2. perancangan tapak 2.1. kriteria pemilihan lokasi dan tapak · karakteristik lokasi yang sesuai...
TRANSCRIPT
25 Universitas Kristen Petra
2. PERANCANGAN TAPAK
2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi dan Tapak
Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
lokasi yang tepat bagi Fasilitas Wisata Edukasi, Pembudidayaan, dan Penelitian
Lebah Madu di Trawas, Mojokerto ini. Pertimbangan memilih lokasi tidak hanya
memperhatikan kenyamanan pengunjung, tetapi juga lokasi yang ideal untuk
kehidupan lebah (memiliki karakter-karakter yang sesuai dengan lokasi
peternakan lebah). Lokasi tersebut juga diharapkan mempunyai potensi-potensi
positif yang dapat menunjang perkembangan dan eksistensi Fasilitas Wisata
Edukasi, Pembudidayaan, dan Penelitian Lebah Madu di Trawas, Mojokerto ini.
Terdapat 2 hal yang menjadi pertimbangan utama dalam memilih dan menentukan
lokasi, yaitu:
a. Karakteristik lokasi yang sesuai dengan habitat lebah atau peternakan
Lokasinya berada di daerah berhawa sejuk, tidak bising, tidak berangin
kencang, dekat aliran air, dan cukup sinar matahari. Lokasi peternakan lebah tidak
boleh terlalu dingin maupun terlalu panas karena dapat mempengaruhi produksi
madu. Jarak lokasi dengan sumber air minimal 200-300 meter agar mempermudah
lebah mendinginkan sarangnya pada musim kemarau. Lokasi harus mempunyai
suhu antara 26°-35°C, ketinggian di bawah 1000 meter dari permukaan laut,
dengan kelembaban sekitar 80%, jauh dari bau dan asap yang menyengat,
tersedianya pakan lebah berupa nektar dan tepung sari dengan jarak radius terbang
1.5 - 2 km, mengetahui jenis tanaman pakan, jenis bunga yang disukai, dan masa
pembungaan tanaman. (“Hubungan Lebah Madu dan Iklim” par.1)
b. Potensi positif lokasi di sektor ekonomi dan wisata
Diperlukan lokasi yang sedang berkembang di sektor ekonomi dan pariwisata
namun mempunyai daya dukung wisata yang kuat, memiliki pemandangan alam
yang masih asri, tingkat polusi rendah, serta mempunyai penataan lingkungan
yang masih baik dengan penghijauan atau dekat dengan hutan yang masih lebat.
Dari 2 kriteria di atas, maka dipilihlah lokasi di Trawas, karena Trawas
merupakan daerah wisata yang sedang berkembang. Selain sebagai daerah wisata,
26 Universitas Kristen Petra
Trawas merupakan daerah pertanian, perkebunan, dan hutan yang subur karena
terlatak di antara 3 gunung berapi.
2.2. Lokasi dan Kondisi Tapak
2.2.1. Lokasi Proyek
Lokasi yang dipilih untuk proyek Fasilitas Wisata Edukasi,
Pembudidayaan, dan Penelitian Lebah Madu di Trawas, Mojokerto ini berada di
Trawas, Kabupaten Mojokerto. Trawas terletak di daerah pegunungan dengan
kondisi alam yang masih hijau dan pemandangan alam yang masih asri, udaranya
segar, dan belum tercemar banyak polusi. Trawas merupakan daerah wisata yang
sedang berkembang dan mempunyai potensi positif yang dapat menunjang
perkembangan wisata. Selain itu, Trawas juga mempunyai daya dukung wisata
yang kuat dan mempunyai penataan lingkungan yang masih baik dengan
penghijauan atau dekat dengan hutan yang masih lebat
Selain sebagai daerah wisata, Trawas merupakan daerah pertanian,
perkebunan, dan hutan yang subur karena terlatak di antara 3 gunung berapi.
Kondisi ini sesuai dengan karakteristik dan persyaratan yang diperlukan untuk
membuat wisata edukasi lebah yang di dalamnya terdapat peternakan serta tempat
budidaya lebah madu.
Gambar 2.1. Peta Surabaya menuju Pacet
Sumber : http://id.wikipedia.org
27 Universitas Kristen Petra
2.2.2. Keadaan Lokasi
Ketinggian : ±850 m di atas permukaan laut
Curah hujan : 2835 mm/tahun
Suhu rata-rata : 24-26 °C
Kelembaban : ± 75%
Topografi : berbukit dan pegunungan
Kemiringan lahan :15%
2.2.3. Kondisi secara Makro
Kabupaten Mojokerto mempunyai bentangan lahan yang bervariasi, yang
terdiri dari (Departemen Pariwisata Pemkab Dati II Mojokerto, 2007) :
a. Daerah landai sampai bergelombang dengan kemiringan 0% -sampai 2%
meliputi 67,98 % dari luas wilayah, merupakan daerah yang baik untuk
usaha pertanian tanaman musiman.
b. Daerah berbukit dengan kemiringan 2% sampai 15% meliputi 9,24 % dari
luas wilayah, baik untuk usaha pertanian dan perkebunan. Tapak termasuk
dalam daerah ini.
c. Daerah pegunungan dengan kemiringan antara 15 - 40 % meliputi 9,24 %
dari luas wilayah, cocok untuk usaha tanaman tahunan dan perkebunan.
Tabel 2. 1. Luas Daerah Berdasarkan Kemiringan Di Kabupaten Mojokerto
Sumber: BPN Kabupaten Mojokerto
d. Curah hujan rata-rata tahunan (annual) yang terjadi di wilayah Kabupaten
Mojokerto tergolong tinggi, berkisar antara 1500 – 2500 mm / tahun. Curah
hujan di wilayah dataran, meliputi bagian tengah Kabupaten dan Kota
Mojokerto, berkisar antara 1500 – 2000 mm / tahun. Curah hujan tertinggi
berada dibagian selatan, yaitu di wilayah perbukitan-pegunungan.
No. Kemiringan Luas (Ha) Prosentase (%)
1.
0 - 2 %
46.219
47,68
2.
2 - 15%
21 .427
22,10
3.
15 - 40%
8.957
9,24
4.
> 40 %
20.337
20,98
Jumlah
96.936
100,00
28 Universitas Kristen Petra
2.2.4. Kondisi secara Mikro
Lokasi ini termasuk dalam iklim tropis yang memiliki udara sejuk serta
kondisi tanah yang relatif masih hijau dan asri, berbatasan dengan hutan budidaya,
subur, dan tenang, sehingga sangat cocok untuk proyek wisata edukasi dan
pembudidayaan lebah madu.
2.2.4.1. Faktor Pencapaian
Pencapaian relatif dekat dan mudah dicapai, yaitu ±2 jam dari Surabaya
dan ±2 jam dari Surabaya, ±1½ jam dari kota Malang, 40 km di sebelah Tenggara
ibukota Dati II Mojokerto. Tapak dapat dicapai melalui Jalan Arca sekitar 1,5 km
dari jalan kolektor primer Trawas. Lokasinya terletak di kawasan wisata sejarah
budaya dan cottage serta kompleks vila milik dokter, sehingga memudahkan
untuk mengundang pengunjung datang ke fasilitas wisata edukasi,
pembudidayaan, dan penelitian lebah madu ini.
2.2.4.2. Faktor Potensi
Gambar 2.2. Peta Lokasi
Sumber : Mojokerto, Pemerintah Kabupaten Dati II
a. Lokasi didominasi oleh lahan hijau yang masih asri, kebun pisang, sawah, dan
hutan(tidak tercemar polusi). Terletak di lereng gunung yang mempunyai
pemandangan alam yang hijau dan asri, suasana yang tenang, serta berhawa
sejuk. View di bagian utara adalah gunung dan selat Madura.
29 Universitas Kristen Petra
b. Merupakan kawasan hijau, budidaya dan wisata sejarah dan budaya Mojopahit
(Reco Lanang, Air Terjun Dlundung, dan Reco Wedok).
Gambar 2.3. Objek Wisata Reco Lanang, Air Terjun Dlundung, dan Reco Wedok
c. Terdapat Arca hotel dan cottage yang cukup ramai dikunjungi wisatawan lokal
dan mancanegara sehingga pada fasilitas ini tidak diperlukan penginapan. Arca
Hotel dan cottage mempunyai 22 kamar hotel dan 7 villa, dengan fasilitas
lapangan basket dan tenis, kolam renang, dan spa.
Gambar 2.4. Kawasan Arca Hotel dan Cottage
d. Terdapat kawasan vila Arca Medika milik komunitas dokter. Hal ini
merupakan potensi positif, hubungannya dengan fasilitas penelitian,
pengobatan, dan perawatan).
Gambar 2.5. Kompleks Vila Arca Medika
30 Universitas Kristen Petra
e. Berbatasan dengan hutan Perhutani yang lebat dan terdiri atas tanaman
pakan lebah, serta dikelilingi kebun pisang dan sawah tadah hujan (sumber
pakan). Hutan ini termasuk dalam program reboisasi dan budidaya.
f. Dekat dengan sumber air (aliran sungai) yang mengalir sepanjang tahun.
g. Letaknya dekat kantor polisi sehingga merupakan daerah yang aman.
h. Tapak berada di wilayah pegunungan dengan suhu 24-26ºC sesuai dengan
karakteristik pemilihan lokasi untuk wisata dan pembudidayaan lebah
madu. Selain itu, tanahnya subur dan iklimnya yang baik untuk semua
jenis tanaman pertanian, perkebunan, dan kehutanan, yang akan menjadi
sumber pakan lebah.
Gambar 2.6. Potensi sekitar
2.2.5. Tapak
Berdasarkan kriteria pemilihan tapak, maka lokasi yang tepat untuk proyek
Fasilitas Wisata Edukasi, Pembudidayaan, dan Penelitian Lebah Madu di Trawas,
Mojokerto ini berada di lereng Gunung Butak (±40 km dari Mojokerto), yang
merupakan daerah pegunungan dengan pemandangan alam yang indah, asri, dan
berhawa sejuk. Selain itu, tapak jauh dari polusi dan tidak dekat dengan jalan
primer. Tapak berbatasan dengan hutan milik Perhutani di sisi selatan, dengan
keanekaragaman tanaman yang cocok untuk pakan lebah. Hutan ini
dikembangkan untuk budidaya dan termasuk dalam program reboisasi yang
dilakukan oleh Pemkab Mojokerto karena banyaknya lahan hijau di Trawas yang
dipakai untuk pembangunan hotel dan villa. Tapak juga dekat dengan wisata
sejarah-budaya peninggalan kerajaan Mojopahit dan penunjang / daya dukung
wisata berupa cottage. Selain letaknya dekat dengan cottage, tapak juga dekat
31 Universitas Kristen Petra
dengan wisata sejarah budaya Kerajaan Mojopahit yaitu Reco Lanang dan Reco
Wedok serta wisata alam Air Terjun Dlundung.
Gambar 2.7. Peta Wisata Mojokerto dan letak site
Sumber: RoyalCampTrawas.com
Gambar 2.8. Tapak
32 Universitas Kristen Petra
2.2.6. Data Tapak
Kabupaten : Mojokerto
Kecamatan : Trawas
Desa : Kemloko Gede
Jalan : Arca
Luas : ±2.1 ha
Koordinat lokasi :7°40’5.73”S - 7°40’10.94”S dan 112°35’6.78”T-
112°35’14.18”T
Gambar 2.9. Batas-batas Site
2.2.7. Tata Ruang Kota (RDTRK) Tapak
Berdasarkan RDTRK kabupaten Dati II Mojokerto, yang mengatur
penataan kawasan dan pengendalian kawasan Trawas, tapak termasuk dalam
kawasan budidaya. Tapak terletak pada BWK II.1 yang penggunaan tanahnya
difokuskan pada pengembangan perdagangan, pemukiman ideal, fasilitas sosial/
umum serta industri dan gudang.
33 Universitas Kristen Petra
Tapak terletak pada lahan berkontur yang memiliki tingkat kepadatan
penduduk tinggi-sedang (menurut cluster perhitungan). Hal ini menjadi pedoman
untuk menentukan GSB, KDB, dan KLB.
Menurut RDTRK kota Trawas, tapak termasuk dalam sub Satuan Wilayah
Pengembangan IV (Sub SWP IV). Pusat pengembangannya di Pacet, meliputi
kecamatan Pacet, Trawas, dan Gondang. Kegiatan utama perdagangan dan jasa,
perkebunan, pariwisata, pertanian, peternakan, kehutanan dan lingkungan hidup.
