1

(dibawah pasal I) seperti jang telah dikemukakan oleh Pemerintah dalam

pendjelasannja pada hari Djum’at tanggal 15 Mei 1959 ;

2. Dalam R.U.U. jang mengenai Bintang Darma, diusulkan oleh Pemerintah 2 (dua) pasal

baru :

satu , mengenai penambahan pasal 7a (baru) dalam Undang2 No. 65 tahun 1958, jang

berbunji sebagai berikut :

“Bintang Darma dianugerahkan djuga kepada warga-negara Indonesia

“bukan anggota Angkatan Perang, sebagai penghargaan atas djasa-

“djasa jang disumbangkannja chusus untuk kemadjuan dan pembangu-

“nan Angkatan Perang Republik Indonesia.”

Page 132: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

132

jang lain, mengenai penambahan pasal 8a (baru) dalam Undang2 No. 65 tahun 1958,

jang berbunji sebagai berikut :

“Kepada mereka jang menurut ketentuan dalam pasal 7 dan 7a ber-

“hak menerima Bintang Darma dan jang meninggal dunia sebelum

“bintang itu dianugerahkan kepadanja, diberikan anugerah termak-

“sud setjara anumerta.”

Selandjutnja diadakan perubahan dalam pasal 1 lama (dibawah pasal I) dengan

menghapuskan perkataan “Indonesia maupun” dari rangkaian perkataan “kepada warga-

negara Indonesia maupun asing”. Dengan demikian pasal 1 lama semata-mata mengenai

warga-negara asing.

Dengan demikian maka diadakan numbering baru dalam teks R.U.U. jang mengenai

Bintang Darma itu.

3. Dalam R.U.U. jang mengenai Bintang Gerilja diadakan tambahan bagian kalimat jang

menjambung pasal 11 jang bersangkutan dengan perkataan

“atau kepada warga-negara asing atas djasa-djasanja un-

“tuk perdjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.”

Selandjutnja perkataan “memperdjuangkan gerilja” dalam lampiran IIA dirobah

sehingga mendjadi “perdjuangan gerilja”.

Sdr. Ketua jth.

Untuk djelasnja kami kutip dari Nota Perubahan jang akan disampaikan pula kepada

D.P.R. jth. sebagai berikut :

........................................................................................................................................

........................................................................................................................................

........................................................................................................................................

........................................................................................................................................

Sekian dan terima kasih.-

Page 133: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

133

NOTA PERUBAHAN

Mengenai

1. RUU tentang pemberian tanda kehormatan BINTANG GARUDA ;

2. RUU tentang Penetapan UUDarurat No. 6 tahun1958 tentang perubahan dan tambahan

UU No. 65 tahun 1958 tentang pemberian

tanda-tanda kehormatan BINTANG SAKTI dan BINTANG DARMA (L.N.

tahun 1958 No. 153), sebagai Undang-undang ;

3. RUU tentang BINTANG GERILJA.

---------------------

ad I : 1. Dalam kalimat pertama dari Pasal I kata “ , jang “ sebelum perkataan “berbunji

sebagai berikut” dihapuskan dan diganti dengan perkataan “dengan

perubahan-perubahan sehingga”.

2. Dalam pasal 2 ajat 1 (dibawah Pasal I) diadakan perubahan/tambahan sebagai

berikut :

Pertama : Tanda “ ; “ jang terdapat diantara perkataan “garis tengah 48

milimeter” dan perkataan “Lapisan pertama” dihapuskan dan

diganti dengan tanda/huruf “ : a. “.

Kedua : Sebelum perkataan “lapisan kedua” disisipkan huruf/tanda “ b. “.

kedua”, dihapuskan.

Keempat : Sebelum perkatan “lapisan ketiga” disisipkan huruf/tanda “ c. “.

Kelima : Perkataan “seekor burung garuda jang menebarkan sajapnja

selebar-lebarnja” diganti mendjadi perkataan “seekor burung

garuda jang menegakkan sajapnja setinggi-tingginja”.

ad. II : 1. Dalam kalimat pertama dari pasal I kata “ , jang “ sebelum perkataan “berbunji

sebagai berikut” dihapuskan dan diganti dengan perkatan “dengan perubahan-

perubahan sehingga”.

2. Dibawah Pasal I diadakan pasal 1 baru jang berbunji sebagai berikut :

Pasal 1.

Dalam BAB III sesudah pasal 7 diadakan pasal baru, jaitu pasal 7 a jang

berbunji sebagai berikut :

Bintang Darma dianugerahkan djuga kepada warga-negara Indonesia

bukan anggota Angkatan Perang, sebagai penghargaan atas djasa-djasa luar

biasa jang disumbangkannja chusus untuk kemadjuan dan pembangunan

Angkatan Perang republic Indonesia.

3. Dibawah Pasal I djuga diadakan pasal 2 baru jang berbunji sebagai berikut :

Page 134: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

134

Pasal 2.

Dalam BAB III sesudah pasal 8 diadakan pasal baru jaitu pasal 8 a jang

berbunji sebagai berikut :

Kepada mereka jang menurut ketentuan dalam pasal 7 dan 7a berhak

menerima Bintang Darma dan jang meninggal dunia sebelum bintang itu

dianugerahkan kepadanja, diberikan anugerah termaksud setjara anumerta.”

4. Pasal 1 lama (dibawah Pasal I) mendjadi pasal 3 baru ;

Dengan ketentuan bahwa perkataan “kepada warga-negara Indonesia maupun

asing” dirobah mendjadi “kepada warga-negara asing”.

5. Pasal 2 lama (dibawah Pasal I) mendjadi baru tanpa perubahan,-

ad III : 1. Dalam kalimat pertama dari Pasal I kata “ , jang sebelum perkataan “berbunji

sebagai berikut” dihapuskan dan diganti dengan perkataan “dengan perubahan-

perubahan sehingga”.

2. Ketentuan dalam pasal 11 disambung (setelah tanda titik diganti dengan tanda

koma) dengan perkataan “atau kepada warga-negara asing atas djasa-djasa

untuk perdjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia”.

3. Dalam Lampiran IIa (Piagam) dalam perkatan “Didalam memperdjuangkan

gerilja membela Kemerdekaan Negara” diadakan perubahan sehingga berbunji

sebagai berikut :

“Didalam perdjuangan gerilja membela Kemerdekaan Negara”.-

--------------------------------------

Page 135: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

135

Koreksi dari jang bersangkutan supaja disam- paikan kepada Ur. Risalah D.P.R. dalam waktu 2 X 24 djam

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

RISALAH SEMENTARA

(Belum dikoreksi)

Sidang II.

R A P A T 5 4

Hari Rabu, 20 Mei 1959

(Djam panggilan : 19.30)

Usul resolusi Nj. Soepeni dan kawan- kawan tentang konperensi para Menteri Luar

Negeri di Djenewa (Sid. 1959, P.419) – Rantjangan Undang- undang penetapan, “Undang-

undang Darurat No. 2 tahun 1959 tentang Bintang Garuda” sebagai Undang- undang (Sid.

1959, P. 416) – Rantjangan Undang- undang penetapan “Undang- undang Darurat No. 6

tahun 1958 tentang perubahan dan tambahan mengenai Undang- undang No. 65 tahun 1958

tentang pemberian tanda- tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma” sebagai

Undang- undang (Sid. 1959, P. 404) – Rantjangan Undang- undang penetapan “Undang-

undang Darurat No. 7 tahun 1958 tentang penggantian peraturan tentang Bintang Gerilja”

sebagai Undang- undang (Sid. 1959, P. 405) – Rantjangan Undang- undang tentang

penarikan kembali Undang- undang Darurat No. 13 tahun 1955 tentang pentjabutan dan

penggantian Undang- undang No. 14 tahun 1953 (Sid. 1959, P. 411).

Ketua : H. Zainul Arifin

Sekertaris : Mr. Sumarsono

Jang hadir 143 anggota :

Ismail Napu, F. C Palaunsoeka, B.J Rambitan, Dr. Natiar Hulman Lumbantobing, Rh.

Koesnan, Dr. H. Ali Akbar, T.S Mardjohan, H. Zainul arifin, Wijono Soerjokoesoemo,

Ismangun Poedjowidagdho, Sjahboeddin Latif, H. A.Chamid Widjaja, I.J Kasimo, Manai

Sophiaan, Winoto Danuasmoro, Rasjid Sutan Radja Emas, Djokosoedjono, Ajip

Muchamad Dzukhri, Asmadi Tirtooetomo, Singgih Tirtosoediro, I.B.P Manuaba, Mr.

Soebagio Reksodipoero, Ir. Thaher Thajeb, Soepeno Hadisiswojo, Nj. Suharti Suwarto,

Usman Muftiwidjaja, H. A. Mursjidi, Sudjarwo Haryowisastro, Mr.

Rapat 54.

Djody Gondokusumo, Soedjono, Mr. Sudjono Hardjosudiro, B.P.H Poeroebojo, K.

Werdojo, Soedisman, Husein Kartasasmita, Nj. Mahmudah Mawardi, Nj. Oemi Sardjono,

Asraruddin, Umar Salim Hubeis, Hutomo Supardan, Hartojo Prawirosudarmo, Moersid

Idris, Ja’cob Mahmud, M. Caley, S.D Bili, Mr. Soeprapto, Moenadir, Murtadji Bisri,

Maniudin Brodjotruno, Abdul Aziz Dijar, Tjoo Tik Tjoen, Soejoso Abdul Wachid, K. H

Misbach, Achamd Sjaichu, Sudojo, Semanhadi Sastrowidjojo, Rd. Soeprapto, Soepardi, Dr.

Page 136: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

136

R. Soeatmadji, Soewono, Harsono Tjokroaminoto, Zainal Arifin Tanamas, R.T.A Moh. Ali

Pratamingkoesoemo, Wasis, Imam Soeparni Handokowidjojo, Achmad Siddiq, R.K.H

Musta’in, R. Soehardjo alias Bedjo, H. Andi Sewang Daeng Muntu, Abdul Rasjid Faqih,

K.H Muh. Saifuddin, Nj. Ch. Salawati, H. Senduk, H. Moeh. Akib, Moh. Soleman, M.

Sondakh, W.L Tambing, Selamat Ginting, M.Siregar, Sahar gelar Sutan Besar, Nja’Diwan,

K.H Masjhur Azhari, Dr.Hoh. Isa, Nungtjik A.R., Djadil Abdullah Saalah Jusuf Sutan

Mangkuto, Dr. Sjech H. Djalaluddin, V.B Saka, I Made Sugitha, Drs. J. Piry, I.G.G

Subamia, Anuarbek, L. Kape, Abdulmutalib Daeng Talu, Mohd. Thajib Abdullah, Chr. J.

Mooy, Osa Maliki, Muhammad Ahmad, Asmuni, Uwes Abubakar, E.Z Muttaqien, Djadja

Wiriasumita, Muh. Fadil Dasuki, Sastra, Nj. Djunah Pardjaman, R.T Djaja Rachmat, A.

Nunung Kusnadi, S.M Thaher, E. Moh. Mansjur, Soelardi, Nj. Sundari Abdulrachman, H.S

Moeslich, R. W. Probosuprodjo, S. Danoesoegito, Soetjipto, Soekamsi Djojoadiprodjo,

Djadi Wirosubroto, Josotaruno Ichsan Noer, K.H Muslich, Soetoko Djojosoebroto, Rs.

Wirjosepoetro, R.G Doeriat, Partoadiwidjojo, Soesilo Prawirosoesanto, Notosoekardjo, Mr.

Moh Darijono, Balja Umar H. Achmad, H. Zain Alhabsji, Nj. Asmah Sjachrunie, Ridwan

Sjachrani, Z. Imban, Ahem Erningpradja, K.H Abdul Djalil, Mr. Imron Rosjadi, Soemardi

Jatmosoemarto, Nj. Suzanna Hamdani, Muh. Padang, Silas Papare, Mr. Tjoeng Tin Jan,

Tan Kiem Liong, Oei Tjeng Hien, Lie Po Yoe, Ang Tjiang Liat.

Wakil Pemerintah : 1. Dr. J.Leimena, Wakil Perdana Menteri III;

2. Brigadir Djenderal Hidajat, Wakil Kementerian

Pertahanan.

Ketua : Saudara- saudara, rapat saja buka.

Djumlah anggota jang hadir ada 135.

Saudara- saudara, atjara pada malam ini, pertama ialah : Usul resolusi Nj. Soepeni

dan kawan- kawannja tentang konperensi para Menteri Luar Negeri di Djenewa; kedua : 4

buah rantjangan Undang- undang dari Kementerian Pertahanan.

Rapat 54.

Kita mulai dengan atjara pertama, usul resolusi Nj. Soepeni dan kawan- kawannja

tentang konperensi para Menteri Luar Negeri di Djenewa (Sid. 1959, P. 419).

Saudara- saudara, usul resolusi ini diadjukan pada tanggal 19 Mei 1959 pagi, hari

Selasa, dan atas usul Ketua, rapat pleno Selasa pagi itu menetapkan, bahwa pembitjaraan

usul resolusi itu diadakannja pada rapat Selasa tanggal 19 Mei 1959 malamnja. Akan tetapi

rapat Selasa malam terpaksa diundurkan karena quorum tidak tertjapai. Maka berdasarkan

persesuaian faham antara Ketua rapat dan Wakil Pemerintah dalam “pertemuan: pada

Selasa malam, pembitjaraan mengenai usul resolusi ini diluncurkan pada hari Rabu malam

ini quorum tertjapai sehingga rapat dapat dilangsungkan.

Saudara-saudara, oleh karena itu saja persilakan para pengusul resolusi untuk

memberikan pendjelasan mengenai usul resolusinja.

Page 137: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

137

Usul resolusi ini ditanda-tangani oleh: 1. Nj. Soepeni, 2. E. Moh. Mansjur, 3. Mr.

Imron Rosjadi, 4. Djadja Wiriasumita, 5. Eddie Abdurrahman Martalogawa, 6. Soedisman,

7. Anwar Tjokroaminoto, 8. Mr Djody Gondokusumo. 9. Asraruddin, 10. Mr Dr AM.

Tambunan, 11. H. Moeh, Akib. 12. Oerni Sardjono. 13. I.J. Kasimo, 14. Ido Garnida, 15. K.

Werdojo dan .16. Nja' Diwan.

Siapakah diantara Saudara-saudara pengusul jang akan memberikan pendjelasan

mengenai usul resolusi ini?

Saja persilakan Saudara, Mansjur.

E. Moh. Mansjur: Saudara Ketua jang terhormat, dapat saja djelaskan disini, bahwa

idee untuk mengadjukan usul resolusi pada Dewan Perwakilan Rakjat, resolusi mana

ditudjukan pada Konperensi Antar Menteri-menteri Luar Negeri Empat Besar jang

sekarang sedang berlangsung di Djenewa, adalah idee dari beberapa anggota dari Seksi

Luar Negeri dan Seksi Pertahanan Parlemen.

Sudah mendjadi kebiasaan bagi kita pada tiap sesuatu usul resolusi pada anggota

kepada Dewan Perwakilan Rakjar diberikan pendjelasannja oleh penanda-tangan pertama.

Berhubung Saudara Nj. Soepeni sebagai penandatangan pertama berhalangan untuk

hadir, maka saja sebagai penanda-tangan lainnja akan memberikan sekedarnja pendjelasan

jang diperlukan,

Saudara Ketua, dilihat dari keseluruhan resolusi ini tjukup djelas dan penting untuk

mendapatkan perhatian Dewan Perwakilan Rakjat dengan seksama, apa jang sekarang

sedang berlangsung di Djenewa. Pada memutuskan atau diktum dari usul resolusi ini para

penanda-tangan ingin menambah seperti berikut:

Rapat 54.

I: Demi kemanusiaan ….... dan seterusnja dan

II: ditambah dengan satu kalimat sebagai berikut : ....

“Mengandjurkan kepada Pemerintah Republik Indonesia supaja menjampaikan

seruan diatas kepada segala pihak jang bersangkutan".

Tambahan ini dianggap perlu, Saudara Ketua, mengingat pula, bahwa jang sekarang

sedang berkonperensi di Djenewa adalah pula tingkat Pemerintah.

Saudara Ketua jang terhormat, bahwasanja masih ada “perang dingin" dan adanja

“antjaman” bagi perdamaian dunia jang terus menerus, seolah-olah tidak ada hentinja

didunia ini antara Blok Barat dan Blok Timur, dapat dirasakan oleh seluruh dunia.

