2. eksplorasi aryoseno arutmin indonesia tptxxii

7
13 PROSIDING TPT XXII PERHAPI 2013 PEMISAHAN MODEL GEOLOGI DI KINTAP BARAT KARENA PERBEDAAN SIGNIFIKAN PADA DIP/KEMIRINGAN BATUBARA 1. Aryoseno - Geology & Geotechnical Supervisor, PT. Arutmin Indonesia, Tambang Kintap, 2. Sigit Putrasakti - Geologist, PT. Arutmin Indonesia, Departemen Mineral Resources, Balikpapan Bab I. Abstrak Pada rencana tambang jangka panjang, menurut Departemen Mineral Resources PT. Arutmin Indonesia, Tambang Kintap memiliki area tersebardari Pit 8 Gunung Ayam pada bagian barat hingga Pit 1 PAMA pada bagian timur dengan panjang kurang lebih 9.5 Km. Litologi di Tambang Kintap termasuk dalam Formasi Warukin, yang mana relative tidak dipengaruhi oleh aktivitas tektonik pada saat pembentukannya. Lapisan batubara di Tambang Kintap secara umum memiliki strike beraraht imur laut barat daya (dengan besaran N70 ° E - N80 ° E) dengan besaran nilai kemiringan batuan(dip) yang bergradasi mulaidari 10 ° di bagian timur kemudian berubah menjadi 40 ° derajat pada bagian barat. Dari studi literature dan interpretasi data, pada Tambang Kintap tidak ditemukan struktur geologi seperti perlipatan dan patahan. Semua lapisan batubara memiliki struktur homoklin yang mana memiliki kemiringan searah dan arah kemiringannya tegak lurus terhadap strike. Seiring dengan rencana kemajuan sekuen penambangan dan pertimbangan kekurangan data bor melalui kegiatan pemetaan dan pengukuran orientasi batuan, Geologist menemukan perbedaan signifikan dari dip lapisan batubara sertalitologi lainnya. Dikarenakan diikuti oleh perubahan orientasi strike serta tetap tidak ditemukan bukti bukti struktur geologi di lapangan, Geologist memiliki interpretasi bahwa area tersebut merupakan area dimulainya tekukan. Hingga saat ini, Tambang Kintap hanya memiliki satu model geologi yang dijadikan dasar perhitungan sumberdaya yang akan dilaporkan kepada pemerintah. Sesuai dengan standar pelaporan sumberdaya dari KCMI bahwa lapisan batubara dengan dip > 30 0 memiliki metode perhitungan yang berbeda dengan lapisan batubara yang memiliki dip < 30 0 . Dalam rangka pemenuhan standar pelaporan, maka direncanakan pemisahan model geologi disamping penambahan data bor pada area barat Tambang Kintap. Pemetaan detail disertai dengan pengukuran orientasi lapisan batubara di sekitar area barat juga direncanakan karena berkaitan dengan penentuan batas dari pemisahan model. Kata Kunci :Dip, Model Geologi

Upload: fakhrur-razi

Post on 25-Nov-2015

74 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 13

    PROSIDING TPT XXII PERHAPI 2013

    PEMISAHAN MODEL GEOLOGI DI KINTAP BARAT KARENA PERBEDAAN SIGNIFIKAN

    PADA DIP/KEMIRINGAN BATUBARA

    1. Aryoseno - Geology & Geotechnical Supervisor, PT. Arutmin Indonesia, Tambang Kintap, 2. Sigit Putrasakti - Geologist, PT. Arutmin Indonesia, Departemen Mineral Resources, Balikpapan

    Bab I. Abstrak

    Pada rencana tambang jangka panjang, menurut Departemen Mineral Resources PT. Arutmin Indonesia, Tambang Kintap memiliki area tersebardari Pit 8 Gunung Ayam pada bagian barat hingga Pit 1 PAMA pada bagian timur dengan panjang kurang lebih 9.5 Km.

    Litologi di Tambang Kintap termasuk dalam Formasi Warukin, yang mana relative tidak dipengaruhi oleh aktivitas tektonik pada saat pembentukannya. Lapisan batubara di Tambang Kintap secara umum memiliki strike beraraht imur laut barat daya (dengan besaran N70E - N80E) dengan besaran nilai kemiringan batuan(dip) yang bergradasi mulaidari 10 di bagian timur kemudian berubah menjadi 40derajat pada bagian barat.

    Dari studi literature dan interpretasi data, pada Tambang Kintap tidak ditemukan struktur geologi seperti perlipatan dan patahan. Semua lapisan batubara memiliki struktur homoklin yang mana memiliki kemiringan searah dan arah kemiringannya tegak lurus terhadap strike.

