2. sejarah

24
1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FARMASI

Upload: silverray85

Post on 23-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

ETIKA FARMASI

1

SEJARAH DANPERKEMBANGAN FARMASI2SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FARMASIASAL MULA SEJARAH PENYEMBUHAN : NALURI; TAHAYUL (SUPERSTISI).ABAD KUNODI SUMERIA (BABILONIA SELATAN) ( 3000 SM) : RAMUAN BAHAN UNTUK OBAT. DI MESIR : IMHOFTEP SEBAGAI TABIBDI MESIR PAPYRUS EBERS (ABAD 16 SM): 800 FORMULA, 700 OBAT.3HIPPOCRATES ( 460 SM): MEWARISKAN 400 JENIS OBAT. FARMASI DAN KEDOKTERAN SEBAGAI ILMU.DIOSCORIDES (Abad 1 M): AHLI BOTANI; ILMU TUMBUHAN SEBAGAI ILMU FARMASI TERAPAN; DE MATERIA MEDICA.GALEN (130-200): PEMBUATAN OBAT DARI TUMBUHAN; SEDIAAN GALENIKA; COLD CREAM (GALENS CERATS)AVICENNA (IBNU SIENA) (980-1063): MENYUMBANG PENGETAHUAN PENGOBATAN. OBAT TIDAK HARUS PAHIT, DIBUAT ENAK.

ABAD PERTENGAHAN (400 SM 1453)4ABAD RENAISANS

PARACELSUS (1493-1541): OBAT KIMIA DARI TUMBUHAN DAN MINERALSERTURNER (1783-1841): ISOLASI MORFIN DARI OPIUMCAVENTOU (1795-1877) DAN PELLETIER (1788-1842): ISOLASI KININ DAN ISOLASI STRIKHNIN DAN BRUSIN DARI NUX VOMICA

DIAGNOSIS DAN PERACIKAN MASIH SATU TANGAN, SAMPAI ADANYA MAKLUMAT RAJA FREDERICK II5PEMISAHAN FARMASI DAN KEDOKTERANMAKLUMAT RAJA FREDERICK II, SICILIA 1233APOTHECA : Tempat menyimpan obatCONFECTIONARI: Peracik obatSTATIONARI: Penjual obat sederhanaSTATIONES: Toko.TABIB TIDAK DIPERKENANKAN :Menguasai Apotheca, mendapatkan keuntungan dari penjualan obat, mengadakan perjanjian dengan Confectionari6

FARMASI : ABAD XIV7CONFECTIONARI:Dewasa, jujur, mempunyai rasa kasih pada orang miskin.Tidak serakah, meminta jasa yang wajar.Terpelajar.Tidak boleh menyimpan obat yang kadaluwarsa, tidak boleh menukar obat.