Saudara Ketua, perlu diterangkan hubungan antara ajat 2 dan ajat 4 dari bagian

"menimbang" dan seterusnja. Kalau disebutkan dalam ajat 2 bahwa negara-negara jang

menderita akibat perang dunia kedua belum lagi sembuh seluruhnja, maka maksudnja ajat

ini ialah negara-negara jang setjara langsung turut tersangkut dalam perang dunia kedua.

Page 138: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

138

Selandjutnja ajat 4 menjatakan bahwa akibat-akibat dari itu akan dirasakan oleh negara-

negara diseluruh dunia. Memang tiap perang dunia menjeret seluruh dunia tanpa

pengetjualian dalam lembah kesengsaraan, baik langsung maupun tidak langsung.

Betapa akan hebatnja dan meluasnja kehantjuran jang mungkin ditimbulkan oleh

perang dunia dikemudian hari, dapat kita bajangkan kalau kita bandingkan daja perusak dan

djenis sendjata modern sekarang dengan jang digunakan dalam perang dunia kedua jang

baru lalu.

Pada achir perang dunia kedua itu kita mengenal bom atom (A-bom) jang didjatuhkan

oleh Amerika Serikat di Hiroshima dengan kekuatan energie sebesar 20.000 ton TNT.

Sekarang kita mengenal bom thermonuclear jang djauh lebih dahsjat lagi. Bom hydrogeen

(H-bom) jang sebagai pertjobaan diletuskan oleh Amerika Serikat di Bikini pada tanggal 1

Maret 1954, mempunjai kekuatan energie sebesar 17.000.000 ton TNT, atau sama dengan

850 kali lipat dari kekuatan bom atom Hiroshima. Bom hydrogeen (H-bom) Rusia jang

sebagai pertjobaan diletuskan dalam bulan Djanuari tahun 1955 mempunjai kekuatan

20.000.000 ton TNT atau sama dengan 1.000 kali kekuatan bom atom Hiroshima. Kekuatan

bom-bom nuclear dan thermonuclear ini sedang terus diperdahsjat oleh kedua negara

tersebut dan daja operasionilnja makin "disempurnakan" menurut sjarat-sjarat strategic

modern. Selama 13 tahun, dari tahun 1945 sampai dengan 1958, untuk pertjobaan bom

atom dan hydrogeen itu kedua negara tersebut telah mengadakan peledakan-peledakan

sebanjak 113 kali.

Rapat 54.

Lahirnja kedua matjam bom jang dahsjat itu telah pula membawa perubahan dalam

tjara-tjara mengadakan penjerangan. Untuk mengadakan serangan dengan 'bom-bom

nuclear dan thermonuclear itu kedua negara raksasa Amerika Serikat dan Rusia telah

memperlengkapi angkatan-angkatan udaranja dengan pesawat-pesawat bomber strategis

antarbenua dengan ketjepatan supersonic, ialah ketjepatan jang melebihi suara. Pesawat-

pesawat bomber Amerika Serikat termodern jang sudah digunakan dalam dinas angkatan

udaranja ialah bomber antar-benua B-59 Hustler jang berketjepatan supersonic lebih dari

Mach 2, artinja lebih dari 2 kali ketjepatan suara, dan jang dapat mentjapai djarak

operasionil sampai kebenua Eropah langsung dari pangkalannja diwilajah Amerika Serikat

sendiri.

Bomber jang demikian itu masih belum dianggap tjukup strategis operasionil dan

karena itu Amerika Serikat sekarang sedang membuat type bomber jang lebih hebat lagi,

ialah bomber B- 70 berketjepatan lebih dari Mach 3, ialah lebih dari 3 kali ketjepatan suara,

dan jang dapat terbang setinggi 40.000 meter diatas bumi, hampai sampai kedekat

perbatasan angkasa luar.

Page 139: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

139

Bomber-bomber strategis demikian pun sudah tersedia difihak Rusia jang dalam

tehnik pembuatan pesawat terbang dan ilmu aeronotica mungkin lebih madju dari Amerika

Serikat. Bomber-bomber supersonic antar-benua Rusia, seperti type Tupolev-Beruang dan

Illjushin-Bison sedang diganti dengan type-type jang djauh lebih modern lagi. Sudah tentu

angkatan udara dari kedua negara itu diperlengkapi djuga dengan pesawat-pesawat terbang

super modern lainnja seperti pesawat-pesawat pemburu, interceptor, penjelidik dan lain-

lainnja jang kesemuanja itu djauh lebih berbahaja dari pada jang digunakan dalam perang

dunia kedua. Pada waktu sekarang ini angkatan udara Amerika Serikat dan Rusia masing-

masing mempunjai 20.000 pesawat baik untuk kepentingan strategis maupun untuk

kepentingan taktis dan defensif.

Saudara Ketua, selain dari bom-bom nuclear, bom thermonuclear dan pesawat-

pesawat terbang supersonic itu, pada waktu sekarang ini kita menjaksikan lahirnja suatu

matjam sendjata jang djauh lebih berbahaja lagi. ialah jang dinamakan peluru kendari.

Kita tahu bahwa sekarang Amerika Serikat dan Rusia masing-masing telah

mempunjai sekurangnja 200 peluru kendari antar-benua. jang dinamakan I.C.E.M

(Intercontinental Ballistie Missile), seperti peluru-peluru Atlas, Titan dan Minuteman

difihak Amerika Serikat dan T. 8, ME s/d M-100A difihak Rusia, jang dalam tempo 30

menit sesudah dilepaskan, bisa menempuh djarak lebih dari 6.000 mil dan menemui

sasarannja, Peluru kendari antar-benua sematjam itu diperlengkapi dengan bom-bom

nuclear atau thermonuclear. Dengan demikian pada waktu ini baik Amerika Serikat

maupun Rusia sudah bisa saling menghantjurkan negaranja dengan melepaskan masing-

masing peluru kendalinja langsung dari pangkalan-pangkalan diwilajah negaranja

Rapat 54.

masing-masing. Disamping peluru-peluru kendari lainnja baik jang berdjarak sedang type

I.R.E.M. (Intermediate Range Ballistic Missile) ataupun jang berdjarak dekat type S.R.B.M.

(Short Range Ballistie Missile), jang kesemuanja itu diperlengkapi dengan bahan-bahan

peledak atom atau hydrogeen dan jang dikonstruksikan menurut kebutuhan operasi stragis

dan taktis. Peluru-peluru kendari (I.R.B.M.) djarak sedang dan (S.R.B.M.) djarak dekat itu

bisa dilepaskan dari darat. dari kapal-kapal laut atau dari pesawat-pesawat terbang. Peluru-

peluru (I.R.B.M.) djarak sedang jang dapat menempuh djarak sedjauh 3.000 mil, seperti

peluru Polaris difihak Amerika Serikat dan T1 sampai dengan T4 difihak Rusia, bisa

dilepaskan dari kapal selam jang chusus di konstruksikan untuk tudjuan itu jang digerakkan

dengan mesin tenaga atom.

Kapal selam atom demikian itu jang bisa bergerak berbulan-bulan Iamanja dibawah

permukaan laut dan dapat mendekati sasarannja tanpa diketahui oleh pesawat radar

musuhnja, dianggap sebagai alat penjerang jang paling berbahaja. Peluru-peluru kendari

faktis bisa melepaskan sebagai peluru-peluru anti-tank, anti pesawat udara dan sebagainja

dari jeep, dari truck atau dari alat-alat pelepas sederhana dari darat, laut dan udara. Menurut

Page 140: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

140

berita dalam tahun 1959 ini persediaan: bom-bom atom dan hydrogeen Amerika Serikat

termasuk alat-alat peledak jang dipasang pada peluru-peluru kendari semuanja berdjumlah

75.000 buah. Rusiapun kiranja dapat diduga sudah mempunjai djumlah jang tidak akan

berbeda dari pada djumlah difihak Amerika Serikat.

Saudara Ketua, kalau kita mengikuti perkembangan sendjata-sendjata modern jang

saja gambarkan tadi itu, kita dengan mudah bisa menarik kesimpulan bahwa hampir seluruh

type sendjata berat jang pernah dipergunakan dalam perang dunia kedua ini dapat dikatakan

sudari mendjadi model kuno. Kanon-kanon artilleri, kanon-kanon anti-tank dan anti-udara,

bazooka, bomber B-29 dan bom atom model Hiroshima itu semuanja sudah mendjadi

model kuno. Alat-alat sendjata sekarang sudah berubah setjara radikal. Perubahan alat-alat

sendjata super modern ini telah pula melahirkan perubahan-perubahan radikal dibidang

strategic dan tehnik peperangan. Dengan memindjam istilah-istilah jang lazim diutjapkan

dikalangan militer internasional, kita sekarang ini telah mengindjak “zaman bom nuclear

dan thermonuclear", "zaman peluru kendari antar-benua" dan “zaman missile-strategy",

ialah strategi peluru kendari. Tjara-tjara peperangan super modern telah menumbuhkan

istilah sehari-hari, seperti "push-buttom warfare", ialah perang otomatis tjukup dengan

menekan knop sadja, atau istilah lain, seperti "allout atom war" jang berarti "perang atom

semesta". Istilah-istilah ini meskipun lutju kedengarannja, akan tetapi tjukup bisa

membangkitkan bulu roma bagi siapa jang menjelami dan menjadari bahaja kehantjuran

ummat manusia jang tersimpul dalam istilah-istilah tersebut.

Rapat 54.

Saudara Ketua, kalau kita mengingat kedahsjatan sendjata-sendjata dan bom-bom

super modern beserta luasnja wilajah-wilajah strategic. lagi pula kalau kita mengingat

adanja integrasi-integrasi blok-blok, persekutuan-persekutuan dan pakta-pakta militer

seperti sekarang ini dan kalau kita disamping itu melihat bahwa seluruh dunia telah penuh

diliputi dengan benteng-benteng, garis-garis dan rantai-rantai pertahanan, serta pangkalan-

pangkalan dan basis-basis strategis jang tersebar keseluruh bagian dunia sampai kekutub

Utara dan kutub Selatan sekalipun, maka Saudara Ketua, kita hanja bisa membajangkan

bahwa apabila negara-negara "superpower" Amerika Serikat dan Rusia itu sampai hati

untuk mentjetuskan perang dunia jang bersifat "global war" ialah perang semesta, maka

menurut perhitungan logika seluruh dunia akan tertimpa suatu bahaja kehantjuran jang tak

akan ada taranja dalam sedjarah.

"Saudara Ketua, hal ini semuanja saja kemukakan sekedar untuk mengadjak kita

semua untuk menjadari kembali betapa berbahaja pertengkaran antara blok Barat dan -blok

Timur itu bagi kebahagiaan 'hidup seluruh ummat manusia sekarang ini.

Dengan demikian, Saudara Ketua, maka tiap-tiap usaha untuk menghindarkan

kemungkinan terdjadinja perang adalah persoalan seluruh dunia, djuga persoalan kita

bangsa Indonesia.

Page 141: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

141

Saudara Ketua, politik luar negeri Republik Indonesia jang bebas dan aktif menudju

terlaksananja perdamaian. dunia. Politik bebas sadja, merupakan politik .netral jang tidak

memilih sesuatu blok. Ini memang tidak tjukup, lagi pula hanja bersifat pasif, bersikap

atjuh tak atjuh, sehingga tidak berarti bagi perkembangan dunia. Oleh .karena itu negara

kita berpendirian bebas dan aktif. Atas dasar keaktifan ini, maka kita tidak mau duduk

termenung menunggu hasil kerdja negara besar, tetapi turut berusaha mempengaruhi djalan

diplomasi menudju kearah perdamaian dunia.

Saudara Ketua, bahwasanja kita benar-benar memegang teguh politik bebas dan aktif

itu telah ternjata adanja Konperensi Asia-Afrika di Bandung pada bulan April 1955 dimana

Indonesia merupakan salah satu pengandjur, memegang peranan jang penting, Konperensi

Bandung telah dikenal oleh seluruh negara-negara didunia, dan telah di kenal pula dengan-

keputusannja ialah : “sepuluh prinsip Konperensi Bandung" atau "Bandoeng Declaration",

Konperensi Asia-Afrika di Bandung telah pula menjatakan kejakinannja, bahwa

kerdjasama setjara persahabatan jang sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut akan dapat

memberikan sumbangan jang effektif pada usaha mempertahankan dan memadjukan

perdamaian dan keamanan internasional.

Rapat 54.

Selaras dengan maksud dari usul resolusi ini saja tekankan prinsip jang ke-8 dari

Konperensi Bandung jang berbunji sebagai berikut: “Menjelesaikan segala perselisihan

internasional dengan djalan damai, seperti perundingan, persetudjuan, arbitrase atau

penjelesaian hakim ataupun lain-lain tjara damai lagi, menurut pilihan pihak jang

bersangkutan jang sesuai dengan piagam Perserikatan Bangsa-bangsa".

Saudara Ketua jang terhormat, seperti kita ketahui, kini di Djenewa sedang

berlangsung perundingan antara Menteri-menteri Luar Negeri dari negara-negara besar jang

dimulai sedjak tanggal 11 Mei jang baru lalu.

Mengingat perudingan di Djenewa jang sekarang berlangsung tidak sadja mcnjangkut.

setjara langsung rakjat Djerman sendiri maupun Eropah, tetapi djuga akan menjangkut

seluruh ummat manusia diseluruh dunia bila "perang dingin" beralih kepada "perang panas”

Begitu pula sebaliknja bila perdamaian dapat ditjapai dan perang dingin dapat dihentikan,

seluruh ummat manusia didunia ini dapat merasakan dan menikmati ketenteraman hidup.

Karena itu, Saudara Kelua, kami buka diktum dari resolusi ini dengan perkataan:

"Demi kemanusiaan".

Saudara Ketua jang terhormat, Konperensi Tingkat Menteri Luar Negeri Empat Besar

di Djenewa dengan dihadiri oleh keempat Menteri Luar Negeri dari Perantjis, Inggeris,

Amerika Serikat dan Uni Sovjet adalah konperensi jang diharapkan akan dapat

membitjarakan soal-soal jang erat hubungannja dengan usaha-usaha internasional untuk

Page 142: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

142

memetjahkan masalah Berlin, masalah Djerman umumnja dan masalah keamanan Eropah

sebagai usaha permulaan dan mungkin sebagai persiapan pula untuk menudju kepada

pelaksanaan Konperensi Tingkat Tinggi.

Meskipun atjara itu hanja meliputi masalah Berlin, Djerman dan Eropah sadja, akan

tetapi kita semua mengetahui bahwa masalah-masalah tersebut pada hakekatnja menjangkut

puja kepentingan seluruh dunia. Kedudukan dari pada Konperensi Tingkat Menteri Luar

Negeri Empat Besar jang diadakan di Djenewa masih merupakan pertanjaan apakah

konperensi tersebut benar-benar mendjadi djalan keluar bagi kesulitan-kesulitan jang

selama ini dihadapi oleh ke-empat besar Inggeris, Perantjis, Amerika Serikat dan Uni

Sovjet. Lebih-lebih setelah beberapa hari ini kita mengikuti, ternjata bahwa Konperensi

Djenewa itu masih menemui kesulitan-kesulitan.

Saudara Ketua, mengingat pentingnja Konperensi Djenewa serta kemungkinan-

kemungkinan jang dihadapinja, maka penandatangan usul resolusi ini berpendapat, bahwa

perlu kiranja Parlemen kita memberikan perhatiannja serta memberi dorongan kepada

peserta-peserta Konperensi Djenewa, baik jang mewakili blok Barat, maupun jang

mewakili blok Timur, agar mereka berusaha sekeras-kerasnja untuk menghentikan perang

dingin dan mentjapai suatu persetudjuan jang dapat menjelamatkan ummat

Rapat 54.

manusia dan dunia. Arti dalam perang dingin antara lain ialah penghentian pertjobaan-

pertjobaan sendjata nuclear dan sebagainja.

Selain dari pada itu, diserukan pula kepada parlemen-parlemen dari negara-negara

diseluruh dunia dengan perantaraan Uni Inter Parlemen untuk menjokong berhasilnja

Konperensi Djenewa sekarang ini.

Saudara Ketua, terserahlah kepada Dewan Perwakilan Rakjat untuk memandang

perlu atau tidaknja pemberian dorongan itu kepada Konperensi Antar Menteri-menteri Luar

Negeri Empat Besar jang sekarang sedang berlangsung di Djenewa.