Gambar 2.10. Rencana Sistem Unit Lingkungan
Sumber : Mojokerto, Pemerintah Kabupaten Dati II ( 1995)
Gambar 2.11. Rencana Penggunaan Lahan
Sumber : Mojokerto, Pemerintah Kabupaten Dati II ( 1995)
34 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.12. Analisis Fisik Kota
Sumber : Mojokerto, Pemerintah Kabupaten Dati II ( 1995)
Gambar 2.13. Rencana Ketentuan Tata Bangunan
Sumber : Mojokerto, Pemerintah Kabupaten Dati II ( 1995)
35 Universitas Kristen Petra
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah 60-80%
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah 60-120%
KLB max adalah 2x sisa luas persil (luas tanah - KDB), jika KDB 60%
maka KLB max =0.8.
c. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
GSB depan: 8m
GSB samping dan belakang: 3m
d. Lebar ruas jalan utama : 7 meter
e. Lebar jalan sekunder : 5 meter
Gambar 2.14. Tapak tidak berada pada kawasan rawan bencana
Sumber : Mojokerto, Pemerintah Kabupaten Dati II ( 2007)
36 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.15. Tapak berada pada topografi dengan kemiringan 0-15%
Sumber : Mojokerto, Pemerintah Kabupaten Dati II ( 2007)
Gambar 2.16. Perhitungan kontur
2.2.8. Jaringan Jalan Sekitar Tapak
Pada sisi barat laut terdapat Jalan Arca yang merupakan satu-satunya akses
jalan menuju tapak. Jalan ini merupakan jalan sekunder atau jalan lingkungan 2
arah dengan lebar 5 meter. Kondisi jalan ini baik dan sudah beraspal. Terdapat
bahu jalan di kanan kirinya selebar 1 meter, yang berfungsi sebagai trotoar, tetapi
kondisinya masih berupa tanah dan vegetasi. Tingkat kebisingan pada jalan ini
37 Universitas Kristen Petra
sangat rendah karena lokasinya yang cukup jauh dari jalan utama Trawas dan
dekat dengan hutan, sehingga suasana di sekitar tapak ini masih asri dan tenang.
Selain itu terdapat jalan di sisi utara dan barat selebar 5 meter.
2.2.9. Keadaan Tanah
Tapak terletak dalam zona dengan kondisi batuan penyusun terdiri dari
breksi, batupasir dan lava yang berasal dari letusan gunung api muda. Tanah
lapukan batuan ini umumnya tebal dan subur, sehingga sangat baik untuk usaha
pertanian, perkebunan dan kehutanan. Sebagian besar wilayah di Kabupaten
Mojokerto merupakan endapan aluvium. Endapan aluvium memiliki kondisi tanah
yang subur atau berpotensi bagi kegiatan pertanian.
2.2.10. Sarana Utilitas
Jaringan listrik, telepon, air bersih, sampah, dan drainase telah tersedia di
sepanjang Jalan Arca dan jalan kecil di sisi utara tapak.
Gambar 2.17. Jaringan listrik
38 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.18. Jaringan air bersih
Gambar 2.19. Saluran drainase
Gambar 2.20. Jaringan telepon
Sumber : Mojokerto, Pemerintah Kabupaten Dati II ( 1995)
39 Universitas Kristen Petra
2.2.11. Problem Tapak
a. Tapak hanya memiliki satu sisi yang menghadap jalan yaitu utara sehingga
perlu dipertimbangkan sirkulasi kendaraan yang masuk dan keluar tapak agar
tidak terjadi kemacetan dan kebisingan yang ditimbulakan. Selain itu, sisi
tapak yang berbatasan dengan jalan utama sangat sempit, sehingga tapak
cenderung terkesan tersembunyi dari jalan utama, sehingga harus
dipertimbangkan desain yang dapat menarik orang dari jalan utama.
b. Pada malam hari, daerah sekitar site sepi namun tetap aman.
c. Jalan masuk ke site (Jalan Arca) merupakan jalan lokal sekunder atau
lingkungan, dengan lebar jalan ± 7 - 8 meter (cukup sempit), dengan sirkulasi
kendaraan 2 arah.
d. Tidak terdapat jalur pedestrian khusus, padahal banyak pengunjung wisata
setempat/ tamu hotel yang terlihat berjalan kaki (menikmati alam).
e. Wisata lokal mengalami kemerosotan pengunjung dengan daya tarik wisata
yang rendah.
f. Jaringan listrik tenaga rendah.
g. Tapak berupa tanah berkontur sehingga perlu diperhatikan titik-titik pada
tapak yang memiliki kemiringan curam. Hal ini dapat mempengaruhi desain,
kenyamanan sirkulasi di dalam tapak, dan sistem drainase setiap bangunan
yang ada pada fasilitas ini.
h. Lokasinya dekat dengan alam yang masih hijau sehingga perlu
dipertimbangkan sistem pembuangan air kotor dan sampah sehingga tidak
merusak lingkungan sekitarnya.
2.3. Analisa Tapak
2.3.1. Radiasi Sinar Matahari, Pembayangan, dan Angin
Orientasi entrance utama tapak berada pada sisi utara. Bangunan
sekitarnya setinggi 1 – 2 lantai, dan jarak antar bangunannya relatif jauh sehingga
tidak mencukupi untuk membayangi tapak. Pembayangan tapak diperoleh dari
vegetasi yang rapat, yang mengelilingi tapak. Sisi yang paling panas dialami oleh
sisi barat dan utara.
40 Universitas Kristen Petra
Tapak berada pada lereng gunung yang dilalui angin lembah dan angin
gunung. Sehingga penataan massanya harus didesain menahan dan mengarahkan
angin untuk kenyamanan pengunjung, khususnya kenyamanan pada outdoor area.
Matahari dan angin adalah dua faktor utama yang harus diperhatikan
dalam perancangan zona pembudidayaan lebah agar sarang-sarang lebah dalam
stup tidak lembab.
Gambar 2.21. Jalur radiasi matahari dan angin pada tapak
Gambar 2.22. Analisa tapak berdasarkan radiasi sinar matahari dan angin
41 Universitas Kristen Petra
2.3.2. Vegetasi, Polusi, dan Kebisingan
Pada tapak eksisting terdapat banyak pohon pisang, ilalang, rumput liar,
dan pohon peneduh dengan tinggi 5-7 meter. Tapak berbatasan langsung dengan
hutan Perhutani di sisi selatan. Hutan Perhutani mempunyai keanekaragaman
hayati. Beberapa jenis tanaman yang tumbuh alami adalah Casuarina, Tutup,
Anggrung, Kaliandra, Musa, Klerek, Gondang, Pasang, semak, alang-alang, dan
pisang.
Tapak berada pada lokasi dengan vegetasi yang lebat sebagai pakan lebah,
dengan tingkat kebisingan rendah, dan jauh dari polusi, sehingga tapak
mempunyai karakteristik yang tepat untuk habitat hidup lebah madu.
Gambar 2.23. Analisa tapak berdasarkan vegetasi, polusi, dan tingkat kebisingan
42 Universitas Kristen Petra
Dalam perancangan bangunan, sebaiknya mengoptimalkan vegetasi untuk
menggantikan ruang terbuka hijau yang digunakan, khususnya di area peternakan
sebagai pakan lebah, dan pembentuk suasana yang lebih nyaman, teduh, serta
sejuk. Peternakan dan tempat terapi kesehatan diletakkan pada area yang tingkat
kebisingannya paling rendah. Perkerasan dalam tapak menggunakan material
perkerasan yang memungkinkan peresapan air tanah, seperti grassblock dan
pavingstone.
2.3.3. View, Kontur, dan Drainase
View sekitar tapak berupa vegetasi yang lebat dan hijau. Tapak mempunyai
kontur yang meninggi ke arah selatan (hutan Perhutani), sehingga tapak
mempunyai view gunung di sisi utara dan Selat Madura di timur laut. View terbaik
berada di sisi utara, sehingga penataan massa dan lansekap dalam tapak
dioptimalkan sebagai view bagi pengunjung restoran serta kolam renang. Orientasi
bangunan lebih diarahkan ke dalam sehingga menciptakan ruang luar yang
terlindung.
Gambar 2.24. Analisa tapak berdasarkan kontur dan view
Gambar 2.25. View ke dalam dan ke luar tapak
43 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.26. Analisa drainase site
2.4. Pencapaian Tapak
Keterangan:
Gambar 2.27. Pencapaian ke Tapak
Tapak dapat dicapai dengan menggunakan angkutan umum dan kendaraan
pribadi. Terdapat sub terminal dengan 360-390 kendaraan per hari. Adapun
44 Universitas Kristen Petra
angkutan umum dengan rute Mojosari – Pacet – Trawas, Mojokerto – Pacet,
Mojosari – Pungging – Trawas dan Mojosari – Ngoro – Trawas.
Tabel 2.2. Angkutan Umum Perdesaan di Kabupaten Mojokerto
No. Kode Jurusan Jumlah
SWP IV TP Trawas-Prigen-Pandaan 46
No. Kode Jurusan
Jenis kendaraan
Jumlah
MPU Mikrolet
SWP
III
MT1 Mojosari-Pacet-Trawas 15 43 58
MT2 Mojosari-pungging-
trawas 12 - 12
MT3 Mojosari-Ngoro-
Trawas - - -
SWP
IV
MT1 Mojosari-Pacet-Trawas 15 43 58
MT2 Mojosari-Pungging-
Trawas 12 - 12
MT3 Mojosari-Ngoro-
Trawas - - -
Sumber: Mojokerto, RTRW (1999/2000-2009/2010)
Dengan kendaraan pribadi:
a. Dari Surabaya:
1. Surabaya-Waru-Sidoarjo-Porong-Japanan-Pandaan-Prigen-Trawas (jalan
utama-jalan Arca-site)
2. Surabaya-Waru-Krian-Mojokerto-Mojosari- Pacet-Trawas
3. Surabaya-Waru-Sidoarjo-Porong-Japanan-Mojosari-Trawas
45 Universitas Kristen Petra
b. Dari Mojokerto:
1.Mojokerto- Bangsal-Mojosari-Trawas
2.Mojokerto-Gondang-Pacet-Trawas
c. Dari Malang:
Malang-Singosari-Lawang-Purwodadi-Purwosari-Sukorejo-Pandaan- Prigen-
Trawas
d. Dari Pasuruan:
Pasuruan-Bangil-Pandaan –Prigen-Trawas
2.5. Sirkulasi dalam Tapak
Hanya terdapat tiga akses utama menuju ke dalam tapak yaitu dari Jalan Arca
dan jalan di sisi utara site yang dapat dilalui kendaraan dari 2 arah. Selain itu,
terdapat satu jalan buntu di sisi barat site. Frekuensi kendaraan yang melalui jalan
cukup rendah dan tidak terlalu padat. Untuk mempermudah sirkulasi dan agar
tidak terjadi penumpukan kendaraan di kemudian hari, maka sebaiknya entrance
site dan exit site berada di sisi jalan yang berbeda. Sirkulasi pengunjung dan dan
sirkulasi untuk area service serta area penelitian dibuat menyatu namun area
parkirnya dipisah agar tidak membingungkan pengunjung yang akan masuk ke
dalam sarana ini.
Bentuk tapak di sisi utara yang akan dijadikan lahan parkir termasuk unik
sehingga harus dipertimbangkan agar lahan dapat digunakan semaksimal mungkin
berdasarkan kebutuhan lahan parkir yang ada. Karena tapak adalah tanah
berkontur, maka sebaiknya dipilih bagian dengan kemiringan lahan yang landai
sebagai daerah parkir. Selain itu, dipilih area dengan kontur terendah, tempat
berkumpulnya air. Oleh karena itu, saluran drainase site pada area parkir ini perlu
diperhatikan agar air tidak tergenang di area ini dengan mempertimbangkan
material penutup area parkir yang masih dapat menyerap air, misalnya paving.
Pada fasilitas ini juga disediakan sirkulasi untuk pejalan kaki berupa
pedestrian selebar ± 1,5 m yang menerus sampai ke lobi penerima. Pedestrian di
dalam site didesain senyaman mungkin dan menarik dengan disambut gate dan
keberadaan kolam dan air mancur.
46 Universitas Kristen Petra
Keterangan:
Gambar 2.28. Sirkulasi Tapak