    Seiring dengan rencana kemajuan sekuen penambangan dan pertimbangan kekurangan data bor melalui kegiatan pemetaan dan pengukuran orientasi batuan, Geologist menemukan perbedaan signifikan dari dip lapisan batubara sertalitologi lainnya. Dikarenakan diikuti oleh perubahan orientasi strike serta tetap tidak ditemukan bukti bukti struktur geologi di lapangan, Geologist memiliki interpretasi bahwa area tersebut merupakan area dimulainya tekukan.

    Hingga saat ini, Tambang Kintap hanya memiliki satu model geologi yang dijadikan dasar perhitungan sumberdaya yang akan dilaporkan kepada pemerintah. Sesuai dengan standar pelaporan sumberdaya dari KCMI bahwa lapisan batubara dengan dip > 300 memiliki metode perhitungan yang berbeda dengan lapisan batubara yang memiliki dip < 300.

    Dalam rangka pemenuhan standar pelaporan, maka direncanakan pemisahan model geologi disamping penambahan data bor pada area barat Tambang Kintap. Pemetaan detail disertai dengan pengukuran orientasi lapisan batubara di sekitar area barat juga direncanakan karena berkaitan dengan penentuan batas dari pemisahan model. Kata Kunci :Dip, Model Geologi

  • 14

    Bab II. Maksud dan Tujuan

    II.1. Maksud Memberikan gambaran serta perbandingan antara kondisi kedudukan batuan baik

    batubara maupun litologi pengapitnya secara actual sehingga didapatkan perbandingan dengan arah umum / trend yang lama.

    II.2. Tujuan Mengusulkan penambahan data bor serta pemisahan model geologi agar memudahkan

    dalam korelasi dan permodelan serta memudahkan dalam perhitungan sumberdaya / cadangan sesuai yang disyaratkan. Bab III. GambaranUmum III.1. ProfilSingkat

    PT. Arutmin Indonesia adalah salah satu perusahaan pertambangan yang beroperasi di wilayah Kalimantan Selatan.Area penambangan meliputi Kabupaten Tanah Bumbu, Tanah Laut serta Kabupaten Pulau Laut. Kegiatan penambangan di area PKP2B PT. Arutmin Indonesia telah dilakukan sejak awal tahun 1980an, sedangkanu ntuk Tambang Kintap sendiri relative berusia muda karena baru memulai operasi penambangan di tahun 2011(Gambar 1.)

    Gambar 1.GambaranUmumLetakdanPembagian Site PT Arutmin Indonesia

  • 15

    III.2. Geologi Regional&Lokal Secara umum, lapisan batubara pada wilayah kerja PT. Arutmin Indonesia terdapat

    pada 2 (dua) formasi batuan pembawa batubara, yaitu Formasi Tanjung dan Formasi Warukin yang terendapkan secara regional pada Sub-Cekungan Asam Asam yang merupakan bagian dari Cekungan Barito (Gambar 2.)

    Gambar2.Geologi Regional Pada Wilayah Kintap danSekitarnya

    Tambang Kintap sendiri memiliki litologi penyusun yang didominasi oleh anggota Formasi Warukin. Formasi Warukin (Tmw) yang berumur Miosen Tengah hingga Miosen Atas yang umumnya terdiri dari batuan sedimen klastik berbutir halus, batu lempung dan sedikit batu lanau dan batu pasir serta lapisan batubara.

    Formasi ini merupakan formasi pembawa lapisan batubara pada blokAsam-Asam - Kintap, Mulia, Bunati, dan Sarongga. Formasi ini terendapkan dalam Sub-Cekungan Asam Asam dan Cekungan Barito.

    Lapisan batubara yang terdapat pada Formasi Warukin merupakan batubara dengan kalori sedang sampai rendah (Sub Bituminous - Lignit) dengan kilap kusam dan di beberapa bagian masih terlihat keberadaan struktur kayu.

    III.2. GeomorfologidanGeologiStrukturLokal Pada area Tambang Kintap, geomorfologi umumnya berupa perbukitan bergelombang

    lemah dan dibatasi oleh aliran Sungai Kintap Kecil pada bagian baratnya. Elevasi tertinggi rata rata berada pada+ 60 Mdpl sedangkan untuk elevasi terendahnya rata rata berada pada+ 20 Mdpl.

    Lapisan batubara di Tambang Kintap memiliki arah kemiringan batuan (dip)kearah tenggara dan merupakan perlapisan sedimen yang monoklin serta tidak dijumpai perlipatan maupun patahan.

  • 16

    IV. Data danFakta

    IV.1. ProfilKemenerusanLapisan Batubara Kedudukan lapisan batubara yang ada di Tambang Kintap memiliki arah umum

    N70E N95E serta variasi kemiringan batuan(Dip) berkisar antara 10hingga 40dengan trend perlapisan landai di timur, moderat di tengah hingga menerjal dengan ekstrim di arah barat.

    Perubahan trend yang semula cukup smooth hingga kemudian berubahe kstrim curam ini diikuti olehperubahan arah jurusperlapisan(strike) dari lapisan batubara.

    Gambar 3 di bawah membantu menunjukkan gambaran umum perubahan trend yang menerjal kearah barat dan terbagi menjadi beberapa grup yang memiliki range kemiringan batuan yang kurang lebih sama dan Gambar 4 menunjuk kansingkapan di area merah dengan dip terjal.

    Gambar3.VariasiKemiringanBatuan Area Kintap

  • 17

    Gambar4.SingkapanPerlapisanTerjal

    IV.2. TeknikPermodelan

    Untuk mengakomodir perubahan kemiringan aktualyang ada, Geologist menggunakan bantuan menu WUHQG pada pengaturan schema di software Stratmodel XQWXN PHPDNVDkemiringan model sesuai dengan kemiringan sesungguhnya (Gambar5) dan hasilnya tampak pada ilustrasi pada Gambar 6.

    Gambar5.PenggunaanTrendPadaPengaturanSchema

  • 18

    Gambar6.PenggunaanTrendPadaPengaturanSchema

    IV.3. KomiteCadangan Mineral Indonesia

    Kode KCMI merupakan acuan standar dalam pembuatan pelaporan eksplorasi, pernyataan sumberdaya maupun cadangan suatu mineral pada suatu daerah. Standar ini dimaksudkan berupa syarat minimal yang harus dipenuhi dalam pembuatan pelaporan eksplorasi, pernyataan sumberdaya maupun cadangan suatu mineral, agar dapat memberika ngambaran keekonomian dari suatu area. Dengan mengacuke Kode KCMI 2011, PT. Arutmin Indonesia dalam pembuatan polygon sumberdaya, memberlakukan 2 pendekatan, yaitu lapisan batubara yang mempunyai kemiringan di atas 30memiliki metode tersendiri yang tidak bias disamakan dengan perhitungan pada lapisan di bawah 30 (Gambar 8). Dari gambar 8 tersebut, lapisanbatubara yang mempunyai kemiringan di atas 30 polygon sumberdaya diproyeksikan terhadap bedding plan, sedangkan lapisan batubara di bawah 30diproyeksikan terhadap horizontal.

    Gambar7.PerbedaanMetodePerhitunganUntukLapisan300

    Pendekatan ini akan member efek dalam besaran angka sumberdaya, karenanya penggunaan metode tertentu harus memperhatikan actual kemiringan batuan di lapangan.

  • 19

    Berikut perbandingan perhitungan sumberdaya menggunakan kedua metode tersebut untuk area yang sama

    Tabel1.PerbandinganPerhitunganSumberdaya

    Khusus Tambang Kintap setelah dilakukan pemetaan di area barat ternyata memiliki

    kemiringan yang cukup curam dan lebih dari 30 karenanya perbedaan metode tersebut harus dilakukan, konsekuensinya adalah model Kintap perlu dipecah yaitu model untuk area dengan dip kurang30 (area tengah hingga timur) dan model untuk area dengan dip lebihdari30 (area barat).

    V. Kesimpulan 1. Arah umum strike dar ikelompok lapisan batubara di Tambang Kintap adalah N70E

    N95E dan untuk variasi kemiringan lapisannya adalah berkisar antara 10hingga40 2. Komposisi kelompok umum besaran kemiringan terbagimenjadi 3 dengan trend

    perlapisan landai di timur, moderat di tengah hingga menerjal dengan ekstrim di arah barat.

    3. Perubahan trend yang semula cukup smooth hingga kemudian berubah ekstrim tegak ini diikuti oleh perubahan arah jurus perlapisan / strike dari lapisan batubara.

    4. Dibutuhkan model lama dengan memasukkan data pengukuran langsung di lapangan serta menggunakan EDQWXDQWUHQGSDGDVFKHPDSHQJDWXUDQ

    5. Karena perbedaan kemiringan mengharuskan metode perhitungan yang berbeda, maka diusulkan untuk dilakukan pemecahan model

    6. Diperlukan pemetaan dan pengeboran tambahan untuk meningkatkan konfidensi dalam menentukan batas pemecahan model.

    Dip > 30 Dip < 30BL0L 645.36 646.30 (0.94) BL0U 171.03 171.18 (0.15) BL1U 4,037.73 4,034.71 3.02 BL2L 0.67 0.68 (0.02) BL2U 2.51 2.55 (0.03) BL3 112.89 113.59 (0.69) BL1 1,939.38 1,947.66 (8.28)

    TOTAL 6,909.57 6,916.68 (7.10)

    MASS (*1000)SEAM DIFF