Walaupun demikian, Saudara Ketua, kami jakin, bahwa Dewan Perwakilan Rakjat

akan dapat menerima usul resolusi ini dengan aklamasi.

Demikianlah pendjelasan mengenai usul resolusi ini.

Sebagaimana lazimnja sekarang tibalah saatnja untuk membatjakan seluruh resolusi

ini, jang bunjinja sebagai berikut:

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

REPUBLIK INDONESIA

dalam rapatnja tanggal ……………………

Menimbang:

1. bahwa masih adanja perang dingin antara blok Barat dan blok Timur dapat

membahajakan perdamaian dunia;

Page 143: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

143

2. bahwa negara-negara jang menderita akibat dari perang dunia kedua belum lagi

sembuh seluruhnja;

3. bahwa apabila terus-menerus tidak tertjapai persetudjuan antara blok Barat dan

blok Timur dalam menjelesaikan masalah dunia jang menjangkut dua blok tersebut akan

menjebabkan tidak dapat dihindarkannja petjahnja perang dunia ketiga;

4. bahwa akibat-akibat dari itu akan dirasakan oleh negara-negara diseluruh dunia

jang sedang memusatkan tenaganja untuk keperluan pembangunan guna menaikkan taraf

hidup rakjatnja;

5. bahwa petjahnja sesuatu peperangan dengan sendjata modern seperti sekarang ini

akan mengakibatkan kehantjuran umat manusia;

Rapat 54.

Mengingat:

1. politik luar negeri Republik Indonesia jang bebas dan aktip jang menudju kearah

terlaksananja perdamaian dunia;

2. keputusan-keputusan Konperensi Asia-Afrika di Bandung seperti tersebut dalam

"Bandung-declaration";

3. azas-azas jang termuat dalam Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa;

Memutuskan:

I. Demi kemanusiaan.

1. menjambut dengan perhatian penuh berlangsungnja konperensi para Menteri Luar

Negeri di Djenewa dewasa ini;

2. menjerukan kepada wakil-wakil negara para peserta Konperensi Djenewa baik

jang mewakili blok Timur maupun blok Barat. agar berusaha sekeras-kerasnja untuk

menghentikan perang dingin dan mentjapai suatu persetudjuan jang akan dapat

menjelamatkan umat manusia dan dunia;

3. menjerahkan kepada parlemen-parlemen dari negara diseluruh dunia dengan

perantaraan Uni Inter Parlemen untuk menjokong berhasilnja Konperensi-konperensi

Djenewa sekarang ini".

Saudara Ketua. pada bagian terachir ditambahkan kalimat sebagai berikut:

II. Mengandjurkan kepada Pemerintah Republik Indonesia supaja menjampaikan

seruan diatas . kepada segala pihak jang bersangkutan.

Djakarta, 20 Mei 1959•

Pengusul:

1. Nj. SOEPENI

2. E. Moh. MANSJUR

3. Mr IMRON ROSJADI

4. DJADJA WIRIASUMITA

Page 144: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

144

5. EDDIE ABDURACHMAN

MARTALOGAWA

6. SUDISMAN

Rapat 54.

7. ANWAR TJOKROAMINOTO

8. Mr. DJODY GONDOKUSUMO

9. ASRARUDDIN

10. Mr Dr A. M. TAMBUNAN

11. H. M. AKIB

Dan kemudian ditambah pula dengan Saudara- saudara: .

12. Nj. OEMI SARDJONO

13. I. J. KASIMO

14. IDOGARNIDA

15. K. WERDOJO

16. NIA’ DIWAN

Sekian, Saudara Ketua, terima kasih,

Ketua: Saudara, tambahan angka II saja minta dibatjakan sekali lagi,

E. Moh. Mansjur: Saudara Ketua, tambahannja ialah;

"II. Mengandjurkan kepada Pemerintah Republik Indonesia supaja menjampaikan

seruan diatas kepada segala pihak jang bersangkutan".

Sekian, Saudara Ketua.

Ketua: Adakah diantara penanda-tangan lainnja jang akan menambah?

( B e b e r a p a a n g g o t a : Tidak ada)

Saudara-saudara, menurut kebiasaan setelah para pengusul memberikan

pendjelasannja, maka para anggota dapat memberikan pemandangan umumnja, Walaupun

saja tahu bahwa, hampir semua fraksi ikut menandatangani, tetapi saja, ingin bertanja lebih

dulu apakah ada barangkali diantara para anggota jang akan memberikan pemandangan

umum?

Saja persilakan Saudara Sudisman.

Sudisman: Saudara Ketua jang' terhormat, dengan dibitjarakannja usul resolusi jang

mendapat dukungan luas dari semua fraksi dalam Parlemen mengenai Konperensi Menteri-

menteri Luar Negeri di Djenewa, kami dari Fraksi Partai Komunis Indonesia menjambut

dengan gembira dan jakin bahwa usul resolusi ini mentjerminkan salah satu.

Page 145: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

145

Rapat 54.

kehendak murni dari segenap umat manusia jang tjinta damai. Dengan dapat

dilangsungkannja konperensi itu sendiri sesungguhnja sudah berarti suatu sukses, sebab

dalam konperensi jang bersedjarah itu empat negara penting telah kembali bekerdja-sama

untuk menjelesaikan masalah-masalah dunia jang urgent dan meredakan ketegangan-

ketegangan internasional.

Fraksi kami mengharap sepenuhnja supaja peserta konperensi memiliki tanggung-

djawab sebesar-besarnja terhadap rakjat-rakjat dari seluruh dunia jang setjara bulat

mentjita-tjitakan tindakan-tindakan konkrit untuk meredakan ketegangan internasional,

untuk menjelesaikan sengketa internasional setjara berunding, untuk mengurangi bahaja

peperangan jang 'setiap waktu dapat ditjetuskan oleh "perang dingin" jang sudah

berlangsung bertahun-tahun dilengkapi dengan kegiatan berlomba memiliki persendjataan

nuklir sebagai alat pembunuh massal jang mengerikan. Konperensi Djenewa sekarang ini

akan bersukses gemilang apabila dapat ditjapai persetudjuan dan pemetjahan terhadap

persoalan - persoalan jang telah ditetapkan mendjadi atjara konperensi, jaitu:

1. Penjelesaian masalah Berlin jang diantaranja telah diadjukan oleh Uni Sovjet

sedjak enam tahun jang lalu.

2. Penandatanganan perdjandjian perdamaian dengan dua negara Djerman, jang

sekarang telah merupakan suatu kenjataan. Untuk mengachiri situasi jang sudah 14 tahun

tergantung itu dan jang selama periode itu merupakan sumber ketegangan dan bahaja bagi

keamanan di Eropah, adalah masuk akal usul jang diadjukan Uni Sovjet untuk menjerahkan

masalah persatuan Djerman kepada rakjat Djerman sendiri.

3. Membuka jalan bagi terselenggaranja Konperensi Tingkat Tinggi untuk

memetjahkan pertikaian-pertikaian internasional lainnja jang penting dan gawat.

Dengan tertjapainja persetudjuan terhadap persoalan-persoalan tersebut diatas, maka

pasti situasi di Eropah dan didunia akan mendjadi reda, perang dingin akan berkurang dan

sjarat-sjarat baru akan tertjipta untuk lebih memperbaiki lagi hubungan antara, Barat dan

Timur.

Saudara Ketua jang terhormat, berdasarkan kenjataan itu Fraksi Partai Komunis

Indonesia sangat menjetudjui usul resolusi jang menandaskan, supaja para: peserta

Konperensi Menteri-menteri Luar Negeri di Djenewa berusaha sekeras-kerasnja untuk lebih

mengsukseskan konperensi itu sehingga sungguh-sungguh membuka djalan bagi

berlangsungnja Konperensi Tingkat Tertinggi jang akan datang untuk mentjapai suatu

persetudjuan jang akan dapat menjelamatkan umat manusia diseluruh dunia.

Page 146: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

146

Rapat 54.

Mengingat atjara pokok dari pada Konperensi Djenewa, sudah dengan sendirinja

dalam mengartikan tertjapainja suatu persetudjuan ialah persetudjuan tentang perdamaian

dengan Djerman dan normalisasi situasi di Berlin sebagai salah satu langkah

mengkonsolidasi keamanan dan perdamaian dunia. Setiap penangguhan dalam penjelesaian

masalah ini akan merugikan perdamaian, apalagi kalau mengingat bahwa disepandjang

garis demarkasi Djerman oleh Republik Federal Djerman telah dihadapkan tentara-tentara

jang dipersendjatai dengan sendjata-sendjata modern atom. Kita tidak bisa melupakan

bahwa sendjata-sendjata ini di Republik Federal Djerman berada dalam tangan militeris

revansis jang mau membalas dendam, sematjam kaum militeris Djepang jang kita kutuk,

jang bertanggung djawab atas meletusnja perang dunia kedua, dan bahwa mereka dewasa

ini memiliki sendjata-sendjata atom jang ingin kita larang setjara mutlak untuk selama-

lamanja. Alangkah bahagianja umat manusia sedunia djika Konperensi Para Menteri Luar

Negeri di Djenewa dapat menghasilkan perumusan-perumusan jang akan memungkinkan

tertjapainja persetudjuan untuk mentjiptakan zone bebas atom di Eropah Tengah, melarang

sendjata-sendjata nuklir, menghentikan pendudukan militer dan pangkalan-pangkalan

militer, menandatangani perdjandjian perdamaian dengan Djerman dan menormalisasi

keadaan di Berlin. Sebagai pedjuang perdamaian jang didjiwai oleh spirit Bandung sudah

sewadjarnja djika kita menjerukan kepada para peserta Konperensi Djenewa, bahwa saatnja

sekarang telah tiba untuk meredakan ketegangan-ketegangan internasional dan dengan

sekuat tenaga mentjari djalan untuk perdamaian.

Saudara Ketua jang terhormat, Fraksi Partai Komunis Indonesia jakin, bahwa usul

resolusi Parlemen ini jang mendasarkan diri kepada politik bebas aktif Pemerintah

Republik Indonesia, kepada djiwa dasasila Konperensi Asia-Afrika di Bandung dan kepada

Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa akan memberikan andilnja jang berharga bagi

Konperensi para Menteri Luar Negeri di Djenewa untuk menjelesaikan masalah jang vital

dalam semangat Piagam Perserikatan Bangsa- bangsa untuk merintis djalan

menjelenggarakan Konperensi Tingkat Tertinggi jang akan memudahkan penjelesaian

setjara damai persoalan-persoalan dunia jang masih menggantung seperti:

1. Larangan terhadap propaganda perang dan hasutan-hasutan jang bertudjuan

mempertegang situasi internasional.

2. Larangan terhadap semua djenis sendjata penghantjur massaal dan menghentikan

perlombaan persendjataan, perlutjutan persendjataan setjara bertingkat dengan pengawasan

jang keras.

Rapat 54.

Page 147: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

147

3. Likwidasi semua sisa kolonialisme dan diskriminasi ras, dan djaminan terhadap

hak-hak rakjat untuk berdaulat dan merdeka jang sangat penting artinja bagi terpeliharanja

perdamaian.

4. Hubungan-hubungan persahabatan, kebudajaan dan perdagangan serta saling

menghormati antara semua rakjat sedunia.

Saudara Ketua jang terhormat, walaupun semestinja usul resolusi Parlemen ini akan

lebih sempurna djika sekiranja memuat soal perlunja perdjandjian perdamaian dengan

Djerman dan persetudjuan tentang masalah Berlin menudju kepada terselenggaranja

Konperensi Tingkat Tertinggi, sesuai dengan tugas Konperensi para Menteri Luar Negeri di

Djenewa itu sendiri tetapi Fraksi Partai Komunis lndonesia sekali lagi menjetudjui

sepenuhnja usul resolusi tentang Konperensi Djenewa ini, sebab tiada tapal batas jang dapat

membatasi kemenangan perdamaian untuk kebahagiaan anak-tjutju kita sekalian. Marilah

segenap aliran bekerdja-sama dengan tulus-ichlas untuk mentjapai tudjuan tunggal bukan

sadja menghentikan perang dingin melainkan djuga menghentikan semua peperangan untuk

selama-lamanja sehingga dengan demikian umat manusia, dengan menggunakan hasil-hasil

ilmiah jang luar biasa, bisa masuk setjara lega ke zaman kemakmuran dan pembangunan

guna kenaikan taraf hidup rakjatnja, serta hidup tanpa perasaan takut dan bentji didunia

damai abadi.

Saudara Ketua jang terhormat, sebagai penutup, dengan menjetudjui usul resolusi ini.

Parlemen pilihan rakjat sekarang melandjutkan tradisinja jang baik, jaitu bersatu bulat

seperti halnja ketika kita menerima resolusi mengenai pelarangan sendjata-sendjata nuklir,

setia kawan kepada Aldjazair, dan lain-lainnja.

Sekian dan terima kasih.

Ketua: Saudara-saudara, setelah ada beberapa orang jang memberikan pemandangan

umumnja, maka saja akan minta terlebih dahulu, bagaimana pendapat Pemerintah mengenai

usul resolusi ini ?

Oleh karena itu saja persilakan Wakil Pemerintah untuk memberikan pendapatnja.

Dr J. Leimena, Wakil Perdana Menteri III: Saudara Ketua jang terhormat, sesudah

Pemerintah mendengar dan membatja isi usul resolusi jang terbukti ditanda-tangani oleh

hampir semua fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat ini dan sesudah

Pemerintah mendengarkan pendjelasan-pendjelasan mengenai usul resolusi ini, baiklah

pada kesempatan ini, Pemerintah akan memberikan kata-kata sambutan jang agak pendek.

Rapat 54.

Kita semua, baik Pemerintah maupun Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat ini

ataupun seluruh lapisan masjarakat Indonesia menginsjafi dengan sedalam-dalamnja bahwa

apa jang terdjadi dikata Djenewa diwaktu sekarang ini, adalah suatu peristiwa jang sangat

Page 148: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

148

penting. Suatu peristiwa, seperti tadi oleh salah seorang Saudara jang memberikan

pendjelasan mengenai usul resolusi ini telah dikemukakan, jaitu sedikit-banjak akan

mempengaruhi nasib umat manusia dihari-hari jang akan datang.

Karena itu, Saudara Ketua, dimana seluruh mata dunia diarahkan kepada peristiwa

jang penting dikota Djenewa itu, maka sesudah mempeladjari dengan sebaik-baiknja isi

usul resolusi ini, Pemerintah hendak menjambutnja dengan hati jang gembira, bahwa dj uga

dari pihak Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat ini timbul suatu hasrat agar supaja apa

jang tertera dalam diktum ini kiranja dapat tertjapai.

Pemerintah dapat mengikuti dengan sepenuh-penuhnja apa jang tertjantum didalam

konsiderans dari pada usul resolusi ini dan dapat menjetudjui pula apa jang termaktub

didalam diktumnja. Karena itu atas nama Pemerintah, saja dapat menjatakan disini, bahwa

kalau resolusi ini sebentar mudah-mudahan dapat diterima oleh Dewan Perwakilan Rakjat

setjara aklamasi, maka Pemerintah akan berusaha untuk memenuhi apa jang tertjantum

didalam pasal II dari pada diktum ini, ialah agar supaja seruan jang termaktub didalam usul

resolusi Dewan Perwakilan Rakjat pada malam hari ini disampaikan selekas-lekasnja

kepada segala pihak jang bersangkutan.

Sekianlah.

Ketua: Saudara-saudara, setelah Pemerintah menjatakan pendapatnja jang berisi

suatu persetudjuan dan djuga kesanggupan, apakah dari pihak pengusul akan memberikan

djawaban pula ? Kalau tidak maka permusjawaratan ini dapat dianggap selesai.

Saudara-saudara, saja bertanja sekarang, dapatkah "resolusi ini diterima, dengan

aklamasi oleh Dewan Perwakilan Rakjat?

( R a p a t : Setudju)

Saudara-saudara, setelah resolusi itu kita selesaikan, dan segera akan dilaksanakan

apa jang tertjantum didalamnja, maka kita sekarang meningkat kepada atjara kita

selandjutnja, jaitu djawaban Pemerintah atas pemandangan umum babak pertama

mengenai empat rantjangan Undang-undang, jaitu:

1. Rantjangan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat

No. 2 tahun 1959 tentang Bintang Garuda, sebagai Undang-undang

(Bid. 1959, P. 416).

Rapat 54.

2. Rantjangan Undang-undang penetapan Undang-undang Darurat

No, 6 tahun 1958 tentang perubahan dan tambahan mengenai

Undang-undang No. 65 tahun 1958 tentang pemberian tanda- tanda

kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma, sebagai Undang-

undang (Sid. 1959, P. 404).

Page 149: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

149

3. Rantiangan Undang. undang penetapan Undang-undang Darurat

No. 7 tahun 1958 tentang penggantian peraturan tentang Bintang

Gerilja, sebagai Undang-undang (Sid. 1959, p, 405).

4. Rantjangan Undang-undang tentang penarikan kembali Undang-

undang Darurat No. 13 tahun 1955 tentang pentjabutan dan

penggantian Undang-undang No. 14 tahun 1953 (Sid. 1959, r. 411).

Saudara-saudara, keempat rantjangan Undang-undang ini adalah dari satu

kementerian, jaitu Kementerian Pertahanan, maka djawabannjapun akan diutjapkan oleh

wakil Pemerintah/Kementerian Pertahanan,

Pembitjara-pembitjara pada pemandangan umum babak pertama ada 9 anggota, jaitu

Saudara-saudara : Abdul Rasjid Faqih, Selamat Ginting, Soepardi, Nj. Ch. Salawati Daud,

E. Moh. Mansjur, Ajip Muchamad Dzukhri, Sukatno, Mardjohan dan Misbah.

Pada malam ini, Saudara-saudara, Pemerintah akan mengutjapkan djawabannja atas

pemandangan umum babak pertama itu.

Saja persilakan Pemerintah.

Dr J. Leimena, Wakil Perdana Menteri III, Menteri Pertahanan a.i.: Saudara Ketua

jang terhormat, sebelum Pemerintahan mendjawab pertanjaan-pertanjaan dan andjuran-

andjuran jang diadjukan oleh anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat

dalam pemandangan umum mengenai 4 (empat) matjam rantjangan Undang-undang

tersebut tadi. Pemerintah ingin menjampaikan terima kasihnja kepada para anggota jang

terhormat jang semuanja pada prinsipnja dapat menjetudjui rantjangan Undang-undang

jang diadjukan oleh Pemerintah itu. Selandjutnja Pemerintah berharap. seperti diadjukan

oleh beberapa anggota jang terhormat supaja materi rantjangan Undang-undang ini dapat

diselesaikan dalam satu babak sadja.

Sekarang Pemerintah akan memberikan djawaban atas pertanjaan-pertanjaan dan

andjuran-andjuran jang dikemukakan oleh anggota-anggota jang terhormat Saudara-

saudara: Abdul Rasjid Fiqih, Selamat Ginting, Soepardi, Nj. Ch. Salawati Daud, E. Moh.

Mansjur. Ajip Mochamad Dzukhri, Sukatno, Mardjohandan Misbach.

Rapat 54.

Atas pertanjaan anggota jang terhormat Saudara Abdul Rasjid Faqih dan Saudara

Mardjohan tentang dasar apakah jang dipakai Pemerintah untuk menetapkan dj angka

waktu antara tahun 1945 sampai dengan achir 1949 guna pemberian Bintang Garuda, dapat

Pemerintah mendjawabnja, bahwa. pertanjaan itu telah didjelaskan dalam pendjelasan

Pemerintah jaitu bahwa dalam masa-masa tahun perdjuangan antara 1945 dan 1949 tugas

penerbangan dilakukan, dalam keadaan jang sangat berbahaja, sehingga mereka itu dapat

kita anggap sebagai pelopor/pionier penerbangan Republik Indonesia. Dan dapat

ditambahkan bahwa dalam pengertian pelopor itu sedikit-banjak terdapat unsur keberanian.

Page 150: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

150

Selandjutnja ditanjakannja pula, apakah sebabnja Undang-undang Darurat tentang

pemberian Bintang Garuda itu baru dikeluarkan pada tahun 1959, sedang dasar dari

pemberian bintang itu adalah antara tahun 1945 dengan tahun 1949. Saudara Ketua,

pertanjaan ini adalah benar, tetapi baiklah dikemukakan djuga bahwa dalam banjak hal

penghargaan terhadap sesuatu djasa baru direalisir setelah lewatnja, beberapa waktu

sesudah djasa-djasa tersebut disumbangkan,

Untuk mendjawab pertanjaan anggota-anggota jang terhormat Saudara Abdul Rasjid

Faqih. Saudara Nil. Salawati Daud, Saudara Muchamad Dzukhri dan Saudara Mardjohan,

mengenai djumlah-djumlah anggota Angkatan Udara Republik Indonesia, Warga-negara

bukan militer dan orang asing jang dipertimbangkan untuk mendapat Bintang Garuda dan

berapa dari djumlah-djumlah tersebut jang tidak akan mendapatnja mengingat alasan-alasan

tersebut dalam pasal 10 a, b, c, d sebagai jang ditanjakan oleh anggota jang terhormat

Saudara Abdul Rasjid Faqih, dapatlah diberikan keterangan sebagai berikut:

Selain dari pada 16 (enam belas) orang jang setjara anumerta telah diberikan Bintang

Garuda, masih dapat dipertimbangkan untuk pemberian Bintang Garuda djumlah 70 (tudjuh

puluh) orang terdiri dari penerbang- penerbang, navigator- navigator, radiotelegrafisten dan

flight mecanics. Dalam djumlah 70 (tudjuh puluh) tersebut terdapat sebagian jang pada saat

ini masih actief dalam dinas tentara dan sebagian lagi jang telah meninggalkan dinas

Angkatan Udara. Republik Indonesia.

Disamping .itu terdapat pula ± 10 orang warga negara biasa jang bukan anggota

Angkatan Udara Republik lndonesia dan beberapa warga-negara asing jang pada waktu itu

sangat berdjasa dan dapat dipertimbangkan untuk diberikan Bintang Garuda. Adapun

djumlah orang jang diberhentikan karena salah satu alasan tersebut dalam pasal 10 a, b, c, d

sepandjang jang kami ketahui, adalah 1 (satu) orang sadja, jaitu Major Muharto karena

terlibat dalam pemberontakan P.R.R.I.

Rapat 54.

Selandjutnja, Pemerintah sependapat dengan anggota jang terhormat Saudara

Muchamad Dzukhri, bahwa jang telah menjeleweng memang tidak lajak diberi Bintang

Garuda.

Saudara Ketua jang terhormat, mengenai saran anggota jang terhormat Saudara Abdul

Rasjid Faqih tentang penambahan tenaga guru-guru supaja guru-guru itu djangan terlalu di-

exploiteer dan selandjutnja untuk memperhatikan nasib para penerbang kita, Pemerintah

menjatakan kesediaannja untuk memperhatikannja. Perlu didjelaskan, bahwa kekurangan

akan tenaga-tenaga guru/instructeur itu pada waktu achir-achir ini memang disebabkan

karena beberapa tenaga guru harus mendjalankan tugas-tugas operasionil. Tetapi dapat pula

diterangkan disini djuga bahwa pada waktu sekarang mereka telah kembali mendjalankan

tugasnja semula.

Page 151: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

151

Pertanjaan anggota jang terhormat Saudara Selamat Ginting mengenai alasan-alasan

jang menjebabkan didaruratkannja Undang-undang pemberian Bintang Garuda, kiranja

Pemerintah telah memberikan pendjelasannja jang tjukup.

Mengenai pertanjaan tentang apakah sebabnja diadakan bintang chusus, chusus untuk

menghargai djasa-djasa dalam penerbangan sedangkan telah tersedia Bintang Sakti dan

Bintang Darma untuk penghargaan djasa-djasa dalam bidang kemiliteran. dan apakah hal

jang demikian itu tidak akan mengakibatkan diadakannja pengchususan djuga terhadap

djasa-djasa dilingkungan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Kepolisian, Pemerintah telah

mendjelaskan 'tentang kebutuhan untuk menilai djasa jang chusus dengan tanda djasa jang

chusus pula, jang dalam hal ini tidak dapat dipenuhi dengan pemberian Bintang Sakti dan

Bintang Darma.

Memang dikandung maksud oleh Pemerintah untuk djuga mengadakan penghargaan

chusus bagi tugas jang bersifat specifiek dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Polisi.

Tentang pertanjaan anggota jang terhormat Saudara Selamat Ginting, mengapa

Bintang Garuda hanja diberikan kepada mereka jang mendjalankan tugas diudara sadja dan

tidak kepada grond-personeel Angkatan Udara, dapat dikemukakan bahwa tugas grond-

personeel itu tidak termasuk djasa chusus sebagai jang dimaksud oleh Pemerintah dengan:

pemberian Bintang Garuda itu. Dalam pada itu Pemerintah tidak akan melupakan grond-

personeel Angkatan Udara jang berdjasa dengan pemberian penghargaan jang lain sifatnja

dari pada penghargaan chusus atas djasa- djasa penerbangan tadi.

Dengan demikian. Saudara Ketua, maka usul/saran anggota jang terhormat Saudara

Soepardi, telah terjawab.

Rapat 54.

Selandjutnja segaris dengan jang dikemukaan oleh anggota jang terhormat Saudara

Soepardi agar djuga dipikirkan kepada djasa-djasa mereka jang tidak termasuk angkatan

bersendjata, Pemerintah sedang merantjangkan peraturan tentang penghargaan djasa-djasa

dilakukan oleh warga-negara umumnja, baik djasa-djasa dimasa jang datang maupun dari

waktu-waktu jang lampau.

Oleh anggota-anggota jang terhormat Saudara Soepardi dan Saudara Nj. Salawati

Daud diadjukan usut/saran pula, agar Pemerintah disamping memberikan penghargaan

tanda djasa djuga memberikan hadiah berupa uang sekaligus dan kenaikan pangkat.

Saudara Ketua jang terhormat, Pemerintah dapat mengerti saran ini dan dapat

mengikuti djalan pikiran Saudara-saudara tadi, tetapi dalam hal pemberian Bintang Garuda

Pemerintah menitik-beratkan kepada tanda penghargaan atas sesuatu djasa.

Saudara Ketua jang terhormat, atas pertanjaan anggota jang terhormat Saudara Ch.

Salawati Daud apakah kepada orang jang telah mendapat Bintang Garuda masih dapat

Page 152: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

152

diberikan Bintang Darma atau Bintang Sakti, dapat didjelaskan, bahwa hal jang demikian

itu mungkin.

Mengenal pertanjaan anggota jang terhormat Saudara Ajip Muchamad Dzukhni

tentang pendirian suatu Akademi Penerbangan didalam negeri, baik untuk kebutuhan

penerbangan sipil maupun militer, dapatlah dikemukakan, bahwa di Tjitjurug dekat

Tangerang telah berdiri sekolah jang mendidik tjalon-tjalon penerbang untuk penerbangan

sipil.

Berbitjara tentang Akademi Penerbangan Militer dapat diterangkan, bahwa sekarang

sedang dipersiapkan pemindahan Sekolah Penerbangan Militer di Kalidjati ke Jogjakarta.

Dikandung maksud bahwa Sekolah Penerbangan Militer tersebut akan didjelmakan

mendjadi Akademi Penerbangan Militer. Sedang tenaga-tenaga pelatih-pelatihnja - Guru-

guru/instructeurs pada dewasa sekarang tengah mendapat latihan-latihan diluar negeri

Mengenai pertanjaan anggota jang terhormat Saudara Mardjohan tentang ~

penghargaan: terhadap djasa-djasa para penerbang pada waktu sesudah tahun 1949 dalam

mempertahankan keutuhan negara, dapat didjawab, bahwa dalam hal ini Pemerintah sedang

merentjanakan tanda penghargaan tersendiri.

Demikian pula tentang saran Saudara Mardjohan mengenai pembukuan sedjarah

penerbangan, dapat diterangkan disini, bahwa usaha termaksud sedang dikerdjakan, Dan

dapat dinjatakan pula bahwa usaha itu tidak hanja mengenai sedjarah dibidang penerbangan,

tetapi djuga meliputi sedjarah Angkatan Perang Republik Indonesia seluruhnja.

Rapat 54.

Saudara Ketua jang terhormat, selandjutnja mengenai saran / usul anggota jang

terhormat Saudara Selamat Ginting supaja diadakan suatu Undang-undang jang serba

lengkap mengenai pengchususan penghargaan djasa-djasa dilingkungan Angkatan-angkatan

dan Kepolisian. dapat ditegaskan disini bahwa Pemerintah sedang berusaha keras kearah itu.

Mengenai keraguan, pernjataan dan lain sebagainja jang dikemukakan oleh anggota-

anggota jang terhormat Saudara Soepardi dan Saudara Nj. Ch. Salawati Daud sekitar

pemberian Bintang Garuda kepada mereka jang sudah meninggalkan ketentaraan sedjak

tahun 1950, dapat diterangkan bahwa mereka itu tidak diketjualikan asalkan memenuhi

sjarat-sjarat jang telah ditentukan.

Tentang kedudukan Bintang Garuda dalam urutan tingkatan tanda-tanda penghargaan,

sebagai jang dinjatakan oleh anggota jang terhormat Saudara Njonja Ch. Salawati Daud,

Pemerintah dapat mengemukakan disini bahwa hal tersebut masih akan ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah dan menurut pandangan Pemerintah pada dewasa sekarang

kedudukannja adalah. dibawah Bintang Sakti dan Bintang Darma. Djadi supaja hal ini

dimengerti sebaik-baiknja,

Saudara Ketua jang terhormat, pertanjaan anggota-anggota jang terhormat Saudara

Selamat Ginting. Saudara Muchamad Dzukhri dan Saudara Misbach tentang djumlah

Page 153: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

153

Bintang Gerilja jang telah diberikan, dapat diterangkan bahwa pemberian bintang-bintang

itu seperti Saudara Ketua ketahui, didasarkan atas ketentuan-ketentuan dalam Peraturan

Pemerintah No. 8 tahun 1949.

Dengan terus terang Pemerintah menjatakan disini, bahwa berhubung dengan

ketentuan-ketentuan jang termaktub dalam Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1949 tentang

Bintang Gerilja, dimana pemberian bintang tersebut selain dari pada dilakukan oleh

Presiden/Panglima Besar djuga oleh Panglima Territorium Djawa dan Sumatera dan

Panglima-panglima Divisi/Gubernur Militer, maka agak sukar untuk memperoleh bahan

keterangan dalam waktu jang singkat, kepada siapa Bintang Gerilja itu telah diberikan. Dan

karena hal ini merupakan sedikit kesimpang-siuran maka djuga karena itu Pemerintah

dengan rantjangan Undang-undang ini bermaksud menormalisir tjara-tjara pemberian

Bintang Gerilja. Sekarang sedang diusahakan untuk mengetahui kepada siapa Bintang

Gerilja itu telah diberikan.

Mengenai pertanjaan anggota jang terhormat Saudara Selamat Ginting tentang

pemberian Bintang Geriljakepada. warga-negara asing jang didasarkan atas djasa-djasanja

terhadap negaranja sendiri, dapatlah didjelaskan disini bahwa hal ini dilaksanakan terhadap

warga-negara asing jang negaranja bersahabat dengan negara kita. Djasa-djasa orang asing

untuk perdjuangan negaranja, itu djuga merupakan

Rapat 54.

inspirasi bagi perdjuangan kita. Hal ini telah disinggung oleh anggota jang terhormat

Saudara. Soepardi dalam pemandangannja,

Djasa-djasa orang-orang asing jang pada waktu perdjuangan kemerdekaan membantu

kita dalam menghadapi musuh Republik Indonesia dapat pula dihargai. Karena itu

Pemerintah dalam hal ini menjetudjui untuk memperluas perumusan jang terdapat dalam

pasal 11 Undang-undang ini, sehingga kepada merekapun dapat diberikan Bintang Gerilja.

Dengan demikian rumus pasal 11 jang bersangkutan diusulkan mendjadi, kalau Saudara

Ketua membatja pasal 11 dari pada rantjangan Undang-undang ini mengenai Bintang

Gerilja itu:

"Dengan menjimpang dari ketentuan-ketentuan diatas, Presiden/Panglima

Tertinggi dapat memberikan anugerah Bintang Gerilja kepada warga-negara asing

terkemuka sebagai penghormatan Republik Indonesia atas djasa-djasanja untuk

perdjuangan negaranja masing-masing, atau kepada warga-negara asing atas

djasa-djasanja untuk perdjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia".

Mengenai saran anggota jang terhormat Saudara Soepardi supaja Pemerintah

menindjau kembali rumusdalam formulir 2a, pada dasarnja Pemerintah dapat

menjetudjuinja. Dengan demikian perkataan "memperdjuangkan" dalam lampiran 2a

Page 154: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

154

diganti dengan kata "perdjuangan". Sedang mengenai saran lainnja, jaitu untuk

mengadakan perumusan "tentang djasa jang bersangkutan dalam piagam 2b setjara

“standaard", dianggap oleh Pemerintah sebagai kurang tepat, karena akan terlalu mengikat.

Harapan anggota jang terhormat Saudara Ch. Salawati Daud, agar dalam pelaksanaan

pemberian Bintang Gerilja chususnja dan dalam tjara pengusulan pada umumnja

dipergunakan tata-tjara jang mendjamin pemberian bintang itu setepat-tepatnja, jaitu

kepada jang berhak menerimanja, memang hal inilah sesuai dengan maksud Pemerintah.

Saudara Ketua jang terhormat, memperhatikan saran anggota. jang terhormat Saudara

Ajip Muchamad Dzukhri untuk mengadakan kerdja-sama dengan Kementerian Urusan

Veteran dalam hal screening dan sebagainja dalam rangka pemberian Bintang Gerilja, dapat

ditegaskan, bahwa hal Hu adalah sesuai dengan kebidjaksanaan Pemerintah. Tak ada

keberatan sesuatupun bahkan baik sekali untuk djuga meng- gunakan bahan-bahan jang

dapat diperoleh dari organisasi-organisasi sedaerah.

Tentang saran anggota jang terhormat Saudara Misbach untuk memberikan djuga

Bintang Gerilja kepada mereka jang tidak tergolong tentara, barisan atau lasjkar, dapatlah

dikemukakan bahwa Pemerintah tidak mengadakan diskriminasi dalam hal

Rapat 54.

pemberian Bintang Gerilja, asalkan sjarat-sjarat jang telah ditetapkan untuk itu dapat

dipenuhi.

Mengenai pertanjaan, apakah sudah ada warga negara asing terkemuka jang pernah

diberikan Bintang Gerilja sebagai penghormatan dan dari negara asing mana, ingin

Pemerintah menjebut 2 nama, jaitu Paduka Jang Mulia Presiden Marsekal Josip Broz Tito

dari Jugoslavia dan Paduka Jang Mulia Presiden Ho Chi Min dari Vietminh,

Saudara Ketua jang terhormat, mendjawab anggota jang terhormat Saudara Selamat

Ginting tentang penjimparigan dari prosedur jang berlaku umum dalam hal pemberian

Bintang Darma terutama kepada warga-negara bukan militer, Pemerintah mengakui bahwa

dalam prosedur pemberian Bintang Darma kepada warga-negara Indonesia bukan militer

dapat diperlakukan prosedur biasa. Berhubung dengan itu maka Pemerintah dapat

menerima usul perubahan sesuai dengan jang diuraikan diatas itu. Dan berhubung dengan

pendapat anggota jang terhormat Saudara Selamat Ginting bahwa untuk prosedur

pemberian Bintang Darma kepada orang asing perkataan "dengan pertimbangan Gabungan

Kepala-kepala Staf" adalah berkelebihan karena dianggapnja sudah terrnasukroutine kerdja,

Pemerintah ingin mengemukakan sebagai pendapatnja bahwa tidak ada buruknja untuk

mempertahankan perkataan-perkataan tersebut dalam Undang-undang agar tetap ada

kepastian dan keharusan, bahwa dalam soal pemberian bintang itu kepada warga-negara

asing didengar pula pertimbangan Gabungan Kepala-kepala Staf.

Dengan demikian maka perlu diadakan beberapa perubahan didalam rantjangan

Undang-undang ini jang sebentar akan saja adjukan.

Page 155: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

155

Saudara Ketua jang terhormat, mengenai saran anggota jang terhormat Saudara

Selamat Ginting untuk memungkinkan pemberian Bintang Darma setjara anumerta,

Pemerintah tidak melihat alasan untuk. menolaknja. Hal ini akan dimasukkan pula dalam

rantjangan Undang-undang jang bersangkutan, jang nanti akan saja adjukan pula.

'Tentang interpretasi anggota jang terhormat Saudara Soepardi mengenai arti

"berdjasa untuk keruadjuan Angkatan Perang" Pemerintah dapat menerangkam disini,

bahwa interpretasi anggota jang terhormat Saudara Soepardi segaris dengan tafsiran

Pemerintah. Menurut pendapat Pemerintah hal-hal jang berhubungan dengan tafsiran itu

diserahkan kepada Dewan Pertimbangan Tanda-tanda Bintang Kehormatan Angkatan

Perang, Gabungan Kepala-kepala Staf dan Menteri Pertahanan.

Mengenai Dewan Pertimbangan tersebut dapat dikemukakan, bahwa dewan itu telah

dibentuk dan sementara anggota-anggotanja terdiri dari anggota Angkatan Darat, Angkatan

Laut dan Angkatan Udara.

Rapat 54.

Berhubung dengan pertanjaan anggota jang terhormat Saudara Ajip Muchamad

Dzukhri, sekitar norma-norma pemberian Bintang Darma kepada warga-negara asing,

Pemerintah berpendapat bahwa sjarat-sjarat jang ditjantumkan dalam Undang-undang itu

sudah merupakan dasar jang tjukup untuk pemberian tersebut.

Tentang pertanjaan apakah Bintang Sakti tidak dapat diberikan djuga kepada warga-

negara asing, dapat didjawab bahwa Pemerintah bermaksud untuk hanja memberikan

Bintang Sakti itu hanja kepada pahlawan-pahlawan nasional.

Mengenai djumlah Bintang Darma jang sudah diberikan, dapat diterangkan bahwa

hingga sekarang berdjumlah 5 (lima) buah jaitu kepada Presiden/ Panglima Tertinggi,

Perdana Menteri dan kepada ketiga Kepala Staf Angkatan.

Saudara Ketua jang terhormat, sekarang untuk memberikan pendjelasan rantjangan

Undang-undang tentang penarikan kembali Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955

tentang penijabutan dan penggantian Undang-undang No. 14 tahun 1953.

Mengenai pertanjaan-pertanjaan anggota jang terhormat Saudara Soepardi, apakah

dalam masa peralihan tidak akan timbul kesulitan-kesulitan tehnis, dapatlah didjelaskan

disini bahwa hal jang demikian itu tidak perlu dichawatirkan, karena para bekas Tentara

Nasional Indonesia jang mendapat perlakuan menurut Undang-undang Darurat No. 13

tahun 1955 itu sekarang sudah tidak ada lagi. Saran-saran untuk menjesuaikan rentjana

peremadjaan dengan Undang-undang Militer Sukarela adalah sedjalan dengan maksud

Pemerintah. Mengenai penindjauan Undang-undang Pertahanan seperti djuga dikemukakan

oleh Saudara Soepardi dapat dikemukakan disini bahwa hal jang demikian memang

mendjadi pemikiran serieus dari, Pemerintah.

Page 156: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

156

Mendjawab pertanjaan-pertanjaan anggota jang terhormat Saudara Sukatno jang

terhormat Pemerintah ingin sedikit memberikan pendjelasan sekitar akibat Undang-undang

Militer Sukarela. Dengan keluarnja Undang-undang Militer Sukarela ini maka sebagian

dari peraturan-peraturan militer sebelumnja, chususnja jang berhubungan dengan

keanggotaan Angkatan Perang. mendjadi tidak berlaku lagi. antara lain Undang-undang

Darurat No. 13 tahun 1955. Soal-soal jang mengenai kedudukan hak dan kewadjiban

militer sukarela termasuk djuga djaminan sosial, setelah mereka berhenti dari dinas militer,

pada dasarnja perlu diatur setjara lain. Mereka jang memenuhi sjarat-sjarat tertentu

diberikan dipensiun atau onderstand, sedangkan mereka jang tidak memenuhi sjarat-sjarat

tersebut akan diberikan tundjangan selama waktu tertentu untuk memungkinkan mereka itu

memasuki masjarakat sebagai warga-negara jang terhormat dan berguna: pada umumnja

diusahakan agar mereka jang akan diberhentikan sebelum dikembalikan ke masjarakat

ditempatkan terlebih dahulu dalam djawatan-djawatan tehnis untuk memungkinkan mereka

memperoleh suatu pengalaman dan ketjakapan jang dapat mereka gunakan setelah kembali

kemasjarakat.

Rapat 54.

Dalam hubungan ini perlu pula diketahui bahwa bagian terbesar dari Angkatan

Perang kita, jaitu ± 70-80%, berasal dari Tentara Nasional Indonesia (1945-1949), dan

mereka ini berhak mendapatkan perlakuan sebagai veteran pedjuang kemerdekaan

Indonesia, djadi mereka ini telah tertampung. Disamping usaha-usaha tersebut diatas masih

pula dilandjutkan penjelenggaraan objek-objek Corps Tjadangan Nasional dan Badan

Penampung Bekas Anggota Tentara jang sekarang ini berlangsung dibawah pimpinan

Kepala Staf Angkatan Darat. Djuga telah timbul usaha-usaha partikulir berbentuk koperasi

dan lain sebagainja dari para bekas, anggota Angkatan Perang, usaha-usaha mana pada

tingkat pertama ini baru dapat sekedar memberikan bantuan-bantuan sosial kepada

anggotanja. Dalam hubungan ini perlu disebut usaha jang didjalankan oleh jajasan-jajasan.

Usaha-usaha tersebut kebanjakan didirikan atas inisiatif daerah-daerah, dan dalam pada itu

Pemerintah berusaha untuk selalu mengawasi dan memberikan tuntunan sekedarnja

sehingga sedapat mungkin ditjegah timbulnja hal-hal jang kita semua tidak diinginkan.

Selandjutnja dapat disebut usaha penempatan perwira-perwira diperusahaan jang diambil-

alih.

Usaha ini sedikit banjak membantu Pemerintah dalam penjaluran bekas tentara

kemasjarakat.

Mengenai para perwira jang ditugaskan diperusahaan jang diambil-alih, jang

disinggung oleh anggota anggota Dewan Perwakilan Rakjat, dapatlah diterangkan bahwa

mereka itu pada fase sekarang adalah petugas pengawas dalam perusahaan-perusahaan

tersebut dan menerima gadji penuh sebagai militer biasa ditambahkan honorarium. Akan

tetapi perlu ditegaskan bahwa mereka dalam waktu singkat akan dipekerdjakan sepenuhnja

Page 157: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

157

sebagai non-militer dalam perusahan-perusahaan tersebut dan pada saat itu mereka akan

diberhentikan dari dinas tentara.

Saran-saran anggota jang terhormat Saudara Sukatno mengenai peremadjaan

dilingkungan Angkatan Perang adalah sesuai dengan kebidjaksanaan Pemerintah dan

Pemerintah pula dalam hal ini selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnja gedjala-

gedjala jang disinjalir oleh anggota jang terhormat Saudara Sukatno.

Saudara Ketua jang terhormat, dengan demikian kiranja terdjawablah pertanjaan-

pertanjaan dan saran-saran anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat.

Sebagai kesimpulan dapat dinjatakan bahwa mengenai keempat rantjangan Undang-

undang jang diadjukan kepada Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat diadakan

perubahan/tambahan, jaitu:

1. Dalam rantjangan Undang-undang mengenai Bintang Garuda diadakan

perubahan dalam pasal 2 ajat 1 (dibawah pasal I) seperti jang telah dikemukakan oleh

Pemerintah dalam pendjelasannja pada hari Djum'at tanggal 15 Mei 1959;

Rapat 54.

2. Dalam rantjangan Undang-undang jang mengenai Bintang Darma, diusulkan

Satu, mengenai penambahan pasal 7a (baru) dalam Undang-undang No. 65 tahun 1958,

jang berbunji sebagai berikut :

"Bintang Darma dianugerahkan djuga kepada warga-negara Indonesia bukan

anggota Angkatan Perang, sebagai penghargaan atas djasa-djasa luar biasa jang

disumbangkannja chusus untuk kemadjuan dan pembangunan Angkatan Perang

Republik Indonesia".

Pasal baru jang lain, mengenai penambahan pasal 8a (baru) dalam Undang-undang

No. 65 tahun 1958, jang berbunji sebagai berikut:

"Kepada mereka jang menurut ketentuan dalam pasal 7 dan 70. berhak

menerima Bintang Darma dan jang meninggal dunia sebelum bintang itu

dianugerahkan kepadanja, diberikan anugerah termaksud setjara anumerta".

Selandjutnja diadakan perubahan dalam pasal 1 lama (dibawah pasal 1) dengan

menghapuskan perkataan "Indonesia maupun" dari rangkaian perkataan "kepada warga-

negara Indonesia maupun asing". Dengan demikian pasal 1 lama semata-mata mengenal

warga-negara asing.

Dengan demikian maka diadakan nummering baru dalam teks rantjangan Undang-

undang jang mengenal Bintang Darma itu.

Page 158: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

158

3. Dalam rantjangan Undang-undang jang mengenai Bintang Gerilja diadakan

tambahan bagian kalimat jang menjambung pasal 11 jang bersangkutan dengan perkataan.

"atau kepada warga-negara asing atas djasa¬djasa untuk perdjuangan

kemerdekaan Negara Republik Indonesia",

Selandjutnja perkataan "memperdjuangkan gerilja" dalam lampiran IIA diubah

sehingga mendjadi "perdjuangan gerilja",

Kemudian, Saudara Ketua, Pemerintah ingin menambahkan pula didalam rantjangan

Undang-undang tentang Bintang Gerilja ini suatu pasal jang baru, jang belum termasuk

didalam teks jang Pemerintah telah' sampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakjat. Pasal

jang baru itu akan diletakan diantara pasal 2 dan pasal 3, jaitu pasal 2a,

Rapat 54.

jang berbunji sebagai berikut: "Kepada mereka jang menurut ketentuan tersebut dalam

pasal 1 berhak menerima Bintang Gerilja dan jang meninggal dunia sebelum bintang itu

dianugerahkan kepadanja, diberikan anugerah termaksud setjara anumerta",

Saudara Ketua, untuk djelasnja, maka saja akan memberikan suatu Nota Perubahan

jang berhubungan dengan apa jang tadi telah didjelaskan, jaitu mengenai perubahan-

perubahan dan tambahan-tambahan didalam rantjangan Undang-undang, jang mendapat

tambahan-tambahan itu ialah jang mengenai Bintang Garuda, Bintang Sakti dan Bintang

Darma dan djuga mengenai Bintang Gerilja.

Saja masih sanggup untuk membatjakannja. Apakah hal ini saja batjakan sadja?

(B e b e r a p a o r a n g a n g g o t a : Batja sadja.)

Djadi sekarang saja akan batjakan Nota Perubahan mengenai:

1. Rantjangan Undang-undang tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda;

2. Rantjangan Undang-undang tentang penetapan Undang-undang Darurat No. 6 tahun

1958 tentang perubahan dan tambahan Undang-undang No. 65 tahun 1958 tentang

pemberian tanda-tanda kehormatan Bintang Sakti dan Bintang Darma sebagai Undang-

undang;

3. Rantjangan Undang-undang tentang Bintang , Gerilja.

Sekarang jang pertama ialah mengenai rantjangan Undang-undang Bintang Garuda;

1. Dalam kalimat pertama dari pasal 1, kata "jang" sebelum perkataan "berbunji sebagai berikut" dihapuskan dan diganti dengan perkataan-per-kataan: "dengan perubahan-perubahan sehingga ... ",

Dalam pasal 2 ajat 1 dibawah pasal I diadakan perubahan atau tambahan sebagai berikut:

1. Tanda ";" jang terdapat diantara perkataan-perkataan "garis tengah 48 milimeter" dan perkataan-perkataan "lapisan pertama" dihapuskan dan diganti dengan tanda atau huruf “ : a."

Page 159: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

159

2. Sebelum perkataan "lapisan kedua", disisipkan huruf atau tanda: “b". 3. Perkataan-perkataan "terdapat diatasnja" sesudah perkataan "lapisan kedua"

dihapuskan.

4. Sebelum perkataan "lapisan ketiga" disisipkan huruf atau tanda “c.".

5. Perkataan-perkataan "seekor burung garuda jang menebarkan sajapnja selebar-

lebarnja", diganti mendjadi perkataan-perkataan "seekor burung garuda jang menegakkan

sajapnja setinggi - tingginja".

Ini adalah perubahan didalam rantjangan Undang-undang mengenai Bintang Garuda

jang pernah saja adjukan didalam pendjelasan Pemerintah.

Rapat 54.

Sekarang mengenai perubahan-perubahan didalam rantjangan Undang-undang tentang

Bintang Darma.

1. Dalam kalimat pertama dari pasal I kata "jang" sebelum perkataan-perkataan

"berbunji sebagai berikut", dihapuskan dan diganti dengan perkataan "dengan perubahan-

perubahan sehingga".

2. Dibawah pasal I diadakan pasal 1 baru jang berbunji sebagai berikut:

"Pasal 1.

Dalam bab III sesudah pasal 7 diadakan pasal baru, jaitu pasal 7a jang berbunji sebagai

berikut:

"Bintang Darma dianugerahkan djuga kepada warga-negara Indonesia bukan anggota

Angkatan Perang, sebagai penghargaan atas djasa-djasa luar biasa jang disumbangkannja

chusus untuk kemadjuan dan pembangunan Angkatan Perang Republik Indonesia".

3. Dibawah pasal I djuga diadakan pasal 2 baru jang berbunji sebagai berikut:

"Pasal 2.

Dalam bab III sesudah pasal 8 diadakan pasal baru jaitu pasal 8a jang berbunji sebagai

berikut:

Kepada mereka jang menurut ketentuan dalam pasal 7 dan 7a berhak menerima Bintang

Darma dan jang meninggal dunia sebelum bintang itu dianugerahkan kepadanja, diberikan

anugerah termaksud setjara anumerta" .

4. Pasal 1 lama (dibawah pasal 1) mendjadi pasal 3 baru dengan ketentuan bahwa

perkataan-perkataan “kepada warga-negara Indonesia maupun asing" diubah sehingga

mendjadi "kepada warga-negara asing" .

5. Pasal 2 lama (dibawah pasal 1) mendjadi pasal 4 baru tanpa perubahan.

Sekarang mengenai perubahan didalam rantjangan Undang-undang tentang Bintang

Gerilja.

Page 160: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

160

1. Dalam kalimat pertama dari pasal 1 kata "jang" sebelum perkataan "berbunji

sebagai berikut" dihapuskan dan diganti dengan perkataan ; dengan perubahan- perubahan

sehingga".

2. Ketentuan dalam pasal 11 disambung (setelah tanda titik diganti dengan koma)

dengan perkataan-perkataan "atau kepada warga-negara asing atas djasa-djasanja untuk

perdjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia".

Rapat 54.

Kemudian ada satu perubahan dalam rantjangan Undang-undang tentang Bintang

Gerilja jang tadi telah saja kemukakan jang merupakan pasal baru jang akan terletak antara

pasal 2 dan pasal 3 jang merupakan pasal 2a jang berbunji sebagai berikut:

"Kepada mereka jang menurut ketentuan tersebut dalam pasal 1 berhak menerima

Bintang Gerilja dan jang meninggal dunia sebelum bintang itu dianugerahkan kepadanja,

diberikan anugerah termaksud setjara anumerta".

Kemudian dalam lampiran IIa (Piagam) dalam perkataan "Di dalam memperdjuangkan

gerilja membela kemerdekaan negara" diadakan perubahan sehingga berbunji sebagai

berikut: "Didalam perdjuangan gerilja membela kemerdekaan negara".

Saudara Ketua, sekianlah pendjelasan Pemerintah atas pertanjaan dari para anggota

Dewan Perwakilan Rakjat jang terhormat serta usul-usul perubahan didalam rantjangan

Undang-undang jang dihadapkan kepada Dewan Perwakilan Rakjat.

Ketua: Saudara-saudara, demikianlah djawaban Pemerintah atas pemandangan umum

babak pertama, dan teks djawaban ini telah disampaikan kepada Saudara-saudara dalam

box kemarin.

Didalam djawaban Pemerintah itu disampaikan suatu harapan, apakah dapat

pemandangan umum ini ditutup dengan satu babak sadja, Apakah ada lagi diantara

Saudara-saudara, jang mau bit jara dalam babak kedua?

(B e b e r a p a a n g g o t a : Tidak ada.)

Djadi tjukup satu babak sadja !

Dengan ini permusjawaratan kita ini dapat dinjatakan selesai,

Saudara –saudara, saja rasa dengan bantuan Saudara-saudara rantjangan Undang-

undang ini dapat disahkan dengan sekaligus. Saja akan mulai dahulu dengan penindjauan

pasal demi pasal mengenai rantjangan Undang-undang tentang penetapan "Undang-

undang Darurat No. 2 tahun 1959 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang

Garuda" sebagai Undang-undang.

Saudara-saudara, segala perubahan dari Pemerintah telah dikerdjakan sebagaimana

termuat didalam Nota Perubahan tadi, terutama mengenai Bintang Garuda. Hanja disitu

Page 161: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

161

masih ada perubahan tambahan didalam pasal 2, jang tidak dibatjakan oleh Pemerintah, dan

hanja membuka djalan supaja kalimat itu berdjalan langsung, jaitu didalam anak kalimat c,

"lapisan ketiga berbentuk lukisan lambang Angkatan Udara Republik Indonesia" "Swa

Bhuwana Paksa" jang terdiri dari seekor burung garuda jang menegakkan sajapnja setinggi-

tingginja, lima putjuk anak panah jang digenggam oleh tjakar garuda, sebuah perisai

dengan lukisan kepulauan Indonesia atas mana burung garuda berdiri. Djadi perkataan

"dan" serta kata-kata diatas perisai ini" dihilangkan, sehingga dengan begitu djalan kalimat

itu djadi baik sekali.

Perubahan ini djuga sudah disetudjui oleh Pemerintah. Djadi dengan demikian

rantjangan Undang-undang ini seluruhnja sudah disesuaikan dengan Nota Perubahan lini

djuga.

Karena itu, Saudara-saudara dengan perubahan jang sudah disetudjui itu dan oleh

karena tidak ada lagi pemandangan umum babak kedua, dapatlah kita mulai dengan

pembitjaraan pasal demi pasal.

Apakah Saudara-saudara setudju?

(R a p a t : Setudju.)

Saudara-saudara, tentang nama, apakah dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.)

Mengenai konsiderans, apakah dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.)

Mengenali: Memutuskan, dapatkah disetudjui?

(R a p a t : Setudju.)

Mengenai Pasal I, dapatkah disetudjui?

(R a p a t : Setudju.)

Mengenai Bab I Ketentuan Umum pasal 1, apakah dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.)

Mengenai pasal 2 dengan perubahannja tadi, apakah dapat disetudjui?

Soepardi: Saudara Ketua, saja mentjoba untuk mengiringkan keinginan Pemerintah

dalam mengambil kata-kata jang mungkin bagi Pemerintah dapat diterima, jaitu dalam

pasal 2 bagian 5 terdapat perkataan: seekor burung garuda jang semula dengan istilah

"menebarkan sajapnja selebar-lebarnja", kemudian diganti dengan burung garuda jang

"menegakkan sajapnja setinggi-tingginja".

Djadi saja minta disini, apakah tidak lebih baik djika Pemerintah mengganti istilah

"menegakkan" itu dengan "mengembangkan" sajapnja setinggi-tingginja. Saja kira kalau

dengan istilah ini akan lebih serasi.

Ketua: Bagaimana Pemerintah? Apakah Pemerintah dapat menerima perkataan

"menegakkan" diganti dengan "mengembangkan"?

Page 162: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

162

Dr J. Leimena, Menteri Pertahanan a.i.: Saudara Ketua, saja harap agar Saudara

Soepardi menjetudjui perkataan "menegakkan" ini sadja, karena ini lebih baik.

Ketua: Djadi pasal 2 dapat disetudjui ?

(R a p a t : Setudju.)

Rapat 54.

Bab II dengan pasal 3-nja, dapat diterima ? (R a p a t : Setudju.) Bab III dengan pasal-pasal 4 sampai dengan 8 disetudjui ? (R a p a t : Setudju.) Bab IV dengan pasal 9-nja, dapat diterima? (R a p a t : Setudju.) Bab V, pasal 10 jang berisikan ajat-ajat a sampai dengan e dapat disetudjui? (R a p a t : Setudju.) Bab Vl, pasal 11 dapat disetudjui? (R a p a t : Setudju.) Bab VII, pasal 13 dapat diterima? (R a p a t : Setudju.) Pasal 14; supaja sesuai dengan bentuk jang lazim didjadikan bagian dari pasal II, jaitu

seperti djuga didalam Undang-undang pemberian Bintang Gerilja. Djadi pasal II ini

berbunji:

"Undang-undang ini dapat disebut "Undang-undang Bintang Garuda dan mulai berlaku

pada hari di undangkan",

Apakah ini dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.)

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja, memerintahkan pengundangan Undang-

undang ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia.

Saudara-saudara, dapatkah seluruh Undang- undang ini disetudjui?

(R a p a t : Setudju.).

Sekarang. kita mengesahkan rantjangan Undang- undang tentang penetapan

“Undang- undang Darurat No. 6 tahun 1958 tentang perubahan dan tambahan

Undang-undangNo. 65 tahun 1958 tentang pemberian tanda- tanda kehormatan

BintangSakti dan Bintang Darma"sebagai Undang-undang (Sid. 1959, P.404).

Disini djuga perubahan-perubahan seluruhnja sudah diselesaikan.

Namanja dapat disetudjui, Saudara-saudara ?

(R a p a t : Setudju.).

Konsiderans dapat disetudjui, Saudara-saudara?

(R a p a t : Setudju.).

Memutuskan dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.).

Rapat 54.

Page 163: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

163

Pasal I Rumawi dapat disetudjui, Saudara-saudara?

(R a p a t : Setudju.).

Pasal 1 baru dapat disetudjui, Saudara-saudara?

(R a p a t : Setudju.).

Pasal 2 baru, dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.).

Pasal 3 baru, dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.).

Pasal 4 baru, dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.).

Pasal II (Rumawi) sampai “Disahkan''dapat disetudjui, Saudara-saudara?

(R a p a t : Setudju.).

Dapatkah keseluruhan rantjangan Undang-undang itu disetudjui dengan aklamasi?

(R a p a t : Setudju.).

Sekarang kita meningkat kepada pengesahan rantjangan Undang-undang tentang.

penetapan Undang-undang Darurat No. 7 tahun 1958 tentang penggantian peraturan

tentang Bintang Gerilja sebagai termaktub dalam Peraturan Pemerintah No. 8 tahun

1949 sebagai Undang-undang (Sid. 1959, P. 405).

Djuga mengenai ini dimasukkan segala perubahan dari Pemerintah.

Namanja dapat disetudjui, Saudara-saudara? (R a p a t : Setudju.).

Konsiderans dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.).

Memutuskan dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.).

Dapatkah keseluruhah rantjangan; Undang- undang ini disetudjui dengan aklamasi?

(R a p a t : Setudju.).

Sekarang kita meningkat kepada rantjangan Undang-undang tentang penarikan

kembali Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955 tentang pentjabutan dan

penggantian Undang-undang No. 14 tahun 1953 (Sid. 1959, P. 411).

Disini masih perlu diadakan perubahan sedikit sadja, jaitu pada pasal I, kalimat jang

terachir jang berbunji: .. 'tetap berlaku ketentuan dalam Undang - undang Darurat ini;"

perkataan "ini" sejogianja dihilangkan, diganti dengan "tersebut terachir", Djadi

lengkapnja:

Pasal 1.

"Peraturan-peraturan jang termaktub dalam Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1955

tentang: pentjabutan dan penggantian Undang-undang No. 14 tahun 1953 (Lembaran-

Negara tahun 1955 No. 38) dinjatakan tidak berlaku lagi terhitung mulai tanggal 10

Agustus 1957, dengan ketentuan bahwa bagi mereka jang pada saat Undang-undang

Page 164: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

164

Darurat No. 26 tahun 1957 tentang Militer Sukarela (Lembaran-Negara tahun 1957 No. 83)

ada dalam keadaan mendapat perlakuan berdasarkan Undang-undang Darurat No. 13 tahun

1955 (Lembaran-Negara tahun 1955 No. 38), tetap berlaku ketentuan dalam Undang-

undang Darurat tersebut terachir",

- Saudara-saudara, Undang-undang ini namanja dapatkah disetudjui?

(R a p a t : Setudju.).

Konsiderans dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.).

Memutuskan, dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.).

Pasal I, dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.).

Pasal 2 dan seterusnja dapat disetudjui?

(R a p a t : Setudju.).

Dapatkah keseluruhan rantjangan Undang-undang ini disetudjui dengan aklamasi?

(R a p a t : Setudju.).

Saudara-saudara, keempat rantjangan Undang-undang ini telah dapat kita selesaikan

dan kita telah memenuhi harapan dari pada Pemerintah.

Saudara-saudara, atjara kita hari ini selesai seluruhnja, sedangkan untuk hari Djum'at

karena tidak: ada lagi atjara jang kita landjutkan, saja sarankan supaja rapat pleno pada hari

Djum'at ituditiadakan,

Dapatkah disetudjui. Saudara-saudara?

(R a p a t : Setudju.).

Dengan ini rapat saja tutup.

Rtapat ditutup pada diam 22.40

Page 165: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

165

SALINAN

K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKJAT REPUBLIK INDONESIA

No. 53/DPR/1959 tentang

usul Undang-undang penetapan “Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1958

tentang Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1958 No. 19)” sebagai

Undang-undang. ( Sid. 1959, P. 416).

-----------

D E W A N P E R W A K I L A N R A K J A T

dalam rapat pleno terbuka ke-54 pada tanggal 20 Mei 1959 di Djakarta,

Setelah membatja : Amanat Presiden No. 1211/HK/59 tanggal 5 Mei 1959

tentang mengirimkan usul Undang-undang penetapan “Undang-undang Darurat No. 2 tahun

1958 tentang Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1958 No. 19)” sebagai Undang-

undang, untuk dibitjarakan dalam sidang Dewan Perwakilan Rakjat guna mendapat

persetudjuannja ;

Setelah membitjarakan :

a. Usul undang-undang tersebut ;

b. Perubahan-perubahan pada usul undang-undang tersebut, jang diadakan oleh

Pemerintah ;

Menimbang : bahwa usul undang-undang tersebut, sebagaimana

telah diubah oleh Pemerintah, dapat disetudjui seluruhnja dengan perbaikan-perbaikan

tehnis-legislatif, jang diadakan oleh Ketua :

Mengingat : pasal 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik

Indonesia ;

M E M U T U S K A N :

Menjetudjui seluruhnja usul Undang-undang penetapan “Undang-undang Darurat

No. 2 tahun 1958 tentang Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1958 No. 19)”

Page 166: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

166

sebagai Undang-undang sebagaimana telah diubah oleh Pemerintah dengan perbaikan-

perbaikan tehnis-legislatif jang diadakan oleh Ketua, sehingga berbunji seperti termaktub

pada lampiran surat keputusan ini.-

WAKIL KETUA I

Sekertaris DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

ttd. ttd.

(Sumarsono Pringgodiredjo) ( H. Zainul Arifin )

Page 167: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

167

SALINAN mu1

K E P U T U S A N

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT REPUBLIK INDONESIA

No. 53/DPR/1959

tentang

usul Undang-undang penetapan “Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1958

tentang Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1958 No. 19)” sebagai

Undang-undang. ( Sid. 1959, P. 416).

-----------

D E W A N P E R W A K I L A N R A K J A T

dalam rapat pleno terbuka ke-54 pada tanggal 20 Mei 1959 di Djakarta,

Setelah membatja : Amanat Presiden No. 1211/HK/59 tanggal 5 Mei 1959

tentang mengirimkan usul Undang-undang penetapan “Undang-undang Darurat No. 2 tahun

1958 tentang Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1958 No. 19)” sebagai Undang-

undang, untuk dibitjarakan dalam sidang Dewan Perwakilan Rakjat guna mendapat

persetudjuannja ;

Setelah membitjarakan :

a. Usul undang-undang tersebut ;

b. Perubahan-perubahan pada usul undang-undang tersebut, jang diadakan oleh

Pemerintah ;

Menimbang : bahwa usul undang-undang tersebut, sebagaimana

telah diubah oleh Pemerintah, dapat disetudjui seluruhnja dengan perbaikan-perbaikan

tehnis-legislatif, jang diadakan oleh Ketua :

Mengingat : pasal 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik

Indonesia ;

Page 168: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

168

M E M U T U S K A N :

Menjetudjui seluruhnja usul Undang-undang penetapan “Undang-undang Darurat

No. 2 tahun 1958 tentang Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1958 No. 19)” sebagai

Undang-undang sebagaimana telah diubah oleh Pemerintah dengan perbaikan-perbaikan

tehnis-legislatif jang diadakan oleh Ketua, sehingga berbunji seperti termaktub pada

lampiran surat keputusan ini.-

WAKIL KETUA I

Sekertaris DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

ttd. ttd.

(Sumarsono Pringgodiredjo) ( H. Zainul Arifin )

Page 169: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

169

Dikirim tgl. : 5 DJUNI 1959

Registrasi No. : 1872

--------------------------------------

No : 8096/DPR-RI/59 DJAKARTA, 4 DJUNI 1959,-

Lampiran : 1 (rangkap dua)

Perihal : Pengesahan usul. K e p a d a

Undang-undang

--------------------- P R E S I D E N

di

D J A K A R T A.-

Dengan menundjuk kepada Amanat Presiden No. 1211/HK/59 tanggal

5 Mei 1959, dengan ini diberitahukan dengan hormat, bahwa Dewan

Perwakilan Rakjat dalam rapat pleno terbuka ke-54 pada hari Rabu tanggal

20 Mei 1959 telah menjetudjui

- Usul Undang-undang tentang penetapan “Undang-undang Darurat

No. 2 tahun 1959 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang

Garuda (Lembaran Negara tahun1959 No. 19)” sebagai Undang-

undang.

Naskah usul undang-undang tersebut, sebagaimana telah disetudjui

oleh Dewan Perwakilan Rakjat, kami kirimkan bersama ini untuk disahkan

oleh Pemerintah,-

WAKIL KETUA I

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

( ttd. ) H. Zainul Arifin

Page 170: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

170

Rs.

Sn/220/4/59.-

UNDANG-UNDANG NO. TAHUN 1959

TENTANG

PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 2 TAHUN 1959 TENTANG

PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA (LEMBARAN NEGARA

TAHUN 1959 No. 19), SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Pemerintah berdasarkan pasal 96 Undang-undang Dasar

Sementara Republik Indonesia telah menetapkan Undang-undang

Darurat No. 2 tahun 1959 tentang pemberian tanda kehormatan

Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1959 No. 19) ;

b. bahwa peraturan-peraturan jang termaktub dalam Undang-undang

Darurat tersebut perlu ditetapkan sebagai undang-undang ;

Mengingat : pasal 89 dan 97 Undang-undang Dasar Sementara Republik

Indonesia ;

Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat ;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG

DARURAT No. 2 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TANDA

KEHORMATAN BINTANG GARUDA (LEMBARAN NEGARA TAHUN

1959 No. 19), SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

Pasal I.

Peraturan-peraturan jang termaktub dalam Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959

tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1959 No.

19) ditetapkan sebagai Undang-undang, jang berbunji sebagai berikut :

B A B I.

Ketentuan Umum

Pasal 1.

Kepada anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang bertugas diudara dimasa

kegiatan-kegiatan penerbangan dalam djangka waktu antara tahun 1945 sampai dengan

Page 171: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

171

achir tahun 1949 dan jang setjara aktip telah melakukan tugas-tugas penerbangan diberikan

anugerah tanda kehormatan berupa suatu bintang djasa jang bernama “Nintang Garuda”.

Pasal 2.

(3) Bintang Garuda berbentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, ialah sebuah bintang

berlapis tiga, dibuat dari logam berwarna perunggu dengan garis tengah 48 milimeter.

a. Lapisan pertama sebagai dasar berbentuk bintang bersudut besar-ketjil sepuluh

dengan tiap udjung sudut besar terdapat bulatan ketjil ;

b. lapisan kedua berbentuk bundar dengan garis tengah 25 milimeter dan terdapat

tulisan “1945 Garuda 1949”;

c. lapisan ketiga berbentuk lukisan lambang Angkatan Udara Republik Indonesia

“SWA BHUWANA PAKSA” jang terdiri dari : seekor burung garuda jang

menebarkan sajapnja selebar-lebarnja, 5 putjuk anak panah jang digenggam oleh

tjakar garuda, sebuah perisai dengan lukisan kepulauan Indonesia dan burung

garuda berdiri; api jang menjala mendjilat-djilat mengepung perisai, sebuah

karangan manggar melingkari garuda, masing-masing terdiri dari 17 buah.

Disebelah belakang bintang terdapat tulisan “Republik Indonesia”.

(4) Pita dari Bintang Garuda bertjorak seperti dilukiskan dalam lampiran, berukuran lebar

35 milimeter, pandjang 52 milimeter, berwarna dasar biru tua dengan satu strip-tegak-

putih perak ditengah-tengah jang lebarnja 8 milimeter dan ditengah-tengah pita

dilekatkan suatu tanda berbentuk pesawat ketjil dibuat dari logam berwarna perunggu.

B A B II.

Urutan Tingkatan

Pasal 3.

Kedudukan Bintang Garuda dalam urutan tingkatan tanda-tanda kehormatan akan

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

B A B III.

P e m b e r i a n.

Pasal 4.

Bintang Garuda dianugerahkan oleh Presiden/Panglima Tertinggi berdasarkan usul dari

Menteri Pertahanan.

Pasal 5.

Tiap pemberian Bintang Garuda disertai dengan penjerahan suatu piagam menurut

bentuk seperti dilukiskan dalam lampiran.

Page 172: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

172

Pasal 6.

Penjerahan Bintang Garuda dilakukan dengan upatjara militer menurut ketentuan

Menteri Pertahanan.

Pasal 7.

Tata-tjara pengusulan dan pemberian Bintang Garuda ditetapkan oleh Menteri

Pertahanan.

Pasal 8.

Pelaksanaan penjerahan Bintang Garuda dilakukan oleh Menteri Pertahanan atau oleh

pendjabat-pendjabat jang ditundjuknja.

B A B IV.

P e m a k a i a n

Pasal 9.

Dengan mengingat ketentuan tentang urutan tingkatan tersebut dalam pasal 3, maka

Bintang Garuda dipakai pada waktu dan menurut tjara jang berlaku untuk Bintang Sakti

dan Bintang Darma seperti termaktub dalam BAB VII Undang-undang No. 65 tahun 1958

(Lembaran Negara tahun 1958 No. 116) tentang Pemberian Tanda-tanda Kehormatan

Bintang Sakti dan Bintang Darma.

B A B V.

P e n t j a b u t a n.

Pasal 10.

Hak atas Bintang Garuda ditjabut apabila jang menerima :

k) dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman berupa

dikeluarkan dari dinas ketentaraan, dengan atau tidak dengan pentjabutan hak untuk

masuk dalam dinas Angkatan Bersendjata ;

l) dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman karena

sesuatu kedjadian terhadap keamanan Negara atau karena desersi ;

m) dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman pendjara

jang lamanja lebih dari satu tahun, atau dikenakan matjam hukuman jang lebih berat ;

n) diberhentikan dari dinas ketentaraan tidak dengan hormat ;

o) memasuki dinas Angkatan Perang Negara asing dengan tidak mendapat idjin dahulu

dari Pemerintah Republik Indonesia.

Page 173: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

173

B A B VI.

Ketentuan Chusus.

Pasal 11.

Bintang Garuda dianugerahkan djuga kepada warganegara Indonesia bukan anggota

Angkatan Udara dan kepada warganegara Asing jang melakukan suatu perintah Angkatan

Udara dan memenuhi ketentuan-ketentuan jang dimaksud dalam pasal 1.

Pasal 12.

Bintang Garuda dianugerahkan djuga setjara anumerta kepada :

g) anggota Angkatan Udara Republik Indonesia

h) warganegara Indonesia bukan anggota Angkatan Udara dan

i) warganegara Asing,

jang gugur atau meninggal dunia sebagai akibat langsung dari pelaksanaan tugas

penerbangannja untuk kepentingan Angkatan Udara Republik Indonesia pada chususnja

dan Negara pada umumnja.

B A B VII.

P e n u t u p.

Pasal 13.

Hal-hal jang belum diatur dalam peraturan ini diatur lebih landjut dengan keputusan

Menteri Pertahanan.

Pasal 14.

Undang-undang ini disebut “Undang-undang Bintang Garuda” dan

Pasal II.

mulai berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja, memerintahkan pengundangan undang-

undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Djakarta

pada tanggal

Pd. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

S A R T O N O .

Diundangkan

pada tanggal

MENTERI KEHAKIMAN MENTERI PERTAHANAN

. G.A. MAENGKOM. D J U A N D A

Page 174: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

174

Page 175: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

175

LAMPIRAN II.

Page 176: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

176

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG NO. TAHUN 1959.

P I A G A M

KAMI PRESIDEN – PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG

REPUBLIK INDONESIA,

Memberikan anugerah Bintang Garuda kepada :

N A M A : .............................................................................................

DJABATAN : .............................................................................................

sesuai dengan Undang-undang No. Tahun 1959 sebagai penghargaan atas :

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

Dikeluarkan di : Djakarta

Pada tanggal : 1959

-------------------------------------------------------------------

PRESIDEN – PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN

PERANG REPUBLIK INDONESIA

S U K A R N O.

PERDANA MENTERI/MENTERI PERTAHANAN

REPUBLIK INDONESIA

D J U A N D A .

Usul undang-undang termaktub diatas disetudjui oleh Dewan Perwakilan Rakjat dalam

rapat pleno terbuka ke-54 pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1959 di Djakarta.-

WAKIL KETUA I

Sekertaris I, DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

(Sumarsono Pringgodiredjo) ( H. Zainul Arifin )

Page 177: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

177

MEMORI PENDJELASAN

MENGENAI

USUL UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN “UNDANG-UNDANG

DARURAT No. 2 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN

BINTANG GARUDA ( LEMBARAN NEGARA TAHUN 1959 No. 19 )”, SEBAGAI

UNDANG-UNDANG.

Pemerintah berpendapat, bahwa pelaksanaan tugas diudara mempunjai tjorak jang chas,

sehingga perlu diadakan suatu peraturan jang merupakan dasar daripada pemberian suatu

tanda kehormatan berupa Bintang Garuda untuk menghargai pelaksanaan tugas diudara.

Kegiatan-kegiatan penerbangan jang dilakukan dimasa tahun 1945 sampai/dengan

achir tahun 1949 tanpa ketjualinja, adalah penerbangan jang sangat berbahaja ditindjau dari

sudut militer (intercepting), “tehnik/navigasi penerbangan”.

Mereka jang melakukan penerbangan tersebut dapat dianggap sebagai pelopor

penerbangan Republik Indonesia umumnja dan Angkatan Udara Republik Indonesia

chususnja.

Maka dari itu dan karena keadaan-keadaan jang mendesak, ketentuan-ketentuan jang

termaksud diatas telah ditetapkan dalam Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959

(Lembaran Negara tahun 1959 No. 19).

-----------------------------

Mengetahui :

WAKIL KETUA I

Sekertaris I, DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

(Sumarsono Pringgodiredjo) ( H. Zainul Arifin )

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT REPUBLIK INDONESIA --oOo-- Dikirim tgl. : 5 DJUNI 1959

Registrasi No. : 2990

--------------------------------------

Page 178: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

178

No : 8097/DPR-RI/59 DJAKARTA, 4 DJUNI 1959,- Lampiran : 2 (dua) Perihal : Pengesahan usul. K e p a d a Undang-undang --------------------- 1. PERDANA MENTERI

2. MENTERI KEHAKIMAN

3. MENTERI PERTAHANAN

di

D J A K A R T A.-

Bersama ini disampaikan dengan hormat untuk diketahui dan/atau

dipergunakan seperlunja salinan surat kami kepada Presiden No. 8096/DPR-

RI/59 tanggal 4 Djuni 1959 beserta lampirannja tentang pengesahan

- Usul Undang-undang tentang penetapan “Undang-undang Darurat No. 2

tahun 1959 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda

(Lembaran Negara tahun1959 No. 19)” sebagai Undang-undang.

WAKIL KETUA I

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT,

u.b.

Sekertaris I D.P.R.

(ttd.) Mr. Sumarsono Pringgodiredjo.

Page 179: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

179

Salinan

DJAKARTA, 4 DJUNI 1959,- No : 8096/DPR-RI/59

Lampiran : 1 (rangkap dua)

Perihal : Pengesahan usul.

Undang-undang K e p a d a

--------------------- P R E S I D E N

di

D J A K A R T A.-

Dengan menundjuk kepada Amanat Presiden No. 1211/HK/59 tanggal

5 Mei 1959, dengan ini diberitahukan dengan hormat, bahwa Dewan

Perwakilan Rakjat dalam rapat pleno terbuka ke-54 pada hari Rabu tanggal

20 Mei 1959 telah menjetudjui

- Usul Undang-undang tentang penetapan “Undang-undang Darurat

No. 2 tahun 1959 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang

Garuda (Lembaran Negara tahun1959 No. 19)” sebagai Undang-

undang.

Naskah usul undang-undang tersebut, sebagaimana telah disetudjui

oleh Dewan Perwakilan Rakjat, kami kirimkan bersama ini untuk disahkan

oleh Pemerintah,-

WAKIL KETUA I

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT,

( ttd. ) H. Zainul Arifin

Sesuai dengan aslinja :

Sekertaris I D. P. R. ,

( Mr. Sumarsono Pringgodiredjo ).-

Rs.

Page 180: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

180

Sn/220/4/59.-

UNDANG-UNDANG NO. TAHUN 1959

TENTANG

PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 2 TAHUN 1959 TENTANG

PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA (LEMBARAN NEGARA

TAHUN 1959 No. 19), SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Pemerintah berdasarkan pasal 96 Undang-undang Dasar

Sementara Republik Indonesia telah menetapkan Undang-undang

Darurat No. 2 tahun 1959 tentang pemberian tanda kehormatan

Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1959 No. 19) ;

b. bahwa peraturan-peraturan jang termaktub dalam Undang-undang

Darurat tersebut perlu ditetapkan sebagai undang-undang ;

Mengingat : pasal 89 dan 97 Undang-undang Dasar Sementara Republik

Indonesia ;

Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat ;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG

DARURAT No. 2 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TANDA

KEHORMATAN BINTANG GARUDA (LEMBARAN NEGARA TAHUN

1959 No. 19), SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

Pasal I.

Peraturan-peraturan jang termaktub dalam Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959

tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1959 No.

19) ditetapkan sebagai Undang-undang, jang berbunji sebagai berikut :

B A B I.

Ketentuan Umum

Pasal 1.

Kepada anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang bertugas diudara dimasa

kegiatan-kegiatan penerbangan dalam djangka waktu antara tahun 1945 sampai dengan

Page 181: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

181

achir tahun 1949 dan jang setjara aktip telah melakukan tugas-tugas penerbangan diberikan

anugerah tanda kehormatan berupa suatu bintang djasa jang bernama “Nintang Garuda”.

Pasal 2.

(1) Bintang Garuda berbentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, ialah sebuah bintang

berlapis tiga, dibuat dari logam berwarna perunggu dengan garis tengah 48 milimeter.

a. Lapisan pertama sebagai dasar berbentuk bintang bersudut besar-ketjil sepuluh

dengan tiap udjung sudut besar terdapat bulatan ketjil ;

b. lapisan kedua berbentuk bundar dengan garis tengah 25 milimeter dan terdapat

tulisan “1945 Garuda 1949”;

c. lapisan ketiga berbentuk lukisan lambang Angkatan Udara Republik Indonesia

“SWA BHUWANA PAKSA” jang terdiri dari : seekor burung garuda jang

menebarkan sajapnja selebar-lebarnja, 5 putjuk anak panah jang digenggam oleh

tjakar garuda, sebuah perisai dengan lukisan kepulauan Indonesia dan burung

garuda berdiri; api jang menjala mendjilat-djilat mengepung perisai, sebuah

karangan manggar melingkari garuda, masing-masing terdiri dari 17 buah.

Disebelah belakang bintang terdapat tulisan “Republik Indonesia”.

(2) Pita dari Bintang Garuda bertjorak seperti dilukiskan dalam lampiran, berukuran lebar

35 milimeter, pandjang 52 milimeter, berwarna dasar biru tua dengan satu strip-tegak-putih

perak ditengah-tengah jang lebarnja 8 milimeter dan ditengah-tengah pita dilekatkan suatu

tanda berbentuk pesawat ketjil dibuat dari logam berwarna perunggu.

B A B II.

Urutan Tingkatan

Pasal 3.

Kedudukan Bintang Garuda dalam urutan tingkatan tanda-tanda kehormatan akan

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

B A B III.

P e m b e r i a n.

Pasal 4.

Bintang Garuda dianugerahkan oleh Presiden/Panglima Tertinggi berdasarkan usul dari

Menteri Pertahanan.

Pasal 5.

Page 182: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

182

Tiap pemberian Bintang Garuda disertai dengan penjerahan suatu piagam menurut

bentuk seperti dilukiskan dalam lampiran.

Pasal 6.

Penjerahan Bintang Garuda dilakukan dengan upatjara militer menurut ketentuan

Menteri Pertahanan.

Pasal 7.

Tata-tjara pengusulan dan pemberian Bintang Garuda ditetapkan oleh Menteri

Pertahanan.

Pasal 8.

Pelaksanaan penjerahan Bintang Garuda dilakukan oleh Menteri Pertahanan atau oleh

pendjabat-pendjabat jang ditundjuknja.

B A B IV.

P e m a k a i a n

Pasal 9.

Dengan mengingat ketentuan tentang urutan tingkatan tersebut dalam pasal 3, maka

Bintang Garuda dipakai pada waktu dan menurut tjara jang berlaku untuk Bintang Sakti

dan Bintang Darma seperti termaktub dalam BAB VII Undang-undang No. 65 tahun 1958

(Lembaran Negara tahun 1958 No. 116) tentang Pemberian Tanda-tanda Kehormatan

Bintang Sakti dan Bintang Darma.

B A B V.

P e n t j a b u t a n.

Pasal 10.

Hak atas Bintang Garuda ditjabut apabila jang menerima :

a. dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman berupa

dikeluarkan dari dinas ketentaraan, dengan atau tidak dengan pentjabutan hak untuk

masuk dalam dinas Angkatan Bersendjata ;

b. dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman karena

sesuatu kedjadian terhadap keamanan Negara atau karena desersi ;

c. dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman pendjara

jang lamanja lebih dari satu tahun, atau dikenakan matjam hukuman jang lebih berat ;

d. diberhentikan dari dinas ketentaraan tidak dengan hormat ;

e. memasuki dinas Angkatan Perang Negara asing dengan tidak mendapat idjin dahulu

dari Pemerintah Republik Indonesia.

Page 183: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

183

B A B VI.

Ketentuan Chusus.

Pasal 11.

Bintang Garuda dianugerahkan djuga kepada warganegara Indonesia bukan anggota

Angkatan Udara dan kepada warganegara Asing jang melakukan suatu perintah Angkatan

Udara dan memenuhi ketentuan-ketentuan jang dimaksud dalam pasal 1.

Pasal 12.

Bintang Garuda dianugerahkan djuga setjara anumerta kepada :

a. anggota Angkatan Udara Republik Indonesia

b. warganegara Indonesia bukan anggota Angkatan Udara dan

c. warganegara Asing,

jang gugur atau meninggal dunia sebagai akibat langsung dari pelaksanaan tugas

penerbangannja untuk kepentingan Angkatan Udara Republik Indonesia pada chususnja

dan Negara pada umumnja.

B A B VII.

P e n u t u p.

Pasal 13.

Hal-hal jang belum diatur dalam peraturan ini diatur lebih landjut dengan keputusan

Menteri Pertahanan.

Pasal 14.

Undang-undang ini disebut “Undang-undang Bintang Garuda” dan

Pasal II.

mulai berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja, memerintahkan pengundangan undang-

undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Page 184: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

184

Disahkan di Djakarta

pada tanggal

Pd. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

S A R T O N O .

Diundangkan

pada tanggal

MENTERI KEHAKIMAN MENTERI PERTAHANAN

G.A. MAENGKOM. D J U A N D A.

Page 185: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

185

LAMPIRAN II.

Page 186: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

186

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG NO. TAHUN 1959.

P I A G A M

KAMI PRESIDEN – PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG

REPUBLIK INDONESIA,

Memberikan anugerah Bintang Garuda kepada :

N A M A : .............................................................................................

DJABATAN : .............................................................................................

sesuai dengan Undang-undang No. Tahun 1959 sebagai penghargaan atas :

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

Dikeluarkan di : Djakarta

Pada tanggal : 1959

-------------------------------------------------------------------

PRESIDEN – PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN

PERANG REPUBLIK INDONESIA

S U K A R N O.

PERDANA MENTERI/MENTERI PERTAHANAN

REPUBLIK INDONESIA

D J U A N D A .

Usul undang-undang termaktub diatas disetudjui oleh Dewan Perwakilan Rakjat dalam

rapat pleno terbuka ke-54 pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1959 di Djakarta.-

Page 187: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

187

WAKIL KETUA I

Sekertaris I, DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

(ttd) . Sumarsono Pringgodiredjo. (ttd) . H. Zainul Arifin .

Sesuai dengan aslinja ;

Sekertaris I D. P. R. ,

( Mr. Sumarsono Pringgodiredjo)

Page 188: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

188

MEMORI PENDJELASAN

MENGENAI

USUL UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN “UNDANG-UNDANG

DARURAT No. 2 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN

BINTANG GARUDA ( LEMBARAN NEGARA TAHUN 1959 No. 19 )”, SEBAGAI

UNDANG-UNDANG.

Pemerintah berpendapat, bahwa pelaksanaan tugas diudara mempunjai tjorak jang chas,

sehingga perlu diadakan suatu peraturan jang merupakan dasar daripada pemberian suatu

tanda kehormatan berupa Bintang Garuda untuk menghargai pelaksanaan tugas diudara.

Kegiatan-kegiatan penerbangan jang dilakukan dimasa tahun 1945 sampai/dengan

achir tahun 1949 tanpa ketjualinja, adalah penerbangan jang sangat berbahaja ditindjau dari

sudut militer (intercepting), “tehnik/navigasi penerbangan”.

Mereka jang melakukan penerbangan tersebut dapat dianggap sebagai pelopor

penerbangan Republik Indonesia umumnja dan Angkatan Udara Republik Indonesia

chususnja.

Maka dari itu dan karena keadaan-keadaan jang mendesak, ketentuan-ketentuan jang

termaksud diatas telah ditetapkan dalam Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959

(Lembaran Negara tahun 1959 No. 19).

-----------------------------

Mengetahui :

WAKIL KETUA I

Sekertaris I, DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

(Sumarsono Pringgodiredjo) ( H. Zainul Arifin )

Sesuai dengan aslinja ;

Sekertaris I D. P. R. ,

( Mr. Sumarsono Pringgodiredjo)

Page 189: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

189

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA Diterima tgl. : 21-7-59

Agno : 9806

--------------------------------------

No : 1719/HK/’59 DJAKARTA, 26 DJUNI 1959,- Lampiran : .-. Perihal : Pengesahan usul K e p a d a Undang-undang --------------------- KETUA DEWAN PERWAKILAN

RAKJAT INDONESIA

di

D J A K A R T A.

Merdeka!

Menarik surat Saudara tanggal 4 Djuni 1959 No. 8096/DPR-RI/59,

perihal seperti tersebut dalam pokok surat ini, bersama ini kami

memberitahukan bahwa Pemerintah telah mengesahkan :

- Usul Undang-undang tentang penetapan “Undang-undang Darurat

No. 2 tahun 1959 tentang pemberian tanda kehormatan Bintang

Garuda (Lembaran Negara tahun1959 No. 19)” sebagai Undang-

undang.

pada tanggal 26 Djuni 1959.-

PEDJABAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

( ttd. ) SARTONO.

Tembusan kepada :

1. Perdana Menteri

2. Menteri

Pertahanan.-

---------------------------------------

TJATATAN : Tidak dibatjakan dalam rapat pleno.-

Page 190: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

190

UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 1959

TENTANG

PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 2 TAHUN 1959 TENTANG

PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA (LEMBARAN NEGARA

TAHUN 1959 No. 19), SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Pemerintah berdasarkan pasal 96 Undang-undang Dasar

Sementara Republik Indonesia telah menetapkan Undang-undang

Darurat No. 2 tahun 1959 tentang pemberian tanda kehormatan

Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1959 No. 19) ;

b. bahwa peraturan-peraturan jang termaktub dalam Undang-undang

Darurat tersebut perlu ditetapkan sebagai undang-undang ;

Mengingat : a. pasal 89 dan 97 Undang-undang Dasar Sementara Republik

Indonesia ;

b. Undang-undang No. 29 tahun 1957 ( Lembaran Negara tahun 1957

No. 101 ) ;

Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat ;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG

DARURAT No. 2 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TANDA

KEHORMATAN BINTANG GARUDA (LEMBARAN NEGARA TAHUN

1959 No. 19), SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

Pasal I.

Peraturan-peraturan jang termaktub dalam Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959

tentang pemberian tanda kehormatan Bintang Garuda (Lembaran Negara tahun 1959 No.

19) ditetapkan sebagai Undang-undang, jang berbunji sebagai berikut :

B A B I.

Ketentuan Umum

Pasal 1.

Kepada anggota Angkatan Udara Republik Indonesia jang bertugas diudara dimasa

kegiatan-kegiatan penerbangan dalam djangka waktu antara tahun 1945 sampai dengan

Page 191: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

191

achir tahun 1949 dan jang setjara aktip telah melakukan tugas-tugas penerbangan diberikan

anugerah tanda kehormatan berupa suatu bintang djasa jang bernama “Bintang Garuda”.

Pasal 2.

(1) Bintang Garuda berbentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, ialah sebuah bintang

berlapis tiga, dibuat dari logam berwarna perunggu dengan garis tengah 48 milimeter.

a. Lapisan pertama sebagai dasar berbentuk bintang bersudut besar-ketjil sepuluh

dengan tiap udjung sudut besar terdapat bulatan ketjil ;

b. lapisan kedua berbentuk bundar dengan garis tengah 25 milimeter dan terdapat

tulisan “1945 Garuda 1949”;

c. lapisan ketiga berbentuk lukisan lambang Angkatan Udara Republik Indonesia

“SWA BHUWANA PAKSA” jang terdiri dari : seekor burung garuda jang

menebarkan sajapnja selebar-lebarnja, 5 putjuk anak panah jang digenggam oleh

tjakar garuda, sebuah perisai dengan lukisan kepulauan Indonesia dan burung

garuda berdiri; api jang menjala mendjilat-djilat mengepung perisai, sebuah

karangan manggar melingkari garuda, masing-masing terdiri dari 17 buah.

Disebelah belakang bintang terdapat tulisan “Republik Indonesia”.

(2) Pita dari Bintang Garuda bertjorak seperti dilukiskan dalam lampiran, berukuran lebar

35 milimeter, pandjang 52 milimeter, berwarna dasar biru tua dengan satu strip-tegak-putih

perak ditengah-tengah jang lebarnja 8 milimeter dan ditengah-tengah pita dilekatkan suatu

tanda berbentuk pesawat ketjil dibuat dari logam berwarna perunggu.

B A B II.

Urutan Tingkatan

Pasal 3.

Kedudukan Bintang Garuda dalam urutan tingkatan tanda-tanda kehormatan akan

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

B A B III.

P e m b e r i a n.

Pasal 4.

Bintang Garuda dianugerahkan oleh Presiden/Panglima Tertinggi berdasarkan usul dari

Menteri Pertahanan.

Page 192: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

192

Pasal 5.

Tiap pemberian Bintang Garuda disertai dengan penjerahan suatu piagam menurut

bentuk seperti dilukiskan dalam lampiran.

Pasal 6.

Penjerahan Bintang Garuda dilakukan dengan upatjara militer menurut ketentuan

Menteri Pertahanan.

Pasal 7.

Tata-tjara pengusulan dan pemberian Bintang Garuda ditetapkan oleh Menteri

Pertahanan.

Pasal 8.

Pelaksanaan penjerahan Bintang Garuda dilakukan oleh Menteri Pertahanan atau oleh

pendjabat-pendjabat jang ditundjuknja.

B A B IV.

P e m a k a i a n

Pasal 9.

Dengan mengingat ketentuan tentang urutan tingkatan tersebut dalam pasal 3, maka

Bintang Garuda dipakai pada waktu dan menurut tjara jang berlaku untuk Bintang Sakti

dan Bintang Darma seperti termaktub dalam BAB VII Undang-undang No. 65 tahun 1958

(Lembaran Negara tahun 1958 No. 116) tentang Pemberian Tanda-tanda Kehormatan

Bintang Sakti dan Bintang Darma.

B A B V.

P e n t j a b u t a n.

Pasal 10.

Hak atas Bintang Garuda ditjabut apabila jang menerima :

a. dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman berupa

dikeluarkan dari dinas ketentaraan, dengan atau tidak dengan pentjabutan hak untuk

masuk dalam dinas Angkatan Bersendjata ;

b. dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman karena

sesuatu kedjadian terhadap keamanan Negara atau karena desersi ;

c. dengan putusan pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman pendjara

jang lamanja lebih dari satu tahun, atau dikenakan matjam hukuman jang lebih berat ;

d. diberhentikan dari dinas ketentaraan tidak dengan hormat ;

e. memasuki dinas Angkatan Perang Negara asing dengan tidak mendapat idjin dahulu

dari Pemerintah Republik Indonesia.

Page 193: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

193

B A B VI.

Ketentuan Chusus.

Pasal 11.

Bintang Garuda dianugerahkan djuga kepada warganegara Indonesia bukan anggota

Angkatan Udara dan kepada warganegara Asing jang melakukan suatu perintah Angkatan

Udara dan memenuhi ketentuan-ketentuan jang dimaksud dalam pasal 1.

Pasal 12.

Bintang Garuda dianugerahkan djuga setjara anumerta kepada :

a. anggota Angkatan Udara Republik Indonesia

b. warganegara Indonesia bukan anggota Angkatan Udara dan

c. warganegara Asing,

jang gugur atau meninggal dunia sebagai akibat langsung dari pelaksanaan tugas

penerbangannja untuk kepentingan Angkatan Udara Republik Indonesia pada chususnja

dan Negara pada umumnja.

B A B VII.

P e n u t u p.

Pasal 13.

Hal-hal jang belum diatur dalam peraturan ini diatur lebih landjut dengan keputusan

Menteri Pertahanan.

Pasal II.

Undang-undang ini dapat disebut ”Undang-undang Bintang Garuda” dan mulai

berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja, memerintahkan pengundangan undang-

undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Djakarta

pada tanggal 26 Djuni 1959

PEDJABAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

Page 194: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

194

Diundangkan

pada tanggal 4 Djuli 1959 SARTONO.

MENTERI KEHAKIMAN, MENTERI PERTAHANAN,

ttd. ttd.

G.A.MAENGKOM. DJUANDA.

Sesuai dengan aslinja ;

Sekertaris I Presiden,

Mr. S. Brotodiningrat.

LEMBARAN NEGARA NO. 67 TAHUN 1959.

Page 195: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190321-103400-1648.pdf · 2. - Surat M.Pertahanan (Sekdjen) kepada Ketua DPR tgl. 2-5-1959 No. KP/SD/8138/59 tt. Menjampaikan

195

MEMORI PENDJELASAN

MENGENAI

UNDANG-UNDANG No. 23 TAHUN 1959.

TENTANG

PENETAPAN “UNDANG-UNDANG DARURAT No. 2 TAHUN 1959 TENTANG

PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA ( LEMBARAN

NEGARA TAHUN 1959 No. 19 )”, SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

Pemerintah berpendapat, bahwa pelaksanaan tugas diudara mempunjai tjorak jang chas,

sehingga perlu diadakan suatu peraturan jang merupakan dasar daripada pemberian suatu

tanda kehormatan berupa Bintang Garuda untuk menghargai pelaksanaan tugas diudara.

Kegiatan-kegiatan penerbangan jang dilakukan dimasa tahun 1945 sampai/dengan

achir tahun 1949 tanpa ketjualinja, adalah penerbangan jang sangat berbahaja ditindjau dari

sudut militer (intercepting), “tehnik/navigasi penerbangan”.

Mereka jang melakukan penerbangan tersebut dapat dianggap sebagai pelopor

penerbangan Republik Indonesia umumnja dan Angkatan Udara Republik Indonesia

chususnja.

Maka dari itu dan karena keadaan-keadaan jang mendesak, ketentuan-ketentuan jang

termaksud diatas telah ditetapkan dalam Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1959

(Lembaran Negara tahun 1959 No. 19).

-----------------------------

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NO. 1811