MERUPAKAN ASAL MULA PENYUSUNAN KODE ETIK FARMASI: GENOA, ITALIA 14078SIMBOL FARMASICAWAN HYGEIA , DEWI KESEHATAN

: RECIPEJUPITERFARMASI : PHARMAKON ( )GUNA-GUNA ATAU OBAT YANG DIPAKAI UNTUK MAKSUD BAIK ATAU MAKSUD JAHAT

9

10

11Sekilas Farmasi di IndonesiaSampai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat sedikit. Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark, Austria, Jerman dan Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan, kefarmasian di Indonesia mencatat sejarah yang sangat berarti, yakni dengan didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung tahun 1947. Semasa pemerintahan Hindia Belanda. Pendidikan asisten apoteker : di tempat kerja (di apotek) oleh apoteker. Setelah bekerja dalam jangka waktu tertentu di apotek dan dianggap memenuhi syarat maka diadakan ujian pengakuan yang diselenggarakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Asisten apoteker warga negara Belanda lulusan Indonesia yang pertama lulus tahun 1946 yang diuji di Surabaya. 12 Dari buku Verzameling Voorschriften thn 1936 yang dkeluarkan oleh DVG, Sekolah Asisten Apoteker didirikan dengan Surat Keputusan Pemerintah Nomor 38 tanggal 7 Oktober 1918, yang kemudian diubah dengan Surat Keputusan Nomor 15 (Stb.no.50) tanggal 28 Januari 1923 dan Nomor 45 (Stb.392) tanggal 28 Juni 1934 dengan nama Leergang voor de opleididing van apotheker bedienden onder den naam van apothekers assistenschool Peraturan ujian asisten apoteker dan persyaratan izin kerja diatur dalam Surat Keputusan Kepala DVG Nomor 8512 / F tanggal 16 Maret 1933 yang kemudian diubah lagi dengan Surat Keputusan Nomor 27817 / tanggal 8 September 1936 dan Nomor 11161 / F tanggal 6 april 1939. Dinyatakan persyaratan untuk menempuh ijin asisten apoteker harus berijazah MULO Bagian B, memiliki surat keterangan bahwa calon telah melakukan pekerjaan kefarmasian secara terus menerus selama 20 bulan dibawah pengawasan seorang apoteker di Nederland atau di Indonesia yang memimpin sebuah apotek, atau telah mengikuti pendidikan asisten apoteker di Jakarta. 13Sampai perang kemerdekaan, jumlah pabrik farmasi maupun apotek masih sangat sedikit, Pabrik farmasi pada periode itu antara lain pabrik kina dan institut Pasteur yang memproduksi serum dan vaksin, keduanya ada di bandung, Pabrik obat Manggarai di Jakarta, sedangkan apotek pada umumnya hanya terdapat di Jawa dan beberapa kota besar di Sumatera. Sekitar 1930-an ditetapkan beberapa peraturan perundang-undangan kefarmasian : undang - undang Obat Bius No. 278 (stb. 1927) tanggal 12 Mei 1927 yang kemudian diubah dengan No. 335 (stb. 1949); Ordonansi Loodwit No. 28 (Stb. 509) tanggal 21 Desember 1931; dan Ordonansi pemeriksaan bahan-bahan Farmasi Nomor 19 (Stb. 660) tanggal 12 desember 1936. Pada tahun 1937, jumlah apotek diseluruh Indonesia tercata 76 Apotek. Fungsi apotek pada periode itu disamping melakukan peracikan dan penyerahan obat juga melakukan produksi dan distribusi obat. 14Tahun 1944, pemerintahan pendudukan jepang melakukan pendidikan asisten apoteker dengan masa pendidikan selama 8 bulan dan siswa berasal dari lulusan SMP sampai masa pemerintahan militer Jepang jatuh telah dihasilkan dua angkatan dengan jumlah yang sangat sedikit.Tahun 1941 Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengeluarkan peraturan : dokter untuk memimpin sebuah apotek yang ditinggalkan apotekernya; memperbolehkan seorang dokter untuk membuka apotek-dokter didaerah yang belum mempunyai apotek. Pada zaman pendudukan Jepang mulai dirintis Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia, dan diresmikan pada tanggal 1 april 1943 dengan nama Yakugaku sebagai bagian dari Jakarta ka Daigaku. pada tahun 1944, Yakugaku dubah menjadi Yaku daigaku. Setelah Jepang kalah, pendidikan Tinggi Farmasi ini bubar dan seluruh mahasiswanya berjuang untuk menegakkan kemerdekaan dan kedaulatan negara yang baru diproklamasikan. 15Pada masa perang kemerdekaan ini, ada beberapa peraturan perundang-undangan kefarmasian yang penting, Reglement DVG Stb. 1949 No. 228 (merupakan perubahan Reglement DVG Stb 1882 No.97). Ordonansi Bahan-bahan Berbahaya No. 337 tanggal 9 Desember 1949 Undang-undang Obat keras No. 419 tanggal 2 Desember 194927 September 1945 dibuka perguruan tinggi ahli obat di kalten yang kemudian menjadi fakultas farmasi Universitas Gajah Mada Yogyakarta 1 agustus 1947 di Bandung diresmikan Jurusan Farmasi dari fakultas Ilmu pasti dan ilmu Alam Universitas Indonesia yang kemudian menjadi jurusan faramasi ITB sekarang ini16Undang-undang nomor 4 tahun 1953 tentang apotek darurat, yang membenarkan seorang asisten apoteker untuk memimpin sebuah apotek. Undang - undang tentang apotek darurat ini sebenarnya harus berakhir pada tahun 1958 karena ada klausal yang termaktub dalam undang-undang tersebut tidak berlaku lagi 5 tahun setelah apoteker pertama dihasilkan oleh perguruan tinggi farmasi Indonesia.5 september 1953, bagian farmasi Fakultas kedokteran Gigi dan Farmasi UGM, untuk pertama kalinya menghasilkan dua orang apoteker 2 April 1955 bagian farmasi ITB menghasilkan apoteker pertama. Tahun 1953 pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 3 tentang Pembukaan Apotek. Sebelum dikeluarkannya undang-undang ini , untuk membuka apotek boleh dilakukan dimana saja dan tidak diperlukan izin dari pemerintah. Pemerintah dapat melarang kota-kota tertentu untuk mendirikan apotek baru karena jumlahnya sudah dianggap cukup memadai, izin pembukaan apotek hanya diberikan untuk daerah - daerah yang belum ada atau belum memadai jumlah apoteknya. 17Perkembangan lain dalam dunia pendidikan farmasi ialah berdirinya Jurusan Farmasi UNPAD pada tahun 1959.

Pada tahun 1955, jumlah apoteker tercatat 108 orang. Asisten apoteker 1.218 orang , apotek 131 dan pabrik obat sebanyak 7 pabrik. Pada tahun 1958 tersebut bertambah menjadi apoteker 132 orang, asisten apoteker 1613 orang, apotek 146 dan pabrik obat sebanyak 18 pabrik.Akan tetapi karena lulusan apoteker ternyata sangat sedikit, undang-undang ini diperpanjang sampai tahun 1963, dan perpanjangan tersebut berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor 770 / Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1983. Muktamar pertama yang diselenggarakan pada tanggal 17 - 18 juni 1955 di Jakarta : Ikatan Apoteker Indonesia

September 1955 di kaliurang, yogyakarta diselenggarakan konferensi Antar Mahasiswa Farmasi seluruh Indonesia yang pertama dan melahirkan MAFARSI18Sekitar tahun 1960 - 1965, peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain : Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan, Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang barang, Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967Pada periode ini, terutama antara tahun 1960 - 1965, karena kesulitan devisa dan keadaan ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari impor. Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar. 19Berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 :Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat,Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Pebruari 1964, dan Semua izin apotek darurat di ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.Pada periode ini berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat. Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962, :Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari 1963. 20Pada periode 1958-1967, tenaga farmasi baik apoteker maupun asisten apoteker semakin meningkat jumlahnya. Pada periode ini telah didirikan lagi lima jurusan/fakultas farmasi negeri dan beberapa fakultas farmasi swasta.

Pada tahun 1966, jumlah apoteker sebanyak 5.180 orang, apotek 585 dan industri farmasi 109 pabrik.Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang-undang Pokok Kesehatan telah dibentuk Lembaga Farmasi Nasional (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 39521/Kab/199 tanggal 11 Juli 1963). Dengan demikian, pada waktu itu ada dua instansi pemerintah di bidang kefarmasian, yakni Direktorat Urusan Farmasi dan Lembaga Farmasi Nasional. Direktorat Urusan Farmasi Semula Inspektorat Farmasi. Pada tahun 1967 mengalami pemekaran organisasi menjadi Direktorat Jenderal Farmasi.21Sarana pelayanan kesehatan telah berhasil dibangun dan tersebar di seluruh pelosok tanah air dengan mutu pelayanan yang semakin baik dan jangkauan yang semakin luas.Sampai tahun pertama Repelita I, sebagian besar (80%) kebutuhan obat nasional kita masih sangat tergantung pada impor. Keadaan ini jelas tidak menguntungkan dan mempunyai dampak negatif terhadap upaya peningkatan derajat kesehatan rakyat. Periode Setelah Perang kemerdekaan sampai dengan Tahun 1958 22Pada tahun 1975, institusi pengawasan farmasi dikembangkan dengan adanya perubahan Direktorat Jenderal Farmasi menjadi Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Sementara itu, industri farmasi dalam negeri telah dapat memproduksi sekitar 90% dari kebutuhan obat nasional. Terhadap distribusi obat telah dilakukan penyempurnaan, terutama penataan kembali fungsi apotek melalui Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980.

Pada tahun 1983 telah ditetapkan Kebijaksanaan Obat Nasional yang merupakan penjabaran dari Sistem Kesehatan Nasional dan menjadi pedoman serta petunjuk bagi penyelenggaraan semua upaya dibidang obat.

23Pada tahun 1973 nilai obat yang beredar di Indonesia sekitar US$ 92 Juta, dan pada tahun 1980 meningkat menjadi US$ 483 juta. Ini berarti nilai obat yang beredar pada tahun 1980 mengalami kenaikan 425% dibandingkan dengan nilai obat yang beredar pada tahun 1973. perkembangan dan kemajuan produksi obat di Indonesia dapat dilihat dengan jelas apabila kita bandingkan data produksi tahun 1969 /1970 dengan tahun 1981/1982 sebagai berikut : Bentuk sediaanProduksi Tahun (Jutaan Biji)Kenaikan1969/19701981/1982Tablet2,5459.591,37276,80%Kapsul40,31.013,352.414,50%Ampul35,675,63112,40%Vial6,772,85987,30%24ISFI: 1965BADAN POM: 2000 an Apoteker : Sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.Kepmenkes 1332 /2002 tentang perubahan permenkes No 922/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek.